BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi ...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi zaman ini membawa banyak sekali perubahan pada
tata kehidupan manusia. Di samping manfaat perubahan yang telah kita rasakan
sekarang ini, juga tidak luput dari bahaya yang menyebabkan kekhawatiran dan
ketidakpastian terhadap keamanan seseorang. Untuk menghindari dan mencegah
kehawatiran dan ketidakpastian tersebut, maka ada cara yang dilakukan manusia
baik untuk melindung dirinya maupun hartanya dengan mengasuransikan jiwa dan
hartanya kepada perusahaan perasuransian guna mencari sebuah proteksi
keamanan.
Seperti perusahaan asuransi sebagai lembaga yang memprioritaskan
keamanan, sebagaimana penjelasan yang tendapat dalam pasal 1 UU tahun 1992
tentang usaha asuransi menyatakan bahwa:
“asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang
mana pihak pemegang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi untuk tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin ada di antara tertanggung yang timbul dari suatu
2
peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan sesuatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang ditanggung”1.
Negara Indonesia mempunyai legalitas hukum asuransi yang resmi, seperti
diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (KUHDper)2. Dalam pasal 246 kitab Undang-undang
Hukum Dagang disebutkan bahwa:
”asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu”3.
Sedangkan Pasal 1774 kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan
bahwa: ”suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya,
yaitu mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun sementara pihak,
tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti”4.
Ali Yafie berpendapat bahwa: “Dalam pasal 160 pada KUHD, segala
sesuatu yang menyangkut asuransi telah diatur sedemikian rupa sehingga ia
merupakan lembaga hukum dalam hukum perdagangan. Dan dalam KUH Perdata
disinggung juga mengenai segi keperdataannya”.
1Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait ( BMUI dan
Takaful) di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), 165. 2Suhayan, Pola Dasar Asuransi Kerugian, (Bandung: Djatnika, 1987), 14. 3Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia,(Jakarta: Bina Aksara, 1987), 1. 4R. Subekti. Kitab Undang-undang Hukum Perdata(KUHPdt), (Jakarta: Pradnya Paramia,
1975), 75.
3
Berbicara mengenai risiko, setiap manusia di dalam hidupnya selalu
dihadapkan pada dua hal yaitu hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk. Hal-hal ini
yang dalam asuransi disebut risiko atau sesuatu yang tidak pasti. Risiko tidak lain
adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu peristiwa diluar kesalahannya,
misalkan : rumah seseorang terbakar sehingga pemiliknya mengalami kerugian,
kendaraan yang dipakai tiba-tiba mengalami musibah (tabrakan). Inilah risiko yang
harus ditanggung pemiliknya.
Salah satu lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan dalam
pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan adalah lembaga
asuransi. Lembaga Asuransi sangat membantu dalam menanggung berbagai risiko
yang dapat menimbulkan kerugian pada pelaksanaan pembangunan, kebutuhan
akan hadirnya usaha perasuransian dirasakan juga oleh dunia usaha mengingat
disatu pihak terdapat berbagai risiko yang secara sadar dan rasional dirasakan
dapat menganggu kesinambungan kegiatan usahanya.
Perusahaan Asuransi sebagai perusahaan jasa, pada satu sisi menjual jasa
kepada pelanggan, sedangkan pada sisi lain, perusahaan asuransi adalah sebagai
investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif5. Secara umum
memang dapat disebutkan bahwa asuransi dan lembaga asuransi itu merupakan
lembaga ekonomi yaitu suatu lembaga peralihan risiko6. Risiko diartikan pula
sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial loss) didalamnya
terdapat dua unsur yaitu: ketidakpastian dan kerugian. Karena besarnya risiko ini
dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa diluar kesalahan
5Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar
Grafika,1999) 8. 6Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, 50.
4
pemiliknya, maka risiko dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi kerugian
dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan risiko ini diimbangi dalam
bentuk pembayaran premi kepada perusahaan asuransi kerugian (penanggung)
setiap bulan atau tahun, tergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis.
Manfaat peralihan risiko inilah yang diperoleh konsumen (tertanggung).
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengatasi
risiko-risiko yang mungkin timbul sehingga akan mengakibatkan kerugian antara
lain:
1. Menghindari (Avoidance) maksudnya, berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu dan tidak berbuat sesuatu agar tidak mendapat kerugian.
2. Mencegah (Prevention) maksudnya, mengadakan tindakan tertentu dengan
tujuan paling tidak mengurangi kerugian.
3. Mengalihkan (Transfer) maksudnya, kemungkinan buruk yang dapat
menimpa dirinya dialihkan pihak lain.
4. Menerima (Assumption or Retention)7.
Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi merupakan tokoh dari
kalangan jumhur ulama yang membicarakan dan meneliti tentang persoalan
asuransi. Akad asuransi merupakan hal baru dalam khazanah Islam sehingga
banyak sekali pendapat para ulama yang meneliti tentang keabsahan dari akad
asuransi.
Berkaitan dengan masalah asuransi, ada perbedaan pendapat tentang status
hukum dikalangan ulama atau cendekiawan muslim. Hal mendasar dari perbedaan
7R. Subekti. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt ), 69.
5
keputusan hukum tersebut berkaitan dengan metode serta pemahaman sumber
hukum Islam yang dijadikan landasan dalam melakukan istinbath hukum. Begitu
juga pada dua tokoh ulama atau cendekiawan muslim Murtadha Muthahhari dan
Yusuf Al Qordowi.
Kontrak asuransi dapat didefinisikan “Suatu kontrak di mana seseorang
disebut ‘penjamin’ akan memberikan penanggungan sebagai balas jasa atas
imbalan yang telah disetujui yang disebut ‘premi’ yang telah dibayar oleh orang
lain yang disebut “tertanggung” berupa sejumlah uang atau yang senilai atau suatu
kejadian tertentu”. Peristiwa tertentu itu harus ada unsur yang tidak menentu.
Peristiwa tersebut mungkin berupa (masalah asuransi jiwa dan kecelakaan).
Kontrak tersebut dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut Polis, yaitu
suatu akta yang ditandatangani oleh pihak yang mengadakan perjanjian juga
fungsinya sebagai alat bukti dalam perjanjian asuransi.
Murtadha Muthahhari sebagai salah satu tokoh agama terkemuka di Iran
dengan pemikiran-pemikiran yang dituangkan ke dalam beberapa tulisannya dan
menjadi referensi oleh pelajar muslim Indonesia. Yusuf Al Qordowi dalam buku
halal haram dalam Islam juga menjadi rujukan pelajar muslim Indonesia dalam
pemahaman hukum asuransi dalam bidang fiqih, untuk itu perlu kita cermati dan
penyusun tertarik untuk mengkaji lebih jauh pemikiran Murtadha Muthahhari dan
Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi.
Perbedaan pendapat kedua ulama ini tidak hanya berkaitan dengan
persoalan fiqh saja, akan tetapi keduanya mempunyai keahliah dalam bidang
keilmuan yang berbeda. Murtadha Muthahhari adalah seorang ulama yang
6
terkenal dengan pemikiran filsafat dan teologinya juga sebagai tokoh dalam dunia
pendidikan, kemuadian Yusuf Al Qordowi yang terkenal dengan berbagai macam
pemikiran modern yang banyak di pakai di Indonesia. Salah satu karya besarnya
adalah Fiqh Zakat yang kemudian menjadi rujukan dalam berbagai perkembangan
pemikiran di dunia Islam khususnya Indonesia.
Kedua pendapat diatas menjadi dasar dalam penelitian ini, dimana
pendapat keduanya tentang akad asuransi yang sangat berbeda dan juga keahlian
akademik yang berbeda pula dalam menulis karya-karya mereka. Sehingga
penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah karya keduanya. Murtadha
Muthahhari sebagai ulama yang menyatakan akan kehalalan Transaksi Asuransi
sedangkan Yusuf Al Qordowi yang menyatakan secara jelas akan keharaman
asuransi.
Melihat permasalahan tersebut di atas bahwa kontrak atau perjanjian
asuransi merupakan perjanjian baru yang tidak ada dan diatur secara terperinci
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, maka penyusun tertarik untuk mengkaji dalam
bentuk Tesis dengan judul “Pendapat Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al
Qordowi Tentang Akad Asuransi”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini terletak pada transaksi Asuransi yang
berkembang pesat pada saat ini, dimana Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al
Qordowi sebagai Ulama Kontemporer mempunyai perbedaan pemikiran ketika
memberikan pandangan tentang asuransi sampai pada legalitas hukum akad
asuransi.
7
Masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pendapat Murtadha Muthahhari tentang Akad Asuransi?
2. Bagaimana Pendapat Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi?
3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Metodologi Hukum Murtadha
Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan Pendapat Murtadha Muthahhari tentang akad
asuransi
2. Untuk mendeskripsikan Pendapat Yusuf Al Qordowi tentang akad
asuransi.
3. Untuk mengetahui Persamaan dan perbedaan Metodologi Hukum
Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi
D. Kegunaan Penelitian
1. kegunaan ilmiah
a. Dapat menjadi media dalam kegiatan ilmiah dan akademik tentang
Akad asuransi.
b. Sebagai kontribusi pemikiran ilmiah untuk memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu syari’ah khususnya dalam
bidang asuransi.
8
2. Keguanaan terapan
Dapat memberikan pengertian dan membangkitkan kesadaran bagi
peminat asuransi pada khusunya dan umumnya masyarakat luas
tentang kontrak asuransi.
E. Tinjauan Pustaka
Diskusi tentang asuransi sebenarnya bukan hal baru dalam khazanah
pemikrian Islam. Banyak karya ilmiyah yang dalam kajiannya mengungkap
permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan persoalan muamalah,
terutama asuransi. Namun untuk menggali ide tersebut dari tokoh dan
cendikiawan muslim ini yaitu Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi masih
sangat sedikit sekali yang membahasnya. Pembahasan keduanya tentang akad
asuransi memang cukup kompleks dan mempunyai landasan hukum sampai
penetapan secara hukumnya pun berbeda.
Uraian Untuk mendukung penelaah yang lebih integral seperti yang telah
dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penyusun berusaha untuk
melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya-karya yang lebih
mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti, salah satu karya-karya
tersebut di antaranya adalah buku pandangan Islam terhadap Asuransi dan riba
karangan Murtadha Muthahhari dan buku Halal dan Haram dalam Islam karangan
Yususf Al Qordowi.
Penelitian Rahmad Hadisaputra dengan judul Asuransi Syariah di
Indonesia (Suatu Studi Kasus di PT,. Asuransi Takaful Umum Semarang), pada
9
Bab II beliau menguraikan konsep Asuransi secara umum termasuk didalamnya
tentang prinsip dasar dan syarat sahnya suatu perjanjian asuransi8.
Skripsi Pemikiran Yusuf Al Qordowi tentang Asuransi terhadap eksistensi
Asuransi Jiwa Syariah dalam Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi ini hanya
menguraikan pendapat Yusuf Al Qordowi saja yang pada dasarnya adalah
keharaman asuransi jiwa dan relevansinya dalam perkembangan asuransi syariah
yang terus mengalami kemajuan.
Buku Halal Haram dalam Islam karya yusuf Al Qordowi. Dalam buku ini
beliau mengemukakan bahwa asuransi jiwa dan kecelakaan adalah haram. Dalam
asuransi kecelakaan, seorang nasabah membayar sejumlah uang tertentu dalam
setahun, apabila sesuatu yang diasuransikan ditakdirkan selamat, maka pihak
perusahaan mengambil semua nilai uang dan tidak menembalikan sepersenpun
sepada nasabah. Sedangkan apabila nasabah tertimpa musibah, perusahaan
asuransi menggantikan kerugian sesuai dengan jumlah yang disepakati bersama
walaupun nasabah tertimpa musibah baru dua bulan atau dua kali bayar premi.
Buku Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba karya Murtadha
Mutahhari, beliau mengatakan bahwa asuransi merupakan jenis akad tersendiri
dan transaksi di dalamnya tidak melanggar larangan apapun dari larangan-
larangan yang disebutkan dalam fiqih, jika transaksi dilakukan oleh orang-orang
yang berakal, sehingga mereka mengeluarkan harta untuk jaminan itu dan jaminan
itu merupakan sesuatu yang tertentu, maka taransaksi itu sah.
8 Rahmad Hadisaputra, “Asuransi Syariah di Indonesia” (Studi Kasus di PT. Asuransi Takaful
Umum Semarang), Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001)
10
Alie Yafie dalam bukunya menggagas fiqih sosial, dari Soal Lingkungan,
Hidup, Asuransi Hingga Ukhwah menegaskan bahwa asuransi perlu mendapatkan
perhatian para ulama, karena ia merupakan suatu kenyataan (waqi’ah) yang
mempunyai peranan penting dalam banyak segi hukum kehidupan masyarakat dan
melibatkan banyak orang yang tergolong didalamnya. Maka dari itu perlu
ditegaskan bahwa asuransi pada umumnya menurut pandangan Islam adalah
termasuk masalah ijtihadiyah, artinya masalah yang perlu dikaji hukum agamanya
di dalam Al Quran dan Al Hadits. Dan dalam mengkaji hukum asuransi menurut
syariat Islam sudah tentu menggunakan metode ijtihad dan hal ini kemudian yang
menjadikan adanya perbedaan pendapat para ulama dalam menentukan hukum.
Beberapa tulisan (Skripsi/Tesis) yang penulis temukan, banyak sekali
tulisan yang membahas tentang asuransi yang pada umumnya lebih terfokus pada
penelitian lapangan, sedangkan kajian yang sifatnya literatur hanya sedikit sekali
peneliti yang membahasnya. Oleh karena itu, penulisan karya ilmiah ini menjadi
suatu terobosan baru akan eksistensi masalah asuaransi yang mengalami proses
perkembangan dalam bermu’amalah.
Dari uraian dan penjelasan Tesis dan Skripsi yang dijelaskan diatas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
No Nama Judul Deskripsi
1 Heri Nurjannah Kontrak Asuransi
(Studi Pemikiran
Murtadha
Skripsi ini hanya
mengungkap tentang
kehalalan dan keharaman
11
Muthahhari dan
Muhamm
Muslehudin).
yang menjadi pendapat
keduanya dalam
menelaan akad asuransi
2 Pemikiran Yusuf
al-Qardhawi
tentang Asuransi
Terhadap
Eksistensi Asuransi
Jiwa Syari’ah
dengan pespektif
Ekonomi Islam
Karya ini mengungkap
pendapatan Yusuf Al
Qordowi dalam Kitan
Halal da Haram yang
kemudian menghasil
penelitian yang
menyatakan akan
relevansi pemikiranya
ulama ini yang sesuai
dengan perkembangan
Asuransi Syari’ah
3 Ahmad Adisaputra Asuransi Syariah di
Indonesia (Suatu
Studi Kasus di PT,.
Asuransi Takaful
Umum Semarang)
Penelitian ini hanya
mengungkap kasus yang
terjadi pada Lembaga
Asuransi syari’ah yang
hanya dalam
pelaksanaannnya tidak
sesuai dengan prinsip-
12
prinsip Ekonomi
Syari’ah
4 Uswatun Hasanah Asuransi dalam
Perspektif Hukum
Islam
Jurnal ini menjelaskan
bahwa Pelaksanaan
Asuransi sudah
dipraktekan dimasa rosul
yang biasa dikenal
dengan kata al-‘agilah
yang pada akhirnya
disahkan oleh rosul yang
dituangkan dalam
piagam madinah. Fokus
penelitian ini adalah
menelaah sejarah
asuransi dan juga
memperkuat
perkembangan asuransi
syariah
Husni Mubarrak (UIN
Ar-Raniry Banda
Aceh.
Kontroversi
Asuransi di
Indonesia: Telaah
Fatwa Majlis Ulama
Hasil Penelaah tentang
fatwa sebagai penguat
dan penegasan ulang
terhadap dari fatwa
13
Indonesia (MUI)
tentang badan
Penyelenggara
Jaminan Sosial
asuransi yang pernah
diterbitkan yang
kemudian mendukung
pelaksaan BPJS yang
sesuai dengan syar’at
Islam.
F. Kerangka Berpikir
Akad asuransi merupakan produk baru yang dibicarakan dalam Islam dari
berbagai macam pandangan ulama tentang eksistensi akad asuransi juga sangat
berbeda sehingga perlu ditelusuri dan dikaji. Kerangka yang dibuat diatas menjadi
dasar peletakan pembahasan penulis untuk menelaah lebih jauh proses pelaksaan
akad menurut keduanya.
Pemikirian yang valid dari pembahasan keduanya adalah bahwa akad
asuransi merupakan akad yang baru sehingga perlu dikaji. Kemuadian pendapat
keduanya juga mempunyai landasan baik dalam Al Qur’an maupun Al Hadits.
Seperti Murtadha Muthahhari yang menyatakan bahwa akad asuransi merupakan
akad yang baru dan tidak ada larangan dalam pelaksanaanya. Sedangkan merurut
Yusuf Al Qordowi akad asuransi adalah akad yang menunjukan akan ketidak
pastian pelaksanaannya sehingga menjadi akad yang dilarang.
Pemikiran yang tidak valid dari Murthadha Muthahhari dan Yusuf Al
Qordowi adalah secara umum kedua ulama ini mempunyai keahlian yang berbeda
14
dimana Murthadha Muthahhari adalah seorang ahli dalam filsafat dan pendidikan
sedangkan Yusuf Al Qordowi adalah ulama yang ahli dalam bidang fiqh
khususnya dalam persoalan zakat. Hal ini yang menurut penulis sebagai bentuk
pemikiran yang tidak valid dan perlu ditelusuri lebih jauh bagaimana kedua
pemikiran ini menjadi suatu sumbangsi dalam perkembangan keilmuan khususnya
dalam bidan perasuransian.
Syariah Islam merupakan suatu ajaran yang kumplit dan mencakup segala
permasalahan, baik individu, masyarakat maupun negara. Ia mengatur masalah
pribadi, muamalah dan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan manusia.
Diakui bahwa pada dasarnya bidang mu’amalah dalam ilmu fiqh dapat diketahui
makna dan rahasia oleh manusia. Sepanjang rahasia itu bisa di teliti, maka
penelusuran terhadap masalah-masalah menjadi penting.9 Tidak ada pertentangan
umat Islam bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh
karena itu, bagi setiap muslim yang sudah baligh (cakap hukum), dituntut untuk
menerima dan menjalankan segala ketentuan yang telah disyariatkan. Keduanya
merupakan sebuah pedoman bagi manusia.
Kalangan para ulama tidak ada perbedaan pendapat bahwa sumber hukum
Islam adalah Al Qur’an dan As Sunnah. Oleh karenanya bagi setiap muslim yang
cakap hukum (mukallaf) di tuntut untuk menerima ketentuan-ketentuan dari Al
Qur’an dan As Sunnah secara kaffah. Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam
yang pertama. Al Qur’an selain sebagai sebuah kitab ajaran-ajaran moral juga
memuat unsur legislasi, karena secara pragmatis, Al Qur.an banyak merefleksikan
9Faturahman, Filsafat Hukum Islam, cet ke-1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 124.
15
ide-ide yang merupakan representasi otentik dari peristiwa-peristiwa para Nabi, ia
tidak bisa lari dari seluruh praktek dan institusi sosial yang dominan pada masa
itu. Oleh karena itu untuk memahami Al Qur’an dengan benar dan lengkap, maka
perlu dipahami posisi Nabi Muhammad dengan Al Qur’an yang dibawanya. Al
Qur’an menyatakan bahwa Nabi Muhammad merupakan Nabi yang terakhir,
konsekuensi dari pernyataan tersebut adalah ajaran yang dibawanya diharapkan
harus selalu relevan sepanjang zaman10.
Menurut Yusuf Al Qordowi dalam Fiqih Maqosidnya, beliau
mendefinisikan syariah adalah peraturan yang di turunkan Allah kepada manusia
agar menjadi pedoman dalam berhungan dengan tuhan, sesamanya, lingkungan
dan kehidupan11.
Dengan demikian, bahwa kebutuhan akan ajaran agama sebagai pedoman
hidup kedepan inilah yang menjadi sebab munculnya nas-nas yang Normatif-
Universal. Nas-nas ini membutuhkan ijtihad yang merupakan prinsip gerak dalam
Islam. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan di masyarakat,
ijtihad haruslah senantiasa terus berjalan sehingga dapat merumuskan solusi baru
terhadap problematika yang muncul. Ijtihad dan metode-metode baru sangat
penting dan perlu untuk digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan
hukum Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatal lil’alamin).
Berbagai macam permasalahan baik secara individu maupun golongan
akan dihadapkan pada berbagai macam permasalahan ekonomi dan tidak banyak
10Khaerudin Nasution, Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer, cet ke-1,
(Yogyakarta: Ar Ruzz, 2002), 250. 11Yusuf Al Qordowi ,“Fiqih Makosid Syariah”, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2007), 12.
16
yang tahu bagaimana cara menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut.
Ketika Islam diyakini sebagai suatu agama sekaligus sebagai suatu sistem tatanan
kehidupan, maka pertanyaan yang muncul adalah apakah Islam memberikan
tuntunan beretika dan berpikir realistis dalam pikiran ekonomi dan bisnis. Islam
sebagai agama sempurna telah mampu menjawabnya dengan cara menetapkan
kaidah-kaidah hukum sebagai pondasi syari’at agama secara luas dan lengkap12.
Kaidah-kaidah Hukum Islam Tersebut berasal dari dua sumber pokok
yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Sedangkan hal-hal lain yang tidak terdapat dalam
aturannya dalam Al Qur’an dan Sunnah diperoleh ketentuan melalui akal pikiran
(Ra’yu). Bekerjanya pemikiran untuk memperoleh ketentuan-ketentuan hukum itu
disebut ijtihad. Ijtihad ini sangat diperlukan guna menyikapi perkembangan dan
perubahan zaman yang pesat dengan munculnya persoalan-persoalan baru yang
tidak diatur ketentuannya dalan Al Qur’an dan Sunnah13.
Murthadha Muthahhari beranggapan bahwa masalah asuransi merupakan
masalah yang belum dikenal sebelumnya, sehingga hukumnya yang khas
ditemukan dalam hukum Islam. Mereka mengatakan bahwa tidak ada halangan
sahnya asuransi yang tidak termasuk kedalam salah satu akad fiqih dan tidak ada
dalil yang membatasinya. Bahkan tuntutan prinsip-prinsip fiqih adalah
universalitas.
Sedangkan Yusuf Al Qordowi menyatakan bahwa surat Al-Maidah ayat
satu merupakan persoalan yang tidak terlepas dari pembahasan fiqih, sehingga
12 Annisa Sayyid, Perlindungan Konsumen Pada Produk dan Jasa Investasi Perbankan
Syariah Menurut Perspektif Fiqh Ekonomi Islam, Tesis (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008),
17. 13 Annisa Sayyid, Perlindungan Konsumen, 18.
17
perlu dikaji dan diteliti bahwa akad asuransi juga merupan persoalan fiqh. Dalam
syariat Islam terdapat jaminan bagi setiap individu untuk mendapatkan bantuan
ketika tertimpa musibah.
Hukum Asuransi modern secara Islam didasarkan pada prinsip maslahah
yaitu dengan melihat pada unsur-unsur yang membawa manfaat bagi masyarakat
dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’ secara
umum dilihat dari beberapa aspek yaitu jika dilihat dari asas penetuannya maka
asuransi modern adalah haram disebabkan adanya ketidakpastian dan kandungan
hukum yang tidak tentu, demikian juga karena ada ta’liq pada kerugian yang
belum pasti yang mana hal ini menjadikan perjanjian asuransi modern itu suatu
pertaruhan permainan yang bergantung pada nasib14.
Pendapat diatas sama halnya dengan pendapat Yusuf Al Qordowi yang
meyatakan bahwa asuransi tidak bisa dipakai dalam proses pelaksanaan transaksi
dan juga tidak ada kepastian hukum dikarenakan kerugian yang belum pasti.
Seperti seorang nasabah membayar uang dalam setahun. Bila sesuatu yang
diasuransikan (seperti barang dagangan, perusahaan, kendaraan, atau lainnya)
ditakdirkan selamat, pihak perusahaan mengambil semua nilai uang dan tidak
mengembalikan sepersenpun kepada nasabah. Sedangkan apabila nasabah
tertimpa musibah, perusahaan asuransi mengganti kerugian sesuai dengan jumlah
yang disepakati bersama. Praktek seperti ini sangat jauh dari watak niaga dan jauh
juga dari makna persekutuan yang saling menguntungkan (Isytirak tadhamun)15.
14 Muhammad muslehudin, Insurance In Islamic Law, (Terj),Wardana, Cet ke-1, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1995), 172. 15 Yusuf Al Qordowi, “Fiqih Makosid Syariah”, 383.
18
Aspek-aspek yang mempengaruhi pemikiran keduanya tidak akan terlepas
dari beberapa hal diantaranya adalah dari latar belakang pendidikan, teologi,
lingkungan dan politik. Semua aspek ini sangat berpengaruh tehadap hasil
pemikiran yang dikeluarkan oleh Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi
dalam menganalisa dan menghasilkan suatu ijtihad baru dalam hal asuransi.
Penjelasan mengenai pemikiran kedua ulama yaitu antara Murtadha
Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
G. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam menganalisa data yang ada, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu menggambarkan secara jelas masalah yang berkaitan
dengan akad asuransi menurut Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi.
Selain itu, penulis juga menggunakan metode content analisys (analisis isi), yaitu
AKAD ASURANSI
PEMIKIRAN YANG
VALID PEMIKIRAN YANG
TIDAK VALID
MURTADHA
MUTHAHHARI
YUSUF AL QORDOWI
ASPEK YANG
MEMPENGARUHI
PEMIKIRAN
1. PENDIDIKAN
2. TEOLOGI
3. LINGKUNGAN
4. POLOTIK
19
analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Penulis akan melakukan
analisis data dan pengelolaan data secara ilmiah tentang isi pesan/teks. Metode ini
digunakan untuk memahami pendapat dan istinbath hukum yang dipakai oleh
Murtadha Mutahhari dan Yusuf Al Qordowi.
Langkah-langkah yang digunakan penulis adalah dengan mendeskripsikan,
menganalisa dan menilai data yang berkaitan dengan pendapat maupun istinbath
hukum kedua ulama ini dengan pendapat ulama lainnya, sehingga akan ditemukan
benang merah yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Sumber Data
Dalam hal ini penulis mengambil sumber/bahan penlelitian melalui bahan
primer dan sekunder16:
Sumber primer adalah bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah
yang baru atau pengetahuan baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai
suatu gagasan (ide). Bahan/data primer itu mencakup: Buku, Kertas Kerja
(konperensi, lokakarya, seminar, symposium), Laporan penelitian, Majalah,
Disertasi atau tesis, atau yang lainnya.
Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang berisikan informasi tentang
bahan primer. Bahan/sumber-sumber sekunder ini antara lain mencakup: Abstrak,
Indeks, Bilbiografi (buku rujukan lain ), penerbitan pemerintah bahan acuan
lainnya.
16Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat), cet. 15 (Jakarta:
Rajawali Pers: 2013.), 29.
20
Berdasarsar penjelasan di atas maka data primer sebagai bahan pokok
yang membahas secara langsung mengenai persoalan asuransi menurut Murtadha
muthahhari terdapat dalam bukunya Pandangan Islam terhadap Asuransi dan Riba
(Ar Riba Wa Ta’min) dan Yusuf Al Qordowi dalam kitab Halal Haram dalam
Islam (Halal Haram Fil Islam). Sedangkan data sekunder bersumber dari buku-
buku penunjang atau karya ilmiah lainnya (artikel, essai, makalah, jurnal dan lain-
lain), yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan pemikiran
keduanya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Ada bebrapa teknik dalam pengumpulan data, mulai dari tahapan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Akan tetapi, dokumentasi merupakan
teknik yang sesuai dalam menulis karya ilmiah ini. Teknik dokumentasi adalah
teknik pengumpulan data dari berbagai dokumen yang dapat berbentuk tulisan,
gambar atau karya monumental penulis. Dengan dokumentasi, peneliti dapat
mencatat karya-karya yang dihasilkan Murtada Muthahhari dan Yuduf Al
Qordowi selama ini atau tulisan-tulisan orang lain yang berkaitan dengan
keduanya khusunya dalam akad asuransi.
4. Teknik Analisis Data
Data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.
Peneliti harus memastikan karangka dan teknik analisis mana yang akan
digunakan, apakah analisis statistik atau non statistik. Adapun analis data yang
digunakan dalam karya tulis ini adalah melalui teknik analisis non statistik, yaitu
21
analisis data yang bersifat deskriptif atau data textuar. Data deskriptif sering
hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu disebut juga analisis isi17.
Analisis data merupakan suatu kegiatan mengatur, mengurutkan,
mengelompokan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data sehingga
dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis berdarkan data tersebut18. Teknik
analisis data ini di lakukakan sejak awal penelitian setelah pengumpulan data
dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penemuan teori dan
memudahkan analisis data. Oleh karena pengumpulan data menjadi hal tidak
terpisahkan dari proses analisis data.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam penelitian ini dan supaya dipahami secara
runtut dan sistematis, maka karangka penulisannya tersistematika sebagai
bertikiut:
Bab I: Merupakan pendahuluan yang berisi : latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan Penelitian, tinjauan pustaka,
Kerangka Pemikiran, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II: Biografi Murtadha Muthahhari, Mengulas tentang Akad Asuransi
Menurut Murtadha Muthahhari dan Metode Istinbath Hukum Murtadha
Muthahhari
17Abudin Nata. Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2011), 189. 18J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Temaja Roksakarya, 1990),10.
22
Bab III: Biografi Murtadha Muthahhari, Mengulas tentang Akad Asuransi
Menurut Yusuf Al Qordowi, Biografi Yusuf Al Qordowi dan Metode Istibath
Hukum Yusuf Al Qordowi
Bab IV: Merupakan bab yang membahas Akad Asuransi, Metode
Istinbath Hukum dan analisis perbedaan dan persamaan pendapat antara Murtadha
Mutahhari dan Yusuf Al Qordowi mengenai akad asuransi.
Bab V: Merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang terdiri dari
kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. Selanjutnya dengan daftar pustaka,
lampiran, dan lampiran biodata penulis