BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan...

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara beriklim tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satu varietas tanaman yang tumbuh subur di tanah Indonesia adalah Kelapa Sawit atau dalam bahasa ilmiah disebut Elaeis yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel). Minyak sawit yang dihasilkan oleh kelapa sawit dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia dan kelapa sawit merupakan tanaman yang mengalami pertumbuhan cukup pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar kedua dunia setelah India, volume ekspor minyak sawit Indonesia pada bulan Januari – Juli 2017 mencapai angka 18,15 juta ton, sedangkan pada periode yang sama tahun 2018 volume ekspor minyak sawit naik menjadi 18,52 juta ton. 1 Jumlah produksi dan nilai ekspor saling berkaitan dan saling mendukung. Seperti halnya, peningkatan ekspor komoditas ini tidak terlepas dari semakin tingginya tingkat produktivitas sebagaimana yang diungkapkan oleh Casson dalam Tuti Ermawati bahwa peningkatan produksi kelapa sawit 1 Tane Hadiyantono, “Ekspor CPO Indonesia Juli Menembus Rekor 2018 Berkat India”, https://industri.kontan.co.id/news/ekspor-cpo-indonesia-juli-menembus-rekor-2018-berkat-india (diakses tanggal 6 Februari 2019)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara beriklim tropis yang kaya akan

keanekaragaman hayati, salah satu varietas tanaman yang tumbuh subur di

tanah Indonesia adalah Kelapa Sawit atau dalam bahasa ilmiah disebut Elaeis

yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak,

maupun bahan bakar (biodiesel). Minyak sawit yang dihasilkan oleh kelapa

sawit dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) menjadi salah satu komoditas

unggulan Indonesia dan kelapa sawit merupakan tanaman yang mengalami

pertumbuhan cukup pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain. Oleh

karena itu Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir minyak sawit

terbesar kedua dunia setelah India, volume ekspor minyak sawit Indonesia pada

bulan Januari – Juli 2017 mencapai angka 18,15 juta ton, sedangkan pada

periode yang sama tahun 2018 volume ekspor minyak sawit naik menjadi 18,52

juta ton.1

Jumlah produksi dan nilai ekspor saling berkaitan dan saling

mendukung. Seperti halnya, peningkatan ekspor komoditas ini tidak terlepas

dari semakin tingginya tingkat produktivitas sebagaimana yang diungkapkan

oleh Casson dalam Tuti Ermawati bahwa peningkatan produksi kelapa sawit

1Tane Hadiyantono, “Ekspor CPO Indonesia Juli Menembus Rekor 2018 Berkat India”,

https://industri.kontan.co.id/news/ekspor-cpo-indonesia-juli-menembus-rekor-2018-berkat-india

(diakses tanggal 6 Februari 2019)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

bisa disebabkan karena beberapa faktor antara lain efisiensi dan ketersediaan

lahan panen, biaya produksi yang rendah, pasar domestik dan internasional

yang menjanjikan, serta kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan

industri kelapa sawit.2

Tidak semua negara dapat membudidayakan Kelapa Sawit dengan baik,

sementara itu hasil olahan minyak sawit yang menjadi bahan baku untuk

dijadikan margarin, minyak goreng, sabun, kosmetika, industri baja, kawat,

radio, bahkan industri farmasi dan lain-lain sangat dibutuhkan bagi negara yang

hanya memiliki sarana industri. Tidak semua negara penghasil bahan baku

keperluan industri mempunyai sarana atau alat pengolahan yang mumpuni

sehingga disinilah berlaku prinsip resiprositas. Prinsip ini merupakan prinsip

fundamental dalam General Agreement on Tariffs and Trade yang selanjutnya

disebut GATT. Prinsip ini tampak pada preambule GATT dan berlaku dalam

perundingan-perundingan tarif yang didasarkan atas dasar timbal balik dan

saling menguntungkan kedua belah pihak.3 Paragraf 3 Preambul GATT

menyatakan:

"Being desirous of contributing to these objectives by entering into

reciprocal and mutually advantageous arrangements directed to

the substantial reduction of tarifs and other varriers to trade and to

the eliminations of discriminatory treatment in international

commerce."

2 Tuti Ermawati, Yeni Saptia: “Kinerja Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Buletin Ilmiah

Litbang Perdagangan (Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, 2013) Vol.07, No.02. hlm. 130 3 Olivier Long dalam Huala Adolf, “Hukum Ekonomi Internasional : Suatu Pengantar, Jakarta,

Rajawali Pers, cet.3, 2002, hlm. 18

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

Adanya arus globalisasi membuat hubungan antar negara-negara sangat

jauh berkembang daripada sebelumnya. Negara-negara saat ini cenderung

memperbaiki perekonomiannya demi kesejahteraan negara itu sendiri. Oleh

karena itu negara-negara saling bekerjasama dan membuka hubungan

perdagangan sehingga dari hubungan itu kemudian menciptakan suatu

kesadaran akan kepentingan dan nilai bersama tertentu membentuk masyarakat

dalam hal bahwa mereka terikat oleh seperangkat aturan bersama dalam

hubungannya satu sama lain yang disebut sebagai masyarakat internasional.

Adanya masyarakat Internasional ini merupakan suatu kenyataan yang tidak

dapat dibantah lagi karena negara-negara melakukan hubungan yang tetap

dengan negara lain. Hubungan itu timbul karena adanya kebutuhan yang

disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan

industri yang tidak merata di dunia.4

Uni Eropa merupakan negara pengimpor ketiga setelah India dan Cina.5

Negara anggota Uni Eropa yang mengimpor sawit dari Indonesia adalah

Belanda, Jerman, Italia, dan Spanyol. Jerman dan Italia merupakan negara

dengan permintaan impor sawit yang tinggi. Oleh karena itu Uni Eropa menjadi

salah satu tujuan ekspor minyak sawit Indonesia.6 Munculnya permintaan

4Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, P.T. Alumni,

Bandung, 2003, hlm. 12 5Widyaningtyas, D., & Widodo, T. (2016). Analisis pangsa pasar dan daya saing CPO

Indonesia Uni Eropa. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Sumber Daya, 18(2), hlm. 139 6 Olof Skoog, “Facts About EU and Palm Oil” ,

http://www.thejakartapost.com/news/2015/01/05/facts-about-eu-and-palm-oil.htmli (diakses pada

tanggal 14/02/2019 pukul 23.19WIB)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

minyak sawit indonesia selain dari negara mitra dagang luar negeri juga

didorong oleh permintaan global dari berbagai negara sehingga Indonesia

menjadi salah satu negara pengekspor minyak sawit terbesar.

Uni Eropa sebagai salah satu importir minyak sawit Indonesia memiliki

perhatian besar terhadap energi keberlanjutan, karena permasalahan serius yang

mengakibatkan terjadinya perubahan iklim dan global warming membuat

negara-negara di dunia melirik biofuel yang merupakan olahan dari produk

kelapa sawit yang menjadi sumber energi terbarukan sebagai jawaban dari

permasalahan yang ditimbulkan oleh bahan bakar fosil seperti gas rumah kaca,

keterbatasan energi yang tidak terbarukan, dan harga yang tidak stabil. Biofuels

ini sangat ramah lingkungan,ekonomis, dapat mengurangi efek rumah kaca, dan

merupakan energi terbarukan sehingga dapat terjaga keberlanjutannyayang

kemudian dapat memperkokoh posisi kelapa sawit sebagai primadona ekspor

Indonesia.

Sebagai bentuk dari perhatian Uni Eropa kepada energi terbarukan

maka Uni Eropa mengeluarkan resolusi terkait dengan energi terbarukan

tersebut yang dikenal dengan European Union Renewable Energy Directive

yang selanjutnya disebut EU RED yang pertama kali diterbitkan tahun 2009,

pemberlakuan resolusi ini oleh Uni Eropa menjadi salah satu langkah dalam

rangka mengurangi emisi karbon secara global sebagai bentuk komitmen

terhadap Protokol Kyoto. Selain alasan itu, penentuan-penentuan target

penggunaan biofuel di negara-negara anggota Uni Eropa dimaksudkan untuk

mengurangi interpendensi terhadap konsumsi dan juga impor terhadap fosil fuel

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

dengan syarat harus memenuhi kriteria keberlanjutan seperti yang ditetapkan

dalam Directive 2009/28/EC dimana dalam kriteria tersebut produk biofuel

harus dihasilkan dari aktivitas produksi yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan.Namun demikian, dalam implementasi EU RED ini di satu sisi

dilihat oleh negara-negara pengekspor sebagai peluang terciptanya pasar baru

bagi produk-produk minyak nabati (biofuel). Namun di sisi lain implementasi

aturan baru ini dapat menimbulkan permasalahan baru bagi negara produsen

minyak nabati, ketika tidak bisa/tidak bersedia memenuhi standar-standar

keberlanjutan yang diterapkan oleh Uni Eropa, sehingga hanya akan menjadi

hambatan baru bagi perdagangan minyak nabati ke negara-negara anggota Uni

Eropa.7

Dapat dipahami hal ini bermaksud untuk tetap menjaga kelestarian

lingkungan dan mengurangi emisi global. Namun di sisi lain, hal ini dianggap

sebagai bentuk hambatan baru yang diciptakan oleh Uni Eropa dalam rangka

memproteksi produk biofuel dari negara lain, karena selama ini negara Uni

Eropa merupakan penghasil utama biodiesel. Persaingan dagang ini

mengakibatkan implementasi EU RED ini dilihat sebagai bentuk green

protectionism melalui pemberlakuan kriteria keberlanjutan (sustainability).8

RED 2009/28/EC mengatur kebijakan mengenai industri biofuel yang

dikembangkan oleh Uni Eropa yaitu second generation biofuel yang berasal

7Ibid. Hlm. 152 8 Rosita Dewi,Implementasi Renewable Energy Directive Uni Eropa, dalam Jurnal

Interdependence, Vol. 1,No.2 Mei-Agustus2013, hlm: 151

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

dari cadangan dan sisa produk pertanian sehingga tidak mengganggu stabilitas

pangan ataupun hutan. Sebagai respon dari RED ini pemerintah Indonesia

mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit

Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) dimana dalam ISPO

tersebut pemerintah indonesia juga sudah memberikan kriteria-kriteria minyak

sawit tertentu yang nantinya akan disertifikasi dengan tujuan ekspor yang

sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Dalam pasal 17 RED 2009/28/EC

menyebutkan kriteria-kriteria keberkelanjutan dari biofuels dan bioliquids,

kriteria mengenai penggunaan lahan berkelanjutan dalam produksi biofuels

terdapat dalam ayat 3 -5.

Pada tanggal 30 November 2016, European Commision(EC)

menerbitkan usulan resmi kepada Dewan Uni Eropa dan Parlemen Eropa untuk

memperbarui RED 2009/28/EC2, yang akan berakhir pada akhir tahun 2020,

usulan baru ini disebut Renewable Energy Directive II (RED II) yang akan

menggantikan aturan lama itu sampai dengan 1 Januari 2021.9 RED II

merupakan hasil revisi melalui Directive (EU) 2015/1513 of The European

Parliament and of The Council tanggal 9 september 201910 yang memberikan

tambahan-tambahan pengaturan dari RED sebelumnya.

9 International Council On Clean Transportation, “The European Commision’s Renewable

Energy Proposal for

2030”https://www.theicct.org/sites/default/files/publications/RED%20II_ICCT_PolicyUpdate_vF_jan

2017.pdf (diakses tanggal 15/02/2019 pukul 22.35 WIB.) 10European Parliament , “amending Directive 98/70/EC relating to the quality of Petrol and

diesel fuels and amending Directive 2009/28/EC on the promotion of the use of energy from renewable

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

Dalam RED diatur secara rigid mengenai kriteria keberlanjutan yang

wajib dipenuhi oleh negara-negara pengekspor bahan baku biofuels atau

bioliquids. Tentunya ini menjadi hambatan bagi proses ekspor minyak sawit

Indonesia karena dituntut untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh Uni

Eropa dan sertifikasi yang dilakukan oleh Uni Eropa pula, hal ini dilihat oleh

kelompok bisnis sebagai salah satu strategi Uni Eropa untuk membatasi impor

minyak sawit dari Indonesia sebagai bahan baku biodiesel karena akan

merugikan investasi mereka. Seperti yang diketahui bahwa negara-negara di

Uni Eropa merupakan negara penghasil Bioethanol.11 Oleh karena itu, negara-

negara eksportir bahan baku untuk biofuel termasuk Indonesia beranggapan

bahwa penerapan RED oleh Uni Eropa menjadi bentuk hambatan perdagangan

yang diciptakan Uni Eropa agar pasar biofuel-nya tidak tersaingi oleh biofuel

negara-negara pengekspor minyak sawit seperti Indonesia.

Upaya Uni Eropa dalam memproteksi tersebut disebut dengan “green

protectionist”. Green Protectionist ini tidak selalu soal kebijakan lingkungan,

tetapi juga berbagai kebijakan lain yang tidak terkait secara langsung dengan

lingkungan namun berpengaruh kepada kebijakan lingkungan sehingga hal ini

menimbulkan diskriminasi maupun larangan perdagangan bagi negara terkait.

Bentuk green protectionism ini sering kali dilihat sebagai technical barier trade

resources”,https://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=celex%3A32015L1513 (diakses

tanggal 16/02/2019 pukul 00.05 WIB) 11 Timo Kaphengst, European Union Policy on Bioenergy and the Role of Sustainability

Criteria and Certification Systems,Berkeley. 2007, hlm. 4

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

(Bagian dari non-tarrif barrier) maupun sanitary and phytosanitary measure.12

Non-tarrif barrier dan sanitary and phytosanitary measure seringkali

digunakan, baik oleh negara-negara di Eropa maupun di Amerika Serikat untuk

beberapa produk industri makanan maupun pertanian.

Implikasi dari RED yang dikeluarkan oleh Uni Eropa ini adalah produk

biofuels dan bioliquids dari negara di luar Uni Eropa akan kesulitan memasuki

pasar Uni Eropa, salah satunya adalah Indonesia sehingga hal ini dapat

melanggar prinsip dan aturan WTO khususnya dalam Article XX GATT tentang

larangan membuat sarana diskriminasi sewenang-wenang atau pembatasan

terselubung pada perdagangan internasional oleh Uni Eropa.

EU RED masih berlaku sampai sekarang dengan diperbaharui menjadi EU

RED II. Sebelumnya dalam EU RED, tenggat waktu yang ditetapkan oleh

parlemen Eropa untuk melarang penggunaan minyak sawit yang digunakan

untuk bahan campuran biodiesel adalah pada tahun 2021. Namun rencana itu

memicu protes dari negara-negara pengekspor minyak sawit khususnya

Indonesia. Sehingga muncul kesepakatan baru dari Uni Eropa yang

menyepakati untuk memperpanjang impor minyak sawit. Kandungan minyak

sawit dalam biodiesel nantinya tidak lagi akan termasuk sasaran iklim Uni

Eropa dan baru akan dilarang sepenuhnya pada 2030. Uni Eropa perlahan akan

12 Fredrik Erixon , Green Protectionism in the European Union: how europe’s Biofuels Policy

and the renewable energy Directive Violate Wto commitments, ECIPE OCCASIONAL PAPER • no.

1/2009, hlm. 8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

mulai mengurangi impor minyak sawit mulai tahun 2023.13 Munculnya EU

RED ini tidak lepas dari dinamika kampanye-kampanye negatif terhadap CPO

mulai dari isu deforestrasi dan tanggungjawab sosial, EU RED ini

dikhawatirkan sebagai bentuk upaya Uni Eropa yang memproteksi industri

domestiknya dengan memberlakukan Non-Tariff Measurements yang

kemudian nantinya akan berpeluang menjadi Non-Tariff Barriers yang dapat

menghambat masuknya suatu produk ke negara tujuan ekspor.

Adanya rencana Uni Eropa untuk melarang atau memboikot produk olahan

biofuels menyangkut bagaimana kredibilitas Indonesia di mata dunia. Dari

penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa tindakan Uni

Eropa cenderung menyalahi peraturan internasional tentang Non-Tariff

Measurements, namun hal tersebut terkesan dibiarkan berlarut oleh Indonesia

karena tidak adanya upaya-upaya lebih lanjut dan tindakan tegas terhadap

pemberlakuan RED II. Hal ini terbukti dengan RED yang pertama kali

dikeluarkan tahun 2009 terus berjalan tanpa upaya perlawanan berarti dari

Indonesia sampai akhirnya muncul perpanjangan regulasi RED yaitu RED II di

tahun 2019.

13Hans Sproos, “Uni Eropa Tunda Larangan Sawit Hingga 2030”,

https://www.dw.com/id/uni-eropa-tunda-larangan-sawit-hingga-2030/a-44315242 (diakses tanggal

16/02/2019 pukul 18.49)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian secara mendalam dengan judul “PILIHAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGHADAPI

RENEWABLE ENERGY DIRECTIVE (RED 2009/28/EC2) UNI EROPA

SEBAGAI HAMBATAN DAGANG NON-TARIFF TERHADAP

EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,

maka dapat dirumuskan apa yang menjadi rumusan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana bentuk Directive (EU) 2018/2001 of The European Parliament

and Council (RED II) sebagai Main Form EU Legislation?

1. Bagaimana bentuk hambatan non tarif yang dilakukan Uni Eropa melalui

resolusi Renewable Energy Directive?

2. Apa saja pilihan kebijakan yang dapat digunakan Indonesia dalam

menyikapi Europe Union Renewable Energy Directive untuk menjaga

ekspor Crude Palm Oil (CPO) dalam jangka panjang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran Renewable Energy Directive Uni

Eropa?

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk hambatan non tarif yang dilakukan

Uni Eropa melalui resolusi Renewable Energy Directive

3. Untuk mengetahui apa saja pilihan kebijakan yang dapat digunakan

Indonesia untuk menyikapi Europe Union Renewable Energy Directive

demi ekspor Crude Palm Oil (CPO) jangka panjang

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai

referensi bagi semua pihak yang berkepentingan dalam rangka

pengembangan Ilmu Hukum secara umum dan khususnya Hukum

Internasional, dalam hal ini menyangkut tentang Perdagangan Internasional

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan bagi pemerintah dan masyarakat terkait bagaimana

kedudukan Crude Palm Oil sebagai komoditas ekspor Indonesia di

tengah pasar internasional khususnya pasar Uni Eropa.

b. Melatih keterampilan berfikir, meneliti dan menulis.

c. Sebagai bahan literatur bagi mahasiswa selanjutnya yang akan

melakukan penelitian mengenai Hukum Perdagangan Internasional.

E. Metode Penelitian

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

Penelitian dalam ilmu hukum adalah keseluruhan aktifitas berdasarkan disiplin

ilmiah untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan

menginterpretasikan fakta serta hubungan di lapangan hukum dan di lapangan lain-lain

yang relevan bagi kehidupan hukum, dan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh

dapat dikembangkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan cara-cara ilmiah untuk

menanggapi berbagai fakta dan hubungan tersebut.14

1. Tipologi penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris, dimana penelitian

hukum empiris ini didasarkan pada kenyataan di lapangan atau melalui

observasi (pengamatan) langsung. Menurut Syamsudin15 yakni berkenaan

dengan tipologi dan klasifikasi penelitian, hukum normatif disetarakan dengan

penelitian hukum doktrinal, sedangkan penelitianhukum empiris disetarakan

dengan penelitian non doktrinal. Penelitianhukum normatif adalah suatu

prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika

keilmuan hukum dari sisi normatifnya.

Selain itu normatif memiliki definisi penelitian yang berdasarkan bahan-

bahan hukum (library based) yang fokusnya pada membaca dan mempelajari

bahan-bahan hukum primer dan sekunder. Adapun jenis penelitian hukum yang

digunakan oleh peneliti yaitu penelitian hukum empiris. Menurut Soejono

14 Teuku Muhammad Radie, Makalah : Penelitian Hukum dalam Pembinaan dan

Pembaharuan Hukum Nasional, Jakarta: BPHN Departemen Kehakiman, 1974, hlm. 14. 15 Syamsudin Pasamai, Metodologi Penelitian & Penulisan Karya Ilmiah Hukum, PT.

Umitoha, Makassar, 2010, hlm.66-67

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

Soekanto16 penelitian hukum sosiologis empiris yang mencakup, penelitian

terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektifitas

hukum. Penelitian hukum sosiologis atau empiris hendak mengadakan

pengukuran terhadap peraturan perundang-undangan tertentu mengenai

efektivitasnya, maka definisi-definisi operasionil dapat diambil dari peraturan

perundang-undangan tersebut. Dalam penelitian hukum sosiologis atau empiris

pun tidak selalu diperlukan hipotesa, kecuali dalam penelitiannya yang bersifat

eksplanatoris.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris karena dalam

penelitian ini dilakukan analisis permasalahan dengan memadukan bahan-

bahan hukum (yang merupakan data sekunder) dan data primer yang diperoleh

di lapangan yaitu tentang apa saja upaya yang sudah dilaksanakan oleh

pemerintah Indonesia dalam menyikapi RED dengan tambahan analisa melalui

pendekatan-pendekatan statue approach dan conceptual approach. Adapun

yang dimaksud dengan statue approach dan conceptual approach adalah:

a. Statute approach

Penelitian yang menggunakan perundang-undangan, karena

yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus

sekaligus tema sentral dalam suatu penelitian.17 Penelitian ini akan

16 MuktifajardanYuliantoAchmad,

DualismePenelitianHukumNormatifdanEmpiris,Yogyakarta,PustakaPelajar, 2010, hlm. 153. 17 Johni Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Normatif, cet. III, Malang, Bayumedia

Publishing, hlm. 306.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

melihat bagaimana kaidah hukum dalam RED bertentangan dengan

prinsip-prinsip yang ada dalam General Agreement on Tariffs and

Trade (GATT) dan Technical Barrier to Trade Agreement.

b. Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach)

Pendekatan ini akan dipergunakan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini penulis akan melihat prinsip-prinsip perdagangan yang

terkandung dalam GATT dan analisa perdagangan lain yang terdapat

dalam berbagai literatur.18

3. Jenis data dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan

sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian

dilakukan.19 Data ini diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research),

yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama.20

b. Data Sekunder

Data dalam penelitian ini penulis dapatkan melalui penelitian

perpustakaan (Library Research). Bahan pustaka merupakan data dasar dalam

18 Ibid.

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009,

Cet. Ke 8, hlm. 137. 20 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2003, hlm. 30

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

penelitian ini dan digolongkan kepada data sekunder. Bahan pustaka dari data

tersebut dapat dikelompokan kepada21:

a. Bahan hukum primer, mencakup:

1. The General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

2. Technical Barrier to Trade Agreement

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan

Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)

4. European Union Renewable Energy Directive (EU RED)

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, atau

pendapat pakar hukum, serta penelusuran informasi melalui internet.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum dan ensiklopedia

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Soerjono Soekanto dalam penelitian lazimnya dikenal tiga

jenis alat pengumpul data, yaitu studi kepustakaan atau bahan pustaka,

pengamatan atau observasi dan wawancara atau interview. Karena data yang

diperoleh berupa data Sekunder dan Primer, maka teknik pengumpul data yang

21 Amiruddin dan Zainal asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo

Persada,Jakarta,2012,hlm 118.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

digunakan adalah melalui studi kepustakaan atau melalui penelusuran literatur

serta dengan melakukan teknik wawancara.22

a. Studi kepustakaan

1. Kunjungan ke perpustakaan untuk mendapatkan buku-buku, hasil

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian,

misalnya laporan penelitian, buletin, dan sebagainya.

2. Teknik pengumpulan data berupa bahan-bahan hukum primer,

dilakukan dengan cara menginvertarisasi, mempelajari dan mencatat

kedalam kartu penelitian tentang asas-asas dan norma hukum yang

menjadi objek permasalahan ataupun yang dapat djadikan alat analisis

pada masalah penelitian.

3. Teknik pengumpulan data sekunder berupa bahan-bahan hukum

sekunder, dilakukan dengan cara menelusuri literatur-literatur ilmu

hukun ataupun hasil-hasil penelitian hukum yang relevan dengan

masalah penelitian

4. Teknik pengumpulan data sekunder berupa bahan-bahan hukum tersier,

dilakukan dengan cara menelusuri kamus-kamus hukunm, kamus

bahasa dan dokumen tertulis lainnya yang dapat memperjelas suatu

persoalan atau suatu istilah yang ditemukan pada bahan-bahan hukum

primer dan sekunder.

22 Ibid. hlm. 67.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

5. Teknik pengumpulan data berbasis Web searching, dilakukan dengan

cara menelusuri situs-situs yang menyediakan data yang relevan dengan

penelitian.

b. Wawancara (Studi Lapangan)

Untuk mendapat data primer, penulis melakukan tanya jawab

secara lisan, wawancara secara langsung dengan informan. Untuk

teknik wawancara menurut Fred Kerlinger dalam Kebenaran Ilmiah dan

Pokok-pokok Penelitian Hukum Normatif23 adalah situasi peran antar

pribadi bertatap-muka (face to face) yakni ketika seorang pewawancara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada

seorang informan. Wawancara tersebut dilakukan kepada para ahli

yang terkait dengan penelitian. Adapun target inorman yang

diwawancarai dalam penelitian ini adalah:

1. Staf Ahli Kerja Sama Intra Kawasan dan Antar Kawasan Amerika

dan Eropa Kemlu RI, Bapak Anwar Luqman Hakim sebagai salah

satu staf yang mengawal isu sawit keberlanjutan di Indonesia

terutama sebagai staf yang terlibat dalam diplomasi ekspor CPO ke

Uni Eropa.

2. Staf Ahli dan Kepala Sub Direktorat Perundingan Multilateral

Kementerian Perdagangan RI, Markhatin sebagai salah satu staf

23 Sukismo, Kebenaran Ilmiah dan Pokok-pokok Penelitian Hukum Normatif, Puskumbangsi

Leppa UGM, 2008,Yogyakarta, hlm.42

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

yang terlibat langsung dalam persiapan notifikasi Technical Barrier

Trade RED di World Trade Organization Jenewa, Swiss.

3. Charles-Michel Geurts, (Charge d’affaires) Delegasi Uni Eropa

Untuk Indonesia dan Brunei Darussalam sebagai diplomat yang

mengepalai kantor diplomatik Uni Eropa di Indonesia yang

mewakili kepentingan Uni Eropa.

5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif

kualitatif, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis melalui langkah-

langkah yang bersifat umum.24 Adapun analisis data yang digunakan oleh

peneliti dalam penelitian hukum menggunakan sifat analisis yang deskriptif

dimana peneliti dalam menganalisis dilakukan untuk memberikan gambaran

atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana hasil penelitian

yang dilakukan serta menggunakan pendekatan kualitatif dimana maksudnya

adalah suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif

analitis, yaitu data yang dinyatakan oleh responden sacara tertulis atau lisan

serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu

yang utuh.25

24 Nasution S, Metode Penelitian Kualitaitf, Trasito, Bandung,1992 hlm 52. 25Mukhti Fajar dan Yulianto Achmad. Dualisme Hukum Normatif dan

Empiris.Yogyakarta.Pustaka Pelajar, 2010, hlm 180.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

Studi normatif merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan

melalui data tertulis dengan mempergunakan ”content analysis”. Content

analysis yang dilakukan dalam penelitian ini melalui analisa kualitatif, dimana

dalam penelitian kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-

interpretatif.26 Dimana peneliti berusaha mengkonstruksi realitas dan

memahami maknanya sehingga penelitian ini sangat memperhatikan proses,

peristiwa, dan otensitas. Menggunakan metode analisis isi harus mengamati

fenomena komunikasi, dengan merumuskan dengan tepat apa yang diteliti dan

semua tindakan harus didasarkan pada tujuan tersebut. Selanjutnya memilih

unit analisis yang akan dikaji, memilih objek penelitian yang menjadi sasaran

analisis. Apabila objek penelitian berhubungan dengan data-data verbal maka

perlu disebutkan tempat, tanggal dan alat komunikasi yang bersangkutan.

Namun, kalau objek penelitian berhubungan dengan pesan-pesan satu dalam

suatu media, perlu dilakukan identifikasi terhadap pesan dan media yang

mengantarkan pesan itu.

Lebih rinci metode analisa kualitatif yang digunakan adalah metode

analisis wacana (Discourse Analysis). Analisis wacana adalah suatu cara atau

metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung

dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual.27

Setelah penulis melakukan wawancara terhadap informan, penulis melakukan

26 Cresswell, John W, Research Design: qualitative, quantitative and mixed method

approaches,SAGE Publications, 1994, hlm. 4 27 Khusnul Khotimah, Semiotika: Sebuah Pendekatan dalam Studi Agama, Jurnal Komunika,

Vol.2 No 2 Jul-Des 2008, hlm. 277-289

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangscholar.unand.ac.id/55258/2/BAB I.pdf · yang menjadi tumbuhan industri penghasil minyak industri, minyak masak, maupun bahan bakar (biodiesel).

transkrip hasil wawancara yang mulanya berbentuk rekaman audio ke dalam

teks untuk dianalisa lebih dalam dan menjabarkan lebih akademis sesuai

dengan bidang keilmuan penulis. Analisis wacana lebih menitikberatkan

menjawab pertanyaan tentang “how” dan “why” dari teks.