BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/42609/2/BAB I.pdf · Diperoleh data...

5
1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Penyakit infeksi terus mengalami perubahan. Insidensi infeksi apapun meningkat dan menurun seiring dengan perubahan imunitas dan akibat dari perubahan virulensi patogen. Kecepatan penyebaran infeksi pada suatu komunitas bergantung pada mekanisme transmisinya (Gillespie dan Bamford, 2009). Diperoleh data kematian untuk penyakit infeksi adalah 14,9 juta orang, kardiovaskular 16,7 juta, penyakit keganasan 7,1 juta, cidera 5,2 juta, asma dan PPOM 3 juta, serta penyebab kematian lainnya dari seluruh dunia. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme salah satunya adalah bakteri (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang berkembang biak dengan pembelahan menjadi dua sel (Gibson, 1996). Menurut sifat patologik dinding sel, mikroorganisme dapat dibagi menjadi negatif-Gram, positif-Gram, mikobakterium dan spirochaet (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Bakteri E. coli adalah kelompok bakteri Gram negatif yang merupakan flora normal dan dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi sistem saluran kemih yang dapat terjadi bakteremia dengan tanda klinis adanya sepsis dan juga dapat menyebabkan diare (Jawetz et al, 2005). Diare adalah keadaan buang-buang air dengan dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Pada diare dapat disebabkan dengan adanya gangguan dari resorpsi, sedangkan sekresi getah lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Diare bakterial invasif agak sering terjadi, pada keadaan tertentu bakteri akan menjadi invasif dan menyerang ke dalam mukosa, dimana terjadi perbanyakan diri dengan membentuk toksin. Selain itu, mukosa yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/42609/2/BAB I.pdf · Diperoleh data...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/42609/2/BAB I.pdf · Diperoleh data kematian untuk penyakit infeksi adalah 14,9 juta orang, kardiovaskular 16,7 juta,

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab kematian utama di

seluruh dunia. Penyakit infeksi terus mengalami perubahan. Insidensi infeksi

apapun meningkat dan menurun seiring dengan perubahan imunitas dan akibat

dari perubahan virulensi patogen. Kecepatan penyebaran infeksi pada suatu

komunitas bergantung pada mekanisme transmisinya (Gillespie dan Bamford,

2009).

Diperoleh data kematian untuk penyakit infeksi adalah 14,9 juta orang,

kardiovaskular 16,7 juta, penyakit keganasan 7,1 juta, cidera 5,2 juta, asma dan

PPOM 3 juta, serta penyebab kematian lainnya dari seluruh dunia. Infeksi dapat

disebabkan oleh berbagai mikroorganisme salah satunya adalah bakteri

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Bakteri merupakan organisme bersel

tunggal yang berkembang biak dengan pembelahan menjadi dua sel (Gibson,

1996). Menurut sifat patologik dinding sel, mikroorganisme dapat dibagi menjadi

negatif-Gram, positif-Gram, mikobakterium dan spirochaet (Baratawidjaja dan

Rengganis, 2010).

Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit adalah Escherichia

coli dan Staphylococcus aureus. Bakteri E. coli adalah kelompok bakteri Gram

negatif yang merupakan flora normal dan dapat menyebabkan penyakit seperti

infeksi sistem saluran kemih yang dapat terjadi bakteremia dengan tanda klinis

adanya sepsis dan juga dapat menyebabkan diare (Jawetz et al, 2005). Diare

adalah keadaan buang-buang air dengan dengan banyak cairan (mencret) dan

merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Pada diare

dapat disebabkan dengan adanya gangguan dari resorpsi, sedangkan sekresi getah

lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Diare bakterial invasif agak sering

terjadi, pada keadaan tertentu bakteri akan menjadi invasif dan menyerang ke

dalam mukosa, dimana terjadi perbanyakan diri dengan membentuk toksin. Selain

itu, mukosa yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/42609/2/BAB I.pdf · Diperoleh data kematian untuk penyakit infeksi adalah 14,9 juta orang, kardiovaskular 16,7 juta,

2

Escherechia coli merupakan salah satu mikroorganisme penghasil enterotoksin

yang dapat menyebabkan diare (Tjay dan Rahardja, 2010).

Staphylococcus aureus merupakan salah satu contoh bakteri Gram positif

yang dapat menginfeksi kulit dan jaringan lunak, serta dapat mengakibatkan abses

paru (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). S. aureus merupakan spesies yang

paling invasif dan berbeda dari spesies lainnya karena memiliki enzim koagulase.

S. aureus memproduksi koagulase yang mengkatalisis perubahan fibrinogen

menjadi fibrin dan dapat membantu organisme ini untuk membentuk barisan

perlindungan. Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi kulit yang hangat dan

lembab atau saat kulit terluka. Infeksi dapat ditransmisikan dari satu orang ke

orang lain (Gillespie dan Bamford, 2009).

Pengobatan terhadap penyakit infeksi biasanya digunakan antibiotik.

Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu

yang memiliki kemampuan dalam menghambat atau membunuh secara selektif

mikroorganisme lain (Ashutosh, 2014). Akan tetapi penggunaan antibiotik yang

tidak tepat dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Di negara

berkembang resistensi terhadap obat lini pertama (fisrt-line drugs) telah banyak

terjadi, yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan

aturan pemakaian (Yenny, 2007).

Hasil penelitian resistensi antimikroba di Indonesia, pada tahun 2000-2004

di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUD Dr. Kariadi Semarang, membuktikan

bahwa sudah terdapat bakteri multi-resisten seperti MRSA (Methicilin Resistent

Staphylococcus aureus) dan bakteri penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta

Lactamases). Selain itu ditemukan 30% sampai dengan 80% penggunaan

antibiotik tidak berdasarkan dengan indikasi (Depkes, 2005). Penelitian lain di

tujuh rumah sakit umum yang tersebar di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

30% penderita menerima satu atau lebih antibiotik sistemik, dan hanya 38% dari

penderita yang menerima obat tersebut benar-benar mengalami infeksi (Wahjono,

2007). Menurut Centers for Disease Control and Prevention, setiap tahun di

Amerika Serikat terdapat dua juta orang terinfeksi oleh bakteri yang telah resisten

terhadap antibiotik dan setidaknya 23.000 orang meninggal setiap tahun sebagai

akibat dari resistensi antibiotik tersebut. Data WHO menyebutkan pada tahun

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/42609/2/BAB I.pdf · Diperoleh data kematian untuk penyakit infeksi adalah 14,9 juta orang, kardiovaskular 16,7 juta,

3

2013 terdapat 480.000 kasus baru multidrug-resistent tuberculosis (MDR-TB) di

dunia (Depkes, 2016). Sehingga dalam situasi ini mendorong pentingnya

pengembangan penelitian terhadap aktivitas antibakteri yang berasal dari

tumbuhan.

Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan akan flora, mempunyai

potensi dalam mengembangkan produk herbal atau obat tradisional dengan

memanfaatkan tanaman obat yang tersedia. Untuk mengetahui dan

mempertimbangkan khasiat obat tradisional secara ilmiah, sebaiknya harus

diketahui terlebih dahulu seluk-beluk dan khasiat dari tanaman yang akan

digunakan (Seno, 2001). Pada survei yang telah dilakukan oleh Badan Kesehatan

Dunia (WHO) secara global, sekitar 20.000 tumbuhan obat digunakan dalam

jumlah yang sangat banyak di industri farmasi ataupun dalam obat-obat

tradisional. Yang menarik sekitar 1,4% memang memiliki konstituen aktif yang

kurang lebih dikenal, terbukti, dan umumnya dapat diterima secara luas

(Ashutosh, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian terdapat berbagai macam tumbuhan yang

memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Pada ekstrak

daun Jatropha gossypifolia (jarak merah) dengan menggunakan berbagai macam

pelarut seperti alkohol, kloroform dan petroleum eter memiliki aktivitas

antibakteri. Ekstrak daun J. gossypifolia tersebut mengandung senyawa fenolik

seperti tannin, lignin dan saponin. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 50

mg/mL dan 100 mg/mL. Hasilnya menunjukkan diantara pelarut ekstrak yang

digunakan, ekstrak alkohol menunjukkan spektrum aktivitas antibakteri yang

lebih luas terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif dibandingkan dengan

kloroform dan petroleum eter. Ekstrak alkohol pada konsentrasi 50 mg/mL

memiliki zona hambat 18 mm terhadap bakteri Staphylococcus sp. dan 11 mm

terhadap bakteri Escherichia sp. Sedangkan pada konsentrasi 100 mg/mL

memiliki zona hambat 15 mm terhadap bakteri Staphylococcus sp. dan 8 mm

terhadap bakteri Escherichia sp. (Dhale dan Birari, 2010).

Dalam penelitiannya, pada ekstrak n-Heksana daun dan batang tumbuhan

Anacardium occidentale, Lawsonia inermis, Averrhoa carambola, Averrhoa

bilimbi, Solanum torvum, dan Capsicum frustescens telah terbukti memiliki

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/42609/2/BAB I.pdf · Diperoleh data kematian untuk penyakit infeksi adalah 14,9 juta orang, kardiovaskular 16,7 juta,

4

aktivitas antibakteri. Pada ekstrak n-Heksan daun Lawsonia inermis dengan

konsentrasi 10%, 20% dan 30% diperoleh zona hambat secara berurutan 4 mm, 5

mm, dan 6 mm. Ekstrak n-Heksan daun Averrhoa carambola dengan konsentrasi

10%, 20% dan 30% diperoleh zona hambat secara berurutan 1,5 mm, 2 mm, dan 3

mm. Pada ekstrak n-Heksan batang Averrhoa bilimbi diperoleh zona hambat 0,8

mm, 1 mm dan 3 mm. Ekstrak n-Heksan batang Anacardium occidentale dengan

konsentrasi 10%, 20% dan 30% diperoleh zona hambat secara berurutan 1,5 mm,

1,8 mm, dan 3 mm. Ekstrak n-Heksan batang Solanum torvum dengan konsentrasi

10%, 20% dan 30% diperoleh zona hambat secara berurutan 1,5 mm, 2,5 mm, dan

4 mm. Ekstrak n-Heksan batang Capsicum frustescens dengan konsentrasi 10%,

20% dan 30% diperoleh zona hambat secara berurutan 2 mm, 4 mm, dan 5 mm

(Risa dan Zumaidar, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian dari Abulude dkk. (2009) kandungan kulit

batang jambu mete (Anacardium occidental L.) yang diekstraksi dengan etanol

menunjukkan adanya senyawa kimia fenolik seperti asam anakardat, asam galat,

flavonoid, tannin, dan saponin yang berpotensi sebagai antibakteri dan

antiinflamasi. Pada hasil penelitian Tangkuman et al (2017), ekstrak kulit batang

Anacardium occidentale memberikan zona hambat yang berbeda-beda terhadap

pertumbuhan bakteri pada air liur 3 orang penderita sariawan. Jumlah rata-rata

hasil pengujian terhadap air liur penderita sariawan (A) dengan tiga kali

pengulangan pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% secara berturut-turut

sebesar 13,5 mm; 12,66 mm; 14,16 mm; dan 14,6 6mm. Pada hasil pengujian

penderita sariawan (B) diperoleh diameter zona hambat rata-rata pada konsentrasi

20%, 40%, 60%, dan 80% sebesar 14,83 mm; 16,16 mm; 16 mm dan 17,66 mm.

Sedangkan hasil pengujian pada penderita sariawan (C) diperoleh diameter zona

hambat rata-rata pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% masing-masing

sebesar 14 mm; 14,16 mm; 15,5 mm; dan 14,16 mm (Tangkuman et al, 2017).

Penggunan kombinasi ekstrak tanaman memiliki efek penyembuhan yang

lebih baik dibandingkan hanya dengan menggunakan satu komponen tumbuhan

saja. Kombinasi dari tumbuh-tumbuhan ini memiliki efek sinergi, yang saling

melengkapi dan bahkan menambah daya khasiatnya. Kombinasi tanaman dapat

menurunkan toksisitas yang terjadi dan adanya aktivitas lain yang mendukung

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/42609/2/BAB I.pdf · Diperoleh data kematian untuk penyakit infeksi adalah 14,9 juta orang, kardiovaskular 16,7 juta,

5

aktivitas senyawa utama serta dapat menurunkan dosis pemakaiannya bila

dibandingkan dengan pemakaian tunggal (Hermani, 2011).

Berdasarkan uraian diatas tanaman Jatropha gossypifolia dan Anacardium

occidental memiliki aktifitas sebagai antibakteri. Sehubungan dengan hal tersebut

maka akan dilakukan penelitian aktivitas antibakeri dari kombinasi ekstrak etanol

daun Jatropha gossypifolia dan ekstrak etanol kulit batang Anacardium occidental

terhadap bakteri S. aureus dan E. coli menggunakan metode difusi cakram untuk

mengetahui zona hambat dari kombinasi ekstrak tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa zona hambat dari ekstrak etanol kombinasi ekstrak daun jarak

merah (Jatropha gossypifolia) dan kulit batang jambu mete (Anacardium

occidental) terhadap bakteri Staphylococcus aureus?

2. Berapa zona hambat dari ekstrak etanol kombinasi ekstrak daun jarak

merah (Jatropha gossypifolia) dan kulit batang jambu mete (Anacardium

occidental) terhadap bakteri Escherichia coli?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan data zona hambat dari ekstrak etanol kombinasi

ekstrak daun jarak merah (Jatropha gossypifolia) dan kulit batang jambu

mete (Anacardium occidental) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

2. Untuk mendapatkan data zona hambat dari ekstrak etanol kombinasi

ekstrak daun jarak merah (Jatropha gossypifolia) dan kulit batang jambu

mete (Anacardium occidental) terhadap bakteri Escherichia coli.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kombinasi ekstrak etanol dari daun jarak merah (Jatropha gossypifolia) dan kulit

batang jambu mete (Anacardium occidental) yang memiliki potensi sebagai

antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. Serta dapat dikembangkan

untuk penelitian selanjutnya.