BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu matematika wajib diajarkan dari pendidikan dasar, menengah sampai dengan pendidikan tinggi dan memiliki andil yang cukup besar untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerjasama. Tujuan dari pembelajaran matematika tertuang didalam Depdiknas yaitu menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang isinya adalah: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari tujuan pembelajaran matematika terlihat bahwa yang menjadi tujuan utama dan terpenting adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

mempunyai peran penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Oleh karena itu matematika wajib diajarkan dari pendidikan dasar,

menengah sampai dengan pendidikan tinggi dan memiliki andil yang cukup besar

untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerjasama.

Tujuan dari pembelajaran matematika tertuang didalam Depdiknas yaitu

menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang isinya adalah: (1) Memahami

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan

masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari tujuan pembelajaran matematika terlihat bahwa yang menjadi tujuan

utama dan terpenting adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …
Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

2

kegiatan menyelesaikan soal yang tidak rutin. Menurut Siswono (2018:43)

masalah dapat diartikan suatu situasi atau pertanyaan yang dihadapi seseorang

individu atau kelompok ketika mereka tidak mempunyai aturan,

algoritma/prosedur terntentu atau hukum yang segera dapat digunakan untuk

menentukan jawabannya. Ciri dari suatu masalah adalah (1) individu

menyadari/mengenali suatu situasi yang dihadapi (mempunyai pengetahuan

prasyarat), (2) individu menyadari bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan

(situasi menantang untuk diselesaikan), (3) langkah pemecahan masalah tidak

harus jelas atau mudah ditangkap orang lain (mengetahui bagaimana

menyelesaikan masalah meskipun belum jelas).

Pada umumnya, masalah matematika disajikan dalam bentuk soal non

rutin yang salah satunya berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan masalah

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep matematika. Anggo

(2011) menjelaskan bahwa melalui pemecahan masalah matematika, siswa

diarahkan untuk mengembangkan kemampuannya antara lain membangun

pengetahuan matematika yang baru, memecahkan masalah dalam berbagai

konteks yang berkaitan dengan matematika, menerapkan berbagai strategi yang

diperlukan, dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika. Polya

(1973) menjelaskan langkah-langkah dalam pemecahan masalah, yaitu memahami

masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana dan

memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Charles dan Lester (1987) menyatakan bahwa terdapat 3 aspek yang turut

mempengaruhi pemecahan masalah matematika, yaitu: (1) Aspek kognitif,

termasuk didalamnya pengetahuan konseptual, pemahaman dan strategi untuk

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

3

mengaplikasikan pengetahuan tersebut; (2) Aspek afektif, merupakan aspek yang

mempengaruhi kecendrungan siswa untuk memecahkan masalah; (3) Aspek

metakognisi, termasuk didalammya kemampuan untuk mengatur pemikirannya

sendiri. Dari ketiga aspek tersebut, aspek ketiga merupakan aspek yang penting

untuk diperhatikan dalam mengajarkan pemecahan masalah. Hal ini disebabkan

karena pemecahan masalah tidak terlepas dari kesadaran siswa untuk mengontrol

dan mengecek belajarnya sendiri. Apa yang ia pikirkan dapat membantu

memecahkan suatu masalah.

Berpikir tentang apa yang dipikirkan dalam dalam hal ini berkaitan dengan

kesadaran siswa terhadap kemampuannya untuk mengembangkan berbagai cara

yang mungkin ditempuh dalam memecahkan masalah. Menurut Gartman dan

Freiberg (1993) proses untuk menyadari dan mengatur berpikir siswa sendiri

tersebut, dikenal sebagai metakognisi, termasuk didalamnya berpikir tentang

bagaimana siswa membuat pendekatan terhadap masalah, memilih strategi yang

digunakan untuk menemukan pemecahan, dan bertanya kepada diri sendiri

tentang masalah tersebut.

Menurut Wellman (Chairani, 2016:33) metakognisi adalah suatu bentuk

kognisi, yaitu suatu proses berpikir tingkat tinggi yang melibatkan kontrol secara

aktif dalam kegiatan kognisi, dikaitkan dengan penyelesaian masalah matematika

maka metakognisi juga berhubungan dengan cara berpikir siswa sendiri dan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Misalnya siswa

lebih mudah untuk menyelesaikan soal rutindaripada menyelesaikan non rutin. Ini

menunjukan adanya perbedaan dalam penggunaan pola pikir sebagai wujud proses

metakognisi.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

4

Menurut Chairani (2016:59) wujud dari proses metakognisi adalah

kesadaran tentang apa yang diketahui seseorang (pengetahuan metakognisi) dan

apa yang dilakukan seseorang (keterampilan metakognitif). Salah satu wujud dari

proses metakognisi adalah keterampilan metakognitif, keterampilan metakognitif

tersebut akan timbul dimana seseorang dapat mengawali pikirannya dengan

merancang, memantau, dan menilai apa yang dipelajarinya. Guru perlu

mengetahui proses berpikir siswa dalam pemecahan masalah, membantu siswa

untuk memecahkan masalah dan mengembangkan keterampilan siswa dalam

merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi pemikirannya sendiri ketika

memecahkan masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan keterampilan metakognitif dapat

menanamkan kesadaran siswa tentang bagaimana merancang keterampilan

perencanaan diri, keterampilan pemantauan diri, dan keterampilan mengontrol

tentang apayang diketahui siswa. Dengan adanya keterampilan metakognitif siswa

dapat menyadari, mengatur dan mengontrol proses berpikirnya dalam

penyelesaian masalah yang meliputi keterampilan dalam merencanakan

(planning), memonitor (monitoring) dan mengevaluasi (evaluation) proses dan

hasil berpikirnya sendiri sehingga dapat mengoptimalkan proses dan hasil

berpikirnya sendiri.

Penggunaan kemampuan metakognisi dalam pembelajaran merupakan hal

yang sangat penting sehingga pemerintah menetatapkan standar lulusan SMP/MTs

pada kurikulum 2013 harus memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,

dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

5

fenomena dan kejadian. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan

metakognisi menjadi salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh siswa

SMP/MTs dalam kurikulum 2013.

Pada kenyataannya tidak semua siswa dapat menggunakan metakognisinya

dengan baik khususnya dalam hal pemecahan masalah matematika.Perbedaan

siswa dalam menggunakan metakognisinya menurut penelitian yang dikukan oleh

Alfiyah dan Siswono (2014) menunjukkan bahwa siswa kelas VIII H SMP Negeri

1 Puri tahun ajaran 2013/2014 belum dapat menggunakan keterampilan

metakognitif dengan baik dalam memecahkan masalah. Pada penelitian lain yang

dilakukan oleh Bulu (2015) mengenai kesulitan metakognisi di SMA Negeri 1

Soe mengungkapkan bahwa siswa melancholis, choleris, dan phlegmatis

mengalami kesulitan dalam menggunakan metakognisinya dalam pemecahan

masalah matematika pada materi peluang. Senada dengan itu, Sinaga (2016:)

dalam menyelesaikan masalah matematika menunjukkan bahwa tidak semua

siswa yang terpilih sebagai subjek penelitian dapat memenuhi semua indikator

keterampilan metakognitif dalam penyelesaian masalah. Hal tersebut juga sejalan

dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh fitria, dkk (2016)

dalam penelitiannya mengenai analisis kesulitan metakognisi siswa dalam

memecahkan masalah sistem pertidaksamaan linier dua variabel ditinjau dari tipe

kepribadian guardian, artisan, rational dan idealist kelas X SMKN 1 Jombang

menunjukkan bahwa hanya siswa dengan tipe kepribadian idealist yang

mengalami kesulitan dalam menggunakan metakognisinya dalam pemecahan

masalah matematika, yaitu pada aspek pengetahuan tentang strategi siswa

kesulitan menghubungkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

6

dengan konsep yang digunakan dalam pemecahan masalah dan tidak dapat

menyebutkan alasan penggunaan konsep tersebut, mengetahui tujuan dari soal

namun siswa tidak dapat menggunakan konsep materi pada soal, tidak bertanya

pada diri sendiri saat memecahkan masalah dan tidak menyebutkan alasan

melakukannya, dan tidak membaca kembali bagian yan tidak dimengerti.

Kemudian pada aspek pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif siswa tidak

mengetahui algoritma apa yang dipakai dan langkah-langkah dalam strategi. Pada

aspek pengetahuan diri siswa tidak menyadari bahwa siswa merasa kesulitan

dalam menentukan langkah-langkah penyelesaian yang siswa buat salah, namun

tetap pada keyakinan jika langkah penyelesaian siswa benar dan sudah menjawab

apa yang ditanyakan pada soal.

Menurut peneliti setiap siswa memiliki keterampilan metakognitif yang

berbeda-beda dalam menyelesaikan sebuah masalah tergantung pengetahuan dan

kemampuan awal siswa. Serta faktor lain yang mempengaruhi cara siswa yang

berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah adalah karakteristik siswa. Salah satu

karakteristik siswa yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran yaitu

berkenaan dengan kepribadian siswa. Berdasarkan pada kenyataan bahwa

kepribadian siswa sangat bermacam-macam, para ahli mengelompokkan individu

ke dalam tipe-tipe tertentu. Keirsey (1998) membagi empat tipe kepribadian yaitu

Guardian, Artisan, Rational,dan Idealist.

Keirsey dan Bates (1984) menjelaskan bahwa individu dengan tipe

guardian lebih suka mengikuti prosedur rutin dengan instruksi detail, atau dengan

kata lain tipe ini menyukai kelas dengan model tradisional dengan prosedur

teratur. Individu dengan tipe artisan menyukai bentuk kelas yang banyak diskusi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

7

dan presentasi karena cenderung ingin menunjukan kemampuannya, serta

menyukai perubahan dan tidak suka terhadap kestabilan. Individu dengan tipe

idealist lebih menyukai menyelesaikan tugas secara diskusi kelompok, menyukai

membaca dan menulis sehingga lebih cocok jika diberi tes berbentuk uraian atau

soal cerita. Individu dengan tipe rational menyukai cara belajar dengan

pemecahan masalah yang kompleks, lebih suka belajar secara mandiri, serta

mampu menangkap abstraksi dan materi yang memerlukan intelektualitas yang

tinggi.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa siswa dengan tipe idealist lebih

menyukai penyelesaian tugas secara diskusi kelompok. Siswa dengan tipe idealist

menyukai membaca dan menulis. Mereka lebih cocok jika diberikan tes berbentuk

uraian atau soal cerita. Hal ini sesuai dengan masalah dalam matematika yaitu

berupa masalah non rutin yang salah satunya berbentuk soal cerita yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari dan yang berkaitan dengan konsep matematika.

Siswa dengan tipe kerpribadian idealist sangat erat kaitannya dengan

metakognisi dalam hal pemecahan masalah yaitu pada kepercayaan akan

kemampuan yang dimiliki oleh tipe kepribadian idealist. Kepribadian idealist

memiliki cara berpikir yang abstract cooperators atau pemikir abstrak yang

kooeratif, namun tipe kepribadian ini biasanya mengambil keputusan berdasarkan

pada keyakinan diri sendiri dari pada kepada orang lain. Sedangkan metakognisi

secara umum diartikan sebagai kesadaran berpikir tentang berpikir atau

kemampuan mengungkapkan apa yang dipikirkan dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 25 Januari 2019 di SMPN 1

Kota Jambi terhadap satusiswa tipe kepribadian idealist di kelas VII CI 1 dapat

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

8

diuraikan proses metakognisinya terkait keterampilan metakognitif dalam

memecahkan masalah matematika pada materi perbandingan sebagai berikut.

Gambar 1.1 Jawaban Pemecahan Masalah Matematika Siswa

1. Aspek perencanaan (planning)dari jawaban siswa dapat dilihat bahwa dalam

pemecahan masalah menunjukkan bahwa siswa menyadari hubungan antar

data yang diketahui, siswa mampu mentransformasikan non rutin yang berupa

soal cerita menjadi model matematika tapi belum dirubah kedalam bentuk

yang lebih operasional dan siswa belum mampu menentukan strategi

penyelesaian dengan tepat hal ini terlihat dari hasil tes dan wawancara bahwa

siswa kebingungan tentang konsep yang digunakan. Siswa sudah menuliskan

apa yang diketahui tetapi tidak lengkap dimana siswa tidak menuliskan jumlah

uang dari Sinta, Yani, dan Hanakemudian siswa juga tidak tidak menuliskan

apa yang ditanyakan pada soal. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2

berikut.

Gambar 1.2 Jawaban Pemecahan Masalah Matematika Siswa

2. Aspek pemantauan (monitoring) pada keterampilan metakognitif belum secara

optimal dikuasai. Hal ini terlihat dari jawaban siswa bahwa masih kurang

optimalnya siswa dalam aspek monitoring yang dibagi menjadi dua indikator

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

9

yaitu siswa belum optimal dalam mengingat dan menentukan rumus yang

digunakan dengan tepat, serta siswa belum optimal menerapkan konsep yang

digunakan dengan tepat, yaitu pada saat melaksanakan rencana untuk mencari

uang Hana siswa sudah melakukan langka-langkah dengan benar hanya saja

siswa lupa membagikan dengan jumlah dari angka perbandingan uang Sinta,

Yani dan Hana dan langsung mengalikan angka perbandingan Hana dengan

jumlah uang dari ketiganya. subjek merasa yakin dirinya mampu

menyelesaikan soal tersebut, tetapi tidak menyadari kalau pengetahuannya

kurang lengkap dan tidak mengetahui dengan tepat bagaimana

mengoperasikannya sehingga dengan yakin dan mantap subjek melakukan

langkah-langkah penyelesaian dan yakin kalau langkah-langkah yang

dilakukan sudah benar, padahal penerapannya salah. Hal tersebut dapat dilihat

pada gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3 Jawaban Pemecahan Masalah Matematika Siswa

3. Aspek pemeriksaan atau evaluasi pada keterampilan metakognitif pada saat

pemecahan masalah belum optimal, yaitu ditandai dengan dua indikator

sebagai berikut; siswa belum tepat dalam proses perhitungan dan siswa tidak

melakukan pemeriksaaan kembali setelah mengerjakan karna siswa sudah

yakin akan jawabannya, sehingga tidak sadar jawabannya salah.

Gambar 1.4 Jawaban Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

10

Hal ini menunjukkan bahwa subjek belum menggunakanketerampilan

metakognitifnya secara utuh dalam memecahkan masalah matematika materi

perbandingan.

Materi perbandingan berkaitan dengan permasalahan kehidupan sehari-

hari dan penggunaan perbandingan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya masalah pada materi ini tersaji dalam soal non rutin yang

berbentuk soal cerita, hal ini sesuai dengan tipe kepribadian idealist yang cocok

diberikan soal dalam bentuk cerita atau uraian dari pada objektif. Untuk

memecahkan masalah matematika materi perbandingan diperlukan keterampilan

metakognitif siswa dalam merencanakan, memonitoring pikirannya selama

memecahkan masalah dan mengevaluasi penyelesaian yang sudah dilakukannya.

Selain itu juga diperlukan kesadaran siswa akan informasi yang dipahaminya pada

masalah yang diberikan sehingga dapat menentukan dan menerapkan metode-

metode yang sesuai dengan konteks permasalahan yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk melihat

bagaimana keterampilan metakognitif siswa idealist dalam pemecahan masalah

matematika, dimana secara teoritis siswa dengan kepribadian idealist yang

memiliki pandangan yang luas dalam melihat suatu soal dan cocok diberikan soal

non rutin yang berbentuk soal cerita. Materi perbandingan diambil dalam

penelitian ini karena dipandang memiliki langkah-langkah prosedural

menyelesaikan soal sejalan dengan indikator dari keterampilan metakognitif. Oleh

karena itu, sesuai dengan permasalahan di atas peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Keterampilan Metakognitif Siswa Tipe Kepribadian

Idealist dalam Pemecahan Masalah Matematika”

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

11

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah di dalam

penelitian adalah “Bagaimana keterampilan metakognitif siswa tipe kepribadian

idealist dalam pemecahan masalah matematika? “

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis keterampilan metakognitif siswa tipe

kepribadian idealist dalam pemecahan masalah matematika.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini khususnya:

1. Guru, yaitu mendapatkan informasi tentang keterampilan metakognitif siswa

tipe kepribadian idealist dalam pemecahan masalah matematika dan kesulitan

apa saja yang dihadapinya dalam pemecahan masalah matematika serta dapat

menjadikan informasi ini sebagai landasan untuk meningkatkan keterampilan

metakognitif siswa dari berbagai jenis kepribadian menjadi acuan bagi guru

untuk memilih model atau metode pembelajaran yang dapat mengembangkan

keterampilan metakognitif siswa.

2. Siswa dengan tipe kepribadian idealist yaitu dapat mengetahui keterampilan

metakogniitifnya dalam pemecahan masalah matematika.

3. Peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menganalisis

keterampilan metakognitif siswa tipe kepribadian idealist dalam dalam

pemecahan masalah matematika.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

12

4. Pembaca, sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan penelitian yang

sejenis.

1.5 Definisi Istilah

Supaya tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah yang ada pada

penelitian ini, maka dipandang perlu menjelaskan beberapa istilah penting yang

terdapat dalam penelitian ini agar tidak membuat pembaca salah mengartikan.

Beberapa istilah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Analisis adalah upaya untuk menyelidiki suatu masalah dengan membuat

dengan membuat sebuah tingkatan/hirarki agar masing-masing masalah

tersebut dapat digambarkan secara jelas sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya.

2. Metakognisi merupakan suatu gambaran bentuk kesadaran seseorang yang

terkait dengan kemampuan kognisinya tentang apa yang diketahuinya dan apa

yang tidak diketahuinya berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

3. Proses metakognisi memuat pengetahuan, keterampilan, dan informasi tentang

proses kognisi. Serta mempunyai 2 wujud dasar yaitu pengetahuan

metakognisi(kesadaran seseorang tentang proses kognisinya sendiri), dan

keterampilan metakognisi (memonitor atau melakukan kontrol terhadap proses

kognisi dan pengalaman belajarnya).

4. Keterampilan metakognisi merupakan bagian dari proses metakognisi yang

menunjukan pada kesadaran yang disengaja dalam melakukan perencanaan,

monitoring aktivitas kognisi, dan melakukan evaluasi. Adapun indikator proses

metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi, yaitu: (a)

merencanakan, (b) memonitor pelaksanaan., (c) mengevaluasi/refleksi.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

13

5. Individu dengan tipe idealist lebih menyukai menyelesaikan tugas secara

diskusi kelompok, menyukai membaca dan menulis sehingga lebih cocok jika

diberi tes berbentuk uraian atau soal cerita, cenderung melihat suatu masalah

dengan sudut pandang yang luas, dan tidak hanya terpaku pada masalah yang

dihadapi.

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan di kelas VII CI (Cerdas Istimewa) SMP Negeri 1Kota

Jambi.

2. Penelitian ini dilakukan pada materi perbandingan, sesuai dengan kurikulum

2013, materi ini diajarkan di kelas VII semester genap.

1.6.2 Keterbatasan Masalah

Dalam proses metakognisi ada dua wujud, yang pertama pengetahuan

metakognisi (kesadaran tentang apa yang diketahui seseorang) dan keterampilan

metakognisi (apa yang dilakukan seseorang). Maka dari itu peneliti

membatasimasalah yang akan dianalisis. Keterbatasan penelitian ini adalah

peneliti memfokuskan penelitiannya mengenai proses metakognisi yang terkait

dengan keterampilan metakognisi siswa tipe kepribadian idealist dalam

memecahkan masalah matematika pada materi perbandingan di kelas VII SMP.

Siswa yang dipilih adalah siswa berkepribadian idealist yang di dapat berdasarkan

tes kepribadian yang telah diadopsi dari buku karangan David Keirsey yang

berjudul ‘Please, Understand Me II’ dan keterampilan metakognitif siswa tipe ini

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam upaya …

14

akan dilihat dari proses metakognisinya berdasarkan indikator yang ada dan

bagaimana mereka menyelesaikan soal pemecahan masalah pada materi

perbandingan di kelas VII SMP. Pada penelitian ini siswa idealist yang dijadikan

subjek penelitian adalah siswa idealist yang memenuhi kriteria pemilihan subjek

yaitu double metakognitif, tripel metakognitif dan quadrapel metakognitif. Double

metakognitif adalah subjek yang melakukan 2 kali penyelesaian masalah

matematika. Tripel metakognitif adalah subjek yang melakukan 3 kali

penyelesaian masalah matematika. Quadrapel metakognitif adalah subjek yang

melakukan 3 kali penyelesaian masalah matematika. Sehingga hasil penelitian ini

hanya berlaku kepada ketiga subjek sesuai dengan sifat penelitian kualitatif.