BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9531/2/Nur Sa'adah BAB I.pdf · 2019. 10....
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9531/2/Nur Sa'adah BAB I.pdf · 2019. 10....
1 Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan buah hati yang sangat berharga, yang akan
menjadi pengganti orang tuanya di kemudian hari, maka sering dikatakan
bahwa anak adalah penerus bangsa. Perlu mempersiapkan anak-anak
indonesia yang sehat baik fisik maupun mental sehingga bermanfaat untuk
bangsa dan negara. Maka di samping pengobatan yang diberikan apabila
seorang menderita penyakit, upaya pencegahan melalui program imunisasi
merupakan pilihan yang baik (Hadinegroh, 2011).
Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 pasal 130 tahun
2009 dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar
sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat
dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 pasal 1 tahun 2013
(Permenkes RI, 2017)
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu,
sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang
termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
2
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio,
radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi
imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang
dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Imunisasi merupakan salah
satu intervensi kesehatan yang terbukti paling cost-effective (murah),
karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian kesakitan, kecacatan,
dan kematian akibat PD3I (PP DAN PTK RI, 2014)
Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk
melindungi terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi) sampai usia anak sekolah (Sundoroh, 2017).
Penyelenggaraan program bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) ini
berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan RI tahun 2017 pasal 7
memutuskan bahwa imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia
sekolah dasar sebagaimana ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar diberikan
pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan
usaha kesehatan sekolah (Permenkes RI, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2013) menunjukkan bahwa
dari 73 responden didapatkan 63 responden pengetahuan baik, 30
responden memiliki sikap baik dan ada hubungan antara pengetahuan
dengan pelaksanaan program bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) tidak
3
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
ada hubungan sikap dengan pelaksanaan program imunisasi anak sekolah
(BIAS).
Kementerian Kesehatan memiliki target bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) sebesar 98%. Pada tahun 2017 Jawa Tengah lampaui
target Kemenkes yakni 99,61%. Meski demikian di tahun 2017 masih ada
masyarakat dibeberapa wilayah yang tidak ingin melakukan imunisasi
pada anak-anak. Pada tahun 2017 masih ada sekitar 4.600-an anak kelas
satu dan dua Sekolah Dasar yang belum terimunisasi saat bulan imunisasi
anak sekolah dari sekitar 1,2 juta anak kelas satu dan dua yang telah
terdata (Dinkes, 2018).
Dinas Kesehatan Kabupaten Pubalingga memiliki target bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS) sebesar 98%. Pada tahun 2017 Kecamatan
Kutasari adalah kecamatan yang capaian program bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) terendah dengan jumlah capaian imunisasi DT 93,2 % dan
TD 94,5 %. Kecamatan Kutasari memiliki 27 Sekolah Dasar dan 12
Madrasah Ibtidaiyah. Pada tahun 2017 terdapat 87 orang tua khususnya di
SDIT Nurul Huda Purbalingga yang bertepatan di Kutasari yang memiliki
anak menolak diimunisasi bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang
dilakukan oleh petugas puskesmas dengan bukti persetujuan orang tua.
Menurut Sudarmoko (2011), tubuh balita masih sangat rentan
terhadap unsur asing karena balita belum memiliki sistem kekebalan tubuh
yang memadai. Periode tiga tahun pertama pada masa balita merupakan
periode emas pertumbuhan fisik, intelektual, mental dan emosional anak.
4
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Gizi yang baik, kebersihan, imunisasi, vitamin A dan pelayanan kesehatan
yang bermutu, serta kasih sayang dan stimulasi yang memadai pada usia
balita akan meningkatkan kelangsungan hidup dan mengoptimalkan
kualitas hidup anak (Kemenkes RI, 2012).
Menurut Dewi dkk, (2004) tentang “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap”. Adalah
pengetahuan ibu, sikap ibu, dan dukungan keluarga (Oktaviani, 2015),
tingkat pendidikan ibu, motivasi ibu, dorongan keluarga dan pengaruh
masyarakat (Rizqiawan, 2008).
Menurut Prabandari, Mustofa dan Kusumawati (2018)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, persepsi
keparahan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan terhadap penerimaan
imunisasi measles rubella.
Pro dan kontra tentang imunisasi terus bergulir dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2016, MUI mengeluarkan fatwa MUI no.4 tahun 2016 tentang
imunisasi. Fatwa tersebut dijelaskan bahwa imunisasi pada dasarnya
dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan
tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan
kecuali: digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat; belum ditemukan
bahan vaksin yang halal dan suci serta adanya keterangan tenaga medis
yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal,
walaupun MUI sudah menyatakan bahwa hukum imunisasi adalah
5
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
diperbolehkan (mubah), akan tetapi masih ada masyarakat yang enggan
untuk melakukan imunisasi (Sulistiyani, Shalihiyah dan Cahyo. 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Garscia et.al (2018)
menunjukan bahwa orang awam maupun aktor kesehatan yang
melaporkan bahwa penerimaan dan beberapa sumber dari keraguan adalah
obat tradisional, penggunaan alkohol dan keyakinan agama muncul
sebagai pendorong keraguan vaksin, cenderung diperkuat oleh
ketidakpercayaan terhadap pengobatan barat.
Menurut Wulandari dan Dwidiyanti (2017) menunjukan bahwa
ibu-ibu memahami imunisasi dasar balita sebagai memasukkan kuman
penyakit kedalam anak tubuh yang sehat. Mereka mengetahui macam-
macam dari imunisasi. Menurut mereka penyakit-penyakit tidak harus
dicegah dengan imunisasi, melainkan dengan mengkonsumsi bahan-bahan
alami dan menghindari bahan-bahan kimia buatan mereka menolak
imunisasi karena meragukan kehalalannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyani dkk (2017) menunjukan
bahwa sebanyak 8 orang subjek penelitian menyatakan bahwa imunisasi
boleh dilakukan. Sebanyak 10 orang yang lain percaya bahwa imunisasi
haram karena masih meragukan kehalalan dari bahan pembuat imunisasi,
sehingga mereka meninggalkan imunisasi. Pada Keikutsertaan dalam
kegiatan keagamaan tidak ada pengaruh yang besar antara keikutsertaan
dalam kelompok keagamaan terhadap sikap imunisasi. Pada Keyakinan
subjek penelitian 6 orang subjek penelitian menyatakan pengalaman
6
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dirinya setelah imunisasi yaitu anak menjadi panas dan rewel, biduran.
Sebanyak 5 orang menyatakan anak menjadi lebih sering sakit
dibandingkan anak lain yang tidak diimunisasi. Subjek penelitian lainnya
tidak memiliki pengalaman sendiri. Pada keyakinan lingkungan sekitar
subjek penelitian terdapat 6 dari 18 orang) subjek penelitian yang
mengaku mendapatkan dukungan dari orang tua. Pada larangan dari
lingkungan masyarakat untuk memeberikan imunisasi dasar kepada anak
terdapat 16 orang subjek penlitian menyatakan bahwa tidak ada larangan
untuk memberikan imunisasi pada anak. Hanya ada 2 orang subjek yang
mendapat larangan dari suami.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada guru
dan 5 orang tua murid pada bulan November 2018 di SDIT Nurul Huda
Purbalingga terdapat beberapa orang tua yang tidak ingin
mengimunisasikan anaknya salah satunya ada anggapan bahwa vaksin
yang digunakan untuk imunisasi haram karena mengandung zat yang
diharamkan agama. Pada tahun 2017 pencapaian program bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) Kecamatan Kutasari tergolong kecamatan yang
belum memenuhi target yaitu DT (93,2%) TD (94,5%).
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk
menganalisis tentang “Determinan apa saja yang dapat mempengaruhi
penerimaan terhadap program bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di
SDIT Nurul Huda Purbalingga”.
7
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
B. Rumusan Masalah
Imunisasi yang dilakukan pada saat bayi (imunisasi dasar) tidak
cukup untuk menghasilkan kekebalan tubuh sampai anak usia sekolah
dasar sehingga anak membutuhkan imunisasi lanjutan. Apabila anak tidak
mendapatkan imunisasi maka anak akan mudah terkena penyakit. Saat ini
masih ada orang tua yang enggan untuk mengimunisasikan anaknya di
Sekolah Dasar dengan berbagai alasan. Berdasarkan latar belakang diatas
peneliti tertarik ingin meneliti tentang faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi penerimaan terhadap program bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) di SDIT Nurul Huda Purbalingga.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
terhadap program bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di SDIT Nurul
Huda Purbalingga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik orang tua dan anak. Karakteristik orang
tua berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, jumlah tanggungan anak, informasi dan tanggapan.
Karakteristik anak berdasarkan umur, kelas, penyakit, imunisasi
dasar, imunisasi bias (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
b. Mengetahui jenis imunisasi yang tidak diterima oleh orang tua.
8
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang imunisasi dengan
penerimaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) SDIT Nurul
Huda Purbalingga.
d. Mengetahui tingkat pendidikan dengan penerimaan Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS) SDIT Nurul Huda Purbalingga.
e. Mengetahui tingkat kepercayaan keluarga terhadap penerimaan
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) SDIT Nurul Huda
Purbalingga.
f. Mengetahui dukungan keluarga terhadap penerimaan Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) SDIT Nurul Huda Purbalingga.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Manambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara
mengaplikasikan teori-teori keperawatan anak yang didapat selama
perkuliahan, khususnya tentang teori imunisasi.
2. Bagi Responden
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk para
responden sehingga informasi tentang faktor-faktor penerimaan dan
manfaat imunisasi serta mau mencoba menggunakan imunisasi secara
lengkap sesuia prosedur yang sudah didapat, dapat bermanfaat bagi
masyarakat.
9
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan informasi mengenai imunisasi , khususnya pada SD
IT Nurul Huda Purbalingga terkait dengan pemberian imunisasi
sehingga dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan dan
antisipasi dari masalah kesehatan.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut
mengenai dampak ketersediaan imunisasi.
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyani dkk (2017) tentang
“Gambaran Penolakan Masyarakat Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap
Balita”. Menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode studi
etnografi yang dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling dengan jumlah responden 24 ibu dengan kriteria.
a. Persamaan
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaiu sama-sama meneliti tentang imunisasi dan
menggunakan metode kuntitatif dengan pendekatan cross
sectional.
b. Perbedaan
Metode yang digunakan peneliti diatas menggunakan metode
kualitatif dengan studi etnografi. Sedang metode yang digunakan
10
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
oleh peneliti adalah metode kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional.
2. Pada penelitian Wulandari dan Dwidiyanti (2017) tentang
“Pengetahuan dan persepsi ibu yang menolak pemberian imunisasi
dasar balita “. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan
pendekatan fenomenalis yang dilakukan pada 6 orang dengan cara
fokus group disccusion dalam pengumpulan datanya.
a. Persamaan
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaiu sama-sama meneliti tentang imunisasi.
b. Perbedaan
Penelitian diatas menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenalis dengan cara focus group discussion.
Sedangkan peneliti selanjutnya menggunakan metode kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional.
3. Pada penelitian Prabandari, Mustofa dan Kusumawati tentang
“Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Ibu terhadap
Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di Gumpang Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo” Metode yang dilakukan adalah
kuantitatif dengan pendekatan desain studi cross sectional dengan
menggunakan tehnik pegambilang sampel rundom sampling.
11
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a. Persamaan
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaiu sama-sama meneliti tentang imunisasi
b. Perbedaan
Peneliti diatas meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan
penerimaan imunisasi measles rubella, sedangkan peneliti akan
melalukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi
penerimaan terhadap program BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah).
4. Pada penelitian Garscia et.al (2018) tentang “Factors influencing
vaccine acceptance and hesitancy in three informal settlements in
Lusaka Zambia”. Metode yang dilakukan adalah kualitatif cepat yang
mencakup 48 Diskusi Kelompok Fokus group diskusi (FGD) dengan
penduduk dan aktor kesehatan berbasis masyarakat –pekerja kesehatan
(petugas kesehatan), vaksinator dan komite kesehatan lingkungan
a. Persamaan
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaiu sama-sama meneliti tentang imunisasi.
b. Perbedaan
Penelitian diatas meneliti tentang “Faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan vaksin dan keragu-raguan di tiga
permukiman informal”, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan meneliti tentang “determinan yang mempengaruhi
12
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
penolakan terhadap program bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).
Metode yang digunakan penelitian diatas menggunakan metode
kualitatif dengan fokus group diskusi (FGD), sedangkan penelitian
yang akan diteliti menggunakan metode kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional.
5. Pada penelitaian Larson et.al (2014) tentang “Understanding vaccine
hesitancy around vaccines and vaccination from a global perspective:
A systematic review of published literature”. Metode yang digunakan
adalah menggunakan pengumpulan data dari tahun 2007-2012.
a. Persamaan
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaiu sama-sama meneliti tentang imunisasi.
b. Perbedaan
Penelitian diatas meneliti menggunakan metode pengumpuln data
dar tahun 2007-2012 kemudian data disaring yang sesuai dengan
kriteria inklusi penelitian diatas. Penelitian yang akan dilakukan
menggunkan metode cross sectional total sampling.
6. Pada penelitian Ismail (2014) tentang “Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Orang Tua dengan Pelaksanaan BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah) Kelas 1 dan 2 di SD Al-falah Kota Jambi”. Metode yang
dilakukan menggunakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
sampel yang digunakan sebanyak 73 responden.
13
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a. Persamaan
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaiu sama-sama meneliti tentang pelaksanaan BIAS
(Bulan Imunisasi Anak Sekolah) dan metode penelitian kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional.
b. Perbedaan
Penelitian diatas variabel yang digunakan yaitu pengetahuan dan
sikap ibu. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan
variabel pengetahuan, pendidikan, dukungan keluarga, dan
kepercayaan.