BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.unisnu.ac.id/454/2/BAB I.pdfterjadi dan sejauh mana...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.unisnu.ac.id/454/2/BAB I.pdfterjadi dan sejauh mana...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua orang mengakui adanya hubungan antara hukum adat dan hukum
Islam. Hanya yang diperselisihkan mengenai sejauh mana hubungan itu telah
terjadi dan sejauh mana pula yang mungkin akan terjadi diberbagai daerah di
Indonesia. Untuk itu perlu mengetahui bahwa terjadi hubungan antara hukum adat
dengan hukum Islam. Kendati demikian tidak semua hukum adat itu bisa diterima
ke dalam hukum Islam. Hanya saja kita perlu mencermati apakah hukum adat itu
bisa dimasukkan dan diterima kedalam hukum Islam atau tidak. Karena selama
hukum adat itu tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka hukum
adat itu bisa diterima ke dalam hukum Islam. Hubungan antara hukum adat
dengan hukum Islam itu bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Adat itu dapat diterima oleh perasaan sehat dan diakui oleh pendapat umum
2. Tidak ada persetujuan lain antara kedua belah pihak
3. Tidak bertentangan dengan nash, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.1
Sebagaimana Iddah telah dijelaskan secara eksplisit oleh nash al-Qur’an
maupun Sunnah. Akan tetapi ketika iddah tersebut dihadapkan pada suatu tradisi
hukum adat yang berlaku didaerah tertentu, maka iddah tersebut menjadi sebuah
masalah yang membutuhkan pengkajian secara cermat.2
1 Kusumadi Pudjosewojo, Pengantar Hukum Adat, (Jakarta,tt 2012), hlm.105
2 eprints.walisongo.ac.id/1383
2
Sebenarnya masalah iddah secara umum adalah sesuatu yang sudah
disepakati oleh para ulama selain juga telah dijelaskan secara eksplisit oleh nash
al-Qur‟an maupun Sunnah. Iddah memang merupakan suatu persoalan yang
sangat krusial di kalangan pemikir-pemikir zaman sekarang maupun dahulu.
Selain dinilai sebagai bias gender sehingga banyak mengundang para
cendekiawan mengkaji esensi dari iddah ini, para ulama‟ terutama ulama‟ fiqh
juga masih memperdebatkan masalah iddah karena adanya perkembangan
permasalahan fiqh. Hal ini tak luput dari adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. 3 Bila rahim perempuan itu telah berisi sel yang akan menjadi anak,
dalam beriddah itu akan kelihatan tandanya. Itulah sebabnya ia diharuskan
menunggu dalam masa yang ditentukan.4 Hitungan iddah itu telah ditentukan
sehingga wajib bagi setiap muslim untuk mengikuti ketentuan itu. Seperti dalam
surat Al-Baqarah ayat 228 :
(٢٢٢)امبقراة:
3 Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 2001), hlm. 71 4 Ibnu Mas‟ud, Zainal Abidin S, Fiqih Madzab Syafi‟i, buku 2 (Muamalat, Munakahat,
Jinayat), Cet. II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007, hlm. 372
3
Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka ( menunggu)
tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan Hari
Akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf. Tetapi para suami, mempunyai kelebihan diatas mereka. Dan
Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah: 228).5
Allah Ta’ala juga menjelaskan tentang masalah-masalah rumah tangga,
khususnya adalah bagi seorang istri yang suaminya meninggal dunia, apa yang
harus dia lakukan setelahnya dan berapa lama masa Iddahnya. Allah Ta’ala
berfirman dalam surat al-baqarah ayat 234:
(٢٣٤اة:)امبقر Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah)
empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka
tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri
mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
(Al-Baqarah: 234).6
Iddah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bersihnya rahim
seorang perempuan apakah ketika berlangsung perceraian si istri dalam keadaan
hamil ataupun tidak sehingga tidak tercampur antara keturunan suami yang
pertama dan suami setelah perceraian, yang kedua yaitu untuk memberi
5 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta
Aksara), hlm.55 6 Departemen Agama RI, Op.cit.hlm.237
4
kesempatan kepada suami-istri yang berpisah untuk kembali kepada kehidupan
semula jika mereka menganggap hal tersebut baik, dan yang terakhir adalah untuk
menjunjung tinggi masalah perkawinan yaitu agar dapat menghimpunkan orang-
orang yang arif untuk mengkaji masalahnya dan memberikan tempo berpikir
panjang. Jika tidak diberikan kesempatan demikian, ia tak ubahnya seperti anak-
anak kecil bermain sebentar disusun sebentar dirusak lagi. Jika terjadi sesuatu
yang mengharuskan putusnya ikatan tersebut, untuk mewujudkan tetap terjaganya
kelanggengan tersebut maka harus diberi tempo beberapa saat untuk
memikirkannya dan mempertimbangkannya 7. Hal itu sesuai dengan hadist nabi
muhammad saw yang diriwayatkan oleh Ummu Athiyah ra:
د امرأة عىل ميت فوق صىل هللا عليه وسمل قال: ) ل ت لث ثوعن أم عطية; أن رسول الل
ل ثوب عصب, ول تكتحل,ا, ول ثلبس ثوب مصبوغا, ا ل عىل زوج أربعة أشهر وعش
ول ا
ذا طهرت هبذة من قسط أو أظفار. ل ا
اخرجه امبخارى((ثمس طيبا, ا
Dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seorang perempuan berkabung atas
kematian lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya ia boleh
berkabung empat bulan sepuluh hari, ia tidak boleh berpakaian warna-wanri
kecuali kain 'ashob, tidak boleh mencelak matanya, tidak menggunakan
wangi-wangian, kecuali jika telah suci, dia boleh menggunakan sedikit sund
dan adhfar (dua macam wewangian yang biasa digunakan perempuan untuk
membersihkan bekas haidnya(.8
Oleh sebab itulah permasalahan iddah ini merupakan suatu issue yang
wajib dipahami oleh seluruh umat Islam baik laki-laki maupun perempuan, karena
selain mengandung beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perempuan
iddah juga menyuruh laki-laki untuk menunaikan kewajibannya. Seperti contoh
7 Sayid Sabiq, Op. Cit., hlm.136.
8 Imam Al-Mundziri, Hadis Shohih Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), hlm.478
5
dalam hal nafkah laki-laki wajib memenuhi nafkah istri yang sedang
melaksanakan iddah.
Berbicara mengenai kewajiban laki-laki dan perempuan dalam masa iddah
sebagaimana yang peneliti ketahui bahwa banyak sekali para janda di Desa
Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara yang mayoritas masyarakatnya
adalah pesisir yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk beriddah setelah
dicerai suaminya baik karena cerai hidup ataupun cerai mati, karena
ketidakfahaman mereka mengenai maksud dan tujuan iddah itu sendiri, selain itu
para janda tersebut juga tidak pernah mendapatkan haknya ketika masa iddah dan
itupun karena mereka tidak mengetahui ataupun tidak memintanya, seperti hak
dan kewajiban mereka dalam masa iddah serta batas waktu Padahal sebagaimana
penjelasan di atas bahwa iddah merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan bagi
umat Islam karena bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sekedar memberikan wawasan mengenai bentuk kehidupan masyarakat
pesisir dimana, secara sosiologis, karakter masyarakat dipengaruhi oleh etnik
yang tergambar dalam serangkaian tata nilai dan budaya. Psikologi memandang
adanya pengaruh lingkungan dalam membentuk karakter masyarakat. Jadi dari
dua sudut pandang tersebut peneliti simpulkan, bahwa karakteristik para janda
khususnya yang ada di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara
adalah karakter jawa dan pesisir. Masyarakat pesisir secara sosio-kultural
merupakan masyarakat yang mempunyai budaya pada maritim laut, pantai dan
6
berorientasi pasar. Tradisi ini berkembang menjadi budaya dan sikap hidup yang
kosmopolitan, inklusivistik, egaliter, dinamis dan pluralistik 9.
Perbedaan mendasar masyarakat pesisir dan masyarakat agraris adalah
pada akses terhadap sumberdaya Alam. Laut merupakan sumberdaya Alam yang
bersifat open acces sehingga siapapun dapat mengaksesnya. Hal ini sangat
berbeda dengan sumberdaya alam pada masyarakat agraris. Sumberdaya yang
bersifat terbuka ini menyebabkan persaingan antar nelayan menjadi semakin
keras. Tidak mengherankan nelayan atau penduduk pesisir pada umumnya
memiliki karakter yang keras dan kasar. Nur Syam mengungkapkan tentang orang
pesisir atau yang biasa disebut nelayan bahwa orang nelayan itu berbantal ombak
dan berselimut langit. Ungkapan ini menggambarkan betapa kerasnya kehidupan
seorang nelayan 10
.
Keadaan ini semakin diperparah dengan resiko pekerjaan yang tinggi baik
dalam keselamatan jiwa maupun ekonomi. Etnis jawa lebih dikenal sebagai
masyarakat agraris dibanding masyarakat pesisir. Jadi kesan jawa yang “halus
dan alon-alon waton kelakon”, tertutup oleh kesan pesisir-nya. Pun demikian
“kekerasan dan kekasaran” ala pesisir, tertutup oleh jawa-nya.
Adanya kehidupan yang keras itulah yang memaksa para janda di sana
untuk harus cepat menjalankan pekerjaan ketika mereka mengalami masa
perceraian baik karena ditinggal mati suaminya ataupun karena dicerai untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Antara janda yang satu dengan janda yang
lain memiliki banyak perbedaan dalam memahami iddah, karena alasan
9 Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (=beragam) yang
berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham, 10
Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. 95
7
pendidikan, banyak diantara mereka yang tidak mengetahui konsep iddah yang
sebenarnya bahkan tidak jarang dari mereka yang tidak memahami maksud dan
tujuan iddah.
Untuk lebih jelas peneliti mengambil contoh dari kehidupan janda karena
ditinggal mati suaminya, berdasarkan pada ketentuan syari’ah seorang perempuan
yang ditinggal mati suaminya harus melaksanakan iddah dirumah suaminya dan
tidak boleh keluar rumah dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, dan yang
demikian inilah yang sering disalahfahami dan tidak dilakukan oleh para janda di
Desa Telukawur tersebut. Begitu pula para janda yang diceraikan suaminya, tidak
jarang dari mereka yang hilang pada saat iddah dalam artian bahwa setelah terjadi
perceraian mereka tidak memberikan kesempatan kepada suami yang akan
merujuknya karena mereka telah berada jauh dari tempat tinggal. Karena
pengaruh lingkungan sehingga mereka mengikuti trend untuk bekerja jauh seperti
halnya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) keluar negeri, merantau ke kota dan
lain sebagainya, hal ini dilakukan karena untuk menghilangkan sakit hati dan
mengobati rasa sedih yang mereka rasakan setelah dicerai suaminya.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, peneliti menemukan beberapa
faktor penyebab dari pelaksanaan iddah yang kurang efektif dan kurang dipahami
oleh para Janda khususnya janda masyarakat pesisir Desa Telukawur. Faktor-
faktor yang menyebabkan ketidakefektifan pelaksanaan iddah dan pemahaman di
Masyarakat Pesisir Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara
adalah: 1) pendidikan, 2) Faktor ekonomi, dan 3). Faktor lingkungan.
8
Banyaknya ketidafahaman para janda mengenai semua hal yang
berhubungan dengan iddah tersebut maka peneliti beranggapan penelitian ini patut
untuk diteliti. Oleh Karena itulah peneliti mengangkat permasalahan tersebut
dalam sebuah skripsi berjudul “Studi Analisis Iddah Menurut Pandangan
Hukum Islam Dan Hukum Adat (Studi Kasus Di Desa Telukawur
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara)”, merupakan suatu penelitian yang
patut untuk diteliti mengingat bahwa banyak sekali hak-hak perempuan yang
terabaikan karena keterbatasan pemahaman dari perempuan itu sendiri. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui tentang faktor- faktor yang
menyebabkan ketidakfahaman tersebut dan bagaimana tindakan mereka setelah
diadakan penelitian ini.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis memberikan
interpretasi terhadap judul di atas sebagai berikut:
1. Studi Analisis Iddah
Studi ialah penyelidikan.11
analisis adalah mengamati atau mengkaji secara
rinci.12
Iddah ialah masa menanti yang diwajibkan atas perempuan yang
diceraikan suaminya ( cerai hidup atau cerai mati), gunanya supaya diketahui
kandungannya berisi atau tidak.13
11
John M. Echols dan Hasan Shadaily, Kamus Inggris-Indonesia, ( Jakarta: Ithaca,
1998), hlm.563 12
Imam Taufiq, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, ( Jakarta, Ganeca Exact, 2010), hlm.
62 13
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, ( Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hlm. 414
9
Sehingga yang dimaksud dengan Studi Analisis Iddah adalah
penyelidikan dengan mengamati dan mengkaji secara rinci tentang masa
menanti yang diwajibkan atas perempuan yang diceraikan suaminya ( cerai
hidup atau cerai mati), gunanya supaya diketahui kandungannya berisi atau
tidak.
2. Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Adat
Pandangan yang dimaksud disini adalah ialah melihat sesuatu agak
lama.14
Yang maksud penulis adalah pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan yang merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan
pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Hukum Islam adalah kehendak Allah untuk mengatur perbuatan-
perbuatan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan
bermasyarakat. 15
Hukum adat ialah hukum yang tidak bersumber pada peraturan-
peraturan.16
Hukum adat mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dan
elastis karena peraturan-peraturannya tidak tertulis. Dalam hukum adat dikenal
juga Masyarakat Hukum adat yaitu sekumpulan orang yang di ikat oleh tatanan
hukum/ peraturan adat sebagai warga bersama dalams satu persekutuan hukum
yang tumbuh karena dasar keturunan ataupun kesamaan lokasi tempat tinggal.
Sehingga yang dimaksud Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Adat
adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, dan
14
Imam Taufik, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Bandung: Ganeca, 2010), hlm.819 15
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Adat Bagi Umat Islam, (Yogyakarta: Fakultas Hukum
UII, 1999), hlm. 5. 16
Surojo Wignjodipuro, Pengantar Dan Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT Toko Gunung
Agung, 1967), hlm.14
10
arahan dari ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan dari
peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
yang hanya ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis deskripsikan bahwa yang
dimaksud dengan judul Analisis iddah menurut pandangan hukum islam dan
hukum adat ialah mengkaji secara rinci terhadap masa menanti yang
diwajibkan atas perempuan yang diceraikan suaminya (cerai hidup atau cerai
mati) menurut pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman,
dan arahan dari ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan dari
peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
yang hanya ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan.
C. Rumusan Masalah
Untuk melakukan proses penelitian, agar penelitian yang dilakukan tidak
keluar dari jalur pembahasan maka peneliti membatasinya dalam hal sebagai
berikut:
1. Bagaimana pemahaman para janda di lingkungan Desa Telukawur Kecamatan
Tahunan Kabupaten Jepara mengenai iddah?
2. Apakah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan iddah
para janda di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten ?
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemahaman para janda di lingkungan Desa Telukawur
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara mengenai iddah.
11
2. Untuk mengetahui Apakah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam
melaksanakan iddah para janda di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan
Kabupaten.
E. Manfaat Penulisan
1.Secara teoritis penelitian ini dilakukan untuk:
a. Mengetahui lebih jelas mengenai bagaimana konsep iddah menurut hukum
Islam.
b. Mengetahui berapa banyak masyarakat yang melaksanakan iddah sesuai
dengan yang diajarkan agama Islam.
2. Secara praktis penelitian ini dilakukan untuk:
a. Memberikan motivasi kepada sejumlah masyarakat yang belum sepenuhnya
melaksanakan iddah.
b. Memberikan pemahaman kepada janda pada khususnya, dan seluruh
masyarakat desa Telukawur pada umumnya.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid, maka peneliti akan
menerangkan beberapa metode yang dipergunakan dalam skrispsi ini:
1. Jenis dan Pendekatan
a) Jenis Penelitian
Jenis peneliti menggunakan jenis penelitian deskriftif, yaitu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
12
satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara variabel, satu dengan variabel yang lain.17
Penelitian ini berusaha menjawab pertannyaan-pertannyaan apakah
dan mendeskripsikan hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti akan
memberikan kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian
laporan.
b) Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.
Menurut Bogman dan Tailor yang dikutif Lexi J. Moeleong,
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang diamati.18
Kegunaan Metode Kualitatif menurut Lexi J. Moeleong seperti
yang di kutif Nur Khoiri adalah :
1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
2) Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dengan responden
3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.19
2. Waktu dan tempat penelitian.
17
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, ( Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 11 18
Lexi J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004),hlm. 4 19
Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan, ( Jepara: INISNU, 2012), hlm. LXII
13
Penelitian ini dilakukan di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan yang
dimulai tanggal 25 Februari sampai dengan 26 Maret 2014.
3. Subyek Penelitian
Adapun subyek penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Kepala KUA Kecamatan Tahunan
Kepala KUA disini sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam
menentukan kebijakan di wilayahnya terkait dengan masalah Pernikahan
dan status hukumnya.
b) Petugas Pencatat Nikah ( PPN) atau Modin
Petugas Pencatat Nikah atau Modin merupakan orang yang melaksanakan
akad nikah di desa Desa Telukawur . Maka dari itu, peran Petugas Pencatat
Nikah sangat penting dalam penelitian ini, serta sebagai sumber data primer
dalam penelitian ini.
c) Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat dalam hal ini sebagai unsur yang juga memiliki peran
penting guna tercapainya tujuan penelitian. Tokoh masyarakat sebagai
subyek dalam memberikan Pandangan terhadap iddah dalam pandangan
hukum islam dan hukum adat.
4. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui lebih jelas mengenai bagaimana konsep iddah menurut hukum
Islam.
14
b. Mengetahui berapa banyak masyarakat yang melaksanakan iddah sesuai
dengan yang diajarkan agama Islam.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang ada dalam penelitian ini adalah data kepustakaan (Library
research), data merupakan teori-teori dari para ahli yang berhubungan dengan
penelitian ini, data yang diperoleh dengan cara peneliti terjun kelapangan.
Untuk mempermudah memperoleh data di lapangan, penulis menggunakan
beberapa Teknik, yaitu:
a) Wawancara
Merupakan alat informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.20
Teknik
wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidikan subjek
atau responden. Berdasarkan strukturnya, pada penelitian kualitatif ada 2
jenis wawancara yaitu:
1) Wawancara relatif tertutup, wawancara format ini difokuskan pada topik
khusus atau umum, panduan dibuat rinci, namun nara sumber tetap
terbuka dalam berfikir.
2) Wawancara terbuka, peneliti memberi kebebasan diri kepada nara
sumber untuk berbicara secara luas dan mendalam, pada wawancara ini,
subjek peneliti lebih kuat pengaruhnya dalam menentukan isi
wawancara.21
20
S Margono, Op.Cit., hlm. 165. 21
Sudarwan Danim, Op.Cit, hlm. 132.
15
Teknik ini digunakan untuk menggali data tentang profil Desa
Telukawur , keadaan umum Desa Telukawur dan pelaksanaan Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi Pandangan masyarakat Desa Telukawur
terhadap Iddah.
a) Observasi
Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu
obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.22
Teknik ini juga
digunakan untuk mengetahui pengelolaan secara keseluruhan, letak
geografis serta untuk mengembangkan data-data yang terkait dengan
hukum yang berlaku di desa Telukawur.
b) Dokumentasi
Teknik Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, monografi desa, agenda dan sebagainya.23
Teknik ini
dipergunakan untuk memperoleh data tentang keadaan dan situasi umum
Desa Telukawur serta data-data lain yang bersifat dokumen.
6. Teknik Keabsahan Data
Pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
empat kriteria, yaitu (a) kredibelitas, (b) transferabilitas, (c) dependibilitas, dan
(d)konfirmabilitas.24
a. Kredibilitas
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1998), hlm.199 23
Ibid, hlm. 201. 24
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Kualitatif , ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000),
hml. 36
16
Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang
berhasil dikumpulkan sesuai dengan dunia nyata serta terjadi sebenarnya.
Untuk mencapai nilai kredibilitas digunakan teknik triangulasi sumber,
pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, diskusi
teman sejawat, pengamatan secara terus-menerus dan pengecekan
kecukupan referensi
b. Transferabilitas
Teknik pengujian data ini merupakan standart pengujian yang
dilakukan dengan cara memperkaya deskripsi tentang latar dan konteks
focus penelitian. Penjelasan yang detail tentang latar dan konteks
obyek penelitian, akan menambah valid hasil penelitian ini.25
c. Dependibilitas
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan
data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Cara
untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan
melalui audit dependebilitas oleh auditor independen guna mengkaji
kegiatan yang dilakukan peneliti. Dalam penelitian ini sebagai auditor
adalah dosen pembimbing.
d. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil penelitian yang
dilakukan dengan cara mengecek data, informasi, dan interpretasinya
25
Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 107.
17
dikonfirmasikan denganberbagai pihak guna ikut meriview proses
penelitian, agar temuan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah melalui
proses uji keakuratan perolehan penelitian.26
7. Teknik Analisis dan metode
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi wawancara dan lainnya guna meningkatkan
pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menjadikannya sebagai
teman bagi orang lain. Sedangkan demi meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.27
Pola analisis penelitian ini menggunakan pola pikir induktif yaitu
mengangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus
tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan
generalisasi yang bersifat umum.
Sedangkan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain adalah teknik triangulasi. Teknik
triangulasi berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alasan yang berbeda dalam
penelitian kualitatif hal itu dapat dicapai dengan beberapa jalan, diantaranya:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
26
Ibid 27
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996), hlm. 104.
18
c. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknis
pengumpulan data dan
d. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan Teknik yang
sama.28
Analisis data yang digunakan yaitu analisis nonstatistik yaitu
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang diwujudkan
bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian-
uraian.29
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Agar skripsi ini lebih mudah untuk dimengerti dan difahami sebelum
membaca secara keseluruhan, maka penulis memberikan sistematika pembahasan
sebagai berikut :
1. Bagian Depan Skripsi.
Pada bagian ini memuat beberapa halaman yaitu: Halaman Judul,
Halaman Persetujuan Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto
dan Persembahan, Halaman Abstraksi, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan
Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi.
Pada bagian ini memuat lima bab yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang Masalah,
Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat
Penelitian, Sistematika Penelitian.
28
Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 330-331. 29
Lexy J. Moleong, Ibid, hlm. 103.
19
BAB II : LANDASAN TEORI MELIPUTI:
A. Talak, berisi tentang Pengertian talak, Syarat-syarat talak,
Rukun talak, Macam-macam talak, Hukum talak
B. Iddah membahas tentang Definisi iddah menurut hukum islam
dan hukum adat, Dasar hukum iddah, Macam-macam iddah,
Hak dan kewajiban perempuan dalam masa iddah, Hikmah
iddah.
C. Hukum islam dan hukum adat di Desa Telukawur
BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN
A. Deskripsi umum tentang Desa Telukawur Kecamatan Tahunan
kabupaten Jepara.
Menjelasakan tentang letak geogtrafis, asal-usul sejarah desa
Desa Telukawur, keadaan sarana-prasarana,Visi dan Misi,
demonografi Desa Telukawur .
B. Data Khusus
1. Pandangan hukum islam terhadap iddah
2. Pandangan Masyarakat Desa Telukawur Terhadap Iddah
BAB IV : PEMBAHASAN TENTANG IDDAH MENURUT
PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT ( STUDI
KASUS DI DESA TELUKAWUR KECAMATAN TAHUNAN
KABUPATEN JEPARA)
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, saran-saran, kata penutup.