BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17861/4/Chapter...

31
x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau pemegangnya untuk memperbanyak atau menggandakan hasil karya ciptaannya yang tumbuh bersamaan dengan lahirnya suatu ciptaan. Pencipta berhak pula atas manfaat ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut, baik dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Pelanggaran Hak Cipta itu dihukum sebagaimana yang tercantum menurut Pasal 44 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 72 undang-undang No. 19 Tahun 2002, yang antara lain berbunyi sebagai berikut : 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau member izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000- (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). 3. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 17, yang menyebutkan bahwa pemerintah melarang pengumuman setiap ciptaan Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17861/4/Chapter...

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau pemegangnya untuk

memperbanyak atau menggandakan hasil karya ciptaannya yang tumbuh

bersamaan dengan lahirnya suatu ciptaan. Pencipta berhak pula atas manfaat

ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut, baik dibidang ilmu pengetahuan,

seni, dan sastra.

Pelanggaran Hak Cipta itu dihukum sebagaimana yang tercantum menurut

Pasal 44 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 72 undang-undang

No. 19 Tahun 2002, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau

memperbanyak suatu ciptaan atau member izin untuk itu, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak

Rp. 5.000.000.000- (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,

atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran

hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling

banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

3. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 17, yang

menyebutkan bahwa pemerintah melarang pengumuman setiap ciptaan

Universitas Sumatera Utara

xi

yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah dibidang pertanahan

dan keamanan. Negara, kesusilaan dan ketertiban umum dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak

Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

4. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 19,20, Pasal 49

ayat 3 yang merumuskan bahwa untuk memperbanyak atau

mengumumkan potret seseorang harus terlebih dahulu mendapat izin dari

orang yang dipotret atau dalam jangka waktu 10 tahun setelah yang

dipotret meninggal dunia, harus mendapat izin dari ahli warisnya dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling

banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).

Dengan begitu menurut undang-undang hak cipta undang-undang No.12

Tahun 1997 Junto (J.o) undang-undang No.19 Tahun 2002 bahwa pelanggar hak

cipta itu dihukum dengan pidana penjara ataupun denda.

Meskipun telah mempunyai Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta (beberapa kali direvisi) dan pemberlakuannya tentang hak Cipta pun

telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003, semestinya mampu membuat para

pembajak jera, namun pada kenyataannya pelanggaran HKI masih saja terjadi

bahkan cenderung kearah yang semakin memprihatinkan. Peringkat Pembajakan

di Indonesia, khususnya pembajakan hak cipta, menempati urutan ketiga terbesar

didunia. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya keras dari pelaku usaha dan

pemerintah memerangi pembajakan hak cipta. “Benar atau tidak, menurut hasil

Universitas Sumatera Utara

xii

kajian lembaga Internasional, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar didunia

dalam pembajakan Hak Cipta,” kata kepala sub direktorat Hukum Direktorat Hak

Cipta Departemen Kehakiman Hak Asasi Manusia Ansari Sinungan di Jakarta,

hari Kamis (5/2)1

Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan,mengingat Bangsa Indonesia

adalah salah satu penandatanganan perjanjian TRIPs

.

2

Kendala utama yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan

Hak akan kekayaan Intelektual ini adalah masalah penegakan hukum , disamping

masalah-masalah lain seperti kesadaran masyarakat terhadap HKI itu sendiri dan

keadaan ekonomi bangsa yang secara tidak langsung turut menyumbang bagi

terjadinya pelanggaran itu. Akibat dari maraknya pembajakan atas Hak Cipta ini,

Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah merupakan suatu kemungkinan yang

akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Adapun persetujuan TRIPs

mengidentifikasikan instrumen-instrumen hak dan kekayaan intelektual (HKI) dan

mencoba mengharmonisasikannya pada tingkat global menyangkut komponen :

yaitu perjanjian hak-hak

milik intelektual berkaitan dengan perdangangan dalam Badan Perdagangan

Internasional.

1 (Kompas Cyber Media, 6 Februari 2004) 2 TRIPs adalah hasil persetujuan WTO dalam hal perlindungan hak kekayaan intelektual (Agrrement on trade related aspect of intellectual property rights) yang diatur dalam prinsip minimum standard. Namun perlindungan dalam prsetujuan ini adalah Patent, Copyright, TradeMarks, Industrial Design, Layout Design of Integrated Circuit, Undisclosed Information dan Geographical Indication. Prinsip dasar yang diatur dalam berbagai Konfernsi Nasional. Perstujuan TRIPs memberikan jangka waktu minimum perlindungan berbeda-beda untuk setiap hak kekayaan intelektual, misalnya hak penyiaran diberikan waktu selama 20 tahun dihitung dari akhir tahun kalender dari penyiaran dilakukan dan sebagainya. Situs Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia , Selasa 30 Januari 2007

Universitas Sumatera Utara

xiii

Hak Cipta (Copy rights), Merk dagang (Trade Marks), Paten (Patent), Desain

Produk Industri ( Industrial design), Indikasi Geografi (Geographical Indication),

Desain Tata Letak (Topography), Sirkuit Terpadu / Layout Desain (Topography

of Integrated Sircuits) dan perlindungan informasi yang dirahasiakan (Protection

on Un disclosed Information). HKI merupakan bagian hukum yang berkaitan

dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha

kreatif.

Skripsi ini dilatarbelakangi bahwa hukum menganggap karya cipta sebagai

suatu kekayaan, sehingga keberadaannya dilindungi oleh Undang-undang No. 19

tahun 2002 tentang Hak Cipta. Format MP3 (Motion Picture Experts Group-1

layer III) merupakan beberapa hasil aplikasi dari tekhnologi didunia musik untuk

menghasilkan sebuah format penyimpanan data. Format ini ditujukan untuk

mengecilkan ukuran berkas lagu dalam format digital dengan mengorbankan

sedikit kualitas. Format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III)

berkaitan dengan Hak Cipta, oleh karenanya dilindungi oleh Undang-undang Hak

Cipta.

B. Perumusan Masalah

Setelah mengetahui latar belakang dari skripsi ini, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :

- Bagaimana tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan

format MP3 (Motion Picture Experts layer III)?

Universitas Sumatera Utara

xiv

- Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab dan dampak apakah yang

timbul dari tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan

format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III ?

- Bagaimana perlindungan hukum kepada pemegang Hak Cipta serta

bagaimana upaya hukumnya atas praktik pembajakan dengan format MP3

(Motion Picture Experts layer III) menurut undang-undang no.19 tahun

2002 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu

dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)

b. Untuk mengetahui sebab dan akibat yang timbul dari tindak pidana atas

praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture

Experts layer III)

c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang

hak cipta serta bagaimana upaya hukumnya atas praktik pembajakan lagu

dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) menurut

Undang-undang No.19 Tahun 2002

2. Manfaat Penulisan

a. Manfaat praktis

Universitas Sumatera Utara

xv

1. Skripsi ini bermanfaat untuk Para Penegak Hukum supaya

penanganan perkara tindak pidana hak cipta ini lebih

ditingkatkan.

2. Dan bermanfaat juga untuk masyarakat supaya dapat menyadari

bahwa tindak pidana atas praktik penggandaan lagu dan musik

dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah

tindakan illegal dan merugikan orang lain sehingga masyarakat

tidak menggunakan atau melakukan pembajakan lagu dan musik

dalam format MP3 (Motion Picture Experts layer III) tersebut.

b. Manfaat Teoritis

1.Skripsi ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk

pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin

mengetahui dan memperdalam tentang masalah tindak pidana

atas praktik penggandaan lagu dan musik dengan format MP3

(Motion Picture Experts layer III)

2. Skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syaratnya untuk mencapai gelar sarjana hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan

kewajiban bagi setiap mahasiswa untuk menyelesaikan

pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

xvi

D. Keaslian Penulisan

Ide dan usaha penulisan skripsi ini adalah berasal dari penulis sendiri.

Sepanjang pengamatan penulis, tidak ditemukan tulisan lain, baik skripsi maupun

karangan ilmiah lain yang memiliki kesamaan materi dengan skripsi ini. Baik

judul yang sama , isi, tata redaksi, format penulisan atau dengan kata lain “Tulisan

yang persis sama dengan tulisan” meskipun beberapa karangan ilmiah membahas

masalah tindak pidana pelanggaran hak cipta, akan tetapi terdapat perbedaan yang

jelas dengan skripsi ini. Dimana dalam proses pembuatan skripsi ini penulis

memulainya dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan

penggandaan lagu dan musik kedalam format MP3 (Motion Picture Experts layer

III) kemudian penulis merangkainya sendiri, menjadi suatu karya tulis ilmiah yang

disebut dengan skripsi. Oleh karena itu penulis dapat menyatakan bahwa skripsi

ini adalah karya asli penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2002 pasal 1 angka 1 bahwa Hak

Cipta sebagai hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

1. Pengertian Hak Cipta

Hak yang berkaitan dengan hak cipta adalah terjemahan dari

“Neighbouring rights”. Neighbouring rights berbeda dengan hak cipta, kalau

Universitas Sumatera Utara

xvii

dilihat dari subjek yang mendapat perlindungan. Maksud dan tujuan

perlindungannya adalah sama, oleh karena itu diatur didalam Undang-undang Hak

Cipta. Terdapat 3 macam “Neighbouring rights” ini meliputi :

a. Hak Pelaku pertunjukkan terhadap penampilannya

Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang

menampilakan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan,

mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, film, tari sastra, karya seni

lainya. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang No. 12 Tahun 1997

Junto (J.o) Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 19 Tahun 2002

b. Hak Prosedur rekaman terhadap rekaman yang dihasilkannya

Prosedur rekaman suara adalah orang atau badan yang pertama kali

merekam atau memiliki prakarsa untuk membiayai kegiatan perekam suara untuk

bunyi, baik dari suatu pertunjukkan maupun suara atau bunyi lainnya. Hal ini

diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o)

Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 19 Tahun 2002.

c. Hak Organisasi penyiaran terhadap program radio dan televisi

Lembaga penyiaran adalah organisasi penyelenggaraan sistem, baik

lembaga penyiaran pemerintah maupun swasta yang berbentuk badan hukum yang

melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan dengan atau

tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lainnya. Hal ini diatur dalam

Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 1 angka 12

Universitas Sumatera Utara

xviii

Undang –undang No. 19 Tahun 2002. Pelaku memiliki hak khusus untuk

memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat,

memperbanyak, dan menyiarkan rekaman suara dan atau gambar dari

pertunjukannya.Hal ini diatur dalam Pasal 43c ayat 1 Undang-undang No. 12

Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 49 ayat 1 Undang-undang No. 19 Tahun

2002.Prosedur rekaman suara memiliki hak khusus untuk member izin atau

melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak,

menyiarkan pula karya siarannya melalui transmisi atau tanpa kabel atau melalui

sistem elektromagnetik lainnya.Hal ini diatur dalam Pasal 43c ayat 3 Undang-

undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 49 ayat 3 Undang-undang No. 19

Tahun 2002.

Dari ketiga macam hak ini terlihat ada 3 subjek yang menjadi pemegang

hak yaitu seniman atau pelaku pertunjukkan, produser rekaman, dan lembaga

penyiaran. Mereka ini bukan pencipta yang menghasilkan ciptaan yang dilindungi

hak cipta, tetapi pihak yang mengkomunikasikan atau mendistribusikan suatu

ciptaan tertentu sehingga dapat dinikmati atau digunakan oleh para pengguna

(users) hak cipta.

Kedudukan mereka adalah sebagai perantara yang dengan kemampuan

profesionalnya memberikan perantaraan itu, mereka telah memberikan konstribusi

tertentu yang bernilai, sehingga layak mendapatkan perlindungan hukum

sebagaiman pencipta sendiri. Karya intelektualita mereka berupa penampilan dari

para artis, aktor, dan musisi yang dapat diwujudkan dalam materi tertentu yang

dapat disimpan dan digunakan berulang-ulang. Demikian juga melalui perekaman

Universitas Sumatera Utara

xix

dan penyiaran radio dan televisi, suatu ciptaan yang dihasilkan pencipta dapat

diproduksi dan disimpan dalam berbagai cara dan bentuk sebagai hasil kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi sehingga mereka yang terlibat dalam proses

pembuatannya yang perlu mendapatkan perlindungan hukum, untuk mencegah

terjadinya perbanyakan tanpa izin.

Selain itu hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta juga dikenal

maksudnya dengan penggunaan hasil ciptaan oleh pihak lain, yang harus

dilakukan dengan persetujuan pemilik hak cipta, diantara hak-hak tersebut adalah:

1. Hak untuk membawa salinan atau membuat reproduksi hasil karya

2. Untuk mendistribusikan hasil karya hak untuk menyewa salinan hasil karya

3. Hak untuk membuat rekaman suara atau gambar

4. Hak untuk mempertunjukkan kepada publik

5. Hak untuk menerjemahkan hasil karya

6. Hak untuk menyadur

7. Hak untuk membuat copy kedalam karya audio visual

Hak Cipta diberikan kepada pencipta suatu karya, meskipun dalam hal

tertentu hak cipta dapat diberikan kepada pihak pemberi karya yang timbul segera

setelah hasil karya tersebut dibuat, demikian pula perlindungan terhadap hak cipta

dimulai setelah hak cipta itu didapat.3

3 Eddy Damlan, Hukum hak cipta menuntut beberapa konvensi internasional, Undang-undang Hak Cipta 1997 dan perlindungannya terhadap buku serta perjanjian penerbitannya. (Bandung:alumni, 1999), hal 62

Universitas Sumatera Utara

xx

a. Hak eksklusif

2. Klasifikasi Hak Cipta

Secara umum hak cipta dapat diklasifikasikan berbeda yaitu :

Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak

cipta adalah hak untuk :

- Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk pada umumnya salinan elektronik)

- Mengimpor dan mengekspor ciptaan

- Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)

- Menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum

- Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain

Yang dimaksud dengan “Hak eksklusif” dalam hal ini adalah bahwa hanya

pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut tanpa

persetujuan pemegang hak cipta. Konsep tersebut yang berlaku di Indonesia. Di

Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk “Kegiatan menerjemahkan,

megadaptasi, mengaransemenkan, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan,

meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, dan

mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun”. Selain itu

dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula “Hak terkait”, yang berkaitan

dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku

karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman suara

dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi kegiatan

Universitas Sumatera Utara

xxi

seni yang dilakukan, direkam atau disiarkan oleh mereka masing-masing

(Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Pasal 1 butir 9-12 dan bab VIII). Sebagai

contoh seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman

suara nyanyiannya.

Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan,

misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (Undang-undang No. 19

Tahun 2002 Pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengijinkan pihak lain

melakukan hak eksklusif tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu

(Undang-undang No. 19 Tahun 2002 bab V)

b. Hak Ekonomi

Hak ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara

komersial suatu ciptaan dan behubungan dengan perlindungan kebutuhan

ekonomi pencipta misalnya hak untuk mendapatkan pembayaran royalti atas

penggunaan (pengumuman dan perbanyakan) karya cipta yang dilindungi. Suatu

ciptaan merupakan hasil karya intelektual yang diperoleh melalui pengorbanan

waktu, tenaga, dan dana. Dilihat dari aspek ekonomi pengorbanan tersebut

merupakan suatu investasi yang perlu dikelola secara komersial untuk

mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh keuntungan. Semakin

bermutu suatu ciptaan semakin tinggi pula potensi nilai komersialnya.4

4Sanusi Bintang, Hukum hak cipta (Bandung;Citra Aditya Bakti, 1998) hal 4-5

Universitas Sumatera Utara

xxii

Hak ekonomi ini menurut komandan verkade terdiri dari komponen

sebagai berikut :5

a. Hak reproduksi (menerbitkan atau memperbanyak)

b. Hak eksekusi (memainkan atau mempertunjukkan)

c. Hak adaptasi (memindahkan atau mengalihkan)

d. Hak interprestasi (menerjemahkan atau mengalihbahasakan)

Djumhana mengklasifikasikan hak ekonomi itu lebih terinci lagi meliputi

dibawah ini:

a. Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right) yaitu hak untuk menggandakan ciptaan

b. Hak adaptasi (adaption right) hak untuk menggandakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari satu bahasa kebahasa lain, isi novel diubah menjadi skenario film.

c. Hak distribusi (distribution right) yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan.

d. Hak pertunjukkan (public performance right) yaitu hak untuk mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukkan atau penampilan oleh pemilik, dramawan, seniman, peragawati.

e. Hak penyiaran (broadcasting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang.

f. Hak program kabel (Cable casting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel misalnya siaran televisi pelanggan yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel

g. Droit de suitc yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan

h. Hak pinjaman masyarakat (public lending right) yaitu hak pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat.6

5ibid hal 4

Universitas Sumatera Utara

xxiii

Penggunaan hak ekonomi seperti diatas semakin luas dengan

diperkenalkannya hak sewa (rental right) dan hak-hak yang berkaitan dengan hak

cipta. Menyangkut karya cipta musik dan lagu, terdapat dua macam hak ekonomi

yaitu hak mekanis (mechanical right) yang berhubungan dengan produksi ulang

lagu atau musik dalam bentuk kaset, compact disc, laser disc, video compact disc,

dan lain-lain; dan hak mengumumkan (performing right) yang berkaitan dengan

memperdengarkan sebuah musik atau lagu misalnya menyanyikan, memutar kaset

atau compact disc player ditempat umum untuk kepentingan komersial.7

Hak moral itu diberikan semata-mata untuk menjaga nama baik atau

reputasi pencipta sebagai wujud dan pengakuan terhadap hasil karya

intelektualitas seseorang.

c. Hak Moral

Hak moral ini merupakan manisfestasi dari adanya pengakuan manusia

terhadap hasil karya orang lain yang sifatnya non ekonomi. Hak moral berkaitan

dengan perlindungan kepentingan nama baik dari pencipta.

8

6 abdulkadir Muhammad, kajian hukum ekonomi intelektual (Bandung; Citra aditya bakti,2001) hal 20-21

Seorang pelukis, misalnya yang melukiskan suatu

objek tertentu , belum tentu maksudnya untuk diperjualbelikan atau mendapat

keuntungan ekonomi bagi dirinya, tetapi mugkin untuk penyaluran minat, bakat

dan kemampuan dibidang seni atau untuk penyampaian isi hati atau pendapat.

Kepada pelukis yang bersangkutan hukum memberikan perlindungan hak cipta,

7 Sanusi Bintang, Op cit hal 98 8Ibid hal 6

Universitas Sumatera Utara

xxiv

antara lain mengakui hak moralnya lazimnya penghargaan moral diberikan

masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu

ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral

ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau

wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu apabila ada orang yang

melanggarnya.9

Hak moral diatur dalam undang-undang hak cipta dan Konvensi Berne.

Dalam Pasal 24 Undang-undang hak cipta ditentukan bahwa :

10

1. Pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya

a. Tidak diperbolehkan mengadakan perubahan suatu ciptaan kecuali dengan persetujuan pencipta atau ahli warisnya

b. Dalam hal pencipta telah menyerahkan hak ciptanya kepada orang lain, selama penciptanya masih hidup diperlukan persetujuannya untuk mengadakan perubahan termasuk dan apabila pencipta telah meninggal dunia izin dari ahli warisnya

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.

3. Pencipta tetap berlaku mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

Didalam Konvensi Berne ditentukan bahwa setiap negara peserta wajib

memberikan pencipta :

1. Hak untuk menuntuk kepemilikan

2. Hak untuk melawan segala bentuk pemutarbalikkan, atau perubahan lainnya atau tindakan penghinaan dalam hubungannya dengan ciptaan yang dapat merugikan nama baik atau reputasi pencipta.11

9 Ibid hal 8 10 Pasal 24 Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002

Universitas Sumatera Utara

xxv

3. Pengertian Tindak Pidana Hak Cipta

Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sebuah karya cipta musik atau lagu,

terutama sekali musik dan lagu-lagu yang ternyata sangat disenangi dan digemari

oleh masyarakat sehingga sangat laku dipasaran, menimbulkan keinginan bagi

orang-orang tertentu untuk dapat ikut mengeksploitasi musik atau lagu tersebut

dan digandakan dengan menggunakan format MP3(Motion Picture Experts layer

III). Hal ini dapat menimbulkan keuntungan bagi karya cipta musik atau lagu

tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut sering kali diwujudkan dengan

cara-cara yang melanggar hukum atau dengan cara illegal. Untuk mengerti lebih

jauh lagi mengenai tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu dan

musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III), maka akan

membahas terlebih dahulu tentang pengertian tindak pidana itu. Ada beberapa

pendapat sarjana yang mengemukakan arti dari tindak pidana tersebut itu :

Menurut Wirjiono Projodikora tindak pidana yaitu “suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana”.

Pengertian tindak pidana

12

Menurut Moeljadno tindak pidana adalah “perbuatan yang diancam dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut”.

13

1. Perbuatan

Tindak pidana ini memiliki unsur-unsur yaitu :

11 Sanusi Bintang, Opcit hal 7 12 Sudarto, Hukum pidana I, (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990) hal 4 13 S.R. Sianturi asas-asas hukum pidana di Indonesia dan penerapannya, (Jakarta, 1982), hal 20

Universitas Sumatera Utara

xxvi

2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang

3. Bersifat melawan hukum

Menurut Stanley Rubenstein, sekitar tahun 1740 tercatat pertama kali

orang yang menggunakan istilah “copyright”. Di Inggris pemakaian istilah hak

cipta (copyright) pertama kali berkembang untuk menggambarkan konsep guna

melindungi penerbit dari tindakan penggandaan buku oleh pihak lain yang tidak

mempunyai hak untuk menerbitkannya. Perlindungan buku tidak diberikan kepada

pencipta (auther), melainkan diberikan kepada pihak penerbit. Perlindungan

tersebut dimaksudkan untuk memberikan jaminan atau investasi penerbit dalam

membiayai cetakan suatu karya. Hal ini sesuai dengan landasan penekanan sistem

hak cipta dalam “common law system” yang mengacu pada segi ekonomi.

Pengertian Hak cipta

Pengertian hak cipta asal mulanya menggambarkan hal untuk

menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta. Istilah copyright (hak cipta)

tidak jelas siapa yang memakainya. Tidak ada satupun perundang-undangan yang

secara jelas menggunakannya pertama kali.

14

“Hak cipta adalah hak milik yang melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain. Pada hakikatnya, hak cipta

Menurut David Bainbridge :

14 Muhammad Djumhana dan Djuboedillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teori, dan praktiknya di Indonesia ) (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) hal 47-48

Universitas Sumatera Utara

xxvii

adalah hak yang dimiliki pencipta untuk mengeksploitasi dengan berbagai cara karya cipta yang dihasilkannya.15

Tindak pidana hak cipta yaitu suatu kegiatan perbuatan, kebanyakan,

penyiaran, pengedaran tanpa izin dari pencipta maupun penerima hak dari

penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta.

Pengertian tindak pidana hak cipta

16

1. Pembajakan karya rekaman musik atau lagu

Didalam masyarakat perwujudan dan pelanggaran terhadap hak-hak

pencipta akan timbul dalam berbagai bentuk, sebagaimana dapat dijabarkan

berikut ini :

Pembajakan atas rekaman musik atau lagu merupakan perbuatan kejahatan

yang timbul seiring dengan adanya industri musik baik nasional maupun

internasional.

Dalam industri musik di Indonesia pembajakan yang terjadi tidak hanya

atas karya rekaman musik dalam negri tetapi juga meliputi karya rekaman asing.

Sehubungan dengan karya rekaman yang beredar di masyarakat, tidak hanya

karya rekaman produksi nasional tetapi beredar pula karya rekaman asing. Ada

tiga macam bentuk pembajakan atas karya rekaman suara yang dikenal dalam

15 Beinbridge, david, 1999, Intellectual Property, Forth Edition , Financial; Times, Pitmen publishing, England. 16 Leden Marpaung, Tindak pidana terhadap hak atas kekayaan intelektual, (Jakarta; Sinar Gafika, 1995), hal 65

Universitas Sumatera Utara

xxviii

industry musik internasional yaitu ; Counterfeit, piracy,boat ledging17

a. Counterfeit

,berikut ini

akan diuraikan masing-masing bentuk pembajakan tersebut :

Adalah bentuk pembajakan dengan melakukan penggadaan ulang suatu

album karya rekaman, dalam bentuk sama sekali mirip dengan aslinya

baik dalam kemasan album, ilustri cover maupun susunan lagunya.

Kualitas dari album bajakan ini tentu saja tidak terjamin. Counterfeit

lebih dikenal sebagai album rekaman aspal (asli atau palsu).

b. Piracy

Adalah bentuk pembajakan karya rekaman yang dilakukan dengan

menggunakan berbagai lagu dari yang sedang populer, dikenal dengan

istilah “seleksi” atau ketikan. Bentuk pembajakan ini paling ditakuti

dalam industri musik karena dapat mematikan kesempatan penjualan

dari beberapa album rekaman secara bersamaan.

c. Boat ledging

Adalah bentuk pembajakan yang dilakukan dengan cara merekam

langsung suatu pertunjukkan musik dari seorang penyanyi. Dan album

rekaman ini digandakan lalu dijual sebagai album khusus dari

penyanyi tersebut.

17 Runtung, Diktat Kuliah HAKI-I (hak Cipta, Paten, Merek) (Fakultas Hukum USU, 2003) hal 28

Universitas Sumatera Utara

xxix

2. Peniruan karya cipta musik

Perbuatan ini dikaitkan sebagai pelanggaran hak cipta apabila karya cipta

yang diciptakan oleh seorang pencipta mempunyai kemiripan yang hampir

seratus persen sama dengan hasil karya musik atau lagu pencipta lainnya,

baik notasi, melodi dasar, irama, atau warna musiknya.

3. Pengumuman suatu karya cipta secara tidak sah

Pengumuman suatu karya cipta secara tidak sah terjadi apabila pengguna

lagu dalam melakukan kegiatan usahanya yang menggunakan karya cipta

lagu untuk tujuan komersial dilakukan tanpa adanya izin dari pencipta

atau pemegang hak cipta dan pengguna dapat bebas dari kewajiban

membayar royalti.

Tindak Pidana atas praktik pembajakan karya musik atau lagu dalam

bentuk format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah suatu kegiatan yang

digunakan untuk mengkompresi file-file musik sehingga didapatkan file musik

digital yang mirip kualitas musik asli dengan ukuran file yang kecil tanpa izin dari

pencipta maupun penerima hal dari penjualan barang hasil dari pelanggaran hak

cipta. Beberapa bentuk pelanggaran hak cipta musik atau lagu dalam praktik

pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer

III) termasuk pelanggaran undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi dapat mempermudah atas

suatu karya dalam melaksanakan reproduksi hasil karya musik. Karya musik yang

dipasarkan oleh suatu perusahaan rekaman merupakan proses yang resmi yang

Universitas Sumatera Utara

xxx

dilindungi undang-undang. Kejahatan yang dihadapi di masyarakat adalah dari

berbagai macam hasil karya musik tersebut dapat diperbanyak dengan mudah dan

mendapatkan suatu hasil karya musik sehingga dengan biaya murah dapat

memperoleh suatu karya musik yang disukainya, dengan modal suatu server atau

sebuah komputer dapat memperbanyak suatu ciptaan musik tanpa harus

membayar izin kepada yang punya hak.

Dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai suatu penadah hasil dari suatu

kejahatan yang berusaha mendapatkan keuntungan yang bersifat komersial dapat

dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

Menurut L.J Taylor, yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari

sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri.

4. Ciptaan yang dilindungi undang-undang hak cipta

18

18 L.J. Taylor, Copyright for Librarians, Cetakan Pertama, East Sussex : Tamarisk Books Hstings, 1980

Konsep dasar hukum hak

cipta seperti itu dianut didalam peraturan perundang-undangan hak cipta di

Indonesia sebagaimana dapat kita simak dalam penjelasan pasal 12 ayat 3 undang-

undang hak cipta No. 19 Tahun 2002.Dengan demikian, yang dilindungi adalah

sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan bukan masih merupakan

gagasan. Bentuk nyata ciptaan tersebut bisa terwujud khas dalam bidang

kesusasteraan, seni maupun ilmu pengetahuan. Konvensi Internasional hak cipta

1952 Universal Copyright Convention (UCC), pada pasal 1, menentukan yang

dilindunginya yaitu bidang kesusasteraan, ilmu pengetahuan (Scientific), dan

Universitas Sumatera Utara

xxxi

pekerjaan seni (artistic work) termasuk karya tulis, musik, drama, sinematographi,

lukisan, pahatan, dan patung.

Hukum Indonesia secara jelas mengatur ciptaan yang dilindungi, yang

selengkapnya diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Hak Cipta No.19 tahun 2002,

yaitu :19

a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang sejenis dengan itu

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi,Pewayangan, dan pantonim.

f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.

g. Arsitektur

h. Peta

i. Seni batik

j. Fotografi

k. Sinematografi,dan

l. Terjemahan, tafsir, bunga rampai dan karya lainnya dari hasil pengalihwujud.

Dalam Undang-undang Hak Cipta juga disertakan pengertian dan

penjelasan dari berbagai jenis ciptaan yang telah disebutkan di atas, di antaranya

sebagai berikut :

19 Ibid,Pasal 12

Universitas Sumatera Utara

xxxii

a. Susunan perwajahan karya tulis atau typhographical arrangement yaitu

aspek seni atau estetika pada susunan dan bentuk penulisan karya tulis. Hal ini

antara lain mencakup format, hiasan, warna dan susunan atau tata letak huruf

yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang khas.

b. Ciptaan lain yang sejenis, yaitu ciptaan-ciptaan yang belum disebutkan,

tetapi dapt disamakan dengan ciptaan seperti ceramah,kuliah dan pidato.

c. Alat peraga adalah ciptaan yang berbenuk dua ataupun tiga dimensi yang

berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur,biologi,atau ilmu pengetahuan

lain.

d. Lagu atau musik diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun

terdiri atas unsur lagu atau melodi; syair atau lirik, dan aransemennya,

termasuk notasi.

e. Gambar, antara lain meliputi: motif,diagram, sketsa, logo, dan bentuk huruf

indah, dimana gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan desain industri.

Kolase diartikan sebagai komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan

(misalnya dari kain,kertas dan kayu) yang ditempelkan pada permukaan

gambar.

f. Arsitektur, antara lain meliputi: seni gambar bangunan dan seni gambar

miniatur, dan seni gambar market bangunan.

Universitas Sumatera Utara

xxxiii

g. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau buatan manusia

yang berada diats ataupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada

suatu bidang datar dengan skala tertentu.

h. Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam undang-undang ini

sebagai bentuk ciptaan tersendiri.Karya-karya tersebut memperoleh

perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif,gambar,

maupun komposisi warnanya. Pengertian seni batik juga diterapkan pada

karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang

terdapat diberbagai daerah, seperti seni songket,ikat, dan lain-lain yang

dewasa ini terus dikembangkan.

i. Karya sinematografi yaitu ciptaan yang merupakan media komunikasi

masa gambar bergerak (moving images) antara lain film dokumenter, film

iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film

kartun.Karya ini dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video,

cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan

di bioskop, dilayar lebar, ditayangkan televisi, atau media lainnya.

j. Bunga rampai, meliputi ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kumpulan

berbagai karya tulis pilihan, himpunan lagu-lagu pilihan yang direkam dalam

satu kaset, cakram optik, atau media lainnya,serta komposisi dari berbagai

karya tari pilihan.

k. Database, diartikan sebagai kompilasi data dalam bentuk apapun yang

dapat dibaca oleh mesin (komputer) atau dalam bentuk lain, dimana karena

Universitas Sumatera Utara

xxxiv

alasan pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi

intelektual. Perlindungan terhadap database diberikan dengan tidak

mengurangi hak pencipta lain yang ciptaannya dimasukkan dalam database

tersebut.

l. Pengalihwujudan adalah perubahan bentuk, misalnya dari bentuk patung

menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, atau film dan lain-lain.

Apabila kita melihat lebih seksama jenis-jenis ciptaan diatas, maka

nampak bahwa ciptaan yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta terbagi

dalam dua jenis yaitu ciptaan yang bersifat asli (orisinal) yang diatur dalam pasal

29 ayat (1) dan ciptaan bersifat derivatif (hasil dari perkembangan tekhnologi)

yang diatur dalam pasal 30 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta. Penggelompokkan

ini berkaitan erat dengan jangka waktu perlindungan yang diberikan, misalnya

pada karya cipta orisinal yang terdiri atas :20

a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya

b. Drama atau drama musikal, tari dan koreografi

c. Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, seni patung

d. Seni batik

e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

f. Arsitektur

g. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya

h. Alat peraga

i. Peta, dan

j. Terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai 20 Ibid, Pasal 29 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara

xxxv

Jangka waktu perlindungan hukum yang diberikan terhadap karya-karya

tersebut adalah selama hidup pencipta dan akan terus berlangsung untuk jangka

waktu 50 (lima puluh) tahun setekah penciptanya meninggal dunia.

sedangkan ciptaan yang bersifat turunan atau derivatif adalah seperti yang

dimuat dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta, yaitu :21

a. Program Komputer

b. Sinematografi

c. Fotografi

d. Database, dan

e. Karya hasil pengalihwujudan

Perlindungan hukum yang diberikan adalah selama 50 (lima puluh) tahun

sejak pertama kali karya tersebut diterbitkan.

Di Jerman, Amerika serikat, dan Inggris dalam undang-undangnya

ditentukan secara jelas bidang karya cipta yang dilindunginya. Sedangkan di Italia

hal tersebut tidak ditentukan secara jelas.22

a. Kelompok yang disebut sebagai work yang meliputi kesusasteraan

(original literary work), drama (original dramatic work) , dan music

(original musical work), pekerjaan artistik (original artistic work)

Di Inggris bidang yang dilindungi,

menurut undang-undang hak cipta 1988, dibedakan kedalam 2 (dua) golongan,

yaitu :

21 Ibid, Pasal 30 ayat (1) 22 W.R Cornish, Intellectual Property, Cetakan kedua, London:Sweet & Maxwel, 1989:57

Universitas Sumatera Utara

xxxvi

b. Kelompok yang disebut sebagai subjek matter, yaitu tipografi, rekaman

suara, film, penyiaran, serta program kabel (cable program). Perbedaan ini

didasarkan atas syarat orisinalitas sebuah ciptaan. Ciptaan yang

dikelompokkan sebagai “work” harus memenuhi syarat orisinalitas,

sedangkan dalam kelompok kedua tidak disyaratkan memenuhi

orisinalitas.

Perbedaan ini didasarkan atas syarat orisinalitas sebuah ciptaan. Ciptaan

yang dikelompokkan “Work” harus memenuhi syarat orisinalitas sedangkan

kelompok kedua tidak disyaratkan memenuhi orisinalitas. Secara garis besarnya

bidang yang dilindungi hak cipta dapat digolonggkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Meliputi pekerjaan yang ditentukan dalam Konvensi Berne, yaitu bidang

kesusasteraan, literary, pekerjaan artistik (artistic work), termasuk pula

drama, musik dan drama musikal .

b. Kategori yang muncul belakangan karena perkembangan tekhnologi yaitu

seperti sinematografi, fotografi, rekaman suara, penyiaran (broadcasting)

baik radio maupun televisi.

c. Kelompok yang berhubungan dengan komputer yaitu mengenai program

komputer. Di Prancis program komputer ini mulain dilindungi pada tahun

1985, di Inggris diatur didalam Copyright Amandement Computert

Software Copyright Act 1980, dan Di Indonesia diatur didalam undang-

undang hak cipta tahun 1987.

Universitas Sumatera Utara

xxxvii

Hampir semua hasil karya yang merupakan ciptaan yang dilindungi

undang-undang maka sekilas tampak bahwa seluruhnya dilindungi, tetapi

sebenarnya ada bidang karya yang tidak termasuk bidang yang dilindungi hak

cipta, yaitu diantaranya :23

a. Judul, baik judul buku, film, majalah, lukisan, Koran, lagu, atau yang sejenisnya.

b. Ide dan informasi tidak merupakan bagian yang dilindungi hak cipta karena keduanya belum berwujud dalam bentuk materi

c. Sinopsis, ringkasan tidak merupakan ciptaan yang dilindungi hak cipta dan hal tersebut tidak merupakan pelanggaran atas ciptaan asli.

d. Plot (alur isi cerita) sebab plot disamakan dengan ide

e. Slogan iklan karena disamakan dengan judul

f. Nama samaran (fictitious name), hanya nama samaran ini bila ada yang menggunakannya secara tidak sah dapat dilakukan gugatan dibawah aksi passing off

g. Karakter peran, seperti Mickey Mouse, atau James Bond

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat

deskriptis analistis, menelaah dan menganalisa perundang-undangan

khususnya Undang-undang No. 29 tahun 2002 tentang hak cipta

2. Metode Pengumpulan Data

23 J. M. Cavendish, A Handbook of Copyright in British Publishing in Practise. Cetakan kedua, London, Cassel, 1984 : 82-83

Universitas Sumatera Utara

xxxviii

Penelitian kepustakaan (liberty research) yaitu dengan melakukan

penelitian terhadap berbagai literatur seperti : buku-buku, undang-undang

khususnya undang-undang hak cipta, pendapat sarjana, bahan perkuliahan,

arikel dan juga bahan yang diperoleh dari media internet, yang bertujuan

untuk memperoleh atau mencari konsepsi, teori-teori, bahan-bahan yang

berkenaan dengan tindak pidana hak cipta

3. Analisa Data

Analisa data yang dipergunakan dalam penelitan adalah dengan cara

analisis kualitatif. Dalam hal ini pemaparan kembali dengan kalimat yang

sistematis yang memberikan gambaran secara jelas, jawaban atas

permasalahan dalam skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang

berjudul “Analisis Yuridis Mengenai Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta

atas Praktik Pembajakan Lagu dan Musik dengan Format MP3 (Motion Picture

Experts layer III)” dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika

penulisan sebagai gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, penulis terlebih dahulu

menguraikan tentang gambaran umum atas

keseluruhan skripsi ataupun konsepsi umum dari

Universitas Sumatera Utara

xxxix

skripsi, baik berupa : latar belakang skripsi;

permasalahan; manfaat penulisan; tinjauan

kepustakaan; metode penulisan; serta sistematika

penulisan

BAB II :TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)

Selanjutnya untuk bab II, terdiri dari tiga (3) sub

bab. Dimana pada sub bab pertama membahas

pemahaman mengenai MP3 (Motion Picture

Experts layer III), kedua membahas mengenai jenis

tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan

dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer

III), ketiga membahas sanksi pidana terhadap

tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan

lagu dan musik dengan format MP3 (Motion

Picture Experts layer III)

BAB III : FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK DARI TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)

Selanjutnya untuk bab III, terdiri dari 2 (dua) sub

bab. Dimana pada sub bab pertama membahas

mengenai faktor penyebab tindak pidana atas

Universitas Sumatera Utara

xl

praktik pembajakan lagu dan musik dengan format

MP3(Motion Picture Experts layer III) , kedua

membahas dampak tindak pidana atas praktik

pembajakan lagu dan musik dengan format MP3

(Motion Picture Experts layer III)

BAB IV :PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMEGANG HAK CIPTA SERTA UPAYA HUKUM ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)

Selanjutnya untuk bab IV, terdiri dari 2 (dua) sub

bab. Dimana sub bab pertama membahas

perlindungan hukum kepada pemegang hak cipta

menurut undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang

hak cipta, bab kedua membahas mengenai upaya

hukum tindak pidana hak cipta atas praktik

penggandaan lagu dan musik dengan format MP3

(Motion Picture Experts layer III) menurut

undang-undang no. 19 tahun 2002

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Sumatera Utara