BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar...

13
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia Syarief Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai 2 juta unit, menurut Syarief, sampai dengan Desember 2012 UMKM mencapai 55,2 juta unit (www. economy.okezone.com). Pada tahun 2010 jumlah UMKM sebesar 53.828.569 unit dengan usaha mikro 53.207.500 unit, sedangkan pada tahun 2011 jumlah UMKM yaitu sebesar 55.206.444 unit dengan jumlah usaha mikro sebesar 54.559.969 unit, usaha kecil 602.195 unit, dan usaha menengah 44.280 unit (www.bi.go.id). Hal ini menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah UMKM semakin meningkat. Semakin banyak jumlah UMKM, maka dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan UMKM akan semakin besar. Tabel 1.1 Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Tahun 2009-2012 (Miliar Rupiah) Baki Debet 2009 2010 2011 2012 Kredit mikro 255.148,6 284.001,9 323.844,0 325.965,0 Kredit Kecil 284.017,9 395.769,9 515.181,5 636.146,3 Kredit Menengah 227.734,9 281.936,9 352.833,5 438.018,0 Sumber : Data Kredit UMKM Tahun 2009-2012 (data diolah kembali) (www.bi.go.id)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia Syarief

Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai 2 juta unit, menurut Syarief,

sampai dengan Desember 2012 UMKM mencapai 55,2 juta unit (www.

economy.okezone.com). Pada tahun 2010 jumlah UMKM sebesar 53.828.569 unit

dengan usaha mikro 53.207.500 unit, sedangkan pada tahun 2011 jumlah UMKM

yaitu sebesar 55.206.444 unit dengan jumlah usaha mikro sebesar 54.559.969

unit, usaha kecil 602.195 unit, dan usaha menengah 44.280 unit (www.bi.go.id).

Hal ini menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah UMKM semakin meningkat.

Semakin banyak jumlah UMKM, maka dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan

UMKM akan semakin besar.

Tabel 1.1

Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Tahun 2009-2012

(Miliar Rupiah)

Baki Debet 2009 2010 2011 2012

Kredit mikro 255.148,6 284.001,9 323.844,0 325.965,0

Kredit Kecil 284.017,9 395.769,9 515.181,5 636.146,3

Kredit

Menengah

227.734,9 281.936,9 352.833,5 438.018,0

Sumber : Data Kredit UMKM Tahun 2009-2012 (data diolah kembali)

(www.bi.go.id)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

2

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tahun 2009 perkembangan baki debet kredit UMKM yang diberikan

oleh perbankan sesuai dengan plafon, yaitu usaha mikro (Rp 0 – Rp 50 juta)

sebesar Rp 255.148,6 miliar, dan setiap tahun mengalami peningkatan, dan dari

tahun 2009-2012 yang terbesar pada tahun 2012 sebesar Rp 325.965,0 miliar.

Sedangkan untuk usaha kecil (>Rp 50 juta – Rp 500 juta) perkembangan baki

debet pada tahun 2009 sebesar Rp 284.017,9 miliar, dan terus meningkat hingga

tahun 2012 perkembangan baki debet kredit sebesar Rp 636.146,3 miliar.

Sementara untuk usaha menengah (>Rp 500 juta – Rp 5 miliar) pada tahun 2009

sebesar Rp 227.734,9 miliar, dan mengalami peningkatan sehingga pada tahun

2012 perkembangan baki debet kredit sebesar Rp 438.018,0 miliar. Setiap tahun

perkembangan baki debet yang diberikan oleh perbankan terus meningkat, baik

bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Perkembangan baki debet kredit

yang paling besar yaitu ditempati oleh usaha kecil, sedangkan yang terakhir yaitu

usaha mikro. Padahal usaha mikro adalah usaha yang paling banyak ada di

masyarakat Indonesia, tetapi ternyata perkembangan baki debet kreditnya lebih

kecil daripada usaha kecil dan usaha menengah yang jumlahnya jauh lebih sedikit

daripada usaha mikro.

UMKM pada saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan ekonomi di

masyarakat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan UMKM setiap tahunnya.

Masyarakat berpikir bahwa dengan mendirikan UMKM dapat meningkatkan taraf

hidup dan tentu pendapatannya akan meningkat. Banyak sekali permasalahan

yang dihadapi oleh UMKM, terutama mikro, karena usaha mikro masih minim

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

3

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

modal dan aset pun hanya terbatas, sehingga untuk mengajukan pembiayaan di

bank akan sedikit sulit, karena terbentur oleh jaminan. Usaha mikro memerlukan

lembaga keuangan yang dapat memberikan pembiayaan yang tidak memberatkan

usahanya.

Dalam Booklet Perbankan (2012, 15-16) ada beberapa permasalahan yang

menyebabkan sulitnya akses terhadap layanan jasa keuangan bagi masyarakat baik

dari sisi penawaran maupun permintaan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Desain dan Pola Pelayanan. Sebagai contoh, pada produk tabungan

yang biaya administrasinya dirasa berat bagi masyarakat kecil atau

tidak tersedianya layanan kredit harian bagi pedagang mikro,

menyebabkan mereka tetap menggunakan layanan kredit dari lintah

darat yang cicilannya dipungut langsung dari pedagang tersebut. Selain

itu, bank umumnya lebih mengutamakan kredit dalam jumlah besar

daripada kredit skala kecil yang dibutuhkan oleh UMKM.

2. Information gap. Kesenjangan informasi antara apa yang menjadi

persyaratan dan prosedur Bank maupun produk Bank dengan apa yang

umum diketahui oleh UMKM. Kesenjangan inilah yang memerlukan

jembatan penghubung antara masyarakat luas, khususnya UMKM,

dengan lembaga keuangan, terutama perbankan, sehingga

permasalahan dapat diidentifikasi dan pemecahan masalah disesuaikan

dengan permasalahan riilnya.

3. Masalah Legal atau Formalization Gap. Perikatan Bank dengan

nasabah umumnya diatur secara formal dengan persyaratan legal yang

ketat. Namun usaha mikro umumnya sulit untuk memenuhi

persyaratan formal bank seperti izin usaha, jaminan dalam bentuk

sertifikat sehingga akhirnya masyarakat miskin tidak mampu

memperoleh akses kredit yang memadai.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

4

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Self Exclusion. Keengganan untuk memperoleh layanan jasa keuangan

juga dapat disebabkan oleh terdapatnya keyakinan sebagian

masyarakat bahwa bunga Bank adalah riba yang diharamkan, sehingga

layanan jasa keuangan yang berdasarkan syariah dan terbebas dari riba

dapat menjadi solusi.

Sebenarnya terdapat berbagai jenis lembaga keuangan selain perbankan

dan yang sistem operasionalisasinya menggunakan syariah Islam, yaitu Asuransi

Syariah, Reksa Dana Syariah, serta Baitul Maal wa Tamwil. Dari ketiga jenis

tersebut, lembaga yang berhubungan dengan upaya pengentasan kemiskinan

adalah Baitul Maal wa Tamwil. Pada tahun 1992 muncul Bank Muamalat

Indonesia (BMI). Dengan adanya BMI diharapkan dapat menyentuh kalangan

bawah, tetapi pada kenyataannya hal tersebut terkendala dengan undang-undang

perbankan, usaha kecil/mikro tidak dapat memenuhi prosedur perbankan yang

telah dibakukan dalam undang-undang. Selain BMI ada BPRS, yaitu untuk

menjangkau masyarakat bawah, akan tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa

permasalahan, diantaranya prosedur peminjaman BPRS sama dengan bank umum

sehingga inilah yang menjadi kendala bagi usaha mikro. Dari permasalahan

tersebut muncullah lembaga keuangan lain yaitu Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

Menurut Muhammad Ridwan (2011:73) BMT merupakan “lembaga yang terlahir

dari kesadaran umat dan ditakdirkan untuk menolong kelompok mayoritas yakni

pengusaha kecil/mikro”.

Menurut Muhammad Ridwan (2011:74) mengenai peran BMT, yaitu :

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

5

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peran BMT dalam menumbuhkembangkan usaha mikro dan kecil di

lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi

pembangunan nasional. Bank yang diharapkan mampu menjadi perantara

keuangan ternyata hanya mampu bermain pada level menengah atas.

Hingga akhir 2012 sudah ada 3900 BMT di seluruh Indonesia

(www.tempo.co). Menurut Muhammad Ridwan (2011:126) “BMT merupakan

organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial terlihat dari definisi

Baitul Maal, sedangkan peran bisnis terlihat dari definisi Baitul Tamwil”.

Produk yang ditawarkan oleh BMT beragam, mulai dari tabungan,

pembiayaan, dan sewa/ijarah. Salah satu produk BMT, yaitu pembiayaan dengan

sistem bagi hasil. Menurut Suwardi selaku pendiri sekaligus Wakil Direktur dan

Peneliti Ekonomi-Politik Forum for Studies of Islam Thought and Civilization

menyatakan bahwa (www.jambiekspres.co.id)

Mengingat fasilitas pembiayaan dengan berbagai macam akad yang

ditawarkan oleh BMT sebagai lembaga keuangan mikro penyalur

pembiayaan berbasis syariah, sejatinya mampu melahirkan kekuatan

ekonomi baru dengan menghadirkan kreativitas berekonomi dan berbisnis.

Sebagai contoh, pelaku usaha selaku mudharib yang tidak memiliki modal

usaha namun memiliki keahlian tinggi dalam menciptakan laba usaha dan

bisnis dapat dibiayai seratus persen oleh shahibul maal (baca : BMT), atau

dengan pendekatan musyarakah, dan sejenisnya. Artinya, kreativitas bisnis

dalam lingkup usaha micro economic dapat seiring sejalan diberdayakan

dengan adanya semangat membangun ekonomi berbasis syariah yang

berkeadilan dan menguntungkan melalui lembaga BMT.

Pembiayaan yang paling pas untuk UMKM adalah pembiayaan bagi hasil,

yaitu pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Bagi usaha mikro pembiayaan

yang paling tepat adalah pembiayaan mudharabah, dimana BMT memberikan

modal 100% dan nasabah tinggal mengelola dana tersebut. Adapun pengertian

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

6

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembiayaan mudharabah menurut Veithzal dan Andria (2008:43), yaitu sebagai

berikut :

sistem kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak

pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh (100%) kebutuhan

modal (sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan

suatu proyek), sedangkan customer sebagai pengelola (mudharib)

mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini customer sebagai

pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya.

Pada dasarnya usaha mikro tidak terlalu membutuhkan dana yang terlalu

banyak, sehingga pembiayaan mudharabah ini sangat pas karena plafon

pembiayaan sampai Rp 50 juta, dan tidak akan memberatkan nasabah/usaha mikro

karena apabila ada kerugian selama itu bukan kelalaian nasabah, maka akan

ditanggung oleh shahibul maal (BMT).

Inkopsyah (Induk Koperasi Syariah) BMT adalah salah satu induk

koperasi syariah yang menaungi BMT di Indonesia. Sampai saat ini ada 385

anggota BMT di Indonesia. Berikut ini adalah pembiayaan yang disalurkan oleh

Inkopsyah BMT adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1

Grafik Pembiayaan Inkopsyah BMT Tahun 2009-2012

(Rupiah)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

7

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : Laporan Keuangan Inkopsyah BMT Tahun 2009-2012

(www.inkopsyahbmt.co.id) (data diolah kembali)

Pada gambar 1.1 di atas terlihat bahwa pembiayaan yang disalurkan oleh

Inkopsyah BMT setiap tahun terjadi peningkatan. Pada tahun 2009 pembiayaan

yang disalurkan sebesar Rp 38.577.317.624,70, pada tahun 2010 terjadi

peningkatan sehingga pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 60.210.572.426,8,

dan akhirnya pada tahun 2012 juga terjadi peningkatan sehingga pembiayaan yang

disalurkan sebesar Rp 133.357.360.023,00.

Gambar 1.2

Grafik Pembiayaan Mudharabah BMT “X” Tahun 2009-2012

(Rupiah)

0.00

20,000,000,000.00

40,000,000,000.00

60,000,000,000.00

80,000,000,000.00

100,000,000,000.00

120,000,000,000.00

140,000,000,000.00

160,000,000,000.00

2009 2010 2011 2012

Pe

mb

iaya

an

Tahun

Pembiayaan

Pembiayaan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

8

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : Data Pembiayaan Mudharabah BMT “X” Tahun 2009-2012

(data diolah kembali)

BMT “X” merupakan salah satu BMT di Kota Bandung yang menawarkan

produk pembiayaan mudharabah. Pada gambar 1.2 pembiayaan mudharabah pada

BMT “X” setiap tahun fluktuatif. Pada tahun 2009 pembiayaan yang disalurkan

sebesar Rp 121.000.000,00 dan terjadi penurunan pada tahun 2010, karena

pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 16.657.000,00. Pada tahun 2011 kembali

terjadi penurunan, pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 11.304.000,00 dan

pada tahun 2012 terjadi peningkatan, pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp

80.496.000,00. Untuk mendapatkan pembiayaan mudharabah pada BMT “X”,

nasabah harus memenuhi persyaratan, diantaranya yaitu Kartu Tanda Penduduk

(KTP), Kartu Keluarga (KK), Surat Nikah, Surat Ijin usaha,dan lain-lain. Pada

BMT “X” ini pembiayaan mudharabah banyak disalurkan pada bidang konveksi

dan distro, dan jangka waktu pembiayaan maksimal empat bulan, hal ini

0

20000000

40000000

60000000

80000000

100000000

120000000

140000000

2009 2010 2011 2012

Pe

mb

iaya

an M

ud

har

abah

Tahun

Pembiayaan Mudharabah

PEMBIAYAANMUDHARABAH

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

9

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikarenakan pembiayaan disesuaikan dengan proyek yang dijalankan oleh

nasabah. Sejalan dengan peningkatan penyaluran pembiayaan maka akan

meningkatkan pendapatan, seperti yang dinyatakan oleh Kasmir (2004:35) yaitu

“besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat

keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dan bunga simpanan”.

Adapun dalam prinsip syariah tidak ada yang namanya bunga yang ada adalah

bagi hasil.

Pada Inkopsyah BMT terjadi peningkatan pendapatan. Pada tahun 2008

pendapatan Inkopsyah BMT adalah sebesar Rp 2,6 miliar dan pada tahun 2009

pendapatannya sebesar Rp 4,3 miliar. Terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp

1,7 miliar dari tahun sebelumnya (www.inkopsyahbmt.co.id). Adapun berikut ini

grafik pembiayaan BMT “X” yaitu sebagai berikut :

Gambar 1.3

Grafik Pendapatan BMT “X” Tahun 2009-2012

(Rupiah)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

10

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : Data Pendapatan BMT “X” Tahun 2009-2012 (data diolah kembali)

Pada gambar 1.3 total pendapatan yang dihasilkan oleh BMT “X” terus

meningkat setiap tahun. Pada tahun 2009 pendapatan BMT “X” sebesar Rp

138.447.533,17 dan pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2010 terjadi peningkatan

sehingga pendapatan sebesar Rp 323.122.592,27. Pada tahun 2011 pendapatan

BMT “X” sebesar Rp 565.387.203,34 dan terjadi peningkatan pada tahun

berikutnya, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp 1.002.162.923,22.

Gambar 1.4

Grafik Persentase Pendapatan BMT “X” dari Pembiayaan Hiwalah,

Murabahah, dan Mudharabah Tahun 2009-2012

(%)

Sumber : Data Persentase Pendapatan dari Pembiayaan Hiwalah, Murabahah, dan

Mudharabah BMT “X” periode tahun 2009-2012 (data diolah kembali)

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1E+09

1.2E+09

2009 2010 2011 2012

Pe

nd

apat

an

Tahun

Pendapatan

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

2009 2010 2011 2012

Pe

rse

nta

se

Tahun

Hiwalah

Murabahah

Mudharabah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

11

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari gambar 1.4 di atas dapat dilihat bahwa pendapatan dari pembiayaan

murabahah pada tahun 2009 memiliki persentase terbesar terhadap total

pendapatan, yaitu sebesar 75,51%. Pada tahun 2010 persentase terbesar dari

pendapatan pembiayaan mudharabah sebesar 70%. Pada tahun 2011 dan 2012

persentase terbesar dari pendapatan pembiayaan hiwalah, yaitu sebesar 65% dan

83%. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (1994) (dalam Nurhayadi, 2008:1) „bunga

kredit ini menjadi sumber pendapatan (income) bagi setiap bank. Semakin banyak

jumlah kredit yang diberikan suatu bank, maka akan semakin banyak pula

pendapatan bank tersebut‟. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nurhayadi (2008) bahwa adanya hubungan yang sangat kuat antara volume

kredit bank kepada UMKM dengan pendapatan bank. Serta sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nita Gantini Gunawan (2012) bahwa volume

kredit berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan bank, dan penelitian yang

dilakukan oleh R. Bhatara Didjaya (2009) bahwa adanya hubungan positif kuat

antara pembiayaan dengan total pendapatan pada PT BPRS PNM Mentari.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul

“Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Pendapatan (Suatu Kasus

pada BMT “X”) ”

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dalam hal ini penulis

membatasi masalah dan akan menjadi pokok bahasan dan terbatas pada masalah :

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

12

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana pembiayaan mudharabah yang disalurkan kepada usaha

mikro pada BMT “X” ?

2. Bagaimana pendapatan BMT “X” ?

3. Apakah pembiayaan mudharbaah berpengaruh positif terhadap

pendapatan pada BMT “X” ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka maksud dan tujuan

penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan

mudharabah terhadap pendapatan pada BMT “X”.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian dalam penyusunan laporan ini

adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pembiayaan mudharabah yang

disalurkan kepada usaha mikro pada BMT “X”.

2. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan BMT “X”.

3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap

pendapatan pada BMT “X”.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7261/4/S_PEA_0907204_Chapter1.pdf1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia

13

Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan memperhatikan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini

diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Praktis

Dapat menjadi masukan dan informasi bagi BMT mengenai bagaimana

pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan, sehingga BMT dapat

mengetahui sampai sejauh mana pembiayaan mudharabah yang disalurkan pada

usaha mikro berpengaruh terhadap pendapatan BMT.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan mengenai bagaimana pengaruh

pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan.

2. Bagi Pembaca, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan mengenai pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap

pendapatan.