BAB I PENDAHULUAN A. LATAR...

8
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan satu negara diukur dari tinggi dan rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam 100.000 persalinan hidup. Indonesia termasuk negara dengan angka kematian ibu yang cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 AKI di Indonesia adalah 248/100.000 kelahiran hidup (Data Profil Kesehatan Indonesia, 2007). Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu faktor penting untuk menurunkan AKI dan AKB, karena dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kesehatan ibu secara individu untuk dapat hamil dan mempunyai anak pada keadaan kesehatan optimal. Indonesia telah mampu menurunkan angka kelahiran anak, rata–rata 4–6 menjadi 2–3 orang dalam keluarga. Jadi gerakan KB telah dapat menurunkan angka pertumbuhan penduduk dari 2,4% menjadi 1,9% secara rasional (Ida Bagus Gde Manuaba, 2001). Data terakhir tahun 2009 menunjukkan jumlah peserta KB baru di Indonesia sebanyak 592.780 akseptor. Sebagian besar memilih alat kontrasepsi suntik, hal tersebut dapat dilihat dari metode kontrasepsi yang dipakai yaitu sebanyak 302.459 akseptor (51,02%) memilih Suntik, 186.439 akseptor (31,45%) memilih Pil, 22.631 akseptor (3,81%) memilih Implant, 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan satu

negara diukur dari tinggi dan rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) dalam 100.000 persalinan hidup. Indonesia

termasuk negara dengan angka kematian ibu yang cukup tinggi bahkan

tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

2007 AKI di Indonesia adalah 248/100.000 kelahiran hidup (Data Profil

Kesehatan Indonesia, 2007).

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu faktor penting untuk

menurunkan AKI dan AKB, karena dapat meningkatkan kesejahteraan

keluarga dan kesehatan ibu secara individu untuk dapat hamil dan mempunyai

anak pada keadaan kesehatan optimal. Indonesia telah mampu menurunkan

angka kelahiran anak, rata–rata 4–6 menjadi 2–3 orang dalam keluarga. Jadi

gerakan KB telah dapat menurunkan angka pertumbuhan penduduk dari 2,4%

menjadi 1,9% secara rasional (Ida Bagus Gde Manuaba, 2001).

Data terakhir tahun 2009 menunjukkan jumlah peserta KB baru di

Indonesia sebanyak 592.780 akseptor. Sebagian besar memilih alat

kontrasepsi suntik, hal tersebut dapat dilihat dari metode kontrasepsi yang

dipakai yaitu sebanyak 302.459 akseptor (51,02%) memilih Suntik, 186.439

akseptor (31,45%) memilih Pil, 22.631 akseptor (3,81%) memilih Implant,

1

2

18.385 akseptor (3,11%) memilih Intra Uterine Devices (IUD), 3.854 akseptor

(0,65%) memilih Medis operatif wanita (MOW), 255 akseptor (0,05%)

memilih medis operatif pria (MOP), dan 58.757 akseptor (9,91%) memilih

kondom (BKKBN, 2009).

Berdasarkan laporan pengendalian lapangan kabupaten/kota pada bulan

Januari 2010, Provinsi Jawa tengah berhasil membina keluarga yang menjadi

peserta KB aktif sebanyak 5.065.872 akseptor. Dengan pemilihan KB menurut

metode kontrasepsi yaitu IUD sebanyak 434.772 akseptor (8,58%), MOW

289.450 akseptor (5,72%), MOP 62.889 akseptor (1,25%), Kondom 88.328

akseptor (1,75%), Implant 495.304 akseptor (9,77%), suntik 2.836.581

akseptor (55,99%), dan pil 858.548 akseptor (16,94%) (BKKBN Provinsi

Jawa Tengah, 2010). Dari data di atas dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi

suntik yang paling banyak diminati.

Program KB aktif di Kabupaten Demak selama tahun 2009 tercatat

179.096 akseptor. Pada keadaan yang sama peserta KB baru tercatat sebanyak

40.242 akseptor. Hal tersebut melebihi target yang dicanangkan pemerintah

yaitu sebanyak 37.220 akseptor. Berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan,

baik peserta KB aktif maupun yang baru paling banyak memakai kontrasepsi

suntik, terbukti peserta KB aktif yang menggunakan suntikan yaitu sebanyak

128.138 akseptor (71,55%), pil 19.346 akseptor (10.80%), implant 14.621

akseptor (8,16%), IUD 7.680 akseptor (4,29%), MOW 6.174 akseptor

(3,45%), MOP 1.245 akseptor (0,70%) dan Kondom 1.892 akseptor (1,06%).

Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan suntik sebanyak 31.569

3

akseptor (78,45%), pil 5.355 akseptor (13,31%), implant 1.793 akseptor

(4,46%), IUD 303 akseptor (0,75%), MOW 301 akseptor (0.75%), MOP 5

akseptor (0,01%) dan Kondom 916 akseptor (2,28%) (Bapermas KB Demak,

2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2010

di 3 klinik KB diwilayah Mranggen Demak, yaitu Rumah Bersalin (RB)

Harapan Bunda, Bidan Praktik Swasta Muslikah, dan Bidan Praktik Swasta

Atik, diperoleh RB Harapan Bunda memiliki jumlah akseptor KB suntik yang

paling banyak. RB Harapan Bunda adalah salah satu tempat bersalin, balai

pengobatan sekaligus klinik KB milik pribadi Bidan Budiyati, Am.Keb yang

terletak di wilayah Mranggen Kabupaten Demak, dengan penanggung jawab

dr. Ayumi Dini Guniawati. RB tersebut memiliki surat penyelenggaraan RB

berNomor 19/RB/12.11/2007, dan izin penyelenggaraan berlaku sampai 24

Juli 2011.

Berdasarkan data buku register KB di RB Harapan Bunda pada bulan

Januari sampai April 2010, tercatat jumlah peserta KB aktif adalah 230

akseptor. Berdasarkan metode kontrasepsi yang dipilih, yaitu sebanyak 7

akseptor (3,04%) memilih pil, 2 akseptor (0,89%) memilih implant, 1 akseptor

(0,47%) memilih IUD dan 220 akseptor (95,6%) memilih suntik. Untuk

kontrasepsi suntik dibagi menjadi 2, yaitu 180 akseptor (81,8%) memilih

suntik progestin dan 40 akseptor (18,2%) memilih suntik kombinasi.

4

Dari latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh

tentang faktor–faktor apa saja yang menentukan akseptor KB dalam memilih

alat kontrasepsi suntik Depo Medroxi Progesteron Acetat (DMPA).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Faktor–faktor apa sajakah yang menjadi

penentu pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB di Rumah

Bersalin Harapan Bunda Mranggen Demak?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor–faktor penentu pemilihan alat kontrasepsi suntik

DMPA pada akseptor KB di Rumah Bersalin Harapan Bunda Mranggen

Demak.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat pendidikan akseptor KB di RB Harapan

Bunda yang memilih alat kontrasepsi suntik DMPA.

b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan akseptor KB di RB Harapan

Bunda yang memilih alat kontrasepsi suntik DMPA.

c. Mendeskripsikan status ekonomi akseptor KB di RB Harapan Bunda

yang memilih alat kontrasepsi suntik DMPA.

d. Mendeskripsikan tingkat usia akseptor KB di RB Harapan Bunda

yang memilih alat kontrasepsi suntik DMPA.

5

e. Mendeskripsikan tingkat paritas sakseptor KB di RB Harapan Bunda

yang memilih alat kontrasepsi suntik DMPA.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dan

wawasan bagi peneliti serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang

telah didapatkan selama kuliah.

2. Bagi RB

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan input bagi RB

untuk meningkatkan pemberian informasi dan pelayanan bagi akseptor KB

khususnya alat kontrasepsi suntik.

3. Bagi akseptor kontrasepsi suntik (responden)

Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi keluarga

khususnya ibu untuk mengerti dan memahami tentang fungsi, manfaat,

serta efektifitas alat kontrasepsi suntik sehingga ibu semakin mengenal

dan pemakaian alat kontrasepsi suntik tetap bertahan bahkan semakin

bertambah.

4. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya dalam

memperbanyak referensi tentang alat kontrasepsi suntik dan sebagai acuan

bagi peneliti selanjutnya.

6

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian

Nama Peneliti

Tahun dan Tempat

Penelitian

Rancangan Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor memilih KB suntik di BPS Solecha Semarang

Mikaila Fitri Amalia

2009, BPS Solecha Semarang

Jenis penelitian deskriptif dengan cross sectional

Variabel tunggal meliputi umur, pendidikan, paritas, ekonomi,dukungan suami dan perilaku tenaga kesehatan

Paling besar peminat KB suntik adalah wanita usia 20-30 tahun (68%), pendidikan menengah/SMA (72%), multipara (65%), dukungan suami (100%), dan perilaku tenaga kesehatan yang berkualitas (57%)

2. Hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan dan status ekonomi dengan pemilihan metode kontrasepsi di Desa Sampang Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak

Sudarti 2007, Desa Sampang Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak

Jenis Penelitian analitik dengan rancangan cross sectional

Variabel bebas: Pendidikan dan status ekonomi Variabel terikat: Pemilihan metode kontrasepsi

Mayoritas responden berpendidikan SMA (52,3%), Pengetahuan cukup (63,5%), dan status ekonomi sedang (70,02%). Hasilnya, bahwa ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan ekonomi dalam memilih metode kontrasepsi

7

No. Judul Penelitian

Nama Peneliti

Tahun dan Tempat

Penelitian

Rancangan Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

3. Tingkat pengetahuan ibu Akseptor suntik KB DMPA tentang alat kontrasepsi suntik (DMPA) di wilayah Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

Alfi Ristanti

2007, Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional

Variabel bebas: Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan ibu tentang KB suntik DMPA adalah baik sebesar 26,5%, cukup 63,3%, dan kurang 10,2%

4. Studi deskriptif faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara

Aditya Ariani

2007, Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara

Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif

Variabel tunggal: Umur, paritas, pendidikan, ekonomi, dan dukungan suami dan keluarga

Paling besar peminat alat kontrasepsi IUD adalah wanita umur > 35 tahun sebesar 83%, multipara 60%, pendidikan menengah/SMA sebesar 53%, ekonomi tinggi 55%, dan dukungan suami serta keluarga sebesar 100%

Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan antara lain:

1. Tahun dan tempat penelitian

2. Rancangan Penelitian

Penelitian pertama dan ketiga menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan cross sectional, penelitian kedua menggunakan metode

analitik dengan pendekatan cross sectional, dan penelitian keempat

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospektif.

8

3. Variabel penelitian

Penelitian pertama menggunakan variabel tunggal umur, pendidikan,

paritas, ekonomi, dukungan suami, dan perilaku tenaga kesehatan.

Penelitian kedua menggunakan variabel bebas pendidikan dan status

ekonomi. Penelitian ketiga menggunakan variabel bebas tingkat

pengetahuan. Penelitian keempat menggunakan Variabel tunggal umur,

paritas, pendidikan, ekonomi, dan dukungan suami dan keluarga.