BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada...

60
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari sistem-sistem yang tengah berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk pandangan dunia sekaligus sarana-sarana dan strategi (maqashid asy-syari’ah) yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia hari ini 1 . Islam sebagaimana yang kita ketahui merupakan agama yang kamil dan mutakkamil, sudah barang tentu memiliki konsep kehidupan yang sempurna dan paripurna. Islam mengatur hubungan manusia dengan tuhan- Nya, manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan dirinya 2 . Indonesia memiliki jumlah pendudukpada tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa. Penduduk laki-laki Indonesia sebanyak 119 630 913 jiwa dan perempuan sebanyak 118 010 413 jiwa. Pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk 3 . Melihat besarnya jumlah penduduk Indonesia, maka Indonesia menjadi pangsa pasar yang besar untuk pemenuhan kebutuhan. Islam telah mengatur dalam 1 Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani, 2000), hlm. 7. Sasaran yang dikehendaki oleh ekonomi Islam secara mendasar bukan materiil. Mereka didasarkan atas konsep-konsep Islam sendiri tentang kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) yang sangat menekankan aspek persaudaraan (ukhuwah), keadilan sosial ekonomi, dan pemenuhan-pemenuhan spiritual umat manusia.ini disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa umat manusia memiliki kedudukan yang sama sebagai khalifah Allah di muka bumi. 2 Zulhelmy bin Mohd Hatta, Isu-isu Ontemporer Ekonomi dan Keuangan Islam, (Bogor: Al Azhar, 2013), cetakan ke 1, hlm. 11 3 Berdasarkan data laporan bulanan data sosial ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2016

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari

sistem-sistem yang tengah berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat yang

membentuk pandangan dunia sekaligus sarana-sarana dan strategi (maqashid

asy-syari’ah) yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia

hari ini1. Islam sebagaimana yang kita ketahui merupakan agama yang kamil

dan mutakkamil, sudah barang tentu memiliki konsep kehidupan yang

sempurna dan paripurna. Islam mengatur hubungan manusia dengan tuhan-

Nya, manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan dirinya2.

Indonesia memiliki jumlah pendudukpada tahun 2010 adalah sebanyak

237 641 326 jiwa. Penduduk laki-laki Indonesia sebanyak 119 630 913 jiwa

dan perempuan sebanyak 118 010 413 jiwa. Pulau Sumatera yang luasnya 25,2

persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk3.

Melihat besarnya jumlah penduduk Indonesia, maka Indonesia menjadi pangsa

pasar yang besar untuk pemenuhan kebutuhan. Islam telah mengatur dalam

1 Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani, 2000), hlm.

7. Sasaran yang dikehendaki oleh ekonomi Islam secara mendasar bukan materiil. Mereka

didasarkan atas konsep-konsep Islam sendiri tentang kebahagiaan manusia (falah) dan

kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) yang sangat menekankan aspek persaudaraan

(ukhuwah), keadilan sosial ekonomi, dan pemenuhan-pemenuhan spiritual umat manusia.ini

disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa umat manusia memiliki kedudukan yang sama

sebagai khalifah Allah di muka bumi. 2 Zulhelmy bin Mohd Hatta, Isu-isu Ontemporer Ekonomi dan Keuangan Islam,

(Bogor: Al Azhar, 2013), cetakan ke 1, hlm. 11 3 Berdasarkan data laporan bulanan data sosial ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS)

Indonesia tahun 2016

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

2

urusan menggunakan dan mengkonsumsi produk yaitu harus memperhatikan

kehalalannya. Inovasi produk saat beraneka ragam demi memperolah

kepercayaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh produsen.

Namun, sering kali terjadi suatu masalah dengan adanya produsen yang

memproduksi produk tanpa memperhatikan dampak kesehatan apalagi adanya

jaminan halal terhadap produk tersebut.

Cukup banyak kasus yang terjadi diberbagai daerah, masih banyak

warga yang menggunakan produk illegal, berbahaya, dan tidak ada sertifikasi

halal. Mislanya berita yang diangkat redaksi Palpres awal tahun 2017 yang

terkait dengan keberadaan Mie instan Samyang yang sempat membuat heboh karena

masuk pasaran tanpa label halal4.

Data dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Medan dari 2.500 lebih restoran

yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen

saja yang bersertifikat halal.Banyak produk berlabel halal palsu berkeliaran di tengah

masyarakat. Banyak rumah makan, restoran dan kafe atau produk makanan/minuman

mengklaim produknya halal tetapi tidak memiliki sertifikat halal. Banyak usaha kecil

menengah (UKM), restoran, dan pengusaha katering mencantumkan label halal

padahal tidak mengikuti prosedur memperoleh sertifikat halal dari LPPOM

MUI.“Produk tersebut hanya bertuliskan label halal tanpa ada sertifikat dari MUI.

Padahal, sertifikat halal asli hanya dikeluarkan MUI. Produk halal bodong juga

tersebar luas di kantin-kantin kampus. Bentuknya pun beragam, mulai roti, kue basah,

kue kering, minuman berwarna, kopi, hingga susu. Tapi, banyak orang yang tidak

4“Ditemukan produk tanpa label halal”, Redaksi Palpres, Jan 25, 2017, Headline

News, Palembang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

3

sadar dan tidak memperhatikan keberadaan logo halal tersebut. Kasus label halal palsu

banyak ditemukan pada pelaku usaha kecil dan mikro tidak bisa menyebutkan angka

pasti produk yang menggunakan label halal palsu,” papar Direktur Lembaga Advokasi

dan Perlindungan Konsumen (LAPK) Medan Farid Wajdi, kemarin. Dalam beberapa

kasus maraknya peredaran label halal palsu ini, lanjutnya, disebabkan kurangnya

pengetahuan dari pengusaha, meski tindakan tersebut salah. Selain itu, pengusaha

tidak siap untuk melalui tahapan memperoleh sertifikat halal, seperti kesiapan

dokumen hingga produksinya. Dampaknya, mereka tak lolos saat audit5.

Ada tanggapan dari Khairuddin Nasution, Wakil direktur Lembaga

Pengkajian Pangan Obat-obtan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia

Kepri beliau mengatakan:

Banyak oknum tidak bertanggungjawab memalsukan label halal MUI

dengan cara menscanning label halal dari perusahaan lain. Umumnya

pemalsuan itu terdapat pada produk makanan olahan, catering dan

restaurant. “banyak ditemukan sertifikasi dan label halal tanpa audit dan

siding auditor dari tim fatwa. Mereka menscan sertifikasi perusahaan

lain, hanya merubah nomornya saja. Padahal 1 nomor berubah, sudah

berubah yang lainnya. Karena nomor itu menerangkan kode tahun,

provinsi, Negara dan laiinya. Khairuddin mengatakan bahwa pihaknya

sudah menemukan puluhan kasus pemalsuan kasus pemalsuan label halal

MUI sejak setahun lalu.6

Kasus diatas dapat dijelaskan bahwa sebenarnya sebagai seorang

muslim penting memperhatikan kehalalan apa yang akan dikonsumsi. Bukan

berarti produk yang tidak memiliki jaminan halal berarti haram untuk

dikonsumsi. Hal ini sejalan dengan kehalalan yang merupakan masalah utama

dalam prinsip konsumsi dalam Islam. Tidak hanya pentingnya halal, salah satu

5Farid Wajdi, “lapk:banyak produk klaim halal tanpa sertifikat”,

faridwajdi.info, senin, 26januari 2015 6 “Warga diminta Hati-hati Pemalsuan Label Halal MUI “,Tribun Batam. Lihat

Juga: http://www.halalmui.org/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

4

prinsip yang perlu diperhatikan dalam konsumsi adalah apa yang kita konsumsi

harus diperhatikan dampak baik atau buruknya bagi tubuh kita jika dikonsumsi.

Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya demikian pula dalam masalah konsumsi,

Islam mengatur sebagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan

konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya7.

Maka dari itu jelas bahwa sesuatu yang kita konsumsi haruslah memberikan

manfaat bagi tubuh, tidak hanya kebutuhan lahiriah tapi kebutuhan batiniyah.

Ini berarti bagi seorang konsumen Muslim sangat penting sekali untuk melihat

kehalalan dari sebuah produk sehingga memberikan tingkat kepuasan yang

lebih tinggi.

Konsumsi merupakan aktivitas penggunaan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan manusia8. Sedangkan definisi konsumsi menurut para

peneliti ekonomi Islam tidak berbeda dengan definisi tersebut9. Karena itu

tidak aneh, bila Islam mewajibkan manusia mengkonsumsi apa yang dapat

menghindarkan dari kerusakan dirinya, dan mampu melaksanakan kewajiban-

kewajiban yang dibebankan Allah Ta’ala kepadanya10.

7 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta, 2004), hlm. 161 8 Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fiqih Ekonomi Umar bin Khathab, (Jakarta:

KHALIFA (Pustaka Al-Kautsar Grup), 2008), cetakan ke 2, hlm. 135. Lihat juga. Husen Umar,

Mausu’ah Al-Musthalahat Al-Iqtishadiyah, hlm.30. Syauqi Ahmad Dunya, Durus fi An-

Nazhariyah Al-IqtishadiyahminManzbia Islami, hlm.91. Zaid Muhammad Ar-Rahmani, Al

Mafahim Al-Istihlakiyahf Dhau’IAl-Qur’anAs-Sunnah AnNabwiyah(2:18-21) 9 Jaribah, Fiqih, hlm.135. lihat juga. Syauqi Ahmad Dunya, op.cit, hlm.91,

Muhammad Abdul Man’im ‘Afar, Al Iqtishad Al-Islami (3;101) dan Zaid Muhammad Ar-

Rummani, op.cit (2:23) 10 Jaribah, Fiqih, hlm.138. Para fuqaha’ menjadikan memakan hal-hal yang baik ke

dalam empat tingkatan: pertama, wajib; yaitu mengkonsumsi sesuatu yang menghindarkan dari

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

5

Konsumen Muslim khususnya membutuhkan keterangan bahwa produk

tersebut halal untuk dikonsumsi. Di Indonesia keterangan halal pada produk

berbentuk label halal yang di sertifikasi oleh Lembaga Pengkajian Pangan,

Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) yang

bekerjasama dengan Departemen Kesehatan (Depkes) dan Departemen Agama

(Depag), untuk saat ini Departemen Agama disebut dengan kementerian

Agama. Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia

adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata

halal dalam sebuah lingkaran.11 Label halal yang terdapat pada kemasan

produk, akan mempermudah konsumen untuk mengidentifikasi suatu produk.12

Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah lembaga yang kompeten untuk

melakukan penjaminan kehalalan produk. Dalam kerjanya peran MUI dibantu

oleh LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika

Majelis Ulama Indonesia). Kampanye halal juga dilakukan pula oleh LPPOM

MUI sebagai lembaga sertifikasi sekaligus mengemban tugas untuk

menyebarkan informasi kepada masyarakat mengenai produk bersertifikasi

halal.13

kebinasaan, dan tidak mengkonsumsi kadar ini-padahal mampu- berdampak dosa. Kedua,

Sunnah; yaitu mengkonsumsi yang lebih dari kadar yang menghindarkan dari kebinasaan, dan menjadikan seorang muslim mampu shalat dengan berdiri dan mudah berpuasa. Ketiga,

Mubah; yaitu sesuatu yang lebih dari sunnah sampai batas kenyang. Keempat, konsumsi yang

melebihi batas kenyang. Dalam hal ini terdapat dua pendapat, yang salah satunya menyatakan

makruh dan yang lain menyatakan haram. Lihat, Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqi, Al-

Israf, hlm. 154-156, Ibnu Muflih, Al-Adab Asy-Syar’iyah (3:197-204) 11 Yudhoyono, 2007 dalam Soesilowati, makalah hasil penelitian tentang Perilaku

Konsumen Muslim Dalam Mengkonsumsi Makanan Halal, (Jakarta: LIPI, 2010 ) , hlm. 1 12 Akhyunul Jannah, Gelatin,,,hlm.242. Lihat Juga: Departemen Agama RI, Modul

Pelatihan Auditor Internal Halal, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), hlm. 8-23 13 Rahma, Maulidia,”Regulasi dan Edukasi Produk Halal Bagi Konsumen,” dalam

Justitia Islamica, (Vol. 10 No. 2 Juli-Desember, 2013), hlm. 360. Lihat juga dalam Nadirsyah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

6

Untuk memenuhi keinginan konsumen agar tenang lahir batin dalam

mengkonsumsi produk, perusahaan harus memberitahukan manfaat produk dan

cara penggunaaanya. Khusus untuk produk pangan, obat-obatan dan kosmetik,

perusahaan (produsen) harus mencantumkan keterangan-keterangan yang

berhubungan dengan produk.14 Keterangan-keterangan tersebut dapat berupa

komposisi bahan campuran produk, masa berlaku produk, cara penggunaan

produk dan keterangan bahwa produk telah diperiksa oleh Badan Pengawas

Pangan, Obat dan Kosmetik (BPPOM). Mengingat Indonesia mayoritas

penduduknya adalah beragama Islam 15 tentu membutuhkan keterangan bahwa

produk tersebut halal untuk dikonsumsi. Keterangan halal itu terdapat pada

produk-produk yang beredar berbentuk label halal yang disertifikasi oleh

LPPOM MUI dan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama.

Tahun 2013, jumlah produk yang mendapat sertifikat halal dari LPPOM

yaitu 47545 yang terdiri dari 832 perusahaan. Sedangkan tahun 2014 ini

sebanyak 67369 produk yang terdiri dari 1436 perusahaan. tahun 2014 terdapat

10 top category product yang mendapat sertifikat halal. Untuk peringkat

Hosen, “Hilal dan Halal: How to Manage Islamic Pluralism in Indonesia?,” dalam Asian

Journal of Comparative Law, (Vol. 7:Iss. I, 2012), hlm. 11-12. (“Halal is a Quranic word

meaning lawful or permitted. In reference to food, it is the dietary standard, as prescribed in

the Qur’an, the Muslim scripture. The Holy Qur’an regulate Muslim on this matter with a very

beautiful phrase, “halalan thayyiban” (Qur’an Surah Al-Baqarah: 168). Halal means

permissible based on Islamic law. Thayyib meansgood, that refers togood quality, healthy, environmentally friendly and resfecting of human values. Halal and Thayyib together build the

harmony of life, the balance of the universe. Islam dictates that all foods are halal except

those that are specifically mentioned as haram (unlawful or prohibited). Not only are blood,

pork, and the meat of dead animals or those immolated to other than Allah strongly prohibited,

it is also required that the halal animals be those slaughtered while pronouncing the name of

Allah at the time of slaughter.”) 14 Akhyunul Jannah, Gelatin,,,hlm.242. Lihat juga: www.LPPOM-MUI home page

bulan Februari tanggal 15th 2013 tanggal 20 November 2015. Departemen Agama RI,

Modul,,,hlm.59 15 Berdasarkan data laporan bulanan data sosial ekonomi Badan Pusat Statistik

(BPS) Indonesia tahun 2014

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

7

pertama yaitu Flavor, Seasoning and Fragrance sebanyak 58320. Selanjutnya

Oil, Fat and Processed Products (Minyak, Lemak dan Produk Olahannya)

sebanyak 17676, Restaurant (Restoran) sebanyak 13058, Noodles, Pasta and

Processed Products (Mi, Pasta dan Produk Olahannya) Sebanyak 10268 dan

Snack (Makanan Ringan) sebanyak 958116.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia (LPPOM MUI), merilis data produk bersertifikat halal yang

bererdar di Indonesia.Saat ini dari produk yang terdaftar di Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) sebanyak 175.157 produk, baru sekitar 103.382

produk (59,01 %) yang telah bersertifikat halal MUI.Selama lima tahun,

LPPOM MUI telah mengeluarkan sertifikat halal sebanyak 13.136 dari jumlah

produk 155.774 yang beredar di Indonesia17.

Populasi pasar untuk Islam yang mencapai sekitar 1,6 miliar orang,

yaitu terdiri dari 180 juta Muslim di Indonesia, 140 juta di India, 130 juta di

Pakistan, 200 juta di Timur Tengah, 300 juta di Afrika, 14 juta di Malaysia dan

lebih dari 8 juta di Amerika Utara.18

Di Hong Kong melihat kebutuhan masyarakat muslim akan makanan

halal, Negara ini menambah jumlah restoran halal. Dikatakan Beckey19, sampai

16 Esthi Maharani, Artikel: Jumlah Produk Yang Memperoleh Sertifikasi Halal MUI

Meningkat, http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/17/nf6oac-jumlah-

produk-yang-memperoleh-sertifikasi-halal-mui-meningkat 17 Ibnu Syafaat, Artikel: MUI baru Keluarkan 13.136 Sertifikat Halal dari jumlah

155.774 Produk yang Beredar, Jumat, 28 Februari 2014,

http://www.hidayatullah.com/none/read/2014/03/01/17428/mui-baru-keluarkan-13-136-

sertifikat-halal-dari-jumlah-155-774-produk-yang-beredar.html 18 Yudhoyono, dalam Soesilowati, makalah hasil penelitian tentang Perilaku

Konsumen Muslim Dalam Mengkonsumsi Makanan Halal, (Jakarta: LIPI, 2010 ), hlm.1. 19 Becky Ip (Deputy Executive Director Hong Kong Tourism Board di Hotel

Pullman, Central Park Jakarta)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

8

saat ini, Hong Kong sudah memiliki 61 restoran halal. Selain menambah

jumlah restoran halal, Hong Kong juga menyediakan berbagai fasilitas

beribadah, seperti masjid dan ruang beribadah di pusat kota dan beberapa

lokasi lain di seluruh Hong Kong20.

Melihat minat masyarakat terhadap produk halal yang terus

berkembang, maka secara langsung maupun tidak langsung, keadaan ini

menciptakanpeluang dan juga persaingan antar pengusaha dan perusahaan yang

bergerak dibidang produk halal, maka berbagai upaya, prediksi dan strategi

yang berorientasi pada market driven strategy dengan karakteristik

pengetahuan terhadap pelanggan, pesaing, dan pasar dapat digunakan untuk

mengantisipasi seluruh keinginan dan kebutuhan masyarakat.

Mengerti tentang dinamika pasar produk halal secara menyeluruh yang

meliputi dinamika persaingan, product positioning, aliran distribusi, kekuatan

segmentasi yang berdasarkan pengertian yang jelas tentang pemakai akhir,

sangat dibutuhkan oleh manajer pemasaran di bisnis ini. Selain itu yang cukup

penting untuk dicermati juga adalah pengaruh sosial kultural seperti motivasi,

persepsi, pengetahuan, sikap, dan psikograpik. Berangkat dari kondisi tersebut

diatas, mengetahui tentang variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi

keputusan membeli masyarakat Palembang dalam menggunakan produk halal.

20Christina Andhika Astyanti, Artikel: Hong Kong Tetapkan Tujuan Jadi Destinasi

Wisata Ramah Muslim, http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150302173025-269-

36149/hong-kong-tetapkan-tujuan-jadi-destinasi-wisata-ramah-muslim/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Masih banyak ditemukan produk ilegal yang beredar tanpa memiliki izin

resmi kehalalan produk dari Majelis Ulama Indonesia.

2. Banyak ditemukan konsumen membeli produk tanpa memperhatikan

keamanan produk.

3. Kurangnya pemahaman komprehensif dan integral sebagai muslim

mengenai hakikat pentingnya menggunakan produk halal dan terlihat

dengan kasat mata seorang muslim dewasa ini tidak mengetahui jaminan

produk halal merupakan standar yang harus dipertimbangkan dalam

pemilihan produk yang akan digunakan.

4. masih minimnya pemahaman masyarakat muslim khususnya tehadap

konsep konsumsi dalam Islam haruslah menjadi prioritas agar mampu

menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah swt.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari lebarnya pembahasan, maka peneliti memberikan

batasan masalah penelitian yang akan dilakukan. Batasan masalah dalam

penelitian ini terletak pada hakikat seorang konsumen Muslim dalam kegiatan

mengkonsumsi suatu barang harus memperhatikan kehalalan produk yang

dikonsumsi sehingga mampu memenuhi kepuasaan yang bersifat lahiriah

bahkan kepuasan batiniah. Dengan adanya keputusan membeli produk dengan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

10

memperhatikan kehalalan produk untuk memberikan manfaat yang baik kepada

seorang konsumen. Sehingga pada akhirnya akan mengetahui seberapa besar

pengaruh produk halal terhadap keputusan membeli konsumen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, untuk mempermudah

pembahasan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana ada

pengaruh produk halal terhadap keputusan membeli masyarakat Palembang?

E. Tujuan Penelitian

Menganalisis seberapa besar nilai pengaruh produk halal terhadap

keputusan membeli masyarakat Palembang.

F. Kegunaan Penelitian

Dengan melihat tujuan di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi bagi perkembangan

khazanah pengetahuan keislaman di lingkungan institusi pendidikan tinggi

Islam, khusunya untuk mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Negeri

Raden Fatah Palembang dan penelitian ini diharapkan ada pengembangan

keilmuan untuk teori Ekonomi Islam lebih khususnya mengenai pentingnya

produk halal untuk dikonsumsi oleh seorang Muslim.

2. Secara Praktis, kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi (M.E) pada Program Studi

Ekonomi Syari’ah di Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

11

dan dapat dijadikan bahan rujukan atau acuan pedoman penelitian bagi

mahasiswa pasca sarjana program studi Ekonomi Syariah Universitas Islam

negeri Raden Fatah Palembang.

G. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar acuan dalam rangka

penyusunan penelitian ini. Diantaranya ada bebebarapa penelitian yang telah

lebih dahulu dilakukan oleh beberapa para peneliti yang memiliki background

akademisi, praktisi atau sebagai dosen di sebuah Perguruan Tinggi Negeri atau

Swasta baik di Idonesia maupun di luar Negara Indonesia. Antara lain:

Tesis yang ditulis oleh Iwan Zainul Fuad berjudul “KesadaranHukum

Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan Dalam Kemasan Di

KotaSemarangTerhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal”21. Penulis

melakukan penelitian terhadap masalahKesadaran Hukum Pengusaha Kecil di

Bidang Pangan dalam Kemasan di KotaSemarang terhadap Regulasi Sertifikasi

Produk Halal, berikut faktor-faktorpenyebabnya dan upaya-upaya peningkatan

kesadaran hukumnya.Penelitian ini menggunakan paradigma sociological

jurisprudence danbersifat kuantitatif-kualitatif. Oleh karena itu penelitian ini

menggunakan analisa deskriptifpreskriptifuntuk meneliti bahan-bahan (data-

data) primer dan sekunder.Hasil penelitian menunjukkanbahwa kesadaran

hukum mereka sangattinggi, namun dengan cara tidak melakukan proses

sertifikasi (halal). Langkahyang mereka tempuh tersebut disebabkan oleh

21 Iwan Zainul Fuad, Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan Dalam

Kemasan Di Kota Semarang Terhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal, Tesis, (Semarang:

Universitas Diponegoro, 2010)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

12

berbagai faktor, baik secaraekonomis (birokrasi biaya tinggi), yuridis

(ketakutan akan sanksi), hinggakepercayaan (ketidakpercayaan terhadap

sertifikasi halal dari MUI).Upaya peningkatan kesadaran hukumyang dilakukan

pihak MUI JawaTengah sangat minim. Upaya yang dilakukan hanya bersifat

preventif. Minimnyaupaya tersebut terlihat dari tidak adanya ketentuan

definitif menganai biayasertifikasi yang berlaku secara universal (untuk semua

level usaha), hinggaprofesionalitas MUIJawa Tengah dalam menangani proses

sertifikasi produk halal.

Tesis yang ditulis Farhana Ishak di Universiti Utara Malaysia “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Gelagat Pembelian Pengguna Terhadap

Produk Halal22”. Penyelidikan ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor

yang mempengaruhi gelagat pembelian pengguna terhadap produk halal.

Penyelidikan ini menggunakan Theory of Planned Behavior yang terdiri

daripada sikap, norma subjektif dan kawalan terhadap kelakuan beserta

tambahan pembolehubah agama bagi mengkaji hubungan pembolehubah

tersebut dengan gelagat pembelian pengguna terhadap produk halal.

Penyelidikan ini juga bertujuan memberikan maklumat berkaitan gelagat

pembelian pengguna dan pengalaman mereka ketika membeli barangan atau

produk halal. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dan analisis kolerasi Pearson. Hasil dapatan penyelidikan mendapati bahawa

semua pembolehubah iaitu sikap, norma subjektif, kawalan terhadap kelakuan

22 Farhana Ishak, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gelagat Pembelian Pengguna

Terhadap Produk Halal, Tesis, (Malaysia: Universiti Utara)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

13

dan agama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan gelagat

pembelian pengguna terhadap produk halal.

Tesis yang ditulis Anak Agung Ayu Diah Indrawati,

programpascasarjanaUniversitas udayanaDenpasar“Perlindungan Hukum

KonsumenDalam Pelabelan Produk Pangan”23. Yang dikaji dalam tesis ini

adalah apakah pelabelan produk pangan sebagaimana diatur dalam PP No.

69Tahun 1999 telah memenuhi asas-asas perlindungan konsumendan apakah

akibathukum dari informasi tidak benar, jelas dan jujur dalam label.Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian

hukumnormatife, yaitu suatu penelitian yang menempatkan norma sebagai

obyekpenelitiandalam hal ini adalah PP No. 69 Tahun 1999. Jenis pendekatan

yangdigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatife yaitu

penelitian yangmenekankan pada data sekunder yang terdiri dari sumber bahan

hukum primer,sekunder dan tersier. Analisa bahan hukumdalam penelitian ini

dilakukan secara kualitatif dan komprenhensif.Dari hasil penelitian

tersebutdiperoleh kesimpulan bahwaketentuan pelabelan produk pangan

sebagaimana diatur dalam PP No. 69 Tahun 1999belum memenuhi asas-asas

perlindungan konsumen, dan pelanggaran ketentuan labelpangan oleh pelaku

usaha dapat dikenakan tanggungjawab administratif, perdatamaupun pidana.

Tesis yang ditulis oleh Nadia Lutfi Masduki, di Universitas Indonesia

Jakarta yang berjudul “Agenda Media Dalam Membahas Isu-isu Produk

23 Anak Agung Ayu Diah Indrawati, Perlindungan Hukum Konsumen Dalam

Pelabelan Produk Pangan, tesis, (Denpasar: Universitas udayana, 2011)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

14

Halal Studi Analisi Isi Tentang Pemberitaan Isu-isu Produk Halal Surat

Kabar Di Indonesia Tahun 1996-201124” dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa isu halal sebagai salah satu isu keagamaan hanya menjadi

wacana alternatif dalam media Indonesia, isu halal pun belum masuk ke dalam

agenda isu global yang sumber pemberitaannya hanya dipenuhi dari dalam

negeri. Terkait dengan isi pemberitaannya relatif objektif dan mendukung isu

pemberitaan terkait produk halal dan mendukung praktik halal sebagai hukum

positif yang harus ditegakkan di Indonesia.

Disertasi yang ditulis oleh Sopa di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah dengan judul “Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia:

Studi Atas Fatwa Halal MUI Terhadap Produk Makanan, Obat-obatan,

dan Kosmetik”25.Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa proses sertifikasi

halal yang dilakukan oleh MUI terhadap jenis produk makanan, obat-obatan,

dan kosmetik, cendrung tidak mengikuti kaidah kehalalan yang telah

dirumuskan oleh para madzhab tertentu, tetapi mengikuti pendapat-pendapat

madzhab yang dinilai rajih dan sesuai dengan kemashlahatan disamping

pendapatnya sendiri sehingga menghasilkan fiqih baru.

Dengan melakukan tinjauan pustaka sebagaimana telah diuraikan dari

berbagai Tesis dan Disertasi di atas penulis menganggap bahwa penelitian ini

24 Nadia Lutfi Masduki, Agenda Media Dalam Membahas Isu-isu Produk Halal

Studi Analisi Isi Tentang Pemberitaan Isu-isu Produk Halal Surat Kabar Di Indonesia Tahun

1996-2011, Tesis, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012) 25 Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia: Studi Atas Fatwa Halal MUI

Terhadap Produk Makanan, Obat-obatan, dan Kosmetik, Disertasi, (Jakarta: Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, 2008)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

15

mempunyai persamaan yaitu berkaitan dengan pembahasan halal, dapat kita

bedakan sebagai berikut:

Tabel 1.1. Perbedaan Tinjauan Pustaka

No Judul Tesis atau Disertasi Perbedaan

1 Tesis: KesadaranHukum

Pengusaha Kecil Di Bidang

Pangan Dalam Kemasan Di

KotaSemarangTerhadap

Regulasi Sertifikasi Produk

Halal

Penelitian ini menggunakan paradigma sociological

jurisprudence dan bersifat kuantitatif-kualitatif. Hasil

dari penelitian menunjukkan bahwa kesadaran

hukum mereka sangat tinggi, namun dengan cara

tidak melakukan proses sertifikasi (halal).

2 Tesis: Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Gelagat

Pembelian Pengguna Terhadap

Produk Halal

Penelitian ini menggunakan theory of planned

behavior yang terdiri dari sikap, norma subjektif, dan

kawalan terhadap kelakuan dan agama. Hasil dari

penelitian ini mendapati bahwa semua

pembolehubah iaitu sikapa, norma subjektif, kawalan

terhadap kelakuan dan agam mempunyai hubungan

yang positif dan signifikan dengan gelagat pembelian

pengguna terhadap produk halal.

3 Tesis: Perlindungan Hukum

KonsumenDalam Pelabelan

Produk Pangan

Penelitian ini menggunkan pendekatan yuridis

normatife yang menekankan pada data sekunder

(hukum primer, sekunder dan tersier). Hasil dari

penelitian disimpulkan bahwa ketentuan pelabelan

produk pangan sebagaimana diatur dalam PP No.69

tahun 1999 belum memenuhi asas-asas perlindungan

konsumen, dan pelanggaran ketentuan label pangan

oleh pelaku usaha dapat dikenakan tanggung jawab

administrative, perdata maupun pidana.

4 Tesis: Agenda Media Dalam

Membahas Isu-isu Produk Halal

Studi Analisi Isi Tentang

Pemberitaan Isu-isu Produk

Halal Surat Kabar Di Indonesia

Tahun 1996-2011

Penelitian ini disimpulkan bahwa isu halal sebagai

salah satu isu keagamaan hanya menjadi wacana

alternatife dalam media Indonesia, isu halal pun

belum masuk ke dalam agenda isu global yang

sumber pemberitaanya hanya dipenuhi dari dalam

negeri.

5 Disertasi: Sertifikasi Halal

Majelis Ulama Indonesia: Studi

Atas Fatwa Halal MUI

Terhadap Produk Makanan,

Obat-obatan, dan Kosmetik

Penelitian ini menyimpulkan bahwa proses sertifikasi

halal yang dilakukan oleh MUI terhadap jenis produk

makanan, obat-obatan, dan kosmetik, cendrung tidak

mengikuti kaidah kehalalan yang telah dirumuskan

oleh para madzhab tertentu, tetapi mengikuti

pendapat-pendapat madzhab yang dinilai rajih dan

sesuai dengan kemashlahatan disamping

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

16

pendapatnya sendiri sehingga menghasilkan fiqih

baru.

6 Pengaruh Produk Halal

Terhadap Daya Saing Di Era

Market Economi ASEAN

Tesis ini menggunakan metode kuantitatif. Dimana

akan melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi

daya saing produk halal di era market ekonomi

ASEAN ini bisa berkembang. Penelitian ini berguna

untuk mengetahui teori faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku pembeli, sehingga para

produsen mengetahui apa yang dibutuhkan oleh

konsumen guna untuk menghadapi persaingan

produk pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

yang telah berlangsung sejak tahun akhir 2015.

H. Kerangka Teori

Pada penelitian ini, hendak memposisikan untuk memperkuat teori

yang sudah ada sebelumnya. Pertama, teori yang digunakan yaitu teori

konsumsi yang Islami dengan memperhatikan kehalalan suatu produk sebelum

dikonsumsi. Menurut Ghazali salah satu kebutuhan yang wajib dipenuhi yaitu

makanan. Makanan yang dikonsumsi oleh manusia harus makanan yang halal

sehingga dapat menjamin eksistensi kehidupannya.26 Menurut Mannan prinsip

konsumsi dalam Islam harus menerapkan prinsip keadilan yaitu baik mengenai

cara mencari rezeki secara halal. Dalam soal makanan dan minuman tidak

boleh yang terlarang seperti darah, daging babi, dan daging hewan yang

disembelih tanpa menyebut nama Allah. Kemudia, prinsip kebersihan yaitu apa

yang dikonsumsi haruslah bersih dan bermanfaat bagi tubuh.27

26 Edyson Saifullah, Ekonomi Pembangunan Islam, (Bandung: Gunungdjati Press,

2012), hlm. 142 27 Muhammad Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syari’ah dalam Perspektif

Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

17

Menurut al-Haritsi prinsip konsumsi yang harus diperhatikan adalah

prinsip Syari’ah yaitu salah satunya prinsip amaliah. Prinsip amaliah sebagai

konsekuensi akidah dan ilmu yang telah deketahui tentang konsumsi Islami.

Seseorang ketika sudah berakidah yang lurus dan berilmu, maka dia akan

mengkonsumsi hanya yang halal.28

Menurut Qaradhawi perkara halal dan haram juga sudah diatur dalam

semua aspek kehidupan termasuk tentang makanan dan minuman yang

dikonsumsi. Dihalalkan bagi seorang Muslim mengkonsumsi yang baik bagi

tubuhnya, dan diharamkan mengkonsumsi yang menyebabkan mabuk, tidak

berdaya, dan semua yang merusak tubuh.29

Kedua, teori yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah teori

prilaku konsumen Danang Sunyoto. Perilaku konsumen (consumer behavior)

dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam medapatkan dan mempergunakan barang-barang/jasa termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut.30

Kedua teori tersebut berimplikasi pada adanya suatu hubungan yang

terkait antara teori produk halal dan perilaku konsumen. Pada penelitian ini,

28 Ari Pujiono, Teori Konsumsi Islam, www. Slideshare.net/brajamas/faktor-yang-

mempengaruhi-tingkat-konsumsi, tanggal 14 Februari 2014. hlm. 196-201 29 Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj. Wahid Ahmadi, dkk,

(Surabaya: Karya Utama, 2003), hlm. 69-85. Lihat Juga: Muhammad Umar Chand, Halal dan

Haram The Prohibited and The Permitted Foods dan Drinks, (Kuala Lumpur: Zafar Sdn. Bhd,

1995), hlm. 40-63. Yusuf Qaradhawi, The Lawful and The Prohibited in Islam, terj. Kamal el

Herbawy, dkk. (Malaysia: Zafar Sdn. Bhn, 2001), hlm. 39 30 Danang Sunyoto, Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,

(Yogyakarta: CAPS, 2012), hlm.251

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

18

produk halal memberikan dampak pada keputusan konsumen untuk

menggunakan produk. Tentunya sebagai seorang yang beragama Islam

keputusan membeli haruslah memperhatikan kehalalan produk. Dalam teori

konsumsi tidak dijelaskan dengan rinci. Hanya saja, dalam teori konsumsi

Islam dapat diamaknai bahwa aktivitas konsumsi haruslah yang memberikan

manfaat bagi tubuh. Kehalalan produk mulai dari bahan baku, proses, hingga

hasilnya. Tujuan dalam mengkonnsumsi halal merupakan upaya memberikan

perlindungan dan solusi bagi konsumsi Muslim untuk mendapatkan kepuasan

jasadiayah dan rohaniyah dalam mengkonsumsi suatu produk.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Konsumsi dalam Islam

Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan.

Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan

cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia, yaitu

dalam bentuk perilaku, gaya hidup, selera, sikap-sikap terhadap sesama

manusia, sumber daya, dan ekologi. Keimanan sangat mempengaruhi sifat,

kuantitas, dan kualitas konsumen baik dalam bentuk kepuasan material maupun

spiritual. Inilah yang disebut sebagai bentuk upaya meningkatkan

keseimbangan antara orientasi duniawi dan ukhrawi. Keimanan memberikan

saringan moral dalam membelanjakan harta dan sekaligus juga memotivasi

pemanfaatan sumber daya (pendapatan) untuk hal-hal yang efektif. Saringan

moral bertujuan menjaga kepentingan diri tetap berada di dalam batas-batas

kepentingan sosial dengan mengubah preferensi individual semata menjadi

preferensi yang serasi anatara individual dan sosial, serta termasuk pula

saringan dalam rangka mewujudkan kebaikan dan kemanfaatan31.

31 Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 12

19

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

20

Menurut Ibnu Muflih kegiatan konsumsi seorang Muslim harus

memperhatikan kebaikan (kehalalan) sesuatu yang akan dikonsumsinya.32 Para

fuqaha’ menjadikan memakan hal-hal yang baik kedalam empat

tingkatan.33Pertama, wajib yaitu mengkonsumsi sesuatu yang dapat

menhindarkan diri dari kebinasaan dan jika tidak mengkonsumsi kadar ini

maka akan berdampak pada dosa. Kedua, sunnah yaitu mengkonsumsi yang

lebih dari kadar yang menghindarkan diri dari kebinasaan dan menjadikan

seorang Muslim mampu shalat dengan berdiri dan mudah berpuasa. Ketiga,

mubah yaitu sesuatu yang lebih dari yang sunnah sampai batas kenyang.

Keempat, konsumsi yang melebihi batas kenyang, yang dalam hal ini terdapat

dua pendapat, ada yang mengatakan makruh yang satunya mengatakan haram.

Berdasarakan pendapat dari Ibnu Muflih konsumsi seseorang wajib

mengutamakan konsumsi yang halal. Dalam definisi ini, mengkonsumsi dari

beberapa produk kehalalan merupakan keharusan. Karena, dengan

mengkonsumsi produk halal memberikan kebaikan bagi yang mengkonsumsi

produk tersebut. Kebaikan yang didapat dalam mengkonsumsi produk halal

adalah kebaikan secara lahiriyah dan jasadiyah. Sehinggan akan membawa

kepada kebarakahan sehingga berbuah pada pahala.

Dalam mewujudkan rasionalitas dalam konsumsi Islam, salah satu

unsurnya adalah larangan berkonsumsi atas barang dan jasa yang

32 Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Manusia,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 108-110. Lihat juga: Arif Pujiono,

“Teori,,.hlm.198-199 33 Arif Pujiono, “Teori,,.hlm.198-199

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

21

membahayakan. Syariat Islam mengharamkan konsumsi atas barang dan jasa

yang berdampak negatif bagi seorang yang mengkonsumsinya dan barang yang

dikonsumsi hendaknya thayyibah (baik lagi bermanfaat).34

Konsep konsumsi dalam Islam diatas sejalan dengan teori konsumsi

Islam menurut Nasution yaitu memasukkan nilai-nilai moral dan sosial seperti,

kesederhanaan, keadilan, dan mendahulukan orang lain.35 Setiapkeputusan

ekonomi manusia tidak terlepas dari nilai-nilai sosial dan agama karena setiap

kegiatan senantiasa dihubungkan kepada syariat. Nilai-nilai tersebut adalah

tidak boleh isyraf (berlebih-lebihan), diwajibkan membayar zakat,

mengkonsumsi yang halal dan Thayyib (baik).36

Batasan konsumsi dalam Syariah tidak hanya berlaku pada makanan

dan minuman saja, tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainnya. Dalam

hal ini Quraish Shihab menjelaskan dalam tafsir al Misbah, bahwa komoditi

yang haram itu ada dua macam, yaitu yang haram karena zatnya, seperti babi,

bangkai, dan darah, dan yang haram karena sesuatu yang bukan dari zatnya,

seperti makanan yang tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau

digunakan, merugikan diri sendiri dan orang lain, dan dampak negatif lainnya.

Komoditi yang halal adalah yang bukan termasuk dalam dua macam ini.37

34 Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam ditengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta:

Zikrul Hakim, 2004), hlm. 67-72. Lihat juga: Nur Hamidah, Analisis Teori Utility dengan

Pendakatan Kurva Indefference dalam Perspektif Ekonomi Islam, Makalah disajikan pada

seminar kelas program Ekonomi Syariah pada Mata Kuliah Studi Kritis Ekonomi Mikro dan

Makro, Pasca Sarjana UIN Raden Fatah Palembang, 17 Oktober 2015 35 Musthafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksekutif Ekonomi Islam, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 86 36 Musthafa Edwin Nasution, Pengenalan,,, hlm. 86-89 37 Muhammad Muflih, Perilaku. hlm.13

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

22

Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditi bukan

tanpa sebab. Pengharaman untuk komoditi karena zatnya, karena antara lain

berbahaya bagi tubuh, dan tentu berbahaya pula bagi jiwa. Sedangkan

pengharaman yang bukan karena zatnya, karena antara lain memiliki kaitan

langsung dalam membahayakan moral dan spiritual. Dalam syariah, terdapat

pengecualian atau kelonggaran bagi orang-orang yang terpaksa untuk

memakan makanan yang dikatagorikan haram tadi. Namun, hal ini hanya

berlaku untuk sementara saja, sekedar hal yang dianggap perlu untuk

kebutuhannya ketika itu saja.38

Perilaku konsumen secara Islami harus berdasarkan pada al Qur’an dan

Hadits. Karena al Qur’an dan Hadits merupakan pandangan hidup dan

kehidupan manusia yang menuntut kehidupan sesuai dengan fitrahnya menuju

ridha ilahi.39 Dalam Islam seorang dianjurkan untuk melakukan konsumsi guna

mempertahankan hidup, tetapi Islam memberi batasan dalam berkonsumsi,

yaitu barang yang dikonsumsi haruslah barang yang halal dan harus menjauhi

barang yang haram.40

38 Muhammad Muflih, Perilaku, hlm. 14-15 39 Ismail Nawawi, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Surabaya: PPM, 2010),

hlm.65 40 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

hlm. 75-78

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

23

Landasan al-Qur’an tentang konsumsi. Pertama, konsumen Muslim

diperintahkan untuk memakan makanan yang halal dan baik. Terdapat dalam

Qur’an Surah al-Maidah: 4-541.

Artinya:

Mereka bertanya kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?”.

Katakanlah: “dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap)

oleh binatang buas yang kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu

mengajarkannya menurut apa yang telah diajakan Allah kepadamu. Maka

makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas

binatang buas itu (waktu melepaskannya), dan bertawakallah kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat cepat hisabNya.

Pada hari ini dihalakan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-

orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula)

bagi mereka. (dan dihalalkan mengawini) wanita yang menjaga kehormatan

diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga

kehormatan diantara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, bila

kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak

dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.

Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum

Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamata termasuk orang-

orang merugi.

Ayat 4 menjelaskan bahwa “mereka bertanya kepadamu, apakah yang

dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan bagimu yang baik-baik”. Ayat

ini seperti ayat yang terdapat dalam surat al-A’raf yang menceritakan sifat

41 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktoral Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji Departemen Agama, Modul Pelatihan Auditor

Internal Halal, (Jakarta: Departemen Agama, 2003), hlm. 118

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

24

Muhammad saw bahwa dia menghalalkan bagi mereka makanan yang baik-

baik dan mengharamkan atas mereka yang buruk-buruk.42

Setelah Allah menuturkan diharamkannya perkara yang buruk-buruk

dan dihalalkannya perkara yang baik-baik kepada hamba-Nya yang beriman,

kemudian Dia berfirman “pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik.”.

kemudian Allah menuturkan sembelihan ahli kitab, yakni kaum Yahudi dan

Nasrani dengan firman-Nya, “makanan orang-orang yang telah diberi kitab

adalah halal bagimu” sebab mereka juga meyakini keharaman sembelihan

yang diperuntukkan bagi selain dari Allah.43 Dalam Qur’an Surah al-Maidah:

88 Allah berfirman44:

Artinya:

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-Nya.

Ayat ini juga memerintahkan agar kita makan makanan halal yaitu

makanan yang baik dan makanan tersebut merupakan anugerah dari Allah, dan

Allah memerintahkan agar bertaqwa pada-Nya dalam segala urusan, mencari

42 Lihat Penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, trj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 2, hlm. 29-36 43 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan,,,.hlm. 37-40 44 Akhyunul Jannah, Gelatin,,,hlm. 203. Lihat juga: Rozalinda, Ekonomi Islam,,,

hlm.109

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

25

keridhaan-Nya dan janganlah menyalahi dan mendurhakai-Nya.45 Firman Allah

swt dalam Qur’an Surah al-Baqarah: 172, yaitu:46

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang

Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar

kepada-Nya kamu menyembah.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyuruh hamba-hambaNya yang

beriman memakan yang baik-baik dari rezeki yang telah dianugerahkan-Nya

kepada mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya jika

mereka mengaku sebagai hamba-Nya. Memakan makanan halal merupakan

sarana untuk diterimanya doa dan ibadah.47

Allah berfirman dalam Qur’an Surah al-Mu’minun:51, berbunyi:48

Artinya:

Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah

amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.

Sehubungan dengan firman Allah “Hai Rasul-rasul, makanlah dari

makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh,” Hasan Basri

berkata, “demi Allah, Dia tidak menyuruhmu memakan makanan yang

45 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan,,,.hlm. 29-142 46 Yusuf Qaradhawi, Halal Haram,,,. hlm.73 47 Lihat Penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, trj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 1,hlm.270 48 Ghazali, halal Haram, hlm.9

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

26

berwarna kuning, merah, yang manis, maupun yang masam namun Dia

berfirman ambillah makanan yang halal.49

Dalam Qur’an Surah al-Baqarah: 188 Allah berfirman:50

Artinya:

Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara

kamu dengan jalan bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu

kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

Ali bin Abi Thalib bercerita dari Ibnu Abbas mengenai seseorang yang

menguasai harta kekayaan namun tidak memiliki bukti kepemilikannya. Maka

dia memanipulasi harta itu dan mengadukannya kepada hakim, sedang dia

mengetahui harta itu bukan haknya dan diapun mengetahui bahwa diriya

berdosa lantaran memakan barang haram.51

Dari beberapa redaksi ayat diatas semuanya menyerukan kepada

seluruh manusia untuk memakan makanan yang baik lagi halal, begitu pula

dengan proses memperolehnya yaitu dengan cara yang halal dan baik pula.

Dalam sebagian ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa begitu pentingnya

makan dari makanan yang halal dan keutamaan perkara yang halal dan celaan

terhadap perkara yang haram.

49 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syahabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 3, hlm.306 50 Ghazali, Halal Haram,,,hlm.9 51 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syahabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 1, hlm.304

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

27

Kedua, konsumen diperintahakn untuk tidak memakan bangkai, darah,

daging babi, dan binatang disembelih selain Allah. Allah berfirman dalam

Qur’an Surah al-Baqarah: 173 yang berbunyi:52

Artinya:

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging

babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selaian Allah,

tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa

baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah menyuruh hamba-hamba Nya yang beriman memakan yang baik-

baik dari rezeki yang teleh dianugerahkan-Nya kepada mereka. Oleh karena

itu, hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya jika meraka mengaku sebagai

hamba-hamba-Nya. Memakan makanan halal merupakan sarana untuk

diterimanya do’a dan ibadah. Sesungguhnya Allah menceritakan bahwa Dia

tidak mengharamkan kepada hamba-Nya kecuali bangkai, yaitu binatang yang

mati secara wajar, tanpa disembelih, baik binatang itu menjadi bangkai karena

tercekik, terjatuh, bertarung dengan temannya, atau diserang oleh binatang

buas, dari bangkai tersebut dikecualikan bangkai binatang air.53

52 Yusuf Qaradhawi, Halal Haram,,,hlm.73, lihat juga: Bagian Proyek Sarana dan

Prasarana Produk Halal Direktoral Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan

Haji Departemen Agama, Modul,,, hlm.92 53 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syahabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 1, hlm.270-271

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

28

Terdapat dalam Qur’an Surah al-Maidah: 3 Allah berfirman:54

Artinya:

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)

yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang

jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,kecuali yang sempat kamu

menyembelihnya, dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,

(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini

orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu

janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini

telah kusempurnakan untuk kamu agamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu

nikmat-Ku, dan telah Ku-Ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang

siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah melarang hamba-hamba-Nya mengkonsumsi binatang-binatang

yang mati sebagai bangkai, yaitu binatang yang mati dengan sendirinya tanpa

disembelih atau diburu sebab di dalamnya terdapat darah beku yang

54 Akhyunul Jannah, Gelatin,, hlm.83. Lihat juga: Ghazali, Halal,,. hlm. 24. Yusuf

Qaradhawi, Halal,,, hlm.74. Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktoral

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji Departemen Agama, Modul ,,,

hlm. 93

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

29

membahayakan agama dan tubuh. Dikecualikan dari bangkai itu ialah bangkai

ikan karena ikan itu halal, baik mati disembelih maupun karena hal lain.55

Firman Allah swt dalam Qur’an Surah al-An’am: 121 yang berbunyi:56

Artinya:

Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama

Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu

adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-

kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka,

sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang musyrik.

Ayat ini dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat bahwa sembelihan

tidak halal jika tidak disebut nama Allah atasnya, meskipun si penyembelih

seorang Muslim. Dari pendapat ini ada dua pendapat, pertama: pendapat Malik

dan Ahmad yaitu mengatakan bahwa sembelihan itu tidak halal, baik tidak

membaca basmalahnya itu karena lupa maupun disengaja. Kedua, pendapat

Imam Syafi’I mensyaratkan pembacaan basmalah dna hanya menyunatkan.57

Allah menerangkan kembali dalam Qur’an Surah al-An’am:118:58

Artinya:

Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah

ketika menyembihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.

55 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syahabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 1, hlm.16 56 Ghazali, Halal,,, hlm. 24 57 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syahabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 2, hlm.274-475 58 Ghazali, Halal,,, hlm. 24

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

30

Allah membolehkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman

memakan sembelihan yang dibacakan nama Allah atasnya. Artinya, Dia

melarang memakan sembelihan yang tidak dibacakan nama Allah atasnya

seperti memakan bangkai yang dibolehkan kaum Quraisy dan binatang yang

disembelih bukan atas nama Allah.59

Makna ayat diatas secara keseluruhan menerangkan mengharamkan

memakan bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih tanpa

nama Allah. Dikecualikan dari bangkai itu ialah bangkai ikan karena ikan itu

halal, baik mati disembelih maupun karena hal lain. Dari ayat tersebut juga

dapat dijelaskan bahwa dalam bahan baku setiap produk harus jelas dari mana

asal bahan, proses pembuatan sampai ke hasilnya. Semuan unsur-unsur yang

ada harus sesuai dangan aturan yang telah ditetapakan Syariat.

B. Produk Halal

Produk adalah segala sesuatu yang diterima oleh konsumen atau

pembeli atau pemakai industrial pada saat melakukakan pembelian atau

menggunakan produk.60 Produk juga mencakup lebih dari sekedar barang

berwujud (dapat dideteksi panca indra). Produk dapat berupa objek fisik, jasa

(tidak terdeteksi panca indera), orang, tempat, organisasi, dan ide.61

59 Lihat penjelasan Muhammad Nasib ar-Rifa, Kemudahan dari Allah Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syahabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Jilid 2, hlm.272-273 60 Henry Sinamora, Manajemen Pemasaran Internasional, (Jakarta: Salemba Empat,

2000), hlm. 440 61 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Dasar-dasarPemasaran, (Jakarta: Prenhalindo,

1997), hlm. 274

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

31

Halal adalah sesuatu dengannya terurailah buhul yang

membahayakan, dan Allah memperbolehkan untuk dikerjakan62. Halal adalah

kata dari bahasa arab yang berarti sah atau diizinkan. Lawan dari halal adalah

haram, yang berarti melanggar hukum atau dilarang. Sehingga halal dan haram

adalah istilah universal yang berlaku untuk semua aspek kehidupan, baik

berupa makanan dan minuman, termasuk obat-obatan dan kosmetika,

perbuatan serta pemikiran.

Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berkaitan dengan hukum halal

dan haram. Menurut Ibnu Manzhur, halal itu berasal dari kata al-hillu yang

berarti tidak terikat (al-thalq). Oleh karena itu secara etismologi, halal berarti

hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidka terikat dengan

ketentuan-ketentuan yang melarangnya.63 Menurut al-Jurjani memberikan

definisi halal sebagai sesuatu yang jika digunakan tidak mengakibatkan

mendapat siksa.64 Menurut Qal’aji dan Qunaibi lafadz halal berasal dari halla

as-syay’I apabila sesuatu itu telah menjadi mubah. Oleh karena itu pengertian

halal identik dengan “mubah” yang terdapat dalam Ahkam al-

62 Yusuf Qaradhawi, Halal Haram dalam Islam, (Solo: Era Intermedia, 2000), cet

pertama, hlm. 31 63 KN Sofayan Hasan, “Kepastian,,. Hlm. 40. Lihat juga: Jamal al-Din Muhammad

bin Mukarram al-Anshari yang terkenal dengan sebutan Ibn Manzhur, lisan al-Arab, (t.t: Dar

al-Ma’arif, tth), juz XIII, hlm. 177 64 Muhammad ‘Abd al-Rauf al-Munawi, al-Taufiq ‘ala Muhimmat al-Tairif Mu’jam

Lughawi Mushthalahi, (Beirut: Dar al-Fikr Muashir, 1990), hlm. 292. Lihat juga: KN Sofyan

Hasan, “Kepastian,,,. hlm. 41

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

32

Khamsah.65Menurut Qaradhawi halal adalah apa yang diperbolehkan, dan

haram adalah apa yang dilarang.66

Sabda Nabi saw, “Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas”. artinya

perkara yang halal itu zahir dan terbuka, zatnya tidak ada sifat-sifat yang

diharamkan dan kosong dari jalan (cara) yang kotor untuk sampai pada yang

haram. Menurut Imam Syafi’i, ”Halal adalah perkara yang tidak ada dalil yang

mengharamkannya. “Halal itu adalah perkara yang tidak dicegah oleh syara,

baik ada dalil yang menghalalkannya maupun tidak ada. Menurut Abu Hanifah,

“Halal adalah perkara yang terdapat dalil yang menghalakannya.” Pendapatnya

lebih khusus daripada pendapat Imam Syafi’i karena perkara yang tidak

mempunyai keterangan tidak termasuk perkara halal.67

Adapun yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang

memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan Syariat Islam.68Pertama, tidak

mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi. Kedua, tidak mengandung

bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan yang berasal dari organ

manusia, darah, kotoran-kotoran, dan lain sebagainya. Ketiga, semua bahan

yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam.

Keempat, semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

65 Al-Jurjani, al-Ta’rifat, (Mesir: Maktabah wa Mathba’ah Musthafa al-Babi al-

Halabi wa Aluaduh, 1936), hlm. 82. Lihat juga: KN Sufyan Hasan, Kepastian,,,.hlm. 40 66 Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm.27.

lihat juga: Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram dalam Islam, terj. Wahid Ahmadi, dkk,

(Surabaya: Karya Utama, tt), hlm. 33 67 HIjazi al Fasyani, Al Majalisus Saniyyah Syarah Hadits Arba’in Nawawi,

(Jakarta: Trigenda Karya, 1995), cet pertama, hlm. 99 68 Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal,

(Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm.140

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

33

pengolahan, dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah

digunakan untuk babi dan barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus

dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut Syariat Islam. Kelima, semua

makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

Untuk menjamin kehalalan suatu produk dapat kita pastikan produk

tersebut memiliki sertifikasi atau tidak. Sertifikasi halal terdiri dari dua kata

yaitu sertifikasi dan halal. Keta sertifikasi berasal dari bahasa inggris certificate

yang mempunyai tiga arti yaitu, akte, surat keterangan, diploma, atau ijazah.69

Kata certificate kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi

sertifikat yang merupakan kata benda. Dalam kamus besar Indonesia dijelaskan

bahwa sertifikat itu berarti tanda atau surat keterangan atau pernyataan tertulis

atau tercetak yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang yang digunakan

sebagai bukti. Sementara itu, sertifikat berarti kegiatan penyertifikatan atau

proses menjadikan sertifikat.70

Masyarakat secara umum menggunakan istilah halal dan haram hanya

dalam kaitannya dengan produk-produk makanan dan minuman saja. Kaitanya

dengan penggunaan istilah halal dan haram dalam penelitian ini, penulis akan

menggunakan istilah halal dan haram dalam persepsi sempit terersebut, yaitu

halal haram yang digunakan untuk menyebut sah (boleh tidaknya) makanan

untuk di konsumsi.

69 John M.Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,

1990), hlm. 105. Lihat juga: KN Sofyan Hasan, “Kepastian,,. hlm. 40 70 Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.928. lihat juga: KN Sofayan Hasan,

“Kepastian,,.hlm. 40

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

34

C. Label Halal

Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum,

lebel minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan tambahan

komposisi, informasi gizi, tanggal kadaluawarsa, isi produk, dan keterangan

legalitas.71 Labeling juga berkaitan erat dengan pemasaran label yang berkaitan

erat dengan pengemasan suatu produk. Label merupakan bagian dari suatu

produk yang manyampaikan informasi mengenai produk dan penjual.72 Basu

Swastha mendefinisikan lebel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa

keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualannya.73

Menurut Stanton label ada tiga macam, yaitu:74pertama, brand label

yaitu nama merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada

kemasan. Kedua, descriptif label yaitu label yang memberikan informasi

objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian

dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan

dengan produk. Ketiga, grade label merupakan label yang mengidentifikasi

penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka atau kata.

71 Anton Apriyantono dan Nurbowo, Panduan Belanja dan Konsumsi Halal,

(Jakarta: Khairul Bayan, 2003), hlm. 68-69 72 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), hlm. 107.

Lihat juga: Retno Sulistyowati, “Labelisasi Halal”, www.esqmagazine.com, diakses tanggal 15

Februari 2016 73 Basu Swastha, Azas-azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007),

hlm. 41 74 Fandy Tjiptono, Strategi,,,. hlm. 107. Lihat juga: Retno Sulistyowati,

“Labelisasi,,,. Henry Sinamora, Manajemen,,, hlm.502

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

35

Label mempunyai fungsi sebagai berikut:75pertama, identifies

(mengidentifikasi) yaitu label dapat menerangkan mengenai produk. Kedua,

grade (nilai/kelas) yaitu label dapat menunjukkan nilai/kelas dari produk.

Produk buah peach kalengan diberi nilai A, B, dan C menunjukkan tingkat

mutu. Ketiga, describe (memberikan keterangan) yaitu label menunjukkan

keterangan mengenai siapa produsen dari produk, dimana produk dibuat, kapan

produk dibuat, apa komposisi dari produk dan bagaimana cara penggunaan

produk secara aman. Keempat, promote (mempromosiskan) yaitu label

mempromosikan produk lewat gambar fan warna yang menarik.

Dengan adanya label memberikan jaminan kepada konsumen akan

kualitas suatu produk.76 Pemberian label (labeling) merupakan elemen produk

yang sangat penting yang patut memperoleh perhatian seksama dengan tujuan

untuk menarik para konsumen.77 Label biasanya terbuat dari kertas, laminasi

kertas atau film plastik dengan atau tanpa tambahan perekat (sensitive terhadap

tekanan), label dapat mencakup keseluruhan kemasan atau hanya setempat

saja, dapat dipotong dalam berbagai bentuk berbeda untuk melengkapi kontur

suatu bentuk kemasan.78

75 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan

Pengendalian, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 29 76 KN Sofyan Hasan, “Kepastian Hukum Sertifikasi dan Labelisasi Halal Produk

Pangan dalam Dinamika Hukum”, (Vol 14 no. 2 Mei 2014), hlm.42 77 Henry Sinamora, Manajemen Pemasaran Internasional, (Jakarta: Salemba Empat,

2000), hlm. 502 78 Sandra A Krasoves, dkk, Desain Kemasan: Perencanaan Merek Produk yang

Berhasil Mulai dari Konsep sampai Penjualan, terj. Bob. Sabran, (Jakarta: Erlangga, 2006),

hlm. 158

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

36

Berdasarkan dari beberapa definisi label diatas, label merupakan suatu

keterangan terletak pada kemasan produk yang akan memberikan beberapa

informasi dan penjelasan mengenai produk tersebut. Label biasanya direkatkan

pada kemasan produk.

Label halal merupakan kata atau tanda halal. Pemberian label tersebut

berisi juga bahan yang dipakai, komposisi setiap bahan, tanggal, bulan, dan

tahun kadaluarsa dan ketentuan lainnya. Pencantuman label halal menjamin

bahwa pangan dan minuman yang diproduksi dan diproses sesuai persyaratan

pangan halal.79 Berdasarkan dua keputusan Menteri Kesehatan sebagai

pelaksana lebih lanjut dari Undang-Undangan kesehatan yaitu keputusan RI

No. 82/MenKes/SK/I/1996 “Pencantuman Tulisan Halal pada Label Pangan”

dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.924/MenKes/SK/VIII/1996 tentang

“Perubahan Kemenkes RI No. 82/MenKes/SK/I/1996 dengan Peraturan

Pelaksanaanya”. Didalamnya diuraikan secara rinci mengenai beberapa hal

yang berkaitan dengan sertifikasi halal.80

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan No.69 tahun 1990 tentang label

halal dan iklan pangan menyebutkan bahwa label adalah setiap keterangan

mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau

79 Lihat lebih jelas Undang-Undang Kesehatan No. 23/1992, Pasal 21 ayat 2, Lihat

juga: KN Sofyan Hasan, “Kepastian,,. hlm.53 80 Lihat lebih jelas Lampiran Keputusan RI No. 82/MenKes/SK/I/1996 tentang

“Pencantuman Label Halal pada Makanan”, Lihat juga: KN Sofyan Hasan, “Kepastian,,.

hlm.53

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

37

bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan

pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.81

Dengan demikian, penting untuk mencantumkan label halal pada suatu

produk. Dengan tujuan utuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan

pada konsumen serta untuk meningkatkan daya saing perusahaan agar produk

yang dihasilkan berkualitas dan terjamin kehalalan dan kebaikan bagi tubuh

untuk dikonsumsi.

Label halal merupakan pencantuman kata atau tanda halal. Pemberian

label tersebut berisi juga bahan yang dipakai, komposisi setiap bahan, tanggal,

bulan, dan tahun kadaluarsa dan ketentuan lainnya. Pencantuman label halal

menjamin bahwa pangan dan minuman yang diproduksi dan diproses sesuai

persyaratan pangan halal.82 Berdasarkan dua keputusan Menteri Kesehatan

sebagai pelaksana lebih lanjut dari Undang-undang Kesehatan yaitu Keputusan

RI No. 82/MenKes/SK/I/1996 “Pencantuman Tulisan Halal pada Label

Pangan” dan Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 924/MenKes/Sk/VIII/1996

tentang Perubahan Kemankes RI no. 82/MenKes/SK/I/1996 dengan peraturan

pelaksanaannya”. Didalam uraiannya secara rinci mengenai beberapa hal yang

berkaitan dengan sertifikasi halal.83

81 Lihat penjelasan pasal 11 ayat 1 Peraturan Pemerintahan No. 69/1999 tentang

Label Halal dan Iklan Pangan. Lihat juga: KN Sofyan Hasan, “Kepastian,,. hlm.54 82 Lihat lebih jelas Undang-undang Kesehatan No. 23/1992, Pasal 21 ayat 2. Lihat

juga: KN Sofyan Hasan, “Kepastian,,,.hlm. 53 83 Lihat jelas lampiran Keputusan RI No. 82/MenKes/Sk/I/1996 tentang

“Pencantuman Label Halal pada Makanan”. Lihat Juga: KN Sofyan Hasan, “Kepastian,,.

hlm.53

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

38

Selanjutnya, dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen (UU

No.8/1999) diatur juga persoalan halal yang senada dengan peraturan-peraturan

sebelumnya. Persoalan tersebut berkaitan erat dengan hak dan kewajiban

konsumen dan produsen. Konsumen berhak mendapatkan kenyamanan,

keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi pangan. Ia juga berhak

mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang pangan yang

dikonsumsinya.84

Berdasarkan landasan hukum tentang label halal yang telah diuraikan

diatas, maka setiap perusahaan yang ada di Indonesia seharusnya dalam setiap

produknya mencantumkan label halal. Termasuk dalam penelitian ini

perusahaan yang memproduksi seluruh produk yang akan diperjual belikan

harus mencantumkan label halal untuk menjamin keselamatan konsumen.

D. Perilaku Konsumen

1. Teori Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen yang loyal terhadap suatu produk tentu saja

menguntungkan bagi produsennya karena konsumen akan terus berusaha

mencari produk yang diinginkannya. Namun demikian jika konsumen

terus-menerus kesulitan mencari produk yang diinginkannya, maka lama-

lama konsumen akan mencoba merek lain. sementara itu perilaku

konsumen yang tidak loyal atau dengan kata lain membeli suatu produk

84 Lihat penjelasan pasal 4 UU No.8/1999 tentang,”Perlindungan Konsumen”, Lihat

juga: KN Sofyan Hasan, “Kepastian,,. hlm.54

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

39

hanya karena kebiasaanya saja, perlu memerhatikan aspek-aspek lain

secara serius.

Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan

sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

medapatkan dan mempergunakan barang-barang/jasa termasuk didalamnya

proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-

kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari perilaku konsumen itu:

proses pengambilan keputusan, dan kegiatan fisik, yang semua ini

melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan

barang/jasa secara ekonomis85.

American Marketing Association mendefinisikan Perilaku

konsumen (consumer behavior) sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh

dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia

melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka86.

Menurut Engel, perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat

untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,

termasuk keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.87

85 Danang Sunyoto, Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,

(Yogyakarta: CAPS, 2012), hlm.251 86 Paul Peter, Consumer Behavior Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran,

(Jakarta: Erlangga, 2000), hlm. 6 87 James F. Engel & Roger D. Blackwell & Paul W. Miniard, Jilid I, Edisi 6,

Binarupa Aksara, 1994, hlm, 3. Dalam, Simamora. Bilson, Panduan Riset Perilaku Konsumen,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 2004, hlm.2

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

40

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen

Setiap individu dapat melihat hal yang sama, namun dalam

mengartikannya tentu akan berbeda. Sejumlah faktor beroperasi untuk

membentuk dan terkadang mengubah persepsi. Faktor-faktor ini bisa

terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang

diartikan, atau dalam kontek situasi dimana persepsi tersebut dibuat. Ketika

individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan apa

yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik

pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif,

minat, dan pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang.88

Dalam sebuah keputusan, pembeli tentu ada faktor-faktor yang

akan mempengaruhi perilaku pembeli. Faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi perilaku pembeli, akan digambarkan dalam gambar 1.2.89

Kebudayaan Sosial Keperibadian Kejiwaan

Budaya

Sub Budaya

Kelas Sosial

Kelompok

acuan

Keluarga

Peranan dan status

Usia dan

tingkatan

kehidupan

Jabatan Gaya hidup

Keperibadian

dan konsep

diri

Motivasi

Persepsi

Pengetahuan

Kercayaan dan Sikap

PEMBELI

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prilaku Konsumen90

88 Robbins.P.Stephen, Prilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta, 2004, hlm.175 89 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran di Indonesia buku 1, Salemba Empat,

Jakarta, 1999, hlm.223 90 Philip Kotler, Manajemen,,, hlm. 223

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

41

Pertama, faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan

paling dalam terhadap perilaku konsumen. Produsen harus memahami

peran yang dimainkan oleh kultur dan kelas sosial pembeli. Kedua, faktor

sosial terdiri dari adanya faktor kelompok kecil, keluarga, peran dan status

sosial konsumen. Ketiga, faktor pribadi merupakan pengaruh dari

karakteristik pribadi pembeli seperti, usia dan tahap daur

hidup,kepribadian dan konsep dari pembeli. Kebutuhan seseorang akan

barang dan jasa tentu saja akan berubah menyesuaikan dengan usia dan

tahapan daur hidupnya. Keempat, faktor psikologis yang berpengaruh

antara lain: motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan integrasi.

Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia

untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal motivasi, terdapat urutan

kepentingan yang dibutuhkan seseorang yaitu: kebutuhan psikologis,

keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.

Persepsi adalah sebuah proses yang dengan proses itu orang-orang

memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasi informasi untuk

membentuk gambaran dunia yang penuh arti. Pembelajaran merupakan

proses yang menjelaskan perubahan-perubahan dalam perilaku individual

yang muncul dari pengalaman. Sikap menggambarkan tentang suatu

evaluasi, perasaan dan kecendrungan seseorang yang secara relatif

konsisten terhadap suatu objek atau gagasan, karena sikap yang dimiliki

seseorang tentang sesuatu.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

42

Integrasi merupakan kesatuan antara sikap maupun tindakan dan

merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaaan suka akan

mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak akan

membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.

Menurut Ferdinand, minat beli beli dapat diidentifikasikan melalui

indikator-indikator sebagai berikut:91Pertama, minat transaksional yaitu

kecendrungan untuk membeli produk. Kedua, minat referensial yaitu

kecendrungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

Ketiga, minat preferensial yaitu minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut.

Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk

preferensinya. Keempat, minat eksploratif yaitu minat yang

menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi

mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk

mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen,

yaitu:92pertama, faktor dorongan dari dalam artinya mengarah pada

kebutuhan-kebutuhan yang muncul dari dalam diri individu itu sendiri,

seperti misalnya dorongan untuk makan maka akan menimbulkan minat

untuk makan.

91 Augusty Ferdinand, Metode Penelitian Manajemen, (Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 2006) 92 Abdul Rahman Shaleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikolohi Suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media), hlm. 263-268

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

43

Kedua, faktor motif sosial artinya mengarah pada penyelesaian diri

dengan lingkungan agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya,

seperti contohnya motif untuk mendapatkan status yang baik di

lingkungannya.

Ketiga, faktor emosional atau perasaan, merupakan suatu minat itu

ada karena erat hubungannya dengan perasaan atau emosi, keberhasilan

dalam beraktivitas yang didorong oleh minat tertentu akan membawa rasa

senang dan memperkuat minat tersebut, sebaliknya kegagalan akan

mengarungi minat individu.

E. Keputusan Membeli

1. Pengertian Keputusan Membeli

Robins menyatakan bahwa pengambilan keputusan terjadi sebagai

suatu reaksi terhadap masalah (problem).Masalah ini diartikan sebagai

suatu penyimpanan anatara keadaaan saat ini dengan keadaan yang

diinginkan oleh individu sehingga menuntut individu tersebut kea rah

tindakan alternatif dalam mengambil keputusan membeli.93 Dari

perspektrif ini, memandang konsumen sebagai pengambil keputusan.

Keputusan membeli merupakan hasil dimana konsumen merasa

mengalami masalah dan kemudia memulai proses rasional menyelesaikan

93 M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005), hlm. 17

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

44

masalah tersebut. Proses yang dilakukan melalui langkah-langkah tertentu

pada saat melakukan pembelian.94

Menurut Schiffman dan Kanuk, keputusan membeli merupakan

bagian perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan

kebutuhan mereka.95

Keputusan membeli juga akibat adanya kepercayaan konsumen

terhadap produk. Sehingga keputusan membeli yang dimaksud adalah

semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan

yang dibuat konsumen tentang obyek, atribut, dan manfaatnya. Obyek

dapat berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana

seseorang memiliki kepercayaan atau sikap.96

Proses pengambilan keputusan ini masih bersifat luas sehingga

proses pengambilan keputusannya paling lengkap, bermula dari

pengenalan konsumen terhadap produk, kemudian ada proses evaluasi

produk atau merek akan mengarahkan konsumen kepada keputusan

pembelian beberapa produk.

94 John C Mowen, Michael Minor, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Erlangga, 2002),

hlm. 11 95 Ujang Sumarwan, Perilauku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 4 96 John C Mowen, Michael Minor, Perilaku,,,.hlm.312

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

45

2. Tujuan Pengambilan Keputusan

Manusia adalah makhluk sosial, karena Islam merupakan sebuah

agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, yang

mengatur hubungan manusia dengan Khaliq-nya, dengan dirinya dan

dengan manusia sesamanya. Hubungan manusia dengan Khaliq-nya

tercakup dalam perkara aqidah dan ibadah. Hubungan manusia dengan

dirinya tercakup dalam perkara akhlak, makanan, dan pakaian. Hubungan

manusia dengan sesamanya tercakup dalam perkara mu’amalah dan

uqubat (sanksi).97

Dari segi kebutuhan dalam pandangan ekonomi merupakan

keinginan. Dalam kacamata kapitalis Barang yang memiliki kegunaan

(utility) adalah segala sesuatu yang diinginkan, baik yang bersifat primer

atau non primer, dan ada yang menyatakan dapat memenuhi kepuasan,

sedangkan sebagian lagi menyatakan membahayakan.

Manusia dalam beraktivitas tidak terlepas dari upaya pemenuhan

kebutuhan jasmani dan ruhani. Dalam berbuat manusia memunculkan atas

dasar dorongan naluri. Meskipun dorongan pemenuhan tersebut fitroh

manusia, tetapi motivasi bukan merupakan fitroh. Karena, motivasi bisa

berubah dan diubah. Motivasi adalah proses timbulnya dorongan sehingga

konsumen tergerak untuk membeli suatu produk.98 Menurut Jefrey, et al,

97 Taqyuddin. An Nabhani, Nidzom Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul ‘Izzah, 2003),

hlm. 99 98 Hafidz. Abdurrahman. Diskursus Islam Politik dan Spritua, (Bogor: Al Azhar

Press, 2012), hlm 92

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

46

proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan dan harapan

yang tidak terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan.99

Muhammad Ismail, menguraikan motivasi yang mendorong

seseorang untuk melakukan aktivitasnya, antara lain100:

1. Motivasi Materi atau kebendaan, meliputi tubuh manusia dan alat yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Motivasi materi dan

kebendaan adalah faktor yang akan mempengaruhi persepsi. Bentuk

motivasi atau kebendaan ini yang mampu mendorong seseorang untuk

melakukan perbuatan. Motivasi ini sangat lemah dan mudah

dipatahkan, serta mudah hilang. Jika perbuatan manusia dibangun atas

motivasi ini maka tidak akan pernah berhasil. Karena motivasi ini

tidak dapat dijadikan pondasi utama untuk membangun perbuatan yang

mantap dan shahih dalam diri seseorang. Motivasi ini merupakan

motivasi pemenuhan kebutuhan jasmani atau naluri namun, terkadang

orang tersebut tidak memenuhinya karena dia tidak memerlukannya,

atau karena dapat menahan dorongan nafsunya.

2. Motivasi emosional atau non materi, yang berupa kondisi kejiwaan

yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki oleh seseorang. Pengaruh

motivasi emosional atau psikologis ini lebih kuat pengaruhnya

dibandingkan dengan motivasi materi atau kebendaan, meskipun sifat

motivasi ini juga tidak konstan dan tahan lama. Sebab, mafhum yang

dijadikan landasan untuk memenuhinya lebih tinggi dibandingkan

99 Suryani, Tatik. Prilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), Edisi Pertama, hlm 27 100 Hafidz, Diskursus, hlm. 94

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

47

mafhum yang dijadikan landasan motivasi materi. Meskipun demikian,

motivasi emosional atau psikologi ini tetap tidak bisa dijadikan

landasan untuk membangun aktivitas manusia. Sebab, jika motivasi ini

digunakan untuk membangun aktivitas manusia, tentu juga tidak akan

berhasil, meskipun ada yang berhasil.

3. Motivasi spritual, yang berupa kesadaran seseorang bahwa dirinya

mempunyai hubungan dengan Allah Swt. Motivasi ini dibangun

berdasarkan prinsip perintah dan larangan Allah Swt. Motivasi yang

lahir dari kesadaran seseorang yang muncul dari pemahamannya

bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua

perbuatannya. Kesadaran ini yang mampu mendorongnya untuk

melakukan perbuatan apa saja, meskipun untuk melakukannya dia

harus mengorbankan jiwa, raga, dan hartanya sekalipun. Motivasi ini

yang lebih kuat pengaruhnya dengan motivasi-motivasi sebelumnya.

Juga bersifat permanen, tidak temporal dan konstan.

3. Tahapan dalam Pengambilan Keputusan untuk Membeli

Tahapan yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan

membeli ada lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca pembelian.

Jelas proses pembelian dimulai jauh sebelum tindakan pembelian dan

berlanjut lama sesudahnya. Pemasar perlumemusatkan perhatian pada

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

48

proses pembelian secara keseluruhan bukannya hanya pada keputusan

membeli.101

Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembeli

Seluruh proses tersebut tidak selalu dilakukan oleh konsumen dalam

pembeliaannya. Namun proses pembelian tersebut hanya di lakukan pada

situasi tertentu. Proses pengambilan keputusan untuk membeli tersebut

sebagai berikut:

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses membeli dimulai dengan Pengenalan Kebutuhan, dimana

pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Konsumen yang

mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau

terpuaskan tersebut akan segera memahami apakah kebutuhan tersebut

harus segera dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhanya.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang sudah tertarik mungkin mencari lebih

banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen

kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen

kemungkinan akan membelinya. Pencarian informasi tahap dari proses

keputusan pembeli, yang merangsang konsumen untuk mencari informasi

lebih banyak; konsumen hanya meningkatkan perhatian atau mungkin

101 Philip Kotler dan Gary amstrong, Dasar-dasar Pemasaran Principles of

Marketing 7e, (Jakarta: Prenhallindo, 1997), jilid 1, hlm. 162

Tingkah laku

pasca pembelian

Keputusan

membeli

Evaluasi

Alternatif

Pencarian

informasi

Pengenalan

kebutuhan

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

49

aktif mencari informasi. Informasi dapat diperoleh dari beberapa sumber

sebagai berikut:

a. Sumber Pribadi :keluarga, teman, tetangga, kenalan

b. Sumber Komersial : iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan

c. Sumber Publik : media massa, organisasi penilai konsumen

d. Sumber Pengalaman : penanganan, pemeriksaan, menggunakan

produk

3. Evaluasi Alternatif

Dalam Evaluasi Alternatif pemasar harus mengetahuinya artinya

bagaimana konsumen mengolah informasi sampai pada pemilihan merek.

Konsep menjelaskan proses evaluasi konsumen adalah sebagai berikut:

a. Kita menganggap bahwa ssetiap konsumen melihat produk sebagai

kumpulan atribut produk.

b. Konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap

atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-

masing.

c. Konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan

keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap

atribut

d. Harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada

tingkat atribut yang berbeda

e. Konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat

beberapa prosedur evaluasi.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

50

4. Keputusan Membeli

Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan

membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli

konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor

dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli.

Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah faktor

situasi yang tidak diharapkan. Keputusan membeli tahap dari proses

keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk.

5. Tingkah Laku Pasca Pembelian

Tugas pasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah

membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas serta akan

terlibat dalam tingkah laku pasca pembelian yang menarik perhatian

pemasar. Tingkah laku pasca pembelian adalah tahap dari proses

keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen mengambil tindakan lebih

lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

51

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap konsumen produk halal, serta

membahas dan menelitinya pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini mayoritas responden memberikan pernyataan

yang beranekaragam mulai dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju

bahkan sampai pada jawaban sangat tidak setuju. Pada uji F hitung dengan

menggunakan nilai signifikan, diketahui bahwa nilai sig (0.000< 0.05) yang

artinya signifikan. Sedangkan, Fhitung sebesar 21.085 > FTabel, dengan tingkat

signifikan sebesar 5% dan df2 = 15 didapat nilai Ftabel = 3.94 karena Fhitung

(21.085) >Ftabel (3.94), maka dapat disimpulkan bahwa variabel produk halal

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel keputusan membeli

konsumen.

Pada uji koefisien determinasi, nilai koefisien korelasi (R) sebesar

0,549. Angka ini menunjukkan bahwa variabel produk halal terhadap

keputusan membeli mempunyai hubungan dengan korelasisedang. Koefisien

determinasi yang disesuaikan (R Square) sebesar 0.412 artinya 41%. Variabel

keputusan membeli (Y) dapat dijelakan oleh variabel produk halal. Sedangkan

sisanya sebesar 59% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diketahui dan

tidak termasuk dalam model. Dengan demikian selain label halal ada juga

95

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

52

faktor lain yang mempengaruhi minat beli konsumen. Pengaruh bisa dari

merek produk yang sudah dikenal masyarakat, promosi dan pelayanan yang

optimal dari perusahaan, dan harga yang memang sesuai dengan kualitas

produk. Pada uji t dengan menggunakan nilai signifikan, diketahui bahwa nilai

signifikan (0.000 < 0.05) yang artinya signifikan. Sedangkan, thitung sebesar

3.444> ttabel, dengan tingkat signifikan sebesar 5% dan df = 15 didapat nilai ttabel

= 1.98 karena thitung (3.444) > ttabel (1.98), maka dapat disimpulkan bahwa

variabel produk halal mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel

keputusan membeli konsumen.

Dengan demikian bahwasanya produk halal di kota Palembang sudah

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan membeli dan

perusahaan sudah berkontribusi dalam menerapakan prinsip konsumsi yang

Islami bagi konsumen Muslim di Indonesia. Maka, kita sebagai masyarakat

Muslim memiliki peran besar untuk menjadikan produk halal sebagai pilihan

utama dalam menggunakan produk. Memilih produk bukan karena model,

trend, dikarenakan banyak orang yang menggunakannya, enak atau tidaknya

tetapi kita harus memperhatikan kesesuaiannya dengan yang sudah ditentukan

oleh syara’ mulai dari sertifikasi halal produk dan komposisi bahan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, maka dapat

diberikan beberapa saran untuk para peneliti, masyarakat dan pelaku usaha

sebagai berikut :

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

53

1. Bagi Para Peneliti

Apabila ingin melanjutkan penelitian tentang pengaruh produk halal

terhadap keputusan membeli dapat diberikan beberapa saran untuk

penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1) Penelitian ini dapat menjadi khazanah literatur ilmu pengetahuan di

bidang ekonomi syariah khususnya yang berkaitan dengan ilmu

ekonomi dibidang mikro ekonomi Islam yaitu konsep konsumsi

maupun produksi, manajemen pemasaran, komunikasi pemasaran

dalam kajian Islam.

2) Berani mengembangkan penelitian yang lebih di dasarkan pada nilai-

nilai dan tsaqofah Islam, dan tidak terpatok pada teori-teori dalam

manajemen konvensional.

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya konsumen, pada dasarnya keyakinan

terhadap produk yang dikonsumsi hendaklah sesuai dengan Syariat dan

harus memahami makna kebutuhan. Kebutuhan diartikan sesuatu hal yang

sangat dibutuhkan dan tanpanya, aktivitas hidup kita akan terganggu bahkan

mungkin kita tidak dapat hidup, contoh: makan, pakaian, dan tempat

tinggal. Manusia tidak dapat hidup tanpa makanan. Manusia tidak punya

tempat tinggal, kehidupannya akan terganggu. Apabila kebutuhan

merupakan sesuatu yang harus dipenuhi, keinginan adalah suatu hal yang

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

54

kita ingin miliki dan jika tidak berhasil mendapatkannya maka

kelangsungan hidup kita sebagai manusia tidak akan terancam. Dengan

demikian dalam memilih produk hendaklah sesuai dengan kebutuhan yang

berstandarkan Syariat. Jadi, dalam memilih produk bukan karena model,

trend, enak atau tidaknya tetapi kita harus memperhatikan kesesuaiannya

dengan yang sudah ditentukan oleh syara’ yang telah dipertegas dari

beberapa ayat Qur’an, yaitu sebagai berikut:

“Wahai manusia, makanlah apa-apa saja yang ada dipermukaan bumi ini

yang halal lagi baik. Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan,

sesungguhnya syetan itu adalah musuh kamu yang nyata”. (QS al-Baqarah :

168)

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah

rezekikan kepadamau, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepadanya”. (QS. Al-Maidah: 88)

3. Pelaku Usaha

Untuk semua perusahaan yang melakukan setiap produksi. Hendaklah,

tidak hanya memperhatikan merek saja. Namun selalu mempertahankan

dan menjaga kehalalan produk yang diproduksi. Karena itu berarti

perusahaan tersebut sudah menjalankan salah satu ketentuan produksi

Islami.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

55

DAFTAR PUSTAKA

Buku

‘Abd al-Rauf al-Munawi. Muhammad, al-Taufiq ‘ala Muhimmat al-Tairif Mu’jam

Lughawi Mushthalahi, Beirut: Dar al-Fikr Muashir, 1990

A Karim. Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada

A Krasoves. Sandra, dkk, Desain Kemasan: Perencanaan Merek Produk yang

Berhasil Mulai dari Konsep sampai Penjualan, terj. Bob. Sabran,

Jakarta: Erlangga, 2006

Abdul Mannan. Muhammad, Hukum Ekonomi Syari’ah dalam Perspektif

Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2012

Abdurrahman. Hafidz. Diskursus Islam Politik dan Spritua, Bogor: Al Azhar

Press, 2012

Ahmad Al-Haritsi, bin,. Jaribah, Fiqih Ekonomi Umar bin Khathab, cetakan ke 2,

Jakarta: KHALIFA (Pustaka Al-Kautsar Grup), 2008

Al-Jurjani, al-Ta’rifat, Mesir: Maktabah wa Mathba’ah Musthafa al-Babi al-

Halabi wa Aluaduh, 1936

Amir. M. Taufiq, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005

An Nabhani. Taqyuddin, Nidzom Islam, Bogor: Pustaka Thariqul ‘Izzah, 2003

Apriyantono. Anton dan Nurbowo, Panduan Belanja dan Konsumsi Halal,

Jakarta: Khairul Bayan, 2003

Azwar. Saifuddin, Reabilitas dan Validitas, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2004

Azwar. Siduddin, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000

Bungin. Burhan, Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik, serta ilmu-ilmu Sosial Laiinya, Jakarta: Kencana, 2008

Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal,

Malang: UIN Maliki Press, 2011

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

56

C Mowen. John, Minor. Michael, Perilaku Konsumen, Jakarta: Erlangga, 2002

Chapra. Umer, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani, 2000

Edwin Nasution. Musthafa, Pengenalan Eksekutif Ekonomi Islam, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2012

Fasyani, al., HIjazi, Al Majalisus Saniyyah Syarah Hadits Arba’in Nawawi, cet

pertama, Jakarta: Trigenda Karya, 1995

Ferdinand. Augusty, Metode Penelitian Manajemen, Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 2006

Herihyanto. Nur, Tuti Gantini,Analisis Data Kuantitatif dengan Statistika

Deskriptif, Bandung: Yrama Widya, 2015

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2005

James F. Engel & Roger D. Blackwell & Paul W. Miniard, Jilid I, Edisi 6,

Binarupa Aksara, 1994

Jawa Bendi. R.Kristoforus, dkk. Modul Aplikasi Komputer II, Palembang: FSEI,

2011

Kotler. Philip dan Amstrong. Gary, Dasar-dasarPemasaran, Jakarta: Prenhalindo,

1997

Kotler. Philip, Amstrong. Gary, Dasar-dasar Pemasaran Principles of Marketing

7e, jilid 1, Jakarta: Prenhallindo, 1997

Kotler. Philip, Manajemen Pemasaran di Indonesia buku 1, Salemba Empat,

Jakarta, 1999

Kotler. Philip, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan

Pengendalian, Jakarta: Erlangga, 2003

M.Echols. John, Shadily. Hassan, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,

1990

Mohd Hatta. bin., Zulhelmy, Isu-isu Ontemporer Ekonomi dan Keuangan Islam,

cetakan ke 1, Bogor: Al Azhar, 2013

Muflih. Muhammad, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

57

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta, 2004

Muhammad, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002

Mukarram al-Anshari, bin,. Muhammad. Jamal al-Din yang terkenal dengan

sebutan Ibn Manzhur, lisan al-Arab, (t.t: Dar al-Ma’arif, tth), juz XIII

Nasib ar-Rifa. Muhammad, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,

trj. Syihabuddin, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani, 2005

Nasib ar-Rifa. Muhammad, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,

trj. Syihabuddin, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani, 2005

Nasib ar-Rifa. Muhammad, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,

trj. Syihabuddin, Jilid 1, Jakarta: Gema Insani, 2005

Nasib ar-Rifa. Muhammad, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,

terj. Syahabuddin, Jilid 3, Jakarta: Gema Insani, 2005

Nawawi. Ismail, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Surabaya: PPM, 2010

P.Stephen. Robbins, Prilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta, 2004

Peter. Paul, Consumer Behavior Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran,

Jakarta: Erlangga, 2000

Qaradhawi. Yusuf, Halal dan Haram Dalam Islam, terj. Wahid Ahmadi, dkk,

Surabaya: Karya Utama, 2003

Qaradhawi. Yusuf, Halal Haram dalam Islam, cet pertama, Solo: Era Intermedia,

2000

Qaradhawi. Yusuf, The Lawful and The Prohibited in Islam, terj. Kamal el

Herbawy, dkk. Malaysia: Zafar Sdn. Bhn, 2001

Rahman Shaleh. Abdul dan Abdul Wahab. Muhib, Psikolohi Suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam, Jakarta: Prenada Media

Ridwan, Dasar-dasar Statistik, cet. 12, Jakarta: Alfabeta, 2014

Rohmad, Supriyanto, Pengantar Statistika: Panduan Praktis bagi Pengajar dan

Mahasiswa, Yogyakarta: Kalimedia, 2015

Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Manusia,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

58

Sa’ad Marthon. Said, Ekonomi Islam ditengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta:

Zikrul Hakim, 2004

Saifullah. Edyson, Ekonomi Pembangunan Islam, Bandung: Gunungdjati Press,

2012

Seefudin. Asep, Anwar. Khairil, dkk, Statistika Dasar, cet.2, Jakarta: Grasindo,

2013

Simamora. Bilson, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2004

Sinamora. Henry, Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: Salemba Empat,

2000

Sudjana, Metode Statistik, Bandung: Trasito, 2005

Sugiyono, MetodePenelitianBisnis, Bandung: Alfabeta, 1999

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, cet.ke-4, Bandung: Alfabeta, 2002

Sukestiyarno, StatistikDasar, Yogyakarta: Andi Offset, 2014

Sumarwan. Ujang, Perilauku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011

Sunyoto. Danang, Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,

Yogyakarta: CAPS, 2012

Sunyoto. Danang, Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,

Yogyakarta: CAPS, 2012

Sunyoto. Danang, Metologi Penelitian untuk Ekonomi, Yogyakarta: CAPS, 2011

Suryani, Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada

Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, Jakarta: Pramedia

Group, 2015

Suryani, Tatik. Prilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran,Edisi

Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008

Swastha. Basu, Azas-azas Marketing, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

59

Tjiptono. Fandy, Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Offset, 2008

Umar Chand. Muhammad, Halal dan Haram The Prohibited and The Permitted

Foods dan Drinks, Kuala Lumpur: Zafar Sdn. Bhd, 1995

Widoyoko. Eko Putra, Teknik Penyusunan Intrumen Penelitian, Jakarta: Pustaka

Pelajar, 2012

Tesis dan Disertasi:

Ayu Diah Indrawati. Anak Agung, Perlindungan Hukum Konsumen Dalam

Pelabelan Produk Pangan, tesis, Denpasar: Universitas udayana, 2011

Ishak. Farhana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gelagat Pembelian

Pengguna Terhadap Produk Halal, Tesis, Malaysia: Universiti Utara

Lutfi Masduki. Nadia, Agenda Media Dalam Membahas Isu-isu Produk Halal

Studi Analisi Isi Tentang Pemberitaan Isu-isu Produk Halal Surat Kabar

Di Indonesia Tahun 1996-2011, Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia,

2012

Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia: Studi Atas Fatwa Halal MUI

Terhadap Produk Makanan, Obat-obatan, dan Kosmetik, Disertasi,

Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008

Zainul Fuad. Iwan, Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan

Dalam Kemasan Di Kota Semarang Terhadap Regulasi Sertifikasi

Produk Halal, Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro, 2010

Makalah dan Artikel:

Ari Pujiono, Teori Konsumsi Islam, www. Slideshare.net/brajamas/faktor-yang-

mempengaruhi-tingkat-konsumsi

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2014

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2016

Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktoral Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji Departemen Agama, Modul

Pelatihan Auditor Internal Halal, Jakarta: Departemen Agama, 2003

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6486/1/SRI.pdf · yang ada di Kota Medan, baik restoran kecil, sedang dan besar, ternyata baru 5 persen saja

60

Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktoral Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji Departemen Agama, Modul

Pelatihan Auditor Internal Halal, Jakarta: Departemen Agama, 2003

Becky Ip (Deputy Executive Director Hong Kong Tourism Board di Hotel

Pullman, Central Park Jakarta)

Christina Andhika Astyanti, Artikel: Hong Kong Tetapkan Tujuan Jadi Destinasi

Wisata Ramah Muslim, http://www.cnnindonesia.com/gaya-

hidup/20150302173025-269-36149/hong-kong-tetapkan-tujuan-jadi-

destinasi-wisata-ramah-muslim/

Departemen Agama RI, Modul Pelatihan Auditor Internal Halal, Jakarta:

Departemen Agama RI, 2003

Esthi Maharani, Artikel: Jumlah Produk Yang Memperoleh Sertifikasi Halal MUI

Meningkat,

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/17/nf6oac-

jumlah-produk-yang-memperoleh-sertifikasi-halal-mui-meningkat

faridwajdi.info

http://www.halalmui.org/

Ibnu Syafaat, Artikel: MUI baru Keluarkan 13.136 Sertifikat Halal dari jumlah

155.774 Produk yang Beredar, Jumat, 28 Februari 2014,

http://www.hidayatullah.com/none/read/2014/03/01/17428/mui-baru-

keluarkan-13-136-sertifikat-halal-dari-jumlah-155-774-produk-yang-

beredar.html

Keputusan RI

Nadirsyah Hosen, “Hilal dan Halal: How to Manage Islamic Pluralism in

Indonesia?,” dalam Asian Journal of Comparative Law, Vol. 7:Iss. I,

2012

Rahma, Maulidia,”Regulasi dan Edukasi Produk Halal Bagi Konsumen,” dalam

Justitia Islamica, Vol. 10 No. 2 Juli-Desember, 2013

Redaksi Palpres, Headline News, Palembang

Retno Sulistyowati, “Labelisasi Halal”, www.esqmagazine.com

Tribun Batam

Undang-Undang Kesehatan