BAB I PENDAHULUAN A. LATAR...

24
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu fenomena yang selalu dikaitkan dengan kegiatan perjalanan seseorang untuk memperoleh pengalaman baru yang menyenangkan dan berkesan. Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata sehingga dapat membawa manfaat dan pengaruh yang cukup besar meliputi aspek ekonomi (sumber devisa), aspek sosial (penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya. Selain itu parwisata juga merupakan sektor yang sangat kompleks yang terdiri atas berbagai komponen, seperti atraksi, transportasi, akomodasi, promosi dan sebagainya (Mill dan Morrison, dalam Hestiana, 2011) Indonesia memiliki potensi wisata yang melimpah salah satunya wisata budaya khususnya yang berkaitan dengan bangunan cagar budaya seperti Candi Prambanan. Candi Prambanan merupakan salah satu kawasan yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia ( world heritage) yang dikelola oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Namun, warisan budaya ini hanya akan menjadi pemandangan atau objek tontonan saja ketika

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pariwisata merupakan salah satu fenomena yang selalu dikaitkan dengan

kegiatan perjalanan seseorang untuk memperoleh pengalaman baru yang

menyenangkan dan berkesan. Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata

dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada

wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata sehingga dapat

membawa manfaat dan pengaruh yang cukup besar meliputi aspek ekonomi

(sumber devisa), aspek sosial (penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya.

Selain itu parwisata juga merupakan sektor yang sangat kompleks yang terdiri

atas berbagai komponen, seperti atraksi, transportasi, akomodasi, promosi dan

sebagainya (Mill dan Morrison, dalam Hestiana, 2011)

Indonesia memiliki potensi wisata yang melimpah salah satunya wisata

budaya khususnya yang berkaitan dengan bangunan cagar budaya seperti Candi

Prambanan. Candi Prambanan merupakan salah satu kawasan yang diakui

UNESCO sebagai warisan budaya dunia ( world heritage) yang dikelola oleh PT.

Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Namun, warisan

budaya ini hanya akan menjadi pemandangan atau objek tontonan saja ketika

2

dilapangan tidak ada yang menceritakan mengenai sejarah candi, filosofi maupun

nilai-nilai kearifan lokal, tatanan kehidupan tentang manusia, hewan, tumbuhan

bahkan makhluk surgawi digambarkan melalui relief yang terpahat mengelilingi

tembok candi dan makna dari setiap bentuk arsitektur candi. Disinilah tugas

pramuwisata atau pemandu yang perananya sangat krusial dalam memberikan

penjelasan secara langsung kepada wisatawan di lapangan. Oleh karena itu

dibutuhkan kerjasama antara pengelola dengan HPI (Himpunan Pramuwisata

Indonesia) sehingga kegiatan wisatawan di objek wisata untuk memperoleh

informasi tentang sejarah Candi Prambanan tidak mengalami kesulitan.

Seiring perkembangan dari tahun ke tahun, pengelola memiliki harapan

untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan baik wisatawan domestik maupun

mancanegara. Salah satu usaha yang dilakukan pramuwisata adalah memperbaiki

kualitas pelayanan di lapangan dan memiliki kemampuan memberikan informasi

yang baik dan penjelasan yang menarik serta berguna bagi wisatawan karena

pramuwisata atau pemandu adalah orang yang menghidupkan perjalanan wisata

sehingga kunjungan ke objek wisata menjadi berkesan, aman dan nyaman. Untuk

bisa menjalankan tugas itu pramuwisata harus memiliki kualifikasi tertentu.

Dengan adanya kerjasama yang baik antara HPI (Himpunan Pramuwisata

Indonesia) dengan PT. Taman Wisata Candi dalam menyediakan jasa

Pramuwisata perlu didakan evaluasi untuk melihat performa guide Himpunan

Pramuwisata Indonesia yang beraktifitas di Taman Wisata Candi Prambanan,

untuk itulah Tugas akhir ini disusun. Fokus penelitian dilakukan di dalam

3

kompleks Candi Prambanan dan fokus utama pembahasan mengenai kinerja

pramuwisata dibawah naungan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah menegenai

kinerja pramuwisata di kawasan objek wisata Candi Prambanan terkait materi

yang harus dikuasai pemandu, pantangan, pelayanan yang harus dilakukan,

mengantisipasi masalah, cara memandu wisatawan serta prospek kerja

pramuwisata, adanya kaitan dengan kebijakan dari pengelola yang akan

mendukung aktivitas wisatawan di Candi Prambanan. Sehingga muncul

pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut :

1. Bagaimana pola elemen tour guide ideal Himpunan Pramuwisata Daerah

Istimewa Yogyakarta ?

2. Bagaimana hubungan kemitraan antara HPI dan PT. Taman Wisata Candi

Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko ?

3. Bagaimana Performa guide Himpunan Pramuwisata Indonesia di Taman

Wisata Candi Prambanan ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Penyusunan Tugas Akhir ini untuk mengetahui Peran Pramuwisata di

kawasan objek wisata Candi Prambanan dan untuk mengetahui hubungan

kemitraan kerja antara HPI dan PT. Taman wisata Candi, serta performa guide

yang berdampak pada pelayanan di Taman Wisata Candi Prambanan.

4

Manfaat penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian performa tour

guide berbahasa Inggris Himpunan pramuwisata Indonesia sebagai mitra PT

Taman Wisata Candi di objek wisata Candi Prambanan terbagi atas dua manfaat

yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dan bahan masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kepariwisataan pada

umumnya dan industri hospitality dan manajemen pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat menjadi manfaat dan referensi mengenai Kinerja

Himpunan Pramuwisata Indonesia di objek wisata Candi

Prambanan sebagai mitra PT Taman Wisata Candi Borobudur,

Prambanan dan Ratu Boko.

b. Memberikan rekomendasi pengelolaan sektor pramuwisata guna

menunjang kepuasan terhadap tingkat keterinformasian

pengunjung di objek wisata Candi Prambanan.

c. Merupakan sarana bagi penulis untuk mengembangkan wawasan

dan pengalaman serta sebagai media penerapan ilmu yang

diperoleh sebagai pembelajaran selama perkuliahan.

5

D. TINJAUAN PUSTAKA

Bambang Udoyono (2008), dalam bukunya Sukses Menjadi Pramuwisata

Profesional. Mengatakan Pramuwisata adalah salah satu faktor kunci dalam bisnis

pariwisata. Tanpa keberadaan pramuwisata, maka bisnis pariwisata, kalaupun

tetap eksis, akan mengalami kendala serius. Arti penting mereka sangat terasa

karena Indonesia mengembangkan pariwisata budaya. Pramuwisata adalah

seseorang yang memiliki kesenangan travelling, memiliki minat pada masalah

kebudayaan tradisional Indonesia, memiliki kesenangan bergaul dengan orang

asing memiliki ketrampilan bahasa asing yang bagus paling tidak satu, memiliki

kesehatan fisik dan mental yang prima, memiliki niat untuk memberikan

pelayanan yang prima kepada wisatawan, memiliki selera humor, memiliki

pengetahuan yang luas dalam hal sosial, budaya, ekonomi, bisnis, politik dan lain-

lain.

Menurut Andi Muhammad Mudhi‟uddin (2013), sosok guide yang

profesional minimal memiliki lima persiapan berupa sikap mental, pilihan bahasa,

materi pengetahuan, etika kerja dan metode (guiding technique); barulah guide

dengan lisensi sesuai kompetensi berhak memandu wisatawan. Lisensi

pramuwisata dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata setempat, sedang uji kompetensi

berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)

dilaksanakan oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) Parwisata dengan penguji

assesor asal pramuwisata juga. Standar pelayanan pariwisata bisa diukur dan

seorang pramuwisata atau guideharus memaksimalkan pelayanan dengan zero

complaint. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Yogyakarta

6

mengumandangkan tahun 2011 sebagai zero complaintservice. Karena itu

pramuwisata perlu bertekad menyatukan lima elemen guiding, yaitu

menyeimbangkan ruang porsi penguasaan antara lain : keterampilan bahasa

(language skill), materi destinasi (material), sikap profesional (attitudes), gaya

penampilan (style) dan wawasan (knowladge).

E. LANDASAN TEORI

1. Pramuwisata

Dalam Peraturan Menparpostel Nomor: KM 82 / 102-MPPT/ 88.

Himpunan Pramuwisata Indonesia atau disingkat HPI adalah wadah

berhimpunannya individu-individu profesi pramuwisata berlisensi di Indonesia.

Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penjelasan

dan petunjuk tentang objek wisata Indonesia serta membantu segala sesuatu yang

diperlukan oleh wisatawan.

Oka A. Yoeti memberikan definisi Pramuwisata sebagai berikut:

“Paramuwisata adalah seseorang yang memberi penerangan, penjelasan, serta

petunjuk kepada wisatawan (tourist) dan traveler lainnya, tentang segala sesuatu

yang hendak dilihat, disaksikan oleh wisatawan dan traveler yang bersangkutan,

bilamana mereka berkunjung kepada suatu objek, tempat atau daerah tertentu.

Dibawah ini beberapa hal yang harus dimiliki agar seorang pramuwisata

selalu memperhatikan :

a. Kepribadian dengan cara penampilan yang baik, serasi dan sopan.

b. Tidak membanggakan atau menonjolkan diri atau ingin menerima

penghormatan yang berlebihan.

7

c. Berbicara dengan lancar (tetapi tidak banyak tingkah) dan jujur dalam

setiap keadaan.

d. Menghargai kepribadian orang lain dan bermurah hati (tidak kasar

atau berlaku tidak sopan).

e. Percaya pada diri sendiri dalam bekerja dan konsisten serta penuh

tanggung jawab.

f. Pandangan mata ke depan (optimis) dengan tenang dan bijaksana.

g. Selalu mempunyai persepsi positif, dengan tidak mengabaikan

antisipasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan, (Dinas Pariwisata

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah,1995).

Menurut Bambang Udoyono (2008). Ada tiga sumber penghasilan bagi

pramuwisata. Pertama, seorang pramuwisata mendapatkan gaji dari biro

perjalanan wisata atau yang lazim disebut dengan istilah guide fee. Ini dihitung

berdasarkan jumlah jam kerjanya. Selain itu bagi pramuwisata yang menjadi

karyawan tetap akan mendapatkan gaji bulanan dari biro perjalanan wisata yang

jumlahnya bervariasi di masing-masing perusahaan tergantung kemampuan

finansial dan kebijakan yang diterapkan. Kedua, sumber pendapatan dari art shop.

Pramuwisata akan mendapatkan juga komisi dari belanja tamunya yang berkisar

antara sepuluh sampai empat puluh persen dari jumlah belanja tamu. Ketiga,

apabila tamu merasa puas dengan pelayanan yang diberikan guide, kemungkinan

ada pendapatan atau bonus berupa tip tambahan dari tamunya.

Untuk jumlah penghasilan rata-rata pramuwisata itu sendiri ada beberapa

faktor yang mempengaruhi. Pertama jumlah jam kerjanya. Pramuwisata atau

8

guide yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia mempunyai daftar

tarif yang sudah ditentukan. Seperti HPI Yogyakarta yang telah menentukan tarif

pemandu berdasarkan lamanya kegiatan guiding, satu hari penuh dan setengah

hari. kemudian jarak tempuh destinasi dan objek wisata yang dituju wisata jelajah

kota (city tour) atau lintas kota atau provinsi (overland).

Tabel 1. DAFTAR TARIF GUIDE FEE HPI DIY

1. Fullday Rp. 300.000 minimal 5 jam

2. Halfday Rp. 150.000 minimal 4 jam

3. Sunrise

- Borobudur Rp. 250.000 sunrise only

- Phuntuk Setumbu Rp. 300.000 sunrise only

4. Overland Rp. 300.000/Day

- Allowens Rp. 175.000 (125.000 room/50.000 meals) arah ke barat

- Allowens Rp. 150.000 (100.000 room/50.000 meals) arah ke timur

- Bromo plus Rp. 150.000

- Ijen plus Rp. 250.000

- Emtyrun Rp. 250.000 untuk Jawa

- Emtyrun Rp. 350.000 untuk Bali

5. Transfer in/out only Rp. 100.000 (Airport)

- Transfer in Borobudur Rp. 150.000

- Transfer in Losari Rp. 300.000

6. Mice/LO Rp. 450.000

7. Kapal Cruise Rp. 500.000

Sumber : DPD HPI Yogyakarta 2014

9

Berdasarkan data guide fee di atas, biaya yang tercantum merupakan

standar minimum yang sudah diterapkan dan berjalan di beberapa travel agent

termasuk asuransinya. Untuk kategori group adalah jumlah minimal untuk 10

tamu. Pemandu group overland mendapatkan kamar yang sama dengan tamunya.

Transfer in/out, yaitu menjemput atau mengantar tamu ke atau dari bandara atau

stasiun. MICE di jogja mendapatkan minimal 1 kamar untuk operasional yang

lokasinya berdekatan dengan tempat acara. Mereka yang menguasai bahasa asing

selain Inggris bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dari tarif normal

yang sudah ditetapkan oleh HPI.

Profesi sebagai seorang pramuwisata mempunyai peluang yang terbuka

untuk mengembangkan diri di bidang pramuwisata maupun di bidang lainnya

karena dengan bebagai pengalaman yang dihadapi di lapangan serta bertemu

dengan banyak orang khususnya tamu asing dapat membuka wawasan

pramuwisata untuk mengembangkan pengalaman serta menjalin relasi yang

nantinya akan sangat bemanfaat untuk kehidupan pramuwisata dimasa

mendatang, seperti berwirausaha atau bisnis pada bidang pariwisata yang selama

ini ditekuni dan menjadi profesi sehari-hari. Untuk menuju ke jenjang yang lebih

tinggi dalam mengembangkan diri dibutuhkan proses yang tidak singkat.

Khususnya bagi pramuwisata muda yang tentunya masih butuh pengalaman serta

jam terbang yang lebih.

Jenjang pramuwisata terdiri dari tiga tahapan yang kriteria serta syarat-

syaratnya berbeda untuk bisa mencapai jenjang berikutnya, jenjang pertama

adalah pramuwisata muda, kedua adalah pramuwisata madya dan tertinggi adalah

10

pengatur wisata atau tour leader. Adapun syarat-syatrat untuk bisa mencapai

jenjang yang harus dipenuhi antara lain :

a) Syarat Pramuwisata Muda

Warga Negara Indonesia berusia minimal 18 tahun, menguasai bahasa

Indonesia dan paling tidak mampu berbahasa asing dengan baik minimal satu

bahasa, menguasai pengetahuan dan menjelaskan tentang ilmu bumi pariwisata,

kependudukan, pemerintahan, sejarah dan budaya daerah tingkat II tempat

pramuwisata muda berdomisili dan daerah tingkat I secara umum, pendidikan

minimal SLTA.

b) Syarat Pramuwisata Madya

Warga Negara Indonesia berusia minimal 22 tahun, menguasai bahasa

Indonesia dan satu bahasa asing dengan lancar, memiliki keterampilan membawa

rombongan wisatawan, menguasai pengetahuan dan mampu menjelaskan secara

mendalam mengenai pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah tingkat I

tempat pramuwisata berdomisili dan Indonesia secara umum. Memiliki sertifikat

pramuwisata muda atau telah berpengalaman selama 3 (tiga) tahun dan

pendidikan minimal SLTA.

c) Syarat Pengatur Wisata (tour leader)

Warga Negara Indonesia usia minimal 25 tahun, menguasai bahasa

Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar. Mengetahui pengetahuan

dan keterampilan dalam memimpin dan mengatur perjalanan wisata. Memiliki

sertifikat pramuwisata madya atau telah berpengalaman di bidang pramuwisata

selama lima tahun. Memiliki pengetahuan dan menjelaskan secara mendalam

11

mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan

kebudayaan serta atraksi pariwsata di seluruh Indonesia. Pendidikan minimal

SLTA. (Yoeti, 2000 : 13)

Apabila jenjang pengatur wisata sudah berhasil diraih maka besar

kemungkinan peluang terbuka untuk memimpin perjalanan wisatawan Indonesia

ke mancanegara yang diselenggarakan oleh biro perjalanan besar. Keuntungan

selain finansial yang lebih, bertambahnya pengalaman dan pengetahuan akan

menjadi kebanggaan tersendiri.

Seorang pengatur wisata yang profesional dan memiliki keterampilan

serta kreatifitas yang mumpuni pasti mempunyai keinginan untuk memulai

sesuatu pekerjaan yang lebih menantang dirinya seperti membuka usaha yang

selama beberapa tahun terakhir mampu ditekuni secara konsisten dan

mengumpulkan modal yang cukup. Memulai bisnis dengan mendirikan biro

perjalanan adalah alternatif pramuwisata dalam mengembangkan dirinya.

Dengan relasi yang diperoleh selama menjadi pramuwisata adalah modal

yang paling penting, karena mitra kecil tersebut menjadi kunci berkembangnya

usaha baru yang akan digeluti dalam kesehariaanya. Namun kemampuan

menejerial dan ketrampilan mutlak dimiliki seorang pebisnis pariwisata yang

sedang dalam masa bekembang.

2. Penggolongan Pramuwisata

Menurut Suyitno (2005:4), pramuwisata terbagi menjadi beberapa

golongan. Meskipun tujuan, fungsi dan kegiatannya sama, yang membedakan

12

adalah bila melihat ruang lingkup kerja status dan lokasi yang disesuaikan

berdasarkan sudut pandang masing-masing golongan sebagai berikut :

1. Berdasarkan ruang lingkup kerja

a. Transfer guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput

wisatawan di bandara, pelabuhan, stasiun atau terminal menuju ke

hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel

lainnya.

b. Tour Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya memandu

wisatawan dalam satu tour.

c. Local/expert guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus

memandu wisatawan pada suatu objek atau atraksi wisata tertentu.

Misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa gedung bersejarah

dan lain-lain

d. Common Guide adalah pramuwisata yang dapat melakukan kegiatan

baik transfer maupun tour.

e. Driver Guide adalah pengemudi yang sekaligus berperan sebagai

pramuwisata. Pramuwisata bertugas mengantar wisatawan ke objek

atau atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi

yang diperlukan. Pramuwisata pengemudi ini ikut ke objek untuk

memberikan penjelasan tentang objek tersebut jika tidak ada local

guide.

Dapat disimpulkan dari golongan pramuwisata berdasarkan ruang

lingkup kerja dapat dikerucutkan kembali menjadi tiga golongan yaitu golongan

13

pramuwisata minat khusus yang termasuk didalamnya adalah expert guide

tugasnya mengantar dan memberikan pelayanan kepada wisatawan yang ingin

melakukan kegiatan seperti mountaint tracking, rafting, wisata agro, kerajinan

batik dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan minat khusus. Kedua

adalah pramuwisata umum yang termasuk didalamnya adalah local guide dan

transfer guide yang khusus memandu wisatawan pada satu objek atau atraksi

tertentu. Ketiga adalah pengatur wisata yaitu pemandu yang ikut dalam suatu tour

serta mampu membawa sendiri wisatawan dalam satu rencana perjalanan

itenerary. Driver guide, tour guide dan common guide masuk keriteria di

dalamnya.

2. Berdasarkan status

a) Guide freelance adalah seorang pramuwisata lepas yang sama sekali

tidak mempunyai ikatan dengan menajemen biro perjalanan wisata. Ia

bekerja untuk sebuah biro perjalanan wisata selama tenaganya

dibutuhkan oleh biro perjalan itu. Imbalan yang diperoleh berdasarkan

jumlah jam kerja atau tarif harian yang sudah ditentukan.

b) Guide semi staf adalah pramuwisata yang bekerja hanya pada satu biro

perjalanan saja. Oleh karenanya biro perjalanan wajib memberikan

prioritas kepadanya untuk memandu wisatawan yang ada dalam biro

perjalanan tersebut. Ia tidak memperoleh gaji bulanan, tetapi tetap

memperoleh imbalan sesuai dengan jam kerja.

c) Guide staf adalah pramuwisata yang memiliki status resmi sebagai

pegawai suatu biro perjalanan wisata. Ia memperoleh gaji bulanan

14

sebagaimana karyawan yang lain. Selama tidak ada tugas pemanduan,

ia harus ikut membantu pekerjaan lain yang ada dalam biro perjalanan

wisata tersebut.

3. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu

a. Individual Tourist Guide

Individual tourist guide adalah pramuwisata yang khusus memandu

wisatawan individu.

b. Group Tour Guide

Group tour guide adalah pramuwisata yang khusus memandu

wisatawan rombongan.

c. Domestic Tourist Guide

Domestic tourist guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan

nusantara atau domestik.

d. Foreign Tourist Guide

Foreign tourist guide adalah pramuwosata yang memandu wisatawan

mancanegara.

Selain pengelompokan di atas, dikenal pula pengelompokan

berdasarkan spesialisasi sehingga kita kenal Japanese guide, group tour guide,

dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, perusahaan

perjalanan terkadang juga mengelompokan pramuwisata ke dalam tingkatan-

tingakatan tertentu sehingga dikenal guide grade A, grade B, grade C, dan lain-

lain.

15

3. Pelayanan Prima Pramuwisata

Menurut Sugiarto (1999), Pelayanan prima adalah kemampuan maksimal

sesorang dalam berhubungan dengan orang lain dalam hal pelayanan. Upaya

maksimal yang mampu diberikan oleh petugas pelayanan dari suatu perusahaan

industri jasa pelayanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan

sehingga tercapai suatu kepuasan. Pada Surat Keputusan Menteri Pariwisata KM

82/PW.102/MPPT-88, tertanggal 17 September 1988 pada pasal 3 ayat 1 tugas

pramuwisata disebutkan sebagai berikut :

1. Mengatur wisatawan baik rombongan maupun perseorangan yang

mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia.

2. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan objek

wisata serta memberi penjelasan mengenai dokumen perjalanan,

akomodasi, transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya.

3. Memberi petunjuk tentang objek wisata.

4. Membantu mengurus tentang barang bawaan wisatawan.

5. Memberi pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat

kecelakaan, kehilangan dan resiko lainnya.

4. PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko

PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko adalah

Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam usaha pengelolaan objek wisata

Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko. PT. Taman Wisata Candi

Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko melakukan pengelolaan, pemanfaatan dan

pemeliharaan ketertiban serta kebersihan kawasan beserta candinya sebagai objek

16

dan daya tarik wisata berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan

Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam perkembangannya,

PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai bagian

dari menejemen PT. Taman sejak tanggal 3 Agustus 1994, sehingga perusahaan

berubah nama menjadi PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu

Boko.

Dukungan KEPPRES Nomor 1 Tahun 1992 tertanggal 2 Januari 1992,

tentang kewenangan pengelolaan PT. Taman Wisata yang selanjutnya menjadi

dasar pengoperasian berbagai fasilitas yang ada untuk menunjang kegiatan usaha

PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Idealisme PT.

Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai salah satu

pengelola objek wisata budaya di Indonesia, diwujudkan melalui berbagai upaya

untuk menjadikan aset-aset budaya yang dikelolanya tidak saja sebagai

peninggalan sejarah dan budaya semata, namun juga menjadikan Taman Wisata

Candi Borobudur, Taman Wisata Candi Prambanan dan Taman Wisata Ratu Boko

sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, baik bagi wisatawan mancanegara

maupun wisatawan nusantara.

5. Himpunan Pramuwisata Indonesia

Himpunan Pramuwisata Indonesia disingkat HPI atau Indonesian Tourist

Guide Assosiation adalah asosiasi pelaku pariwisata yang menaungi pemandu

wisata selaku pelayan ujung tombak seluruh aktifitas wisatawan di lapangan. HPI

adalah perkumpulan pemandu wisata yang menjalankan kepentingan industri

pariwisata global secara kompeten dan profesional di pusat-pusat destinasi

17

pariwisata Nasional diakui sebagai wadah pemandu wisata dan pengatur wisata.

(Peraturan Menparpostel Nomor; KM.82/102-MPPT/88).

Asosiasi HPI berawal dari konvensi nasional Himpunan Duta Wisata

Indonesia yang digagas oleh Menteri Pariwisata Joop Ave berlangsung 27 Maret

1983 di Pertamina Cottage Kuta Beach Bali Indonesia. Organisasi HPI dipimpin

oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan

Pimpinan Cabang. Misi utama yang disasar adalah meningkatkan profesionalitas

dan kompetensi pemandu wisata di dalam tugas dan tanggung jawab keilmuan,

kekaryaan serta kebangsaan.

Peran klasik Asosiasi HPI meliputi dua hal utuh, yaitu unsur individu

pemandu dan sistem organisasi profesi yang menaunginya. Sedangkan masalah

aktual bagi pramuwisata dan HPI adalah pemberdayaan anggota, kesadaran

pengurus dan keberpihakan yang berwenang, profesionalitas kerja yang kadang

terabaikan. Asosiasi pemandu wisata legal memiliki etika profesi, menjalankan

layanan sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia. Sebagai asosiasi

profesi HPI bersifat nirlaba, independent, non-partisan dan profesional. Seorang

pramuwisata selain harus fokus bertugas memandu wisatawan juga berperan lebih

strategis bagi kemajuan kepariwisataan nasional. Reposisi profesi pramuwisata di

luar asosiasi HPI bisa saja menjadi seorang penulis, penerjemah bahasa,

motivator, moderator, humas dan lain sebagainya.

Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) memiliki kode etik yang

bersumber dari ketetapan rapat kerja nasional VIII HPI, 28-30 November 2007 di

Manado dengan pengayaan ketentuan UU No. 10/ Tahun 2009 dan PP No. 52 /

18

Tahun 2012. Guna menjalankan tugas dan disiplin profesi yang penuh tanggung

jawab, seperti yang dijelaskan dalam dokumen kode etik HPI alinea tiga tentang

kewajiban diri pramuwisata sebagai berikut :

1. Pramuwisata dalam melaksanakan tugas harus selalu patuh terhadap

hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia.

2. Menjaga citra baik kepariwisataan Indonesia yang berdasarkan kepada

falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

3. Taat memakai kartu lisensi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau

pihak berwenang dalam menjalankan tugas.

4. Wajib peduli dengan lingkungan hidup berdasar atas masterplan yang

telah menjadi keputusan daerah dan pusat.

5. Memahami tentang kebudayaan masyarakat setempat, adat istiadat

yang berlaku dalam pengembangan kepariwisataan daerah yang

bersangkutan.

6. Menjaga reputasi sesama pramuwisata dan partner kerja baik sengaja

maupun tidak sengaja.

7. Dilarang keras memberikan informasi kepada wisatawan terhadap

rahasia negara yang bisa berdampak negatif terhadap citra bangsa.

8. Dilarang melaksanakan tugas kepemanduan diluar ketentuan lisensi

dan bahasa yang telah ditertibkan dalam sertifikat pramuwisata oleh

pemerintah yang berwenang.

19

Sementara itu dalam kode etik HPI dalam alinea enam dan tujuh yang

berkaitan dengan sikap pelayanan profesional dan sikap pelayanan di objek

wisata, sikap dan pelayanan profesional diuraikan sebagai berikut :

1. Pramuwisata Indonesia dilarang memberikan janji-janji kosong kepada

pelanggan diluar program tour dan memberikan respon terhadap

keluhan pelanggan.

2. Selama bertugas harus selalu menaruh rasa hormat dengan cara

bertanya sebelum memotrat seperti misal.

3. Selalu hormat terhadap hal-hal yang sangat sensitif dalam adaptasi

nilai budaya.

4. Mengehindari penggunaan kata-kata yang kurang dipahami oleh

pelanggan atau wisatawan.

5. Memiliki segudang pengetahuan tentang objek wisata, sejarah, arsitek,

kebudayaan, kehidupan politik dan cerita lokal yang terus menerus

diperbaharui.

6. Selalu berpenampilan tenang, menarik dan menghindari konflik

dengan sesama pramuwisata dan wisatawan.

7. Berusaha mempromosikan dan menggunakan produk-produk lokal

kepada wisatawan.

8. Tidak ada terlibat didalam kegiatan korupsi dan bertentangan dengan

hukum negara.

9. Tidak akan bertindak diskriminasi terhadap wisatawan baik mengenai

ras, etnik, jenis kelamin, agama, umur dan kewarganegaraan.

20

10. Pramuwisata Indonesia selalu mempromosikan produk-produk lokal

yang dapat meningkatkan perekonomian masyrakat setempat.

11. Pramuwisata Indonesia memberikan pelayanan secara profesional

sesuai denang public service.

Alinea tujuh menjelaskan mengenai sikap pelayanan di objek wisata

terdapat beberapa poin yang menjelaskan antara lain :

1. Pramuwisata harus memastikan kepada wisatawan tidak kan

mengambil sesuatu yang ada di dalam objek sejarah dan purbakala,

untuk kepentingan pribadi tanpa sepengetahuan penjaga objek.

2. Memiliki kepekaan yang tinggi terhadap peninggalan warisan budaya

atau cagar budaya dan alam.

3. Tidak turut andil dalam penjualan barang-narang yang terbuat dari

pohon atau binatang langka yang dilindungi pemerintah.

4. Harus mentaati aturan atau petunjuk-petunjuk yang terdapat di objek

wisata dan tidak merusak lingkungan alam sekitar.

5. Memberikan briefing kepada wisatawan tentang apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan selama mengikuti perjalanan wisata.

6. Harus peduli dalam mempromosikan kesadaran terhadap konservasi

alam dan akibat yang ditimbulkan oleh perusakan hutan.

7. Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.

6. Pramuwisata Ideal

Standar pelayanan pariwisata bisa diukur dan seorang pramuwisata atau

guideharus memaksimalkan pelayanan dengan zero complaint. Himpunan

21

Pramuwisata Indonesia (HPI) Yogyakarta mengumandangkan tahun 2011 sebagai

zero complaint service. Untuk membuat evaluasi mengenai performa guide HPI di

Taman Wisata Candi Prambanan dalam penelitian ini terciptalah sebuah pola dari

lima elemen guide ideal yang dicetuskan oleh HPI Yogyakarta yaitu

menyeimbangkan ruang porsi penguasaan antara lain :

1. Keterampilan bahasa (language skill), Pelafalan dan pengucapan

bahasa Inggris yang baik dan benar.

2. Sikap profesional (attitudes), menggunakan seragam yang telah

ditentukan, mampu menjaga sopan santun dan sabar dalam

memberikan pelayanan saat kegiatan guiding berlangsung.

3. Wawasan (knowladge), pengetahuan guide tentang pengetahuan

sejarah, arsitektur dan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Candi

Prambanan.

4. Gaya penampilan (style), bagaimana ekspresi, olah tubuh, cara guide

membawakan sebuah cerita yang menarik untuk diterima dan

dipahami wisatawan mancanegara.

5. Komunikasi publik (public speaking). Menyampaikan penjelasan

secara lugas dan jelas dihadapan wisatawan mancanegara.

22

F. METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data yang mendukung, penelitian ini dilaksanan

bersamaan dengan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan penulis pada tanggal 4

Maret – 27 Mei 2014, bertempat di PT Taman Wisata Candi Unit Prambanan.

Sedangkan jenis dan sumber data yang digunakan untuk mendukung kelengkapan

penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sementara untuk melakukan

evaluasi performa tour guide dibutuhkan penelitian selama dua minggu guna

melakukan penilaian berdasarkan wawancara responden wisatawan mancanegara

berbahasa Inggris sebanyak enam belas orang. Sebanyak delapan orang tour guide

Candi Prambanan diambil sebagai sampel untuk dinilai oleh responden, masing-

masing tour guide dinilai oleh dua orang responden dari wisatawan mancanegara

yang berbahasa Inggris. Hingga pada akhirnya penilaian yang dilakukan

responden menjadi acuan hasil akhir evaluasi tour guide Candi Prambanan yang

dijabarkan berdasarkan lima keriteria guide ideal.

1. Data primer merupakan informasi langsung yang dikumpulkan

peneliti dari sumbernya. Data primer yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah :

a) Observasi, yaitu pengamatan langsung pada objek yaitu anggota

Pramuwisata yang tergabung dalam HPI dan bekerja di Taman

wisata Candi Prambanan.

b) Wawancara, yaitu wawancara secara langsung dengan

pramuwisata, wisatawan dan staf Taman Wisata Candi Unit

Prambanan.

23

c) Partisipasi, yaitu peneliti melakukan interaksi sosial dengan

subjek dengan cara beraktifitas sebagai pemandu selama kegiatan

praktek kerja lapangan di Taman Wisata Candi Parambanan.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik

berupa keterangan maupun literatur yang ada hubungannya dengan

topik penelitian. Sedangkan teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian adalah :

a) Dokumen, yaitu pengumpulan data yang diperlukan dari catatan-

catatan kuliah, catatan-catatan yang dimiliki Himpunan

Pramuwisata Indonesia, PT Taman Wisata Candi Borobudur,

Prambanan dan Ratu Boko, media massa, majalah serta catatan

lain yang terkait dan mendukung laporan ini.

b) Studi Pustaka adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi

yang berkaitan dengan penelitian sebagai pedoman atau landasan

teori di dalam penulisan laporan.

Supaya data yang telah dikumpulkan dapat bermanfaat, maka data

harus diolah dan dianalisis sehingga dapat digunakan untuk

menginterpretasikan, dan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan. Data yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisa

untuk mendapatkan kesimpulan tentang performa pramuwisata di

Taman Wisata Candi Prambanan.

24

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan penelitian ini terdiri atas empat bab, ditambah Daftar Pustaka

dan Lampiran. Secara garis besar penjabaran sistematika penulisannya sebagai

berikut :

BAB I merupakan pendahuluan meliputi penjelasan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka,

metode penulisan tugas akhir dan sistematika penulisan.

BAB II gambaran umum mengenai asosiasi HPI Taman Wisata Candi

Prambanan dan PT Taman wisata Candi sebagai pihak pengelola, hubungan

kemitraan antara HPI Prambanan dengan PT Taman Wisata Candi.

BAB III merupakan pembahasan yang menguraikan tentang pola elemen

guide ideal yang dipakai HPI Yogyakarta dan hasil penelian mengenai evaluasi

performa guide Prambanan selama menjalankan aktifitas dengan wisatawan

mancanegara.

BAB IV Penutup yang berisi kesimpulan dari uraian yang telah dibahas

dalam bab-bab sebelumnya dan saran-saran.