BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi zaman ini membawa banyak sekali perubahan pada tata kehidupan manusia. Di samping manfaat perubahan yang telah kita rasakan sekarang ini, juga tidak luput dari bahaya yang menyebabkan kekhawatiran dan ketidakpastian terhadap keamanan seseorang. Untuk menghindari dan mencegah kehawatiran dan ketidakpastian tersebut, maka ada cara yang dilakukan manusia baik untuk melindung dirinya maupun hartanya dengan mengasuransikan jiwa dan hartanya kepada perusahaan perasuransian guna mencari sebuah proteksi keamanan. Seperti perusahaan asuransi sebagai lembaga yang memprioritaskan keamanan, sebagaimana penjelasan yang tendapat dalam pasal 1 UU tahun 1992 tentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mana pihak pemegang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin ada di antara tertanggung yang timbul dari suatu

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi zaman ini membawa banyak sekali perubahan pada

tata kehidupan manusia. Di samping manfaat perubahan yang telah kita rasakan

sekarang ini, juga tidak luput dari bahaya yang menyebabkan kekhawatiran dan

ketidakpastian terhadap keamanan seseorang. Untuk menghindari dan mencegah

kehawatiran dan ketidakpastian tersebut, maka ada cara yang dilakukan manusia

baik untuk melindung dirinya maupun hartanya dengan mengasuransikan jiwa dan

hartanya kepada perusahaan perasuransian guna mencari sebuah proteksi

keamanan.

Seperti perusahaan asuransi sebagai lembaga yang memprioritaskan

keamanan, sebagaimana penjelasan yang tendapat dalam pasal 1 UU tahun 1992

tentang usaha asuransi menyatakan bahwa:

“asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang

mana pihak pemegang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi asuransi untuk tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada

pihak ketiga yang mungkin ada di antara tertanggung yang timbul dari suatu

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

2

peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan sesuatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang ditanggung”1.

Negara Indonesia mempunyai legalitas hukum asuransi yang resmi, seperti

diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (KUHDper)2. Dalam pasal 246 kitab Undang-undang

Hukum Dagang disebutkan bahwa:

”asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang

penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima

suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang

mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu”3.

Sedangkan Pasal 1774 kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa: ”suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya,

yaitu mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun sementara pihak,

tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti”4.

Ali Yafie berpendapat bahwa: “Dalam pasal 160 pada KUHD, segala

sesuatu yang menyangkut asuransi telah diatur sedemikian rupa sehingga ia

merupakan lembaga hukum dalam hukum perdagangan. Dan dalam KUH Perdata

disinggung juga mengenai segi keperdataannya”.

1Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait ( BMUI dan

Takaful) di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), 165. 2Suhayan, Pola Dasar Asuransi Kerugian, (Bandung: Djatnika, 1987), 14. 3Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia,(Jakarta: Bina Aksara, 1987), 1. 4R. Subekti. Kitab Undang-undang Hukum Perdata(KUHPdt), (Jakarta: Pradnya Paramia,

1975), 75.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

3

Berbicara mengenai risiko, setiap manusia di dalam hidupnya selalu

dihadapkan pada dua hal yaitu hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk. Hal-hal ini

yang dalam asuransi disebut risiko atau sesuatu yang tidak pasti. Risiko tidak lain

adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu peristiwa diluar kesalahannya,

misalkan : rumah seseorang terbakar sehingga pemiliknya mengalami kerugian,

kendaraan yang dipakai tiba-tiba mengalami musibah (tabrakan). Inilah risiko yang

harus ditanggung pemiliknya.

Salah satu lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan dalam

pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan adalah lembaga

asuransi. Lembaga Asuransi sangat membantu dalam menanggung berbagai risiko

yang dapat menimbulkan kerugian pada pelaksanaan pembangunan, kebutuhan

akan hadirnya usaha perasuransian dirasakan juga oleh dunia usaha mengingat

disatu pihak terdapat berbagai risiko yang secara sadar dan rasional dirasakan

dapat menganggu kesinambungan kegiatan usahanya.

Perusahaan Asuransi sebagai perusahaan jasa, pada satu sisi menjual jasa

kepada pelanggan, sedangkan pada sisi lain, perusahaan asuransi adalah sebagai

investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif5. Secara umum

memang dapat disebutkan bahwa asuransi dan lembaga asuransi itu merupakan

lembaga ekonomi yaitu suatu lembaga peralihan risiko6. Risiko diartikan pula

sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial loss) didalamnya

terdapat dua unsur yaitu: ketidakpastian dan kerugian. Karena besarnya risiko ini

dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa diluar kesalahan

5Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar

Grafika,1999) 8. 6Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, 50.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

4

pemiliknya, maka risiko dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi kerugian

dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan risiko ini diimbangi dalam

bentuk pembayaran premi kepada perusahaan asuransi kerugian (penanggung)

setiap bulan atau tahun, tergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis.

Manfaat peralihan risiko inilah yang diperoleh konsumen (tertanggung).

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengatasi

risiko-risiko yang mungkin timbul sehingga akan mengakibatkan kerugian antara

lain:

1. Menghindari (Avoidance) maksudnya, berbuat sesuatu atau tidak berbuat

sesuatu dan tidak berbuat sesuatu agar tidak mendapat kerugian.

2. Mencegah (Prevention) maksudnya, mengadakan tindakan tertentu dengan

tujuan paling tidak mengurangi kerugian.

3. Mengalihkan (Transfer) maksudnya, kemungkinan buruk yang dapat

menimpa dirinya dialihkan pihak lain.

4. Menerima (Assumption or Retention)7.

Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi merupakan tokoh dari

kalangan jumhur ulama yang membicarakan dan meneliti tentang persoalan

asuransi. Akad asuransi merupakan hal baru dalam khazanah Islam sehingga

banyak sekali pendapat para ulama yang meneliti tentang keabsahan dari akad

asuransi.

Berkaitan dengan masalah asuransi, ada perbedaan pendapat tentang status

hukum dikalangan ulama atau cendekiawan muslim. Hal mendasar dari perbedaan

7R. Subekti. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt ), 69.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

5

keputusan hukum tersebut berkaitan dengan metode serta pemahaman sumber

hukum Islam yang dijadikan landasan dalam melakukan istinbath hukum. Begitu

juga pada dua tokoh ulama atau cendekiawan muslim Murtadha Muthahhari dan

Yusuf Al Qordowi.

Kontrak asuransi dapat didefinisikan “Suatu kontrak di mana seseorang

disebut ‘penjamin’ akan memberikan penanggungan sebagai balas jasa atas

imbalan yang telah disetujui yang disebut ‘premi’ yang telah dibayar oleh orang

lain yang disebut “tertanggung” berupa sejumlah uang atau yang senilai atau suatu

kejadian tertentu”. Peristiwa tertentu itu harus ada unsur yang tidak menentu.

Peristiwa tersebut mungkin berupa (masalah asuransi jiwa dan kecelakaan).

Kontrak tersebut dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut Polis, yaitu

suatu akta yang ditandatangani oleh pihak yang mengadakan perjanjian juga

fungsinya sebagai alat bukti dalam perjanjian asuransi.

Murtadha Muthahhari sebagai salah satu tokoh agama terkemuka di Iran

dengan pemikiran-pemikiran yang dituangkan ke dalam beberapa tulisannya dan

menjadi referensi oleh pelajar muslim Indonesia. Yusuf Al Qordowi dalam buku

halal haram dalam Islam juga menjadi rujukan pelajar muslim Indonesia dalam

pemahaman hukum asuransi dalam bidang fiqih, untuk itu perlu kita cermati dan

penyusun tertarik untuk mengkaji lebih jauh pemikiran Murtadha Muthahhari dan

Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi.

Perbedaan pendapat kedua ulama ini tidak hanya berkaitan dengan

persoalan fiqh saja, akan tetapi keduanya mempunyai keahliah dalam bidang

keilmuan yang berbeda. Murtadha Muthahhari adalah seorang ulama yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

6

terkenal dengan pemikiran filsafat dan teologinya juga sebagai tokoh dalam dunia

pendidikan, kemuadian Yusuf Al Qordowi yang terkenal dengan berbagai macam

pemikiran modern yang banyak di pakai di Indonesia. Salah satu karya besarnya

adalah Fiqh Zakat yang kemudian menjadi rujukan dalam berbagai perkembangan

pemikiran di dunia Islam khususnya Indonesia.

Kedua pendapat diatas menjadi dasar dalam penelitian ini, dimana

pendapat keduanya tentang akad asuransi yang sangat berbeda dan juga keahlian

akademik yang berbeda pula dalam menulis karya-karya mereka. Sehingga

penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah karya keduanya. Murtadha

Muthahhari sebagai ulama yang menyatakan akan kehalalan Transaksi Asuransi

sedangkan Yusuf Al Qordowi yang menyatakan secara jelas akan keharaman

asuransi.

Melihat permasalahan tersebut di atas bahwa kontrak atau perjanjian

asuransi merupakan perjanjian baru yang tidak ada dan diatur secara terperinci

dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, maka penyusun tertarik untuk mengkaji dalam

bentuk Tesis dengan judul “Pendapat Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al

Qordowi Tentang Akad Asuransi”.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini terletak pada transaksi Asuransi yang

berkembang pesat pada saat ini, dimana Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al

Qordowi sebagai Ulama Kontemporer mempunyai perbedaan pemikiran ketika

memberikan pandangan tentang asuransi sampai pada legalitas hukum akad

asuransi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

7

Masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pendapat Murtadha Muthahhari tentang Akad Asuransi?

2. Bagaimana Pendapat Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi?

3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Metodologi Hukum Murtadha

Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan Pendapat Murtadha Muthahhari tentang akad

asuransi

2. Untuk mendeskripsikan Pendapat Yusuf Al Qordowi tentang akad

asuransi.

3. Untuk mengetahui Persamaan dan perbedaan Metodologi Hukum

Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi tentang akad asuransi

D. Kegunaan Penelitian

1. kegunaan ilmiah

a. Dapat menjadi media dalam kegiatan ilmiah dan akademik tentang

Akad asuransi.

b. Sebagai kontribusi pemikiran ilmiah untuk memperkaya khazanah

ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu syari’ah khususnya dalam

bidang asuransi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

8

2. Keguanaan terapan

Dapat memberikan pengertian dan membangkitkan kesadaran bagi

peminat asuransi pada khusunya dan umumnya masyarakat luas

tentang kontrak asuransi.

E. Tinjauan Pustaka

Diskusi tentang asuransi sebenarnya bukan hal baru dalam khazanah

pemikrian Islam. Banyak karya ilmiyah yang dalam kajiannya mengungkap

permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan persoalan muamalah,

terutama asuransi. Namun untuk menggali ide tersebut dari tokoh dan

cendikiawan muslim ini yaitu Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi masih

sangat sedikit sekali yang membahasnya. Pembahasan keduanya tentang akad

asuransi memang cukup kompleks dan mempunyai landasan hukum sampai

penetapan secara hukumnya pun berbeda.

Uraian Untuk mendukung penelaah yang lebih integral seperti yang telah

dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penyusun berusaha untuk

melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya-karya yang lebih

mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti, salah satu karya-karya

tersebut di antaranya adalah buku pandangan Islam terhadap Asuransi dan riba

karangan Murtadha Muthahhari dan buku Halal dan Haram dalam Islam karangan

Yususf Al Qordowi.

Penelitian Rahmad Hadisaputra dengan judul Asuransi Syariah di

Indonesia (Suatu Studi Kasus di PT,. Asuransi Takaful Umum Semarang), pada

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

9

Bab II beliau menguraikan konsep Asuransi secara umum termasuk didalamnya

tentang prinsip dasar dan syarat sahnya suatu perjanjian asuransi8.

Skripsi Pemikiran Yusuf Al Qordowi tentang Asuransi terhadap eksistensi

Asuransi Jiwa Syariah dalam Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi ini hanya

menguraikan pendapat Yusuf Al Qordowi saja yang pada dasarnya adalah

keharaman asuransi jiwa dan relevansinya dalam perkembangan asuransi syariah

yang terus mengalami kemajuan.

Buku Halal Haram dalam Islam karya yusuf Al Qordowi. Dalam buku ini

beliau mengemukakan bahwa asuransi jiwa dan kecelakaan adalah haram. Dalam

asuransi kecelakaan, seorang nasabah membayar sejumlah uang tertentu dalam

setahun, apabila sesuatu yang diasuransikan ditakdirkan selamat, maka pihak

perusahaan mengambil semua nilai uang dan tidak menembalikan sepersenpun

sepada nasabah. Sedangkan apabila nasabah tertimpa musibah, perusahaan

asuransi menggantikan kerugian sesuai dengan jumlah yang disepakati bersama

walaupun nasabah tertimpa musibah baru dua bulan atau dua kali bayar premi.

Buku Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba karya Murtadha

Mutahhari, beliau mengatakan bahwa asuransi merupakan jenis akad tersendiri

dan transaksi di dalamnya tidak melanggar larangan apapun dari larangan-

larangan yang disebutkan dalam fiqih, jika transaksi dilakukan oleh orang-orang

yang berakal, sehingga mereka mengeluarkan harta untuk jaminan itu dan jaminan

itu merupakan sesuatu yang tertentu, maka taransaksi itu sah.

8 Rahmad Hadisaputra, “Asuransi Syariah di Indonesia” (Studi Kasus di PT. Asuransi Takaful

Umum Semarang), Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

10

Alie Yafie dalam bukunya menggagas fiqih sosial, dari Soal Lingkungan,

Hidup, Asuransi Hingga Ukhwah menegaskan bahwa asuransi perlu mendapatkan

perhatian para ulama, karena ia merupakan suatu kenyataan (waqi’ah) yang

mempunyai peranan penting dalam banyak segi hukum kehidupan masyarakat dan

melibatkan banyak orang yang tergolong didalamnya. Maka dari itu perlu

ditegaskan bahwa asuransi pada umumnya menurut pandangan Islam adalah

termasuk masalah ijtihadiyah, artinya masalah yang perlu dikaji hukum agamanya

di dalam Al Quran dan Al Hadits. Dan dalam mengkaji hukum asuransi menurut

syariat Islam sudah tentu menggunakan metode ijtihad dan hal ini kemudian yang

menjadikan adanya perbedaan pendapat para ulama dalam menentukan hukum.

Beberapa tulisan (Skripsi/Tesis) yang penulis temukan, banyak sekali

tulisan yang membahas tentang asuransi yang pada umumnya lebih terfokus pada

penelitian lapangan, sedangkan kajian yang sifatnya literatur hanya sedikit sekali

peneliti yang membahasnya. Oleh karena itu, penulisan karya ilmiah ini menjadi

suatu terobosan baru akan eksistensi masalah asuaransi yang mengalami proses

perkembangan dalam bermu’amalah.

Dari uraian dan penjelasan Tesis dan Skripsi yang dijelaskan diatas dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

No Nama Judul Deskripsi

1 Heri Nurjannah Kontrak Asuransi

(Studi Pemikiran

Murtadha

Skripsi ini hanya

mengungkap tentang

kehalalan dan keharaman

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

11

Muthahhari dan

Muhamm

Muslehudin).

yang menjadi pendapat

keduanya dalam

menelaan akad asuransi

2 Pemikiran Yusuf

al-Qardhawi

tentang Asuransi

Terhadap

Eksistensi Asuransi

Jiwa Syari’ah

dengan pespektif

Ekonomi Islam

Karya ini mengungkap

pendapatan Yusuf Al

Qordowi dalam Kitan

Halal da Haram yang

kemudian menghasil

penelitian yang

menyatakan akan

relevansi pemikiranya

ulama ini yang sesuai

dengan perkembangan

Asuransi Syari’ah

3 Ahmad Adisaputra Asuransi Syariah di

Indonesia (Suatu

Studi Kasus di PT,.

Asuransi Takaful

Umum Semarang)

Penelitian ini hanya

mengungkap kasus yang

terjadi pada Lembaga

Asuransi syari’ah yang

hanya dalam

pelaksanaannnya tidak

sesuai dengan prinsip-

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

12

prinsip Ekonomi

Syari’ah

4 Uswatun Hasanah Asuransi dalam

Perspektif Hukum

Islam

Jurnal ini menjelaskan

bahwa Pelaksanaan

Asuransi sudah

dipraktekan dimasa rosul

yang biasa dikenal

dengan kata al-‘agilah

yang pada akhirnya

disahkan oleh rosul yang

dituangkan dalam

piagam madinah. Fokus

penelitian ini adalah

menelaah sejarah

asuransi dan juga

memperkuat

perkembangan asuransi

syariah

Husni Mubarrak (UIN

Ar-Raniry Banda

Aceh.

Kontroversi

Asuransi di

Indonesia: Telaah

Fatwa Majlis Ulama

Hasil Penelaah tentang

fatwa sebagai penguat

dan penegasan ulang

terhadap dari fatwa

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

13

Indonesia (MUI)

tentang badan

Penyelenggara

Jaminan Sosial

asuransi yang pernah

diterbitkan yang

kemudian mendukung

pelaksaan BPJS yang

sesuai dengan syar’at

Islam.

F. Kerangka Berpikir

Akad asuransi merupakan produk baru yang dibicarakan dalam Islam dari

berbagai macam pandangan ulama tentang eksistensi akad asuransi juga sangat

berbeda sehingga perlu ditelusuri dan dikaji. Kerangka yang dibuat diatas menjadi

dasar peletakan pembahasan penulis untuk menelaah lebih jauh proses pelaksaan

akad menurut keduanya.

Pemikirian yang valid dari pembahasan keduanya adalah bahwa akad

asuransi merupakan akad yang baru sehingga perlu dikaji. Kemuadian pendapat

keduanya juga mempunyai landasan baik dalam Al Qur’an maupun Al Hadits.

Seperti Murtadha Muthahhari yang menyatakan bahwa akad asuransi merupakan

akad yang baru dan tidak ada larangan dalam pelaksanaanya. Sedangkan merurut

Yusuf Al Qordowi akad asuransi adalah akad yang menunjukan akan ketidak

pastian pelaksanaannya sehingga menjadi akad yang dilarang.

Pemikiran yang tidak valid dari Murthadha Muthahhari dan Yusuf Al

Qordowi adalah secara umum kedua ulama ini mempunyai keahlian yang berbeda

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

14

dimana Murthadha Muthahhari adalah seorang ahli dalam filsafat dan pendidikan

sedangkan Yusuf Al Qordowi adalah ulama yang ahli dalam bidang fiqh

khususnya dalam persoalan zakat. Hal ini yang menurut penulis sebagai bentuk

pemikiran yang tidak valid dan perlu ditelusuri lebih jauh bagaimana kedua

pemikiran ini menjadi suatu sumbangsi dalam perkembangan keilmuan khususnya

dalam bidan perasuransian.

Syariah Islam merupakan suatu ajaran yang kumplit dan mencakup segala

permasalahan, baik individu, masyarakat maupun negara. Ia mengatur masalah

pribadi, muamalah dan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan manusia.

Diakui bahwa pada dasarnya bidang mu’amalah dalam ilmu fiqh dapat diketahui

makna dan rahasia oleh manusia. Sepanjang rahasia itu bisa di teliti, maka

penelusuran terhadap masalah-masalah menjadi penting.9 Tidak ada pertentangan

umat Islam bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh

karena itu, bagi setiap muslim yang sudah baligh (cakap hukum), dituntut untuk

menerima dan menjalankan segala ketentuan yang telah disyariatkan. Keduanya

merupakan sebuah pedoman bagi manusia.

Kalangan para ulama tidak ada perbedaan pendapat bahwa sumber hukum

Islam adalah Al Qur’an dan As Sunnah. Oleh karenanya bagi setiap muslim yang

cakap hukum (mukallaf) di tuntut untuk menerima ketentuan-ketentuan dari Al

Qur’an dan As Sunnah secara kaffah. Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam

yang pertama. Al Qur’an selain sebagai sebuah kitab ajaran-ajaran moral juga

memuat unsur legislasi, karena secara pragmatis, Al Qur.an banyak merefleksikan

9Faturahman, Filsafat Hukum Islam, cet ke-1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 124.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

15

ide-ide yang merupakan representasi otentik dari peristiwa-peristiwa para Nabi, ia

tidak bisa lari dari seluruh praktek dan institusi sosial yang dominan pada masa

itu. Oleh karena itu untuk memahami Al Qur’an dengan benar dan lengkap, maka

perlu dipahami posisi Nabi Muhammad dengan Al Qur’an yang dibawanya. Al

Qur’an menyatakan bahwa Nabi Muhammad merupakan Nabi yang terakhir,

konsekuensi dari pernyataan tersebut adalah ajaran yang dibawanya diharapkan

harus selalu relevan sepanjang zaman10.

Menurut Yusuf Al Qordowi dalam Fiqih Maqosidnya, beliau

mendefinisikan syariah adalah peraturan yang di turunkan Allah kepada manusia

agar menjadi pedoman dalam berhungan dengan tuhan, sesamanya, lingkungan

dan kehidupan11.

Dengan demikian, bahwa kebutuhan akan ajaran agama sebagai pedoman

hidup kedepan inilah yang menjadi sebab munculnya nas-nas yang Normatif-

Universal. Nas-nas ini membutuhkan ijtihad yang merupakan prinsip gerak dalam

Islam. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan di masyarakat,

ijtihad haruslah senantiasa terus berjalan sehingga dapat merumuskan solusi baru

terhadap problematika yang muncul. Ijtihad dan metode-metode baru sangat

penting dan perlu untuk digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan

hukum Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatal lil’alamin).

Berbagai macam permasalahan baik secara individu maupun golongan

akan dihadapkan pada berbagai macam permasalahan ekonomi dan tidak banyak

10Khaerudin Nasution, Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer, cet ke-1,

(Yogyakarta: Ar Ruzz, 2002), 250. 11Yusuf Al Qordowi ,“Fiqih Makosid Syariah”, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2007), 12.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

16

yang tahu bagaimana cara menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut.

Ketika Islam diyakini sebagai suatu agama sekaligus sebagai suatu sistem tatanan

kehidupan, maka pertanyaan yang muncul adalah apakah Islam memberikan

tuntunan beretika dan berpikir realistis dalam pikiran ekonomi dan bisnis. Islam

sebagai agama sempurna telah mampu menjawabnya dengan cara menetapkan

kaidah-kaidah hukum sebagai pondasi syari’at agama secara luas dan lengkap12.

Kaidah-kaidah Hukum Islam Tersebut berasal dari dua sumber pokok

yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Sedangkan hal-hal lain yang tidak terdapat dalam

aturannya dalam Al Qur’an dan Sunnah diperoleh ketentuan melalui akal pikiran

(Ra’yu). Bekerjanya pemikiran untuk memperoleh ketentuan-ketentuan hukum itu

disebut ijtihad. Ijtihad ini sangat diperlukan guna menyikapi perkembangan dan

perubahan zaman yang pesat dengan munculnya persoalan-persoalan baru yang

tidak diatur ketentuannya dalan Al Qur’an dan Sunnah13.

Murthadha Muthahhari beranggapan bahwa masalah asuransi merupakan

masalah yang belum dikenal sebelumnya, sehingga hukumnya yang khas

ditemukan dalam hukum Islam. Mereka mengatakan bahwa tidak ada halangan

sahnya asuransi yang tidak termasuk kedalam salah satu akad fiqih dan tidak ada

dalil yang membatasinya. Bahkan tuntutan prinsip-prinsip fiqih adalah

universalitas.

Sedangkan Yusuf Al Qordowi menyatakan bahwa surat Al-Maidah ayat

satu merupakan persoalan yang tidak terlepas dari pembahasan fiqih, sehingga

12 Annisa Sayyid, Perlindungan Konsumen Pada Produk dan Jasa Investasi Perbankan

Syariah Menurut Perspektif Fiqh Ekonomi Islam, Tesis (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008),

17. 13 Annisa Sayyid, Perlindungan Konsumen, 18.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

17

perlu dikaji dan diteliti bahwa akad asuransi juga merupan persoalan fiqh. Dalam

syariat Islam terdapat jaminan bagi setiap individu untuk mendapatkan bantuan

ketika tertimpa musibah.

Hukum Asuransi modern secara Islam didasarkan pada prinsip maslahah

yaitu dengan melihat pada unsur-unsur yang membawa manfaat bagi masyarakat

dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’ secara

umum dilihat dari beberapa aspek yaitu jika dilihat dari asas penetuannya maka

asuransi modern adalah haram disebabkan adanya ketidakpastian dan kandungan

hukum yang tidak tentu, demikian juga karena ada ta’liq pada kerugian yang

belum pasti yang mana hal ini menjadikan perjanjian asuransi modern itu suatu

pertaruhan permainan yang bergantung pada nasib14.

Pendapat diatas sama halnya dengan pendapat Yusuf Al Qordowi yang

meyatakan bahwa asuransi tidak bisa dipakai dalam proses pelaksanaan transaksi

dan juga tidak ada kepastian hukum dikarenakan kerugian yang belum pasti.

Seperti seorang nasabah membayar uang dalam setahun. Bila sesuatu yang

diasuransikan (seperti barang dagangan, perusahaan, kendaraan, atau lainnya)

ditakdirkan selamat, pihak perusahaan mengambil semua nilai uang dan tidak

mengembalikan sepersenpun kepada nasabah. Sedangkan apabila nasabah

tertimpa musibah, perusahaan asuransi mengganti kerugian sesuai dengan jumlah

yang disepakati bersama. Praktek seperti ini sangat jauh dari watak niaga dan jauh

juga dari makna persekutuan yang saling menguntungkan (Isytirak tadhamun)15.

14 Muhammad muslehudin, Insurance In Islamic Law, (Terj),Wardana, Cet ke-1, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1995), 172. 15 Yusuf Al Qordowi, “Fiqih Makosid Syariah”, 383.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

18

Aspek-aspek yang mempengaruhi pemikiran keduanya tidak akan terlepas

dari beberapa hal diantaranya adalah dari latar belakang pendidikan, teologi,

lingkungan dan politik. Semua aspek ini sangat berpengaruh tehadap hasil

pemikiran yang dikeluarkan oleh Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi

dalam menganalisa dan menghasilkan suatu ijtihad baru dalam hal asuransi.

Penjelasan mengenai pemikiran kedua ulama yaitu antara Murtadha

Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

G. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam menganalisa data yang ada, penulis menggunakan metode

deskriptif analisis yaitu menggambarkan secara jelas masalah yang berkaitan

dengan akad asuransi menurut Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi.

Selain itu, penulis juga menggunakan metode content analisys (analisis isi), yaitu

AKAD ASURANSI

PEMIKIRAN YANG

VALID PEMIKIRAN YANG

TIDAK VALID

MURTADHA

MUTHAHHARI

YUSUF AL QORDOWI

ASPEK YANG

MEMPENGARUHI

PEMIKIRAN

1. PENDIDIKAN

2. TEOLOGI

3. LINGKUNGAN

4. POLOTIK

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

19

analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Penulis akan melakukan

analisis data dan pengelolaan data secara ilmiah tentang isi pesan/teks. Metode ini

digunakan untuk memahami pendapat dan istinbath hukum yang dipakai oleh

Murtadha Mutahhari dan Yusuf Al Qordowi.

Langkah-langkah yang digunakan penulis adalah dengan mendeskripsikan,

menganalisa dan menilai data yang berkaitan dengan pendapat maupun istinbath

hukum kedua ulama ini dengan pendapat ulama lainnya, sehingga akan ditemukan

benang merah yang dapat dipertanggung jawabkan.

2. Sumber Data

Dalam hal ini penulis mengambil sumber/bahan penlelitian melalui bahan

primer dan sekunder16:

Sumber primer adalah bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah

yang baru atau pengetahuan baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai

suatu gagasan (ide). Bahan/data primer itu mencakup: Buku, Kertas Kerja

(konperensi, lokakarya, seminar, symposium), Laporan penelitian, Majalah,

Disertasi atau tesis, atau yang lainnya.

Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang berisikan informasi tentang

bahan primer. Bahan/sumber-sumber sekunder ini antara lain mencakup: Abstrak,

Indeks, Bilbiografi (buku rujukan lain ), penerbitan pemerintah bahan acuan

lainnya.

16Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat), cet. 15 (Jakarta:

Rajawali Pers: 2013.), 29.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

20

Berdasarsar penjelasan di atas maka data primer sebagai bahan pokok

yang membahas secara langsung mengenai persoalan asuransi menurut Murtadha

muthahhari terdapat dalam bukunya Pandangan Islam terhadap Asuransi dan Riba

(Ar Riba Wa Ta’min) dan Yusuf Al Qordowi dalam kitab Halal Haram dalam

Islam (Halal Haram Fil Islam). Sedangkan data sekunder bersumber dari buku-

buku penunjang atau karya ilmiah lainnya (artikel, essai, makalah, jurnal dan lain-

lain), yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan pemikiran

keduanya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada bebrapa teknik dalam pengumpulan data, mulai dari tahapan

observasi, wawancara dan dokumentasi. Akan tetapi, dokumentasi merupakan

teknik yang sesuai dalam menulis karya ilmiah ini. Teknik dokumentasi adalah

teknik pengumpulan data dari berbagai dokumen yang dapat berbentuk tulisan,

gambar atau karya monumental penulis. Dengan dokumentasi, peneliti dapat

mencatat karya-karya yang dihasilkan Murtada Muthahhari dan Yuduf Al

Qordowi selama ini atau tulisan-tulisan orang lain yang berkaitan dengan

keduanya khusunya dalam akad asuransi.

4. Teknik Analisis Data

Data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.

Peneliti harus memastikan karangka dan teknik analisis mana yang akan

digunakan, apakah analisis statistik atau non statistik. Adapun analis data yang

digunakan dalam karya tulis ini adalah melalui teknik analisis non statistik, yaitu

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

21

analisis data yang bersifat deskriptif atau data textuar. Data deskriptif sering

hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu disebut juga analisis isi17.

Analisis data merupakan suatu kegiatan mengatur, mengurutkan,

mengelompokan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data sehingga

dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis berdarkan data tersebut18. Teknik

analisis data ini di lakukakan sejak awal penelitian setelah pengumpulan data

dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penemuan teori dan

memudahkan analisis data. Oleh karena pengumpulan data menjadi hal tidak

terpisahkan dari proses analisis data.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam penelitian ini dan supaya dipahami secara

runtut dan sistematis, maka karangka penulisannya tersistematika sebagai

bertikiut:

Bab I: Merupakan pendahuluan yang berisi : latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan Penelitian, tinjauan pustaka,

Kerangka Pemikiran, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II: Biografi Murtadha Muthahhari, Mengulas tentang Akad Asuransi

Menurut Murtadha Muthahhari dan Metode Istinbath Hukum Murtadha

Muthahhari

17Abudin Nata. Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2011), 189. 18J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Temaja Roksakarya, 1990),10.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/13811/4/4_bab1.pdftentang usaha asuransi menyatakan bahwa: “asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak

22

Bab III: Biografi Murtadha Muthahhari, Mengulas tentang Akad Asuransi

Menurut Yusuf Al Qordowi, Biografi Yusuf Al Qordowi dan Metode Istibath

Hukum Yusuf Al Qordowi

Bab IV: Merupakan bab yang membahas Akad Asuransi, Metode

Istinbath Hukum dan analisis perbedaan dan persamaan pendapat antara Murtadha

Mutahhari dan Yusuf Al Qordowi mengenai akad asuransi.

Bab V: Merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang terdiri dari

kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. Selanjutnya dengan daftar pustaka,

lampiran, dan lampiran biodata penulis