BAB I PENDAHULUAN - · PDF filetemurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik...

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi yang terdiri dari berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi obat (Aziz Saifudin, et al, 2011). Kekayaan hayati ini tersebar di pulau-pulau besar Indonesia salah satunya pulau Kalimantan yang mempunyai hutan tropis termasuk hutan gambut. Hutan ini menyimpan senyawa organik terbesar di dunia (Cindy, 2010). Dari hasil penelusuran menunjukkan adanya senyawa berkhasiat obat pada tanaman yang terdapat di Kalimantan Tengah yang dapat digunakan sebagai pengobatan sakit pinggang diantaranya tanaman akar alang-alang (Imperata cylindrica), daun dan ranting tungkun (Viscum orientalle) (Setyowati.F.M, 2005). Bagian tanaman dan tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional meliputi akar, batang, daun, bunga, dan buah. Penggunaan obat tradisional sendiri dilakukan dengan sangat sederhana yakni dilakukan dengan cara sederhana seperti diremas, ditumbuk, direbus, atau dibakar. Salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat dayak di Kalimantan Tengah adalah akar Rumbia (Metroxylon sagu), diolah dengan cara akar Rumbia (Metroxylon sagu) direbus dalam air dan dipercaya dapat mengobati penyakit asam urat. Penggunaan akar Rumbia (Metroxylon sagu) sebagai obat hanya berdasarkan pengalaman dan kebiasaan masyarakat Kalimantan Tengah dari generasi ke generasi dan berlangsung hingga sekarang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skrining fitokimia menggunakan metode pereaksi warna pada akar Rumbia yang dimanfaatkan oleh masyarakat dayak di Kalimantan Tengah sebagai obat tradisional. Skrining Fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - · PDF filetemurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaaan hayati

terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat

tinggi yang terdiri dari berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi

obat (Aziz Saifudin, et al, 2011). Kekayaan hayati ini tersebar di pulau-pulau

besar Indonesia salah satunya pulau Kalimantan yang mempunyai hutan

tropis termasuk hutan gambut. Hutan ini menyimpan senyawa organik

terbesar di dunia (Cindy, 2010). Dari hasil penelusuran menunjukkan adanya

senyawa berkhasiat obat pada tanaman yang terdapat di Kalimantan Tengah

yang dapat digunakan sebagai pengobatan sakit pinggang diantaranya

tanaman akar alang-alang (Imperata cylindrica), daun dan ranting tungkun

(Viscum orientalle) (Setyowati.F.M, 2005).

Bagian tanaman dan tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat

tradisional meliputi akar, batang, daun, bunga, dan buah. Penggunaan obat

tradisional sendiri dilakukan dengan sangat sederhana yakni dilakukan

dengan cara sederhana seperti diremas, ditumbuk, direbus, atau dibakar. Salah

satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat

dayak di Kalimantan Tengah adalah akar Rumbia (Metroxylon sagu), diolah

dengan cara akar Rumbia (Metroxylon sagu) direbus dalam air dan dipercaya

dapat mengobati penyakit asam urat. Penggunaan akar Rumbia (Metroxylon

sagu) sebagai obat hanya berdasarkan pengalaman dan kebiasaan masyarakat

Kalimantan Tengah dari generasi ke generasi dan berlangsung hingga

sekarang.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

skrining fitokimia menggunakan metode pereaksi warna pada akar Rumbia

yang dimanfaatkan oleh masyarakat dayak di Kalimantan Tengah sebagai

obat tradisional. Skrining Fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan

2

senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung didalam akar

Rumbia (Metroxylon sagu) menggunakan metode pereaksi warna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan

masalah pada penelitian ini apakah akar Rumbia (Metroxylon sagu)

mengandung golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dapat di identifikasi maka agar

permasalahan ini tidak meluas, dibatasi dengan batasan masalah sebagai

berikut:

1. Identifikasi golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang

terkandung didalam akar Rumbia (Metroxylon sagu) meliputi golongan

senyawa alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid.

2. Rumbia (Metroxylon sagu) yang digunakan yaitu tanaman yang berada di

kawasan Yos Sudarso III, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya,

Provinsi Kalimantan Tengah.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa

bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung didalam akar Rumbia

(Metroxylon sagu).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana cara

mengidentifikasi berbagai golongan senyawa bermanfaat dalam

pengobatan yang terkandung dalam tanaman yang sering digunakan oleh

masyarakat umum sebagai obat tradisional.

3

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung

didalam akar Rumbia (Metroxylon sagu) dan dapat menjadi pertimbangan

bagi kesadaran masyarakat untuk pelestarian dan pengembangan tanaman

obat tradisional yang merupakan kekayaan hayati di Indonesia khususnya

di Kalimantan Tengah.

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Obat Tradisional

Menurut Kepmenkes No 381/Tahun 2007 yang dimaksud dengan obat

tradisional adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan, mineral

termasuk biota laut atau sediaan galenik yang telah digunakan secara turun

temurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik seperti obat herbal

terstandar dan fitofarmaka.

B. Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

mengalami perubahan proses apa pun dan kecuali dinyatakan lain apabila

bahan tersebut telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi

menjadi 3 golongan, yaitu simpilisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia

pelikan/mineral (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).

1. Simplisia Nabati

Simpisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya

misalnya Datura Foliumdan Piperis Nigri Fructus. Eksudat tanaman dapat

berupa zat-zat yang dengan cara tertentu dipisahakan/diisolasi dari

tanamannya. (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004)

2. Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang di hasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia

murni. Contohnya adalah minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu

(Mel depuratum) (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).

3. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

5

sederhanadan belum berupa zat kimia murni. Contohnya serbuk seng dan

serbuk tembaga (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).

C. Proses Pembuatan Simplisia

Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan

tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,

pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan

penyimpanan (Didik Gunawan,Sri Mulyani, 2004).

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan

baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen.

Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman

dilakukan sebagai berikut (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004):

1. Akar

Panen akar dilakukan saat proses pertumbuhan berhenti.

2. Sortasi Basah

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih

segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan,

bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan

dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya).

3. Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang

melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga

bahan-bahan yang tercemar pestisida.

4. Pengubahan Bentuk

Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk

memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan bahan

bakuakan semakin cepat kering.Proses Pengubahan bentuk ini meliputi

beberapa perlakuan berikut.

a. Perajangan untuk rimpang, daun, dan herba

b. Pengupasan untuk buah, kayu, dan biji-bijian

c. Pemipilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dari bonggolnya

6

d. Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting

e. Penyerutan untuk kayu

5. Pengeringan

Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan sebagai berikut :

a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tidak ditumbuhi kapang dan

bakteri

b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut

kandungan zat aktif

c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah

disimpan, tahan lama, dan sebagainya)

6. Cara Pengeringan Akar

Pengeringan akar dilakukan dengan cara dipotong-potong pendek,

kemudian dijemur langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar

termasuk bahan keras maka sebaiknya dijemur dibawah sinar matahari

langsung tanpa pelindung.

7. Sortasi Kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses

pengeringan. Pemilihan dilakukan pada bahan-bahan yang terlalu gosong,

bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan

ditepi jalan raya), atau dibersihkan dari kotoran hewan.

8. Pengepakan dan Penyimpanan

Setelah pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu

ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur

antara simplisia satu dengan yang lainya. Persyaratan wadah pembungkus

simplisia sebagai berikut :

a. Harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain

b. Tidak beracun bagi bahan yang diwadahinya maupun bagi manusia

yang menanganinya

c. Mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran Mikroba, kotoran,

dan serangga

d. Mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan kandungan aktif

7

e. Mampu melindungi simplisia dari pengaruh cahaya, oksigen, dan uap

air

D. Skrining Fitokimia

Skrining Fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap

senyawa-senyawa aktif biologis atau senyawa bermanfaat dalam pengobatan

yang terdapat dalam simplisia nabati. Senyawa-senyawa tersebut adalah

senyawa metabolit sekunder, oleh karena itu skrining terutama ditujukan

terhadap golongan golongan senyawa seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan

tanin (Linnon Bastian Lumanraja, 2009).

Uji Fitokimia yang sering dilakukan yaitu Alkaloid, Saponin, Tanin,

dan Flavonoid:

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar

sekitar 5500 telah diketahui. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa

bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Dalam

bentuk bebas alkaloid merupakan basa lemah yang sukar larut dalam air

tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Untuk identifikasi biasanya

menggunakan larutan pereaksi yang dapat membentuk endapan dengan

alkaloid contohnya pereaksi mayer, dragendroff dan lain-lain. Alkaloid

pada umumnya merupakan senyawa padat, berbentuk Kristal hanya sedikit

yang berupa cairan (misalnya Nikotinia), tidak berwarna dan mempunyai

rasa pahit. Alkaloid merupakan senyawa yang mempunyai aktifitas

biologis yang sangat menonjol dan digunakan secara luas dalam bidang

pengobatan (Harborne, 1987).

2. Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif dan bersifat seperti sabun (bahasa

latin “sapo” berarti sabun), berdasarkan kemampuanya dapat membentuk

busa. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Saponin bila

terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin.

(Harbone, 1987).

8

3. Flavonoid

Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula

sebagai glikosida dan aglikon (Harbone, 1987). Sebagian besar senyawa

flavonoid ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat

pada suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan

glikosida. Flavonoid dapat ditemukan sebagai mono-, di-, atau triglikosida

dimana satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid

terikat oleh gula (Sovia Lenny, 2006).

Senyawa flavonoid dalam tubuh mempunyai aktifitas yang

bermacam-macam yaitu sebagai diuretik, anti virus, anti histamin, anti

hipertensi, dan bakteriostatik (Kurnia Retnowati, 2009). Flavonoid juga

mempunyai aktifitas menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan

Enzim Xantin Oksidase (Kurnia Retnowati, 2009) serta bersifat sebagai

antioksidan mampu melindungi terhadap penyakit degeneratif yang dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas

(Kurnia Retnowati, 2009).

4. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang larut dalam air, gliserol,

etanol, hidroalkoholik, dan propilena glikol tetapi tidak dapat larut dalam

benzene, kloroform, eter, petroleum eter dan karbon disulfida (Harborne,

1987). Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam

angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya

tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk Kopolimer mantap yang

larut dalam air. Dalam Industri tanin adalah senyawa yang berasal dari

tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit

siap pakai karena kemampuanya menyambung silang protein.Didalam

tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Tanin

mempunyai rasa sepat (Harbone, 1987).

9

E. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat. Zat-zat aktif terdapat didalam sel dan diperlukan

metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstrasinya (Harborne,

1987). Terdapat beberapa macam metode ekstraksi, diantaranya adalah

maserasi, perkolasi, refluks,sokletasi, digesti, infus, dan dekok (Depkes RI,

1979).

a. Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Hasil ekstraksi disebut

maserat.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umum dilakukan pada temperatur ruangan. Proses

terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak), terus-menerus

sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temparatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat

termasuk proses ekstraksi sempurna.

10

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik dengan adanya pengadukan

kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan

(kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50◦ C.

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,

temperatur terukur 96-98◦C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30◦C) dan

temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh

cahaya matahari langsung (Depkes RI, 1979).

F. Rumbia (Metroxylon sagu)

Rumbia atau yang biasa disebut dengan Sagu (Metroxylon sagu)

mempunyai batang yang besaryang mengandung pati. Rumbia (Metroxylon

sagu) hanya memiliki satu batang dan tidak bercabang karena Rumbia

(Metroxylon Sagu) adalah tanaman monokotil yang hanya mempunyai satu

titik tumbuh.Batang Rumbia (Metroxylon sagu) berbentuk silinder dengan

diameter 50-90 cm (Agung Maulana, 2011). Batang Rumbia (Metroxylon

sagu) dapat mencapai 16-20 m pada saat masa panen. Pada masa panen 10-12

tahun, bobot batang Rumbia (Metroxylon sagu) dapat mencapai 1,2 ton

(Rumalatu, 1981). Bobot kulit batang Rumbia (Metroxylon sagu) sekitar 17-

25 % sedangkan bobot empulurnya sekitar 75-83% dari bobot batang.

11

Daun Rumbia (Metroxylon sagu) merupakan bagian yang sangat

penting karena merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Daun Rumbia muda

berwarna hijau muda yang berangsur-angsur menjadi hijau tua kemudian

berubah menjadi cokelat kemerahan bila sudah tua. Pelepah daun yang sudah

tua akan jatuh meninggalkan bekas pada batang (Agung Maulana, 2011).

Rumbia dapat berbunga pada umur 10-15 tahun.Rumbia hanya

berbunga dan berbuah sekali lalu mati. Bunga-bunga akan menjadi buah yang

berbentuk bulat dan berwarna kekuningan pucat (Fransisca Ariantiningsih,

2008). Buah Rumbia berbentuk bulat dan terdapat benih didalamnya. Waktu

antara bunga muncul hingga fase pembentukan buah matang berlangsung

selama 2 tahun (Agung Maulana, 2011)

Rumbia termasuk tanaman tahunan dan tumbuh dihutan rawa air tawar

ataupun hutan tropis dataran rendah. Rumbia tumbuh baik pada lahan

marginal seperti gambut, rawa, atau lahan tergenang dimana tanaman lainnya

tidak dapat tumbuh (Agung Maulana, 2011).

Rumbia sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman

asli Indonesia. Di Indonesia ada beberapa nama daerah untuk tanaman

Rumbia: Kirai (Sunda): Ambulung Kersulu (Jawa) dan Lapia (Ambon). Di

Malaysia Sagu dikenal dengan nama Rumbia dan Balau. Lumbia (Philiphina),

Thagu bin (Myanmar), Sakuu (Kamboja) dan Sakhu (Thailand) (Agung

Maulana, 2011).

Terdapat beberapa genus Palmae yang kandungan patinya banyak

dimanfaatkan, yaitu Metroxylon spp, Arenga sp, Coripha sp, Euqeissona sp,

dan Cariota sp. Genus yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga

karena kandungan patinya cukup tinggi. (Agung Maulana, 2011)

Nama Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata

“metro” dan “xylon”, Metra berarti isi batang atau empulur (pith), xylon

berarti xylem dan Sagu berarti pati. Sagu dari genus Metroxylon terdiri atas

Sagu berduri dan tidak berduri. Sagu berduri terdiri atas Sagu Tuni (M

rumphii Mart), Duri Rotan (M microcanthum Mart), Sagu Ilur (M silvestre

12

Mart) dan Sagu Makanaru (M longispinum Mart). Jenis Sagu tidak berduri

yaitu Sagu Molat (M Sagu Rottb). (Agung Maulana. 2011)

Selain ada tidaknya duri, suatu pengelompokan yang biasa digunakan

untuk membedakan jenis-jenis Sagu dari genus Metroxylon adalah frekuensi

pembungaan atau berbuahnya, yaitu yang berbunga atau berbuah sekali

(Hepaxanthic) dan berbunga atau berbuah dua kali atau lebih (Pleonanthic).

golongan Hepaxanthic adalah sebagai berikut:

1. Metroxylon sagu, Rottboel atau Sagu Molat

2. Metroxylon rumphii, Martius atau Sagu Tuni

3. Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau Sagu Ilur

4. Metroxylon rumphii, Martius varietas longispinum Martius Sagu

Makanaru

5. Metroxylon rumphii, Martius microchantum Martius atau Sagu Rotan

(Agung Maulana, 2011)

Golongan Pleonanthic adalah M filarae Mart dan M elatum Mart

(Agung Maulana, 2010).

Klasifikasi tanaman Rumbia (Metroxylon sagu) berdasarkan database

tanaman dari Pelayanan Konservasi Sumber Daya Alam (USDA 2005)

menyebutkan bahwa Rumbia atau yang biasa disebut dengan Sagu termasuk

dalam Famili Arecaceae-palm, Genus Metroxylon dan Spesies Metroxylon

sagu. Secara lengkap sistematika Rumbia (Metroxylon sagu) adalah:

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Liliopsida

Kelas : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Metroxylon

Spesies : Metroxylon sagu Rottb (Plantamor. Com. 2010).

13

BAB III

METODE PENULISAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan selama 2,5 bulan pada tanggal 1 April

2012 - 15 Juni 2012 dengan alokasi waktu dari persiapan bahan,

penyiapan, penelitian dan pengolahan data.

B. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan: pisau, tabung reaksi, gelas ukur,elenmenyer,

toples kaca, labu ukur, timbangan,batang pengaduk, beaker glass, corong,

kertas saring/kain planel, pipet tetes, pipet volume, bolt pipet, dan blender.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simplisia dalam

keadaan kering, berupa akar Rumbia (Metroxylon sagu), aquadest, FeCl3,

etanol (96%), HCL 2 N, HCL pekat, serbuk seng, bourchardat LP, mayer

LP dan dragendroff LP.

C. Metode Penulisan

Metode Penulisan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen

(eksperimen research) dimana eksperimen atau percobaan adalah Penelitian

yang dilakukan dengan melalui serangkaian percobaan terhadap objek

penelitian (Seokidjo Notoatmodjo, 2005). Sebagai parameter untuk

mengungkapkanke benaran tentang adanya golongan senyawa bermanfaat

dalam pengobatan yang terkandung didalam akar Rumbia dilakukan uji

skrining fitokimia menggunakan metode pereaksi warna.Senyawa yang

14

diidentifikasi adalah golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin

(Didik Gunawan dan Sri Mulyani, 2004).

D. Pemilihan dan Pengolahan Simplisia

1. Pemilihan Simpisia

Akar Rumbia yang digunakan adalah tanaman yang diambil dari

jalan Yos Sudarso III Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya,

Provinsi Kalimantan Tengah dan dipanen pada bulan April-Mei 2012.

2. Pengolahan Simplisia

Simplisia terlebih dahulu disortasi basah dari tanah dan bagian

tanaman yang tidak di inginkan kemudian simplisia dicuci untuk

membersihkan dari kotoran, setelah itu simplisia dipotong-potong pendek

dan dijemur dibawah sinar matahari langsung tanpa pelindung. Akar

Rumbia yang telah kering disortasi kering dan dirajang dan di blender

sampai menjadi serbuk tujuannya untuk memperbesar luas permukaan

simplisia dan disimpan pada suhu ruangan kamar (Didik Gunawan, Sri

Mulyani, 2004).

E. Prosedur penelitian

1. Maserasi

Simplisia ditimbang sebanyak 10 g kemudian ditambahkan etanol

sebanyak 200 ml, sambil sekali-kali diaduk selama 6 jam pertama dan

dibiarkan selama 18 jam. Disaring menggunakan kertas saring untuk

memisahkan filtrat dan ampas, kemudian ampas direndam kembali dengan

200 ml etanol sesuai prosedur. Proses diulang sebanyak 2 kali (MMI,

1978, MMI, 1989)

15

2. Uji Fitokimia Akar Rumbia

a. Alkaloid

Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan cara ekstrak akar Rumbia

diambil sebanyak 2 ml direaksikan dengan larutan pereaksi. Hasil Uji

dinyatakan positif apabila:

1. 3 tetes filtrat pada tabung reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi

bouchardat LP, terbentuk endapan cokelat (Elizabeth Tanuwijaya,

2007, MMI, 1978).

2. 3 tetes filtrat pada tabung reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer

LP, tebentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning

(Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI 1978).

3. 3 tetes filtrat ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff terbentuk

endapan merah hingga jingga (Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI

1978).

b. Saponin

Ekstrak akar Rumbia diambil sebanyak 1 ml, encerkan dengan 10

ml air suling kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika

terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi

1 cm dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang

menunjukkan adanya saponin (MMI, 1978, MMI 1989).

c. Flavonoid

Ekstrak akar Rumbia diambil sebanyak 1 ml dipindahkan pada

tabung reaksi, lalu menambahkan 0,5 gram serbuk seng P dan 2 mlasam

klorida 2 N diamkan selama 1 menit, kemudian ditambahkan 10 ml

asam klorida pekat dan didiamkan selama 2 sampai 5 menit, terjadi

warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid (Glikosida-3-

Flavonol) (MMI, 1978, MMI 1989).

d. Tanin

Ekstrak akar Rumbia diambil sebanyak 2 ml dipindahkan pada

tabung reaksidi uji dengan 1-2 tetes pereaksi FeCl3, apabila terjadi

warna hitam atau kebiruan menunjukkan adanya tanin (MMI, 1995).

16

BAB IV

ANALISIS DAN SINTETIS

A. Analisis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, skrining fitokimia

golongan senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid dan tanin pada ekstrak

akar Rumbia (Metroxylon Sagu) didapatkan hasil uji fitkoimia pada ekstrak

akar Rumbia. Dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Hasil Uji fitokimia

No Pereaksi yang

Diuji

Pereaksi yang

Digunakan

Hasil Pengamatan Keterangam

Sampel

Secara Toritis (MMI 1978 dan MMI

1995)

1

Alkaloid

Mayer LP

Tidak terbentuk endapan menggumpal berwarna Putih atau kuning

Terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning

(-) Negatif

Bouchardatt LP

Tidak terbentuk endapan cokelat sampai hitam

Terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam

(-) Negatif

Dragendroff LP

Tidak terbentuk endapan merah hingga jingga

Terbentuk endapan merah hingga jingga

Negatif

2 Saponin Air 10 ml dan

HCl 2 N Tidak terbentuk buih

Terbentuk Buih

(-) Negatif

3 Flavonoid

Serbuk seng, HCL 2 N, dan HCL Pekat.

Larutan berwarna Merah

Terjadi warna Merah Intensif

(+) Positif

4 Tanin FeCl3 Larutan berwarna Hitam kebiruan

Terjadi warna Hitam atau kebiruan

(+) Positif

17

Perlakuan awal yang dilakukan sebelum uji fitokimia adalah

mengekstraksi simplisia akar Rumbia (Metroxylon sagu) menggunakan

metode maserasi.

1. Pembuatan Ekstrak

Sebelum melakukan maserasi, terlebih dahulu mengolah simplisia

dengan cara akar Rumbia dipisahkan dari pengotor yang melekat seperti

tanah dan akar yang rusak. Akar yang sudah disortasi basah selanjutnya

dibersihkan menggunakan air agar tidak ada kotoran yang masih

menempel kemudian dipotong pendek untuk memudahkan proses

pengeringan. Simplisia dijemur dibawah sinar matahari langsung tanpa

pelindung bertujuan untuk menghilangkan aktivitas enzim yang dapat

menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif.

Proses penjemuran dihentikan ketika akar Rumbia mudah

dipatahkan. Kemudian Akar yang telah kering dirajang dan diblender

sampai menjadi serbuk dengan maksud memperbesar luas permukaan

simplisia sehingga pada saat ekstraksi cairan penyari mudah melarutkan

zat aktif.

Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi karena metode ini

menggunakan peralatan yang sederhana, direndam menggunakan cairan

penyari etanol (96%) sebagai pelarut universal sehingga dapat melarutkan

semua zat aktif atau golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan

yang ada pada simplisia selain itu etanol (96%) juga merupakan pelarut

desinfektan dimana kapang atau jamur tidak dapat tumbuh. Saat proses

ekstraksi cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam

rongga sel kemudian akan melarutkan zat aktif karena adanya perbedaan

konsentrasi didalam maupun diluar sel. Hasil ekstraksi didapatkan ekstrak

akar Rumbia berwarna cokelat.

2. Uji Fitokimia

Uji fitokimia menggunakan sampel ekstrak akar Rumbia

(Metroxylon sagu), Dimana uji fitokimia bertujuan untuk menganalisis

secara kualitatif golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan seperti

18

alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid menggunakan metode pereaksi

warna.

a. Pemeriksaan Golongan Senyawa Alkaloid

Pemeriksaan golongan senyawa alkaloid secara kualitatif, untuk

uji alkaloid, simplisia yang telah disari di uji dengan mayer LP,

bouchardat LP, dan dragendroff LP. Ekstrak akar Rumbia dipindahkan

sebanyak 2 ml pada tabung reaksi kemudian di uji dengan 2 tetes mayer

LP tidak terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning

menunjukkan ekstrak akar Rumbia tidak mengandung golongan

senyawa alkaloid (Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI, 1978). Filtrat

sebanyak 2 ml di uji kembali dengan 2 tetes pereaksi bouchardat LP

tidak terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam menunjukkan

ekstrak akar Rumbia tidak mengandung golongan senyawa alkaloid

(Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI, 1989). Filtrat di uji dengan 2 tetes

dragendroff LP tidak terbentuk endapan merah hingga jingga

menunjukkan ekstrak akar Rumbia tidak mengandung golongan

senyawa alkaloid (Elizabeth Tanuwijaya, 2007, MMI, 1978). Dapat

dilihat pada Tabel 2

19

Tabel 2. Pemeriksaan Golongan Senyawa Alkaloid

Senyawa Pereaksi

Hasil pengamatan

Keterangan Sampel

Secara Toritis (Elizabeth

Tanuwijaya, 2007dan

MMI 1978)

Alkaloid

Bouchardat

Tidak terjadi endapan warna cokelat sampai hitam

Terjadi endapan warna cokelat sampai hitam

(-) Negatif

Mayer

Tidak terjadi endapan menggumpal warna putih atau kuning

Terjadi endapan menggumpal warna putih atau kuning

(-) Negatif

Dragendroff

Tidak terjadi endapan warna merah hingga jingga

Terjadi endapan warna merah hingga jingga

(-) Negatif

b. Pemeriksaan Golongan Senyawa Tanin

Pemeriksaan golongan senyawa tanin secara kualitatif, sesuai

dengan prosedur buku materia medika untuk uji tanin,simplisia yang

telah disari di uji dengan larutan pereaksi FeCl3. Ekstrak akar Rumbia

diambil sebanyak 2 ml dan dipindahkan pada tabung reaksi setelah itu

larutan di uji dengan 2 tetes pereaksi FeCl3. Reaksi yang terjadi filtrat

yang awalnya berwarna cokelat mengalami perubahan warna menjadi

hitam kebiruan, menunjukkan ekstrak akar Rumbia mengandung

golongan senyawa tanin (MMI, 1995). Dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Pemeriksaan Golongan Senyawa Tanin

Senyawa Pereaksi

Hasil Pengamatan

Keterangan Sampel

Secara Toritis (MMI 1978 dan MMI

1995)

Tanin FeCl3

Larutan berwarna hitam kebiruan

Larutan berwarna hitam/kebiruan

(+) Positif

20

c. Pemeriksaan Golongan Senyawa Saponin

Pemeriksaan golongan senyawa saponin secara kualitatif, sesuai

dengan prosedur buku materia medika untuk uji saponin, apabila

Simplisia dalam bentuk sediaan cair di uji dengan menggunakan 10 ml

air dan asam klorida 2 N. Ekstrak akar Rumbia dipindahkan pada

tabung reaksi sebanyak 2 ml dan di uji dengan 10 ml air, dikocok kuat-

kuat selama 10 detik, reaksi yang terjadi terbentuk buih akan tetapi buih

hilang setelah beberapa detik, kemudian dengan penambahan 1 tetes

asam klorida 2 N, buih hilang yang menunjukkan bahwa ekstrak akar

Rumbia tidak mengandung golongan senyawa saponin (MMI, 1978).

Dapat dilihat Pada Tabel 4

Tabel 4. Pemeriksaan Golongan Senyawa Saponin

Senyawa Pereaksi

Hasil Pengamatan

Keterangan Sampel

Secara Toritis (MMI

1978 dan MMI 1995)

Saponin Air 10 ml dan Asam Klorida 2N

Tidak terbentuk buih

Terbentuk buih (-)

Negatif

d. Pemeriksaan golongan Senyawa Flavonoid

Pemeriksaan golongan senyawa flavonoid secara kualitatif, sesuai

dengan prosedur buku materia medika untuk uji flavonoid, simplisia

yang telah disari di uji dengan pereaksi serbuk seng, asam klorida 2 N

dan asam klorida pekat. Ekstrak akar Rumbia dipindahkan sebanyak 2

ml pada tabung reaksi, kemudian di uji dengan pereaksi serbuk seng

sebanyak 0,5 g dan 2 ml asam klorida 2 N didiamkan selama 1 menit,

lalu menambahkan 3 tetes asam klorida pekat setelah dalam waktu

kurang dari 2 menit hasil reaksi yang terjadi sampel yang awalnya

berwarna cokelat setelah penambahan pereaksi serbuk seng dan asam

klorida pekat menimbulkan warna merah yang menunjukkan ekstrak

akar Rumbia mengandung golongan senyawa flavonoid (MMI, 1978).

Dapat dilihat pada Tabel 5

21

Tabel 5. Pemeriksaan Golongan Senyawa Flavonoid

Senyawa Pereaksi

Hasil Pengamatan

Keterangan Sampel

Secara Toritis (MMI 1978 dan MMI

1995)

Flavonoid

Serbuk seng, HCL 2 N & HCL pekat

Larutan berwarna merah

Larutan Warna Merah Intensif

(+) Positif

B. Sintesis

Masyarakat pada umumnya hanya menggunakan akar Rumbia sebagai

obat untuk penyakit asam urat dengan cara direbus dengan air berdasarkan

pengalaman secara turun-temurun. Berdasarkan penelitian uji fitokimia

menggunakan metode pereaksi warna yang dilakukan pada ekstrak akar

Rumbia teridentifikasi golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan

seperti tanin dan flavonoid yang dapat memberikan efek pengobatan

diantaranya tanin bersifat sebagai antibakteri dan astringen atau menciutkan

dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri, dapat mengatasi penyakit

seperti diare, Sedangkan flavonoid dalam bidang pengobatan mempunyai

aktifitas salah satunya dapat menurunkan kadar asam urat melalui

penghambatan enzim Xantin Oksidase

22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji fitokimia pada akar Rumbia

(Metroxylon sagu), dapat disimpulkan bahwa akar Rumbia (Metroxylon sagu)

mengandung golongan senyawa tanin dan flavonoid yang mempunyai efek

pengobatan diantaranya dapat menurunkan kadar asam urat.

B. Saran

1. Penelitian ini dapat di uji dengan metode lainya seperti metode

kromatografi.

2. Dilakukan Uji fitokimia golongan senyawa bermanfaat dalam

pengobatan diantaranya seperti golongan senyawa steroid dan golongan

senyawa metabolit sekunder lainya.

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Materia Medika Indonesia.Depkes RI. Jakarta Anonim.1978. Materia Medika Indonesia.Depkes RI. Jakarta Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia. Depkes RI. Jakarta Anonim. 1995. Materia Medika indonsia. Depkes RI. Jakarta Anonim. 2007. Permenkes. RI. Jakarta Anonim. 2008. Permenkes. RI. Jakarta Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Depkes RI.

Jakarta

Nasir, Abdul Muhith, Abd dan M. E. Ideputri, 2011.Metodologi Penelitian

Kesehatan. Cetekan 1.Yogyakarta. Penerbit Nuha Medika

Aziz. Saifudin, Viesa Rahayu dan Hilwan Yuda Teruna, 2011.Standarisasi Bahan Obat Alam.Cetakan Pertama.Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.

Agung Maulana. 2011. Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp) di PT.

National Sagu Prima, Selat Panjang Riau : Seleksi Bibit Sagu Berdas arkan Jenis Tinggi Pohon Induk dan Bobot Bibit Sagu Terhadap Pertumbu han Bibit Sagu dipersemaian . Bogor: Fakultas Institut Pertanian Bogor. re pository y.ipb .ac.id/ bitstream /hand le/123456789/.../A09ara1.pdf?..2. [28 Agustus 2012]

Cindy Bungas. 2010. Gambut Tropika Kalteng. bungas.student.umm.ac.id/ download-as.../student_blog_article_9.doc. [24 April2012] Didik Gunawan, Drs., Apt. SU dan Sri Mulyani, Dra., Apt. SU. 2004. Ilmu Obat

Alam (Farmakognosi) jilid I. Jakarta. Penerbit Penebar Swadaya. Elizabeth Tanuwijaya. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis,

Park. Fsb.)Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Galur Swiss-Webster Yang Diinduksi Aloksan.http://repository.Maranatha.edu/1744/1/0410047_Abstract_TOC.pdf.[ 24 April 2012]

Fransisca Ariantiningsih. 2008. Suaka Marga Satwa Rawa Singkil. Cetakan I.

Medan: Produksi Program Kampaye bangga. www.pdfio.com/k-190204.html. [17 April 2012]

24

Hak Cipta Institut Pertanian Bogor. Bab II Tinjauan Pustaka Pustaka http://repository.ipb.ac.id /bitstream/ handle/12345 6789/53066/BAB %20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3. [28 Agustus 2012]

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis

tumbuhan. Terbitan Ke-2. Bandung. Penerbit ITB Institute Pertanian Bogor. Bab IV Hasil Dan Pembahasan.http://repository.ipb.

ac.id/bitstream/handle/123456789/33134/Bab%20IV.Hasil%20dan%20 Pe mbahasan %20%20G07hin.pdf?sequenc e=8. [27 Agustus 2012]

Kurnia Retnowati.2009. Pengaruh Infusa Akar Tempuyung(Sonchus arvensis)

Terhadap Penurunan Kadar Urat Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus).Surakarta : Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.file:///C:/Documents%20and%20Settings/G11/My%20Documents /FLAVONID-ASAM%20URAT.htm. [23 Juni 2012]

Linnon Bastian Lumbanraja.2009.Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiflamasi

Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Tikus. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14501/1/09E02475.pdf. [24 Apr il2012]

Margono. S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Penerbit PT.

Rineka Cipta Pengelolaan Budidaya Sagu (Metroxylon sagu spp) Di PT National Sagu. Hak

Cipta Institut Pertanian Bogor.http://repository.ip b. ac.id/ bits tream /handle/123456789/51719/A11 yja_BAB%20II %20 Tinjauan% 20 Pusta k a.pdf?sequence=6. [28 Agustus 2012]

Plantamor. 2008,Informasi spesies .http://www.plantamor .com/index .php?plant

=843. [29 Agutus 2012] Soekidjo Notoatmodjo. Dr. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ke-

3. Jakarta. PT Rineka Cipta. Syamsuni.H. Drs., Apt. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.

Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Setyowati.F. M dkk. 2005. Etnobothani Masyrakat Dayak Ngaju di Daerah

Timpah Kalimantan Tengah. Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah: Bidang Botani Pusat Penelitian – LIPI. Ejurnal.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JTL/article/view/445/485.[24 april 2012]

25

Soedarsono Djojoseputro. 2012. Jamu Tradisional Nusantara. Cetakan I. Surabaya. Penerbit Liris.

Sovia Lenny, SSI, MSI.2006. Senyawa Terpenoida dan steroida. Medan: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1860/1/06003488.pdf. [24 april 2012]

Wartje Randa. 2012. Mengenal Jenis-Jenis Sagu di Maluku. Ambon: Balai Besar

Perbenihan& Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon. http://ditjenbun. deptan.go.id/bbp2tpbon/index.php?option=com_content&view=article& id =164%3Amengenal-jenis-jenis-sagu-di-maluku&catid=12%3Anews&Item id=21. [29 agustus 2012]

26

Skema Kerja

Skema kerja

Pemilihan Simplisia

Pembuatan simplisia

Analisa Laboratorium

Uji Fitokomia :

1. Alkaloid

2. Saponin

3. Tanin

4. Flavonoid

5.

Gambar Tanaman

Gambar Rumbia atau Sagu (Metroxylon

Kelurahan Menteng Kecamatan Jekan

Gambar 1

Gambar 2. A

Gambar Rumbia atau Sagu (Metroxylon sagu) di Kawasan Yos Sudarso III,

Kelurahan Menteng Kecamatan Jekan Raya, Provinsi Kalimantan Tengah

Gambar 1. Rumbia (Metroxylon sagu)

Gambar 2. Akar Rumbia (Metroxylon sagu)

27

28

Gambar 3. Akar Rumbia yang telah dikeringkan

Gambar 4. Akar Rumbia yang telah diiris kecil

Gambar 6. Hasil

Gambar 5. Serbuk akar Rumbia

Hasil Ekstraksi AkarRumbia (Metroxylon sagu)

29

Hasil Analisis Fitokimia pada Ekstrak Akar Rumbia

1. a). Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes Bouchardat LP -> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam.

b). Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes Mayer LP -> Hasil rtidak terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning.

c). Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes Drgendroff LP -> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna merah hingga jingga.

Hasil Analisis Fitokomia

Hasil Analisis Fitokimia pada Ekstrak Akar Rumbia

Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada

sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes

> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna cokelat

+ 2 tetes Bouch = Bouchardat LP

Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada

sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes

reaksi tidak terbentuk endapan menggumpal berwarna

+ 2 tetes Mayer LP =

Uji Fitokimia golongan senyawa Alkaloid pada

sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes

> Hasil reaksi tidak terbentuk endapan berwarna merah

+ 2 tetes =

Drgendroff LP

Hasil Analisis Fitokomia Akar Rumbia mengandung golongan senyawa

Alkaloid

30

mengandung golongan senyawa

2. UjiFitokimia golongan senyawa Flavonoid pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn Serbuk seng 0,5 g dan 2 ml HCl 2 N didiamkan selama 1 menit kemudian di reaksikan dgn 3 tetes HCL pekat -> Hasil reaksi terbentuk warna merah.

Hasil Analisis

3. Uji Fitokimia golongan senyawa Tanin pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan dgn 2 tetes FeCl3-> Hasil reaksi terbentuk warna biru kehitaman

Hasil Analisis

4. Uji Fitokimia golongan senyawa Saponin pada filtrat di reaksikan dgn Air suling 10 ml dikocok-kocok selama 10 detik kemudian direaksikan dgn 1 tetes HCL 2 N.

Hasil Analisis Fitokimia

Flavonoid pada filtrat

reaksikan dgn Serbuk 2 ml

didiamkan

reaksikan dgn 3 tetes > Hasil

+ 0,5 g serbuk seng = + 2 ml HCL 2 N + 3tetes HCL 2N

Hasil Analisis Fitokimia Akar Rumbia mengandung

golongan senyawa Flavonoid

Uji Fitokimia golongan senyawa Tanin pada filtrat sebanyak 2 ml di reaksikan

> Hasil reaksi terbentuk warna biru

+ 2 tetes FeCL3=

Hasil Analisis Fitokimia Akar Rumbia mengandung gelongan senyawa

Tanin

Uji Fitokimia golongan senyawa Saponin pada filtrat di reaksikan dgn Air suling

kocok selama

direaksikan dgn 1 tetes HCL

+ 10 ml Air +1 tetes HCL 2 N FeCL3

Fitokimia Akar Rumbia tidak mengandung golongan senyawa

Saponin

=

31

mengandung gelongan senyawa

tidak mengandung golongan senyawa