BAB I PENDAHULUAN - · PDF filetemurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - · PDF filetemurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaaan hayati
terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat
tinggi yang terdiri dari berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi
obat (Aziz Saifudin, et al, 2011). Kekayaan hayati ini tersebar di pulau-pulau
besar Indonesia salah satunya pulau Kalimantan yang mempunyai hutan
tropis termasuk hutan gambut. Hutan ini menyimpan senyawa organik
terbesar di dunia (Cindy, 2010). Dari hasil penelusuran menunjukkan adanya
senyawa berkhasiat obat pada tanaman yang terdapat di Kalimantan Tengah
yang dapat digunakan sebagai pengobatan sakit pinggang diantaranya
tanaman akar alang-alang (Imperata cylindrica), daun dan ranting tungkun
(Viscum orientalle) (Setyowati.F.M, 2005).
Bagian tanaman dan tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional meliputi akar, batang, daun, bunga, dan buah. Penggunaan obat
tradisional sendiri dilakukan dengan sangat sederhana yakni dilakukan
dengan cara sederhana seperti diremas, ditumbuk, direbus, atau dibakar. Salah
satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat
dayak di Kalimantan Tengah adalah akar Rumbia (Metroxylon sagu), diolah
dengan cara akar Rumbia (Metroxylon sagu) direbus dalam air dan dipercaya
dapat mengobati penyakit asam urat. Penggunaan akar Rumbia (Metroxylon
sagu) sebagai obat hanya berdasarkan pengalaman dan kebiasaan masyarakat
Kalimantan Tengah dari generasi ke generasi dan berlangsung hingga
sekarang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
skrining fitokimia menggunakan metode pereaksi warna pada akar Rumbia
yang dimanfaatkan oleh masyarakat dayak di Kalimantan Tengah sebagai
obat tradisional. Skrining Fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan
2
senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung didalam akar
Rumbia (Metroxylon sagu) menggunakan metode pereaksi warna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah pada penelitian ini apakah akar Rumbia (Metroxylon sagu)
mengandung golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dapat di identifikasi maka agar
permasalahan ini tidak meluas, dibatasi dengan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang
terkandung didalam akar Rumbia (Metroxylon sagu) meliputi golongan
senyawa alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid.
2. Rumbia (Metroxylon sagu) yang digunakan yaitu tanaman yang berada di
kawasan Yos Sudarso III, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa
bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung didalam akar Rumbia
(Metroxylon sagu).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana cara
mengidentifikasi berbagai golongan senyawa bermanfaat dalam
pengobatan yang terkandung dalam tanaman yang sering digunakan oleh
masyarakat umum sebagai obat tradisional.
3
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung
didalam akar Rumbia (Metroxylon sagu) dan dapat menjadi pertimbangan
bagi kesadaran masyarakat untuk pelestarian dan pengembangan tanaman
obat tradisional yang merupakan kekayaan hayati di Indonesia khususnya
di Kalimantan Tengah.
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Menurut Kepmenkes No 381/Tahun 2007 yang dimaksud dengan obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan, mineral
termasuk biota laut atau sediaan galenik yang telah digunakan secara turun
temurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik seperti obat herbal
terstandar dan fitofarmaka.
B. Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun dan kecuali dinyatakan lain apabila
bahan tersebut telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu simpilisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
pelikan/mineral (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).
1. Simplisia Nabati
Simpisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya
misalnya Datura Foliumdan Piperis Nigri Fructus. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat yang dengan cara tertentu dipisahakan/diisolasi dari
tanamannya. (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004)
2. Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang di hasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni. Contohnya adalah minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum) (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
5
sederhanadan belum berupa zat kimia murni. Contohnya serbuk seng dan
serbuk tembaga (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).
C. Proses Pembuatan Simplisia
Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan
tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan
penyimpanan (Didik Gunawan,Sri Mulyani, 2004).
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan
baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen.
Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman
dilakukan sebagai berikut (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004):
1. Akar
Panen akar dilakukan saat proses pertumbuhan berhenti.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih
segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan,
bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan
dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya).
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga
bahan-bahan yang tercemar pestisida.
4. Pengubahan Bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan bahan
bakuakan semakin cepat kering.Proses Pengubahan bentuk ini meliputi
beberapa perlakuan berikut.
a. Perajangan untuk rimpang, daun, dan herba
b. Pengupasan untuk buah, kayu, dan biji-bijian
c. Pemipilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dari bonggolnya
6
d. Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting
e. Penyerutan untuk kayu
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan sebagai berikut :
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tidak ditumbuhi kapang dan
bakteri
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut
kandungan zat aktif
c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah
disimpan, tahan lama, dan sebagainya)
6. Cara Pengeringan Akar
Pengeringan akar dilakukan dengan cara dipotong-potong pendek,
kemudian dijemur langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar
termasuk bahan keras maka sebaiknya dijemur dibawah sinar matahari
langsung tanpa pelindung.
7. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan pada bahan-bahan yang terlalu gosong,
bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan
ditepi jalan raya), atau dibersihkan dari kotoran hewan.
8. Pengepakan dan Penyimpanan
Setelah pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur
antara simplisia satu dengan yang lainya. Persyaratan wadah pembungkus
simplisia sebagai berikut :
a. Harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain
b. Tidak beracun bagi bahan yang diwadahinya maupun bagi manusia
yang menanganinya
c. Mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran Mikroba, kotoran,
dan serangga
d. Mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan kandungan aktif
7
e. Mampu melindungi simplisia dari pengaruh cahaya, oksigen, dan uap
air
D. Skrining Fitokimia
Skrining Fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap
senyawa-senyawa aktif biologis atau senyawa bermanfaat dalam pengobatan
yang terdapat dalam simplisia nabati. Senyawa-senyawa tersebut adalah
senyawa metabolit sekunder, oleh karena itu skrining terutama ditujukan
terhadap golongan golongan senyawa seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan
tanin (Linnon Bastian Lumanraja, 2009).
Uji Fitokimia yang sering dilakukan yaitu Alkaloid, Saponin, Tanin,
dan Flavonoid:
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar
sekitar 5500 telah diketahui. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Dalam
bentuk bebas alkaloid merupakan basa lemah yang sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Untuk identifikasi biasanya
menggunakan larutan pereaksi yang dapat membentuk endapan dengan
alkaloid contohnya pereaksi mayer, dragendroff dan lain-lain. Alkaloid
pada umumnya merupakan senyawa padat, berbentuk Kristal hanya sedikit
yang berupa cairan (misalnya Nikotinia), tidak berwarna dan mempunyai
rasa pahit. Alkaloid merupakan senyawa yang mempunyai aktifitas
biologis yang sangat menonjol dan digunakan secara luas dalam bidang
pengobatan (Harborne, 1987).
2. Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif dan bersifat seperti sabun (bahasa
latin “sapo” berarti sabun), berdasarkan kemampuanya dapat membentuk
busa. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Saponin bila
terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin.
(Harbone, 1987).
8
3. Flavonoid
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon (Harbone, 1987). Sebagian besar senyawa
flavonoid ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat
pada suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan
glikosida. Flavonoid dapat ditemukan sebagai mono-, di-, atau triglikosida
dimana satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid
terikat oleh gula (Sovia Lenny, 2006).
Senyawa flavonoid dalam tubuh mempunyai aktifitas yang
bermacam-macam yaitu sebagai diuretik, anti virus, anti histamin, anti
hipertensi, dan bakteriostatik (Kurnia Retnowati, 2009). Flavonoid juga
mempunyai aktifitas menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan
Enzim Xantin Oksidase (Kurnia Retnowati, 2009) serta bersifat sebagai
antioksidan mampu melindungi terhadap penyakit degeneratif yang dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas
(Kurnia Retnowati, 2009).
4. Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol yang larut dalam air, gliserol,
etanol, hidroalkoholik, dan propilena glikol tetapi tidak dapat larut dalam
benzene, kloroform, eter, petroleum eter dan karbon disulfida (Harborne,
1987). Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam
angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya
tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk Kopolimer mantap yang
larut dalam air. Dalam Industri tanin adalah senyawa yang berasal dari
tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit
siap pakai karena kemampuanya menyambung silang protein.Didalam
tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Tanin
mempunyai rasa sepat (Harbone, 1987).
9
E. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat. Zat-zat aktif terdapat didalam sel dan diperlukan
metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstrasinya (Harborne,
1987). Terdapat beberapa macam metode ekstraksi, diantaranya adalah
maserasi, perkolasi, refluks,sokletasi, digesti, infus, dan dekok (Depkes RI,
1979).
a. Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Hasil ekstraksi disebut
maserat.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umum dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak), terus-menerus
sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
b. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temparatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.
10
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan adanya pengadukan
kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan
(kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50◦ C.
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98◦C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30◦C) dan
temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari langsung (Depkes RI, 1979).
F. Rumbia (Metroxylon sagu)
Rumbia atau yang biasa disebut dengan Sagu (Metroxylon sagu)
mempunyai batang yang besaryang mengandung pati. Rumbia (Metroxylon
sagu) hanya memiliki satu batang dan tidak bercabang karena Rumbia
(Metroxylon Sagu) adalah tanaman monokotil yang hanya mempunyai satu
titik tumbuh.Batang Rumbia (Metroxylon sagu) berbentuk silinder dengan
diameter 50-90 cm (Agung Maulana, 2011). Batang Rumbia (Metroxylon
sagu) dapat mencapai 16-20 m pada saat masa panen. Pada masa panen 10-12
tahun, bobot batang Rumbia (Metroxylon sagu) dapat mencapai 1,2 ton
(Rumalatu, 1981). Bobot kulit batang Rumbia (Metroxylon sagu) sekitar 17-
25 % sedangkan bobot empulurnya sekitar 75-83% dari bobot batang.
11
Daun Rumbia (Metroxylon sagu) merupakan bagian yang sangat
penting karena merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Daun Rumbia muda
berwarna hijau muda yang berangsur-angsur menjadi hijau tua kemudian
berubah menjadi cokelat kemerahan bila sudah tua. Pelepah daun yang sudah
tua akan jatuh meninggalkan bekas pada batang (Agung Maulana, 2011).
Rumbia dapat berbunga pada umur 10-15 tahun.Rumbia hanya
berbunga dan berbuah sekali lalu mati. Bunga-bunga akan menjadi buah yang
berbentuk bulat dan berwarna kekuningan pucat (Fransisca Ariantiningsih,
2008). Buah Rumbia berbentuk bulat dan terdapat benih didalamnya. Waktu
antara bunga muncul hingga fase pembentukan buah matang berlangsung
selama 2 tahun (Agung Maulana, 2011)
Rumbia termasuk tanaman tahunan dan tumbuh dihutan rawa air tawar
ataupun hutan tropis dataran rendah. Rumbia tumbuh baik pada lahan
marginal seperti gambut, rawa, atau lahan tergenang dimana tanaman lainnya
tidak dapat tumbuh (Agung Maulana, 2011).
Rumbia sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman
asli Indonesia. Di Indonesia ada beberapa nama daerah untuk tanaman
Rumbia: Kirai (Sunda): Ambulung Kersulu (Jawa) dan Lapia (Ambon). Di
Malaysia Sagu dikenal dengan nama Rumbia dan Balau. Lumbia (Philiphina),
Thagu bin (Myanmar), Sakuu (Kamboja) dan Sakhu (Thailand) (Agung
Maulana, 2011).
Terdapat beberapa genus Palmae yang kandungan patinya banyak
dimanfaatkan, yaitu Metroxylon spp, Arenga sp, Coripha sp, Euqeissona sp,
dan Cariota sp. Genus yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga
karena kandungan patinya cukup tinggi. (Agung Maulana, 2011)
Nama Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata
“metro” dan “xylon”, Metra berarti isi batang atau empulur (pith), xylon
berarti xylem dan Sagu berarti pati. Sagu dari genus Metroxylon terdiri atas
Sagu berduri dan tidak berduri. Sagu berduri terdiri atas Sagu Tuni (M
rumphii Mart), Duri Rotan (M microcanthum Mart), Sagu Ilur (M silvestre
12
Mart) dan Sagu Makanaru (M longispinum Mart). Jenis Sagu tidak berduri
yaitu Sagu Molat (M Sagu Rottb). (Agung Maulana. 2011)
Selain ada tidaknya duri, suatu pengelompokan yang biasa digunakan
untuk membedakan jenis-jenis Sagu dari genus Metroxylon adalah frekuensi
pembungaan atau berbuahnya, yaitu yang berbunga atau berbuah sekali
(Hepaxanthic) dan berbunga atau berbuah dua kali atau lebih (Pleonanthic).
golongan Hepaxanthic adalah sebagai berikut:
1. Metroxylon sagu, Rottboel atau Sagu Molat
2. Metroxylon rumphii, Martius atau Sagu Tuni
3. Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau Sagu Ilur
4. Metroxylon rumphii, Martius varietas longispinum Martius Sagu
Makanaru
5. Metroxylon rumphii, Martius microchantum Martius atau Sagu Rotan
(Agung Maulana, 2011)
Golongan Pleonanthic adalah M filarae Mart dan M elatum Mart
(Agung Maulana, 2010).
Klasifikasi tanaman Rumbia (Metroxylon sagu) berdasarkan database
tanaman dari Pelayanan Konservasi Sumber Daya Alam (USDA 2005)
menyebutkan bahwa Rumbia atau yang biasa disebut dengan Sagu termasuk
dalam Famili Arecaceae-palm, Genus Metroxylon dan Spesies Metroxylon
sagu. Secara lengkap sistematika Rumbia (Metroxylon sagu) adalah:
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Liliopsida
Kelas : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu Rottb (Plantamor. Com. 2010).
13
BAB III
METODE PENULISAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan selama 2,5 bulan pada tanggal 1 April
2012 - 15 Juni 2012 dengan alokasi waktu dari persiapan bahan,
penyiapan, penelitian dan pengolahan data.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan: pisau, tabung reaksi, gelas ukur,elenmenyer,
toples kaca, labu ukur, timbangan,batang pengaduk, beaker glass, corong,
kertas saring/kain planel, pipet tetes, pipet volume, bolt pipet, dan blender.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simplisia dalam
keadaan kering, berupa akar Rumbia (Metroxylon sagu), aquadest, FeCl3,
etanol (96%), HCL 2 N, HCL pekat, serbuk seng, bourchardat LP, mayer
LP dan dragendroff LP.
C. Metode Penulisan
Metode Penulisan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
(eksperimen research) dimana eksperimen atau percobaan adalah Penelitian
yang dilakukan dengan melalui serangkaian percobaan terhadap objek
penelitian (Seokidjo Notoatmodjo, 2005). Sebagai parameter untuk
mengungkapkanke benaran tentang adanya golongan senyawa bermanfaat
dalam pengobatan yang terkandung didalam akar Rumbia dilakukan uji
skrining fitokimia menggunakan metode pereaksi warna.Senyawa yang
14
diidentifikasi adalah golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin
(Didik Gunawan dan Sri Mulyani, 2004).
D. Pemilihan dan Pengolahan Simplisia
1. Pemilihan Simpisia
Akar Rumbia yang digunakan adalah tanaman yang diambil dari
jalan Yos Sudarso III Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah dan dipanen pada bulan April-Mei 2012.
2. Pengolahan Simplisia
Simplisia terlebih dahulu disortasi basah dari tanah dan bagian
tanaman yang tidak di inginkan kemudian simplisia dicuci untuk
membersihkan dari kotoran, setelah itu simplisia dipotong-potong pendek
dan dijemur dibawah sinar matahari langsung tanpa pelindung. Akar
Rumbia yang telah kering disortasi kering dan dirajang dan di blender
sampai menjadi serbuk tujuannya untuk memperbesar luas permukaan
simplisia dan disimpan pada suhu ruangan kamar (Didik Gunawan, Sri
Mulyani, 2004).
E. Prosedur penelitian
1. Maserasi
Simplisia ditimbang sebanyak 10 g kemudian ditambahkan etanol
sebanyak 200 ml, sambil sekali-kali diaduk selama 6 jam pertama dan
dibiarkan selama 18 jam. Disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan filtrat dan ampas, kemudian ampas direndam kembali dengan
200 ml etanol sesuai prosedur. Proses diulang sebanyak 2 kali (MMI,
1978, MMI, 1989)
15
2. Uji Fitokimia Akar Rumbia
a. Alkaloid
Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan cara ekstrak akar Rumbia
diambil sebanyak 2 ml direaksikan dengan larutan pereaksi. Hasil Uji
dinyatakan positif apabila:
1. 3 tetes filtrat pada tabung reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi
bouchardat LP, terbentuk endapan cokelat (Elizabeth Tanuwijaya,
2007, MMI, 1978).
2. 3 tetes filtrat pada tabung reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer
LP, tebentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning
(Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI 1978).
3. 3 tetes filtrat ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff terbentuk
endapan merah hingga jingga (Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI
1978).
b. Saponin
Ekstrak akar Rumbia diambil sebanyak 1 ml, encerkan dengan 10
ml air suling kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika
terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi
1 cm dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang
menunjukkan adanya saponin (MMI, 1978, MMI 1989).
c. Flavonoid
Ekstrak akar Rumbia diambil sebanyak 1 ml dipindahkan pada
tabung reaksi, lalu menambahkan 0,5 gram serbuk seng P dan 2 mlasam
klorida 2 N diamkan selama 1 menit, kemudian ditambahkan 10 ml
asam klorida pekat dan didiamkan selama 2 sampai 5 menit, terjadi
warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid (Glikosida-3-
Flavonol) (MMI, 1978, MMI 1989).
d. Tanin
Ekstrak akar Rumbia diambil sebanyak 2 ml dipindahkan pada
tabung reaksidi uji dengan 1-2 tetes pereaksi FeCl3, apabila terjadi
warna hitam atau kebiruan menunjukkan adanya tanin (MMI, 1995).
16
BAB IV
ANALISIS DAN SINTETIS
A. Analisis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, skrining fitokimia
golongan senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid dan tanin pada ekstrak
akar Rumbia (Metroxylon Sagu) didapatkan hasil uji fitkoimia pada ekstrak
akar Rumbia. Dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji fitokimia
No Pereaksi yang
Diuji
Pereaksi yang
Digunakan
Hasil Pengamatan Keterangam
Sampel
Secara Toritis (MMI 1978 dan MMI
1995)
1
Alkaloid
Mayer LP
Tidak terbentuk endapan menggumpal berwarna Putih atau kuning
Terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning
(-) Negatif
Bouchardatt LP
Tidak terbentuk endapan cokelat sampai hitam
Terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam
(-) Negatif
Dragendroff LP
Tidak terbentuk endapan merah hingga jingga
Terbentuk endapan merah hingga jingga
Negatif
2 Saponin Air 10 ml dan
HCl 2 N Tidak terbentuk buih
Terbentuk Buih
(-) Negatif
3 Flavonoid
Serbuk seng, HCL 2 N, dan HCL Pekat.
Larutan berwarna Merah
Terjadi warna Merah Intensif
(+) Positif
4 Tanin FeCl3 Larutan berwarna Hitam kebiruan
Terjadi warna Hitam atau kebiruan
(+) Positif
17
Perlakuan awal yang dilakukan sebelum uji fitokimia adalah
mengekstraksi simplisia akar Rumbia (Metroxylon sagu) menggunakan
metode maserasi.
1. Pembuatan Ekstrak
Sebelum melakukan maserasi, terlebih dahulu mengolah simplisia
dengan cara akar Rumbia dipisahkan dari pengotor yang melekat seperti
tanah dan akar yang rusak. Akar yang sudah disortasi basah selanjutnya
dibersihkan menggunakan air agar tidak ada kotoran yang masih
menempel kemudian dipotong pendek untuk memudahkan proses
pengeringan. Simplisia dijemur dibawah sinar matahari langsung tanpa
pelindung bertujuan untuk menghilangkan aktivitas enzim yang dapat
menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif.
Proses penjemuran dihentikan ketika akar Rumbia mudah
dipatahkan. Kemudian Akar yang telah kering dirajang dan diblender
sampai menjadi serbuk dengan maksud memperbesar luas permukaan
simplisia sehingga pada saat ekstraksi cairan penyari mudah melarutkan
zat aktif.
Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi karena metode ini
menggunakan peralatan yang sederhana, direndam menggunakan cairan
penyari etanol (96%) sebagai pelarut universal sehingga dapat melarutkan
semua zat aktif atau golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan
yang ada pada simplisia selain itu etanol (96%) juga merupakan pelarut
desinfektan dimana kapang atau jamur tidak dapat tumbuh. Saat proses
ekstraksi cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam
rongga sel kemudian akan melarutkan zat aktif karena adanya perbedaan
konsentrasi didalam maupun diluar sel. Hasil ekstraksi didapatkan ekstrak
akar Rumbia berwarna cokelat.
2. Uji Fitokimia
Uji fitokimia menggunakan sampel ekstrak akar Rumbia
(Metroxylon sagu), Dimana uji fitokimia bertujuan untuk menganalisis
secara kualitatif golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan seperti
18
alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid menggunakan metode pereaksi
warna.
a. Pemeriksaan Golongan Senyawa Alkaloid
Pemeriksaan golongan senyawa alkaloid secara kualitatif, untuk
uji alkaloid, simplisia yang telah disari di uji dengan mayer LP,
bouchardat LP, dan dragendroff LP. Ekstrak akar Rumbia dipindahkan
sebanyak 2 ml pada tabung reaksi kemudian di uji dengan 2 tetes mayer
LP tidak terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning
menunjukkan ekstrak akar Rumbia tidak mengandung golongan
senyawa alkaloid (Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI, 1978). Filtrat
sebanyak 2 ml di uji kembali dengan 2 tetes pereaksi bouchardat LP
tidak terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam menunjukkan
ekstrak akar Rumbia tidak mengandung golongan senyawa alkaloid
(Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI, 1989). Filtrat di uji dengan 2 tetes
dragendroff LP tidak terbentuk endapan merah hingga jingga
menunjukkan ekstrak akar Rumbia tidak mengandung golongan
senyawa alkaloid (Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI, 1978). Dapat
dilihat pada Tabel 2
19
Tabel 2. Pemeriksaan Golongan Senyawa Alkaloid
Senyawa Pereaksi
Hasil pengamatan
Keterangan Sampel
Secara Toritis (Elizabeth
Tanuwijaya, 2007dan
MMI 1978)
Alkaloid
Bouchardat
Tidak terjadi endapan warna cokelat sampai hitam
Terjadi endapan warna cokelat sampai hitam
(-) Negatif
Mayer
Tidak terjadi endapan menggumpal warna putih atau kuning
Terjadi endapan menggumpal warna putih atau kuning
(-) Negatif
Dragendroff
Tidak terjadi endapan warna merah hingga jingga
Terjadi endapan warna merah hingga jingga
(-) Negatif
b. Pemeriksaan Golongan Senyawa Tanin
Pemeriksaan golongan senyawa tanin secara kualitatif, sesuai
dengan prosedur buku materia medika untuk uji tanin,simplisia yang
telah disari di uji dengan larutan pereaksi FeCl3. Ekstrak akar Rumbia
diambil sebanyak 2 ml dan dipindahkan pada tabung reaksi setelah itu
larutan di uji dengan 2 tetes pereaksi FeCl3. Reaksi yang terjadi filtrat
yang awalnya berwarna cokelat mengalami perubahan warna menjadi
hitam kebiruan, menunjukkan ekstrak akar Rumbia mengandung
golongan senyawa tanin (MMI, 1995). Dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Pemeriksaan Golongan Senyawa Tanin
Senyawa Pereaksi
Hasil Pengamatan
Keterangan Sampel
Secara Toritis (MMI 1978 dan MMI
1995)
Tanin FeCl3
Larutan berwarna hitam kebiruan
Larutan berwarna hitam/kebiruan
(+) Positif
20
c. Pemeriksaan Golongan Senyawa Saponin
Pemeriksaan golongan senyawa saponin secara kualitatif, sesuai
dengan prosedur buku materia medika untuk uji saponin, apabila
Simplisia dalam bentuk sediaan cair di uji dengan menggunakan 10 ml
air dan asam klorida 2 N. Ekstrak akar Rumbia dipindahkan pada
tabung reaksi sebanyak 2 ml dan di uji dengan 10 ml air, dikocok kuat-
kuat selama 10 detik, reaksi yang terjadi terbentuk buih akan tetapi buih
hilang setelah beberapa detik, kemudian dengan penambahan 1 tetes
asam klorida 2 N, buih hilang yang menunjukkan bahwa ekstrak akar
Rumbia tidak mengandung golongan senyawa saponin (MMI, 1978).
Dapat dilihat Pada Tabel 4
Tabel 4. Pemeriksaan Golongan Senyawa Saponin
Senyawa Pereaksi
Hasil Pengamatan
Keterangan Sampel
Secara Toritis (MMI
1978 dan MMI 1995)
Saponin Air 10 ml dan Asam Klorida 2N
Tidak terbentuk buih
Terbentuk buih (-)
Negatif
d. Pemeriksaan golongan Senyawa Flavonoid
Pemeriksaan golongan senyawa flavonoid secara kualitatif, sesuai
dengan prosedur buku materia medika untuk uji flavonoid, simplisia
yang telah disari di uji dengan pereaksi serbuk seng, asam klorida 2 N
dan asam klorida pekat. Ekstrak akar Rumbia dipindahkan sebanyak 2
ml pada tabung reaksi, kemudian di uji dengan pereaksi serbuk seng
sebanyak 0,5 g dan 2 ml asam klorida 2 N didiamkan selama 1 menit,
lalu menambahkan 3 tetes asam klorida pekat setelah dalam waktu
kurang dari 2 menit hasil reaksi yang terjadi sampel yang awalnya
berwarna cokelat setelah penambahan pereaksi serbuk seng dan asam
klorida pekat menimbulkan warna merah yang menunjukkan ekstrak
akar Rumbia mengandung golongan senyawa flavonoid (MMI, 1978).
Dapat dilihat pada Tabel 5
21
Tabel 5. Pemeriksaan Golongan Senyawa Flavonoid
Senyawa Pereaksi
Hasil Pengamatan
Keterangan Sampel
Secara Toritis (MMI 1978 dan MMI
1995)
Flavonoid
Serbuk seng, HCL 2 N & HCL pekat
Larutan berwarna merah
Larutan Warna Merah Intensif
(+) Positif
B. Sintesis
Masyarakat pada umumnya hanya menggunakan akar Rumbia sebagai
obat untuk penyakit asam urat dengan cara direbus dengan air berdasarkan
pengalaman secara turun-temurun. Berdasarkan penelitian uji fitokimia
menggunakan metode pereaksi warna yang dilakukan pada ekstrak akar
Rumbia teridentifikasi golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan
seperti tanin dan flavonoid yang dapat memberikan efek pengobatan
diantaranya tanin bersifat sebagai antibakteri dan astringen atau menciutkan
dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri, dapat mengatasi penyakit
seperti diare, Sedangkan flavonoid dalam bidang pengobatan mempunyai
aktifitas salah satunya dapat menurunkan kadar asam urat melalui
penghambatan enzim Xantin Oksidase
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji fitokimia pada akar Rumbia
(Metroxylon sagu), dapat disimpulkan bahwa akar Rumbia (Metroxylon sagu)
mengandung golongan senyawa tanin dan flavonoid yang mempunyai efek
pengobatan diantaranya dapat menurunkan kadar asam urat.
B. Saran
1. Penelitian ini dapat di uji dengan metode lainya seperti metode
kromatografi.
2. Dilakukan Uji fitokimia golongan senyawa bermanfaat dalam
pengobatan diantaranya seperti golongan senyawa steroid dan golongan
senyawa metabolit sekunder lainya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Materia Medika Indonesia.Depkes RI. Jakarta Anonim.1978. Materia Medika Indonesia.Depkes RI. Jakarta Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia. Depkes RI. Jakarta Anonim. 1995. Materia Medika indonsia. Depkes RI. Jakarta Anonim. 2007. Permenkes. RI. Jakarta Anonim. 2008. Permenkes. RI. Jakarta Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Depkes RI.
Jakarta
Nasir, Abdul Muhith, Abd dan M. E. Ideputri, 2011.Metodologi Penelitian
Kesehatan. Cetekan 1.Yogyakarta. Penerbit Nuha Medika
Aziz. Saifudin, Viesa Rahayu dan Hilwan Yuda Teruna, 2011.Standarisasi Bahan Obat Alam.Cetakan Pertama.Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.
Agung Maulana. 2011. Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp) di PT.
National Sagu Prima, Selat Panjang Riau : Seleksi Bibit Sagu Berdas arkan Jenis Tinggi Pohon Induk dan Bobot Bibit Sagu Terhadap Pertumbu han Bibit Sagu dipersemaian . Bogor: Fakultas Institut Pertanian Bogor. re pository y.ipb .ac.id/ bitstream /hand le/123456789/.../A09ara1.pdf?..2. [28 Agustus 2012]
Cindy Bungas. 2010. Gambut Tropika Kalteng. bungas.student.umm.ac.id/ download-as.../student_blog_article_9.doc. [24 April2012] Didik Gunawan, Drs., Apt. SU dan Sri Mulyani, Dra., Apt. SU. 2004. Ilmu Obat
Alam (Farmakognosi) jilid I. Jakarta. Penerbit Penebar Swadaya. Elizabeth Tanuwijaya. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis,
Park. Fsb.)Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Galur Swiss-Webster Yang Diinduksi Aloksan.http://repository.Maranatha.edu/1744/1/0410047_Abstract_TOC.pdf.[ 24 April 2012]
Fransisca Ariantiningsih. 2008. Suaka Marga Satwa Rawa Singkil. Cetakan I.
Medan: Produksi Program Kampaye bangga. www.pdfio.com/k-190204.html. [17 April 2012]
24
Hak Cipta Institut Pertanian Bogor. Bab II Tinjauan Pustaka Pustaka http://repository.ipb.ac.id /bitstream/ handle/12345 6789/53066/BAB %20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3. [28 Agustus 2012]
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan. Terbitan Ke-2. Bandung. Penerbit ITB Institute Pertanian Bogor. Bab IV Hasil Dan Pembahasan.http://repository.ipb.
ac.id/bitstream/handle/123456789/33134/Bab%20IV.Hasil%20dan%20 Pe mbahasan %20%20G07hin.pdf?sequenc e=8. [27 Agustus 2012]
Kurnia Retnowati.2009. Pengaruh Infusa Akar Tempuyung(Sonchus arvensis)
Terhadap Penurunan Kadar Urat Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus).Surakarta : Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.file:///C:/Documents%20and%20Settings/G11/My%20Documents /FLAVONID-ASAM%20URAT.htm. [23 Juni 2012]
Linnon Bastian Lumbanraja.2009.Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiflamasi
Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Tikus. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14501/1/09E02475.pdf. [24 Apr il2012]
Margono. S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Penerbit PT.
Rineka Cipta Pengelolaan Budidaya Sagu (Metroxylon sagu spp) Di PT National Sagu. Hak
Cipta Institut Pertanian Bogor.http://repository.ip b. ac.id/ bits tream /handle/123456789/51719/A11 yja_BAB%20II %20 Tinjauan% 20 Pusta k a.pdf?sequence=6. [28 Agustus 2012]
Plantamor. 2008,Informasi spesies .http://www.plantamor .com/index .php?plant
=843. [29 Agutus 2012] Soekidjo Notoatmodjo. Dr. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ke-
3. Jakarta. PT Rineka Cipta. Syamsuni.H. Drs., Apt. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.
Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Setyowati.F. M dkk. 2005. Etnobothani Masyrakat Dayak Ngaju di Daerah
Timpah Kalimantan Tengah. Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah: Bidang Botani Pusat Penelitian – LIPI. Ejurnal.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JTL/article/view/445/485.[24 april 2012]
25
Soedarsono Djojoseputro. 2012. Jamu Tradisional Nusantara. Cetakan I. Surabaya. Penerbit Liris.
Sovia Lenny, SSI, MSI.2006. Senyawa Terpenoida dan steroida. Medan: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1860/1/06003488.pdf. [24 april 2012]
Wartje Randa. 2012. Mengenal Jenis-Jenis Sagu di Maluku. Ambon: Balai Besar
Perbenihan& Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon. http://ditjenbun. deptan.go.id/bbp2tpbon/index.php?option=com_content&view=article& id =164%3Amengenal-jenis-jenis-sagu-di-maluku&catid=12%3Anews&Item id=21. [29 agustus 2012]
26
Skema Kerja
Skema kerja
Pemilihan Simplisia
Pembuatan simplisia
Analisa Laboratorium
Uji Fitokomia :
1. Alkaloid
2. Saponin
3. Tanin
4. Flavonoid
5.
Gambar Tanaman
Gambar Rumbia atau Sagu (Metroxylon
Kelurahan Menteng Kecamatan Jekan
Gambar 1
Gambar 2. A
Gambar Rumbia atau Sagu (Metroxylon sagu) di Kawasan Yos Sudarso III,
Kelurahan Menteng Kecamatan Jekan Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
Gambar 1. Rumbia (Metroxylon sagu)
Gambar 2. Akar Rumbia (Metroxylon sagu)
27
Hasil Analisis Fitokimia pada Ekstrak Akar Rumbia
1. a). Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes Bouchardat LP -> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam.
b). Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes Mayer LP -> Hasil rtidak terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning.
c). Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes Drgendroff LP -> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna merah hingga jingga.
Hasil Analisis Fitokomia
Hasil Analisis Fitokimia pada Ekstrak Akar Rumbia
Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada
sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes
> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna cokelat
+ 2 tetes Bouch = Bouchardat LP
Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada
sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes
reaksi tidak terbentuk endapan menggumpal berwarna
+ 2 tetes Mayer LP =
Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada
sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes
> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna merah
+ 2 tetes =
Drgendroff LP
Hasil Analisis Fitokomia Akar Rumbia mengandung golongan senyawa
Alkaloid
30
mengandung golongan senyawa
2. UjiFitokimia golongan senyawa Flavonoid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn Serbuk seng 0,5 g dan 2 ml HCl 2 N didiamkan selama 1 menit kemudian di reaksikan dgn 3 tetes HCL pekat -> Hasil reaksi terbentuk warna merah.
Hasil Analisis
3. Uji Fitokimia golongan senyawa Tanin pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes FeCl3-> Hasil reaksi terbentuk warna biru kehitaman
Hasil Analisis
4. Uji Fitokimia golongan senyawa Saponin pada filtrat di reaksikan dgn Air suling 10 ml dikocok-kocok selama 10 detik kemudian direaksikan dgn 1 tetes HCL 2 N.
Hasil Analisis Fitokimia
Flavonoid pada filtrat
reaksikan dgn Serbuk 2 ml
didiamkan
reaksikan dgn 3 tetes > Hasil
+ 0,5 g serbuk seng = + 2 ml HCL 2 N + 3tetes HCL 2N
Hasil Analisis Fitokimia Akar Rumbia mengandung
golongan senyawa Flavonoid
Uji Fitokimia golongan senyawa Tanin pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan
> Hasil reaksi terbentuk warna biru
+ 2 tetes FeCL3=
Hasil Analisis Fitokimia Akar Rumbia mengandung gelongan senyawa
Tanin
Uji Fitokimia golongan senyawa Saponin pada filtrat di reaksikan dgn Air suling
kocok selama
direaksikan dgn 1 tetes HCL
+ 10 ml Air +1 tetes HCL 2 N FeCL3
Fitokimia Akar Rumbia tidak mengandung golongan senyawa
Saponin
=
31
mengandung gelongan senyawa
tidak mengandung golongan senyawa