BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dieng merupakan kompleks pegunungan volkanik yang terdiri dari banyak
kerucut gunungapi dengan ketinggian 1500-2000 meter di atas permukaan laut
(Andriana, 2007), panjang 14 km dan rerata lebar 6 km, serta medan solfatara yang
luas (Neumann van Padang, 1951). Jajaran kerucut-kerucut gunungapi tersebut
membentuk arah baratlaut-tenggara, dan terletak di baratlaut Gunungapi Sindoro-
Sumbing. Dalam Verstappen (2000), Dieng termasuk dalam kelompok gunungapi
muda dengan kepundan-kepundan kecil yang aktif (Kuarter). Aktivitas vulkanik
tersebut menyebabkan terbentuk berbagai bentuklahan, antara lain: kawah letusan
(explosion craters), kawah melingkar berbatuan tuff (tuff-ring craters), kerucut scoria
(scoria cones), gunungapi strato kecil (small strato volcano) dan aliran lava (lava
flows). Berbagai proses geomorfologi akibat aktivitas kompleks Gunungapi Dieng
adalah: letusan (eksplosif) dan efusif, letusan freatik, dan gas, di samping juga
dijumpai fenomena sesar-sesar aktif akibat getaran letusan sebagai media aliran
sulfatara, lumpur panas, atau gas-gas vulkanik lainnya (Verstappen, 2000). Danau
Menjer sebagai danau kawah dengan dinding melingkar berbatuan tuff terdapat di
bagian selatan kompleks Dieng, Gunungapi Bisma yang berbentuk seperti tapal kuda
(horseshoe-shaped) merupakan gunungapi strato yang terletak di sebelah barat,
sementara di bagian utara terdapat bentanglahan Telaga Merdodo, Pengilon, dan
Telaga Warna sebagai telaga atau danau kawah (kaldera).
Bentuk lahan kompleks Dieng terdiri dari kaki dan lereng gunungapi.
Kompleks gunungapi Dieng merupakan salah satu kompleks gunungapi di Jawa
Tengah yang disebut dengan kompleks Dieng Batur. Di tengah-tengah kompleks
tersebut terdapat dataran tinggi yang disebut Plato Dieng. Keadaan relief dicerminkan
oleh perbedaan ketinggian tempat yang bervariasi dari dataran tinggi primer, dataran
2
tinggi sekunder, dan dataran tinggi tersier (Tim Fakultas Geografi UGM, 2003).
Dataran tinggi primer merupakan kompleks dataran dengan ketinggian rata-rata 2.090
meter di atas permukaan laut, yang terletak di sekitar Gunungapi Prau, Juranggrawah,
dan Pangonan. Dataran tinggi sekunder adalah kompleks dataran dengan ketinggian
rata-rata 1.950 meter di atas permukaan laut yang dikelilingi Gunungapi Nogosari,
Pengamunamun, dan Gajah Mungkur. Dataran tinggi tersier merupakan kompleks
dataran dengan ketinggian antara 1.630 - 1.773 meter di atas permukaan laut yang
terletak antara Gunungapi Batur dan Pekasiran (Santosa, 2009).
Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo merupakan
daerah penghasil sayuran terbesar di Kabupaten Wonosobo (Anonim, 1998).
Tanaman Kentang merupakan komuditas utama sayuran daerah tersebut. Adanya
anggapan bahwa tanaman kentang lebih menguntungkan dibandingkan komuditas
sayuran lainya, menjadi daya tarik dan mendorong petani setempat untuk terus
memperluas areal pertanaman kentang. Banyak lahan baru dicetak dengan cara
menggali bongkahan-bongkahan batu cadas yang menempel di lereng bukit dengan
kemiringan 25-30o (Anonim, 2002).
Meningkatnya aktivitas petani dalam memproduksi sayuran akan berpengaruh
terhadap organisme tanah. Adanya pembukaan lahan dan pengolahan tanah akan
menimbulkan perubahan lingkungan bagi organisme tanah, padahal kehadirannya
mempunyai peran besar terhadap berbagai proses yang terjadi pada tanah misalnya
proses dekomposisi, siklus karbon, dan agregasi tanah (Giller et al., 1997).
Cara pengolahan tanah, pemakaian pupuk serta penggunaan pestisida sangat
besar pengaruhnya terhadap kepadatan populasi organisme tanah (Ghabbour et al.,
1985). Cara pengolahan tanah di Pegunungan Dieng tidak menggunakan teknik
budidaya tanaman di daerah pegunungan sehingga tidak memperhatikan kaidah
konservasi maka pembudidayaan komoditas kentang telah mengubah wajah
Pegunungan Dieng. Selain itu pola bertanam dengan sistem guludan membujur
searah lereng dan tidak melingkar bukit adalah tindakan yang dapat mempercepat
3
erosi. Eksploitasi lahan yang kurang memperhatikan upaya konservasi itu jelas akan
merusak lingkungan Gambar 1.1. menunjukkan pola penanaman searah kemiringan
lereng atau memotong kontur.
Gambar 1.1. Pola penanaman searah kemiringan lereng ataumemotong kontur.
Pencemaran tanah merupakan penurunan kualitas tanah yang disebabkan
karena terjadinya perubahan lingkungan alami tanah. Perubahan tersebut biasanya
disebabkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran yang terjadi di Pegunungan Dieng
pada umumnya disebabkan oleh penggunaan pupuk yang berlebihan dengan dosis
besar yang sering dilakukan oleh petani. Berdasarkan standar yang ditetapkan
Departemen Pertanian (2007), pupuk yang digunakan untuk lahan pertanian kentang
seharusnya adalah 20-30 ton/ ha pupuk kotoran ayam, 200-300 kg/ha pupuk urea, dan
200-250 kg/ha pupuk TSP, tetapi petani menggunakan pupuk melebihi ukuran normal
menjadi 40 ton/ha pupuk kotoran ayam yang masih mentah, 500 kg/ha pupuk urea
dan 300 kg/ha pupuk TSP. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan pencemaran tanah,
4
sehingga dampaknya berupa perubahan sifat fisika dan kimia tanah serta
berkurangnya populasi binatang tanah.
Penyebab pencemaran tanah di Pegunungan Dieng paling besar adalah
penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida mempunyai pengaruh besar terhadap
populasi organisme tanah. Pengaruh yang ditimbulkan dapat langsung berupa racun
bagi organisme tanah atau secara tidak langsung berupa perubahan sifat fisika kimia
tanah akibat residu pestisida yang terakumulasi dalam tanah (Sastrodihardjo et al.,
1978).
Dalam penelitian ini menggunakan organisme sebagai indikator tercemarnya
tanah. Adapun organisme yang dikaji berupa cacing tanah (Pheretima sp.). Hal ini
karena keberadaan cacing tanah dapat meningkatkan kandungan nutrisi pada tanah
yang akan menyuburkan tanah. Populasi cacing tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah
habitatnya, seperti kondisi suhu, kelembapan, pH, salinitas, aerasi, dan struktur tanah.
Pencemaran tanah dapat menyebabkan cacing pada tanah mati. Selain itu, dalam
penelitian ini hanya mengkaji ada tidaknya organisme tanah yang berupa cacing tanah
di lahan pertanian tanaman kentang yang menggunakan pupuk dalam waktu lama
(lebih dari 5 tahun) dengan lahan pertanian kentang yang baru menggunakan pupuk
(kurang dari 5 tahun).
1.2. Perumusan Masalah
Lahan di Kecamatan Kejajar secara intensif lebih dimanfaatkan untuk
tanaman kentang dibandingkan dengan tanaman lainnya. Pada tahun 2010 terdapat
3.511 hektar lahan yang ditanami tanaman kentang, dengan kapasitas produksi
setahunnya mencapai 507.851 kwintal per tahun. Angka tersebut jauh lebih besar jika
dibandingkan pada tahun 2009 yang luas lahan tanaman kentangnya seluas 2.474
hektar, dengan produksi sebanyak 377.682 kwintal per tahun. Dari angka tersebut
dapat dilihat bahwa bercocok tanam tanaman kentang semakin meningkat dari tahun
ke tahun (Suara Merdeka, 2011).
5
Perlakuan tanaman kentang yang dapat dikatakan berbeda dibandingkan
dengan tanaman lain adalah mengenai pola penanaman, pengairan, serta
pemupukannya.
Pemupukan dan penggunaan pestisida yang berlebih seperti yang telah
dijelaskan di atas akan menyebabkan tanah menjadi rusak. Kerusakan tersebut dapat
berupa kimia, fisika, ataupun biologi tanah. Rusaknya kimia tanah disebabkan oleh
penggunaan pupuk yang berlebih dan menyebabkan rusaknya keseimbangan unsur
hara di dalam tanah. Selain itu, tanah akan kelebihan unsur hara (terutama N) yang
akan menyebabkan sifat fisik tanah berupa struktur tanah juga akan terganggu.
Penggunaan pupuk kandang dalam kondisi mentah secara berlebih akan membuat
tanah sulit mengikat air, sehingga tanah akan semakin mudah terlindi dan
menyebabkan tanah semakin mudah tererosi. Pemupukan di lahan pertanian
Kecamatan Kejajar menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam dan urea serta
berbagai macam pestisida dengan dosis tinggi.
Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam mengandung nitrogen paling
tinggi bila dibandingkan pupuk kandang dari kotoran hewan lainya, yaitu 1 %. Pupuk
urea (NH2-CO-NH2) mengandung nitrogen (N) sebesar 46 %. Kedua pupuk tersebut
apabila terlalu banyak digunakan dan secara terus menerus berpengaruh kurang baik,
karena mengandung nitrogen (N) yang tinggi. Penggunaan pupuk kandang yang
mengandung nitrogen (N) tinggi akan menyebabkan penurunan kualitas tanaman
karena menurunkan kadar karbohidrat dalam tanaman sebagai akibat adanya
kompetisi antara penyusunan karbohidrat (pati, sukrosa, dan polifruktosa) dan
penyusunan asam amino, yang dianggap penting untuk tanaman kentang, ketela,
umbi-umbian, dan tanaman lain yang diharapkan produksi karbohidratnya tinggi.
Pemberian N yang tinggi juga akan mengakibatkan tanaman mudah rebah terutama di
bagian ruas menjadi lemah dan daya tahan tanaman terhadap penyakit menurun yang
disebabkan karena sistem perakaran relatif menjadi lebih sempit (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002).
6
Ditinjau dari aspek biologi, pemberian pupuk yang mengandung nitrogen (N)
tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur. Tumbuhnya jamur dalam tanah akan
berakibat tanaman kentang mudah terserang penyakit jamur yang menyebabkan
kentang cepat membusuk. Penggunaan pestisida dapat mengatasi masalah hama dan
penyakit namun akan menimbulkan efek samping terhadap lingkungan apabila tidak
digunakan secara bijaksana (Charlena, 2004). Dengan terganggunya sumber daya
hayati dan lingkungan, maka akan menyebabkan berkurangnya tingkat populasi
mikroorganisme tanah terutama dekomposer, sehingga akan berpengaruh terhadap
berkurangnya bahan organik dalam tanah. Tanah yang kekurangan bahan organik
akan menjadi lebih padat, sehingga dapat menghambat akar tanaman dalam menyerap
unsur hara. Berkurangnya unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
akan mengakibatkan rendahnya produktivitas tanaman itu sendiri (Fery, 1999).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penting
sebagai berikut :
(1) Bagaimana pengaruh kerusakan lingkungan pada tanah pertanian akibat
penggunaan pupuk anorganik dan organik terhadap sifat fisik dan kimia tanah
dengan indikator cacing tanah di daerah penelitian?
(2) Bagaimana keberadaan Cacing tanah sebelum dan sesudah 5 tahun
pengelolaan tanah dengan pemupukan di daerah penelitian?
(3) Bagaimana rumusan strategi pengelolaan lingkungan yang diterapkan pada
tanah yang telah digunakan sebagai lahan pertanian kentang lebih dari 5 tahun
di daerah penelitian?
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka peneliti merasa
penting dilakukan penelitian dengan judul “Kajian Kerusakan Lingkungan pada
Lahan Pertanian akibat Pemupukan”. Studi kasus di Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo.
7
1.3. Keaslian dan Batasan Penelitian
Seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penelitian mengenai
kajian kerusakan lingkungan di Dataran Tinggi Dieng Wonosobo telah banyak
dilakukan. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menjabarkan penelitian-penelitian
terdahulu untuk dijadikan sebagai telaah pustaka sekaligus untuk mempertegas
keaslian penelitian yang dilakukan kali ini. Penelitian-penelitian terdahulu mencakup
penelitian yang dilakukan pada lokasi penelitian yang serupa dengan penelitian ini,
serta penelitian pada kajian yang sama dengan lokasi yang berbeda.
Penelitian terdahulu oleh Reni Andriana (2007) dilakukan di Kawasan
Lindung Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini mengkaji kondisi
lahan di dataran tinggi Dieng sebagai kawasan lindung. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan
data baik data primer maupun data sekunder yang kemudian dianalisis dan dievaluasi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kondisi lingkungan dataran tinggi
Dieng yang sangat jauh sebagai kawasan lindung karena kawasan lindung ini kondisi
tutupan lahanya sangat buruk, vegetasi di kawasan lindung sangat jarang dan terlalu
tingginya campur tangan manusia atas kerusakan kawasan lindung. Penelitian pada
lokasi di sekitar kawasan Dataran Tinggi Dieng juga dilakukan oleh Retno Sri Rejeki
(2008) yang mengkaji pengelolaan lingkungan pada Kawasan Sumbing-Sindoro,
dimana kawasan ini merupakan kawasan dataran tinggi Dieng. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik sampling
wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kondisi lahan
di kawasan Sindoro-Sumbing sudah mengalami kerusakan dengan laju erosi yang
mencapai 108,12 ton per hektar setiap tahunnya dengan tingkat bahaya erosi
mencapai 11,26, dimana angka ini termasuk dalam kategori sangat tinggi. Kondisi
kawasan Gunung Sindoro-Sumbing tersebut juga dipengaruhi oleh faktor social
ekonomi dan budaya masyarakat setempat antara lain pola pengolahan lahan yang
belum sesuai peruntukan dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
8
pentingnya lingkungan sehingga peran serta masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan sangatlah rendah.
Kurnia et al. (2000) melakukan penelitian mengenai teknik konservasi tanah di
lahan budidaya sayuran pada dataran tinggi di Pulau Jawa. Pada penelitian ini
dibuktikan teknik konservasi bedengan yang benar agar dapat diterima oleh petani
dataran tinggi. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode survei langsung di dataran tinggi. Berdasarkan penelitian ini
telah dibuktikan bahwa dengan teknik bedengan yang benar yang memotong arah
lereng tidak mengurangi kuantitas hasil pertanian yang diperoleh. Sehingga
diharapkan dengan penelitian ini petani dengan sendirinya berniat untuk mengubah
pola tanam didataran tinggi.
Penelitian berikutnya adalah kajian mengenai strukturr dan komposisi
makrofauna tanah sebagai bioindikator kesehatan tanah pada kasus sistem
penggunaan lahan di HTI Sengon. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
makrofauna tanah yang dapat digunakan sebagai bioindikator. Metode yang
digunakan adalah metode survei langsung dan menggunakan data sekunder. Dalam
penelitian ini makrofauna tanah sebagai bioindikator yang paling dominan adalah
rayap (Reticulitermes sp.) dan Lundi putih (Phyllophaga sp.)
Penelitian lainnya yang dapat digunakan sebagai telaah pustaka adalah kajian
yang dilakukan oleh Novonty et al. (2009). Pada penelitian ini dikaji pencemaran
pupuk kimia di 4 (empat) negara berkembang di ASEAN. Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada penelitian disebutkan bahwa sebagian besar pemupukan kimia
(nitrogen) tidak diserap oleh tanaman tetapi dilepaskan ke lingkungan yang tentunya
akan mencemari lingkungan sekitar tanaman.
Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus
sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam
Tabel 1.1.
9
Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian yang dilakukan Peneliti dengan Peneliti
Terdahulu
Sum be r : Telaa h Pu staka da n Pe ru m usa n, 2 01 4
No Pen eli ti , Ta hun,J udul T ujuan Uta ma M e tode Ha s il
1 .
R eni An dria na, 20 07Eva lu asi Kawa sanL in d ung D ata ranTin gg i Die ngKa bu pa ten W o noso bo
M en ga na lis is d anm en ge valua si ko ndisil in gku ng an fis ik d ansosial e kono m ib ud aya m a syarakat dika wasa n lind un gDie ng Kab up ate nW o no so bo
M eto de p en elit iande skrip tif
Ko n disi l in gku ng an da ta ra n t in gg iDien g sa ng at ja uh da ri ka wasa nlind un g, de ng an lap isan o la h ya ngsan gat tipis; ko ndisi tutup an la ha nsan gat b uruk: t in gg in ya ca m purta nga n ma nu sia atas ke ru sakankawa san lin du ng da tara n tin gg iDien g.
2 .
R etno Sri Rejeki ,2 00 8Ka jian Pen ge lo la anL in gku ng an pa daKa wasa n Gun un gSu mb ing -S ind oro
Un tu km en gide nt ifikasitin gkat kerusa kanlah an , m en ga na lis iste ntan g fakto rfakto rp en ye ba b ke rusa ka nlah an sertam ere ko m en da sip erb aika np en ge lo la an Kawa sanGu nu ng S in do roSum b in g
Te kn ik sa m plin gwa wa nca ra d anob servasi
Ko n disi lah an di Ka wasa n S ind oroSu m bing sud ah me ng alam ikerusa kan de ng an laju ero si ya ngm enca pa i 1 08 ,12 to n/h a/tah unda n ting ka t ba ha ya e rosim enca pa i 11 ,2 6 yan g te rm asu kpa da katego risan gat t in gg i. Kon disi ka wa sanGun un g S in do ro Sum bingte rse bu t ju ga d ip en ga ru hi olehfaktor p en go la ha n la ha n sertafaktor so sia l eko no mi d an bud ayam asyaraka t se tem p at an ta ra la inpo la pe ng olah an la ha n ya ngbe lu m sesu ai p eru ntu kan nya,m asih kura ng nyape ng eta hu an ma syaraka t ten ta ngpe nt ing n ya lin gkun ga n, sertaren da hnya pa rtisip asim asyaraka t da la m p en ge lo la anling kun ga n.
3
Vladim ir et a l., 20 09Pe rba nd in ga n Po lu siPu pu k K im ia d i 4(e mp a t) Ne ga raBe rke m ba ng di Asia n
M en ge ta hu i p en ga ru hp en gg un aa n p up ukkim ia terh ad aplin gku ng an
Th e fou r co u ntriesare e xp erien cin grap id e co n om icgro wth u nd er atre me nd ou spo pu lation gro wthpre ssure tha t, withth eexce ptio n o f Ch ina,will co ntin uewith ou t leve ling ofin a fo rese eab lefu ture
Se b ag ian be sar pe m upu kannitrog en tid ak d isera p olehta nam a n teta pi d ilep aska n keling kun ga n
4
U ndan g Kurnia dk k. ,2 00 0Te kno lo gi Ko nservasiTa na h pa da Bud id ayaSa yu ran D ata ranTin gg i
M em bu ktikan tekn ikko nservasi b ed en ganyan g be na r ag ard ap at diterim a p eta nid ata ran ting gi
Pen era pa n te knikkon servasi seca ralan gsun g dida ta ran ting gi
Tekn ik kon servasi ya ngdite ra pka n d i da ta ran t in gg i tida km eng ura ng i kuan titas ha silpe rtan ia n.
5Sugiya rto, 20 05St ru ktur danKo mp osisiM a kro fa un a Ta na hSe ba ga i B ioind ika torKe se h ata n T an ahp ad a Ka sus S istemPe ng gu na an La ha n d iH TI Se ng on
Id en tifika sim akrofau na ta na h
Id en tif ika silan gsun g dan d ataseku nd er
M akrofa un a ta na h yang pa lingdo mina n ada lah ra yap(Ret icu lite rme s sp .) d a n L un dipu tih (Phyllo ph ag a sp .)
6
A ma llia Pus pitas ari,2 01 3Ka jian B io ind ikatorPe ncem a ran Tan ahAkiba t Pem u puka n
M en gkaji p en garu hp en gg un aa n p up ukb erleb ih da nke bera da ano rg a nism e ta na h p ad ata na h ya ng te la hd io la h < 5 ta hu n da n >5 ta hu n
Ob se rvasilan gsun g dan d ataseku nd er
Pe n urun an kep ad ata n p op ulasicacing tan ah ya ng m e rupa kanin dikato r p en cem ara n tan ahdiseb abka n oleh keru sakan sifatfisik da n kimia tan ah akibatpe ng gu na an pu pu k be rle bih.
10
Berdasarkan telaah pustaka hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, baik
ditinjau dari bidang kajian, lokasi maupun tujuan penelitian. Penelitian sebelumnya
lebih banyak mengkaji kerusakan lingkungan kawasan dataran tinggi Dieng secara
fisik dan sosial ekonomi serta budaya masyarakat yang merusak kawasan lindung
tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan di 4 (empat) negara berkembang di
ASIA membuktikan bahwa penggunaan pupuk N (nitrogen) yang berlebihan pada
tanaman tidak akan banyak yang terserap tanaman tetapi sebagian besar masuk ke
tanah dan merusak lingkungan.
Berbeda dengan kajian – kajian sebelumnya, penelitian difokuskan pada
keberadaan organisme tanah (cacing tanah) yang terpengaruh oleh penggunaan pupuk
yang berlebihan. Sejauh ini, kajian yang demikian belum dilakukan di kecamatan
Kejajar yang mengalami kerusakan lingkungan terutama kondisi lahan akibat
penggunaan pupuk yang berlebihan.
1.4. Tujuan Penelitian
Berpijak pada topik dan rumusan masalah serta lingkup kajian penelitian yang
didukung oleh konsep teori yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:
(1) mengkaji pengaruh penggunaan pupuk anorganik dan organik pada lahan
pertanian terhadap kerusakan tanah melalui sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
dengan indikator cacing tanah;
(2) menentukan tingkat kerusakan tanah (pencemaran tanah) dengan bioindikator
keberadaan organisme tanah (cacing tanah) pada lahan pertanian kentang yang
telah diolah sebelum 5 tahun dan setelah 5 tahun sebagai indikasi terjadinya
pencemaran akibat penggunaan pupuk anorganik dan organik berlebihan;
(3) menyusun rumusan strategi pengelolaan lingkungan pada tanah yang telah
digunakan sebagai lahan pertanian kentang setelah lebih dari 5 tahun.
11
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berusaha mengkaji pengaruh pencemaran lingkungan tanah
akibat pemupukan yang berlebihan, keberadaan organisme tanah (cacing tanah) yang
dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran tanah pada tanah yang telah
digunakan sebagai lahan pertanian kentang sebelum 5 tahun dan setelah 5 tahun
ditanami, dan strategi pengelolaan lingkungan untuk mengatasi tanah yang telah
dijadikan lahan pertanian kentang selama lebih dari 5 tahun. Oleh sebab itu,
dilakukan penelitian ini yang diharapkan mempunyai manfaat:
(1) Bagi ilmu pengetahuan :
Sebagai sumber referensi dan informasi yang dapat digunakan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan
pencemaran tanah akibat pemupukan.
(2) Bagi pembangunan :
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah khususnya
pengambil keputusan dalam upaya pengelolaan tanah di daerah penelitian.