BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130745/po... ·...
-
Upload
nguyendung -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130745/po... ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya pasti
memiliki utang. Menurut kemampuan perusahaan dalam membayar
utangnya, perusahaan terbagi menjadi dua yakni perusahaan yang
“solvensi” yaitu perusahaan mampu membayar utang-utangnya, dan
terdapat juga perusahaan yang “insolvensi” yaitu yang secara sederhana
disebut sebagai perusahaan yang tidak mampu membayar utang-
utangnya.5
Secara umum insolvensi diartikan sebagai keadaan suatu usaha
dimana kondisi aktivanya lebih kecil daripada pasivanya, dengan kata
lain bahwa utang perusahaan lebih besar daripada hartanya.6 Perusahaan
yang insolvensi memiliki dampak buruk terhadap pelaksanaan kegiatan
usahanya sehingga kinerja perusahaan tersebut akan terus menurun dan
akan sampai pada keadaan dimana perusahaan sebagai debitor berhenti
membayar.7
Pailit adalah keadaan dimana suatu perusahaan atau seseorang
tidak dapat atau tidak sanggup untuk membayar utang-utang yang
dimilikinya. Menurut Munir Fuady dalam bukunya, yang dimaksud
5 H.M.N. Purwosutjipto, 1988, Perwasitan, Kepailitan, dan Penundaan Pembayaran, Djambatan,
Jakarta, hlm. 27. 6 Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, 2014,
Laporan Penelitian: Penerapan Asas Solvabilitas dalam Penyelesaian Perkara Kepailitan,
Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, hlm. 41. 7 H.M.N. Purwosutjipto, Op.cit..
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
dengan kepailitan adalah suatu sitaan umum yang dijatuhkan oleh
pengadilan khusus, dengan permohonan khusus, atas seluruh aset debitur
(badan hukum atau orang pribadi) yang mempunyai lebih dari 1 (satu)
utang/kreditur di mana debitur dalam keadaan berhenti membayar utang-
utangnya, sehingga debitur membayar utang-utangnya tersebut.8
Pengaturan mengenai kepailitan perusahaan diatur dalam Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. Adanya pengaturan tentang kepailitan
memiliki tujuan sebagai mekanisme pendistribusian aset perusahaan
secara adil dan merata terhadap para kreditor berkaitan dengan keadaan
ketidakmampuan debitor melaksanakan kewajiban pembayaran utang
tersebut.9
Pernyatan pailit dapat dijatuhkan kepada setiap orang maupun
badan hukum, termasuk perusahaan asuransi jiwa yang memenuhi
persyaratan pailit sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Salah satu perusahaan asuransi jiwa yang telah dinyatakan
pailit ialah PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.10
PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya merupakan salah satu
perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah lama
8 Munir Fuady, 2005, Pengantar Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 75.
9 Hukumpedia.com, Fungsi dan Tujuan Kepailitan,
http://www.hukumpedia.com/bintangpartogi/fungsi-dan-tujuan-kepailitan, diakses pada tanggal 4
Maret 2017 pukul 18.00 WIB 10
Otoritas Jasa Keuangan, Pengumuman Pernyataan Pailit PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya,
http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/pengumuman/Pages/Pengumuman-Pernyataan-Pailit-
PT-Asuransi-Jiwa-Bumi-Asih-Jaya.aspx#sthash.9rustS4K.dpuf, diakses pada tanggal 4 Maret
2017 pukul 20.00 WIB.
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
melakukan kegiatan usaha di bidang asuransi jiwa di Indonesia.
Perusahaan ini didirikan sejak tahun 1967 oleh Karel Mompang Sinaga
bersama dengan rekan-rekannya.11
Namun seiring dengan meningkatnya
persaingan ekonomi, PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya tidak dapat
mengelola perusahaannya dengan baik dan tidak dapat memenuhi kriteria
kesehatan keuangan perusahaan asuransi jiwa sebagaimana telah
ditetapkan. Melihat keadaan tersebut, pada Oktober 2013 Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mencabut izin usaha PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.
Perusahaan tersebut dilarang melakukan kegiatan usaha di bidang
asuransi jiwa dan diwajibkan menurunkan papan nama, serta
menyelesaikan utang dan kewajiban.12
Dalam rangka penyelesaian utang-
utangnya PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya dinyatakan pailit oleh
Mahkamah Agung di tingkat kasasi dengan Putusan Nomor
408K/Pdt.Sus-Pailit/2015.13
Pengaturan dan pelaksanaan permohonan penyataan pailit
perusahaan asuransi jiwa memiliki perbedaan dengan permohonan
pernyataan pailit perusahaan di sektor lain. Hal ini disebabkan karena
apabila dilihat dari segi makro, bahwa dalam menjalankan perannya
selaku lembaga keuangan non bank, perusahaan asuransi jiwa juga
menjalankan fungsi utama bank dalam mengumpulkan dana jangka
panjang masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada
11
Rozald Priadi Hatoguan Sihombing, 2007, Analisa Pengambilan Keputusan Investasi di PT
Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya dengan Pendekatan Good Corporate Governance dan SWOT, Tesis
S-2 Magister Administrasi Bisnis, SBM ITB, Bandung, hlm. 1. 12
Otoritas Jasa Keuangan, Op.cit. 13
Mahkamah Agung RI, 2015, Putusan Nomor 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015, hal. 54.
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
masyarakat. Fungsi ini memiliki kaitan yang erat dengan kepercayaan
masyarakat dalam menyalurkan dananya pada industri ini. Selain itu,
perusahaan asuransi jiwa juga memiliki fungsi lain yang membedakannya
dengan lembaga keuangan bank, yaitu dalam hal pemberian proteksi
terhadap nilai ekonomi hidup masyarakat. 14
Pentingnya peran perusahaan asuransi jiwa dalam perekonomian
dan kehidupan sosial menjadikan perusahaan asuransi jiwa sebagai salah
satu industri jasa keuangan non bank yang perlu diawasi dan diatur secara
khusus sebagaimana lembaga keuangan lainnya. Di Indonesia,
kewenangan untuk melakukan pengaturan dan pengawasan pada industri
asuransi jiwa dimiliki oleh lembaga independen yang khusus menangani
sektor jasa keuangan, yaitu Otoritas Jasa Keuangan.
Salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan
industri asuransi jiwa oleh OJK ialah kewenangan OJK dalam
mengajukan permohonan pernyataan pailit perusahaan asuransi jiwa. Hal
ini dapat dilihat dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, yang menyatakan bahwa:
“Permohonan pernyataan pailit terhadap Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah berdasarkan Undang-Undang ini
hanya dapat diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.”
14
Radiks Purba, 1995, Memahami ASURANSI di Indonesia, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,
hlm. 279.
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Ketentuan mengenai permohonan pernyataan pailit perusahaan
asuransi oleh OJK juga diatur dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang
Perasuransian yang dinyatakan sebagai berikut:
“Kreditor menyampaikan permohonan kepada Otoritas Jasa
Keuangan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit
kepada pengadilan niaga.”
Namun ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 51 ayat (1)
Undang-Undang Perasuransian tersebut tidak sesuai dengan fakta dalam
kasus permohonan pernyataan pailit Perusahaan Asuransi Jiwa PT
Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Dalam kasus tersebut tidak terdapat
kreditor yang melakukan permohonan pernyataan pailit PT Asuransi Jiwa
Bumi Asih Jaya kepada OJK, akan tetapi OJK atas kehendaknya sendiri
melakukan permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan tersebut.
PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya selaku debitor dalam perkara
permohonan pernyataan pailit beranggapan bahwa permohonan
pernyataan pailit asuransi jiwa hanya dapat dilakukan apabila terdapat
kreditor dari perusahaan asuransi jiwa yang mengajukan permohonan
pernyataan pailit terlebih dahulu kepada OJK dan kemudian OJK
menentukan persetujuan permohonan tersebut agar dapat diajukan ke
Pengadilan Niaga, sebagaimana mengacu pada bunyi Pasal 51 ayat (1)
Undang-Undang Perasuransian.
Pada pemeriksaan tingkat pertama perkara kepailitan ini, OJK
beranggapan bahwa syarat permohonan pernyataan pailit telah terpenuhi
dengan adanya kreditor lain yang merupakan para pemegang polis dan
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
terdapat pula utang yang telah jatuh tempo yang berupa klaim asuransi
milik para pemegang polis yang belum terbayar oleh PT Asuransi Jiwa
Bumi Asih Jaya. Namun, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh OJK.
Pertimbangan penolakan permohonan tersebut didasarkan pada tidak
dapat dibuktikannya klaim asuransi pemegang polis sebagai utang yang
dapat digunakan sebagai syarat permohonan pernyataan pailit.15
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU maupun Undang-Undang
Perasuransian tidak mengatur hal-hal yang menjadi dasar bahwa
permohonan pernyataan pailit dapat dilakukan oleh OJK atas
kehendaknya sendiri tanpa adanya permohonan pernyataan pailit dari
kreditor perusahaan asuransi jiwa kepada OJK sebelumnya. Hal ini
bertentangan dengan fakta dalam perkara kepailitan ini dan menimbulkan
ketidakpastian hukum, bahwa permohonan pernyataan pailit yang
dimohonkan oleh OJK terhadap PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya
ternyata dikabulkan oleh Mahkamah Agung.16
Perihal lain yang menjadi permasalahan dalam perkara kepailitan
PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya ialah adanya ketidakpastian hukum
terkait dalil OJK yang menyatakan bahwa klaim asuransi para pemegang
polis PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya dapat dikategorikan sebagai
utang dan dapat menjadi dasar pemenuhan syarat permohonan pernyataan
pailit.
15
Ibid., hal. 102 – 103. 16
Mahkamah Agung RI, Op.cit.
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
Menurut PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya, klaim asuransi tidak
dapat dikategorikan sebagai utang dan para pemegang polis bukan
merupakan kreditor sebagaimana dalam Undang-Undang Kepailitan dan
PKPU. Hal ini didasarkan pada tidak adanya ketentuan perundang-
undangan yang menyatakan bahwa klaim manfaat asuransi yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih adalah utang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengkaji dan membahas mengenai permohonan pernyataan pailit
perusahaan asuransi jiwa PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya oleh Otoritas
Jasa Keuangan sebagaimana telah diputus dalam Putusan Mahkamah
Agung No 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apa dasar hukum yang menjadikan OJK tetap dapat melakukan
permohonan pernyataan pailit terhadap PT Asuransi Jiwa Bumi
Asih Jaya meskipun tidak terdapat permohonan pernyataan pailit
dari kreditor sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Perasuransian?
b. Bagaimana klaim asuransi para pemegang polis yang telah jatuh
tempo dan belum terbayar oleh PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya
dapat dikategorikan sebagai utang dan dapat menjadi dasar
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
pemenuhan syarat permohonan pernyataan pailit sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Kepailitan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui dan menganalisis permohonan pernyataan pailit
PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya yang dimohonkan oleh OJK
terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Perasuransian maupun Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
b. Untuk mengetahui dan menganalisis dapat atau tidaknya klaim
asuransi jiwa tertanggung yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
dikategorikan sebagai utang yang menjadi dasar pemenuhan syarat
permohonan pailit.
2. Tujuan Subyektif
Memperoleh data serta informasi yang berhubungan dengan objek
yang akan diteliti dalam rangka penyusunan Penulisan Hukum
sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana dalam bidang
Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat, baik secara akademis maupun
secara praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan hukum di dalam bidang Hukum Dagang, khususnya
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
bagi mahasiswa agar kritis terhadap masalah hukum sekaligus dapat
menemukan solusi hukum terkait dengan permohonan pernyataan
pailit perusahaan asuransi jiwa oleh Otoritas Jasa Keuangan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
a. Manfaat bagi Perusahaan Asuransi Jiwa
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi
dan/atau pedoman bagi kalangan perusahaan di bidang jasa
usaha asuransi jiwa untuk dapat mencegah terjadinya
kepailitan perusahaan yang mengakibatkan kerugian di
kemudian hari .
b. Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
referensi bagi rekan mahasiswa mengenai permohonan
pernyataan pailit Perusahaan Asuransi Jiwa oleh Otoritas Jasa
Keuangan serta syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi
untuk dapat menyatakan pailit perusahaan asuransi jiwa.
c. Manfaat bagi Penulis
Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
memberikan tambahan pengetahuan dalam memahami
kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam mengajukan
permohonan pernyataan pailit perusahaan asuransi jiwa dan
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
ketentuan perundang-undangan yang mengatur mengenai hal
tersebut.
E. Keaslian Penelitian
Penulisan hukum ini adalah karya asli dari penulis dan
sepengetahuan penulis, penulisan hukum tentang Kajian Hukum atas
Permohonan Pernyataan Pailit PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya oleh
Otoritas Jasa Keuangan belum ada yang membahas sebelumnya. Namun
terdapat penulisan hukum yang berkaitan dengan PT. Asuransi Jiwa Bumi
Asih Jaya, yaitu :
1. Arthur Samosir, 2009, Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa
Perorangan pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan,
Universitas Sumatera Utara Medan. Pada penulisan tersebut,
penulis menitikberatkan pada kegunaan dan peranan polis
asuransi terhadap pelaksanaan perjanjian asuransi antara
tertanggung dan penanggung sebagai objek penelitian.
Selain itu, terdapat beberapa penulisan hukum yang berkaitan dengan
kepailitan perusahaan asuransi jiwa, yaitu:
1. Isnandar Syahputra Nasution, 2009, Kewenangan Pengajuan
Permohonan Pailit Terhadap Perusahaan Asuransi, Universitas
Diponegoro Semarang. Pada penulisan tersebut, penulis
menitikberatkan pada kewenangan Menteri Keuangan dalam
pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan
asuransi.
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Pada Penulisan Hukum tersebut penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1) Mengapa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang menentukan bahwa
perusahaan asuransi itu hanya Menteri Keuangan saja
yang berwenang mengajukannya?
2) Bagaimana pelaksanaan Pasal 2 Ayat 5 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
bahwa permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Menteri Keuangan?
3) Bagaimana perlindungan hukum terhadap nasabah
asuransi jika perusahaan asuransi tersebut dipailitkan?
apakah nasabah asuransi termasuk kelompok kreditor
perusahaan asuransi dalam pailit dan termasuk kreditor
apa nasabah perusahaan asuransi tersebut (apa kreditior
separatis, atau kreditor preferen, ataukah kreditor
konkuren)?
Hasil penelitian yang didapat penulis dalam penulisan hukum
tersebut sebagai berikut:
1) Perusahaan Asuransi sesuai dengan fungsinya yang
menghimpun dan mengelola dana dari masyarakat dalam
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
jumlah besar melalui pengambilalihan resiko yang belum
dapat dipastikan maka perusahaan asuransi memegang
peranan penting dalam pembangunan dan kehidupan
perekonomian Negara. Sehingga kepailitan pada sebuah
perusahaan asuransi akan menimbulkan banyak dampak
negatif dari segi perekonomian mengingat banyak
kepentingan yang terkait dengan jenis usaha yang satu ini,
tidak hanya para kreditornya tetapi juga masyarakat luas
dan pihak investor terutama investor asing yang tentunya
akan enggan menanamkan modalnya jika terdapat ketidak
pastian hukum dalam pelaksanaan kegiatan perasuransian.
Dengan demikian adanya kewenangan Menteri Keuangan
tidak boleh diartikan memiliki kewenangan memutuskan
pailit atau tidaknya suatu perusahaan asuransi melainkan
hanya melakukan fungsi Pengawasan dan Pembinaan agar
kepentingan pemegang polis tidak menjadi korban pihak
lain yang akan mengajukan pailit;
2) Pelaksanaan Pasal 2 Ayat (5) sejak diundangkannya UU
No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang artinya sejak tahun 2004
hingga sekarang belum pernah ada kendala apa pun, hal
ini karena sampai saat ini belum ada kreditor perusahaan
asuransi yang mengajukan permohonan pailit kepada
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Menteri Keuangan, sehingga memang masing aman-aman
saja;
3) Kreditor (nasabah asuransi) dari suatu perusahaan asuransi
yang telah dinyatakan pailit masuk dalam kategori
kreditor preferen. Dengan demikian jika suatu perusahaan
asuransi telah dinyatakan pailit maka nasabah pemegang
polis asuransi dari perusahaan asuransi tersebut berhak
mengajukan tuntutan pemenuhan kewajiban pembayaran
utang terhadap perusahaan asuransi yang bersangkutan
melalui Pengadilan Negeri baik secara perdata maupun
pidana.
2. Sungkowo Budi, 2013, Perlindungan Konsumen Jasa Asuransi
terhadap Perusahaan Asuransi yang Dinyatakan Pailit
Didasarkan Pada Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang – Undang Nomor
2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, Universitas Jember.
Pada penulisan tersebut, penulis menitikberatkan pada
perlindungan terhadap konsumen jasa asuransi yang telah
dinyatakan pailit.
Pada Penulisan Hukum tersebut penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana pengawasan dan pembinaan Pemerintah dalam
menumbuhkembangkan perasuransian di Indonesia?
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
2) Bagaimana tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap
konsumen jasa asuransi apabila dinyatakan pailit?
3) Apa konsekuensi hukum apabila perusahaan asuransi
tidak mampu membayar klaim pihak konsumen jasa
asuransi?
Hasil penelitian yang didapat penulis dalam penulisan hukum
tersebut sebagai berikut:
1) Pembinaan dan pengawasan pemerintah dalam
menumbuhkembangkan perasuransian diindonesia,
menteri keuangan diberikan kewenangan dan perangkat
lainnya termasuk didalamnya kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan langsung terhadap perusahaan
asuransi. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi dalam
industri perasuransian dan lebih meningkatkan upaya
perlindungan terhadap pemegang polis. Setelah
dikeluarkannya undang – undang nomor 21 tahun 2011
pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan asuransi
di Indonesia beralih pada otoritas jasa keuangan bukan
lagi ditangan badan pengawas pasar modal dan lembaga
keuangan. Otoritas jasa keuangan juga melindungi
konsumen jasa keuangan dengan cara pencegahan dan
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
penerimaan laporan terhadap tidak tanduk pelaku usaha
yang merugikan konsumen jasa keuangan.
2) Tanggung jawab perusahaan asuransi jiwa ACELIFE
terhadap konsumen jasa asuransi yang perusahaannya
telah dinyatakan pailit yaitu untuk memberi ganti rugi atas
apa yang telah diberikan oleh konsumen jasa asuransi
terhadap perusahaan asuransi yang berupa premi.
Tanggung jawab tersebut dilakukan oleh perusahaan
reasuransi yang telah diikuti oleh perusahaan asuransi jiwa
ACELIFE guna untuk menutup semua ganti rugi atau
klaim yang dialami atau diajukan oleh para nasabah
perusahaan asuransi jiwa ACELIFE. Ganti rugi tersebut
dibayarkan sesuai dengan isi polis yang telah disetujui
oleh para pihak yaitu antara perusahaan asuransi jiwa
ACELIFE dengan para nasabahnya.
3) Konsekuensi hukum bila perusahaan asuransi tersebut
terkena pailit dan tidak mampu membayar klaim
konsumen jasa asuransi adalah perusahaan asuransi
tersebut akan kehilangan hak untuk menguasai harta
bendanya, pembatalan segala perbuatan hukum debitur
atau tertanggung atau konsumen jasa asuransi, dan
konsekuensi hukum yang terakhir adalah pemberian hak
retensi pada konsumen jasa asuransi yaitu berupa hak
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
untuk menyita aset-aset yang dimiliki perusahaan asuransi
tersebut sampai perusahaan asuransi tersebut melalui
kuratornya dapat menubusnya kembali.
3. Anak Agung Intan Permata Sari, 2015, Kepailitan PT Asuransi
Jiwa Buana Putra yang Izin Usahanya Telah Dicabut : Studi
Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 229
K/PDT.SUS-PAILIT/2013, Universitas Udayana Denpasar. Pada
penulisan tersebut, penulis menitikberatkan pada keterkaitan
pengajuan permohonan pernyataan pailit perusahaan asuransi
terhadap izin usaha yang telah dicabut.
Pada Penulisan Hukum tersebut penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1) Apakah perusahaan asuransi yang izin usahanya telah
dicabut dapat dipailitkan?
2) Siapakah yang dapat mengajukan permohonan kepailitan
terhadap perusahaan asuransi yang telah dicabut izin
usahanya?
Hasil penelitian yang didapat penulis dalam penulisan hukum
tersebut sebagai berikut:
1) Perusahaan asuransi yang telah dicabut izin usahanya
dapat dimohonkan palit dan apabila dinyatakan pailit oleh
Pengadilan Niaga maka harus diikuti dengan proses
likuidasi yang berujung pada pembubaran perusahaan
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
mengingat perusahaan yang telah dicabut izin usahanya
tidak dapat menjalankan usaha di bidang lain.
2) Tanpa mengurangi ketentuan Undang-Undang Kepailitan,
ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian menyatakan
bahwa perusahaan asuransi yang izin usahanya telah
dicabut dapat dimohonkan pailit oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan penelusuran dari skripsi dengan judul dan pokok
permasalahan seperti yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa
penelitian dengan judul Kajian Hukum atas Permohonan Pernyataan
Pailit PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya oleh Otoritas Jasa Keuangan
(Studi Kasus Putusan Nomor 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015 juncto Nomor
04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST) belum ada yang
membahasnya. Jika terdapat referensi yang terdapat dalam karya orang
lain atau pihak lain, maka penulis akan menyebutkan sumbernya dengan
jelas.
KAJIAN HUKUM ATAS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYAOLEH OTORITAS JASAKEUANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 408K/PDT.SUS-PAILIT/2015 JUNCTO NOMOR04/PDT-SUS-PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST)DANI TRIARDIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/