Bab I Pendahuluan A

46
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Sampai dengan saat ini belum ada sesuatu data atau fakta yang dapat dijadikan bukti bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia sudah berhasil baik. Beberapa indikator mulai dari rataan nilai UAN, batas kelulusan secara nasional, lebih-lebih hasil di forum internasional International Mathematical Olympiad (IMO) misalnya masih menunjukkan hasil yang jauh dari menggembirakan. Rendahnya hasil pembelajaran matematika di Indonesia ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas pembelajaran yang diselenggarakan guru di sekolah. Rendahnya kualitas pembelajaran ini, diakibatkan oleh bermacam-macam sebab, salah satu di antaranya kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang dipilih guru dalam pengembangan silabus dan skenario pembelajaran yang dirumuskan, yang bermuara pada kurang efektifnya pembelajaran yang dikembangkan di kelas. Wacana untuk menyelaraskan pendekatan pembelajaran yang tepat, sebenarnya sudah direkomendasikan oleh Great Britain Departement Education and Science (1982) yang merupakan laporan dari Commettee of Inquairy into the Teaching of Mathematics in School, yang biasa kita kenal dengan istilah The Cocroft Report ini, pada paragraph 243, direkomendasikan bahwa: “Pembelajaran matematika pada semua level pendidikan, seharusnya meliputi kesempatan berlangsungnya kegiatan: eksposisi dari guru diskusi antara guru dengan siswa dan diskusi antar siswa. adanya kerja praktek (practical work) yang serasi konsolidasi dan latihan ketrampilan fundamental dan rutin pemecahan masalah (problem solving) yang berisi juga mengenai penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. kerja investigasi. Mengacu pada Cocroft Report di atas maka porsi pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan investigasi perlu ditingkatkan. Demikian juga kalau kita simak Standar Isi untuk

Transcript of Bab I Pendahuluan A

Page 1: Bab I Pendahuluan A

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Sampai dengan saat ini belum ada sesuatu data atau fakta yang dapat dijadikan bukti bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia sudah berhasil baik. Beberapa indikator mulai dari rataan nilai UAN, batas kelulusan secara nasional, lebih-lebih hasil di forum internasional International Mathematical Olympiad (IMO) misalnya masih menunjukkan hasil yang jauh dari menggembirakan. Rendahnya hasil pembelajaran matematika di Indonesia ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas pembelajaran yang diselenggarakan guru di sekolah. Rendahnya kualitas pembelajaran ini, diakibatkan oleh bermacam-macam sebab, salah satu di antaranya kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang dipilih guru dalam pengembangan silabus dan skenario pembelajaran yang dirumuskan, yang bermuara pada kurang efektifnya pembelajaran yang dikembangkan di kelas. Wacana untuk menyelaraskan pendekatan pembelajaran yang tepat, sebenarnya sudah direkomendasikan oleh Great Britain Departement Education and Science (1982) yang merupakan laporan dari Commettee of Inquairy into the Teaching of Mathematics in School, yang biasa kita kenal dengan istilah The Cocroft Report ini, pada paragraph 243, direkomendasikan bahwa: “Pembelajaran matematika pada semua level pendidikan, seharusnya meliputi kesempatan berlangsungnya kegiatan: eksposisi dari guru diskusi antara guru dengan siswa dan diskusi antar siswa. adanya kerja praktek (practical work) yang serasi konsolidasi dan latihan ketrampilan fundamental dan rutin pemecahan masalah (problem solving) yang berisi juga mengenai penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. kerja investigasi. Mengacu pada Cocroft Report di atas maka porsi pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan investigasi perlu ditingkatkan. Demikian juga kalau kita simak Standar Isi untuk

Page 2: Bab I Pendahuluan A

“ MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN ”

1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi

dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara

pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis

untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau

rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Metode ceramah ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional atau

konvensional. Dalam metode ceramah, guru menerangkan dan murid mendengarkan informasi

yang disampaikan oleh sang guru. Selesai, habis perkara. Namun demikian, metode ceramah

yang lebih bagus dapat menggunakan alat peraga untuk menjelaskan, berupa gambar atau

grafik yang digunakan untuk lebih memperjelas informasi.

Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan.

Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar

informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat

mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima

informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

1. Membuat siswa pasif

2. Mengandung unsur paksaan kepada siswa

3. Mengandung daya kritis siswa

4. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang

lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

5. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.

6. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

7. Bila terlalu lama membosankan

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

d. Mudah dilaksanakan

Eka Gunawan( dalam web http://nilaeka.blogspot.com)

Page 3: Bab I Pendahuluan A

2. METODE TANYA JAWAB

Metode pembelajaran tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan

mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut.

Metode tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik,

menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi

pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan

terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang

menarik.

Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan

mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.

Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya

dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa

untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan

lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi

membaca materi yang akan dibahas.

Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa

menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab,

terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi

akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa

khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan dengan metode tanya jawab

tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah

Metode Tanya jawab memiliki kelebihan dan kelemahan yakni Metode ini dapat

digunakan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan luas kepada peserta

didik, namun dalam situasi tertentu sulit untuk digunakan dalam kelas yang terlalu besar.

Wijaya Kusumah( dalam web http://public.compasiana)

METODE DISKUSI

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi

melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat

terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua

anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.

Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini

sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang

Page 4: Bab I Pendahuluan A

menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi,

dan suasana diskusi tanpa tekanan

Wijaya Kusumah (dalam web http://public.compasiana)

Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru

hendak:

1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa.

2. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya.

3. Mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai.

4. Membantu siswa belajar berpikir secara kritis.

Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi antara lain:

1. Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru

meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang

akan didiskusikan.

2. Guru menjelaskan tujuan diskusi.

3. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi

pelajaran yang didiskusikan.

4. Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak.

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

1. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau

mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.

2. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber

atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban

pemecahan problem yang diajukan.

3. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh

setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.

4. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap

pendapat yang baru dikemukakan.

Adapun kelebihan metode diskusi sebagai berikut:

1. Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari

berbagai sumber data.

Page 5: Bab I Pendahuluan A

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem

bersama-sama.

4. Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.

5. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau

menentang pendapat teman-temannya.

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:

1. Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat

problematis saja yang dapat didiskusikan.

2. Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.

3. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.

4. Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang

karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.

Kiranawati(Dalam web http://gurupkn.wordpress.com)

4. METODE DEMONSTRASI

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,

kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang

disajikan.Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board,

mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa

dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain

peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.

Pada metode demonstrasi diperlihatkan suatu proses kejadian atau cara kerja suatu alat kepada

siswa. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh gu-ru sendiri, dibantu beberapa siswa, atau

dilakukan oleh sekelompok siswa. Pada pelaksanaannya metode ini tidak hanya

memperlihatkan sesuatu sekedar untuk dilihat, tetapi banyak dipergunakan untuk

mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan suatu masalah, memperlihatkan

penggunaan suatu prinsip, menguji kebenaran suatu hukum yang diperoleh secara teoretis dan

untuk memperkuat suatu pengertian. Metode ini dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas

dan konkrit, sehingga diharapkan dapat difahami secara lebih mendalam dan bertahan lama

dalam pikiran siswa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum metode ini dilakukan di antaranya:

materi yang didemonstrasikan harus diujicoba terlebih dahulu, tujuan yang ingin dicapai harus

ditetapkan dengan jelas serta demonstrasi yang dilakukan harus dapat dilihat dengan jelas oleh

semua siswa.

Page 6: Bab I Pendahuluan A

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut

1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja

suatu benda

2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.

2. Tidaksemuabendadapatdidemonstrasikan

3. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang

didemonstrasikan

Eka Gunawan (dalam web http://nilaeka.blogspot.com)

5. METODE KARYA WISATA

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu

oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan

peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Lingkungan dan masyarakatnya dapat digunakan untuk area belajar siswa, jadi siswa

tidak hanya belajar di dalam kelas. Melaksanakan karyawisata adalah suatu cara untuk

memperluas pengalaman siswa, berupa kunjungan yang direncanakan ke suatu objek untuk

mencapai tujuan tertentu atau untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Suatu karyawisata akan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan apabila guru

mempersiapkan sebaik-baiknya. Untuk itu guru perlu mengetahui apa yang akan dilihat siswa

dan informasi apa yang akan didapat. Jika memungkinkan guru sebaiknya mengadakan survey

awal ke objek karyawisata yang akan dikunjungi, untuk mendapatkan informasi seperlunya

mengenai hal-hal yang dapat dimanfaatkan siswa untuk dipelajari. Setelah itu guru

mengadakan perencanaan pengaturan waktu, jumlah siswa yang akan diikutsertakan, peralatan

yang diperlukan, serta bentuk tugas yang diberikan ketika siswa melaksanakan karyawisata.

Bentuk tugas tersebut dapat diperuntukkan bagi individual ataupun kelompok.

Hasil dari pelaksanaan karyawisata selain dilaporkan dalam bentuk karya tulis,

sebaiknya dibahas dalam diskusi kelas sehingga menghasilkan suatu persepsi yang benar

dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Persepsi tersebut terutama merupakan materi

penunjang yang dapat memperluas wa-wasan siswa terkait dengan konten dalam materi

pembelajaran

Page 7: Bab I Pendahuluan A

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :

1. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan

lingkungan nyata dalam pengajaran.

2. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan

kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.

3. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :

1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.

2. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.

3. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,

sedangkan unsur studinya terabaikan.

4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di

lapangan.

5. Biayanya cukup mahal.

6. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan

keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Eka Gunawan( dalam web http://nilaeka.blogspot.com)

6.METODE PENUGASAN

Metode penugasan adalah metode dimana guru memberi tugas tertentu agar siswa

melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang

untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina

kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dalam metode ini sulit mengawasi

mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri

Pembelajaran menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu

agar siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Belajar mandiri ini dapat dilakukan

secara individual maupun kelompok. Selain ke-mandirian, metode ini juga merangsang siswa

untuk belajar lebih banyak dari berbagai sumber, membina disiplin dan tanggung jawab siswa,

serta membi-na kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.

Pemberian tugas yang dilakukan guru harus terdeskripsikan dengan jelas dan

terevaluasi dengan benar. Setelah tugas dievaluasi, guru dituntut untuk memberikan timbal

balik yang dapat memperbaiki pemahaman ataupun cara penyelesaian masalah yang dimiliki

siswa. Apabila tugas harus diselesaikan secara berkelompok, sebaiknya guru juga

Page 8: Bab I Pendahuluan A

mendeskripsikan tugas untuk anggota kelompok agar terhindar adanya siswa yang tidak turut

ambil bagian dalam pelaksanaan tugas kelompok.

Dengan metode pemberian tugas, sumber belajar bagi siswa tidak hanya berasal dari

guru. Selain itu sumber belajar, khususnya berupa buku pegangan seharusnya dioptimalkan

penggunaannya oleh siswa untuk belajar mandiri melalui tugas belajar yang dikontrol oleh

guru.

Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka:

1. Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa

2. Hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu

kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang

bersangkutan

3. Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

Roestiah( dalam web http://smacepiring.wordpress.com)

7. METODE EKSPERIMEN

Ada dua istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen

ini, yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih cenderung untuk

membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau mempraktikkan suatu

teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperi-men bertujuan untuk mengetahui/menyelidiki

sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen

memegang peranan yang penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan

metode dan sikap ilmiah bagi siswa.

Dalam menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan

lembar kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam me-laksanakan tugas

prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang petunjuknya begitu

lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak ada peluang untuk melatih

kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah dan

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau

buku.

Page 9: Bab I Pendahuluan A

1. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi

(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.

2. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-

terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat

bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan

mengadakan ekperimen.

2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti

untuk melanjutkan pelajaran.

3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi

Eka Gunawan( dalam web http://nilaeka.blogspot.com)

8. METODE BERMAIN PERAN

Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah –

olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep.

Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami

konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama, metode lebih menekankan

pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima

hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu: :

Kemampuan guru dalam menggunakan metode

Tujuan pengajaran yang akan dicapai

Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.

Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

Roestiah( dalam web http://smacepiring.wordpress.com)

Model pembelajaran bermain peran dalam pembelajaran apresiasi drama merupakan

salah satu masalah yang perlu menjadi perhatian para pendidik karena guru yang kreatif akan

selalu mencari model pembelajaran yang baru dalam proses pemecahan masalah

pembelajaran. Selama ini, khususnya kemampuan siswa dalam apresiasi drama sangat rendah

sehingga menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran. Faktor penyebabnya antara lain (a)

belum dimanfaatkannya bahan pengajaran drama secara maksimal, (b) aspek afektif siswa

yang cenderung diabaikan dalam pembelajaran apresiasi drama, (c) pembelajaran apresiasi

drama lebih mementingkan hasil sebagai produk daripada proses, (d) peserta didik selalu

Page 10: Bab I Pendahuluan A

merasa bosan dan jenuh dalam belajar apresiasi drama, dan (e) terbatasnya pemahaman guru

bahasa dan sastra Indonesia dalam apresiasi drama. Masalah-masalah itu perlu dicarikan

solusinya, dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar

yang lebih aktif, kreatif, demokratis, kolaboratif dan konstruktif

Nurasia(dalam web http://ind.sps.upi.edu/?p=175)

9. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF(CooperativeLearning)

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara

berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4

sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan

memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan

memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang

bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar  dalam kelompok secara kooperatif

2. kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah

3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis

kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku,

budaya, jenis kelamin yang berbeda pula,

4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Slavin (dalam web http:// ipotes.wordpress.com)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga

tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif,

yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang

mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua,

pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku,

agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran

Page 11: Bab I Pendahuluan A

kooperatif ialah  untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang

dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,

memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam

kelompok dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil

belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain:

1. Siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran

2. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

3. Meningkatkan ingatan siswa

4. Meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.

9. Model Pembelajaran STAD(Student Team Achievement Division)

Model pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas,

tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim. Presentasi kelas dalam model

pembelajaran STAD dapat dilaksanakan dimana materi diperkenalkan melalui pembelajaran

langsung atau diskusi dengan presentasi audiovisual. Dalam hal ini, peserta didik harus benar

– benar memberi perhatian penuh selama kegiatan presentasi berlangsung. Tim dalam model

pembelajaran STAD adalah kelompok – kelompok peserta didik yang terdiri dari 4-5 orang

yang mewakili kinerja akademik, jenis kelamin, etnis dan sebagainya. Fungsi tim ini adalah

memastikan bahwa semua anggota tim benar -benar belajar dan mempersiapkan setiap

anggotanya untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik. Kuis dalam model pembelajaran

STAD dapat dilaksanakan setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan

presentasi. Kuis dilaksanakan secara individual dan peserta didik tidak boleh saling membantu

dalam mengerjakannya. Dalam mengerjakan kuis, setiap peserta didik bertanggung jawab

secara individu untuk memahami materinya. Skor kemajuan individual merupakan gagasan

untuk memberikan kesempatan peserta didik bekerja lebih giat dan memberikan kontribusi

maksimal terhadap kinerja tim. Setiap peserta didik memiliki skor “awal” yang diperoleh dari

rata – rata kinerja peserta didik sebelum mengerjakan kuis. Selanjutnya peserta didik akan

mengumpulkan skor untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis dibandingkan

dengan skor awal mereka. Rekognisi tim merupakan penghargaan terhadap kinerja tim. Tim

akan memperoleh penghargaan apabila skor rata – rata mencapai criteria tertentu yang telah

disepakati bersama

Berdasarkan uraian diatas, langkah – langkah model pembelajaran STAD yang dapat

dilakukan meliputi ;

Page 12: Bab I Pendahuluan A

1. Peserta didik membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggota 4-5 orang secara

heterogen menurut prestasi, jenis kelamin, etnis dan sebagainya.

2. Guru menyajikan pembelajaran dengan terlebih dahulu memilih materi pokok yang akan

dipelajari

3. Guru membagi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

Anggota kelompok yang telah paham, menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua

anggota kelompok mengerti.

4. Guru memberikan kuis atau pertanyaan dan saat menjawab kuis, tidak boleh saling

membantu

5. Memberi evaluasi

6. Penutup

11. Model Pembelajaran TGT ( Team – Game – Tournament )

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan

status, melibatkan peserta didik sebagai tutor sebaya, mengandung unsure permainan dan

reinforcement. Aktifitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat

belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat

dan keterlibatan belajar

Ada lima komponen dalam model pembelajaran TGT, yaitu Penyajian kelas.Pada

awal pembelajaran, guru menyajikan materi dalam penyajian kelas yang dilakukan melalui

pembelajaran langsung atau diskusi kelas. Pada saat ini, peserta didik harus benar – benar

memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan, karena akan membantu peserta

didik berkerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan

menentukan skor kelompok.

Kelompok (Team). Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen

dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk

mendalami materi bersama teman sekelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan

anggota kelompok agar berkerja dengan baik dan optimal pada saat game.

Game. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan

yang diperoleh peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game

dirancang dengan membuat pertanyaan- pertanyaan bernomor. Peserta didik memilih kartu

bernomor dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor tersebut. Peserta didik yang

menjawab benar pertanyaan akan memperoleh skor. Skor ini akan dikumpulkan untuk

turnamen mingguan.

Page 13: Bab I Pendahuluan A

Turnamen. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir setiap materi

pokok setelah guru melakukan prsentasin kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar

kerja. Turnamen pertama, guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen.

Tiga peserta didik dengan prestasi tertinggi dikelompokkan dalam meja 1, tiga peserta didik

selanjutnya pada meja 2 dan seterusnya. Setelah beberapa kali turnamen, peserta didik dapat

digeser sesuai dengan tingkat pencapaian skor yang diperolehnya.

Penghargaan Kelompok. Guru mengumumkan pemenang pada turnamen, dimana setiap

kelompok memperoleh penghargaan apabila memperoleh criteria tertentu. Pengelompokan

dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan sebagai “ Super Team “ jika rata-rata skor 45

atau lebih, “ Great Team “ jika rata-rata skor 40–45 dan “ Good Team “ jika rata–rata skor 30–

40.

Kesetaraan Antara Model Pembelajaran STAD dan TGT.

Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran STAD dan TGT diatas, model

pembelajaran STAD setara dengan model pembelajaran TGT. Hal-hal yang menunjukkan

adanya kesetaraan model pembelajaran STAD dengan TGT antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan motivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya. Hal ini

diwujudkan adanya skor kemajuan individual.

2. Pengelompokan peserta didik dalam kegiatan pembelajarannya dilaksanakan secara

heterogen, tanpa memandang adanya perbedaan prestasi akademis, jenis kelamin, etnis

dan sebagainya.

3. Kegiatan dilaksanakan untuk meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.

4. Terdapat kerjasama dalam kelompok untuk memastikan kesiapan masing – masing

anggota kelompok dalam kegiatan selanjutnya

5. Terdapat tanggung jawab individual yaitu pada saat kuis pada STAD dan saat game pada

TGT

6. Terdapat kompetisi yang sehat dan tujuan kelompok yang akan dicapai

7. Memberi kesempatan sukses yang sama untuk semua peserta didik, karena setiap peserta

didik akan saling membantu kesiapan anggota kelompoknya untuk berkompetisi sehingga

masing – masing anggota memperoleh hasil yang baik.

Ach Fao Zie (dalam web http://pasca.uns.ac.id/?p=80)

DAFTAR PUSTAKA

Ach Fao Zie. Kesetaraa model pembelajaran antara model pembelajaran STAD dan TGT.

http://pasca.uns.ac.id. Pada tanggal 26 september jam 20.00 wib

Page 14: Bab I Pendahuluan A

Eka Gunawan. Macam-macam metode pembelajaran. http://nilaeka.blogspot.com. Pada tanggal

11 september 2010 jam 11.00 wib.

Kiranawati. Metode diskusi. http://gurupkn.wordpress.com. Pada tanggal 27 september jam

20.00 wib

Muhibbin. Macam-macam metode pembelajaran. http:// one indoskripsi.com. Pada tanggal 11

september jam 11.00 wib.

Nurasia. Penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan

Kemampuan Apresiasi Drama. http://ind.sps.upi.edu/?p=175. Pada tanggal 27

september jam 20.00 wib

Roestiyah. Pendekatan dan metode pembelajaran. http://smacepiring.wordpress.com. Pada

tanggal 11 september jam 11.00 wib.

Slavin. Metode pembelajaran kooperatuf. http://ipotes.wordpress.com. Pada tanggal 11

september 2010. jam 11.00 wib.

Wijaya Kusumah. Macam-macam metode pembelajaran. http://public. Compasiana.com. Pada

tanggal 11 september jam 11.00 wib.

Page 15: Bab I Pendahuluan A

KANGGE LATAR BELAKANG

PAI

Pendidikan merupakan kata yang sudah sangat umum. Karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap orang mengenal istilah pendidikan. Begitu juga Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Masyarakat awam mempersepsikan pendidikan itu identik dengan sekolah, pemberian pelajaran, melatih anak dan sebagainya. Sebagian masyarakat lainnya memiliki persepsi bahwa pendidikan itu menyangkut berbagai aspek yang sangat luas,termasuk semua pengalaman yang diperoleh anak dalam pembetukan dan pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berisikan ajaran Islam.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa :

"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara" .

Sedangkan definisi pendidikan agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan MI adalah :

"Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman."

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam ( knowing ), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam ( doing ), dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari ( being ).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat.

Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam definisi pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan keluarga , sekolah dan lingkungan masyarakat.

Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan agama Islam saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran agama tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh hasil semaksimal mungkin.

Apabila kita perhatikan dalam proses perkembangan Pendidikan Agama Islam, salah satu kendala yang paling menonjol dalam pelaksanaan pendidikan agama ialah masalah metodologi. Metode merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan, materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan Agama diperlukan suatu pengetahuan tentang metodologi Pendidikan Agama, dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh pengertian dan kemampuan sebagai pendidik yang profesional

Page 16: Bab I Pendahuluan A

Guru-guru Pendidikan Agama Islam masih kurang mempergunakan beberapa metode secara terpadu. Kebanyakan guru lebih senang dan terbiasa menerapkan metode ceramah saja yang dalam penyampaiannya sering menjemukan peserta didik. Hal ini disebabkan guru-guru tersebut tidak menguasai atau enggan menggunakan metode yang tepat, sehingga pembelajaran agama tidak menyentuh aspek-aspek paedagogis dan psikologis.

Setiap guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai metode yang dapat digunakan dalam situasi tertentu secara tepat. Guru harus mampu menciptakan suatu situasi yang dapat memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Menciptakan situasi berarti memberikan motivasi agar dapat menarik minat siswa terhadap pendidikan agama yang disampaikan oleh guru. Karena yang harus mencapai tujuan itu siswa, maka ia harus berminat untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menarik minat itulah seorang guru harus menguasai dan menerapkan metodologi pembelajaran yang sesuai.

Metodologi merupakan upaya sistematis untuk mencapai tujuan, oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Tujuan harus dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sebelum seseorang menentukan dan memilih metode pembelajaran yang akan dipergunakan. Karena kekaburan dalam tujuan yang akan dicapai, menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang tepat.

Setiap mata pelajaran memiliki kekhususan-kekhususan tersendiri dalam bahan atau materi pelajaran, baik sifat maupun tujuan, sehingga metode yang digunakan pun berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Misalnya dari segi tujuan dan sifat pelajaran PAI aspek fiqih, seperti tentang tata cara berwudhu umpamanya yang bersifat praktis dan menekankan pada aspek keterampilan. Oleh karena itu, cara penyajiannya atau metode yang dipakai harus berbeda.

Selain dari kekhususan sifat dan tujuan materi pelajaran yang dapat membedakan dalam penggunaan metode, juga faktor tingkat usia, tingkat kemampuan berpikir, jenis lembaga pendidikan, perbedaan pribadi serta kemampuan guru , dan sarana atau fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini semua sangat mempengaruhi guru dalam memilih metode yang tepat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dalam menyampaikan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, ada beberapa metode yang

dapat diterapkan guru yaitu Practical Work. Metode ini dianggap efektif karena dapat mendorong

anak untuk berpikir aktif, kreatif, melakukan serta mengalami pengalaman secara langsung, dan

tentunya menyenangkan. Untuk merealisasikannya, maka harus disertai dengan kemampuan guru

dalam mengelola kelas dan menerapkan strategi pembelajarannya.

Metode di atas sering digunakan guru dalam pembelajaran perbaikan bila ditemukan

berbagai kasus kesulitan belajar yang ditandai dengan rendahnya prestasi yang dicapai siswa.

Pembelajaran perbaikan ini tidak dapat dipungkiri mengingat masih banyak siswa kelas II SDN

Warujayeng VI Tanjunganom Nganjuk yang memiliki kesulitan memahami pelajaran, misalnya

kesulitan dalam memahami konsep tata cara berwudhu. Berdasar data temuan awal kelas II

misalnya, dari 29 siswa ternyata nilai rata-rata kelasnya hanya 53,52. Jika nilai ketuntasan belajar

Page 17: Bab I Pendahuluan A

ditetapkan sebesar minimal 75,00 maka nilai yang dicapai siswa pada studi awal di atas masih jauh

dari nilai yang ditetapkan.

Berdasarkan data temuan awal di atas maka untuk memperbaiki prestasi belajar siswa agar

dapat mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan, maka perlu adanya metode pengajaran

yang tepat dan yang hendak dikembangkan adalah Practical Work Learning.

Atas dasar permasalahan di atas maka terdorong keinginan untuk mengadakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan memilih judul: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP

TATA CARA BERWUDHU MELALUI METODE PRACTICAL WORK LEARNING MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS II SDN WARUJAYENG VI TANJUNGANOM NGANJUK

TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html

Page 18: Bab I Pendahuluan A

METODE PAI

Metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Metode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya. Dalam metode mangajar, faktor guru, siswa, bahan yang akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana, serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya. Dengan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam penggunaan suatu metode, maka sebenarnya cukup sulit bagi seorang guru untuk menetapkan metode yang paling baik dan harus dipakai di dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar pembelajaran tersebut berhasil.Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas, 2002 : 741 ) , berarti “ ilmu tetang metode; uraian tentang metode”. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama ( 2002 : 740) , berarti : ”Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.Sedangkan metode mengajar, Zuhairini dkk. ( 1981 : 68 ) memberikan definisi sebagai berikut: ”Metode mengajar adalah :o merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan.o merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.o merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan”.

Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini dkk. (1981 : 69) merumuskan pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam seperti berikut ini : “... segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah”.1

Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk pembelajaran shalat, misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya jawab , latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan ibadah kepada-Nya. Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru.Seorang guru harus senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan . Kemampuan intelektual dan metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru. Karena keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar ia dapat berperan sebagaimana mestinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam.Karena pendidikan merupakan perintah Allah, maka Allah banyak memberikan petunjuk tentang masalah pendidikan ini. Surah Al-Alaq ayat 1 – 5 yang merupakan wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan. Ayat

pertama surah ini merupakan perintah membaca ( ا �ق�ر� .( ا Membaca merupakan salah satu aktivitas dalam pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang tertulis maupun membaca fenomena alam yang tidak tertulis.Erwati Aziz di dalam bukunya Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ( 2003 : 2 ), mengungkapkan bahwa para ahli pendidikan Islam, seperti Hasan Langgulung, Muhammad Fadhil Jamali, dan Fathiyah Hasan Sulaeman, senantiasa memasukkan wahyu pertama ini sebagai ayat pendidikan. Mereka juga mengemukakan bahwa gaya bahasa dan ungkapan ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa ia mengandung nilai-nilai metodologis yang beragam sesuai dengan sasaran yang dihadapinya.

Salah satu ayat yang sarat dengan nilai metodologis yaitu Surah An-Nahl ayat 125 :

�ة� ن �ح�س� ال �م�و�ع�ظ�ة� و�ال �م�ة� �ح�ك �ال ب �ك� ب ر� �ل� �ي ب س� �ل�ي إ ��د�ع ا“Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik....” .

1

Page 19: Bab I Pendahuluan A

Bagian ayat �ك� ب ر� �ل� �ي ب س� �ل�ي إ ��د�ع adalah ا mengajarkan agama,

sedang ة�� ن �ح�س� ال �م�و�ع�ظ�ة� و�ال �م�ة� �ح�ك �ال ,itu adalah metode ( Abu Ahmadi ب1976 : 28 ).

Salah satu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pembiasaan dan pengamalan ; sebuah metode yang diisyaratkan secara implisit di dalam Surah Al Alaq. Pada waktu turun wahyu tersebut perintah iqra diulang-ulang oleh Malaikat Jibril. Latihan dan pengulangan yang merupakan metode praktis untuk memahami suatu materi pelajaran termasuk dalam metode ini. Dalam pegamalan ajaran agama , pembiasaan ini sangat penting , karena bila sudah terbiasa melakukannya dengan baik sejak kecil akan sulit untuk berubah dari kebiasaan tersebut.

Barangkali Anda merasa ada yang kurang dalam uraian ini, Anda diharapkan sekali untuk mengomenatarinya.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Abu . 1976 . Metodik Khusus Mengajar Agama . Semarang : Toha Putra

Aziz, Erwati. 2003. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo : Tiga Serangkai Pustaka

Ramayulis . 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam . Jakarta : Kalam Mulia

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa . 2002 . Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka

Zuhairini, dkk.. 1981. Metodik Khusus Pendidikan Agama . Malang : IAIN Sunan Ampel

Page 20: Bab I Pendahuluan A

Pendidikan agama lebih luas dari pada pengajaran agama. Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat mengajar dalam arti menyampaikan ilmu pengetahuan tentang agama kepada peserta didik , melainkan melakukan pembinaan mental spiritual yang sesuai dengan ajaran agama. Bahkan dalam arti luas dapat disamakan dengan pembinaan pribadi, yang dalam pelaksanaannya tidak hanya bisa terjadi melalui pelajaran yang diberikan dengan sengaja saja, melainkan menyangkut semua pengalaman yang dilalui anak sejak lahir dan berlaku untuk semua lingkungan hidup anak, mulai dari lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekolah dan sampai lingkungan masyarakat.

Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Islam selain harus seorang Muslim yang taat mengamalkan ajaran agamanya, mengetahui dan memahami, meresapi dan menghayati soal-soal yang berkaitan dengan pengetahuan agama Islam, juga dituntut untuk menguasai metodologi pendidikan agama, baik teori maupun aplikasinya.

Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru memerlukan wawasan yang luas dan utuh tentang kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses pembelajaran itu terjadi serta langkah-langkah apa yang diperlukan sehingga tugas-tugas kependidikannya bisa dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Salah satu metode pendidikan yang diisyaratkan Allah di dalam Al Quran surah Al-Alaq adalah metode pembiasaan dan pengulangan. Latihan dan pengulangan yang merupakan metode praktis untuk menghafalkan atau menguasai suatu materi pelajaran termasuk ke dalam metode ini. Di dalam surah Al-Alaq metode ini disebut secara implisit, yakni dari cara turunnya wahyu pertama ( ayat 1-5 ). Malaikat Jibril menyuruh Muhammad Rasulullah SAW dengan mengucapkan

ا �ق�ر� :dan Nabi menjawab ( ! baca ) إ

�ق�ار�ئ ب �ا �ن ا م�ا( saya tidak bisa membaca ), lalu malaikat Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang sama. Hal ini terulang sampai 3 kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan Jibril tersebut ( Erwita Aziz, 2003: 81).

Dengan demikian, menurut Erwita Aziz metode pembiasaan dan pengulangan yang digunakan Allah dalam mengajar Rasul-Nya amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kalbunya.

Di dalam ayat 6 surah Al-A’la, Allah menegaskan metode itu :

�ن�سي ت � ف�ال �ك� �ق�ر�ئ ن س�“ Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa” .

Ayat ini menegaskan bahwa Allah membacakan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW., kemudian Nabi mengulanginya kembali sampai ia tidak lupa apa yang telah diajarkan-Nya. Dalam ayat 1 – 5 Surah Al Alaq, Jibril membacakan ayat tersebut dan Nabi mengulanginya sampai hafal (Erwita Aziz, 2003: 82).

Perintah membaca dalam surah Al Alaq tersebut terulang sebanyak dua kali, yaitu pada ayat pertama dan ketiga. Hal ini menjadi indikasi bahwa metode pembiasaan dalam pendidikan sangat diperlukan agar dapat menguasai suatu ilmu.

Page 21: Bab I Pendahuluan A

Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dan pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan seorang pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didiknya. ”Kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi” ( Edi Suardi, tt. : 123 ). Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupannya nanti akan menjadi seorang Muslim yang saleh.

Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting, karena banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Kalau seseorang sudah terbiasa shalat berjamaah, ia tak akan berpikir panjang ketika mendengar kumandang adzan, langsung akan pergi ke masjid untuk shalatberjamaah.

Pembiasaan ini akan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.

Pembiasaan shalat, misalnya, hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah SAW. memerintahkan kepada para orang tua dan pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, ketika berumur tujuh tahun, sebagimana sabdanya yang diriwayatkan Tirmidzi :

ر� ع�ش� �غ� �ل ب �ذ�ا ا و� �ن� �ي ن س� �ع� ب س� �غ� �ل ب �ذ�ا ا �ة� �الص0ال ب �ي0 الص0ب و�ا � م�ر�ه�ا �ي ع�ل ��و�ه ف�اض�ر�ب �ن� �ي ن س�

“Suruhlah olehmu anak-anak itu shalat apabila ia sudah berumur tujuh tahun, dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun, maka hendaklah kamu pukul jika ia meninggalkan shalat”.

Berawal dari pembiasaan sejak kecil itulah, peserta didik membiasakan dirinya melakukan sesuatu yang lebih baik. Menumbuhkan kebiasaan yang baik ini tidaklah mudah, akan memakan waktu yang panjang. Tetapi bila sudah menjadi kebiasaan , akan sulit pula untuk berubah dari kebiasaan tersebut.

Penanaman kebiasaan yang baik , sebagaimana sabda Rasulullah SAW di atas, sangat penting dilakukan sejak awal kehidupan anak. Agama Islam sangat mementingkan pendidikan kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan peserta didik mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan. Beberapa metode dapat diaplikasikan dalam pembiasaan ini. ”Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam pendekatan pembiasaan antara lain : metode Latihan (Drill), Metode Pemberian Tugas, Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen”( Ramayulis, 2005 : 129 ).

Bagaimana ? Tentu Anda punya pendapat lain yang bisa melengkapi tulisan ini. Baiklah komentar Anda ditunggu.

DAFTAR RUJUKAN

Aziz, Erwati. 2003. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo : Tiga Serangkai Pustaka

Ramayulis . 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam . Jakarta : Kalam Mulia

Suardi, Edi . tt . Pedagogik 2 . Cetakan ke- 2 . Bandung : Angkasa.

Page 22: Bab I Pendahuluan A

B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, yang selalu mengandung

fikiran para ahli dan pecinta pembaharuan. Para cendekiawan di bidang pendidikan

masing-masing memberi pandangan tentang masalah yang berhubungan dengan

pendidikan. Sekalipun mereka berlainan pendapat dalam memberi batasan tentang

pendidikan, akan tetapi ada kesepakatan diantara mereka bahwa pendidikan itu

dilaksanakan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, demi kesempurnaan

pribadinya.

Untuk membahas pengertian pendidikan agama Islam, maka harus dimengerti

terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut dengan pendidikan itu sendiri. Sehubungan

dengan hal ini penulis mencoba mengemukakan teori pendapat yang berkaitan dengan

pengertian pendidikan.

a. Menurut Ahmad D. Marimba

“Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama”.

b. Menurut Ki Hajar Dewantara

“Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk

keselamatan dan kebahagiaan umat”.

c. Menurut Soegarda Poerbakawaca

“Pendidikan adalah segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan

pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi

muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya”.

d. Sedangkan menurut Mortimer J. Adler

“Pendidikan adalah dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang

diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang

baik melalui sarana yang secara artistic dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu

orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik”

Berpijak dari paduan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan

proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar, seksama dan dengan pembiasaan melalui

bimbingan, latihan dan sebagainya yang semuanya bertujuan untuk membentuk kepribadian

anak didik secara bertahap.

Jadi apabila ketiga rumusan pendidikan tersebut dipadukan dapat ditarik kesimpulan,

bahwa pendidikan mempunyai pengertian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama,

terencana dan bertujuan, yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu

pengetahuan dan keterampilan menyampaikannya kepada anak didik secara bertahap. Apa

Page 23: Bab I Pendahuluan A

yang diberikan kepada anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya

dimasyarakat, dimana kelak mereka hidup.

Selanjutnya, sebelum membahas lebih jauh tentang pendidikan agama perlu kiranya kita

ketahui, yang dimaksud Pendidikan Agama disini adalah identik dengan pendidikan agama

Islam. Agar tidak ada kesalah pahaman dalam mengartikannya, maka dari itu akan dibahas

dengan memperbandingkan pendapat para ahli, sehingga dapat diketahui lebih jauh dan lebih

mendalam tentang pendidikan agama Islam.

Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian pendidikan agama Islam, antara

lain:

a. Menurut Omar Muhammad Al – Thoumy al – Syaebani

“Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam

kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam

sekitarnya melalui proses kependidikan.”

b. Menurut Ahmad D. Marimba

“Pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-

hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam”.

c. Pakar lain berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan pergaulan yang mengandung

rasa kemanusiaan terhadap anak dan mengarahkan kepada rasa kemanusiaan terhadap anak

dan mengarahkan kepada kebaikan disertai perasaan cinta kasih kebapakan dengan

menyediakan suasana yang baik dimana bakat dan kemampuan anak dapat tumbuh

berkembang secara lurus.

d. Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri

(Ditbinpasiun), pengertian pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung

di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta menjadikan ajaran-

ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya, sehingga dapat

mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.

Pengertian-pengertian di atas pada dasarnya mengandung pengertian yang sama

meskipun susunan bahasanya berbeda oleh karena itu beberapa pengertian di atas ditarik

kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan usaha yang diberikan pada

seseorang dalam pertumbuhan jasmani dan usaha rohani agar tertanam nilai-nilai ajaran agama

Islam untuk menuju pada tingkat membentuk kepribadian yang utama, yaitu kepribadian

muslim yang mencapai kehidupan dunia dan akhirat.

Pelaksanaan pendidikan agama harus dilakukan oleh pengajar yang meyakini,

mengamalkan dan menguasai bahan agama tersebut. Hal ini karena salah satu tujuan

Page 24: Bab I Pendahuluan A

pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan

pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga masyarakat dan pemerintah.

http://sobatbaru.blogspot.com/2008/08/pengertian-pendidikan-agama-islam.html

Page 25: Bab I Pendahuluan A

2. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI

a. Tujuan

Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan untuk:

1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2) Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) Al-Qur’an dan Hadits

2) Aqidah

3) Akhlak

4) Fiqih

5) Tarikh dan Kebudayaan Islam

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian

antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,

hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

3. Proses Pembelajaran Tata Cara berwudhu

a. Pengertian Wudhu

Wudhu adalah mensucikan diri dari segala hadast kecil sesuai dengan aturan syariat islam.

Niat Wudhu :NAWAITUL WUDHUU-A LIROF’IL HADATSIL ASGHORI FARDHOL LILLAHI TA’AALAA.

Artinya :Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil karena Allah Ta’ala.

Yang dapat membatalkan wudhu anda :a. mengeluarkan suatu zat dari qubul (kemaluan) dan dubur (anus). Misalnya buang air kecil, air besar, buang angin/kentut dan lain sebagainya.b. kehilangan kesadaran baik karena pingsan, ayan, kesurupan, gila, mabuk, dan lain-lain.c. Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya tanpa tutup.d. tidur dengan nyenyak, kecuali tidur mikro (micro sleep) sambil duduk tanpa berubah kedudukan.

Cara Berwudhu :a. membaca bismillahb. membasuh tanganc. niat wudhud. berkumur dan membesihkan gigi (3x)e. membasuh seluruh muka/wajah sampai rata (sela-sea janggut bila ada) (3x)

Page 26: Bab I Pendahuluan A

f. membasuh tangan hinnga siku merata (3x yang kanan dulu)g. membasuh rambut bagian depan hingga rata (3x)h. membasuh daun telinga/kuping hinnga merata (3x sebelah kanan dulu)i. membasuh kaki hingga mata kaki sampai rata (3x kanan dahulu)j. membaca doa setelah wudhu

Page 27: Bab I Pendahuluan A

prototipe/andrian 4 3/31/2010

3. Kedudukan Sarana Pendidikan (APP) Dalam Proses KBMTujuanKonsep/sub konsepStrategi atau Pendekatandan Metode Mengajaryang akan digunakanAlat atau MediaProses KBMHasilPDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.comprototipe/andrian 5 3/31/2010

4. Langkah-langkah Perencanaan Penggunaan Sarana Pendidikan APP/Media) dalam KBMPelajari GBPPRumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Khusus yang akan dicapai)Tetapkan Kedalaman dan Keluasan MateriTentukan Pendekatan dan MetodePerlu Pastikan Kebutuhan Tidak PerluAPP/ MediaTidak Periksa tersedianya Tersediatersedia APP/ MediaSediakanMembuatMembeliMeminjamDsb.Berfungsi Periksa Fungsinya Tidak BerfungsiLakukan PerbaikanLakukanPersiapanLaksanakan KBMAdakan PenilaianAdakan Tindak LanjutPDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.comprototipe/andrian 6 3/31/2010

5. Prinsip Umum Penggunaan APP dalam KBMa. Mempelajari GBPP mata pelajaran yang akan diajarkan;b. Mengidentifikasi kamampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan dalam KBM;c. Menentukan kedalaman dan keluasan materi, dengan cara:Menelaah buku pelajaran;Menelaah sumber lainnya;d. Menetapkan strategi belajar mengajar, dengan cara:Memilih metode yang yang tepat;Menentukan uirutan materi;Menentukan urutan langkah-langkah dalam KBM;Menentukan Pengelolaan/pengorganisasian kelas;e. Menentukan jumlah dan jenis APP yang akan digunakan, dengan memperhatikan:Kemampuan yang ingin dicapai;Metode yang yang akan digunakan;Materi yang akan diajarkan;f. Membuat MediaMemanfaatkan lingkungan sekolahanDibuat sendirig. Persiapan MengajarMencoba APP yang akan digunakanMenyiapkan jumlah dan jenis APP yang diperlukan

Page 28: Bab I Pendahuluan A

Menetapkan cara pengelolaan kelas/ organisasi kelash. Melaksanakan KBM;i. Menentukan kegiatan tindak lanjut (pengayaan, mengulang, melanjutkan).6. Beberapa Patokan Memilih dan Menggunakan Sarana PendidikanDalam KBM, sarana pendidikan sangat membantu guru maupun murid dalam mencapai tujuan pengajaran/ pembelajaran, oleh karena itu dalam memilih dan menentukan APP/ Media perlu diperhatikan beberapa hal berikut.a. Menarik perhatian dan minat siswa.b. Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkrit yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme, namun demikian jangan sampai menghambat kemampuan abstraksi siswa sesuai dengan tingkat kemampuan berfikirnya.c. Merangsang tumbuhnya pengertian dan usaha mengembangkan nilai-nilaid. Serbaguna dan berfungsi ganda.e. Sederhana, mudah digunakan dan mudah dirawat.f. Dapat dibuat sendiri oleh guru dan atau murid/siswa ataupun diambil dari lingkungan sekitar.7. Prinsip-prinsip Pengembangan Sarana Pendidikan (APP)a. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku.b. Desain alat disesuaikan dengan sifat percobaan yang berorientasi padapendekatan pelacakan dan pendekatan proses.c. Murah dan efektif dalam penggunaan.d. Tiap komponen alat mempunyai kegunaan ganda.e. Tiap proses dapat diamati dengan jelas.f. Dapat diproduksi di Indonesia dengan bahan-bahan yang terdapat di dalamnegeri.g. Kuat, sederhana dan menarik.h. Mudah dirawat dan tidak membahayakanDaftar Pustaka:Kerr, J.F. (1993) “Practical Work In School Science”, Leicester University Press.Keith Warres & Norman K. Lowe ‘ The Production of School ScienceEquipment”Thompson, J.J (ed). 1975 . “ Practical Work In Sixxth form Science” ScienceCentre Department of Educational Studies University of OxfordWoolnough, B & Allsop, T., (1985), “Practical Work In Science”,Cambridge University Press

Page 29: Bab I Pendahuluan A

Metode Penelitian Eksperimen http://andiprastowo.wordpress.com/2010/06/30/metode-penelitian-eksperimen/ Rate This

1. 1. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu metode yang dijalankan               dengan menggunakan suatu perlakuan (treatment) tertentu pada sekelompok orang atau kelompok, kemudian hasil perlakuan tersebut dievaluasi (Marzuki, 1999). Penelitian ini merupakan penelitian kausal (sebab-akibat), yang pembuktiannya diperoleh melalui komparasi/perbandingan antara:

1. Kelompok eksperimen (diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (tanpa perlakukan); atau ;

b.  Kondisi subjek sebelum perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan.

Penelitian eksperimen ada juga yang mendefinisikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat ( Abdullah, 2009:1). Menurut Davis penelitian eksperimental didasarkan pada asumsi bahwa dunia bekerja menurut hukum-hukum kausal. Hubungan sebab-akibat mungkin bukan merupakan pandangan akhir dari realita, tetapi penunjukan sebab      dan akibat bermanfaat dalam keadaan/kondisi yang sama (Davis, 2004:3).

Pada prinsipnya penelitian ini adalah metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab-akibat (Ramli, 2008). Gay bahkan menyatakan bahwa penelitian eksperimental               merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal /sebab-akibat ( dalam Emzir, 2008:63-64). Konsep penelitian eksperimen dimulai dengan pengertian yang sederhana misalnya tentang pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimanakah hubungan satu atau lebih variabel dalam suatu kondisi tertentu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, seorang peneliti pada umumnya akan mengembangkan satu atau lebih hipotesis yang menyatakan hubungan yang diharapkan membuat desain penelitian, mencari dan mengorganisasi data,                    untuk kemudian menganalisis, dan akhirnya memperoleh jawaban hipotesis              di atas.

1. 2. Karakteristik Metode Eksperimen 1. Menurut Danim (2002) dan Ardhana (2008) disebutkan bahwa beberapa

karakteristik penelitian eksperimental, yaitu meliputi;

1)      Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur              secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (rambang).

2)      Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line)                       untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental.

3)      Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi,              untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan                 dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen,            tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subyek, serta penempatan subyek dalarn kelompok-kelompok dilakukan             secara acak.

Page 30: Bab I Pendahuluan A

4)      Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.

5)      Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula                    dengan penggeneralisasian pada kondisi yang sama.

6)      Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

1. Menurut Emzir (2008:65) ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental, yakni; manipulasi, pengendalian,                          dan pengamatan.

1)      Manipulasi

Manipulasi langsung peneliti terhadap sekurang-kurangnya satu variabel bebas merupakan salah satu karakteristik                    yang membedakan semua penelitian eksperimental dari metode penelitian lain. Secara sederhana manipulasi dimaksudkan                    bahwa peneliti memutuskan apa bentuk atau nilai-nilai variabel bebas (atau sebab) yang akan diambil     dan kelompok mana                           akan mendapatkan bentuk yang mana. Walaupun desain suatu penelitian eksperimental dapat mencakup beberapa variabel                    yang ditentukan, sekurang-kurangnya satu variabel harus dimanipulasi (Gay, 1981:209-210). Sofa (2008) juga menegaskan bahwa pada penelitian eksperimen yakni berupa adanya kontrol terhadap variabel bebas (x) yang dapat dilakukan oleh peneliti sehingga menghasilkan hasil atau pengaruh (y), seperti yang diinginkan.

Sebagai contoh: jika variabel bebasnya adalah jumlah rivew, peneliti dapat memutuskan bahwa ada tiga kelompok, kelompok pertama menerima tanpa rivew, kelompok kedua menerima satu review, dan kelompok ketiga menerima dua review.

2)      Pengendalian

Menurut Gay (1981:210) pengendalian mengacu pada usaha-usaha pihak peneliti untuk menyingkirkan pengaruh suatu variabel (selain variabel bebas) yang dapat mempengaruhi formansi                    pada variabel terikat. Atau, peneliti ingin agar kelompok sedapat mungkin sama,  dengan demikian perbedaan utama di antara mereka hanyalah variabel bebas, perbedaan yang disebabkan oleh peneliti.

Contoh; untuk melukiskan pentingnya pengendalian, anggaplah kita melaksanakan suatu studi untuk membandingkan keefektifan tutor siswa versus tutor orang tua dalam pengajaran membaca di kelas 1 SD. Tutor siswa dapat merupakan siswa SD pada kelas yang lebih tinggi sedangkan tutor orang tua mungkin angota POM. Sekarang anggaplah tutor siswa membantu setiap anggota dari satu kelompok satu jam sehari untuk satu bulan, sementara tutor orang tua membantu setiap anggota dari kelompok kedua dua jam per minggu untuk satu bulan. Apakah  perbandingan tersebut berimbang? Tentu saja tidak. Subyek dengan tutor siswa menerima bantuan lebih banyak dari subyek dengan tutor orang tua (5 jam per minggu berbanding 2 jam per minggu). Dengan demikian, satu variabel yang harus dikendalikan yakni waktu. Agar perbandingannya adil, anggota dari kedua kelompok harus menerima bantuan membaca  dalam waktu yang sama banyak.

3)      Pengamatan

Pengamatan dalam metode eksperimental perlu dilakukan adalah dalam  rangka untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengamatan dilakukan pada ciri-ciri tingkah laku subyek yang diteliti.

Page 31: Bab I Pendahuluan A

Contoh, bila peneliti melakukan penelitian eksperimen untuk mengetahui apakah metode tertentu mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, maka setelah pelaksanaan perlakuan dilakukan pengukuran pada prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada kedua kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dengan menggunakan tes Pendidikan Agama Islam. Hasil tes kemudian dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan.

1. 2. Bentuk-Bentuk Metode Eksperimen

Ada 2 jenis penelitian eksperimen, yaitu eksperimen laboratorium     dan eksperimen lapangan (Sofa, 2008).

1. Eksperimen laboratorium adalah kajian penelitian di mana varian          dari hampir semua variabel bebas yang berpengaruh yang mungkin ada, namun tidak relevan dengan masalah yang sedang diselidiki, diminimumkan. Dilakukan dengan mengasingkan penelitian itu dalam suatu situasi fisik yang terpisah dari rutinitas kehidupan harian.

Kelebihan penelitian eksperimen laboratorium adalah :

1)      kemungkinan untuk pelaksanaan kontrol yang relatif sempurna

2)      dapat menggunakan pembagian acak dan dapat pula memanipulasi

satu atau beberapa variabel bebas

3)      tingkat ketelitian (presisi) hasil penelitian yang umumnya tinggi (asalkan prosedurnya tepat). Kelemahan penelitian eksperimen laboratorium adalah

4)      kurangnya kekuatan variabel bebas menyebabkan efek dari manipulasi eksperimental biasanya lemah,

5)      kesemuan (keartifisialan) situasi penelitian eksperimen.

1. Penelitian eksperimen lapangan adalah kajian penelitian dalam suatu situasi nyata (riel) dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel bebas dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat oleh pembuat eksperimen sejauh memungkinkan.

Kelebihan penelitian eksperimen lapangan adalah:

1)      bersifat realistik dan variabelnya mempunyai efek yang lebih besar daripada efek variabel dalam penelitian eksperimen laboratorium

2)      sesuai untuk mengkaji pengaruh, proses, dan perubahan sosial serta psikologis (termasuk komunikasi) yang kompleks, dalam situasi yang mirip kenyataan kehidupan

3)      sesuai untuk menguji teori maupun untuk mendapatkan jawab terhadap pertanyaan-pertanyaan praktis.

Kelemahan penelitian eksperimen laboratorium adalah:

1)      lingkungan yang sulit atau tidak terkontrol

2)      desain yang kurang ideal

3)      kurang (atau rendahnya)  rancangan eksperimental.

1. 3. Prosedur Metode Eksperimen

Page 32: Bab I Pendahuluan A

1. Menurut Sofa (2008:1)setidaknya ada delapan ketentuan umum             tentang penelitian eksperimen.

1)      Definisi, yaitu batasan atau definisi penelitian dan variabel harus jelas   dan tegas atau definitif, dan tidak boleh terjadi kebimbangan (confuse) di dalamnya.

2)      Sampling, yaitu jumlah dan anggota kelompok sampel yang diambil perlu random, dan sesuai antara jumlah subjek dan prosedur pengukuran      yang ditetapkan.

3)      Tipe eksperimen. Dalam hal ini perlu dibedakan tipe eksperimen         yang lazim digunakan, yaitu 2 kelompok eksperimen dengan meneliti 1 atau 2 variabel, 3 kelompok eksperimen dengan meneliti 1 atau 2 variabel,       dan banyak kelompok dengan manipulasi pada beberapa variabelnya.

4)      Rancangan eksperimen, yaitu harus sesuai jumlah kelompok dan urutan prosedur pelaksanaan eksperimen.

5)      Pengukuran. Pengukuran harus jelas skalanya, misalnya menggunakan skala sikap Likert. Ini menyangkut alat dan metode yang digunakan.

6)  Statistik, yaitu meliputi informasi yang dikumpulkan, teknik mengolah  dan teknik menyimpulkan data-data perlu sesuai dengan kaidah statistika yang logis dan representatif.

7)  

Generalisasi. Tidak semua hasil penelitian eksperimen dapat digeneralisasi karena hasil amat tergantung pada jenis, metode, prosedur, sampling serta instrumen yang digunakan.

1. Ardhana (2008)mengungkapkan bahwa pada umumnya, penelitian eksperimental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut, yaitu,

1)  Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan

2)  Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.

3)  Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.

4)  Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :

a)  Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen

b)  Menentukan cara mengontrol

c)  Memilih rancangan penelitian yang tepat

d)  Menentukan populasi

e)  Memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian

f)   Membagi subyek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen

g)  Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan;

h)  Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.

Page 33: Bab I Pendahuluan A

5)  Melaksanakan eksperimen.

6)  Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.

7)  Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan.

8)  Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.

9)  Menginterpretasikan hasil, perumusan kesimpulan, pembahasan,  dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).

1. Emzir (2008: 69) dalam uraian yang sederhana mengungkapkan bahwa; langkah-langkah dalam studi eksperimental pada dasarnya sama  dengan langkah-langkah pada penelitian lain, yakni;

1)      Memilih dan merumuskan masalah

2)      Memilih subyek dan isntrumen pengukuran

3)      Memilih desain penelitian

4)      Melaksanakan prosedur

5)      Menganalisis data

6)      Merumuskan kesimpulan.