BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman...

35
LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 1 dari 35 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LKPJ-AMJ Laporan Keterangan Pertanggungjawaban - Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut LKPJ-AMJ, penyusunannya dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Adapun substansi LKPJ-AMJ merupakan merupakan ringkasan laporan tahun-tahun sebelumnya ditambah dengan LKPJ sisa masa jabatan yang belum dilaporkan, disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yakni Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 71 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Pasal 17 ayat (1) diamanatkan bahwa LKPJ- AMJ disampaikan kepada DPRD paling lambat paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhir masa jabatan kepala daerah yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur Tahun 2013- 2017, yang selanjutnya akan disampaikan kepada DPRD Provinsi DKI Jakarta untuk dibahas secara internal oleh DPRD. Hasil pembahasan tersebut diharapkan dapat ditetapkan menjadi keputusan DPRD Provinsi DKI Jakarta, yang dijadikan sebagai rekomendasi untuk dasar perbaikan penyelenggaraan pemerintahan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 1 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LKPJ-AMJ

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban - Akhir Masa Jabatan Kepala

Daerah yang selanjutnya disebut LKPJ-AMJ, penyusunannya dilakukan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

kepada Masyarakat.

Adapun substansi LKPJ-AMJ merupakan merupakan ringkasan laporan

tahun-tahun sebelumnya ditambah dengan LKPJ sisa masa jabatan yang

belum dilaporkan, disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD).

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yakni Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 71 ayat (2) dan Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Pasal 17 ayat (1) diamanatkan bahwa LKPJ-

AMJ disampaikan kepada DPRD paling lambat paling lambat 30 (tiga puluh)

hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhir masa jabatan kepala daerah

yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban – Akhir Masa Jabatan Gubernur Tahun 2013-

2017, yang selanjutnya akan disampaikan kepada DPRD Provinsi DKI Jakarta

untuk dibahas secara internal oleh DPRD. Hasil pembahasan tersebut

diharapkan dapat ditetapkan menjadi keputusan DPRD Provinsi DKI Jakarta,

yang dijadikan sebagai rekomendasi untuk dasar perbaikan penyelenggaraan

pemerintahan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 2 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Adapun ketentuan-ketentuan yang menjadi pedoman dalam penyusunan

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 adalah sebagai

berikut :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan

Republik Indonesia

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

9. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

dan Kinerja Instansi Pemerintah

14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah kepada masyarakat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 3 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

18. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang selanjutnya

diubah lagi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun

2011

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan,

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksaaan Rencana

Pembangunan Daerah

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011

tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Daerah

25. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007, tentang Pokok-Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah

26. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat

Daerah

27. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perencanaan

Pembangunan dan Penganggaran Terpadu

28. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah 2030

29. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 - 2025

30. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;

31. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Tahun 2013 – 2017

32. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;

33. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014;

34. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat

Daerah

35. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014;

36. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016

37. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016

38. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta

39. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 5 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

40. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 54 Tahun 2012 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2013.

41. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 45 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 54

Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun

2013.

42. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 47 Tahun 2013 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2014;

43. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 79 Tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 47

Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun

2014

44. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 84 Tahun 2014 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015

45. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 220 Tahun 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

46. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 160 Tahun 2015 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015

47. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 181 Tahun 2015 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016;

48. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 206 Tahun 2015 tentang

Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nonor 84 Tahun 2014 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015

49. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 229 Tahun 2015 tentang

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015

50. Peraturan Gubernur Nomor 121 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Tahun 2017

51. Peraturan Gubernur Nomor 153 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas

Peraturan Gubernur Nomor 181 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Tahun 2016

52. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 253 Tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 6 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

53. Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas

Peraturan Gubernur Nomor 121 Tahun 2016 Tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Tahun 2017

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, sistematika

LKPJ-AMJ Gubernur Tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

BAB II Kebijakan Pemerintahan Daerah

BAB III Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

BAB IV Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

BAB V Penyelenggaraan Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi

BAB VI Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan

BAB VII Penutup

B. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PROVINSI DKI JAKARTA

1. SEJARAH KOTA JAKARTA

Sejarah Kota Jakarta diawali dengan berdirinya Kerajaan Padjadjaran

yang terletak di daerah Jawa Barat tepatnya di dekat sekitar Kota Bogor,

yang diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Di sebelah utara Kerajaan ini

berbatasan dengan Muara Kali Ciliwung yang menjadi letak sebuah bandar

bernama Sunda Kelapa yang pada waktu itu berfungsi sebagai kota

perdagangan. Sebagian besar perdagangan di Semenanjung Malaka pada

masa itu dikuasai oleh Bangsa Portugis, yang selalu berusaha

mengembangkan kegiatannya di Asia Tenggara.

Utusan Portugis tiba di Sunda Kelapa pada tahun 1522 dengan maksud

untuk mengadakan persahabatan dengan Raja Padjadjaran. Raja

Padjadjaran menyambut baik maksud perutusan Portugis karena

mengharapkan bantuan apabila ada bahaya dari kerajaan-kerajaan lain

yang sedang berkembang di Jawa bagian timur pada waktu itu, sehingga

Kerajaan Padjadjaran memberikan persetujuan kepada Portugis untuk

mendirikan benteng pertahanan.

Kemunculan tentara Portugis untuk merealisasi pembangunan benteng

menimbulkan perang terbuka dengan tentara Islam Demak yang cukup

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 7 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

dikenal dengan kekuatan Islamnya, dan sedang mengadakan perluasan

kekuasaan dan penyebaran pengaruhnya ke sebelah barat. Kerajaan

Demak ini merupakan musuh Kerajaan Padjadjaran. Meskipun telah

bekerjasama dengan Kerajaan Padjadjaran pada akhirnya pihak Portugis

dikalahkan oleh Falatehan, seorang guru agama terkenal dari Kerajaan

Demak, yang dapat merebut Banten dan Sunda Kelapa dari tangan

Padjadjaran

Dalam menghadapi kondisi tersebut, Falatehan yang kemudian lebih

dikenal dengan nama Fatahillah, segera menunjuk pembantunya untuk

memerintah kota dan mengganti nama Bandar Sunda Kelapa dengan

Fathan Mubina atau Jayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir” pada

tanggal 22 Juni 1527. Selanjutnya tanggal tersebut dinyatakan sebagai

tanggal dikuasainya Jayakarta oleh Falatehan yang pada akhirnya

Jayakarta disingkat menjadi “Jakarta “.

Selanjutnya untuk pertama kalinya pada tahun 1596 Bandar Jakarta

didatangi oleh 4 (empat) buah kapal Belanda, yang akan memulai

melakukan perdagangan dengan Bangsa Indonesia. Pada saat itu,

Jayakarta merupakan kota pelabuhan yang menarik banyak pendatang

asing dari Eropa, Cina dan Arab terutama pedagang dari negeri Belanda

(VOC), yang menetap di Jayakarta. Namun, maksud Belanda ini mendapat

hambatan dari Hasanuddin, putra Fatahillah selaku raja Kerajaan Islam

Banten yang terletak di sebelah barat Bandar Jakarta.

Pihak Belanda pada tanggal 20 Maret 1602 berhasil secara paksa

mendirikan sebuah Benteng di sekitar Teluk Jakarta yang diberi nama

'Batavia'. Benteng tersebut didirikan oleh Van Raay dan menjadi pusat

persekutuan dagang VOC untuk wilayah Hindia bagian timur. Sejak saat itu

Belanda memulai penjajahannya di seluruh Kepulauan Nusantara yang

berjalan selama kurang lebih 350 tahun. VOC mendapat izin untuk

membangun kompleks perkantoran, gudang, dan tempat tinggal orang

Belanda yang berlokasi di dekat muara tepi bagian timur Sungai Ciliwung

pada tahun 1611. Di lokasi ini dibangun pula benteng sebagai pusat

perdagangan VOC. Kemudian nama Jayakarta diubah menjadi Batavia.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 8 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Nama “Batavia” hanya dikenal di dunia internasional, sedangkan penduduk

aslinya mengenalnya dengan nama Betawi.

Selanjutnya Pemerintah Belanda membentuk Stad Batavia dan VOC

pada tanggal 4 Maret 1621 diberi kewenangan oleh Pemerintah Belanda

untuk melaksanakan pemerintahan Stad Batavia tersebut. Pada tahun 1799

Pemerintah Belanda membubarkan VOC karena alasan merugi serta

mengambil alih kembali pemerintahan daerah yang selama itu dikuasai

VOC. Sejak saat itu Pemerintah Belanda menjadikan daerah-daerah bekas

VOC sebagai daerah otonomi yang dinamakan Hindia Belanda dibawah

pimpinan seorang Gubernur Jenderal.

Pada tanggal 1 April 1905 Stad Batavia berubah dan berkembang

menjadi Gemeente Batavia dan diberikan kewenangan untuk mengatur

keuangannya sendiri sebagai bagian dari Pemerintah Hindia Belanda.

Gemeente Batavia merupakan Pemerintah Daerah yang pertama kali

dibentuk di Hindia Belanda. Luas wilayah Gemeente Batavia kurang lebih

125 km², tidak termasuk pulau-pulau di Teluk Jakarta (Kepulauan Seribu).

Stad Batavia secara teritorial terbagi atas 5 (lima) wilayah karesidenan

yang lebih kecil, yang disebut “afdeling” (kabupaten/kota), yaitu (1) Afdeling

Batavia (kota dan pinggiran kota Batavia), (2) Afdeling Meester Cornelis

(sekarang Jatinegara), (3) Afdeling Tanggerang (4) Afdeling Buitenzorg

(Bogor) dan (5) Afdeling Karawang.

Pada tahun 1908 wilayah Afdeling Batavia dibagi menjadi 2 distrik,

yakni Distrik Batavia dan Weltevreden yang dibagi lagi menjadi 6 sub distrik

(Onderdistrik). Distrik Batavia terdiri dari Sub Distrik Mangga Besar,

Penjaringan dan Tanjung Priuk sedangkan Distrik Weltevreden terdiri dari

Sub Distrik Gambir, Senen, dan Tanah Abang.

Selanjutnya pada tahun 1922 diterbitkan Undang-Undang (UU) tentang

Pembaharuan Pemerintahan, diikuti dengan terbitnya UU Propinsi, UU

Kabupaten (Regentschap, 1924) dan UU Kota (Stadsgemeente, 1926).

Kemudian “Gemeente Batavia” ditetapkan menjadi Pemerintahan Kota

(Stadsgemeente Batavia).

Pada tahun 1926, UU Pemerintahan Kota (Stadsgemeente)

menetapkan sistem pemerintahan kota (Stadsgemeente) yang terdiri dari:

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 9 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

(1) DPRD (Raad); (2) DPD (College van Burgemeester en Wethouders) dan

(3) Walikota (Burgemeester).

Ketika Kota Batavia jatuh ke tangan balatentara Jepang pada tanggal 5

Maret 1942 dan tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda

menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pemerintah Jepang mengeluarkan

UU Nomor 42 Tahun 1942 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah

yang mengatur bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi satuan-satuan daerah

yang disebut pemerintahan karesidenan (Syuu). Karesidenan (Syuu) dibagi

lagi menjadi beberapa kabupaten (Ken) dan kota (Shi).

Jika pada awalnya Stadsgemeente hanya merupakan badan yang

mengurus rumah tangganya saja tanpa melaksanakan urusan

kepamongprajaan, maka menurut UU Tata Pemerintahan Daerah pada

masa Pemerintahan Jepang, “Shi” (Stadsgemeente) mengerjakan semua

urusan pemerintahan, termasuk kepamongprajaan dalam lingkup

wilayahnya. Urusan pemerintahan (pamongpraja) di dalam

‘Stadsgemeente’ yang sebelumnya diurus oleh Regent (Bupati), Wedana,

Asisten-Wedana, Kepala Kampung atau Wijkmeester, sekarang diurus dan

merupakan kewenangan “Shichoo” (Walikota). Mereka itu mejadi pegawai

Shi dan menjalankan urusan pemerintahan Shi dibawah pemerintahan dan

pimpinan “Shichoo”.

Selanjutnya menurut undang-undang tersebut, “Gunseikan” (Kepala

Pemerintahan Militer Jepang) dapat membentuk pemerintahan kota khusus

(Tokubetsu Shi). Beda pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) dengan

pemerintahan kota (Shi) adalah bahwa pemerintahan kota khusus

(Tokubetsu Shi) tidak dibawah karesidenan (Syuu), melainkan langsung

dibawah Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan). Jakarta merupakan

pemerintahan kota khusus (Jakarta Tokubetsu Shi) yang dipimpin oleh

walikota khusus (Tokubetsu Shi), yang berarti kedudukan Jakarta

meningkat dari kota (Shi) menjadi kota khusus (Tokubetsu Shi). Walikota

Khusus Jakarta (Tokubetsu Shichoo) dibantu oleh beberapa pegawai tinggi

(Zyoyaku). Walikota dan pegawai tinggi diangkat oleh Pemerintahan Militer

Jepang (Gunseikan).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 10 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Selama pemerintahan militer Jepang, Jakarta adalah satu-satunya

pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) di Indonesia. Tsukamoto

menjadi Walikota pertama Kota Khusus Jakarta dan yang terakhir adalah

Hasegawa. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1950,

setelah kemerdekaan kedudukan kota Djakarta ditetapkan sebagai daerah

Swatantra yang disebut “Kotapradja Djakarta Raya” dengan Walikotanya

adalah Soewirjo (1945-1951), Sjamsuridjal (1951-1953), dan Sudiro (1953-

1960).

Selanjutnya Kota Djakarta ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I

dengan Kepala Daerah yang berpangkat Gubernur pada tanggal 15 Januari

1960. Pada periode Gubernur Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964) terbit

UU Nomor 2 Tahun 1961 tentang pembentukan “Pemerintahan Daerah

Chusus Ibukota Djakarta Raya”. Sejak itu disebut Pemerintah DCI Djakarta

Raya. Pada periode Gubernur Henk Ngantung (1964-1966) terbit UU

Nomor 10 Tahun 1964 tentang Djakarta sebagai Ibukota Republik

Indonesia dengan nama “Djakarta”. Sejak itu Pemerintah DCI Djakarta

Raya berubah menjadi Pemerintah DCI Djakarta.

Pemerintah DCI Djakarta berubah menjadi Pemerintah Daerah DKI

Djakarta pada periode Gubernur Ali Sadikin (1966-1977). Adapun gubernur

selanjutnya berturut-turut yaitu Tjokropranolo (1977-1982), R. Soeprapto

(1982-1987), Wiyogo Atmodarminto (1987-1992), Soerjadi Soedirdja (1992-

1997), Sutiyoso (1997-2007), Fauzi Bowo (2007-2012), Joko Widodo

(2012-2014), Basuki Tjahaja Purnama (2014-2017) dan Djarot Saiful

Hidayat (2017).

Pada periode Gubernur Wiyogo Atmodarminto terbit Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus

Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak saat itu sebutan

Pemerintah Daerah DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta sampai dengan periode Gubernur Surjadi Soedirdja (1992 – 1997).

Pada periode Gubernur Sutiyoso (1997-2007) terbit Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Pada akhir masa jabatan

Gubernur Sutiyoso terbit Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 11 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak saat itu sebutan Pemerintah

Propinsi DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Selanjutnya pada periode Gubernur Fauzi Bowo (2007-2012),

implementasi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang

Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan pembentukan Deputi selaku

pejabat yang membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan

Daerah Provinsi DKI Jakarta yang karena kedudukannya sebagai Ibukota

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

uraikan?

2. DASAR HUKUM PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

Peraturan perundangan sebagai dasar hukum yang melandasi

penyelenggaraan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai

berikut:

a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.

d. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 12 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

C. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

1. KONDISI GEOGRAFIS

Informasi mengenai kondisi geografis Provinsi DKI Jakarta disajikan

berupa batas administrasi daerah dan luas wilayah, iklim, dan geologi

sebagai berikut :

a. Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah

DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang terletak pada posisi

5o 19’ 12” Lintang Selatan - 6o 23’ 54” Lintang Selatan dan 106o 22’ 42”

Bujur Timur - 106o 58’ 18” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata + 7

meter di atas permukaan laut. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 tahun 2007 tentang Penataan,

Penetapan dan Luas Wilayah Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, secara geografis luas wilayah DKI Jakarta adalah

sebesar 7.660 km², dengan luas daratan sebesar 662 km² (termasuk

110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu) dan luas lautan sebesar

6.998 km².

Adapun Peta Pembagian Wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada

Gambar I.1 di bawah ini.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 13 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Batas sebelah utara Jakarta terbentang pantai sepanjang ±32 km

yang menjadi tempat bermuaranya 13 sungai, 2 kanal, dan 2 flood way.

Sebagian besar karakteristik wilayahnya berada di bawah permukaan

air laut pasang, mengakibatkan rawan genangan, baik karena curah

hujan maupun karena semakin tingginya air laut pasang (rob). Sebelah

Barat Jakarta berbatasan dengan Provinsi Banten, dan di sebelah

Selatan dan Timur Jakarta berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa

Barat.

Adapun Peta Aliran Sungai, Kanal dan Flood Way yang melalui

Wilayah DKI Jakarta, dapat dilihat pada Gambar I.2 berikut.

Sumber : Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030

Gambar I.1

Peta Pembagian Wilayah DKI Jakarta

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 14 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta selain

mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, mengacu pula pada Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Provinsi DKI Jakarta merupakan pemerintahan daerah yang diberi

status khusus, yang didukung dengan perangkat kekhususan antara

lain berupa status otonomi tunggal di tingkat provinsi serta adanya

empat orang Deputi Gubernur setingkat eselon I.

Pada tahun 2001, berdasarkan struktur wilayah administrasi,

Jakarta mengalami pemekaran wilayah yakni dari 5 kotamadya menjadi

1 kabupaten administrasi dan 5 kota administrasi. Secara paralel

jumlah wilayah administrasi dibawahnya juga mengalami penambahan,

yang semula 43 kecamatan menjadi 44 kecamatan, dan dari 265

kelurahan menjadi 267 kelurahan.

Sumber : RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2013-2017

Gambar I.2

Peta Tematik Tiga Belas Sungai di Provinsi DKI Jakarta

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 15 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Untuk memudahkan koordinasi pelayanan pemerintah terhadap

masyarakat, struktur administrasi wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi

Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Pada awal RPJMD,

diseluruh DKI Jakarta terdapat 2.707 RW dan 30.300 RT dan terus

dimekarkan hingga menjadi 2.728 RW dan 30.337 RT pada tahun

2016.

b. Iklim

Di wilayah Indonesia pada umumnya dikenal dua musim yaitu

musim kemarau dan musim hujan. Wilayah Jakarta memiliki iklim tropis

dengan karakteristik musim penghujan rata-rata pada Bulan November-

April dan musim kemarau pada Bulan Mei-Oktober. Selama tahun

2013-2016, rata-rata curah hujan Jakarta sebesar 184,11 mm2 dengan

rata-rata banyak hari hujan sebanyak 12,63 hari. Rata-rata curah hujan

tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 242,33 mm2 dan rata-rata

banyak hari hujan terjadi pada tahun 2014 sebanyak 15,5 hari.

Secara rinci data curah hujan dan hari hujan selama tahun 2013-

2016 di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel I.2 berikut.

Kecamatan Kelurahan RW RT

1 2013 662 44 267 2.707 30.300

2 2014 662 44 267 2.720 30.442

3 2015 662 44 267 2.726 30.535

4 2016 662 44 267 2.728 30.337

Sumber : Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DKI Jakarta

Tabel I.1

Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Administrasi

TahunJumlah

NoLuas Area

(km²)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 16 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Selama tahun 2013-2016, rata-rata suhu udara di Jakarta sebesar

28,55 ºC dengan rata-rata suhu maksimum dan minimum sebesar

35,23 ºC dan 22,68 ºC. Tahun 2015 merupakan tahun dengan suhu

udara terpanas dengan rata-rata suhu sebesar 29,33 ºC.

Suhu maksimum, minimum dan rata-rata di berbagai lokasi di

Jakarta dapat dilihat pada grafik I.1 berikut.

No BulanCurah Hujan

(mm2)

Banyaknya Hari Hujan

(hari)

2013 Rata-Rata 130,87 11,60

Jan (Max) 275,10 24,50

Agustus (Min) 2,40 1,00

2014 Rata-Rata 210,68 15,50

Jan (Max) 621,90 23,00

September (Min) 49,50 5,00

2015 Rata-Rata 242,33 13,08

Jan (Max) 1075,00 26,00

September (Min) 0,00 1,00

2016 Rata-Rata 152,58 10,33

Jan (Max) 23,00

Feb (Max) 639,00

Juli (Min) 1,00 1,00

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Tabel I.2

Curah Hujan dan Hari Hujan di Jakarta

Indikator 2013 2014 2015 2016

Maksimum 32,68 35,60 36,63 36,00

Minimum 24,90 21,85 22,03 21,93

Rata-rata 28,79 27,98 29,33 28,13

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.1

Suhu Maksimum, Suhu Minimum dan Suhu Rata-Rata di DKI Jakarta

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

2013 2014 2015 2016

Maksimum Minimum Rata-rata

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 17 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

c. Geologi

Dari profil potongan melintang selatan-utara Jakarta menunjukkan

adanya endapan vulkanik kuarter yang terdiri dari Formasi Citalang,

Formasi Kaliwangu, dan Formasi Parigi. Formasi Citalang memiliki

kedalaman hingga kira-kira 80 m dengan bagian atasnya merupakan

batu lempung yang didominasi oleh batu pasir pada bagian bawahnya

dan pada beberapa tempat terdapat breksi/konglomerat, terutama di

sekitar Blok M dan Dukuh Atas.

Dapat dilihat bahwa formasi Kaliwangu memiliki kedalaman sangat

bervariasi dengan kedalaman bagian utaranya lebih dari 300 m.

Sedangkan Formasi Parigi di sekitar Babakan mendesak ke atas

hingga kedalaman 80 m. Formasi ini didominasi oleh batu lempung

diselang-selingi oleh batu pasir.

Sumber : Naskah Akademis RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030

Gambar I.3

Potongan Melintang Selatan-Utara

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 18 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Dapat diketahui bahwa pada seluruh daerah strukturnya terdiri dari

endapan pleistocene terdapat ± 50 m di bawah permukaan tanah. Di

bawah bagian utara, permukaan keras baru terdapat pada kedalaman

10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal pada

kedalaman 8-15 m. Pada bagian kota tertentu, lapisan permukaan

tanah yang keras terdapat pada kedalaman 40 m.

Sementara itu, di bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang

dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km.

Di bawah terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak

pada permukaan tanah karena timbunan seluruhnya oleh endapan

alluvium.

Sumber : Naskah Akademis RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030

Gambar I.4

Peta Geologi Teknik Kawasan Jabodetabekpunjur

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 19 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Secara rinci dapat dijelaskan bahwa wilayah Jakarta memiliki

lithologi sebagai berikut :

1) Pasir lempungan dan lempung pasiran, merupakan endapan

aluvial sungai dan pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah

terdiri dari lanau lempungan, lanau pasiran dan lempung pasiran.

Semakin ke arah utara mendekati pantai berupa lanau pasiran

dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang,

tebal endapan antara perselang-seling lapisannya berkisar antara

3-12 m dengan ketebalan secara keseluruhan diperkirankan

mencapai 300 m.

2) Satuan Pasir Lempungan, merupakan endapan pematang pantai

berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari perselang-

selangan lanau pasiran dan pasir lempungan. Tebal endapan

antara 4,5-13 m.

3) Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan, merupakan

endapan limpah banjir sungai. Satuan ini tersusun berselang-

selang antara lempung pasiran dan pasir lempungan.

4) Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran, merupakan endapan kipas

aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur

dari atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran

dengan tebal lapisan antara 3-13,5 m.

Dengan kondisi geografis seperti itu disadari bahwa, Jakarta

termasuk wilayah rawan banjir. Dalam siklus 5-6 tahunan, Jakarta

memiliki potensi banjir cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada kejadian

banjir pada tahun 2002 dan 2007. Siklus lima tahunan berikutnya masih

terjadi yakni pada tahun 2013 dan 2014 namun dengan jumlah

pengungsi dan lama genangan yang semakin berkurang, sebagaimana

tabel I.3 berikut.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 20 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Mengingat Jakarta merupakan kota yang terbentuk secara alami,

maka diprioritaskan pembangunan dan pemeliharaan yang memadai

terhadap sistem tata air/ drainase kota, sehingga dapat meminimalisir

terjadinya bencana banjir.

No Tahun Jumlah KejadianJumlah Pengungsi

(orang)

1 1994 0 -

2 1996 0 -

3 2002 1 154.270

4 2003 10 13.936

5 2004 10 26.682

6 2005 4 14.233

7 2006 3 1.308

8 2007 3 522.569

9 2008 21 79.169

10 2009 9 4.403

11 2010 12 1.319

12 2011 8 131

13 2012 8 5.024

14 2013 25 86.651

15 2014 18 95.997

16 2015 3 1.762

17 2016 37 3.587

Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2017

Tabel I.3

Jumlah Kejadian dan Pengungsi Banjir di Jakarta

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 21 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Sumber : Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030

Gambar I.5

Peta Kemiringan Lereng Jabodetabek

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 22 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

2. KONDISI DEMOGRAFIS

Selama tahun 2013-2016 jumlah penduduk Jakarta terus meningkat

dari 9,9 juta jiwa pada tahun 2013 menjadi 10,2 juta jiwa pada tahun 2016.

Dengan kata lain, tingkat pertumbuhan penduduk Jakarta berkisar 0,98 %

hingga 1,09 % per tahunnya. Dengan pertumbuhan penduduk Jakarta yang

sebesar itu, Jakarta dihadapkan dengan permasalahan tingkat kepadatan

penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya dari 15.050 jiwa/km2

pada tahun 2013 menjadi 15.520 jiwa/km2 pada tahun 2016.

No Uraian Satuan SP2010 2013 2014 2015 2016

1 Jumlah Jiwa 9.607.787 9.969.900 10.075.300 10.177.924 10.277.628

2 Laki – Laki Jiwa 4.870.938 5.023.400 5.069.900 5.115.357 5.159.683

3 Perempuan Jiwa 4.736.849 4.946.500 5.005.400 5.062.567 5.117.945

4 Pertumbuhan % 1,42 1,09 1,06 1,09 0,98

5 Densitas Jiwa/Km2 14,47 15,05 15,23 15,37 15,52

6 Sex Ratio % 103,00 101,60 101,70 101,04 100,82

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Tabel I.4

Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2016

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2017

Grafik I.2

Piramida Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013

600000 400000 200000 0 200000 400000 600000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

KELO

MPO

K U

MU

R (

TAH

UN

)

Laki-laki Perempuan

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.3

Piramida Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014

600000 400000 200000 0 200000 400000 600000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

KELO

MPO

K U

MU

R (

TAH

UN

)

Laki-laki Perempuan

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Piramida Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Grafik I.4

600000 400000 200000 0 200000 400000 600000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

KELO

MPO

K U

MU

R (

TAH

UN

)

Laki-laki Perempuan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 23 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Dari piramida penduduk di atas dapat dilihat bahwa komposisi

penduduk DKI Jakarta, didominasi oleh penduduk usia produktif yakni usia

15-64 tahun sebesar 7.324.391 jiwa atau sebesar 71,27 persen.

Persentase penduduk yang belum produktif yakni usia 0-14 tahun sebesar

2.553.935 jiwa atau 24,85 persen, sedangkan penduduk yang tidak

produktif lagi/ melewati masa pensiun berjumlah 399.302 atau 3,89 persen.

Dengan demikian dependency ratio (DR) pada tahun 2016 sebesar 28,73

persen yang berarti dari 100 penduduk usia produktif DKI Jakarta akan

menanggung secara ekonomi sebesar 28,73 penduduk usia tidak produktif.

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.5

Piramida Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016

600000 400000 200000 0 200000 400000 600000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-75

75+

KELO

MPO

K U

MU

R (

TAH

UN

)

Laki-laki Perempuan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 24 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

3. KONDISI EKONOMI

a. Potensi Unggulan Daerah

1) Ekspor Melalui DKI Jakarta

Nilai ekspor melalui DKI Jakarta sepanjang tahun 2013-2016

mencapai 183.585,90 juta US $. Dengan nilai ekspor tertinggi

terjadi pada tahun 2014 sebesar 48.079,48 juta US$ dan terendah

terjadi pada tahun 2015 sebesar 42.072,84 juta US$.

2) Ekspor Produk DKI Jakarta

Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta sepanjang tahun 2013-

2016 mencapai 44.272,44 juta US$. Dengan nilai ekspor tertinggi

terjadi pada tahun 2014 sebesar 11.546,19 juta US$ dan nilai

ekspor terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 10.317,96 juta

US$. Ekspor ini mempunyai pengaruh langsung terhadap

perekonomian Jakarta karena dihasilkan oleh unit usaha yang

berdomisili di wilayah DKI Jakarta.

Uraian 2013 2014 2015 2016

Ekspor Produk DKI Jakarta 11.375,24 11.546,19 10.317,96 11.033,05

Ekspor Melalui DKI Jakarta 47.401,88 48.079,48 42.072,84 46.031,70

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.6

Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta dan Ekspor Produk DKI Jakarta

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

35.000,00

40.000,00

45.000,00

50.000,00

2013 2014 2015 2016

Ekspor Produk DKI Jakarta Ekspor Melalui DKI Jakarta

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 25 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan negara tujuan, selama tahun 2013-2016 produk

DKI Jakarta paling banyak diekspor ke negara Singapura sebesar

5.805,99 juta US$, diikuti Amerika Serikat dan Filipina sebesar

4.184,10 juta US$ dan 4.052,82 juta US$.

Adapun ekspor produk-produk DKI Jakarta berdasarkan negara

tujuan dapat dilihat pada Tabel 1.5

Sedangkan berdasarkan golongan barang, selama tahun 2013-

2016 DKI Jakarta paling banyak mengekspor komoditas Kendaraan

dan bagiannya sebesar 11.863,83 juta US$, diikuti

Perhiasan/Permata sebesar 6.532,82 juta US$ dan Mesin-mesin/

Pesawat Mekanik sebesar 3.521,31 juta US$. Adapun ekspor

produk-produk DKI Jakarta berdasarkan golongan barang dapat

dilihat pada Tabel I.6 berikut.

2013 2014 2015 2016

ASEAN 3.985,59 3.959,64 4.498,54 5.117,02

1 Philippines 727,95 953,22 900,78 1.470,87

2 Singapore 1.298,09 1.139,26 1.726,22 1.642,42

3 Thailand 845,39 666,91 695,68 772,41

4 Malaysia 666,39 710,30 654,65 641,41

5 Vietnam 349,07 360,69 413,65 486,53

Asean Lainnya 98,70 129,26 107,56 103,38

ASIA 4.095,07 4.457,19 4.170,97 3.166,67

6 Hongkong 743,61 826,66 404,78 506,84

7 Saudi Arabia 697,82 838,56 949,18 422,49

8 Tiongkok 694,24 585,11 580,68 654,49

9 Japan 579,93 551,77 469,50 448,13

10 United Arab Emirates 382,64 464,20 213,48

Asia Lainnya 996,83 1.190,89 1.766,83 921,24

Australia dan Oceania - - 310,29 298,33

11 Australia 254,23 232,82

Australia dan Oceania lainnya 56,06 65,51

Amerika 1.435,15 1.543,29 1.412,30 1.418,09

12 United States 1.105,06 1.108,39 1.011,23 959,42

Amerika Lainnya 330,09 434,90 401,07 458,67

Total 12 Negara 8.090,19 8.205,07 8.060,58 8.451,31

Lainnya 3.285,05 3.341,12 3.483,57 2.581,74

Total 11.375,24 11.546,19 11.544,15 11.033,05

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Tabel I.5

Ekspor Produk-produk DKI Jakarta menurut Negara Tujuan

NEGARA TUJUAN NILAI CIF (JUTA US$)

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 26 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

3) Impor

Nilai impor melalui DKI Jakarta sepanjang tahun 2013-2016

mencapai 317.335,42 juta US $. Dengan nilai impor tertinggi terjadi

pada tahun 2013 sebesar 90.108,00 juta US$ dan terendah terjadi

pada tahun 2015 sebesar 71.154,56 juta US$.

Adapun impor yang dilakukan melalui DKI Jakarta dapat

dilihat pada Grafik I.7 berikut.

2013 2014 2015 2016

1 Kendaraan dan Bagiannya 2636,08 3019,09 3179,15 3.029,51

2 Perhiasan/Permata 1356,08 1481,21 1860,28 1.835,25

3 Mesin-mesin/ Pesawat Mekanik 861,92 903,27 891,82 864,30

4 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 666,06 680,63 638,3 498,95

5 Ikan dan Udang 714,26 682,48 618,35 759,07

6 Mesin/Peralatan Listrik 664,21 527,2 560,43 460,55

7 Barang-barang Rajutan 567,73 492,92 411,75 386,85

8 Berbagai Produk Kimia 248,20

9 Plastik dan Barang dari Plastik 272,25 284,71 244,01 220,94

10 Tembaga 279,9 247,58 244,56

Total 10 Komoditi 7.738,59 8.351,41 8.651,67 8.548,18

Lainnya 3.636,65 3.194,78 2.892,48 2.484,87

Total Ekspor Produk DKI Jakarta 11.375,24 11.546,19 11.544,15 11.033,05

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Tabel I.6

Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta Menurut Golongan Barang HS 2 Dijit

NILAI CIF (JUTA US$) GOLONGAN BARANG

Uraian 2013 2014 2015 2016

Impor melalui DKI Jakarta 90.108,00 84.628,51 71.154,56 71.444,35

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.7

Impor Melalui DKI Jakarta 2013-2016 (Juta US$)

-

10.000,00

20.000,00

30.000,00

40.000,00

50.000,00

60.000,00

70.000,00

80.000,00

90.000,00

100.000,00

2013 2014 2015 2016

Impor melalui DKI Jakarta

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 27 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan golongan penggunaan barang atau Broad

Economic Category selama tahun 2013-2016, dari seluruh nilai

impor DKI Jakarta sebanyak 67,40 persennya didominasi oleh impor

golongan penggunaan barang bahan baku dan penolong, disusul

impor golongan penggunaan barang modal sebanyak 23,99 persen

dan 8,61 persen golongan penggunaan barang konsumsi.

Selanjutnya impor melalui DKI Jakarta menurut golongan

penggunaan barang dapat dilihat pada Grafik I.8 berikut.

Sedangkan nilai impor melalui DKI Jakarta menurut golongan

barang harmonized system (HS) selama tahun 2013-2016, Mesin-

mesin/Pesawat Mekanik mendominasi impor DKI Jakarta sebesar

60.338,19 juta US$, diikuti Mesin/Peralatan Listrik sebesar

48.195,28 juta US$ dan Kendaraan dan Bagiannya sebesar

21.982,84 juta US$ sebagaimana dapat dilihat pada Tabel I.7

berikut.

Uraian 2013 2014 2015 2016

Barang Konsumsi 6.829 7.109 6.139,53 7.191,00

Bahan Baku & Penolong 59.456 56.311 48.381,26 49.416,00

Barang Modal 23.822 21.184 16.633,77 14.387,00

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.8

Impor Melalui DKI Jakarta Menurut Golongan Penggunaan Barang

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

2013 2014 2015 2016

Barang Konsumsi Bahan Baku & Penolong Barang Modal

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 28 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

Sedangkan nilai impor melalui DKI Jakarta menurut negara

asal selama tahun 2013-2016, negara Tiongkok mendominasi

produk impor yang masuk melalui DKI Jakarta sebesar 72.993,08

juta US$, diikuti Jepang dan Thailand sebesar 50.767,67 juta US$

dan 27.294,96 juta US$ sebagaimana dapat dilihat pada Tabel I.8

berikut.

2013 2014 2015 2016

1 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 17.926,11 16.501,69 13.169,04 12.741,35

2 Mesin/Peralatan Listrik 13.524,28 12.503,64 11.090,61 11.076,75

3 Plastik dan Barang dari Plastik 5.169,69 5.264,54 4.444,29 4.488,94

4 Kendaraan dan Bagiannya 7.025,33 5.620,69 4.682,01 4.654,81

5 Besi dan Baja 5.222,25 4.619,84 3.578,94 3.670,61

6 Bahan Kimia Organik 2.556,49 2.356,92 2.002,22 1.999,52

7 Bahan Bakar Mineral 3.999,14 3.941,41 2.409,41 1.712,81

8 Perangkat Optik 1.791,86 1.603,67 1.567,84 1.845,54

9 Kapas 1.931,75 1.743,46 1.472,93 1.465,31

10 Kain Rajutan 1.083,47

Total 10 Komoditi 59.146,90 54.155,86 44.417,29 44.739,11

Lainnya 30.960,53 30.484,95 26.737,27 26.705,24

Total Impor Melalui DKI Jakarta 90.107,43 84.640,81 71.154,56 71.444,35

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Tabel I.7

Nilai Impor Melalui DKI Jakarta menurut Golongan Barang HS 2 Dijit

NILAI CIF (JUTA US$) GOLONGAN BARANG

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 29 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

rubah negara pengimpornya? Produk apa yg berubah?

Selain ekspor dan impor, potensi daerah juga dapat dilihat

dari gambaran tingkat kunjungan pariwisata. Sebagai kota tujuan

wisata, DKI Jakarta memiliki fasilitas yang cukup memadai seperti

hotel, tempat perbelanjaan dan objek wisata yang beragam.

Disamping itu, inisiatif dan upaya berbagai kalangan untuk

menyelengarakan event tetap berskala internasional, seperti

Jakarta International Java Jazz, Indonesia Fashion Week, Jakarta

Fashion and Food Festival dan event internasional lainnya menjadi

alasan wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke

Jakarta.

Jumlah wisman yang berkunjung ke DKI Jakarta selama

tahun 2013-2016 sebesar 9,52 juta kunjungan. Secara grafis

kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DKI

Jakarta selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik I.9 berikut.

2013 2014 2015 2016

ASEAN 20.968,04 20.071,03 17.254,99 16.880,06

1 Singapore 6389,19 5887,84 5216,71 4.499,93

2 Thailand 8164,13 7351,82 5717,84 6.061,17

3 Malaysia 3552,22 3553,43 2707,2 2.548,61

4 Vietnam 2123,9 2491,16 2314,3 2.451,77

Asean Lainnya 738,6 786,78 1298,94 1.318,58

ASIA 48.996,51 65.788,68 38.381,74 39.093,38

5 Tiongkok 19182,43 18574 17063,49 18.173,16

6 Japan 15770,1 14057,26 10540,44 10.399,87

7 Korea, Republic Of 6669,47 6527,66 5005,14 4.735,33

8 Taiwan, Province Of China 2819,37 2480,44 2107,39 2.015,18

9 Hongkong 1352,45 1.248,29

Asia Lainnya 4555,14 24149,32 2312,83 2.521,55

AUSTRALIA dan OCEANIA 2.819,84 3.029,74 2.292,97 2.351,55

10 Australia 2284,48 2431,2 1855,24 1.876,11

Australia dan Oceania Lainnya 535,36 598,54 437,73 475,44

AMERIKA 7.001,42 6.393,75 5.706,10 5.552,99

11 United States 4902,42 4433,92 4115,88 3.968,56

Amerika Lainnya 2099 1959,83 1590,22 1.584,43

EROPA 9.595,08 8.601,63 7.619,66 7.596,82

12 Germany 2472,19 2499,98 2180,35 2.080,13

Eropa Lainnya 7122,89 6101,65 5439,31 5.516,69

Total 12 Negara 74.329,90 70.288,71 60.176,43 60.058,11

Lainnya 15777,53 14316,1 10978,13 11.386,24

Total 90.107,43 84.604,81 71.154,56 71.444,35

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

NEGARA ASAL

Impor Melalui DKI Jakarta menurut Negara Asal

Tabel I.8

NILAI CIF (JUTA US$)

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 30 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

b. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian DKI Jakarta selama tahun 2013-2016 yang diukur

berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

berlaku (tahun dasar 2010) mencapai 7.468,99 triliun rupiah dan PDRB

perkapita per tahun mencapai 207,99 juta rupiah pada tahun 2016,

meningkat sebesar 69,13 juta rupiah dari kondisi awal RPJMD sebesar

138,86 juta rupiah pada tahun 2012. Ekonomi DKI Jakarta sepanjang

tahun 2013-2016 rata-rata telah tumbuh sebesar 5,95 persen per

tahunnya atau diatas rata-rata nasional yang tumbuh sebesar 5,15

persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha.

Pengangkutan dan Komunikasi merupakan lapangan usaha yang

mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,54 persen dan diikuti oleh

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan sebesar 5.56 persen.

Struktur perekonomian DKI Jakarta menurut lapangan usaha

sepanjang tahun 2013-2016 didominasi oleh empat lapangan usaha

utama yaitu Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (28,97

Uraian 2013 2014 2015 2016

Kunjungan Wisatawan

Mancanegara (Juta Kunjungan) 2,31 2,32 2,38 2,51

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.9

Jumlah Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung ke DKI Jakarta

2,20

2,25

2,30

2,35

2,40

2,45

2,50

2,55

2013 2014 2015 2016

Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Juta Kunjungan)

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 31 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

persen); Perdagangan, Hotel dan Restoran (21,16 persen); Industri

Pengolahan (14,54 persen); Konstruksi (12,05 persen) dan

Pengangkutan dan Komunikasi (10,54 persen).

c. Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang

dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi masyarakat

yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi

atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya

ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga

merupakan proses menurunnya nilai uang secara kontinu. Inflasi adalah

proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga.

Inflasi di DKI Jakarta selama tahun 2013-2016 bergerak fluktuatif

dengan kecenderungan tren menurun. Titik terendah inflasi terjadi pada

tahun 2016 sebesar 2,37 persen, jauh lebih rendah jika dibandingkan

dengan inflasi tahun 2013 sebesar 8,00 persen, maupun inflasi tahun

Uraian 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta 6,11 5,95 5,88 5,85

Nasional 5,78 5,01 4,79 5,02

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.10

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta dan Nasional (Persen)

4,50

4,70

4,90

5,10

5,30

5,50

5,70

5,90

6,10

6,30

6,50

2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta Nasional

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 32 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

2014 sebesar 8,95 persen. Pencapaian penurunan inflasi ini terutama

dipengaruhi oleh perkembangan harga energi internasional yang masih

terjaga, dan diikuti oleh penurunan harga-harga komoditas energi dan

transportasi di Jakarta. Selain itu pencapaian penurunan inflasi ini juga

dipengaruhi oleh harga pangan yang terkendali, sebagai hasil dari

kebijakan pemerintah dalam hal perbaikan manajemen stok dan

efisiensi rantai pasokan pangan.

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta 4,52 8,00 8,95 3,30 2,37

Nasional 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.11

Inflasi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012 - 2016 (%)

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta Nasional

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 33 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Kenapa bagian transportasi deflasi???

4. KONDISI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Dalam melakukan pengukuran keberhasilan pembangunan suatu

negara tidak hanya ditandai oleh tingginya pertumbuhan ekonominya saja,

tetapi juga mencakup kualitas manusianya. Oleh karena itu, konsep

pengukuran keberhasilan pembangunan harus berorientasi kepada

pelakunya (manusia atau masyarakatnya), yaitu bagaimana pertumbuhan

ekonomi mampu dirasakan seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan

kualitas masyarakat sebagai manusia. Pembangunan manusia yang

mencakup tiga dimensi pokok yaitu kesehatan (umur panjang), pendidikan

(pengetahuan) dan daya beli (standar kehidupan layak) dapat dilihat dari

perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di suatu wilayah.

Mulai tahun 2014, IPM dihitung menggunakan metode baru, mengikuti

rekomendasi dari United Nations Development Programme (UNDP).

Perubahan metode tersebut adalah pada penggunaan variabel rata-rata

Uraian 2013 2014 2015 2016

Umum 8,00 8,95 3,30 2,37

Bahan Makanan 11,57 12,77 4,86 5,31

Makanan Jadi, Minuman, Rokok &Tembakau 9,74 11,92 7,01 4,02

Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 5,70 8,54 3,52 2,42

Sandang 1,05 2,92 4,92 4,17

Kesehatan 3,65 4,78 4,75 3,96

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 1,39 3,08 4,01 0,86

Transp, Kom, dan Jasa Keuangan 14,86 10,53 (1,30) (1,28)

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.12

Laju Inflasi DKI Jakarta menurut Kelompok Pengeluaran

8,00

8,95

3,30

2,37

11,57

12,77

4,86 5,31

9,74

11,92

7,01

4,02

5,70

8,54

3,52

2,42

1,05

2,92

4,92 4,17

3,65

4,78 4,75

3,96

1,39

3,08

4,01

0,86

14,86

10,53

(1,30) (1,28)

(4,00)

(2,00)

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

2013 2014 2015 2016

Umum

Bahan Makanan

Makanan Jadi,

Minuman, Rokok

&Tembakau

Perumahan, Air,

Listrik, Gas, & Bahan

Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi, dan

Olahraga

Transp, Kom, dan

Jasa Keuangan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

BAB I, hal 34 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017

BAB I PENDAHULUAN

lama sekolah serta indeksnya dihitung dengan rata-rata geometrik sehingga

untuk IPM tahun 2013 telah direkalkulasi dengan metode baru tersebut.

Nilai IPM DKI Jakarta selama tahun 2013-2016 terus meningkat setiap

tahunnya sekaligus menjadi Provinsi dengan nilai IPM tertinggi se-

Indonesia. Pada tahun 2013 IPM DKI Jakarta sebesar 78,08 dan terus

meningkat hingga pada tahun 2016 IPM DKI Jakarta menjadi sebesar

79,60. Secara grafis nilai IPM DKI Jakarta selama 4 tahun terakhir dapat

dilihat pada Grafik I.13 berikut.

Diantara Kota/ Kab Administrasi di Provinsi DKI Jakarta, angka IPM

Kota Jakarta Selatan adalah yang paling tinggi diantara wilayah lainnya di

Jakarta. Sementara untuk indeks pendidikan, yang diwakili oleh indikator

HLS dan RLS, Kota Jakarta Timur menempati posisi yang paling tinggi se-

DKI Jakarta. Secara grafis nilai IPM Kota/ Kab Administrasi se-DKI Jakarta

selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik I.14 berikut.

Indikator Satuan 2013 2014 2015 2016

IPM 0-100 78,08 78,39 78,99 79,60

Angka harapan hidup saat lahir (AHH) Tahun 72,19 72,27 72,43 72,49

Harapan lama sekolah (HLS) Tahun 12,24 12,38 12,59 12,73

Rata-rata lama sekolah (RLS) Tahun 10,47 10,54 10,70 10,88

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Ribu Rupiah 16.828,00 16.898,00 17.075,00 17.468,00

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.13

Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta Tahun 2013 - 2016

78,08

78,39

78,99

79,60

78,00

78,50

79,00

79,50

80,00

2013 2014 2015 2016

IPM

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - Bappeda Provinsi DKI Jakarta · Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan . BAB I, hal 4 dari 35 LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LKPJ-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 BAB I, hal 35 dari 35

BAB I PENDAHULUAN

Indikator 2013 2014 2015 2016

Jakarta Pusat 78,81 79,03 79,69 80,22

Jakarta Utara 77,16 77,29 78,30 78,78

Jakarta Barat 78,79 79,38 79,72 80,34

Jakarta Selatan 82,72 82,94 83,37 83,94

Jakarta Timur 79,88 80,40 80,73 81,28

Kepulauan Seribu 67,62 68,48 68,84 69,52

DKI Jakarta 78,08 78,39 78,99 79,60

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2014-2017

Grafik I.14

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Wilayah Kota/KabTahun 2013-2016

78,81 79,03 79,69

80,22

77,16 77,29

78,30 78,78 78,79

79,38 79,72

80,34

82,72 82,94 83,37

83,94

79,88 80,40

80,73 81,28

67,62

68,48 68,84

69,52

78,08 78,39

78,99 79,60

65,00

67,00

69,00

71,00

73,00

75,00

77,00

79,00

81,00

83,00

85,00

2013 2014 2015 2016

Jakarta Pusat

Jakarta Utara

Jakarta Barat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Kepulauan Seribu

DKI Jakarta