BAB. I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id... · siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo masih...
Transcript of BAB. I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id... · siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo masih...
BAB. I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, pembelajaran menyimak
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penguasaan
kemampuan menyimak harus dimiliki oleh setiap orang. Berkomunikasi secara
lisan dengan teman, mengikuti pelajaran kuliah, diskusi, seminar, menuntut
kemahiran seseorang untuk menyimak ( Henry Guntur Tarigan, 1987 : 21 ).
Disadari atau tidak kegiatan berbahasa yang paling pertama dilakukan manusia
adalah kegiatan menyimak.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar keterampilan menyimak
merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa yang harus diajarkan
kepada siswa dan diharapkan harus dikuasai oleh siswa. Salah satu bentuk dari
keterampilan menyimak tersebut adalah keterampilan menyimak cerita.
Keterampilan menyimak cerita memiliki beberapa manfaat bagi siswa yaitu untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik, membentuk
karakter siswa, sportivitas siswa, memberikan sentuhan manusiawi, dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa melalui pesan yang tersirat
dan tersurat di dalam cerita yang diperdengarkan kepada siswa.
Berdasarkan dari hasil survei awal yang dilakukan menunjukkan bahwa,
kualitas pembelajaran menyimak cerita dalam pelajaran bahasa Indonesia pada
siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo masih tergolong rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas VI dalam tes formatif ( aspek
kemampuan menyimak) pada semester satu yang hanya mencapai nilai rata-rata
5,0. Sedangkan standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia adalah 6,0.
Berdasarkan hasil tes formatif dari siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan
sebelum diadakan tindakan, rendahnya kemampuan menyimak cerita disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu : (1) siswa kurang berminat pada pembelajaran
menyimak cerita.. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa pembelajaran
menyimak merupakan materi yang tidak menyenangkan. Menurut mereka, cara
guru mengajar dalam pembelajaran menyimak cerita kurang menarik, monoton
dan cenderung membosankan. Karena guru hanya membacakan naskah cerita dari
buku teks Bahasa Indonesia. (2) guru mengalami kesulitan untuk membangkitkan
minat siswa dalam pembelajaran menyimak cerita. Guru mengeluhkan konsentrasi
sebagian besar siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung tidak
berfokus untuk menyimak cerita yang dibacakan guru. Pada umumnya hanya
siswa yang duduk di tempat duduk deretan paling depan yang dengan seksama
menyimak cerita yang dibacakan oleh guru, sementara itu siswa yang duduk di
deretan tengah dan belakang lebih memilih melakukan aktivitas lain selain
menyimak cerita yang disampaikan guru, seperti berbicara dengan teman
sebangku atau saling melempar kertas dengan teman lain. (3) sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dan tampak takut untuk mengungkapkan pendapat dengan
bahasa yang baik dan benar ketika guru memberi pertanyaan atau meminta siswa
menceritakan kembali cerita, serta siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
yang sedang berlangsung, (4) guru mengalami kesulitan untuk menemukan
altermatif media pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan kemampuan
menyimak cerita kepada siswa selain buku teks Bahasa Indonesia
yang biasa digunakannya.
Berpijak pada hal tersebut, maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi
permasalahan dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI di SD
Negeri 2 Kragilan Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali . Upaya yang
dilakukan adalah dengan menerapkan media audio dalam pembelajaran menyimak
cerita. Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan
dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan kepada peserta
didik, sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar.
Penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak cerita diharapkan
membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta memotivasi untuk belajar.
Media audio ini juga diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami
materi dan informasi yang disampaikan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dianggap perlu penelitian ini
menggunakan media audio sebagai sarana atau media untuk meningkatkan
kemampuan menyimak cerita. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji
tentang “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Menggunakan Media
Audio” pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Kecamatan Mojosongo
Kabupaten Boyolali Tahun 2009.
B. Identifikasi Masalah
Pokok permasalahan dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah faktor-
faktor yang menyertai proses belajar-mengajar. Adapun permasalahan yang
diidentifikasi berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas
adalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang berminat pada pembelajaran menyimak cerita karena guru hanya
membaca teks cerita yang ada dalam buku Bahasa Indonesia.
2. Siswa mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kembali cerita yang telah
disimak.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan
yang dikaji terarah, maka perlu adanya pembatasan-pembatasan sebagai berikut:
1. Masalah pembelajaran menyimak cerita dibatasi pada penggunaan media
audio.
2. Masalah mengungkapkan kembali cerita yang telah disimak dibatasi pada
kemampuan penguasaan materi cerita.
D. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan media audio dapat meningkatkan proses
pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan
Mojosongo?
2. Apakah penggunaan media audio dapat meningkatkan hasil pembelajaran
menyimak cerita pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan proses pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas VI
SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo dengan penggunaan media audio.
2. Meningkatkan hasil pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas VI
SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo dengan penggunaan media audio.
f. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoretis
Menambah khasanah ilmu, khususnya dalam pembelajaran menyimak cerita.
2.Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dengan penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak cerita,
dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa.
2) Dengan penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak cerita,
akan memudahkan siswa dalam menangkap pesan moral dari cerita yang
disampaikan oleh guru.
3) Meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran menyimak cerita.
b. Bagi Guru
1) Mengembangkan pembelajaran yang lebih inovatif dengan memanfaatkan
media audio dalam proses pembelajaran menyimak cerita.
2) Guru dapat mengorganisasikan materi cerita untuk pembelajaran
menyimak dengan baik.
3) Sebagai sarana bagi guru untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa
dalam pembelajaran menyimak cerita.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak cerita, baik proses
maupun hasil.
2) Memberi kontribusi bagi sekolah dalam pengembangan kurikulum
berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum
KTSP.
d. Bagi Peneliti berikutnya
1) Mengembangkan wawasan pembelajaran menyimak cerita dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih menyenangkan.
2) Memperoleh fakta peningkatan kemampuan menyimak cerita dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media audio.
3) Memperkaya khasanah keilmuan di bidang keterampilan menyimak cerita.
4) Sebagai acuan dalam penelitian lanjutan mengenai kemampuan menyimak
cerita dengan media audio.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menyimak
a. Hakikat Kemampuan
Menurut kamus besar Poerwadarminta kemampuan berarti menguasai,
menurut kamus bergambar Nurkasanah dan Didik Tuminto (2007:423)
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan berdasarkan
pengertian, pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan atau kekuatan untuk menguasai sesuatu.
b. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambamg-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan ( Henry Guntur Tarigan, 1987:28). Hal tersebut senada dengan yang
diungkapkan. St.Y. Slamet ( 2009 : 6 ) mengungkapkan bahwa menyimak adalah
suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi bunyi bahasa, kemudian menilai hasil interpretasi makna dan
menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut. Dengan
pengertian lain, menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang
disampaikan melalui bahasa lisan. Dendy Sugono ( 2006 : 144 ) menyatakan
bahwa menyimak merupakan suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, dan penafsiran untuk memperoleh
informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak
disampaikan oleh si pembicara. Menyimak adalah keterampilan lanjut dari
mendengar yang sangat membutuhkan pelatihan dan kebiasaan terus-menerus.
Menyimak memiliki hubungan erat dengan keterampilan berbahasa lainya
seperti keterampilan berbicara, membaca, dan menulis ( Henry Guntur Tarigan,
1987 : 2 ). Henry Guntur Tarigan ( 1987 : 3 ) mengatakan bahwa menyimak dan
berbicara memiliki hubungan yang erat karena ujaran lainya dipelajari melalui
menyimak dan meniru ( imitasi ). Selain itu, bunyi suatu suara merupakan suatu
faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata seorang anak .
Sementara itu, menyimak dan membaca memiliki hubungan yang erat karena
keduanya merupakan alat untuk menerima pesan dalam komunikasi ( Dendy
Sugono, 2006 : 144 ).Ditambahkan pula, menyimak berhubungan dengan
komunikasi lisan, sedangkan membaca berkaitan dengan komunikasi tulis. Tujuan
dari keterampilan tersebut yaitu untuk memperoleh informasi, menangkap isi dan
memahami makna komunikasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
menyimak merupakan suatu keterampilan mendengarkan dengan penuh perhatian
untuk memahami pesan dalam komunikasi lisan baik berupa pesan tersirat
maupun tersurat yang disampaikan pembicara. Selain itu, bunyi bahasa dalam
kegiatan menyimak dapat membantu meningkatkan penguasaan kosakata
seseorang.
c. Jenis-jenis Menyimak
Djago Tarigan ( 1996 : 25 ) berpendapat bahwa berdasarkan taraf hasil
simakan dikenal sembilan jenis menyimak, yaitu :
1) Menyimak tanpa mereaksi: penyimak mendengar sesuatu berupa suara atau
terikan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara
masuk ketelinga kiri-keluar dari telinga kanan.
2) Menyimak terputus-putus: penyimak sebentar menyimak sebentar tidak
menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran
penyimak bercabang, tidak terpusat kepada bahan simakan.
3) Menyimak terpusat: pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada
aba-aba, untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.
4) Menyimak pasif : menyimak pasif hamper sama dengan menyimak tanpa
mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.
5) Menyimak dangkal : penyimak hanya menangkap sebagian isi simakan.
Bagian-bagian yang penting tidak disimak, mungkin karena sudah tahu,
menyetujui atau menerima.
6) Menyimak untuk membandingkan : penyimak menyimak sesuatu pesan,
kemudian membandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan
penyimak yang relevan.
7) Menyimak organisasi materi : penyimak berusaha mengetahui organisasi
materi yang disampaikan pembaca, ide pokoknya beserta detail penunjangnya.
8) Menyimak kritis : penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi yang
disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimal minta data atau keterangan
terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.
9) Menyimak kreatif dan apresiatif : penyimak memberikan response mental dan
fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.
Sementara itu, komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amirika
Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan
keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak ada empat jenis
menyimak, yaitu :
1) Menyimak marginal : Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut
menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran
radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran
radio hanya sambilan, sedikit, atau kecil.
2) Menyimak apresiatif : Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia
terpaku dan terpukau dalam menikmati dramatisasi cerita atau puisi, dalam
menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara.
Secara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan,
melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.
3) Menyimak atentif : Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami
secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk,
pengumuman, dan perkenalan. Salah satu karakteristik jenis menyimak ini
ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan,
diskusi, tanya jawab, dan sejenisnya.
4) Menyimak analisis : Penyimak mempertimbangkan , menelaah, mengkaji isi
bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibansingkan
dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis
menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat
menilai secara kritis apa yang mereka simak.
Menyimak adalah suatu proses. Adapun tahap-tahap dalam keterampilan
menyimak menurut Djago Tarigan (1996 : 15) antara lain :
1) Tahap mendengar: penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang
sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi
bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.
2) Tahap mengidentifikasi: bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi,
dikenali dan dikelompokan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat
paragrap, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin
sempurna apabika penyimak memilik kemampuan linguistik.
3) Tahap Menginterpretasi: bunyi bahasa itu perlu diinterpretasikan maknaknya.
Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna
yang dimaksudkan oleh pembicara.
4) Tahap memahami: setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka
penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini
sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian.
5) Tahap menilai: makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji,
dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak.
Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengalaman dan
pengetahuan penyimak.
6) Tahap menanggapi: tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi
makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak
terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti
menganggup-angguk tanda setuju, menggeleng tanda tak setuju, mencibir atau
mengerjakan sesuatu.
Setelah memahami serangkaian pengertian dan proses menyimak, secara
umum tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi,
serta memahami makna, komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara
melalui ujaran. Selain tujuan umum di atas, Henry Guntur Tarigan ( 1987 : 57 )
mengemukakan tujuan menyimak adalah: (a) menyimak untuk meyakinkan,; (b)
menyimak untuk belajar; (c) menyimak untuk menikmati; (d) menyimak untuk
mengapresiasi; (e) memnyimak untuk membedakan bunyi, dan memperbaiki
kemampuan berbicara.
d. Pengertian Pembelajaran Menyimak
Gino, Suwarni, Suripto H.S, Maryanto, dan Sutijan ( 1998:30)
mengungkapkan bahwa istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau
pengajaran, yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti
perbuatan belajar ( oleh siswa ) dan mengajar ( oleh guru ). Selanjutnya,
pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu usaha untuk memberi stimulus
kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang digunakan, atau
biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan
factor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.
Para ahli psikologi kognitif menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan
suatu usaha untuk mengaktifkan indera siswa agar siswa memperoleh
pemahaman. Cara untuk mengaktifkan indera siswa dapat dilakukan dengan cara
menggunakan alat bantu belajar atau media belajar seperti media cetak atau media
elektronik sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha untuk memberikan suatu stimulus yang
menggunakan media sehingga menimbulkan suatu respon dari anak.
Swandono dan Purwadi ( 1996:91 ) berpendapat bahwa peningkatan
kemampuan menyimak siswa erat sekali hubunganya dengan hal-hal berikut: (1)
pengalaman-pengalaman audio; (2) beberapa kegiatan baik yang dilakukan oleh
guru, maupun oleh siswa; (3) sikap guru atau pengajar; (4) kualifikasi dari
pengajar. Pendapat tersebut mengidentifikasikan bahwa peningkatan daya
menyimak dapat dapat dicapai apabila terdapat interaksi positif dan aktif antara
guru sebagai pemberi materi dan siswa sebagai pembelajar. Di samping itu,
peningkatan menyimak juga sangat erat kaitanya dengan pengalaman-pengalaman
audio yang dapat diwujudkan melalui media-media dalam pembelajaran.
2. Pembelajaran Bercerita di SD
a. Pengertian Cerita
Abdul Azis Abdul Majid ( 2001: 8, http://ellafaridatizen.wordpress.com)
mengungkapkan bahwa cerita merupakan salah satu bentuk dari seni sastra yang
bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka cerita
memiliki keindahan dan dapat dinikmati. Pada umumnya cerita bisa menimbulkan
kesenangan baik pada anak-anak maupun orang dewasa
Muh.Nur Mustakim ( 2005: 12 ) menyatakan bahwa cerita adalah cerita
fantasi / hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat (folklore), cerita benar-
benar terjadi seperti dalam sejarah (history), cerita ini dalam imajinasi
penulis/pengarang (fiction).
Dalam kamus bahasa Indonesia, cerita diartikan sebagai: (1) sebuah tutur
yang melukiskan suatu proses terjadinya suatu peristiwa secara panjang lebar. (2)
karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau peristiwa. (3) Suatu
lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan seperti drama, sandiwara, film dan
sebagainya. Berdasarkan pada kamus bahasa Indonesia di atas, maka dapat
dimengerti bahwa cerita ini merupakan tutur atau tuturan, yaitu uraian atau
gambaran atau deskripsi dari suatu peristiwa atau kejadian
(http://ellafaridatizen.wordpress.com)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita adalah suatu seni
sastra yang berupa tuturan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan masyarakat
yang bersifat hayalan dan memiliki nilai keindahan.
b. Hakikat cerita anak
Menurut Muh Nur Mustakim (2005: 13) hakikat cerita anak adalah
karangan imajinasi tentang kehidupan anak yang ditulis oleh anak-anak atau orang
dewasa. Dalam cerita anak-anak terdapat cerminan perasaan dan pengalaman
anak-anak. Cerminan perasaan digambarkan bagaimana dunia batin anak
menghadapi perasaan suka dan tidak suka, perasaan benci dan kagum, perasaan
toleransi dan kemandirian terhadap berbagai masalah yang dihadapi dalam
kehidupan anak. Cerminan pengalaman digambarkan bagaimana wawasan dan
perilaku anak, dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
c. Karakteristik Cerita Anak
Cullinan (dalam Muh Nur Mustakim, 2005: 20) menyatakan bahwa dalam
cerita realis penulis cerita memperhatikan unsur-unsur cerita seperti:
1) Seting: seting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara nyata yang
dapat dipercaya kebenaranya.
2) Point of view: pengisahan cerita ini dilakukan oleh pengarang dengan
menempatkan dirinya sebagai tokoh sentral yang bercerita tentang dirinya,
pengalaman pribadinya.
3) Tokoh cerita: disebut juga pelaku cerita. Dalam cerita anak-anak biasanya
pelaku cerita itu adalah anak-anak dalam suatu keluarga yang mengalami
berbagai kesulitan, kebahagiaan , dan kesedihan dalam hidupnya.
4) Plot : mengenai plot atau alur cerita anak-anak sangat sederhana. Plot yang
biasa digunakan pengarang cerita mengutamakan plot maju, artinya tahap-
tahap cerita itu dimulai dari perkenalan tokoh-tokoh cerita, masa menghadapi
insiden atau menghadapi masalah, klimaks, antiklimaks kemudian
penyelesaian cerita.
5) Tema: adapun tema-tema yang biasa digunakan oleh pengarang cerita
umumnya tema pelaku terhadap agama atau terhadap kedua orang tua. Juga
tema kepahlawan, kisah petualangan serta kasih sayang sesama keluarga atau
sesama teman merupakan tema yang disukai oleh anak-anak, tema-tema cerita
anak ini ditulis pengarang dengan harapan dapat memberikan pelajaran kepada
anak tentang hal yang baik dan hal yang jelek, juga merupakan amanat
disampaikan oleh pengarang untuk pembaca umumnya dan anak-anak
khususnya.
6) Bahasa: hal lain yang menopang keberhasilan cerita anak-anak ini disukai,
karena penggunaan bahasa yang sederhana dan komunikatif serta ilustrasi
gambar-gambar yang menarik dari cerita itu. Biasanya bahasa cerita
menggunakan kalimat-kalimat yang pendek dan sederhana, serta pilihan kosa
kata yang sering digunakan anak-anak di lingkungan keluarga, sekolah, atau
lingkungan bermain.
d.Jenis-jenis Cerita Anak
Muh Nur Mustakim (2005: 32) mengelompokkan jenis cerita berdasarkan
bentuk dan isi cerita dapat dibagi atas:
1) Buku cerita bergambar: buku yang memuat suatu cerita melalui gabungan
antara ateks dan ilustrasi.
2). Cerita rakyat: cerita rakyat disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut dari
generasi ke generasi lainnya. Cerita rakyat tidak diketahui nama pengarangnya
(anonim).
3) Cerita biografi: menceritakan riwayat kehidupan seseorang yang berjasa dalam
berbagai bidang kehidupan. Cerita biografi ini menceritakan kehidupan para
pelaku di bidang perjuangan menegakan keadilan mengusir penjajahan .
4) Cerita fiksi sejarah: cerita fiksi sejarah dikelompokan sebagai suatu cerita
peristiwa atau kejadian yang berkaitan dengan sejarah perkembangan suatu
bangsa atau suatu Negara. Latar ceritanya terjadi pada suatu tempat dan waktu
di masa lampau.
5) Cerita fiksi realistik: cerita kehidupan manusia berlangsung terus untuk
dijadikan bahan cerita oleh penulis-penulis cerita. Penulis cerita tanggap
terhadap masalah kehidupan kemudian dituangkan dalam cerita nyata atau
cerita fiksi realistik.
3. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Secara umum, media merupakan kata jamak dari “medium”yang berarti
perantara atau pengantar (Wina sanjaya,2007: 161). Mc Luhan (dalam Basuki
Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 11) memberi batasan media dengan sangat luas
sehingga mencakup semua alat komunikasi dari seseorang ke orang lain yang
tidak ada di hadapanya.
Sudarwan Danim (1995: 7) menyatakan, media dalam dunia pendidikan
merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau
pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa.
Heinich, Molenda, dan Russsell (dalam Badru Zaman, Asep Hery
Hernawan, dan Cucu Eliyawati, 2005: 4.4) menyatakan bahwa media merupakan
saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara
sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Ruminiati ( 2007: 2.11) mengungkapkan bahwa media merupakan wahana
penyuluhan informasi belajar atau penyaluran pesan berupa materi ajar oleh guru
kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran yang
dilakukan. Asra dkk (2007: 5.5) media pembelajaran memberikan penekanan pada
posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk
mengkondisikan seseorang untuk belajar.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media haruslah
memenuhi kriteria mengkomunikasikan bahan ajar kepada siswa melalui indera
yang dimiliki secara efektif. Media dapat berupa bahan maupun peristiwa.
Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan dapat digunakan sebagai
stimulus bagi perkembangan kreatfitas siswa dalam belajar.
b. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Rudy Brets (dalam Asra, 2007: 5-7) mengungkapkan bahwa ada 7 (tujuh)
klasifikasi media, yaitu:
1) Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televisi,
televisi, dan animasi.
2) Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound
slide.
3) Audio semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara.
4) Media visual bergerak, seperti: film bisu.
5) Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, mikrophon, slide bisu.
6) Media audio, seperti: radio, telphon, dan pita audio.
7) Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007: 5-8) menyatakan bahwa media
terdiri atas:
1) Media visual: yaitu media yang hanya dapat dilihat, yang termasuk kelompok
visual, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, bukter, torso, film
bisu, model tiga dimensi seperti diorama dan mokeup.
2) Media audio: adalah media yang hanya dapat didengar saja, seperti: kaset
audio, radio, MP3 player, iPod.
3) Media audio Visual: yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar,
seperti: film bersuara, video, televisi, sound slide.
4) Multimedia: adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap,
seperti: suara, animasi, video, grafis dan film.
5) Media realita: yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik
digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan,
batuan, binatang, insektarium, herbarium, air, sawah, dan sebagainya.
Misalnya bahasa tumbuhan atau hewan.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Secara lebih khusus, Kemp dan Daiton (dalam Hairuddin dkk, 2007:7-4)
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:
1) Penyampaian materi dapat diseragamkan. Dengan bantuan media, penafsiran
yang beragam dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa
secara seragam, mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Dengan media materi
sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa
bereaksi baik secara fisik maupun emosional, media dapat membantu guru
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan
tidak membosankan.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Jika dipilih dan dirancang secara
baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah
secara aktif selama proses pembelajaran
4) Pemakaian waktu dan tenaga lebih efisien. Dengan media, tujuan belajar akan
lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal
mungkin. Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara
berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa
akan lebih mudah memahami pelajaran.
5) Kualitas hasil belajar siswa meningkat. Penggunaan media bukan hanya
membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa
menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Jika hanya dengan
mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang
memahami pelajaran secar baik.
6) Proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media
memungkinkan pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat melakukan kegitan belajar lebih leluasa, kapanpun dan di manapun,
tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.
7) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap proses belajar. Dengan media,
proses pembelajaran lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu
pengetahuan.
8) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif. Dengan
memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-
satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan
seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media.
Selain itu, Kaufman (dalam Depdiknas, 2007: 7-6) berpendapat bahwa
media pembelajaran, khususnya media visual memiliki empat fungsi:
1) Fungsi atensi: dapat menarik atau, mengarahkan perhatian siswa agar
berkonsentrasi pada isi pembelajaran yang terkandung dalam media visual
tersebut.
2) Fungsi afektif: yaitu dapat digunakan untuk menciptakan rasa senang atau
kenikmatan siswa terhadap isi pembelajaran.
3) Fungsi kognitif: yaitu dapat mempermudah siswa dalam memahami pesan atau
informasi yang disampaikan dalam pembelajaran.
4) Fungsi kompensatoris: yaitu dapat mengakomodasi siswa yang lemah dalam
menerima isi pembelajaran.
Agar sesuai dengan fungsi media pembelajaran, di dalam pemilihan media
pembelajaran ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan ( Wina sanjaya, 2007:
171), antara lain:
1) Media yang digunakan oleh guru hendaknya sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Media pembelajaran yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan
harus efisien.
4) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru untuk
mengoperasikanya.
4. Hakikat Media Audio
a. Pengertian Media Audio.
Badru Zaman, Asep Hery Hernawan, dan Cucu Eliyawati (2007: 4.19)
mengungkapkan bahwa media audio adalah media yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapt merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio
adalah program kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam
kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang
berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.
Suhartono (2005: 155), menyatakan media audio merupakan suatu media
untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan melalui indera
pendengaran. Agar media audio benar-benar dapat membawakan pesan yang
mudah diterima oleh pendengar, harus digunakan bahasa audio. Secara sederhana
bahasa audio adalah bahasa yang memadukan elemen-elemen suara, bunyi dan
musik yang mengandung nilai abstrak.
Knowledge could be transmilled from radio, film or TV directlyto the
student’s mind (Grace, 2009 in http://jmle.org index. Php /JMLE/article/viewFile/
21/17).
Grace Dubois, 2009 dalam (http://jmle.org index.php/ JMLE/article/ view
File/21/17) Ilmu Pengetahuan dapat ditransfer dari radio, film atau televisi
kedalam pikiran murid.
Media literacy education requires conceptualization of literacy that builds
skills for learners of all ages and requires integrated interactive, and repeated
practice (http://jmle.org/index.php/JMLE)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio adalah suatu
media untuk memberikan suatu pesan kepada penerima melalui suara yang hanya
dapat didengar lewat indera pendengaran.
b. Jenis-jenis Media Audio
Jenis media audio yang dapat dipergunakan di dalam kelas adalah berbagai
alat rekaman seperti: tape recorder, video caset, dan piringan hitam, Suhartono
( 2005: 155).
Basuki Wibawa (2001: 15), menyatakan bahwa ada beberapa jenis media
yang dapat dikelompokkan dalam media audio antara lain:
1) Radio
a) Fungsi siaran radio: Pada dasarnya siaran radio dalam program belajar
mengajar berfungsi untuk :
(1) meningkatkan kemampuan komunikasi radio.
(2) membuat suasana belajar menjadi lebih hidup, dan
(3) meningkatkan kemampuan apresiasi dan imajinasi terhadap kejadian atau
peristiwa yang sedang disiarkan.
b) Kelebihan media radio
(1) program siaran dapat direkam dan isi pesan dapat dipergunakan berulang
kali dengan konsisten.
(2) daya jangkauanya luas sehingga dapat menjangkau daerah terpencil.
(3) harganya terjangkau.
(4) program dapat diedit sesuai yang dikehendaki.
(5) dapat menyajikan laporan-laporan seketika.
(6) dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
(7) dapat memberikan suasana alam nyata dengan berbagai teknik dan efek
suara, cocok untuk mengajarkan musik, sejarah, drama dan bahasa.
(8) dapat menyiarkan kejadian khusus, actual dan peristiwa histories.
c) Keterbatasan media radio
(1) penyesuaian jadwal siaran dan jadwal sekolah sulit.
(2) sifat komunikasinya satu arah.
(3) hanya menggunakan medium audio saja.
(4) sulit dikontrol, artinya pendengar tak dapat menghentikanya siaran
sebentar untuk berdiskusi atau minta untuk mengulas bagian yang kurang
jelas.
2) Tape recorder dan pita audio
a) Media ini memiliki fungsi untuk:
(1) meningkatkan komunikasi audio
(2) membuat suasana belajar lebih mantap dan komunikatif, serta
(3) mengembangkan kemampuan apresiasi dan imajinasi siswa terhadap hal-
hal yang sedang disajikan.
b) kelebihan tape recorder dan pita audio
(1) lebih mudah dikontrol oleh guru, yaitu dapat diulang-ulang bila ada bagian
tertentu yang terasa belum dipahami.
(2) cocok untuk pengajaran bahasa, musik, dan sebagainya.
(3) tidak terikat jadwal, dan waktu penyiaran sebagaimana halnya pada media
radio.
(4) pemilihan dan penggunaan pita rekaman (pita audio) dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
(5) dapat digunakan untuk remidiasi.
(6) praktis, karena mudah dibawa-bawa dan dapat digunakan untuk merekam,
menampilkan, dan bahkan untuk menghapus rekaman.
(c) Keterbatasan media tape recorder dan pita audio:
(1) daya jangkauanya agak terbatas.
(2) rekaman kadang-kadang mudah terhapus.
(3) biaya pengadaanya lebih mahal.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian Agustining tahun 1999 yang bejudul “Peningkatan Kemampuan
Menyimak dengan Menggunakan Pembanding Teks Berbahasa Jawa dan Teks
Berbahasa Indonesia pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Purwokerto
(Penelitian Tindakan Kelas)”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada
peningkatan kemampuan menyimak dengan pembelajaran yang menggunakan
teks pembanding dari pada tanpa teks pembanding.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Darmawan tahun 2001 tentang Peningkatan
Keterampilan Menyimak dengan Menggunakan Media Audio pada Siswa
Kelas II SLTP 2 Kaliwungu Kudus. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
penggunaan audio dapat meningkatkan daya simak siswa. Penelitian tersebut
memberi masukan bagi penelitian ini, yaitu pemanfaatan media audio untuk
pembelajaran keterampilan menyimak cerita.
3. Penelitian Yosi Kusumawati pada tahun 2006 yang berjudul “Kontribusi
Media Vidio terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita pada Siswa
Tunagrahita Ringan ( Studi Eksperimen Single Subject Research pada siswa
D5 di SLB-C Sumbersari Bandung)”. Selama 6 kali latihan menunjukan
bahwa terjadi kenaikan perilaku siswa berupa kemampuan menyimak cerita
dengan menggunakan media video dengan stabilitas perkembangan 33%,
dapat dilihat dari fase baseline-1 sebesar 0% menjadi 33% pada fase
treatment. Hasil pembelajaran menunjukan bahwa stabilitas perkembangan
kemampuan menyimak cerita meningkat. Hal tersebut berarti bahwa media
video membantu peningkatan kemampuan menyimak siswa secara signifikan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Parjinah tahun 2003, tentang ‘Peningkatan
Keterampilan Menyimak dengan menggunakan Wacana Close pada Siswa
Kelas VII SLTP Negeri 1 Sukorejo Kabupaten Banyumas Tahun 2002/2003.
Hasilnya menunjukan ada peningkatan kemampuan menyimak dengan
menggunakan wacana close. Selain itu, perilaku siswa juga mengalami
peningkatan yaitu siswa lebih aktif dan sikap siswa menjadi lebih baik.
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam bidang menyimak dan hasilnya
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menyimak setelah
diterapkan pembelajaran dengan berbagai metode dan teknik. Namun, penelitian
terhadap keterampilan menyimak masih menarik untuk dilakukan. Penelitian ini
mengambil objek kajian pembelajaran menyimak, khususnya menyimak cerita
dengan media audio. Hal tersebut menjadi salah satu unsur yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pembelajaran menyimak cerita
merupakan salah satu pembelajaran keterampilan berbahasa di bidang sastra.
Siswa diharapkan memiliki kompetensi dalam bidang sastra, khususnya
kompetensi menyimak cerita. Penelitian ini menjadi salah satu indikator
keterpaduan dan keseimbangan pembelajaran berbahasa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan menunjukkan bahwa
pembelajaran menyimak cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo masih tergolong rendah. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas VI dalam tes kemampuan menyimak pada
tes formatif semester I yang hanya mencapai nilai 5,0 (standar ketuntasan belajar
minimal untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah 6,0).
Rendahnya kemampuan menyimak cerita siswa disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu: (1) siswa kurang berminat pada pembelajaran menyimak cerita. Sebagian
besar siswa menyatakan bahwa pembelajaran menyimak merupakan materi yang
tidak menyenangkan; (2) guru mengalami kesulitan untuk membangkitkan minat
siswa dalam pembelajaran menyimak cerita. Guru mengeluhkan bahwa
konsentrasi sebagian besar siswa saat proses pembelajaran sedang berlangsung
tidak terfokus untuk menyimak cerita yang dibacakan guru; (3) sebagian besar
siswa mengalami kesulitan dan tampak takut untuk mengungkapkan pendapat
dengan bahasa yang baik dan benar ketika guru memberi pertanyaan atau meminta
siswa menceritakan kembali cerit yang telah mereka sismak, serta siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung; (4) guru mengalami
kesulitan untuk menemukan alternatif media pembelajaran yang tepat untuk
mengajarkan keterampilan menyimak cerita.
Pembelajaran menyimak cerita bermanfaat bagi siswa (khususnya siswa
SD) untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik, membentuk
karakter siswa, sportivitas siswa, memberikan sentuhan manusiawi, dan
,mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa melalui pesan yang tersirat
dan tersurat di dalam cerita yang diperdengarkan kepada siswa. Maka dibutuhkan
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya yang dilakukan adalah
dengan menerapkan media audio dalam pembelajaran menyimak cerita. Hal
tersebut senada dengan pendapat Henry Guntur Tarigan (1987: 3) bahwa
berbicara dengan bantuan alat peraga (visual aids) akan menghasilkan
penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak, sehingga amanat
atau nilai didik yang terdapat di dalam cerita dapat dengan mudah dipahami oleh
siswa
Pada akhirnya, dengan menerapkan media audio di dalam proses
pembelajaran menyimak cerita, konsentrasi siswa menjadi lebih terfokus terhadap
proses pembelajaran, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran menyimak
cerita dapat lebih ditingkatkan, mendorong peningkatan proses pembelajaran
menyimak cerita, serta hasil pembelajaran menyimak cerita semakin meningkat.
Kerangka berpikir dapat divisualkan pada gambar 1.
Kondisi awal
Siswa sulit Guru sulit Kurangnya
mengungkapkan mengelola alternatif
pendapat kelas media
Kemampuan
menyimak cerita
siswa rendah
Tindakan
Siswa sampu Guru mampu Menggunakan
mengungkapkan mengelola kelas media audio
pendapat
Kondisi akhir
Proses dan hasil
kemampuan menyimak cerita
siswa meningkat
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dalam kerangka pemikiran,
akan perlu dilakukan perumusan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan disusun
sebagai berikut: Jika menggunakan media audio dalam pembelajaran menyimak
cerita maka kemampuan menyimak cerita pada siswa kelas VI SD Negeri 2
Kragilan Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun 2009/2010 akan
meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Kragilan yang beralamat di Desa
Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Sekolah ini dipimpin oleh
Hj. Endang Wahyuni selaku kepala sekolah, yang membawahi 9 orang guru,
sekolah ini memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah dan 1 kantor guru.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VI SD Negeri 2 Kragilan.
Alasan pemilihan SD Negeri 2 Kragilan sebagai lokasi adalah karena
memang di sekolah tersebut mengalami permasalahan dalam pembelajaran
menyimak, khususnya menyimak cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Alasan yang lain sekolah tersebut belum pernah diadakan objek penelitian sejenis,
sehingga terhindar dari kemungkinan penelitia ulang.
Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas VI. Penelitian dilakukan selama
lima bulan, yaitu mulai bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2009. Adapun
rincian waktu dan jenis-jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada table 1 berikut
ini :
Tabel 1 Rincian Kegiatan dan waktu Penelitian
Bulan No Kegiatan
Juni Juli Agts Sept Okt
1 Penyusunan pengajuan
proposal - - xxx xxxxx
2 Penyiapan instrument
dan alat xxx--
3 Pelaksanaan Penelitian xx xxx- -
4 Analisis data xx xx
5 Penyusunan laporan --xxx
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan
Mojosongo tahun ajaran 2009 / 2010. Jumlah siswa di kelas tersebut adalah 20
siswa, yang terdiri dari 10 siswa putra dan 10 siswa putri dengan Sehani,A.Ma.Pd
sebagai pengamat. Penelitian ini mengambil objek penelitian pembelajaran
menyimak cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action
Research ), Kemmis & Tagrat ( dalam Budhi Setiawan, 2007: 3 ) menyatakan
bahwa Action Research adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang
dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat social dan bertujuan umemperbaiki
pekerjaan, memahami pekerjaan, serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan
lebih lanjut, Kemmis & Tagrat (dalam Budhi Setiawan, 2007: 4) mengatakan PTK
merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki
prktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi
dari tindakan tersebut. Ebbut melihat proses pelaksanaan penelitian tindakan
dilakukan dalam suatu rangkaiansiklus yang berkelanjutan.
McNiff (dalam Budhi Setiawan,2007: 4) menyatakan beberapa model
action research yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis, John Elliot, dan Dave
Ebbut dari pemikiran Kurt Lewin pada tahun 1946. Model tersebut berupa
serangkaian digambarkan dalam bentuk spiral. Setiap langkah terdiri dari empat
tahap yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Visualisasi tahap-tahap
penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 2.
1. planning
4. reflecting 2. action
Gambar 2. Siklus Action Research (McNiff dalam Budhi Setiawan, 2007: 4).
Keterangan :
1. Planning (perencanaan): Bagaimana meningkatkan kemampuan menyimak
cerita siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia meningkat? Mungkin harus
dengan media audio.
2. Action (tindakan): menerapkan media audio dalam pembelajaran menyimak
cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Observing (pengamatan): Peneliti mengamati proses penggunaan media audio
di dalam pembelajaran menyimak cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia.
4. Reflecting ( refleksi): Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan penggunaan
media audio yang telah dilakukan pada siklus I dan II
D. Sumber Data Penelitian
Ada dua sumber data penting yang dijadikan sebagai sarana penggalian
dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi:
1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu
kegiatan menyimak cerita yang berlangsung di dalam kelas dengan
menggunakan media audio.
2.. Dokumen yang berupa rekaman aktifitas komunikatif pembelajaran menyimak
cerita, hasil tes siswa, buku pendamping pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, RPP yang dibuat oleh guru, silabus yang ditetapkan oleh pihak
sekolah, transkrip hasil hasil angket yang diisi oleh siswa.
E. Uji Validitas Data
Informasi atau data yang telah dikumpulkan, dijadikan data dalam
penelitian. Validitas data dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan
sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang
3. observing
digunakan dalam memeriksa validitas data dalam penelitian ini adalah dengan
trianggulasi data.
Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan data diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu (Lexi .Meleong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).
Trianggulasi data dilakukan dengan memanfaatkan jenis sumber data yang
berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis.
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang
diteliti.
1.. Observasi atau pengamatan
Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah siklus penelitian
berlangsung. Observasi atau pengamatan dilakukan di dalam proses pembelajaran
menyimak cerita untuk mengetahui perkembangan pembelajaran menyimak yang
dilakukan oleh guru dan siswa.
Di dalam kegiatan observasi, pengamat mencatat segala kejadian selama
proses pambalajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk paling
belakang, pengamat memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa
yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa.
Hasil pengamatan di jadikan analisis untuk mengetahui berbagai
kelemahan proses pembelajaran dan untuk mencari solusi kelemahan tersebut.
Hasil analisis yang berupa solusi berbagai kelemahan tersebut kemudian
dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Pengamatan difokuskan pada kemampuan guru dalam melakukan
pengelolaan kelas, menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa,
menumbuhkan keaktifan siswa, serta kemampuan guru dalam memanfaatkan
media audio yang telah disediakan oleh peneliti. Sedangkan pangamatan terhadap
siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menyimak cerita dengan media
audio, serta kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dan meresitasi cerita
dengan kalimat sederhana di depan kelas.
2. Tes
Teknik pengumpul data berupa penilaian tes tertulis yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Di dalam
penelitian ini guru memberikan tes kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyaan
dalam bentuk soal isian atau essai ( soal tes dibacakan guru) dan tes unjuk kerja
yang berupa tes menceritakan kembali cerita yang telah disimak dengan kalimat
sederhana.
3. Angket
Teknik pengumpul data ini dilakukan dengan cara meminta informasi
untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang
dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informan
yang jumlahnya banyak dan tidak mungkin untuk diwawancari satu persatu.
Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas VI yang berjumlah 20
orang siswa.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis diskriptif komparatif. Teknik tersebut mencakup analisis kritis terhadap
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar
yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai
tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja ( Mulyadi H. P.,2006:9). Hasil
analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana
tindakan berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan guru.
Analisis kritis terhadap kemampuan menyimak cerita siswa mencakup
kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai cerita yang
disimak siswa, seperti tokoh, watak, amanat serta kemampuan siswa untuk
menceritakan kembali cerita yang telah disimak dengan kalimat sederhana.
Kemampuan siswa untuk menemukan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam
cerita yang disimak bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas dari siswa dapat
mengamalkan nilai luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
H. Indikator Kinerja
Penggunaan media audio diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menyimak cerita pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan. Keberhasilan dalam
pembelajaran ini ditandai dengan siswa yang mencapai KKM (nilai 6,0 ) dalam
tes formatif lebih dari 75% dari jumlah siswa kelas VI.yang berjumlah 20 orang..
Siklus penelitian tindakan kelas dapat diakhiri, apabila minimal 17 anak dalam
pembelajaran menyimak cerita dalam tes formatif memperoleh nilai 6,0 ke atas.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suhardjono (dalam
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2007: 74). Prosedur penelitian ini
mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan
tindakan (action), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi ( reflecting).
Adapun alur penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 3.
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan I Tindakan I
Refkeksi I Pengamatan /
Pengumpulan data
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
baru hasil refleksi Tindakan II Tindakan II
Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan
data II
Apabila Permasalahan
belum Dilanjutkan kesiklus
terselesaikan berikutnya
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2007: 74)
Adapun rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Siklus Pertama (siklus I)
a. Merencanakan tindakan , meliputi: media pembelajaran (audio), cerita
“Indahnya Persahabatan”, skenario pembelajaran, instrument tes (lembar
jawab), dan instrument non tes ( pedoman observasi), dan angket pada
siklus I.
b. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam skenario
pembelajaran pada siklus I.
c. Melakukan observasi / pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
pembelajaran (KBM).
d. Membuat refleksi atas tindakan pada siklus I oleh peneliti.
2. Siklus Kedua (siklus II)
Pada siklus II, tahap-tahap yang dilakukan sama seperti siklus I, akan
tetapi sebelumnya dilakukan perencanaan ulang berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I, sehingga kelemahan yang ada pada siklus I tidak terulang pada siklus II
dan seterusnya, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan observasi dan interpretasi
serta analisis dan refleksi pada siklus sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pratindakan)
Survei kondisi pra-tindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata
yang ada di lapangan sebelum melakukan proses penelitian. Survei ini dilakukan
dengan cara mengamati proses belajar-mengajar dan untuk mengetahui hasil
evaluasi pada materi pembelajaran menyimak cerita. Survei dilaksanakan pada
hari Rabu, 5 Agustus 2009 jam 07.00 di ruang kelas VI SD Negeri 2 Kragilan.
Hasil survei kondisi pratindakan menunjukkan keadaan sebagai berikut:
1. Siswa terlihat kurang berminat dan kurang termotivasi untuk mengikuti
pelajaran menyimak cerita.
Berdasarkan kegiatan pengamatan di kelas, terungkap bahwa siswa kurang
berminat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita.
Hal tersebut terindikasi dari sikap siswa selama mengikuti pelajaran
menyimak cerita, siswa menampakan sikap tidak kosentrasi, perhatian mereka
tidak terfokus untuk menyimak cerita yang dibacakan oleh guru. Beberapa
siswa saling berbicara sendiri-sendiri, sedangkan sebagian siswa yang duduk
di tempat duduk deretan paling belakang saling melempar kertas dan alat tulis.
Sementara siswa yang duduk dideretan paling depan kepalanya ditaruh diatas
meja. Hanya sebagian kecil siswa yang mau menyimak dengan seksama cerita
yang dibacakan oleh guru.
2. Guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa
Selama pembelajaran menyimak cerita dilaksanakan , siswa menunjukkan
sikap yang kurang berminat dan antusias. Hanya sesekali guru terlihat
memperingatkan atau menegur siswa yang perhatiannya tidak terfokus pada
proses pembelajaran. Selain itu, posisi guru ketika kegiatan menyimak cerita
berlangsung lebih banyak duduk di meja guru sambil membacakan cerita dari
buku teks Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VI tanpa mencoba melakukan
pendekatan dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif di dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dan tampak takut untuk
mengungkapkan pendapat di depan kelas.
Selama proses pembelajaran berlangsung siswa kelihatan kurang
berpartisipasi aktif. Ketika guru mengajukan pertanyaan, meminta pendapat
dari hasil simakannya, sebagian besar siswa tampak bingung, kesulitan dan
takut untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat dengan
bahasa yang baik dan benar. Terbukti dengan hasil tes yang menunjukkan
kurang lebih 25% siswa yang memperoleh nilai diatas 6,5, dengan nilai rata-
rata 5,5. Sedangkan siswa yang mau dan mampu tampil di depan kelas untuk
menceritakan kembali cerita tersebut kurang dari 6 orang. Adapun hasil nilai
tes kemampuan menyimak cerita pada survei awal dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai Tes Kemampuan menyimak Cerita. Survei Awal
NO NAMA NILAI
1 A 5,0
2 B 5,0
3 C 4,5
4 D 5,0
5 E 5,5
6 F 5,5
7 G 7,0
8 H 5,0
9 I 7,0
10 J 7,0
11 K 5,0
12 L 7,0
13 M 5,5
14 N 5,0
15 O 4,5
16 P 7,0
17 Q 4,5
18 R 5,0
19 S 5,0
20 T 5,0
NILAI RATA-RATA 5,5
Berdasarkan tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram pada
gambar 4.
0123456789
4,5 5 5,5 7
Nilai
Gambar 4 Diagram
Berdasarkan tabel diatas dapat ditunjukan bahwa dari 20 siswa, yang
mendapat nilai 4,5 adalah 3 siswa, nilai 5,0 adalah 9 siswa, nilai 5,5 adalah 3
siswa, sedangkan yang mendapat nilai 7 adalah 5 siswa. Sementara nilai rerata
hanya 5,5. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menyimak
cerita dalam pelajaran Bahasa Indonesia dapat dikatakan belum mencapai
tujuan pembelajaran dan batas ketuntasan yang telah ditetapkan.
4. Media pembelajaran menyimak cerita yang digunakan oleh guru terbatas
Selama ini, di dalam mengajarkan materi menyimak cerita, guru hanya
membacakan naskah cerita dari buku teks Bahasa Indonesia untuk siswa kelas
VI saja, tanpa menggunakan media lain. Sehingga siswa merasa pembelajaran
menyimak cerita yang seharusnya menyenangkan menjadi kurang menarik,
membosankan, dan monoton. Guru tidak berusaha mengembangkan media
pembelajaran dan sumber belajar yang lain. Oleh karena itu perlu dicari media
alternatif lain untuk mengajarkan materi menyimak cerita.
Berdasarkan hasil survei tersebut, maka perlu dalam penelitian mengenai
pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media audio sebagai
solusi permasalahan yang dihadapi guru.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 7 Agustus 2009 di ruang
guru.Bersama guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang
dilakukan dalam proses penelitian ini. Pelaksanaan tindakan siklus I
dilaksanakan selama 5 jam pelajaran (5 x 35 menit) mulai tanggal 12
Agustus 2009 sampai dengan tanggal 19 Agustus 2009
Tahap perencanaan tindakan I pertemuan I meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Guru merancang skenario pembelajaran menyimak cerita dengan
media audio, dengan langkah-langkag sebagai berikut:
a) Kegiatan awal:
Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pambelajaran
menyimak cerita yang akan disampaikan.
b) Kegiatan inti:
(1) Guru menjelaskan mengenai materi menyimak cerita dan siswa
menyimak penjelasan guru.
(2) Guru memutar tape recorder tentang cerita dan siswa ditugasi
untuk menyimak.
(3) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai isi cerita.
(4) Guru melakukan evaluasi berupa tes tertulis dalam bentuk objektif.
(5) Guru membagi angket untuk diisi siswa dengan panduan dari guru.
c) Kegiatan akhir:
(1) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar
mengajar yang telah dilakukan.
(2) Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Tahap perencanaan tindakan II pertemuan II yaitu pada hari Jumat,
14 Agustus 2009 meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan awal:
Guru mengadakan apersepsi untuk menggali ingatan siswa mengenai
pembelajaran lalu.
b) Kegiatan inti:
Guru menyuruh siswa secara bergantian tampil di depan kelas untuk
menceritakan kembali cerita yang telah disimak.
c) Kegiatan akhir:
(1) Guru mengadakan refleksi pembelajaran pada hari tersebut.
(2) Guru menutup kegiatan pembelajaran.
d) Guru menyusun rencana pembelajaran (RP) untuk materi menyimak
cerita.
e) Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa tape recorder.
f) Menyusun instrument penelitian, yakitu berupa tes dan non tes.
Instrumen penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran. Instrumen tes
dinilai dari hasil unjuk kerja menceritakan kembali cerita yang telah
disimak. Instrumen non-tes dinilai berdasarkan pedoman observasi
yang dilakukan yaitu mengamati sikap siswa selama pembelajaran
berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan I pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Agustus 2009
selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) di ruang kelas VI SD Negeri 2 Kragilan
Mojosongo. Dalam pelaksanaan tindakan I ini, guru bertindak sebagai pemimpin
jalannya kegiatan belajar mengajar dan sekaligus sebagai peneliti. Sedangkan
pengamat melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran
dan bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di tempat duduk paling
belakang. Pembelajaran ditekankan pada peningkatan minat dan motivasi belajar
siswa.
Dari kegiatan tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya proses belajar
mengajar (KBM) Bahasa Indonesia dengan urutan sebagai berikut: Kegiatan
belajar mengajar diawali dengan pendahuluan, guru menyapa siswa dan
melakukan presensi. Setelah itu, guru memberikan apersepsi dengan menggali
pengalaman siswa di dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi
menyimak cerita pada hari itu yaitu “Indahnya Persahabatan”. Kemudian guru
menjelaskan mengenai materi menyimak cerita dan siswa memperhatikannya.
Guru memutar tape recorder yang berisi cerita dengan judul “Indahnya
Persahabatan” Siswa disuruh menyimak jalannya cerita. Selesai menyimak cerita,
guru bertanya jawab dengan siswa mengenai isi cerita.
Untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai cerita yang telah disimak,
guru melakukan evaluasi berupa tes tertulis berbentuk tes subjektif. Setelah selesai
mengerjakan soal yang dibagikan guru dan mengumpulkannya, guru membagikan
angket yang telah dipersiapkan untuk diisi oleh siswa. Setelah selesai angket
dikumpulkan. Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Sisa waktu yang ada digunakan oleh guru
untuk menutup kegiatan pembelajaran.
Hasil pembelajaran menyimak cerita pada siklus I pertemuan I dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Daftar Nilai Tes Tertulis Siswa Siklus I Pertemuan Ke-I
NO N A M A NILAI NO N A M A NILAI
1 A 6,0 11 K 5,0
2 B 5,0 12 L 7,0
3 C 5,0 13 M 8,0
4 D 7,0 14 N 7,0
5 E 6,0 15 O 8,0
6 F 8,0 16 P 9,0
7 G 9,0 17 Q 7,0
8 H 8,0 18 R 7,0
9 I 9,0 19 S 8,0
10 J 8,0 20 T 7,0
NILAI RATA-RATA 7,2
Dari tabel 3 di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada gambar 5 berikut:
0
1
2
3
4
5
6
5 6 7 8 9
NILAI
Gambar 5 Diagram
Tindakan I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Agustus
2009 selam tiga jam pelajaran (3 x 35 menit). Kegiatan belajar mengajar diawali
dengan pendahuluan, guru menyapa siswa dan melakukan presensi. Kemudian
guru memberikan apersepsi serta menyegarkan kembali ingatan siswa seputar
materi yang telah dibahas pada pertemuan yang lalu seperti dalam cerita
“Indahnya Persahabatn”. Guru menyuruh siswa untuk menceritakan kembali
cerita yang telah disimak secara bergantian di depan kelas. Setelah kegiatan
selesai dilanjutkan dengan pembagian hasil tes tertulis. Sebelum pembelajaran
pada hari itu ditutup, guru dengan siswa mengadakan refleksi pembelajaran
menyimak cerita pada hari tersebut.
Adapun hasil pembelajaran menyimak cerita dengan tes unjuk kerja
terdapat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4 Daftar Nilai Tes Unjuk Kerja Siklus I Pertemuan II
NO N A M A NILAI NO N A M A NIL,0AI
1 A 5,0 11 K 5,0
2 B 5,0 12 L 7,0
3 C 5,0 13 M 8,0
4 D 7,0 14 N 6,0
5 E 5,0 15 O 8,0
6 F 8,0 16 P 9,0
7 G 8,0 17 Q 7,0
8 H 5,0 18 R 5,0
9 I 9,0 19 S 8,0
10 J 8,0 20 T 5,0
NILAI RATA-RATA 6,65
Adapun hasil pembelajaran pada tabel 4 dapat dilihat pada diagram
gambar 6 berikut:
0
2
4
6
8
5 6 7 8 9
NILAI
Gambar 6 diagram
c. Observasi dan Interpretasi
Pengamat mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan materi
menyimak cerita di ruang kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo.
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Agustus 2009 dan 19
Agustus 2009. Dalam kesempatan tersebut guru mengajarkan materi
menyimak cerita dengan menggunakan metode mengajar yang berbeda
dengan metode yang biasanya digunakan oleh guru yang bersangkutan. Pada
kesempatan tersebut guru tidak hanya membaca cerita dari buku teks Bahasa
Indonesia, namun tanpa membaca buku dan menggantinya dengan
menggunakan media audio yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Sementara itu, pengamat mengadakan observasi sebagai partisipan pasif
terhadap kegiatan pembelajaran yang dipimpin oleh guru. Dan mengambil
posisi di tempat duduk paling belakang agar bisa mengamati jalannya
pembelajaran. Berdasarkan kegiatan tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam
pembelajaran menyimak cerita sebagai berikut:
1) Sebelum mengajar, guru telah membuat rencana pembelajaran yang akan
dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran
tersebut sesuai dengan silabus pembelajaran Bahasa Indonesia yang
terdapat dalam kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut, yaini
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan menyimak
cerita dengan benar, yaitu dengan cara konseptual. Artinya guru mengajar
dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal pembelajaran,
guru dengan jelas mengemukakan apa yang akan diajarkan hari itu kepada
siswa, yaitu menyimak cerita. Sebelum memberi materi menyimak cerita,
terlebih dahulu guru menggali pengalaman siswa mengenai cerita dan
memberi penjelasan terlebih dahulu mengenai media yang digunakan serta
memberi tugas untuk mengingat cerita yang didengar.
3) Siswa tampak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan
perhatiannya lebih terfokus pada pembelajaran menyimak cerita dengan
media audio, meskipun ada beberapa siswa yang tampak kurang berminat
dan termotivasi didalam mengikuti proses pembelajaran.
4) Setelah penyampaian materi, secara acak siswa diminta pendapat mengenai
cerita yang telah disimak.
5) Guru memotivasi siswa untuk menceritakan kembali isi cerita di depan
kelas, dan guru menyuruh siswa untuk tampil bercerita di depan kelas
meskipun sebagian besar masih kurang begitu lancar dan tampak masih
malu-malu dan takut untuk bercerita di depan kelas.
6) Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang terlihat dalam kegiatan
tindakan ini, yaitu:
a) Guru tidak memberikan umpan-balik kepada siswa, tentang seberapa
jauh tingkat pemahaman setelah materi tersebut disampaikan.
b) Posisi guru masih terfokus di depan kelas, sehingga sulit untuk
memonitor siswa yang berada di bagian belakang kelas saat kegiatan
menyimak cerita berlangsung. Selain itu guru jarang menegur atau
memperingatkan siswa yang tidak fokus terhadap proses pembelajaran
yang sedang berlangsung, guru cenderung membiarkan dan bersifat
acuh.
Kelemahan yang bersumber dari siswa ditemukan beberapa hal sebagai
berikut:
a) Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran. Masih
terdapat beberapa siswa yang duduk di tempat duduk deretan belakang
yang berbicara dengan teman sebangku dan saling melempar kertas.
b) Siswa masih kesulitan menjawab pertanyaan guru serta dalam
mengungkapkan pendapat. Begitu juga pada saat mengerjakan tes
tertulis, hasil yang dicapai siswa masih kurang memuaskan. Selain itu
siswa masih takut salah dalam menceritakan kembali isi cerita,
meskipun hanya dengan cerita yang singkat. Hal ini dikarenakan siswa
belum mampu untuk menentukan pokok-pokok pikiran dalam cerita,
sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menceritakan kembali
cerita yang disimak dengan benar dan runtut. Dari segi hasil, hanya 12
siswa atau sekitar 60% yang sudah mampu memahami cerita dengan
baik dan benar. Sedangkan yang 8 siswa atau sekitar 40% sisanya
masih perlu meningkatkan kemampuan menyimak cerita, terutama
dalam hal menceritakan kembali cerita yang disimak dengan benar dan
runtut. Dalam siklus ini diberi batas ketuntasan minimal nilai 60. Dari
batasan tersebut didapatkan hasil bahwa 12 siswa telah dinyatakan
lulus.
Kelemahan yang ditemukan dari segi media berupa:
a) Kurang tersedianya media audio yang praktis berupa tape recorder.
b) Sulit mendapatkan casete yang berisi cerita.
7) Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan angket
yang diberikan kepada siswa tersebut diperoleh gambaran tentang
keaktifan dan kegiatan siswa selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung, yaitu sebagai berikut:
a) Siswa yang mempunyai antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
menyimak cerita sebanyak 11 siswa atau sekitar 55%, sedangkan 9
siswa atau sekitar 45% kurang antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran.
a) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM)
berlangsung sebanyak 9 siswa atau 45%, sedangkan 11 siswa atau
sekitar 55% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
Siswa tersebut kebanyakkan berada pada posisi tengah hingga
belakang, sedangkan posisi guru lebih banyak berada di depan.
b) Siswa yang antusias menjawab pertanyaan guru sebanyak 7 siswa atau
sekitar 35%, sedangkan sebanyak 13 siswa atau sekitar 65% lainnya
diam saja saat diberi pertanyaan lisan selama proses pembelajaran
menyimak cerita.
c) Berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa menceritakan kembali cerita di
depan kelas, di dapat 12 siswa atau sekitar 60% siswa yang sudah
mampu memahami isi cerita dan menceritakannya kembali dengan
cukup baik dan lancar, sedangkan 8 siswa atau sekitar 40% masih
perlu perbaikan. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu
menentukan pokok-pokok pikiran dalam cerita yang disimak.
d) Berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa, sekitar 17 siswa
atau 85% siswa menyatakan bahwa pembelajaran menyimak cerita
dengan media audio lebih menarik dan menyenangkan.
Tindakan aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerita pada siklus
I, dapat diketahui dari hasil observasi seperti pada tabel 5 berikut:
Tabel 5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I
Persentase N
o
Aktivitas dalam
Pembelajaran >80% 66%-
80%
56%-
65%
40%-
55% <40%
1 Siswa yang sangat antusias
dalam mengikuti proses
pembelajaran.
11
siswa
2 Siswa yang aktif selama 9
kegiatan belajar-mengajar
(KBM) berlangsung.
siswa
3. Siswa yang antusias menjawab
pertanyaan guru dengan lisan,
7
siswa
4 Berdasarkan hasil tes unjuk
kerja, siswa yang mampu
menceritakan kembali cerita di
depan kelas dengan cukup baik
dan lancar.
12
siswa
5.
Pembelajaran menyimak cerita
dengan media audio lebih
menarik dan menyenangkan
17
siswa
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis dan refleksi
sebagai berikut:
1) Posisi guru tidak hanya berada didepan kelas ketika proses pembelajaran
berlangsung. Guru juga harus berkeliling untuk memonitor siswa yang
berada di tempat duduk deretan paling belakang, agar siswa yang
dibelakang dapat ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatanbelajar-mengajar.
Selain itu guru juga perlu menegur siswa yang tidak focus terhadap proses
pembelajaran. Jadi, perhatian guru bisa menyeluruh dan semua siswa
merasa diperhatikan.
2) Siswa diajak turut berpartisipasi aktif terhadap kegiatan belajar-mengajar,
yaitu tentang menyimak cerita dengan seksama.
3) Untuk mendorong siswa agar suka-rela mengemukakan komentar,
tanggapan, menjawab pertanyaan, dan menceritakan kembali cerita dengan
baik benar dan lancar, sebaiknya guru memberikan reward kepada siswa,
misalnya berupa pujian atau yang berupa nilai tambahan kepada siswa.
4) Agar siswa tidak merasa takut dan minat belajarnya meningkat, ketika
tampil di depan kelas untuk menceritakan kembali cerita yang disimak
selalu diberi motivasi.
Dari hasil akhir pembelajaran menyimak cerita pada siklus I dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6 Nilai Tes Kemampuan Menyimak Cerita Siswa Kelas VI Siklus I
NO N A M A TES UNJUK
KERJA
NILAI
AKHIR
1 A 6,0 5,0 5,5
2 B 5,0 5,0 5,0
3 C 5,0 5,0 5,0
4 D 7,0 7,0 7,0
5 E 6,0 5,0 5,5
6 F 8,0 8,0 8,0
7 G 9,0 8,0 8,5
8 H 8,0 5,0 6,5
9 I 9,0 9,0 9,0
10 J 8,0 8,0 8,0
11 K 5,0 5,0 5,0
12 L 7,0 7,0 7,0
13 M 8,0 8,0 8,0
14 N 7,0 6,0 6,5
15 O 8,0 8,0 8,0
16 P 9,0 9,0 9,0
17 Q 7,0 7,0 7,0
18 R 7,0 5,0 6,0
19 S 8,0 8,0 8,0
20 T 7,0 5,0 6,0
NILAI RATA-RATA 6,92
Keterangan: Batas Ketuntasan Belajar = 60 (skala 100) atau 6,0 (skala 10)
Berdasarkan tabel di atas dapat ditampilkan dalam bentuk diagram seperti
pada gambar 7 berikut:
0
1
2
3
4
5
5 5,5 6 6,5 7 8 8,5 9
Nilai
Gambar 7 diagram
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan II
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Agustus 2009 di
kantor guru SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo. Pelaksanaan tindakan
selanjutnya pada siklus II pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu, 26
Agustus 2009 selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) dan pertemuan II
pada hari Rabu, 2 September 2009 selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit).
Kemudian mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan dalam siklus II kali ini
meliputi rencana pembelajaran menyimak cerita dengan media audio yang
sedikit berbeda dari siklus sebelumnya. Pada kesempatan tersebut juga
disampaikan analisis hasil observasi terhadap siswa kelas VI yang dilakukan
pada siklus I. Analisis hasil observasi berupa nilai siswa pada siklus I,
kondisi pembelajaran siklus I dan upaya perbaikan pada siklus I. dan
kemudian mendiskusikan kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya
proses pembelajaran menyimak cerita pada siklus I.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus I,
akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam
menyampaikan materi menyimak cerita pada siswa. Hal-hal tersebut yakni
posisi guru selama pembelajaran berlangsung harus senantiasa berotasi agar
guru dapat mengamati perilaku seluruh siswanya, baik yang duduk di tempat
duduk bagian depan, tengah, maupun di bagian belakang. Guru memberikan
teguran atau peringatan secara halus kepada siswa yang perhatiannya tidak
terfokus pada proses pembelajaran.
Untuk mengatasi kekurangan dari sisi siswa, terutama keengganan
siswa untuk memberikan respons atas stimulus dari guru, serta
mengemukakan pendapat serta tampil bercerita di depan kelas, kemudian
disepakati adanya reward / hadiah kepada siswa yang aktif selama proses
pembelajaran menyimak cerita berlangsung. Reward yang direncanakan
berupa: nilai tambahan, ungkapan-ungkapan pujian seperti: bagus sekali,
baik sekali, baik, tepat sekali, pemberian alat tulis. Hal ini dilakukan untuk
memotivasi siswa agar lebih giat dalam menyimak cerita dari media audio.
Selain itu, hal tesebut bertujuan agar siswa menunjukkan eksistensinya
selama pembelajaran berlangsung. Sehingga terjadi hubungan timbal-balik
antara guru dengan siswa dan pembelajaran tidak berlangsung satu arah saja,
melainkan dua arah.
Selain itu, untuk mengatasi permasalahan siswa yang masih
tampak takut dan malu ketika siswa tampil untuk menceritakan kembali
cerita yang telah disimak, diberi kebebasan untuk membuat ringkasan secara
tertulis untuk dibacakan di depan kelas.
Sebagai upaya mengatasi kelemahan dari segi media, maka cerita
yang akan disajikan dengan cara membuat rekaman sendiri. Teratasinya satu
masalah media tersebut diharapkan mampu menutupi kekurangan dari
masalah yang lainnya. Kemudian bersama guru menyusun rencana
pembelajaran menyimak cerita dengan media audio untuk pertemuan
selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan perlu dicarikan judul cerita yang
lain, yaitu cerita dengan judul “Maafkan Aku Teman”
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran menyimak cerita untuk pertemuan
pertama yaitu pada hari Jumat, 21 Agustus 2009 dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Kegiatan awal:
Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi menyimak
cerita, serta menyegarkan kembali ingatan siswa terhadap
pembelajaran menyimak cerita pada pertemuan sebelumnya. Apersepsi
tersebut berupa pertanyaan yang berkitan dengan materi menyimak
cerita pada pertemuan sebelumnya.
b) Kegiatan inti:
(1) Guru memberikan penjelasan cara menceritakan kembali cerita
yang telah disimak, yaitu dengan cara menentukan pokok-pokok
pikiran dengan urut, kemudian merangkainya dengan kata-kata
sendiri.
(2).Guru membunyikan tape recorder dengan caset yang berisikan
cerita yang telah disiapkan.
(3).Guru memberikan pertanyaan secara lisan dan melakukan
penilaian dalam bentuk tes tertulis.
(4) Guru menunjuk anak maju ke depan untuk menceritakan kembali
cerita yang telah disimak secara bergantian.
c) Kegiatan akhir:
Guru memberikan reward berupa pujian untuk siswa yang berani
tampil maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang telah
disimak.
d) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar
yang telah dilakukan. Refleksi kali ini berkisar pada materi
menyimak cerita yang telah diajarkan untuk menceritakan kembali
cerita yang telah disimak pada pertemuan selanjutnya secara
individu.
Tahap perencanaan tindakan II pertemuan II yaitu pada hari Jumat,
28 Agustus 2009 meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan awal:
Guru mengadakan apersepsi untuk menggali ingatan siswa mengenai
pembelajaran lalu.
b) Kegiatan inti:
Guru menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali
. cerita yang telah disimak secara bergantian.
c) Kegiatan akhir:
(1) Guru memberi reward berupa pujian untuk setiap siswa yang
berani tampil maju di depan kelas.
(2) Guru mengadakan refleksi pembelajaran pada hari tersebut.
d) Guru menyusun rencana pembelajaran (RP) untuk materi menyimak
cerita.
e) Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa media audio
sebagai sumber belajar.
f) Menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan non-tes.
Instrumen penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran. Instrumen tes
dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menyimak cerita dan
beberapa soal pendukung.Instrumen nontes dinilai berdasarkan
pedoman observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati sikap
siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Tindakan II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 26
Agustus 2009 selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) dalam satu kali
pertemuan di ruang kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo. Dalam
pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama ini, guru mengaplikasikan
solusi yang telah disepakati untuk mengatasi kekurangan pada proses
pembelajaran menyimak cerita dalam siklus I, sedangkan peneliti
melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dengan menempatkan
diri di tempat duduk paling belakang.
Adapun pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama adalah sebagai
berikut: Kegiatan belajar-mengajar diawali dengan pendahuluan, guru
menyapa siswa dan melakukan presensi, kemudian guru memberikan
apesepsi dengan menggali pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi menyimak cerita, serta menyegarkan
kembali ingatan siswa terhadap pembelajaran menyimak cerita pada
pertemuan yang lalu. Apersepsi tersebut berupa pertanyaan yang berkaitan
dengan pembelajaran menyimak cerita. Kemudian guru sedikit
memberikan penjelasan tentang menyimak cerita. Dan selanjutnya guru
mulai membunyikan tape recorder yang berisikan cerita, siswa disuruh
untuk menyimak dengan seksama seperti pada pertemuan sebelumnya.
Setelah kegiatan menyimak melalui media audio selesai, guru
kemudian memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa mengenai isi
cerita dan melakukan penilaian dalam bentuk objektif tes atau tes pilihan
ganda dengan panduan dari guru. Setelah siswa selesai dan mengumpulkan
hasil pekerjaan, perwakilan siswa secara sukarela diminta tampil di depan
kelas untuk menceritakan kembali cerita yang telah disimak.
Guru memberikan reward berupa pujian untuk siswa yang
berkosentrasi selama proses pembelajaran. Setelah beberapa siswa tampil
di depan kelas, guru menuliskan rangkuman cerita, siswa diminta untuk
menyalinnya di dalam buku pelajaran dan membacanya untuk dipelajari.
Kegiatan terakhir yaitu guru dan siswa melakukan refleksi tehadap proses
belajar-mengajar yang telah dilakukan. Refleksi berkisar pada materi
menyimak cerita yang telah diajarkan untuk bahan pembelajaran pada
pertemuan selanjutnya.
Hasil pembelajaran menyimak cerita dengan tes tertulis pada siklus
II, dapat diketahui pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Data Nilai Tes Tertulis pada Siklus II Pertemuan I
NO N A M A NILAI NO N A M A NILAI
1 A 7,0 11 K 8,0
2 B 6,0 12 L 9,0
3 C 5,0 13 M 8,0
4 D 8,0 14 N 7,0
5 E 7,0 15 O 8,0
6 F 7,0 16 P 9,0
7 G 9,0 17 Q 7,0
8 H 9,0 18 R 6,0
9 I 8,0 19 S 8,0
10 J 9,0 20 T 9,0
NILAI RATA-RATA 7,7
Tabel 7 di atas apabila dibuat diagram seperti pada gambar 8 berikut:
0
1
2
3
4
5
6
5 6 7 8 9
Nilai
Gambar 8 Diagram
Tindakan II pertemuan Kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 2
September 2009 selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit). Media yang
digunakan adalah media audio (tape recorder). Sedangkan cerita yang
dambil berjudul “Maafkan Aku Teman”. Kegiatan belajar-mengajar
diawali dengan pendahuluan, guru menyapa siswa dan melakukan
presensi. Kemudian guru memberikan apersepsi serta menyegarkan
kembali ingatan siswa seputar materi yang telah dibahas pada pertemuan
yang lalu, yaitu berupa soal tanya jawab. Pada kegiatan selanjutnya siswa
disuruh maju untuk menceritakan kembali cerita yang telah disimak
dengan lisan secara individu dan bergantian. Setelah kegiatan selesai,
kemudian dilanjutkan dengan pembagian hasil tes tertulis, sebagai bentuk
penghargaan dan penambah motivasi belajar siswa, guru memberikan
reward berupa pujian untuk setiap siswa yang tampil di depan kelas.
Sebelum pembelajaran itu ditutup, guru dan siswa mengadakan refleksi
pembelajaran menyimak cerita pada hari tersebut.
Sedangkan hasil dari pembelajaran menyimak cerita pada siklus II
pertemuan II dengan tes unjuk kerja dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Data Nilai Tes Unjuk Kerja Siklus II Pertemuan II
NO N A M A NILAI NO N A M A NIL,AI
1 A 6,0 11 K 8,0
2 B 5,0 12 L 8,0
3 C 6,0 13 M 7,0
4 D 8,0 14 N 7,0
5 E 8,0 15 O 8,0
6 F 8,0 16 P 9,0
7 G 9,0 17 Q 8,0
8 H 7,0 18 R 5,0
9 I 9,0 19 S 8,0
10 J 8,0 20 T 8,0
NILAI RATA-RATA 7,5
Tabel 8 di atas apabila dibuat diagram sepaerti pada gambar 9 berikut:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5 6 7 8 9
Nilai
Gambar 9 Diagram
c. Observasi dan Interpretasi
Pengamatan dilakukan pada hari Rabu, 26 Agustus 2009 selama
tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) dan hari Rabu, 2 September 2009 juga
selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit). Pengamat mengamati jalannya
proses pembelajaran dengan menjadi partisipan pasif yang duduk di
tempat duduk bagian paling belakang. Dari kegiatan tersebut, di peroleh
beberapa catatan yaitu proses belajar-mengajar berjalan dengan lancar dan
baik, sedangkan siswa tampak antusias sekali mengikuti kegiatan belajar-
mengajar dengan konsentrasi penuh tanpa ada anak yang membuat gaduh.
Seperti halnya pertemuan-pertemuan sebelumnya, guru mengawali
pelajaran dengan melakukan presensi kehadiran siswa. Guru memminta
siswa untuk mengingat kembali materi-materi menyimak cerita yang telah
mereka terima dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Siswa menjawab
semua pertanyaan yang diajukan guru kepada mereka dengan antusias.
Pada pertemuan pertama, materi yang diajarkan tetap sama yaitu
kemampuan menyimak cerita dengan media audio. Guru membunyikan
tape recorder yang berisikan cerita “Maafkan Aku Teman”.Pada
pertemuan tersebut, siswa tampak antusias sekali untuk menyimak cerita
melalui media audio. Karena volume suara bisa diatur yaitu dibuat keras,
sedang, maupun kecil sehingga anak sangat terfokus pada cerita lewat
media audio. Hanya sebagian kecil siswa yang duduk di bangku deretan
paling belakang yang kadang-kadang masih berbisik sama temannya.
Namun perhatian mereka kembali terfokus ketika guru mendekati pada
anak yang berbisik tadi.
Selanjutnya, setelah pembelajaran menyimak selesai, guru
memberikan sedikit ulasan mengenai cerita yang telah disimak tadi, dan
memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan cerita
tersebut. Kemudian guru menyuruh anak satu-persatu untuk menceritakan
kembali cerita yang telah disimak di depan kelas dan diberi penilaian
dengan instrument yang telah disiapkan. Hal ini dengan maksud untuk
mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak untuk mengungkapkan
kembali cerita yang disimak dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar.
Setelah seluruh siswa tampil bercerita, guru memberikan tes untuk
mengukur kemampuan menyimak cerita secara tertulis, dalam bentuk tes
objektif. Dalam mengerjakan soal dibatasi waktu. Kemudian hasil tes
dikumpulkan kepada guru untuk dikoreksi.
Reward untuk siswa yang berprestasi dalam kegiatan menceritakan
kembali diberikan setelah selesai mengerjakan tes. Kemudian, waktu yang
tersisa dimanfaatkan oleh guru untuk memberi kesempatan pada siswa
bertanya dan merefleksi hasil pembelajaran menyimak cerita dengan
media audio. Setelah beberapa saat tidak ada siswa yang mengajukan
pertanyaan, guru mengakiri kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar
tersebut dapat dinyatakan bahwa:
1) Siswa yang sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
menyimak sebanyak 17 siswa atau sekitar 85%, sedangkan 3 Siswa
atau sekitar 15% lainnya tampak tidak bersemangat dan tidak
berkosentrasi ketika mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita
dengan media audio.
2) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 18 siswa atau
sekitar 90%, sedangkan 2 siswa atau sekitar 10% lainnya tampak
berbicara sama temannya.
3) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung
sebanyak 17 siswa atau sekitar 85%, sedangkan 3 siswa atau sekitar
15% lainnya kurang fokus terhadap pembelajaran.
4) Siswa yang antusias menjawab soal-soal (lisan maupun tertulis)
sebanyak 19 siswa atau sekitar 95%, sedangkan 1 siswa atau sekitar
5% lainnya diam saja saat diberi pertanyaan.
5) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa 18 siswa atau
sekitar 90% siswa sudah mampu tampil menceritakan kembali cerita
yang telah mereka simak dengan kalimat sederhana secara lancar,
sedangkan 2 siswa atau sekitar 10% siswa masih perlu meningkatkan
kemampuan menceritakan kembali dari cerita yang telah disimak di
depan kelas. Pada siklus II ini diberi batasan kelulusan nilai sebesar
6,0. Dari batas kelulusan yang telah ditetapkan, sejumlah 17 siswa
atau sekitar 85% siswa dinyatakan lulus.
6). Berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa, sekitar 17 siswa
atau 85% siswa menyatakan bahwa pembelajaran menyimak cerita
dengan media audio lebih menarik dan menyenangkan
Tindakan aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerita pada
siklus II, dapat diketahui dari hasil observasi pada tabel 9 berikut:
Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
Persentase N
o
Aktivitas dalam
Pembelajaran >80% 66%-
80%
56%-
65%
40%-
55% <40%
1. Siswa yang sangat antusias
dalam mengikuti proses
pembelajaran menyimak cerita
17
siswa
2. Siswa yang aktif selama
kegiatan belajar-mengajar
(KBM) berlangsung.
17
siswa
3. Siswa yang antusias menjawab
pertanyaan guru dengan lisan,
19
siswa
4. Berdasarkan hasil tes unjuk
kerja, siswa yang mampu
menceritakan kembali cerita di
18
siswa
depan kelas dengan cukup baik
dan lancar.
5. Pembelajaran menyimak cerita
dengan media audio lebih
menarik dan menyenangkan
17
siswa
Hasil akhir pembelajaran menyimak cerita pada siklus II, dapat diketahui
pada tabel 10 berikut:
Tabel 10. Nilai Akhir Tes Kemampuan Menyimak Cerita Siswa Kelas VI SD
Negeri 2 Kragilan. Siklus II
NO N A M A TES UNJUK
KERJA
NILAI
AKHIR
1 A 7,0 6,0 6,5
2 B 6,0 5,0 5,5
3 C 5,0 6,0 5.5
4 D 8,0 8,0 8,0
5 E 7,0 8,0 7,5
6 F 7,0 8,0 7,5
7 G 9,0 9,0, 9,0
8 H 9,0 7,0 8
9 I 8,0 9,0 8,5
10 J 9,0 8,0 8,5
11 K 8,0 8,0 8,0
12 L 9,0 8,0 8,5
13 M 8,0 7,0 7,5
14 N 7,0 7,0 7,0
15 O 8,0 8,0 8,0
16 P 9,0 9,0 9,0
17 Q 7,0 8,0 7,5
18 R 6,0 5,0 5,5
19 S 8,0 8,0 8,0
20 T 9,0 8,0 8,5
Nilai Rata-rata 7,6
Keterangan: Batas Ketuntasan: 60 (skala 100) atau 6,0 (skala 10).
Kemudian apabila ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar 10
berikut:
0
1
2
3
4
5
5.5 6,5 7 7,5 8 8,5 9
Nilai
Gambar 10 Diagram
d. Analisis dan Refleksi
Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses
pembelajaran menyimak cerita dengan media audio pada siklus II ini
telah dapat diatasi dengan baik. Guru telah berhasil membangkitkan
minat dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar
dengan tertib. Perhatian siswa jadi lebih terfokus terhadap proses
pembelajaran menyimak cerita. Guru telah mampu memancing respons
siswa terhadap stimulus yang diberikannya dan mampu mengelola kalsa
dengan baik selama proses belajar-mengajar tanpa membuat siswa
merasa jenuh. Sebagian besar siswa dengan sukarela mengemukakan
menjawab pertanyaan, dan berpendapat tanpa harus ditunjuk oleh guru.
Sedangkan dari hasil tugas menyimak cerita yang telah dikerjakan siswa
dapat disimpulkan bahwa media audio terbukti dapat meningkatkan
kemampuan menyimak cerita siswa. Media audio yang digunakan pada
siklus II mampu membantu siswa dalam memahami isi cerita. Sehingga
siswa mampu menceritakan kembali isi cerita yang telah disimak,
walupun hanya menggunakan bahasa yang masih sederhana, tapi sudah
sesuai dengan isi cerita.
Simpulan ini diambil dari hasil perbandingan antar hasil pekerjaan
siswa pada saat observasi siklus I dan Siklus II. Setelah pelaksanaan
pembelajaran kemampuan menyimak cerita dengan media audio,
kemampuan menyimak cerita siswa semakin meningkat. Hal ini terbukti
dengan penggunaan media audio siswa lebih mudah memahami dalam
menyimak isi cerita.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan kualitas pembelajaran, baik proses maupun hasil kemampuan
menyimak cerita dengan menggunakan media audio dari siklus I sampai siklus II.
Secara garis besar penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang
telah dikemukakan. Perumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran menyimak cerita dengan penggunaan
media audio pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo?
2. Apakah penggunaan media audio dapat meningkatkan kemampuan menyimak
cerita pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo?
Jawaban untuk perumusan masalah di atas dapat dipaparkan sebagai
berikut:
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) terhadap peningkatan
kemampuan menyimak cerita menggunakan media audio pada siswa kelas VI SD
Negeri 2 Kragilan dan dilaksanakan dalan dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan
dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan
tindakan, (3) tahap observasi dan interpretasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan siklus I, melakukan survey awal untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi dan kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil
kegiatan survei awal telah ditemukan bahwa kualitas proses dan hasil kemampuan
menyimak cerita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI SD Negeri 2
Kragilan masih tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi dengan
teman sejawat untuk berupaya mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan
penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak cerita.
Kemudian guru kelas VI menyusun rencana guna melaksanakan siklus I,
yang sekaligus merupakan tindakan awal dan utama untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan di dalam pembelajaran menyimak cerita. Pada siklus
pertama guru telah menggunakan media audio sebagai media pembelajaran
menyimak cerita. Berdasarkan siklus pertama tersebut diperoleh deskripsi hasil
pembelajaran menyimak cerita dengan media audio. Dari deskripsi tersebut
ternyata masih terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan di dalam
pelaksanaan tindakan. Kekurangan tersebut berasal dari guru, siswa, dan media
yang digunakan. Kelemahan dari pihak guru yaitu, posisi guru yang hanya selalu
berada di depan kelas, membuat perhatiannya hanya terfokus pada siswa yang
duduk di bangku deretan paling depan. Sedangkan siswa yang berada di deretan
bangku belakang kurang mendapat perhatian, sehingga siswa kurang kosentrasi
terhadap pembelajaran. Atau dengan kata lain pengelolaan kelas kurang baik.
Kelemahan dari pihak siswa yaitu, antusias dan minat mengikuti pembelajaran,
keberanian siswa dalam kegiatan menceritakan cerita yang telah disimak di depan
kelas serta pemahaman tentang isi cerita masih cukup rendah. Sedangkan
kelemahan dari segi media sulitnya untuk mendapatkan casset yang berisi cerita.
Kemudian kekurangan tersebut dapat dipahami karena siklus ini merupakan siklus
pertama yang masih banyak kekurangannya. Pada siklus pertama telah ditetapkan
bahwa batas minimal kelulusan adalah dengan nilai 60. Dari batasan minimal
tersebut diperoleh hasil 12 siswa yang dapat menyimak dengan baik.
Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan
untuk mengatasi kekurangan / kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
kemampuan menyimak cerita menggunakan media audio pada siklus I. Solusi
yang disepakati yaitu perubahan posisi guru dalam mengajar dari statis di depan
kelas menjadi rotasi ke seluruh kelas serta pemberian peringatan atau teguran
kepada siswa yang tidak fokus perhatiannya pada proses pembelajaran, siswa
diajak turut berpartisipasi aktif dalam tanya jawab tentang cerita yang telah
disimak. Juga pemberian motivasi belajar siswa dengan cara memberikan reward
atau hadiah berupa pujian kepada siswa yang berprestasi.
Berdasarkan pelaksanaan siklus II terbukti bahwa terjadi peningkatan
proses dan hasil pembelajaran menyimak cerita, jika dibandingkan dengan siklus
I. Tindakan yang telah dilakukan, guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang
mampu menarik minat siswa terhadap proses pembelajaran menyimak cerita
dengan media audio. Keberhasilan penggunaan media audio dalam upaya
meningkatkan menyimak cerita dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut:
1. Motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita
Sebelum tindakan penelitian ini dilaksanakan, siswa terlihat kurang
berminat dan termotivasi mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita.
Hal tersebut disebabkan siswa merasa tidak tertarik dengan cara mengajar
guru. Cara mengajar yang biasa digunakan oleh guru adalah dengan
membacakan cerita dari buku teks Bahasa Indonesia untuk kelas VI saja tanpa
menggunakan media apapun ayau sumber belajar yang lain. Kelemahan teknik
ini adalah munculnya kebosanan siswa, sehingga tidak termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran menyimak cerita. Hal tersebut terlihat dari suasana
kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak begitu aktif
menanggapi stimulus dari guru. Perhatian siswa tidak terfokus untuk
menyimak cerita yang dibacakan oleh guru, sebagian besar siswa diam atau
tidak merespon ketika guru memberi pertanyaan, serta berbicara dengan teman
yang lain.
Setelah tindakan dilakukan, yaitu dengan penggunaan media audio dalam
pembelajaran menyimak cerita, siswa terlihat lebih tertarik untuk mengikuti
pembelajaran menyimak Siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru serta
sangat antusias dalam menyimak cerita dengan media audio. Minat siswa
terhadap pembelajaran menyimak cerita dapat dikatakan mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilahat dari sikap siswa saat mengikuti kegiatan
belajar-mengajar. Siswa terlihat antusias dan semangat. Misalnya, hampir
seluruh siswa mengacungkan tangannya ketika guru meminta siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta siswa sangat terfokus dalam
menyimak cerita lewat media audio. Hal ini bagi siswa penggunaan media
audio merupakan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran menyimak
cerita. Selain itu guru juga memberikan reward berupa pujian atau
penambahan nilai bagi siswa yang aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran
adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan
kelas meliputi tindakan guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa,
menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
pemberian hukuman dan penghargaan, distribusi perhatian pelibatan siswa
dalam proses pembelajaran, kontak mata guru dengan siswa , dan posisi guru
di dalam kelas.
Pada survei awal pengamatan siklus I terlihat bahwa kemampuan
pengelolaan kelas oleh guru masih kurang baik. Hal tersebut terlihat dari
indikator-indikator sebagai berikut:
a. Guru kurang mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk aktif menjawab
pertanyaan, berpendapat, atau melibatkan siswa di dalam proses
pembelajaran.
b. Guru tidak memberikan penghargaan untuk siswa yang berhasil menjawab
pertanyaan selama proses pembelajaran, sekalipun hanya dalam betuk
pujian.
c. Posisi guru ketika proses pembelajaran berlangsung lebih banyak berada di
depan kelas atau hanya duduk di depan. Perhatian guru hanya terbatas
pada siswa yang duduk di tempat duduk deretan depan, sedangkan siswa
yang duduk di depan di deretan tempat duduk bagian tengah dan belakang
kurang mendapat perhatian dari guru.
d. Guru tidak memberikan peringatan atau teguran kepada siswa yang
perhatiannya tidak terfokus pada proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Misalnya, siswa berbicara dengan teman-temannya dan
saling melempar kertas atau alat-alat tulis.
e. Guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa yang dikenali saja
untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
3. Kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran serta
mengembangkan materi ajar
Sebelum tindakan penelitian dilakukan, guru kelas yang bersangkutan
tidak pernah menggunakan media pembantu dalam menyampaikann materi.
Guru hanya menggunakan buku teks sebagai acuan dan sumber belajar,
selebihnya guru hanya menggunakan papan tulis, tes lisan, dan metode yang
sering digunakan hanya ceramah. Guru tersebut beranggapan bahwa buku teks
saja cukup untuk digunakan sebagai media sekaligus sumber belajar siswa
karena sudah sesuai dengan KTSP yang berlaku di SD Negeri 2 Kragilan.
4. Peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak cerita
Sebelum diadakan tindakan, siswa mengalami kesulitan dalam memahami
isi cerita yang disampaikan oleh guru, terlebih lagi untuk menceritakan
kembali isi cerita yang telah disimak di depan kelas. Dari hasil tes tertulis,
hanya sebagian kecil siswa yang memperoleh hasil yang memuaskan dan
dinyatakan lulus. Selain itu, sebagian besar siswa masih ada yang belum
berani tampil di depan kelas untuk menceritakan kembali certa yang telah
disimak. Hal ini di karenakan anak belum mampu menguasai materi yang
disimak walaupun hanya menggunakan bahasa yang sederhana.
Setelah diadakan tindakan penelitian, kemampuan menyimak cerita siswa
mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari nilai tes tertulis dan nilai
unjuk kerja menceritakan kembali dari cerita yang disimak di depan kelas. Hal
ini tidal lepas dari peran guru yang selalu pro aktif terhadap siswa dalam
proses pembelajaran berlangsung.
5. Peningkatan nilai yang diperoleh pada setiap siklus
Proses dalam penilaian ini menekankan pada pengetahuan, pemahaman,
serta sikap siswa terhadap cerita yang telah disimak. Penilaian pada siklus I,
guru menetapkan batas minimal kelulusan sebesar 6,0, dari batasan tersebut
diperoleh 12 siswa yang memperoleh nilai di atas standar kelulusan. Penilaian
pada siklus II dilakukan dengan tes tertulis dan unjuk kerja, juga telah
ditetapkan batas minimal kelulusan sebesar 6,0, dari batasan tersebut diperoleh
18 siswa yang mampu memperoleh nilai diatas batas kelulusan minimal.
Peningkatan nilai siswa dapat dilihat pada lampiran.
Meskipun bisa dikatakan cukup lancar, namun di dalam proses
pelaksanaan penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan, namun semua
itu dapat teratasi. Terbukti dalam siklus II, siswa telah mampu memahami isi
cerita dengan baik dan siswa mampu menceritakan kembali dengan kalimat
yang runtut, baik dan benar.
Adapun deskripsi hasil penelitian, dari siklus I hingga siklus II dapat
dilihat pada table 11 berikhut:
Tabel 11. Deskrisi Hasil Penelitian
Deskripsi
Hasil
Penelitian
Siklu I Siklus II
1. Merancang skenario 1. Guru akan merotasi
pembelajaran. Posisi.
2. Guru menyusun rencana
pembelajaran.
2. Guru akan memotivasi
siswa di dalam proses
pembelajaran dengan
pemberian hadiah
atau penghargaan.
3. Guru merancang media
pembelajaran
3. Guru akan menegur
siswa yang perhatian-
nya tidak terfokus
pada proses pembela-
jaran.
4. Menyusun instrument
pembelajaran.
4. Siswa diajak untuk
bertanya jawab
tentang materi yang
telah disimak.
P E R E N C A N A A N
5. Siswa menceritakan
kembali cerita yang
telah disimak di depan
kelas secara individu.
Apersepsi
Guru bertanya jawab dengan
siswa tentang materi cerita.
Apersepsi
Guru bertanya jawab dengan
siswa tentang materi cerita.
P E L A K S A N A A N
Kegiatan Inti
1.Guru memberikan penjelasan
tentang materi yang akan di
ajarkan.
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan sedikit
penjelasan tentang materi
yang akan disampaikan.
2. Guru membunyikan tape
recorder yang berisi tentang
cerita dan siswa disuruh
menyimak.
2 Guru membunyikan tape
recorder yang berisi tentang
cerita dan siswa disuruh
menyimak.
3. Guru memberi pertanyaan
kepada siswa tentang materi
cerita yang telah disimak
dengan lisan.
3. Guru tanya jawab dengan
siswa secara lisan tentang
materi yang telah disimak.
4. Siswa disuruh merangkum
cerita yang telah disimak
dan dibacakan di depan
kelas.
4. Siswa disuruh menceritakan
kembali cerita yang telah
disimak yang berjudul
“Maafkan Aku Teman”
di depan kelas.
5. Guru melakukan evaluasi tes
tertulis.
5. Guru menuliskan rangkuman
dari cerita yang telah disimak
dan siswa menyalinnya
6. Siswa mengisi angket yang
telah dibagikan guru.
6. Guru memberikan evaluasi
tes terulis.
7. Guru memberikan reward
untuk semua siswa yang
berprestasi berupa pujian
atau hadiah yang lain.
T I N D A K A N
7. Guru dan siswa merefleksi
Proses belajar-mengajar.
8. Guru dan siswa merefleksi
proses pembelajaran yang
berlangsung.
H A S I L
1. Siswa yang antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran
menyimak cerita sebanyak 11
siswa atau sekitar 55%.
1. Siswa yang antusias dalam
mengikuti proses pembelajar-
an menyimak cerita sebanyak
17 siswa atau sekitar 85%.
2.Siswa yang aktif selama
kegiatan belajar-mengajar
berlangsung sebanyak 9
siswa atau sekitar 45%.
2. Siswa yang aktif selama
pemberian apesepsi sebanyak
18 siswa atau sekitar 90%.
3. Siswa yang antusias menja-
wab pertanyaan guru seba-
nyak 7 siswa atau sekitar
35%.
3. Siswa yang aktif selama
kegiatan belajar-mengajar
berlangsung sebanyak
17 siswa atau sekitar 85%.
4. Siswa yang sudah mampu
memahami cerita dengan
baik dan mampu
menceritakan kembali
cerita yang disimak
sebanyak 12 siswa atau
60%.
4. Siswa yang antusias
menjawab soal-soal
(lisan maupun tertulis)
sebanyak 19 siswa atau
sekitar 95%.
5. Berdasarkan angket yang
dibagikan kepada siswa,
sekitar 18 siswa atau sekitar
90%, siswa menyatakan
bahwa pembelajaran
menyimak cerita dengan
media audio lebih menarik
dan menyenangkan.
5. Berdasarkan hasil pekerjaan
siswa diketahui bahwa
18 siswa atau sekitar 90%
siswa sudah mampu tampil
menceritakan kembali cerita
yang telah mereka simak
dengan kalimat sederhana
secara lancar.
6. Dari batas kelulusan yang
ditetapkan tersebut sejumlah
18 siswa atau sekitar 90%
siswa dinyatakan lulus.
D. Indikator Keberhasilan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki dampak positif terhadap kegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas, peningkatan kemampuan guru, penggunaan
bahan ajar lainnya, dan pemanfaatan media pendidikan. Kegiatan belajar-
mengajar yang berlangsung secara konvensional di mana guru bertindak sebagai
penceramah yang memberikan materi, berubah menjadi suatu kegiatan dua arah.
Guru memberikan stimulus dan siswa merespon stimulu. Siswa yang semula tidak
begitu aktif menjadi aktif dalam pembelajaran seperti menjawab pertanyaan dari
guru, memperhatikan penyampaian materi dari guru dan berani tampil di depan
kelas untuk menceritakan kembali cerita yang telah disimak.
Ditinjau dari segi kemampuan guru masih mengalami kebingungan untuk
memotivasi siswa agar mau ikut aktif di dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Setelah tindakan penelitian ini, guru mulai dapat mengembangkan
kemampuannya untuk memotivasi siswa lebih akktif. Selain itu, guru yang semula
tidak berpikir untuk menggunakan media audio sebagai media dalam mengajar
menjadi ikut termotivasi untuk menggunakan media audio dalam mengajar
menyimak cerita. Kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan
mengembangkan materi meningkat setelah tindakan penelitian ini dilaksanakan.
Selain itu, kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas mengalami
peningkatan. Guru tidak lagi segan untuk memperingatkan atau menegur siswa
yang perhatiannya tidak terfokus pada proses pembelajaran dan memberikan
penghargaan kepada siswa yang berprestasi di dalam proses pembelajaran dan
memacu motivasi siswa untuk berpendapat atau ikut berpartisipasi aktif selama
proses pembelajaran berlangsung.
Ditinjau dari segi keaktifan siswa, telah terjadi perubahan positif terhadap
sikap siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa mau aktif dan berperan serta dalam
proses belajar-mengajar. Selain itu kemampuan siswa dalam menyimak cerita
meningkat dengan pemberian tambahan materi menyimak cerita bermediakan
audio ini. Pengetahuan siswa bertambah dengan penggunaan media audio.
Perubahan positif tersebut membawa dampak baik berupa peningkatan nilai siswa
dalam menyimak cerita.
Ditinjau dari segi pemanfaatan fasilitas dan pengembangan bahan ajar
telah terjadi peningkatan yang cukup memmuaskan. Guru mampu menggunakan
fasilitas belajar dengan maksimal dan mampu mengembangkan bahan ajar yang
digunakan. Bahan ajar yang semula bersumber dari satu buku teks berkembang
menjadi beberapa buku penunjang serta penggunaan media audio untuk menarik
minat siswa. Penggunaan materi baru ini merupakan pembaharuan terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung selama ini.
Berdasarkan indikator keberhasilan dapat dilihat pada persentase hasil
capaian sepaerti pada tabel 12 berikut:
Tabel 12. Persentase Hasil Capaian Indikator Keberhasilan
Persentase Hasil Capaian Aspek yang Diukur
Siklus I Siklus II Indikator Keberhasilan
1. Proses Pembelajaran
a. Antusias siswa
b. Perhatian Siswa
55%
45%
95%
85%
Siswa tampak antusias
dalam aktivitas
menyimak cerita dan
mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan guru.
Perhatian siswa hanya
terfokus pada kegiatan
menyimak cerita yang
menggunakan media
audio dan mengerjakan
tugas-tugas yang
diberikan guru selama
proses pembelajaran.
c. Keaktifan dan
keberanian siswa
menjawab pertanyaan
dan mengungkapkan
pendapat
95% Siswa tampak aktif
dalam menjawab
pertanyaan dan
mengungkapkan gagasan
serta ide selama proses
pembelajaran.
2. Ketuntasan hasil
Belajar (kemampuan
memahami, menjawab
pertanyaan serta
menceritakan isi cerita
yang disimak)
35%
60% 90% Mencapai standar
ketuntasan belajar
minimal untuk mata
pelajaran Bahasa
Indonesia, yaitu 6,0.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Secara singkat simpulan hasil penelitian ini yaitu:
1. Terjadi peningkatan proses pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas VI
SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo yang terefleksi dari beberapa indikator
sebagai berikut:
a. Minat dan motivasi siswa pada pembelajaran menyimak cerita mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa terlihat tertarik pada media audio
yang digunakan oleh guru di dalam pembelajaran menyimak cerita.
Perhatian siswa lebih terfokus pada proses pembelajaran menyimak cerita.
Siswa terlihat lebih rileks di dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini
terlihat dari raut muka mereka yang telihat tidak tegang, tidak ada lagi
siswa yang meletakkan kepala di atas meja, dan hubungan antara guru
dengan siswa terlihat akrab.
b. Siswa terlihat lebih aktif dan antusias untuk merespons stimulus dari guru
dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung dengan baik.
c. Siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk merespon pertanyaan
atau stimulus yang diberikan oleh guru dan turut berpartisipasi aktif di
dalam proses pembelajaran karena guru sudah mampu melakukan
pengelolaan kelas dengan baik.
d. Siswa mengalami peningkatan kemampuan memahami isi dan nilai moral
yang tekandung di dalam cerita yang disimak. Hal ini terlihat dari
banyaknya siswa yang berani merespons pertanyaan guru serta tampil
untuk menceritakan kembali isi cerita yang telah disimak dengan kalimat
sederhana secara runtut.
2. Terjadi peningkatan hasil pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas VI
SD Negeri 2 Kragilan Mojosongo. Hal tersebut terlihat dari hasil tes, baik tes
tertulis maupun tes unjuk kerja siswa yang dilakukan oleh guru mengalami
peningkatan setiap siklusnya. Jumlah siswa yang dinyatakan lulus meningkat.
Pada siklus I dan II diberi batasan kelulusan 6,0, sesuai dengan standar
ketuntasan belajar yang ditentukan pihak sekolah. Dari batasan tersebut
didapatkan hasil bahwa pada siklus I dari 20 siswa, 12 siswa dinyatakan lulus
atau sekitar 60%. Sedangkan pada siklus II dari 20 siswa, 18 siswa dinyatakan
lulus atau sekitar 90% yang melewati batasan ketuntasan minimal yaitu nilai
6,0.
B. Implikasi
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, implikasi
yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Implikasi pertama (1)
implikasi teoretis, yaitu implikasi teoretis yang memungkinkan adanya
temuan-temuan positif ke arah pengayaan pengetahuan dalam hal
pembelajaran menyimak cerita. Penelitian ini dapat membuka wawasan
pemahaman dan pendalaman materi menyimak cerita.
Implikas kedua (2) implikasi praktis yaitu untuk memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas, sehingga dapat
memotivasi guru dan peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis.
Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan
pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan atau memilih media
yang lebih tepat dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka perlu saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk lebih terfokus dalam mengikuti pembelajaran
menyimak cerita dengan media audio, agar hasil simakan mudah dipahami.
2. Bagi Guru
a. Pada dasarnya tugas guru adalah mengajar. Namun, dalam mengajar
hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap segala
tindakan yang akan ditempuh. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar
dalam pelaksanaannya, guru yang bersangkutan dapat memperkecil atau
dapat menghilangkan kemungkinan munculnya berbagai kelemahan dalam
proses pembelajaran yang terjadi. Selain itu, guru harus mampu memilih
metode dan media yang kiranya sesuai untuk menyampaikan materi agar
dapat menarik minat siswa.
b. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi serta dalam
pengelolaan kelas, sehingga pembelajaran yang dilakukannya dapat terus
meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.
Selain itu, guru hendaknya membuka diri untuk menerima berbagai saran
dan kritik agar dapat lebih memperbaiki kualitas dirinya.
3. Bagi Sekolah
Agar guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kualitas
pembelajaran yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas ini, disarankan
kepada pihak sekolah untuk: (a) mencukupi sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran, (b) memotivasi guru untuk senantiasa melakukan peningkatan
kenerjanya dengan jalan melakukan pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran (misalnya dengan melakukan PTK sejenis ini), (c) mengirim guru
kebeberapa forum ilmiah seperti seminar, lokakarya, workshop, diskusi ilmiah
penataran-penataran supaya wawasan guru bertanbah luas dan mendalam
pemahamannya tentang pendidikan dan pengajaran yang menjadi tugas
pokoknya.
4. Bagi Pembaca
Pembaca lainnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian lanjutan
mengenai media audio untuk diterapkan pada aspek keterampilan berbahasa
lainnya yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.