BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah...

14
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Anak adalah sebuah anugrah bagi pasangan suami istri yang telah menikah dan merupakan sebuah amanah yang harus dijaga, dan bagi sebagian besar masyarakat menganggap anak adalah sebuah harta dengan istilah banyak anak maka akan banyak rejeki yang didapat Pentingnya kehadiran seorang anak dalam suatu keluarga merupakan suatu amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda lainnya. Karenanya anak sebagai karunia Tuhan harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Sudah menjadi kodrat bagi manusia bahwa di dalam setiap keluarga dan setiap pasangan suami istri berkeinginan untuk mempunyai keturunan yang merupakan hasil dari pernikahan untuk memiliki darah daging sendiri. Kehidupan perkawinan menciptakan suatu tujuan untuk membentuk keluarga yang lengkap yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, akan tetapi kenyataannya pada masyarakat Indonesia ini masih banyak pasangan suami dan isteri yang sudah menikah, dan tidak memperoleh keturunan atas hasil perkawinan mereka. Pentingnya kehadiran seorang anak dalam perkawinan adalah untuk menajadi pelengkap bagi pasangan suami istri dalam membentuk sebuah keluarga , sehingga terdapat pandangan dalam masyarakat bahwa tanpa adanya anak, perkawinan yang telah terjadi antara 2 insan manusia akan menjadi terasa hampa karena tidak terwujudnya suatu keluarga utuh yang didambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada takdir yang telah tersirat dari yang maha kuasa karena manusia tetaplah manusia, yang tidak kuasa melaksanakan kehendaknya kecuali atas keinginan Tuhan, dimana keinginan untuk mempunyai anak tidak akan tercapai jika tidak ada suratan takdir. UPN VETERAN JAKARTA

Transcript of BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Anak adalah sebuah anugrah bagi pasangan suami istri yang telah

menikah dan merupakan sebuah amanah yang harus dijaga, dan bagi sebagian

besar masyarakat menganggap anak adalah sebuah harta dengan istilah banyak

anak maka akan banyak rejeki yang didapat

Pentingnya kehadiran seorang anak dalam suatu keluarga merupakan

suatu amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, bahkan anak

dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan

kekayaan harta benda lainnya. Karenanya anak sebagai karunia Tuhan harus

senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat,

martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

Sudah menjadi kodrat bagi manusia bahwa di dalam setiap keluarga

dan setiap pasangan suami istri berkeinginan untuk mempunyai keturunan

yang merupakan hasil dari pernikahan untuk memiliki darah daging sendiri.

Kehidupan perkawinan menciptakan suatu tujuan untuk membentuk keluarga

yang lengkap yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, akan tetapi kenyataannya

pada masyarakat Indonesia ini masih banyak pasangan suami dan isteri yang

sudah menikah, dan tidak memperoleh keturunan atas hasil perkawinan

mereka.

Pentingnya kehadiran seorang anak dalam perkawinan adalah untuk

menajadi pelengkap bagi pasangan suami istri dalam membentuk sebuah

keluarga , sehingga terdapat pandangan dalam masyarakat bahwa tanpa

adanya anak, perkawinan yang telah terjadi antara 2 insan manusia akan

menjadi terasa hampa karena tidak terwujudnya suatu keluarga utuh yang

didambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan

tetapi keinginan tersebut terbentur pada takdir yang telah tersirat dari yang

maha kuasa karena manusia tetaplah manusia, yang tidak kuasa melaksanakan

kehendaknya kecuali atas keinginan Tuhan, dimana keinginan untuk

mempunyai anak tidak akan tercapai jika tidak ada suratan takdir.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

2

Dalam hal pemilikan anak, usaha yang mereka lakukan untuk

menghidupkan suasana keluarga walaupun tanpa memiliki anak dapat

ditempuh melalu i cara mengangkat anak yang diharapkan dapat menjadi

penghibur disaat kesepian, juga sebagai pembangkit rasa tanggung jawab ayah

dan ibunya. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, pengangkatan anak yang ingin dilakukan haruslah untuk

kepentingan terbaik bagi sang anak yang ingin di angkat 1 , namun ada

bermacam-macam alasan mengapa pasangan suami-istri memutuskan untuk

mengadopsi/mengangkat seorang anak, bisa dikarenakan tidak bisa

mempunyai anak atau yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak

sehingga hanya ingin lewat adopsi anak saja, atau karena alasan kemanusiaan

karena anak tersebut ditinggalkan oleh orang tuanya. Apapun itu alasannya,

tampaknya kebutuhan mengadopsi anak semakin dekat dengan kehidupan

kita.Untuk mengadopsi/mengangkat seorang anak, bisa dikarenakan tidak bisa

mempunyai anak atau yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak

sehingga hanya ingin lewat adopsi anak saja, atau karena alasan kemanusiaan

karena anak tersebut ditinggalkan oleh orang tuanya. Apapun itu alasannya,

tampaknya kebutuhan mengadopsi anak semakin dekat dengan kehidupan

kita.Untuk mengadopsi/mengangkat seorang anak, bisa dikarenakan tidak bisa

mempunyai anak atau yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak

sehingga hanya ingin lewat adopsi anak saja, atau karena alasan kemanusiaan

karena anak tersebut ditinggalkan oleh orang tuanya. Apapun itu alasannya,

tampaknya kebutuhan mengadopsi anak semakin dekat dengan kehidupan

kita.

Untuk mengadopsi/mengangkat seorang anak, bisa dikarenakan tidak

bisa mempunyai anak atau yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak

sehingga hanya ingin lewat adopsi anak saja, atau karena alasan kemanusiaan

karena anak tersebut ditinggalkan oleh orang tuanya. Apapun itu alasannya,

tampaknya kebutuhan mengadopsi anak semakin dekat dengan kehidupan

1Indonesia, Undang-undang no. 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, LN No. 109

Tahun 2002, TLN No. 4235.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

3

kita.2

Cara mendapatkan anak lewat jalan adopsi jaman dahulu dan sekarang

berbeda-beda, pada jaman dahulu jika ingin mengadopsi/mengangkat anak

pada umumnya lebih cenderung untuk mengangkat anak dari lingkungan

keluarga dekat atau jauh untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,

misalnya jika anak tersebut telah dewasa dan dia mengetahui bahwa orang

yang dianggapnya sebagai orang tua ternyata hanya sebagai orang tua angkat,

maka akan lebih mudah untuk menjelaskan kepada anak tersebut jika orang

tua aslinyamasih dalam kalangan keluarga, dan anak tersebut juga tidak terlalu

merasa dibuang oleh orang tua asalnya karena orang yang selama ini ia

anggap orang tuanya sendiri ternyata masih ada hubungan keluarga.

Sejalan dengan perjalanan waktu telah mengubah sikap pasangan

suami istri yang lebih senang mengambil anak yang berasal dari luar

lingkungan keluarga agar tidak ada intervensi selama masa tumbuh kembang

anak angkat sampai masa dewasa. Kewajiban mengasuh anak terutama

menjadi kewajiban dan tanggung jawab dari orang tua di lingkungan keluarga,

akan tetapi demi untuk kepentingan kelangsungan tata sosial maupun untuk

kepentingan anak itu sendiri, perlu ada pihak lain yang menjamin untuk

melindunginya. Karena dalam kenyataan kehidupan sosial tidak semua orang

tua mempunyai kesanggupan dan kemampuan yang penuh untuk memenuhi

kebutuhan pokok anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak,

tentunya kenyataan yang tidak dapat dihindari tersebut dapat mengakibatkan

anak menjadi terlantar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Oleh karena

itu apabila orang tua tidak mampu, orang tua sudah tidak ada, tidak diketahui

keberadaannya, atau nyata-nyata tidak mampu untuk melaksanakan

kewajibannya, maka dapatlah pihak lain tersebut baik karena kehendak sendiri

maupun karena hukum, diserahi kewajiban tersebut, hal inilah yang disebut

dengan lembaga pengangkatan anak.

Lembaga pengangkatan anak dalam suatu masyarakat merupakan

kebutuhan tersendiri bagi setiap keluarga yang menginginkannya, misalnya di

2Tina Mariam, S.H., “Adopsi Anak Tata Cara dan Akibat Hukumnya,” dikutip dari LBH Apik. 1

July 2007.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

4

Indonesia yang pada mulanya pengangkatan anak bertujuan untuk untuk

melanjutkan keturunan atau menjadikan anak angkat sebagai anak kandung

sendiri sehingga dapat mewaris. Kini lembaga pengangkatan anak semakin

berkembang luas, karena dalam perkembangannya tujuan pengangkatan anak

tersebut bukan hanya untuk melanjutkan keturunan saja. Semakin

berkembangnya lembaga pengangkatan anak tersebut dipengaruhi oleh

semakin banyaknya motivasi-motivasi pengangkatan anak di dalam

masyarakat. Sayangnya motivasi- motivasi yang berkembang sekarang kadang

kala tidak diperhatikan lagi segi kesejahteraan dari anak angkat itu sendiri.

Padahal dalam Undang-undangNomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak telah diatur bahwa tujuan dari pengangkatan anak adalah terpenuhinya

kesejahteraan anak tersebut.3 Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak,

pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan terhadap anak 4 .

Meskipun demikian, dipandang masih sangat diperlukan suatu undang-undang

yang khusus mengatur mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis

bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian,

pembentukan undang-undang perlindungan anak harus didasarkan pada

pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan

bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan

kehidupan berbangsa dan bernegara.5

Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk

menjaga dan memelihara hak asasi anak sesuai dengan kewajiban yang

dibebankan oleh hukum. Demikian juga dalam rangka penyelenggaraan

perlindungan anak, negara dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan

fasilitas dan aksesibilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan

dan perkembanganya secara optimal dan terarah.

3 Undang-undang no 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 12 4 Undang-undang tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 Tahun 1999. 5 Ahmad Kamil, dkk. ”Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia” ,Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, 2008, hal vii

UPN VETERAN JAKARTA

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

5

Bagi Indonesia, pengangkatan anak sebagai suatu lembaga hukum

belum berada dalam keadaan yang seragam, baik motifasi maupun caranya.

Karena itu, masalah pengangkatan anak ini masih menimbulkan perdebatan

dikalangan masyarakat dan pemerintah, terutama dalam rangka usaha

perlindungan anak sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

Kesejahteraan Anak dan Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak.

Pengangkatan anak harus dilakukan dengan proses hukum dengan

produk penetapan pengadilan yang merupakan kemajuan kearah penertiban

praktek hukum pengangkatan anak yang hidup di tengah tengah masyakarat,

agar peristiwa pengangkatan anak tersebut telah berkembang biak di

pengadilan agama bagi mereka yang beragama islam.6

Berdasarkan uraian diatas, terlihat praktek pengangkatan anak telah

dikenal luas oleh masyarakat indonesia, namun masih banyak orang orang

yang nmelakukan proses pengangkatan anak secara langsung tanpa melakukan

proses yang benar (melalui penetapan pengadilan) yaitu dengan berhubungan

langsung kepada orang tua anak atau melalui perantara.

Kondisi pengangkatan anak yang ada dalam masyarakat kita tidak

sesuai dengan seharusnya, masih banyaknya orang orang yang tidak

mengikuti peraturan yang ada, demi mencari keuntungan sendiri dan

kelancaran proses yang mereka lakukan bahkan dengan memalsukan identitas

asal anak dengan memalsukan akte lahir anak, hal tersebut dilakukan untuk

menyembunyikan identitas orang tua kandung anak yang diangkatnya.

Padahal dalam pasal 40 ayat 1 Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak ditegaskan bahwa orang tua angkat wajib

memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal usulnya dan orang tua

kandungnya, 7 dan dalam undang undang nomor 4 tahun 1979 tentang

kesejahteraan anak disebutkan pula bahwa pengangkatan anak tidak

memutuskan hubungan antara anak dengan orang tuanya dan keluarga orang

6 Ibid hal viii 7 UU No. 23 Tahun 2002.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

6

tuanya berdasarkan hukum yang berlaku bagi anak yang bersangkutan 8 .

namun proses pengangkatan anak yang semacam itu masih banyak dilakukan

oleh masyarakat indonesia kita karena kurangnya pengetahuan dan sosialisai

yang menyeluruh dari para pemerintah atau pejabat berwenang mengenai tata

cara program pengangkatan anak yang benar dan sah. namun di Indonesia

sendiri banyak kasus yang melakukan pemalsuan data data atau akta lahir

anak yang semula adalah anak adopsi dibuat menjadi anak kandung yang

membuat sebuah kecacatan hukum seperti contoh dalam kasus seorang laki

laki bernama Mohammad Hamzah menikah dengan wanita bernama Yuliatun

yang tercatat dalam kutipan akta nikah nomor 196/02/XII/2003 tanggal 3

bulan 12 2003 yang dikeluarkan kantor urusan agama kabupaten bojonegoro

lalu setelah menikah selama 11 tahun mereka tidak dikaruniai seorang anak

sebagai pelengkap dalam keluarga lalu mereka memutuskan untuk

mengadopsi seorang anak bernama Zahirah Alika Ayu Amzani yang

sebelumnya dia adalah anak kandung ibu Misnawati yang menjadi hasil

perkawinan sirri dengan bapak Syaiful Rofik dan setelah Bapak Hamzah mau

mengadopsi anak tersebut mereka membuat suatu akta kelahiran anak

kandung bukan anak angkat ( adopsi ) karena kurangnya pengetahuan dari

para pihak akan ketentuan hukum yang berlaku, dan setelah satu tahun

lamanya istri dari bapak Mohammad Hamzah mendapat penjelasan hukum

yang pasti akan masalah yang dapat timbul dari pembuatan akta kelahiran

tersebut karena akta kelahiran tersebut cacat hukum karena proses penerbitan

akta kelahiran yang di maksud tidak dilakukan melalui penetapan pengadilan

terlebih dahulu. Hingga pada akhirnya, ibu Yuliatun membuat permohonan

pembatalan akta kelahiran No. 3512-LT-10022014-0025 pada tanggal 10

februari 2014 yang telah diterbitkan oleh kantor dinas kependudukan dan

pencatatan sipil kabupaten situbondo, selanjutnya pengadilan negeri situbondo

melalui penetapan perkara nomor 12/PDT.P/2014/PN.STB tertanggal 25 April

2014 telah membatalkan akta kelahiran No. 3512-LT-10022014-0025.

Berdasarkan kasus tersebut, dengan maraknya pembuatan akta

8UU No. 4 Tahun 1979.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

7

kelahiran anak yang tidak sesuai ketentuan hukum yang berlaku yang

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat sehingga akta kelahiran

dibatalkan oleh pengadilan negeri. Maka penulis mengangkat skripsi dengan

judul "Perlindungan hukum bagi anak angkat (adopsi) atas pembatalan

akta kelahiran oleh lembaga pengadilan (studi kasus penetapan

pengadilan negeri situbondo NO.12/PDT.P/2014/PN.STB)"

I.2 Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan menjadi ruang lingkup dalam

permasalahan ini adalah:

a. Bagaimana keabsahan pengangkatan anak tanpa melalui penetapan

pengadilan ditinjau dari perspektif undang undang nomor 35 tahun 2014

tentang perubahan atas undang undang nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak?

b. Bagaimana perlindungan hukum bagi anak angkat ( adopsi ) atas adanya

pembatalan akta kelahiran atas nama anak tersebut oleh lembaga

pengadilan?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitain

Adapun tujuan dan manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagaiberikut :

a. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui bagaimana proses pengangkatan anak yang sah

secara hukum

2) Untuk memberikan jaminan kepastian hukum terhadap kedudukan

anak adopsi

b. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu hukum, khususnya untuk memperluas dan

menambah referensi khususnya hukum perdata mengenai hal-hal yang

UPN VETERAN JAKARTA

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

8

berkaitan dengan pengadopsian anak dan tata cara pengadopsian anak

yang benar dalam masyarakat indonesia

2) Manfaat Praktis

Dapat memberikan sumbangan, masukan dan informasi kepada

pengadilan, pemerintah, panti asuhan, dan masyarakat khususnya pada

orang tua yang melakukan pengadopsian anak sehingga mereka dapat

mengetahui tentang perlindungan hukum bagi anak adopsi di

Indonesia.

I.4 Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

a. KerangkaTeori

Kerangka teori merupakan konsep-konsep yang sebenarnya merupakan

abstrak dari hasil pemikiran atau kerangka/acuan yang pada dasarnya

bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi. 9

Kerangka

teori dijadikan sebagai pisau analisis dalam menganalisis suatu

permasalahan dalam penulisan maupun penelitian. Terdapat beberapa ciri

yang dapat dijadikan sebagai kerangka teoritis

a) teori-teori hukum,

b) asas-asas hukum,

c) doktrin hukum

d) ulasan pakar hukum berdasarkan pembinaan pembidangan

kekhususanya.10

1) Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum merupakan gabungan dari dua kata yakni

“kepastian” dan “hukum”. 11 Menurut Sudikno Mertukusumo, kepastian

hukum merupakan sebuah jaminan bahwa sebuah hukum tersebut harus di

jalankan dengan cara yang baik. Kepastian hukum menghendaki adanya

upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang di buat oleh

9Soertjono Sukanto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Press, Jakarta, 1984, hlm123

10Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm 79

11Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.

1999, h. 23.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

9

pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu

memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian hukum

berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.12 Hukum lahir karena

adanya masyarakat tanpa adanya masyarakat maka hukum tidak akan

terbentuk. Lahirnya hukum bukan semata- mata tanpa tujuan, hukum lahir

dengan tujuan memberikan keadilan hukum, kepastian hukum dan

kemanfaatkan hukum. Dengan adanya hukum maka menciptakan adanya

hak dan kewajiban dari masing masing pihak sebagai subjek hukum, serta

memaksa masyarakat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Akan tetapi

pada kenyataanya masyarakat masih belum memperoleh kepastian hukum

atas apa yang telah di buat oleh pemerintah dan alam pelaksanaanya tidak

sesuai dengan peraturan yang ada.

2) Teori Perlindungan Hukum

Fitzgerald Seymour Vesey mengutip istilah teori perlindungan hukum

dari Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan

mengakomodasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam

suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu

dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain

pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan

manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tinggi untuk menetukan

kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan

hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu

ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota

masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap

mewakili kepentingan masyarakat.13 Teori perlindungan hukum merupakan

salah satu teori yang dapat di gunakan oleh penulis dalam mencari solusi

atas permasalahan yang akan di angkat dalam penulisan ini. Dimana

12Asikini Zainal, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Raja Wali Press, Jakarta, 2012, h.

13 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bndung , PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm 53.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

10

perlindungan hukum masih sulit di dapatkan padahal peraturan perundang-

undangan sudah menetapkan peraturan tersebut sedemikian rupa tetapi

masih saja dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan peraturan yang ada.

Pada dasarnya konsep perlindungan hukum adalah segala upaya

pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman

kepada saksi dan atau korban, perlindungan hukum korban kejahatan

sebagai bagian dari perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam

berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restusi, kompensasi, pelayanan

medis, dan bantuan hukum.14

b. Kerangka Konseptual

Adapun beberapa definisi dan konsep yangdigunakan yaitu

1) Perlindungan Anak

pengertian Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan okum yang

mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali

yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawabatas perawatan,

pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan

keluargaorang tua angkat.

2) Adopsi adalah tindakan mengadopsi; diadopsi. Mengadopsi adalah

untuk mengambil ke dalam keluarga seseorang (anak dari orang tua

lain), terutama akibat perbuatan hukum formal. Hal ini juga dapat

berarti tindakan hukum mengasumsikan orangtua seorang anak yang

bukan milik sendiri.15

3) Orang tua angkat adalah orang yang diberi kekuasaan untuk merawat,

mendidik, danmembesarkan anak berdasarkan peraturan perundang-

undangan dan adat kebiasaan.

4) Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan

kekuasaan keluarga orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan,dan membesarkan anak

tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya

14Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Prress, Jakarta , 1984, hlm 133. 15kbbi.web.id

UPN VETERAN JAKARTA

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

11

berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan.16

5) Akta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan,

keputusan, dan sebagainya) tentang peristiwa hukum yang dibuat

menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan disahkan oleh pejabat

resmi.17

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian

bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis,

dan konsisten.18

a. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis

normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau atau data skunder sebagai bahan dasar untuk diteleti

dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan

19

literature-literatur yang berkaitan dengan permasalahn yang diteliti.

b. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian hukum dapat dilakukan dengan

pendekatan teoritis (hukum materiil) dan pendekatan kasus (hukum

formiil) yang berpedoman pada hukum positif Indonesia. Dalam penulisan

ini, penulis melakukan pendekatan masalah melalui pendekatan teoritis.

Pendekatan teoritis adalah pendekatan yang dilakukan dengan meninjau

hukum materiil berupa peraturan perundang-undangan. Penulis juga

melakukan pendekatan kasus dengan melihat putusan nomor

14/PDT.P/2014/PN.STB. sebagai objek pen

16Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2007 sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang

Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak 17 kbbi.web.id 18 Zainuddin Ali, Op. cit, h. 17. 19Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2001, h.

13-14.

UPN VETERAN JAKARTA

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

12

c. SumberData

Sumber data yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah data

sekunder, yakni:

1) Sumber hukum primer

Sumber Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas

peraturan perundangan-undangan secara hierarki dan putusan-

putusan pengadilan. Adapun peraturan yang digunakan yakni

undang undang nomor 35 tahun 2014 terhadap perubahan atas

Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, Peraturan Pemerintah nomor 54 tahun 2007 tentang

pengangkatan anak,permenkes nomor 110 tahun 2009 tentang

persyaratan pengangkatan anak.

2) Sumber Hukum Sekunder

Bahan hukum yang mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan

hukum primer yang merupakan hasil pendapat atau pikiran para ahli

atau pakar yang menekuni dan mempelajari satu bidang tertentu

untuk menjadikan pedoman bagi penulis buku-buku mengenai tata

cara pengangkatan anak sesuai ketentuan peraturan perundangan-

undangan di indonesia

3) Sumber hukum tersier

Bahan hukum tersier/Sumber hukum tersier, yaitu bahan hukum

yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini

diataranya adalah pengetian, tata cara pengangkatan anak/prosedur,

dasar hukum,dan tujuan serta manfaat pengangkatan anak.

d. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu pembahasan yang dilakukan

dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian

lapangan serta menafsirkan dan mendiskusikan data-data primer yang

telah diperoleh dan diolah sebagai suatu yang utuh. Penelitian kepustakaan

yang dilakukan adalah membandingkan peraturan-peraturan, ketentuan-

UPN VETERAN JAKARTA

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

13

ketentuan, yurisprudensi dan buku referensi, serta data yang diperoleh,

kemudian dianalisis secara kualitatif yang memberikan gambaran tentang

aspek hukum yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi, dalam beberapa bab yang tersusun secara

sistematis.Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini penulis akan menjelaskan

mengenai latar belakang, perumusan masalah, ruang

lingkup, tujuanpenulisan dan manfaat penulisan, kerangka

teori dan kerangkakonseptual, metode penelitain, dan

sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum tentang

pengertian adopsi, anak,orang tua,akta kelahiran dan

perlindunganhukum bagi anak angkat(adopsi) yang

memiliki kesalahan dalam akta lahir dan bagaimana

ketetapan yang telah dibuat dalam undang undang nomor

35 tahun 2014 tentang perubahan atasundang undang

nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

BAB III KEABSAHAN PENGANGKATAN ANAK TANPA

MELALUI PENETAPAN PENGADILAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan Kasus

PutusanPerkara Nomor 14/PDT.P/2014/PN.STB tentang

pembatalan akta kelahiran yang terjadi di Indonesia karena

kurang pahamnya masyarakat Indonesia dengan tata cara

pembuatan akta kelahiran

UPN VETERAN JAKARTA

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangrepository.upnvj.ac.id/558/3/BAB I.pdfdidambakan dalam sebuah pernikahan dalam lingkungan keluarga. Akan tetapi keinginan tersebut terbentur pada

14

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK ANGKAT

(ADOPSI) ATAS PEMBATALAN AKTA

KELAHIRAN OLEH LEMBAGA PENGADILAN

Dalam bab ini penulis menganalisis peristiwa hukum yang

menjadiobjek penulisan (dimana adanya kesalahan dalam

pembuatan akta karena kurang mengertinya masyarakat

akan hal ini, Studi Kasus Putusan Perkara Nomor

14/PDT.P/2014/PN.STB) penulis meninjau peristiwa

hukumtersebut berdasarkan hukum positif dan teori yang di

jadikan pisau analisi guna menemukan jawaban atau solusi

terhadap rumusan masalah yang diangkat oleh penulis.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran terhadap

penulisan ini.Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan

masalah yang diuraiakan secara garis besar Saran

merupakan masukan dan solusi terhadap permasalahan

hukum yang diangkat pada penulisan ini

UPN VETERAN JAKARTA