BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG -...
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 1
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005-2025 ________________________________________________
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
1. Kabupaten Bogor terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Barat. Sejak saat itu, pembangunan daerah Kabupaten
Bogor mulai dilaksanakan oleh segenap pemangku kepentingan, baik
pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Setelah dua puluh tahun
pertama sejak pembentukannya, atau tepatnya dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
di Daerah, maka kabupaten/kotamadya di seluruh Indonesia, termasuk
Kabupaten Bogor mulai diberikan hak dan kewenangan sesuai dengan
prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Namun demikian,
selama dua puluh tahun pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bawah undang-undang tersebut hingga tahun 1990, mulai
muncul tuntutan dari daerah-daerah, agar diberikan kewenangan yang
luas, nyata dan bertanggungjawab, karena selama itu, pelaksanaan
otonomi daerah lebih merupakan kewajiban dari pada hak daerah untuk
mengurus dan mengatur rumah tangganya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah pusat menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah dengan Titik Berat pada Daerah Tingkat II. Uji coba
pelaksanaan otonomi dengan titik berat otonomi daerah pada Daerah
Tingkat II tersebut, dilaksanakan dengan menyerahkan sebagian besar
urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah Tingkat I, kepada Pemerintah Daerah Tingkat II secara bertahap
dan berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa Daerah Tingkat II
dilakukan uji-coba percontohan penyelenggaraan otonomi daerah,
dengan mengutamakan penyerahan sebagian besar urusan pemerintahan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 2
untuk diatur dan diselenggarakan sebagai urusan rumah tangganya. Hasil
penelitian dan penilaian oleh para ahli terhadap hasil uji-coba dimaksud
mengungkapkan bahwa daerah tingkat II sebagian besar mampu
mengurus dan mengatur rumah tangganya sesuai dengan kewenangan
yang telah diserahkan.
3. Seiring dengan bergulirnya era reformasi pada tahun 1998, yang
merupakan dampak dari krisis ekonomi nasional yang berkembang
menjadi krisis multidimensi, tuntutan untuk menyelenggarakan
pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka. Satu tahun
kemudian, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang telah disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005, di dalamnya daerah diberikan hak dan kewenangan sesuai dengan
prinsip otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab serta berhak
mengatur seluruh kewenangannya, baik berupa urusan wajib maupun
urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Sejalan dengan terbitnya undang-undang di atas, pemerintah telah
menetapkan pula Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud
disusun oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dan
penyusunannya dilaksanakan secara berjangka, meliputi : (1) Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah disingkat dengan RPJP Daerah
untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan
arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan/atau
RPJP Provinsi; (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
disingkat dengan RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, yang
merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah, yang
penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan
memperhatikan RPJM Nasional dan/atau RPJM Provinsi; (3) Rencana
Kerja Pembangunan Daerah disingkat menjadi RKPD, yang merupakan
penjabaran dari RPJM Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang
memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 3
daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dan/atau Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Propinsi (RKPD).
5. Untuk itu, RPJP Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005 � 2025 disusun
secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan fleksibel
berlandaskan prinsip kebersamaan, berkeadilan, dan berkelanjutan
dengan menjaga keseimbangan kemajuan, kesatuan nasional dan
berorientasi ke masa depan.
I.2. PENGERTIAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 tahun, yang memuat
visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional
dan RPJP Provinsi Jawa Barat.
I.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, disusun dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Bogor dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati
bersama.
Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Daerah adalah :
1. Memberikan arah/pedoman yang jelas bagi pembangunan di Kabupaten
Bogor selama 20 tahun;
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar SKPD,
antar pemerintahan, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi
pemerintahan;
3. Mendorong terciptanya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;
4. Mewujudkan rencana pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu
antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi Jawa Barat, dan
Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 4
I.4. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004;
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025;
10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Rencana Pembangunan Nasional;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
18. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 � 20025;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 5
I.5. SISTEMATIKA
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Tahun
2005�2025 disusun dalam sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, memuat uraian tentang latar belakang, pengertian,
maksud dan tujuan, landasan hukum, sistematika, kerangka pikir
serta proses penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Bogor Tahun
2005-2025;
Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, memuat penjelasan umum
mengenai kondisi eksisting sampai dengan titik awal penyusunan
RPJP Daerah dalam setiap sektor pembangunan;
Bab III Analisis Isu-isu Strategis, memuat tentang isu-isu daerah yang
pada dasarnya adalah masalah/persoalan/agenda yang perlu dan
harus dikerjakan oleh Pemerintah Daerah selama 20 tahun ke
depan;
Bab IV Visi dan Misi Daerah, memuat visi pembangunan Kabupaten Bogor
dan misi pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi tersebut;
Bab V Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Tahun 2005-2025 , memuat upaya-upaya pencapaian visi dan misi
Kabupaten Bogor;
Bab VI Kaidah Pelaksanaan.
I.6. KERANGKA PIKIR RPJP DAERAH
Kabupaten Bogor sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Provinsi
Jawa Barat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia akan menghadapi hal
yang sama di masa-masa yang akan datang, dengan melihat fakta dan
kecenderungan yang ada, berbagai langkah harus ditempuh untuk tetap
menjamin terlaksananya pembangunan pada masa yang akan datang dengan
pencapaian tingkat kesejahteraan yang lebih baik, dan memiliki sinergi yang
kuat dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa
Barat yang pada gilirannya akan mendukung pada pencapaian Arah dan
Kebijakan Pembangunan Nasional yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional serta untuk menjamin terlaksananya
pembangunan Kabupaten Bogor yang berkelanjutan.
Alur pikir penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
dapat ditunjukkan melalui gambar diagram di bawah ini :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 6
Gambar 1.1. : Alur Pikir Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2025 Dari Gambar 1.1. di atas dapat ditunjukkan bahwa :
1. RPJP Daerah disusun berangkat dari kondisi umum daerah saat ini, yang
meliputi kondisi : sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi,
IPTEK, sarana dan prasarana, politik, ketentraman dan ketertiban
masyarakat, hukum, aparatur, tata ruang dan pengembangan wilayah,
sumber daya alam dan lingkungan hidup;
2. Berdasarkan kondisi umum saat ini, diprediksi kondisi yang diharapkan
pada tahun 2025, sekaligus menjadi tantangan untuk direalisasikan;
3. Modal Dasar adalah seluruh sumber kekuatan daerah, baik yang efektif
maupun potensial, yang dimiliki dan didayagunakan dalam pembangunan
daerah, meliputi sumber daya alam, jumlah penduduk, keanekaragaman
budaya dan kemudahan akses dari ibu kota negara Jakarta, kesemuanya
memenuhi prasyarat untuk mengoptimalkan pembangunan di Kabupaten
Bogor;
4. Untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan tersebut ditetapkanlah visi
dan misi rencana pembangunan jangka panjang daerah. Visi adalah
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan, sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-
upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi;
5. Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, isu-isu strategis, modal
dasar, visi dan misi, maka dirumuskan Arah Pembangunan Daerah, yaitu
strategi untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang daerah,
KONDISI SAAT INI ISU-ISU STRATEGIS
VISI 2005-2025
MISI 2005-2025
MODAL DASAR
DATA & INFORMASI SERTA RENCANA TATA RUANG
ARAH PEMBANGUNAN TAHAPAN DAN PRIORITAS
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 7
meliputi : (i) Arahan Umum Pembangunan Jangka Panjang, utamanya
memuat kaidah dan strategi pelayanan umum pemerintahan dan
pelayanan sosial dasar yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban
Pemerintahan Daerah, dan (ii) fungsi dan peran sub-wilayah
pembangunan di daerah yang mengacu pada data dan informasi serta
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
6. Arahan pembangunan di atas, kemudian dituangkan ke dalam rencana
pembangunan jangka panjang dan RTRW sehingga tercipta sinkronisasi
dan sinergi antara kebijakan pembangunan dan kebijakan penataan
ruang. Kebijakan pembangunan tersebut dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan prioritas pembangunan.
I.7. PROSES PENYUSUNAN
Proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penyiapan Rancangan RPJP Daerah, dilakukan untuk mendapat
gambaran awal dari visi, misi dan arah pembangunan daerah;
2. Konsultasi publik dan/atau penjaringan aspirasi masyarakat atas
Rancangan RPJP Daerah melalui media cetak (surat kabar) dan media
elektronik (radio, website Kabupaten Bogor), untuk mendapatkan saran,
tanggapan dan rekomendasi dari para pemangku kepentingan
(stakeholder);
3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jangka Panjang
Daerah, merupakan forum konsultasi dengan para pemangku
kepentingan pembangunan untuk membahas rancangan visi, misi dan
arah pembangunan daerah serta untuk mendapatkan komitmen dari
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap penyempurnaan
Rancangan RPJP Daerah;
4. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP Daerah, dengan bahan masukan
utama dari hasil kesepakatan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka
Panjang Daerah;
5. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah beserta lampirannya
disampaikan kepada DPRD sebagai inisiatif Pemerintah Daerah untuk
diproses lebih lanjut menjadi Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah;
6. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJPD, di bawah koordinasi Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 8
Diagram proses penyusunan RPJP Daerah disajikan sebagaimana gambar
berikut ini :
Gambar 1.2. : Diagram Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
RANCANGAN VISI DAN MISI
• SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
• EKONOMI • IPTEK • SARANA DAN
PRASARANA • POLITIK • KETENTRAMAN
DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
• HUKUM • APARATUR • TATARUANG DAN
PENGEMBANGAN WILAYAH
• SUMBER DAYA ALAM DAN LH
SARAN, TANGGAPAN,REKOMENDASISTAKEHOLDERS
RUMUSAN HASIL KESEPAKATAN
DAN KOMITMEN
RANCANGANRPJPD
MERUMUSKAN GAMBARAN AWAL• VISI • MISI • ARAH PEMBANGUNAN
RANCANGAN ARAHPEMBANGUNAN
RENCANA TATA RUANG
KONSULTASIPUBLIK, DAN
JARING ASMARA
MUSRENBANGJANGKA PANJANG DAERAH
RANCANGANAKHIR RPJPD
! VISI ! MISI ! ARAH PEMBANGUNAN :
- ARAHAN UMUM - ARAHAN
MENURUT RTRW
PENETAPANPERDA TENTANG RPJPD PERATURANDAERAH TENTANG RPJPD
KONDISI UMUM DAERAH & PREDIKSI TANTANGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 9
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sarana dan prasarana, politik,
ketentraman dan ketertiban masyarakat, hukum, aparatur, tata ruang dan
pengembangan wilayah, serta sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup,
yang selama ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor telah
mencapai kemajuan. Meskipun demikian, masih banyak masalah/persoalan/
agenda yang perlu diselesaikan untuk 20 (dua puluh) tahun ke depan dengan
memperhatikan modal dasar yang dimiliki.
II.1. KONDISI FISIK WILAYAH
1. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18�0� � 6º47�10�
Lintang Selatan dan 106º 23�45� - 107º 13�30� Bujur Timur, yang
berdekatan dengan Ibukota Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa
dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup tinggi,
memiliki luas ± 298.838,304 Ha, dengan batasan wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten),
Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok;
- Sebelah Barat : Kabupaten Lebak (Provinsi Banten);
- Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Purwakarta;
- Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur;
- BagianTengah : Kota Bogor.
2. Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 desa dan 17
kelurahan (428 desa/kelurahan), 3.639 RW dan 14.403 RT yang
tercakup dalam 40 kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40
tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran
5 (lima) Kecamatan di tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng
(pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan Tanjungsari
(pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 10
dari Kecamatan Cijeruk), Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari
Kecamatan Bojonggede) dan Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari
Kecamatan Ciampea). Selain itu, pada akhir tahun 2006 telah dibentuk
pula sebuah desa baru, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran
dari Desa Curug Kecamatan Jasinga.
3. Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi
wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian
Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, sehingga membentuk
bentangan lereng yang menghadap ke utara, dengan klasifikasi
keadaan morfologi wilayah serta prosentasenya sebagai berikut :
a. Dataran rendah (15 -100 m dpl) sekitar 29,28 %, merupakan
kategori ekologi hilir;
b. Dataran bergelombang (100 - 500 m dpl) sekitar 42,62 %,
merupakan kategori ekologi tengah;
c. Pegunungan (500 � 1.000 m dpl) sekitar 19,53 %, merupakan
kategori ekologi hulu;
d. Pegunungan tinggi (1.000 � 2.000 m dpl) sekitar 8,43 %, merupakan
kategori ekologi hulu;
e. Puncak-puncak gunung (2.000 � 2.500 m dpl) sekitar 0,22 %,
merupakan kategori ekologi hulu;
4. Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di
bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata
curah hujan tahunan 2.500 � 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah
bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari
2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah
20° - 30°C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C. Kelembaban udara
70 %. Kecepatan angin cukup rendah, dengan rata � rata 1,2 m/detik
dengan evaporasi di daerah terbuka rata � rata sebesar 146,2 mm/
bulan.
5. Secara umum wilayah Bogor terbentuk oleh batuan vulkanik yang
bersifat piroklastik, yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua
gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tufaan/
kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal).
Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh
tanah, pasir, dan kerikil hasil dari pelapukan endapan. Bahan induk
geologi tersebut menghasilkan tanah � tanah yang relatif subur.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 11
6. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur untuk
kegiatan pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Jenis tanah di
Kabupaten Bogor terdiri dari 22 jenis tanah, dengan prosentase
terbesar adalah Asosiasi Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan dan
Laterit Air Tanah sebesar 20,20 % (60.439.627 Ha). Sedangkan jenis
tanah lainnya adalah sebagai berikut : Andosol Coklat Kekuningan (1%);
Asosiasi Aluvial Coklat Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan (4,71 %);
Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat (3,22 %); Asosiasi Latosol
Coklat dan Latosol Kekuningan (3,83 %); Asosiasi Latosol Coklat dan
Regosol Kelabu (5,89 %); Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol
Coklat (8,78 %); Asosiasi Podsolik Kuning dan Hidromorf Kelabu (0,34%);
Asosiasi Podsolik Kuning dan Regosol (0,30 %); Kompleks Grumusol,
Regosol dan Mediateran (5,81 %); Kompleks Latosol Merah Kekuningan,
Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol (6,71 %); Kompleks Latosol Merah
Kekuningan, Latosol Coklat, Podsolik Merah Kekuningan (5,61 %);
Kompleks Podsolik Merah Kekuningan, Podsolik Kuning dan Regosol
(2,84%); Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol (1,69 %); Kompleks
Resina, Litosol Batu Kapur dan Brown Forest Soil (0,89 %); Latosol
Coklat (7,62 %); Latosol Coklat Kekuningan (1,91 %); Latosol Coklat
Kemerahan (0,001 %); Latosol Coklat Tua Kemerahan (6,32 %); Podsolik
Kuning (1,57 %); Podsolik Merah (2,07 %) dan Podsolik Merah
Kekuningan (7,54 %).
7. Di wilayah Kabupaten Bogor terdapat 6 (enam) Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang posisinya membentang dan mengalir dari daerah
pegunungan di bagian Selatan ke arah Utara, yaitu : DAS Cidurian, DAS
Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Kali Bekasi dan DAS
Citarum Hilir. Sungai-sungai pada masing-masing DAS tersebut
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat strategis yaitu sebagai
sumber air untuk irigasi, rumah tangga dan industri serta berfungsi
sebagai drainase utama wilayah. Di samping itu, di Kabupaten Bogor
terdapat danau atau situ-situ sebanyak 93 buah dengan luas 496,28 Ha
dan terdapat juga sejumlah mata air. Situ-situ dimaksud berfungsi
sebagai reservoar atau tempat peresapan air dan beberapa diantaranya
dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau tempat rekreasi, budidaya
perikanan dan irigasi untuk pertanian.
Dengan kondisi ekologi dan morfologi tersebut di atas, sebagian besar
wilayah Kabupaten Bogor berfungsi lindung (non budidaya dan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 12
budidaya terbatas), sehingga wilayah yang dapat digunakan untuk
kegiatan budidaya terbatas yakni hanya wilayah dataran rendah bagian
utara.
Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa
dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan
penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari
andesit, tufa, dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam
sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan
air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan
terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang
tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material
vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain
Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Dengan demikian,
beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.
II.2. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
1. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 menurut hasil
Sensus Daerah (SUSDA) sebanyak 4.215.585 jiwa dan pada tahun 2007
telah mencapai 4.237.962 jiwa (penyempurnaan hasil SUSDA melalui
coklit, 2007) atau 10,32 % dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat
(40.737.594 jiwa). Berarti dalam lingkup Propinsi Jawa Barat, jumlah
penduduk tersebut menempati urutan kedua setelah Kabupaten
Bandung (4.399.128 jiwa). Laju pertumbuhan penduduk (LPP)
Kabupaten Bogor tahun 2006-2007 adalah 0,53 %, lebih rendah
dibandingkan dengan LPP tahun 2005-2006 yang mencapai 2,79 %.
Sementara LPP selama periode 2000-2007, rata-rata mencapai 4 %
atau masih berada diatas 2 % per tahun. Kondisi ini disebabkan oleh
tingginya laju pertumbuhan alami dan migrasi masuk ke Kabupaten
Bogor.
2. Upaya Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mengendalikan
perkembangan jumlah penduduk tersebut, diantaranya dengan
peningkatan pelayanan Keluarga Berencana (KB). Untuk program KB,
selama tahun 2006 pelayanan Keluarga Berencana telah menjangkau
peserta KB Aktif sebanyak 525.657 PUS atau 72,92 % dari jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Bogor yang mencapai
720.882 PUS. Dari proporsi 72,92 % tersebut, sebanyak 20,35 %
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 13
(106.958 PUS) merupakan Keluarga Miskin, yang telah difasilitasi
untuk mendapatkan alat kontrasepsi secara gratis.
3. Jumlah penduduk sebanyak 4.237.962 jiwa di atas, terdiri dari
penduduk Laki-laki sebanyak 2.178.831 jiwa dan penduduk
Perempuan sebanyak 2.059.131 jiwa atau rasio jenis kelamin (sex
ratio) 105, artinya penduduk Laki-laki lebih banyak daripada
penduduk Perempuan. Sementara itu, komposisi umur penduduk
Kabupaten Bogor pada tahun 2007, yaitu usia 0-14 tahun sebanyak
1.209.386 jiwa, usia 15-64 tahun sebanyak 2.871.380 jiwa, dan usia
65 tahun ke atas sebanyak 157.196 jiwa. Dari komposisi umur
tersebut, maka angka beban ketergantungan (dependency ratio)
mencapai 47,59 yang berarti diantara 100 orang penduduk usia
produktif menanggung sebanyak 48 orang penduduk usia non
produktif.
4. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor rata-rata 1.417 jiwa/
km², sementara tingkat kepadatan terendah adalah 306 jiwa/km²,
terdapat di kecamatan Tanjungsari dan tingkat kepadatan tinggi yaitu
7.854 jiwa/km², terdapat di kecamatan Ciomas. Data ini
menunjukkan bahwa pada wilayah perkotaan tingkat kepadatannya
lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan, terutama yang
berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Kota Bogor.
5. Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut serta diakui oleh
negara, yaitu yang beragama Islam sebanyak 4.142.969 orang
(97,76%), Kristen Katholik sebanyak 25.357 orang (0,60 %), Kristen
Protestan sebanyak 45.957 orang (1,08 %), Hindu sebanyak 2.181
orang (0,05 %), Budha sebanyak 14.125 orang (0,33 %), Kong Hu Chu
sebanyak 6.643 orang (0,16 %) dan Lainnya sebanyak 730 orang
(0,02%).
6. Kualitas kehidupan beragama di Kabupaten Bogor menunjukkan
adanya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama
masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat. Kondisi tersebut
menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif baik antara
sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama. Intensitas
komunikasi antara sesama alim ulama, tokoh agama dan pemerintah
baik intern, antar umat beragama, berjalan dengan harmonis melalui
dialog-dialog baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 14
difasilitasi oleh pemerintah. Namun demikian, pada tahun terakhir ini
mulai muncul aliran tertentu yang mengaku pembawa ajaran agama
baru, tetapi sesungguhnya adalah aliran sesat yang bertentangan
dengan keyakinan agama yang dianut oleh masyarakat Kabupaten
Bogor dan Indonesia.
7. Kualitas SDM menjadi semakin baik, yang antara lain ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten
Bogor yang telah dicapai pada tahun 2007 yaitu 70,18 poin. Hal ini
menunjukan adanya peningkatan sebesar 0,73 poin dari tahun 2006
yang mencapai 69,45 poin. Secara rinci nilai tersebut merupakan
kontribusi dari komponen pembentuknya, terdiri dari Angka Harapan
Hidup (67,58 tahun), Angka Melek Huruf (95,78 %), Rata-rata Lama
Sekolah (7,11 tahun) dan Kemampuan Daya Beli Masyarakat
(purchasing power parity) sebesar Rp.559.300,-/kapita/bulan.
8. Indeks Pendidikan (IP) Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebesar
79,65 mengalami peningkatan sebesar 1,46 poin dibandingkan tahun
2006 yang mencapai angka 78,19 dan masih lebih rendah dari realisasi
Indeks Pendidikan Jawa Barat tahun 2006 yang mencapai angka
sebesar 80,61. Indeks Pendidikan dihitung berdasarkan Angka Melek
Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
AMH di Kabupaten Bogor telah mencapai 95,78 % pada tahun 2007,
atau terdapat kenaikan sebesar 1,50 % dibandingkan dengan AMH
tahun 2006 (94,28 %). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat
4,22 % penduduk Kabupaten Bogor yang berumur 15 tahun ke atas
yang belum bebas dari tiga buta, yakni buta huruf, buta bahasa
Indonesia dan buta pengetahuan dasar.
Sementara RLS tahun 2007 sebesar 7,11 tahun, yang berarti penduduk
Kabupaten Bogor secara rata-rata telah tamat SD, tetapi belum tamat
SMP atau belum mencapai rata-rata wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun. Masih rendahnya RLS Kabupaten Bogor sangat
dipengaruhi oleh angka partisipasi sekolah, baik Angka Partisipasi
Kasar (APK) maupun Angka Partisipasi Murni (APM) terutama pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 2007 APK SD/MI
sebesar 123,02 %, SMP/MTs sebesar 84,33 %, SMA/SMK/MA sebesar
37,66 %. Sedangkan untuk APM SD/MI telah mencapai 98,91 %,
sedangkan APM SMP/MTs baru mencapai 72,72 % dan APM SMA/SMK/
MA sebesar 30,18 %.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 15
9. Indeks Kesehatan (IK) sebagai salah satu komponen dalam
perhitungan IPM, pada tahun 2007 mencapai 70,97 mengalami
peningkatan sebesar 0,64 poin dibandingkan tahun 2006 yang
mencapai 70,33. Dengan demikian secara umum kondisi kesehatan
masyarakat dan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bogor
terus mengalami peningkatan, ditandai dengan meningkatnya Angka
Harapan Hidup (AHH) dari 67,20 tahun pada tahun 2006 menjadi
67,58 tahun pada tahun 2007. Angka Kematian Bayi (per 1000
kelahiran) menurun dari 42,42 pada tahun 2005 menjadi 41,82 pada
tahun 2006, Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 307 per 100 ribu
kelahiran serta menurunnya angka gizi kurang pada balita dari 11,70%
(50.499 balita) tahun 2006 menjadi 11,67 % (48.951 balita) tahun 2007
dan balita gizi buruk dari 5.934 balita menjadi 5.040 balita.
Meskipun mengalami peningkatan, tetapi kondisi derajat kesehatan
masyarakat belum memenuhi harapan. Oleh karena itu, dilakukan
upaya-upaya pembangunan bidang kesehatan melalui peningkatan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pengembangan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Upaya peningkatan
akses terhadap pelayanan kesehatan dasar dilakukan melalui :
pembangunan sarana kesehatan khususnya di tingkat desa,
peningkatan status puskesmas menjadi puskesmas dengan tempat
perawatan (DTP), penambahan puskesmas keliling dan ambulans,
pengembangan puskesmas mampu PONED dan klinik gizi. Sedangkan
peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan rujukan dilakukan
melalui : peningkatan kualitas pelayanan di RS Pemda (RS Ciawi dan
Cibinong) yaitu dengan peningkatan akreditasi pelayanan,
memfasilitasi penyediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan oleh RS
Swasta, dimana jumlah RS Swasta mengalami peningkatan dari 5
menjadi 8 RS, meningkatkan kerjasama pelayanan kesehatan rujukan
dengan RS Swasta khususnya untuk pelayanan bagi GAKIN.
Sedangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat antara lain melalui
program desa siaga, poskesdes, poskestren, serta bentuk UKBM (upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat) lainnya. Selain itu,
pemerintah juga mengembangkan asuransi/jaminan sosial bagi
masyarakat miskin dalam bentuk program Askeskin/Jamkesmas,
sedangkan pembiayaan/jaminan kesehatan yang berbasis masyarakat
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 16
dikembangkan Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Dana Sosial Bersalin
(Dasolin) maupun bentuk dana sehat lainnya.
10. Indeks Daya beli masyarakat Kabupaten Bogor pada tahun 2007
sebesar 59,92 poin dengan tingkat kemampuan daya beli sebesar
Rp.559.300,- atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
2006 yang mencapai 59,82 poin dengan tingkat kemampuan daya beli
sebesar Rp. 558.870,-
11. Pemberdayaan terhadap perempuan dan anak memiliki peran
strategis dalam upaya meningkatkan harkat, derajat dan martabat
masyarakat secara keseluruhan. Walaupun terjadi peningkatan,
namun dari sisi kuantitas dan kualitas peran perempuan di segala
bidang masih belum optimal. Dalam kurun waktu sampai dengan
tahun 2006 telah dilakukan beberapa usaha perlindungan terutama
berkaitan dengan perlindungan atas hak-hak dasar kesetaraan antara
kaum perempuan dan laki-laki, yang pada akhirnya mendorong
kesadaran individual dan kolektif masyarakat untuk mencegah dan
menghentikan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga serta
trafficking dan eksploitasi kaum perempuan. Namun demikian, di
Kabupaten Bogor upaya pengarusutamaan gender ini belum
sepenuhnya dapat diaktualisasikan. Hal ini terlihat dari implementasi
dan hasil kegiatan yang belum optimal dan pemahaman gender yang
belum merata baik di pemerintahan, legislatif, swasta, LSM,
perguruan tinggi maupun masyarakat. Pemberdayaan dan
perlindungan anak bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
saja melainkan juga menjadi tanggung jawab instansi sosial, lembaga-
lembaga swadaya masyarakat dan seluruh elemen masyarakat
terutama orang tua. Anak sebagai generasi penerus memiliki hak
asuh, kasih sayang, pendidikan, dan perlindungan serta kelangsungan
hidupnya.
12. Permasalahan yang berkenaan dengan kondisi pemberdayaan
perempuan dan penanggulangan masalah sosial, yaitu : (1) masih
kurangnya pemahaman di semua kalangan akan konsep dan
kesetaraan gender; (2) masih adanya tindak kekerasan terhadap
perempuan, perdagangan dan eksploitasi perempuan; (3) belum
optimalnya fasilitasi dan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
bagi perempuan lansia, perempuan penyandang cacat dan Wanita
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 17
Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) lainnya; (4) masih tingginya jumlah
fakir miskin yaitu 234.836 KK, WRSE 8.318 orang, penyandang cacat
3.702 orang, anak jalanan 207 orang, anak terlantar 4.814 orang dan
lansia terlantar 3.757 orang; (5) masih tingginya jumlah gelandangan,
pengemis, mantan narapidana, maupun WTS; (6) Belum optimalnya
pembinaan dan fasilitasi oleh pekerja sosial masyarakat, saat ini
berjumlah 1.312 orang, orsos/yayasan 244 buah, panti asuhan anak 35
buah, panti wredha 2 buah dan panti rehabilitasi 3 buah.
13. Masalah kepemudaan berkaitan dengan masih rendahnya kualitas,
integritas dan karakter sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena
itu, pemuda sebagai tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa,
harus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya, mulai dari
tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatannya.
Berdasarkan data penyempurnaan hasil SUSDA melalui coklit tahun
2007, jumlah penduduk usia 15 � 34 tahun di Kabupaten Bogor adalah
1.668.048 jiwa atau 39,36 % dari jumlah penduduk. Minimnya
ketersediaan fasilitas dan pusat-pusat aktifitas kepemudaan sehingga
dinamika organisasi kepemudaan kurang berkembang. Kondisi ini
berdampak terhadap peran pemuda dalam mengisi pembangunan
belum optimal.
14. Di bidang olah raga, atlet-atlet Kabupaten Bogor cukup
membanggakan karena telah berprestasi baik di tingkat daerah
(provinsi), nasional maupun internasional. Meskipun demikian,
Kabupaten Bogor belum memiliki sarana olah raga terpadu yang
memadai.
15. Pembangunan kebudayaan di Kabupaten Bogor ditujukan untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta
mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-
tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya
global. Pengembangan seni dan budaya di Kabupaten Bogor
diselenggarakan secara terintegrasi dengan pembangunan
kepariwisataan. Pada tahun 2007 telah dilakukan berbagai macam
kegiatan untuk melestarikan dan mengaktualisasikan adat budaya
daerah sebagai upaya mengelola kekayaan dan keragaman budaya
serta mempromosikan, menjalin kemitraan dan mengembangkan
destinasi pariwisata di Kabupaten Bogor.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 18
II.3. EKONOMI
1. PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007
mencapai Rp. 51,83 triliun, lebih besar dari pada tahun 2006 yaitu
sebesar Rp. 44,79 triliun. Demikian juga dengan nilai PDRB
berdasarkan harga konstan, yaitu semula sebesar Rp. 26,54 triliun
pada tahun 2006, kemudian naik menjadi Rp. 28,15 triliun pada tahun
2007. Sedangkan pendapatan per kapita menurut PDRB harga berlaku,
pada tahun 2007 sebesar Rp. 12.230.072,-/kapita/tahun, sedangkan
menurut PDRB harga konstan, sebesar Rp. 6.642.355,-/kapita/tahun.
2. Selama lima tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan pada setiap tahun, yaitu
semula LPE adalah 4,81 % pada tahun 2003, kemudian secara
berurutan meningkat menjadi 5,56 % pada tahun 2004, dan 5,85 %
pada tahun 2005 serta 5,95 % pada tahun 2006, dan terakhir mencapai
6,04 % pada tahun 2007. Kondisi ini mengungkapkan bahwa telah
terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakan selama lima
tahun terakhir di wilayah Kabupaten Bogor, dengan kontribusi
terbesarnya berasal dari sektor sekunder. Kondisi struktur ekonomi
Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 2003-2007, bila dilihat
berdasarkan nilai PDRB harga berlaku, maka kelompok sektor
sekunder (industri manufaktur, listrik, gas dan air serta bangunan)
memberikan kontribusi terbesar, yaitu rata-rata sebesar 70,01 %,
kemudian sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaaan dan jasa
perusahaan, jasa-jasa lainnya) dengan rata-rata sebesar 23,40 % dan
kontribusi terkecil adalah dari sektor primer (pertanian dan
pertambangan), yaitu rata-rata hanya 6,04 % dari total PDRB
Kabupaten Bogor dan kontribusi dari sektor primer ini menunjukan
kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
3. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pasca krisis tahun 1997
menunjukkan kecenderungan meningkat, yang dikontribusikan oleh
tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Namun
demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan masih tingginya
jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 19
4. Jumlah penduduk dalam usia kerja (10-64 tahun) pada tahun 2007
berjumlah 3.334.930 orang, terdiri dari penduduk usia kerja (10-14
tahun) sebanyak 463.550 orang dan penduduk usia kerja (15-64 tahun)
sebanyak 2.871.380 orang. Dari penduduk usia kerja 10-14 tahun,
terdapat sebanyak 6.489 orang atau 1,4 %, yang telah bekerja atau
disebut sebagai pekerja anak. Sementara itu, pada penduduk usia
kerja 15-64 tahun yang telah bekerja sebanyak 1.214.942 orang atau
42,31 %, yang tidak/belum bekerja, seperti mahasiswa/pelajar, ibu
rumah tangga dan lainnya sebanyak 346.055 orang (12,05 %) dan yang
sedang mencari kerja/pengangguran terbuka berjumlah sebanyak
459.167 orang (15,99 %). Sedang sisanya (29,65 %) merupakan
pengangguran terselubung.
5. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan mata pencaharian/
profesi, terdiri dari PNS sebanyak 52.923 orang (4,36 %), TNI/Polri
sebanyak 11.328 orang (0,93 %), karyawan/pegawai swasta sebanyak
327.350 orang (26,95 %), wiraswasta/pengusaha sebanyak 361.463
orang (29,75 %), petani sebanyak 71.010 orang (5,85 %), peternak
sebanyak 1.211 orang (0,10 %), jasa sebanyak 56.354 orang (4,64 %),
buruh sebanyak 325.718 orang (26,81 %) dan profesi lainnya sebanyak
7.489 orang (0,62 %). Sementara itu, jumlah penduduk yang berumur
15 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan yang telah ditamatkan,
yaitu tamat SD/sederajat sebanyak 1.810.208 orang (47,28 %),
SLTP/sederajat sebanyak 1.319.564 orang (34,47 %), SLTA/sederajat
sebanyak 549.871 orang (14,36 %), Diploma I/II sebanyak 30.618
orang (0,80 %), Diploma III/Sarjana Muda sebanyak 31.018 orang
(0,81 %), Diploma IV/Sarjana (S-1) sebanyak 62.241 orang (1,63 %),
Pasca Sarjana/Magister (S-2) sebanyak 23.388 orang (0,61 %) dan
Pasca Sarjana/Doktor (S-3) sebanyak 1.432 orang (0,04 %).
6. Pada tahun 2006, jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor
masih relatif tinggi, yaitu mencapai 193.244 orang atau proporsinya
sebesar 11,73 % dari total angkatan kerja sebanyak 1.646.811 orang
(Suseda Jabar 2006). Jika dirinci berdasarkan jenis kelamin, maka
tingkat pengangguran terbuka untuk laki-laki sebanyak 113.364 orang
(6,88 %) dan perempuan sebanyak 79.880 orang (4,85 %). Bila
dibandingkan dengan tahun 2005 (204.858 orang), angka tersebut
sedikit mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2007 mengalami
kenaikan menjadi 459.167 orang atau 15,99 %. Tingginya jumlah
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 20
pengangguran ini disebabkan oleh rendahnya peluang dan kesempatan
kerja yang bisa dimasuki oleh tenaga kerja yang ada di wilayah
Kabupaten Bogor.
7. Tingkat pengangguran terbuka di atas, bilamana dilihat berdasarkan
latar belakang pendidikannya, maka komposisinya terdiri dari tamat
SD/sederajat sebanyak 282.137 orang (9,82 %), tamat SLTP/sederajat
sebanyak 12.209 orang (0.43 %), SLTA/sederajat sebanyak 14.431
orang (0,5 %), Diploma I/II sebanyak 26.130 orang (0,91 %), Diploma
III/Sarjana Muda sebanyak 10.698 orang (0,37 %), Diploma IV/Sarjana
(S-1) sebanyak 450 orang (0,02 %). Alasan-alasan yang dikemukakan
berkenaan pengangguran terbuka tersebut diantaranya adalah sedang
mencari kerja/melamar, sementara belum/tidak bekerja, merasa
tidak akan memperoleh pekerjaan, merasa sudah cukup dan tidak
ingin mencari kerja dan alasan lainnya.
8. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2006
tercatat sebanyak 1.157.391 jiwa, atau 27,46 % dari jumlah total
penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 yang berjumlah sebanyak
4.215.585 jiwa. Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin turun
menjadi 1.017.879 jiwa, atau mencapai proporsi sebesar 24,02 % dari
jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 4.237.962 jiwa. Data ini
diperoleh berdasarkan 14 indikator yang lazim digunakan oleh BPS
untuk menentukan keluarga miskin yang akan menerima Bantuan
Langsung Tunai/Subsidi Langsung Tunai (BLT/SLT) serta datanya telah
dilakukan �cross check� dengan keluarga miskin yang telah
memanfaatkan Askeskin maupun penerima Raskin di Kabupaten
Bogor. Kondisi ini sejalan dengan situasi yang berlangsung di tingkat
nasional, dimana jumlah penduduk miskin mengalami penurunan pada
tahun 2007 ini, dibandingkan dengan tahun 2006 dan tahun
sebelumnya. Jumlah penduduk miskin yang mencapai sekitar 24,02 %
dari total penduduk tersebut di atas, berpotensi menimbulkan
masalah PMKS, kesehatan, gangguan keamanan, prostitusi dan gizi
buruk, sehingga membutuhkan penanganan secara terpadu dan
berkesinambungan.
9. Selama periode 2003-2007, Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor
mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, baik dilihat
dari sisi target maupun realisasi. Dari sisi target, kenaikan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 21
pendapatan daerah secara rata-rata mencapai 15,59 %, tetapi dari sisi
realisasi rata-rata kenaikannya mencapai 17,85 %. Pada tahun 2007,
Pendapatan Daerah telah mencapai sebesar Rp.1.624.534.357.430,-.
Komponen Pendapatan Daerah yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap realisasi Pendapatan Daerah tersebut, yaitu berasal dari
Dana Perimbangan sebesar 73,57 %, kemudian dikontribusikan oleh
Pendapatan Asli Daerah sebesar 17,22 % dan Lain-Lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah sebesar 9,21 %. Kondisi ini mengungkapkan
bahwa penerimaan Pendapatan Daerah untuk Kabupaten Bogor sangat
dipengaruhi oleh penerimaan dari pemerintah pusat, sementara dari
PAD belum mencapai rasio kecukupan penerimaan sebesar 20 % dari
total pendapatan daerah.
10. Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor periode 2003-2007
setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, baik dilihat dari sisi
rencana maupun realisasinya. Dari sisi rencana, kenaikan belanja
daerah rata-rata mencapai 17,06 %, sedangkan dari sisi realisasi
kenaikan rata-ratanya sebesar 16,80 %. Realisasi belanja daerah pada
tahun 2007 mencapai Rp. 1.481.781.846.228,- yang terdiri dari
belanja tidak langsung sebesar Rp. 753.676.571.799,- (50,86 %) dan
belanja langsung mencapai Rp. 728.105.274.429,- (49,14 %).
11. Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari pertanian pangan, sayuran
dan hortikultura dan perkebunan. Tanaman pangan padi menyebar
hampir di semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda.
Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana
sudah tersedia irigasi, seperti di Rumpin, Cigudeg, Sukajaya,
Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur
dan Cariu dan lainnya (nilai LQ lebih dari 1). Tanaman padi gogo
menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan terbatas.
Produktivitas tanaman padi sawah adalah berkisar 4 - 5 ton per Ha,
sedangkan produktivitas padi gogo 2 � 3 ton per Ha. Produktivitas ini
sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi
lingkungan, seperti menekan bahaya banjir, dan lain-lain dan
perbaikan manajemen usaha tani seperti pemberian pupuk tepat dosis
dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana seperti
pembangunan pasar, gilingan padi, dan seterusnya.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 22
Kendala penting tanaman padi sawah lainnya adalah luasan padi
sawah rata-rata adalah 2.500 m2 per keluarga. Dengan luasan
kepemilikan yang rendah ini maka penciptaan usaha selain bertani
sawah harus dilakukan terutama dari perikanan atau peternakan.
Daerah pertanian hortikultur seperti sayuran dan buah juga menyebar
pada hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu
hanya menyebar pada wilayah tertentu. Tanaman jagung menyebar
di kecamatan Darmaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi,
Klapanunggal, Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan
Rumpin. Sedangkan tanaman kedelai menyebar hanya di Tamansari,
Kemang, Rancabungur dan Megamendung. Situasi yang sama juga
terjadi pada sayuran dan buah. Daerah sayuran mendominasi
terbatas pada beberapa kecamatan seperti Cisarua, Darmaga,
Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal dari Tanjungsari,
Mekarsari, Jasinga, Tajurhalang, dan lain-lain. Kendala utama dalam
komoditas lahan kering (semusim dan tahunan) adalah masih
rendahnya produktivitas yang terkait dengan manajemen usaha tani,
dan pemasaran. Khususnya untuk tanaman buah, sebenarnya ada
varietas lokal yang sudah dikenal tetapi produksi masih rendah.
Upaya pengembangan komoditas bersifat lokal perlu dilakukan.
Tanaman perkebunan relatif terbatas di Kabupaten Bogor, tetapi ada
daerah utama perkebunan penyebaran untuk teh di Ciawi, karet di
Tanjungsari, dan kelapa sawit di Kecamatan Leuwiliang,
Leuwisadeng, Pamijahan, dan Rumpin. Tanaman perkebunan ini
secara keseluruhan terdapat pada lahan yang berkategori kelas 3
dengan kendala utama pada kelerengan, sehingga degradasi lahan
melalui proses erosi dan penurunan kesuburan menjadi kendala
utama. Dari sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk
tanaman perkebunan relatif terbatas (total sekitar 27.000 hektar),
sehingga bentuk usaha skala besar tidak dianjurkan, tetapi ke bentuk
usaha perkebunan skala kecil dan bekerjasama dengan usaha yang
sudah besar.
12. Kabupaten Bogor memiliki potensi yang cukup baik di bidang
peternakan. Perkembangan populasi ruminansia dan unggas pada
umumnya meningkat setiap tahun, terutama berkembang di Bogor
Barat dan Bogor Timur, yang didukung oleh sumber daya alamnya
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 23
sebagai daerah pertanian yang sangat sesuai untuk berkembangnya
kegiatan usaha peternakan, terutama dipandang dari segi
ketersediaan pakan, dimana kegiatan usaha tersebut merupakan
kegiatan yang saling bersinergi.
Perkembangan usaha peternakan di Kabupaten Bogor sangat ditunjang
oleh lokasi yang strategis sebagai daerah yang berbatasan dengan ibu
kota negara. Berkembangnya industri hulu dan hilir di bidang
peternakan serta keberadaan Perguruan Tinggi dan Lembaga
Penelitian di Kabupaten Bogor sebagai sumber informasi dan teknologi
berpengaruh besar pada perilaku usaha peternak. Hal tersebut di atas
dapat merupakan suatu pendorong bagi calon investor untuk
membuka usaha peternakan di Kabupaten Bogor.
Kenyataan di atas didukung oleh data meningkatnya produksi
peternakan berupa daging, telur dan susu. Pada kurun waktu 5 tahun
(2000-2005) rata-rata peningkatan per tahun untuk daging 9,25 %,
telur 1,01 % dan susu 5,90 %.
Dibalik potensi yang mendukung usaha peternakan di Kabupaten
Bogor, terdapat ancaman yang harus diwaspadai yaitu adanya
penyakit hewan menular seperti penyakit anthrax dan AI yang dapat
mempengaruhi peningkatan produksi. Di samping itu kewaspadaan
terhadap upaya-upaya pemalsuan produk peternakan dan penggunaan
Bahan Tambahan Makanan Berbahaya pada produk peternakan perlu
ditingkatkan.
13. Usaha perikanan di Kabupaten Bogor cukup potensial untuk
dikembangkan, baik budidaya ikan hias, pembenihan maupun
pembesaran ikan konsumsi. Untuk ikan konsumsi antara lain : mas,
lele, nila, gurame dan patin, yang dapat dikembangkan hampir di
setiap kecamatan di Kabupaten Bogor. Saat ini perkembangan usaha
perikanan terutama di Bogor Barat dan sebagian wilayah Bogor
Tengah.
Produksi perikanan pada kurun waktu 5 tahun (2000-2005) rata-rata
peningkatannya per tahun untuk ikan hias 7 %, ikan konsumsi 4 %,
benih ikan 3 %. Produksi ikan konsumsi diperoleh dari cabang usaha
Kolam Air Tenang 61,74 %, Kolam Air Deras 27,89 %, Perikanan Sawah
6,84 %, Jaring Apung 1,44 %, Karamba 0,62 % dan Perikanan Tangkap
di Perairan Umum 1,34 %.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 24
Gambaran umum potensi perikanan di atas dapat menjadi pendorong
bagi calon investor untuk membuka usaha perikanan, baik komoditas
ikan hias, usaha pembenihan maupun pembesaran ikan konsumsi.
Untuk usaha budidaya pembesaran ikan konsumsi peluang besar
terutama masih terdapat pada cabang usaha perikanan Kolam Air
Tenang (KAT) dan cabang usaha Karamba Jaring Apung (KJA) di
perairan umum (setu).
14. Kabupaten Bogor mempunyai daerah kawasan hutan yang terdiri dari
hutan lindung atau produksi. Daerah hutan lindung umumnya
terdapat di daerah dataran tinggi dan berfungsi sebagai daerah
tangkapan air, sedangkan hutan produksi relatif terbatas dan
menyebar terutama di daerah Cigudeg dan Klapanunggal.
Luas kawasan hutan Kabupaten Bogor seluas 84.047,02 Ha atau
sebesar 28,12 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor.
Berdasarkan fungsinya dari 84.047,02 Ha kawasan hutan tersebut
sebesar 8,67 % atau sebesar 25.912,29 Ha merupakan Hutan Produksi
dan sisanya sebesar 19,45 % atau sebesar 58.134,73 Ha merupakan
Hutan Lindung. Dari sisi luasan kawasan lindung, maka target lokasi
45 % sebagai kawasan lindung di provinsi Jabar, maka kawasan
lindung tidak cukup. Dalam hal ini upaya meningkatkan kawasan yang
bersifat lindung akan berasal dari kawasan non hutan, yang berarti
perlu ada usaha mengembangkan kawasan hutan kerakyatan.
Daerah kawasan hutan tersebut saat ini cenderung berkurang tutupan
hutannya. Dari data citra Landsat 1999, diketahui kawasan yang
bervegetasi hutan adalah seluas 110,720,03 ha atau 37,05 %,
sedangkan sisanya sebesar 62,95 % atau 188.118,27 Ha merupakan
kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan
sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar.
Jika dilihat kondisi citra landsat 2002 (Marisan, 2006), maka daerah
kawasan lindung yang berhutan tinggal 60 %, sedangkan daerah
berhutan di kawasan hutan produksi tinggal 20 %.
15. Kabupaten Bogor mempunyai sumberdaya galian baik non-logam
maupun logam. Untuk bahan non-logam terutama untuk galian C,
berupa bahan piroklastik dan lava atau batuan terobosan dari gunung
berapi, yang menghasilkan bahan seperti pasir gunung, tanah urug,
zeolit, dan seterusnya. Sedangkan bahan galian logam yang utama
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 25
adalah emas. Bahan galian non logam ini menyebar terutama di
bagian Barat dan Timur kabupaten, dan sangat sedikit di bagian
tengah. Sedangkan bahan galian logam seperti emas dan besi
menyebar di daerah Bogor Barat di sekitar Nanggung dan Leuwiliang.
Bahan-bahan tersebut saat ini sebagian sudah dieksploitasi dan
sebagian belum. Di lokasi bahan yang sudah dieksploitasi dihasilkan
kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Tetapi pengelolaan dampak
negatif yang ditimbulkan belum dikelola sehingga menghasilkan
kerusakan lingkungan dan pencemaran. Galian C yang paling banyak
di kabupaten Bogor, pada lokasi tertentu sudah mengganggu air
tanah dan menimbulkan bahaya tanah longsor, dan mungkin ekonomi
masyarakat pasca tambang juga sudah terganggu. Sehingga
perencanaan perbaikan lingkungan dan penyediaan alternatif
aktivitas ekonomi harus dilakukan. Sedangkan yang belum
dieksploitasi selain karena belum ekonomis, mungkin juga karena
belum diketahui kapasitas terukurnya. Untuk bahan tambang yang
belum tereksploitasi ini maka upaya menekan kerusakan lingkungan
harus dilakukan.
16. Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah
yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar,
tingkat penyerapan tenaga kerja yang banyak, dan terjadinya
transformasi kultural daerah menuju ke arah modernisasi kehidupan
masyarakat. Kinerja sektor industri pada tahun 2007, dengan nilai
investasi Rp. 2.158.725.511.039,- menyerap 80.280 orang tenaga
kerja, dengan kontribusi sebesar 64,48 % terhadap PDRB tahun 2007
(merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi). Kendala utama
dalam pembangunan industri adalah dukungan infrastruktur masih
belum memadai terutama jalan, dan terminal (dry port), rendahnya
kemampuan dalam pengembangan teknologi, rendahnya kemampuan
dan keterampilan sumber daya industri serta pencemaran limbah
industri.
17. Pengembangan perdagangan di Kabupaten Bogor difokuskan pada
pengembangan sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar
baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan
sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang,
memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 26
menjamin ketersediaan barang kebutuhan yang cukup dan terjangkau
oleh masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar baik dalam negeri
maupun luar negeri dilakukan melalui promosi/pameran produk.
18. Potensi pariwisata di Kabupaten Bogor cukup menjanjikan, namun
belum dikelola secara optimal, proporsional dan profesional, serta
belum ditempatkan sebagai kegiatan industri pariwisata. Potensi
pariwisata yang saat ini dimiliki oleh Kabupaten Bogor antara lain :
wisata alam, wisata budaya dan wisata belanja. Kawasan Puncak (di
sepanjang koridor jalan) pada waktu-waktu tertentu menjadi daya
tarik wisata. Hal ini terlihat dari kunjungan wisatawan domestik
(sebagian besar berasal dari penduduk Kota Jakarta) yang jumlahnya
cukup signifikan, terutama pada waktu akhir pekan atau libur
nasional. Upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan
para pelaku pariwisata belum memberikan dampak signifikan
terhadap kemajuan industri pariwisata Kabupaten Bogor. Jumlah
kunjungan wisatawan tahun 2007 sebanyak 2.120.019 orang, yang
terdiri dari 98,86 % wisatawan nusantara dan 1,13 % wisatawan asing.
19. Dari hasil pengawasan dan pengendalian yang telah dilakukan,
diketahui bahwa realisasi kegiatan penanaman modal yang telah
mendapatkan persetujuan sampai dengan tahun 2007 adalah
sebanyak 388 perusahaan PMA dengan nilai investasi US$
9.064.562.826.358,- sedangkan untuk PMDN berjumlah 187
perusahaan dengan nilai investasi Rp. 5.555.733.117.530,-.
Sementara apabila didasarkan pada jenis usahanya, terdapat 33
usaha primer PMA dengan nilai investasi Rp. 1.045.148.937.200,-; 300
usaha sekunder pada PMA dengan nilai investasi sebesar
Rp.6.819.616.078.958,- dan US$ 1.179,568.157, sedangkan untuk
jenis usaha tersier PMA sebanyak 55 perusahaan dengan nilai
investasi sebesar Rp. 23.881.600.000,- dan US$ 1.811.400. Sedangkan
untuk PMDN, terdapat 8 usaha primer dengan nilai investasi sebesar
Rp.67.942.057.991,-, 162 usaha sekunder dengan nilai investasi
sebesar Rp. 1.390.660.605.025,- dan 17 usaha tersier dengan nilai
investasi sebesar Rp. 256.303.341.936,-
20. Jumlah usaha kecil menengah (UKM) yang dibina oleh Kantor Koperasi
dan UKM Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 276 %
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 27
selama tahun 2003 � 2007, yaitu dari 997 usaha pada tahun 2003
menjadi 3.751 pada tahun 2007.
Sementara kualitas kelembagaan UKM yang ada di Kabupaten Bogor
tersebut ditunjukkan dengan hasil klasifikasi yang telah dilakukan,
terhadap UKM yang ada di Kabupaten Bogor. Sampai dengan tahun
2007, berdasarkan kriteria permodalan dan omzet, dari 203 UKM yang
dievaluasi, 37 UKM terklasifikasi sebagai UKM Unggul, 104 UKM
Mandiri, dan 62 UKM Tangguh. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut,
ditentukan langkah pembinaan yang perlu difasilitasi oleh Kantor
Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor kepada UKM-UKM tersebut. Bagi
UKM Mandiri, yang permodalannya di bawah 100 juta dan omzetnya
di bawah 500 juta, fasilitasi dilakukan pada aspek permodalan dan
teknik produksinya, sementara bagi UKM Tangguh, yang
permodalannya di atas 200 juta dan omzetnya di atas 1 miliar,
fasilitasi hanya dilakukan pada aspek pemasaran dan pengembangan
kemitraan dengan UKM-UKM lainnya.
Perkembangan Koperasi Selama kurun waktu 2003 � 2007 telah
terjadi peningkatan jumlah koperasi sebanyak 165 %, yaitu dari
sebanyak 932 koperasi pada tahun 2003 menjadi 1.535 pada tahun
2007. Dari jumlah tersebut, yang termasuk ke dalam koperasi aktif
adalah sebanyak 1.183 unit pada tahun 2003, dan meningkat menjadi
1.115 pada tahun 2007. Sementara yang terdaftar sebagai anggota
koperasi pada tahun 2003 adalah sebanyak 179.459 orang, dan
meningkat 13 % pada tahun 2007, menjadi sebanyak 202.840 orang.
Seiring dengan peningkatan jumlahnya, telah terjadi peningkatan
kualitas kelembagaan koperasi, yang ditunjukkan oleh pemenuhan
klasifikasi dan kelas koperasi. Klasifikasi koperasi tersebut ditujukan
untuk mengetahui kondisi keanggotaan (kualitas dan kuantitas),
keuangan (permodalan dan sirkulasinya) serta penyelenggaraan RAT
yang wajib untuk dilaksanakan setiap tahun sekali.
Pada tahun 2003, jumlah koperasi yang sudah diklasifikasi adalah
sebanyak 101 koperasi dengan hasil : Kelas A = 0, Kelas B = 39, Kelas
C = 48, Kelas D = 4. Kemudian sampai akhir tahun 2007, total
koperasi yang telah diklasifikasi adalah sebanyak 992 koperasi (Kelas
A = 27, Kelas B = 597, Kelas C = 287, Kelas D = 81).
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 28
Sebagai upaya pembinaan dan dalam rangka mengetahui
perkembangannya (aktif � tidak aktifnya), telah dilakukan advokasi
kepada koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Bogor. Dengan
demikian, koperasi yang bermasalah dapat difasilitasi untuk
diselesaikan permasalahannya, misalnya melalui pembubaran,
amalgamasi, atau pembenahan. Untuk itu, dalam kurun waktu 2003 �
2007, jumlah koperasi yang telah diadvokasi adalah sebanyak 735
koperasi. Dari hasil advokasi tersebut telah dilakukan pembubaran
171 koperasi dan pembenahan pada 564 koperasi.
II.4. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sejalan dengan
perubahan peradaban dan budaya manusia, yang berdampak positif dan
negatif bagi kehidupan manusia, termasuk bagi pelaksanaan pembangunan
daerah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
telah banyak diaplikasikan hasil-hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, disertai dengan adanya berbagai penelitian dan
pengembangan untuk mengatasi berbagai permasalahan strategis daerah
secara terarah dan berkelanjutan.
Walaupun demikian, kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan
iptek dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing. Hal itu
antara lain ditunjukan dengan masih rendahnya sumbangan iptek di sektor
produksi, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi
kebijakan, belum berkembangnya budaya iptek di masyarakat, dan
terbatasnya sumber daya iptek.
II.5. SARANA DAN PRASARANA
1. Sarana dan prasarana wilayah yang meliputi infrastruktur
transportasi, sumber daya air dan irigasi, telekomunikasi, listrik dan
energi serta sarana dan prasarana dasar permukiman merupakan
aspek yang utama dalam pembangunan suatu daerah serta memiliki
peran yang penting bagi peningkatan perekonomian dan kehidupan
sosial masyarakat.
2. Prasarana transportasi merupakan tulang punggung pengembangan
wilayah sehingga sangat penting untuk menunjang kelancaran
aktivitas sosial dan ekonomi. Pada saat ini prasarana transportasi
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 29
belum maksimal dalam memfasilitasi tingginya pergerakan
masyarakat yang ditunjukkan oleh masih terdapat jalan dalam kondisi
rusak, dimensi jalan masih kecil, geometrik belum memenuhi standar
teknis, dan panjang jalan masih terbatas.
Panjang ideal jalan dalam melayani pergerakan masyarakat
berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan PDRB Kabupaten
Bogor adalah 3.680,60 km. Sedangkan panjang jalan yang ada adalah
1.758,041 km atau 47,77 % dari kebutuhan ideal, yang terdiri dari
Jalan Nasional sepanjang 121,497 km, Jalan Provinsi 129,989 km dan
Jalan Kabupaten yang bernomor ruas 1.506,570 km. Selain itu,
terdapat pula jalan-jalan yang tidak bernomor ruas dan jalan-jalan
desa dengan jumlah yang terus bertambah pada setiap tahun, akibat
pembukaan jalan baru atau peningkatan jalan yang dilakukan oleh
pemerintah, masyarakat ataupun pengusaha.
Panjang jalan di Kabupaten Bogor sampai dengan bulan Desember
2007 dalam kondisi mantap (kondisi baik dan sedang) adalah
sepanjang 1.032,60 km atau 68,54 %, sedangkan sisanya sepanjang
473,97 km atau sebesar 31,46 % dalam kondisi rusak.
Belum maksimalnya infrastruktur transportasi dalam memfasilitasi
pergerakan masyarakat disebabkan rendahnya jumlah jalan mantap
dan pembangunan jalan-jalan baru, serta belum maksimalnya
struktur konstruksi jalan. Kondisi tersebut diperburuk dengan
tingginya frekuensi bencana alam dan beban lalu lintas yang sering
melampaui kapasitas.
3. Jumlah jembatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 adalah
sebanyak 682 buah, yang terdiri dari jembatan negara sebanyak 25
buah, jembatan provinsi sebanyak 98 buah, dan jembatan kabupaten
pada jalan yang bernomor ruas sebanyak 559 buah dengan total
panjang 5.784,4 m. Dari 559 jembatan pada jalan Kabupaten yang
bernomor ruas, terdapat 443 buah (79,24 %) berada dalam kondisi
baik, 83 buah (14,85 %) dalam kondisi sedang dan 33 buah (5,90 %)
dalam kondisi rusak.
4. Jaringan irigasi sangat berperan dalam mendukung produksi
pertanian, karena dengan keberlanjutan aliran air irigasi ke lahan-
lahan pertanian akan menentukan tingkat produksi yang dicapai. Dari
879 jaringan irigasi, terdapat 549 jaringan (62,46 %) dengan kondisi
baik dan sedang, serta 330 jaringan (37,54 %) dalam kondisi rusak.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 30
Sedangkan kondisi setu sebagai sumber air sebanyak 81 setu (87,10 %)
dalam kondisi baik dan sedang, dan 12 setu (12,90 %) dalam kondisi
rusak dari 93 setu yang ada. Di luar 93 situ tersebut, terdapat dua
setu yang telah berubah fungsi yaitu Setu Cipambuan berubah
menjadi jalan tol Jagorawi dan Setu Ciangsana berubah menjadi
SMPN Ciangsana.
5. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman seperti,
perumahan dan cakupan layanan air bersih sangat penting bagi
masyarakat. Jumlah rumah di Kabupaten Bogor pada tahun 2006
sebanyak 635.662 unit, dengan jumlah rumah terbanyak terdapat di
Kecamatan Ciampea sebanyak 32.243 unit (rumah permanen 13.834
unit dan rumah tidak permanen 18.409 unit), dan jumlah rumah
paling sedikit di Kecamatan Rancabungur sebanyak 8.324 unit.
Permukiman kumuh tersebar di 187 lokasi pada luas lahan 240 Ha
dengan jumlah bangunan sebanyak 7.797 unit dan dihuni oleh 11.220
keluarga (KK). Jumlah rumah yang berdiri di daerah limitasi sebanyak
11.622 rumah dan dihuni oleh 5.442 KK, yaitu terletak di bantaran
sungai sebanyak 8.128 rumah dihuni 2.701 KK, serta terletak di
bawah jaringan listrik tegangan tinggi sebanyak 3.494 rumah dihuni
2.741 KK.
Dari jumlah bangunan rumah tinggal yang layak huni sebanyak
486.051 bangunan yang ada di Kabupaten Bogor, sampai saat ini yang
memiliki IMB baru mencapai 52 % sedangkan bangunan lainnya
sebanyak 1.807 bangunan antara lain bangunan industri, bangunan
perdagangan dan bangunan peribadatan serta perkantoran yang
memiliki IMB sebanyak ± 74,2 %.
6. Ketersediaan air bersih merupakan salah satu prasyarat bagi
terwujudnya permukiman yang sehat. Oleh karena itu akses
masyarakat terhadap air bersih merupakan hal yang mutlak dipenuhi.
Untuk cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 25 kecamatan.
Cakupan sanitasi air bersih di 80 desa/kelurahan di 19 kecamatan,
yang memiliki kapasitas produksi sebesar 2.098,5 l/dt. Sementara
cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 56,86 %, terdiri dari
PDAM 15 % dan sisanya pedesaan dari jumlah penduduk Kabupaten
Bogor (peningkatan cakupan sarana air bersih yang dilakukan oleh
unsur Pemerintah hanya 1% - 2% pertahun). Rendahnya cakupan
pelayanan air bersih, diantaranya karena menurunnya ketersediaan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 31
sumber daya air baku dan daya dukung lingkungan, akibat
tersumbatnya badan air/sungai oleh sedimentasi yang relatif tinggi.
7. Sedangkan untuk jaringan listrik, maka rasio elektrivikasinya baru
mencapai 50,96 %, berarti masih sekitar 49,14 % kepala keluarga di
Kabupaten Bogor yang belum menikmati listrik, terutama pada
kantong-kantong permukiman/kampung yang sulit dijangkau oleh
jaringan listrik yang telah ada di setiap desa. Hal ini disebabkan
tingginya kebutuhan energi/listrik akibat pertambahan penduduk,
tetapi pada sisi lain tidak diimbangi dengan peningkatan pengadaan
listrik sebagaimana yang diharapkan.
8. Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan sampah sangat besar
sejalan dengan banyaknya jumlah penduduk dan diiringi aktivitas
yang tinggi menyebabkan volume sampah rata-rata setiap hari
mencapai 3.065 m3. Kondisi ini menuntut penyediaan sarana dan
prasarana pengelolaan sampah yang memadai, karena baru terlayani/
terangkut sebanyak 736 m3/hari atau 24,17 % dari timbunan sampah
di wilayah perkotaan atau hanya 22 kecamatan dari 40 kecamatan di
Kabupaten Bogor.
9. Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan limbah cair sangat besar
sejalan dengan banyaknya industri pengolahan, dan kegiatan usaha
lainnya yang menghasilkan limbah cair. Rata-rata volume limbah cair
per tahun selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2007, yang
dihasilkan dari industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya
sebanyak 314.178,92 m3/bln.
10. Penerangan jalan dan sarana jaringan utilitas di Kabupaten Bogor
telah dibangun cukup memadai. Namun masih belum mencapai
standar yang diinginkan dan belum dibentuk ke dalam suatu jaringan
utilitas terpadu. Pengelolaan prasarana Penerangan Jalan Umum
(PJU) tetap diprioritaskan pembangunannya pada daerah-daerah
tertentu, dengan pertimbangan lokasi daerah-daerah rawan sosial
yang sampai dengan saat ini mencapai 33,16 % atau 9.567 titik lampu
dari rencana jumlah titik lampu 28.848 titik (berdasarkan setiap 50 m
dari panjang jalan provinsi). Kegiatan ini akan secara terarah
dilaksanakan pembangunannya termasuk pemeliharaannya.
11. Telekomunikasi di Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang
pesat sebagai imbas dari perkembangan teknologi dan informasi.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 32
Pemanfaatan ruang udara untuk telekomunikasi yang menunjang
kegiatan ekonomi serta peningkatan akses masyarakat masih
memerlukan perhatian dari Pemerintah Daerah.
II.6. POLITIK
1. Perkembangan politik di Kabupaten Bogor sudah cukup kondusif,
khususnya dilihat dari harmonisasi hubungan legislatif dan eksekutif
serta masyarakat. Komposisi dewan yang didominasi partai tertentu
diharapkan tidak mengurangi penyerapan aspirasi masyarakat untuk
menghasilkan keputusan yang bisa dinikmati secara bersama tanpa
melihat golongan dan partai;
2. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah berkembang
kesadaran-kesadaran terhadap hak-hak sah masyarakat dalam
kehidupan politik, yang dalam jangka panjang diharapkan mampu
menstimulasi masyarakat lebih jauh untuk makin aktif berpartisipasi
dalam mengambil inisiatif bagi pengelolaan urusan-urusan publik.
Perkembangan ini tidak terlepas dari berkembangnya peran partai
politik dan masyarakat sipil. Disamping itu, kebebasan pers dan media
telah jauh berkembang yang antara lain ditandai dengan adanya peran
aktif pers dan media dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dan
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan;
3. Kesadaran masyarakat dalam berpolitik telah diwujudkan dalam
kegiatan pemilihan umum (pemilu) tahun 2004 yang diikuti oleh 2,7
juta orang pemilih (KPU, 2006). Tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemilihan umum lebih dari 70 % tersebut menunjukkan bahwa
keterlibatan masyarakat dalam momen politik sangat tinggi. Melalui
pemilu tahun 2004, masyarakat Kabupaten Bogor telah memilih 45
orang wakil-wakilnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) dengan rincian : 13 orang dari Golkar, 7 orang dari PKS, 8
orang dari PDIP, 3 orang dari PAN, 5 orang dari Partai Demokrat, 8
orang dari PPP, 1 orang dari PKPB.
II.7. KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
1. Ketertiban masyarakat diperlukan untuk menciptakan stabilitas daerah
dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 33
Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Kabupaten
Bogor secara umum relatif cukup baik, relatif tenang, tidak ada
pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Kondisi ini
tercipta karena adanya peran serta aktif aparat pemerintah dan
masyarakat di bidang keamanan dan ketertiban;
2. Namun demikian masih terjadi peristiwa kriminalitas. Pada tahun 2007
di Kabupaten Bogor telah terjadi : 162 kejadian kecelakaan lalulintas,
3.165 kejadian kriminalitas dan 248 kasus lainnya (ketertiban umum)
(data Kepolisian Resor Bogor).
II.8. HUKUM
1. Pembangunan hukum di daerah selama ini lebih difokuskan pada
penyusunan produk hukum daerah dalam upaya penguatan otonomi
daerah dan penyelenggaraan pemerintah daerah sejalan dengan
berkembangnya dinamika penyelenggaraan tata kepemerintahan yang
baik. Selama lima tahun terakhir (2002-2007) telah dihasilkan berbagai
produk legislasi daerah (khususnya Perda) sebanyak 136 buah Perda
yang berupa Perda baru maupun revisi atas Perda lama yang sudah
tidak sesuai dengan kondisi dinamika penyelenggaraan pemerintahan.
2. Berbagai permasalahan selama ini yang terkait dengan aspek hukum
adalah masih lemahnya kinerja penegakan hukum daerah terhadap
berbagai pelanggaran yang terjadi, masih perlu ditingkatkannya
kualitas dan kuantitas produk hukum daerah, serta belum
berkembangnya budaya/kesadaran hukum masyarakat.
3. Belum berkembangnya budaya/kesadaran hukum masyarakat
Kabupaten Bogor, ditunjukkan oleh masih adanya warga masyarakat
yang tidak mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,
seperti pelanggaran atas pemanfaatan tanah, rendahnya disiplin
berlalulintas, penyalahgunaan ruangan publik untuk kepentingan
individu, dan pembuangan sampah secara liar.
II.9. APARATUR
Secara umum, penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance)
sampai saat ini belum dapat diwujudkan dengan memuaskan. Hal ini
terlihat dari belum optimalnya pelayanan publik kepada masyarakat
Kabupaten Bogor, rendahnya kinerja sumber daya aparatur, belum
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 34
memadainya sistem kelembagaan (organisasi perangkat daerah) dan
kelembagaan (manajemen) pemerintah yang didukung dengan data yang
akurat dan up to date sehingga pelayanan publik tidak memuaskan. Selain
itu, rendahnya kesejahteraan PNS dan masih terjadinya penyalahgunaan
dan penyimpangan prosedur pelayanan, serta masih adanya budaya
permissive (toleransi terhadap penyimpangan) sehingga �good
governance� dan �clean government� semakin sulit diwujudkan.
II.10. TATA RUANG DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
1. Pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor sepenuhnya mengacu pada
RTRW Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bogor Nomor 17 tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW) sampai dengan tahun 2010. Sebagai upaya pengendalian
terhadap perizinan pemanfaatan ruang, telah dibuat Kriteria Lokasi
dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang yang menetapkan secara rinci
aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan peruntukan ruang
di lokasi yang akan dimanfaatkan.
2. Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor mencakup pemanfaatan
kawasan lindung dan budidaya. Sebagian besar wilayah di sebelah
Selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Bogor menjadi kawasan
lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan
curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di
beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor.
3. Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur
ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan
permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan
pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan
berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan
serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di
wilayah Kabupaten Bogor.
a. Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya
yang terdiri atas penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran,
semak/belukar, tanah kosong, pemukiman, sawah irigasi, sawah
tadah hujan dengan luasan untuk kegiatan kebun campuran
85.202,5 Ha (28,48 %), pemukiman 47.831,2 Ha (15,99 %), semak
belukar 44.956,1 Ha (15,03 %), hutan vegetasi lebat dan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 35
perkebunan/tanaman tahunan 57.827,3 Ha (19,33 %), sawah
irigasi/tadah hujan 23,794 Ha (7,95 %), tanah kosong 36.351,9 Ha
(12,15 %).
Masalah yang dihadapi adalah meningkatnya konversi lahan dari
pertanian ke non pertanian yaitu peningkatan luas permukiman
sebesar 4.197 Ha dan menjadi tanah kosong seluas 16.703 Ha,
kebun campuran seluas 28.973 Ha, sebagian besar menggunakan
lahan semak/belukar seluas 1.015 Ha, sawah irigasi seluas 1.028
Ha, kebun campuran seluas 552,6 Ha, sawah tadah hujan seluas 676
Ha, perkebunan 712 Ha, hutan/vegetasi lebat 126 Ha dan badan air
242 Ha.
Areal lahan yang mengalami penurunan yaitu pada lahan sawah
irigasi seluas 12.367 Ha, sawah tadah hujan seluas 3.401 Ha,
perkebunan seluas 2.071 Ha, hutan seluas 2.312 Ha dan badan-
badan air seluas 707 Ha.
b. Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk
permukiman perkotaan dalam kurun waktu 5 tahun mencapai ±
7.503 Ha. Penggunaan lahan dari kebun campuran 1.863 Ha
(17,6%), sawah tadah hujan 1.793 Ha (17 %), perkebunan 1.658 Ha
(16 %) dan sawah irigasi 1.345 Ha (13 %), hutan/vegetasi lebat 720
Ha (6,8 %) dan badan air 124 Ha (1,2 %).
c. Kondisi pelayanan transportasi darat antara lain:
1) Belum terealisasikannya rencana pembangunan terminal pada
masing � masing wilayah pengembangan yang telah ditetapkan
dalam RTRW, dan saat ini baru 1 (satu) terminal Cileungsi yang
sudah operasional, sedangkan rencana yang lainnya masih
terkendala dengan masalah pembebasan lahan;
2) Pengembangan jaringan jalan pada ruas-ruas yang berfungsi
regional belum banyak perubahan yang berarti, khususnya pada
ruas jalan yang menghubungkan wilayah barat dengan
Kabupaten Tangerang, juga di wilayah timur pada ruas jalan
Babakan Madang � Tanjungsari.
d. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi
hutan/vegetasi lebat, perkebunan, kebun campuran, semak/
belukar, tanah kosong, kawasan terbangun/pemukiman, sawah
irigasi, sawah tadah hujan. Penggunaan tanah yang dominan adalah
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 36
penggunaan tanah kebun campuran yaitu mencapai luasan 85.202,5
Ha (28,48 %), kawasan terbangun/pemukiman 47.831,2 Ha
(15,99%), semak belukar 44.956,1 Ha (15,03 %), hutan vegetasi
lebat/perkebunan 57.827,3 Ha (19,33 %), sawah irigasi/tadah hujan
23.794 Ha (7,95 %), tanah kosong 36.351,9 Ha (12,15 %).
Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006,
yaitu untuk kawasan hutan lindung 42.175 Ha (13,30 %), kawasan
lahan basah 56.888 Ha (17,94 %), kawasan lahan kering 47.756 Ha
(15,06 %), kawasan tanaman tahunan 24.797 Ha (7,82 %), kawasan
hutan produksi 51.529 Ha (16,25 %), kawasan pariwisata 1.681 Ha
(0,53 %), kawasan permukiman perdesaan 20.326 Ha (6,41 %),
kawasan permukiman perkotaan 52.036 Ha (16,41 %), kawasan
pengembangan perkotaan 14.527 Ha (4,60 %), kawasan peruntukan
industri 5.327 Ha (1,68 %).
4. Masalah aktual yang terjadi di bidang penataan ruang antara lain
adalah : (1) masih terbatasnya rencana tata ruang skala detail dan
teknis di Kabupaten Bogor; (2) belum tersedianya data base perizinan
pemanfaatan ruang yang akurat dan lengkap, sehingga berpengaruh
pada kemungkinan terjadinya tumpang tindih dalam pemberian
perizinan pemanfaatan ruang/izin lokasi. Hal ini akan berdampak pada
peluang investasi akibat tidak adanya jaminan pemanfaatan ruang.
II.11. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
1. Luas kawasan hutan Kabupaten Bogor adalah 84.047,02 Ha atau 28,12%
dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan fungsinya,
seluas 25.912,29 Ha atau 8,67 % merupakan Hutan Produksi dan sisanya
seluas 58.134,73 Ha atau 19,45 % merupakan Hutan Lindung.
2. Berdasarkan penutupan vegetasinya, kawasan hutan yang berhutan
(bervegetasi hutan) adalah seluas 110.720,03 Ha (37,05 %), sedangkan
sisanya sebesar 62,95 % atau 188.118,27 Ha merupakan kawasan hutan
yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan sawah, pemukiman,
tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar.
3. Potensi sumberdaya air suatu daerah merupakan kemampuan
sumberdaya air wilayah tersebut baik sumberdaya air hujan, air
permukaan maupun air tanah, guna memenuhi kebutuhan terhadap air
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 37
baku yang dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, industri maupun
pertanian.
4. Sumberdaya air permukaan di Kabupaten Bogor terdiri dari air sungai,
mata air dan air genangan/situ/danau, baik alam maupun buatan.
Sungai-sungai yang ada, pada umumnya mempunyai hulu di bagian
selatan, yaitu pada bagian tubuh pegunungan di sekitar Gunung Salak,
Gunung Gede-Pangranggo dan Gunung Halimun, dengan karakteristik
alirannya mengalir sepanjang tahun. Pada waktu musim hujan
mempunyai debit yang besar dan mengakibatkan banjir setempat,
sedangkan pada waktu musim kemarau, di beberapa alur sungai
menunjukkan kecenderungan kondisi surut minimum.
Kondisi fisik sungai-sungai di DAS dan Sub DAS di bagian selatan
umumnya memiliki beda tinggi antara dasar sungai dengan lahan di
sekitar berkisar antara 3,0 � 5,0 m, sehingga aliran sungai berpotensi
untuk meluap di sekitarnya, baik akibat banjir maupun arus balik
akibat pembendungan. Sedangkan untuk bagian utara-barat
(Cimanceuri dan Cidurian Hilir) beda tinggi antara dasar sungai dan
lahan bantaran di sekitarnya umumnya > 5 m, sehingga umumnya
menyulitkan untuk pengambilan langsung, maupun pembendungan.
Berdasarkan hasil studi �Preliminary Stydy on Ciliwung Cisadane Flood
Control Project, 2001� di Kabupaten Bogor terdapat lokasi yang
berpotensi untuk pembuatan waduk, yaitu Waduk Sodong dan Waduk
Parung Badak. Waduk ini berfungsi sebagai pengendali banjir maupun
irigasi. Rencana waduk Sodong berlokasi di Sungai Cikaniki Kecamatan
Leuwiliang, anak sungai Cisadane dengan potensi genangan 3,069 km²
dan volume 24,027 juta m³. Sedangkan Waduk Parung Badak berada di
bagian Hulu Sungai Cisadane di Kecamatan Rancabungur, dengan
potensi genangan 2,75 km² dan volume 40,069 juta m³.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai tahun 2007 diketahui
bahwa :
- Sungai Ciliwung, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas
mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III dan IV;
- Sungai Cileungsi, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui
kelas mutu I � IV;
- Sungai Cisadane, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui
kelas mutu I dan II tetapi memenuhi kelas mutu II dan IV;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 38
- Sungai Kalibaru, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas
mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;
- Sungai Cikeas, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas
mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;
- Sungai Cikaniki, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas
mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III;
- Sungai Cibeet, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas
mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;
- Sungai Cipamingkis, kadar rata-rata parameter BOD memenuhi
untuk kelas mutu IV.
5. Di Kabupaten Bogor terdapat sejumlah mata air dan berdasarkan data
dari Dinas Bina Marga dan Pengairan tahun 2006 terdapat danau atau
situ sebanyak 95 buah dengan luas 496,28 Ha, 2 buah setu diantaranya
telah berubah fungsi, yaitu : (1) Situ Cipambuan Udik berubah fungsi
menjadi jalan tol Jagorawi; dan (2) Situ Ciangsana berubah fungsi
menjadi SLTPN Ciangsana.
Situ-situ dimaksud berfungsi sebagai reservoar atau tempat peresapan
air dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau
tempat rekreasi dan budidaya perikanan.
Dari segi topografi wilayah masih ada beberapa lokasi yang
memungkinkan untuk dikembangkan situ-situ buatan yang dapat
dimanfaatkan sebagai tampungan air baku, resapan air, maupun
pengendali banjir (Retarding Basin).
6. Air tanah merupakan sumber alam yang potensinya (kuantitas dan
kualitasnya) tergantung pada kondisi lingkungan tempat proses
pengimbuhan (groundwater recharge), pengaliran (groundwater flow),
dan pelepasan air bawah tanah (groundwater discharge) yang
berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air bawah tanah,
terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Volume air tanah yang digunakan untuk berbagai kegiatan usaha di
Kabupaten Bogor sebanyak 338.727,2 m3/hari (data SoER Kabupaten
Bogor, 2007)
Secara umum kualitas air permukaan di Kabupaten Bogor masih cukup
baik, dalam artian belum ada pencemaran oleh industri yang
mengkhawatirkan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 39
7. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum telah dilakukan
terhadap pencemar dan perusak lingkungan, peningkatan kesadaran
semua lapisan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
penyebarluasan informasi dan isu lingkungan hidup yang diharapkan
akan meningkatkan kepedulian banyak pihak terhadap kondisi
lingkungan hidup Kabupaten Bogor. Upaya tersebut dilakukan melalui
pelatihan/pemantapan kader lingkungan hidup tingkat kecamatan dan
desa, pembinaan dan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada
berbagai jenis kegiatan dan usaha masyarakat serta swasta/dunia
usaha terhadap penerapan ketentuan AMDAL dan UKL/UPL,
penanganan kasus pencemaran lingkungan hidup, serta pemberlakuan
izin pembuangan air limbah bagi setiap kegiatan yang berpotensi
mengeluarkan limbah cair. Sejak tahun 2003 sampai tahun 2007 telah
berhasil dilatih 650 orang kader lingkungan hidup yang terdiri dari
berbagai unsur masyarakat, dengan rincian sebagai berikut :
Tahun 2003 : 150 orang kader lingkungan hidup.
Tahun 2005 : 150 orang kader lingkungan hidup.
Tahun 2006 : 160 orang kader lingkungan hidup.
Tahun 2007 : 190 orang kader lingkunga hidup.
Sedangkan pada tahun 2004 telah dilakukan pendidikan lingkungan
hidup terhadap 75 orang guru sekolah dasar.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 40
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
III.1 POLA PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah dalam Pasal 40 menyatakan bahwa dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) antara
lain mencakup analisis isu-isu strategis. Dalam upaya menganalisis isu-isu
strategis tersebut maka digunakan metoda SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan peluang (Opportunities), dan
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal Peluang dan Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan
Kelemahan.
Matriks SWOT menampilkan delapan kotak, yaitu dua kotak sebelah
kiri menampilkan faktor eksternal (peluang dan ancaman), dua kotak
paling atas menampilkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
empat kotak lainnya merupakan isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil
pertemuan antara faktor eksternal dan internal.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, terdapat empat bentuk interaksi
yang merupakan alternatif strategi sebagai berikut :
S-O : penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
S-T : penggunaan kekuatan untuk menghindari atau mengatasi ancaman.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah dengan
cara strategi diversifikasi tindakan.
W-O: mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang, atau
memanfaatkan peluang dengan meminimalkan kelemahan. Fokus
strategi pada situasi ini adalah stabilisasi atau rasionalisasi.
W-T: meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang
perlu dilakukan dalam kondisi ini adalah defensif atau survival.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 41
Isu-isu strategis daerah pada dasarnya adalah masalah/persoalan
atau agenda yang perlu/harus atau dapat dilakukan atau dikerjakan oleh
pemerintah daerah selang waktu 20 tahun. Strategis tidaknya suatu isu
tentu harus dinilai dari kerangka urgensitas dan relevansi penanganannya
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Pemerintah Kabupaten Bogor.
III.2. ANALISIS SWOT / ANALISIS ALI DAN ALE
Analisis lingkungan strategis dengan pendekatan SWOT dilakukan
dalam upaya untuk mengidentifikasi semua faktor yang mendukung dan
menghambat terhadap pencapaian tujuan, baik yang berkenaan dengan
Analisis Lingkungan Internal (ALI) maupun Analisis Lingkungan Eksternal
(ALE). Rincian ALI dan ALE Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
A. KEKUATAN (STRENGTHS)
1. Secara geografis, Kabupaten Bogor berdekatan dengan Ibukota
Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan
aktifitas pembangunan yang cukup tinggi.
2. Struktur tata ruang eksisting telah terbentuk secara hirarkis
berdasarkan wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP)
mencakup WP Barat, Tengah, dan Timur.
3. Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor didominasi oleh kebun
campuran. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor
memiliki potensi yang besar dalam bidang agraria yaitu hasil
perkebunan.
4. Di samping potensi perkebunan, Kabupaten Bogor juga memiliki
potensi di pertanian lahan basah (khususnya tanaman padi sawah)
yang tersebar terutama di wilayah dataran. Begitu juga potensi di
bidang peternakan (ternak besar, ternak kecil, dan ternak unggas)
dan perikanan (perikanan darat).
5. Penyebaran fasilitas pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Bogor
relatif merata di seluruh kecamatan. Artinya bahwa Kabupaten
Bogor memiliki potensi pengembangan kualitas pendidikan dan
kesehatan karena telah memiliki kuantitas infrastruktur yang
memadai.
6. Pada tahun 2007, jalan yang ada di Kabupaten Bogor terdiri atas
Jalan Nasional sepanjang 121,497 km (5 ruas), jalan provinsi
129,989 km (5 ruas), jalan Kabupaten yang bernomor ruas
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 42
1,506,570 Km (383 ruas), jalan kabupaten yang belum bernomor
ruas 47,285 Km (28 ruas). Kondisi jalan yang mantap (baik dan
sedang) yang mencapai 68,54 % dari total panjang jalan menjadi
potensi utama dalam mendukung aktifitas perekonomian di
Kabupaten Bogor.
7. Kondisi bahwa Kabupaten Bogor merupakan daerah agraris
didukung oleh jaringan irigasi yang memadai serta sumber daya air
lainnya seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) di beberapa sungai yang
melewati Kabupaten Bogor dan keberadaan beberapa Danau/Situ.
8. Pariwisata di Kabupaten Bogor sangat beragam dan menyebar.
Mulai dari obyek wisata alam, wisata budaya, maupun kegiatan
wisata lainnya. Yang paling terkenal tentunya kawasan wisata
Puncak.
9. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bogor masih sangat baik
(kondisi vegetasi termasuk kawasan hutan lebat). Luas hutan
lindung yang mencapai 19,45 % dari luas Kabupaten Bogor menjadi
area penyangga untuk menjaga potensi sumber air bersih.
10. Terdapat potensi pertambangan khususnya sumber daya bahan
galian non logam, yaitu Batu Belah dan Batu Gamping.
11. Industri merupakan penyumbang terbesar PDRB di Kabupaten
Bogor. Potensi industri ini didominasi oleh industri skala kecil,
dalam hal ini home industry. Selain itu terdapat juga beberapa
industri menengah yang tersebar berdasarkan pola kluster yang
terbentuk di koridor jalan utama di Kabupaten Bogor. Terdapat
juga beberapa kawasan industri di wilayah Botabek yang cukup
berkembang.
B. KELEMAHAN (WEAKNESSES)
1. Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe
morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif
rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan.
Dengan kondisi ekologi dan morfologi yang ada tersebut, wilayah
Kabupaten Bogor sebagian besar berfungsi lindung (non budidaya
dan budidaya terbatas), sehingga wilayah yang dapat terbangun
terbatas untuk kegiatan budidaya hanya wilayah dataran rendah
bagian utara.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 43
2. Terjadi peningkatan luasan lahan permukiman dapat berdampak
pada kualitas lahan di Kabupaten Bogor. Seperti diketahui bahwa
Kabupaten Bogor merupakan Kawasan Resapan Air. Pengalihan
guna lahan untuk permukiman secara tidak terkendali dapat
mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya air.
3. Masih rendahnya rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
dan masih terdapatnya tenaga guru yang terkategori tidak layak
mengajar.
4. Rendahnya usia harapan hidup sebagai akibat dari masih tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),
tingginya angka gizi buruk, rendahnya pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan, dan rendahnya angka aksesibilitas pelayanan
kesehatan dan masih rendahnya cakupan sarana air bersih (SAB).
5. Tidak optimalnya pengelolaan jaringan irigasi dan sumber daya air
lainnya seperti danau/waduk.
6. Masih rendahnya cakupan pelayanan prasarana dasar masyarakat,
dimana tingkat kerusakan prasarana yang ada semakin tinggi,
terbatasnya akses infrastruktur dalam menunjang pengembangan
kawasan perdesaan sebagai kawasan pengembangan ekonomi
(rural development), termasuk kurangnya akses transportasi
sebagai sarana penghubung antar sentra kegiatan, seperti
terminal, perparkiran, halte, dan pangkalan angkutan umum serta
kurangnya jumlah trayek dibandingkan dengan konsentrasi
kegiatan ekonomi atau permukiman.
7. Pengembangan infrastruktur wilayah masih terkendala kepada
pembebasan lahan.
8. Pengembangan jaringan jalan pada ruas-ruas yang berfungsi
regional belum banyak perubahan yang berarti.
9. Keterbatasan sumber air baku di wilayah Kabupaten Bogor untuk
pengembangan dan kuantitas air tanah pada musim kemarau
cenderung berkurang.
10. Kekurangan lahan untuk TPA di daerah perkotaan yang kurang
dapat diakomodasi oleh daerah di sekitarnya. Hal ini disebabkan
belum adanya mekanisme penyelenggaraan penanganan
persampahan secara bersama antara kabupaten dan kota.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 44
11. Belum adanya prediksi yang rinci mengenai komposisi sampah,
sehingga potensi bahan inorganik untuk pendaurulangan skala
besar belum dapat dilaksanakan, sehingga dapat menurunkan
volume sampah yang terkumpul.
12. Pemanfaatan lahan untuk tanaman padi sawah memiliki sedikit
hambatan karena adanya kerikil/batuan pada permukaan tanah
(stoniness).
13. Pemanfaatan lahan untuk persawahan di dataran banjir dan
dataran aluvial seperti yang ada di Kecamatan Tenjo, Parung
Panjang, Jasinga, Cigudeg, Leuwiliang, Jonggol dan Ciseeng
memiliki hambatan adanya ancaman banjir akibat meluapnya air
sungai.
14. Rendahnya produktivitas dan kualitas hasil pertanian, disebabkan
belum meratanya penerapan teknologi, kualitas SDM serta
kurangnya minat generasi muda untuk terjun dalam usaha tani,
dukungan sarana dan prasarana pertanian yang belum memadai,
disamping kekurangan modal, dan tingginya biaya operasional
usaha pertanian.
15. Pengembangan wisata alam Puncak akan dihadapkan kepada isu
terganggunya fungsi wilayah sebagai daerah konservasi.
16. Belum terbentuknya pola kawasan industri yang baik di Kabupaten
Bogor. Hal ini mengakibatkan tidak terakomodasinya kegiatan
industri di Kabupaten Bogor.
17. Masyarakat tidak tahu tentang arahan kebijakan tata guna tanah,
air dan udara termasuk dalam batasan melakukan kegiatan.
C. PELUANG (OPPORTUNITIES)
1. Kabupaten Bogor, sebagai salah satu hinterland di bagian Selatan
Kota Jakarta merupakan kawasan yang banyak menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya berusaha di bidang-bidang
perumahan, industri, peternakan, pertanian, dan lain-lain.
2. Dalam arahan rencana pengembangan kawasan andalan di Jawa
Barat, Kabupaten Bogor diklasifikasikan sebagai Kawasan Andalan
Bogor Depok Bekasi (Bodebek) dengan kegiatan utama industri,
pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia; dan Kawasan Andalan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 45
Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dengan kegiatan utama agribisnis
dan pariwisata.
3. Arahan pemanfaatan ruang sebagai kawasan hutan lindung
(Gunung Halimun-Salak, Gunung Gede-Pangrango dan sekitarnya)
pada bagian Timur dan Barat wilayah Kabupaten Bogor dan
sekitarnya.
4. Pengembangan infrastruktur transportasi darat diarahkan melalui
peningkatan jalur Bogor - Sukabumi � Cianjur.
5. Fungsi Wilayah Jabodetabekjur sebagai satu kawasan Metropolitan
yang merupakan satu kesatuan ekosistem dengan Kabupaten/Kota
lain di Wilayah Jabodetabekjur, memerlukan perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
yang terpadu.
6. Perlu adanya usaha peningkatan keterampilan usaha tani yang
bukan saja mampu menghasilkan komoditas berkualitas dan
bernilai tinggi, tetapi juga mampu menghasilkan produk olahan
lanjutan yang memiliki nilai tambah.
7. Perlu juga dikembangkan pasar lokal yang telah ada yang selama
ini menjadi outlet hasil pertanian, menjadi pusat pengumpul hasil
pertanian dan sarana transaksi antara produsen dengan pedagang
yang terdekat dengan sentra produksi hasil pertanian tersebut.
8. Pengembangan pariwisata di masa mendatang memiliki prospek
berkembang, khususnya pada Kawasan Wisata GSE seiring semakin
meningkatnya kunjungan dan memilki akses yang cukup baik
apabila pelaksanaan pembangunan Bogor Outer Ring Road yang
akan menghubungkan antara Kota Bogor dengan akses menuju
Kawasan Wisata GSE.
9. Melihat banyaknya usaha pertambangan saat ini, kaitannya dengan
upaya peningkatan devisa bagi daerah, maka pengelolaan bahan
tambang menjadi bahan setengah jadi melalui pembangunan
pabrik pengolahan diharapkan dapat memberikan nilai tambah
baik secara sosial dan ekonomi.
10. Adanya rencana pengembangan infrastruktur khususnya yang
menghubungkan Tol Jagorawi dengan Parung (alternatif menuju
Serang Banten), serta rencana pengembangan jalan yang
menghubungkan Sentul dengan Sukamakmur-Tanjungsari sebagai
alternatif Puncak menuju Bandung, serta rencana pembangunan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 46
Sport Center (pengganti Senayan) memungkinkan Kabupaten
Bogor untuk dapat lebih berkembang lagi.
11. Adanya wacana pemekaran sebagian wilayah Kabupaten Bogor
menjadi Bogor Barat merupakan peluang dalam hal pengembangan
wilayah. Diharapkan dengan terbentuknya Bogor Barat menjadi
kabupaten, akan meningkatkan perekonomian di wilayah Bogor
Barat sehingga berdampak kepada peningkatan mobilitas,
aksesibilitas, serta distribusi orang dan barang.
D. ANCAMAN (THREATS)
i. Pengalihan guna lahan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan
peruntukannya dapat mengakibatkan terjadinya degradasi lahan.
Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan potensi bencana yang
timbul seperti erosi, banjir, polusi, dan lain-lain.
ii. Wacana pemekaran sebagian wilayah Kabupaten Bogor menjadi
Bogor Barat berpengaruh terhadap keberadaan sumber daya alam.
Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap berkurangnya potensi
pendapatan daerah Kabupaten Bogor.
iii. Peningkatan pembangunan aksesibilitas jalan secara berlebihan
akan mempengaruhi aktifitas pertanian di Kabupaten Bogor.
Semakin banyak jaringan jalan yang ada, maka kegiatan pertanian
akan semakin terdesak akibat berkurangnya lahan pertanian.
iv. Pemanfaatan air bersih secara berlebihan dapat mengakibatkan
menurunnya kuantitas dan kualitas sumber air khususnya air
tanah.
v. Kecenderungan menurunnya luasan kawasan lindung akibat
pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bogor.
vi. Pemanfaatan potensi pertambangan yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat lahan galian yang
ditinggalkan.
vii. Pembangunan kawasan-kawasan industri dapat meningkatkan
polusi baik polusi udara, air, maupun suara. Hal ini dapat
mengurangi kualitas kesehatan masyarakat di sekitar kawasan
industri.
viii. Untuk peningkatan pelayanan birokrasi, perlu menerapkan sistem
pengembangan karir PNS (pola dan jenjang karir) terutama
dengan mengintegrasikan komponen Diklat (baik Diklat
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 47
kepemimpinan, fungsional maupun teknis) sebagai salah satu
persyaratan dalam melakukan promosi, rotasi dan mutasi
aparatur.
Faktor-faktor internal yang dimiliki dan faktor-faktor eksternal yang
dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Bogor yang kemudian diformulasikan
ke dalam Matriks SWOT, diperoleh 4 (empat) kelompok strategi yang
secara lengkap tercantum dalam Lampiran.
III.3. ISU-ISU STRATEGIS
A. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
1. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor diperkirakan akan meningkat
mencapai sekitar 5.642.969 jiwa pada tahun 2025 (BPS Jawa
Barat). Diperlukan pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan
penduduk untuk menciptakan penduduk tumbuh seimbang dalam
rangka mendukung terjadinya bonus demografi, yang dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas SDM
yang mandiri untuk mencapai kesejahteraan. Untuk mewujudkan
hal ini, Kabupaten Bogor harus bekerja sama dengan wilayah-
wilayah lain dalam lingkup Kawasan Jabodetabek, mengingat
mobilitas orang antar wilayah Kabupaten/Kota di kawasan ini
cukup intensif.
2. Kualitas penduduk, dari sisi Rata-rata Lama Sekolah (RLS) masih
7,11 tahun sehingga membuat sebagian besar penduduk, lebih
dari 80 %, hanya berpendidikan paling tinggi SLTP/sederajat. Di
dalam jumlah itu, jumlah penduduk yang hanya tamat SD lebih
dari separuhnya.
3. Menurunkan AKI dan AKB secara signifikan, baik melalui
pendekatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan swasta, maupun melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat dengan menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam
menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
4. Kualitas hidup dan peran perempuan dan anak di berbagai bidang
pembangunan masih rendah, yang ditandai oleh rendahnya angka
indeks pembangunan gender (IPG) dan tingginya tindak kekerasan,
eksploitasi, dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak, serta
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 48
kurang memadainya kesejahteraan, partisipasi dan perlindungan
anak.
B. EKONOMI
1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama 5 tahun terakhir
yang terus mengalami peningkatan, dengan kontribusi terbesar
berasal dari sektor sekunder, menunjukkan bahwa perekonomian
Kabupaten Bogor banyak dipengaruhi oleh spill over effect dari
pertumbuhan aktivitas ekonomi di Jakarta. Hal ini karena sektor
sekunder dan tersier yang berkembang sifatnya lebih
terkait/berorientasi ke Jakarta dari pada terkait/berorientasi
untuk pembangunan kapasitas sumber daya lokal. Dapat dilihat
bagaimana perkembangan sektor industri, properti dan
perdagangan semuanya berkembang karena adanya proses urban
sprawl yang terjadi hingga meluas ke wilayah-wilayah penyangga
Jakarta. Banyak penduduk yang bertempat tinggal di Bogor
bekerja di Jakarta, dan banyak industri di Bogor yang berkantor
pusat di Jakarta. Karena itu wajar apabila pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Bogor tidak memberikan multiplier effect yang
signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Bogor;
2. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat juga diiringi dengan
tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Ini berarti
masih banyak aktivitas ekonomi yang tidak memberikan multiplier
effect bagi perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Apabila aktivitas ekonomi seperti ini
terus didorong maka akan memicu terjadinya kesenjangan sosial
yang makin meningkat;
3. Jumlah penganggur adalah lebih dari seperempat penduduk usia
kerja. Tingkat pengangguran cenderung bertambah dikarenakan
ada kecenderungan penurunan investasi dan relokasi industri yang
berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Selain itu, di sektor
pertanian dan kawasan perdesaan juga terjadi konversi lahan
pertanian ke guna lahan lain yang menyebabkan pelepasan petani
dari tanah dan kegiatan dasarnya;
4. Pengembangan perdagangan di Kabupaten Bogor difokuskan
kepada sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar, baik
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 49
pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri, tetapi belum ada
orientasi untuk mengembangkan sektor perdagangan yang mampu
memberikan insentif bagi tumbuhnya komoditas-komoditas
unggulan lokal. Sehingga perkembangan sektor perdagangan tidak
cukup hanya difokuskan pada distribusi barang dan perluasan
akses pasar melalui pameran atau promosi saja, tetapi institusi
pasar lokal harus dibangun agar sektor perdagangan dapat
mendorong pengembangan komoditas unggulan lokal dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
5. Meskipun pertumbuhan koperasi dan usaha kecil cukup signifikan,
tetapi dalam pengembangannya masih mengahadapi sejumlah
masalah, antara lain :
• Masih terbatasnya kemampuan, keterampilan, wawasan SDM
koperasi sehingga mengakibatkan masih lemahnya kinerja
organisasi, manajemen dan usaha.
• Lemahnya struktur permodalan, pemupukan modal sendiri dan
terbatasnya akses permodalan pada sumber modal dari luar.
• Masih terbatasnya akses pemasaran terutama dalam
menghadapi persaingan usaha.
6. Kinerja sektor pertanian masih lemah karena hubungan yang
belum sinergis antar berbagai sub sistem pertanian, dan kinerja
masing-masing subsistem terutama budidaya (on farm) masih
lemah. Aktivitas budidaya dihadapkan pada permasalahan luasan
lahan petani yang makin sempit, teknologinya masih tradisional,
mutu produk masih rendah, harga tidak mendukung dan struktur
pasar juga cenderung merugikan petani. Apabila Kabupaten Bogor
ingin mengoptimalkan keunggulan agroekosistem yang dimilikinya,
maka prasyarat utama yang harus dilakukan adalah reforma
agraria dan kebijakan penataan ruang yang mampu memberikan
insentif bagi tumbuhnya sektor pertanian;
7. Potensi pariwisata Kabupaten Bogor berupa alam, adat istiadat,
seni dan budaya perlu dikembangkan sebagai modal dasar
pembangunan kepariwisataan, dengan teap menjaga kelestarian
lingkungan dan nilai-nilai setempat.
Ekowisata dan desa wisata lebih ditekankan/menjadi prioritas
sebagai bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan dan
berbasis masyarakat.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 50
Disamping itu harus didukung sumber daya manusia, fasilitas
pariwisata yang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
sarana wisata belanja untuk menampung produk khas Bogor
termasuk industri kecil/kerajinan. yang akan dikembangkan
adalah wisata alam, wisata budaya dan wisata belanja. Wisata
alam dan wisata budaya menunjukkan keunggulan atau kekhasan
Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk wisata belanja dalam
perkembangannya harus diarahkan untuk memfasilitasi pemasaran
produk-produk khas Kabupaten Bogor seperti tumbuhnya kerajinan
tas dan sepatu. Sayangnya masih banyak pusat-pusat perbelanjaan
yang justru tidak menjual produk-produk lokal tetapi sekedar
menjadi outlet untuk menjual produk-produk dari luar Kabupaten
Bogor;
8. Jumlah warga yang miskin lebih dari seperempat jumlah
penduduk. Angka ini ada kecenderungan terus meningkat terkait
dengan kebijakan nasional berupa kenaikan harga bahan bakar
minyak dan gas untuk kebutuhan konsumsi yang memicu
meningkatnya biaya hidup secara keseluruhan.
C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Hasil-hasil riset yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian
dan lembaga pendidikan tinggi yang tersebar di Kabupaten Bogor
belum dapat didesiminasikan dan dimanfaatkan secara nyata dalam
proses pelaksanaan pembangunan, karena IPTEK ini sangat diperlukan
dalam pemberdayaan UKM, pertanian, peternakan dan perdagangan.
D. SARANA DAN PRASARANA
1. Perubahan fungsi lahan untuk kebutuhan prasarana kota
mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau semakin kecil. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengawasan pemerintah daerah untuk
menjaga dan memelihara kualitas dan kuantitas lahan ruang
terbuka hijau serta memulihkan ruang terbuka hijau yang
menurun fungsinya;
2. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bogor perlu ditingkatkan.
Hal ini berkaitan dengan masih banyaknya permasalahan TPA-TPA
di Kabupaten Bogor, baik dari sisi kondisi, sistem pengoperasian,
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 51
pemilihan lokasi TPA yang baru, maupun alokasi anggaran
pemerintah daerah;
3. Prasarana dan sarana lingkungan perumahan di Kabupaten Bogor,
khususnya di kawasan pedesaan memerlukan perhatian
pemerintah dan mengingat keterbatasan kemampuan masyarakat
desa;
4. Penanggulangan bahaya kebakaran di Kabupaten Bogor perlu
ditingkatkan dengan mencakup upaya penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pencegahan bahaya kebakaran;
5. Penataan reklame di kawasan perkotaan dan jaringan jalan perlu
ditingkatkan dengan meningkatkan kesadaran pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk masyarakat;
6. Penerbitan IMB masih dirasakan berbelit, birokratis, lama dan
mahal sehingga menyebabkan masyarakat enggan untuk mengurus
IMB terutama untuk rumah tinggal di perdesaan dan di luar
kawasan perumahan;
7. Penyesuaian ruang milik jalan pada jalan bernomor ruas dengan
mengikuti peraturan perundangan yang berlaku dan juga
penambahan penomoran ruas jalan dalam rangka kemudahan
inventarisasi dan penanganan permasalahan;
8. Penataan sistem jaringan jalan yang nyaman dan memadai menuju
obyek wisata di Kabupaten Bogor;
9. Pengelolaan dan sistem informasi penanganan situ yang belum
optimal terkait dengan status kewenangannya sedangkan
fungsinya secara lokal sangat penting. Upaya kerjasama dengan
pihak yang berwenang yang dalam hal ini adalah Provinsi Jawa
Barat perlu diupayakan dan terus ditingkatkan;
10. Permasalahan irigasi di Kabupaten Bogor memerlukan upaya
penataan data inventarisasi irigasi yang terintegrasi dengan
melibatkan dan memberdayakan P3A Mitra Cai;
11. Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan daerah,
pertambahan kendaraan bermotor, dan pergerakan penduduk,
maka jumlah titik kemacetan juga bertambah. Penambahan
sarana dan prasarana pengamanan lalu-lintas beserta aparatnya
perlu memperoleh perhatian;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 52
12. Perlu menjaga fungsi terminal-terminal supaya tidak turun
kualitasnya atau beralih fungsi ke penggunaan lain;
13. Sehubungan dengan pemekaran Bogor Barat, maka perlu
penyesuaian jaringan angkutan umum beserta jumlah armadanya
disesuaikan dengan permintaannya;
14. Peningkatan dan pembangunan kapasitas maupun sarana di bidang
pos dan telekomunikasi di Kabupaten Bogor beserta dengan
sumberdaya manusianya;
15. Perlu penataan perparkiran yang sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat sehingga retribusi yang diharapkan
terkumpul bisa terus meningkat.
E. POLITIK
Menjaga proses konsolidasi demokrasi ke arah terwujudnya
pengawasan dan penyeimbangan kekuasaan politik terutama kejelasan
di lingkup penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Bogor yang lebih
mendorong kemandirian di daerah.
Pada lingkup pemerintahan daerah, konsolidasi demokrasi perlu
didukung dengan kebijakan daerah yang reformis dan birokrasi yang
memenuhi syarat profesionalisme, efektivitas, dan mandiri serta baik
dan bersih.
F. KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
Kedepan upaya meningkatkan ketertiban dan ketentraman masyarakat
masih dihadapkan pada berbagai persoalan seperti banyaknya berbagai
masalah sosial yang dapat menjadi faktor pencetus kriminal bagi
timbulnya gangguan trantibmas, seperti menekan pengangguran,
keadilan dan ketersediaan pelayanan publik, pengembangan motivasi
hidup disiplin, serta transparansi penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
G. HUKUM
1. Berbagai permasalahan selama ini yang terkait dengan aspek
hukum adalah masih lemahnya kinerja penegakkan hukum daerah
terhadap berbagai pelanggaran yang terjadi, dan masih perlu
ditingkatkannya kualitas dan kuantitas produk hukum daerah,
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 53
serta belum berkembangnya budaya/kesadaran hukum
masyarakat;
2. Perangkat hukum masih belum mampu melandasi semua aktifitas
masyarakat dan pemerintah, karena masih ditemukannya kasus-
kasus pelanggaran hukum baik berupa KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) maupun tindak kekerasan yang lain, yang
menunjukkan penegakkan hukum masih belum mampu membuat
masyarakat sadar hukum.
H. APARATUR
1. Penempatan aparatur pemerintah sebagai salah satu pilar dalam
penyelenggaraan pemerintahan memiliki peran yang sangat
strategis dalam mewujudkan pelayanan prima aparatur
pemerintah kepada masyarakat. Penempatan posisi dan jabatan
aparatur belum mengedepankan pola pengembangan karir yang
berbasis pada profesionalitas dan kompetensi aparatur atau belum
menggunakan pola �merit system�;
2. Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik
(good governance), dengan meningkatkan kompetensi aparatur
pemerintah Kabupaten berdasarkan standarisasi nasional dan
peningkatan kualitas kinerja organisasi publik berdasarkan standar
pelayanan minimal disertai dengan kesiapan mental dan
peningkatan kinerja aparatur pemerintah Kabupaten Bogor, agar
mampu memberikan pelayanan publik yang dapat mememenuhi
aspek transparansi dan akuntabilitas yang lebih sederhana,
murah dan cepat dengan pemanfaatan e-goverment, e-
procurement dan pelayanan satu pintu;
3. Perlunya peningkatan dan diversifikasi jaringan sistem informasi
manajemen (bidang kepegawaian, kearsipan, keuangan, dsb) yang
berbasis teknologi komunikasi dan informasi sebagai perwujudan
electronic government (e-gov) bagi optimalisasi kinerja dan
layanan organisasi public dalam pembangunan.
I. TATA RUANG DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
1. Penyusunan dokumen rencana yang belum tersistematis, hal ini
berkaitan dengan tingkat kedetailan produk peta. Di beberapa
wilayah kecamatan masih ada yang belum memiliki dokumen
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 54
rencana, sementara di wilayah kecamatan lain banyak yang
memiliki dokumen rencana bahkan sampai tingkat detail
(perencanaan tapak);
2. Perlunya ketersediaan rencana tata ruang secara merata bagi
semua wilayah administrasi pemerintahan dengan kelengkapan
tema yang diarahkan oleh peraturan perundangan berlaku;
3. Perlu kajian yang komprehensif dalam menentukan struktur ruang
yang baru setelah Kabupaten Bogor Barat terbentuk nantinya,
sehingga dapat meningkatkan pola pemanfaatan ruang;
4. Kawasan pertanian perlu terus dipertahankan, khususnya di
kawasan yang sangat produktif. Hal ini terkait dengan kondisi
bahwa konversi lahan dari pertanian ke
perumahan/komersial/industri cenderung meningkat. Sawah
produktif sangat berkontribusi terhadap perekonomian di
Kabupaten Bogor;
5. Pengendalian Pemanfaatan Ruang perlu terus ditingkatkan
mengingat secara regional Kabupaten Bogor berperan dalam
masalah banjir di Jakarta;
6. Penataan kawasan perbatasan, dengan penentuan titik ordinat
dan pemasangan patok, baik perbatasan Kabupaten Bogor dengan
Kabupaten/Kota di sekitarnya, perbatasan antar kecamatan di
Kabupaten Bogor, maupun perbatasan dengan Propinsi Jawa Barat
dan Propinsi Banten yang berada di Kabupaten Bogor;
7. Penertiban kepemilikan tanah oleh Pemerintah Daerah untuk
cadangan tanah pemakaman;
8. Penyelesaian permasalahan, konflik/sengketa pertanahan tanah
terhadap ex HGU di beberapa perusahaan, baik dengan
masyarakat maupun dengan pihak yang menguasai tanah
dimaksud;
9. Penyelesaian permasalahan konflik pertanahan di beberapa desa
yang telah digarap oleh masyarakat.
J. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
1. Penilaian AMDAL menjadi isu yang strategis terkait dengan
seberapa besar komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap
pembangunan wilayah berbasiskan ramah lingkungan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 55
Kenyataannya, kondisi sungai-sungai umumnya sudah tercemar
limbah dari berbagai kegiatan produktif warga dan swasta;
2. Terwujudnya ketersediaan sumber daya alam bagi sumber energi
dan sebagai bagian penyeimbang iklim global;
3. Meningkatnya pengembangan potensi wilayah baik pada daerah
sekitar hutan, persawahan, dan daerah-daerah sekitar kawasan
industri dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik
dan kompetitif serta mempunyai dampak langsung terhadap
percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja
dengan mempertimbangkan kelestarian alam.
III.4 MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan daerah adalah seluruh sumber kekuatan daerah,
baik yang efektif maupun potensial, yang dimiliki dan didayagunakan
dalam pembangunan daerah.
1. Kabupaten Bogor mempunyai bentang alam pegunungan vulkanik yang
memiliki keindahan panorama alam didukung kesejukan dengan suhu
rata-rata 250C dengan rata-rata curah hujan tahunan 2,500 - 5,000
mm/tahun mempunyai jenis tanah yang subur, kelimpahan sumber air
dan keanekaragaman hayati, menjadi sumber potensial bagi
kemakmuran masyarakat dan menjadi daya tarik wisatawan.
2. Sebagai salah satu hinterland di bagian selatan kota Jakarta, dengan
akses yang mudah dicapai dan masih luasnya ketersediaan lahan,
menjadikan Kabupaten Bogor sebagai wilayah yang banyak menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya berusaha di bidang
perumahan, industri agro, resort dan lain-lain.
3. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang relatif besar dan homogenitas
kesukuan merupakan sumber daya potensial dan produktif bagi
pembangunan daerah.
4. Keramahtamahan yang merupakan karakteristik kebudayaan
masyarakat setempat memudahkan asimilasi sosial, merupakan modal
sosial yang mempercepat masuknya investasi dari luar.
5. Infrastruktur yang relatif memadai terutama di sekitar wilayah
perbatasan dengan Jakarta mengakibatkan kabupaten Bogor menjadi
salah satu wilayah di hinterland Jakarta yang sesuai untuk
pengembangan permukiman, perdagangan dan industri.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 56
6. Kabupaten Bogor memiliki produk-produk pertanian unggulan seperti
komoditas teh di kawasan Puncak, buah-buahan, peternakan dan
perikanan darat di kawasan Bogor Barat dan sebagainya.
7. Kabupaten Bogor memiliki produk-produk UKM unggulan seperti
kerajinan tas, sepatu dan sebagainya.
8. Kabupaten Bogor memiliki kawasan industri yang cukup berkembang
terutama di daerah Cibinong, Cileungsi dan sekitarnya.
9. Kabupaten Bogor memiliki individu-individu SDM yang unggul
mengingat banyaknya institusi penelitian maupun pendidikan tinggi
yang ada di wilayahnya.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 57
BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH
TAHUN 2005�2025
IV.1. Visi Pembangunan Daerah
Berdasarkan kondisi Kabupaten Bogor sampai saat ini, isu-isu
strategis dan dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka
Visi Pembangunan Kabupaten Bogor tahun 2005�2025 adalah :
�KABUPATEN BOGOR MAJU DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN IMAN DAN
TAKWA�
Pernyataan Visi Kabupaten Bogor di atas, memiliki makna :
- Maju, berarti masyarakat telah mencapai atau berada pada tingkat
kemajuan yang lebih tinggi atau masyarakat telah menuju ke arah yang
lebih baik maupun berkembang ke arah yang lebih baik. Maju juga
berarti bahwa Kabupaten Bogor sebagai wilayah terus melakukan
pengembangan diri untuk terus menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi di dalam maupun di luar. Tingkat kemajuan dapat diukur
berdasarkan kualitas SDM, tingkat kemakmuran, terkendalinya
perubahan lingkungan alam dan binaan melalui kesadaran
pembangunan yang berkelanjutan, serta kemantapan sistem dan
kelembagaan politik dan hukum.
- Sejahtera berarti masyarakat telah berada dalam kondisi aman dan
sentosa (terlepas dari segala gangguan dan kesulitan), makmur (telah
terpenuhinya seluruh kebutuhan dasarnya sesuai dengan standar hidup
yang layak bagi kemanusiaan) dan tentram (gemah ripah, repeh,
rapih). Tingkat sejahtera masyarakat Kabupaten Bogor diukur
berdasarkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
- Iman dan Takwa sebagai landasan dalam melaksanakan aktivitas guna
pencapaian visi dan misi yang ditetapkan melalui pengamalan ajaran
agama. Pengamalan ajaran agama secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat akan mewujudkan situasi yang kondusif untuk
melaksanakan pembangunan daerah.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 58
IV.2. Misi Pembangunan Daerah
Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh
melalui 4 (empat) misi pembangunan jangka panjang Kabupaten Bogor
sebagai berikut :
Misi Pertama : Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
adalah membangun sumber daya manusia yang sehat,
cerdas, produktif, kompetitif dan berakhlak mulia,
serta menghargai dan menerapkan nilai-nilai luhur
budaya.
Misi Kedua : Mewujudkan perekonomian rakyat yang maju adalah
mengembangkan dan memperkuat perekonomian
regional berorientasi pada keunggulan komparatif,
kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada
potensi lokal sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi
yang stabil dan berkesinambungan dengan mekanisme
pasar yang berlandaskan persaingan sehat.
Perkembangan ekonomi regional didukung oleh
penyediaan infrastruktur yang memadai, tenaga kerja
yang berkualitas dan regulasi yang mendukung
penciptaan iklim investasi yang kondusif.
Misi Ketiga : Mewujudkan Kabupaten Bogor yang TEGAR BERIMAN
(Tertib, Segar, Bersih, Indah, Aman dan Nyaman)
dan berkelanjutan adalah membentuk suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan daerah dalam
rangka mewujudkan masyarakat Kabupaten Bogor
yang maju dan sejahtera yang ditandai dengan
terjaminnya ketertiban dan keamanan serta
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
yang berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan, serta keseimbangan pemanfaatan ruang
yang serasi antara penggunaan untuk permukiman,
kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi di
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Misi Keempat : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
adalah membangun akuntabilitas kepemerintahan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 59
yang bertanggung jawab, peningkatan efisiensi
birokrasi, kemitraan yang serasi antara legislatif
dengan eksekutif, penciptaan stabilitas politik dan
konsistensi dalam penegakan hukum serta peningkatan
pelibatan dan partisipasi masyarakat dan swasta
dalam pelaksanaan pembangunan daerah sehingga
pelayanan umum terus dapat ditingkatkan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 60
BAB V ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005�2025
V.1 SASARAN PEMBANGUNAN MENURUT MISI
Tujuan pembangunan jangka panjang Kabupaten Bogor tahun 2005�2025
adalah mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka pembangunan daerah dalam dua puluh tahun
mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai
berikut :
A. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, ditandai oleh
hal-hal berikut :
1. Terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia, dan bermoral
berdasarkan falsafah negara Pancasila yaitu beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Meningkatnya tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat;
3. Terwujudnya sumberdaya manusia yang berdaya saing yang
ditunjukkan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
keterampilan.
B. Terwujudnya perekonomian rakyat yang maju, ditandai oleh hal-hal
berikut :
1. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di sektor industri dan perdagangan serta
didukung oleh pertanian yang tangguh dan pariwisata yang berbasis
masyarakat;
2. Meningkatnya daya tahan dan daya saing dunia usaha, serta
tumbuhnya wirausaha baru terutama Usaha Kecil Menengah;
3. Terbangun dan terpeliharanya jaringan infrastruktur perhubungan
yang andal dan terintegrasi, serta terwujudnya kemudahan dan
efisiensi bagi pergerakan orang, barang dan jasa;
4. Terbangun dan terpeliharanya jaringan irigasi untuk pemenuhan
kebutuhan air bagi pertanian;
5. Terwujudnya pengendalian pemanfaatan sumber daya air secara
berkelanjutan untuk kemajuan daerah;
6. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 61
7. Terpenuhinya jangkauan pelayanan jaringan komunikasi dan
teknologi informasi (telematika) ke seluruh wilayah;
8. Meningkatnya pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif untuk
pembangunan daerah;
9. Terjaminnya ketersediaan kebutuhan pangan;
10. Meningkatnya kemampuan daya beli dan pendapatan per kapita
masyarakat Kabupaten Bogor.
C. Terwujudnya Kabupaten Bogor yang TEGAR BERIMAN (Tertib, Segar,
Bersih, Indah, Aman dan Nyaman) dan Berkelanjutan ditandai oleh
hal-hal berikut :
1. Meningkatnya penegakan hukum demi terwujudnya ketentraman dan
ketertiban masyarakat;
2. Meningkatnya kualitas lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat;
3. Tercapainya penataan ruang yang memperhatikan keseimbangan
antara fungsi lindung dan fungsi budidaya;
4. Terciptanya suasana aman dan nyaman dalam lingkungan
permukiman, wilayah dan daerah;
5. Terwujudnya keselarasan antara keindahan tata ruang dan tata
hijau;
6. Meningkatnya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam serta pelestarian fungsi lingkungan hidup yang
berkelanjutan;
7. Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya
alam setempat untuk mewujudkan nilai tambah sosial ekonomi dan
menjadi modal pembangunan daerah.
D. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, ditandai oleh hal-
hal berikut :
1. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan dan
pelaksanaan pembangunan daerah yang didukung oleh kondisi politik
yang demokratis;
2. Meningkatnya profesionalisme aparatur, efisiensi birokrasi dan
akuntabilitas pemerintahan daerah yang bermuara kepada
peningkatan pelayanan publik, sehingga terwujud pemerintahan
yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 62
3. Meningkatnya penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia
yang menjamin terwujudnya ketentraman dan ketertiban
masyarakat;
4. Meningkatnya kapasitas pemerintahan desa untuk memperkuat
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
5. Meningkatnya transparansi dan akses masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah serta pelayanan publik.
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut, arah pembangunan jangka
panjang selama kurun waktu dua puluh tahun mendatang adalah sebagai
berikut :
V.2 ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005�2025
V.2.1 ARAHAN UMUM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BOGOR
A. MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) memiliki peran yang sangat
penting dalam mewujudkan masyarakat Kabupaten Bogor yang maju dan
sejahtera sehingga mampu berdaya saing dalam era globalisasi.
Disamping itu, terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia,
bermoral, dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana
kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan
harmonis. Oleh karena itu, pembangunan SDM di Kabupaten Bogor
diarahkan pada :
Arah pembangunan keagamaan adalah :
1. Peningkatan pemahaman ajaran agama melalui pendidikan agama dan
dakwah serta syiar-syiar keagamaan;
2. Penciptaan kerukunan hidup beragama, baik kerukunan intern umat
beragama maupun antar umat bergama;
3. Peningkatan pelayanan keagamaan baik fisik maupun non fisik serta
partisipasi umat beragama dalam pembangunan daerah;
4. Peningkatan pengamalan ajaran agama secara utuh sehingga terwujud
kesalehan individu dan kesalehan sosial.
Arah pembangunan pendidikan adalah :
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 63
2. Peningkatan akses pelayanan pendidikan yang berkualitas, terutama
kelompok masyarakat miskin dan pedesaan;
3. Peningkatan mutu pendidikan yang didasarkan pada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP);
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dan kependidikan,
baik teknis maupun non teknis agar lebih mampu mengembangkan
kompetensinya;
5. Peningkatan peran serta masyarakat, orang tua, dan swasta dalam
pembangunan pendidikan;
6. Optimalisasi peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah guna
peningkatan mutu lembaga pendidikan;
7. Peningkatan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah melalui
otonomi dalam menyelenggarakan pendidikan secara efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.
Arah pembangunan kesehatan adalah :
1. Peningkatan kualitas upaya kesehatan, baik upaya kesehatan
perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM);
2. Pemenuhan sarana dan perbekalan kesehatan sesuai stándar;
3. Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
kesehatan/tenaga kesehatan;
4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam bidang
kesehatan;
5. Pengembangan pembiayaan kesehatan melalui sistem jaminan
pemeliharaan kesehatan;
6. Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan termasuk regulasi
dalam bidang kesehatan.
Arah pembangunan kependudukan adalah :
1. Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk;
2. Peningkatan kualitas dan tertib administrasi kependudukan sebagai
kebutuhan dasar;
3. Peningkatan kinerja program keluarga berencana;
Arah pembangunan ketenagakerjaan adalah :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 64
1. Peningkatan keterampilan pencari kerja;
2. Perluasan lapangan kerja, baik sektor formal maupun sektor informal;
3. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja;
4. Peningkatan hubungan industrial yang harmonis;
5. Peningkatan kerja sama dengan lembaga-lembaga ketenagakerjaan,
perguruan tinggi serta dunia usaha;
6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui transmigrasi.
Arah pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah :
1. Peningkatan kualitas hidup dan taraf kesejahteraan, serta
perlindungan terhadap perempuan dan anak;
2. Peningkatan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan.
Arah pembangunan sosial adalah :
1. Peningkatan kualitas hidup lansia, korban bencana dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial lainnya;
2. Peningkatan dan penggalian potensi sumber kehidupan penyandang
masalah kesejahteraan sosial;
3. Peningkatan kualitas dan peran pemuda dalam berbagai bidang
pembangunan;
4. Peningkatan budaya olahraga dan prestasi olahraga di kalangan
masyarakat.
B. MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN RAKYAT YANG MAJU
Pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor tahun 2005-2025 diarahkan
kepada peningkatan nilai tambah segenap sumberdaya ekonomi melalui
sektor/lapangan usaha industri pengolahan dan jasa dalam arti luas yang
berbasis pada agribisnis serta revitalisasi pertanian dalam arti luas.
Agribisnis di Kabupaten Bogor sudah ada dan tumbuh di masyarakat serta
masih memiliki potensi yang besar dan variatif serta didukung pula oleh
agro ekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian,
sehingga komoditas pertanian memiliki daya saing baik di tingkat lokal
dan regional. Kemampuan untuk berdaya saing merupakan salah satu
kunci bagi tercapainya kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk
memperkuat daya saing tersebut, pembangunan ekonomi Kabupaten
Bogor diarahkan pada :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 65
1. Penguatan struktur perekonomian dengan mendudukkan sektor
industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan
pertanian dalam arti luas;
2. Peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM) yang
berbasis IPTEK, sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan
kegiatan ekonomi dan memperkuat basis ekonomi lokal dan daerah;
3. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi, energi listrik dan
telekomunikasi untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan
budaya;
4. Pembangunan prasarana sumber daya air diarahkan untuk
mewujudkan fungsi air sebagai sumber daya sosial (social goods) dan
sumber daya ekonomi (economic goods) yang seimbang melalui
pengelolaan yang berkelanjutan sehingga dapat menjamin kebutuhan
pokok hidup dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
5. Menumbuhkembangkan industri agro yang tersebar di pedesaan untuk
meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan menyerap tenaga
kerja;
6. Pengembangan industri yang bersifat padat karya dan berbasis sumber
daya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
mengurangi kemiskinan, menurunkan pengangguran, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bogor;
7. Pengembangan kerjasama ekonomi yang sinergis dan saling
memperkuat antara wilayah Kabupaten Bogor dengan wilayah-wilayah
lain dalam kawasan metropolitan Jabodetabek. Kerjasama ekonomi
ini akan meningkatkan skala ekonomi sehingga proses pertumbuhan
ekonomi akan mengalami akselerasi/percepatan baik dalam lingkup
kawasan Jabodetabek maupun wilayah Kabupaten Bogor sendiri;
8. Pelaksanaan revitalisasi aktivitas pertanian dalam arti luas dengan
meminimalisasi konversi lahan, mengurangi lahan-lahan tidur,
perbaikan sarana prasaran irigasi, dan penguatan sistem agribisnis;
9. Pemeliharaan kualitas sumber daya alam dan lingkungan untuk
meningkatkan aktivitas ekowisata yang mampu memberikan nilai
tambah yang cukup tinggi;
10. Pengembangan aktivitas perdagangan yang mampu mendorong
distribusi barang dan jasa serta memberikan insentif bagi
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 66
pengembangan produk-produk unggulan lokal dan meningkatkan
kesejahteraan pedagang/wirausahawan lokal;
11. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan/atau kemampuan
daya beli masyarakat;
12. Peningkatan kualitas pariwisata yang didukung dengan sarana dan
prasarana memadai serta memiliki kearifan lokal dan daya saing yang
tinggi.
C. MEWUJUDKAN KABUPATEN BOGOR YANG TEGAR BERIMAN (TERTIB,
SEGAR, BERSIH, INDAH, AMAN DAN NYAMAN) DAN BERKELANJUTAN
Sumber daya alam yang lestari dan lingkungan hidup yang asri akan
meningkatkan kualitas hidup manusia serta menjamin tersedianya sumber
daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Untuk mewujudkan
Kabupaten Bogor yang maju dan sejahtera, sumber daya alam dan
lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan
yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat
utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan. Oleh karena
itu, pembangunan lingkungan diarahkan pada :
1. Pendayagunaan SDA yang terbarukan dan pengelolaan SDA yang tidak
terbarukan secara seimbang;
2. Peningkatan kapasitas pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup;
3. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencintai Lingkungan
Hidup;
4. Pengelolaan DAS terpadu dengan mengedepankan keseimbangan
ekosistem DAS;
5. Pengelolaan kawasan perlindungan setempat (setu, mata air);
6. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan;
7. Mitigasi bencana alam yang disesuaikan dengan kondisi geologinya;
8. Penggunaan Rencana Tata Ruang sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 67
9. Penyusunan Rencana Rinci (Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana
Teknis Tata Ruang) yang sinergis dan berfungsi sebagai arah
pembangunan di masing-masing wilayah;
10. Pelaksanaan rehabilitasi kawasan-kawasan lindung yang telah rusak
dan sekaligus melakukan upaya untuk meningkatkan luasan kawasan
lindung guna mendorong pencapaian luasan kawasan lindung dalam
RPJP Provinsi Jawa Barat 2005-2025.
D. MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
Untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik tersebut, perlu
perubahan perilaku politik seluruh kekuatan politik masyarakat dalam
menciptakan demokrasi berbasis etika dan nilai-nilai budaya daerah,
sehingga mampu mewujudkan keadaan yang aman, tertib, dan tenteram
dalam melaksanakan pembangunan. Hal tersebut didukung oleh
supremasi hukum dan penegakan hukum yang konsisten, produk hukum
yang mendukung peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah, dan diperkuat oleh perubahan perilaku aparatur pemerintah yang
dilandasi peningkatan etos kerja, profesionalitas, taat pada peraturan,
sistem dan prosedur, serta sistem karier yang lebih terarah dan mampu
menjamin kesejahteraan pegawai sesuai dengan kinerjanya. Kapasitas
dan kapabilitas aparatur pemerintah disertai dengan kemahiran
beradaptasi dan menggunakan perangkat teknologi berbasis informasi,
terutama dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak terhadap
kualitas pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan profesionalitas
aparatur ditunjang oleh struktur organisasi tata kerja yang lebih efisien
dan efektif, diarahkan pada :
1. Perwujudan demokrasi yang diarahkan untuk memperkuat otonomi
daerah yang menjamin partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
serta penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM);
2. Penegakkan hukum yang konsisten didukung aparat penegak hukum
yang bersih dan kesadaran hukum masyarakat yang tinggi;
3. Pelaksanaan reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme
aparatur dan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
di daerah;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 68
4. Penuntasan/optimalisasi penanggulangan penyalahgunaan
kewenangan aparatur dengan penerapan prinsip-prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik, dengan dukungan sistem administrasi
(manajemen) pemerintahan yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi, pemberian sanksi kepada pelaku sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, peningkatan intensitas, efektivitas, sinergitas,
pembinaan pengawasan kinerja aparatur melalui pengawasan
melekat/sistem pengendalian intern pemerintah, optimalisasi satuan
pengawas internal, pengawasan fungsional, pengawasan legislatif dan
pengawasan masyarakat;
5. Perbaikan mutu pelayanan publik yang pro investasi;
6. Penataan wilayah Kabupaten Bogor dalam rangka pemerataan
pembangunan dan efektivitas rentang kendali pemerintahan;
7. Pengembangan kerja sama daerah dengan daerah lain di seluruh
Indonesia dan dengan daerah lain di luar wilayah Indonesia.
V.2.2 ARAHAN PEMBANGUNAN DAERAH MENURUT RTRW KABUPATEN BOGOR
Arahan rencana dan pola pengembangan merupakan penjabaran dari
tujuan, kebijakan dan struktur ruang menurut RTRW Kabupaten Bogor,
terkait dalam arahan rencana pengembangan kawasan andalan di Jawa
Barat, Kabupaten Bogor diklasifikasikan sebagai Kawasan Andalan Bogor
Depok Bekasi (Bodebek) dengan kegiatan utama industri, pariwisata,
jasa, dan sumberdaya manusia; dan Kawasan Andalan Bogor Puncak
Cianjur (Bopunjur) dengan kegiatan utama agribisnis dan pariwisata,
serta merupakan bagian dari Jabodetabek-punjur sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) metropolitan, dijabarkan dalam arahan pengelolaan dan
pengembangan sumber daya.
A. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya
1. Arahan pengelolaan kawasan perlindungan setempat, antara lain:
a. Perlindungan melalui tindakan pencegahan dan pemanfaatan
kawasan;
b. Perlindungan kualitas air melalui pencegahan penggunaan area
di sekitar kawasan lindung;
c. Penegakan tindakan tegas atas perilaku vandalisme terhadap
fungsi lindung;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 69
d. Pengembangan program perbaikan kawasan lindung yang sudah
rusak;
e. Pengembangan usaha ekonomi di luar kawasan lindung
sehingga masyarakat tidak masuk ke kawasan lindung.
2. Arahan pengelolaan kawasan suaka alam, dalam hal ini Taman
Nasional Gede Pangrango dan Gunung Salak � Halimun, di daerah
Bogor antara lain :
a. Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya;
b. Perlindungan keanekaragaman biota;
c. Perlindungan kekayaan budaya berupa peninggalan-
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional
dan keragaman bentuk geologi;
d. Pengembangan kegiatan konservasi dan rehabilitasi;
e. Pengembangan usaha ekonomi di luar taman nasional.
3. Arahan pengelolaan kawasan pelestarian alam, antara lain :
a. Perlindungan hutan raya atau taman raya yang mempunyai
vegetasi tetap, yang memiliki tumbuhan dan satwa yang
beragam;
b. Perlindungan arsitektur bentang alam yang unik atau khas;
c. Perlindungan dan pelestarian koleksi tumbuhan;
d. Pelestarian alam di darat yang dapat dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi alam;
e. Peningkatan kualitas lingkungan sekitar taman nasional, taman
hutan raya dan taman wisata.
4. Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana alam, antara lain :
a. Perlindungan manusia melalui upaya pencegahan pemanfaatan
kawasan sekitar jalur aliran larva gunung berapi unuk kegiatan
permukiman;
b. Perlindungan kawasan yang berpontensi mengalami gempa
bumi melalui upaya mitigasi;
c. Pelarangan kegiatan pemanfaatan tanah yang mempunyai
potensi longsor;
d. Penegakan tindakan tegas atas perilaku vandalisme terhadap
obyek wisata.
5. Arahan pengelolaan kawasan lindung lainnya, antara lain :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 70
a. Pengelolaan kawasan lingkungannya bertujuan untuk
membatasi kegiatan di luar fungsi kawasan serta mencegah
timbulnya kerusakan fungsi lingkungan;
b. Sasaran pengelolaan kawasan lindung yaitu untuk
meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim,
tumbuhan dan satwa, serta nilai sejarah budaya bangsa.
6. Arahan pengelolaan kawasan budidaya hutan produksi antara lain:
a. Pengelolaan kegiatan hutan produksi;
b. Pengelolaan hutan produksi dapat dikembangkan melalui
kegiatan budidaya hutan;
c. Kawasan hutan produksi yang mempunyai tingkat kerapatan
tegakan rendah harus dilakukan percepatan reboisasi;
d. Pengembangan program.
7. Arahan pengelolaan kawasan budidaya pertanian, antara lain :
a. Lahan basah
1) Perbaikan berbagai jaringan irigasi;
2) Pengembangan sawah irigasi teknis;
3) Pengembangan sistem insentif dan disinsentif untuk
pencegahan konversi lahan sawah;
4) Pengembangan program perbaikan pengelolaan lahan
sawah dan komponen usaha tani lainnya.
b. Lahan kering
1) Pengembangan dan peningkatan dilakukan melalui
intensifikasi, ekstensifikasi, dan/atau diversifikasi;
2) Pengembangan agribisnis yang dapat mendorong
terwujudnya kegiatan agroindustri;
3) Konversi lahan ke kegiatan non pertanian;
4) Upaya pengembangan komoditas spesifik Kabupaten Bogor
seperti talas, durian, dan sebagainya.
c. Tanaman tahunan atau perkebunan
1) Peningkatan produktivitas tanaman perkebunan yang
spesifik lokal;
2) Pengembangan kawasan perkebunan hanya di kawasan
yang dinyatakan memenuhi syarat, dan diluar area rawan
banjir serta longsor;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 71
3) Penetapan komoditi tanaman tahunan perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/
estetika;
4) Mengembangkan industri pengolahan hasil pada kawasan
perkebunan untuk menyerap tenaga kerja di pedesaan.
d. Peternakan
1) Meningkatkan produktivitas kebun HMT (Hijauan Makanan
Ternak);
2) Kawasan peternakan diarahkan mendekati pusat distribusi
sarana produksi;
3) Mempertahankan plasma nutfah ternak sebagai potensi
daerah;
4) Pengembangan kawasan peternakan diarahkan untuk
komoditas unggulan;
5) Pembangunan industri pengolahan hasil ternak
dikembangkan untuk meningkatkan nilai ekonomi ternak;
6) Usaha budidaya dan pengolahan hasil peternakan harus
mengacu pada Good Farming Practices (GFP) dan Good
Manufacturing Practices (GMP).
e. Perikanan
1) Mempertahankan plasma nuftah perikanan sebagai potensi
daerah;
2) Optimalisasi pemanfaatan potensi badan air untuk
penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan;
3) Pengembangan kawasan perikanan diarahkan untuk
komoditas unggulan;
4) Usaha budidaya dan Pengolahan hasil perikanan harus
mengacu pada Good Farming Practices (GFP) dan Good
Manufacturing Practices (GMP).
8. Arahan pengelolaan kawasan pertambangan
a. Pengelolaan pertambangan bahan galian strategis dan vital
dapat dikembangkan di kawasan/wilayah selain hutan
konservasi;
b. Pengelolaan pertambangan bahan galian golongan C dapat
dikembangkan pada hutan produksi, perkebunan/tanaman
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 72
tahunan, lahan kering dan lahan basah yang tidak terletak
pada sawah produktif/irigasi teknis;
c. Pengelolaan kawasan tambang harus terpisah dari pemukiman
penduduk dan dibatasi dengan jalur hijau (buffer zone);
d. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan
hidrogeologi;
e. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direklamasi
sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan; dan
f. Pengembangan dan pembinaan usaha tambang skala kecil
untuk penduduk setempat atau tidak resmi.
9. Arahan pengelolaan kawasan industri antara lain :
a. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek ekologis;
b. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya
jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan;
c. Pengembangan zona industri pada daerah aliran sungai harus
didasari perhitungan kemampuan daya dukung sungai;
d. Pengembangan kegiatan industri harus didukung oleh sarana
dan prasarana industri;
e. Pengelolaan kegiatan industri mempertimbangkan keterkaitan
proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir
serta industri antara.
10. Arahan pengelolaan kawasan pariwisata antara lain :
a. Kegiatan pariwisata harus tetap melestarikan alam sekitar;
b. Kegiatan pariwisata harus menjaga dan melestarikan
peninggalan bersejarah;
c. Meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda
bersejarah untuk menambah koleksi budaya;
d. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana transportasi
ke obyek-obyek wisata alam, budaya dan minat khusus;
e. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/
regional desain untuk keserasian lingkungan;
f. Meningkatkan daya tarik wisata melalui penetapan jalur
wisata, kalender wisata, informasi dan promosi wisata;
g. Menjaga keserasian lingkungan alam dan buatan sehingga
kualitas visual kawasan wisata tidak terganggu;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 73
h. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga
kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.
11. Arahan pengelolaan kawasan permukiman antara lain :
a. Pengembangan kawasan budidaya untuk permukiman harus
aman dari bahaya bencana alam dan sehat;
b. Pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan
menyediakan fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki;
c. Menjaga kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan
pertanian;
d. Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap
menjaga fungsi dan hirarki kawasan perkotaan;
e. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari
penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan
diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
f. Melakukan pengelolaan lingkungan melalui IPAL;
g. Penerapan alokasi unit pengolahan sampah di kawasan
pemukiman;
h. Penerapan konservasi air dan hemat energi.
12. Arahan pengelolaan kawasan perdagangan antara lain :
a. Pengembangan kawasan perdagangan dilakukan dengan
berhirarki sesuai skala ruang dan fungsi wilayah;
b. Pengembangan kawasan perdagangan dan kegiatan komersial
lain perlu memperhatikan kebijakan tata ruang;
c. Pengembangan kawasan perdagangan dilakukan secara
bersinergi dengan perdagangan informal.
B. Arahan Pengelolaan Kawasan Perdesaan (?) dan Kawasan Perkotaan
1. Arahan pengelolaan kawasan perdesaan , meliputi:
a. Pengelolaan pedesaan ditujukan untuk :
(1) Mendukung kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat; dan
(2) Pengembangan lingkungan permukiman pedesaan.
b. Meningkatkan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi masyarakat desa;
c. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif
pembangunan perdesaan;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 74
d. Besaran intensitas pemanfaatan lahan diarahkan untuk
menjamin kelangsungan budidaya pertanian dan pelestarian
lingkungan, dengan pemberian koefisien tutupan rendah
antara 10 � 20 %.
2. Arahan pengelolaan kawasan perkotaan, meliputi:
a. Fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi
wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian,
perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
serta transportasi, pergudangan dan sebagainya;
b. Kota sebagai pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana
sosial ekonomi;
c. Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
C. Arahan Pengelolaan Kawasan Strategis
1. Arahan pengelolaan kawasan strategis dari sudut hankam, adalah
kawasan latihan militer;
2. Arahan pengelolaan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi, meliputi :
a. Kawasan tertinggal
b. Kawasan perdagangan
3. Arahan pengelolaan kawasan strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya, meliputi :
a. Kawasan adat tertentu;
b. Kawasan konservasi warisan budaya.
4. Arahan pengelolaan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi, meliputi:
a. Kawasan pertambangan minyak dan panas bumi;
b. Kawasan pertambangan emas.
5. Arahan pengelolaan kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup adalah : Kawasan yang berfungsi
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
D. Arahan Pengelolaan Sistem Permukiman Perdesaan dan Perkotaan
1. Arahan pengembangan struktur ruang pedesaan dilakukan melalui
pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), meliputi:
a. Desa Batok dan Desa Tapos Kecamatan Tenjo;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 75
b. Desa Sukamulih Kecamatan Sukajaya;
c. Desa Banyuasih Kecamatan Cigudeg;
d. Desa Pabangbon dan Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang;
e. Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan;
f. Desa Ciampea Udik Kecamatan Ciampea;
g. Desa Cidokom Kecamatan Rumpin;
h. Desa Parigimekar Kecamatan Ciseeng;
i. Desa Tajurhalang Kecamatan Tajurhalang;
j. Desa Cisalada Kecamatan Cigombong;
k. Desa Ciderum Kecamatan Caringin;
l. Desa Cibeduk Kecamatan Ciawi;
m. Desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung;
n. Desa Gunung Geulis Kecamatan Sukaraja;
o. Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur;
p. Desa Sirnagalih Kecamatan Jonggol;
q. Desa Selawangi, Desa Tanjungrasa, Desa Sirnarasa, dan Desa
Pasirtanjung Kecamatan Tanjungsari; dan
r. Desa Cikahuripan Kecamatan Klapanunggal.
2. Pengelolaan struktur ruang perdesaan merupakan upaya untuk
mempercepat pertumbuhan di kawasan perdesaan;
3. Setiap pusat pelayanan dikembangkan melalui penyediaan
berbagai fasilitas sosial-ekonomi;
4. Pengelolaan pusat permukiman perkotaan terkait dengan fungsi
pusat kegiatan meliputi pusat kegiatan wilayah dan lokal di
wilayah perkotaan.
E. Arahan Pengembangan Sistem Sarana dan Prasarana
1. Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Jalan
a. Arahan pengembangan jalan tol, meliputi ruas :
(1) Jalan Tol Bojong Gede � Antasari �.Depok.
(2) Jalan Tol Ciawi � Sukabumi.
(3) Jalan Tol Tenjo � Jasinga.
(4) Bukaan Jalan Tol Lingkar Luar Bogor (Bogor Ring Road).
(5) Bukaan Jalan Tol Bintaro/BSD � Rumpin - Cigudeg.
(6) Jalan Tol Cibubur-Cileungsi-Cikarang-Bekasi.
(7) Bukan jalan Tol Cibinong-Rumpin-Parung Panjang.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 76
b. Arahan pengembangan jalan tembus antar wilayah
kabupaten/kota, meliputi ruas :
(1) Lingkar Luar Bogor (Bogor Ring Road).
(2) Depok � Antasari � Bojong Gede.
(3) Ciawi � Sukabumi.
(4) Jalan Tegar Beriman � Bojonggede � Kemang � Rumpin.
(5) Jalan Tembus GOR Pakansari dan Stadion Pakansari
(6) Jalan Puncak II
(7) Jalan Ciawi-Gunung Mas (Tugu Selatan)
(8) Jalan Ciawi- Tugu Utara
c. Arahan penataan dan pelebaran jaringan jalan :
(1) Jalan yang menghubungkan kota/kabupaten sekitarnya
(2) Jalan menuju obyek wisata
(3) Jalan menuju sentra produksi pertanian
d. Arahan pengembangan terminal berupa pengembangan
terminal penumpang :
(1) Terminal angkutan penumpang, antara lain :
- terminal tipe B Cibinong;
- terminal tipe B Leuwiliang;
- terminal tipe B Cileungsi;
- terminal tipe B Ciawi;
- terminal tipe B Parung;
- terminal tipe B Parung Panjang;
- terminal tipe B di Cigudeg;
- terminal tipe C Jasinga;
- terminal tipe C di Rumpin (Cicangkal);
- terminal tipe C/Terpadu Bojonggede;
- terminal tipe C Laladon;
- terminal tipe C Jonggol;
- terminal tipe C Cariu; dan
- terminal tipe C Cigombong.
(2) Terminal untuk tujuan wisata, antara lain meliputi :
- terminal wisata di Pamijahan;
- terminal wisata di Sukamantri; dan
- terminal wisata di Kawasan Wisata di Ciawi.
(3) Terminal barang/peti kemas, antara lain meliputi :
Kecamatan Ciawi, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 77
Cibungbulang, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Cariu,
Kecamatan Tenjo, Kecamatan Jasinga, dan Kecamatan
Babakan Madang.
(4) Terminal Agribisnis : ..............
2. Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Perkeretaapian
a. Arahan pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian
meliputi arahan pengembangan jalur perkeretaapian,
pengembangan prasarana transportasi kereta api untuk
keperluan penyelenggaraan perkeretaapian komuter, dry port,
terminal barang, serta konservasi rel mati.
b. pemanfaatan jalur kereta api Cibinong � Citayam;
c. pembangunan stasiun penumpang kereta api di Kecamatan
Cibinong, peningkatan stasiun penumpang di Kecamatan
Tenjo dan Parung Panjang; dan
d. pengembangan jalur kereta api baru pada ruas tertentu.
3. Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Udara
Pemanfaatan jaringan transportasi udara diarahkan melalui
pengembangan pemanfaatan ruang secara terbatas pada areal
lapangan udara antara lain :
a. Lapangan udara Atang Senjaya di Kecamatan Kemang; dan
b. Lapangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) di Kecamatan Rumpin.
4. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Telematika
a. Arahan pengembangan prasarana telematika, terus
ditingkatkan perkembangannya hingga mencapai pelosok
wilayah yang belum terjangkau;
b. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil,
pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan
kemudahan jaringan telematika;
c. Pengembangan jaringan telekomunikasi diarahkan pada :
(1) Pengembangan Stasiun Bumi/Stasiun Kendali Satelit
Domestik (SKSD) Palapa di Kecamatan Cibinong; dan
(2) Pengembangan jaringan yang dapat menjangkau seluruh
wilayah daerah.
F. Arahan Pengembangan Prasarana Sumberdaya Air
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 78
1. Arahan pengelolaan sumberdaya air, meliputi :
a. Pembangunan prasarana sumber daya air, terdiri dari :
(1) saluran dan bangunan irigasi untuk keperluan air
pertanian;
(2) jaringan pipanisasi untuk keperluan air bersih rumah
tangga dan industri;
b. semua sumber air baku dari DAM, embung, waduk, telaga,
bendungan serta sungai - sungai klasifikasi I � IV;
c. zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi
DAS;
2. Prasarana pengairan direncanakan sesuai dengan kebutuhan
peningkatan sawah irigasi teknis dan non teknis;
3. Rencana pengembangan pengairan disusun berdasarkan DAS;
4. Pengembangan waduk, dam dan embung terkait dengan
pengelolaan sumber daya air, dengan mempertimbangkan :
a. Daya dukung sumber daya air.
b. kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat.
c. Kemampuan pembiayaan.
5. Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi
ditetapkan meliputi :
a. Waduk Cijurei di Kecamatan Sukamakmur
b. Waduk Cidurian di Kecamatan Nanggung
c. Waduk Ciawi di Kecamatan Ciawi
d. Embung di Kecamatan Cisarua dan Megamendung
6. Area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan.
G. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan
1. Arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang
digunakan lintas wilayah secara administratif , adalah :
a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan
penanggulangan masalah sampah;
b. Pengalokasian pengolahan sampah (TPS) terpadu sesuai
dengan persyaratan teknis;
c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan;
d. Perubahan paradigma pengelolaan sampah dari �kumpul,
angkut, buang� menjadi �prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery)�;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 79
e. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai
dengan daya dukung lingkungan; dan
f. Penyelesaian TPA Regional Nambo untuk melayani sampah dari
Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok maupun DKI
Jakarta.
2. Penerapan alokasi unit pengolahan sampah di tiap perumahan;
3. Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja;
4. Pengembangan tempat sampah skala regional dialokasikan pada 3
(tiga) wilayah, yaitu :
a. Wilayah Barat di Kecamatan Parung Panjang, Rumpin, dan
Cigudeg;
b. Wilayah Tengah di Kecamatan Kemang; dan
c. Wilayah Timur di Kecamatan Klapanunggal dan Jonggol.
5. Khusus untuk limbah industri yang mengandung Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), tempat pengelolaan sampah dialokasikan di
Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal.
H. Arahan Pengelolaan Tata Guna Tanah, Tata Guna Air, Tata Guna
Udara, dan Tata Guna Sumber Daya Alam Lainnya, yaitu :
1. Arahan tata guna tanah, meliputi :
a. Pengaturan peruntukan dan penggunaan tanah;
b. Penggunaan tanah yang mengacu pada fungsi (zona) yang telah
ditetapkan untuk kawasan lindung;
c. Penggunaan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang tidak
dapat diperluas atau dikembangkan penggunaannya;
d. Pola penyesuaian penggunaan/pemanfaatan tanah dilakukan
melalui penataan kembali (konsolidasi tanah);
e. Pengelolaan bangunan bawah tanah melalui :
(1) pengembangan utilitas perkotaan (manhole)
(2) pengembangan fasilitas parkir bawah tanah (basement)
(3) pengembangan sistem transportasi dan jaringan lainnya
bawah tanah.
2. Arahan pengelolaan tata guna air terdiri dari :
a. Penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian;
b. Pengendalian dan pengaturan banjir;
c. Pengaturan dan penyediaan air minum, air perkotaan, dan air
industri;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 80
d. Pemeliharaan ketersediaan kuantitas dan kualitas air yang
berkelanjutan; dan
e. Pemanfaatan ruang udara bangunan atas air, dilakukan melalui
pengembangan atas sungai, anjungan, dan cottage.
3. Arahan pengelolaan tata guna udara meliputi :
a. Pengaturan jalur SUTT dan SUTET;
b. Pemanfaatan ruang udara untuk transmisi listrik;
c. Pengaturan jaringan komunikasi selular melalui Base
Transceiver Station (BTS) bersama;
d. Pemanfaatan ruang udara untuk transportasi melalui
pengembangan frekuensi radio, gelombang microwave, dan
seluler;
e. Pengaturan jalur penerbangan khusus (LANUD) membatasi
adanya bangunan yang memiliki ketinggian pada jalur terbang
(Runway);
f. Pemanfaatan ruang udara untuk transportasi melalui
pengembangan dan pengamanan jalur keselamatan operasi
penerbangan sekitar lapangan udara;
g. Pengembangan ruang udara bangunan atas tanah melalui
pemanfaatan jalan layang, simpang susun, kereta layang, dan
jembatan penyeberangan.
4. Arahan tata guna sumber daya alam lainnya diarahkan pada
pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap memperhatikan
fungsi kelestarian kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
kehidupan secara berkelanjutan
V.2.3 ARAHAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM HAL TERJADI PEMISAHAN WILAYAH BOGOR BARAT
A. Arahan Pengelolaan Sistem Permukiman Perdesaan dan Perkotaan Arahan pengembangan struktur ruang pedesaan dilakukan melalui
pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), meliputi :
1. Desa Parigimekar Kecamatan Ciseeng;
2. Desa Tajurhalang Kecamatan Tajurhalang;
3. Desa Cisalada Kecamatan Cigombong;
4. Desa Ciderum Kecamatan Caringin;
5. Desa Cibeduk Kecamatan Ciawi;
6. Desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 81
7. Desa Gunung Geulis Kecamatan Sukaraja;
8. Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur;
9. Desa Sirnagalih Kecamatan Jonggol;
10. Desa Selawangi, Desa Tanjungrasa, Desa Sirnarasa, dan Desa
Pasirtanjung Kecamatan Tanjungsari; dan
11. Desa Cikahuripan Kecamatan Klapanunggal.
B. Arahan Pengembangan Sistem Sarana dan Prasarana
1. Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Jalan
a. Arahan pengembangan jalan tol, meliputi ruas :
(1) Jalan Tol Bojong Gede � Antasari � Depok.
(2) Jalan Tol Ciawi � Sukabumi.
(3) Bukaan Jalan Tol Lingkar Luar Bogor (Bogor Ring Road).
b. Arahan pengembangan jalan tembus antar wilayah
kabupaten/kota, meliputi ruas :
(1) Lingkar Luar Bogor (Bogor Ring Road),
(2) Depok � Antasari � Bojong Gede, dan
(3) Ciawi � Sukabumi.
c. Arahan pengembangan terminal jalan berupa pengembangan
terminal penumpang :
(1) terminal angkutan penumpang, antara lain :
- terminal tipe B Cibinong;
- terminal tipe B Cileungsi;
- terminal tipe B Ciawi;
- terminal tipe B Parung;
- terminal tipe C/Terpadu Bojonggede;
- terminal tipe C Laladon;
- terminal tipe C Jonggol; dan
- terminal tipe C Cariu.
(2) terminal untuk tujuan wisata, antara lain meliputi :
- terminal wisata di Sukamantri; dan
- terminal wisata di Kawasan Wisata di Ciawi.
(3) terminal barang/peti kemas, antara lain meliputi :
Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Cariu,
dan Kecamatan Babakan Madang.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 82
2. Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Perkeretaapian
a. Arahan pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian
meliputi arahan pengembangan jalur perkeretaapian,
pengembangan prasarana transportasi kereta api untuk
keperluan penyelenggaraan perkeretaapian komuter, dry port,
terminal barang, serta konservasi rel mati;
b. pemanfaatan jalur kereta api Cibinong � Citayam;
c. pembangunan stasiun penumpang kereta api di Kecamatan
Cibinong; dan
d. pengembangan jalur kereta api baru pada ruas tertentu,
disesuaikan atau mengikuti rencana pengembangan jaringan
Kereta Api (rail way master plan) Nasional.
3. Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Udara
Pemanfaatan jaringan transportasi udara diarahkan melalui
pengembangan pemanfaatan ruang secara terbatas pada areal
lapangan udara, yaitu Lapangan udara Atang Senjaya di
Kecamatan Kemang.
4. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Telematika
a. Arahan pengembangan prasarana telematika, terus
ditingkatkan perkembangannya hingga mencapai pelosok
wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telematika
mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan;
b. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil,
pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan
kemudahan jaringan telematika; dan
c. Pengembangan jaringan telekomunikasi diarahkan pada :
(1) pengembangan Stasiun Bumi/Stasiun Kendali Satelit
Domestik (SKSD) Palapa di Kecamatan Cibinong; dan
(2) pengembangan jaringan yang dapat menjangkau seluruh
wilayah daerah.
C. Arahan Pengembangan Prasarana Sumberdaya Air
Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi
ditetapkan meliputi:
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 83
1. Waduk Cijurei di Kecamatan Sukamakmur;
2. Waduk Ciawi di Kecamatan Ciawi;
3. Embung di Kecamatan Cisarua dan Megamendung.
D. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan
1. Pengembangan tempat pembuangan sampah terpadu skala
regional dialokasikan pada 2 (dua) wilayah, yaitu :
a. Wilayah Tengah di Kecamatan Kemang; dan
b. Wilayah Timur di Kecamatan Klapanunggal dan Jonggol;
2. Khusus untuk limbah industri yang mengandung Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), tempat pengelolaan sampah dialokasikan di
Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal.
V.3. TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS
Upaya perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang
Kabupaten Bogor dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka
pembangunan jangka menengah, yang diukur dengan parameter
peningkatan kualitas manusia melalui indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Tahapan
pembangunan jangka menengah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
V.3.1 RPJM Daerah Pertama (2005 � 2008)
Tahapan pembangunan pada tahap pertama Kabupaten Bogor
dilaksanakan melalui Renstra Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2003-
2008 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004.
Dengan berlandaskan pada pencapaian hasil-hasil pembangunan periode
sebelumnya, pembangunan daerah pada tahap ini untuk mendukung
pencapaian visi : �Tercapainya Pelayanan Prima demi Terwujudnya
Masyarakat Kabupaten Bogor yang Maju, Mandiri, Sejahtera Berlandaskan
Iman dan Takwa�.
Upaya pencapaian visi tersebut diiplementasikan ke dalam 6 misi
pembangunan sebagai berikut :
1. Melakukan Reformasi Pelayanan Publik Menuju Tata Pemerintahan
yang Baik (good governance);
2. Meningkatkan Profesionalisme Aparatur dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 84
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan;
4. Menumbuhkembangkan Potensi Industri, Pertanian dan Pariwisata
secara Optimal dan Lestari;
5. Meningkatkan Kualitas dan Menata Sarana, Prasarana dan
Infrastruktur Wilayah;
6. Memajukan Kehidupan Keagamaan dan Kondisi Sosial
Kemasyarakatan.
Renstra Kabupaten Bogor dapat dikatakan sebagai dokumen RPJMD
ke-1 dengan sasaran pokok, yaitu meningkatnya kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Bogor dengan indikator kinerja utama adalah : (1)
meningkatnya capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta
komponen pembentuknya, terdiri atas Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-
rata Lama Sekolah (RLS), Angka Melek Huruf (AMH), Kemampuan Daya
Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity); (2) menurunnya jumlah
penduduk miskin; (3) berkurangnya jumlah pengangguran terbuka; (4)
terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; (5) bertambahnya
nilai PDRB dan bergesernya struktur ekonomi ke arah sektor sekunder dan
tersier; (6) meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi; dan (7)
meningkatnya pendapatan per kapita.
Prioritas utama pada tahapan ini adalah peletakkan fondasi untuk
mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera melalui peningkatan
pelayanan pendidikan dan kesehatan; peningkatan kemampuan daya beli
masyarakat; peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
peningkatan pelayanan dasar, terutama infrastruktur wilayah dan mitigasi
bencana; serta penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik.
V.3.2 RPJMD ke-2 (2008 � 2013)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJMD ke-1, maka RPJMD ke-2 ditujukan untuk merealisasikan visi
pembangunan daerah hingga tahun 2025 menurut dokumen RPJPD,
yaitu �Kabupaten Bogor Maju dan Sejahtera Berlandaskan Iman dan
Takwa�. Pada tahapan ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
diproyeksikan sebesar 74,03 pada tahun 2013.
Prioritas pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
Urusan Pendidikan. Pembangunan pendidikan diprioritaskan untuk
peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH)
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 85
melalui Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 (sembilan)
Tahun. Upaya yang dilakukan untuk mendukung target tersebut melalui
pembagian peran (Role Sharing) pendanaan antara Pusat, Provinsi dan
Kabupaten dalam rangka rehabilitasi dan penambahan ruang kelas baru
SD/MI dan SMP/MTs, serta bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari
keluarga tidak mampu.
Selain itu, rintisan munculnya sekolah-sekolah unggulan di
Kabupaten Bogor menjadi prioritas pada priode ini. Demikian pula
pemberantasan buta aksara, melalui pengembangan pendidikan
keaksaraan dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terutama
untuk daerah terpencil yang sulit mengakses pendidikan formal.
Urusan Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada periode ini
diprioritaskan untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH),
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, melalui
peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan, peningkatan balita gizi
baik dan yang diimunisasi lengkap, peningkatan cakupan sanitasi dasar,
peningkatan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan, peningkatan angka kesembuhan penderita penyakit tertentu,
penyusunan rancangan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan, dan
peningkatan manajemen kesehatan yang akuntabel.
Urusan Pekerjaan Umum. Pada periode ini pembangunan
diprioritaskan pada peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan
infrastruktur wilayah, antara lain : pembangunan jaringan infrastruktur
transportasi yang mantap dan handal serta terintegrasi, disertai dengan
bukaan akses jalan baru ke wilayah Barat, ke wilayah Timur yang
berbatasan dengan Cianjur, ke wilayah Selatan yang berbatasan dengan
Sukabumi serta ke arah Utara yang berbatasan dengan Depok maupun
Tangerang; terbukanya akses jalan ke sentra-sentra produksi, baik
pertanian, obyek wisata, pertambangan dan daerah terisolir, serta
peningkatan rasio aksesibilitas jalan terhadap luas daerah.
Selain sarana transportasi, dilakukan upaya : perintisan
pembangunan waduk dan embung untuk pemenuhan kecukupan air bagi
aktivitas ekonomi masyarakat, peningkatan rasio pelayanan jaringan
irigasi terhadap luas areal irigasi, peningkatan cakupan layanan air bersih
di perdesaan dan perkotaan, peningkatan cakupan layanan persampahan,
terutama di wilayah perkotaan, peningkatan cakupan layanan penerangan
jalan umum pada ruas jalan kabupaten di setiap wilayah kecamatan,
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 86
peningkatan ketersediaan sarana tempat layanan pemakaman umum di
setiap wilayah kecamatan, penambahan ruang terbuka hijau dan taman-
taman kota di setiap wilayah kecamatan, serta peningkatan rasio dan
cakupan rumah layak huni.
Urusan Penataan Ruang. Penyelenggaraan penataan ruang
diprioritaskan pada peningkatan kualitas perencanaan tata ruang wilayah,
kota dan kawasan serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan
mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan
secara berjangka dan penegakan peraturan atau ketentuan teknis
pemanfaatannya dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang;
pelaksanaan rencana pengembangan kawasan budidaya dan kawasan non-
budidaya atau wilayah konservasi melalui kesepakatan kerjasama sesuai
dengan rencana tata ruang yang berlaku; pencapaian rencana
pemanfaatan ruang yang serasi dengan ekosistemnya serta mampu
mewadahi perkembangan wilayah dan aktifitas perekonomian
masyarakat; pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan kaidah
pengelolaan ruang dan lingkungan hidup yang berkelanjutan; serta
tersedianya rencana tata ruang secara detail di setiap kecamatan dan
kawasan cepat tumbuh.
Urusan Perencanaan Pembangunan. Pada tahap ini diprioritaskan
pada terwujudnya perencanaan pembangunan daerah secara berjangka
meliputi jangka panjang, menengah dan tahunan serta rencana
pembangunan daerah menurut urusan pemerintahan bagi kemajuan
daerah; serta peningkatan peran serta masyarakat dan lembaga-lembaga
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan
pengawasan pembangunan daerah yang mendukung penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Selain itu, perencanaan pembangunan diarahkan untuk peningkatan
nilai tambah PDRB, Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan per
Kapita, serta mulai bergesernya struktur ekonomi ke sektor tersier.
Urusan Perhubungan. Pembangunan Perhubungan diprioritaskan
pada upaya penambahan jangkauan wilayah pelayanan moda
transportasi.
Urusan Lingkungan Hidup. Pembangunan lingkungan hidup
diprioritaskan pada optimalisasi pengelolaan lingkungan hidup melalui
kelayakan AMDAL, UKL/UPL dan RKL/RPL yang bersersifikat dalam
kegiatan usaha, tersedianya akses informasi terhadap lingkungan hidup,
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 87
peningkatan jumlah kelompok masyarakat dan organisasi masyarakat
yang peduli lingkungan hidup, tersedianya peraturan daerah tentang
pengaturan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta bertambahnya
revegetasi lahan kritis.
Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil. Pembangunan
kependudukan dan catatan sipil pada tahap ini diprioritaskan pada
pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta penurunan
jumlah pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin.( KB cek
kembali)
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Pembangunan urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
diarahkan untuk peningkatan indeks pembangunan gender,
pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender serta rasio perempuan
pada pemerintahan daerah dan DPRD serta jabatan strategis lainnya.
Urusan Sosial, diprioritaskan pada terpenuhinya pelayanan sosial
dasar bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial, fasilitasi untuk
meningkatkan pelayanan sosial kemasyarakatan. Selain itu, termasuk
juga bantuan dan syiar-syiar keagamaan serta aspek sosial lainnya,
terciptanya kerukunan hidup antar dan inter umat beragama serta sikap
kesalehan sosial umat beragama, serta terpenuhinya sarana dan
prasarana ibadah yang merata di setiap wilayah sesuai dengan kebutuhan
umat beragama.
Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Pembangunan
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dilakukan melalui optimalisasi
sumber daya produktif dengan peningkatan pemberdayaan Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah yang sejalan dengan perkembangan dunia usaha;
serta bangkitnya sentra-sentra industri, koperasi dan UKM/IKM sesuai
dengan keunggulan masing-masing wilayah.
Urusan Penanaman Modal, diprioritaskan pada upaya-upaya yang
mendorong tumbuhnya investasi di wilayah Kabupaten Bogor.
Urusan Kebudayaan, diprioritaskan pada terpenuhinya jumlah
sarana, kelembagaan kebudayaan dan lingkung seni, budaya lokal,
kekhasan Kabupaten Bogor; tercapainya pelestarian benda-benda
kepurbakalaan, situs-situs dan benda-benda kepurbakalaan; peningkatan
keunggulan daya tarik wisata melalui pengembangan produk wisata yang
unik dan tradisional; adanya penghargaan terhadap prestasi masyarakat
atas pencapaiannya di bidang kesenian dan olah raga.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 88
Urusan Kepemudaan dan Olah Raga. Pembangunan kepemudaan
diupayakan melalui peningkatan kualitas pemuda sebagai individu dan
dalam organisasi kepemudaan. Sedangkan pembangunan bidang olah raga
diarahkan pada terpenuhinya sarana olah raga sehingga dapat
meningkatkan prestasi olah raga.
Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, diprioritaskan
pada terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa di Kabupaten Bogor,
dengan upaya membangun kondisi politik lokal yang demokratis melalui
penguatan kelembagaan politik yang ada. Sementara itu, upaya lainnya
adalah peningkatan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta kondisi
keamanan wilayah yang kondusif demi kelancaran pelaksanaan
pembangunan daerah, tersedianya teknologi dan alat deteksi dini
terhadap bencana gempa, banjir dan tanah longsor, bertambahnya
jumlah aparat, anggota masyarakat dan kelompok masyarakat yang
terampil dalam menangani bahaya bencana alam, pencegahan bencana
alam maupun mitigasi bencana serta meningkatnya perlindungan
masyarakat dan penanggulangan/penanganan korban bencana alam
maupun korban bencana sosial.
Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
Pembangunan diprioritaskan pada : peningkatan kapasitas Pemerintah
Kabupaten Bogor dan DPRD Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah; peningkatan kualitas pelayanan dasar, perizinan
dan pelayanan publik yang lebih baik (better), lebih cepat (faster)
dengan biaya wajar menurut peraturan yang berlaku (cheaper) dalam
lingkup kewenangan Kabupaten Bogor serta memenuhi kepuasan
pelanggan; peningkatan kapasitas keuangan daerah untuk memenuhi
kebutuhan dana pembangunan disertai dengan pengelolaan keuangan
yang efisien, efektif, transparan, akuntabel dan taat pada peraturan yang
berlaku; peningkatan tertib pengelolaan aset dan barang daerah serta
pendayagunaannya untuk kemajuan daerah; keterbukaan informasi dan
komunikasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah, baik
melalui media cetak, elektronik dan media teknologi terkini lainnya
sesuai dengan perkembangan IPTEK; terbangunnya hukum dan tata
peraturan daerah sebagai landasan penyelenggaraan otonomi daerah dan
penegakkan hukum di daerah; tercapainya peningkatan kapasitas
pelayanan kecamatan dan kelurahan sesuai dengan kewenangan yang
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 89
telah dilimpahkan; terlaksananya fasilitasi untuk peningkatan kepasitas
pelayanan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa,
kelembagaan desa maupun usaha-usaha ekonomi pedesaan; tercapainya
tata kelola pemerintahan umum dan bina wilayah serta fasilitasi
penyelesaian masalah pertanahan antara masyarakat dan pihak-pihak
yang bersengketa sesuai ketentuan yang berlaku; peningkatan
pengendalian pelaksanaan pembangunan daerah dari berbagai sumber
dana pembangunan; terlaksananya fasilitasi untuk mendorong kemajuan
ekonomi dan sektor-sektor unggulan Kabupaten Bogor; terwujudnya
organisasi perangkat daerah yang ramping struktur tetapi kaya fungsi dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; peningkatan
profesionalisme aparatur, baik dalam kompetensi teknis dan substantif
menurut tupoksinya maupun untuk pelayanan kepada masyarakat disertai
dengan perbaikan kesejahteraan aparatur; peningkatan kuantitas dan
kualitas auditor/Pejabat Pengawas Pemerintah (P3); peningkatan
kesejahteraan auditor/Pejabat Pengawas Pemerintah (P3) (???);
mendorong peningkatan kinerja aparatur; mendorong peningkatan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah; pengembangan SIMWASDA
(Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Daerah); terwujudnya
pembentukan daerah otonom baru di wilayah Barat Kabupaten Bogor;
terlaksananya reformasi birokrasi di daerah secara menyeluruh sesuai
dengan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan
bertanggungjawab.
Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Pembangunan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada terwujudnya
pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa dan potensi ekonomi desa,
antara lain melaui peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap
teknologi tepat guna, dan teknologi terkini lainnya, serta adanya
penghargaan terhadap prestasi masyarakat atas pencapaiannya di bidang
ilmu pengetahuan dan penelitian.
Urusan Kearsipan, diprioritaskan pada tercapainya tata pengelolaan
kearsipan daerah yang lebih maju di setiap SKPD hingga kecamatan, dan
desa/kelurahan sesuai dengan perkembangan IPTEK; terbangunnya sarana
dan prasarana layanan perpustakaan daerah untuk meningkatkan minat
dan budaya baca pada masyarakat dan pelajar di Kabupaten Bogor;
peningkatan kualitas dan kuantitas perpustakaan desa/kelurahan di
Kabupaten Bogor.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 90
Urusan Komunikasi dan Informatika, diprioritaskan pada
peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap teknologi informasi
melalui peningkatan jangkauan layanan telekomunikasi di setiap
kecamatan serta peningkatan rasio pemanfaatan sarana komunikasi
maupun telematika. Selain itu, dilakukan upaya penguasaan dan
pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dilandasi oleh
nilai-nilai Iman dan Takwa (IMTAQ).
Urusan Pertanian, diprioritaskan pada terjaminnya ketersediaan
kebutuhan pokok masyarakat, terutama beras; munculnya sentra-sentra
produk unggulan baru dari pertanian, perikanan, peternakan maupun
perkebunan; bangkitnya sentra agrobisnis yang sesuai dengan keunggulan
masing-masing wilayah.
Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral, diprioritaskan pada
peningkatan rasio pemanfaatan potensi sumber daya air, energi dan
listrik.
Prioritas utama pada tahapan ini adalah penguatan dan
pemantapan pembangunan daerah untuk mewujudkan masyarakat
yang maju dan sejahtera melalui peningkatan kualitas dan pemerataan
pelayanan pendidikan dan kesehatan; peningkatan kemampuan daya beli
masyarakat; pemenuhan pelayanan dasar, terutama infrastruktur wilayah
untuk percepatan pembangunan di setiap wilayah; pengendalian
pemanfaatan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup secara
berkelanjutan serta mitigasi bencana di kabupaten Bogor; reformasi
birokrasi sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih,
berwibawa dan bertanggungjawab.
V.3.3 RPJMD ke-3 (2013 � 2018)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJMD ke-2, maka RPJMD ke-3 ditujukan untuk merealisasikan visi dan
misi pembangunan daerah melalui pengembangan dan percepatan
pembangunan daerah secara menyeluruh di berbagai bidang/urusan
pemerintahan sesuai dengan kewenangan Kabupaten Bogor dengan
menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
daerah berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang
berlandaskan pada nilai-nilai agama, moral dan kearifan lokal,
pembangunan daerah secara berkelanjutan dengan pemantapan tata
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 91
kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan
bertanggungjawab. Pada tahapan ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
diproyeksikan sebesar 77,34 pada tahun 2018.
Pada RPJMD ke-3 ini, tahapan dan prioritasnya semakin
dikembangkan dan dipercepat pencapaiannya, sehingga prioritas
pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Urusan Pendidikan. Pembangunan pendidikan diprioritaskan untuk
peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH)
melalui Perintisan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 (dua belas)
Tahun. Upaya yang dilakukan untuk mendukung antara lain yaitu
pengembangan pendidikan satu atap (sembilan tahun), peningkatan
sarana dan prasarana pendidikan menengah dan bantuan beasiswa bagi
siswa dari keluarga tidak mampu.
Urusan Kesehatan. Pembangunan kesehatan diprioritaskan untuk
meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH), penurunan Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi, melalui peningkatan persalinan oleh tenaga
kesehatan, peningkatan balita gizi baik dan yang diimunisasi lengkap,
peningkatan cakupan sanitasi dasar, peningkatan pemanfaatan sarana
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, peningkatan angka kesembuhan
penderita penyakit tertentu, penyusunan rancangan sistem jaminan
pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan manajemen kesehatan yang
akuntabel, serta penuntasan jumlah penduduk miskin yang menjadi
program jaminan pemeliharaan kesehatan.
Urusan Pekerjaan Umum. Pembangunan diprioritaskan pada
percepatan pembangunan infrastruktur wilayah, yang diindikasikan oleh
berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi, ketersediaan jaringan
irigasi, meningkatnya ketersediaan air bersih dan sanitasi, penambahan
ruang terbuka hijau dan taman-taman kota di setiap wilayah kecamatan.
Urusan Penataan Ruang. Pembangunan Penataan Ruang
diprioritaskan melalui upaya yang mendukung semakin terpenuhinya
rencana tata ruang secara detail untuk kota dan kawasan serta daerah
yang tumbuh dengan pesat; dan semakin terkendalinya pemanfaatan
ruang sesuai dengan kaidah pengelolaan ruang dan lingkungan hidup yang
berkelanjutan.
Urusan Perencanaan Pembangunan, diprioritaskan pada semakin
mantapnya peran serta masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat
dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan pengawasan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 92
pembangunan daerah yang mendukung penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Selain itu, perencanaan pembangunan diarahkan pada upaya yang
mendukung semakin tingginya nilai tambah PDRB dan mulai bergesernya
struktur ekonomi ke dalam sektor tersier dengan laju pertumbuhan
ekonomi yang berada di atas angka inflasi regional Jawa Barat; semakin
tingginya pendapatan per kapita dan upah minimum kabupaten serta
upah minimum regional Jawa Barat dan mulai memenuhi kebutuhan
hidup minimum.
Urusan Perhubungan. Pembangunan Perhubungan diprioritaskan
pada upaya penambahan jangkauan wilayah pelayanan moda
transportasi.
Urusan Lingkungan Hidup, diprioritaskan pada pemantapan
pengelolaan lingkungan hidup melalui kelayakan AMDAL, UKL/UPL dan
RKL/RPL yang bersertifikat dalam kegiatan usaha dan mulai terpenuhinya
baku mutu lingkungan yang berlaku; serta cakupan revegetasi lahan kritis
telah menjangkau separoh dari luas lahan kritis yang ada.
Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil. Pembangunan
Kependudukan dan Catatan Sipil diprioritaskan pada upaya semakin
mantapnya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di
bawah laju Provinsi Jawa Barat.
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Pembangunan bidang Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak diarahkan untuk peningkatan upaya pemberdayaan perempuan
berbasis kemandirian ekonomi, pendidikan dan kesehatan, peningkatan
upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga, pengembangan partisipasi lembaga sosial
masyarakat dalam penanganan permasalahan perempuan dan anak dan
peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan.
Urusan Sosial, diprioritaskan pada berkurangnya secara signifikan
jumlah pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin di bawah
rata-rata Provinsi Jawa Barat.
Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Pembangunan
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dilakukan melalui optimalisasi
sumber daya produktif dengan peningkatan pemberdayaan Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah yang sejalan dengan perkembangan dunia usaha;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 93
serta bangkitnya sentra-sentra industri, koperasi dan UKM/IKM sesuai
dengan keunggulan masing-masing wilayah.
Urusan Penanaman Modal. Pembangunan urusan Penanaman Modal
diprioritaskan pada jumlah dan laju investasi di wilayah Kabupaten Bogor
proporsional dengan wilayah BODEBEK lainnya; dan munculnya sentra-
sentra unggulan baru di setiap wilayah Kabupaten Bogor.
Urusan Kebudayaan. Dalam Pembangunan bidang kebudayaan
diprioritaskan pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal
masyarakat Kabupaten Bogor. Upaya yang dilakukan antara lain
menanamkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat
terutama pada kalangan generasi muda dalam peran sertanya untuk
pembangunan.
Urusan Kepemudaan dan Olah Raga. Pembangunan kepemudaan
diupayakan melalui peningkatan kualitas pemuda sebagai individu dan
dalam organisasi kepemudaan. Sedangkan pembangunan bidang olah raga
diarahkan pada terpenuhinya sarana olah raga sehingga dapat
meningkatkan prestasi olah raga.
Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, diprioritaskan
pada semakin mantapnya persatuan dan kesatuan bangsa di Kabupaten
Bogor berdasarkan agama; semakin mantapnya kondisi politik lokal yang
demokratis melalui penguatan kelembagaan politik yang ada; semakin
mantapnya teknologi dan alat deteksi dini terhadap bencana gempa,
banjir dan tanah longsor; serta semakin mantapnya kemampuan aparat,
anggota masyarakat dan kelompok masyarakat terampil dalam menangani
bahaya bencana alam, pencegahan bencana alam maupun mitigasi
bencana serta meningkatnya perlindungan masyarakat dan
penanggulangan/penanganan korban bencana alam maupun korban
bencana sosial.
Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian,
diprioritaskana pada pemantapan kapasitas Pemerintah Kabupaten Bogor
dan DPRD Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah; semakin mantapnya kualitas pelayanan dasar, perizinan dan
pelayanan publik yang lebih baik (better), lebih cepat (faster) dengan
biaya wajar menurut peraturan yang berlaku (cheaper) dalam lingkup
kewenangan Kabupaten Bogor serta memenuhi kepuasan pelanggan;
pemantapan reformasi birokrasi mulai berkembang ke arah pelayanan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 94
publik dengan dukungan teknologi e-goverment dan teknologi informasi
yang terkini, serta pemantapan kapasitas inspektorat Kabupaten Bogor;
Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Pembangunan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peningkatan
pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa dan potensi ekonomi desa.
Urusan Kearsipan. Pembangunan Kearsipan diprioritaskan pada
tercapainya tata pengelolaan kearsipan daerah yang lebih maju hingga
pemerintahan desa sesuai perkembangan teknologi informasi dan
komunkasi; penuntasan pembangunan sarana dan prasarana layanan
perpustakaan daerah untuk meningkatkan minat dan budaya baca pada
masyarakat dan pelajar Kabupaten Bogor; dan pengembangan
perpustakaan tingkat SKPD, kecamatan hinga kelurahan dan desa.
Urusan Komunikasi dan Informatika. Pembangunan Komunikasi dan
Informatika diprioritaskan pada peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap teknologi informasi melalui upaya perintisan jangkauan layanan
telekomunikasi di setiap desa/kelurahan.
Urusan Pertanian. Pembangunan Pertanian diprioritaskan pada
terjaminnya ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat, terutama beras
dan mulai terpenuhinya kebutuhan komoditas pangan lainnya.
Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahap ini
diprioritaskan pada penyediaan energi bagi masyarakat, meningkatnya
upaya konservasi dan penghematan energi serta dimulainya
pengembangan energi alternatif.
Prioritas utama pada tahapan ini adalah pengembangan dan
percepatan pembangunan daerah untuk mewujudkan masyarakat yang
maju dan sejahtera melalui peningkatan kualitas dan relevansi
pendidikan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu;
peningkatan kemampuan daya beli masyarakat; pemenuhan pelayanan
dasar yang bermutu, terutama infrastruktur wilayah untuk percepatan
pembangunan di setiap wilayah dan mengatasi ketimpangan
pembangunan antar wilayah; pengendalian pemanfaatan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan disertai dengan
indikator pengelolaan lingkungan yang memenuhi baku mutu lingkungan
yang berlaku serta peningkatan penangulangan mitigasi bencana;
keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai dengan tata kelola
pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 95
V.3.4 RPJMD ke-4 (2018 � 2023)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJMD ke-3, maka RPJMD ke-4 ditujukan untuk optimalisasi
pembangunan daerah di seluruh bidang/urusan pemerintahan dengan
menekankan pada terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh SDM berkualitas
dan berdaya saing, dengan tetap mempertimbangkan pembangunan
daerah yang berkelanjutan dan reformasi birokrasi yang telah sesuai
dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, bersih,
berwibawa dan bertanggungjawab sebagaimana peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pada RPJMD ke-4 ini, tahapan dan prioritasnya semakin
dioptimalkan pencapaiannya. Pada tahap ini, batas bawah status
pembangunan manusia terkategorikan tinggi (IPM=80) diproyeksikan
terwujud pada tahun 2022, dan di akhir tahapan akan terwujud IPM
sebesar 80,81.
Prioritas pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
Urusan Pendidikan. Pembangunan pendidikan diprioritaskan untuk
peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH)
melalui Pemantapan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 (dua belas)
Tahun, serta munculnya sekolah-sekolah unggulan di Kabupaten Bogor.
Urusan Kesehatan. Pembangunan kesehatan diprioritaskan untuk
meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH), penurunan Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi, melalui peningkatan persalinan oleh tenaga
kesehatan, peningkatan balita gizi baik dan yang diimunisasi lengkap,
peningkatan cakupan sanitasi dasar, peningkatan pemanfaatan sarana
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, peningkatan angka kesembuhan
penderita penyakit tertentu, penyusunan rancangan sistem jaminan
pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan manajemen kesehatan yang
akuntabel, serta perintisan jumlah penduduk miskin beserta anggota
masyarakat lainnya untuk memasuki program jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Urusan Pekerjaan Umum, diprioritaskan pada mantapnya
penambahnya ruang terbuka hijau dan taman-taman kota di setiap
wilayah kecamatan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 96
Urusan Penataan Ruang. Pembangunan Penataan Ruang
diprioritaskan pada terpenuhinya seluruh rencana tata ruang secara
detail untuk kota dan kawasan serta daerah yang tumbuh dengan pesat;
serta terkendalinya dengan optimal pemanfaatan ruang sesuai dengan
kaidah pengelolaan ruang dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Urusan Perencanaan Pembangunan, diprioritaskan pada
optimalisasi peran serta masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat
dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan pengawasan
pembangunan daerah yang mendukung penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Selain itu, perencanaan pembangunan diarahkan pada upaya yang
mendukung semakin mantapnya kenaikan nilai tambah PDRB dan struktur
ekonomi telah berada dalam sektor tersier dengan laju pertumbuhan
ekonomi yang berada di atas angka inflasi regional dan rata-rata
pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat; serta pendapatan per kapita
dan upah minimum kabupaten serta upah minimum regional mampu
memenuhi kebutuhan hidup minimum;
Urusan Perhubungan. Pembangunan Perhubungan diprioritaskan
pada upaya penambahan jangkauan wilayah pelayanan moda
transportasi.
Urusan Lingkungan Hidup. Pembangunan Urusan Lingkungan Hidup
diprioritaskan pada optimalisasi pengelolaan lingkungan hidup melalui
kelayakan AMDAL, UKL/UPL dan RKL/RPL yang bersertifikat dalam
kegiatan usaha dan mulai terpenuhinya baku mutu lingkungan yang
berlaku; serta semakin optimalnya cakupan revegetasi lahan kritis dan
telah menjangkau sebagian besar dari luas lahan kritis yang ada.
Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil, diprioritaskan pada upaya
semakin mantapnya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk di bawah laju Provinsi Jawa Barat.
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Pembangunan bidang Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak diarahkan untuk peningkatan upaya pemberdayaan perempuan
berbasis kemandirian ekonomi, pendidikan dan kesehatan, peningkatan
upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga, pengembangan partisipasi lembaga sosial
masyarakat dalam penanganan permasalahan perempuan dan anak dan
peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 97
Urusan Sosial, diprioritaskan pada berkurangnya secara signifikan
jumlah pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin di bawah
rata-rata Propinsi Jawa Barat; serta pendapatan per kapita dan upah
minimum kabupaten serta upah minimum regional mampu memenuhi
kebutuhan hidup minimum.
Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Pengembangan KUKM
di berbagai sektor perekonomian melalui peningkatan kualitas serta
kehandalan sehingga mempunyai daya tawar usaha dengan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi dalam melakukan aktivitas bisnisnya.
Urusan Penanaman Modal, diprioritaskan pada semakin mantapnya
tambahan jumlah maupun laju investasi di wilayah Kabupaten Bogor
diantara wilayah BODEBEK lainnya; dan terus berkembangnya sentra-
sentra unggulan yang baru tumbuh di setiap wilayah Kabupaten Bogor.
Urusan Kebudayaan. Dalam Pembangunan urusan kebudayaan
diprioritaskan pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal
masyarakat Kabupaten Bogor. Upaya yang dilakukan antara lain
mengembangkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat yang
dapat dijadikan faktor penyeimbang terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Urusan Kepemudaan dan Olah Raga. Pembangunan urusan
kepemudaan diarahkan pada penyiapan kemandirian pemuda dalam
mensejahterakan dirinya dan masyarakat di sekitarnya tanpa banyak
tergantung pada pihak lain. Adapun pengembangan keolahragaan
dilakukan melalui perwujudan Kabupaten Bogor sebagai kabupaten yang
mampu mencetak atlet berprestasi pada event provinsi dan nasional.
Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, diprioritaskan
untuk optimalisasi persatuan dan kesatuan bangsa di Kabupaten Bogor
berdasarkan agama; optimalisasi kondisi politik lokal yang demokratis
melalui penguatan kelembagaan politik yang ada ; optimalisasi teknologi
dan alat deteksi dini terhadap bencana gempa, banjir dan tanah longsor;
serta optimalisasi kemampuan aparat, anggota masyarakat dan kelompok
masyarakat terampil dalam menangani bahaya bencana alam,
pencegahan bencana alam maupun mitigasi bencana serta meningkatnya
perlindungan masyarakat dan penanggulangan/penanganan korban
bencana alam maupun korban bencana sosial.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 98
Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian,
diprioritaskan pada optimalisasi kapasitas Pemerintah Kabupaten Bogor
dan DPRD Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah; optimalisasi kualitas pelayanan dasar, perizinan dan pelayanan
publik yang lebih baik (better), lebih cepat (faster) dengan biaya wajar
menurut peraturan yang berlaku (cheaper) dalam lingkup kewenangan
Kabupaten Bogor serta memenuhi kepuasan pelanggan; optimalisasi
reformasi birokrasi ke arah pelayanan publik dengan dukungan teknologi
e-goverment dan teknologi informasi yang terkini untuk aspek pelayanan
perizinan investasi dan perizinan lainnya.
Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Pembangunan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peningkatan
pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa dan potensi ekonomi desa.
Urusan Kearsipan. Pembangunan Kearsipan diprioritaskan pada
terciptanya tata pengelolaan kearsipan yang terintegrasi (integrated
system) antara manual dan elektronik pada tingkat SKPD dan kecamatan;
serta perintisan pengembangan perpustakaan desa/ kelurahan yang
berbasis teknologi informasi dan komunkasi.
Urusan Komunikasi dan Informatika. Pembangunan Komunikasi dan
Informatika diprioritaskan pada pemantaban aksesibilitas masyarakat
terhadap teknologi informasi melalui upaya peningkatan jangkauan
layanan telekomunikasi di setiap desa/kelurahan.
Urusan Pertanian, diprioritaskan pada terjaminnya ketersediaan
kebutuhan pokok masyarakat, terutama beras dan mulai terpenuhinya
kebutuhan komoditas pangan lainnya.
Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahap ini,
diharapkan semakin mantapnya pranata pengelolaan energi dalam upaya
kemandirian energi regional.
Prioritas utama pada tahapan ini adalah optimalisasi
pembangunan daerah untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan
sejahtera melalui peningkatan kualitas dan relevansi pelayanan
pendidikan di jenjang SMA/SMK dan peningkatan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau dengan program jaminan pemeliharaan
kesehatan; peningkatan kemampuan daya beli masyarakat yang
memenuhi kebutuhan hidup minimum; pemenuhan pelayanan dasar yang
bermutu, mantap dan merata di setiap wilayah, terutama infrastruktur
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 99
wilayah untuk setiap wilayah dan teratasinya ketimpangan pembangunan
antar wilayah; optimalisasi pengendalian pemanfaatan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan disertai dengan
indikator pengelolaan lingkungan yang memenuhi baku mutu lingkungan
yang berlaku serta peningkatan kapasitas dalam mitigasi bencana di
kabupaten Bogor; pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai
dengan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan
bertanggungjawab.
V.3.5 RPJMD ke-5 (2023 � 2025)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJMD ke-4, maka RPJMD ke-5 ditujukan untuk menyempurnakan
pembangunan daerah di seluruh bidang/urusan pemerintahan dengan
tata ruang dan infrastruktur yang sudah melayani seluruh wilayah di
Kabupaten Bogor. Struktur dan pola pemanfaatan ruang yang sudah
sistematis akan memudahkan distribusi perekonomian yang merata
dengan pembangunan berkelanjutan, sehingga kesejahteraan masyarakat
di Kabupaten Bogor diharapkan semakin terwujud. Kondisi pendidikan
masyarakat telah berada pada penuntasan wajib belajar pendidikan dasar
12 (dua belas) tahun disertai dengan derajat kesehatan yang tinggi. Hal
ini didukung sepenuhnya oleh optimalisasi pelaksanaan reformasi
birokrasi secara menyeluruh dengan menegakkan secara konsisten
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa
dan bertanggungjawab.
Pada periode ini merupakan puncak atau klimaks dari
pembangunan menyeluruh di segala bidang di Kabupaten Bogor, sehingga
diharapkan visi dan misi Kabupaten Bogor dapat tercapai secara optimal.
Proyeksi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada akhir kurun waktu RPJP
Daerah 2005-2025 adalah sebesar 82,24.
Untuk periode berikutnya, harus dilakukan terlebih dahulu evaluasi
daerah secara menyeluruh sesuai dengan indikator Evaluasi Kemampuan
Penyelenggaraan Otonomi Daerah (EKPOD) sebagaimana ketentuan yang
berlaku. Hasil dari EKPOD harus dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan kembali visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten Bogor
untuk 20 (dua puluh) tahun tahap kedua RPJPD Kabupaten Bogor.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
I - 100
BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun
2005�2025 yang berisi visi, misi, dan arah pembangunan merupakan pedoman
bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bogor di dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah 20 tahun ke depan.
RPJPD ini disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa
Barat, dan menjadi pedoman bagi setiap calon Bupati dan Wakil Bupati dalam
menyusun visi, misi, dan program prioritas yang akan menjadi dasar dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Keberhasilan pembangunan daerah
dalam mewujudkan visi �Kabupaten Bogor Maju dan Sejahtera Berlandaskan
Iman dan Takwa� perlu didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan daerah
yang kuat dan demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah; (3)
keberpihakan kepada rakyat; dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha
secara aktif.
PENJABAT BUPATI BOGOR,
ttd
SOEMIRAT