BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46253/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A....

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan sehari - hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai keperluan. Dan yang menjadi masalah terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi dengan uang yang dimiliki. Kalau sudah demikian, mau tidak mau kita mengurangi untuk membeli berbagai keperluan yang dianggap tidak penting, namun untuk keperluan yang sangat penting terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana yang ada. 1 Gadai bukanlah hal yang asing dalam masyarakat, tetapi merupakan istilah yang sangat populer, baik dikalangan masyarakat perkotaan maupun perdesaan. Terjadinya hubungan penggadaian pada hakekatnya timbul sejak manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya dan tidak dapat secara langsung menukar barang atau jasa yang dibutuhkannya dengan barang, jasa atau alat penukar yang dimilikinya. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang bertumbuh maupun tidak bertumbuh yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, dan yang akan memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang 1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 261.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46253/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A....

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam kegiatan sehari - hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk

    membeli atau membayar berbagai keperluan. Dan yang menjadi masalah

    terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi dengan uang

    yang dimiliki. Kalau sudah demikian, mau tidak mau kita mengurangi untuk

    membeli berbagai keperluan yang dianggap tidak penting, namun untuk

    keperluan yang sangat penting terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai

    cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana yang ada.1

    Gadai bukanlah hal yang asing dalam masyarakat, tetapi merupakan

    istilah yang sangat populer, baik dikalangan masyarakat perkotaan maupun

    perdesaan. Terjadinya hubungan penggadaian pada hakekatnya timbul sejak

    manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya dan tidak dapat secara

    langsung menukar barang atau jasa yang dibutuhkannya dengan barang, jasa

    atau alat penukar yang dimilikinya. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh

    seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang bertumbuh maupun tidak

    bertumbuh yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas

    namanya untuk menjamin suatu hutang, dan yang akan memberikan

    kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang

    1Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

    2011), hlm. 261.

  • 2

    tersebut lebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya terkecuali biaya-

    biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan

    untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.2

    Disamping itu berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

    sebagaimana di ubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998

    selanjutnya di sebut Undang-undang Perbankan, perbankan Indonesia

    bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

    meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional

    kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Pemberian kredit

    membantu masyarakat semakin berkembang khususnya pada sektor riil

    yang diusahakan oleh pengusaha kecil, dan akan menciptakan kesempatan

    kerja bagi masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.3

    Gadai digunakan untuk mengatasi hambatan kekurangan modal

    untuk kegiatan usahanya. Pelaku usaha kecil dengan karakterisknya yang

    sedikit menyulitkan itu, karena sangat memerlukan dana untuk

    pengembangan usahanya sehingga menyetujui apa yang diperjanjikan

    dalam perjanjian gadai menerima saja syarat-syarat yang diberikan oleh

    pihak PT Pegadaian walaupun hal itu sangat memberatkan, karena jika dak

    demikian pelaku usaha kecil tidak akan mendapatkan pinjaman. 4 Disini PT

    2 Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, Fakultas Hukum Undip, Semarang,

    2003, hlm. 13 3 Jurnal Bina Mulia Hukum, Volume 1, Nomor 1, September 2016 [ISSN 2528-7273]

    Arkel diterima 04 April 2016, arkel direvisi 27 Mei 2016, arkel diterbitkan 02 September 2016

    4 Ibid

  • 3

    Pegadaian menerapkan perkreditan karena di dalam PT Pegadaian cara

    mengangsur pembayarannya dengan cara dikredit atau diangsur.

    Pegadaian sebagai suatu lembaga keuangan yang menangani usaha

    jasa gadai yang dibutuhkan oleh masyarakat,terutama masyarakat pedesaan.

    Disamping proses pencairan dana yangterbilang mudah dan

    cepat,pegadaian juga tidak meminta yang menyulitkan dalam memberikan

    dana. Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis,

    masyarakat sudah bias mendapatkan dana untuk kebutuhannya baik

    produktif maupun konsumtif.5

    PT Pegadaian adalah salah satu lembaga pemerintah yang bergerak

    dibidang jasa penyaluran pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum

    gadai, dengan jaminan barang bergerak. Sebagai lembaga jasa keuangan

    (kredit) yang merupakan per unit dari aurat nadi perekonomian.6 Kinerja

    Pegadaian dalam melakukan gadai cukup terbilang praktis dan mudah

    dimengerti oleh masyarakat. Untuk melakukan transaksi gadai tersebut

    seseorang cukup membawa barang yang bernilai ekonomis untuk dijadikan

    sebagai jaminan dengan tujuan mendapatkan pinjaman sesuai dengan nilai

    taksiran barang yang dijaminkan. Barang yang dijaminkan dapat berbentuk

    apa saja asalkan berupa benda bergerak dan bernilai ekonomis. Disamping

    5 Mohammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta : PT

    Salemba Emban Patria 2002) , cet Ke-1, hal 114

    6 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syari’ah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet. ke- 1 hal. 14.

  • 4

    itu, pemohon juga perlu menyerahkan surat atau bukti kepemilikan dan

    identitas diri.

    Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 5 ayat 2 menjelaskan

    bahwa Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjelaskan

    Undang-Undang sebagaimana semestinya. Pegadaian sebagai Badan Usaha

    Milik Negara yang mempunyai tugas dan wewenangan untuk

    menyelenggarakan kegiatan usaha yang menyalurkan uang pinjaman atas

    dasar hukum gadai (KUH Perdata Pasal 1150-1160, Pandhuise No. 81/ 1982

    dan PP 10 Tahun 1990) dengan sifat yang khas yaitu menyediakan

    pelayanan bagi pemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan

    berdasarkan prinsip pengelolaan bisnis. Pegadaian dengan motto

    “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah” diharapkan mampu mengatasi

    kesulitan masyarakat dalam hal kredit dalam waktu yang relatif singkat.

    Pegadaian dengan bekal semangat kerja keras dan memiliki elemen kunci

    sukses bagi perusahaan jasa gadai yaitu banyaknya outlet yang tersebar di

    seluruh Indonesia dengan di dukung sumber daya manusia yang berdikasi

    tinggi, kondisi ini menjanjikan perusahaan mencapai visi yang diharapkan

    menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan inovatif.7

    Perjanjian yang di terapkan pada PT Pegadaianya yaitu klausula

    baku, yang dimana klausula baku diatur di dalam Undang-Undang Nomor

    8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Undang-Undang

    tersebut Pasal 1 Angka 10 disebutkan bahwa:

    7 Frianto Pandi, Lembaga Keuangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. ke- 2 hal. 70.

  • 5

    “Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-

    syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak

    oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau

    perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”8

    Klausula Baku dapat diterapkan kecuali klausula tersebut

    merupakan klausula yang dilarang berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang

    Perlinduangan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 . Dalam Pasal 18 Undang-

    undang Perlindungan Konsumen dijelaskan bahwa :

    1. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang

    ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau

    mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau

    perjanjian apabila:

    1) menyatakan pengallhan tanggung jawab pelaku usaha;

    2) menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan

    kembali barang yang dibeli konsumen;

    3) menyatakan bahwa pelaku usaha berhakmenolak penyerahan

    kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasayang dibeli

    oleh konsumen;

    4) menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha

    balk secara iangsung maupun tidak langsung untuk melakukan

    8 Undang-Undang Nomor8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

  • 6

    segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli

    oleh konsumen secara angsuran;

    5) mengatur perihal pembuktian atas hllangnya kegunaan barang atau

    pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

    6) memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa

    atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual

    bell jasa;

    7) menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa

    aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

    dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen

    memanfaatkan jasa yang dibelinya;

    8) menyatakan bahwa konsumen memberi kuasakepada pelaku usaha

    untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan

    terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

    2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak

    atau bentuknya suiitterlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas,

    atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.

    3. Setlap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha

    pada dbkumeh atau perjanjian yang memenuhi ketentuan

    sebagaiman dimaksud padaayat(1) dan ayat(2) dinyatakan batal

    demi hukum.

  • 7

    4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang

    bertentangan dengan undang-undang inl.9

    Dalam hal ini perjanjian yang diterapkan dalam pegadaian adalah

    perjanjian baku yaitu perjanjian yang dibuat oleh sepihak, yang mana

    seharusnya dalam perjanjian tersebut harus dibuat berdasarkan kesepakatan

    oleh kedua belah pihak, karena berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, syarat

    sahnya perjanjian, yaitu:10

    1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

    2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

    3. Suatu hal tertentu

    4. Suatu sebab yang halal

    Melihat dari isi Pasal 1320 KUH Perdata tersebut, telah diketahui

    bahwa sepakat merupakan salah satu syarat sah nya perjanjian, oleh karena

    itu dalam suatu Perjanjian harus berdasarkan kesepakatan dari kedua belah

    pihak tidak berdasarkan dari salah satu pihak. Sehingga dalam penerapan

    perjanjian baku yang dibuat oleh Pegadaian harus menerapkan asas

    keseimbangan. Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua

    belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian yang telah disepakati.

    Kreditur memiliki kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan

    dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, tetapi kreditur

    9 Undang-Undang Perlinduangan Konsumen Nomor 8 tahun 1999,Pasal 18

    10Komariah, Hukum Perdata, Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2002,

    Hlm, 175-177

  • 8

    juga mempunyai beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan ikad

    baik.11 Dalam artian asas keseimbangan itu adalah dimana konsumen dan

    pelaku usaha mendapatkan keuntungan yang sama, dimana meskipun tidak

    mendapatkan keuntungan yang sama tetapi tetap kedua belah pihak tetap

    mendapatkan keuntungan. Tetapi dalam praktek di kehidupan seharai-hari,

    asas keseimbangan tidak selalu diterapkan.

    Asas keseimbangan di lapangan tidak pernah diterapkan dalam

    perjanjian baku tersebut. Salah satu faktanya perjanjian tersebut dibuat oleh

    Pegadaian sepihak tanpa kesepakatan dari pihak lain, kemudian yang

    mengetahui isi perjanjian tersebut hanya pihak pegadaian saja, dan

    terkadang nasabah yang ingin menggadaikan seringkali tidak mengetahui

    isi perjanjian tersebut serta menyepelekan prosedur yang didalamnya

    terdapat sebuah perjanjian.

    Seringkali terdapat pelelangan barang gadai karena adanya

    wanprestasi dari nasabah yang sudah jatuh tempo pembayaran, tetapi

    banyak kasus yang terdapat di lingkungan kita kadang nasabah tidak

    diberitahu kalau sudah jatuh tempo, dan pihak pegadaian langsung

    melakukan pelelangan tanpa sepengetahuan nasabah yang bersangkutan.

    Dalam hal ini jelas jika asas keseimbangan tidaklah di terapkan dalam

    11Mulyati, Etty, Asas Keseimbangan Pada Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Nasabah

    Pelaku Usaha Kecil, Jurnal Bina Mulia Hukum, Volume 1, Nomor 1, September 2016 [ISSN 2528-

    7273] Arkel diterima 04 April 2016, arkel direvisi 27 Mei 2016, arkel diterbitkan 02 September

    2016 hal 39

  • 9

    perjanjian di pegadaian, karena hanya menguntungkan satu pihak saja.

    Maka dari itu yang mendasari keinginan penulis untuk perlu mengkaji hal

    tersebut secara lebih mendalam lagi yang mana dalam hal ini penulis

    mengangkat judul “ANALISIS TERHADAP KLAUSULA BAKU

    BERDASARKAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN

    GADAI EMAS DI PEGADAIAN (STUDI DI PT. PEGADAIAN UNIT

    PELAYANAN CABANG SENGKALING)”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, muncul beberapa

    permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimana penerapan perjanjian gadai emas dalam klausula baku di

    Perseroan Terbatas (PT) Pegadaian

    2. Apakah klausula baku dalam perjanjian gadai emas di Perseroan

    Terbatas (PT) Pegadaian sudah sesuai asas keseimbangan dalam

    perjanjian ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui penerapan perjanjian gadai emas dalam klausula

    baku di Perseroan Terbatas (PT) Pegadaian

    2. Untuk mengetahui apakah klausula baku dalam perjanjian gadai emas

    di Perseroan Terbatas (PT) Pegadaian sudah sesuai asas keseimbangan

    dalam perjanjian.

    D. Manfaat Penelitian

  • 10

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

    maupun praktis, dalam hal ini pemerintah selaku penentu kebijakan dan

    pelaksana aturan hukum

    1. Segi Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu

    pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya pada PT

    Pegadaian.

    2. Segi Praktis

    Konsumen dapat mendapatkan perlindungan hukum yang jelas.

    E. Kegunaan Penelitian

    1. Masyarakat

    Agar masyarakat lebih memperhatikan lagi terkait dengan prosedur di

    dalam isi perjanjian, mendapatkan hak dan keuntungan yang sama.

    2. Pelaku usaha

    Menerapkan asas keseimbangan dalam suatu perjanjian baku dan

    menggunakan asas iktikad baik sehingga tidak merugikan yang

    menngunakan gadai.

    F. Metode Penelitian

    Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan

    pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu. Kecuali itu, maka

    diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut,

    untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

  • 11

    permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan. Metode

    penelitian yang digunakan penulis adalah:

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian termasuk penelitian lapangan (field research), penelitian

    yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang

    diperoleh langsung dari tempat penelitian ini dilakukan dengan cara

    berinteraksi dengan pihak yang ada didalam PT. Pegadaian Lowokwaru.

    Melalui penelitian ini peneliti memastikan, memperluas dan menggali

    atau mendapatkan data secara langsung dari lapangan terhadap obyek

    yang diteliti, baik data primer sebagai data utama serta data sekunder

    sebagai data pendukung atau pelengkap12

    2. Metode Pendekatan

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

    sosiologis yaitu unsur pendekatan ilmu hukum dan ilmu sosiologis yang

    ditempuh melalui penelitian yang sistematis dan terkontrol. Pendekatan

    sosiologis digunakan untuk mengkaji berlakunya aturan hukum yang

    tertuang dalam peraturan perundang-undangan ketika diterapkan

    dimasyarakat atau melihat realita yang terjadi dimasyarakat.

    3. Lokasi Penelitian

    12Bambang Waluyo , Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1996, hal.

    6

  • 12

    Penelitian ini dilakukan di wilayah hukum Kota Malang tepatnya di

    Kecamatan Lowokwaru, karena PT Pegadaian (Persero) CP Lowokwaru

    melakukan gadai emas.

    4. Sumber Data

    Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

    mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua,

    yaitu data primer dan data sekunder.

    a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud

    khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya.

    Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber

    pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data primer di

    dapatkan dengan melakukan wawanvara langsung kepada

    informan yang berada di lokasi penelitian yaitu PT. Pegadaian,

    dan nasabah pegadaian.

    b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud

    selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini

    dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang

    menjadi sumber data sekunder adalah literatur,buku, artikel,

    jurnal, Undang-Undang, data-data lain dan serta situs di internet

    yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.13 Data ini

    penguat data primer.

    13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

    2009, Cet. Ke 8, h. 137

  • 13

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Adapun metode yang dipergunakan dalam melakukan pengumpulan

    data adalah:

    a. Wawancara

    Wawancara yaitu pola khusus dalam bentuk interaksi dimana

    pewawancara mengajukan pertanyaan seputar masalah penelitian

    kepada kedua pihak atau melakukan tanya jawab langsung dengan

    pihak PT Pegadaian di Lowokwaru.

    b. Studi Dokumen

    Mengkaji, menelaah dan menganalisis berbagai literatur yang

    berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

    6. Analisa Data

    Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

    metode analisis deskriptif kualitif. Metode deskriptif kualilatif adalah

    suatu analisa dengan cara pengumpulan data dan informasi yang

    diperoleh dari data primer sekunder secara jelas, sehingga nantinya

    dapat ditarik suatu kesimpulan dari berbagai masalah yang ada.

    14Berdasarkan data tersebut penulis dapat mendiskripsikan Penerapan

    Klausula Baku berdasarkan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian

    Gadai Emas Di PT Pegadaian (Persero) UPC Sengkaling.

    14 Sudkno Mertokusumo, 2004, Penemuan Hukum Seabagai Sebuah Pengantar, Penerbit

    Andi, Yogyakarta, hlm. 37.

  • 14

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan ini terdiri dari 4 (empat) BAB yang tersusun

    secara berurutan, mulai dari BAB I hingga BAB IV, secara garis besar

    dapat diuraikan sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini berisikan mengenai latar belakang, alasan – alasan, dan

    faktor yang mendorong dilakukannya penelitian berdasarkan

    permasalahan yang tertera dalam rumusan masalah, yang meliputi

    pertanyaan mengenai suatu masalah dan menjadi dasar pemilihan judul

    penelitian. Tujuan penulisan, berisikn pernyataan yang hendak dicapai

    dalam penelitian ini. Manfaat penulisan hukum, merupakan kegunaan

    secara praktis dan teoritis, serta metode penulisan hukum, memuat uraian

    mengenai metode yang digunakan dalam penelitian serta juga sistematika

    penulisan hukum.

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi

    deskripsi dan uraian mengenai bahan – bahan teori, doktrin, atau pendapat

    sarjana dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,

    terkait dengan permasalahan yang akan dijadikan suatu penulisan hukum.

    Dalam bab II ini terdapat beberapa penjelasan tentang, Perjanjian, Gadai,

    Klausula Baku, Asas Keseimbangan.

    BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  • 15

    Di dalam bab ini, menjelaskan dan memaparkan bahan hukum

    hasil penulisan hukum serta analisa bahan hukum penulisan yang berkaitan

    dengan masalah berdasarkan pada teori dan kajian pustaka dengan judul

    Analisis Terhadap Klausula Baku dalam Perjanjian Gadai Emas

    Berdasarkan Asas Keseimbangan di PT Pegadaian (Persero) UPC

    Sengkaling.

    BAB IV : PENUTUP

    Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil

    penulisan hukum pada Bab III, serta berisi tentang saran – saran sebagai

    rekomendasi terhadap pihak – pihak yang berkepentingan. Kemudian

    setelah penutup selesai dilanjutkan dengan daftar pustaka yang dijadikan

    sumber rujukan penulisan hukum.