BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3627/2/BAB I_ARUM SEKAR...

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang harus diberantas ialah faktor penyebab tindak pidana, bukan pelaku tindak pidana. Pandangan ini menimbulkan atau memunculkan persepsi dan penghargaan terhadap hak-hak narapidana, yang selama ini tidak terlalu dihiraukan, di lain pihak masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung, baik dengan mengadakan kerjasama dalam pembinaan ataupun dengan sikap mampu menerima kembali mantan narapidana dalam lingkungan sosial. Penegakan hukum terhadap kejahatan di Indonesia khususnya dalam hal pemidanaan, seharusnya merujuk pada pendekatan norma hukum yang bersifat menghukum penjahat sehingga dapat memberikan efek jera. Hal ini memberikan wacana kepada para hakim dalam merumuskan vonis penjatuhan sanksi kepada para pelaku kejahatan agar mampu menangkap aspirasi keadilan masyarakat. Kenyataan empiris di bidang pemidanaan secara umum masih menganut pemahaman untuk memperbaiki terpidana di Lembaga Pemasyarakatan sehingga memberikan gambaran bahwa kejahatan tersebut hanya terhenti sesaat dan akan muncul kembali dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakat (Sunarso, 2004: 7). Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3627/2/BAB I_ARUM SEKAR...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya

yang harus diberantas ialah faktor penyebab tindak pidana, bukan pelaku

tindak pidana. Pandangan ini menimbulkan atau memunculkan persepsi dan

penghargaan terhadap hak-hak narapidana, yang selama ini tidak terlalu

dihiraukan, di lain pihak masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung,

baik dengan mengadakan kerjasama dalam pembinaan ataupun dengan sikap

mampu menerima kembali mantan narapidana dalam lingkungan sosial.

Penegakan hukum terhadap kejahatan di Indonesia khususnya dalam hal

pemidanaan, seharusnya merujuk pada pendekatan norma hukum yang

bersifat menghukum penjahat sehingga dapat memberikan efek jera. Hal ini

memberikan wacana kepada para hakim dalam merumuskan vonis penjatuhan

sanksi kepada para pelaku kejahatan agar mampu menangkap aspirasi

keadilan masyarakat. Kenyataan empiris di bidang pemidanaan secara umum

masih menganut pemahaman untuk memperbaiki terpidana di Lembaga

Pemasyarakatan sehingga memberikan gambaran bahwa kejahatan tersebut

hanya terhenti sesaat dan akan muncul kembali dalam lingkungan kehidupan

sosial masyarakat (Sunarso, 2004: 7).

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

2

Penjatuhan pidana yang diberikan bukan semata-mata sebagai

pembalasan dendam melainkan sebagai pemberian bimbingan dan

pengayoman. Pengayoman kepada terpidana bertujuan agar menjadi insaf dan

dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Konsep pemidanaan yang

demikian bukan lagi sebagai penjeraan belaka, namun juga sebagai upaya

rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Konsepsi ini di Indonesia disebut sebagai

pemasyarakatan (Meliasta Julin, 2014: 2). Konsep rehabilitasi dalam

pemasyarakatan yaitu dengan mengembalikan kembali Warga Binaan

Pemasyarakatan itu ke masyarakat, dengan perilaku yang baik dan lebih

berguna bagi masyarakat, bangsa, dan Negara. Proses rehabilitasi dalam

pemasyarakatan dilakukan salah satunya dengan memberikan ketrampilan

bagi Warga Binaan Pemasyarakatan sehingga setelah keluar dari Rumah

Tahanan Negara (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) tetap

memiliki ketrampilan dan kesiapan untuk diperkerjakan (Teguh, 2012: 49).

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) adalah tempat tersangka atau

terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung. Sebelum dikenal

istilah Rumah Tahanan Negara (RUTAN) di Indonesia, tempat tersebut

dikenal dengan istilah penjara. Rumah Tahanan Negara (RUTAN) merupakan

Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen

Kehakiman). Rumah Tahanan Negara (RUTAN) didirikan pada setiap

ibukota, kabupaten atau kota dan apabila perlu dapat dibentuk pula Cabang

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

3

RUTAN (Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana).

Sedangkan pengertian dari Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah

tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan (Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan). LAPAS dan RUTAN merupakan 2 (dua) lembaga

yang memiliki fungsi yang berbeda. Salah satunya yaitu RUTAN untuk

tempat para tersangka atau terdakwa ditahan yang belum divonis dan masih

dalam proses persidangan dan LAPAS untuk tempat melaksanakan

pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Namun LAPAS dan

RUTAN juga memiliki beberapa persamaan di antaranya yaitu baik LAPAS

maupun RUTAN merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia. Selain itu juga penempatan penghuninya sama-sama berdasarkan

penggolongan umur, jenis kelamin dan jenis tindak pidana atau kejahatan

(Pasal 12 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab

Perawatan Tahanan).

Indonesia pada saat ini memiliki 207 RUTAN dan 275 LAPAS yang

merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

4

Indonesia (Kanwil Kemenkumham RI). Data tersebut dapat dilihat dalam

Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini:

Tabel 1.

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dari bulan Januari-Maret 2017

No Kantor Wilayah Jml Jml

Tahanan

Jml

Napi

Tahanan

& Napi Kapasitas

% Over

Capacity

1 Aceh 15 1.226 2.275 3.501 1.241 182

2 Bali 4 110 287 397 301 31

3 Bangka Belitung 1 86 117 203 127 60

4 Banten 4 1.277 926 2.203 1.110 98

5 Bengkulu 2 70 229 299 350 0

6 D.I.Yogyakarta 4 223 254 477 538 0

7 DKI Jakarta 3 6.495 2.070 8.565 3.255 163

8 Gorontalo - - - - - -

9 Jambi 1 32 88 120 85 41

10 Jawa Barat 5 1.432 2.553 3.985 3.278 21

11 Jawa Tengah 20 1.695 2.395 4.090 3.143 30

12 Jawa Timur 14 3.810 1.454 5.264 2.470 13

13 Kalimantan Barat 7 1.055 952 2.007 1.155 73

14 Kalimantan Selatan 6 446 1.168 1.614 594 171

15 Kalimantan Tengah 4 424 1.055 1.479 805 83

16 Kalimantan Timur 4 1.926 1.435 3.361 1.076 212

17 Kep. Riau 4 1.089 640 1.729 905 91

18 Lampung 6 1.511 699 2.210 1.155 91

19 Maluku 3 237 283 520 740 0

20 Maluku Utara 3 185 232 417 432 0

21 NTB 3 407 444 851 320 165

22 NTT 8 425 837 1.262 1.147 10

23 Papua 1 0 7 7 150 0

24 Papua Barat 3 0 81 81 619 0

25 Riau 7 1.957 2.987 4.944 1.259 292

26 Sulawesi Barat 4 162 226 388 568 0

27 Sulawesi Selatan 15 2.321 1.751 4.072 2.564 58

28 Sulawesi Tengah 6 591 512 1.103 748 47

29 Sulawesi Tenggara 4 604 650 1.254 960 30

30 Sulawesi Utara 7 552 367 919 722 27

31 Sumatera Barat 11 294 649 943 1087 0

32 Sumatera Selatan 8 1.509 1.706 3.215 1.622 98

33 Sumatera Utara 20 3.973 5.024 8.997 3.068 193

TOTAL 207 70.477 37.594 87

Sumber: http://smslap.ditjenpas.g.como.id/public/grl/current/monthly, diakses

tanggal 14 Maret 2017 pukul 09.00 WIB.

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

5

Tabel 2.

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dari bulan Januari-Maret 2017

No Kantor Wilayah Jml Jml

Tahanan

Jml

Napi

Tahanan

& Napi Kapasitas

% Over

Capacity

1 Aceh 9 535 2.434 2.969 2.820 5

2 Bali 6 605 1.400 2.005 1.039 92

3 Bangka Belitung 6 435 1.361 1.796 1.126 59

4 Banten 7 1.102 4.570 5.672 3.546 59

5 Bengkulu 4 512 1.299 1.811 1.102 64

6 D.I.Yogyakarta 3 223 766 989 1.257 0

7 DKI Jakarta 4 481 7.209 7.690 2.596 196

8 Gorontalo 3 216 634 850 767 11

9 Jambi 9 989 2.876 3.865 1.901 103

10 Jawa Barat 27 4.062 13.635 17.697 12.302 43

11 Jawa Tengah 24 1.523 5.418 6.941 6.451 7

12 Jawa Timur 24 3.965 11.620 15.585 9.205 69

13 Kalimantan Barat 5 348 1.695 2.043 1.250 63

14 Kalimantan Selatan 7 1.461 5.108 6.569 2.653 147

15 Kalimantan Tengah 5 518 1.543 2.061 1.049 96

16 Kalimantan Timur 7 1.137 5.092 6.229 1.945 220

17 Kep. Riau 4 25 2.404 2.429 1.542 57

18 Lampung 10 1.167 3.757 4.924 2.815 74

19 Maluku 10 63 500 563 550 2

20 Maluku Utara 4 46 486 532 975 0

21 NTB 5 374 1.167 1.541 782 97

22 NTT 10 227 1.625 1.852 1.604 15

23 Papua 8 351 1.219 1.570 1.617 0

24 Papua Barat 3 181 580 761 317 140

25 Riau 7 777 4.588 5.365 2.267 136

26 Sulawesi Barat 1 91 223 314 250 26

27 Sulawesi Selatan 9 961 3.612 4.573 3.232 41

28 Sulawesi Tengah 4 259 1.125 1.384 841 64

29 Sulawesi Tenggara 3 202 778 980 951 3

30 Sulawesi Utara 6 301 1.218 1.519 1.350 12

31 Sumatera Barat 11 832 2.685 3.517 2.022 73

32 Sumatera Selatan 12 1.708 6.429 8.137 4.540 79

33 Sumatera Utara 18 4.658 12.532 17.190 6.338 171

TOTAL 275 141.923 83.002 70

Sumber: http://smslap.ditjenpas.g.como.id/public/grl/current/monthly, diakses

tanggal 14 Maret 2017 pukul 09.00 WIB.

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

6

Kabupaten Banyumas memiliki 1 (satu) Lembaga Pemasyarakatan

(LAPAS) Kelas II A Purwokerto dan 1 (satu) Rumah Tahanan Negara

(RUTAN) Kelas II B Banyumas. Pada penelitian ini, penulis melakukan

penelitian yang bertempat di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Banyumas.

Berdasarkan data tanggal 14 Maret 2017, jumlah hunian Rumah Tahanan

Negara Kelas II B Banyumas dengan kapasitas hunian 104 orang dipaparkan

dalam Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3.

Hunian Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas

No. GOLONGAN Isi

JUMLAH Pria Wanita

1. NARAPIDANA

B. I 40 8

74 B. II a 20 4

B. II b

B. III 2

2. TAHANAN

A. I 14 2

43

A. II 14

A. III 12

A. IV 1

A. V

3. Jumlah 103 14 117 Orang

Keterangan:

B. I = Pidana diatas 1 tahun A. I = Tahanan Kepolisian

B. IIa = Pidana 3 bulan-1 tahun A. II = Tahanan Kejaksaan

B. IIb = Pidana 3 bulan kebawah A. III = Tahanan Pengadilan Negeri

B. III = Pidana kurungan A. IV = Tahanan Pengadilan Tinggi

A. V = Tahanan Mahkamah Agung

Sumber: Kasubsie Pengelolaan RUTAN Kelas II B Banyumas.

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

7

Selanjutnya berdasarkan data terakhir pada tanggal 3 Mei 2017 ada

penambahan yang cukup signifikan, jumlah hunian Rumah Tahanan Negara

(RUTAN) Kelas II B Banyumas dipaparkan dalam Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4.

Hunian Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas

No. GOLONGAN Isi

JUMLAH Pria Wanita

1. NARAPIDANA

B. I 40 5

67 B. II a 11 2

B. II b 9

B. III

2. TAHANAN

A. I 16 5

55

A. II 6 1

A. III 25 1

A. IV 1

A. V

3. Jumlah 99 23 122 Orang

Keterangan:

B. I = Pidana diatas 1 tahun A. I = Tahanan Kepolisian

B. IIa = Pidana 3 bulan-1 tahun A. II = Tahanan Kejaksaan

B. IIb = Pidana 3 bulan kebawah A. III = Tahanan Pengadilan Negeri

B. III = Pidana kurungan A. IV = Tahanan Pengadilan Tinggi

A. V = Tahanan Mahkamah Agung

Sumber: Kasubsie Pengelolaan RUTAN Kelas II B Banyumas.

Pada dasarnya, Rumah Tahanan Negara (RUTAN) merupakan tempat

untuk menahan para tersangka atau terdakwa untuk sementara waktu sebelum

keluarnya putusan pengadilan yang berkuatan hukum tetap (inkrach). Namun

dalam prakteknya kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini, Rumah Tahanan

Negara (RUTAN) difungsikan untuk menampung narapidana seperti halnya

di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Hal tersebut dikarenakan kabupaten

atau kotamadya belum memiliki Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS),

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

8

maupun dapat juga dikarenakan terjadinya over capacity (kelebihan

kapasitas) yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) sehingga para

narapidana ditempatkan di dalam Rumah Tahanan Negara (RUTAN).

Terdakwa atau narapidana yang telah menjalani masa hukuman di Rumah

Tahanan Negara (RUTAN) yang seharusnya dipindahkan ke Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS) untuk mendapatkan pembinaan yang lebih

optimal, namun senyatanya banyak yang tetap berada di dalam Rumah

Tahanan Negara (RUTAN) hingga masa hukuman maupun pembinaan

mereka selesai.

Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas terdapat 1

blok untuk tempat hunian tahanan dan narapidana wanita. Dalam Blok

Wanita terdapat 3 ruang kamar hunian yang diisi oleh 23 wanita terdiri dari

16 narapidana dan 7 tahanan. Rata-rata umur penghuni Blok Wanita dalam

ruang tahanan tersebut berkisar antara umur 23 tahun sampai dengan 86

tahun. Beberapa tindak pidana yang dilakukan antara lain pemerasan dalam

keluarga, narkotika, pembunuhan anak, human trafficking, pemalsuan uang,

pencurian dengan pemberatan, perjudian, penggelapan, penipuan dan

pelacuran atau perbuatan cabul (Hasil wawancara dengan Staf Pengamanan

dan Penjagaan Blok Wanita, Ibu Sartiyem, tanggal 3 Mei 2017).

Dengan melihat fenomena penambahan tahanan dan narapidana wanita

secara signifikan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas,

pembinaan dan pembimbingan menjadi suatu masalah yang urgent dan harus

mendapatkan perhatian lebih. Permasalahan tersebut juga berkaitan erat

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

9

dengan pembinaan yang dilaksanakan oleh petugas RUTAN belum

sepenuhnya menuai hasil yang optimal. Didapatnya hasil yang kurang

optimal tersebut disebabkan karena setelah selesai melakukan pembinaan

secara umum yang sudah terjadwal mereka tidak melakukan aktivitas lain,

sehingga sangat disayangkan waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk

melakukan hal-hal lainnya terkait dengan pembinaan dan pembimbingan

tidak dimanfaatkan dengan baik.

Berbicara mengenai pembinaan secara khusus untuk Warga Binaan

Pemasyarakatan wanita di dalam Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II

B Banyumas, untuk saat ini hanya pembinaan ketrampilan menjahit, belum

ada kegiatan lain untuk lebih menunjang kegiatan para Warga Binaan

Pemasyarakatan wanita supaya memiliki waktu luang dengan sesuatu yang

lebih bermanfaat (Hasil wawancara dengan Kasubsie Pelayanan Tahanan, Ibu

Fariyani, Amd.IP, S.H. tanggal 2 Maret 2017). Jadi di dalam Rumah

Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas hanya dilakukan pembinaan

secara umum saja seperti pembinaan keagamaan, kedisiplinan, dan kesehatan

jasmani. Para Warga Binaan Pemasyarakatan laki-laki maupun wanita tidak

dibedakan secara khusus dalam pembinaannya.

Melihat situasi dan kondisi di dalam Blok Wanita Rumah Tahanan

Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas, ada sesuatu yang mengherankan.

Ternyata di dalam RUTAN Kelas II B Blok Wanita, para Warga Binaan

Pemasyarakatan wanita dibebaskan untuk berdandan (make up) serta

berpakaian sesuka hati mereka. Hal tersebut terkesan tidak etis apabila

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

10

dikaitkan dengan pandangan masyarakat secara umum terhadap sebuah

Rumah Tahanan. Seharusnya RUTAN dijadikan sebuah tempat yang dikelola

sedemikian rupa untuk menekan terjadinya perbuatan yang menyimpang

dengan hukum dan aturan yang ketat disertai kepatuhan para penghuni

RUTAN tersebut. Selain hukum dan aturan yang ketat, RUTAN juga harus

disertai dengan adanya tata tertib misalnya, tahanan ditekankan untuk

memakai seragam dan larangan untuk berdandan (make up) bagi Warga

Binaan Pemasyarakatan wanita. Hal tersebut penting dilakukan untuk

menjaga citra RUTAN sebagai tempat yang benar-benar mampu merubah

para warga binaan pemsyarakatan supaya jera atas perbuatan negatif yang

pernah mereka dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 14 Maret 2017 dengan

Bapak Mukson selaku Staf Pendidikan atau Pengelola Pembinaan Rumah

Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas, berbicara mengenai

kegiatan pembinaan dan pembimbingan alangkah lebih optimal serta

menjamin efektivitas terlaksananya program-program pembinaan dan

pembimbingan yang dilakukan oleh Petugas Pemasyarakatan, para

narapidana wanita tersebut ditempatkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan

(LAPAS) Khusus Wanita. Masih kurangnya pengkhususan Lembaga

Pemasyarakatan seperti Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Khusus Wanita,

hal ini sangat berpengaruh dalam pelaksanaan proses pembinaan dan

pembimbingan yang di dalamnya berkaitan erat dengan perlindungan hak-hak

narapidana. Secara kodrati hal-hal yang seharusnya mendapat perhatian

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

11

khusus terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan wanita yaitu tentang

bagaimana melakukan sebuah pembinaan dan pembimbingan yang baik.

Sehubungan dengan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih dalam mengenai bagaimana pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B

Banyumas. Pembinaan tersebut apakah sudah sesuai dengan tujuan,

semangat, hakekat dan jiwa yang terkandung sebagaimana ketentuan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, serta apa saja

yang menjadi hambatan dalam melaksanakan pembinaan bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B

Banyumas.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas?

2. Apa saja hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembinaan terhadap

Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara

(RUTAN) Kelas II B Banyumas?

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017

12

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis pembinaan terhadap Warga Binaan

Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B

Banyumas.

2. Mengetahui dan menganalisis hambatan apa saja yang ditemui dalam

pelaksanaan pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan wanita

di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara umum yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah memberikan kontribusi dari 2 (dua) aspek, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan bagi hukum pidana tentang

bagaimana pola pembinaan terhadap warga binaan wanita yang tidak

ditempatkan di LAPAS Khusus Wanita.

2. Manfaat Praktis

Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pola pembinaan

terhadap warga binaan wanita yang ditempatkan di Rumah Tahanan

Negara Kelas II B Banyumas.

Pembinaan Terhadap Warga..., Arum Sekar Agatri, Fakultas Hukum Ump, 2017