BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/862/2/Aulia Rizky Savitri BAB I.pdf1 BAB I ....

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih tinggi Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi dan masalah pada kehamilan dan kelahiran serta pelayanan kesehatan termasuk pelayanan obstetrik (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2014). Menurut definisi WHO kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Salah satu yang hendak dicapai oleh World Health Organization (WHO) yang telah dirumuskan dalam pertemuan Alma Alta tahun 1978 adalah mencapai sehat semua di tahun 2000, yang lebih dikenal dengan health for all by year 2000. Untuk mencapai tujuan itu, berbagai program dengan berbasis Primary Health Care telah dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Beberapa indikator yang digunakan oleh WHO untuk mengukur tingkat keberhasilan program-program tersebut, antara lain angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian maternal (Maternal Mortality Rate, MMR) atau angka kematian ibu (AKI). WHO memperkirakan terdapat sekitar 585.000 kematian ibu setiap tahun yang disebabkan komplikasi kehamilan, persalinan, Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/862/2/Aulia Rizky Savitri BAB I.pdf1 BAB I ....

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masih tinggi Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang

dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan yang kurang baik menjelang

kehamilan, kejadian berbagai komplikasi dan masalah pada kehamilan dan

kelahiran serta pelayanan kesehatan termasuk pelayanan obstetrik (Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2014).

Menurut definisi WHO kematian maternal adalah kematian seorang

wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh

sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan

untuk mengakhiri kehamilan.

Salah satu yang hendak dicapai oleh World Health Organization

(WHO) yang telah dirumuskan dalam pertemuan Alma Alta tahun 1978 adalah

mencapai sehat semua di tahun 2000, yang lebih dikenal dengan health for all

by year 2000. Untuk mencapai tujuan itu, berbagai program dengan berbasis

Primary Health Care telah dilaksanakan untuk meningkatkan derajat

kesehatan. Beberapa indikator yang digunakan oleh WHO untuk mengukur

tingkat keberhasilan program-program tersebut, antara lain angka kematian

bayi (AKB) dan angka kematian maternal (Maternal Mortality Rate, MMR) atau

angka kematian ibu (AKI). WHO memperkirakan terdapat sekitar 585.000

kematian ibu setiap tahun yang disebabkan komplikasi kehamilan, persalinan,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

2

dan nifas dimana sebagian besarnya dapat dicegah. AKI di dunia menurun

dari 620 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1955 menjadi 230 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 1995 dan diharapkan semakin menurun hingga

hanya mencapai 140 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025. Sebagian

besar (95%) dari kematian ibu tersebut terjadi di negara-negara berkembang

(Mariati, dkk 2011).

Sasaran target MDG‟s ke-5 yaitu menurunkan AKI atau Maternal

Mortality Ratio (MMR) hingga tiga perempatnya dari tahun 1990. Berdasarkan

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991, AKI adalah

390 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, target AKI di

Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Namun, hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa AKI baru dapat

diturunkan menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan

tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 359/100.000 kelahiran hidup.

Sedangkan AKB mengalami penurunan di tahun 2012 yaitu 32/1.000

kelahiran hidup dibandingkan tahun 2007 sebesar 34/1.000 kelahiran hidup

(SDKI, 2012). Ini berarti diperlukan upaya keras semua pihak untuk mencapai

target tersebut. (BPPKB, 2015).

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan

masalah yang besar di negara miskin dan berkembang seperti Indonesia.

Sebagian besar kematian wanita hamil disebabkan komplikasi karena hamil,

bersalin dan nifas. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar

10,41/1.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang

sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup maka terjadi penurunan angka tetapi ini

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

3

berarti ada peningkatan kinerja dalam upaya penurunan AKB. Dibandingkan

dengan target Millenium Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013

Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran

hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sudah cukup baik

karena telah melampaui target. AKI di Provinsi Jawa tengah tahun 2013 yaitu

sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 sebesar 116,34/100.000 kelahiran

hidup. Hal ini berarti terjadi peningkatan permasalahan kematian ibu di

Provinsi Jawa Tengah. Sebesar 57,61% kematian maternal terjadi pada waktu

nifas, hamil sebesar 24,33% dan persalinan sebesar 18,06% (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa tengah, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Banyumas tahun 2014

sebesar 114.73/100.000 kelahiran hidup, menurun dibanding tahun 2013

sebesar 124,13/100.000 kelahiran hidup. Target dari AKI di Provinsi Jawa

Tengah, yaitu 60/100.000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Banyumas

melebihi target (Dinas Kesehatan Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas,

2014)

Berdasarkan Dinas Kesehatan Profil Kesehatan, Angka Kematian Bayi

(AKB) di Kabupaten Banyumas tahun 2014 sebesar 9,04/1.000 kelahiran

hidup, kondisi tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2013 sebesar

12,34/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2014 jika

dibandingkan dengan target Millineum Development Goals (MDGS) tahun

2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Kabupaten Banyumas

sudah baik karena telah melampaui target. Berdasarkan tahun sebelumnya

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

4

menurunnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan

kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta perilaku ibu hamil dan

keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan

sehat.

Di Puskesmas PONED Patikraja menunjukkan bahwa tahun 2015

terjadi persalinan dari Januari hingga Desember berjumlah 266 persalinan,

rujukan persalinan sebanyak 168 kasus. Jumlah ini mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 2014 yaitu 56 kasus. Kasus selama tahun 2015 terdiri dari

Ketuban Pecah Dini/KPD (30), Preeklampsi Ringan/PER (17), Preeklampsia

Berat (10) dan Serotinus (9). Dari 4 kasus terbesar dapat disimpulkan bahwa

yang paling tinggi adalah Ketuban Pecah Dini (KPD) (Puskesmas Patikraja,

2015).

Berdasarkan dari beberapa data di atas, menurut penelitian Mariati dkk

(2011) banyak faktor yaitu tidak diikuti dengan sumber daya kesehatan yang

memadai terutama tenaga kesehatan di lapangan. Jumlah tenaga kesehatan

lapangan belum sebanding dengan luasnya sebaran desa tempat pemukiman

penduduk. Pelayanan KIA yang belum memadai, penolong persalinan dalam

pengambilan keputusan merujuk yang kurang tepat, ANC yang tidak sesuai

dengan ketentuan atau tidak melaksanakan ANC, pertolongan persalinan

dengan dukun (30%) pada kasus perdarahan, jarak antara rumah sakit

dengan tempat rujukan ibu, keterlambatan dalam proses merujuk, kelalaian

ibu dalam memeriksakan diri saat hamil, faktor petugas rumah sakit terutama

pada rumah sakit yang belum memiliki science of crisis yang memadai, masih

banyaknya dukun yang tidak terlatih memberikan jasa pemeriksaan kehamilan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

5

dan pertolongan persalinan serta faktor pihak ibu (paritas, status kesehatan,

status gizi, dan kebersihan diri). Sedangkan menurut artikel jurnal penetltian

Kesehatan Masyarakat oleh Nurul Aeni (2013) menunjukkan faktor risiko

kematian ibu pada tahun 2011, yaitu disebabkan oleh penyakit jantung,

preeklampsi/eklampsi dan perdarahan. Pada penelitian ini, sekitar 40%

kematian ibu masa nifas terjadi beberapa jam setelah persalinan. Selain itu,

faktor budaya dan tradisi bahwa saat masa nifas atau setelah masa nifas ada

pantangan dan atau harus mengonsumsi makanan tertentu, contohnya

mengonsumsi nasi putih saja tanpa protein hewani dan membatasi air putih

karena dapat menghambat proses penyembuhan luka. Hal ini dapat

menurunkan kondisi ibu pascamelahirkan. Selan itu, masalah pelayanan

kebidanan di Indonesia, yaitu persalinan yang ditolong di rumah sakit hanya

10-15%, 10% oleh bidan swasta, 75-80% ditolong oleh dukun beranak

(Mochtar, 2011 h.140).

Hal ini harus diakui bahwa tenaga terlatih di Indonesia masih belum

memadai dan penyebarannya tidak merata. Ditambah dengan pasien yang

datang terlambat ke sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu

tidak hanya mencakup kematian yang disebabkan oleh persalinan tetapi

mencakup kematian yang disebabkan oleh penyebab non-obstetri. Sebagai

contoh adalah ibu hamil yang meninggal akibat penyakit Tuberkulosis,

Anemia, Malaria, Penyakit Jantung, dan lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut

dianggap dapat memperberat kehamilan meningkatkan resiko terjadinya

kesakitan dan kematian. (Kemenkes, 2015).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

6

Melihat kondisi diatas dapat dikatakan bahwa program kesehatan Ibu

belum berjalan optimal. Permasalahan dan penyebab tersebut dapat dicegah

dan ditangani yaitu dengan program indikator tujuan MDG‟s untuk

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013. Kemudian, adanya

pencegahan dan deteksi dini, yaitu dengan cara memberikan pelayanan

kesehatan ibu, meliputi pelayanan kesehatan antenatal care, pertolongan

persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Selain itu, menurut Dinas

Kesehatan Kabupaten Pati mengintruksikan kepada para bidan untuk

melakukan persalinan empat tangan (dua bidan) (Dinas Kesehatan

Kabupaten Pati, 2014).

Berbagai strategi operasional program KIA juga dikeluarkan di

Kabupaten Banyumas, yaitu antara lain ANC terintegrasi, Optimalisasi SDM

bidan, Optimalisasi buku KIA dan P4K, Optimalisasi K1, K4, P4K dengan

stiker dan deteksi resiko tinggi, optimalisasi desa siaga antar jaga dan FKD,

Puskesmas PONED, Rumah Sakit PONEK, MONEF paska latih, peningkatan

peran bidan koordinator, peningkatan lintas program dan lintas sektoral,

pembinaan terfokus pada puskesmas/bidan dengan kinerja rendah, persalinan

dengan 2 bidan, pelaksanaan SOP kunjungan nifas, penggalangan donor

darah dengan BABINSA (Badan Pembinaan Desa), peningkatan

pemberdayaan masyarakat, dengan optimalisasi FKD, peningkatan program

KB serta reward dan punishmen (Dinkes Profil Kesehaatan Kabupaten

Banyumas, 2014).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

7

Dari pemaparan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

mengambil sebuah studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan

Perencanaan Keluarga Berencana (KB) pada Ny. H Umur 22 Tahun G2P0A1

di Puskesmas Patikraja”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah

pada studi kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan

Perencanaan Keluarga Berencana (KB) pada Ny. H Umur 22 Tahun G2P0A1

di Puskesmas Patikraja?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata dalam

melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana menggunakan manajemen

asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan pendokumentasian menggunakan

SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dan interpretasi data subjektif dan

objektif, mengidentifikasi dan menerapkan rencana tindakan.

Mengevaluasi dan menganalisis hasil tindakan, kesenjangan antara

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

8

teori dengan kasus nyata di lapangan serta mendokumentasikan

hasil tindakan asuhan secara komprehensif pada kehamilan dengan

metode SOAP.

b. Mampu melakukan pengkajian dan interpretasi data subjektif dan

objektif, mengidentifikasi dan menerapkan rencana tindakan.

Mengevaluasi dan menganalisis hasil tindakan, kesenjangan antara

teori dengan kasus nyata di lapangan serta mendokumentasikan

hasil tindakan asuhan secara komprehensif pada persalinan dengan

metode SOAP.

c. Mampu melakukan pengkajian dan interpretasi data subjektif dan

objektif, mengidentifikasi dan menerapkan rencana tindakan.

Mengevaluasi dan menganalisis hasil tindakan, kesenjangan antara

teori dengan kasus nyata di lapangan serta mendokumentasikan

hasil tindakan asuhan secara komprehensif pada nifas dengan

metode SOAP.

d. Mampu melakukan pengkajian dan interpretasi data subjektif dan

objektif, mengidentifikasi dan menerapkan rencana tindakan.

Mengevaluasi dan menganalisis hasil tindakan, kesenjangan antara

teori dengan kasus nyata di lapangan serta mendokumentasikan

hasil tindakan asuhan secara komprehensif pada bayi baru lahir

(BBL) dengan metode SOAP.

e. Mampu melakukan pengkajian dan interpretasi data subjektif dan

objektif, mengidentifikasi dan menerapkan rencana tindakan.

Mengevaluasi dan menganalisis hasil tindakan, kesenjangan antara

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

9

teori dengan kasus nyata di lapangan serta mendokumentasikan

hasil tindakan asuhan secara komprehensif pada perencanaan

keluarga berencana (KB) dengan metode SOAP.

D. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Pengambilan studi kasus ini mulai dari kehamilan trimester I, II, III

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan masa perencanaan keluarga

berencana (KB).

2. Tempat

Pengambilan studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Patikraja Kabupaten

Banyumas.

3. Waktu

Ujian proposal pada tanggal 29 Februari 2016

Pengambilan kasus pada bulan September 2015 sampai Juni 2016

Menyelesaikan laporan sampai bulan Juli 2016

E. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan mendapatkan kasus nyata di lapangan

untuk diberikan penanganan dengan manajemen asuhan kebidanan

komprehensif.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

10

2. Bagi Profesi

Menambah informasi dan sebagai bahan pertimbangan sebelum

melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif.

3. Bagi Institusi

a. BPS

Memberikan informasi serta digunakan untuk acuan dalam

peningkatan mutu pelayanan asuhan kebidanan komprehensif.

b. Pendidikan

Menambah referensi dan sebagai acuan dalam pemberian bimbingan

kepada mahasiswa mengenai asuhan kebidanan komprehensif.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer :

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dengan cara mewawancarai secara langsung

Responden yang diteliti dan memberikan hasil secara langsung.

Dalam metode wawancara ini, dapat digunakan instrumen berupa

pedoman wawancara, daftar periksa atau checklist (Hidayat, 2011

h.100).

b. Observasi

Dengan melakukan pengamatan dengan prosedur secara langsung.

Instrumen yang dapat digunakan antara lain, lembar observasi,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

11

panduan pengamatan (observasi) atau lembar checklist (Hidayat, 2011

h.99).

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan

bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil pemeriksaan

fisik diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosa

dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan sesuai dengan

kondisi ibu (Winkjosastro, dkk 2008 h.41).

2. Data Sekunder

a. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal

dari dokumen asli, yaitu berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan

film dokumenter (Hidayat, 2011 h.100).

b. Studi Pustaka

Penulis menggunakan buku sebagai acuan referensi dengan kasus

yang berkaitan dengan Asuhan Kebidanan Komprehensif dari

Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan Keluarga

Berencana.

c. Media Elektronik

Penulis membuka situs website yang berhubungan dengan studi kasus

yang dilakukan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

12

G. Sistematika Penulisan

1. BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode penilitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

a. Tinjauan Teori

Tinjauan teori menjelaskan tentang materi kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, dan KB

b. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

Memuat tentang manajemen kebidanan dengan menggunakan

kerangka berfikir Varney‟s yang terdiri 7 langkah, yaitu :

1) Pengkajian : mencantumkan data-data fokus sesuai teori beserta

alasan

2) Interpretasi data : menuliskan diagnosa kebidanannya dengan

masalah bila ada.

3) Diagnosa potensial : bila ada tuliskan diagnosa lain yang mungkin

muncul akibat diagnosa/masalah yang telah teridentifikasi.

4) Tindakan antipasi segera : menuliskan tindakan yang dapat

dilakukan untuk mencegah terjadinya diagnosa potensial yang

ada.

5) Rencana tindakan : menuliskan tindakan untuk mengatasi

diagnosa/masalah yang muncul sesuai teori

6) Pelaksanaan : menuliskan tindakan sesuai dengan apa yang telah

dilakukan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016

13

7) Evaluasi : menuliskan outcome/hasil yang diharapkan yaitu

berupa kriteria yang menunjukkan bahwa diagnosa/masalah telah

teratasi menurut teori. Jika tidak ditemukan dalam literatur, maka

dicantumkan mengenai evaluasi secara umum, yaitu bahwa

evaluasi terdiri dari evaluasi terhadap respon klien, yang dilakukan

segera setelah melakukan suatu tindakan dan evaluasi hasil uang

mengarah pada status masalah dengan menggunakan catatan

perkembangan (SOAP).

3. BAB III TINJAUAN KASUS

Berisi dokumentasi asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan

asuhan/manajemen kebidanan disampaikan dengan runtutan yang sesuai

dengan tinjauan teori yaitu mulai dari pengkajian hingga evaluasi.

4. BAB IV PEMBAHASAN

Berisi perbandingan antara teori dengan kenyataan pada kasus yang

disajikan sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan (pengkajian,

diagnosa/masalah termasuk diagnosa potensial, tindakan dan evaluasi).

5. BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan merupakan rangkuman dari hasil pembahasan pada

pengelolaan kasus yang dapat menjawab permasalahan dan tujuan

penyusunan KTI.

b. Saran berupa masukan berdasarkan hasil pembahasan serta

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan. Bersifat operasional/dapat

dilaksanakan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Auliah Rizky Savitri, Kebidanan DIII UMP, 2016