BAB I PENDAHULUAN A. LATAR...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pariwisata merupakan salah satu fenomena yang selalu dikaitkan dengan
kegiatan perjalanan seseorang untuk memperoleh pengalaman baru yang
menyenangkan dan berkesan. Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009
tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata
dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada
wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata sehingga dapat
membawa manfaat dan pengaruh yang cukup besar meliputi aspek ekonomi
(sumber devisa), aspek sosial (penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya.
Selain itu parwisata juga merupakan sektor yang sangat kompleks yang terdiri
atas berbagai komponen, seperti atraksi, transportasi, akomodasi, promosi dan
sebagainya (Mill dan Morrison, dalam Hestiana, 2011)
Indonesia memiliki potensi wisata yang melimpah salah satunya wisata
budaya khususnya yang berkaitan dengan bangunan cagar budaya seperti Candi
Prambanan. Candi Prambanan merupakan salah satu kawasan yang diakui
UNESCO sebagai warisan budaya dunia ( world heritage) yang dikelola oleh PT.
Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Namun, warisan
budaya ini hanya akan menjadi pemandangan atau objek tontonan saja ketika
2
dilapangan tidak ada yang menceritakan mengenai sejarah candi, filosofi maupun
nilai-nilai kearifan lokal, tatanan kehidupan tentang manusia, hewan, tumbuhan
bahkan makhluk surgawi digambarkan melalui relief yang terpahat mengelilingi
tembok candi dan makna dari setiap bentuk arsitektur candi. Disinilah tugas
pramuwisata atau pemandu yang perananya sangat krusial dalam memberikan
penjelasan secara langsung kepada wisatawan di lapangan. Oleh karena itu
dibutuhkan kerjasama antara pengelola dengan HPI (Himpunan Pramuwisata
Indonesia) sehingga kegiatan wisatawan di objek wisata untuk memperoleh
informasi tentang sejarah Candi Prambanan tidak mengalami kesulitan.
Seiring perkembangan dari tahun ke tahun, pengelola memiliki harapan
untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan baik wisatawan domestik maupun
mancanegara. Salah satu usaha yang dilakukan pramuwisata adalah memperbaiki
kualitas pelayanan di lapangan dan memiliki kemampuan memberikan informasi
yang baik dan penjelasan yang menarik serta berguna bagi wisatawan karena
pramuwisata atau pemandu adalah orang yang menghidupkan perjalanan wisata
sehingga kunjungan ke objek wisata menjadi berkesan, aman dan nyaman. Untuk
bisa menjalankan tugas itu pramuwisata harus memiliki kualifikasi tertentu.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara HPI (Himpunan Pramuwisata
Indonesia) dengan PT. Taman Wisata Candi dalam menyediakan jasa
Pramuwisata perlu didakan evaluasi untuk melihat performa guide Himpunan
Pramuwisata Indonesia yang beraktifitas di Taman Wisata Candi Prambanan,
untuk itulah Tugas akhir ini disusun. Fokus penelitian dilakukan di dalam
3
kompleks Candi Prambanan dan fokus utama pembahasan mengenai kinerja
pramuwisata dibawah naungan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah menegenai
kinerja pramuwisata di kawasan objek wisata Candi Prambanan terkait materi
yang harus dikuasai pemandu, pantangan, pelayanan yang harus dilakukan,
mengantisipasi masalah, cara memandu wisatawan serta prospek kerja
pramuwisata, adanya kaitan dengan kebijakan dari pengelola yang akan
mendukung aktivitas wisatawan di Candi Prambanan. Sehingga muncul
pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut :
1. Bagaimana pola elemen tour guide ideal Himpunan Pramuwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta ?
2. Bagaimana hubungan kemitraan antara HPI dan PT. Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko ?
3. Bagaimana Performa guide Himpunan Pramuwisata Indonesia di Taman
Wisata Candi Prambanan ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Penyusunan Tugas Akhir ini untuk mengetahui Peran Pramuwisata di
kawasan objek wisata Candi Prambanan dan untuk mengetahui hubungan
kemitraan kerja antara HPI dan PT. Taman wisata Candi, serta performa guide
yang berdampak pada pelayanan di Taman Wisata Candi Prambanan.
4
Manfaat penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian performa tour
guide berbahasa Inggris Himpunan pramuwisata Indonesia sebagai mitra PT
Taman Wisata Candi di objek wisata Candi Prambanan terbagi atas dua manfaat
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dan bahan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kepariwisataan pada
umumnya dan industri hospitality dan manajemen pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat menjadi manfaat dan referensi mengenai Kinerja
Himpunan Pramuwisata Indonesia di objek wisata Candi
Prambanan sebagai mitra PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan dan Ratu Boko.
b. Memberikan rekomendasi pengelolaan sektor pramuwisata guna
menunjang kepuasan terhadap tingkat keterinformasian
pengunjung di objek wisata Candi Prambanan.
c. Merupakan sarana bagi penulis untuk mengembangkan wawasan
dan pengalaman serta sebagai media penerapan ilmu yang
diperoleh sebagai pembelajaran selama perkuliahan.
5
D. TINJAUAN PUSTAKA
Bambang Udoyono (2008), dalam bukunya Sukses Menjadi Pramuwisata
Profesional. Mengatakan Pramuwisata adalah salah satu faktor kunci dalam bisnis
pariwisata. Tanpa keberadaan pramuwisata, maka bisnis pariwisata, kalaupun
tetap eksis, akan mengalami kendala serius. Arti penting mereka sangat terasa
karena Indonesia mengembangkan pariwisata budaya. Pramuwisata adalah
seseorang yang memiliki kesenangan travelling, memiliki minat pada masalah
kebudayaan tradisional Indonesia, memiliki kesenangan bergaul dengan orang
asing memiliki ketrampilan bahasa asing yang bagus paling tidak satu, memiliki
kesehatan fisik dan mental yang prima, memiliki niat untuk memberikan
pelayanan yang prima kepada wisatawan, memiliki selera humor, memiliki
pengetahuan yang luas dalam hal sosial, budaya, ekonomi, bisnis, politik dan lain-
lain.
Menurut Andi Muhammad Mudhi‟uddin (2013), sosok guide yang
profesional minimal memiliki lima persiapan berupa sikap mental, pilihan bahasa,
materi pengetahuan, etika kerja dan metode (guiding technique); barulah guide
dengan lisensi sesuai kompetensi berhak memandu wisatawan. Lisensi
pramuwisata dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata setempat, sedang uji kompetensi
berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)
dilaksanakan oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) Parwisata dengan penguji
assesor asal pramuwisata juga. Standar pelayanan pariwisata bisa diukur dan
seorang pramuwisata atau guideharus memaksimalkan pelayanan dengan zero
complaint. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Yogyakarta
6
mengumandangkan tahun 2011 sebagai zero complaintservice. Karena itu
pramuwisata perlu bertekad menyatukan lima elemen guiding, yaitu
menyeimbangkan ruang porsi penguasaan antara lain : keterampilan bahasa
(language skill), materi destinasi (material), sikap profesional (attitudes), gaya
penampilan (style) dan wawasan (knowladge).
E. LANDASAN TEORI
1. Pramuwisata
Dalam Peraturan Menparpostel Nomor: KM 82 / 102-MPPT/ 88.
Himpunan Pramuwisata Indonesia atau disingkat HPI adalah wadah
berhimpunannya individu-individu profesi pramuwisata berlisensi di Indonesia.
Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penjelasan
dan petunjuk tentang objek wisata Indonesia serta membantu segala sesuatu yang
diperlukan oleh wisatawan.
Oka A. Yoeti memberikan definisi Pramuwisata sebagai berikut:
“Paramuwisata adalah seseorang yang memberi penerangan, penjelasan, serta
petunjuk kepada wisatawan (tourist) dan traveler lainnya, tentang segala sesuatu
yang hendak dilihat, disaksikan oleh wisatawan dan traveler yang bersangkutan,
bilamana mereka berkunjung kepada suatu objek, tempat atau daerah tertentu.
Dibawah ini beberapa hal yang harus dimiliki agar seorang pramuwisata
selalu memperhatikan :
a. Kepribadian dengan cara penampilan yang baik, serasi dan sopan.
b. Tidak membanggakan atau menonjolkan diri atau ingin menerima
penghormatan yang berlebihan.
7
c. Berbicara dengan lancar (tetapi tidak banyak tingkah) dan jujur dalam
setiap keadaan.
d. Menghargai kepribadian orang lain dan bermurah hati (tidak kasar
atau berlaku tidak sopan).
e. Percaya pada diri sendiri dalam bekerja dan konsisten serta penuh
tanggung jawab.
f. Pandangan mata ke depan (optimis) dengan tenang dan bijaksana.
g. Selalu mempunyai persepsi positif, dengan tidak mengabaikan
antisipasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan, (Dinas Pariwisata
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah,1995).
Menurut Bambang Udoyono (2008). Ada tiga sumber penghasilan bagi
pramuwisata. Pertama, seorang pramuwisata mendapatkan gaji dari biro
perjalanan wisata atau yang lazim disebut dengan istilah guide fee. Ini dihitung
berdasarkan jumlah jam kerjanya. Selain itu bagi pramuwisata yang menjadi
karyawan tetap akan mendapatkan gaji bulanan dari biro perjalanan wisata yang
jumlahnya bervariasi di masing-masing perusahaan tergantung kemampuan
finansial dan kebijakan yang diterapkan. Kedua, sumber pendapatan dari art shop.
Pramuwisata akan mendapatkan juga komisi dari belanja tamunya yang berkisar
antara sepuluh sampai empat puluh persen dari jumlah belanja tamu. Ketiga,
apabila tamu merasa puas dengan pelayanan yang diberikan guide, kemungkinan
ada pendapatan atau bonus berupa tip tambahan dari tamunya.
Untuk jumlah penghasilan rata-rata pramuwisata itu sendiri ada beberapa
faktor yang mempengaruhi. Pertama jumlah jam kerjanya. Pramuwisata atau
8
guide yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia mempunyai daftar
tarif yang sudah ditentukan. Seperti HPI Yogyakarta yang telah menentukan tarif
pemandu berdasarkan lamanya kegiatan guiding, satu hari penuh dan setengah
hari. kemudian jarak tempuh destinasi dan objek wisata yang dituju wisata jelajah
kota (city tour) atau lintas kota atau provinsi (overland).
Tabel 1. DAFTAR TARIF GUIDE FEE HPI DIY
1. Fullday Rp. 300.000 minimal 5 jam
2. Halfday Rp. 150.000 minimal 4 jam
3. Sunrise
- Borobudur Rp. 250.000 sunrise only
- Phuntuk Setumbu Rp. 300.000 sunrise only
4. Overland Rp. 300.000/Day
- Allowens Rp. 175.000 (125.000 room/50.000 meals) arah ke barat
- Allowens Rp. 150.000 (100.000 room/50.000 meals) arah ke timur
- Bromo plus Rp. 150.000
- Ijen plus Rp. 250.000
- Emtyrun Rp. 250.000 untuk Jawa
- Emtyrun Rp. 350.000 untuk Bali
5. Transfer in/out only Rp. 100.000 (Airport)
- Transfer in Borobudur Rp. 150.000
- Transfer in Losari Rp. 300.000
6. Mice/LO Rp. 450.000
7. Kapal Cruise Rp. 500.000
Sumber : DPD HPI Yogyakarta 2014
9
Berdasarkan data guide fee di atas, biaya yang tercantum merupakan
standar minimum yang sudah diterapkan dan berjalan di beberapa travel agent
termasuk asuransinya. Untuk kategori group adalah jumlah minimal untuk 10
tamu. Pemandu group overland mendapatkan kamar yang sama dengan tamunya.
Transfer in/out, yaitu menjemput atau mengantar tamu ke atau dari bandara atau
stasiun. MICE di jogja mendapatkan minimal 1 kamar untuk operasional yang
lokasinya berdekatan dengan tempat acara. Mereka yang menguasai bahasa asing
selain Inggris bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dari tarif normal
yang sudah ditetapkan oleh HPI.
Profesi sebagai seorang pramuwisata mempunyai peluang yang terbuka
untuk mengembangkan diri di bidang pramuwisata maupun di bidang lainnya
karena dengan bebagai pengalaman yang dihadapi di lapangan serta bertemu
dengan banyak orang khususnya tamu asing dapat membuka wawasan
pramuwisata untuk mengembangkan pengalaman serta menjalin relasi yang
nantinya akan sangat bemanfaat untuk kehidupan pramuwisata dimasa
mendatang, seperti berwirausaha atau bisnis pada bidang pariwisata yang selama
ini ditekuni dan menjadi profesi sehari-hari. Untuk menuju ke jenjang yang lebih
tinggi dalam mengembangkan diri dibutuhkan proses yang tidak singkat.
Khususnya bagi pramuwisata muda yang tentunya masih butuh pengalaman serta
jam terbang yang lebih.
Jenjang pramuwisata terdiri dari tiga tahapan yang kriteria serta syarat-
syaratnya berbeda untuk bisa mencapai jenjang berikutnya, jenjang pertama
adalah pramuwisata muda, kedua adalah pramuwisata madya dan tertinggi adalah
10
pengatur wisata atau tour leader. Adapun syarat-syatrat untuk bisa mencapai
jenjang yang harus dipenuhi antara lain :
a) Syarat Pramuwisata Muda
Warga Negara Indonesia berusia minimal 18 tahun, menguasai bahasa
Indonesia dan paling tidak mampu berbahasa asing dengan baik minimal satu
bahasa, menguasai pengetahuan dan menjelaskan tentang ilmu bumi pariwisata,
kependudukan, pemerintahan, sejarah dan budaya daerah tingkat II tempat
pramuwisata muda berdomisili dan daerah tingkat I secara umum, pendidikan
minimal SLTA.
b) Syarat Pramuwisata Madya
Warga Negara Indonesia berusia minimal 22 tahun, menguasai bahasa
Indonesia dan satu bahasa asing dengan lancar, memiliki keterampilan membawa
rombongan wisatawan, menguasai pengetahuan dan mampu menjelaskan secara
mendalam mengenai pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah tingkat I
tempat pramuwisata berdomisili dan Indonesia secara umum. Memiliki sertifikat
pramuwisata muda atau telah berpengalaman selama 3 (tiga) tahun dan
pendidikan minimal SLTA.
c) Syarat Pengatur Wisata (tour leader)
Warga Negara Indonesia usia minimal 25 tahun, menguasai bahasa
Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar. Mengetahui pengetahuan
dan keterampilan dalam memimpin dan mengatur perjalanan wisata. Memiliki
sertifikat pramuwisata madya atau telah berpengalaman di bidang pramuwisata
selama lima tahun. Memiliki pengetahuan dan menjelaskan secara mendalam
11
mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan
kebudayaan serta atraksi pariwsata di seluruh Indonesia. Pendidikan minimal
SLTA. (Yoeti, 2000 : 13)
Apabila jenjang pengatur wisata sudah berhasil diraih maka besar
kemungkinan peluang terbuka untuk memimpin perjalanan wisatawan Indonesia
ke mancanegara yang diselenggarakan oleh biro perjalanan besar. Keuntungan
selain finansial yang lebih, bertambahnya pengalaman dan pengetahuan akan
menjadi kebanggaan tersendiri.
Seorang pengatur wisata yang profesional dan memiliki keterampilan
serta kreatifitas yang mumpuni pasti mempunyai keinginan untuk memulai
sesuatu pekerjaan yang lebih menantang dirinya seperti membuka usaha yang
selama beberapa tahun terakhir mampu ditekuni secara konsisten dan
mengumpulkan modal yang cukup. Memulai bisnis dengan mendirikan biro
perjalanan adalah alternatif pramuwisata dalam mengembangkan dirinya.
Dengan relasi yang diperoleh selama menjadi pramuwisata adalah modal
yang paling penting, karena mitra kecil tersebut menjadi kunci berkembangnya
usaha baru yang akan digeluti dalam kesehariaanya. Namun kemampuan
menejerial dan ketrampilan mutlak dimiliki seorang pebisnis pariwisata yang
sedang dalam masa bekembang.
2. Penggolongan Pramuwisata
Menurut Suyitno (2005:4), pramuwisata terbagi menjadi beberapa
golongan. Meskipun tujuan, fungsi dan kegiatannya sama, yang membedakan
12
adalah bila melihat ruang lingkup kerja status dan lokasi yang disesuaikan
berdasarkan sudut pandang masing-masing golongan sebagai berikut :
1. Berdasarkan ruang lingkup kerja
a. Transfer guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput
wisatawan di bandara, pelabuhan, stasiun atau terminal menuju ke
hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel
lainnya.
b. Tour Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya memandu
wisatawan dalam satu tour.
c. Local/expert guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus
memandu wisatawan pada suatu objek atau atraksi wisata tertentu.
Misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa gedung bersejarah
dan lain-lain
d. Common Guide adalah pramuwisata yang dapat melakukan kegiatan
baik transfer maupun tour.
e. Driver Guide adalah pengemudi yang sekaligus berperan sebagai
pramuwisata. Pramuwisata bertugas mengantar wisatawan ke objek
atau atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi
yang diperlukan. Pramuwisata pengemudi ini ikut ke objek untuk
memberikan penjelasan tentang objek tersebut jika tidak ada local
guide.
Dapat disimpulkan dari golongan pramuwisata berdasarkan ruang
lingkup kerja dapat dikerucutkan kembali menjadi tiga golongan yaitu golongan
13
pramuwisata minat khusus yang termasuk didalamnya adalah expert guide
tugasnya mengantar dan memberikan pelayanan kepada wisatawan yang ingin
melakukan kegiatan seperti mountaint tracking, rafting, wisata agro, kerajinan
batik dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan minat khusus. Kedua
adalah pramuwisata umum yang termasuk didalamnya adalah local guide dan
transfer guide yang khusus memandu wisatawan pada satu objek atau atraksi
tertentu. Ketiga adalah pengatur wisata yaitu pemandu yang ikut dalam suatu tour
serta mampu membawa sendiri wisatawan dalam satu rencana perjalanan
itenerary. Driver guide, tour guide dan common guide masuk keriteria di
dalamnya.
2. Berdasarkan status
a) Guide freelance adalah seorang pramuwisata lepas yang sama sekali
tidak mempunyai ikatan dengan menajemen biro perjalanan wisata. Ia
bekerja untuk sebuah biro perjalanan wisata selama tenaganya
dibutuhkan oleh biro perjalan itu. Imbalan yang diperoleh berdasarkan
jumlah jam kerja atau tarif harian yang sudah ditentukan.
b) Guide semi staf adalah pramuwisata yang bekerja hanya pada satu biro
perjalanan saja. Oleh karenanya biro perjalanan wajib memberikan
prioritas kepadanya untuk memandu wisatawan yang ada dalam biro
perjalanan tersebut. Ia tidak memperoleh gaji bulanan, tetapi tetap
memperoleh imbalan sesuai dengan jam kerja.
c) Guide staf adalah pramuwisata yang memiliki status resmi sebagai
pegawai suatu biro perjalanan wisata. Ia memperoleh gaji bulanan
14
sebagaimana karyawan yang lain. Selama tidak ada tugas pemanduan,
ia harus ikut membantu pekerjaan lain yang ada dalam biro perjalanan
wisata tersebut.
3. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu
a. Individual Tourist Guide
Individual tourist guide adalah pramuwisata yang khusus memandu
wisatawan individu.
b. Group Tour Guide
Group tour guide adalah pramuwisata yang khusus memandu
wisatawan rombongan.
c. Domestic Tourist Guide
Domestic tourist guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan
nusantara atau domestik.
d. Foreign Tourist Guide
Foreign tourist guide adalah pramuwosata yang memandu wisatawan
mancanegara.
Selain pengelompokan di atas, dikenal pula pengelompokan
berdasarkan spesialisasi sehingga kita kenal Japanese guide, group tour guide,
dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, perusahaan
perjalanan terkadang juga mengelompokan pramuwisata ke dalam tingkatan-
tingakatan tertentu sehingga dikenal guide grade A, grade B, grade C, dan lain-
lain.
15
3. Pelayanan Prima Pramuwisata
Menurut Sugiarto (1999), Pelayanan prima adalah kemampuan maksimal
sesorang dalam berhubungan dengan orang lain dalam hal pelayanan. Upaya
maksimal yang mampu diberikan oleh petugas pelayanan dari suatu perusahaan
industri jasa pelayanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan
sehingga tercapai suatu kepuasan. Pada Surat Keputusan Menteri Pariwisata KM
82/PW.102/MPPT-88, tertanggal 17 September 1988 pada pasal 3 ayat 1 tugas
pramuwisata disebutkan sebagai berikut :
1. Mengatur wisatawan baik rombongan maupun perseorangan yang
mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia.
2. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan objek
wisata serta memberi penjelasan mengenai dokumen perjalanan,
akomodasi, transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya.
3. Memberi petunjuk tentang objek wisata.
4. Membantu mengurus tentang barang bawaan wisatawan.
5. Memberi pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat
kecelakaan, kehilangan dan resiko lainnya.
4. PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko adalah
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam usaha pengelolaan objek wisata
Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko. PT. Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko melakukan pengelolaan, pemanfaatan dan
pemeliharaan ketertiban serta kebersihan kawasan beserta candinya sebagai objek
16
dan daya tarik wisata berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan
Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam perkembangannya,
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai bagian
dari menejemen PT. Taman sejak tanggal 3 Agustus 1994, sehingga perusahaan
berubah nama menjadi PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu
Boko.
Dukungan KEPPRES Nomor 1 Tahun 1992 tertanggal 2 Januari 1992,
tentang kewenangan pengelolaan PT. Taman Wisata yang selanjutnya menjadi
dasar pengoperasian berbagai fasilitas yang ada untuk menunjang kegiatan usaha
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Idealisme PT.
Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai salah satu
pengelola objek wisata budaya di Indonesia, diwujudkan melalui berbagai upaya
untuk menjadikan aset-aset budaya yang dikelolanya tidak saja sebagai
peninggalan sejarah dan budaya semata, namun juga menjadikan Taman Wisata
Candi Borobudur, Taman Wisata Candi Prambanan dan Taman Wisata Ratu Boko
sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, baik bagi wisatawan mancanegara
maupun wisatawan nusantara.
5. Himpunan Pramuwisata Indonesia
Himpunan Pramuwisata Indonesia disingkat HPI atau Indonesian Tourist
Guide Assosiation adalah asosiasi pelaku pariwisata yang menaungi pemandu
wisata selaku pelayan ujung tombak seluruh aktifitas wisatawan di lapangan. HPI
adalah perkumpulan pemandu wisata yang menjalankan kepentingan industri
pariwisata global secara kompeten dan profesional di pusat-pusat destinasi
17
pariwisata Nasional diakui sebagai wadah pemandu wisata dan pengatur wisata.
(Peraturan Menparpostel Nomor; KM.82/102-MPPT/88).
Asosiasi HPI berawal dari konvensi nasional Himpunan Duta Wisata
Indonesia yang digagas oleh Menteri Pariwisata Joop Ave berlangsung 27 Maret
1983 di Pertamina Cottage Kuta Beach Bali Indonesia. Organisasi HPI dipimpin
oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan
Pimpinan Cabang. Misi utama yang disasar adalah meningkatkan profesionalitas
dan kompetensi pemandu wisata di dalam tugas dan tanggung jawab keilmuan,
kekaryaan serta kebangsaan.
Peran klasik Asosiasi HPI meliputi dua hal utuh, yaitu unsur individu
pemandu dan sistem organisasi profesi yang menaunginya. Sedangkan masalah
aktual bagi pramuwisata dan HPI adalah pemberdayaan anggota, kesadaran
pengurus dan keberpihakan yang berwenang, profesionalitas kerja yang kadang
terabaikan. Asosiasi pemandu wisata legal memiliki etika profesi, menjalankan
layanan sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia. Sebagai asosiasi
profesi HPI bersifat nirlaba, independent, non-partisan dan profesional. Seorang
pramuwisata selain harus fokus bertugas memandu wisatawan juga berperan lebih
strategis bagi kemajuan kepariwisataan nasional. Reposisi profesi pramuwisata di
luar asosiasi HPI bisa saja menjadi seorang penulis, penerjemah bahasa,
motivator, moderator, humas dan lain sebagainya.
Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) memiliki kode etik yang
bersumber dari ketetapan rapat kerja nasional VIII HPI, 28-30 November 2007 di
Manado dengan pengayaan ketentuan UU No. 10/ Tahun 2009 dan PP No. 52 /
18
Tahun 2012. Guna menjalankan tugas dan disiplin profesi yang penuh tanggung
jawab, seperti yang dijelaskan dalam dokumen kode etik HPI alinea tiga tentang
kewajiban diri pramuwisata sebagai berikut :
1. Pramuwisata dalam melaksanakan tugas harus selalu patuh terhadap
hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia.
2. Menjaga citra baik kepariwisataan Indonesia yang berdasarkan kepada
falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Taat memakai kartu lisensi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
pihak berwenang dalam menjalankan tugas.
4. Wajib peduli dengan lingkungan hidup berdasar atas masterplan yang
telah menjadi keputusan daerah dan pusat.
5. Memahami tentang kebudayaan masyarakat setempat, adat istiadat
yang berlaku dalam pengembangan kepariwisataan daerah yang
bersangkutan.
6. Menjaga reputasi sesama pramuwisata dan partner kerja baik sengaja
maupun tidak sengaja.
7. Dilarang keras memberikan informasi kepada wisatawan terhadap
rahasia negara yang bisa berdampak negatif terhadap citra bangsa.
8. Dilarang melaksanakan tugas kepemanduan diluar ketentuan lisensi
dan bahasa yang telah ditertibkan dalam sertifikat pramuwisata oleh
pemerintah yang berwenang.
19
Sementara itu dalam kode etik HPI dalam alinea enam dan tujuh yang
berkaitan dengan sikap pelayanan profesional dan sikap pelayanan di objek
wisata, sikap dan pelayanan profesional diuraikan sebagai berikut :
1. Pramuwisata Indonesia dilarang memberikan janji-janji kosong kepada
pelanggan diluar program tour dan memberikan respon terhadap
keluhan pelanggan.
2. Selama bertugas harus selalu menaruh rasa hormat dengan cara
bertanya sebelum memotrat seperti misal.
3. Selalu hormat terhadap hal-hal yang sangat sensitif dalam adaptasi
nilai budaya.
4. Mengehindari penggunaan kata-kata yang kurang dipahami oleh
pelanggan atau wisatawan.
5. Memiliki segudang pengetahuan tentang objek wisata, sejarah, arsitek,
kebudayaan, kehidupan politik dan cerita lokal yang terus menerus
diperbaharui.
6. Selalu berpenampilan tenang, menarik dan menghindari konflik
dengan sesama pramuwisata dan wisatawan.
7. Berusaha mempromosikan dan menggunakan produk-produk lokal
kepada wisatawan.
8. Tidak ada terlibat didalam kegiatan korupsi dan bertentangan dengan
hukum negara.
9. Tidak akan bertindak diskriminasi terhadap wisatawan baik mengenai
ras, etnik, jenis kelamin, agama, umur dan kewarganegaraan.
20
10. Pramuwisata Indonesia selalu mempromosikan produk-produk lokal
yang dapat meningkatkan perekonomian masyrakat setempat.
11. Pramuwisata Indonesia memberikan pelayanan secara profesional
sesuai denang public service.
Alinea tujuh menjelaskan mengenai sikap pelayanan di objek wisata
terdapat beberapa poin yang menjelaskan antara lain :
1. Pramuwisata harus memastikan kepada wisatawan tidak kan
mengambil sesuatu yang ada di dalam objek sejarah dan purbakala,
untuk kepentingan pribadi tanpa sepengetahuan penjaga objek.
2. Memiliki kepekaan yang tinggi terhadap peninggalan warisan budaya
atau cagar budaya dan alam.
3. Tidak turut andil dalam penjualan barang-narang yang terbuat dari
pohon atau binatang langka yang dilindungi pemerintah.
4. Harus mentaati aturan atau petunjuk-petunjuk yang terdapat di objek
wisata dan tidak merusak lingkungan alam sekitar.
5. Memberikan briefing kepada wisatawan tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan selama mengikuti perjalanan wisata.
6. Harus peduli dalam mempromosikan kesadaran terhadap konservasi
alam dan akibat yang ditimbulkan oleh perusakan hutan.
7. Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
6. Pramuwisata Ideal
Standar pelayanan pariwisata bisa diukur dan seorang pramuwisata atau
guideharus memaksimalkan pelayanan dengan zero complaint. Himpunan
21
Pramuwisata Indonesia (HPI) Yogyakarta mengumandangkan tahun 2011 sebagai
zero complaint service. Untuk membuat evaluasi mengenai performa guide HPI di
Taman Wisata Candi Prambanan dalam penelitian ini terciptalah sebuah pola dari
lima elemen guide ideal yang dicetuskan oleh HPI Yogyakarta yaitu
menyeimbangkan ruang porsi penguasaan antara lain :
1. Keterampilan bahasa (language skill), Pelafalan dan pengucapan
bahasa Inggris yang baik dan benar.
2. Sikap profesional (attitudes), menggunakan seragam yang telah
ditentukan, mampu menjaga sopan santun dan sabar dalam
memberikan pelayanan saat kegiatan guiding berlangsung.
3. Wawasan (knowladge), pengetahuan guide tentang pengetahuan
sejarah, arsitektur dan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Candi
Prambanan.
4. Gaya penampilan (style), bagaimana ekspresi, olah tubuh, cara guide
membawakan sebuah cerita yang menarik untuk diterima dan
dipahami wisatawan mancanegara.
5. Komunikasi publik (public speaking). Menyampaikan penjelasan
secara lugas dan jelas dihadapan wisatawan mancanegara.
22
F. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan data yang mendukung, penelitian ini dilaksanan
bersamaan dengan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan penulis pada tanggal 4
Maret – 27 Mei 2014, bertempat di PT Taman Wisata Candi Unit Prambanan.
Sedangkan jenis dan sumber data yang digunakan untuk mendukung kelengkapan
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sementara untuk melakukan
evaluasi performa tour guide dibutuhkan penelitian selama dua minggu guna
melakukan penilaian berdasarkan wawancara responden wisatawan mancanegara
berbahasa Inggris sebanyak enam belas orang. Sebanyak delapan orang tour guide
Candi Prambanan diambil sebagai sampel untuk dinilai oleh responden, masing-
masing tour guide dinilai oleh dua orang responden dari wisatawan mancanegara
yang berbahasa Inggris. Hingga pada akhirnya penilaian yang dilakukan
responden menjadi acuan hasil akhir evaluasi tour guide Candi Prambanan yang
dijabarkan berdasarkan lima keriteria guide ideal.
1. Data primer merupakan informasi langsung yang dikumpulkan
peneliti dari sumbernya. Data primer yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah :
a) Observasi, yaitu pengamatan langsung pada objek yaitu anggota
Pramuwisata yang tergabung dalam HPI dan bekerja di Taman
wisata Candi Prambanan.
b) Wawancara, yaitu wawancara secara langsung dengan
pramuwisata, wisatawan dan staf Taman Wisata Candi Unit
Prambanan.
23
c) Partisipasi, yaitu peneliti melakukan interaksi sosial dengan
subjek dengan cara beraktifitas sebagai pemandu selama kegiatan
praktek kerja lapangan di Taman Wisata Candi Parambanan.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik
berupa keterangan maupun literatur yang ada hubungannya dengan
topik penelitian. Sedangkan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian adalah :
a) Dokumen, yaitu pengumpulan data yang diperlukan dari catatan-
catatan kuliah, catatan-catatan yang dimiliki Himpunan
Pramuwisata Indonesia, PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan dan Ratu Boko, media massa, majalah serta catatan
lain yang terkait dan mendukung laporan ini.
b) Studi Pustaka adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi
yang berkaitan dengan penelitian sebagai pedoman atau landasan
teori di dalam penulisan laporan.
Supaya data yang telah dikumpulkan dapat bermanfaat, maka data
harus diolah dan dianalisis sehingga dapat digunakan untuk
menginterpretasikan, dan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Data yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisa
untuk mendapatkan kesimpulan tentang performa pramuwisata di
Taman Wisata Candi Prambanan.
24
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan penelitian ini terdiri atas empat bab, ditambah Daftar Pustaka
dan Lampiran. Secara garis besar penjabaran sistematika penulisannya sebagai
berikut :
BAB I merupakan pendahuluan meliputi penjelasan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka,
metode penulisan tugas akhir dan sistematika penulisan.
BAB II gambaran umum mengenai asosiasi HPI Taman Wisata Candi
Prambanan dan PT Taman wisata Candi sebagai pihak pengelola, hubungan
kemitraan antara HPI Prambanan dengan PT Taman Wisata Candi.
BAB III merupakan pembahasan yang menguraikan tentang pola elemen
guide ideal yang dipakai HPI Yogyakarta dan hasil penelian mengenai evaluasi
performa guide Prambanan selama menjalankan aktifitas dengan wisatawan
mancanegara.
BAB IV Penutup yang berisi kesimpulan dari uraian yang telah dibahas
dalam bab-bab sebelumnya dan saran-saran.