BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan...

49
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru dalam program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga berencana nasional pada paradigma baru adalah menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai integral dalam meningkatkan kualitas keluarga yang sangat mempengaruhi terwujudnya penduduk yang berkualitas (BKKBN, 2011). Tingginya angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah besar dan memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya. Salah satu bentuk perhatian khusus pemerintah dalam menanggulangi angka kelahiran yang tinggi tersebut, adalah dengan melaksanakan pembangunan dan keluarga berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). Gerakan Keluarga Berencana Nasional disiapkan untuk membangun sumber daya manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatka membangun keluarga sejahtera dalam rangka pelayanan KB.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma baru dalam program Keluarga Berencana Nasional telah

diubah visinya dari mewujudkan norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015.

Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,

memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab,

harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga

berencana nasional pada paradigma baru adalah menekankan pentingnya upaya

menghormati hak-hak reproduksi sebagai integral dalam meningkatkan kualitas

keluarga yang sangat mempengaruhi terwujudnya penduduk yang berkualitas

(BKKBN, 2011).

Tingginya angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah

besar dan memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya. Salah satu

bentuk perhatian khusus pemerintah dalam menanggulangi angka kelahiran

yang tinggi tersebut, adalah dengan melaksanakan pembangunan dan

keluarga berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006).

Gerakan Keluarga Berencana Nasional disiapkan untuk membangun sumber

daya manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran serta

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatka membangun keluarga

sejahtera dalam rangka pelayanan KB.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

2

Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014 adalah

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD (Intra Uterine

Device), implant (susuk) dan sterilisasi (BKKBN, 2011).

IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan

termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan

kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan satu kali

pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman

karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak

mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.

Program BKKBN memberikan penekanan pada kontrasepsi IUD terutama

adalah Cu T380 A yang menjadi primadona BKKBN. Adapun keuntungan –keuntungan

dari alat kontrasepsi tersebut adalah efektif segera setelah pemasangan, merupakan metode

jangka panjang (10 tahun proteksi dan tidak perlu diganti) Angka kegagalan hanya satu

dalam 125-170 kehamilan, Akseptor tidak perlu mengingat ngingat kapan dia harus ber

KB. Tidak ada pengaruh terhadap lingkungan seksual, meningkatkan kenyamanan tanpa

takut hamil. Tidak ada efek samping hormon dengan Cu T380 A. Tidak ada pengaruhnya

terhadap hambatan dan volume ASI dapat dipasang segera setelah melahirkan atau

sesudah abortus (Saifuddin, 2010).

Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) memperlihatkan proporsi

peserta KB yang terbanyak adalah suntik (85,6%), Pil (81,4%), IUD (58,1%), IMPLAN

(45,8%), MOW (20,3%), kondom (49,7%), MOP (11,9%), dan sisanya merupakan peserta

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

3

KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala

maupun senggama terputus (BKKBN, 2012).

Perolehan data dari Dinas Kependudukan Kesejahteraan dan Tenaga kerja

diprovinsi Aceh tahun 2012 bahwa jumlah keseluruhan penduduk diprovinsi aceh adalah

411.976 jiwa, jumlah keseluruhan pemakai KB berjumlah 151,436, pil (36,1%), suntik

(43,7%), implant (3,59%), kondom (11,8%), IUD (3,72%), MOW (0,8%), MOP (0,01%),

dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara

tradisional seperti pantang berkala maupun senggama terputus (BKKBN, 2012) .

Perolehan data Badan Koordinasi keluarga Berencana kabupaten pidie tahun 2012

yang menggunakan alat kontrasepsi pil (46%), suntik (45,5%), IUD (0,4%) implant

(0,36%), dan kondom (5,19% ), MOW (0,1%), MOP (0,00%).

Berdasarkan data dari Puskesmas simpang tiga tahun 2012 yang menggunakan alat

kontrasepsi terdiri dari: pil (4,6%), suntik (4,5%), kondom (0,7%), implant (0,01%),

IUD (0,00%).

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa AKDR sangat rendah, hal tersebut

disebabkan karena beberapa faktor diantaranya rendahnya pendidikan, ketidaktahuan

peserta tentang kelebihan KB IUD. Di mana pengetahuan terhadap alat kontrasepsi

merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrsepsi yang digunakan, kualitas

pelayanan KB, dilihat dari segi ketersediaan alat kontrsepsi, ketersediaan tenaga yang

terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, Adanya hambatan

dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrsepsi IUD, Norma-norma dimasyarakat,

salah satunya pemasangan IUD yang dilakukan diaurat (vagina), sehingga menimbulkan

perasaan malu sehingga enggan untuk menggunakan IUD (Maryatun 2007).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

4

Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi IUD,

Menarik minat penulis untuk melakukan penelitian yang menyangkut Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Yaitu “Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi

Penggunaan alat Kontrasepsi KB Intra Uterine Device (IUD) Di Wilayah Puskesmas

Simpang Tiga Kecamatan Pidie Tahun 2013”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang

menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apa Sajakah Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Penggunaan alat Kontrasepsi KB Intra Uterine Device ( IUD)

Di Wilayah Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan alat Kontrasepsi

KB Intra Uterine Device (IUD ) Di Wilayah Puskesmas Simpang Tiga kecamatan

Pidie Kabupaten Pidie.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan Akseptor KB terhadap

penggunaan alat Kontrasepsi KB IUD Di Wilayah Puskesmas Simpang

Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie.

b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan Akseptor KB terhadap

penggunaan alat Kontrasepsi KB IUD Di Wilayah Puskesmas Simpang

Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

5

c. Untuk Mengetahui pengaruh Dukungan keluarga Akseptor KB terhadap

penggunaan alat Kontrasepsi KB IUD Di Wilayah Puskesmas Simpang

Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan ini dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi guna

meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang Intra Uterine Device ( IUD)

2. Bagi Tempat Penelitian

Bagi puskesmas lebih mempromosikan tentang pemakaian IUD dan menambah

wawasan akseptor tentang manfaat dan keunggulan menggunakan metode alat

kontrasepsi dalam rahim

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi untuk peningkatan strategi pengembangan dan penelitian

tentang pengetahuan IUD yang lebih efektif dimasa yang akan datang

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penenelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian

di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Bagi Akseptor KB

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang bertujuan untuk menambah wawasan

akseptor KB

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh Subjek pada penelitian ini adalah

jenis kontrasepsi KB IUD, objek penelitiannya yaitu akseptor KB di Wilayah

Puskesmas Simpang Tiga.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian ini sebelumnya pernah diteliti oleh Firnaini tahun 2008 dengan

judul gambaran faktor-faktor pengetahuan akseptor KB tentang Alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) diwilayah kerja puskesmas Bandar Dua Kabupaten Pidie jaya,

Hasil penelitian ini 75% dari Akseptor belum mengetahui tentang alat kontrasepsi

dalam rahim.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya penggunaan kontrasepsi IUD, jumlah populasi dan

sampel, tempat dan waktu penelitian serta variable pendidikan dan dukungan

keluarga. Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subjek

penelitian yaitu pada objek penelitian yaitu akseptor KB.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Kontrasepsi dan IUD

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan

“konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah

pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 2005)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD) adalah

alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus berbentuk spiral atau

berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh

dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih (Irianto, 2007). Dengan adanya

alat ini dalam rahim, akan terjadi perubahan pada endometrium yang mengakibatkan

kerusakan (lysis) dari spermatozoa sehingga tidak dapat membuahi sel telur

(Huliana, 2006).

AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) merupakan pilihan kontrasepsi yang

efektif, aman dan nyaman bagi banyak wanita, Intra Uterine Device (IUD) atau

dengan nama lain Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat ini terbuat dari

plastik dan tembaga yang berbentuk T (oleh karenanya disebut Cuper T) alat ini

dengan suatu prosedur sederhana dimasukkan kedalam rahim.Alat ini berfungsi

untuk mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi didalam rahim. Alat ini

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

8

cukup efektif dengan kemampuan sampai 97-98% dalam mencegah kehamilan,

adapun lama pemakaiannya dapat sampai 4-5 tahun, setelah itu harus ganti dengan

yang baru (Salma, 2011)

2. Mekanisme kerja IUD

Mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti, tetapi cara kerja

bersifat lokal yaitu (Rahmawati, 2012)

a. Perubahan pada endometrium yang mengakibatkan kerusakan pada

spermatozoa yang masuk ke dalam rahim.

b. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

c. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN,

2002).

e. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

3. Keuntungan Intra Uterine Device (IUD)

Menurut Manuaba (2010) keuntungannya yaitu:

Efektifitasnya dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan,

Reversibel dan sangat efektif, Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat dipasang

segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus, tidak mempengaruhi hubungan

sexsual dan dapat meningkatkan kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut

hamil, Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

9

hormonal, Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. Membantu mencegah kehamilan

diluar kandungan, dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat

permanen.

4. Kerugian Intra Uterine Device (IUD)

Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi panggul, Perforasi uterus, usus

dan kandung kemih, bila terjadi bisa terjadi kehamilan ektopik, Tidak mencegah

infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/ AIDS sehingga wanita yang memiliki

peluang promosikuitas (berganti-ganti pasangan ) tidak direkomendasikan untuk

menggunakan alat kontrasepsi ini, prosedur medis (pemeriksaan pelvik ) diperlukan

sebelum pemasangan sehingga banyak perempuan yang takut menggunakan

kontrasepsi ini, Adanya perdarahan bercak atau postting selama 1-2 hari pasca

pemasangan tetapi kemudian akan menghilang. Klien tidak bisa memasang atau

melepas sendiri, petugas kesehatan yang diperbolehkan memasang juga yang terlatih,

Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama pemakaian,

sehingga akseptor harus mengecek keberadaan IUD dengan meraba menggunakan

jari benar pada liang vagina sewaktu-waktu (bila ada indikasi terlepasnya AKDR )

atau rutin pada akhir menstruasi.

Kemungkinan Komplikasi Cuper T 380 Sebagai berikut terdiri dari :

(Meilani, 2010).

Dapat terjadi perforasi pada saat pemasangannya, Menimbulkan keluhan

wanita (terdapat keputihan yang berlebihan, kadang – kadang bercak darah ),

Perdarahan yang tidak teratur, Perdarahan menstruasi lebih banyak, Rasa nyeri saat

menstruasi, Badan kurus karena banyak mengeluarkan keputihan,akan terasa sakit

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

10

dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan, Mungkin dapat menyebabkan

anemia jika pendarahan pada saat haid sangat banyak, jika pemasangan tidak benar,

bisa saja terjadi perforasi dinding uterus ( sangat jarang terjadi jika pemasangannya

benar ) bisa mengakibatkan :

a. Tidak bisa mencegah infeksi penyakit menular

b. Tidak baik digunakan pada perempuan yang rentan terkena penyakit

menular sexsual karena sering berganti pasangan.

c. Jika perempuan yang terkena IMS ( Infeksi menular sexsual ) memakai

IUD, dikhawatirkan akan memicu penyakit radang pelama bulan pertama

5. Waktu untuk pemasangan Intra Uterine Device (IUD)

Menurut Susianti (2010) waktu pemasangan IUD yang terbaik adalah:

a. Intra Uterine Device (IUD) dapat dipasang pada: Bersamaan pada menstruasi,

segera setelah menstruasi, pada akhir masa nifas (puerperium), tiga bulan pasca

persalinan, bersamaan dengan seksio sesaria, hari kedua-ketiga pasca persalinan

,dan lain-lain.

b. Intra Uterine Device (IUD) tidak dapat dipasang pada keadaan,terdapat infeksi

genetalia karena dapat menimbulkan eksesirbasi (kambuh) infeksi, dan keadaan

patologis lokal yaitu infeksi vagina, dugaan keganasan serviks, perdarahan

dengan sebab yang tidak jelas, pada kehamilan terjadi abortus, mudah perforasi,

perdarahan dan infeksi.

6. Indikasi Pemasangan Intra Uterine Device (IUD)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

11

Harna (2010) mengatakan indikasi IUD adalah:

a. Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih.

b. Ingin menjarangkan kehamilan.

c. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi namun takut atau menolak

cara permanenen.

d. Tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal karena mengidap

penyakit jantung, hipertensi,dan lain- lain.

e. Berusia diatas 35 tahun dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang

menguntungkan.

7. Kontra Indikasi Pemasangan Intra Uterine Device (IUD)

Kontra Indikasi Relatif antara lain ialah tumor ovarium. Kelainan uterus

(miom, polip dan sebagainya), gonorea, servisitis, kelainan haid, dismenorhoe dan

panjang kavum uteri yang kurang dari 6,5 cm (Sarwono, 2006)

Kontra Indikasi Mutlak pemasangan Intra Uterine Device (IUD) yaitu:

(Sarwono, 2006)

Diketahui atau dicurigai hamil, perdarahan vagina abnormal yang belum di

diagnosis, Namun apabila patologi uterus atau servik sudah dapat singkirkan, maka,

Intra Uterine Device (IUD) dapat dipasang, Dicurigai mengidap keganasan saluran

genital IUD dapat dipasang setelah dilakukan terapi lokal untuk lesi dini servik, IMS

atau PRP yang aktif atau baru terjadi dalam 3 bulan terakhir, Rongga uterus yang

mengalami distorsi hebat sehingga pemasangan/ penempatan sulit dilakukan

misalnya fibroid besar, Alergi terhadap tembaga atau penyakit Wilson ( jarang )

hanya untuk alat yang mengandung tembaga

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

12

8. Teknik Pemasangan dan Pencabutan Intra Uterine Device (IUD)

Pemasangan, Penggunaan dan instruksi pemakaian kontrasepsi IUD. Memberi

salam sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri, Anamese, konseling pra pemasangan

AKDR/ IUD, Beri penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan diberi dukungan

mental agar ibu tidak cemas,mengisi formulir informed consent, Menyiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan : (Sarung tangan, duk steril, ring tang, spekulum, penster

klem, tena kulum, sonde uterus, gunting benang, kom untuk larutan DTT dan Betadine,

kassa, meja gynokolog, AKDR/ IUD dalam kemasan, Memasukan tabung inserter yang

sudah berisi AKDR/ IUD dalam kanalis servikalis sampai ada tahanan, Mengeluarkan

tabung inserter, potong benang saat tampak keluar dari lubang tabung 3-4cm, cuci tangan,

catat semua hasil tindakan dokumentasi.

9. Jenis dan Pemasangan Intra Uterine Device (IUD)

Menurut Manuaba (2010) jenis dan pemasangan IUD adalah:

a. Jenis Lippes Loop.

Cara pemasangannya adalah: Lippes Loop dimasukkan kedalam intudusor dari

pangkal, sampai mendekati ujung proksimal, tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai

dengan keinginan atau dipotong kemudian setelah pemasangan, intodusor dimasukkan

kedalam rahim, sesuai dengan dalamnya rahim,pendorongAKDR dimasukkan kedalam

intodusor untuk mendorong sehingga lippes loop terpasang, setelah terpasang maka

intodusor dan pendorongnya ditarik bersama, dan tali AKDR dapat dipotong sependek

mungkin untuk menghindari sentuhan penis menghindari infeksi.

a. Jenis Cupper T atau Seven Cupper.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

13

AKDR Cupper T atau Seven Cuper telah tersedia dalam keadaan steril,dan baru

dibuka menjelang pemasangan dengan cara yaitu : Bungkus Cuper T dibuka, AKDRnya

dimasukkan kedalam intodusor melalui ujungnya sampaia batas tertentu dengan memakai

sarung tangan steril, introdusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim

sampai menyentuh fundus uteri dan ditarik sedikit, pendorong selanjutnya mendorong

AKDR hingga terpasang, introdusor dan pendorongnya ditarik

b. Jenis Multiload atau Medusa.

AKDR jenis ini siap dipasang langsung dengan cara: pembungkus AKDR

telah siap dipasang langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri, tanpa

berhenti, setelah mencapai fundus uteri intodusor ditarik, tali AKDR dipotong sependek

mungkin, dan sterilisasi pemasangan Medusa atau Multiload lebih terjamin.

B. Gambar-Gambar Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR atau IUD)

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Intra Uterine Device

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

14

C. Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Akseptor KB Menggunakan

Metode Kontrasepsi IUD

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa faktor faktor yang berpengaruh

terhadap penggunaan kontrasepsi IUD adalah pemberi pelayanan kesehatan, fasilitas

pelayanan kesehatan yaitu: ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan

kualitas yaitu:keyakinan, tradisi, nilai agama, faktor informasi yaitu; tenaga

kesehatan, media massa, kelompok masyarakat, keluarga dan pengalaman orang lain,

karakteristik individu yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi,

pengalaman, dan persepsi.

Dari penelitian terdahulu diketahui banyak faktor yang mempengaruhi

Akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD diantaranya pendidikan,

pengetahuan, ketersediaan alat kontrasepsi KB, petugas kesehatan, media informasi,

biaya pemasangan dan dukungan suami. (Penelitian syamsiah, 2002), Farahwati

(2009). Dalam penelitian ini penulis hanya membahas variabel yang diteliti yaitu:

pendidikan, pengetahuan, dukungan suami.

1. Pendidikan

Menurut Proverawati (2010) pendidikan merupakan proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang/ kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, pendidikan suami-istri yang

rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga

pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang juga terbatas.

Tingkat penerimaan program KB sangat dipengaruhi oleh faktor

pendidikan baik suami maupun istri, biasanya dengan semakin tinggi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

15

pendidikan yang dicapai, penerimaan akan lebih mudah. Dengan pendidikan

maka seorang akan dapat berfikir secara rasional dan terbuka terhadap ide-ide

baru dan perubahan.

Partisipasi akseptor dalam ber KB dinilai sangat rendah,hal ini terlihat

jelas pada masyarakat pedesaan yang justru merupakan sebagian besar dari

jumlah penduduk indonesia dengan tingkat pendidikan yang tergolong rendah,

disamping itu dipengaruhi juga oleh hambatan kultural dalam masyarakat yang

menganggab KB adalah urusan perempuan, karena perempuan yang hamil dan

melahirkan sehingga menjadi kebiasaan perempuan untuk menerima prilaku

sosial tersebut sebagai hal yang wajar (BKKBN,2005)

Dari hasil penelitian terdahulu yang diteliti oleh peneliti saudari

Ainsyaturradhiah tahun 2012 berjudul gambaran faktor-faktor pengetahuan

akseptor KB tentang alat kontrasepsi IUD bahwa Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan, karena pengetahuan dipengaruhi pendidikan

formal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula tingkat

pengetahuannya. Pendidikan sangat mempengaruhi seseorang dalam

memotivasi untuk siap berperan serta dalam membangun kesehatan.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang.

Pendidikan: diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab

itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

16

mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga seseorang lebih mudah

menerima terhadap nilai-nilai yang baru dikembangkan.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi seseorang untuk bertindak

dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan

tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang

berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan dalam

arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan-bahan / materi

pendidikan pada sasaran pendidik (anak didik) guna mencapai perubahan

tingkah laku / tujuan (Notoatmodjo, 2005).

a. Jenjang pendidikan dasar antara lain SD, MIN, SMP, atau sederajat.

b. Jenjang pendidikan menengah antara lain SMU atau sederajat

c. Jenjang pendidikan tinggi yaitu program Diploma, Sarjana,Megister,

Specialis dan Dokter yang di selenggarakan oleh perguruan tinggi.

2. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang pada calon akseptor sangat berpengaruh

terhadap pemakaian kontrasepsi IUD, IMPLAN, MOW dari beberapa temuan

fakta memberikan implikasi program yaitu: manakala pengetahuan dari wanita

kurang maka penggunaan kontrasepsi terutama MKJP (metode kontrasepsi jangka

panjang) juga menurun. Para suami juga perlu diberi informasi karena faktor

ketidaktahuan suami akan melarang istri menggunakan metode kontrasepsi jangka

panjang (Proverawati,dkk,2010).

Pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam

menentukan metode kontrsepsi yang digunakan, kualitas pelayanan KB, dilihat

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

17

dari segi ketersediaan alat kontrsepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan

kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, Adanya hambatan

dukungan dari keluarga khususnya suami dalam pemakaian alat kontrsepsi IUD,

sangat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi IUD (Maryatun 2007).

Hasil penelitian dari penelitian sulistio (2010) diketahui salah satu faktor

yang sangat mempengaruhi Akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD

yaitu pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

prilaku terbuka, manakala pengetahuan wanita kurang maka minat dalam

penggunaan kontrasepsi terutama IUD juga menurun.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian.

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat untuk terbentuknya tindakan

seseorang ( Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan merupakan pemahaman secara internal berdasarkan pada

fakta-fakta ilmiah, pengalaman atau kepercayaan tradisional. Pengalaman

menunjukan bahwa pengetahuan ini penting tetapi tidak cukup untuk merubah

suatu tindakan karena ada factor lain yang mempengaruhinya seperti persepsi,

motivasi, ketrampilan/keahlian dan lingkungan sosial (Kartjadi, 2005 ).

Pengetahuan terhadap sejumlah teori-teori yang biasa membantu program

perencanaan dan menjelaskan hubungan diantara faktor-faktor yang berbeda

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

18

sehingga mempengaruhi perilaku dan perubahannya. Pengetahuan didapat dengan

menggunakan inovasi-inovasi yang benar dari informasi yang ada biasa

membantu pada program perencanaan dan menjelaskan hubungan diantara faktor-

faktor yang berbeda sehingga mempengaruhi perilaku dan perubahannya

(Kartjadi, 2005).

Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi

terhadap tindakan yang dilakukan. Pengetahuan seseorang tidak secara mutlak

dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh dari

pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang

kemudian menjadi dipahami.

Sumber-sumber pengetahuan yaitu:

1. Pengetahuan Empiris./Posteriori.

Pengetahuan Empiris/ Posteriori lebih menekankan pengamatan dan

pengalaman inderawi. Bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan

observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga

dapat berkembang menjadi pengetahuan. Deskriptif bila seseorang dapat

melukiskan menggambarkan segala ciri,sifat dan gejala yang ada pada objek

empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman

pribadi manusia yang terjadi berulang kali.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

19

2. Pengetahuan Rasionalisme.

Pengetahuan rasionalisme didapatkan melalui akal budi, lebih

menekankan pada pengalaman misalnya pengetahuan tentang matematika

(Irmayanti, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan yang diinginkan di dalam

domain kognitif mempunyai 6 ( enam) tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi Real ( nyata / sebenarnya)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tertentu.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

20

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek ( Notoatmojo, 2005).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara,

angket/kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian/responden (Notoatmdjo,2003).

Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai

berikut :

1) > 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah

kategori baik.

2) 60-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah Kategori

Cukup.

3) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah

kategori kurang.

3. Dukungan Suami.

Pendekatan yang mempromosikan kesetaraan dan distribusi pelayanan dan

tanggung jawab kesehatan antara laki-laki dan perempuan merupakan pendekatan

yang paling efektif. Pada saat ini telah timbul upaya untuk melibatkan laki-laki

secara aktif dalam program kesehatan reproduksi, diantaranya pelayanan KB. Pada

program KB tradisional yang berfokus pada laki-laki sebagai pengguna dan

pengambil keputusan alat kontrasepsi yang dapat mendorong perempuan untuk

menggunakan alat kontrasepsi (Hasan, 2008).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

21

Bentuk partisipasi laki-laki dalam KB bisa dilakukan secara langsung maupun

tidak langsung. Partisipasi secara langsung sebagai akseptor KB. Dan partisipasi pria

secara tidak langsung adalah: mendukung istri dalam berKB, motivator,

merencanakan jumlah anak dalam keluarga dan mengambil keputusan bersama

(Suryono,2008).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran suami dalam

penggunaan alat kontrasepsi yaitu:

1.Motivator.

Menurut Sugiri (2009), peran pria dalam program KB tidak berhenti

hanyasebagai peserta. Mereka juga harus menjadi motivator wanita dalam ber KB,

ikut merencanakan usia kehamilan, jumlah anak dan jarak kehamilan. Strategi utama

yang dilakukan adalah: dengan mendorong keikutsertaan pria dalam memutuskan

menggunakan alat KB, yang akan dipakai, aktif dalam mendukung pelaksanaan KB

dimasyarakat, dan ikut sebagai peserta KB. Upaya peningkatan partisipasi pria dalam

pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi akan dilaksanakan dengan benar-

benar memperhatikan kesamaan hak dan kewajiban reproduksi suami istri untuk

mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.

Peran suami sebagai motivator dengan memberikan motivasi/dorongan

kepada anggota keluarga/saudaranya yang sudah berkeluarga dan masyarakat

disekitarnya untuk menjadi peserta KB dengan menggunakan salah satukontrsepsi

untuk memotivasi orang lain, maka seyogyanya dia sendiri harus sudah menjadi

peserta KB karena keteladanan sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang motivator

yang baik (Suryono,2008).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

22

Disamping itu para suami harus berani ikut mendorong pengembangan

cara,alat,atau obat kontrasepsi baru. Dengan komitmen dan langkah-langkah nyata

seperti itu diharapkan tingkat kematian ibu karena mengandung dan melahirkan

dapat segera diturunkan dan indonesia bisa mendekati negara-negara lain yang telah

terlebih dahulu menurunkan angka kematian karena proses reproduksi tersebut.

Semoga bangsa kita juga sanggup menjadikan proses reproduksi sebagai suatu

peristiwa yang manusiawi (Suryono, 2001)

Kurang berperannya suami dalam program KB dan kesehatan reproduksi

disebabkan oleh pengetahuan suami mengenai KB yang relatif rendah. Disamping itu

terkesan selama ini program KB itu hanya urusan perempuan, sehingga laki-laki

cenderung pada posisi yang pasif (Singodimedjo, 2009).

Menurut Suryono (2008), apabila disepakati istri yang akan ber KB, peranan

suami adalah: mendukung dan memberikan kebebasan kepada istri untuk

menggunakan kontrasepsi atau cara/metode KB,adapun dukungannya meliputi

a. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai

dengan keinginan dan kondisi istrinya.

b. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar,

seperti mengingatkan saat suntikan KB dan mengingatkan istri untuk

kontrol.

c. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun

komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.

d. Mengantar istri kefasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol/rujukan.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

23

e. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini

terbukti tidak memuaskan.

f. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode

pantang berkala.

i. Mengggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak

memungkinkan.

2.Pengambilan Keputusan.

Pria atau suami memiliki peran lebih dominan dalam mengambil keputusan

terhadap kesehatan reproduksi wanita. Namun informasi yang benar tentang

kesehatan reproduksi bagi pria diindonesia masih sangat kurang. Terutama mereka

tidak punya banyak pilihan dalam menggunakan metode kontrasepsi yang

cocok/singodimedjo, 2009).

Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan antar suami dan

istri dengan mempertimbangkan kesehatan dan kemampuan untuk memberikan

pendidikan dan kehidupan yang layak. Dalam kaitan ini suami perlu mengetahui apa

yang dimaksud dengan 4 terlalu yaitu: terlalu muda untuk hamil/melahirkan, terlalu

tua untuk melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak antara kehamilan

sebelumnya dengan kehamilan berikutnya,merencanakan jumlah anak dalam

keluarga dapat dilakukan dengan memperhatikan usia reproduksi istri (Suryono,

2008).

Memasuki awal perkawinan, suami memiliki peran penting dalam

menentukan kelahiran anak. Dari perencanaan keluarga yang meliputi penentuan

jumlah anak, kapan istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

24

sebagainya, merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi dan

memilih kontrasepsi (wilopo,2001).

Peneliti yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan bahwa suami,

sangat mempengaruhi pilihan kontrasepsi, jika seorng wanita percaya bahwa

suaminya mendukung kontrasepsi, kemungkinan metode kontrsepsi meningkat

(Sulistio, 2010).

Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang kekuasaan dalam

pengambilan keputusan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak,

karena suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dalam rumah tangga dan

pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin tidak menyetujui pasangan untuk

menjadi akseptor KB karena mereka belum mengetahui dengan jelas cara kerja

berbagai alat kontrasepsi yang ditawarkan dan suami akan kawatir tentang kesehatan

istrinya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa suami mempunyai pengaruh besar

terhadap penggunaan kontrasepsi yang digunakan oleh istrinya. Dalam hal ini

pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya dalam penggunaan metode

kontrasepsi untuk istrinya, khususnya dalam pemilihan kontrasepsi dan menjadi

peserta KB (Effendi, 2008)

Dukungan keluarga salah satu faktor penguat (reinforcing factor) yang dapat

mempengaruhi seseorang dalam berprilaku. Sedangkan dukungan keluarga dalam

KB Merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab keluarga. Dalam

hal ini adalah suami dalam mendukung dan memberikan kebebasan pada istri untuk

menggunakan kontrasepsi atau metode KB IUD (Darmawan, 2009)

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

25

D. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo, 2005, Kerangka konsep penelitian pada dasarnya

adalah hubungan antara konsep, konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan. Kerangka konsep penelitian ini, Hubungan Pendidikan,

Pengetahuan, dan Dukungan Suami terhadap faktor-faktor penggunaan kontrasepsi

IUD Di wilayah Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Tahun 2013.

Karena keterbatasan waktu dan biaya,penulis hanya memfokuskan pada

variabel, pendidikan, pengetahuan, dan dukungan keluarga dapat dilihat pada bagan

dibawah ini:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.

E. Hipotesa

1.Ha: Ada pengaruh pendidikan Akseptor KB terhadap penggunaan IUD.

1. Ha : Ada pengaruh pengetahuan Akseptor KB terhadap penggunaan IUD.

2. Ha: Ada pengaruh Dukungan Suami Akseptor KB terhadap penggunaan IUD.

Pendidikan

Pengetahuan Pengaruh penggunaan

Alat kontrasepsi KB IUD.

Dukungan Suami

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

Penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama mengetahui faktor-factor yang

mempengaruhi penggunaan alat kontrsepsi KB IUD diwilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Akseptor KB yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Simpang Tiga jumlah

akseptor KB bulan Januari s/d Juni 2013 yang berjumlah 494 orang.

2. Sampel

Pemilihan sampel peneliti didasarkan atas kriteria inklusi yaitu:

karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau akan diteliti, kriterianya adalah:

a. Akseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi

b. Akseptor KB yang tinggal dekat di wilayah kerja puskesmas

c. Akseptor KB yang bersedia diteliti

d. Akseptor KB yang dari 12 desa yang sudah di tentukan

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

27

Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah Purposive

Sampling. Sampel dicari dengan menggunakan rumus Slovin ( Notoatmodjo,

2010 ) yaitu :

( ) ( )

( ) ( )

( )

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

d : persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir.

Peneliti menentukan proporsi sampel dengan mempertimbangkan jumlah

Akseptor KB disetiap desa dalam wilayah dengan menggunakan yaitu:

Ket : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

Ʃ = jumlah seluruh akseptor KB

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

28

Untuk data jumlah Akseptor KB diwilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga

dan penjelasan proporsi sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1

NO WILAYAH KERJA PUSKESMAS POPULASI (N) SAMPEL (n)

1. Puskesmas Simpang Tiga 61 10

2. Desa Pante 61 10

3. Desa Cot Jaja 51 9

4. Desa Paloh Tox Due 45 7

5. Desa Bungie 45 7

6. Desa Kampung Blang 45 8

7 Desa Gigieng 40 7

8 Desa Seuke 33 5

9 Desa Paleu 37 6

10 Desa Sukon 25 4

11 Desa Mantak Tari 31 6

12 Desa Cebrek 20 4

Total 494 83

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Pengumpulan data ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Simpang

Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 7 Juni 2013.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

29

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang dikumpulkan adalah data yang langsung diperoleh dilapangan

dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang selanjutnya diisi

oleh responden. Kemudian peneliti menjelaskan tentang petunjuk pengisian

kuesioner, setelah responden mengerti tentang penjelasan tersebut maka

kuesioner diberikan untuk isi. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian

kuesioner untuk memudahkan responden jika ada hal-hal yang tidak mengerti,

dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.

2. Data Sekunder

Data yang penulis peroleh dari Dinas Kesehatan, Klinik bidan swasta dan

dari Puskesmas setempat, data Puskesmas Simpang Tiga serta referensi yang

berkaitan dengan penelitian.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

30

E. Definisi Operasional

N

o

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Penggunaan

alat

Kontrasepsi

KB IUD.

Ibu yang

menggunakan

alat kontrasepsi

KB.

kuesioner Kuesione

r

Menggunak

an

Tidak

menggunak

an

Ordina

l

Variabel Independen

Pendidikan Jenjang

pendidikan

terakhir yang

pernah

diselesaikan

orang tua di

buktikan

dengan

ijazah terakhir.

Tinggi:

Diploma/S1

Menengah:

SMA/sederaj

at

Dasar:Tidak

tamat SD,SD

SMP.

kuesioner

Tinggi

Menengah

Dasar

Ordina

l

2. Pengetahuan Segala hal

pemahaman

yang diketahui /

dimengerti oleh

ibu tentang

kontrasepsi

IUD.

Mengedarka

n kuesioner

dengan 20

pertanyaan

Tinggi : >

76-

100%

Sedang : 60-

76%

Rendah : <

60

%

kuesioner - Tinggi

- Cukup

- Rendah

Ordina

l

3. Dukungan

Suami

Segala bentuk

dukungan yang

diberikan suami

dalam

penggunaan

kontrasepsi

Mengedarka

n

kuesioner 10

pertanyaan

dengan

kriteria :

kuesioner Mendukung

Tidak

Mendukung

Ordina

l

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

31

Tabel 3.2 Definisi Operasional

F.Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalasm penelitian ini berupa kuesioner yang

yang berisi 32 pertanyaan yang terdiri dari 1 pertanyaan tentang pendidikan, 1

pertanyaan tentang pemilihan IUD, 20 pertanyaan tentang pengetahuan,10

pertanyaan tentang dukungan suami, dengan pertanyaan nomor

1,2,4,7,8,9,14,16,17,19 adalah pertanyaan positif dan nomor

3,5,6,10,11,12,13,15,18,20 adalah pertanyaan negatif dengan kriteria jawaban

positif bila menjawab ya diberi nilai 1, apabila menjawab tidak diberi nilai 0.

Pertanyaan dalam bentuk negatif apabila menjawab ya diberi nilai 0, apabila

menjawab tidak diberi nilai 1.

G.Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) Pengolahan data dilakukan dengan

tahap sebagai berikut :

a. Editing

Memeriksa data yang telah dikumpulkan dan diperiksa kebenarannya.

b. Coding

pada akseptor

KB.

Mendukun

g x

Tidak

mendukung

:

x<6

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

32

Lembaran kuesioner diberi kode berdasarkan jawaban yang diberikan

responden, pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau setelah

pengumpulan data.

c. Transferring

Penyusunan data agar mudah dijumlah, disusun dan didata untuk

disajikan dan analisa.

d. Tabulating,

memindahkan data yang diperoleh dan disusun ke dalam table

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini menghasilkan

distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010)

Dalam menentukan kategori setiap variabel, maka peneliti dapat berpedoman

pada nilai rata-rata ( x ) setiap variabel tersebut. Adapun rumus mean, yaitu:

x = N

x

Keterangan:

x = Nilai rata-rata semua responden

x = Nilai semua responden

N = Jumlah sampel.

Kemudian setelah diketahui kategori untuk setiap variabel, peneliti akan

menghitung frekuensi dan mencari persentasi pada setiap variabel dengan

memakai rumus:

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

33

P = N

F x 100 %

Keterangan:

P = Persentase

F = Jumlah jawaban benar

N = Jumlah soal (Machfoedz, MS, 2009)

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk tabel

silang dengan melihat hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen, mengggunakan uji statistik chi-square. Dengan batas kemaknaan

(α = 0,05) atau Confident level (CL) = 95% diolah dengan komputer

menggunakan program SPSS 17.

Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam tabel

contingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di analisa untuk

membandingkan antara nilai P value dngan nilai alpha (0,05), dengan

ketentuan :

1) Ha diterima dan Ho di tolak : Jika P value ≤ 0,05 artinya ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependent.

2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

34

Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program

komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut :

1. Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari

5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

2. Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang

dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction

3. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan

lain-lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square

4. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan

(e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel

kontigency 2x2 (Budiarto, 2002 ).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

35

BAB I V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Simpang Tiga merupakan salah satu puskesmas milik

pemerintah yang berada dalam kawasan Aceh Pidie yang terletak di Kecamatan

Simpang Tiga. Puskesmas Simpang Tiga menepati areal seluas ± 400 m, yang

terdiri dari gedung puskesmas 1 unit dan rumah para medis 5 unit dan memilki

wilayah kerja seluas 5600 Ha yang berbatasan dengan :

a. Sebelah barat : berbatasan dengan kecamatan kota sigli.

b. Sebelah timur : berbatasan dengan kecamatan lampoh saka.

c. Sebelah utara : berbatasan dengan kecamatan kembang tanjong

d. Sebelah selatan : berbatasan dengan kecamatan pidie.

Puskesmas Simpang Tiga mempunyai tenaga kesehatan yang terdiri dari 2

orang Doktor umum, 33 orang Bidan, 11 Perawat, 1 Perawat Gigi, 3 Tenaga Gizi,

2 Analis, 3 Tenaga Kesehatan Lingkungan, Ruang Kerja Dari Puskesmas

Simpang Tiga Terdiri Dari Poli Umum, Kartu, Apotik, Laboratorium, Ruang

KIA, Ruang KB, Ruang Imunisasi, Ruang Tata Usaha, Ruang Bersalin, Ruang

Rawat Inap, Ruang Gigi, Poli umum, Ruang Kepala dan Ruang Tenaga

Kesehatan Lingkungan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

36

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah kerja

Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Aceh Pidie

terhadap 83 responden, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1.Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisa terhadap tiap-tiap variabel,

variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas), yang meliputi

penggunaan metode kontrasepsi IUD, pendidikan, pengetahuan, dan dukungan

keluarga.

a. Penggunaan Kontrasepsi IUD

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penggunaan Kontrasepsi IUD di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013

No. Penggunaan Metode Kotrasepsi

IUD

Jumlah Persentase

(%)

1.

2.

Menggunakan

Tidak Menggunakan.

11

72

13,3

86,7

Jumlah 83 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga yaitu sebanyak 72

(86,7%) tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

37

b. Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1.

2.

3.

Tinggi

Menengah

Dasar.

20

49

14

24,1

59,0

16,9

Jumlah 83 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

pendidikan responden di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga berada pada

jenjang pendidikan menengah yaitu 49 (59,0%).

c. Pengetahuan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013

No. Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1.

2.

3.

Tinggi

Sedang

Rendah

23

20

40

27,7

24,1

48,2

Jumlah 83 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga yaitu 40 (48,2%)

memiliki pengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi IUD.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

38

d. Dukungan Suami

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan suami Akseptor KB di

WilayahKerja Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013

No. Dukungan Suami Jumlah Persentase (%)

1.

2.

Mendukung

Tidak Mendukung

61

22

73,5

26,5

Jumlah 83 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga yaitu 61 (73,5%)

mendapatkan dukungan suami dalam menggunakan alat kontrasepsi.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antar variabel yang meliputi pendidikan, pengetahuan, dan dukungan suami

terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

a. Pengaruh Pendidikan Akseptor KB Terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

Tabel 4.5 Pengaruh Pendidikan Akseptor KB Terhadap Penggunaan

Kontrasepsi IUD di Wilyah Kerja Puskesmas Simpang Tiga

Tahun 2013

Pendidikan Penggunaan IUD Total P Value

Menggunakan Tidak

Menggunakan

f % f % f %

Tinggi

Menengah

Dasar

8

3

0

40,0

6,1

0,0

12

46

14

60,0

93,9

10,0

20

49

14

100

100

100

0,000

Jumlah 11 13,3 72 86,7, 83 100

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

39

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa 14 (100%) ibu yang

berada pada jenjang pendidikan dasar tidak menggunakan IUD sebagai alat

kontrasepsi, sedangkan 8 (40%) ibu dengan pendidikan tinggi memilih IUD

sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05

didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada Pengaruh yang

signifikan antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi IUD

b. Pengaruh Pengetahuan Ibu Akseptor KB Dengan Penggunaan IUD

Tabel 4.6 Pengaruh Pengetahuan Akseptor KB Terhadap Penggunaan

Kontrasepsi IUD di Wilyah Kerja Puskesmas Simpang Tiga

Tahun 2013

Pengetahuan Penggunaan IUD Total P Value

Menggunakan Tidak

Menggunakan

f % f % f %

Baik

Cukup

Rendah

9

0

2

39,0

0

5,0

14

20

38

5,0

0

39,1

23

20

40

100

100

100

0,000

Jumlah 11 13,3 72 86,7 83 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa 38 (95%) ibu yang

memiliki pengetahuan kurang tidak menggunakan IUD sebagai alat

kontrasepsi, sedangkan 9 (39,1%) ibu dengan pengetahuan baik memilih IUD

sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05

didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada Pengaruh yang

signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

40

c. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Penggunaan IUD

Tabel 4.7 Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Kontrasepsi

IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013

Dukungan Suami Penggunaan IUD Total P Value

Menggunaka

n

Tidak

Menggunakan

f % f % f %

Mendukung

Tidak Mendukung

11

0

18,0

0

50

22

82,0

100

61

22

100

100

0,032

Jumlah 11 13,3 72 86,7 83 100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa 22 (100%) ibu yang

tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi tidak ada dukungan dari

suami. Dan sebanyak 11 (18%) ibu yang ada dukungan dari suami memilih

IUD sebaga alat kontrasepsi . Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada =

0.05 didapatkan nilai P Value 0.032, sehingga memperlihatkan ada pengaruh

yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

41

C. Pembahasan

1. Pengaruh Pendidikan Dengan Penggunaan IUD

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 59,0% pendidikan

ibu akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga berada pada

jenjang pendidikan menengah yaitu tingkat SMA.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi seseorang untuk bertindak

dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan

tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang

berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan dalam

arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan-bahan / materi

pendidikan pada sasaran pendidik (anak didik) guna mencapai perubahan

tingkah laku dan tujuan (Notoatmodjo, 2005).

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab

itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin

mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga seseorang lebih mudah

menerima terhadap nilai-nilai yang baru dikembangkan (Notoatmodjo, 2005)

Hasil analisa data bivariat menunjukkan bahwa 100% ibu yang berada

pada jenjang pendidikan rendah tidak menggunakan IUD sebagai alat

kontrasepsi, sedangkan 40% ibu dengan pendidikan tinggi memilih IUD

sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

42

didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Berdasarkan hasil analisis bivariat tersebut menunjukkan bahwa ada

hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemakaian metode kontrasepsi

IUD. Berarti terdapat kecenderungan bahwa pendidikan tinggi seseorang

akan berpengaruh terhadap pemakaian metode kontrasepsi IUD. Hal ini

dimungkinkan bahwa selama proses pembelajaran berkaitan dengan

informasi pelayanan KB. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa

pemakaian metode kontrasepsi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, yang

berarti tingkat pendidikan ibu sebelumnya akan mempengaruhi ibu dalam

praktek pemakaian metode kontrasepsi IUD. Penelitian tersebut sama

dengan penelitian yang dilakukan di Kenya menunjukan bahwa

responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih

tinggi menggunakan alat kontrasepsi IUD dan Implant dibandingkan

dengan responden yang berpendidikan rendah. Sedangkan responden

yang tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk

menggunakan metode kontrasepsi IUD (Magadi, 2003)

Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu dan

pasangan untuk menentukan jumlah anak. Berbagai penelitian telah

membuktikan bahwa peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap

peningkatan penggunaan alat kontrasepsi. Hasil di Kenya menunjukan

bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang

lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi IUD dan Implant dibandingkan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

43

dengan responden yang perpendidikan rendah. Sedangkan responden yang

tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk menggunakan

metode kontrasepsi IUD.

Menurut asumsi peneliti pendidikan akan mempengaruhi sikap

seseorang dalam pengambilan keputusan karena semakin tinggi tingkat

pendidikan akan semakin rasional dalam pengambilan keputusan hal ini juga

akan berlaku dalam pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi

yang sesuai, tepat dan efektif bagi ibu untuk mengatur jarak kehamilannya

ataupun membatasi jumlah kelahiran.

2. Pengaruh Pengetahuan Dengan Penggunaan IUD

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa 48,2% pengetahuan

tentang alat kontrasepsi pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Simpang Tiga berada pada kategori kurang. Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2007).

Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi

terhadap tindakan yang dilakukan. Pengetahuan seseorang tidak secara

mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh

dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

44

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima

yang kemudian menjadi dipahami (Notoatmodjo, 2007)

Berdasarkan hasil analisa data bivariat menunjukkan bahwa 95% ibu

yang memiliki pengetahuan kurang tidak menggunakan IUD sebagai alat

kontrasepsi, sedangkan 39,1% ibu dengan pengetahuan baik memilih IUD

sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05

didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi IUD karena

semakin baik pengetahuan responden maka tingkat kesadaran responden

untuk menggunakan IUD semakin tinggi karena IUD lebih efektif

dibandingkan KB lain.

Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa

rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD dikarenakan kurangnya pengetahuan

akseptor tentang kelebihan metode tersebut. Ketidaktahuan akseptor tentang

kelebihan metode kontrasepsi IUD disebabkan informasi yang disampaikan

petugas pelayanan KB kurang lengkap.

Penelitian Katz menunjukan bahwa rendahnya pemakaian metode

kontrasepsi jangka panjang terutama IUD di El Salvador karena tiga hal

yaitu karena adanya rumor dan mitos dan pengetahuan tentang metode

kontrasepsi tersebut yang kurang baik; tidak cukupnya perhatian terhadap

metode tersebut selama pelayanan keluarga berencana dan tidak cukupnya

jumlah pemberi pelayanan keluarga berencana terhadap metode tersebut

(Maryatun, 2009).

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

45

Menurut asumsi peneliti pengetahuan akseptor KB sangat erat kaitannya

terhadap pemilihan alat kontrasepsi, karena dengan adanya pengetahuan yang

baik terhadap metode kontrasepsi tertentu akan merubah cara pandang

akseptor dalam menentukan kontrasepsi yang paling sesuai dan efektif

digunakan sehingga membuat pengguna KB lebih nyaman terhadap

kontrasepsi tersebut dan dengan pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi

dapat menghindari kesalahan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang paling

sesuai bagi pengguna itu sendiri..

3. Pengaruh Dukungan Suami Dengan Penggunaa IUD

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan terdapat 26,5% suami di wilayah

kerja Puskesmas Simpang Tiga yang tidak memberikan dukungan kepada

istri untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003) dukungan

adalah sokongan, penunjang, bantuan. Dalam hal ini adalah sokongan,

dukungan, bantuan suami sebagai pasangan hidup dari akseptor dalam

menentukan keputusan pilihan terhadap tindakan yang akan dilakukan yaitu

jenis pemilihan kontrasepsi yang digunakan.

Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan yang membuat

penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan

tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat

membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan

keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman

dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

46

emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan

keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan

psikologis (Radmacher, 2008)

Berdasarkan hasil analisa data bivariat menunjukkan bahwa 100% ibu

yang tsidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi tidak mendapatkan

dukungan dari suami. Dan sebanyak 18% ibu yang mendapatkan dukungan

dari suami memilih IUD sebagai alat kontrasepsi . Hasil uji statistik dengan

Chi-Square pada = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.032, sehingga

memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami

dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Duong dkk di

Mexico akan pengaruh suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada

wanita. Penelitian ini menunjukan bahwa 33% wanita menolak memakai

alat kontrasepsi setelah pasca persalinan disebabkan tidak terdapat

dukungan dari suami. Penelitian yang dilakukan Mistik dkk di negara Turki

juga menyebutkan bahwa 27% suami, tidak menghendaki istri mereka

menggunakan IUD dan 32% tidak setuju jika istrinya menggunakan alat

kontrasepsi hormonal (Maryatun, 2009).

Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang

kekuasaan dalam pengambilan keputusan apakah istri akan menggunakan

kontrasepsi atau tidak, karena suami dipandang sebagai pelindung, pencari

nafkah dalam rumah tangga dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin

tidak menyetujui pasangan untuk menjadi akseptor KB karena mereka belum

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

47

mengetahui dengan jelas cara kerja berbagai alat kontrasepsi yang ditawarkan

dan suami akan kawatir tentang kesehatan istrinya. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa suami mempunyai pengaruh besar terhadap penggunaan

kontrasepsi yang digunakan oleh istrinya. Dalam hal ini pendapat susami

mengenai KB cukup kuat pengaruhnya dalam penggunaan metode

kontrasepsi untuk istrinya, khususnya dalam pemilihan kontrasepsi dan

menjadi peserta KB (Effendi, 2008)

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari

pihak-pihak tertentu. Menurut Pinem (2009), suami dan isteri

membicarakan/mempertimbangkan secara bersama-sama untuk memilih

kontrasepsi terbaik yang disetujui bersama, saling berkerjasama dalam

penggunaan kontrasepsi, memperhatikan tanda-tanda bahaya penggunaan

kontrasepsi dan menanggung biaya untuk penggunaan kontrasepsi. Menurut

Prawirohardjo (2011), ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika

keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat membutuhkan

dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling

bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri.

Menurut asumsi peneliti dukungan dari suami dalam penggunaan

kontrasepsi sangat diperlukan karena tanpa adanya dukungan dari suami rasa

nyaman untuk menggunakan kontrasepsi tidak akan didapatka, metode

kontrasepsi tidak dapat dipaksakan pasangan suami isteri harus bersama

memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian,

membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda dan bahaya.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik secara chi square mengenai

faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam penggunaan alat Kontrasepsi

Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Pidie

Kabupaten Pidie Tahun 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada Pengaruh antara pendidikan dengan penggunaan Kontrasepsi IUD

dengan nilai p=0,016 (p<0,05).

2. Ada Pengaruh antara pengetahuan dengan penggunaan Kontrasepsi IUD

dengan nilai p=0,016 (p<0,05).

3. Ada Pengaruh antara dukungan suami dengan penggunaan Kontrasepsi IUD

dengan nilai p=0,000 (p<0,05).

B. Saran

1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lanjutan

dengan metode dan variabel yang lebih kompleks tentang kontrasepsi Intra

Uterine Device (IUD).

2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya di bidang pelayanan

Keluarga Berencana agar dapat selalu memberikan penyuluhan, bimbingan

serta saran-saran kepada ibu-ibu akseptor KB agar memiliki pengetahuan

yang lebih baik tentang alat kontrasepsi IUD.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/NURBAITI-skripsi.pdf · Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002). e ... Diketahui atau dicurigai

49

3. Diharapkan institusi pendidikan agar dapat menjadikan karya tulis ilmiah ini

sebagai bahan tambahan dalam belajar dan dapat menambah referensi

perpustakaan.