BAB I PENDAHULUAN -...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. latar belakang Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi, yang sesuai dengan tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan umum yang tertib, nyaman, cepat, teratur, lancar dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Pengangkutan adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya faktor faktor seperti keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, keadaan yang seperti ini sangat memungkinkan untuk menggunakan alat pengangkutan modern yang di gerakkan secara mekanis. Kemajuan pengangkutan akan mempengaruhi pembangunan berbagai sektor, misalnya sektor perhubungan, sekotor pariwisata, sektor perdaganganm, sektor pendidikan dan sektor sektor lainnya. 1 Hukum pengakutan secara umum baik di dalam KUH Perdata maupun KUHD baik yang sudah dikodifikasikan maupun yang belum, yang berdasarkan atas dan bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit karena keperluan pemindahan barang-barang dan/atau orang-orang dari suatu kelain tempat untuk memenui perikatan-perikatan yang lahir dan perjanjian-perjanjian tertentu, termasuk di dalamnya perjanjian-perjanjian untuk memberikan perantara mendapatkan pengangkutan/ekspedisi. 2 Dalam aspek hukum perdata pada pengangkutan, seperti kontrak carter (charter party), kewajiban dan hak pihak-pihak, ganti kerugiam akibat wanprestasi, upaya mengganti resiko dengan asuransi, dan cara penyelesaian sengketa, pengangkutan 1 Abdulkadir muhamad. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, Dan Udara Bandung. 1991. Hal. 1 2 Sution Usman Adji. Djoko Prakoso, SH. Hari Pramono, Hukum Pengangkutan Di Indinesia. Hal. 5

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan angkutan

jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu

mewujudkan tersedianya jasa transportasi, yang sesuai dengan tingkat kebutuhan lalu

lintas dan pelayanan angkutan umum yang tertib, nyaman, cepat, teratur, lancar dan

dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Pengangkutan adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya faktor faktor seperti keadaan

geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, keadaan yang

seperti ini sangat memungkinkan untuk menggunakan alat pengangkutan modern yang

di gerakkan secara mekanis. Kemajuan pengangkutan akan mempengaruhi

pembangunan berbagai sektor, misalnya sektor perhubungan, sekotor pariwisata,

sektor perdaganganm, sektor pendidikan dan sektor sektor lainnya.1 Hukum

pengakutan secara umum baik di dalam KUH Perdata maupun KUHD baik yang sudah

dikodifikasikan maupun yang belum, yang berdasarkan atas dan bertujuan untuk

mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit karena keperluan pemindahan

barang-barang dan/atau orang-orang dari suatu kelain tempat untuk memenui

perikatan-perikatan yang lahir dan perjanjian-perjanjian tertentu, termasuk di dalamnya

perjanjian-perjanjian untuk memberikan perantara mendapatkan

pengangkutan/ekspedisi.2

Dalam aspek hukum perdata pada pengangkutan, seperti kontrak carter (charter

party), kewajiban dan hak pihak-pihak, ganti kerugiam akibat wanprestasi, upaya

mengganti resiko dengan asuransi, dan cara penyelesaian sengketa, pengangkutan

1 Abdulkadir muhamad. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, Dan Udara Bandung. 1991. Hal. 1

2 Sution Usman Adji. Djoko Prakoso, SH. Hari Pramono, Hukum Pengangkutan Di Indinesia.

Hal. 5

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

2

diatur dengan perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak dan kebiasaan yang hidup dalam

masyarakat. Pengangkutan sendiri melingkupi pengangkutan darat dengan kereta api,

pengangkutan darat dengan kendaraan umum, pengangkutan perairan dengan kapal,

dan pengangkutan udara dengan pesawat udara. Adapun peraturan hukum

pengangakutan adalah keseluruhan peraturan hukum (rule of law) dalam definisi

tersebut meliputi beberpa ketentuan seperti, undang-undang pengangkutan, perjanjian

pengangkutan, konvensi internasional tentang pengangkutan kereta api, darat, perairan,

dan penerbangan. Peraturan hukum tersebut meliputi juga asas hukum, norma hukum,

teori hukum, dan praktik hukum pengangakutan.

Asas hukum pengangakutan merupakan landasan filosofis (fundamental norm)

yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan pengangkutan yang menyatakan kebenaran,

keadilan, dan kepatuhan juga menjadi tujuan yang diharapkan oleh pihak-pihak. Asas

tersebut dijelmakan dalam bentuk ketentuan-ketentuan (rules) yang mengatur

pengangkutan niaga. Asas hukum sebagai landasan filosofis ini digolongkan sebagai

filsafat hukum (legal philasophy) mengenai pengangkutan.3

Angkutan umum atau kendaraan bermotor yang tidak layak jalan atau tidak

melakukan pengujian berkala kendaraan bermotor adalah pengujian laik jalan paling

sedikit meliputi sembilan hal yaitu, uji emisi gasbuang, tingkat kebisingan suara klakso

dan/atau kenalpot, kemampuan rem utama, kincup roda depan, kemampuan pancaran

lampu kendaraan bermotor dan arah sinar lampu utama, akurasi alat penunjuk

kecepatan, kedalaman alur ban, dan daya tembus cahaya pada kaca, sembilan hal

tersebut harus di penui oleh setiap angkutan umum atau kendaraan bermotor, maka

setiap angkutan umum atau kendaraan bermotor yang tidak memenui sembilan hal

tersebut maka kendaraan bermotor atau angkutan umum itu sendiri tidak layak jalan

atau tidak lolos uji berkala kendaraan.

Untuk mewujudkan transportasi yang nyaman dan aman, untuk itu negara telah

mengeluarkan undang-undang di bidang transportasi darat yaitu dengan

dikeluarkannya Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

3 Prof. Abdulkadir Muhamad. Hukum Pengakutan Niaga. Bandung 2013. Hal. 5

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

3

Angkutan Jalan sebagai Pengganti Undang-undang No. 14 Tahun 1992, serta Peraturan

Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku

meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-

undang No. 14 Tahun 2003 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324 Undang-undang

No. 22 Tahun 2009 bahwa: Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua

peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan

Undang-Undang ini. Dalam pasal 2 dan pasal 3 Undang-undang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan (yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ), mengatur asas dan

tujuan pengangkutan. Adapun Asas penyelenggaraan lalu lintas adalah diatur dalam

Pasal 2 Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yakni Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan diselenggarakan dengan memperhatikan: asas transparan, asas

akuntabel, asas berkelanjutan, asas partisipatif, asas bermanfaat, asas efisien dan

efektif, asas seimbang, asas terpadu, dan asas mandiri. Sedangkan Pasal 3 Undang-

undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan yakni : terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk

mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa,

terwujudnya, etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan terwujudnya penegakan

hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Angkutan darat di atur dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas

angkutan jalan berdasarkan pasal 1 angka 3. Angkutan adalah perpindahan orang dan

atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang

Lalu Lintas Jalan. Dalam pasal 1 angka 8 Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan

yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan

di atas rel. Pada pasal 1 angka 22 Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan

hukum yang menggunakan jasa Perusahaan Angkutan Umum. Jasa adalah kegiatan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

4

yang dapat diidentifikasikan, yang tak teraba, yang direncanakan untuk kepuasan

konsumen. Jasa juga merupakan kontak sosial antara produsen dan konsumen.

Pengertian lainnya yang disebut dengan Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan

hukum yang menggunakan jasa Perusahaan Angkutan Umum. Sedangkan yang disebut

pengangkut dalam Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini dipersamakan

dengan pengertian Perusahaan Angkutan Umum yakni di sebutkan dalam Pasal 1 ayat

21 yang berbunyi: Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang

menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor

Umum.

Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan tersebut diharapkan dapt membantu mewujudkan kepastian hukum bagi pihak-

pihak yang terkait dengan penyelenggaraan jasa angkutan, baik itu pengusaha

angkutan, pekerja (sopir/pengemudi) serta penumpang. Secara operasional kegiatan

penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau sopir angkutan dimana

pengemudi merupakan pihak yang mengikatkan diri untuk menjalankan kegiatan

pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut. Pengemudi dalam

menjalankan tugasnya mempunyai tanggung jawab untuk dapat melaksanakan

kewajibannya yaitu mengangkut penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah

disepakati dengan selamat, artinya dalam proses pemindahan tersebut dari satu tempat

ke tempat tujuan dapat berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam keadaan

sehat, tidak mengalami bahaya, luka, sakit maupun meninggal dunia. Sehingga tujuan

pengangkutan dapat terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat.

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional

harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam

rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah, bahwa

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sudah

tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan

penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan saat ini sehingga perlu diganti

dengan undang-undang yang baru, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

5

kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi,

Pengguna Jalan, serta pengelolaannya. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang

di Ruang Lalu Lintas Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari

satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas

Jalan.

Selanjutnya Undang-Undang mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

terkahir kali ditur di Indonesia dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Jalan dengan semangat reformasi dan semangat perubahan.

Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat

yaitu dengan dikeluarkannya Udang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan sebagai Pengganti Undang-undang No. 14 Tahun 1992 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993

Tentang Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993

merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-undang No. 14 Tahun 2003

dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 bahwa :

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

berTentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini

dan terdapat di bagian buku ketiga Tentang perikatan pada Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (BW).

Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan tersebut diharapkan dapt membantu mewujudkan kepastian hukum bagi pihak-

pihak yang terkait dengan penyelenggaraan jasa angkutan, baik itu pengusaha

angkutan, pekerja (sopir/pengemudi) serta penumpang. Secara operasional kegiatan

penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau sopir angkutan dimana

pengemudi merupakan pihak yang mengikatkan diri untuk menjalankan kegiatan

pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut. Pengemudi dalam

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

6

menjalankan tugasnya mempunyai tanggung jawab untuk dapat melaksanakan

kewajibannya yaitu mengangkut penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah

disepakati dengan selamat, artinya dalam proses pemindahan tersebut dari satu tempat

ke tempat tujuan dapat berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam keadaan

sehat, tidak mengalami bahaya, luka, sakit maupun meninggal dunia. Sehingga tujuan

pengangkutan dapat terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna

masyarakat.4

Perlindungan hukum bagi penumpang angkutan umum di darat telah di atur

dalam Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Peraturan tersebut yang menjadi pedoman untuk melindungi kepentingan penumpang

jika hak nya ada yang dilanggar oleh penyedia jasa angkutan umum. Seperti pada Pasal

234 ayat (1) Undang Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang secara garis besar

menjelaskan bahwa pihak penyedia jasa angkutan umum wajib bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami oleh penumpang yang diakibatkan oleh kelalaian pengemudi.

Pada prinsip-prinsip Perlindungan hukum bagi penumpang angkutan umum di darat

telah di atur dalam Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Peraturan tersebut yang menjadi pedoman untuk melindungi

kepentingan penumpang jika hak nya ada yang dilanggar oleh penyedia jasa angkutan

umum. Seperti pada Pasal 234 ayat (1) Undang Undang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang secara garis besar menjelaskan bahwa pihak penyedia jasa angkutan umum

wajib bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh penumpang yang

diakibatkan oleh kelalaian pengemudi.5

Perlindungan hukum bagi penumpang adalah suatu masalah yang besar dengan

persaingan global yang terus berkembang sehingga perlindungan hukum sangat

dibutuhkan dalam persaingan global. Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 192 ayat (1) menjelaskan bahwa perusahaan

angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang yang

4 http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7&Itemid=7

5 R. Subekti, Pengangkutan & hukum Pengangkutan darat, Universitas Diponegoro:1980

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

7

meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh

suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan

penumpang. Dilihat dari aspek perlindungan hukum bagi konsumen jasa angkutan,

keadaan demikian sangat tidak ideal dan dalam praktek merugikan bagi konsumen,

karena pada tiap kecelakaan alat angkutan darat tidak penah terdengar

dipermasalahkannya tanggung jawab pengusaha kendaraan angkutan umum.

Di dalam Pasal 1 angka 30 Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah

suatu keadaan terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan

perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas. Rasa takut yang

dialami penumpang dikarenakan kondisi angkutan yang tidak layak jalan. Maka dari

itu diperlukan perlindungan hukum bagi penumpang. Perlindungan tersebut diberikan

kepada penumpang agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang di berikan oleh

hukum. Perlindungan hukum dalam pengangkutan adalah segala upaya pemenuhan hak

dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada konsumen agar tidak

terjadi hal-hal yang di inginkan. Maka dari itu perlu melakukan uji kendaraan bermotor

dengan bertujuan, memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap pengguna

kendaraan bermotor, mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari

kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor dan

memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Kendaraan bermotor wajib mengikuti kenetuan dalam Peraturan Mentri No 133

Tahun 2015. Dalam pasal 8 PM No.133 Tahun 2015 adalah pengujian kendaraaan

bermotor meliputi kegiatan sebagai berikut,

a. pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan bermotor

b. pengujian lain jalan kendaraan bermotor

c. pemberian tanda lulus uji bekala kendaraan bermotor

pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 huruf a merupakan kegiatan pemeriksaan kedaraan bermotor dengan atau tanpa

peralatan uji dalam rangka pemenuhan terhadap ketentuan mengenai persyaratan teknis

kendaraan bermotor. Huruf b merupakan kegiatan pengukuran kinerja minimal

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

8

kedaraan bermotor berdasarkan ambang batas laik jalan. Semua yang dimaksud wajib

menggunakan peralatan uji, agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 tentang

Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor, maka semua kendaraan umum wajib

melakukan pengujian kelayakan. Dalam prakteknya, di Kota Salatiga khusunya

angkutan umum (angkota) berjumlah 421 ankota yang masih banyak ditemukan

angkota yang tidak melakukan Uji Kelayakan kendaraan. Menurut H. Slamet

Munzamil selaku KASI Dinas Perhubungan Kota Salatiga di bidang pelayanan

angkutan dan terminal menyatakan ada sebagian angkutan umum (angkota) kota

salatiga tidak melakukan pengujian ulang secara berkala 6 (enam) bulan sekali kurang

lebuh 56 angkutan yang tidak melakukan uji kelayakan. Dari Dinas Perhubungan Kota

Salatiga juga melakukan peringatan berupa Surat Teguran kepada yang bersangkutan

seperti pemilik jasa angkutan umum atau soper dari angkutan umum tersebut.

Menurut Dinas Perhubungan Kota Salatiga, surat teguran atau surat peringatan

telah diberikan terhadap pemilik jasa atau pengemudi tersebut, dan dari pemilik jasa

angkutan umum tersebut tidak mempunyai kejelasan, ketaatan atau itikat baik untuk

melakukan pengujian secara berkala, selain memberikan Surat Teguran Dinas

Perhubungan Kota Salatiga juga melakukan sosialisai kepada paguyuban angkota yang

melalui juru mudi melalui paguyupan tersebut, apa bila pemilik kendaran bermotor

tidak melakukan uji kelayakan 6 (enam) bulan sekali, terlambat dan/atau tidak

melakukan uji berkala kelayakan dikenakan sanksi administrasi beupa denda 2% (dua

persen) dari biaya uji pada setiap bulan keterlambatan, yang sudah di atur di dalam

PERDA Kota Salatiga Nomer 12 Tahun 2011 Tentang Restrebusi Jasa Umum.

Selain itu Dinas Perhubungan Kota Salatiga juga melakukan razia di terminal

yang menjadi kewenangan dinas perhubungan, dan melakukan razia di jalan raya

seperti jalur angkutan umum (angkota) yang bekerja sama dengan pihak Kepolisia.

secara umum angkutan umum (angkota) tidak melakukan pengujian berkala secara

tertib, dan angkutan yang tidak melakukan pengujian secara berkala tersebut tetap

beroprasi, walaupun dari dinas perhubungan salatiga sudah memeberikan surat teguran.

Dalam fakta di lapangan masih banyam di temukan angkutan umum (angkota) yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

9

tidak sebagai mana mestinya, seperti angkutan umum kota yang semestinya di

pergunakan untuk mengangkut penumpang atau pengguna jasa dari suatu tempat ke

tempat yang lain, akan tetapi malah dipergunakan untuk mengangkut barang, yang

seharusnya barang yang di angkut oleh angkutan barang, akan tetapi menggunakan

angkutan umum kota (angkota). Dan fakta lain juga ada angkutan umum (angkota)

yang melebihi batas masimal penumpang 12 (duabelas) orang, yang praktenya masih

ada angkota yang mengangkut penumpang melebihi dari 12 (duabelas) orang.

Ada juga pembahasan mengenai perlindungan hukum bagi pengguna jasa

angkutan umum apabila terjadi suatu hal yang tidak di inginkan seperti kecelakaan lalu

lintas maupun tindakan apabila tidak terpenuhinya hak-hak pengguna jasa atau

konsumen atas yang disebabkan faktor-faktor tertentu dari penyedia jasa. Perusahaan

Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala

perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan. Selain

itu Perusahaan Angkutan Umum juga bertanggung jawab atas kerugian yang diderita

oleh Penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan,

terkecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat di cegah karena kesalahan

penumpang itu sendiri.

Perlindungan hukum bagi penumpang angkutan umum di darat telah di atur

dalam Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Peraturan tersebut yang menjadi pedoman untuk melindungi kepentingan penumpang

jika hak nya ada yang dilanggar oleh penyedia jasa angkutan umum. Seperti pada Pasal

234 ayat (1) Undang Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang secara garis besar

menjelaskan bahwa pihak penyedia jasa angkutan umum wajib bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami oleh penumpang yang diakibatkan oleh kelalaian pengemudi.

Pada prinsip-prinsip tanggung jawab ada salah satu disebutkan dimana prinsip tersebut

di jelaskan pada Pasal 24 Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan bahwa

pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat

membuktikan bahwa kerugian bukan timbul karena kesalahannya.6

6 R. Subekti, Pengangkutan & hukum Pengangkutan darat, Universitas Diponegoro:1980

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah:

1. Faktor-faktor apa menyebabkan pemilik angkutan umum kota (Angkota) tidak

melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor ?

2. Upaya apa yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga untuk meningkatkan ketaatan

hukum pemilik angkutan umum kota salatiga (Angkota) untuk melakukan uji

kelayakan kendaraan bermotor ?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan penulisan skrpsi ini, adapun tujuan penulis adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan pemilik

angkutan umum kota (angkota) yang tidak melakukan uji kendaraan.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah kota Salatiga untuk

meningkatkan ketaatan hukum pemilik angkutan umum kota Salatiga (angkota)

untuk melakukan uji kelayakan.

D. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan manfaat penulisan ini yang dapat diambil dari penelitian

yang di lakukan oleh penulis ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya atau untuk menambah pengetahuan

penulis tantang perlindungan hukum bagi pengguna jasa angkutan umum yang tidak

melakukan uji kelayakkan berdasarkan undang-undang No. 22 Tahun 2009.

2. Manfaat praktis

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

11

Untuk dapat memberikan sumbangan kepada pengguna jasa angkutan umum yang

tidak melakukan uji kelayakan akan pentingnya keselamatan pengguna jasa

(penumpang).

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

yuridis sosiologis, artinya suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata

masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk

menemukan fakta (fact-finding), yang kemudian menuju pada identifikasi

(problem-identification,) dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah

(problem-solution).7 yang berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan

yang berlaku dikaitkan dengan teori hukum serta melihat realita yang terjadi di

masyarakat yaitu berkaitan penelitian untuk menjabarkan atau menjelaskan

penegakan hukum di bidang lalulintas jalan raya, khususnya yang terkait dalam

peranan Pemerintah Kota Salatiga dalam meningkatkan ketaatan hukum pemilik

angkutan umum kota (angkota) dalam melakukan uji kelayakan angkota. Landasan

teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di

lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran

umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data adalah salah satu paling vital dalam penelitian. Kesalahan dalam

menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan

berbeda dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti harus mampu memahami

sumber data mana yang digunakan dalam penelitian ini. Ada dua jenis sumber data

yang digunakan dalam penelitian sosial, yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder.

7 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982, hlm. 10

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16316/1/T1_312013064_BAB I.pdf · Pentingnya peranan pengangkutan transportasi maka lalu lintas dan

12

Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan saat proses penelitian

berlangsung dan data ini diambil melalui proses wawancara secara mendalam

dengan Bapak Beni, Ardi Anto, Lulut, Ekapto, Ady, Marjito, Markus, Guntur.

Pemilik/pengusaha angkota Kota Salatiga dan Dinas Perhubungan Kota Salatiga

dengan Bapak Munjaimil, Taksis, Heri. Dari observasi awal yang dilakukan. Data

primer yang akan diambil berasal dari pemilik angkutan kota (angkot) di kota

salatiga atau dengan cara wawancara mendalam dan observasi.

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari buku, koran, majalah, literatur-

literatur, jurnal, dan penelitian-penelitian yang terdahulu yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

3. Unit Pengamatan dan Analisis

1. Unit Amatan

Peranan Pemerintah Kota Salatiga dalam meningkatkan ketaatan pemilik

angkutan umum (angkota) dalam melakukan uji kelayakan.

2. Unit Analis

Fakta-fakta penyebab angkutan umum (angkota) tidak melakukan uji

kendaraan dan upaya Pemerintah Kota Salatiga meningkatkan ketaatan hukum

pemilik angkutan umum untuk melakukan uji kelayakan.

F. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan kota Salatiga.