BAB I PENDAHULUAN -...

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi atau turun temurun. Budaya terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat diseluruh daerah, terutama di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Salah satu budaya daerah yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat adalah budaya Jawa. Budaya Jawa adalah kebudayaan yang dianut masyarakat Jawa yang selalu mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Pusat dari kebudaya jawa merupakan dua daerah luas bekas kerajaan Mataram sebelum terpecah pada tahun 1755, yaitu Yogyakarta dan Surakarta (Koentjaraningrat, 2010:37). Budaya Jawa terbentuk dari berbagai unsur-unsur budaya, salah satunya adalah sistem religi. Dalam religi orang Jawa tidak hanya beragama Islam saja melainkan yang bukan islam juga ada, yaitu orang-

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi atau turun temurun. Budaya terbentuk dari berbagai macam

unsur-unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,

perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sedangkan kebudayaan

adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang

meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia.

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan

masyarakat diseluruh daerah, terutama di Indonesia. Setiap daerah

memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Salah satu budaya daerah

yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat adalah

budaya Jawa.

Budaya Jawa adalah kebudayaan yang dianut masyarakat Jawa

yang selalu mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian.

Pusat dari kebudaya jawa merupakan dua daerah luas bekas kerajaan

Mataram sebelum terpecah pada tahun 1755, yaitu Yogyakarta dan

Surakarta (Koentjaraningrat, 2010:37).

Budaya Jawa terbentuk dari berbagai unsur-unsur budaya, salah

satunya adalah sistem religi. Dalam religi orang Jawa tidak hanya

beragama Islam saja melainkan yang bukan islam juga ada, yaitu orang-

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

2

orang yang beragama Khatolik, Protestan, Budha, dan Hindu. Tetapi

penganutnya sangat kecil jumlahnya dibandingkan dengan masyarakat

yang menganut agama islam. Meskipun sebagian besar masyarakat Jawa

beragama Islam, tetapi tumpuan utama agama islam masih berpikir

Kejawen.

Sang Pencerah adalah salah satu film yang menyisipkan nilai-nilai

budaya. Sang Pencerah merupakan film drama tahun 2010 yang

disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini mengambil latar belakang

kebudayaan jawa dan menyisipkan berbagai unsur-unsur budaya Jawa

dimana peran utama yang diangkat berdasarkan kisah nyata tentang

pendiri Muhammadiyah yaitu Ahmad Dahlan.

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media

elektronik yang memiliki tampilan audio visual. Jika dilihat dari segi

material film berbentuk pita seluloid, atau piringan cakram, dimana

berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun

berwarna dan memiliki suara atau audio. Di dalam Undang-undang No. 8

tahun 1992 tentang perfilman, film diartikan sebagai karya cipta seni dan

budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang

dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid.

Dalam film masyarakat diberikan berbagai macam gambaran tentang

realita kehidupan. Tidak hanya sebagai sarana untuk menghibur saja,

melainkan juga untuk memberikan penerangan dan pendidikan. Film juga

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

3

digunakan sebagai mediasi untuk memberikan penjelasan tentang segala

aspek kehidupan sosial lewat pesan-pesan yang disampaikan didalamnya.

Film mampu memasuki berbagai aspek kehidupan. Mulai dari

aspek sosial, budaya, pendidikan, agama, politik, dan ekonomi sebagai

suatu rangkaian cerita yang utuh, yang di dalamnya terdapat aspek

dramatisasi dan sinematografi, sehingga penonton dapat larut dan

merasakan situasi baik yang bersifat menyenangkan, menyedihkan,

bahkan situasi emosional yang terdapat dalam tampilan sebuah film.

Film dapat berpengaruh terhadap prilaku social dan pola berpikir

dalam suatu masyarakat sesuai dengan pesan dan tema yang disampaikan

dari sebuah film tersebut. Karena dalam pembuatan sebuah film pasti ada

suatu pesan yang ingin disampaikan oleh filmmaker kepada masyarakat

luas, baik berupa pesan moral ataupun kritik sosial yang bersifat verbal

maupun non verbal sesuai dengan jenis film yang di ciptakan oleh para

pembuatnya.

Pada saat ini banyak para sineas muda di indonesia yang

bermunculan dan berlomba-lomba untuk membuat sebuah film dengan

berbagai macam tema dan cerita mulai dari persahabatan, horor, dan lain-

lain yang sedikit dibumbui dengan adegan porno dan seks. Tema dan

cerita seperti ini sangat tidak mendidik, justru akan menghancurkan

generasi-generasi muda yang akan datang. Tetapi tidak semua sineas

menyuguhkan tema-tema dan menampilkan cerita seperti uraian diatas.

Masih ada beberapa sineas yang selalu membuat film yang berkualitas

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

4

dengan menampilkan tema-tema dan cerita yang menarik dengan berbagai

macam tema-tema yang diangkat dengan menyisipkan nilai-nilai moral,

sosial, budaya, hingga nilai agama.

Film Sang Pencerah merupakan salah satu film karya Hanung

Bramantyo yang menyajikan cerita yang didalamnya menyampaikan

pesan-pesan tentang religi, budaya, sosial. Film ini menjadikan sejarah

sebagai pelajaran pada masa kini tentang arti toleransi dan bekerjasama

dengan yang berbeda keyakinan, kekerasan berbalut agama, dan semangat

perubahan yang kurang.

Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional (Ahmad

Dahlan) itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain

mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, Ahmad Dahlan yang

mempunyai pendirian tegas juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di

Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta

rasional. Dimana sebelumnya kepercayaan di jawa terkenal dengan

sebutan kepercayaan kejawen atau mencampurkan dengan tradisi-tradisi

kuno.

Dari pembahasan film Sang Pencerah peneliti tertarik untuk

mengangkat film ini dari latar belakang kebudayaan Jawa yaitu mengenai

agama Islam kejawen. Film tersebut digambarkan bagaimana perjuangan

Ahmad Dahlan menegakkan Islam ditengah kultur budaya Jawa yang

banyak sekali perbedaannya dengan ajaran Islam. Budaya Jawa terutama

dibawah kekuasaan Kraton Yogyakarta banyak sekali terjadi Akulturasi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

5

budaya Hindu dengan Islam yang terkenal dengan kejawen dan

abangannya. Acara-acara yang bersifat keagamaan dari islam tetapi

kontennya tidak lain adalah keyakinan-keyakinan dari agama lain

termasuk kejawen. Kondisi ini yang coba di lawan oleh Ahmad Dahlan

dengan mengembalikan Islam yang sesungguhnya. Islam yang tidak

tercampur dengan pemahaman yang lain , yang dikenal dengan perjuangan

melawan Tahayul (tahlilan,apeman), Bid’ah (pohon kramat, makam),

Khurafat (jimat, ilmu kebal).

Film Sang Pencerah banyak menyisipkan berbagai pesan-pesan

verbal dan non verbal berupa bentuk-bentuk atau simbol dari Islam

kejawen. Unsur-unsur Islam berusaha ditanamkan dalam budaya Jawa

semacam pertunjukan wayang kulit, lagu-lagu dolanan anak, ular-ular,

cerita kuno, hingga upacara tradisi yang dikembangkan.

Film ini membangun kesadaran kepada generasi-generasi muda

bahwa pentinganya mempelajari suatu kebudayaan yang ada dan

melestarikan sebagai kebudayaan bangsa, dimana ada sisi positif dan

negatif dari suatu ajaran kebudayaan tertentu yang dapat dipelajari.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitian

dengan menggunakan analisis isi. Dimana menurut Budd analisis isi

adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah

pesan atau suatu alat untuk mengobservasikan dan menganalisis isi

perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih

(Kriyanto, 2010:232). Dengan demikian, peneliti bermaksud untuk

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

6

melakukan penelitian dengan judul Islam Kejawen dalam Film (Analisis

Isi Film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apa saja bentuk-bentuk Islam kejawen yang muncul dalam film Sang

Pencerah?

2. Berapa banyak frekuensi kemunculan bentuk-bentuk Islam Kejawen

dalam film Sang Pencerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari peneliti

adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Islam kejawen yang muncul dalam

film Sang Pencerah?

2. Untuk mengetahui berapa banyak frekuensi kemunculan bentuk-

bentuk Islam Kejawen dalam film Sang Pencerah?

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi peneliti serta menambah referensi dan informasi bagi

peneliti-peneliti lain khususnya pada mahasiswa Ilmu Komunikasi

konsentrasi Audio Visual agar mengetahui nilai-nilai kehidupan terutama

dari segi aspek budaya melalui sebuah film.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

7

2. Secara praktis

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan

informasi berkenaan dengan analisis isi terhadap sebuah film. Serta

mampu memberikan masukan kepada para pembuat film (filmmaker)

untuk terus menggali ide kreatifnya demi menyajikan film yang

berkualitas dan pesan yang disampaikan dapat diterima penikmat film

dengan jelas.

E. Kajian Pustaka

1. Film Sebagai Komunikasi Massa

Media komunikasi ialah semua sarana yang dipergunakan

untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau

menyebarkan dan menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat

diperlukan dalam interaksi manusia di masyarakat, oleh karena media

komunikasi dapat mempermudah penyampaian pesan, mengatasi

hambatan-hambatan komunikasi baik dari segi ruang maupun waktu.

Salah satu media komunikasi yang familiar di kalangan masyarakat

adalah film.

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media

elektronik yang memiliki tampilan audio visual. Media audio visual

ialah media komunikasi yang dapat dilihat sekaligus didengar, jadi

untuk mengakses informasi yang disampaikan, digunakan indera

penglihatan dan pendengaran sekaligus (Aw, 2010:227-228).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

8

Dalam film masyarakat diberikan berbagai macam gambaran

tentang realita kehidupan. Tidak hanya sebagai sarana untuk

menghibur saja, melainkan juga untuk memberikan penerangan dan

pendidikan. Film juga digunakan sebagai mediasi untuk memberikan

penjelasan tentang segala aspek kehidupan sosial lewat pesan-pesan

yang disampaikan didalamnya.

2. Film

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media

elektronik yang memiliki tampilan audio visual. Di dalam Undang-

undang No. 8 tahun 1992 tentang perfilman, film diartikan sebagai

karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa

pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan

direkam pada pita seluloid.

a. Unsur- Unsur pembentukan Film

Setiap kali membicarakan tentang film, secara umum akan

bersinggungan dengan unsur-unsur pembentukan film. Film dapat

dibagi menjadi dua unsur yakni unsur naratif dan unsur sinematik.

Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara

unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengelolahnya. Dalam

film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.

Sementara unsur sinematik adalah merupakan aspek-aspek teknis

pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi elemen pokok,

yakni:

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

9

(1) Mise-en-scene adalah segala hal yang berada didepan kamera.

Dalam Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok, yakni:

setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-up, akting dan

pergerakan pemain.

(2) Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya

serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.

(3) Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya.

(4) Suara adalah segala hal dalam film yang mampu ditangkap

melalui indera pendengaran (Pratista, 2008:1-2).

b. Jenis-jenis Film

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni :

(1) Film Dokumenter (fakta dan nyata)

Film dokumenter adalah penyajian fakta. Film ini

berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa dan lokasi yang

nyata. Film dokumenter merekam peristiwa yang sungguh-sungguh

terjadi dan otentik. Struktur umumnya didasarkan oleh tema atau

argumen dari sineasnya. Struktur bertuturnya film dokumenter

umumnya sangat sederhana dengan tujuan agar memudahkan

penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang

disajikan.

(2) Film Fiksi

Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi

menggunakan cerita rekaan diluar kejadian nyata serta memiliki

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

10

konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur

cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga

memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik,

penutupan serta pola pengembangan cerita yang jelas. Manajemen

produksinya juga legih komplek karena biasanya menggunakan

pemain dan kru dalam jumlah yang besar.

(3) Film eksperimental

Film Eksperimental adalah film yang tidak memiliki plot

namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi

oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta

pengalaman batin. Film-film eksperimental biasanya berbentuk

abstrak dan tidak mudah dipahami (Pratista, 2008:4-8).

3. kebudayaan

Sebelum membahas tentang pemahaman mengenai kebudayaan,

terlebih dahulu mengetahui perbedaan pengertian budaya dan

kebudayaan. Dalam KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) dijelaskan

istilah „budaya‟ dapat diartikan sebagai: 1) pikiran; akal budi; 2)

berbudaya: mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi untuk

memajukan diri. Sedangkan istilah „kebudayaan‟ diartikan: 1) segala

sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran akal dan

budinya; 2) peradaban sebagai hasil akal budi manusia; 3) ilmu

pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang dimanfaatkan untuk

kehidupanya dan memberi manfaat kepadanya.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

11

Menurut Koentjaraningrat “kebudayaan” berasal dar bahasa

sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari „buddhi‟ yang berarti

budi atau akal. Dengan demikian, kata „kebudayaan‟ dapat diartikan

sebagai „hal-hal yang bersangkutan dengan akal‟ (Sujarwa, 2010:27-28).

Disisi lain kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan

simbol, pemaknaan, penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, nilai,

pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi pikiran,

perkataan dan perbuatan atau tindakan yang dibagikan diantara para

anggota suatu sistem sosial dan kelompok dalam suatu masyarakat.

Kebudayaan dihasilkan oleh suatu perasaan komintmen yang dibangun

oleh keseluruhan sistem sosial karena keintiman hubungan timbal balik,

kesetiakawanan, keramahtamahan, kekeluargaan dalam seluruh

masyarakat (Liliweri, 2001:4).

a. Komponen-Komponen Kebudayaan

kesamaan yang mendorong pembentukan kebudayaan suatu

kelompok sering disebut dengan komponen budaya. Komponen budaya

yang paling penting , yaitu: (1) pandangan hidup, kosmologi dan

ontologi; (2) bahasa dan simbol sistem; (3) skema kognitif; (4)

kepercayaan atau sikap dan nilai; (5) konsep tentang waktu; (6) konsep

tentang jarak dan ruang; (7) agama atau mitos dan bentuk-bentuk

ekspresi; dan (8) hubungan sosial dan jaringan komunikasi.

(1) Pandangan hidup, Kosmologi dan Otologi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

12

Dalam setiap kebudayaan selalu ada pandangan hidup,

kosmologi dan otologi. Ketiga komponen tersebut seolah-olah

hanya bisa diterima namun tidak dapat dipahami atau dimengerti.

Setiap studi antar budaya selalu berusaha menggambarkan dan

menerangkan perbedaan-perbedaan tiga faktor itu dalam

kebudayaan masing-masing.

Sebagai contoh dalam setiap struktur individu selalu

terbentuk hierakri ontologi yang mengakui: (1) ada wujud

tertinggi; (2) bersifat superanatural; (3) ada norma yang mengatur

masalah kemanusiaan; (4) ada bentuk-bentuk rendah kehidupan;

(5) ada objek-objek bukan manusia; dan (6) ada lingkungan alam.

Persepsi manusia tentang relasi individu dengan unsur-unsur

tersebut tersusun pada suatu hirarki berdasarkan atas kepentingan

terhadap unsur itu, yakni kepercayaan, sikap, dan nilai. Tiga unsur

ini selalu dikenal dalam setiap uraian tentang ontologi-kebudayaan.

(2) Bahasa, Simbol, Sistem

Sebagian besar ahli antropologi dan sosiologi

mengemukakan kebudayaan ditandai oleh bahasa. Kebudayaan

tanpa bahasa adalah kebudayaan tak beradab. Bahasa menentukan

ciri kebudayaan, dari bahasa diketahui derajat kebudayaan suatu

suku bangsa. Bahasa tidak bisa dilepaskan dari suatu simbol dan

sign (tanda). Ketika bicara mengenai tanda maka akan bicara

tentang cara memberi makna terhadap objek. Tanda diartikan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

13

dengan cara konotatif dan simbol dengan cara denotatif. Begitu

penting simbol dan tanda, maka kata para ahli linguistik, ketika

manusia berhenti bermain dengan tanda, maka disana dimulai

bahasa terbentuk dengan kata-kata.

Setiap kebudayaan menjadikan bahasa sebagai media

untuk menyatakan prinsip-prinsip ajaran, nilai dan norma budaya

kepada para pendukungnya. Bahasa merupakan mediasi pikiran,

perkataan, dan perbuatan.

(3) Skema Kognitif

Skema kognitif dapat diartikan dengan sistem konsep-

konsep kognitif yang dimiliki oleh individu atau sekelompok orang

terhadap objek tertentu. Setiap kebudayaan mengajarkan

anggotanya skema kognitif atau yang sering disebut peta

pandangan terhadap objek. Skema tersebut merupakan pola-pola

skematis dari bentuk interpretasi, pengorganisasian dan

penggolongan atas data tentang dunia luar. skema mempengaruhi

keputusan individu untuk menentukan prioritas fungsi objek

berdasarkan waktu dan tempat.

(4) Kepercayaan, Sikap dan Nilai

(a) Kepercayaan

Kepercayaan dibagi atas lima tingkatan:

1) Kepercayaan primitif tanpa syarat, kepercayaan ini

merupakan inti dari seluruh sistem pengalaman langsung

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

14

manusia. Kepercayaan yang diperoleh dari kelompok inti

yang dekat dengan sekitar. Kepercayaan ini berkaitan

dengan objek yang langsung dialami manusia, apalagi

peristiwa itu diyakini oleh seseorang yang patut dipercayai

tanpa syarat. Jenis kepercayaan ini tidak akan berubah.

2) Kepercayaan primitif dengan konsensus nol, kepercayaan

yang dipelajari manusia dengan pengalaman langsung,

namum pengalaman tersebut sangat pribadi sehingga

manusia tersebut tidak dapat menjelaskan lagi. Jenis

kepercayaan ini sifatnya bisa berubah.

3) Kepercayaan otoritas, jenis kepercayaan ini sangat

kontorversial karena tergantung dengan siapa manusia

berhubungan dan membagi informasi, atau dari sumber

mana suatu informasi dapat diperoleh. Jenis kepercayaan

ini bisa berubah jika ada persuasi lain yang menerpa.

4) Kepercayaan perolehan, kepercayaan yang diperoleh dari

pertukaran dan komunikasi dengan sumber-sumber tertentu

atau orang lain yang dianggap patut dipercayai., lebih ahli

dan lebih tahu dalam bidang tersebut. Kepercayaan ini

mudah berubah-ubah jika ada sumber lain yang lebih

terpercaya.

5) Kepercayaan ngawur, kepercayaan ini perkaitan dengan

preferensi individu dan perasaan yang relatif muda tatkala

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

15

memperoleh suatu informasi. Jenis kepercayaan ini muda

melanda manusia yang tidak mempunyai identitas diri.

(b) Sikap

Sikap merupakan sebuah sistem penilaian yang relatif

bertahan. Penilaian itu bisa positif atau negatif yang tergantung

atas ajaran kebudayaan tentang kepercayaan, perasaan atau emosi,

dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek serta ada

perbedaan yang diakibatkan oleh dampak sikap terhadap tindakan

sosial yang tergantung atas karakteristik utama sikap.

(c) Nilai

Nilai merupakan prinsip-prinsip sosial, tujuan atau standart

yang diterima oleh individu dan sekelompok orang , kelas sosial

maupun masyarakat. Ada banyak jenis nilai, salah satunya adalah

nilai budaya yakni suatu nilai yang dirumuskan dan ditetapkan oleh

suatu kebudayaan. Setiap individu telah diwarisi dengan nilai

kebudayaan.

(5) Konsep tentang Waktu

Setiap kebudayaan mempunyai konsep tentang masa lalu,

sekarang dan yang akan datang. Satu hal yang paling penting untuk

memahami setiap kelompok adalah mengetahui struktur waktu dari

kelompok tersebut.

(6) Konsep Jarak dan Ruang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

16

Setiap kebudayaan mengajarkan anggotanya tentang

orientasi ruang dan jarak. Ruang berhubungan denga tata ruang

lahan pemukiman, pertanian dan lain-lain. Yang sifatnya lebih

pada kepentingan relasi sosial, sedangkan jarak lebih banyak

berhubungan dengan jarak fisik disaat bercakap-cakap.

(7) Agama, Mitos dan Cara Menyatakan

Setiap budaya mempunyai gejala dan peristiwa yang tidak

dapat dijelaskan secara rasional tapi hanya berdasarkan

pengalaman iman semata-mata. Seperti halnya kebudayaan jawa

yang menganut agama tradisional seperti kepercayaan kejawen.

Orang jawa percaya adanya mitos-mitos dan berbagai kekuatan

ghaib dalam alam semesta, mempercayai adanya ruh-ruh dan

makhluk halus yang dipercayai mempunyai pengaruh terhadap

kesejahteraan hidup.

(8) Hubungan Sosial dan Jaringan Komuniaksi

Keluarga-keluarga selalu terbentuk dalam komunitas-

komunitas kecil merupakan satu agen sosialisasi dalam sebuah

kebudayaan. Dengan cara tertentu kebudayaan menentukan sifat

struktur keluarga dan jaringan komunikasi. Bentuk-bentuk tersebut

ditimbulkan oleh hubungan-hubungan antara orangtua dengan

anak-anak, hubungan antara paman dan bibi, kakek dan nenek, dan

lai-lain. Keluarga yang luas diyakini sebagai batas kesadaran

komunitas yang diserahi tanggung jawab untuk menyelenggarakan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

17

kesejahteraan bagi sesama. Sebagian besar kebudayaan

masyarakat merupakan kebudayaan lisan yang diyakini sebagai

kebudayaan yang lebih menekankan pada pemilikan bersama dan

kerjasama. Oleh karena itu, maka sebagian komunikasi dalam

kebudayaan tersebut selalu menggunakan komunikasi lisan dengan

media tatap muka. Para anggota kebudayaan lisan selalu merasa

tingkat partisipasi terhadap komunitasnya makin besar, sehingga

lebih muda menerima dan memberi informasi untuk sesama

(Liliweri, 2001:114-135).

b. Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud kebudayaan:

(1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan,

nilai, norma, peraturan dan sebagainya.

(2) Wujud kebudayaan sebagai kumpulan aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat.

(3) Wujud kebudayan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Sedangkan unsur-unsur kebudayaanya, yaitu:

a. Sistem religi dan upacara keagamaan

b. Sistem organisasi kemasyarakatan

c. Sistem pengetahuan

d. Bahasa

e. Kesenian

f. Sistem mata pencaharian hidup

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

18

g. Sistem teknologi dan peralatan (Sujarwa, 2010:32-33).

4. kebudayaan Jawa

Daerah asal jawa adalah pulau jawa, yaitu suatu pulau yang

panjangnya lebih dari 1.200 km, dan lebarnya 500 km. Letaknya di tepi

sebelah selatan Kepulauan Indonesia, kurang lebih tujuh derajat di sebelah

selatan garis khatulistiwa. Kondisi umum Pulau Jawa berupa dataran

rendah disepanjang pantai utara, banyak terdapat rawa-rawa yang banyak

ditumbuhi pohon bakau dan semak belukar, terutama dikawasan barat.

Sebaliknya, dipantai selatan terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit

berbatu yang tingginya bervariasi. Jumlah penduduk jawa sangat tinggi.

Daerah yang ditinggali orang jawa adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tetapi tidak semua yang menempati atau tinggal di daerah Jawa adalah

orang Jawa saja.

Penduduk di Pulau Jawa berasal dari nenek Moyang yang sama,

yaitu dari pulau-pulau di timur Semenanjung Asia yang pertama kali

ditempati manusia. Penduduk asli Jawa dan Madura rata-rata bertubuh

pendek, bentuknya sempurna dan tegap. Tindak-tanduk penduduk Jawa

sangat sopan, sederhana, lemah lembut, dan sedikit menunjukkan rasa

malu (Raffles, 2008:32-35)

a. Sistem Teknologi dan Perlengkapan Hidup

Istilah teknologi dalam konteks ini lebih mengarah pada cara-

cara memproduksi, memakai serta memelihara segala peralatan hidup

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

19

untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sistem peralatan dan

unsur kebudayaan fisik yang dipakai manusia meliputi:

(1) Alat produktif, alat yang dipakai dalam pekerjaan untuk

menghasilkan barang atau benda yang di konsumsi atau

diperjualbelikan berupa senjata atau benda-benda pusaka,

wadah, alat-alat menyalahkan api, dan lain-lain.

(2) Pakaian, pakaian orang jawa cenderung memakai jarit bagi

perempuan dan sarong yang biasanya juga digunakan kaum

laki-laki. Perempuan jawa biasanya menggunakan kain yang

dililitkan mengelilingi tubuh menutupi dada atau kemben.

Sedangkan para ulama menggunakan pakaian putih putih dan

memakai surban seperti orang Arab.

(3) Transportasi, Pada awal kebudayaan umat manusia, transportasi

hanya mengandalkan jalan kaki. Sedangkan pada kebudayaan

jawa alat transportasi yang terkenal adalah kereta kuda dan

sepedah kayuh.

b. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari

ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata

ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,

manusia menghasilkan berbagai corak kesenian. Berbagai macam

kesenian budaya jawa, yakni: (1) seni kerajinan tangan, misalnya,

mengenai seni anyaman, seni tenun, krajinan textil, seni membatik,

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

20

pembuatan pusaka seperti keris dan alat-alat lainya, (2) seni tari dan

drama rakyat, tarian drama memakai topeng, tari ronggeng, tari

bedaya, lawakan, pertunjukan ahli cerita, pertunjukan wayang kulit,

tembang-tembang lagu jawa dan lain-lain.

c. Sistem Kemasyarakatan

Di dalam kenyataan hidup masyarakat orang Jawa, orang

masih membedakan antara orang priyayi yang terdiri dari pegawai

negeri dan kaum terpelajar dengan orang kebanyakan yang disebut

wong cilik, seperti petani-petani, tukang-tukang dan dan pekerja kasar

lainnya, di samping keluarga kraton dan keturunan bangsawan

bendara-bendara. Dalam kerangka susunan masyarakat ini, secara

bertingkat yang berdasarkan atas gensi-gensi itu, kaum priyayi dan

bendara-bendara menjadi lapisan masyarakat atas, sedangkan wong

cilik menjadi lapisan masyarakat bawah. Disisi lain ada juga lapisan

joko, sinoman atau bujangan. Golongan ini belum menikah dan masih

tinggal bersama orang tua atau dirumah orang lain.

Secara administratif, suatu desa di Jawa biasanya disebut

kelurahan dan dikepalai oleh seorang lurah. Sekelompok dari 15

sampai 25 desa merupakan suatu kesatuan administratif yang disebut

kecamatan dan dikepalai oleh seorang pegawai pamong praja yang

disebut camat (Koentjaraningrat, 2010:-344-345).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

21

d. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Selain sumber penghidupan yang berasal dari pekerjaan-

pekerjaan kepegawaian, pertukangan, dan perdagangan, bertani adalah

salah satu mata pencaharian hidup dari sebagian besar masyarakat

orang Jawa di desa-desa. Tetapi ada pula yang melakukan usaha-usaha

kerja sambil membuat makanan tempe, mencetak batu merah,

membatik, menganyam tikar, dan menjadi tukang-tukang kayu

(Koentjaraningrat, 2010:334-337).

e. Bahasa

Bahasa orang jawa tergolong sub-keluarga Hesperonesia dari

keluarga bahasa Malayo-Polinesia. Beberapa ilmuwan di Inggris,

German, dan Belanda telah lama meneliti tentang perkembangan

bahasa ini. Bahasa Jawa sendiri telah mengalami beberpa tahapan

perkembangan, antara lain :

(1) Jawa Kuno, bahasa ini berkembang antara abad 8-10 masehi,

dipahat pada batu atau diukir pada perunggu, dengan bahasa

seperti yang digunakan dalam karya-karya kesusastraan kuno

abad 10-14 masehi. Mayoritas berisi kata-kata puitis,

merefleksikan bahasa yang biasa digunakan saat itu.

(2) Jawa Kuno yang digunakan dalam kesusastraan Jawa Bali,

kesusastraan ini banyak ditemukan di Bali dan Lombok.

Setelah Islam mulai memasuki Jawa Timur, beberapa

komunitas Hindu-Jawa, bermigrasi ke Bali dan Lombok.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

22

Kebanyakan dari mereka tinggal dan menetap di sana hingga

sekarang, bahasa yang digunakanpun sekarang lebih dikenal

sebagai Bahasa Bali.

(3) Bahasa yang digunakan dalam kesusastraan islam di Jawa

Timur, ditulis pada saat berkembangnya kebudayaan islam

yang menggantikan kebudayaan Hindu-Jawa didaerah aliran

sungai brantas dan hilir sungai bengawan Solo pada abad 16-

17 M.

(4) Bahasa Jawa-Islam di Pesisir Pantai, Budaya ini berkembang

di daerah pesisir utara Jawa, sekitar abad 17-18 masehi,

mereka menyebut diri mereka komunitas Pasisir. Komunitas

Pasisir kebanyakan bermukim di kota Demak, Kudus, dan

Gresik, kemudian barulah menyebar ke Cirebon.

(5) Bahasa Jawa Mataram, Bahasa ini berkembang di abad 18-19

Masehi, dan timbul karena pengaruh Kerajaan Mataram, yang

dulu berada di sekitar Sungai Solo, dan lembah sungai Opak

dan Progo di daerah Gunung Merapi-Merbabu-Lawu di

JawaTengah.

(6) Bahasa Jawa Sekarang, bahasa yang dipakai dalam

percakapan sehari-hari dalam masyarakat orang Jawa dalam

buku-buku serta surat-surat kabar berbahasa jawa dalam abad

ke-20 ini.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

23

Pada masa sekarang bahasa yang digunakan dalam pergaulan

sehari-hari adalah bahasa Jawa. Saat mengucapkan atau berbicara

bahasa daerah ini, sesorang harus memperhatikan dan membeda-

bedakan keadaan orang yang diajak bicara atau yang sedang

dibicarakan, berdasarkan usia arau status sosialnya. Ada dua

macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari tingkatannya, yaitu

bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Jawa Ngoko digunakan

untuk orang yang sudah mengenal akrab dan terhadap orang yang

lebih muda usianya serta lebih rendah status sosialnya. Sedangkan

Bahasa Jawa Krama digunakan untuk berbicara kepada orang

yang belum dikenal akrab, serta orang yang lebih tinggi derajat

sosial.

Orang Jawa juga memiliki deretan huruf alfabet sendiri,

biasa kita kenal dengan huruf “ha na ca ra ka da ta sa wa la pa da

ja ya nya ma ga ba ta nga”. Huruf-huruf ini konon muncul dari

pertarungan Pangeran Ajisaka, yang sebenarnya menerangakn arti

dari deretan huruf tersebut. Sebagian besar huruf Jawa kebanyakan

mengadopsi dari Sanskrit Dewanagari, dari India Selatan

(Koentjaraningrat, 1984:17-19).

f. Sistem Kekerabatan Orang Jawa

Menurut Koentjaraningrat, Masyarakat Jawa mengenal istilah

kindred (keluarga luas) menunjukkan arti penting dalam kebersamaan

keluarga luas. Masyarakat Jawa mengenal sistem kekeluargaan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

24

bilateral, atau memperhitungkan garis keturunan dari kedua belah

pihak orang tua. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat istilah-istilah

yang diguanakan dalam menyebut seseorang di dalam kelompok

kerabatnya. Misal, panggilan Bapak atau Rama untuk orang tua laki-

laki. Bulik, atau Paklik untuk adik dari orangtua. Serta masih banyak

lagi yang lain.

Hingga kini, penerapan kata panggilan dalam sistem

kekerabatan masih dipegang teguh, bagi orang muda, merupakan

kewajiban untuk memanggil seseorang lebih tua menggunakan istilah

yang telah ditentukan dalam sistem kekerabatan tersebut. Hal ini

menunjukkan penghormatan dari orang muda kepada orang yang lebih

tua, karena orang yang lebih tua dianggap sebagai pelindung,

pembimbing dan penjaga. Melanggar perintah dan nasehat dari orang

yang lebih tua, dipercaya menimbulkan sengsara atau kuwalat.

Berdasarkan golongan sosial, Suku Jawa membagi menjadi 3

golongan sosial, yaitu :

(1) Golongan Wong cilik (orang kecil), Golongan ini terdiri dari

petani dan mereka yang berpendapatan rendah, atau orang yang

biasa-biasa saja. Golongan ini dulu biasa bekerja di pabrik gula

atau perusahaan Belanda dan Cina. Golongan Wong Alit juga

biasa mengabdi di rumah-rumah keluarga priyayi. dan tinggal di

kampung.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

25

(2) Kaum Priyayi, Merupakan kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa,

biasa bertempat tinggal di pusat-pusat kota. Kesenjangan yang

besar kentara jelas antara kaum priyayi dan golongan wong alit.

Mulai fasilitas, pendidikan, pekerjaan, hingga perlakuan sosial dari

masyarakat. Seorang priyayi boleh mengenyam pendidikan di

sekolah, namun tidak bagi golongan wong alit.

(3) Kaum Sodagar, Kaum sodagar banyak ditemui di Jawa, baisanya

mereka berada di kota dengan populasi masyarakat Cina yang

sedikit. Mereka akan memulai usaha dibidang yang masih sedikit

dikuasai orang cina. Kaum sodagar inilah yang banyak memabawa

pengaruh bagi masyarakat Jawa. Baik itu kepercayaan seperti

Islam, maupun kesenian lain (Kholifa, 2010:29-30).

g. Aliran Kepercayaan atau Religi Masyarakat Jawa

Mengenai religi masyarakat Jawa dilihat dari dua sisi

perbedaan yaitu membandingkan religi kebudayaan jawa didaerah

pedesaan dan religi kebudayaan jawa diperkotaan, tetapi didasarkan

pada perbedaan antara agama islam Jawa yang (1) Sinkretis

menyatukan unsur-unsur pra-Hindu, Hindu dan Islam, dan (2) agama

islam yang puritan, mengikuti agama islam yang taat .

Dalam kepercayaan jawa masyarakat mengenal adanya ilmu

gaib Jawa dan gerakan-gerakan kebatinan. Kedua-duanya merupakan

unsur dalam kebudayaan Jawa. Perlu diketahui bahwa ilmu gaib

kebanyakan dipraktekkan oleh penduduk pedesaan daripada

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

26

diperkotaan, sebaliknya gerakan-gerakan kebatinan lebih banyak

mewarnai penduduk kota daripada orang desa. Namun baik ilmu gaib

maupun gerakan kebatinan lebih banyak dilakukan oleh orang jawa

penganut islam yang bersifat sinkretis daripada oleh orang jawa

penganut agama islam puritan.

Kepercayaan islam yang mempercayai adanya makhluk-

makhluk gaib. Kekuatan sakti, dan melakukan berbagai ritus dan

upacara-upacara keagamaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan

agama islam yang resmi adalah suatu varian dari islam jawa, yaitu

agama Jawi.

Bentuk agama islam orang Jawa yang disebut Kejawen adalah

suatu keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Budha yang cenderung

kearah mistik, yang tercampur jadi satu dan diakui sebagai agama

islam. Kebanyakan yang menganut ajaran ini adalah didaerah-daerah

jawa tengah. Sedangkan agama islam santri, yang walaupun tidak

terlepas dari unsur-unsur animisme dan unsur Hindu-Budha, lebih

dekat pada dogma-dogma ajaran islam yang sebenarnya. Agami islam

santri lebih cenderung didaerah Banyumas dan daerah pesisir,

Surabaya, daerah pantai Utara, ujung timur Pulau Jawa, dan lain-lain.

Orang Jawa yang bukan islam juga banyak, yaitu orang-orang

yang beragama Khatolik, Protestan, Budha, dan Hindu. Tetapi

penganutnya sangat kecil jumlahnya (Koentjaraningrat, 1984:310-

313).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

27

(1) Sistem Keyakinan Agami Jawi

Sistem kejawen dapat dibagi dalam berbagai keyakinan,

konsep, pandangan, dan nilai, seperti:

(a) Yakin akan adanya Allah, menurut konsep islam kejawen

Tuhan adalah keseluruhan dalam alam dunia ini, yang

dilambangkan dengan wujud suatu makhluk dewa yang sangat

kecil, sehingga setiap waktu dapat masuk kedalam hati

sanubari orang. Pandangan orang jawa yang sifatnya

pantheistis.

(b) Yakin bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan yakin

adanya nabi-nabi lain, sistem keyakinan agama kejawen

memandang Nabi Muhammad sangat dekat dengan Allah.

Dalam hampir setiap ritus dan upacara, pada waktu

mengadakan pengorbanan, sajian, atau selamatan orang jawa

mengucapkan nama Allah dan Nabi Muhammad.

(c) Yakin akan adanya tokoh-tokoh islam yang keramat, agami

jawi mengenal banyak tokoh-tokoh Jawa yang keramat,

biasanya adalah guru-guru agama (wali songo), tokoh-tokoh

historis, yang biasanya dikenal orang dari kesusastraan babad.

(d) Yakin adanya kosmogoni dan kosmologi, mengenai mitologi

penciptaan dunia dan manusia, walaupun dalam agami jawi

ada beberapa mite mengenai penciptaan alam semesta ,

semuanya mengandung unsur-unsur kosmologi hindu-jawa

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

28

dan unsur keyakinan islam bahwa Adam adalah nabi yang

pertama didunia ini. Berbagai konsepsi orang jawa mengenai

penciptaan alam semesta dapat digolongkan menjadi tiga

golongan, yaitu mite-mite dengan uunsur dominan hindu-

budha, mite dengan unsur sinkretik agami jawi dan islam,

mite dengan unsur mistik.

(e) Esyatologi agami jawi, merupakan hasil sinkretisme antara

konsep-konsep-konsep agama budha mengenai keempat

periode perkembangan alam semesta dan berakhirnya sejarah

serta harapan yang akan datangnya Imam Mahdi pada Hari

Kiamat.

(f) Yakin akan adanya dewa-dewa tertentu yang menguasai

bagian-bagian dari alam semesta, orang Jawa yakin akan

adanya dewa-dewa. Dewa-dewa dikenal dengan adanya

cerita-cerita wewayangan, dimana para dewa itu selalu

berperan sebagai pelindung manusia dan penolong.

(g) Yakin adanya makhluk halus penjelma nenek moyang yang

sudah meninggal dan roh-roh penjaga, dalam hal ini orang-

orang menganggap bahwa roh-roh nenek moyang yang sudah

meninggal masih berkeliaran, roh-roh nenek moyang akan

dipuja dan dipanggil oleh para keturunanya untuk memberi

nasehat mengenai persoalan rohani maupun material. Makam

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

29

nenek moyang adalah tempat melakukan hubungan secara

simbolik denagn roh orang yang sudah meninggal.

(h) Yakin akan adanya Kesaktian, hanya orang-orang yang kuat

jasmani dan rohaninya saja yang dianggap mampu memiliki

kesakten. Kesakten bisa berupa energi yang ada bada diri

seseorang ,benda-benda keramat pusaka seperti keris dan

simbolik, serta jimat-jimat kecil.

(2) Sistem Upacara Agami Jawi

Dalam sistem upacara agami Jawi yang terpenting adalah

upacara makan bersama atau selamatan yang berhubungan dengan

pemujaan roh orang yang meninggal atau pemujaan nenek

moyang. Disisi lain adat untuk mengunjungi ke makam atau nyekar

dapat dikatakan suatu tindakan yang penting dalam agami Jawi.

Berbagai jenis sajian atau sesajen tidak dapat lepas dari upacara

Agami Jawi, biasanya dilakukan pada acara selamatan upacara

agama hari-hari besar Islam,selamatan kelahiran bayi, selamatan

pada waktu pernikahan dan lain-lain.

Sedangkan dalam agami santri keyakinan dan sisitem

upacara diatas sangat berbeda sekali dan berlawanan jika

diterapkan. Agami santri lebih melakukan kegiatan keagamaan

sesuai dengan agama islam resmi yang tidak mencampurkan aliran-

aliran sinkretisme atau kejawen. Agami santri diajarkan membaca

Qur‟an yang terdiri dari konsep-konsep puritan mengenai Allah,

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

30

Nabi Muhammad, mengenai penciptaan dunia akhirat, yang semua

telah dipastikan adanya. Meski terkadang ada sedikit percampuran

hal-hal ajaran hindu-budha (Koentjaraningrat, 1984:319-410).

h. Islam Jawa

Islam merupakan unsur penting pembentuk jati diri orang

Jawa. Ajaran dan kebudayaan Islam mengalir sangat deras dari

Arab dan Timur Tengah sehingga memberi warna yang sangat

kental terhadap kebudayaan Jawa. Agama islam masuk ke Jawa

sebagaimana islam datang ke Malaka, Sumatra dan Kalimantan.

Agama tauhid ini terus berkembang di Jawa. Kaum pedagang dan

nelayan di pesisir banyak yang terpikat ajaran yang mengenalkan

Tuhan Allah SWT. Islam di Jawa semakin meluas lagi seiring

dengan para ulama yang selalu giat menyebarkan agama ini yang

bersumberkan dari Al-Qur‟an dan Hadis Nabi.

Islam masuk ke Jawa secara akulturasi damai. Hal ini

terjadi: Pertama karena para pendakwah islam yang datang mula-

mula adalah pesantri, ulama, pedagang dan para ahli sufi.

Sedangkan para pedagang tersebut melakukan perdagangan secara

baik-baik dan para sufi mengajarkan doktrin-doktrin spiritual.

Kedua, sifat tenggang rasa dari orang Jawa sendiri yang mudah

menerima setiap yang datang dari luar dan dianggap baik lalu

isesuaikan dengan prinsip dan kebudayaan sendiri. Sehingga

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

31

banyak agama mistk islam yang justru lebih muda dipahami oleh

orang Jawa (Hadisutrisno, 2009:129-132).

Namun seiring meluasnya agama islam telah terjadi

fenomena islam itu sendiri di Jawa. Karena telah terjadi

sinkretisme antara Islam dan agama Jawa (tradisi leluhur).

Percampuran yang kental demikian, telah memunculkan tradisi

tersendiri yang unik di Jawa. Dalam artian orang Jawa yang taat

menjalankan Islam, kadang-kadang masih tidak meninggalkan

ritual Kejawen. Pemahaman Islam Jawa didasarkan analogi

munculnya keyakinan Hindu Jawa yang ada jauh sebelum Islam

datang. Disisi lain karena bercampur dengan tindak budaya.

Kehadiran Islam Jawa umumnya dipelopori oleh paham

mistik kejawen. Paham ini juga dipelopori oleh hadirnya aliran

kebatinan yang cukup banyak di Jawa. Dengan masuknya Islam

Jawa yang membawa aliran kebatinan dan mistik berupa tradisi

ritual slametan, membakar kemenyan, dan sejumlah ritual

pemujaan roh-roh leluhur tampaknya dianggap tidak sejalan

dengan ajaran islam karena itu dianggap syirik (Endraswara,

2010:77-78).

Agama Islam telah mengubah wajah dan kiblat orang Jawa.

Namun, kuatnya tradisi Jawa membuat islam mau atau tidak mau

harus berakulturasi. Akhirnya wujud akulturasi tersebut menjadi

ajaran khas Jawa, yang dikenal dengan Islam Kejawen. Kini, Islam

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

32

dan Kejawen hampir tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lainya (Hadisutrisno, 2009:11).

i. bentuk-bentuk Islam Kejawen

menurut Samidi Khalim bentuk-bentuk islam kejawen

sebagai berikut :

(1) Slametan

Slametan merupakan nilai yang sakral bagi masyarakat

Jawa dengan mengundang para tetangga ditambah beberapa

kerabat dan handai taulan ikut serta. Tujuannya adalah

mencapai keadaan slamet. Slametan dilakukan dengan

mengadakan makan-makan bersam, biasanya sejak menyambut

kelahiran bayi, khitanan, pernikahan, sampai pada orang

meninggal. Slametan yang pada masa pra-Islam banyak

menggunakan tradisi mistis mitologis Hindu-Budha dengan

berbagai macam sesaji, setelah islam datang cukup dengan doa-

doa yang dipanjatkan oleh seorang rais (modin) dan bacaan-

bacaan ayat Al-Qur‟an yang dianggap telah syah.

(2) Nyadran

Salah satu bentuk upacara mengagungkan arwah

leluhur. Upacara adat ini dilakukan oleh masyarakat Jawa

dengan patuh, mengadakan berbagai macam sesaji dirumah-

rumah. Dengan cara mengadakan tabur bunga di tempat ziarah

atau kubur, kemudian orang-orang melakukan mandi suci untuk

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

33

menyambut datangnya bulan suci Ramadhan serta pembacaan

doa dengan membaca ayat-ayat Al-Qur‟an (tahlil) yang

dilakukan dengan cara islami (Khalim, 2008:69).

F. Definisi Konseptual

1. Islam Kejawen

Islam Kejawen adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat

Jawa yang sudah tercampur dari berbagai aliran agama-agama lain dan

tradisi-tradisi kuno yang bertumpu pada kepercayaan animisme (percaya

dengan adanya makhluk halus dan roh) dan dinamisme (percaya adanya

tempat-tempat dan benda keramat).

2. Film

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media

elektronik yang cara penyampaian pesanya melalui tampilan audio visual

dan memanfaatkan teknologi kamera dengan penggabungan warna dan

suara.

G. Metode Penelitian

1. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yang bersifat

kuantitatif. Analisis isi kuatitatif adalah analisis isi yang dipakai untuk

mengukur aspek-aspek tertentu dari isi yang dilakukan secara kuantitatif.

Analisis ini mengutamakan ketepatan dalam mengidentifikasi isi

pertanyaan, seperti perhitungan penyebutan yang berulang-ulang dari kata-

kata tertentu (Eriyanto, 2011:1).

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

34

Menurut Krippendorff, analisis isi adalah suatu teknik penelitian

untuk membuat inferensi yang dapat direplikasikan (ditiru) dan sahih data

dengan memperhatian konteksnya. Sedangkan menurut Berelson analisis

isi adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis

dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest)

(Eriyanto, 2011:15).

Metode ini digunakan untuk menggambarkan atau memperoleh

suatu hasil dan pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang

disampaikan oleh media massa secara objektif dan sistematis.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan perangkat statistik. Statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi

(Sugiyono, 2009:147).

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah film Sang Pencerah yang

berdurasi 120 menit yang ada dalam 1 keping DVD.

3. Unit Analisis

Menurut Krippendorff, unit analisis sebagai apa yang diobservasi,

dicatat dan dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasanya

dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya (Eriyanto, 2011:59).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

35

Unit analisis dalam penelitian ini adalah scene dalam film Sang

Pencerah yang menunjukkan bentuk-bentuk Islam Kejawen dan sesuai

dengan kategori yang telah ditentukan.

4. Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan peneliti ialah durasi kemunculan

bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film Sang Pencerah sesuai dengan

kategori yang telah ditentukan peneliti.

5. Struktur Kategorisasi

Tahapan penting pengukuran dalam analisis isi adalah menyusun

kategorisasi. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi (content) yang

telah dikategorikan. Adapun kategorisasi yang disusun dalam penelitian ini

untuk analisis bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film “Sang Pencerah”.

Berikut peneliti rincikan masing-masing bagian dari bentuk-bentuk Islam

Kejawen yang digambarkan dalam film Sang Pencerah:

a. Slametan

Slametan merupakan nilai yang sakral bagi masyarakat

Jawa. Slametan adalah upacara sedekah makanan dan doa bersama

yang bertujuan untuk memohon keslamet. Slametan biasanya

diselenggarakan untuk hajatan keberangkatan naik haji ketanah

suci, kelahiran anak, pernikahan hingga slametan kematian.

Slametan dalam film ini indikatornya adalah:

(1) Ritualnya dengan mengadakan doa dan makan bersama yang

bertujuan untuk memohon keselamatan dan ridha dari Tuhan. Ada

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

36

juga yang mengadakan shalawatan dengan diiringi rebana, biasanya

disebut (terbangan)

(2) Doa bersama biasanya dipanjatkan oleh seorang rais (modin)

dengan dzikir yang diucapkan ratusan kali.

(3) Dihadiri oleh orang banyak baik para tetangga maupun saudara.

(4) Berpakaian tertutup atau sopan.

(5) Diadakan dirumah warga atau tempat-tempat yang dianggap

keramat.

(6) Menyediakan berbagai macam makanan yang dihidangkan bagi

para undangan, biasanya makanan apem, tumpeng, gedhang raja

(pisang), jajan pasar. Sedangkan yang dibuat sesaji atau sesajen

adalah ambengan (nasi beserta lauk pauk yang dibungkus dengan

daun pisang), kembang telon (bunga mawar, melati, kenanga),

kemenyan atau dupa.

b. Nyadran

Nyadran merupakan salah satu bentuk upacara

mengagungkan arwah leluhur. Upacara adat ini dilakukan oleh

masyarakat Jawa dengan patuh biasanya ditempat-tempat keramat.

Nyadran dalam film ini indikatornya:

(1) Ritualnya dengan mengadakan pemujaan roh-roh nenek moyang

atau para leluhur, berziara tabur bunga untuk memohon

keselamatan, Melakukan padusan atau mandi suci disumber mata

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

37

air yang dilakukan bersama-sama masyarakata setempat untuk

menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

(2) Doa dengan mengucapkan berbagai mantra dengan bahasa Jawa,

yang mempunyai maksud agar selalu diberi keselamatan.

(3) Berpakaian tertutup dan rapi.

(4) Pemujaan ini biasanya bertempatan ditempat-tempat yang dianggap

keramat, suci dan angker bagi masyarakat setempat, seperti

dipohon-pohon, goa-goa, tempat pemakaman.

(5) Menyediakan berbagai macam sesaji atau sesajen, seperti

ambengan (nasi beserta lauk pauk yang dibungkus dengan daun

pisang), kembang telon (bunga mawar, melati, kenanga), sega gurih

(nasi putih yang diberi santan, garam), pisang, kelapa, dan

kemenyan atau dupa.

(6) Untuk mengadakan pemujaan ini biasanya dilakukan sendiri tetapi

ada juga dilakukan lebih dari satu orang sesuai dengan siapa yang

ingin memohon keselamatan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu isi komunikasi yang diteliti atau data utama yang

diperoleh langsung dari objek penelitian. dengan cara mengamati dan

menganalisis data yang ada, yaitu 1 keping DVD Film Sang

Pencerah. Dalam pengumpulan data, peneliti bersama koder

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

38

melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung setiap scene

yang menggambarkan bentuk-bentuk Islam Kejawen dengan

kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan

capture frame adegan yang telah dipilih oleh peneliti dan koder.

b. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau

data pendukung yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel, serta

bahan dari internet yang berkaitan dengan bentuk-bentuk Islam

Kejawen yang dapat mendukung data primer.

Setelah melakukan pengamatan film kemudian data dikumpulkan

dan dipilah-pilah untuk dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah

ditetapkan. Seanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka

dibuat lembar koding per kategori seperti contoh dibawah ini:

Tabel 1:

Contoh Lembar Koding

Scene Bentuk-bentuk Islam

Kejawen

Kategorisasi

Bentuk-bentuk Islam Kejawen

A B

1

2

Sumber: Data diolah peneliti.

Keterangan:

A: Slametan B: Nyadran

Peneliti akan memberi tanda (√) bila tedapat kategorisasi dalam setiap

scene, dan akan memberi tanda (-) bila tidak terdapat kategorisasi dalam

scene.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

39

Setelah proses pengkodingan selesai, maka dimasukkan ke tabel

distribusi frekuensi. Untuk mempermudah menghitung, maka dibuat tabel

seperti berikut:

Tabel 2:

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi

KATEGORI DURASI PROPORSI

Slametan

Nyadran

Dari tabel distributif frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif.

Peneliti melakukan perhitungan prosentase dari populasi angka indeks untuk

memberikan penjelasan deskriptif mengenai unsur budaya Jawa yang

terdapat dalam film Sang Pencerah.

7. Uji Reliabilitas dan Validitas

Pada saat peneliti mulai mengukur gejala yang ditelitinya, maka

akan berhadapan dengan persoalan reliabilitas dan validitas sebagai alat

ukur yang akan dipergunakannya. Dalam penelitian ilmiah, kedua syarat alat

ukur ini sangat penting. Tanpa keduanya, penelitian tidak lagi bersifat

ilmiah.

Untuk menghasilkan data yang akuran dan dapat dipertanggung-

jawabkan maka, secara terminologi reliabilitas adalah pengulangan

penggunaan metode pengukuran atas objek material yang sama, akan

diperoleh hasil yang sama pula. Untuk itu sebelum kategori digunakan

dalam penelitian, kategori perlu diuji dahulu. Pengujian kategori

dimasukkan untuk mengetahui apakah kategori yang digunakan sudah

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

40

reliable atau belum. Bila hasil uji kategori menunjukkan reliable, maka

kategori tersebut layak digunakan dalam penelitian.

Untuk uji reliabilitas kategori diperlukan minimal dua orang koder.

Koder yaitu orang yang diminta memberi penilaian atau yang mengisi

lembar koding pada kategori penelitian yang telah dibuat oleh peneliti.

Sedangkan proses pengisian lembar koding disebut sebagai koding. Koder

digunakan untuk mendapat kesepakatan penilaian atas kategori peneliti

yang sudah dibuat oleh peneliti. Jadi, peneliti menunjuk orang lain untuk

melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti dalam menguji

reliabilitas kategori dengan mengamati dan memasukkan data berupa

scene ke dalam kategori yang telah ditetapkan.

Orang yang ditunjuk menjadi koder adalah orang yang mengerti

dan paham tentang audio visual serta dapat memahami keseluruhan isi

film tersebut. Yang dimaksud mengerti dalam hal ini adalah bisa menilai

tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal

yang ada di film tersebut. Untuk menghitung kesepakatan dari hasil

penelitian para koder peneliti menggunakan uji reliabilitas rumus Holsty.

Uji ini dikenal dengan uji antar kode yang diperkenalkan oleh Ole R.

Holsty (1969). Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan

menggunakan rumus holsty, yaitu:

C.R =

2M

N1 + N2

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

41

Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkoding dan

periset

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan

periset

Dari hasil Coefisien Reliability, Observed Agrement (persetujuan

yang diperoleh dari penelitian), kemudian untuk memperkuat hasil uji

reliabilitas dengan persetujuan koder, hasil yang diperoleh dari rumusan

diatas kemudian dihitung kembali dengan menggunakan rumus Scott

sebagai berikut:

( Observed Agreement Expected Agreement)

pi =

(1 Expected Agreement)

Keterangan :

pi = nilai keterhandalan

Observed Agreement = presentase persetujuan yang ditemukan dari

pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai C.R)

Expected Agreement = presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu

jumlah proporsi dari pesan yang dikuadratkan.

Untuk menguji reliabilitas perlu adanya perhitungan tingkat

kesepakatan antara peneliti dan koder. Ambang penerimaan yang sering

dipakai untuk reliabilitas Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27526/2/jiptummpp-gdl-silviawati-29173-2-babi.pdf · berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna

42

lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliable. Namun

sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka

kategorisasi operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi. Artinya

kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau

kepercayaan.