BAB I PENDAHULUAN - dinkeskotamakassar.comdinkeskotamakassar.com/attachments/article/19/Profil...

78
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah Kota Makassar dalam kebijakannya mengamanatkan Peningkatan Taraf Kesehatan Masyarakat sebagai prioritas bagi pembangunan Kota Makassar, dengan menempatkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai Program Utama. Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh kontribusi dari semua sektor, berdasarkan fungsi dan peranannya masing-masing. Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Tujuan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan tahun 2009 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2009 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2010. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas dan Morbiditas, serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lain-lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, gafik dan data kualitatif. 3. Dasar Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan perundangan Kesehatan antara lain :

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - dinkeskotamakassar.comdinkeskotamakassar.com/attachments/article/19/Profil...

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar BelakangKesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu,keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah Kota Makassardalam kebijakannya mengamanatkan Peningkatan Taraf KesehatanMasyarakat sebagai prioritas bagi pembangunan Kota Makassar, denganmenempatkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai ProgramUtama.Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh kontribusidari semua sektor, berdasarkan fungsi dan peranannya masing-masing.Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiappembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatanmasyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.2. TujuanTujuan diterbitkannya Profil Kesehatan tahun 2009 ini adalah dalamrangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian pembangunankesehatan tahun 2009 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2010.Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuatberbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas dan Morbiditas, sertadata pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan,seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan,dan lain-lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikandalam bentuk tabel, gafik dan data kualitatif.3. Dasar PenyusunanProfil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatanyang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan padadikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturanperundangan Kesehatan antara lain :

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 2

- Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan KeuanganAntara Pusat dan Daerah.- Undang-undang Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/Kota.- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :574/Menkes/SK/VII/2003 tentang Kebijakan Pembangunan KesehatanMenuju Indonesia Sehat 2010.- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan

Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kab/Kota Sehat.

- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan Kab/Kota.

4. Sistematika PenyusunanPenyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun2009 disusun secara sistematis mengikuti pengertian dari Visi IndonesiaSehat 2010. Sistematika penyajiannya sebagai berikut :Bab I : PendahuluanMenyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuanditerbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009.Bab II : Gambaran UmumMenyajikan gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dariKondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaanpenduduknya meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk,persebaran penduduk dan Kepadatan penduduk Kota Makassartahun 2009.Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruhterhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersama-sama

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 3

dengan kesehatan menentukan nilai Indeks PembangunanManusia (IPM) atau Human Development Index (HDI), antaralain faktor-faktor kependudukan, kondisi ekonomi, serta tingkatpendidikan di Kota Makassar.Bab III : Program Pembangunan KesehatanMemaparkan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan, Strategidalam mencapai Indonesia Sehat 2010 serta Visi BaruPembangunan Kesehatan ”MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRIDAN BERKEADILAN” berikut Indikatornya.Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai VisiIndonesia Sehat 2010 bagi tiap indikator ditetapkan target yangingin dicapai pada tahun 2010. Hal tersebut juga terdapat didalam Bab ini.Bab IV : Program Kesehatan Kota MakassarBab ini berisi strategi Dinas Kesehatan Kota Makassar untukmencapai Visi ”Makassar Sehat Menuju Kota Dunia”, denganmenitikberatkan Program Pembangunan Kesehatan pada EnamProgram Pokok yaitu : (1) Program Kebijakan dan ManajemenPembangunan Kesehatan, (2) Program dalam upaya PelayananKesehatan, (3) Program Perilaku Hidup Sehat dan PemberdayaanMasyarakat, (4) Program Pencegahan Pemberantasan Penyakitdalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, (5)Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibudan Anak), serta (6) Program Lingkungan Sehat/Program KotaSehat.Bab V : Pencapaian Program Kesehatan Kota MakassarMenyajikan data-data yang menggambarkan sejauh manapencapaian dari program-program kesehatan yang telahdilaksanakan sepanjang tahun 2009, berdasarkan Indikator-indikator yang menjadi acuan dalam pencapaian Visi Indonesia

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 4

Sehat 2010 yang juga terdapat dalam Standar Pelayanan

Minimal.Bab ini juga memuat Indikator-indikator meliputi AngkaKematian (Mortality Rate), Angka Kesakitan (Morbidity Rate),Pemberantasan Penyakit Menular, Perilaku Sehat (PHBS,Penyuluhan, Gizi, KIA, Imunisasi dan lain-lain), Lingkungan Sehat(Kota Sehat, Rumah Sehat, Akses Air Bersih, Tempat UmumPengelolaan Makanan dan lain-lain), Sarana PelayananKesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Apotik dan lain-lain) sertaSumber Daya Kesehatan yang meliputi aspek Ketenagaan danAnggaran Kesehatan.Bab VI : PenutupBab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal pentingsehubungan dengan penyusunan Profil Kesehatan Kota MakassarTahun 2009, termasuk peluang dan tantangan penyusunannyaserta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan KotaMakassar dalam mewujudkan Visi ”Indonesia Sehat 2010” serta”Makassar Sehat Menuju Kota Dunia” .

۞۞۞

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 5

BAB II

GAMBARAN UMUM

Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakanpintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secarageografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan SulawesiSelatan, pada titik koordinat 119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19” LintangSelatan.Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaituSebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasandengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Marosdan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnyaberupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meterdari permukaan laut.Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, KotaMakassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garispantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagiandari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagiandari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiringatau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebutadalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau BoneTambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, PulauKodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan PulauKayangan (terdekat).A. KEADAAN PENDUDUKMasalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputitiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran pendudukyang kurang merata serta komposisi penduduk yang kurangmenguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatiftinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT).

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 6

1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Makassar sampai dengan Tahun 2009

tercatat sebesar 1.272.349 jiwa (BPS Makassar). Tingginya tingkatpertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinyaarus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan,disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusatperdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah pendudukKota Makassar dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat pada Tabel II.1.Tabel II.1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota MakassarTahun 2005-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota MakassarGambar II.1Jumlah Penduduk Kota MakassarTahun 2005-2009

1.193.434

1.150.000

2005

2006

2007

2008

2009

TAH

UN

PENDUDUK MAKASSAR 2005-2009

Tahun Jumlah PendudukKota Makassar Laju Pertumbuhan200520062007200820091.193.4341.223.5401.235.2391.253.6561,272,349

--1,671,65000

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 6

1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Makassar sampai dengan Tahun 2009

tercatat sebesar 1.272.349 jiwa (BPS Makassar). Tingginya tingkatpertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinyaarus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan,disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusatperdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah pendudukKota Makassar dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat pada Tabel II.1.Tabel II.1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota MakassarTahun 2005-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota MakassarGambar II.1Jumlah Penduduk Kota MakassarTahun 2005-2009

1.193.434

1.223.540

1.235.239

1.253.656

1.272.349

1.150.000 1.200.000 1.250.000 1.300.000

JUMLAH PENDUDUK

PENDUDUK MAKASSAR 2005-2009

Tahun Jumlah PendudukKota Makassar Laju Pertumbuhan200520062007200820091.193.4341.223.5401.235.2391.253.6561,272,349

--1,671,65000

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 6

1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Makassar sampai dengan Tahun 2009

tercatat sebesar 1.272.349 jiwa (BPS Makassar). Tingginya tingkatpertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinyaarus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan,disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusatperdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah pendudukKota Makassar dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat pada Tabel II.1.Tabel II.1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota MakassarTahun 2005-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota MakassarGambar II.1Jumlah Penduduk Kota MakassarTahun 2005-2009

Tahun Jumlah PendudukKota Makassar Laju Pertumbuhan200520062007200820091.193.4341.223.5401.235.2391.253.6561,272,349

--1,671,65000

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 7

2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Persebaran PendudukPenduduk Kota Makassar pada tahun 2009 sebesar 1.272.349 jiwayang tersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata,hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiapkecamatan, serta kebijakan pemerintah tentang penetapan lokasipembangunan rumah pemukiman penduduk dan lokasi untukpengembangan kawasan industri. Sebagai contoh Kecamatan Tallo yangmempunyai luas wilayah 5,83 km2 (3,32 %) memiliki jumlah penduduk137.333 jiwa (10,79 %), sebaliknya Kecamatan Biringkanaya mempunyailuas wilayah 48,22 km2 (27,43 %) dari luas wilayah Kota Makassar hanyamempunyai jumlah penduduk 130.651 jiwa (10,27 %).Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatandapat dilihat pada tabel II.2 berikut :Tabel II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut KecamatanTahun 2006 s/d 2009No. Kecamatan Jumlah PendudukTahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 20091 Ujung Tanah 47.267 47.723 48.382 49.1032 Tallo 132.158 133.426 135.315 137.3333 Bontoala 60.276 60.850 61.809 62.7314 Wajo 34.178 34.504 35.011 35.5335 Ujung Pandang 27.941 28.206 28.637 29.0646 Makassar 80.874 81.645 82.907 84.1437 Mamajang 58.968 59.533 60.394 61.2948 Mariso 53.314 53.825 54.616 55.4319 Tamalate 148.589 150.014 152.197 154.46410 Rappocini 139.491 140.822 142.958 145.09011 Panakkukang 131.229 132.479 134.548 136.55512 Manggala 96.632 97.556 99.008 100.48413 Biringkanaya 125.636 126.839 128.731 130.65114 Tamalanrea 86.987 87.817 89.143 90.473J u m l a h 1.223.540 1.235.239 1.253.656 1,272,349Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 8

Gambar II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009

Kepadatan PendudukKepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata.Dengan jumlah penduduk sebesar 1,272,349 jiwa dan luas wilayah175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) KotaMakassar sebesar 7.239 jiwa/km2.Tabel II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009NO KECAMATAN PERSENTASEPENDUDUK JUMLAHKELURAHAN LUAS WIL.(km²) KEPADATANPENDUDUK /km²1 Ujung Tanah 3.86 12 5.94 8.2662 Tallo 10.79 15 5.83 23.5563 Bontoala 4.93 12 2.1 29.8724 Wajo 2.79 8 1.99 17.8565 Ujung Pandang 2.28 10 2.63 11.0516 Makassar 6.61 14 2.52 33.3907 Mamajang 4.82 13 2.25 27.2428 Mariso 4.36 9 1.82 30.4579 Tamalate 12.14 10 20.21 7.64310 Rappocini 11.40 10 9.23 15.71911 Panakkukang 10.73 11 17.05 8.00912 Manggala 7.90 6 24.14 4.16313 Biringkanaya 10.27 7 48.22 2.70914 Tamalanrea 7.11 6 31.84 2.841M A K A S S A R 100,00 143 175.77 7.239Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

0

UJUNG TANAHTALLO

BONTOALAWAJO

UJUNG PANDANGMAKASSAR

MAMAJANGMARISO

TAMALATERAPPOCINI

PANAKUKANGMANGGALA

BIRINGKANAYATAMALANREA

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 8

Gambar II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009

Kepadatan PendudukKepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata.Dengan jumlah penduduk sebesar 1,272,349 jiwa dan luas wilayah175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) KotaMakassar sebesar 7.239 jiwa/km2.Tabel II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009NO KECAMATAN PERSENTASEPENDUDUK JUMLAHKELURAHAN LUAS WIL.(km²) KEPADATANPENDUDUK /km²1 Ujung Tanah 3.86 12 5.94 8.2662 Tallo 10.79 15 5.83 23.5563 Bontoala 4.93 12 2.1 29.8724 Wajo 2.79 8 1.99 17.8565 Ujung Pandang 2.28 10 2.63 11.0516 Makassar 6.61 14 2.52 33.3907 Mamajang 4.82 13 2.25 27.2428 Mariso 4.36 9 1.82 30.4579 Tamalate 12.14 10 20.21 7.64310 Rappocini 11.40 10 9.23 15.71911 Panakkukang 10.73 11 17.05 8.00912 Manggala 7.90 6 24.14 4.16313 Biringkanaya 10.27 7 48.22 2.70914 Tamalanrea 7.11 6 31.84 2.841M A K A S S A R 100,00 143 175.77 7.239Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

0 50.000 100.000 150.000 200.000

49.103137.333

62.73135.533

29.06484.143

61.294

55.431154.464

145.090

136.555100.484

130.651

90.473

JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2009

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 8

Gambar II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009

Kepadatan PendudukKepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata.Dengan jumlah penduduk sebesar 1,272,349 jiwa dan luas wilayah175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) KotaMakassar sebesar 7.239 jiwa/km2.Tabel II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009NO KECAMATAN PERSENTASEPENDUDUK JUMLAHKELURAHAN LUAS WIL.(km²) KEPADATANPENDUDUK /km²1 Ujung Tanah 3.86 12 5.94 8.2662 Tallo 10.79 15 5.83 23.5563 Bontoala 4.93 12 2.1 29.8724 Wajo 2.79 8 1.99 17.8565 Ujung Pandang 2.28 10 2.63 11.0516 Makassar 6.61 14 2.52 33.3907 Mamajang 4.82 13 2.25 27.2428 Mariso 4.36 9 1.82 30.4579 Tamalate 12.14 10 20.21 7.64310 Rappocini 11.40 10 9.23 15.71911 Panakkukang 10.73 11 17.05 8.00912 Manggala 7.90 6 24.14 4.16313 Biringkanaya 10.27 7 48.22 2.70914 Tamalanrea 7.11 6 31.84 2.841M A K A S S A R 100,00 143 175.77 7.239Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

200.000

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 9

Gambar II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok UmurKomposisi penduduk menurut kelompok umur dapatmenggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisipenduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (DependencyRatio) yaitu perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur0 – 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur15 – 64 tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnyabeban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2009sebesar 48,1 %, dengan penduduk sebesar 1,272,349 jiwa yang terdiridari 858.933 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), 370.799 jiwapenduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), 42.617 jiwapenduduk lanjut usia (> 65 Tahun) Dependency Ratio 48,1 %. Hal inimemberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalammasyarakat.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

8.266

23.556

29.872

17.856

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 9

Gambar II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok UmurKomposisi penduduk menurut kelompok umur dapatmenggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisipenduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (DependencyRatio) yaitu perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur0 – 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur15 – 64 tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnyabeban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2009sebesar 48,1 %, dengan penduduk sebesar 1,272,349 jiwa yang terdiridari 858.933 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), 370.799 jiwapenduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), 42.617 jiwapenduduk lanjut usia (> 65 Tahun) Dependency Ratio 48,1 %. Hal inimemberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalammasyarakat.

Kepadatan Penduduk

29.872

17.856

11.051

33.390

27.242

30.457

7.643

15.719

8.0094.163

2.709

2.841

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 9

Gambar II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per KecamatanTahun 2009

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok UmurKomposisi penduduk menurut kelompok umur dapatmenggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisipenduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (DependencyRatio) yaitu perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur0 – 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur15 – 64 tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnyabeban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2009sebesar 48,1 %, dengan penduduk sebesar 1,272,349 jiwa yang terdiridari 858.933 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), 370.799 jiwapenduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), 42.617 jiwapenduduk lanjut usia (> 65 Tahun) Dependency Ratio 48,1 %. Hal inimemberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalammasyarakat.

Ujung Tanah

Tallo

Bontoala

Wajo

Ujung Pandang

Makassar

Mamajang

Mariso

Tamalate

Rappocini

Panakkukang

Manggala

Biringkanaya

Tamalanrea

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 10

Komposisi Penduduk Menurut Jenis KelaminSecara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurutjenis kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadappenduduk perempuan sebesar 92,2%. Berikut ini digambarkan komposisipenduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Makassartahun 2009.Tabel II. 4Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur danJenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

NO KELOMPOK UMUR(Tahun) JUMLAH PENDUDUKLAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH1 0-4 67,309 56,306 123,6152 5-9 63,494 66,162 129,6563 10-14 61,488 56,040 117,5284 15-19 60,285 72,389 132,6745 20-24 66,806 87,280 154,0866 25-29 56,272 71,356 127,6287 30-34 55,521 56,561 112,0828 35-39 45,491 52,304 97,7959 40-44 37,014 29,526 66,54010 45-49 25,729 29,164 54,89311 50-54 18,456 24,183 42,63912 55-59 15,296 19,563 34,85913 60-64 18,558 17,179 35,73714 >=65 18,551 24,066 42,617J U M L A H 610.270 662.079 1.272.349

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 11

Gambar II. 4Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur danJenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2009

B. KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto)Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensidan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutanuntuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkanpotensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telahdilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkanperekonomian daerah ini.Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telahdilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satudari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto(PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satupencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagaikeseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahundi wilayah tersebut.

0 20.000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65 +

15.296

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 11

Gambar II. 4Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur danJenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2009

B. KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto)Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensidan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutanuntuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkanpotensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telahdilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkanperekonomian daerah ini.Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telahdilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satudari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto(PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satupencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagaikeseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahundi wilayah tersebut.

20.000 40.000 60.000 80.000 100.000

67.309

63.494

61.488

60.285

66.806

56.272

55.521

45.491

37.014

25.729

18.456

15.296

18.558

18.551

56.306

66.162

56.040

72.389

87.280

71.356

56.561

52.304

29.526

29.164

24.183

19.563

17.179

24.066

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 11

Gambar II. 4Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur danJenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2009

B. KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto)Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensidan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutanuntuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkanpotensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telahdilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkanperekonomian daerah ini.Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telahdilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satudari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto(PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satupencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagaikeseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahundi wilayah tersebut.

100.000

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 12

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasilperhitungan PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku meningkat daritahun-tahun sebelumnya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, yakni sebesarRp. 26.068.221,49 miliar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel II.5 berikut :Tabel II. 5Perkembangan PDRB Kota Makassar & Sul-SelAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 – 2009

TAHUN PDRB SUL-SEL( Juta Rp ) PDRB MAKASSAR( Juta Rp ) % PDRB MAKASSARTHDP PDRB SUL-SEL20052006200720082009

52.042.724,4560.902.828,8069.271.924,5685.143.191,2715.744.193,9118.165.876,3220.794.721,3026.068.221,49

30,2529,8330,0230,62Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Tabel II.6Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota MakassarTahun 2005 – 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Tahun PDRB adhBerlaku(Milyar Rp) Perkembangan(persen) PDRB adhKonstan(Juta Rp) PertumbuhanEkonomi(Persen)20052006200720082009

15.744.193,9118.165.876,3220.794.721,3026.068.221,4919,9415,3814,4725,06

10.492.540,6711.341.848,2112.261.538,9213.561.827,187,168,098,1110,52

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 13

C. TINGKAT PENDIDIKANIndikator pokok kualitas pendidikan formal. Khusus untuk KotaMakassar pada Tahun 2009 persentase penduduk yang telah menempuhpendidikan setingkat sarjana (D-IV/S-1/S-2/S-3) sebesar 67.428 laki-laki dansebesar 63.019 perempuan atau sebesar 15,44 % dari keseluruhan jumlahpenduduk usia sekolah dengan range usia 5-24 tahun yang ada di KotaMakassar.Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek

kependudukan, perekonomian dan pendidikan, bersama-sama dengan

kesehatan menentukan besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

atau Human Development Index (HDI) baik untuk Provinsi Sulawesi Selatan

maupun Indonesia. Sebagaimana diketahui IPM Indonesia pada tahun 1990adalah 63 dan pada tahun 1996 naik menjadi 68. Namun demikian keadaankrisis menyebabkan IPM Indonesia pada tahun 1999 turun menjadi 64.Angka tersebut lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109 diantara180 negara di dunia. Hal ini berarti Indonesia berada di bawah peringkatMalaysia dan Thailand apalagi Singapura. Sementara IPM untuk ProvinsiSulawesi Selatan tahun 2001 sebesar 69,5 dengan IPM tertinggi adalah di

Kota Makassar dan terendah di Kabupaten Jeneponto.Adapun gambaran penduduk Kota Makassar usia 10 Tahun keatasberdasarkan jenis kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkanmenurut jenis kelamin Tahun 2009 digambarkan sebagai berikut :Tabel II. 7Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin &Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkandi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar۞۞۞

P E N D I D I K A N Laki-laki PerempuanJml % Jml %Tidak/Belum Pernah SekolahBelum/Tidak Tamat SDSDSLTPSMU/SMKAK/DIPLOMA (D-I/D-II/D-III)UNIVERSITAS( D-IV/S-1/S-2/S-3)

11.92561.48288.09477.203163.06710.26767.428

2,4912,8218,3716,1034,012,1414,06

23.91677.130108.37985.389163.07418.70563.019

4,4314,2920,0815,8230,223,4711,68

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 14

BAB III

PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini secarasignifikan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupundemikian, tidak dapat dipungkiri masih dijumpai berbagai tantangan danhambatan. Namun pada hakekatnya pembangunan kesehatan adalah nilaikebenaran dan aturan pokok sebagai landasan untuk berpikir atau bertindakdalam pembangunan kesehatan. Dasar inilah yang digunakan dalam penyusunanvisi, misi dan strategi sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan kesehatan.Visi Pembangunan KesehatanPembangunan Kesehatan diselenggarakan dalam upaya pencapaian Visi :”Indonesia Sehat 2010 ”. Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan,maka dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan Departemen Kesehatanharus dengan seksama memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatansebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan MenujuIndonesia Sehat 2010, yaitu (1) Perikemanusiaan, (2) Pemberdayaan danKemandirian, (3) Adil dan Merata dan (4) Pengutamaan dan Manfaat.Dengan memperhatikan dasar-dasar Pembangunan Kesehatan tersebutdan untuk mencapai sasaran Pembangunan Kesehatan pada akhir tahun 2009seperti telah ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2004-2009, dan juga denganmempertimbangkan perkembangan, masalah serta berbagai kecenderunganpembangunan kesehatan kedepan maka ditetapkan VISI DEPARTEMENKESEHATAN :

MASYARAKAT YANG MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT

Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat adalah suatu kondisi dimanamasyarakat Indonesia menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegahdan mengatasi permasalahan kesehatan yang ada sehingga dapat bebas darigangguan kesehatan baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguankesehatan akibat bencana maupun lingkungan dan perilaku yang tidakmendukung untuk hidup sehat.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 15

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapaimelalui pembangunan kesehatan masyarakat adalah masyarakat, bangsa dannegara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat danberperilaku hidup sehat serta memiliki akses untuk menjangkau pelayanankesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Visi pembangunan kesehatanyang ingin dicapai dinyatakan dalam motto Indonesia Sehat 2010.Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yangkondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas daripolusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan seperti perumahan danlingkungan yang layak dan sehat. Kawasan yang berwawasan kesehatan, sertaterwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong denganmemelihara nilai-nilai budaya bangsa.Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu implementasidalam mewujudkan hak asasi manusia yang patut dihargai dan diperjuangkanoleh semua pihak. Yang diharapkan dari masyarakat adalah tindakan proaktifuntuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinyapenyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalamgerakan kesehatan masyarakat.Visi Indonesia Sehat 2010 juga diimplementasikan oleh Pemerintah KotaMakassar dalam motto Kota Makassar Sehat 2010, melalui pemberdayaandari segala aspek untuk mencapai tujuan dan mampu menjangkau pelayanankesehatan yang bermutu dan merata bagi setiap masyarakat.MISI PEMBANGUNAN KESEHATANDalam rangka mewujudkan Visi ” Masyarakat Yang Mandiri Untuk HidupSehat ” maka Misi Departemen Kesehatan adalah :

MEMBUAT RAKYAT SEHAT

Departemen Kesehatan harus mampu sebagai penggerak dan fasilitatorpembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersamamasyarakat termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat baik fisik, sosialmaupun mental/jiwanya.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 16

NILAI - NILAIGuna mewujudkan Visi ” Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat ”dan mengemban Misi ”Membuat Rakyat Sehat”, Departemen Kesehatanmenganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai :1. Berpihak Pada RakyatDalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, DepartemenKesehatan akan selalu berpihak pada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatanyang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak azasi manusiatanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.UUD 1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahirdan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baikdan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.2. Bertindak Cepat dan TepatMasalah kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks danberubah dengan cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga, yang dapatmenimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam mengatasi masalahkesehatan, apalagi yang bersifat darurat harus dilakukan tindakan secaracepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan pertimbangan yangcermat, sehingga intervensi yang tepat dapat mengenai sasaran.3. Kerjasama TimDepartemen Kesehatan sebagai organisasi pemerintah memiliki SDMyang banyak yang merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim yangbesar. Oleh karena itu dalam mengemban tugas-tugas kesehatan harus dibinakerjasama tim yang utuh dan kompak dengan menerapkan prinsipkoordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.4. Integritas Yang Tinggi.Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, setiap anggota(karyawan dan pimpinan) Departemen Kesehatan harus memiliki komitmenyang tinggi dalam upaya mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan.Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua anggota Departemen

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 17

Kesehatan harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yangteguh dan bermoral tinggi.5. Transparan dan AkuntabelDalam era demokrasi dan perkembangan masyarakat yang lebihcerdas dan tanggap, tuntutan atas pelaksanaan tugas yang transparan dandapat dipertanggunggugatkan (akuntabel) terus meningkat. Oleh karenanyasemua kegiatan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan olehDepartemen Kesehatan harus dilaksanakan secara transparan, dapatdipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada publik.TUJUAN, STRATEGI DAN SASARAN UTAMA

TUJUANSebagai penjabaran dari Visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yangakan dicapai adalah Terselenggaranya Pembangunan Kesehatan secara Berhasil-guna dan Berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaransebagaimana tercantum dalam RPJMN (Perpres No. 07 Tahun 2005) yaitu :1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun.2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 35 menjadi 26/1.000 KH.3. Menurunnya Angka Kematian Ibu Melahirkan dari 307 menjadi226/100.000 KH.4. Menurunnya prevalensi Gizi Kurang pada anak Balita dari 25,8%menjadi 20 %.STRATEGI

Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup SehatDalam era reformasi, masyarakat harus dapat berperan aktif dalampembangunan kesehatan. Dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakanpembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 18

mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinyakebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan.Dalam pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat(UKBM), dalam rangka mewujudkan ”Desa Siaga” menuju Desa Sehat.Pengembangan Desa Siaga harus melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) utamanya PKK, organisasi keagamaan dan sektor swasta. KeberhasilanDesa Siaga ditandai oleh antara lain berkembangnya perilaku hidup bersihdan sehat, serta dikembangkan dan beroperasinya UKBM yang mampumemberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, keluarga berencana,perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan, gizi dan penanganankedaruratan kesehatan. Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan yang

BerkualitasSesuai dengan paradigma sehat, Departemen Kesehatan harusmengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secaraserasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. DepartemenKesehatan memfasilitasi revitalisasi sistem kesehatan dasar dan rujukannyadengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien, serta peningkatankualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan.Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusiakesehatan yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan perlu ditunjang denganadministrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang memadai,serta penelitian dan pengembangan kesehatan. Meningkatkan Sistem Surveilans, Monitoring dan Informasi KesehatanDilaksanakan dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalampelaporan masalah kesehatan di wilayahnya. Dalam keadaan daruratkesehatan dilakukan pengerahan anggaran dan tenaga pelaksana pada saatinvestigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan respons cepat. Disamping itudikembangkan dan ditingkatkan pula Sistem Peringatan Dini (Early Warning

System) dan penunjang kedaruratan kesehatan, serta dilaksanakan National-

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 19

Pandemic Preparedness Plan. Sistem Informasi Kesehatan pada semuatingkatan administrasi pemerintahan juga perlu diperbaiki dan dimantapkan. Meningkatkan Pembiayaan KesehatanDalam penggalian dana guna menjamin ketersediaan sumberdayapembiayaan kesehatan, Departemen Kesehatan melakukan advokasi dansosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah maupunmasyarakat termasuk swasta. Secara bertahap pembiayaan kesehatanbersumber pemerintah dapat diupayakan sebesar 15 % dari APBN dan APBD.Dalam upaya pengelolaan sumberdaya pembiayaan yang efektif danefisien, khususnya dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,dikembangkan sistem jaminan sosial, yang dimulai dengan asuransikesehatan penduduk miskin (Askeskin). Fasilitas kesehatan pemerintah,diupayakan dapat mengelola hasil pendapatan dari pelayanan kesehatan,guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan Visi baru PembangunanKesehatan yang secara singkat dinyatakan sebagai INDONESIA SEHAT 2010.Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2010 kelak bangsaIndonesia sudah akan hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidupbersih dan sehat, serta dapat memilih, menjangkau dan memanfaatkanpelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan berkeadilan sehingga memilikiderajat kesehatan yang optimal.Penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 berikut targetnya diawalidengan perumusan yang dilakukan melalui suatu pertemuan pejabat-pejabatDepartemen Kesehatan dan sejumlah pejabat kesehatan dari daerah-daerahterdekat di Jakarta. Pertemuan tersebut berlangsung pada tanggal 16 Juli 2003.Sementara penyusunan rancangan Indikator Indonesia Sehat 2010 sedangberlangsung. Departemen Kesehatan diminta oleh Departemen Dalam Negeriuntuk merevisi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747 Tahun 2000 tentangStandar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan untuk Daerah Kabupaten/Kota.Maka, penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 dan penyusunan Standar

INDONESIA SEHAT 2010

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 20

Pelayanan Minimal itu pun kemudian disinergikan. Dengan demikian makaindikator-indikator yang tercantum dalam Indikator Indonesia Sehat 2010,khususnya yang mengenai pelayanan kesehatan akan dapat ditemui juga sebagaiindikator Standar Pelayanan Minimal yang saat ini telah ditetapkan melaluiKeputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun 2004.Sesuai dengan pengelompokan indikator yang telah diuraikan, IndikatorIndonesia Sehat 2010 dikelompokkan ke dalam :Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiriatas unsur kualitas hidup disertai dengan indikator-indikator mortalitas,indikator-indikator morbiditas dan indikator-indikator status gizi.Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator keadaanlingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat serta indikator-indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikatorpelayanan kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikator-indikator manajemen kesehatan dan indikator-indikator kontribusi sektor-sektor terkait.Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Visi IndonesiaSehat 2010 bagi setiap indikator telah ditetapkan target yang akan dicapai diTahun 2010.

HASIL AKHIR = DERAJAT KESEHATAN YANG OPTIMALDerajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidupserta unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya, yaitu morbiditas danstatus gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah AngkaHarapan Hidup Waktu Lahir (Lo), sedangkan untuk Mortalitas telah disepakatitiga (3) indikator yaitu Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup, AngkaKematian Balita per 1.000 Anak Balita dan Angka Kematian Ibu Melahirkan per100.000 Kelahiran Hidup. Untuk Morbiditas telah disepakati lima (5) indikatoryaitu Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk, Angka KesembuhanPenderita TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (persentase kasus terhadap penduduk

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 21

beresiko), Angka [Acute Flaccid Paralysis (AFP)] pada anak usia < 15 tahunper 100.000 anak, Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000penduduk. Sementara itu untuk Status Gizi telah disepakati dua (2) indikatoryakni Persentase Balita dengan Gizi Buruk dan Persentase Kecamatan BebasRawan Gizi.Adapun target masing-masing indikator tersebut di atas untuk tahun2010 adalah sebagai berikut :Kualitas Hidup

AHH (Angka Harapan hidup ) 67,9

Mortalitas

AKB per 1.000 KH 40 AKABA per 1.000 AB 58 AKI per 100.000 KH 150

Morbiditas Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk 5 Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA + 85 Prevalensi HIV (% Kasus Terhadap Penduduk Beresiko) 0,9 Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada anak usia < 15 tahun 0,9per 100.000 anak Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) 2per 100.000 pendudukStatus Gizi

Persentase Balita dengan Gizi Buruk 15 Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi 80

HASIL ANTARA = KEADAAN LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP MASYARAKAT,AKSES & MUTU PELAYANAN KESEHATANLingkungan SehatUntuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untukmenciptakan lingkungan sehat telah dipilih dua (2) indikator yang diprogramkandalam sektor kesehatan yakni Persentase Rumah Sehat dan Persentase Tempat-tempat Umum Sehat.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 22

Adapun target yang diharapkan dari masing-masing indikator tersebutuntuk tahun 2010 adalah : Persentase Rumah Sehat 80 Persentase Tempat-tempat Umum Sehat 80

Perilaku Hidup MasyarakatPerilaku hidup bersih dan sehat mencakup perilaku individu dan keluargadalam rangka meningkatkan kesehatannya serta perilaku kelompok danmasyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Untuk initelah disepakati dua (2) indikator yakni Persentase Rumah Tangga BerperilakuHidup Bersih dan Sehat dan Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.Adapun target masing-masing indikator tersebut untuk tahun 2010adalah : Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih & Sehat 65 Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri 40

Akses & Mutu Pelayanan KesehatanUntuk melihat pemerataan, mutu, keterjangkauan dan keadilan pelayanantelah disepakati lima (5) indikator yaitu :1. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas,2. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Rumah Sakit,3. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan,4. Persentase Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan KesehatanSpesialis Dasar,5. Persentase Obat Generik Berlogo dalam Persediaan Obat.Adapun target dari masing-masing indikator tersebut untuk tahun 2010adalah sebagai berikut :

Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas 15Persentase penduduk yang memanfaatkan RS 1,5Persentase Sarana Kesehatan dengan kemampuan Laboratorium 100KesehatanPersentase RS yg melaksanakan 4 yankes spesialis dasar 100Persentase Obat Generik Berlogo dalam persediaan obat 100

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 23

PROSES & MASUKAN = PELAYANAN KESEHATAN, SUMBER DAYA KESEHATAN,MANAJEMEN KESEHATAN, KONTRIBUSI SEKTOR TERKAITHasil atau keluaran tersebut diatas dicapai melalui penyelenggaraanPembangunan Kesehatan yang membawa empat (4) Misi, yaitu (1) Pembangunan

Kesehatan harus dapat menggerakkan Pembangunan Nasional yang berwawasan

kesehatan, (2) Pembangunan Kesehatan harus dapat mendorong kemandirian

masyarakat untuk hidup sehat, (3) Pembangunan Kesehatan harus dapat

memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

terjangkau, dan (4) Pembangunan Kesehatan harus dapat meningkatkan

kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya. Kesemuanya itudilaksanakan melalui strategi utama yang berupa :(1) Desentralisasi Kesehatan, yang berisi strategi-strategi,(2) Pembangunan Berwawasan Kesehatan,(3) Profesionalisme dan(4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.Untuk menggambarkan kegiatan Pembangunan Kesehatan telahdisepakati adanya 8 Indikator Pelayanan Kesehatan, 13 Indikator Sumber DayaKesehatan, 5 Indikator Manajemen Kesehatan dan 4 Indikator Kontribusi SektorTerkait.Adapun target masing-masing indikator tersebut diatas untuk tahun 2010yaitu :Pelayanan Kesehatan Persentase Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 90 Persentase desa yang mencapai UCI 100 Persentase desa terkena KLB yg ditangani < 24 jam 100 Persentase bumil yang mendapat tablet Fe 80 Persentase Bayi yang mendapat ASI Eksklusif 100 Persentase Murid SD/MI yang mendapatkan pemeriks. Gigi & Mulut 90 Persentase pekerja yang mendapat Pelayan Kesehatan Kerja 80 Persentase Gakin yang mendapatkan pelayanan kesehatan 40

Sumber Daya Kesehatan Banyaknya Dokter per 100.000 penduduk 6 Banyaknya Dokter Spesialis per 100.000 penduduk 2 Banyaknya Dokter Keluarga per 1.000 keluarga 11 Banyaknya Dokter Gigi per 100.000 penduduk 10 Banyaknya Apoteker per 100.000 penduduk 100 Banyaknya Bidan per 100.000 penduduk 117,5 Banyaknya Perawat per 100.000 penduduk 22

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 24

Banyaknya Ahli Gizi per 100.000 penduduk 40 Banyaknya Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk 40 Banyaknya Ahli KesMas per 100.000 penduduk 40 Persentase penduduk yang menjadi peserta JPKM 80 Rata-rata persentase anggaran kesehatan dlm APBD Kab./Kota 15 Alokasi anggaran kes. pemerintah per kapita/tahun (ribuan rupiah) 100

Manajemen Kesehatan Persentase Kab./Kota yg punya dokumen Sistem Kesehatan 100 Persentase Kab./Kota yg memiliki “Contingency Plan” untukmasalah kesehatan akibat bencana 100 Persentase Kab./Kota yang membuat Profil Kesehatan 100 Persentase Provinsi yang melaksanakan SURKESDA 100 Persentase Provinsi yang mempunyai “Provincial Health Account” 100

Kontribusi Sektor Terkait Persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih 85 Persentase PUS yang menjadi Akseptor KB 66 Angka kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk 10 Persentase penduduk yang melek huruf 95

۞۞۞

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 25

BAB IV

PROGRAM KESEHATAN KOTA MAKASSARTitik berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh PresidenRepublik Indonesia pada tanggal 1 Maret 1999 yaitu Pembangunan NasionalBerwawasan Kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkanaspek kesehatan dalam setiap program pembangunan. Hal ini berarti pulakesehatan merupakan bagian integral dari Program Pembangunan Nasional(Propenas) yang juga telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor25 Tahun 2000.Untuk Kota Makassar strategi yang digunakan dalam mencapai“Makassar Sehat 2010” adalah :1. Peningkatan kinerja dan profesionalisme petugas kesehatan2. Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan sarana kesehatan3. Perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar4. Peningkatan kesehatan lingkungan dengan pendekatan wilayah yaituP2WKSS, Kelurahan Sehat, Kecamatan Sehat dan Kota Sehat.NILAI – NILAI :1) Berpihak pada rakyat2) Bertindak cepat dan tepat3) Kerjasama Tim4) Integritas yang tinggi5) Transparan dan Akuntabilitas.STRATEGI UTAMA

Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yangberkualitas Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 26

STRONG POINT

Program Kesehatan Kota MakassarPelayanan Kesehatan Dasar dan RujukanPromosi Kesehatan & Pemberdayaan MasyarakatPengembangan Sumber Daya KesehatanPencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta PenyehatanLingkungan.Peningkatan Kesehatan Ibu & Anak, Perbaikan Gizi MasyarakatProgram Pembangunan Kesehatan :(1) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan,(2) Program Upaya Dalam Pelayanan Kesehatan,(3) Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat,(4) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dalam MenurunkanAngka Kesakitan dan Kematian,(5) Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibu dan Anak)(6) Program Lingkungan Sehat. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan KesehatanBertujuan untuk menyediakan kebijakan dan menjaminmanajemen sumber daya yang efektif dan efisien bagi pembangunankesehatan dengan sasaran :1. Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya sistemkesehatan yang efisien, efektif, berkualitas dan berkesinambungan.2. Tersedianya sumber daya manusia di bidang kesehatan yang mampumelakukan berbagai kajian kebijakan kesehatan.3. Berjalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatanwilayah dan sektoral lain dalam mendukung desentralisasi.4. Terciptanya organisasi dan tatalaksana di berbagai tingkatadministrasi sesuai dengan azas desentralisasi dan penyelenggaraanpemerintahan yang baik.5. Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien,fleksibel diseluruh jajaran kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 27

6. Terciptanya mekanisme pengawasan dan pengendalian di seluruhjajaran kesehatan. Program Upaya dalam Pelayanan KesehatanBertujuan memberikan pelayanan dasar kesehatan bagi seluruhmasyarakat dengan sasaran :1. Memberikan pelayanan secara optimal bagi seluruh masyarakat,2. Peningkatan sarana dan prasarana dalam pemberian pelayanankesehatan,3. Adanya kerjasama bagi puskesmas dan rumah sakit dalam hal rujukankesehatan,4. Ketersediaan obat-obatan bagi masyarakat yang membutuhkannyadalam hal keterjangkauan masyarakat,5. Pemberian izin-izin bagi apotik-apotik sebagai pengadaan obat-obatandalam hal pengawasan obat yang beredar,6. Adanya kerjasama antara Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dalam haldata dan informasi penyakit. Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan MasyarakatBertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga danmasyarakat dengan sasaran :1. Meningkatnya perwujudan kepedulian Perilaku Hidup Bersih danSehat dalam kehidupan bermasyarakat.2. Menurunkan prevalensi perokok, Penyalahgunaan Napza sertameningkatkan lingkungan sehat bebas rokok dan Napza di sekolahtempat kerja dan tempat umum.3. Pemberdayaan masyarakat dalam menghidupkan adanya posyanduyang merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas.4. Menghidupkan adanya kesadaran masyarakat untuk tanaman obatyang bermanfaat (TOGA) di setiap rumah.5. Di setiap institusi diharapkan terdapat unit kesehatan dalampencegahan dan pengobatan.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 28

6. Penyebarluasan setiap informasi dengan cara penyuluhan danlokakarya kepada masyarakat. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dalam

Menurunkan Angka Kesakitan dan KematianTujuannya melindungi masyarakat dari penyakit baik menularmaupun tidak menular. Adapun sasarannya adalah menemukan secaracepat kasus atau penderita serta memantau keadaan penyakit disuatuwilayah baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, termasukjuga didalamnya pengamatan dan pemeriksaan kesehatan Calon JemaahHaji,(1) Pelaksanaan program imunisasi pada bayi, balita, WUS, Ibu Hamilserta pemeliharaan cold chain (rantai dingin) vaksin baik di Dinasmaupun di Puskesmas dan Rumah Sakit,(2) Pelaksanaan program pemberantasan penyakit yang bersumber daribinatang seperti nyamuk, anjing dengan melaksanakan Fogging,Abatesasi untuk pencegahan penyakit Demam Berdarah (DBD) daneliminasi hewan penyebar rabies.(3) Seksi pengendalian P2M : Pelaksanaan pengendalian dan pengawasanmeliputi program TB. Paru sasaran untuk menurunkan angkakesakitan dan mencegah penularan.Pengendalian dan pengawasan meliputi (1) Program TB Paru,

untuk menemukan angka kesakitan dan mencegah penularan penyakit TB

di masyarakat, (2) Program ISPA untuk menemukan angka kematian dan

kesakitan akibat pneumonia untuk balita, (3) Program Diare untuk

menurunkan angka kesakitan akibat diare dan memantau pelaksanaan

rehidrasi rumah tangga di masyarakat, (4) Pelacakan dan Pemberantasan

Kasus Avian Influensa/Flu Burung, (5) Pencegahan dan penanggulangan

Bahaya Narkoba/ HIV AIDS.

Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan KeluargaTujuannya memperbaiki tujuan khusus mutu gizi dan melindungikesehatan ibu dan anak (1) Meningkatkan Kemandirian Keluarga dalamupaya perbaikan status gizi, (2) Meningkatkan Pelayanan Gizi untuk

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 29

mencapai keadan gizi yang baik dengan Menurunkan Prevalensi GiziKurang dan Lebih, (3) Meningkatkan Penganekaragaman KonsumsiPangan Bermutu untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumahtangga, (4) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan bagi wanita usia subur,ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pelayanan kesehatantentang KB, (5) Pembentukan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasardan memupuk adanya kebersamaan dalam menolong setiap orang setiapanak sekolah, (6) Perbaikan Gizi dan Pemeliharaan Kesehatan bagi orang-orang yang usia lanjut. Program Lingkungan Sehat dan Hygiene Kesehatan.Tujuannya mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat sertamelindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal darilingkungan dengan sasaran : (1) meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat untuk memelihara lingkungannya, melalui ProgramKota Sehat; (2) meningkatkan cakupan keluarga yang mempunyai aksesterhadap air bersih yang memenuhi syarat kesehatan; (3) tercapainyapemukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syaratkesehatan di perkotaan termasuk daerah kumuh; (4) terpenuhinya saranakesehatan ditempat umum termasuk sarana ibadah, pasar, saranapendidikan, terminal dan hotel/penginapan; (5) peningkatan kualitasdalam hal persyaratan kesehatan bagi tempat-tempat umum dan tempatpengolahan makanan; (6) memberikan peluang bagi masyarakat yangingin berusaha dalam bidang Jasa Boga, Rumah Makan dan Restoran gunamendapatkan rekomendasi Laik Hygiene Sanitasi; (7) pengawasankualitas air minum bagi Depot Air Minum Isi Ulang dengan memberikanRekomendasi Laik Hygiene Sanitasi serta Sticker khusus setelahpemantauan; (8) pengawasan lingkungan dari produk keluaran pestisidadan insektisida guna mengontrol kadar yang diperkenankan sesuai aturanyang berlaku; (9) Peningkatan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerjasampai ke tingkat pelayanan kesehatan dasar (Pos UKK Puskesmas).

۞۞۞

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 30

BAB V

PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN KOTA MAKASSAR

A. DERAJAT KESEHATANGambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator -indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu :1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan HidupWaktu Lahir.2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB)per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000anak balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup.3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan DemamBerdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk, Angka Kesakitan Malariaper 1.000 penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, PersentasePenderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute

Flacid Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak.4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan giziburuk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi.1. UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCYMeningkatnya umur harapan hidup waktu lahir, sekaligusmemberikan gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnyaadalah karena meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikanumur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka kematian bayi sangatpeka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraanmasyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin padapenurunan AKB dan kenaikan umur harapan hidup pada waktu lahir.Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung jugamemberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup danderajat kesehatan masyarakat.Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Provinsi SulawesiSelatan terus meningkat dari 43 pada tahun 1971 meningkat menjadi

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 31

52 tahun 1980, kemudian 10 tahun kemudian meningkat lagi menjadi 60tahun 1990 dan turun menjadi 63,64 dan 68 pada tahun 1996, 1998 dantahun 2001. Angka Harapan Hidup tahun 2003 relatif sama antarkabupaten di Sulawesi Selatan yaitu berkisar antara 63 – 73 tahun.Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Kota Makassar jugaterus meningkat dari 67,9 pada tahun 2006 meningkat menjadi 70,6 padatahun 2007. Angka Harapan Hidup pada Tahun 2008 adalah 72,89,sedangkan tahun 2009 menjadi 73,43 tahun. Meningkatnya umurharapan hidup memberikan gambaran tentang adanya peningkatankualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.Gambar V. 1Umur Harapan Hidupdi Kota Makassar Tahun 2009

2. ANGKA KEMATIAN / MORTALITY RATEGambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapatdilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikatordalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan programpembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapatdihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utamakematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

67,9

65666768697071727374

2006

TAHUN

UHH

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 31

52 tahun 1980, kemudian 10 tahun kemudian meningkat lagi menjadi 60tahun 1990 dan turun menjadi 63,64 dan 68 pada tahun 1996, 1998 dantahun 2001. Angka Harapan Hidup tahun 2003 relatif sama antarkabupaten di Sulawesi Selatan yaitu berkisar antara 63 – 73 tahun.Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Kota Makassar jugaterus meningkat dari 67,9 pada tahun 2006 meningkat menjadi 70,6 padatahun 2007. Angka Harapan Hidup pada Tahun 2008 adalah 72,89,sedangkan tahun 2009 menjadi 73,43 tahun. Meningkatnya umurharapan hidup memberikan gambaran tentang adanya peningkatankualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.Gambar V. 1Umur Harapan Hidupdi Kota Makassar Tahun 2009

2. ANGKA KEMATIAN / MORTALITY RATEGambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapatdilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikatordalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan programpembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapatdihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utamakematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

6970

71

72

67,9

70,6

72,8973,43

2006 2007 2008 2009

TAHUN

UHH

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 31

52 tahun 1980, kemudian 10 tahun kemudian meningkat lagi menjadi 60tahun 1990 dan turun menjadi 63,64 dan 68 pada tahun 1996, 1998 dantahun 2001. Angka Harapan Hidup tahun 2003 relatif sama antarkabupaten di Sulawesi Selatan yaitu berkisar antara 63 – 73 tahun.Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Kota Makassar jugaterus meningkat dari 67,9 pada tahun 2006 meningkat menjadi 70,6 padatahun 2007. Angka Harapan Hidup pada Tahun 2008 adalah 72,89,sedangkan tahun 2009 menjadi 73,43 tahun. Meningkatnya umurharapan hidup memberikan gambaran tentang adanya peningkatankualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.Gambar V. 1Umur Harapan Hidupdi Kota Makassar Tahun 2009

2. ANGKA KEMATIAN / MORTALITY RATEGambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapatdilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikatordalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan programpembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapatdihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utamakematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

TargetUHH

CapaianUHH

TAHUN

UHH

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 32

a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR)Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapatdiperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi dimasyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakancommunity based data), sedangkan data kematian di fasilitaspelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukanmerupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi disuatu wilayah (facilitate based data). Angka kematian di Indonesiaberasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk,

Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yangberbasis bukti (Evidence Based).Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinkes KotaMakassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadipada tahun 2009 sebanyak 3.246 kematian dari 1.272.349 jiwa, tahun2008 jumlah kematian sebanyak 3.262 kematian dari 1.253.656 jiwapenduduk, meningkat dari jumlah kematian yang terjadi sepanjangtahun 2007 untuk semua golongan umur sebanyak 2.832 dari total1.235.239 jumlah penduduk kota Makassar. Ini berarti pada tahun

2009 dari 1.000 penduduk Kota Makassar terjadi 3 kematian (AKK = 2,5

per 1.000 penduduk). Angka Kematian Kasar di Kota Makassar tahun2007 s/d 2009 dapat dilihat pada gambar berikut :Gambar V. 2Jumlah Kematian dan Angka Kematian KasarDi Kota Makassar Tahun 2007 – 20092.000

4.000

Jumlah Kematian

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 32

a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR)Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapatdiperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi dimasyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakancommunity based data), sedangkan data kematian di fasilitaspelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukanmerupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi disuatu wilayah (facilitate based data). Angka kematian di Indonesiaberasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk,

Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yangberbasis bukti (Evidence Based).Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinkes KotaMakassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadipada tahun 2009 sebanyak 3.246 kematian dari 1.272.349 jiwa, tahun2008 jumlah kematian sebanyak 3.262 kematian dari 1.253.656 jiwapenduduk, meningkat dari jumlah kematian yang terjadi sepanjangtahun 2007 untuk semua golongan umur sebanyak 2.832 dari total1.235.239 jumlah penduduk kota Makassar. Ini berarti pada tahun

2009 dari 1.000 penduduk Kota Makassar terjadi 3 kematian (AKK = 2,5

per 1.000 penduduk). Angka Kematian Kasar di Kota Makassar tahun2007 s/d 2009 dapat dilihat pada gambar berikut :Gambar V. 2Jumlah Kematian dan Angka Kematian KasarDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

0

2.000

4.000

20072008

2009

2.8323.262

3.246

2,32,6 2,5

Jumlah Kematian AKK (Angka Kematian Kasar)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 32

a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR)Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapatdiperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi dimasyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakancommunity based data), sedangkan data kematian di fasilitaspelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukanmerupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi disuatu wilayah (facilitate based data). Angka kematian di Indonesiaberasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk,

Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yangberbasis bukti (Evidence Based).Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinkes KotaMakassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadipada tahun 2009 sebanyak 3.246 kematian dari 1.272.349 jiwa, tahun2008 jumlah kematian sebanyak 3.262 kematian dari 1.253.656 jiwapenduduk, meningkat dari jumlah kematian yang terjadi sepanjangtahun 2007 untuk semua golongan umur sebanyak 2.832 dari total1.235.239 jumlah penduduk kota Makassar. Ini berarti pada tahun

2009 dari 1.000 penduduk Kota Makassar terjadi 3 kematian (AKK = 2,5

per 1.000 penduduk). Angka Kematian Kasar di Kota Makassar tahun2007 s/d 2009 dapat dilihat pada gambar berikut :Gambar V. 2Jumlah Kematian dan Angka Kematian KasarDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

AKK (Angka Kematian Kasar)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 33

Tahun 2006 terjadi 2 kematian (AKK = 1,6 per 1.000penduduk). Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, dimanatercatat 2.331 kematian sepanjang tahun 2005 dari total 1.193.434jiwa penduduk Kota Makassar, yang berarti pada tahun 2005 terjadi 2kematian per 1.000 penduduk. (AKK = 1,95 per 1.000 penduduk).Penurunan angka kematian dapat juga berarti terjadi peningkatanusia harapan hidup (UHH), yang secara langsung ikut berperan dalampeningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Makassar.Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematiandi Kota Makassar tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel V. 110 Jenis Penyakit Penyebab Utama KematianDi Kota Makassar Tahun 2009No. JENIS PENYAKIT J U M L A H1 Hipertensi 7042 Asthma 6783 Jantung 4884 Ginjal 2685 Maag 1876 Broncho Pneumonia 1517 Diabetes Mellitus 1518 Lahir Mati/Prematur 239 Lever 10410 Kecelakaan 150T O T A L 2.942Sumber : Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota Makassarb. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR)Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995sampai dengan tahun 1999 menunjukkan kecenderungan menurunyakni 55 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1995dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi per 1.000kelahiran hidup pada tahun 1999.Menurut hasil Surkesnas/Susenas, AKB di Indonesia padaTahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 34

SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar menjadi 35 per1.000 kelahiran hidup.Angka Kematian Bayi di Kota Makassar pada tahun 2009sebesar 11,4 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayisebanyak 321 kematian bayi dari 27.967 jumlah kelahiran hidup(AKB = 11,4/1000 KH). Pada tahun 2008 sebesar terdapat293 kasus kematian bayi (sumber : BPS Tahun 2008) dari jumlahkelahiran hidup 24.853 (sumber : Bidang PSM Dinkes Makassar),sehingga diperoleh AKB sebesar 11,8 per 1.000 kelahiran hidup(AKB=11,8 / 1000 KH). Pada tahun 2007 terdapat 254 kasuskematian bayi (sumber : BPS Makassar) dari jumlah kelahiran hidup25.132 (sumber : Bidang PSM) sehingga diperoleh AKB sebesar10,1 per 1.000 kelahiran hidup (AKB=10,1/1000 KH).

Gambar V. 3Angka Kematian BayiDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

Terjadinya penurunan angka kematian bayi merupakanindikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagaisalah satu wujud keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.Hal tersebut merupakan respon positif dari upaya pemerintah untukmendekatkan masyarakat dengan sarana dan tenaga kesehatan.

9,5

10

10,5

11

11,5

12

AKB

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 34

SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar menjadi 35 per1.000 kelahiran hidup.Angka Kematian Bayi di Kota Makassar pada tahun 2009sebesar 11,4 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayisebanyak 321 kematian bayi dari 27.967 jumlah kelahiran hidup(AKB = 11,4/1000 KH). Pada tahun 2008 sebesar terdapat293 kasus kematian bayi (sumber : BPS Tahun 2008) dari jumlahkelahiran hidup 24.853 (sumber : Bidang PSM Dinkes Makassar),sehingga diperoleh AKB sebesar 11,8 per 1.000 kelahiran hidup(AKB=11,8 / 1000 KH). Pada tahun 2007 terdapat 254 kasuskematian bayi (sumber : BPS Makassar) dari jumlah kelahiran hidup25.132 (sumber : Bidang PSM) sehingga diperoleh AKB sebesar10,1 per 1.000 kelahiran hidup (AKB=10,1/1000 KH).

Gambar V. 3Angka Kematian BayiDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

Terjadinya penurunan angka kematian bayi merupakanindikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagaisalah satu wujud keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.Hal tersebut merupakan respon positif dari upaya pemerintah untukmendekatkan masyarakat dengan sarana dan tenaga kesehatan.

10,1

11,8

11,4

9

9,5

10

10,5

11

11,5

12

2007 2008 2009

TAHUN

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 34

SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar menjadi 35 per1.000 kelahiran hidup.Angka Kematian Bayi di Kota Makassar pada tahun 2009sebesar 11,4 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayisebanyak 321 kematian bayi dari 27.967 jumlah kelahiran hidup(AKB = 11,4/1000 KH). Pada tahun 2008 sebesar terdapat293 kasus kematian bayi (sumber : BPS Tahun 2008) dari jumlahkelahiran hidup 24.853 (sumber : Bidang PSM Dinkes Makassar),sehingga diperoleh AKB sebesar 11,8 per 1.000 kelahiran hidup(AKB=11,8 / 1000 KH). Pada tahun 2007 terdapat 254 kasuskematian bayi (sumber : BPS Makassar) dari jumlah kelahiran hidup25.132 (sumber : Bidang PSM) sehingga diperoleh AKB sebesar10,1 per 1.000 kelahiran hidup (AKB=10,1/1000 KH).

Gambar V. 3Angka Kematian BayiDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

Terjadinya penurunan angka kematian bayi merupakanindikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagaisalah satu wujud keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.Hal tersebut merupakan respon positif dari upaya pemerintah untukmendekatkan masyarakat dengan sarana dan tenaga kesehatan.

11,4

2009

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 35

c. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR)Angka Kematian Balita (1 - 4 tahun) adalah jumlah kematiananak umur 1 - 4 tahun per 1.000 anak balita. AKABA menggambarkantingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkunganyang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi,sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator inimenggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dantingkat kemiskinan penduduk.Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian Balitayang disurvei pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperolehgambaran besarnya proporsi penyebab utama kematian Balita, yangdapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel V. 2

Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di IndonesiaHasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001Sumber:BSuSSumber : Badan Litbangkes, Publikasi hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001dalam Profil Kesehatan Indonesia 2003

Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebabkematian Balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidakterlalu banyak mengalami perubahan, penyakit infeksi masihmerupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001,kematian Balita yang tertinggi adalah kematian akibat Pneumonia (4,6per 1.000 Balita), disusul oleh kematian akibat Diare (2,3 per 1.000Balita).

SKRT 1995 SURKESNAS 2001Jenis penyakit % Jenis penyakit %1. Gangguan sistem pernafasan2. Gangguan perinatal3. Diare4. Infeksi dan parasit lain5. Saraf6. Tetanus

30,8 %21,6 %15,3 %6,3 %5,5 %3,6 %

1. Sistem Pernafasan(Pneumonia)2. Diare3. Saraf4. Tifus5. Sistem pencernaan6. Infeksi lain

22,8 %13,2 %11,8 %11,0 %5,9 %5,1 %

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 36

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 DinasKesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassarpada tahun 2007 sebesar 2,46 per 1.000 kelahiran hidup dimanatercatat 62 kematian balita dari 25.132 kelahiran hidup. Pada tahun2008 jumlah kematian balita sebanyak 83 balita dari 24.853 kelahiranhidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,34 per1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009 jumlah kematian balitasebanyak 43 balita dari 27.967 kelahiran hidup sehingga diperolehAngka Kematian Balita sebesar 3,71 per 1.000 kelahiran hidup.Gambar V. 4Angka Kematian BalitaDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

d. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR)Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkantingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu,kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutamauntuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masanifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan antara lain peningkatan kemitraan antara Bidan dan Dukun.Harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombakdalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).Di Kota Makassar, AKI maternal pada tahun 2009 sebesar16 per 100.000 kelahiran hidup (AKI : 16/100.000 KH). Angka inididapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasilpencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan

AKABA

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 36

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 DinasKesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassarpada tahun 2007 sebesar 2,46 per 1.000 kelahiran hidup dimanatercatat 62 kematian balita dari 25.132 kelahiran hidup. Pada tahun2008 jumlah kematian balita sebanyak 83 balita dari 24.853 kelahiranhidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,34 per1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009 jumlah kematian balitasebanyak 43 balita dari 27.967 kelahiran hidup sehingga diperolehAngka Kematian Balita sebesar 3,71 per 1.000 kelahiran hidup.Gambar V. 4Angka Kematian BalitaDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

d. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR)Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkantingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu,kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutamauntuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masanifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan antara lain peningkatan kemitraan antara Bidan dan Dukun.Harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombakdalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).Di Kota Makassar, AKI maternal pada tahun 2009 sebesar16 per 100.000 kelahiran hidup (AKI : 16/100.000 KH). Angka inididapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasilpencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan

2,46

3,343,71

00,5

11,5

22,5

33,5

4

2007 2008 2009

AKABA

TAHUN

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 36

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 DinasKesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassarpada tahun 2007 sebesar 2,46 per 1.000 kelahiran hidup dimanatercatat 62 kematian balita dari 25.132 kelahiran hidup. Pada tahun2008 jumlah kematian balita sebanyak 83 balita dari 24.853 kelahiranhidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,34 per1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009 jumlah kematian balitasebanyak 43 balita dari 27.967 kelahiran hidup sehingga diperolehAngka Kematian Balita sebesar 3,71 per 1.000 kelahiran hidup.Gambar V. 4Angka Kematian BalitaDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

d. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR)Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkantingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu,kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutamauntuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masanifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan antara lain peningkatan kemitraan antara Bidan dan Dukun.Harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombakdalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).Di Kota Makassar, AKI maternal pada tahun 2009 sebesar16 per 100.000 kelahiran hidup (AKI : 16/100.000 KH). Angka inididapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasilpencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan

3,71

2009

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 37

dilaporkan oleh Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas KesehatanKota Makassar dimana tercatat 4 kasus kematian Ibu Maternaldari 27.967 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkansepanjang tahun 2008 sebanyak 4 kasus kematian ibu dari24.853 jumlah kelahiran hidup sehingga didapatkan Angka KematianIbu (AKI) sebesar 16,1 per 100.000 kelahiran hidup,(AKI = 16,1/100.000 KH) menurun dari tahun 2007 dimana tercatat5 kasus kematian ibu dari 25.132 kelahiran hidup dengan AKI :

19,9/100.000 KH. Adapun kasus kematian maternal tersebut terjadidi wilayah kerja Puskesmas yang disajikan dalam tabel berikut.Tabel V. 3Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah PuskesmasKota Makassar Tahun 2009PUSKESMAS JUMLAH KEMATIANIBUAndalasCendrawasihAntang

J u m l a h1214

Sumber : Bidang Peran Serta Masyarakat

Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun ke tahunmenggambarkan semakin membaiknya tingkat kesadaran perilakuhidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, serta kondisi kesehatanlingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibuhamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 38

Gambar V. 5Angka Kematian IbuDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

3. STATUS GIZIStatus gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizibalita, status gizi wanita usia subur , Anemia gizi besi pada ibu danpekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khususuntuk GAKY di Kota Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukantetapi jumlahnya tidak berarti, terbukti dengan cakupan kelurahandengan garam beryodium baik mencapai angka 100%.Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukanstatus gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut :a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakansalah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematianbayi (baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakandalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungankurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth

retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi beratbadannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGRkarena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakitmenular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

AKI

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 38

Gambar V. 5Angka Kematian IbuDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

3. STATUS GIZIStatus gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizibalita, status gizi wanita usia subur , Anemia gizi besi pada ibu danpekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khususuntuk GAKY di Kota Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukantetapi jumlahnya tidak berarti, terbukti dengan cakupan kelurahandengan garam beryodium baik mencapai angka 100%.Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukanstatus gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut :a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakansalah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematianbayi (baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakandalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungankurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth

retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi beratbadannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGRkarena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakitmenular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

19,916,1 16

0

5

10

15

20

25

2007 2008 2009

AKI

TAHUN

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 38

Gambar V. 5Angka Kematian IbuDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009

3. STATUS GIZIStatus gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizibalita, status gizi wanita usia subur , Anemia gizi besi pada ibu danpekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khususuntuk GAKY di Kota Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukantetapi jumlahnya tidak berarti, terbukti dengan cakupan kelurahandengan garam beryodium baik mencapai angka 100%.Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukanstatus gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut :a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakansalah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematianbayi (baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakandalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungankurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth

retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi beratbadannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGRkarena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakitmenular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

2009

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 39

Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan LahirRendah (BBLR) yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat,tahun 2009 jumlah bayi BBLR sebanyak 255 dari 27.990 bayi yanglahir (termasuk 23 bayi yang lahir mati) atau sekitar 0,91 %, menurundibandingkan tahun 2008 jumlah bayi BBLR sebanyak 251 dari24.902 bayi yang lahir (termasuk 49 bayi yang lahir mati) atau sekitar1,01 %. Tahun 2007 persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di KotaMakassar adalah 1,17 % dimana terdapat 295 bayi lahir dengan BBLRdari 25.185 bayi yang lahir (termasuk 53 bayi yang lahir mati).Sedang pada tahun 2006 dari 26.386 kelahiran, 355 bayi lahir denganBBLR atau sebesar 1,35 %. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahunterakhir, terlihat pada gambar berikut :Gambar V. 6Persentase Bayi dengan BBLR di Kota MakassarTahun 2007 – 2009

b. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan GiziStatus gizi Balita merupakan salah satu indikator yangmenggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index(BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satuteknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untukmemperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(BB, TB)atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya :BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeksBerat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yangdiperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih

0,20,40,60,8

1,21,4

BBLR

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 39

Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan LahirRendah (BBLR) yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat,tahun 2009 jumlah bayi BBLR sebanyak 255 dari 27.990 bayi yanglahir (termasuk 23 bayi yang lahir mati) atau sekitar 0,91 %, menurundibandingkan tahun 2008 jumlah bayi BBLR sebanyak 251 dari24.902 bayi yang lahir (termasuk 49 bayi yang lahir mati) atau sekitar1,01 %. Tahun 2007 persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di KotaMakassar adalah 1,17 % dimana terdapat 295 bayi lahir dengan BBLRdari 25.185 bayi yang lahir (termasuk 53 bayi yang lahir mati).Sedang pada tahun 2006 dari 26.386 kelahiran, 355 bayi lahir denganBBLR atau sebesar 1,35 %. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahunterakhir, terlihat pada gambar berikut :Gambar V. 6Persentase Bayi dengan BBLR di Kota MakassarTahun 2007 – 2009

b. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan GiziStatus gizi Balita merupakan salah satu indikator yangmenggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index(BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satuteknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untukmemperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(BB, TB)atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya :BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeksBerat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yangdiperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih

1,171,01

0,91

00,20,40,60,8

11,21,4

2007 2008 2009

TAHUN

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 39

Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan LahirRendah (BBLR) yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat,tahun 2009 jumlah bayi BBLR sebanyak 255 dari 27.990 bayi yanglahir (termasuk 23 bayi yang lahir mati) atau sekitar 0,91 %, menurundibandingkan tahun 2008 jumlah bayi BBLR sebanyak 251 dari24.902 bayi yang lahir (termasuk 49 bayi yang lahir mati) atau sekitar1,01 %. Tahun 2007 persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di KotaMakassar adalah 1,17 % dimana terdapat 295 bayi lahir dengan BBLRdari 25.185 bayi yang lahir (termasuk 53 bayi yang lahir mati).Sedang pada tahun 2006 dari 26.386 kelahiran, 355 bayi lahir denganBBLR atau sebesar 1,35 %. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahunterakhir, terlihat pada gambar berikut :Gambar V. 6Persentase Bayi dengan BBLR di Kota MakassarTahun 2007 – 2009

b. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan GiziStatus gizi Balita merupakan salah satu indikator yangmenggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index(BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satuteknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untukmemperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(BB, TB)atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya :BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeksBerat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yangdiperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 40

(z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi

kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran SertaMasyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2009berjumlah 2.118 (3,2 % dari jumlah balita) sedangkan tahun 2008dilaporkan jumlahnya 2.410 (3,3 % dari jumlah balita) dan pada tahun2007 berjumlah 2.021 (3,4 % dari jumlah balita).Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahunterakhir yakni pada tahun 2007 jumlah balita yang menderita gizikurang adalah 9.485 balita (16,15%), tahun 2008 berjumlah 11.511balita (15,84 %) dan tahun 2009 berjumlah 10.0 34 (15,35%).Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, terlihatpada gambar berikut : Gambar V. 7Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota MakassarTahun 2007 – 2009

Membaiknya status gizi pada bayi/balita tampak padameningkatnya cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahunterakhir, yaitu : 79,1 % (24.012 bayi ASI eksklusif dari 30.129 bayi),76,59 % pada tahun 2008 (22.244 bayi ASI ekslusif dari 29.043 bayi)dan 92,04 % pada tahun 2009 (24.796 bayi ASI ekslusif dari26.940 bayi).Adapun data mengenai Kecamatan bebas rawan gizi di KotaMakassar pada tahun 2007 tercatat 14 Kecamatan di Kota Makassartermasuk Kecamatan rawan gizi. Begitu pula pada tahun 2008 danProfil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 40

(z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi

kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran SertaMasyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2009berjumlah 2.118 (3,2 % dari jumlah balita) sedangkan tahun 2008dilaporkan jumlahnya 2.410 (3,3 % dari jumlah balita) dan pada tahun2007 berjumlah 2.021 (3,4 % dari jumlah balita).Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahunterakhir yakni pada tahun 2007 jumlah balita yang menderita gizikurang adalah 9.485 balita (16,15%), tahun 2008 berjumlah 11.511balita (15,84 %) dan tahun 2009 berjumlah 10.0 34 (15,35%).Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, terlihatpada gambar berikut : Gambar V. 7Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota MakassarTahun 2007 – 2009

Membaiknya status gizi pada bayi/balita tampak padameningkatnya cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahunterakhir, yaitu : 79,1 % (24.012 bayi ASI eksklusif dari 30.129 bayi),76,59 % pada tahun 2008 (22.244 bayi ASI ekslusif dari 29.043 bayi)dan 92,04 % pada tahun 2009 (24.796 bayi ASI ekslusif dari26.940 bayi).Adapun data mengenai Kecamatan bebas rawan gizi di KotaMakassar pada tahun 2007 tercatat 14 Kecamatan di Kota Makassartermasuk Kecamatan rawan gizi. Begitu pula pada tahun 2008 dan

0

10

20

Tahun 2007Tahun 2008

Tahun 2009

3,4 3,3 3,2

16,15 15,85 15,35

GIZI BURUK GIZI KURANG

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 40

(z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi

kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran SertaMasyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2009berjumlah 2.118 (3,2 % dari jumlah balita) sedangkan tahun 2008dilaporkan jumlahnya 2.410 (3,3 % dari jumlah balita) dan pada tahun2007 berjumlah 2.021 (3,4 % dari jumlah balita).Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahunterakhir yakni pada tahun 2007 jumlah balita yang menderita gizikurang adalah 9.485 balita (16,15%), tahun 2008 berjumlah 11.511balita (15,84 %) dan tahun 2009 berjumlah 10.0 34 (15,35%).Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, terlihatpada gambar berikut : Gambar V. 7Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota MakassarTahun 2007 – 2009

Membaiknya status gizi pada bayi/balita tampak padameningkatnya cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahunterakhir, yaitu : 79,1 % (24.012 bayi ASI eksklusif dari 30.129 bayi),76,59 % pada tahun 2008 (22.244 bayi ASI ekslusif dari 29.043 bayi)dan 92,04 % pada tahun 2009 (24.796 bayi ASI ekslusif dari26.940 bayi).Adapun data mengenai Kecamatan bebas rawan gizi di KotaMakassar pada tahun 2007 tercatat 14 Kecamatan di Kota Makassartermasuk Kecamatan rawan gizi. Begitu pula pada tahun 2008 dan

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 41

2009, tercatat 14 kecamatan di Kota Makassar masih termasukKecamatan rawan gizi.Data mengenai jumlah Balita gizi buruk dan gizi kurang padatahun 2009 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalamtabel berikut ini.Tabel V. 4Jumlah Balita Gizi Buruk, Gizi Kurang per KecamatanDi Kota Makassar Tahun 2009

KecamatanGizi Buruk Gizi Kurang

Jumlah % Jumlah %Mariso 92 1,87 590 11,98Mamajang 15 0,50 314 10,52Tamalate 686 7,66 2.300 25,67Rappocini 91 0,03 423 14,68Makassar 48 0,95 381 7,53Ujung Pandang 9 0,68 143 10,75Wajo 33 1,88 193 10,99Bontoala 230 13,99 374 22,76Ujung Tanah 74 2,30 436 13,55T a l l o 351 3,04 1.136 9,84Panakukang 310 4,63 1.420 21,19Manggala 103 2,17 780 16,42Biringkanaya 55 0,99 1.283 23,24Tamalanrea 21 0,51 261 6,37TOTAL 2.118 3,24 10.034 15,35Sumber : Bidang PSM, Dinas Kesehatan Kota Makassar

Tabel V. 5Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada BalitaDi Kota Makassar Tahun 2007 – 2009STATUS GIZI

BALITA

TAHUN 2007 TAHUN 2007 TAHUN 2008JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %GIZI BURUK 2.021 3,44 2.410 3,3 2.118 3,24GIZI KURANG 9.485 16,15 11.511 15,9 10.034 15,35Sumber: Bidang PSM, Dinas Kesehatan Kota Makassar

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 42

c. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur(WUS) umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuranlingkar lengan atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakansebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besarseorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi denganberat badan lahir rendah (BBLR).Data yang bersumber dari Bidang Peran Serta Masyarakatmenunjukkan terjadinya penurunan KEK khususnya pada Ibu Hamil(Bumil). Pada tahun 2006 tercatat 3,06 % Bumil KEK, jumlah tersebutmenurun pada tahun 2007 dimana KEK menjadi 2,5 %. Hal iniditunjang oleh pelayanan kesehatan yang baik, asupan gizi yangmembaik, serta peran aktif dari kader-kader gizi yang ada di KotaMakassar.Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standarLingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm. Dari hasil survei BPS tahun2000-2003 diperoleh gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkanLingkar Lengan Atas (LILA) menurut kelompok umur, seperti terlihatdalam gambar berikut. Gambar V. 8Persentase Wanita Usia Subur denganLILA < 23,5 cm (berisiko KEK), Tahun 2000 – 2003

Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium RT, (Profil Kesehatan Indonesia 2003)

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

2000 38,04 26,59 19,01 15,11 14,04 13,16 13,16

2001 40,85 27,53 19,12 14,59 12,9 13,18 13,18

2002 35,7 23,7 18,7 18 10,4 11 11

2003 35,1 21,43 13,82 10,17 8,6 9,62 10,1

01020304050

pers

en

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 43

4. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATEAngka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yangberasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melaluistudi morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait DinasKesehatan Kota Makassar, serta data dari sarana pelayanan kesehatan(facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan danpelaporan tingkat Puskesmas yang dilaporkan secara berkala olehpetugas kesehatan.Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan KesehatanDinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utamauntuk semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2008 seperti yangtertera pada tabel berikut :Tabel V. 6Pola 10 Penyakit UtamaDi Kota Makassar Tahun 2009

NO

NAMA PENYAKIT JUMLAH %1 Infeksi Akut pada Saluran Pernafasan Bagian Atas 114.253 16,132 Penyakit lain pada Saluran Pernafasan Bagian Atas 72.572 10,243 Batuk 43.448 6,134 Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksitertentu 36.766 5,195 Dermatitis dan Eksim 35.855 5,066 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 35.813 5,057 Demam yang tidak diketahui penyebabnya 26.467 3,748 Infeksi kulit dan jaringan sub kutan (Ploderma) 26.221 3,709 Artrotis lainnya 25.619 3,6210 Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal 22.706 3,20J U M L A H 439.720 100Penyakit Lainnya 268.576 -Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 44

B. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

1. Penyakit Menular Potensial KLB/Wabah

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luaske seluruh wilayah provinsi di negara ini dengan jumlahkabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2003 sebanyak 257kabupaten/kota. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap limatahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhirmengalami perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan.Sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pada tahun 2003secara Nasional, jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak 51.516kasus dengan angka kematian (CFR) sebesar 1,5 % dan angka insidensebesar 23,87 kasus per 100.000 penduduk.Di Sulawesi Selatan, menurut laporan dari Subdin P2PL DinasKesehatan Propinsi Sulawesi Selatan , tahun 2007 kasus DBD kembalimeningkat dengan jumlah kasus sebanyak 5.333 kasus dimanajumlah kasus di Kota Makassar masuk dalam urutan kedua terbanyaksetelah Kabupaten Bone yakni sebanyak 452 kasus .Data yang bersumber dari Bidang P2P Dinas Kesehatan KotaMakassar menunjukkan terjadinya penurunan kasus DBD yangsignifikan dari 262 kasus tahun 2008 menjadi 255 kasus pada tahun2009, dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) meningkat dari tahun 2008sebesar 79,3 % menjadi 80,5% pada tahun 2009. Demikian pulahalnya dengan jumlah kematian akibat DBD dari tahun ke tahunmengalami penurunan dimana pada tahun 2008 tercatat kematianakibat DBD sebanyak 3 orang menurun menjadi 2 orang pada tahun2009. (Lihat Gambar V.11)Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan KotaMakassar dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakitDemam Berdarah Dengue (DBD), antara lain penanggulangan fokus,pelaksananaan PSN/3M, survei jentik dan abatesasi, serta foggingmassal/kasus.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 45

Hasilnya terjadi penurunan kasus penyakit DBD dan jumlah kematianakibat DBD dalam kurun waktu 2006 – 2009. Jumlah kasus DBD dankematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut :Gambar V. 9Jumlah Kasus DBD dan Kematian akibat DBD di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Penanggulangan fokusPenanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus matarantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakanvektor penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukansurvey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerjamasing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristikkhusus sebagai tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasilsurvey ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan ditempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untukdilakukan Fogging di wilayah tersebut. Menurunnya titik fokusyang ditanggulangi sejalan dengan meningkatnya Angka BebasJentik dan menurunnya jumlah kasus DBD di Kota Makassar. Pelaksanaan PSN/3MPelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakantindak lanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan olehpetugas kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ;Menguras tempat penyimpanan air, Menutup tempatpenampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang

0

200

400

600

800

1000

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 45

Hasilnya terjadi penurunan kasus penyakit DBD dan jumlah kematianakibat DBD dalam kurun waktu 2006 – 2009. Jumlah kasus DBD dankematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut :Gambar V. 9Jumlah Kasus DBD dan Kematian akibat DBD di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Penanggulangan fokusPenanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus matarantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakanvektor penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukansurvey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerjamasing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristikkhusus sebagai tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasilsurvey ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan ditempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untukdilakukan Fogging di wilayah tersebut. Menurunnya titik fokusyang ditanggulangi sejalan dengan meningkatnya Angka BebasJentik dan menurunnya jumlah kasus DBD di Kota Makassar. Pelaksanaan PSN/3MPelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakantindak lanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan olehpetugas kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ;Menguras tempat penyimpanan air, Menutup tempatpenampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang

2006 2007 2008 2009

815

452262 255

6 5 3 2

kasuskematian

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 45

Hasilnya terjadi penurunan kasus penyakit DBD dan jumlah kematianakibat DBD dalam kurun waktu 2006 – 2009. Jumlah kasus DBD dankematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut :Gambar V. 9Jumlah Kasus DBD dan Kematian akibat DBD di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Penanggulangan fokusPenanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus matarantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakanvektor penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukansurvey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerjamasing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristikkhusus sebagai tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasilsurvey ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan ditempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untukdilakukan Fogging di wilayah tersebut. Menurunnya titik fokusyang ditanggulangi sejalan dengan meningkatnya Angka BebasJentik dan menurunnya jumlah kasus DBD di Kota Makassar. Pelaksanaan PSN/3MPelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakantindak lanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan olehpetugas kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ;Menguras tempat penyimpanan air, Menutup tempatpenampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang

kasuskematian

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 46

mungkin dapat digenangi air dan menjadi tempatberkembangbiaknya nyamuk DBD. Pelaksanaan PSN/3Mdilakukan di Tempat-Tempat Umum, Sekolah setiap Hari Jumatdan Sabtu. Survei Jentik & AbatesasiUpaya ini dilakukan untuk memberantas vektor nyamukAedes Aegypti dimulai sejak berupa jentik, jadi tidak hanyamemberantas vektor dewasa saja. Survei jentik dilakukan olehpetugas kesehatan bersama-sama dengan masyarakat denganmembentuk Kader Jumantik yang pada tahun 2009 jumlahnyamencapai 948 kader. Hasil survei yang dilaporkan ditindaklanjutidengan pelaksanaan abatesasi khususnya abatesasi selektifpada kelurahan yang endemis. Adapun Angka Bebas Jentikselama 4 tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 : 77 % ;tahun 2007:78 % ; tahun 2008 menjadi : 79% dan tahun 2009sebesar 80 %. Pelaksanaan Fogging FokusSelain pemberantasan jentik, upaya lain yang dilakukanadalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan(Fogging Focus) terutama di wilayah yang terdapat penderita DBDyang mempunyai Sentral Opname (SO) dari Puskesmas maupunRumah Sakit.

b. DIAREPenyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatanmasyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masihberfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh saranapelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan, namunpenyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyakbahkan menimbulkan kematian.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 47

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P DinasKesehatan Kota Makassar tahun 2009, jumlah penderita diaresebanyak 45.014 orang dan 30.805 atau sebesar 68,4 % diantaranyaadalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 8 penderita diaremeninggal dunia. Adapun jumlah penderita diare yang dilaporkanmenurut kecamatan di Kota Makassar selama 4 tahun terakhir dapatdilihat pada tabel berikut :Tabel V. 7Jumlah penderita Diare menurut KecamatanDi Kota Makassar tahun 2006-2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota MakassarAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungandengan penyakit diare adalah perilaku/kebiasaan hidup bersih dansehat masyarakat pada umumnya dan khususnya hygiene perorangan,serta penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan.

NO KECAMATAN T A H U N2006 2007 2008 20091 MARISO 2.863 2.877 2.444 2.1572 MAMAJANG 4.676 4.407 2.862 3.2233 MAKASSAR 4.416 3.377 4.231 3.4584 U.PANDANG 1.045 2.116 1.054 1.2685 WAJO 1.705 1.985 2.221 1.9826 BONTOALA 1.300 2.412 3.515 3.9727 TALLO 5.344 5.358 4.307 5.0148 UJUNG TANAH 4.477 4.947 2.988 2.3709 PANAKUKANG 7.023 5.382 5.073 4.47610 MANGGALA 4.752 4.451 3.371 3.29311 RAPPOCINI 3.694 3.857 3.602 2.63312 TAMALATE 3.914 4.444 3.389 3.93613 TAMALANREA 3.821 4.271 5.172 4.27314 BIRINGKANAYA 3.079 2.394 2.572 2.959J U M L A H 53.109 52.278 46.801 45.014

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 48

Upaya pencegahan dan penanggulangan Diare yang secarakontinyu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kesehatan Kota Makassarbersama sama dengan Puskesmas di wilayah kerjanya masing-masingterbukti berhasil dengan tidak adanya KLB/Wabah Diare di KotaMakassar khususnya selama 3 tahun terakhir. Adapun upaya yangsecara kontinyu dilaksanakan antara lain :1. Penyuluhan individu, kelompok dan rumah tangga2. Pemberian Oralit bagi penderita Diare, juga tersedianya pojokoralit di sarana pelayanan kesehatan.3. Bersama-sama dengan bidang terkait melakukan kaporisasi padasumber-sumber air bersih.Data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinas Kesehatan KotaMakassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibatDiare dapat terlihat pada grafik berikut :Gambar V. 10Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

2006

53.109

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 48

Upaya pencegahan dan penanggulangan Diare yang secarakontinyu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kesehatan Kota Makassarbersama sama dengan Puskesmas di wilayah kerjanya masing-masingterbukti berhasil dengan tidak adanya KLB/Wabah Diare di KotaMakassar khususnya selama 3 tahun terakhir. Adapun upaya yangsecara kontinyu dilaksanakan antara lain :1. Penyuluhan individu, kelompok dan rumah tangga2. Pemberian Oralit bagi penderita Diare, juga tersedianya pojokoralit di sarana pelayanan kesehatan.3. Bersama-sama dengan bidang terkait melakukan kaporisasi padasumber-sumber air bersih.Data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinas Kesehatan KotaMakassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibatDiare dapat terlihat pada grafik berikut :Gambar V. 10Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar2006 2007 2008 2009

53.109 52.27846.801 45.014

13 10 9 8

Penderita

Meninggal

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 48

Upaya pencegahan dan penanggulangan Diare yang secarakontinyu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kesehatan Kota Makassarbersama sama dengan Puskesmas di wilayah kerjanya masing-masingterbukti berhasil dengan tidak adanya KLB/Wabah Diare di KotaMakassar khususnya selama 3 tahun terakhir. Adapun upaya yangsecara kontinyu dilaksanakan antara lain :1. Penyuluhan individu, kelompok dan rumah tangga2. Pemberian Oralit bagi penderita Diare, juga tersedianya pojokoralit di sarana pelayanan kesehatan.3. Bersama-sama dengan bidang terkait melakukan kaporisasi padasumber-sumber air bersih.Data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinas Kesehatan KotaMakassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibatDiare dapat terlihat pada grafik berikut :Gambar V. 10Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

Penderita

Meninggal

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 49

c. FLU BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI)Data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas Kesehatan KotaMakassar, pada tahun 2009 Avian Influensa (AI) menyerang5 Kecamatan dan 6 Kelurahan dengan jumlah penduduk terancam800 penduduk. Adapun jumlah penderita sebanyak 14 orang dan100% ditangani, serta tidak ada korban meninggal dunia (AttackRate = 1,75% dan CFR= 0%).Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yangterus digalakkan antara lain :- Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yangsuspect AI serta warga di sekitarnya- Sosialisasi AI kepada Pengelola Tempat-tempat PengelolaMakanan- Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positifmengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yangmati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidikikasus-kasus yang mirip dengan AI.- Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderitasuspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit WahidinSudiro Husodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (RuangPakis RS. Wahidin Sudirohusodo).Gambar V. 11Jumlah Kasus dan Kematian akibat Flu Burung di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar0

5

10

15

20

25

30

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 49

c. FLU BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI)Data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas Kesehatan KotaMakassar, pada tahun 2009 Avian Influensa (AI) menyerang5 Kecamatan dan 6 Kelurahan dengan jumlah penduduk terancam800 penduduk. Adapun jumlah penderita sebanyak 14 orang dan100% ditangani, serta tidak ada korban meninggal dunia (AttackRate = 1,75% dan CFR= 0%).Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yangterus digalakkan antara lain :- Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yangsuspect AI serta warga di sekitarnya- Sosialisasi AI kepada Pengelola Tempat-tempat PengelolaMakanan- Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positifmengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yangmati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidikikasus-kasus yang mirip dengan AI.- Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderitasuspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit WahidinSudiro Husodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (RuangPakis RS. Wahidin Sudirohusodo).Gambar V. 11Jumlah Kasus dan Kematian akibat Flu Burung di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar2006 2007 2008 2009

139

26

14

1 0 0 0

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 49

c. FLU BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI)Data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas Kesehatan KotaMakassar, pada tahun 2009 Avian Influensa (AI) menyerang5 Kecamatan dan 6 Kelurahan dengan jumlah penduduk terancam800 penduduk. Adapun jumlah penderita sebanyak 14 orang dan100% ditangani, serta tidak ada korban meninggal dunia (AttackRate = 1,75% dan CFR= 0%).Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yangterus digalakkan antara lain :- Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yangsuspect AI serta warga di sekitarnya- Sosialisasi AI kepada Pengelola Tempat-tempat PengelolaMakanan- Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positifmengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yangmati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidikikasus-kasus yang mirip dengan AI.- Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderitasuspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit WahidinSudiro Husodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (RuangPakis RS. Wahidin Sudirohusodo).Gambar V. 11Jumlah Kasus dan Kematian akibat Flu Burung di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

Kasus

Kematian

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 50

2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telahmembuahkan hasil antara lain :- Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakittergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugasImunisasi di 36 Puskesmas se-Kota Makassar- Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yangmemberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah danswasta melakukan pelayanan imunisasi.- Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secaramandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapundata cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir; tahun2006 sebesar 95 %, tahun 2007 sebesar 97 % dan pada tahun 2008sebesar 98,6 %. Untuk cakupan kelurahan UCI dari 143 kelurahanyang ada di wilayah Kota Makassar, 142 kelurahan diantaranya (99%)merupakan kelurahan yang melaksanakan UCI. Pada tahun 2009cakupan UCI menjadi 99,30 %.- Secara umum cakupan Imunisasi di Kota Makassar Tahun 2007 –2008 dapat disajikan pada gambar berikut :

Gambar V. 12Cakupan Imunisasi Kota MakassarTahun 2007 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar28.00028.50029.00029.50030.00030.50031.00031.50032.00032.500

29.800

32.100

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 50

2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telahmembuahkan hasil antara lain :- Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakittergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugasImunisasi di 36 Puskesmas se-Kota Makassar- Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yangmemberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah danswasta melakukan pelayanan imunisasi.- Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secaramandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapundata cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir; tahun2006 sebesar 95 %, tahun 2007 sebesar 97 % dan pada tahun 2008sebesar 98,6 %. Untuk cakupan kelurahan UCI dari 143 kelurahanyang ada di wilayah Kota Makassar, 142 kelurahan diantaranya (99%)merupakan kelurahan yang melaksanakan UCI. Pada tahun 2009cakupan UCI menjadi 99,30 %.- Secara umum cakupan Imunisasi di Kota Makassar Tahun 2007 –2008 dapat disajikan pada gambar berikut :

Gambar V. 12Cakupan Imunisasi Kota MakassarTahun 2007 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar2007 2008 2009

29.800

32.270

31.99132.10032.030

32.46132.135

30.369

31.18430.557

32.002 32.388

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 50

2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telahmembuahkan hasil antara lain :- Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakittergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugasImunisasi di 36 Puskesmas se-Kota Makassar- Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yangmemberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah danswasta melakukan pelayanan imunisasi.- Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secaramandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapundata cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir; tahun2006 sebesar 95 %, tahun 2007 sebesar 97 % dan pada tahun 2008sebesar 98,6 %. Untuk cakupan kelurahan UCI dari 143 kelurahanyang ada di wilayah Kota Makassar, 142 kelurahan diantaranya (99%)merupakan kelurahan yang melaksanakan UCI. Pada tahun 2009cakupan UCI menjadi 99,30 %.- Secara umum cakupan Imunisasi di Kota Makassar Tahun 2007 –2008 dapat disajikan pada gambar berikut :

Gambar V. 12Cakupan Imunisasi Kota MakassarTahun 2007 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

32.388

DPT I

DPT III

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 51

a. Polio / AFPUpaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telahdilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini jugaditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktifterhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur< 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencarikemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakatdengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasilpelacakan pada tahun 2008 terdapat 6 (enam) kecamatan dan8 (delapan) kelurahan yang terserang dengan jumlah penderitasebanyak 8 (delapan) penderita AFP dengan Attack rate sebesar 1,00per 100.000 anak umur < 15 tahun. Sedangkan pada tahun 2009terdapat 6 (enam) kecamatan dan 6 (enam) kelurahan dengan jumlahpenderita sebanyak 6 (enam) penderita AFP. Adapun hasil penemuankasus AFP di Kota Makassar pada tahun 2006 s/d 2009 disajikanpada gambar berikut :Gambar V. 13Kasus AFP di Kota MakassarTahun 2006 – 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar0

2

4

6

8

2006

4

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 51

a. Polio / AFPUpaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telahdilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini jugaditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktifterhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur< 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencarikemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakatdengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasilpelacakan pada tahun 2008 terdapat 6 (enam) kecamatan dan8 (delapan) kelurahan yang terserang dengan jumlah penderitasebanyak 8 (delapan) penderita AFP dengan Attack rate sebesar 1,00per 100.000 anak umur < 15 tahun. Sedangkan pada tahun 2009terdapat 6 (enam) kecamatan dan 6 (enam) kelurahan dengan jumlahpenderita sebanyak 6 (enam) penderita AFP. Adapun hasil penemuankasus AFP di Kota Makassar pada tahun 2006 s/d 2009 disajikanpada gambar berikut :Gambar V. 13Kasus AFP di Kota MakassarTahun 2006 – 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar2006 2007 2008 2009

4 4

8

6

0 0 01

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 51

a. Polio / AFPUpaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telahdilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini jugaditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktifterhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur< 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencarikemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakatdengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasilpelacakan pada tahun 2008 terdapat 6 (enam) kecamatan dan8 (delapan) kelurahan yang terserang dengan jumlah penderitasebanyak 8 (delapan) penderita AFP dengan Attack rate sebesar 1,00per 100.000 anak umur < 15 tahun. Sedangkan pada tahun 2009terdapat 6 (enam) kecamatan dan 6 (enam) kelurahan dengan jumlahpenderita sebanyak 6 (enam) penderita AFP. Adapun hasil penemuankasus AFP di Kota Makassar pada tahun 2006 s/d 2009 disajikanpada gambar berikut :Gambar V. 13Kasus AFP di Kota MakassarTahun 2006 – 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

Kasus

Kematian

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 52

b. DPT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan danPenanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlahpenderita Difteri pada tahun 2006 sebanyak 1.093 orang dan tidakditemukan adanya penderita meninggal akibat difteri. Pada tahun2007 dilaporkan tidak ada penderita Difteri maupun korbanmeninggal dunia akibat Difteri. Sedangkan pada tahun 2008, jumlahpenderita Difteri sebanyak 5 orang penderita yang tersebar diKecamatan Wajo (Puskesmas Andalas = 1 orang), KecamatanMakassar (Puskesmas Bara-baraya = 1 orang) dan KecamatanBiringkanaya (Puskesmas Sudiang = 1 orang dan Puskesmas SudiangRaya = 5 orang) dan tidak ditemukan adanya penderita meninggalakibat Difteri. Jumlah penderita Difteri pada tahun 2009 adalah9 orang yang tersebar di tujuh Kecamatan dan tujuh Kelurahan dantidak ditemukan adanya kematian akibat Difteri.c. CAMPAK1). Data dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassarmenyebutkan bahwa sepanjang tahun 2008 terdapat 169 orangpenderita panyakit campak, dan tidak ditemukan korbanmeninggal.2). Adapun cakupan pemberian imunisasi campak selama 4 tahunterakhir mengalami peningkatan, tercatat sebesar 28.806 padatahun 2006, 30.557 pada tahun 2007, 32.002 pada tahun 2008 dantahun 2009 sebesar 32.388

Adapun cakupan Imunisasi Campak selama 4 tahun terakhir dapatdilihat pada gambar berikut :

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 53

Gambar V. 14Cakupan Imunisasi Campak Di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar3. Penyakit Menular lainnya

a. HIV / AIDSPenyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases,dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhirini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan,meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terusdilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antarwilayah,semakin mudahnya komunikasi antarwilayah, semakin menyebarnyasentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnyaperilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaanNAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesartingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS.Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Sulawesi Selatandari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003dilaporkan penderita HIV (+) baru sebesar 62 orang, sedangkanpenderita AIDS sebanyak 4 orang. Jumlah ini terus meningkat, hinggapada tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS yang berhasil ditemukandan dilaporkan mencapai 334 penderita HIV dan 156 penderita AIDS,tahun 2008 dilaporkan 363 penderita HIV dan 76 penderita AIDS, dantahun 2009 dilaporkan 473 penderita HIV/AIDS.

26.000

28.000

30.000

32.000

34.000

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 53

Gambar V. 14Cakupan Imunisasi Campak Di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar3. Penyakit Menular lainnya

a. HIV / AIDSPenyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases,dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhirini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan,meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terusdilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antarwilayah,semakin mudahnya komunikasi antarwilayah, semakin menyebarnyasentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnyaperilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaanNAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesartingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS.Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Sulawesi Selatandari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003dilaporkan penderita HIV (+) baru sebesar 62 orang, sedangkanpenderita AIDS sebanyak 4 orang. Jumlah ini terus meningkat, hinggapada tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS yang berhasil ditemukandan dilaporkan mencapai 334 penderita HIV dan 156 penderita AIDS,tahun 2008 dilaporkan 363 penderita HIV dan 76 penderita AIDS, dantahun 2009 dilaporkan 473 penderita HIV/AIDS.

26.000

28.000

30.000

32.000

34.000

2006 2007 2008 2009

28.806

30.55732.002

32.388

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 53

Gambar V. 14Cakupan Imunisasi Campak Di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar3. Penyakit Menular lainnya

a. HIV / AIDSPenyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases,dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhirini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan,meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terusdilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antarwilayah,semakin mudahnya komunikasi antarwilayah, semakin menyebarnyasentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnyaperilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaanNAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesartingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS.Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Sulawesi Selatandari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003dilaporkan penderita HIV (+) baru sebesar 62 orang, sedangkanpenderita AIDS sebanyak 4 orang. Jumlah ini terus meningkat, hinggapada tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS yang berhasil ditemukandan dilaporkan mencapai 334 penderita HIV dan 156 penderita AIDS,tahun 2008 dilaporkan 363 penderita HIV dan 76 penderita AIDS, dantahun 2009 dilaporkan 473 penderita HIV/AIDS.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 54

Dari jumlah tersebut, tercatat sampai dengan tahun 2006 yangmeninggal telah mencapai angka 43 orang. Jumlah ini mungkin hanyamerupakan Fenomena Puncak Gunung Es yang tampak di permukaan,tetapi jumlah yang sesungguhnya jauh lebih besar, sehingga menjaditantangan bagi semua pihak yang terkait untuk lebih menggiatkanpelacakan dan penanggulangan kasus HIV/AIDS.Khusus di Kota Makassar tiga tahun terakhir sekitar 1200Spesimen Urine yang telah diambil dari kelompok risti melaluikegiatan zero survey. Sebanyak 500 sampel telah diperiksa diLaboratorium yang terakreditasi dan bila dilihat dari kelompoksasaran yang resti maka Makassar termasuk daerah yang beresikotinggi karena selain merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestylemasyarakat perkotaan telah bergeser, yang sangat dimungkinkan olehpengaruh globalisasi dimana budaya luar tersebar dengan cepatseperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA, kelompok resti sepertiwaria, yang masih terselubung dalam masyarakat. Selain itu perilakuseks menyimpang juga merupakan salah satu sumber penularanpenyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.Kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDSBidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2009antara lain :• Pelaksanaan Sosialisasi HIV/AIDS bagi masyarakat.• Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi KPA Kota Makassar.• Pelaksanaan Pertemuan Pokja HIV tingkat Kecamatan.• Dukungan Pemeriksaan Laboratorium Bagi ODHA (Orang DenganHIV/AIDS).• Dukungan untuk layanan pengurangan dampak buruk penggunaannarkotika di Puskesmas• Dukungan sekretariat KPA• Pelaksanaan Hari AIDS Sedunia (HAS)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 55

Penemuan Kasus HIV di Kota Makassar melalui layanan VCTrata-rata 500 orang / tahun. Oleh karena itu semua pihak diharapkanagar dukungan untuk pemeriksaan Laboratorium bagi ODHA dapatterus dilanjutkan karena memberi dampak terhadap peningkatanODHA yang akan memulai pengobatan ARV.Peran serta semua sektor terkait dalam upaya pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDS menimbulkan kesadaran segenap lapisanmasyarakat untuk mengetahui dampak HIV/AIDS.Komitmen Pemerintah Kota Makassar yang sangat tinggiterhadap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, menjadistimulan terhadap sektor lain untuk bergerak bersama dalam upayapencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.Gambar V. 15Kasus HIV-AIDS Kota MakassarTahun 2006-2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassarb. TB. ParuKhusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperolehdari Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DinasKesehatan Kota Makassar, pada tahun 2008 jumlah penderita TB ParuKlinis sebanyak 10.458 penderita, dengan rincian 6.046 berdasarkanpencatatan dan pelaporan Puskesmas se-Kota Makassar, sisanya4.412 berdasarkan laporan dari 15 RS yang ada di Kota Makassar.

050

100150200250300350400450500

2006

467

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 55

Penemuan Kasus HIV di Kota Makassar melalui layanan VCTrata-rata 500 orang / tahun. Oleh karena itu semua pihak diharapkanagar dukungan untuk pemeriksaan Laboratorium bagi ODHA dapatterus dilanjutkan karena memberi dampak terhadap peningkatanODHA yang akan memulai pengobatan ARV.Peran serta semua sektor terkait dalam upaya pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDS menimbulkan kesadaran segenap lapisanmasyarakat untuk mengetahui dampak HIV/AIDS.Komitmen Pemerintah Kota Makassar yang sangat tinggiterhadap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, menjadistimulan terhadap sektor lain untuk bergerak bersama dalam upayapencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.Gambar V. 15Kasus HIV-AIDS Kota MakassarTahun 2006-2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassarb. TB. ParuKhusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperolehdari Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DinasKesehatan Kota Makassar, pada tahun 2008 jumlah penderita TB ParuKlinis sebanyak 10.458 penderita, dengan rincian 6.046 berdasarkanpencatatan dan pelaporan Puskesmas se-Kota Makassar, sisanya4.412 berdasarkan laporan dari 15 RS yang ada di Kota Makassar.

2006 2007 2008 2009

467

334363

473

119156

76

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 55

Penemuan Kasus HIV di Kota Makassar melalui layanan VCTrata-rata 500 orang / tahun. Oleh karena itu semua pihak diharapkanagar dukungan untuk pemeriksaan Laboratorium bagi ODHA dapatterus dilanjutkan karena memberi dampak terhadap peningkatanODHA yang akan memulai pengobatan ARV.Peran serta semua sektor terkait dalam upaya pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDS menimbulkan kesadaran segenap lapisanmasyarakat untuk mengetahui dampak HIV/AIDS.Komitmen Pemerintah Kota Makassar yang sangat tinggiterhadap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, menjadistimulan terhadap sektor lain untuk bergerak bersama dalam upayapencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.Gambar V. 15Kasus HIV-AIDS Kota MakassarTahun 2006-2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassarb. TB. ParuKhusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperolehdari Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DinasKesehatan Kota Makassar, pada tahun 2008 jumlah penderita TB ParuKlinis sebanyak 10.458 penderita, dengan rincian 6.046 berdasarkanpencatatan dan pelaporan Puskesmas se-Kota Makassar, sisanya4.412 berdasarkan laporan dari 15 RS yang ada di Kota Makassar.

HIV

AIDS

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 56

Sedangkan pada tahun 2009, jumlah penderita TB Paru Klinissebanyak 9.916 penderita, 6.348 penderita diperoleh berdasarkanpencatatan dan pelaporan dari Puskesmas, dan sisanya 3.568penderita berdasarkan laporan dari RS. Jumlah penderita TB ParuKlinis, TB + dan penderita yang sembuh dapat dilihat pada tabelberikut : Tabel V. 8Penderita TB Paru Klinis dan yang sembuhMenurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2009NO SARANAKESEHATAN JUMLAH PENDERITAKLINIS + SEMBUH1 Puskesmas 6.348 1.012 8162 Rumah sakit 3.568 422 301JUMLAH 9.916 1.434 1.117Sumber : Bidang P2PL

c. MALARIADi Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15 jutapenderita malaria dan 30.000 orang diantaranya meninggal dunia(Survei Kesehatan Rumah Tangga/SKRT, 1995). Terjadinyapeningkatan kasus diakibatkan antara lain adanya perubahanlingkungan seperti penambangan pasir yang memperluas genanganair sebagai tempat perindukan nyamuk penular malaria, penebanganhutan bakau, mobilitas penduduk dari P. Jawa ke luar Jawa yangsebagian besar masih merupakan daerah endemis malaria dan obatmalaria yang resisten yang semakin meluas.Di Kota Makassar, selama beberapa tahun terakhir belumditemukan adanya kasus malaria aktif. Berdasarkan laporan dariBidang P2P Dinkes Kota Makassar tidak ditemukan adanya kasusMalaria klinis maupun malaria positif (+) sepanjang tahun 2009.Kegiatan penemuan penderita umumnya bersifat pasif dandilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan (Pustu, Puskesmasdan Rumah Sakit).

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 57

d. TYPHOIDTyphoid merupakan salah satu jenis penyakit menular melaluivektor yang juga tergolong ke dalam penyakit berbasis lingkunganternyata menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kasus selamakurun waktu 3 tahun terakhir.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungandengan penyakit typhoid erat kaitannya dengan perilaku/kebiasaanhidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnyahygiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yangmemenuhi syarat kesehatan.Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P DinasKesehatan Kota Makassar, pada tahun 2009 tercatat jumlahpenderita typhoid sebesar 2.655 penderita. Adapun kasus typhoidselama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :Gambar V. 16Kasus Thypoid di Kota MakassarTahun 2006 – 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassare. KUSTADalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensipenyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk padatahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi0,95 dan pada tahun 2003 ini kembali menurun menjadi

0

1.000

2.000

3.000

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 57

d. TYPHOIDTyphoid merupakan salah satu jenis penyakit menular melaluivektor yang juga tergolong ke dalam penyakit berbasis lingkunganternyata menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kasus selamakurun waktu 3 tahun terakhir.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungandengan penyakit typhoid erat kaitannya dengan perilaku/kebiasaanhidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnyahygiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yangmemenuhi syarat kesehatan.Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P DinasKesehatan Kota Makassar, pada tahun 2009 tercatat jumlahpenderita typhoid sebesar 2.655 penderita. Adapun kasus typhoidselama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :Gambar V. 16Kasus Thypoid di Kota MakassarTahun 2006 – 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassare. KUSTADalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensipenyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk padatahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi0,95 dan pada tahun 2003 ini kembali menurun menjadi

0

1.000

2.000

3.000

2006 2007 2008 2009

1.9062.305 2.517 2.655

Kasus Thypoid

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 57

d. TYPHOIDTyphoid merupakan salah satu jenis penyakit menular melaluivektor yang juga tergolong ke dalam penyakit berbasis lingkunganternyata menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kasus selamakurun waktu 3 tahun terakhir.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungandengan penyakit typhoid erat kaitannya dengan perilaku/kebiasaanhidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnyahygiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yangmemenuhi syarat kesehatan.Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P DinasKesehatan Kota Makassar, pada tahun 2009 tercatat jumlahpenderita typhoid sebesar 2.655 penderita. Adapun kasus typhoidselama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :Gambar V. 16Kasus Thypoid di Kota MakassarTahun 2006 – 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassare. KUSTADalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensipenyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk padatahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi0,95 dan pada tahun 2003 ini kembali menurun menjadi

Kasus Thypoid

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 58

0,8 per 10.000 penduduk. Secara Nasional, Indonesia sudah dapatmencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni 2000.Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta padapertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masihmenjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbuktidari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia. Pada tahun2003 jumlah penderita baru yang ditemukan sebanyak 15.549 dengan76,9% di antaranya merupakan penderita tipe MB yang diketahuimerupakan tipe yang menular. Selain itu dari penderita baru yangditemukan tersebut 8 % sudah mengalami kecacatan tingkat 2 yaitukecacatan yang dapat dilihat dengan mata dan 10,6% di antaranyaadalah anak-anak. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnyapenularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit kustasehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang P2PDinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta baik Tipe PBmaupun MB pada tahun 2009 berjumlah 331 penderita. Angkapenemuan penderita kusta, Prevalence Rate dan Case Detection Ratependerita Kusta berturut-turut disajikan pada gambar berikut :Gambar V. 17Angka Penemuan Penderita Kusta per KecamatanDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

0

20

40

60

12

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 58

0,8 per 10.000 penduduk. Secara Nasional, Indonesia sudah dapatmencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni 2000.Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta padapertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masihmenjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbuktidari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia. Pada tahun2003 jumlah penderita baru yang ditemukan sebanyak 15.549 dengan76,9% di antaranya merupakan penderita tipe MB yang diketahuimerupakan tipe yang menular. Selain itu dari penderita baru yangditemukan tersebut 8 % sudah mengalami kecacatan tingkat 2 yaitukecacatan yang dapat dilihat dengan mata dan 10,6% di antaranyaadalah anak-anak. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnyapenularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit kustasehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang P2PDinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta baik Tipe PBmaupun MB pada tahun 2009 berjumlah 331 penderita. Angkapenemuan penderita kusta, Prevalence Rate dan Case Detection Ratependerita Kusta berturut-turut disajikan pada gambar berikut :Gambar V. 17Angka Penemuan Penderita Kusta per KecamatanDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

1218

46

34 36

15

414 12

51

26

14

25

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 58

0,8 per 10.000 penduduk. Secara Nasional, Indonesia sudah dapatmencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni 2000.Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta padapertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masihmenjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbuktidari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia. Pada tahun2003 jumlah penderita baru yang ditemukan sebanyak 15.549 dengan76,9% di antaranya merupakan penderita tipe MB yang diketahuimerupakan tipe yang menular. Selain itu dari penderita baru yangditemukan tersebut 8 % sudah mengalami kecacatan tingkat 2 yaitukecacatan yang dapat dilihat dengan mata dan 10,6% di antaranyaadalah anak-anak. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnyapenularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit kustasehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang P2PDinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta baik Tipe PBmaupun MB pada tahun 2009 berjumlah 331 penderita. Angkapenemuan penderita kusta, Prevalence Rate dan Case Detection Ratependerita Kusta berturut-turut disajikan pada gambar berikut :Gambar V. 17Angka Penemuan Penderita Kusta per KecamatanDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

25 24

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 59

4. Penyakit Tidak Menular Yang DiamatiSemakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, telahbanyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakattermasuk dalam pola konsumsi makanan keluarga. Perubahan tersebuttanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisiepidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidakmenular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, GagalGinjal, Gangguan Jiwa/Mental dan sebagainya.Penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian umumnomor satu di Indonesia berdasarkan SKRT 1992, SKRT 1995, danSurkesnas 2001. Stroke tanpa pendarahan merupakan penyebabkematian nomor 1 di RSU di Indonesia tahun 2002 dan penyakit jantungmenduduki peringkat ke-9. Sedangkan hipertensi menjadi penyakitterbanyak nomor 7 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesiatahun 2003.Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyebab kematianterbanyak di RSU di Indonesia tahun 2002. Penyakit ini merupakanpenyakit nomor 3 terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit diIndonesia tahun 2003 dan nomor 5 terbanyak pada pasien rawat inap.Neoplasma/tumor menunjukkan peningkatan peringkat pada polapenyakit penyebab kematian umum di Indonesia. Pada SKRT 1992neoplasma menempati urutan ke-10, pada SKRT 1995 menempati urutanke 9, dan pada Surkesnas 2001 menduduki urutan ke-5.C. PERILAKU SEHAT DAN PERAN SERTA MASYARAKATKomponen perilaku sehat dan lingkungan sehat merupakan garapanutama promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untukmemampukan atau memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara,meningkatkan dan melindungi kesehatannya (WHO). Pelaksanaan kegiatanpromosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkutaspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan,potensi dan faktor budaya pada umumnya.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 60

Keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajatkesehatan digambarkan melalui indikator-indikator persentase rumahtangga berperilaku hidup bersih dan sehat, serta persentase posyandupurnama dan mandiri.1. Rumah Tangga ber-PHBSPerilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah tanggayang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan datayang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat Tahun 2009 jumlahrumah tangga yang ber-PHBS sebesar 30.167 (69,33 %) dari 43.511 RTyang dipantau pada 14 Kecamatan. Sebagaimana data yang diperolehdari BPS jumlah RT yang ada di Kota Makassar tahun 2009 sebanyak296.374 RT (KK). Angka tersebut mencapai target dari IndikatorIndonesia Sehat 2010 yaitu 65% RT telah ber-PHBS. Hal ini dapatterjadi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

a. Keberhasilan upaya promotif-preventif dari Instansi terkait di KotaMakassarb. Tingginya kesadaran masyarakat dalam menerapkan Perilaku HidupBersih dan Sehat, hal ini sejalan dengan tingginya IPM Kota makassardibandingkan Kab/Kota lain Di Sulsel, bahkan secara nasionalMakassar menempati urutan ke-8c. Data yang diperoleh merupakan data sarana (Facilitated Based) yanghanya didapatkan dari Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada.Karenanya diperlukan upaya pengumpulan data yang lebih akurat danbersumber langsung dari masyarakat (Community Based).d. Data tersebut belum sepenuhnya dianggap dapat menggambarkankenyataan yang ada mengingat jumlah RT yang dipantau masih jauhlebih kecil dari jumlah RT yang ada di Kota Makassar.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 61

2. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)

a. PosyanduPeran serta masyarakat dalam mewujudkan peningkatanderajat kesehatan masyarakat amatlah penting. Wujud nyata bentukperan serta masyarakat antara lain muncul dan berkembangnyaUpaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), misalnyaPosyandu.Sebagai indikator peran aktif masyarakat melaluipengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memilikiPosyandu. Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumberdayamasyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan utama (KIA, KB,Gizi, Imunisasi dan P2 Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan bersamamasyarakat.Kesadaran dan peran aktif masyarakat Kota Makassar dalamwahana Posyandu tidak terlepas dari dukungan Dinas Kesehatan KotaMakassar barsama Instansi terkait dari lintas sektor yang salingbersinergi mendorong meningkatnya jumlah Posyandu yangsebelumnya berada pada level Pratama dan Madya, meningkatmenjadi Purnama dan Mandiri. Kenyataan ini ikut mempercepatpencapaian Visi Makassar Sehat Sehat 2010 sejalan dengan IndonesiaSehat 2010 berdasarkan Indikator Indonesia Sehat melaluipeningkatan jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri.Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Bidang Peran SertaMasyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah Posyandu yangada di Kota Makassar pada tahun 2009 sebanyak 953 posyandudengan rasio posyandu per kelurahan sebesar 6,3 dengan rinciansebagai berikut :- Pratama : 124 posyandu- Madya : 288 posyandu- Purnama : 363 posyandu- Mandiri : 178 posyandu

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 62

Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di KotaMakassar Tahun 2009 mencapai 56,77 %. Bila dibandingkan dengantarget IIS 2010 (40%), sudah mencapai target, meskipun demikianmasih perlu peningkatan upaya pembinaan dan peran serta dariseluruh komponen lintas sektor serta partisipasi aktif segenap lapisanmasyarakat. Gambar V. 18Posyandu Menurut StrataDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Bidang PSM Dinkes Kota Makassarb. Pos UKKSalah satu indikator penting dalam pencapaian targetIndonesia Sehat 2010 adalah tersedianya pelayanan Kesehatan danKeselamatan Kerja yang tersedia sampai pada level pelayanan dasar.Data yang diperoleh dari pengelola program Kesehatan Kerja BidangKesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah PosUKK yang telah terbentuk sebanyak 11 Pos dengan rincian : 10 PosUKK di wilayah Kecamatan Biringkanaya dan 1 Pos UKK di wilayahKecamatan Wajo. Banyaknya Pos UKK yang terkonsentrasi di WilayahKecamatan Biringkanaya disebabkan karena di wilayah ini terletakKawasan Industri Makassar (KIMA) dengan jumlah tenaga kerja yangcukup besar. Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kota Makassardalam hal ini Dinas Kesehatan untuk semakin mendekatkan pelayanandan prasarana kesehatan kepada masyarakat luas.

0

100

200

300

400

PRATAMA

124

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 62

Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di KotaMakassar Tahun 2009 mencapai 56,77 %. Bila dibandingkan dengantarget IIS 2010 (40%), sudah mencapai target, meskipun demikianmasih perlu peningkatan upaya pembinaan dan peran serta dariseluruh komponen lintas sektor serta partisipasi aktif segenap lapisanmasyarakat. Gambar V. 18Posyandu Menurut StrataDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Bidang PSM Dinkes Kota Makassarb. Pos UKKSalah satu indikator penting dalam pencapaian targetIndonesia Sehat 2010 adalah tersedianya pelayanan Kesehatan danKeselamatan Kerja yang tersedia sampai pada level pelayanan dasar.Data yang diperoleh dari pengelola program Kesehatan Kerja BidangKesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah PosUKK yang telah terbentuk sebanyak 11 Pos dengan rincian : 10 PosUKK di wilayah Kecamatan Biringkanaya dan 1 Pos UKK di wilayahKecamatan Wajo. Banyaknya Pos UKK yang terkonsentrasi di WilayahKecamatan Biringkanaya disebabkan karena di wilayah ini terletakKawasan Industri Makassar (KIMA) dengan jumlah tenaga kerja yangcukup besar. Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kota Makassardalam hal ini Dinas Kesehatan untuk semakin mendekatkan pelayanandan prasarana kesehatan kepada masyarakat luas.

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

124

288363

178

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 62

Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di KotaMakassar Tahun 2009 mencapai 56,77 %. Bila dibandingkan dengantarget IIS 2010 (40%), sudah mencapai target, meskipun demikianmasih perlu peningkatan upaya pembinaan dan peran serta dariseluruh komponen lintas sektor serta partisipasi aktif segenap lapisanmasyarakat. Gambar V. 18Posyandu Menurut StrataDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Bidang PSM Dinkes Kota Makassarb. Pos UKKSalah satu indikator penting dalam pencapaian targetIndonesia Sehat 2010 adalah tersedianya pelayanan Kesehatan danKeselamatan Kerja yang tersedia sampai pada level pelayanan dasar.Data yang diperoleh dari pengelola program Kesehatan Kerja BidangKesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah PosUKK yang telah terbentuk sebanyak 11 Pos dengan rincian : 10 PosUKK di wilayah Kecamatan Biringkanaya dan 1 Pos UKK di wilayahKecamatan Wajo. Banyaknya Pos UKK yang terkonsentrasi di WilayahKecamatan Biringkanaya disebabkan karena di wilayah ini terletakKawasan Industri Makassar (KIMA) dengan jumlah tenaga kerja yangcukup besar. Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kota Makassardalam hal ini Dinas Kesehatan untuk semakin mendekatkan pelayanandan prasarana kesehatan kepada masyarakat luas.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 63

3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)Seperti yang diamanatkan dalam Indonesia Sehat 2010 Visi Baru,Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan yang menekankanderajat kesehatan adalah meningkatnya secara bermakna, menurunnyaangka kematian (termasuk Kematian Ibu dan Bayi), menurunnya angkakesakitan dan kecacatan serta meningkatnya status gizi masyarakat.Upaya peningkatan Kesehatan bagi Ibu dan Anak terutamadititikberatkan pada Pertolongan persalinan serta pemeriksaanKehamilan. Hal tersebut sangat berperan penting dalam menurunkanAngka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi yang secara langsungberdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.a. Pertolongan PersalinanBerdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran SertaMasyarakat jumlah persalinan sepanjang tahun 2009 sebanyak28.090 Ibu Bersalin, sedang jumlah yang ditolong oleh tenagakesehatan sebesar 88,54 % yaitu sebanyak 24.872 persalinan. Jikadilihat dari persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan, belum mencapai target yang diharapkan untuk mencapaiIndonesia Sehat 2010 yakni sebesar 90 %.Rendahnya cakupan ini tidak berarti bahwa pertolonganpersalinan di Kota Makassar oleh tenaga kesehatan masih rendah,tetapi karena data yang ditampilkan hanya bersumber dari Puskesmassebagai Fasilitas Kesehatan Dasar, mengingat Kota Makassar dengan17 RS dan 14 RSB serta beberapa Klinik Bersalin memungkinkan datamengenai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tidakmenggambarkan keseluruhan pertolongan persalinan oleh Nakes diKota Makassar.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 64

b. Pemeriksaan KehamilanPeningkatan pelayanan kesehatan bagi Ibu Hamil jugamerupakan faktor penting yang berkaitan dengan keberhasilanprogram kesehatan khususnya dalam hal menurunkan AngkaKematian Ibu. Dinas Kesehatan Kota Makassar beserta jajarannyamemberi perhatian lebih pada pelayanan kesehatan bagi ibu hamilterutama ibu hamil yang beresiko tinggi (Bumil Resti). Sasarannyaadalah agar ibu hamil secara rutin melakukan pemeriksaan padafasilitas kesehatan yang ada, tahu akan kondisinya serta dapatdilakukan deteksi dini tentang resiko yang mungkin timbul dalampersalinan antara lain anemia, eklampsia, perdarahan, gangguan padajanin dan lain-lain.Data terakhir yang diperoleh dari Bidang Bina KesehatanMasyarakat, jumlah ibu hamil pada tahun 2009 ini sebanyak 29.534orang bumil dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali (K4)sebanyak 25.464 orang atau sebesar 86,22 %.c. Pemberian Tablet FeSalah satu upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia gizipada Ibu Hamil adalah melalui pemberian tablet Fe (zat besi).Berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat tahun2009, dari 29.534 orang ibu hamil, sebesar 46,12 % atau 13.622orang mendapatkan 90 tablet Fe dari Fasilitas Kesehatan Dasar yangada. Upaya ini diharapkan dapat menurunkan resiko yang mungkintimbul bagi Ibu Hamil di masa persalinannya akibat anemia gizi.

D. LINGKUNGAN SEHATSalah satu misi dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalahmemelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakatbeserta lingkungannya. Tugas utama kesehatan adalah memelihara danmeningkatkan kesehatan segenap warga negaranya yaitu setiap individu,keluarga dan masyarakat Indonesia tanpa meninggalkan upaya

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 65

penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan perbaikan kualitaslingkungannya.1. Program Kota SehatProgram Kota Sehat di Kota Makassar adalah bagian dari dinamikadan semangat warga, bersama-sama dengan Pemerintah Kota Makassardalam menjalankan suatu proses yang secara terus menerus menciptakandan meningkatkan kualitas lingkngan baik fisik, sosial, budaya sertamengembangkan ekonomi masyarakat dengan memberdayakan potensi-potensi maksimal dari masyarakat di Kota Makassar.Program Kota Sehat untuk Kota Makassar pada tahun 2009 untukpersiapan penilaian kegiatan Kota Sehat , yang sebelumnya hanya 2 (dua)tatanan yaitu : Tatanan Kawasan kehidupan Masyarakat yang Sehat

Mandiri, dan Tatanan Kawasan Pariwisata Sehat bertambah 2 (dua) yaitu :Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana Sehat dan Kawasan Industri

Perkantoran Sehat. Berhasil mendapatkan penghargaan Swasti Saba

Wiwerda (kategori 4 tatanan Kota Sehat) oleh Menteri Kesehatan RI.2. Tempat-Tempat Umum SehatSalah satu indikator utama dalam pencapaian Indonesia Sehat2010 adalah tercapainya tempat-tempat umum (TTU) sehat sebesar80 %. Untuk mencapainya maka Dinas Kesehatan Kota Makassar dalamhal ini Bidang Kesehatan Lingkungan melakukan berbagai upaya antaralain :

a. Mengadakan Temu Karya Pemilik Tempat-tempat Umum yangmelibatkan Instansi dan Institusi terkait seperti ; Dinas Kebersihan,Dinas Pariwisata, PD. Pasar, PD. Kebersihan, PDAM Kota Makassar,Pihak Sekolah, Pengelola Bisnis Pariwisata, Pengelola Terminal, sertaPengelola tempet-tempat ibadah yang ada di Kota Makassar.b. Melakukan Bintek ke Tempat-Tempat Umum terutama pada KawasanWisata, Hotel, Restoran, Sarana peribadatan, maupun di sekolah-sekolah, terminal, pasar dan sarana kesehatan yang ada di KotaMakassar.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 66

Hal ini berarti upaya maksimal yang telah dilakukan selama inioleh Pemerintah Kota Makassar beserta jajarannya optimis dapatmemenuhi Standar Pelayanan Minimal serta mencapai target IndonesiaSehat 2010. Untuk data yang lebih terinci dapat dilihat pada lampiranTabel 50.3. Rumah Sehat & Rumah Bebas JentikIndikator Kesehatan Lingkungan kedua setelah Tempat TempatUmum Sehat, adalah pencapaian rumah sehat sebesar 80 %. (tabel 47SPM). Untuk indikator rumah sehat tahun 2009 telah mencapai 87,32 %sudah mencapai target rumah sehat untuk mencapai Indonesia Sehat2010 Data yang diperoleh dari Bidang P2M Dinas kesehatan KotaMakassar tahun 2009 dari 41.143 rumah yang diperiksa, sebanyak33.108 rumah bebas jentik, dengan angka bebas jentik (ABJ) mencapai80.47 %. Adapun Angka Bebas Jentik selama 4 tahun terakhir yaitu :tahun 2005 : 76 % ; tahun 2006 : 77% ; tahun 2007 : 78% ,tahun 2008menjadi : 79% dan tahun 2009 : 80 % . Program-program penyehatanlingkungan dan pemukiman perlu lebih ditingkatkan sehingga dapatmewujudkan Misi Kota Makassar Sehat 2010 dan Indonesia Sehat 2010.4. Tempat Umum Pengelolaan Makanan & MinumanHal yang tak kalah pentingnya dalam mendukung perekonomiankhususnya sektor pariwisata serta peningkatan derajat kesehatan yangoptimal di Kota Makassar adalah tersedianya Tempat PengelolaanMakanan yang memenuhi standar Laik Hygiene dan Sanitasi. Pesatnyaperkembangan Kota Makassar sebagai pusat perdagangan dan industri diKawasan Timur Indonesia mendorong perlunya peningkatan pengawasanmutu terkait dengan Laik Hygiene Sanitasi bagi Tempat pengelolaanmakanan dan minuman terrmasuk Depot Air Minum Isi Ulang.Sejalan dengan misi yang diemban oleh Pemerintah KotaMakassar, yaitu pembangunan berwawasan kesehatan maka DinasKesehatan Kota Makassar bekerjasama dengan Dinas Perijinan danPerdagangan, memberlakukan persyaratan Rekomendasi Laik Hygiene

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 67

Sanitasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh SITU & SIUPP bagiPengusaha Jasaboga, Rumah Makan/Restoran serta Depot Air Minum IsiUlang.5. Penyehatan Lingkungan dan PemukimanProgram lain yang juga merupakan bagian dari Upaya PenyehatanLingkungan antara lain : Penyemprotan lalat, Pemeriksaan bakteriologissampel air PDAM, Pembinaan POKMAIR, Pembinaan secara teknisprogram sanitasi dan Sumber Air Bersih, Kaporisasi sertapenyelenggaraan pelatihan bagi Tenaga Sanitasi Puskesmas.

E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATANTujuan pokok upaya kesehatan adalah meningkatkan pemerataan danmutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkauoleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program ini adalah tersedianyapelayanan kesehatan dasar dan rujukan, baik oleh pemerintah maupunswasta yang didukung oleh pesatnya kebutuhan masyarakat yang semakinkompleks.Salah satu misi pembangunan kesehatan dalam mewujudkan visiIndonesia sehat 2010 adalah memelihara dan meningkatkan pelayanankesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau mengandung arti bahwasalah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianyapelayanan kesehatan yang terbaik, bermutu, merata, dan terjangkau olehmasyarakat, yang dievaluasi menurut lima (5) indikator yaitu :1. Pemanfaatan Puskesmas oleh PendudukKeadaan sarana kesehatan di Kota Makassar dalam jumlah dandistribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombakpelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Hal ini menunjukkanbahwa Kota Makassar telah melampaui konsep wilayah puskesmasdimana 1 puskesmas melayani 30.000 penduduk atau dengan jumlahpenduduk Makassar tahun 2009 dibutuhkan 41 Puskesmas/Pustu,dimana pada tahun 2008 jumlah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak37 buah dan Pustu sebanyak 42 buah.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 68

Dengan demikian rasio puskesmas terhadap 100.000 pendudukadalah 3, Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayanioleh 3 puskesmas. Sedangkan rasio puskesmas pembantu terhadappuskesmas adalah 1 : 1 yang berarti setiap Puskesmas mempunyai 1puskesmas pembantu. Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah KotaMakassar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata danterjangkau bagi seluruh masyarakatnya.Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan, kunjunganrawat inap dan rawat jalan di Puskesmas disajikan dalam tabel berikut :Tabel V. 9Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat InapDi Sarana Pelayanan di Kota Makassar tahun 2009NO PUSKESMAS RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH

1 PATTINGALLOANG 46,284 180 46,4642 TABARINGAN 21,545 21,5453 P. BARRANG LOMPO 36,523 173 36,6964 JUMPANDANG BARU 92,498 1,546 94,0445 RAPPOKALLING 50,196 50,196

6 KALUKU BODOA 59,591 59,591

7 LAYANG 43,640 43,6408 MALIMONGAN BARU 52,126 52,1269 TARAKAN 24,628 24,628

10 ANDALAS 29,711 29,71111 MAKKASAU 54,745 54,74512 BARA-BARAYA 96,741 1,076 97,81713 MACCINI SAWAH 76,445 76,44514 MARADEKAYA 42,317 42,31715 MAMAJANG 69,280 731 70,01116 CENDRAWASIH 67,695 67,69517 DAHLIA 26,437 26,43718 PERTIWI 37,200 37,20019 PANAMBUNGAN 42,695 42,69520 TAMALATE 71,715 71,71521 JONGAYA 106,682 106,68222 BAROMBONG 14,114 14,11423 KASSI-KASSI 100,675 842 101,51724 MANGASA 41,578 41,57825 MINASA UPA 58,784 413 59,19726 BATUA 123,658 1,174 124,83227 PAMPANG 73,643 73,64328 TAMAMAUNG 48,304 48,30429 KARUWISI 32,476 32,47630 ANTANG 55,053 55,05331 ANTANG PERUMNAS 63,707 63,70732 TAMANGAPA 38,723 38,72333 SUDIANG 81,276 81,27634 SUDIANG RAYA 135,446 135,44635 TAMALANREA 47,807 47,80736 BIRA 42,895 42,89537 ANTARA 30,555 30,555

JUMLAH 2,137,388 6,135 2,143,523Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 69

2. Pemanfaatan Rumah Sakit dan Tempat Tidur Rumah SakitIndikator yang digunakan untuk menilai perkembangan saranarumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitasperawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempattidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk.Adapun jumlah RS di Kota Makassar Tahun 2009 adalah sebanyak17 buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 3.534 TT. Ini berartibahwa rasio Rumah Sakit terhadap penduduk adalah 1,3 RS per 100.000penduduk, sedangkan rasio tempat tidur (TT) terhadap penduduk adalah278 TT per 100.000 penduduk. Pemanfaatan rumah sakit juga diukurdengan Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn OverInterval (TOI), Bed Turn Over (BTO), Net Death Rate (NDR) dan GrossDeath Rate (GDR). Secara nasional rata-rata BOR sebesar 55%, LOS adalah5 hari, TOI 4 hari, BTO 40 kali, NDR 18 pasien per 1.000 pasien keluar danGDR 37 pasien per 1.000 pasien keluar. Indikator pelayanan RS padatahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel V. 10Indikator Pelayanan RS Kota Makassar Tahun 2009NO NAMA RUMAH SAKIT JUMLAHTEMPATTIDUR BOR LOS TOI GDR NDR1 RS Dr. Wahidin Sudirohusodo 659 69.6 7.7 3.3 81.6 43.02 Rumah Sakit Ibnu Sina 155 64.9 4.4 2.4 17.7 13.53 RSUD Labuang Baji 340 59.5 5.7 3.9 45.4 22.44 Rumah Sakit Bhayangkara 256 72.4 4.2 1.6 21.1 8.85 Rumah Sakit Pelamonia 403 65.0 6.1 3.3 35.1 20.76 Rumah Sakit Akademis 202 54.1 5.3 4.5 41.7 21.97 Rumah Sakit Dadi (Umum) 110 18.4 7.2 31.7 68.8 36.8Rumah Sakit Dadi (Jiwa) 450 133.3 103.1 -25.7 18.4 16.08 Rumah Sakit Haji 127 73.3 4.7 1.7 17.0 7.99 Rumah Sakit Stella Maris 236 60.4 5.5 3.6 42.9 18.110 Rumah Sakit Hikmah 100 27.8 5.3 13.7 18.2 12.511 Rumah Sakit Islam Faisal 122 60.3 4.9 3.2 47.6 31.612 Rumah Sakit Grestelina 113 60.7 4.5 2.9 32.4 12.513 RSU Luramay 55 65.5 7.3 3.9 6.1 6.114 Rumah Sakit Daya 63 66.0 3.5 1.8 7.8 2.715 RS Jala Ammari 44 69.6 5.0 2.2 10.8 4.516 RS Mitra Husada 34 28.0 5.4 13.8 15.4 9.3Sumber: Rumah Sakit di Kota Makassar

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 70

Tabel V. 11Keadaan Sarana Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAHPuskesmas 37Puskesmas Pembantu 42Puskesmas Keliling 37Rumah Sakit 16Rumah Sakit Bersalin 10Rumah Bersalin 24Bidan Praktek Swasta 117Balai Pengobatan Gigi 22Praktek Dokter Perorangan 2.176Praktek Dokter Bersama 62Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan

3. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan LaboratoriumDasar Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan DinasKesehatan Kota Makassar, jumlah sarana kesehatan yang memilikilaboratorium kesehatan 16 buah RS (100%). Data terinci pada lampiranTabel 43.

4. Persentase Rumah Sakit Yang menyelenggarakan 4 PelayananKesehatan Spesialis Dasar.Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan DinasKesehatan Kota Makassar, jumlah sarana kesehatan (Rumah Sakit) yangmampu memberikan pelayanan 4 (empat) spesialis dasar sebanyak 14buah RS dari 16 RS yang ada di Kota Makassar (87,5 %). Data terinci padalampiran Tabel 43.

5. Obat Generik BerlogoKegiatan ini dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan,keterjangkauan dan pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan, yangpelaksanaannya mencakup pengadaan obat generik esensial danpenerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayananpemerintah maupun swasta. Pada tahun 2004 ketersediaan obatesensial nasional sudah mencapai 90%.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 71

Jumlah ketersediaan obat dan jenis kebutuhan obat berdasarkandata dari Gudang Farmasi Kota Makassar pada tahun 2009 secara terincidapat dilihat pada lampiran Tabel 44.F. SUMBER DAYA KESEHATANUpaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil gunabila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Sumber dayakesehatan mencakup sumber daya tenaga, sarana dan pembiayaan.

1. Pengelolaan Tenaga KesehatanDalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenisketenagaan kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upayakesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upayapeningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan danpengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga olehpemerintah maupun masyarakat.Ketenagaan Tahun 2009

a. Jumlah pegawai : 1.193 orang terdiri dari :

b. Jenis Tenaga

Medis : 168 orang Para medis : 565 orang Non Medis : 460 orangPengelompokan tenaga kesehatan di Kota Makassar termasuk :Rumah Sakit, Puskesmas/Pustu dan Dinkes Kota secara garis besar adalah

Medis (Dokter umum, Gigi & spesialis termasuk PTT) sebanyak1.268 orang terdiri dari :o Dokter Spesialis : 849 orango Dokter Umum : 287 orango Dokter Gigi : 132 orang

Kesmas 228 orang, Farmasi 249 orang, Gizi 166 orang,

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 72

Sanitasi 80 orang, Teknisi medis 313 orang, Perawat & Bidan 2.741 orang,

o Perawat : 2.718 orango Bidan : 389 orangGambar V. 19Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut JenisnyaDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian2. ANGGARAN SEKTOR KESEHATANPembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBN DepartemenKesehatan digunakan untuk membiayai program-program kesehatanyaitu (a) anggaran pembangunan dan (b) anggaran rutin. Anggaranpembangunan digunakan untuk membiayai 18 program yang terdiri dari7 program sektor kesehatan (program pokok) dan 11 program di luarsektor kesehatan (program penunjang). Sedangkan anggaran rutindigunakan untuk membiayai 6 unit utama, 11 kegiatan meliputi belanjapegawai dan non belanja pegawai.Pembiayaan kesehatan juga disediakan melalui pemerintahdaerah, walaupun jumlahnya tidak besar yaitu APBD tingkat I dan APBDtingkat II. Dengan adanya pola otonomi daerah porsi pusat semakindikurangi dalam pembiayaan dan porsi yang dikelola oleh daerah akanmeningkat terutama ditujukan pada keluarga miskin.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Jumlah Tenaga Kesehatan

1268

3123

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 72

Sanitasi 80 orang, Teknisi medis 313 orang, Perawat & Bidan 2.741 orang,

o Perawat : 2.718 orango Bidan : 389 orangGambar V. 19Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut JenisnyaDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian2. ANGGARAN SEKTOR KESEHATANPembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBN DepartemenKesehatan digunakan untuk membiayai program-program kesehatanyaitu (a) anggaran pembangunan dan (b) anggaran rutin. Anggaranpembangunan digunakan untuk membiayai 18 program yang terdiri dari7 program sektor kesehatan (program pokok) dan 11 program di luarsektor kesehatan (program penunjang). Sedangkan anggaran rutindigunakan untuk membiayai 6 unit utama, 11 kegiatan meliputi belanjapegawai dan non belanja pegawai.Pembiayaan kesehatan juga disediakan melalui pemerintahdaerah, walaupun jumlahnya tidak besar yaitu APBD tingkat I dan APBDtingkat II. Dengan adanya pola otonomi daerah porsi pusat semakindikurangi dalam pembiayaan dan porsi yang dikelola oleh daerah akanmeningkat terutama ditujukan pada keluarga miskin.

Jumlah Tenaga Kesehatan

3123

296195 170

41179

Medis

Perawat & Bidan

Farmasi

Kesmas

Gizi

Teknisi Medis

Sanitasi

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 72

Sanitasi 80 orang, Teknisi medis 313 orang, Perawat & Bidan 2.741 orang,

o Perawat : 2.718 orango Bidan : 389 orangGambar V. 19Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut JenisnyaDi Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian2. ANGGARAN SEKTOR KESEHATANPembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBN DepartemenKesehatan digunakan untuk membiayai program-program kesehatanyaitu (a) anggaran pembangunan dan (b) anggaran rutin. Anggaranpembangunan digunakan untuk membiayai 18 program yang terdiri dari7 program sektor kesehatan (program pokok) dan 11 program di luarsektor kesehatan (program penunjang). Sedangkan anggaran rutindigunakan untuk membiayai 6 unit utama, 11 kegiatan meliputi belanjapegawai dan non belanja pegawai.Pembiayaan kesehatan juga disediakan melalui pemerintahdaerah, walaupun jumlahnya tidak besar yaitu APBD tingkat I dan APBDtingkat II. Dengan adanya pola otonomi daerah porsi pusat semakindikurangi dalam pembiayaan dan porsi yang dikelola oleh daerah akanmeningkat terutama ditujukan pada keluarga miskin.

Perawat & Bidan

Farmasi

Teknisi Medis

Sanitasi

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 73

Adapun rincian Anggaran Kesehatan Kota Makassar tahun 2009yang diperoleh dari Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassarsebagai berikut : APBD Kota Rp. 40.686.240.000,- APBD Prop. (Dana DEKON) Rp. - APBN Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp. 7.414.000.000,- ASKESKIN Rp. 4.032.048.000,- Lain-lain

- NICE Rp. 880.120.000,-- PAMSIMAS Rp. 217.000.000,-

Pinjaman/Hibah Luar Negeri Rp. - Sumber lain Rp. - TOTAL Anggaran Kesehatan Rp. 53.229.408.000,-Untuk alokasi pembiayaan kesehatan pada tahun 2007 di KotaMakassar baru berkisar 2,0 % dari total anggaran APBD Kota Makassar.Pada tahun 2008 meningkat menjadi 5,17 %, sedangkan alokasipembiayaan kesehatan pada tahun 2009 sebesar 3,1 %.Adapun alokasi anggaran kesehatan per-kapita untuk tahun 2009sebesar Rp. 41.836, sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp. 52.133,-meningkat dari tahun sebelumnya pada tahun 2007 yang baru berkisarRp. 20.086,- masih jauh dari target Rp. 100.000 per kapita per tahun.(Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar).

G. KONTRIBUSI LINTAS SEKTOR

1. Keluarga yang memiliki Air BersihBerdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan BPS memperlihatkanbahwa pemenuhan kebutuhan rumah tangga terhadap air bersih daritahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 di KotaMakassar jumlah pelanggan untuk kategori Rumah Tangga yang telah

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 74

76,1

68707274767880828486

2005

pers

en c

akup

an

memiliki sambungan PDAM sebanyak 140.457 Rumah Tangga. (Sumber :Makassar Dalam Angka).Berdasarkan laporan dari Bidang Kesehatan Lingkungan DinasKesehatan Kota Makassar cakupan akses air bersih selama 3 tahunterakhir adalah pada tahun 2005 tercatat 76,1% ; tahun 2006 : 83,41% ;dan pada tahun 2007 menjadi 79,1 %. Untuk tahun 2008 Cakupan airbersih sebesar 77,4%. Adapun pasokan Air Bersih ini sebagian besar darisambungan rumah PDAM, sisanya sumur gali dan sumur pompa tangan.Gambar V. 20Cakupan Air Bersih Di Kota MakassarTahun 2005– 2009

Sumber : Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar2. Pasangan Usia Subur yang menjadi Aksepto r KBBerdasarkan data yang diperoleh dari BPM-KB Kota Makassar,tingkat pencapaian Peserta KB aktif dari tahun ke tahun mengalamipeningkatan. Pada tahun 2005 jumlah peserta KB Aktif 96.334 peserta(60,01 %), tahun 2006 sebesar 101.460 peserta (60,62 %), tahun 2007menjadi 112.907 (66,01 %) dan Tahun 2008 meningkat menjadi 120.048peserta untuk lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 20.Perkembangan jumlah peserta KB Baru, selama 4 tahun terakhirsebagai berikut : Tahun 2005 tercatat sebanyak 16.381 peserta, tahun2006 naik menjadi 22.479 peserta, tahun 2007 menjadi 26.229 peserta,dan tahun 2008 menjadi 24.123 peserta dan pada tahun 2009 menjadi37.610 peserta.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 74

76,1

83,4

79,177,4

2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

memiliki sambungan PDAM sebanyak 140.457 Rumah Tangga. (Sumber :Makassar Dalam Angka).Berdasarkan laporan dari Bidang Kesehatan Lingkungan DinasKesehatan Kota Makassar cakupan akses air bersih selama 3 tahunterakhir adalah pada tahun 2005 tercatat 76,1% ; tahun 2006 : 83,41% ;dan pada tahun 2007 menjadi 79,1 %. Untuk tahun 2008 Cakupan airbersih sebesar 77,4%. Adapun pasokan Air Bersih ini sebagian besar darisambungan rumah PDAM, sisanya sumur gali dan sumur pompa tangan.Gambar V. 20Cakupan Air Bersih Di Kota MakassarTahun 2005– 2009

Sumber : Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar2. Pasangan Usia Subur yang menjadi Aksepto r KBBerdasarkan data yang diperoleh dari BPM-KB Kota Makassar,tingkat pencapaian Peserta KB aktif dari tahun ke tahun mengalamipeningkatan. Pada tahun 2005 jumlah peserta KB Aktif 96.334 peserta(60,01 %), tahun 2006 sebesar 101.460 peserta (60,62 %), tahun 2007menjadi 112.907 (66,01 %) dan Tahun 2008 meningkat menjadi 120.048peserta untuk lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 20.Perkembangan jumlah peserta KB Baru, selama 4 tahun terakhirsebagai berikut : Tahun 2005 tercatat sebanyak 16.381 peserta, tahun2006 naik menjadi 22.479 peserta, tahun 2007 menjadi 26.229 peserta,dan tahun 2008 menjadi 24.123 peserta dan pada tahun 2009 menjadi37.610 peserta.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 74

73,4

2009

memiliki sambungan PDAM sebanyak 140.457 Rumah Tangga. (Sumber :Makassar Dalam Angka).Berdasarkan laporan dari Bidang Kesehatan Lingkungan DinasKesehatan Kota Makassar cakupan akses air bersih selama 3 tahunterakhir adalah pada tahun 2005 tercatat 76,1% ; tahun 2006 : 83,41% ;dan pada tahun 2007 menjadi 79,1 %. Untuk tahun 2008 Cakupan airbersih sebesar 77,4%. Adapun pasokan Air Bersih ini sebagian besar darisambungan rumah PDAM, sisanya sumur gali dan sumur pompa tangan.Gambar V. 20Cakupan Air Bersih Di Kota MakassarTahun 2005– 2009

Sumber : Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar2. Pasangan Usia Subur yang menjadi Aksepto r KBBerdasarkan data yang diperoleh dari BPM-KB Kota Makassar,tingkat pencapaian Peserta KB aktif dari tahun ke tahun mengalamipeningkatan. Pada tahun 2005 jumlah peserta KB Aktif 96.334 peserta(60,01 %), tahun 2006 sebesar 101.460 peserta (60,62 %), tahun 2007menjadi 112.907 (66,01 %) dan Tahun 2008 meningkat menjadi 120.048peserta untuk lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 20.Perkembangan jumlah peserta KB Baru, selama 4 tahun terakhirsebagai berikut : Tahun 2005 tercatat sebanyak 16.381 peserta, tahun2006 naik menjadi 22.479 peserta, tahun 2007 menjadi 26.229 peserta,dan tahun 2008 menjadi 24.123 peserta dan pada tahun 2009 menjadi37.610 peserta.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 75

Tahun 2009 dilaporkan jumlah peserta KB aktif mengalamipeningkatan menjadi sebesar 122.365 dari 120.048 pada tahun 2008.Data dapat dilihat pada Lampiran Tabel 19 serta pada gambar berikut :Gambar V. 21Jumlah PUS, Peserta KB Baru & AktifMenurut Kecamatan di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : BPM-KB Kota Makassar3. Kecelakaan Lalu LintasSebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang jugamenjadikan Makassar sebagai kawasan sentra perdagangan dan industri,menjadikan tingkat perekonomian masyarakatnya juga meningkat.Sejalan dengan hal tersebut lonjakan penduduk pun tak dapat dielakkan,yang pada akhirnya berimplikasi pada berbagai masalah kependudukandiantaranya tingginya kepadatan penduduk serta tingginya jumlahpengguna jalan raya (pengendara). Padatnya arus transportasi daratsangat rawan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.Beberapa kebijakan diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassardalam menangani masalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas , antaralain : dari segi infrastruktur Pembangunan Proyek Jalan Lingkar,Pembangunan Fly Over (jalan layang), serta PERDA mengenai pemakaianhelm bagi pengendara bermotor.

020000400006000080000

100000120000140000160000180000200000

PUS

167357

171053176095

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 75

Tahun 2009 dilaporkan jumlah peserta KB aktif mengalamipeningkatan menjadi sebesar 122.365 dari 120.048 pada tahun 2008.Data dapat dilihat pada Lampiran Tabel 19 serta pada gambar berikut :Gambar V. 21Jumlah PUS, Peserta KB Baru & AktifMenurut Kecamatan di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : BPM-KB Kota Makassar3. Kecelakaan Lalu LintasSebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang jugamenjadikan Makassar sebagai kawasan sentra perdagangan dan industri,menjadikan tingkat perekonomian masyarakatnya juga meningkat.Sejalan dengan hal tersebut lonjakan penduduk pun tak dapat dielakkan,yang pada akhirnya berimplikasi pada berbagai masalah kependudukandiantaranya tingginya kepadatan penduduk serta tingginya jumlahpengguna jalan raya (pengendara). Padatnya arus transportasi daratsangat rawan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.Beberapa kebijakan diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassardalam menangani masalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas , antaralain : dari segi infrastruktur Pembangunan Proyek Jalan Lingkar,Pembangunan Fly Over (jalan layang), serta PERDA mengenai pemakaianhelm bagi pengendara bermotor.

KB BARU KB AKTIF

22479

101460

26229

112907

176095

42663

120048

199769

37610

122365

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 75

Tahun 2009 dilaporkan jumlah peserta KB aktif mengalamipeningkatan menjadi sebesar 122.365 dari 120.048 pada tahun 2008.Data dapat dilihat pada Lampiran Tabel 19 serta pada gambar berikut :Gambar V. 21Jumlah PUS, Peserta KB Baru & AktifMenurut Kecamatan di Kota MakassarTahun 2006 s/d 2009

Sumber : BPM-KB Kota Makassar3. Kecelakaan Lalu LintasSebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang jugamenjadikan Makassar sebagai kawasan sentra perdagangan dan industri,menjadikan tingkat perekonomian masyarakatnya juga meningkat.Sejalan dengan hal tersebut lonjakan penduduk pun tak dapat dielakkan,yang pada akhirnya berimplikasi pada berbagai masalah kependudukandiantaranya tingginya kepadatan penduduk serta tingginya jumlahpengguna jalan raya (pengendara). Padatnya arus transportasi daratsangat rawan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.Beberapa kebijakan diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassardalam menangani masalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas , antaralain : dari segi infrastruktur Pembangunan Proyek Jalan Lingkar,Pembangunan Fly Over (jalan layang), serta PERDA mengenai pemakaianhelm bagi pengendara bermotor.

1223652006

2007

2008

2009

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 76

Data yang diperoleh dari Ditlantas POLDA Sulsel sepanjang tahun2009 terjadi 553 kejadian kecelakaan, menurun dari tahun sebelumnyayakni 676 kasus kecelakaan, dengan rincian korban jiwa yang meninggal150 orang, luka berat sebanyak 76 orang dan luka ringan sebanyak 527orang, dengan jumlah total korban sebanyak 753 orang. Data terincipada Lampiran Tabel 8.4. Penduduk yang Melek HurufTingkat kesejahteraan masyarakat amat dipengaruhi oleh tingkatpendidikan dalam hal ini kemampuan baca tulis karena merupakanketerampilan minimum yang dibutuhkan untuk dapat memperolehlapangan kerja. Disamping itu aspek-aspek kependudukan, perekonomiandan pendidikan, bersama-sama dengan kesehatan menentukanbesar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau HumanDevelopment Index (HDI) .Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek hurufpenduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruflatin dan huruf lainnya, misalnya huruf Arab, Bugis, Makassar dansebagainya. Angka Melek Huruf yang tinggi berarti jumlah pendudukyang buta aksara semakin menurun. Untuk Kota Makassar pada tahun2008, jumlah dan persentase penduduk yang buta huruf menurutKecamatan disajikan pada tabel berikut :TABEL V. 12PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS YANG BUTA HURUFKOTA MAKASSAR TAHUN 2008

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH1 UJUNG TANAH 176 288 4642 TALLO 105 349 4543 BONTOALA 75 211 2864 WAJO - - -5 UJUNG PANDANG 3 92 956 MAKASSAR 36 214 2507 MAMAJANG 26 108 1348 MARISO 48 157 2059 TAMALATE 50 230 28010 RAPPOCINI 199 255 45411 PANAKKUKANG 296 700 99612 MANGGALA 58 257 31513 BIRINGKANAYA 65 302 36714 TAMALANREA 188 297 485Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kota Makassar

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 77

Khusus di Kota Makassar pada Komponen Indeks PembangunanManusia (Human Development Indeks) untuk Kota Makassar disajikandalam tabel berikut Tabel V. 13Komponen Indeks Pembangunan ManusiaTingkat Kecamatan di Kota Makassar 2007KODEWIL KECAMATAN Indeks Indeks Indeks Indekspengeluaranperkapita IPM PeringkatIPMAngka Angka Rata-rataHarapan Melek LamaHidup Huruf Sekolah010 MARISO 78,24 96,70 71,73 63,28 76,63 7020 MAMAJANG 78,25 98,96 79,12 63,29 77,96 1030 TAMALATE 78,17 96,44 70,22 63,29 76,38 9031 RAPPOCINI 78,50 97,64 77,62 63,29 77,59 2040 MAKASSAR 78,32 94,04 59,43 63,26 74,70 12050 UJUNG PANDANG 78,23 97,38 67,65 63,29 76,33 10060 WAJO 78,37 97,19 69,06 63,28 76,49 8070 BONTOALA 78,18 96,60 74,57 63,27 76,90 5080 UJUNG TANAH 78,24 94,04 56,71 63,26 74,37 14090 TALLO 78,17 94,63 56,95 63,25 74,50 13100 PANAKUKANG 78,39 97,06 72,98 63,29 76,90 4101 MANGGALA 78,46 95,33 66,59 63,29 75,83 11110 BIRINGKANAYA 78,41 97,23 77,29 63,29 77,43 3111 TAMALANREA 78,44 95,65 74,88 63,29 76,82 6Sumber : BPS Kota MakassarDemikianlah gambaran yang dapat ditampilkan mengenaipencapaian Program Kesehatan Kota Makassar serta indikator lain yangberkaitan erat dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusiasepanjang tahun 2007. Keseluruhan data yang dimuat diperolehlangsung dari pengelola masing-masing program. Adapun gambaran yangdisajikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua pihak terkaitdengan data dan informasi mengenai program kesehatan yang berjalan diKota Makassar.

۞۞۞

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 78

BAB VIP E N U T U PProfil Kesehatan Kota Makassar disusun berdasarkan hasil kegiatansepanjang tahun 2009 oleh unit-unit kesehatan serta Instansi terkait yangberada dalam wilayah Kota Makassar. Berbagai peningkatan telah dicapaisebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisiumum serta keadaan sosial ekonomi masyarakat Kota Makassar.Gambaran tersebut merupakan fakta yang layak dikomunikasikan baikkepada para penentu kebijakan, kepada pengelola program kesehatan maupunkepada instansi Lintas Sektor, serta kepada masyarakat umum yang disajikandalam format buku Profil.Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategisdalam pelaksanaan manajemen program kesehatan dan Lintas Sektor makapenyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagaibahan masukan dalam proses pengambilan keputusan dan dalam halperencanaan program kesehatan. Di bidang kesehatan penyelenggaraan SistemInformasi Kesehatan mempunyai salah satu luaran utama yaitu penyajian datadan informasi dalam format buku Profil Kesehatan.Namun disadari bahwa dalam penyajiannya sampai saat ini belum dapatmemenuhi segala kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal. Halini berimplikasi pada kualitas data yang disajikan dalam profil kesehatan inibelum dapat memenuhi harapan semua pihak namun tetap dapat memberikangambaran umum dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan danperbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai.Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil KesehatanKota Makassar, perlu terus dilakukan suatu terobosan dalam hal mekanismepengumpulan data dan informasi secara cepat dan akurat untuk mengisiketidaktersediaan data khususnya yang bersumber dari masing – masingpengelola program serta dari sektor lain yang terkait. Diharapkan SistemInformasi Kesehatan telah dapat menerapkan Information and Communication

Technology secara maksimal sampai ke tingkat Puskesmas.

۞۞۞