BAB I PENDAHULUAN -...

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa merupakan suatu wilayah yang memiliki karakteristik masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Definisi desa di Indonesia masih erat kaitannya dengan pertanian. Karena mayoritas penduduk pedesaan tergantung pada pertanian. Kemudian masyarakatnya hidup dengan kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat. Gotong royong sangat dijaga dengan baik oleh masyarakat desa. Saat mendengar kata desa, tentu akan membayangkan luasnya sawah dan udara pedesaan yang sejuk. Selain itu, kita juga akan berpikir tentang daerah desa yang jauh dari kehidupan modern. Hal ini terjadi karena letak desa yang berada jauh dari pusat keramaian dan pusat pemerintah. Sehingga desa selalu tertinggal dalam mengikuti kemajuan teknologi modern yang ada. Desa dalam pengertian umum adalah sebagai gejala yang bersifat universal, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa dimanapun cenderung memiliki karekterisktik tertentu yang sama (Raharjo, 2004: 28). Dari pengertian desa tersebut, selalu identik dengan sekumpulan orang yang bertempat tinggal dalam wilayah yang sama yang bermatapencaharian sebagai petani. Hal ini diperkuat oleh peryataan dari

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan suatu wilayah yang memiliki karakteristik

masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Definisi desa di Indonesia

masih erat kaitannya dengan pertanian. Karena mayoritas penduduk

pedesaan tergantung pada pertanian. Kemudian masyarakatnya hidup

dengan kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat. Gotong royong

sangat dijaga dengan baik oleh masyarakat desa. Saat mendengar kata

desa, tentu akan membayangkan luasnya sawah dan udara pedesaan yang

sejuk. Selain itu, kita juga akan berpikir tentang daerah desa yang jauh dari

kehidupan modern. Hal ini terjadi karena letak desa yang berada jauh dari

pusat keramaian dan pusat pemerintah. Sehingga desa selalu tertinggal

dalam mengikuti kemajuan teknologi modern yang ada.

Desa dalam pengertian umum adalah sebagai gejala yang

bersifat universal, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada

lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal maupun bagi pemenuhan

kebutuhannya, dan terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa

dimanapun cenderung memiliki karekterisktik tertentu yang sama

(Raharjo, 2004: 28). Dari pengertian desa tersebut, selalu identik dengan

sekumpulan orang yang bertempat tinggal dalam wilayah yang sama yang

bermatapencaharian sebagai petani. Hal ini diperkuat oleh peryataan dari

2

P.H.Landis (dalam Raharjo, 2004) tentang desa yang dilihat dari tujuan

analisa ekonomik yaitu sebagai suatu lingkungan yang penduduknya

tergantung pada pertani. Pertanian yang selalu identik dengan pedesaan

membawa pengaruh tentang kemiskinan di desa. Masih melekat pada

masyarakat bahwa petani memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Oleh

karena penduduk desa mayoritas petani, mereka mengalami kemiskinan

secara ekonomi.

Masalah kemiskinan memang telah menjadi masalah besar

untuk negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan menurut BPS

merupakan suatu keadaan tidak mampu secara ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Di daerah pedesaan masalah kemiskinan yang paling sering

ditemui adalah kemiskinan struktural. Menurut Sumodinigrat (dalam

Sudarwati, 2009) kemiskinan struktural muncul akibat dari banyaknya

program dan kebijakan, namun pelaksanaannya yang tidak seimbang,

pemilikan sumber daya yang tidak merata, kesempatan yang tidak sama

menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata, sehingga

meimbulkan struktur masyarakat yang tidak seimbang. Hal ini

menunjukkan bahwa program dan kebijakan pemerintah dalam

menanggulangi kemiskinan masih belum dapat merata. Terutama untuk

masyarakat miskin di daerah desa yang minim akses informasinya. Dengan

akses informasi yang kurang, masyarakat pedesaan terutama pemuda akan

kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Tentu saja angka pengangguran

3

akan meningkat. Perlu adanya upaya untuk menanggulangi masalah

kemiskinan dan pengangguran. Program-program pembangunan dari

pemerintah akan membantu masyarakat untuk memperbaiki kehidupan

sosial dan ekonominya. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya untuk

memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Kemajuan yang dituju

ini seringkali berupa kemajuan dalam bidang ekonomi (Budiman, 1994:1).

Dapat terlihat dimasayarakat, bahwa setiap program pembangunan yang

dilakukan oleh pemerintah selalu diharapkan dapat memperbaiki

kehiudpan ekonomi. Salah satu contoh upaya pembangunan yaitu melalui

pemberdayaan masyarakat. melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan

mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, terutama masyarakat

miskin di daerah pedesaan.

Pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan

kesejateraan masyarakat. Pemberdayaan menurut Ife (dalam Adi, 2008)

upaya untuk meningkatkan daya dari kelompok yang kurang beruntung

atas pilihan pribadi dan kehidupan mereka, kesempatan, definisi

kebutuhan, gagasan, institusi, Sumber daya, aktifitas ekonomi dan

reproduksi dengan melakukan intervensi melalui pembuatan perencaan

dan kebijakan. Melalui pemberdayaan, masyarakat yang tidak berdaya dan

tidak memiliki kekuasaan dapat berproses untuk menjadi lebih berdaya

dan berkuasa. Kelompok yang kurang beruntung menurut ife (dikutip oleh

Isbandi, 2008) yaitu keluarga miskin, pengangguran, penerima layanan

kesejahteraan, etnis minoritas yang kurang beruntung, gender dan para

4

penyandang cacat. Tujuan dari pemberdayaan tentu saja berbeda-beda.

Dilihat dari pemberdayaan dilakukan untuk siapa, maka tujuan akan

berbeda. Pada umumnya mendengar kata pemberdayaan, masyarakat akan

berpikir sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat

dalam bidang ekonomi. Namun bagi anak dan remaja, tujuan dari

pemberdayaan lebih mengarah pada pendidikan. Pemberdayaan

pendidikan dilakukan pada anak dan remaja yang kesulitan dalam hal

pendidikan.

Pemberdayaan yang dilakukan di masyarakat perlu disesuaikan

dengan potensi yang telah dimiliki. Perlu adanya dorongan agar potensi

yang dimiliki oleh masyarakat dapat berkembang dengan baik dan

memberikan nilai tambah bagi kehidupan masyarakat di pedesaan. Banyak

potensi yang berkembang dimasyarakat, salah satunya potensi dalam

sektor pariwisata. Daerah pedesaan tentu memiliki pemandangan alam

yang indah, tempat rekreasi yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan

polusi udara. Serta hasil karya seni dan kebudayaan masyarakat desa yang

unik. Hal ini merupakan suatu potensi bagi masyarakat desa untuk perlu

dikembangkan agar menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Akan sangat

membantu masyarakat desa dalam memperbaiki kehidupan ekonomi

melalui periwisata. Dengan potensi wisata yang dimiliki, suatu daerah

pedesaan dapat diberdayakan menjadi desa wisata. Desa wisata merupakan

suatu daerah pedesaan yang memiliki daya tarik dan fasilitas wisata yang

dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke wilyah tersebut. Wisatawan

5

juga dapat belajar dan bersosialisasi dengan masyarakat tentang kekhasan

budaya dan kerajinan yang ada. ditambah dengan pemandangan alam yang

indah dan udara yang sejuk yang dapat dinikmati wisatawan. Kemudian

dengan daya tarik wisata yang dimiliki serta banyakanya wisatawan yang

berkunjung, warga masyarakat dapat memanfaatkannya untuk

mendapatkan penghasilan dan meningkatkan taraf ekonomi warga.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang

menyimpan banyak keindahan alam dan keramahan kotanya. Mendapat

julukan sebagai kota pelajar, selain itu juga disebut sebagai kota wisata.

Begitu banyak pilihan tempat wisata di Yogyakarta membuat daerah ini

dijuluki sebagai kota wisata. Mulai dari wisata sejarah, wisata alam hingga

wisata belanja. Tempat-tempat yang indah dan orang-orang yang santun

serta tanda mata yang memiliki ciri khasnya selalu dapat menarik hati

wisatawan untuk berkunjung. Di wilayah selatan Yogyakarta yaitu daerah

Bantul memiliki banyak tempat wisata yang patut dikunjungi. Yang paling

terkenal adalah wisata pantainya, Bantul selalu identik dengan wisata

pantai yaitu Parangtritis. Dengan nitos-mitos yang berkembang

dimasyarakat dan keindahan pantainya membuat Bantul begitu dikenal

baik oleh wisatawam domestik hingga mancanegara.. Wisatawan yang

datang ke Bantul terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu

adanya pilihan tempat wisata yang beragam, agar wisatawan tidak bosan

dengan tempat wisata yang menoton. Namun Pemerintah Kabupaten

Bantul terus berusaha untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang

6

berkunjung. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul nomor 3 tahun

2004 tentang pengembangan pariwisata, yang dimaksud dengan wisatawan

adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Untuk itu, diperlukan

upaya agar dapat mendatangkan orang yang ingin berkegiatan wisata di

daerah Bantul. Dengan menyengelenggarakan event-event kebudayaan dan

non kebudayaan di Bantul. Diharapkan dapat menambah jumlah

wisatawan. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bantul melihat juga banyak

tenpat-tempat menarik yang dapat dibuka menjadi sebuah obyek wisata.

Pemerintah Kabupaten Bantul mulai mengembangkan tempat-tempat

wisata baru yang dapat menjadi alternatif bagi wisatawan. Pada Peraturan

Daerah Kabupaten Bantul tentang pengembangan pariwisata nomor 3

tahun 2004 pasal 8 menyebutkan bahwa OTDW (Obyek dan Daya Tarik

Wisata), terdapat lima bentuk yaitu wisata alam, wisata sejarah dan

budaya, wisata taman rekreasi atau pemandiaan, wisata pendidikan dan

sentra industri kerajinan. Wisata di sentral industri kerajinan merupakan

suatu hal yang berbeda dengan wisata lainnya. Sentra industri kerajinan

yang paling terkenal di Bantul yaitu sentra kerajinan gerabah di Kasongan.

Sentra-sentra industri kerajinan sudah mulai berkembang dengan pesat,

tidak hanya di Kasongan saja melainkan di daerah lainnya. Pada

umumnya, sentra-sentra industri kerajinan ini berkembang menjadi sebuah

desa wisata. Desa wisata ini dapat menjadi alternatif bagi wisatawan yang

bosan dengan tempat wisata yang sering dikunjungi. Banyak yang dapat

ditawarkan dari desa wisata ini, misalnya aneka jenis kerajinan tangan

7

yang dapat dijadikan sebagai cinderamata, kemudian menawarkan

keindahan alam yang berbeda dengan suasana perkotaan serta menawarkan

kehidupan sosial masyarakat desa dengan bertimpat tinggal sementara di

homestay penduduk setempat. Mulai berkembangnya desa wisata ini

banyak menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.

Terlebih lagi bagi wisatawan yang masih dibangku sekolah. Biasanya

mereka menempatkan daerah tujuan desa wisata dalam rangkaian tour-

nya. Di Bantul banyak memiliki desa wisata yang sudah efektif

diantaranya yaitu Desa Wisata Kasongan, Desa Wisata Tembi, Desa

Wisata Kebonagung, Desa Wisata Wukirsari dan Desa Wisata Manding.

Salah satu contoh daerah pedesaan yang berkembang menjadi

daerah wisata dengan pemberdayaan yaitu Desa Wisata Krebet. Terletak di

Dusun Krebet, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Dusun Krebet memiliki potensi sebagai desa wisata karena terdapat

banyak perajin batik kayu. Hampir 60 persen penduduknya merupakan

pengarajin batik kayu. Kerajinan tangan batik kayu merupakan sebuah

hasil karya dari kayu yang kemudian kayu tersebut dipahat dan dilukis

dengan berbagai motif batik sesuai dengan kreatifitas dari pengerajin.

Selain batik kayu, Dusun Krebet juga memiliki panaroma alam yang

pantas dijadikan destinasi wisata. Salah satunya air terjun di Jurang

Pulosari.

Awal mula pemberdayaan di Dusun Krebet melalui inisiatif dari

salah satu tokoh masyarakat yang aktif dalam dunia pariwisata. Pada tahun

8

2000 mulai dipelopori untuk terbentuknya desa wisata. Hal ini berdasarkan

pada potensi yang dimiliki oleh Dusun Krebet. Banyaknya pengerajin

batik kayu menginsparasi untuk membentuk Desa Wisata Krebet.

Kemudian Desa Wisata krebet pada tahun 2009-2010 mendapat bantuan

dari pemerintah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) di sektor pariwisata. Sejak bantuan diterima oleh Desa Wisata

Krebet, mulai dilakukan promosi tentang Desa Wisata Krebet. Salah satu

upaya Promosi yang dilakukan melalui website. Website Desa Wisata

Krebet dapat diakses melalui www.krebet.com. Website tersebut dikelola

oleh masyarakat Dusun Krebet. Website tersebut berisi tentang ulasan

lengkap gambaran wilayah Dusun Krebet, mengambarkan tempat-tempat

wisata yang ada di Dusun Krebet serta berbagai paket-paket wisata yang

dapat dinikmati di Desa Wisata Krebet. Promosi lain juga dilakukan

melalui pembagian leaflet pada masyarakat luas. Serta membentuk

jaringan ke luar daerah agar berkunjung ke Desa Wisata Krebet. Fasilitas

yang disediakan oleh Desa Wisata Krebet terbilang cukup lengkap. Selain

jangkaun internet, masyarakat juga menyiapkan penginapan berupa

homestay. Terdapat 50 rumah penduduk yang dilengkapi dengan kamar-

kamar homestay. Disetiap rumah rata-rata memiliki dua kamar untuk

disewakan. Harga sewa masing-masing kamar tidak dibedakan disetiap

rumah yaitu Rp 60.000 per harinya.

Setelah mendapat bantuan dari pemerintah melalui PNPM

pariwisata, saat ini Desa Wisata Krebet sudah berjalan mandiri. Untuk

9

pengembangan desa wisata masyarakat melakukan swadana. Desa Wisata

Krebet mulai menggali potensi wisata lebih dalam lagi. Tidak hanya

sekedar menonjolkan kerajian batik kayu, tetapi menawarkan keindahan

alam yang ada disekitarnya. Sudah mulai banyak pengunjung yang

berdatangan untuk menikmati keindahan alam tersebut. Dengan promosi

yang genjar dilakukan, sudah banyak orang yang mengetahui tentang Desa

Wisata Krebet. Bahkan masyarakat dari luar daerah Yogyakarta sudah

menjadi langganan untuk berkunjung ke Desa Wisata Krebet. Hal ini

cukup membanggakan, karena bukan hanya masyarakat di daerah Bantul

atau Yogyakarta saja yang mengenal tetapi juga masyarakat dari luar

daerah. Pemberdayaan yang dilakukan di Dusun Krebet sudah cukup

berhasil mengangkat perekonomian penduduknya untuk lebih produktif

lagi dan menghasilkan kreasi baru dalam berkarya.

Desa wisata Krebet merupakan salah satu desa wisata yang ada

di Bantul. Berawal dari banyak penduduknya yang mengandalkan

kerajinan batik kayu untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Kemudian

oleh salah satu pejabat desa diusulkan untuk menjadi sebuah desa wisata.

Seiring berjalannya waktu, tidak hanya kerajinan batik kayu yang

ditonjolkan dalam menarik wisatawa, tetapi juga kebudayaan yang sering

dilaksanakan di Dusun Krebet. Kemudian setelah menjadi desa wisata,

masyarakat krebet mampu untuk memfasilitasi para wisatwan yang datang

berkunjung. Berkembang yang begitu baik sangat menarik untuk diteliti.

10

Mulai dari sebuah dusun biasa berproses menjadi sebuah desa wisata yang

sedikit demi sedikit mulai dikenal oleh masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah

Dari paparan diatas, terdapat rumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu:

1. Bagaimana Dusun Krebet berproses menjadi sebuah desa wisata?

2. Bagaimana upaya pemberdayaan berbasis ekonomi wisata dalam

upaya peningkatan pendapatan perajin batik kayu di Dusun Krebet?

3. Bagaimana unsur dalam modal sosial dalam pengembangan ekonomi

dan wisata?

C. Tujuan Penelitian

Melihat dari latar belakang dan rumusan permasalahan yang

ada, dapat disimpulkan beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Memberikan gambaran tentang proses yang dilalui oleh Dusun Krebet

sehingga dapat berubah menjadi Desa Wisata Krebet.

2. Memberikan gambaran tentang respon dari perajin batik kayu terhadap

pemberdayaan berbasis ekonomi wisata.

3. Memberikan gambaran tentang upaya pemberdayaan berbasis ekonomi

wisata dalam peningkatan pendapatan perajin batik kayu di Dusun

Krebet.

11

D. Manfaat Penelitian

1. Laporan akhir penelitian yang berisi jawaban dari rumusan masalah

yang telah tertulis diatas.

2. Mendapatkan gambaran sosial tentang masyarakat Desa Wisata

Krebet.

3. Mendapatkan dokumentasi dari kegiatan yang ada di Desa Wisata

Krebet selama penelitian berlangsung.

E. Landasan Teori

a. Pemberdayaan Masyarakat

- Konsep Pemberdayaan

Dalam pengertian konvensional, konsep pemberdayaan seabagi

terjemahan empowerment mengandung dua pengertian, yaitu 1) To give

power or authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan,

atau mendelegasikan otoritasitas kepihak lain, 2) To give ability to atau to

enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan

(Wrihatnolo dan Dwidjowijoto , 2007:115).

Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah

“proses instan” (Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007:2). Pemberdayaan

sebagai sebuah proses, mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran,

pengkapasitasan dan pendayaan. Pada tahap pertama yaitu penyadaran,

pada tahapan ini target pemberdayaan diberi pengarahan agar mereka

sadar bahwa mereka mempunyai hak dan kapasitas untuk keluar dari

12

kemiskinan yang dialami. Pada tahap ini terget harus disadarkan bahwa

mereka perlu diberdayakan dan proses pemberdayaan tersebut dimulai dari

diri mereka, bukan dari paksaan orang luar.

Setelah berada dalam tahap penyadaran, selanjutnya target

berada pada tahap kedua yaitu pengkapasitasan atau capacity building.

Proses capacity building terbagi dalam tiga jenis, yaitu manusia, organisasi

dan sistem nilai. Pada pengkapasitasan manusia yang harus dilakukan

adalah memberikan kapasitas kepada individu atau kelompok sehingga

mampu menerima kekuasaan atau daya yang akan diberikan. Kemudian,

pengkapasitasan organisasi adalah melakukan restrukturisasi organisasi

yang akan mendapatkan daya atau kapasitas tersebut. Terakhir yaitu sistem

nilai atau aturan main. Pada tahap ini, target dibantu untuk membuat

sistem nilai atau aturan main di antara mereka. Tahap ketiga yaitu tahap

pendayaan pada tahap ini target diberikan kekuasaan, daya dan peluang

sesuai dengan kualitas dan kecakapan yang dimiliki.

Pemberdayaan merupakan proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemeberdayaan merupakan kegiatan untuk memperkuat kelompok-

kelompok lemah dalam masyarakat. Kemudian pemberdayaan sebagai

tujuan yaitu keadaan yang ingin dicapai oleh perubahan sosial di

masyarakat. Bagian dari proses pemberdayaan itu sendiri hendaknya

meliputi enabling (menciptakan suasana yang kondusif), empowering

(penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting

(perlindungan dari ketikdakadilan), supporting (dukungan dan bimbingan)

13

dam foresting (memelihara kondusif yang seimbang), (Wrihatnolo dan

Dwidjowijoto,2007:117). Beberapa unsur tersebut menjelaskan bahwa

pemberdayaan masyarakat tidak terjadi secara instan, tetapi melalui

tahapan-tahapan dan proses panjang yang harus dilalui.

Adapun dasar-dasar dalam melakukan pemberdayaan, menurut

Dubois dan Miley (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto , 2007:116), yaitu:

- Pemberdayaan merupakan kerja sama antara klien dan

pelaksana kerja yang bersifat mutual benefit.

- Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai

komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke

sumber pengahasilan dan memberikan kesempatan.

- Klien harus merasa dirinya bebas dan mudah dipengaruhi.

- Kompotesi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman

hidup yang telah terlewati.

- Pemberdayaan meliputi jalan menuju sumber-sumber

pendapatan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-

sumber tersebut dengan efektif.

- Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis dan

sinergis, pernah berubah dan evolusioner yang selalu

memiliki banyak solusi.

- Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur paralel

dari seseorang dan perkembangan masyarakat.

14

Pemberdayaan masyarakat memiliki banyak program yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial dan

politik. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan di berbagai wilayah di

Indonesia, baik di kota maupun di desa. Pada umumnya pemberdayaan

masyarakat memiliki program untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam bidang ekonomi. Hal ini umumnya diterapkan pada

masyarakat pedesaan. Seperti yang kita ketahui, daerah pedesaan

merupakan suatu daerah yang masih tinggi tingkat kemiskinannya, serta

banyak dipandang sebagai masyarakat kelas bawah. Untuk itu perlu

adanya pemberdayaan agar desa tidak lagi tertinggal dan selalu ada

dibawah. Selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,

pemberdayaan juga bertujuan untuk menggali lebih dalam potensi

msayarakat desa yang belum terlihat dengan jelas. Dengan adanya

pemberdayaan, masyarakan terutama di pedesaan akan mendapatkan suatu

keadaan dimana mereka memiliki kekuasaan atau daya. Kekuasaan atau

daya tersebut dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupan

masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat di daerah pedesaan yang dilakukan di

Dusun Krebet pun diterapkan melalui proses panjang. Pemberdayaan

mulai digalakkan pada tahun 2000, dan hingga tahun 2013 saat ini

masyarakat telah dapat menikmati hasil pemberdayaan tersebut. Namun

masih ada perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh masyarakat agar

menjadi lebih baik lagi. Usaha untuk semakin berkembang juga diupaya

15

oleh masyarakat. Mereka memperluas jaringan hingga ke luar daerah.

Perkembangan yang dialami oleh Dusun Krebet pun semakin baik. Hingga

saat ini Dusun Krebet lebih dikenal dan menjadi Desa Wisata Krebet yang

sedang berkembang dan siap untuk dijadikan tujuan wisata. Ini

membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat bukanlah suatu yang

mudah dan cepat. Harus melalui proses panjang. Namun melalui banyak

proses tersebut hasil dari pemberdayaan yang tujuan utamanya untuk

meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat berdampak positif bagi

perajin batik kayu khususnya dan masyarakat umumnya.

b. Modal Sosial

Fukuyama mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai

aturan norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara anggota

kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama (Fukuyama, 2002).

Ada tiga unsur utama dalam modal sosial yaitu trust (kepercayaan),

resiprocal (timbal balik), dan interaksi sosial. Ketiga unsur dalam modal

sosial tersebut dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan

orang lain. Dengan adanya kepercayaan dalam masyarakat dapat

mempererat hubungan sosial yang dimiliki. Masyarakat akan mudah untuk

bekerja sama karena adanya kepercayaan. Fukuyama (2002) menyebutkan

kepercayaan (trust) masyarakat akan dapat bekerja sama lebih efektif,

karena mereka akan lebih mementingkan kepentingan kelompok diatas

kepentingan pribadi. Secara umum masyarakat high trust memiliki

16

solidaritas kelompok yang tinggi, hal ini akan mengakibatkan masyarakat

mau bekerja sesuai dengan peraturan dan memperkuat rasa kebersamaan.

Sedangkan masyarakat low trust lebih mementingkan tindakan ekonomi

dalam masyarakat.

Unsur modal sosial berikutnya yaitu resiprocal (timbal balik),

merupakan hubungan timbal balik dan saling memberi. Hubungan ini ada

setelah munculnya interaksi. Interaksi yang ada dalam masyarakat juga

termasuk dalam unsur modal sosial. Interaksi sosial ini akan

mengakibatkan jaringan yang dapat menghasilkan kerja sama dan adanya

kepercayaan.

Menurut Putnam (field, 2003:51) modal sosial adalah bagian dari

kehidupan sosial, jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong

partisipan bertindak bersama secara efektif untuk mencapai tujuan-tujuan

bersama. Modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti

kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi

masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan koordinasi. Individu

dalam masyarakat saling berhubungan melalui serangkaian jaringan. Pada

umumnya mereka yang tergabung dalam suatu jaringan memiliki satu

kesamaan nilai. Kemudian dalam berhubungan dan membentuk jaringan

serta nilai, mereka juga memiliki tujuan yang sama. Memiliki jaringan

merupakan aset terpenting karena dapat mendorong orang untuk saling

bekerja sama.

17

Dalam kehidupan sosial, kerja sama sangat dibutuhkan agar dapat

mencapai tujuan individu maupun kelonpok. Begitu halnya dengan yang

terjadi di Desa Wisata Krebet, kerja sama yang baik dalam masyarakat

dilakukan dengan baik. Kepercayaan yang terjalin antar pengarajin batik

kayu menimbulkan kerja sama dan hubungan saling membantu.

Kepercayaan juga akan membuat kerja sama yang terjalin antar pengerjain

batik kayu di Desa Wisata Krebet lebih efektif. Salah satu keefektifan itu

terlihat saat pemberdayaan desa wisata terbentuk. Dengan adanya

kepercayaan dan kerja sama yang efektif, Desa Wisata Krebet dapat

berkembang hingga saat ini. kerja sama yang ada bukan hanya antar

perajin batik kayu saja, namun juga antar pengerajin batik kayu dan bukan

pengerajin batik kayu. Hal ini juga menunjukkan perbedaan profesi di

masyarakat tidak menghalangi mereka untuk saling memberi kepercayaan

dan bekerjasama. Terlihat juga dalam masyarakat Desa Wisata Krebet

terdapat hubungan timbal balik yang baik.

Kemudian interaksi sosial yang terjalin juga mengakibatkan

luasnya jaringan yang dimiliki. Semakin banyak interkasi sosial yang

dilakukan maka akan semakin luas jaringan yang terbentuk. Jaringan ini

tentu sangat mebantu pengerajin batik kayu dalam memasarkan hasil

karyanya.

c. Pembangunan Pariwisata

Daerah pedesaan di Indonesia memiliki pemandangan alam

yang indah, tempat-tempat wisata alam yang indah serta kekhasan budaya

18

dari masing-masing wilayah yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan

wilayah pedesaan sering kali dijadikan tujuan berwisata. Tempat tujuan

wisata di daerah pedesaan ini sering disebut dengan desa wisata. Menurut

Saparin (1977) desa pariwisata atau desa wisata yaitu adanya obyek

pariwisata berupa peninggalan kuno, keistimewaan kebudayaan rakyat,

keindahan alam dan sebagainya (dikutip oleh Raharjo, 2004). Konsep dari

desa wisata yaitu menyajikan daya tarik wisata berupa kekhasan lokal dan

kebudayaan lokal yang ada. dengan kekhasan dan kebudayaan lokal yang

berbeda dari daerah lainnya dapat menarik wisatawan bukan hanya

sekedar berkunjung tetapi juga dapat belajar lebih jauh tentang kehidupan

masyarakatnya.

Pembangunan pariwisata membutuhkan empat hal yaitu: a)

bidang obyek atau daya tarik wisata, b) bidang fasilitas pariwisata, c)

bidang jasa pariwisata, d) bidang promosi pariwisata (Demartoto,

2009:158). Empat hal tersebut berguna untuk menarik minat wisatawan

berkunjung ke obyek wisata. Dengan banyaknya wisatawan yang

berkunjung akan berpengaruh bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat

setempat.

Banyaknya wisatawan yang datang berkunjung bisa jadi

merupakan sebuah tantangan bagi desa wisata. Menjaga kekhasan dan

kebudayaan lokal yang sudah turun temurun ada menjadi sebuah

tantangan. Dengan banyaknya orang luar yang masuk ke desa wisata,

sedikit banyak dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyrakat yang

19

telah terjaga. Untuk itu, perlu mental yang kuat dalam menangkal akibat

buruk dari desa wisata tersebut.

Beberapa dampak positif sosial ekonomi bagi masyarakat karena

masuknya pariwisata menurut Cohen (dalam Pitana dan Gayatri, 2005:

109-110), yaitu:

a. Peningkatan pendapatan masyarakat.

b. Peningkatan penerimaan devisa.

c. Peningkatan peluang usaha dan kesempatan kerja.

d. Peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak.

Kemudian dari dampak positif tersebut, terdapat pula dampak

negatif yang diakibatkan oleh pariwisata (Pitana dan Gayatri, 2005: 113),

yaitu:

a. Memperburuk kesenjangan pendapatan antarkelompok.

b. Memperburuk ketimpangan antar daerah.

c. Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.

d. Munculnya ekploitasi negara-negara maju (wisatawan) terhadap negera

berkembang (tujuan wisata).

F. Fokus Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Menurut Bogdan

dan Taylor (dalam Maleong 1989) penelitian kualitatif merupakan

20

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisa atau

tulisan dari orang-orang yang diamati perilakunya. Penelitian kualitatif

cocok untuk mendapatkan data dalam penelitian ini. Dengan penelitian

kualitatif, peneliti bisa mendapat seluruh data yang diperlukan. Peneliti

juga dapat mengetahui keadaan sehari-hari masyarakat.

Metode penelitian studi kasus digunakan untuk melakukan

penelitian mendalam mengenai suatu unit sosial tertentu untuk

mendapatkan gambaran yang lengkap dan terorganisir dari unit sosial.

Studi kasus lebih cocok digunakan bila pokok pertayaan penelitian

berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya memeiliki sedikit

peluang mengotrol peristiwa, dan fokus penelitian terletak pada fenomena

masa kini dalam kehidupan nyata (Yin, 1997:1). Studi kasus dipilih

bertujuan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi di lapangan.

Fokus dalam penelitian ini yaitu mengatahui strategi yang

diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat berbasis kerajinan batik kayu.

Strategi yang telah diterapkan ini dapat memberdayakan masyarakat

sehingga menjadi sebuah desa wisata. Kemudian untuk mengetahui model

pengembangan Dusun Krebet menjadi Desa Wisata Krebet.

b. Pemilihan Informan Penelitian

Menetukan subyek dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

purposive sampling. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh subyek

berdasarkan pada ciri-ciri subyek yang sesuai dengan tujuan penelitian.

21

Dalam puposive sampling, peneliti menentukan lokasi dan subyek

penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian peneliti akan

mempelajari dan memahami kondisi subyek dan lokasi penelitian. Teknik

purposive sampling cukup baik sebagai pertimbangan peneliti menentukan

subyek, sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Dengan

menggunakan teknik ini, diharapkan sunbek yang dipilih dapat

memberikan informasi yang relevan.

Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi di lokasi

penelitian. Melalui observasi yang telah dilakukan, peneliti dapat

menentukan informan yang dianggap dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dapat

memiliki pemahaman dan dapat memberikan informasi sesuai dengan

topik penelitian.

c. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif diperlukan untuk mengumpulkan data.

Beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat

digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Tujuan

dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati,

aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam

lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta

22

makna kejadian berdasarkan prespektif individu yang terlibat tersebut.

(Herdiansyah, 2010). Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap

subyek yang akan diteliti. Peneliti mengamati aktivitas dan perilaku

keseharian subyek, dan subyek mengetahui sedang diamati oleh peneliti.

Dalam hal ini subyek peneliti ialah perajin batik kayu di Desa Wisata

Krebet dan penduduk yang bertempat tinggal di Dusun Krebet.

Observasi dilakukan dua kali oleh peneliti. Observasi yang pertama

saat peneliti mengetahui adanya obyek wisata Jurang Pulosari yang ada di

Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Bantul. Tempat wisata tersebut

dikelola oleh Desa Wisata Krebet. Kemudian peneliti mulai mencari

informasi tentang Desa Wisata Krebet dan berjalan-jalan di sekitar Dusun

Krebet. Pada observasi yang kedua, peneliti berkunjung ke kesekretarian

Desa Wisata Krebet dan bertemu dengan Yulianto. Peneliti mulai

mendapatkan informasi lebih jauh tentang Desa Wisata Krebet. Setelah

cukup mengetahui tentang Desa Wisata Krebet, peniliti mulai membuat

latar belakang penelitian dan merumuskan masalah yang dirasa menarik.

2. Wawancara

Menurut Meleong (1989), wawancara adalah percakapan dengan

maksud terentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertayaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertayaan itu.

Dalam pengambilan data di lapangan, saya menggunakan metode

wawancara terbuka dan terstruktur.

23

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara

sederhana dengan sebelumnya peneliti telah menyiapkan interview guide.

Wawancara juga dilakukan dengan pertanyaan spontan dari peneliti.

Informan penelitian dipilih perajin batik kayu. Dalam hal ini yang

dimaksud perajin batik kayu adalah masyarakat yang sehari-hari

melakukan kegiatan membuat batik kayu dan mendapatkan penghasilan

dari kerajinan batik kayu. Informan selanjutnya yaitu tokoh masyarakat

yang mengelola pemberdayaan di Desa Wisata Krebet. Wawancara

pertama kali dilakukan dengan Yulianto, Harjono dan Kemiskidi.

Ketiganya merupakan perajin batik kayu. Selain menjadi perajin, mereka

menjadi pengelola pemberdayaan di Desa Wisata Krebet. Kemudian untuk

menambah informasi yang dibutuhkan, wawancara dilakukan juga dengan

Wandi dan Wanaji. Mereka merupakan perajin batik kayu yang

mendapatkan pendapatan ekonomi dari membuat kerajinan.

3. Dokumentasi

Dokementasi merupakan penganbilan data yang tidak langsung

ditujunkkan oleh subyek penelitian. Dokumentasi dapat berupan tulisan

atau catatan lapangan wawancara peneliti, dapat juga berupa foto-foto

kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian. Foto tersebur dapat

memeberikan gambaran tentang keadaan yang sedang terjadi. Foto yang

diabadikan juga dapat melengkapi data yang telah diperoleh di lapangan.

Dokumentasi didapatkan saat penulis mewanwancari perajin. Kemudian

mendapatkan data dari data monografi Desa Sendangsari, Profil Desa

24

Wisata Krebet- Krebet Binangun, laporan akhir tahun koperasi perajin

batik kayu Sido Katon dan website Desa Wisata Krebet.

d. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam melakukan analisis data, dilakukan menggunakan analisis

deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif terbagi menjadi tiga

langkah yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display)

dan penarikan kesimpulan. Langkah pertama yaitu reduksi data, pada

tahap ini dilakukan beberapa proses yaitu pemeilihan, pemusatan

perhatian, pengabstarakan dan tranformasi data kasar yang berupa data

catatan selama berada di lapangan. Setelah dilakukan reduksi data

kemudian mulai melakukan penyajian data. Pada tahap ini mulai

mengumpulkan informasi secara tersusun yang memeungkinkan untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada penelitian kualitatif,

data yang disajikan berupa teks naratif. Perlu juga ditampilkan kutipan-

kutipan wawancara yang relevan. Dari kutipan wawancara tersebut, analisa

hasil penelitian mulai dilakukan. data yang telah terkumpul kemudian

ditarik kesimpulannya secara induktif, dan selanjutnya mencari arti dari

setiap gejala yang diperoleh dilapangan, mencatat keteraturan atau pola

penjelasan dan kofigirusi yang mungkin ada, alur sebab akibat dan

proposisi sehingga dapat menggambarkan fenomena yang terjadi di

masyarakat.

25

Gambar I.1

Proses Analisis Data

Sumber: Sanapiah,Faisal (2007: 256)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data

untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh. Teknik triangulasi

yang dilakukan yaitu dengan memeriksa melalui sumber lain, yang berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif (Moleong, 1989).

Adapun teknik triangulasi dapat diperoleh melalui :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara;

b. Membandingkan apa yang dilakukan orang didepan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi;

c. Membandingkan apa yang dikatakan oarang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakab sepanjang waktu;

Pengambilan Data

Pengambilan Kesimpulan

Display DataReduksi Data

26

d. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikan, orang berada, orang pemerintahan;

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan;

f. Keunggulan triangulasi adalah dapat mempertinggi faliditas,

memeberi kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila

data dari sumber pertama masih ada keraguan.