BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

34
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial dan dianggap sebagai kebutuhan pokok layaknya sandang, pangan, papan, dan komoditas penting lainnya dalam kehidupan sosial, budaya, serta ekonomi. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pentingnya manfaat informasi ini secara tidak langsung telah melahirkan masyarakat informasi yang tuntutan akan hak dalam mengetahui dan mendapatkan informasi semakin besar demi peningkatan kualitas hidup mereka. Sejalan dengan era media informasi sekarang ini yang menuntut kecepatan informasi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ikut membawa implikasi terhadap dunia media massa, salah satunya dunia penyiaran di Indonesia. Televisi sebagai salah satu media elektronik. Dalam komunikasi massa dianggap telah berhasil menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat luas. Televisi merupakan media yang bisa menampilkan gambar (visual) sekaligus suara (audio) yang dikemas melalui efek yang berteknologi tinggi sehingga fenomena sosial budaya yang begitu banyak dan luas bisa dihadirkan didalam ruangan yang sempit sekalipun. Penyiaran sebagai media penyalur informasi dan pembentuk pendapat

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial dan dianggap

sebagai kebutuhan pokok layaknya sandang, pangan, papan, dan komoditas

penting lainnya dalam kehidupan sosial, budaya, serta ekonomi. Karena melalui

informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya,

memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta

peranannya dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pentingnya manfaat

informasi ini secara tidak langsung telah melahirkan masyarakat informasi yang

tuntutan akan hak dalam mengetahui dan mendapatkan informasi semakin besar

demi peningkatan kualitas hidup mereka. Sejalan dengan era media informasi

sekarang ini yang menuntut kecepatan informasi, perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi ikut membawa implikasi terhadap dunia media massa,

salah satunya dunia penyiaran di Indonesia.

Televisi sebagai salah satu media elektronik. Dalam komunikasi massa

dianggap telah berhasil menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran

informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat luas. Televisi merupakan

media yang bisa menampilkan gambar (visual) sekaligus suara (audio) yang

dikemas melalui efek yang berteknologi tinggi sehingga fenomena sosial budaya

yang begitu banyak dan luas bisa dihadirkan didalam ruangan yang sempit

sekalipun. Penyiaran sebagai media penyalur informasi dan pembentuk pendapat

2

umum, perannya semakin strategis, terutama dalam mengembangkan iklim

demokrasi dalam berpendapat, menyampaikan dan memperoleh informasi di

negara ini. Salah satu yang memberikan informasi adalah media televisi sebagai

salah satu pionir dalam penyebaran informasi dengan menggunakan perangkat

satelit, kini menjadi informasi yang terus berkembang pesat dan juga munculnya

globalisasi informasi dimanapun bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi

dengan membawa dampak yang begitu besar, baik dalam bidang sosial, budaya,

ekonomi, politik dan lainnya. Televisi sebagai sarana edukasi dan informasi

mampu membuka wawasan berpikir khalayak untuk menerima dan mengetahui

kejadian yang berada di lingkungan masyarakat (Kuswandi, 1996:94).

Sebagai wujud dari kebutuhan informasi tersebut televisi juga

menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan dengan munculnya beberapa

stasiun televisi lokal di berbagai daerah di Indonesia tujuan menumbuhkan

kelokalan dan nuansa keberagaman yang tidak terjangkau selama orde baru.

Kehadiran televisi lokal ini merupakan stasiun penyiaran dengan siaran yang

terjangkau mencakup satu wilayah.

Televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik di antaranya

dikarenakan adanya unsur kedekatan (proximity) emosional setiap program yang

ditawarkan dengan kognisi warga masyarakat setempat. Jarak terjadinya suatu

peristiwa dengan tempat dipublikasinya peristiwa, juga mempunyai arti penting.

Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung

dengan kehidupannya dan lingkungannya (Riswandi, 2009:109).

3

Televisi lokal memiliki positioning kuat sebagai media daerah. Hal ini

dikarenakan televisi lokal di dalamnya memuat content lokal seperti berita, musik,

hiburan, program kesenian, kebudayaan, hingga potensi ekonomi lokal. TV lokal

mengemas penyajian dengan mengedepankan kearifan lokal yang mencakup

permasalahan daerah, baik dari isu yang dibawa maupun dari bahasa yang

digunakan.

Potensi stasiun televisi lokal beroperasi secara optimal cukup besar. Hal

ini didukung amanat UU No 32/2002, Pasal 6 ayat (2) yang menyebutkan bahwa

dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan

yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan

dan stasiun lokal. Menurut PP No 50 Tahun 2005, penyiaran diselenggarakan

dalam suatu sistem penyiaran yang memiliki prinsip dasar keberagaman

kepemilikan dan keberagaman program siaran dengan pola jaringan yang adil dan

terpadu dalam pemberdayaan masyarakat daerah.

Dengan spirit otonomi daerah, dampak kehadiran TV Lokal merupakan

warna baru dunia penyiaran tanah air karena selama ini kearifan lokal kurang

optimal diangkat dalam wujud audio visual. Publik menaruh harapan sangat tinggi

terhadap televisi lokal. Kehadirannya di dunia penyiaran diharapkan dapat

memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang

saat ini kurang tertampung dalam tayangan televisi. Paket tayangan yang

bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan menjadi

suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam upaya optimalisasi

4

pembangunan daerah. Sehingga kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting

untuk hal tersebut.

Selain itu dalam perspektif otonomi daerah, kehadiran televisi lokal dapat

mengurangi sentralisme informasi dan bisnis. Kehadiran televisi lokal dan televisi

berjaringan, pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya hidup global

yang dihadirkan oleh televisi nasional. Pemirsa akan lebih banyak menyaksikan

berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Oleh karena itu,

televisi lokal merupakan kebutuhan masyarakat di daerah dalam proses

menyeimbangkan informasi, termasuk untuk mengangkat kearifan lokal sebagai

ciri yang kental dari masyarakat Indonesia. Menurut data Asosiasi Televisi Lokal

Indonesia (ATVLI), hingga bulan April 2014, jumlah televisi lokal yang menjadi

anggota ATVLI sebanyak 69 stasiun televisi lokal (www.atvli.com).

Pada dasarnya televisi lokal mempunyai program informatif untuk

mengenalkan dan mengangkat daerah dimana televisi lokal tersebut berdiri. Jasa

penyiaran TV Lokal sangat perlu difungsikan untuk mendukung upaya edukatif,

dan fungsi kemasyarakatan media massa, yakni fungsi informasi, fungsi edukasi,

fungsi hiburan (hiburan yang sehat), fungsi kritik dan kontrol sosial. Manfaatnya

adalah agar penyiaran TV Lokal memiliki program siaran yang khas daerah (local

content). Dengan demikian diharapkan terwujudnya pengembangan nilai-nilai

budaya (Tanauwar, 2008).

Salah satu stasiun televisi lokal yang berupaya mengenalkan kerafian lokal

daerah adalah Agropolitan Televisi atau ATV, yakni salah satu televisi lokal di

wilayah Malang Raya yang saat ini kepemilikannya berada di bawah Pemerintah

5

Kota Batu. Agropolitan TV ini beroperasi di Channel 32 UHF frekuensi antena PF

121,30 Mhz. Siaran awal ATV ini diisi dengan menjadi relayer dari tahun 2003

hingga tahun 2005 dengan waktu siaran dari pukul 06.30 pagi sampai 24.00

malam.

Salah satu program yang ATV yang menayangkan informasi dan

pengetahuan tentang kearifan lokal adalah “I Love Malang Raya” yang

ditayangkan setiap hari Senin sampai Jum’at pukul 10.00-12.00 WIB. Program

acara “I Love Malang Raya” merupakan program acara yang menyajikan semua

tentang seluk beluk Malang Raya. Saat ini perkembangan di wilayah Malang

Raya sangat pesat, banyak pendatang yang datang untuk mencari ilmu, nafkah,

dan berwisata. Malang Raya yang dimaksud disini mencakup Kota Malang, Kota

Batu, dan Kabupaten Malang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

Efektifitas Program Acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai Media

Informasi Daerah (Studi pada Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota

Batu). Alasan dipilihnya ATV sebagai objek penelitian adalah ketertarikan

peneliti terhadap tayangan I Love Malang Raya yang merupakan program

identitas daerah yang menyajikan kearifan lokal daerah dan sebagai media

informasi daerah, yang mana ATV telah bergabung dengan stasiun televisi

berjaringan kompasTV yang tentunya program dari kompasTV lebih di minati

dari pada program ATV itu sendiri. Dari sini keingintahuan peneliti tentang

efektivitas program I Love Malang Raya di ATV sebagai media informasi daerah.

Alasan Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu di pilih sebagai

6

sample dari penelitian ini adalah karena stasiun televisi ATV berada di desa

tersebut. Sesuai dengan prinsip kedekatan (proximity) yang menyatakan bahwa

semakin dekat jarak tempat tinggal komunikan (warga Desa Oro-oro Ombo)

dengan komunikator (stasiun ATV) maka semakin menarik suatu program acara

(termasuk tayangan I Love Malang Raya) bagi komunikan yang disajikan oleh

komunikator. Sebagaimana dikemukakan oleh Vera (2008:18) bahwa salah satu

karakteristik isi pesan komunikasi massa adalah proximity (kedekatan/jarak).

Artinya adalah kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat di

publikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik

untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan

lingkungannya.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Harahap (2007:9) bahwa salah satu

kriteria nilai berita yang harus dipenuhi oleh berita televisi agar menarik bagi

masyarakat adalah kedekatan (proximity). Hubungan kedekatan sebuah berita

dengan pemirsa dapat diukur dengan jarak lokasi peristiwa dengan tempat tinggal,

hubungan profesi, hobi, dan kaitan lainnya yang berhubungan langsung dengan

pemirsa. Semakin dekat hubungan pemirsa dengan tempat, profesi dan hobi yang

diberitakan semakin menariklah berita itu bagi mereka. Umumnya orang akan

tertarik dengan berita-berita yang terjadi di seputar lingkungan mereka

dibandingkan dengan di luar lingkungan mereka.

Kedekatan (proximity) antara warga Desa Oro-oro Ombo dengan stasiun

ATV yang menayangkan program acara “I Love Malang Raya” bukan hanya

kedekatan tempat tinggal (lokasi), tetapi juga ada kedekatan isi program acara

7

tersebut saat menayangkan liputan yang terkait dengan pariwisata, peternakan,

atau kehutanan dimana mayoritas warga Desa Oro-oro Ombo bekerja dalam

bidang-bidang tersebut.

Selain itu, warga Malang Raya relatif memiliki kesamaan karakteristik, di

antaranya masyarakatnya ramah, daerah sejuk dan nyaman, biaya hidup relatif

murah, daerah relegius (Humas UM, 6 Agustus 2009). Oleh karena itu, dipilihnya

warga Desa Oro-oro Ombo menurut peneliti cukup dapat mewakili warga Malang

Raya dalam hal menerima informasi yang dari program acara “I Love Malang

Raya” di ATV.

Sejauh ini belum ada penelitian di Agropolitan televisi (ATV) kuhususnya

tentang efektivitas program acara “I Love Malang Raya” sebagai media informasi

daerah. Ditemukan bahwa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ATV ada

dua yakni Televisi Lokal Sebagai Media Kehumasan Pemerintah Daerah (Studi

pada Agropolitan Televisi, Kota Batu) oleh Istihka Rahmanita dan Manajemen

Divisi Produksi Program Acara Dialog Interaktif Di Televisi Lokal (Studi Pada

Acara Talk Show I Love Malang Raya) oleh Moh Mahmud. Kedua penelitian

tersebut mendeskripsikan subjek secara mendalam, sementara pada penelitian ini

lebih mengukur tingkat efektivitas program acara. Sehingga penelitian ini

memiliki keunggulan sebagai alat ukur untuk mengetahui efektivitas program

acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah.

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Apakah ada efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai

media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu

Kota Batu?

2. Seberapa besar efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV

sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan

Batu Kota Batu?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya efektifitas program acara “I Love Malang

Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro

Ombo Kecamatan Batu Kota Batu.

2. Untuk mengetahui besarnya efektifitas program acara “I Love Malang Raya”

di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo

Kecamatan Batu Kota Batu.

C.2. Kegunaan Penelitian

1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi Agropolitan TV (ATV) dalam mengevaluasi efektifitas

9

program acara yang ditayangkan sebagai media informasi daerah pada

masyarakat di Malang Raya.

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi tim produksi program acara “I Love Malang Raya” di ATV

dalam mengevaluasi efektifitas program acara mereka sebagai media

informasi daerah pada masyarakat di Malang Raya.

3. Secara akademis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

referensi yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak yang

berkepentingan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh lagi

hasil temuannya pada masalah yang sama. Secara spesifik adalah hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya yang

penelitiannya terkait dengan efektivitas program acara yang diandalkan oleh

televisi lokal sebagai media informasi daerah.

D. Tinjauan Pustaka

D.1 Teori S-O-R

Salah satu bentuk dari komunikasi adalah komunikasi massa. Menurut

Effendy (2003:37-28) bahwa komunikasi massa merupakan proses komunikasi

secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua (surat, telepon, teleks,

surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain). Setelah memakai lambang

sebagai media pertama.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism–Response ini

semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi,

10

tidaklah mengherankan karena objek material dari psikologi dan komunikasi

adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap,

opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2003:254).

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan

tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu

komunikasi (McQuail, 1994:235). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan

suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu, artinya stimulus dan dalam bentuk

apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan

(Sendjaja, 1999:71).

Unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada

komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi,

dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan

setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya,

komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang

disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (Response), merupakan dampak dari efek komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap afektif, kognitif, konatif. Efek kognitif

11

merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi, efek kognitif

berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan

(Effendy, 2003:255).

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organism berupa perhatian,

pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur response berupa efek maka

sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan

teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau

pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa tayangan I

Love Malang Raya sebagai media informasi daerah mungkin diterima atau

mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan

menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan.

Proses selanjutnya, komunikan tersebut mengerti pesan yang telah disampaikan,

dan proses akhir adalah kesediaan dari komunikan untuk mengubah sikap yang

menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:256).

STIMULUS

ORGANISM

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerimaan

RESPONSE

a. Kognitif

b. Afektif

c. Konatif

12

Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah: (a) Stimulus

yang dimaksud adalah tayangan I Love Malang Raya sebagai media informasi

daerah; (b) Organism yang dimaksud adalah warga Desa Oro-oro Ombo; (c)

Response yang dimaksud adalah efektivitas tayangan I Love Malang Raya sebagai

media informasi daerah, khususnya secara kognitif.

D.2 Efektivitas Program Televisi

Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor yang

paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu

stasiun penyiaran radio dan televisi. Adalah program yang membawa audien

mengenal suatu stasiun penyiaran. Pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran

sangat dipengaruhi oleh programnya (Morissan, 2009:199). Dalam penelitian ini

program acara ”I Love Malang Raya” yang ditayangkan oleh stasiun lokal ATV

Batu.

Program Televisi Berdasarkan Jenisnya

Berbagai jenis program televisi menurut (Morissan, 2009:208-219) dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu:

a. Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk

memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Program

informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar

membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk

show (perbincangan), misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau

dengan siapa saja.

13

Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras

(hard news) dan berita lunak (soft news).

1) Berita Keras (Hard News)

Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan/atau

menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya

yang harus segera segera ditayangkan agar dapat diketahui oleh khalayak

audiens secepatnya. Media televisi biasanya menyajikan berita keras

secara reguler yang ditayangkan dalam suatu program berita. Berita keras

disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi mulai dari beberapa

menit saja (misalnya breaking news) hingga program berita yang berdurasi

30 menit, bahkan satu jam.

Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk

berita, yaitu: straight news, features, dan infotainment.

2) Berita Lunak (Soft News)

Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan

menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak

bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk ke dalam kategori

berita lunak ini adalah: current affair, magazine, dokumenter, dan talk

show.

b. Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk

menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program

14

yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game),

musik, dan pertunjukan.

1) Drama

Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak

atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukkan (show) yang

menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau

beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang

melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam

program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

2) Permainan

Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang

melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim)

yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program ini pun dapat

dirancang dengan melibatkan audiens. Permainan merupakan salah satu

produksi acara televisi yang paling mudah dibuat. Program permainan

biasanya membutuhkan biaya produksi yang relatif rendah namun dapat

menjadi acara televisi yang sangat digemari. Program permainan dapat

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: quiz show, ketangkasan, dan reality show.

3) Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip

atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan

(outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat

15

ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audiens. Tidak saja

dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas

penampilannya agar menjadi lebih menarik.

4) Pertunjukan

Pertunjukkan adalah program yang menampilkan kemampuan

(performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di

studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun di luar

ruangan (outdoor).

Berdasarkan jenisnya, program acara “I Love Malang Raya” di ATV

termasuk dalam kedua jenis program televisi yakni program informasi sekaligus

hiburan. Jenis program informasi dalam acara “I Love Malang Raya” di ATV

berupa hard news pada segmen Kabar Kota, dan berupa soft news pada segmen

Public Corner, Seremonia, Features, Kuliner, dan Agenda Kota. Adapun jenis

program hiburan dalam acara “I Love Malang Raya” di ATV berupa pertunjukan

pada segmen Klip. Kedua jenis program acara ini dapat dilakukan baik di dalam

studio (indoor) maupun di luar studio (outdoor).

1. Program Televisi Berdasarkan Formatnya

Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep

acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang

akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan

target pemirsa acara tersebut (Naratama, 2004:63). Ada tiga bagian dari format

acara televisi, yaitu drama, non drama, dan berita olahraga. Bisa juga

dikategorikan menjadi fiksi, nonfiksi, dan News-Sport.

16

a. Fiksi (Drama)

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta

melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang

direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang dipergunakan merupakan

interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita

dalam sejumlah adegan. Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor,

komedi, legenda, aksi (action), dan sebagainya.

b. Nonfiksi (Nondrama)

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta

melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-

hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia

khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap

pelakunya. Untuk itu, format-format program acara nondrama merupakan

sebuah runtutan pertunjukkan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang

dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik. Contoh: talk show, konser musik, dan

variety show.

c. Berita dan Olahraga

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan

informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada

kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual

dan aktual yang sajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana

dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contoh: berita ekonomi, liputan

siang, dan laporan olahraga (Naratama, 2004:66).

17

Berdasarkan bentuk formatnya, program acara “I Love Malang Raya”

di ATV termasuk ke dalam format nonfiksi (nondrama) karena program acara

ini termasuk program talk show, konser musik, dan variety show dan berita

karena program acara ini juga menampilkan berita atau liputan kejadian di

wilayah Malang Raya.

2. Kriteria Program Televisi yang Berkualitas

Semua stasiun televisi baik swasta maupun lokal berlomba-lomba agar

dapat meraih perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya. Apalagi persaingan

yang ketat tengah terjadi antara televisi lokal dan televisi swasta. Karena itu

televisi lokal bekerja keras agar dapat menarik perhatian masyarakat. Salah

satu caranya adalah dengan menyuguhkan berbagai program acara yang

menarik yang terkait dengan unsur budaya masyarakat setempat. Hal ini

sangat berguna demi mendukung terciptanya citra positif stasiun televisi lokal

sebagai jendela bagi masyarakat setempat untuk menengok kampung halaman

sendiri.

Sebagaimana dikutip Nippon Hoso Kyoku (NHK) dalam Wibowo

(1997:17), menciptakan sepuluh kriteria untuk mengukur kualitas suatu

program televisi, yaitu.

1) Kesatuan antara gagasan dan kebenaran.

2) esatuan antara kemampuan daya cipta dan kemampuan tekhnis.

3) Relevan untuk setiap masa.

4) Memiliki tujuan yang jelas dan luhur.

5) Mendorong kemauan belajar dan mengetahui.

18

6) Mereduksi nafsu dan kekerasan.

7) Keaslian (originalitas).

8) Menyajikan nilai-nilai universal.

9) Menampilkan sesuatu yang baru dalam gagasan, format dan sajian.

10) Memiliki kekuatan mendorong perubahan yang positif.

Kesepuluh kriteria tersebut memiliki bobot nilai yang sama. Perbedaan

kualitas program ditentukan oleh beberapa banyak sebuah program

memenuhi kesepuluh kriteria tersebut. Makin banyak kriteria yang dipenuhi,

makin tinggi bobot kualitas program. Landasan kriteria ini lebih jelas dan

konkrit sebagai sarana peniliain program.

3. Efektifitas

Sebagai media komunikasi yang terencana dalam mengirimkan pesan

informasi dari stasiun televisi kepada khalayak, maka perlu dikaji efektivitas dari

program acara “I Love Malang Raya” di ATV. Semua peristiwa komunikasi yang

dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni mempengaruhi khalayak

atau penerima. Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan

(Cangara, 2010:165).

Tradisi efek ini muncul sejak awal kajian komunikasi, dimana komunikasi

dipahami sebagai proses linear. Media massa diajari untuk menempelkan pesan

kepada orang seperti jarum hipodermik menginjeksikan obat ke dalam tubuh

(Hartley, 2010:71). Konsep efek merujuk pada proposisi tentang bagaimana dan

mengapa produk media mempengaruhi para audiens (Burton, 2012:19).

19

Efek program acara “I Love Malang Raya” juga mengirimkan pesan

komunikasi yang diinjeksikan langsung kepada khalayak. Dengan adanya efek

tersebut maka program acara “I Love Malang Raya” dapat menjadi media

informasi yang menayangkan berbagai informasi tentang daerah Malang Raya.

Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge),

sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa

terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Adapun yang

dimaksud dengan perubahan sikap, ialah adanya perubahan internal pada diri

seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang

dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar

dirinya. Sementara itu, yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah

perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan (Cangara, 2010:165-166).

Dengan adanya efek atau pengaruh dari program acara “I Love Malang

Raya” kepada khalayak, maka hal ini dapat memberikan perubahan terhadap

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior) dari khalayak

yang menonton acara tersebut. Pengetahuan khalayak atau audiens dapat

bertambah, menunjukkan sikap yang positif dengan mendukung atau menerima

informasi dari program acara yang ditontonnya, dan mendapat inspirasi tentang

peluang usaha yang kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk mendirikan suatu

usaha.

Efektivitas berasal dari kata efek, dalam perannya efek merupakan unsur

penting dalam keseluruhan komunikasi. Efek merupakan tanggapan, respon atau

reaksi dari komunikan ketika menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah

20

akibat komunikasi. Yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya

agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau

efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan

menurut kadarnya, yaitu:

1. Dampak kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Dengan kata

lain, tujuan komunikator hanyalah pada upaya mengubah pikiran dari

komunikan.

2. Dampak afektif

Dampak ini lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Tujuan

komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak

hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih,

gembira, marah, dan sebagainya.

3. Dampak behavioral

Dampak ini adalah efek yang paling tinggi dari kedua dampak di atas

yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan,

atau kegiatan (Effendy, 2008:6-7).

Namun dikarenakan dalam penelitian ini efek yang diteliti dari program

acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah, maka

efek atau dampak dari tayangan tersebut hanya sampai pada efek kognitif yakni

memberikan informasi dan pengetahuan bagi warga desa Oro-oro Ombo.

Apabila setelah menonton tayangan tersebut pengetahuan warga desa Oro-oro

21

Ombo tentang informasi daerah khususnya Malang raya bertambah maka

program “I Love Malang Raya” efektif sebagai media informasi daerah.

D.3 Televisi Lokal sebagai Media Informasi Daerah

Kehadiran televisi lokal yang sekarang sudah menjamur bak cendawan

harus disikapi secara bijak. Perkembangan dari menit ke menit terhadap

munculnya berbagai stasiun televisi lokal adalah realitas kesadaran bermedia

(Priyowidodo, 2008:61). Mereka hadir dengan warna dan cita rasa khas lokal.

Dengan mengusung nilai-nilai lokal pada tiap tayangannya, televisi lokal ini

memiliki peran yang tidak kecil pada konstruksi identitas lokalnya. Dan ternyata

sekarang hasilnya pun mulai tampak dengan semakin majunya televisi lokal dan

peningkatan pemirsa televisi lokal (Anabarja, 2011:270). Artinya, televisi lokal

menjadi bagian penting untuk memperkenalkan dan mempromosikan segala

sesuatu yang khas dimiliki oleh suatu daerah.

Televisi lokal memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan

daerahnya, dengan melakukan pengenalan-pengenalan mengenai potensi yang ada

di daerahnya bahkan dapat menjadi tempat mensosialisasikan program-program

pemerintah daerah agar diketahui masyarakatnya. Bagi masyarakat sendiri,

kehadiran televisi lokal memegang peranan yang sangat penting pula. Melalui

televisi lokal, masyarakat dapat mengetahui peristiwa maupun info terbaru dari

daerahnya bahkan perkembangan apa saja yang terjadi di daerahnya. Hal tersebut

dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap daerahnya, karena

masyarakat dapat mengenal daerahnya dengan baik (Febriyana, 2013:341).

22

Dengan demikian, maka televisi lokal dapat berfungsi sebagai media untuk

menayangkan berbagai informasi dari suatu daerah.

Istilah informasi kerap dimaknai secara berbeda. Ia dapat mengenai data

mentah, data tersusun, atau kapasitas sebuah saluran komunikasi. Arti pertama

kata informasi (information) yang diberikan oleh kamus Funk adalah

”pengetahuan yang dimiliki”. Dalam pandangan Aubrey Fisher, informasi lebih

merupakan istilah yang secara baku diterapkan pada beberapa fenomena yang

berlainan. Pesan dapat dikatakan berisi informasi, atau informasi dapat dikirimkan

dan diterima melalui saluran, atau informasi dapat dipilih dari lingkungan dalam

bentuk seperangkat stimuli (Sobur, 2009:21-23). Dalam penelitian ini, informasi

adalah beragam hal yang dapat disampaikan terkait dengan segala hal yang terjadi

di Malang Raya. Informasi membutuhkan media agar sampai ke khalayak. Secara

umum dipahami bahwa istilah ”media” mencakup sarana komunikasi seperti pers,

media penyiaran (broadcasting) dan sinema (Burton, 2012:9). Media adalah

sesuatu yang menjadi saluran atau perantara tersampaikannya pesan komunikasi.

Media dalam komunikasi merupakan alat yang digunakan komunikator dalam

menyampaikan atau mengirim simbol (Hamidi, 2010:41). Dalam penelitian ini

media yang dimaksud adalah media elektronik dalam bentuk televisi. Media

informasi tersebut dalam format tayangan ”I Love Malang Raya”.

Media elektronik seperti televisi dapat cepat dan bersifat sementara, tetapi

tidak terikat dengan tempat tertentu karena dapat disiarkan secara luas. Media

penyiaran memperluas persepsi dimana pun berada pada suatu waktu,

menciptakan apa yang McLuhan sebut dengan ”desa global”. Pada saat yang

23

sama, layaknya media cetak, media elektronik memungkinkan adanya media

informasi. Karena media eletronik lebih cepat tersedia daripada media cetak,

media elektronik menciptakan sebuah ledakan informasi, dan terjadi persaingan

yang besar antara berbagai media untuk dilihat dan didengar. Informasi dalam

media elektronik dijual layaknya komoditas yang menciptakan tekanan agar

informasi lebih atraktif (Littlejohn dan Foss, 2011:412). Digunakannya televisi

sebagai media informasi dalam tayangan ”I Love Malang Raya” dikarenakan

media ini dapat lebih cepat dalam menyampaikan informasi daerah Malang Raya.

Menurut McQuail (1994:70) bahwa ide dasar mengenai tujuan media

dalam masyarakat sebagai berikut:

1. Informasi

a. Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat

dan dunia.

b. Menunjukkan hubungan kekuasaan

c. Memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan.

2. Korelasi

a. Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi

b. Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan

c. Melakukan sosialisasi

d. Mengkoordinasi beberapa kegiatan

e. Membentuk kesepakatan

f. Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif

24

3. Kesinambungan

a. Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan

khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru.

b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai

4. Hiburan

a. Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi.

b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai

5. Mobilisasi

a. Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang,

pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang

agama.

E. Definisi Konseptual

1. Efektivitas

Efektivitas adalah komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang

direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan

jumlah personil yang ditentukan (Effendy, 2003:14). Tercapainya tujuan program

acara “I Love Malang Raya” di ATV dapat dilihat dari efeknya terhadap

perubahan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku warga yang menonton program

acara tersebut.

2. Program Televisi

Kata “program” berasal dari bahasa Inggris yaitu programme atau

program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang

ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya (Morissan,

25

2009:199). Adapun televisi adalah siaran yang merupakan media dari jaringan

komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung

satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sarananya

menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen (Effendy,

2003:79-82).

3. Media Informasi Daerah

Informasi dapat mengenai data mentah, data tersusun, atau kapasitas

sebuah saluran komunikasi. Pesan dapat dikatakan berisi informasi, atau informasi

dapat dikirimkan dan diterima melalui saluran, atau informasi dapat dipilih dari

lingkungan dalam bentuk seperangkat stimuli (Sobur, 2009:21-23). Informasi

membutuhkan media agar sampai ke khalayak. Secara umum dipahami bahwa

istilah ”media” mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran

(broadcasting) dan sinema (Burton, 2012:9).

Media adalah sesuatu yang menjadi saluran atau perantara

tersampaikannya pesan komunikasi. Media dalam komunikasi merupakan alat

yang digunakan komunikator dalam menyampaikan atau mengirim simbol

(Hamidi, 2010:41).

Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

26

F. Definisi Operasional

Suatu operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel

diukur. Dalam penelitian ini, yang akan diukur adalah variabel efektivitas

program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah

bagi warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu, yakni apakah ada

perubahan pengetahuan (kognitif).

Tabel 1.1 Varibel dan Indikator Penelitian

Variabel X Indikator Sub Indikator

Efektivitas

Media informasi daerah

Efek kognitif Warga mengetahui tentang

maksud informasi dalam

program acara “I Love Malang

Raya” di ATV

Pengetahuan warga tentang

budaya lokal di Malang Raya

bertambah dari informasi yang

ada dalam program acara “I

Love Malang Raya” di ATV

Pengetahuan warga tentang

peristiwa terbaru yang terjadi

di Malang Raya bertambah

dari informasi yang ada dalam

program acara “I Love Malang

Raya” di ATV

27

Pengetahuan warga tentang

kebijakan pemerintah daerah

di Malang Raya bertambah

dari informasi yang ada dalam

program acara “I Love Malang

Raya” di ATV

Pengetahuan warga tentang

kegiatan yang akan

berlangsung di Malang Raya

bertambah dari informasi yang

ada dalam program acara “I

Love Malang Raya” di ATV

Pengetahuan warga tentang

tempat wisata di Malang Raya

bertambah dari informasi yang

ada dalam program acara “I

Love Malang Raya” di ATV

Pengetahuan warga tentang

kuliner di Malang Raya

bertambah dari informasi yang

ada dalam program acara “I

Love Malang Raya” di ATV

Pengetahuan warga tentang

28

dunia musik lokal di Malang

Raya bertambah dari informasi

yang ada dalam program acara

“I Love Malang Raya” di ATV

Pengetahuan warga tentang

dunia bisnis lokal yang

berkembang di Malang Raya

bertambah dari informasi yang

ada dalam program acara “I

Love Malang Raya” di ATV

G. Metode Penelitian

G.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut (Hamidi,

2010:125) pendekatan kuantitatif memiliki perspektif etik. Perspektif ini dipilih

atau dipergunakan jika peneliti menghendaki data yang berasal dari hasil

pengukuran variabel, yang jenis dan jumlah indikator variabelnya ditentukan oleh

peneliti. Data penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif berupa angka

atau tabel distribusi frekuensi yang diperoleh melalui angket atau kuesioner.

G.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Kriyantono

(2006:69) jenis riset deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis,

faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.

29

Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan tentang efektifitas program acara “I Love

Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro

Ombo Kecamatan Batu Kota Batu.

G.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analysis) yang hendak

diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden (Hamidi, 2010:126).

Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu

Kota Batu. Adapun kriteria populasi adalah warga Oro-oro Ombo yang pernah

menonton program acara “I Love Malang Raya” di ATV, berusia 22-45 tahun.

Khususnya pada kriteria warga yang pernah menonton program acara “I Love

Malang Raya” di ATV. Di tentukannya usia 22-45 tahun dalam penelitian ini

karena menurut eksekutif produser “I Love Malang Raya” usia ini merupakan

usia yang produktif dan target audien dari program acara “I Love Malang Raya”

di ATV.

Sampel adalah sebagian dari populasi, yang merupakan ”perwakilan” dari

populasi (Hamidi, 2010:129). Adapun sample dalam penelitian ini di tentukan

melalui teknik accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:96).

Menurut Kriyantono (2006:160) Teknik accidental Sampling digunakan

karena periset merasa kesulitan untuk menemui responden yang sesuai kriteria.

Karena terlalu banyaknya jumlah penduduk dari segi usia dan belum di ketahui

30

jumlah responden yang menonton tayangan “I Love Malang Raya” di ATV. Maka

dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik accidental Sampling akan di

lakukan oleh peneliti selama 2 (dua) minggu, antara hari senin s/d hari jum’at.

Maka jumlah sample penelitian bergantung banyaknya jumlah responden yang

mengisi kuisioner yang kebetulan bertemu dan cocok sebagai sumber data saat

penelitian berlangsung.

G.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui pembuatan

daftar pertanyaan dengan jumlah pilihan jawaban yang telah ditetapkan

oleh peneliti. Teknik ini dipilih untuk penelitian kuantitatif (Hamidi,

2010:140). Dalam penelitian ini digunakan skala Likert. Skala Likert

biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,

2007:93). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan

skala Likert mempunyai gradasi dengan sangat positif dan negatif, yang

dapat berupa kata-kata dengan skor sebagai berikut: Sangat Setuju (SS):

31

skor 4, Setuju (S): skor 3, Kurang Setuju (KS): Skor 2, dan Tidak Setuju

(TS): skor 1.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh dari

catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh pihak lain (Hamidi,

2010:140). Adapun data yang dimaksud berupa berkas-berkas, jurnal dan

arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Data ini

berfungsi sebagai pelengkap data primer dari hasil kuesioner.

G.5 Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 2007:5). Untuk menentukan suatu item layak digunakan atau tidak, maka

batas nilai minimal korelasi 0,30 bisa digunakan. Jadi item yang memiliki nilai

koefisien korelasi di bawah 0,30 dianggap tidak valid (Priyatno, 2012:184).

r = )Y)( - Yn ( x )X)( X(n

Y X - XYn

2222

Dimana :

r = koefisien korelasi

x = skor dalam distribusi variabel x (setiap item pernyataan)

y = skor dalam distibusi variabel y (total item pernyataan)

n = jumlah sampel

32

Agar hasil perhitungan statistik dan pengolahan data dalam uji validitas

dengan teknik korelasi bivariate (R Pearson) memberikan hasil yang akurat, tepat

dan cepat maka digunakan alat bantu komputer dengan Program IBM SPSS

Statistics Version 20.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat dikatakan juga sebagai keterpercayaan, keterandalan,

keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Namun ide pokok yang

terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 2007:4). Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak

maka bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6. Apabila nilai Alpha lebih dari 0,6

maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian telah reliabel (Priyatno,

2012:187).

Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

r 11 =

2

1

2

11

b

k

k

Keterangan:

r 11 = realibilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal

2

b = jumlah varian butir

2

1 = varian total

33

Jumlah varian dari butir akan dicari terlebih dahulu dengan mencari nilai

varian tiap butirnya, kemudian akan dijumlahkan. Rumusnya adalah:

n

n

xx

22

Keterangan:

n = jumlah responden

x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Agar hasil perhitungan statistik dan pengolahan data dalam uji reliabilitas

dengan teknik Alpha memberikan hasil yang akurat, tepat dan cepat maka

digunakan alat bantu komputer dengan Program IBM SPSS Statistics 20.

3. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut (Subagyo, 2003:1) statistik deskriptif adalah bagian statistik

mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistik, pembuatan

diagram atau gambar mengenai sesuatu hal, di sini data hanya disajikan dalam

bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca. Dalam penelitian ini analisis data

yang digunakan adalah analisis deskriptif secara analitik yaitu mengungkapkan

suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan

penyingkapan fakta (Warsito, 1992:10). Proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang diperoleh melalui hasil kuesioner, kemudian

dideskripsikan dengan cara menggunakan analisis persentase. Statistik deskriptif

digunakan karena penelitian ini hanya mendeskripsikan variabel penelitian tanpa

menghubungkan atau membandingkan dengan variabel lainnya.

34

Guna mengetahui ada tidaknya efektifitas program acara “I Love Malang

Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo

Kecamatan Batu Kota Batu, maka skor hasil kuesioner dianalisis dengan teknik

rata-rata (mean) dengan rumus:

Rata-rata skor : = 2,50

Jika rata-rata skor ≥ 2,50 = maka ada efektifitas, dan jika rata-rata skor <

2,50 maka tidak ada efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV

sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Batu.

Adapun penetapan tingkat efektivitas media informasi ini adalah:

1. Tingkat program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media

informasi daerah rendah apabila berada antara titik 0-2

2. Tingkat program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media

informasi daerah tinggi apabila berada antara titik >2-4

Adapun untuk mengetahui besarnya efektifitas program acara “I Love

Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro

Ombo Kecamatan Batu Kota Batu, digunakan teknik persentase. Rumus

persentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

P = (a/b) x 100%

Keterangan :

P : Persentase

a : Jumlah jawaban Setuju dan Sangat Setuju.

b : Jumlah semua pertanyaan