BAB I PENDAHULUAN -...

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di beberapa media massa baik cetak maupun elektronik cukup gencar diberitakan kenakalan remaja yang mengendarai motor. Kenalakan yang dilakukan tidak sebatas mengendarai motor secara ugal – ugalan di jalan dan balapan liar tetapi sudah sampai meresahkan masyarakat. Keresahan ini terutama datang dari pengguna jalan, pelaku usaha dan orang tua. Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan amoral yang merugikan orang lain seperti perampokan, penculikan, penganiayaan bahkan sampai pembunuhan yang menghilangkan nyawa korbannya. Tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut mengundang reaksi banyak kalangan. Orang tua, pihak sekolah, penegak hukum, serta masyarakat luas ikut prihatin dan cemas atas perilaku remaja karena sudah terlalu jauh tindakan yang dilakukan. Sorotan semakin tajam ketika tindakan yang dilakukan sudah melanggar aturan hukum seperti kekerasan tarhadap orang lain, perampokan bahkan sampai menghilangkan nyawa orang. Di kota – kota besar, fenomena kenakalan remaja yang mengendarai sepeda motor secara ugal – ugalan ini sudah menjadi isu publik yang dilokalisir ke dalam jenis “kenakalan remaja” di mana produk otomotif (motor) disalah-fungsikan untuk tujuan yang kurang baik. Artinya, motor di satu sisi membentuk identitas kolektif bagi penggunanya, yang kemudian diterjemahkan kedalam platform organisasi, baik

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di beberapa media massa baik cetak maupun elektronik cukup gencar

diberitakan kenakalan remaja yang mengendarai motor. Kenalakan yang dilakukan

tidak sebatas mengendarai motor secara ugal – ugalan di jalan dan balapan liar tetapi

sudah sampai meresahkan masyarakat. Keresahan ini terutama datang dari pengguna

jalan, pelaku usaha dan orang tua. Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang

dilanggar, termasuk tindakan amoral yang merugikan orang lain seperti perampokan,

penculikan, penganiayaan bahkan sampai pembunuhan yang menghilangkan nyawa

korbannya.

Tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut mengundang reaksi banyak

kalangan. Orang tua, pihak sekolah, penegak hukum, serta masyarakat luas ikut

prihatin dan cemas atas perilaku remaja karena sudah terlalu jauh tindakan yang

dilakukan. Sorotan semakin tajam ketika tindakan yang dilakukan sudah melanggar

aturan hukum seperti kekerasan tarhadap orang lain, perampokan bahkan sampai

menghilangkan nyawa orang.

Di kota – kota besar, fenomena kenakalan remaja yang mengendarai sepeda

motor secara ugal – ugalan ini sudah menjadi isu publik yang dilokalisir ke dalam

jenis “kenakalan remaja” di mana produk otomotif (motor) disalah-fungsikan untuk

tujuan yang kurang baik. Artinya, motor di satu sisi membentuk identitas kolektif

bagi penggunanya, yang kemudian diterjemahkan kedalam platform organisasi, baik

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

2    

nama, susunan pengurusan, AD/RT dan struktur hierarkis lainnya. Di sini, setiap

orang yang memiliki motor dengan spesifikasi tertentu terbuka atau bebas untuk

berafiliasi ke dalam kelompok tertentu. Di sisi lain, pembentukan identitas ini

berimplikasi pada pembentukan zona interaksi sosial yang cenderung ekslusif

(tertutup) dan terdeferensiasi lewat tradisi/ritus kolegial, tempat mangkal/kumpul

(markas/basecamp), dan agenda-agenda kegiatan kelompok. Akibatnya, berpotensi

menegasikan atau menganggap the other keberadaan kelompok yang berbeda.

Beberapa kasus, terjadi benturan (konflik) atau persaingan antar kelompok

dalam perebutan kuasa atas wilayah dan pengaruh sosial lainnya di masyarakat.

Perebutan kuasa dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan eksistensi baik kepada

sesama kelompok motor maupun ke masyarakat luas. Sayangnya, pembentukan

eksistensi kelompok disalurkan dengan cara-cara kekerasan yang kemudian

memunculkan anggapan miring dari masyarakat. Sehinga masyarakat kemudian

memberikan persepsi negatif terhadap kelompok dan organisasi motor. Persepsi yang

muncul bisa saja berasal dari salah satu atau beberapa fenomena yang terjadi seperti

perkelahian antar kelompok, ugal-ugalan, balapan liar dan sebagainya. Fenomena

tersebut menjadi sorotan dan perhatian masyarakat karena muncul keranah publik

melalui saluran media massa sehingga terjadi penyamarataan kejadian. Hal ini

menyebabkan anggapan negatif secara umum terhadap kelompok/organisasi motor.

Padahal, tidak semua kelompok motor melakukan tindakan yang merugikan

masyarakat. Banyak kelompok motor yang menunjukan eksistensi dengan kegiatan

yang positf. Meskipun demikian, tidaklah mudah mendefenisikan masing-masing

identitas ini ke dalam logika deduksi-induksi. Dan inilah titik terpenting mengapa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

3    

perlu mengkaji dan memahami fenomena klub motor secara komprehensif dari

kacamata sosiologis, sehingga dapat di identifikasi yang membentuk identitas

kelompok.

Salah satu bentuk dari dinamika sosial masyarakat urban, kajian ilmiah

tentang fenomena club motor bisa dikatakan masih minim. Pada umumnya, kajian

ilmiah mengenai fenomena ini tersentralisasi dalam lingkup yang cenderung

berdimensi individual (pelaku/subjek) dan kurang mendalami dinamika entitas sosial

yang embedded (melekat) didalamnya. Kolektivitas dan rasa kekeluargaan yang

menjadi karakteristik utama identitas ini patut untuk di gali lebih utuh sebagai tahap

awal kajian sebelum mendalami struktur di dalamnya. Kajian yang lebih

komprehensif ini diharapkan mampu mengidentifikasi dan memproyeksikan

dinamika dan eksistensi komunitas klub motor serta posisi di masyarakat terutama di

Kota Yogyakarta (sebagai obyek wilayah penelitian).

B. Rumusan Masalah

Keberadaan klub motor memberikan warna terhadap eksistensi kelompok di

masyarakat. Fenomena maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh geng atau

gerombolan motor, menimbulkan persepsi yang buruk terhadap organisasi/kelompok

motor. Citra buruk tersebut berpengaruh pada keberadaan klub motor di masyarakat.

Klub motor dianggap hanya menjadi “penyakit”, mengganggu ketentraman dan

kenyamanan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

4    

Persepsi masyarakat terhadap kelompok/organissi motor tentunya

berpengaruh pada eksistensi identitas klub motor. Termasuk dalam hal ini Ikatan

Motor Tiger Yogyakarta. Ikatan Motor Tiger Yogyakarta merupakan salah satu klub

motor yang mempunyai eksistensi yang cukup lama dan keberadaannya sudah banyak

di akui oleh klub atau organisasi motor lainnya. Tindakan kekerasan yang dilakukan

oleh kelompok motor di beberapa daerah, berimbas pada juga citra IMTY di

Yogyakarta.

Dari fenomena inilah, menarik untuk diteliti dan dibuat suatu rumusan

pertanyaan: “Bagaimana Ikatan Motor Tiger Yogyakarta membangun eksistensi

ditengah persepsi negatif masyarakat Yogyakarta terhadap klub motor?

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat, antara lain:

1. Untuk memperkaya khasanah kajian akademis mengenai fenomena klub motor

yang sudah ada sebelumnya.

2. Untuk mengindentifikasi secara komprehensif fenomena klub motor dari tinjauan

sosiologis dalam dinamikanya di masyarakat khususnya di wilayah Yogyakarta.

3. Sebagai kajian yang menjadi dasar bagi para penggiat klub motor untuk

melakukan proses kampanye, advokasi dan reposisi klub motor ditengah

masyarakat luas.

4. Sebagai wacana pendukung bagi kajian sosiologis.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

5    

D. Tinjauan Pustaka

D.I. Kerangka Konseptual

Indonesia adalah salah satu negara tujuan import komoditas otomotif yang

sangat potensial bagi produsen kendaraan bermotor di seluruh dunia. Setiap tahun,

angka penjualan produk-produk otomotif beserta varian-nya di Indonesia meningkat

tajam1. Tingginya permintaan kendaraan bermotor di Indonesia disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya:2

1. Kebutuhan masyarakat akan pentingnya efisiensi mobilitas dalam beraktivitas

sehari-hari terutama saat bekerja.

2. Minat terhadap kendaraan di dukung oleh situasi ekonomi yang membaik, serta

pasar otomotif yang kondusif.

3. Berkembangnya jasa yang menawarkan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat

untuk memiliki kendaraan melalui paket kredit jangka panjang dengan iming-

iming bunga rendah.

4. Pengguna saluran iklan yang melalui media iinformasi (televisi, koran, majalah,

internet) turut mendorong masyarakat untuk berperilaku konsumtif, termasuk

membeli produk-produk otomotif terbaru.

5. Modernisasi pola konsumsi masyarakat perkotaan yang cenderung berkarakter

instrumentalis dan praktis. Modernisasi pola konsumsi ini ditandai dengan

                                                                                                                         1 http://arsip berita.com/show/penjualan-mobil-2011-diperkirakan-naik-tipis-145130.html. Di

download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 11.04; http://arsipberita.com/show/penjualan-sepeda-motor-capai-rekor-131537.html. Di download pada

tanggal 07 Juni 2010, pukul 11.54; http://arsipberita.com/show/dasyat-tahun-ini-penjualan-motor-diprediksi-bisa-84-juta-unit-

149234.htm. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 10.34  2 William Bonger, A., 1916, Criminality and Economic Conditions, Boston

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

6    

pengunaan alat-alat high-technologi dan secara berkala meninggalkan cara-cara

lama seiring majunya tingkat teknologi dan dihasilkannya produ-produk teknologi

super canggih.

Kondisi ini tak pelak lagi membawa Indonesia ke dalam situasi “auto-

phoria”. Artinya, individu di pacu untuk selalu bergegas dalam aktivitasnya sehingga

memaksa individu menggunakan moda transportasi yang efektif dan efisien. Cara ini

dipandang karena menghemat tenaga dan mengurangi berbagai kerugian akibat

waktu. Sementara aktivis lingkungan menilai bahwa permintaan produk otomotif

yang berlebihan dalam masyarakat tanpa dibarengi kesadaran lingkungan dan

menyebabkan polusi serta menipisnya lapisan ozon.

Di luar perdebatan ini, ada cara pandang lain yang melihat bahwa dunia

otomotif bukan hanya sekedar soal ekonomi atau lingkungan. Dunia otomotif

memiliki dimensi sosiologis yang kental sebab akrab dengan stratifikasi (kelas) dan

persoalan identitas. Faktanya, para pecinta otomotif - yang umumnya kalangan

berduit - di berbagai kota selalu yang antusias menunggu kehadiran model-model

terbaru dari kendaraan bermotor dari luar negeri, atau dari pusat-pusat produksi

(pabrik) di dalam negeri ke daerah-daerah diseluruh Indonesia. Kehadiran produk-

produk terbaru ini dan kepemilikannya dianggap memiliki nilai, bukan saja ekonomi,

tetapi juga budaya. Bahkan ada yang rela menunggu berbulan-bulan untuk

mendapatkan produk otomotif tertentu karena berbagai alasan/motif. Diantaranya,

kelangkaan, trend-setter, prestise, competitiveness atau bahkan asosiasi (komunitas).

Di Yogyakarta, kondisi ini tidak jauh berbeda. Hanya saja, komposisi antara

letak geografis dan demografi serta ikon Yogyakarta sendiri sebagai kota Budaya dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

7    

pariwisata memunculkan fenomena yang agak berbeda jika dibandingkan dengan

kota-kota lain. Banyaknya jumlah mahasiswa yang memilih Yogyakarta sebagai

tujuan kuliah dan terbentuknya komunitas-komunitas di berbagai ranah kehidupan

mahasiswa menjadikan Yogyakarta cukup unik dan menarik untuk di kaji. Eksistensi

mahasiswa terutama yang dari luar kota Yogyakarta atau bahkan luar Jawa serta pola

afiliasi ini memberikan akar geneologi (pembentukan dan pertumbuhan) yang kuat

untuk menjelaskan eksistensi klub motor di Yogyakarta.

Karakter Yogyakarta sebagai kota budaya tergambar dari pola hidup

masyarakatnya yang sederhana dan bersahaja. Sebelum tahun 1990-an, kota

Yogyakarta adalah kota yang lebih bercorak tradisional. Penduduknya masih banyak

yang menggunakan Onthel (sepeda) jika ingin berpegian ke tempat kerja atau ke

acara-acara tertentu. Penggunaan kendaraan bermotor masih jarang, sementara moda

transportasi darat hanya digunakan ketika melakukan perjalanan jauh ke luar kota.

Setelah tahun 1990 menjelang reformasi dan terbentuknya pasca otoritarianisme Orde

Baru, serta meningkatnya jumlah mahasiswa di Yogyakarta, muncul berbagai pola

kehidupan masyarakatnya, termasuk komunitas yang berafiliasi dengan berbagai

organisasi, salah satunya adalah klub motor.3

Kemunculan klub motor di Yogyakarta awalnya hanyalah sebuah ide dan

terbentuk berdasarkan hubungan pertemanan. Namun, jauh sebelum klub motor ini

bermunculan dan tumbuh, hanya sedikit mahasiswa yang mengambil inisiatif untuk

membentuk komunitas bertema kendaraan (otomotif). Hubungan yang terbentuk

                                                                                                                         3 http://www.indosiar.com/ragam/764491/motor-klasik-yang-banyak-dilirik. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 13.05 WIB

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

8    

justru berawal dari prakondisi lingkungan. JJ Roosseau dan Herder mengatakan

bahwa: “lingkungan menimbulkan dampak paling penting terhadap perubahan

kultur, perilaku dan karakter suatu masyarakat”.4 Argumen ini menjelaskan bahwa

masalah mahasiswa di Yogyakarta adalah kondisi sarana moda transportasi umum

yang memiliki waktu operasi terbatas. Beberapa angkutan umum seperti angkot

hanya beroperasi dari pukul lima pagi sampai pukul enam malam. Kondisi ini praktis

menuntut mahasiswa yang memiliki aktivitas sampai malam hari atau di luar waktu

operasi kendaraan umum tersebut memiliki kendaraan sendiri. Sebenarnya pilihan

untuk menggunakan angkatan umum yang lain seperti armada taksi dan ojek cukup

banyak tersedia di malam hari, hanya saja mahasiswa mempertimbangkan argo atau

ongkos naik taksi/ojek yang relatif mahal dan agak merepotkan karena menunggu

atau harus kepangkalan taksi/ojek yang kadang letaknya jauh. Oleh sebab itu,

mahasiswa yang aktivitasnya tak terbatas-yang sampai malam hari tersebut-

cenderung mengganggap alat mobilitas seperti motor sangat penting dalam menopang

aktivitas mereka, sebab kendaraan yang dimiliki akan dapat digunakan setiap saat

ketika dibutuhkan. Alhasil, kodisi lingkungan Yogyakarta yang demikian ini

mendorong mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta untuk memiliki kendaraan sendiri.

Lambat laun kodisi ini berkembang ke arah pembentukan dan pertumbuhan berbagai

komunitas otomotif di Yogyakarta.

Namun, ada dua jenis kategori dalam kepemilikan kendaraan bermotor di

Yogyakarta dan mungkin di Indonesia, yaitu:

1. Motor sebagai alat kendaraan sesuai dengan fungsi sebenarnya (user).                                                                                                                          4 Makmum, A.S, 1990, Psikolog Pendidikan, Bandung:IKIP.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

9    

2. Motor sebagai pembentuk identitas, memiliki nilai sosial dan pembentuk

imajinasi kolektif (modifer).

Pemilahan di atas secara sederhana menjelaskan bahwa perbedaan signifikan

antara user dan modifier terletak pada kemampuannya mengidentifikasi motor

sebagai sebuah simbol. Bagi seorang user, motor tak lebih dari hanya sekedar alat

kendaraan yang membantu aktivitas manusia sehari-hari. Jika ada bagian yang rusak,

hilang atau lepas tinggal di bawa ke bengkel, atau di jual/tukar tambah demi

mendapatkan produk otomotif yang lebih baik. Sementara modifier meletakkan motor

lebih dari seorang user, dan beberapa diantaranya memiliki bengkel pribadi atau pada

tingkat minimal mampu merawat dan mengatasi kerusakan motor secara mandiri.

Dengan demikian, bagi seorang modifier, motor adalah pemberi nilai subyektif bagi

komunal, bersifat eksklusif dan ruangnya terbatas hanya untuk produk-produk motor

tertentu.

Perbedaan antara user dan modifier tidak selamanya bersifat kaku atau tidak

bisa dipertukarkan. Artinya dalam kondisi tertentu, seorang user dapat berubah

menjadi seorang modifier dan sebaliknya juga, seorang modifier dapat berubah

menjadi seorang user ketika tuntutan hidupnya ikut berubah, misalnya pekerjannya

yang menuntut fokus sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk mengurus

motor. Perubahan ini terjadi bukan tanpa alasan. Bagaimanapun perkembangan dunia

otomotif tidak bisa lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab

perkembangan ini mendorong perubahan perilaku individu. Di samping itu, peran

penting ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti mampu melahirkan berbagai jenis

produk-produk otomotif terbaru dengan berbagai macam keunggulan-keunggulan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

10    

tertentu jika dibandingkan satu sama lain. Sejalan dengan semakin pesatnya teknologi

otomotif ini, maka kebutuhan akan kendaraan di masyarakat semakin berkembang.

Hal ini tak lepas dari banyaknya produsen otomotif yang menciptakan kendaraan

dengan produk beragam dan berkualitas, baik jenis, merek maupun bentuknya.

Kondisi pemanjaan konsumen ini pada akhirnya memotivasi individu untuk

mempunyai kendaraan lebih dari satu tujuan yang berbeda.

Pada saat ini, kemajuan teknologi informatika baik jaringan televisi maupun

internet turut memberikan dorongan dalam menciptakan dunia tanpa batas atau sering

disebut juga “dunia tanpa sekat”. Otomotif pun masuk dalam peta wilayah ini di

mana media cetak maupun media elektronik menyumbang cukup besar dalam

mendorong berkembangnya komunitas-komunitas otomotif di Indonesia, dan di

Yogyakarta terbentuk secara masif. Di Indonesia, lebih dari 10 media massa nasional

yang secara khusus membahas seluk beluk dunia otomotif untuk mendapatkan

informasi tertentu. Di Yogyakarta, informasi tersebut tidak hanya di peroleh dari

televisi nasional dengan program khususnya tentang otomotif, tetapi juga ada

beberapa koran dan majalah lokal yang terbit berkala, dan secara substansi membahas

masalah-masalah otomotif dan perbincangan tentang klub motor. Sebab di

Yogyakarta, terdapat lebih dari 70 klub motor yang terdaftar di IMI (Ikatan Motor

Indonesia). Selain itu, ada juga organisasi bernama JAC (Jogja Automotif

Community) yang berdiri sejak tahun 2000.5

Berdasarkan pengamatan dan riset lapangan terhadap Ikatan Motor Tiger

Yogyakarta, penulis menemukan fakta bahwa keanggotaan tidak hanya di isi oleh                                                                                                                          5 http://www.jogjajac.com/profile. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 13. 27 WIB

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

11    

kaum remaja, tetapi juga orang dewasa. Anggota yang berumur di bawah 20 tahun,

terdapat 7 orang dari 243 anggota. Ada 5 orang anggota perempuan. Sehingga hobi

terhadap otomotif tidak dibatasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain itu,

berdasarkan hasil interview (wawancara) penulis dengan beberapa pihak, ditemukan

fakta yang menarik. Pertama, ada cara pandang yang berbeda dalam menilai klub

motor yang bagi beberapa orang di anggap komunitas hura-hura, bersifat ekstensialis,

pamer kendaraan dan cenderung menciptakan kompetisi terselubung antar klub.

Kedua, menilai klub motor tidak ada bedanya dengan kenakalan remaja dalam

mengendarai motor secara ugal-ugalan yang menjadi sumber kepanikan masyarakat

sehingga perlu dikontrol dan didisiplinkan melalui pranata sosial.

Pada dasarnya, klub motor berbeda dengan geng motor. Klub motor memiliki

aturan-aturan organisasional seperti memiliki visi-misi, susunan kepengurusan dan

program kerja yang dituangkan ke dalam AD-ART. Seiring berkembangnya

komunitas otomotif yang dilatarbelakangi oleh faktor pendorong yang berbeda-beda,

perlu digarisbawahi bahwa anggapan negatif tentang eksistensi komunitas otomotif

yang terbentuk dalam klub-klub motor di masyarakat masih tetap ada. Oleh sebab itu,

motivasi individu bergabung ke dalam klub motor menjadi kata kunci utama untuk

menjelaskan perilaku masing-masing anggota klub motor dalam komunitas otomotif

tersebut.

D.II. Definisi Konseptual

1. Klub (club)

Dalam Ilmu Sosiologi di kenal sejumlah pendekatan untuk memahami setiap

gejala sosial yang berkembang di masyarakat. Salah satu yang populer adalah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

12    

pendekatan fungsionalis. Pendekatan ini berusaha membedah kehidupan sosial

masyarakat melalui jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi dan

bekerja secara teratur sesuai dengan fungsi dan peranannya serta mengikuti aturan-

aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang berkembang di suatu kelompok, komunitas,

atau pun masyarakat. Oleh sebab itu, pengertian klub dapat ditelusuri melalui

pengertian kelompok. Menurut Marhijanto (1997): “Kelompok adalah sekumpulan

orang atau beberapa orang; binatang; tumbuhan dalam wilayah tertentu”.66

Sedangkan menurut Sherif dan Sherief (1998) menyebutkan bahwa:

“Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan iteraksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertenti yang luas bagi kelompok itu7”. Pendapat ini diperkuat oleh Sadily yang mengatakan bahwa klub memiliki

pengertian yang sama dengan kelompok atau kumpulan. Namun lain halnya dengan

yang diutarakan oleh freedman:

“kelompok adalah organisasi yang terdiri dari atas dua atau lebih individu-individu yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran yang di terima dan disetujui oleh semua anggota-anggotanya”.88

Pendapat-pendapat ini memberikan gambaran bahwa kelompok adalah suatu

kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, yang telah lama terbentuk dan

memiliki tujuan tertentu dari kelompok tersebut.

2. Motor (Automotif)

Pengertian motor atau otomotif menurut Daryanto (1999) adalah:

                                                                                                                         6 Marhijanto, B, 1995, Kamus Lengkap Bahasa Populer, Surabaya: Bintang Timur 7 Ahmadi Abu, 1999, Psikolog Sosial, cet, ke 2,Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal 58  8 Ibid, Ahmad, 1999, Hal. 60  

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

13    

“Sesuatu yang berhubungan dengan kendaraan yang menggunakan mesin sebagai penggerak dan digunakan sebagai sarana transportasi. Dengan kata lain secara garis besar otomotif adalah kendaraan yang menggunakan tenaga mesin dan digunakan sebagai sarana transportasi”9. Dengan demikian, dari dua pengertian di atas, yaitu klub dan motor, jika di

gabung maka dapat di tarik kesimpulan bahwa:

“Klub motor adalah suatu wadah atau kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mencintai suatu jenis kendaraan tertentu (sarana transportasi dengan menggunakan tenaga mesin) dan selanjutnya membangun komitmen untuk mencapai tujuan bersama melalui kelompok”10.

3. Identitas Dalam menjelaskan klub motor, tidak bisa dilepaskan dari konteks persoalan

identitas dalam masyarakat. Identitas menjadi warna yang melekat dalam hubungan

antara individu karena eksistensi seseorang menjadi bagian dari kelompok sosial

dalam sistem kebdayaan tertentu. Tidak ada satupun individu yang lahir ke dunia

berdiri dengan sendirinya atau tanpa memasukkan dirinya ke dalam kategori identitas

tertentu. Iedntitas selalu melekat pada masing-masing orang ataupun komunitas dan

menjadi unsur pokok dalam interaksi sosial. Identitas merupakan karakteristik khusus

setiap orang atau komunitas lain untuk mengenalkan mereka. Karakteristik tersebut

berupa bentuk fisik, pola pikir dan budaya.

Setiap orang atau kommunitas memiliki identitasnya masing-masing sehingga

terdapat berbagai macam identitas dalam kehiduupa sosial. Identitas dengan

sendirinya menjadi pembeda antara seseorang dengan orang lainn atau pembeda

antara suatu komunitas dengan komunitas lain. Menurut teori identitas sosial,

                                                                                                                         9 Daryanto, 1999, Teknik Otomatif, Jakarta: Bumi Aksara 10 Horton, Paul B. dan Chester L, Hunt, 1984, Sociology, Edisi Keenam, international Student Edition, Tokyo: mc. Graw-Hill book company Inc.Hlm, 89  

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

14    

identitas individu yang tampil dalam setiap interaksi sosial disebut dengan identitas

sosial. Identitas tidak bisa dipisahkan dengan konstruksi tentang keakuan (selfness)

dan yang lain (thr other). Setiap individu akan melakukan pengidentifikasian tentang

diri sendiri dan orang lain. Mereka pun berkeinginan untuk memperkuat identitas

dirinya. Upaya penguatan keakuan ini dengan sendirinya membentuk konsep tentang

yang lainnya (the other). Semua yang tak memiliki karakter atau kriteria seperti

dirinya atau komunitasnya dianggap sebagai the other. Hal ini dipengaruhi oleh cara

seseorang memandang dirinya dalam lingkungan dan komunitasnya. Dengan

demikian, identitas memiliki peran penting bagi keberlangsungan masyarakat.

Identitas mencitrakan kepribadian seseorang dan mampu memberikan kejelasan

posisi orang tersebut dalam kehidupan sosialnya. Posisi ini memberikan ketenangan

diri karena pengakuan masyarakat atas posisi tersebut menjamin eksistensinya,

terlebih ketika seseorang menemukan orang lain memiliki identitas sama dan

bergabung dalam satu komunitas, misalnya klub motor.

Jika menggunakan pendekatan kulturalisme11,14 maka pembentukan identitas

klub motor di Yogyakarta dapat dijelaskan dengan perpektif instrumentalis12.15

Artinya, identitas dalam diri klub motor tidak bersifat tetap. Relasi yang terbentuk

dapat berubah dan kesadaran individu dikonstruksi oleh si pencetus ide dalam sistem

pewarisan. Perpektif ini lebih menekankan dimensi kekuasaan. Artinya, kesadaran

individu untuk bergabung dalam klub motor merupakan hasil manipulasi dan

mobilisasi mereka (elit) atas nama

                                                                                                                         11 Lihat Mekay 1982: R. Cohen 1978 12 Michael Hechter (1996: 1986): michael Banton (1994:1996)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

15    

“pendiri/pelopor/pemrakarsa/pencetu/eksponen/pionir/senior”, dll. Konnstruksi ini

diproduksi dan diwariskan terus menerus melalui atribut-atribut berupa organisasi,

lambang atau simbol tertentu, baik itu simbol mitos, atau pun kepercayaan lainnya.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, identitas dalam klubb motor terbentuk atau

merupakan produk wacana si pembuat ide di awal.

Menurut Liliweri (2005: 42-45)13,16 bentukan identitas itu meliputi: identitas

pribadi, identitas sosial, dan identitas budaya. Klub motor masuk dalam kategori

identitas budaya karena berangkat dari sistem budaya tertentu. Identitas ini bisa

diperoleh dari pembelajaran dan penerimaan (adopsi) terhadap tradisi dalam suatu

kebudayaan, misalnya klub motor yang akar sejarahnya merupakan tradisi orang

Eropa yang menjalar ke Amerika.

Dalam teori identitas sosial, seorang individu tidaklah dianggap sebagai

individu secara mutlak satu dalam kehidupannya. Individu merupakan bagian dari

kelompok tertentu baik disadari maupun tidak disadari. Konsep identitas sosial adalah

bagaimana seseorang itu secara sosial dapat didefinisikan (Verkuyten, 2005)14.

Normalnya, suatu identitas sosial biasanya lebih menghasilkan perasaan yang

positif. Hal tersebut terjadi karena kita menggambarkan kelompok sendiri

diidentifikasikan memiliki norma yang baik. Jika anda berada dalam universitas yang

terbaik di Indonesia, serta menjadi bagian dari kelompok tersebut merupakan bagian

dari keinginan anda juga, dan ternyata hal itu membuat diri anda nyaman karena anda

memang senang menjadi bagian dari mereka (Branscome, Wann, Noel, & Coleman,

                                                                                                                         13 Lillweri, Alo. 2003, Prasangka dan konflik, Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara 14 http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 13.50 WIB

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

16    

1993; Deaux, 1996; Ethier & Deaux, 1994; P. Oakes & Turner, 1980; Oakes,

haslam, & Turner, 1994; M. Rubin & Hewstone, 1998; Tajfel, 1981, dalam Stangor,

2004)15.

Identitas sosial yang melekat pada seseorang merupakan identitas posistif

yang ingin dipertahankan olehnya. Oleh karena itu, individu yang memiliki identitas

sosial positif, maka baik wacana maupun tindakannya akan sejalan dengan norma

kelompoknya. Dan, jika memang individu tersebut diidentifikasikan dalam suatu

kelompok, maka wacana dan tindakannya harus sesuai dengan wacana dan tindakan

kelompoknya.

Konsep identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum:

1. Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-esteemnya:

mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yangpositif.

2. Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi terhadap

konotasi nilai positif atau negatif. Karenanya, identitas sosial mungkin positif atau

negatif tergantungevaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial, bahkan pada

lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi pada identitas

sosial individu.

3. Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mengdeterminasikan danjuga

sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui perbandingan

                                                                                                                         15 http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 13.55 WIB

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

17    

sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik (Tajfel, 1974, dalam Hogg &

Abrams, 200016).19

Dari asumsi di atas tersebut, beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan:

1. Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang positif

2. Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat perbandingan

favorit in-group-out-group; in-group pasti mempersepsikan dirinya secara positif

berbeda dari out-group

3. ketika identitas sosial tidak memuaskan, individu akan berusaha keluar dari

kelompok, lalu bergabung pada kelompok yang lebih posisitif atau membuat

kelompok mereka lebih bersifat positif (Tajfel, ibid) .

Identitas sosial sebagai teori tidak bisa lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yanglain. Perbandingan sosial

digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori dimana bisa membimbing kita untuk

membandingkandiri kita dengan yanglain, siapa yang serupa dengan kita dan siapa

yang berbeda, siapa yang berada di atas dan siapa yang berada di bawah. Setidaknya

ada tiga variabel yang mempengaruhi hubungan pembedaan antar kelompok dalam

situasi sosial yang nyata (Tajfel, 1974; Turner, 1975; dalam Hogg & Abrams, 2000).

Pertama, individu pasti memiliki internalisasi kelompok mereka sebagai konsep diri

mereka: secara subjektif mereka pasti menidentifikasikan kelompok yang relevan.

Hal ini tidak cukup darioranglain saja yang mengidentifikasikan seseorang kalau dari

kelompok manadia berasal. Kedua, situasi sosial akan menciptakan perbandingan

                                                                                                                         16 http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 13.55 WIB

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

18    

social yang memungkinkan terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan.

Perbedaan kelompok pada tiap-tiap daerah tidak sama secara sikinifikan. Misalnya

saja, di Amerika perbedaan kelompok lebih cenderung menonjol pada perbedaan

warna kulit, tapi perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong.

Ketiga, in-group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yangada

pada out-group:out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan

yang relevan baik dalam kesamaan, kedekatan, dan secara situasional menonjol.

Kemudian, Determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

determinasi in-group.

D.III. Kerangka Operasional

a. Dasar-Dasar Pembentukan Klub Motor

Secara umum, dasar pembentukan klub motor dapat ditelusuri dari dasar

pembentukan kelompok. Menurut Gerungan (1996), ada beberapa dasar pembentukan

kelompok, yaitu:17

1. Dasar Sosiologis

Bapak etika Aristoteles (abad ke-4 S.M) mengatakan bahwa semua manusia

adalah zoom politicon atau makhluk sosial. Artinya, tidak ada seorang pun

didunia ini yang mampu hidup sendiri, terpisah dari masyarakat dan tidak

membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sosial, interaksi sosial adalah sebuah

keniscayaan sehingga individu dalam suatu kelompok masyarakat yang terdiri

dari individu-individu saling berkomunikasi, bekerjasama dan memiliki hubungan                                                                                                                          17 Dr. W.A. Gerungan, 1996, Psikologi Sosial, Bandung, PT. Eresco.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

19    

timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan kelompoknya dan juga

sebaliknya. Logika ini dapat digunakan untuk menjelaskan dasar pembentukan

klub motor adalah ruang interaksi dimana individu bisa saling berinteraksi dan

motor menjadi media penghubung interaksi antara satu individu dengan individu

yang lain. Menjadi anggota klub motor dapat memudahkan individu membangun

interaksi dan dapat beradaptasi dengan anggota yang lain.

2. Dasar pedagogis

Setiap kelompok dalam masyarakat idealnya mengandung nilai-nilai pedagogis

dalam artian bahwa dengan terbentuknya kelompok tersebut, dapat meningkatkan

taraf perkembangan kepribadian seseorang. Dengan adanya hubungan timbal

balik dalam kelompok, maka perilaku dan prestasi seseorang akan semakin lebih

baik. Selama manusia itu hidup, maka manusia tersebut masih dalam tahap

perkembangan sehingga manusia masih terus dapat meningkatkan taraf

kepribadiannya, mungkin dengan bergabung dan menjadi anggota klub otomotif

individu dapat lebih mengaktualisasikan kepribadiannya, misalnya; rasa mali

menjadi berani ketika terbiasa berinteraksi dengan sesama anggota klub motor.

Atau sifat malas menjadi rajin karena terdorong untuk selalu disiplin mengikuti

aturan-aturan yang dijalankan dalam klub motor.

3. Dasar didaktis

Setiap kelompok dalam masyarakat memiliki nilai didaktis yang digunakan

sebagai sarana untuk perantara, penyampaian materi yang baru kepada anggota,

dan melalui kerj kelompok setiap anggota dapat menguasai suatu materi dengan

jalan diskusi. Keinginan orang untuk bergabung, berkelompok atau tinggal

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

20    

bersama dapat diterangkan dengan teori nilai tukar sosial atau social exchange

theory yang dikemukakan oleh Thilbaut dan Kelly (1959)18. Anggota yang

berpartisipasi dalam kelompok (klub motor) akan memperoleh sejumlah

kesenangan, membicaarakan masalah yang mereka hadapi, saling membantu dan

sebagainya. Meskipun dengan cara ini, individu menanggung kerugian yang bisa

berupa uang, tetapi dapat juga bukan uang, misalnya waktu, tenaga, atau jasa-jasa

yang lain.

Tiga pendekatan di atas sedikit banyak dapat menjelaskan mengapa individu

tertariK bergabung dengan club motor. Namun, ada alasan lain bagi individu untuk

bergabung dengan klub motor, di antaranya:

1. Keamanan

Motif keamanan menjadi salah satu faktor yang mendorong individu untuk

bergabung dengan klub motor, individu yang bergabung dengan klub motor akan

merasa aman dari kondisi tertentu, khususnya yang berhubungan dengan masalah

jenis kendaraan yang dimiliki, misalnya apabila kendaraannya bermasalah, maka

individu tersebut dapat rnenanyakan pada anggota klub yang memiliki kendaraan

yang sejenis, Sehingga individu menemukan ruang dalam klub motor untuk

mencari solusi. Selain itu, keamanan disini juga dimaknai dengan rasa aman dari

agresi/ ancaman/ serangan dari pihak lain. Dengan masuk klub motor, individu

akan memiliki banyak teman, sehingga akan mengurangi rasa takut di saat

menghadapi masalah khususnya yang berhubungan dengan konflik. Untuk

beberapa kasus, menyebabkan fragmentasi di tubuh klub motor sendiri.                                                                                                                          18 Ahmadi Abu, Drs, H, 1991, Psikologi Sosial, cet, Ke-2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Hal 104.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

21    

2. Kemungkinan maju dan berkembang

Motif ini juga menjadi alasan pendorong individu untuk bergabung dengan klub

motor, individu yang tertarik dengan klub motor mungkin juga memiliki

kemampuan dalam hal berkendaraan, sehingga bergabung dengan klub motor

ingin lebih maju dan berkembang lagi dalam hal wawasan mengenai dunia

otomotif.

3. Kesamaan Merek Motor

Kesamaan merek motor biasanya menjadi dasar utama seseorang bergabung

dengan klub motor. Merek motor yang sama menjadi landasn pembentukan

organisasi motor. Sebagian besar klub motor yang ada berdasarkan merek dan

menerima anggota dengan merek motor yang sama.

4. Organisasi

Individu yang masuk maupun bergabung dengan salah satu klub motor jika

ditinjau dari motif ini adalah dengan alasan organisasi, sehingga menurut motif

ini individu yang masuk maupun membentuk klub motor semata-mata didasari

oleh motif keinginan untuk berorganisasi sehingga dapat mengasah kemampuan

dibidang otomotif khususnya dan kemampuan berorganisasi pada umumnya

karena organisasi otomotif (klub) mempunyai kesamaan dengan organisasi sosial

lain pada umumnya, yang menjadi pengurus klub itu tidak mendapat gaji hanya

sukarela, oleh karena itu yang diutamakan pada kepengurusan klub otomotif

adalah loyalitas terhadap klub.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

22    

5. Pertemanan

Berdasarkan motif ini, mungkin teori inilah yang dirasa cukup berhubungan

dengan motif terbentuknya sebagian besar klub motor di Yogyakarta, karena

berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terhadap beberapa klub sekaligus

mewawancarai beberapa anggota klub rata-rata individu masuk maupun

membentuk klub otomotif atas dasar pertemanan, artinya individu yang masuk

menjadi anggota klub otomotif karena sebelumnya ada temannya yang lebih dulu

menjadi anggota klub tersebut, walaupun ada sebagian yang tidak juga seperti

itu.

6. Kepemimpinan

Motif individu bergabung dengan salah satu klub otomotif berdasarkan teori ini

adalah dari segi kepemimpinannya, akan tetapi teori ini pun memberikan suatu

kebenaran yang cukup realistis, karena individu yang ingin masuk klub otomotif

secara langsung maupun tidak langsung memperhatikan sistem kepemimpinan

klub tersebut, baik mulai dari pelindung, pembina, penasehat, dan para pengurus

klub tersebut. Sehingga dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi induvidu

yang ingin masuk klub tersebut. Peneliti mengambil contoh klub otomotif IMBY

(lkatan Motor Besar Yogyakarta) yaitu klub motor yang menghimpun para

pecinta motor besar dengan kriteria mesin diatas 400cc, klub ini selain

mempunyai pengurus dan Pembina yang dipegang langsung oleh Kasat Lantas

Yogyakarta dan anggotanya pun adalah para pengusaha sehingga individu yang

mau masuk klub tersebut dapat menilai sendiri bahwa klub tersebut bukan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

23    

sekedar klub hobbies biasa. Namun mungkin ada unsur-unsur bisnis pada calon

anggotanya yang ingin masuk klub tersebut.

7. Mengisi waktu luang

Beberapa anggota klub motor adalah mereka para pengusaha dan memiliki

sejumlah aktivitas di kantor, baik pemerintahan maupun swasta. Mereka ini

memanfaatkan waktu luang yang ada untuk bergabung dengan komunitas

tertentu. Misalnya IMBY (Ikatan Motor Besar Yogyakarta) dengan kriteria motor

dengan kapasitas mesin di atas 400 cc.

8. Benefit (keuntungan ekonomi)

Benefit atau keuntungan-keuntungan tertentu dapat memotivasi individu untuk

masuk klub motor, misalnya individu yang mempunyai bengkel kendaraan.

Dengan masuk klub motor maka secara tidak langsung individu tersebut dapat

mempromosikan bengkelnya sehingga dapat menambah pelanggan walaupun

hanya teman klubnya. Motif ini baik langsung maupun tidak langsung sangat

barpengaruh khususnya yang senang jual beli, hal ini dapat menjadi dorongan

bagi individu tersebut untuk masuk klub motor.

b. Jenis-Jenis Klub Motor

Perkembangan klub otomotif saat ini dapa dikatakan cukup pesat. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya klub otomotif yang beraneka ragam di Yogyakarta.

Selain itu beberapa media juga mendukung perkembangan dunia otomotif. Pada

dasarnya klub otomotif terdiri dari dua jenis, yaitu Roda Empat dan Roda Dua.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

24    

Karena skripsi ini tentang klub motor, maka penulis akan lebih fokus pada klub roda

dua.

Di Yogyakarta terdapat beraneka ragam jenis klub motor yang berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu. Misalnya klub motor IMTY (Ikatan Motor Tiger

Yogyakarta) yang berdiri 21 Oktober 1996. Klub ini menghimpun pengguna motor

Tiger yang ada di Yogyakarta. Klub ini termasuk klub yang terbentuk berdasarkan

jennis manufaktur atau khusus Honda Tiger yang diproduksi oleh pabrikan Honda.

Contoh yang lain adalah IMBI (Ikatan Motor Besar Yogyakarta) yang menghimpun

penggemar motor besar di Indonesia. Kriteria untuk menjadi anggota klub ini adalah

individu yang memiliki motor dengan kapasitas mesin di atas 600cc tanpa

memperhatikan ttahun kendaraan, tipe kendaraan maupun pwbrikan kendaraan.

Dengan kata lain, motor baik pabrikan Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dll asal

memiliki cc di atas 600 dapat bergabung menjadi anggota klub ini.

Menurut Andri Aming Aliwarga dan Veroland (2003) dari Kick Chooper

menyebutkan bahwa ada beberapa jenis klub motor berdasarkan desain, yaitu :19

1. Muscle Bike

Muscle bike lebih mengekspos kekuatan sasis atau rangka yang ditonjolkan

lewat mesin besar (biasanya diproduksi massal), jelas Vero.”Mencuatkan

kemewahan, custom dan kenyamanan,” Di Michigan, Amerika serikat pasukan

muscle bike ada wadahnya. Diberi nama Michigan Classic Muscle Bike. Simbol

                                                                                                                         19 Aliwarga, A. & Veroland, 2003, Macam-macam Klub Berdasarkan Istilah Desain, dalam bikers motorplus magazine edisi 02 tahun 2003.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

25    

organisasi dilambangkan dengan motor bersilinder banyak yang segaris dan

melebar.

2. Streetfighter

Streetfighter biasanya berbasis motor tipe sport yang dimodifikasi. Stang jepit

kerap digantikan yang lebar ala turing atau punya trail. Memadukan penonjolan

antara mesin dan rangka yang seimbang. Chasis diperlihatkan tanpa ditutupi body

cover. Menurut Vero, streetfighter lebih sedikit radikal lantaran dipakai juga buat

kebut-kebutan. Seperti Eropa atau Inggris, mesin sudah dimodifikasi total,

bahkan ada yang dilengkapi turbo atau supercharger.

3. Naked Bike

Konsep naked bike lebih sederhana. Ditunjang bentuk mesin yang lebih kecil.

Biasanya juga dikeluarkan pihak pabrik. Termasuk motor sport yang lepas

fairing, bisa disebut naked, contoh sederhana Buell Blast Ligthtning Xl asli

keluaran pabrik.

4. Moped

Moped istilah orang Jepang menyebut motor bebek. Seperti Norick Abe,

pembalap MotoGP dari tim Yamaha Indonesia dalam promosi 125z di Kenjeran,

Surabaya. Abe menjuluki bebek 125z sebagai moped. Pabrikan Jepang macam

Honda, menyebutnya supercub. Lalu ada istilah lain underbone. Artinya center

bone meliuk di bawah layaknya bebek lokal macam Honda Supra.

5. Chopper

Chopper asalnya dari istilah chop yang berarti memotong. Perilaku modifikator

yang tidak puas dengan bentuk asli pabrikan. Terkenal mulai awal 1970-an.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

26    

Gampangnya chop berarti nafsu perkembangan dari desain bobber era 1960-an.

Kemudian bentukan chopper identik dengan rake lebar sudut kemiringan komstir

jelas besar sasis melandai ke bawah. Ditunjang shockbreker panjang dengan roda

depan berdiameter besar, namun ukunannya kecil contoh nyata di Harley

Davidson Erectra. Karakter chopper dikembangkan Harley mania dari Amerika.

Seperti Hell,s Angel dan Outlaw.

6. Sport

Jenis ini tidak asing dilihat. Menggunakan baju alias fairing seperti Motor GP.

7. Ratbike

Ratbike sebenamya boleh masuk dalam spesifikasi motor apa saja. Istilah ratbike

bukan termasuk dalam desain. Namun lebih kepada jiwa biker yang

menunggangnya. Barang apa saja boleh ada tergantung di motor dari sandal jepit

sampai kaleng minuman.

8. Sport Turing

Sport Turing gabungan dari motor sport dan turing. Gaya pengendara sedikit

merunduk namun dilengkapi perlengkapan penunjang turing. Semacam bagasi di

belakang kiri kanan. Lebih detail dapat dilihat pada Ducati sT4 asing dilihat.

9. Turing

Motor turing identik dengan chopper. Namun sekarang justru lebih ergonomis

lagi gemuk dan nyaman seperti Honda Gold Wing, bahkan dilengkapi sistem

penunjuk arah atau GPS (Global positioning system).

10. Speedway

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

27    

Kuda besi speedway aslinya digunakan untuk kompetisi. Biasa dipakai balapan

pada sirkuit trek oval. Tidak dilengkapi rem, cukup mengandalkan tekanan balik

dan engine-brake. Transmisinya pun terbatas, lazimnya hanya dua tingkat

percepatan.

11. Dirt Track

Aslinya dari nama balap motor di Amerika. Basis dari motor jalanan yang

dimodifikasi untuk adu cepat di trek tanah sampai dimodifikasi Harley Davidson

KR70, kemudian berkembang kelas supertracker dengan mesin 900-1000 cc.

Bisa pakai dari suzuki TL1000 dan Honda VTR1000. Asli buat kompetisi tidak

dilengkapi rem depan, hanya pakai rem cakram belakang20.

12. Trail dan Trial

Kuda besi trail lebih cocok untuk medan tanah dan batu kecil. Biasanya juga

dipakai buat motocross. Trial beda lagi, dirancang untuk medan lebih ekstrim.

macam bebatuan terjal. Kerap juga dipakai atraksi panjat batu. Karena

pembalap sering berdiri maka tidak dilingkapi jok. Kalaupun ada, bentuknya

kecil dan rendah. Transmisinya pun hanya 3-4 tingkat percepatan.

E. Metode Penelitian

E.I. Pemilihan Metode Penelitian

Metode pada dasarnya adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mencapai

tujuan penelitian. Oleh karena itu tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan

                                                                                                                         20 Aliwarga, A. & Veroland, 2003, Macam-macam Klub Berdasarkan Istilah Desain, dalam bikers motorplus magazine edisi 02 tahun 2003.  

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

28    

masalah, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah

yang telah dirumuskan. Karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana

IMTY membangun citra dirinya, maka pertama-tama akan dijelaskan metode yang

akan digunakan.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Menurut Wahyudi Kumorotomo (1995), studi kasus adalah deskripsi atau pemapaan

analitis tentang peran IMTY dalam peembentukan formasi sosial di Yogyakarta.

Tujuan penggunaan studi kasus, dan juga eksperimen, pada umumnya untuk

menjawab pertanyaan how dan why (Yin, 1994). Dengan kata lain, studi kasus

banyak dimanfaatkan untuk keperluan deskripsi dan eksplanasi dari suatu

permasalahan.

Berkaitan dengan penelitian deskriptif dalam studi kasus, maka yang

dimaksud deskriptif adalah prosedur pemecaehan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasrkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagian adanya, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa metode

deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif tentang

gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki (H, Hadari Nawawi,

1983). Menurut Masri Singarimbun (1989), penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan

konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Metode

ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi juga

meliputi analisa dan interpretasi tentang data itu.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

29    

Dr. Suharsimi Arikunto (1986), mengatakan bahwa pada umumnya penelitian

deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga langkah penelitiannya tidak

perlu merumuskan hipotesis. Selain itu, pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak

terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi

analisa dan interpretasi data itu. Karena itu pula maka sebaiknya seorang penyelidik

menjelaskan lebih lanjut proses dan teknik yang dipergunakan, dan tidak hanya

menerangkan bahwa ia memakai metode deskriptif.

E.2. Teknik Pengumpulan Data

Setiap penelitian membutuhkan data untuk menganalisis dan membuat

kesimpulan dalam memecahkan suatu masalah, untuk mendapatkan data yang

lengkap, akurat serta ilmiah maka dibutuhkan metode pengumpulan data. Di dalam

penelitian ini peneliti mengunakan beberapa metode pengumpulan data, Metode-

metode itu adalah:

1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti turun langsung kelapangan untuk melakukan

pengamatan secara langsung. Tujuan dari metode ini untuk meneliti realitas yang ada

dilapangan secara langsung.

2. Wawancara

Metode wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara

terperinci dan mendalam dari aspek yang ditentukan secara relevan dengan

permasalahan penelitian ini, wawancara dilakukan dengan responden. Dalam metode

wawancara ini peneliti dapat mengunakan panduan yang berisi poin-poin yang

dianggap dapat menguraikan serta relevan dengan masalah yang diangkat.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

30    

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik dalam pengumpulan data dengan

mempelajari apa yang tertulis dan dapat dilihat dokumen-dokumen yang ada, data

yang didapat adalah data sekunder.

Untuk mengumpulkan data, digunakan teknik atau studi dokumenter, yaitu

cara mengumpulkan data melalui peninggalan data tertulis, terutama berupa arsip-

arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-

lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Prof. DR. Hadari Nawawi,

1993).

E.3. Subjek dan Objek Penelitian

Yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri, ketentuan ini berdasarkan kepada pendapat yang menyatakan bahwa

manusia adalah intrumen pokok dalam penelitian, sedangkan objek penelitiannya

adalah anggota klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta.

E.4. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian ini, saya mencari data-data tentang

pergulatan identitas klub motor dalam dinamika sosial (Studi komparansi tentang

klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta), untuk mendapatkan data-data

yang dibutuhkan, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Data Primer

Data yang didapat dengan jalan memberi pertanyaan kepada Responden,

yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anggota klub motor IMTY dan

masyarakat

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

31    

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari penelitian orang lain, dalam hal ini dapat berupa

catatan-catatan, laporan, buku, pedoman, dan-data lain yang dapat melengkapi data

yang sudah ada.

Data dalam penelitian ini adalah data-data sekunder, yaitu data yang telah

lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar penyelidik sendiri,

walaupun data yang dikumpulkan sesungguhnya adalah data yang asli (prof. DR.

Winarno Surachmad, Msc. Ed, 1986). Data sekunder yang dmaksud adalah data-data

tentang sejak kapan terbentuknya IMTY dan bagaimana dinamika klub motor ini di

Yogyakarta. Data sekunder selain dapat deperoleh dari sumber dokumen, dapat juga

melalui majalah, koran, atau data-data yang tersedia.

Selain teknik dokumentasi, penelitian ini juga menggunakan teknik interview

sebagai cara pengumpulan data. Data primer ini dalam penelitian yang akan

dilakukan sangat memegang peranan karena kurangnya syudi tentang klub motor dari

aspek sosiologis di Indonesia. Menurut Sutrisno Hadi (1986: 193) menyatakan

bahwa: interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data denga jalan

tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis yang berlandaskan pada

tujuan penyelidikan. Dari cara pengumpulan data, interview dapat dibagi menjadi tiga

jenis:

1. Interview tak terkontrol, dilakukan apabila interview dalam menjalankan

tugasnya tidak mempunyai pedoman yang dipakai dalam proses tanya jawab.

2. Interview terkontrol, merupakan kebalikan dari interview tidak terkontrol.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

32    

3. Interview bebas kontrol, yaitu apabila interview membawa kerangka

pertanyaan-pertanyaan untuk disajikan, yaitu apabila interview membawa

kerangka pertanyaan-pertanyaan diserahkan kepada kebijaksanaan interviewer

(departemen sosial RI.:45-47).

Dalam melakukan interview, peneliti menggunakan teknik interview bebas

kontrol. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang lebih

komplit dalam mensiasati pertanyaan-pertanyaan lanjutan setelah mendapatkan

penjelasan awal dari pertanyaa yang akan diajukan. Untuk tetap menjaga objektifitas

data, maka data yang dikumpulkan adalah data yang mempunyai relevansi dengan

tujuan penelitian yang ingin dicapai.

E.5. Teknik Pemilihan Responden.

Responden dalam penelitian ini ditentukan melalui metode Purposive

Sampling (Pengambilan sampel berdasarkan tujuan), yaitu sebagai berikut :

a. Anggotag klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta

b. Masyarakat

Dalam metode ini penentuan sampel didasarkan pada pertimpangan

pengumpulan data yang menurut saya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

E.6. Teknik Analisa Data

Pengelohan data penelitian yang berupa data kuantitatif dan kualitatif

selanjutnya dianalisa dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Analisa kualitatif

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan,

penyerderhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

33    

tertulis dilapangan. Hasil observasi fisik dan wawancara diidentifikasi sambil di

reduksi berdasarkan kriteria permasalahan yang telah ditetapkan kemudian dianalisis

seluruhnya melalui pendekatan interaksi. Dilanjutkan dengan pendalaman setiap

aspek untuk dapat dianalisa sesuai dengan permasalahan. Penyajian data sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiatan analisis ketiga adalah menarik

kesimpulan.

Analisis data secara kualitatif dalam penelitian ini mengedepankan analisa

terhadap peran IMTY dalam masyarakat. Mengingat analisa data ini sifatnya

kualitatif, maka apabila terdapat data yang berwujud angka statistik, untuk

kepentingan penulisan ini, data tersebut akan ditransformasikan menjadi kalimat-

kalimat yang bersifat kualitatif.

E. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini akan terdiri dari beberapa bab pembahasan dan beberapa

sub bab. Secara garis besar sistematikanya seperti dibawah ini :

BAB I. Pendahuluan: berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan

masalah, tinjauan pustaka, metodologi dan sistematika penulisan

BAB II. Sejarah Motor dan Historiografi Ikatan Motor Tiger Yogyakarta: akan

memberikan gambaran tentang sejarah motor secara umum dan motor honda tiger

khususnya. Bagian ini juga menyampaikan data-data yang sekiranya nanti akan bisa

digunakan sebagai data pendukung dalam pembahasan di bab berikutnya.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65234/potongan/S1-2013...Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang dilanggar, termasuk tindakan

34    

BAB III. Struktur dan Keanggotaan IMTY. Bab ini akan memberikan gambaran

struktur dan sistem keanggotaan.

BAB IV. Pergulatan IMTY Dalam Sistem Sosial Masyarakat: Bab ini akan

membahas aktifitas IMTY, pola hubungan antara IMTY dengan klub motor lainnya

dan IMTY dengan masyarakat.

BAB V. Kesimpulan: berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah

dilakukan pada bab sebalumnya.