BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4838/2/AGUS KURNIADI HK. BAB I.pdfjumlah...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia menjadi tua melalui beberapa tahap perkembangan dimulai dari bayi, anak- anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Perubahan fisik dan tingkah laku yang dialami pada tiap orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan tertentu merupakan hal yang normal. Lansia yaitu suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa, semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup. Di masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Peningkatan usia harapan hidup atau lansia merupakan salah satu indikator yang digunakan pemerintah dalam pembangunan suatu negara. Pada setiap pertumbuhan penduduk terdapat peningkatan jumlah penduduk lansia yang menunjukan keberhasilan pembangunan suatu negara yang juga menimbulkan berbagai permasalahan baru. Dengan keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang mewujudkan hasil positif diberbagai bidang, adanya kemajuan ekonomi dan perbaikan lingkungan hidup terutama dibidang kesehatan dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan peningkatannya cenderung lebih cepat (Nugroho, 2008). Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4838/2/AGUS KURNIADI HK. BAB I.pdfjumlah...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia

menjadi tua melalui beberapa tahap perkembangan dimulai dari bayi, anak-

anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Perubahan fisik dan tingkah laku

yang dialami pada tiap orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

tertentu merupakan hal yang normal. Lansia yaitu suatu proses alami yang

ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa, semua orang akan mengalami proses

menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup. Di masa ini seseorang

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah,

2011).

Peningkatan usia harapan hidup atau lansia merupakan salah satu

indikator yang digunakan pemerintah dalam pembangunan suatu negara. Pada

setiap pertumbuhan penduduk terdapat peningkatan jumlah penduduk lansia

yang menunjukan keberhasilan pembangunan suatu negara yang juga

menimbulkan berbagai permasalahan baru. Dengan keberhasilan pemerintah

dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang mewujudkan hasil positif

diberbagai bidang, adanya kemajuan ekonomi dan perbaikan lingkungan

hidup terutama dibidang kesehatan dapat meningkatkan umur harapan hidup

manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan

peningkatannya cenderung lebih cepat (Nugroho, 2008).

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

2

Surilena (2006) mengungkapkan munculnya populasi dalam jumlah

besar secara mendadak akan memberikan implikasi besar dalam dunia

kesehatan, dimana pada tahap lansia banyak individu mengalami perubahan,

baik secara biologis, psikologis, maupun sosial khususnya kemunduran dalam

berbagai fungsi dan kemapuan yang pernah dimilikinya. Dengan itu

bertambahnya lansia selain mendatangkan hal positif juga terdapat berbagai

permasalahannya.

Jumlah penduduk lansia pada tahun 2012 terdapat 600 juta jiwa di

seluruh dunia berdasarkan catatan World Health Organization (WHO). Dari

keseluruhan jumlah tersebut terdapat 142 juta jiwa lansia di wilayah regional

Asia Tenggara. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat

jumlah lansia di Indonesia mencapai jumlah 28 juta jiwa pada tahun 2012 dari

yang hanya 19 juta jiwa pada tahun 2006. Hasil rekapitulasi data Dinas

Kesehatan Jawa tengah mencatat 3 juta jiwa lansia terdapat di Jawa tengah.

Angka ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia sebesar 22,5% dari

2.323.541 pada tahun 2010. Secara kuantitatif parameter tersebut lebih tinggi

dari ukuran nasional (Depkes, 2012 ; BPS, 2012).

Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap penurunan dari

periode tidur. Kebutuhan tidur bayi yang baru lahir tidur rata- rata 20 jam

sehari, anak usia 6 tahun rata- rata 10 jam, anak umur 12 tahun rata- rata 9

jam, sedangkan orang dewasa 7 jam 20 menit. Sedangkan usia lebih dari 60

tahun sering menyampaikan keluhan gangguan tidur. Perubahan pola tidur ini

adalah umum dan bagian alami dari penuaan (Ernawati & Sudaryanto, 2009).

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

3

Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan- perubahan tersendiri

yang dapat membedakan lanjut usia dari individu dengan usia lebih muda.

Perubahan-perubahan tersebut mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini

hari dan peningkatan jumlah tidur siang. Jumlah waktu yang dihasilkan untuk

tidur yang lebih dalam juga menurun (Stanley & Beare, 2006).

Gangguan pola tidur banyak dialami oleh individu seiring dengan

bertambahnya usia. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%- 50% orang

dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami

gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup

tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus

yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter

(Andreasen & Black, 2001).

Tingginya gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut yang semakin

bertambah dan penurunan fungsi serta kemampuan lansia, diperlukan

perhatian yang lebih pada lanjut usia. Perhatian ini diperlukan agar lansia

tidak hanya berumur panjang tetapi juga dapat menikmati masa tuanya

dengan bahagia serta meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kualitas hidup lansia perlu dipenuhi dengan meningkatkan kualitas tidur

yang baik sehingga kesehatannya juga turut meningkat dan menjauhkan lansia

dari sakit. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan-gangguan

antara lain, seperti kecenderungan lebih rentan terhadap penyakit, pelupa,

konfusi, disorientasi serta menurunnya kemampuan berkonsentrasi dan membuat

keputusan. Selain itu kemandirian lansia juga berkurang yang ditandai dengan

menurunnya partisipasi dalam aktivitas harian. Hal ini tentu berdampak buruk

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

4

terhadap kualitas hidup lansia. Oleh karena itu masalah kualitas tidur pada lansia

harus segera ditangani (Potter & Perry, 2005).

Purnawan dan Achiriyati (2013) menyebutkan terdapat dua metode

penatalaksanaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur

pada lansia yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi

farmakologis adalah terapi menggunakan obat yang memimiliki efek cepat,

namun dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan

obat tidur secara terus menerus pada lansia menimbulkan efek toksisitas

tinggi yang berpengaruh pada penurunan aliran darah, motilitas

gastrointestinal dan penurunan fungsi ginjal memicu peningkatan angka

mortalitas pada lansia. Dengan demikian diperlukan terapi non farmakologis

lebih efektif dan aman untuk meningkatkan kualitas tidur lansia (Stanley &

Beare, 2006).

Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi non farmakologi

yang dapat meningkatkan kualitas tidur lansia. Menurut Miltenbarger (2004)

ada 4 macam tehnik relaksasi yaitu relaksasi otot (progressive muscle

relaxation), pernafasan (diaphragmatic breathing), meditasi (attention-

foccusing exercises) dan relaksasi perilaku (behavioral relaxation training).

Dari empat itu, relaksasi pernafasan merupakan tehnik menghilangkan stres

yang membantu para lansia dalam mengatasi masalah gangguan pola tidur.

Purwanto (2006) menyatakan terapi Benson merupakan pengembangan

metode respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan

pasien yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal, sehingga dapat

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

5

membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih

tinggi. Selain tehnik ini mudah dilakukan oleh pasien, relaksasi ini dapat

menekan biaya pengobatan dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

stres. Sedangkan kita tahu pemberian obat-obatan kimia dalam jangka waktu

lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan

pemakainya seperti gangguan pada ginjal (Yosep, 2007).

Terapi Benson ditemukan oleh seorang ilmuan yang bernama Hebert

Benson. Teknik yang disebut relaksasi Benson ini merupakan suatu prosedur

dalam membantu individu yang mengalami situasi yang penuh stres dan

usaha untuk menghilangkan stress (Dalimartha, 2008).

Aryana dan Novitasari (2013) menjelaskan proses pernafasan yang

tepat merupakan penawar stres. Proses pernafasan merupakan proses

masuknya oksigen melalui saluran nafas kemudian masuk ke paru dan

diproses kedalam tubuh, kemudian selanjutnya diproses dalam paru- paru

tepatnya di bronkus dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh vena

dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Apabila oksigen dalam

otak tercukupi maka manusia berada dalam kondisi seimbang. Kondisi ini

akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan

rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan corticotropin

releasing factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar di bawah otak

untuk meningkatkan produksi proopioidmelanocortin (POMC) sehingga

produksi β enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah

otak juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter yang

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

6

mempengaruhi suasana hati menjadi rileks. Meningkatnya enkephalin dan β

endorphin kebutuhan tidur akan terpenuhi dan lansia akan merasa lebih rileks

dan nyaman (Taylor, 2001).

Mengingat akan pentingnya pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada

usia lanjut, peneliti melakukan survei kepada lansia di wilayah Puskesmas II

Sumpiuh yang mencangkup 7 desa di wilayah, yaitu Sumpiuh, Keradenan,

Selandaka, Nusadadi, Selanegara, Bogangin dan Banjarpanepen. Tercatat

sejumlah 2.370 jiwa lanjut usia dari data pencatatan hasil kegiatan kesehatan

penduduk usia lanjut Puskesmas II Sumpiuh pada tahun 2012. Kelurahan

Sumpiuh sendiri memiliki 516 jumlah lansia yang berusia 65 tahun ke atas

(POA Puskesmas II Sumpiuh, 2013). Posyandu lansia di Kelurahan Sumpiuh

terdapat sejumah 126 lansia berusia 45 tahun ke atas dari empat Rw yang

rutin mengikuti program lansia di Desa Sumpiuh pada bulan Juli.

Dari survei pendahuluan ditemukan sejumlah 60 lansia hampir 50%

dari 126 jumlah lansia yang ada mengatakan sering mengalami masalah

kesehatan terkait dengan pola tidur. Kebanyakan dari lansia mengeluh sulit

untuk masuk tidur, sulit mempertahankan tidur, tidur tidak tenang dan sering

terbangun lebih awal. Pengalaman yang dirasakan pada lansia tersebut

merupakan gangguan pola tidur.

Pada pengamatan Spencer & Brown (2007) terhadap gangguan pola

tidur yang diperngaruhi oleh kondisi psikologis lansia yang mengalami

kecemasan akibat kondisi fisik yang semakin menurun, membuat lansia tidak

dapat banyak beraktivitas secara mandiri, pasangan yang telah meninggal dan

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

7

anak pergi merantau maupun berkeluarga. Kecemasan lebih sering dirasakan

lansia wanita dari pada lansia pria yang menyebabkan gangguan pola tidur

dan berpengaruh pada kesehatan dengan tidak tercukupi waktu tidur.

Kekurangan tidur pada lansia memberikan pengaruh terhadap fisik,

kemampuan kognitif dan juga kualitas hidup (Rafknowledge, 2004).

Beberapa dampak serius gangguan pola tidur pada lansia diantaranya

mengantuk berlebihan pada siang hari, gangguan atensi dan memori, mood,

depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan

penurunan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh terapi Benson terhadap gangguan pola tidur lansia di Kelurahan

Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2014.

B. Perumusan Masalah

Peningkatan jumlah lansia menyertai pertambahan penduduk dari waktu

ke waktu yang menimbulkan berbagai permasalahan baru pada lansia.

Masalah kesehatan yang sering dihadapi lansia yaitu kurang terpenuhi

kualitas tidur. Dimana lebih sering diberlakukan terapi farmakologis pada

penatalaksanaan kualitas tidur yang buruk dengan efek samping tidak baik

bagi kesehatan. Berbeda dengan terapi alternatif yang lebih efektif dan aman

dalam mengatasi gangguan pola tidur lansia. Terapi Benson merupakan salah

satu terapi non farmakologi, berpotensi memperbaiki kualitas tidur pada

lansia. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah

penelitian ini yaitu: “Apakah pengaruh terapi Benson terhadap gangguan pola

tidur lansia di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2014?”.

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan pengaruh terapi Benson terhadap gangguan pola tidur

lansia di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik lansia yang mengalami gangguan pola

lansia tidur di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.

b. Mendeskripsikan gangguan pola tidur lansia sebelum dilakukan

terapi Benson di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.

c. Mendeskripsikan gangguan pola tidur lansia sesudah dilakukan

terapi Benson di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.

d. Mendeskripsikan perbedaan gangguan pola tidur lansia sebelum dan

sesudah dilakukan terapi Benson di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten

Banyumas.

e. Mengetahui pengaruh terapi Benson terhadap pemenuhan kebutuhan

tidur baik lansia di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan ilmu

keperawatan gerontik, khususnya tentang pengaruh terapi Benson

terhadap lansia dengan gangguan pola tidur.

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

9

2. Secara Praktis

a. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam

menurunkan gangguan pola tidur dengan melakukan terapi Benson.

b. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam riset

keperawatan serta pengembangan wawasan tentang efektifitas terapi

Benson terhadap gangguan pola tidur lansia pada Posyandu Lansia di

Kelurahan Sumpiuh.

c. Bagi Petugas

Dengan adanya penelitian ini diharapkan para petugas dapat

menganjurkan maupun mengingatkan para lansia melakukan terapi

Benson secara rutin dalam mengatasi gangguan pola tidur.

d. Bagi Institusi Terkait

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

e. Bagi Puskesmas II Sumpiuh

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam menyusun pelayanan kesehatan yang aman dan efektif selain

menggunakan terapi farmakologis pada para lansia di wilayah

puskesmas II Sumpiuh yang mengalami gangguan pola tidur.

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

10

E. Penelitian Terkait

1. Sumedi (2010)

Judul penelitian ini pengaruh senam lansia terhadap penurunan skala

insomnia pada lansia di panti wredha Dewanata Cilacap. Penelitian

menggunakan rancangan jenis penelitian survei analitik dengan

pendekatan cross sectional. Variabel penelitian yaitu variabel bebas:

senam lansia dan variabel terikat: penurunan skala insomnia. Dengan

jumlah sampel 90 orang. Hasil dari penelitian tersebut adalah nilai rata-

rata skala insomnia sebelum diberi perlakuan senam sebesar 100,81 dan

setelah diberi perlakuan senam terjadi penurunan skala insomnia dengan

nilai rata- rata menjadi 42,63 dengan nilai confidence Interval 43.01 untuk

lower dan 73.37 untuk upper. Nilai signifikasi (p) value18.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada jenis

penelitiannya yaitu menggunakan variabel yang diteliti terapi Benson

dengan gangguan pola tidur lansia. Jumlah sampel yang akan digunakan

pada adalah 38 orang yang kemudian akan diberikan intervensi terapi

Benson sesuai dengan kriteria inklusi.

2. Aryana (2013)

Penelitian ini dengan judul pengaruh tehnik relaksasi Benson

terhadap penurunan tingkat stress lansia di unit rehabilitas sosial Wening

Wardoyo Ungaran. Jenis penelitian eksperimen semu dengan desain quasi

experimental with pretest & postest control group design. Variabel bebas :

tehnik relaksasi Benson, Variabel Terikat : tingkat stress pada lansia.

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

11

Populasi penelitian 30 lansia yang ada di pantisosial wening wardoyo

ungaran. Ada pengaruh yang signifikan tehnik relaksasi Benson terhadap

penurunan tingkat stress pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening

Wardoyo Ungaran, didapatkan nilai t hitung sebesar -3,375 dengan p-value

0,002 (<0,05).variabel lain.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada Variabel

penelitian. Desain penelitian quasi experiment with pretest & posttest

without control grup design. Variabel bebasnya adalah pengaruh terapi

Benson, variabel terikat gangguan pola tidur. Sampel yang akan digunakan

adalah sejumlah 38 orang kemudian diberikan intervensi terapi Benson

sesuai dengan kriteria inklusi.

3. Risnasari (2005)

Penelitian dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Benson

Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Lansia di Panti Unit

Pelayanan Sosial Tresna Werdha Tulungagung Tahun 2005 desain

penelitian quasy experiment (one grup pretest- posttest design). Teknik

sampling secara purposive sampling yag berjumlah 20 responden dimana

10 sebagai kontrol dan lainya sebagai subjek. Menganalisis dengan

menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test, hasil penelitian menunjukan

kebutuhan tidur sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi Benson

pada kelompok perlakuan signifikasi p= 0,003 dan kelompok kontrol p=

0,317. Artinya pengaruh signifikan antara Relaksasi Benson terhadap

pemenuhan kebutuhan tidur.

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

12

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dilakukan

dengan lokasi yang berbeda pada Posyandu Lansia di wilayah Puskesmas

II Sumpiuh. Variabel terikat yang digunakan yaitu gangguan pola tidur

lansia. Teknik sampling menggunakan total sampling, sejumlah 38 orang

dari lansia usia tua (old) kemudian diberikan intervensi terapi Benson

sesuai dengan kriteria inklusi tanpa ada kelompok kontrol. Design yang

digunakan pretest & posttest without control grup.

4. Sagala (2012)

Penelitian di PT. Madubaru Yogyakarta dengan judul “Efek

Pelatihan Relaksasi Untuk Menurunkan Stres Kerja Pada Karyawan di

PT. Madubaru Yogyakarta” penelitian ini menggunakan metode penelitian

eksperimen dengan desain one group pretest-posttest. Dengan subjek

penelitian sebanyak 11 responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

skor sebelum dilakukan perlakuan (pre-test), tingkat stres kerja pada

karyawan dibagian administrasi personalia berada pada kategori sedang

sebanyak 6 subjek yakni 54,5 %, sebanyak 5 subjek yakni 45,5 % dalam

kategori tinggi. Setelah diberikan pelatihan relaksasi (post-test), subjek

yang mengalami stres kerja terjadi penurunan sebanyak 100 % yakni 11

orang. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon signed ranks test. Hasil

uji beda Wilcoxon signed ranks test menunjukkan bahwa skor Z= -2,936

dan p= 0,003 (<0,05), artinya bahwa ada perbedaan stres kerja sebelum

dan sesudah mengikuti pelatihan relaksasi, hasil ini menunjukan bahawa

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

13

pemberian pelatihan relaksasi pada karyawan secara signifikasi dapat

menurunkan stress kerja.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada kedua

variabelnya. Variabel bebas terapi Benson, variabel terikatnya gangguan

pola tidur lansia. Sampel yang akan digunakan adalah sejumlah 38 orang

kemudian diberikan intervensi terapi Benson sesuai dengan kriteria

inklusi.

5. Sooki, Sharifi dan Tagharobi (2011)

Penelitian dengan judul “Role of Qur’an recitation in mental health

of the elderly” yang dilakukan di rumah perawatan Golabchi Iran. Metode

penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan jumlah

responden sebanyak 56 lansia yang dipilih dengan teknik purposive

sampling. Responden di uji dengan kuisioner berisi 28 artikel formulir dari

kuisioner standar kesehatan jiwa. Setelah dihitung secara statistik dengan

analisa Chi-square dan uji multivariat regresi linear disimpulkan bahwa

41,1% lansia memiliki kesehatan mental yang lemah. Status kesehatan

mental menunjukan hubungan yang bermakna dengan persetujuan untuk

tinggal di panti dan membaca Al- Qur‟an ketika di panti. 55,4%

menunjukan nilai yang bervariasi dari kesehatan mental lansia (p < 0,001 ;

F= 1,16) dijelaskan dengan tiga variabel yaitu, aktivitas religi di panti,

pendidikan, dan persetujuan awal untuk tinggal di panti.

Perbedaannya adalah pada lokasi penelitian, variable penelitian dan

desain penelitian. Variabel bebas yang akan dilakukan peneliti

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

14

menggunakan terapi Benson dan variabel terikatnya menggunakan

gangguan pola tidur lansia. Sedangkan desain penelitian yang digunakan

adalah cross sectional dan peneliti menggunakan desain quasi experiment.

Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling

dengan sejumlah 38 lansia tua (old) kemudian diberikan intervensi terapi

Benson sesuai dengan kriteria inklusi.

Pengaruh Terapi Benson..., AGUS KURNIADI HANANTA KUSUMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014