BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok akan berusaha agar tatanan kehidupan masyarakat seimbang dan menciptakan suasana tertib, damai, dan aman yang merupakan jaminan akan kelangsungan hidup masyarakat. Manusia dapat membedakan perbuatan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dalam hal ini manusia menetapkan peraturan yang mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan bermasyarakat, terdapat hubungan-hubungan antar individu atau perorangan yang memiliki akibat hukum tertentu yang mana disebut Hubungan Hukum. Hubungan hukum diatur sedemikian rupa sehingga tiap-tiap hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu hak dan kewajiban, hubungan demikian disebut juga hukum. 5 Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan Paling tinggi dalam pemerintahan, hukum adalah perlindungan kepentingan manusia. 6 Hukum mengatur segala hubungan antar 5 L.J. van Apeldoorn, 2001, Pengantar Ilmu hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 41. 6 Sudikno Metokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm 21. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATAN PIDANA Kurniawan Prayitno Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok akan

berusaha agar tatanan kehidupan masyarakat seimbang dan menciptakan

suasana tertib, damai, dan aman yang merupakan jaminan akan kelangsungan

hidup masyarakat. Manusia dapat membedakan perbuatan mana yang boleh

dan tidak boleh dilakukan, dalam hal ini manusia menetapkan peraturan yang

mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

bermasyarakat, terdapat hubungan-hubungan antar individu atau perorangan

yang memiliki akibat hukum tertentu yang mana disebut Hubungan Hukum.

Hubungan hukum diatur sedemikian rupa sehingga tiap-tiap hubungan

hukum mempunyai dua segi yaitu hak dan kewajiban, hubungan demikian

disebut juga hukum.5

Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana

kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum

mempunyai kedudukan Paling tinggi dalam pemerintahan, hukum adalah

perlindungan kepentingan manusia.6 Hukum mengatur segala hubungan antar

5 L.J. van Apeldoorn, 2001, Pengantar Ilmu hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 41.

6 Sudikno Metokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm 21.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

12

individu atau perorangan dan individu dengan kelompok atau masyarakat

maupun individu dengan pemerintah.7

Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan

perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian,

ketertiban dan perlindungan hukum menuntut antara lain bahwa lalu lintas

hukum dalam kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang

menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subyek

hukum dalam masyarakat.8

Tuntutan terhadap perlindungan hukum dalam kehidupan masyarakat

salah satunya tercermin dalam lalu lintas hukum pembuktian, yaitu perlunya

akta otentik dapat dilihat dari sejarah perkembangan notaris di Indonesia.

Sejarah perkembangan notaris diawali pada zaman Romawi. "Perkataan

Notaris berasal dari perkataan Notaris, ialah nama yang ada pada zaman

Romawi, diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan

menulis".9

Berdasarkan hal tersebut, pada awalnya masuk ke Indonesia hanya

diperuntukkan bagi kalangan golongan Eropa dalam lapangan hukum perdata,

namun dalam perkembangannya masyarakat Indonesia secara umum dapat

membuat suatu perjanjian yang dilakukan di hadapan notaris. Hal ini

7 Mochtar Kusumaatmadja, B. Arief Sidharta, 2000, Pengantar Ilmu hukum Suatu Pengenalan

Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum Buku I, Alumni, Bandung, hlm. 43. 8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,

hlm. 29. 9 R.Soegondo Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat di Indonesia (Suatu penjelasan), Grafindo,

Jakarta, hlm. 13.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

13

menjadikan Lembaga Notariat sangat dibutuhkan keberadaannya di tengah-

tengah masyarakat.

Pesatnya lalu lintas hukum dan tuntutan masyarakat akan pentingnya

kekuatan pembuktian suatu akta, sehingga menuntut peranan Notaris sebagai

pejabat umum harus dapat selalu mengikuti perkembangan hukum dalam

memberikan jasanya kepada masyarakat yang memerlukan dan menjaga akta-

akta yang di buatnya untuk selalu dapat memberikan kepastian hukum.

Dengan demikian diharapkan bahwa keberadaan akta otentik notaris akan

memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti

terkuat dan terpenuh.

Sebagai pejabat umum (openbaar ambtenaar) sebagaimana dalam

Pasal 1 Undang-undang Jabatan Notaris, maka wewenang utama notaris

adalah untuk membuat akta otentik, sehingga dengan demikian akta yang

dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat otentik.

Seperti yang dimaksud dalam pasal 1868 KUHPerdata yaitu memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1. Akta itu harus dibuat “oleh” atau “dihadapan” seorang pejabat umum;

2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;

3. Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai

wewenang untuk membuat akta itu.10

Berdasarkan persyaratan diatas dapat dikatakan bahwa akta-akta

lainnya yang bukan otentik dinamakan dengan akta dibawah tangan,

10

G.H.S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, hlm. 48.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

14

sedangkan pejabat umum yang dimaksud adalah notaris. Akta otentik yang

dibuat oleh notaris dapat dibedakan atas :

1. Akta yang dibuat “oleh” notaris atau yang dinamakan “ akta relaas” atau

“akta pejabat” (ambtelijke akten);

2. Akta yang dibuat “dihadapan” notaris atau yang dinamakan “akta partij”

(partij akten).

Uraian diatas menjelaskan bahwa ruang lingkup kewenangan notaris

adalah dalam bidang hukum Perdata dalam rangka menciptakan kepastian

hukum melalui alat bukti akta otentik. Berdasarkan Kitab Undang-undang

Hukum Perdata, alat pembuktian meliputi, bukti tertulis, saksi, persangkaan,

pengakuan dan sumpah, sedangkan bukti tertulis dibedakan menjadi 2 (dua)

yaitu berupa akta otentik dan akta dibawah tangan.

Fungsi akta otentik dalam hal pembuktian tentunya diharapkan dapat

menjelaskan secara lengkap dalam proses pembuktian di persidangan, karena

pada proses peradilan berdasarkan hukum acara pidana, di dalamnya terdapat

proses pembuktian, yang menekankan pada alat - alat bukti yang sah

berdasarkan pasal 184 KUHAP, antara lain :

1. Keterangan saksi;

2. Keterangan ahli;

3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan terdakwa.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

15

Akta otentik sebagai produk notaris dalam pembuktian di persidangan

dikategorikan sebagai alat bukti surat.

Sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, bahwa “Notaris adalah pejabat umum

yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan

lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini atau berdasarkan

Undang-Undang lainnya”. Eksistensi notaris sebagai Pejabat Umum

didasarkan atas Undang-Undang Jabatan Notaris yang menetapkan rambu-

rambu bagi "gerak langkah" seorang notaris.

Kewenangan membuat akta otentik ini merupakan permintaan para

pihak, sepanjang tidak bertentangan dengan pasal 1320 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata yaitu : untuk sah nya persetujuan diperlukan 4 syarat:

a. Kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri,

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan,

c. Obyek / hal yang tertentu,

d. Suatu sebab yang halal.

Atas dasar kewenangan tersebut, dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya notaris dituntut untuk memberikan jaminan kepastian hukum

dan pelayanan yang profesional. Dalam mewujudkan 2 (dua) sisi pekerjaan

yang mengandung banyak resiko tersebut diperlukan pengetahuan hukum

yang cukup dan ketelitian serta tanggung jawab yang tinggi. Untuk itu dalam

praktek sehari-hari notaris diwajibkan untuk senantiasa menjunjung tinggi

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

16

hukum dan asas negara serta bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan

dan mengutamakan pengabdiannya kepada kepentingan masyarakat dan

negara.

Dalam Kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada tuntutan

pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak mudah untuk dipenuhi. Keadaan ini

yang membuat sebagian orang berpikir singkat untuk dapat segera memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari dengan jalan pintas, tidak terkecuali dengan

profesi notaris.

Kadar spiritual seseorang diukur, tidak hanya dengan kekerapan

beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa saja. Seseorang harus dapat

menjalani hidup dengan konsisten sesuai pemahaman misi hidup manusia

sesuai keyakinan agama yang dianjurkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Demikian juga dalam menjalankan profesi notaris, telah diatur dalam Kode

Etik sebagai parameter kasat mata, detail dan jelas tentang larangan boleh dan

tidak terhadap perilaku dan perbuatan notaris. Kode Etik dipahami sebagai

norma dan peraturan mengenai etika, baik yang tertulis maupun tidak tertulis

dari suatu profesi yang dinyatakan oleh organisasi profesi, yang fungsinya

sebagai pengingat berperilaku bagi para anggota organisasi profesi tersebut.

Kode etik hanya sebagai pagar pengingat mana yang boleh dan tidak

boleh yang dinamis mengikuti perkembangan lingkungan dan para pihak

yang berkepentingan. Organisasi profesi notaris yaitu INI (Ikatan Notaris

Indonesia) telah membentuk Kode Etik Profesi yaitu Kode Etik INI. Kode

Etik INI bagi para notaries hanya sampai pada tataran sanksi moral dan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

17

administratif. Sedangkan jika seorang notaris tersebut bertindak atau

berprilaku menyimpang dari suatu aturan hukum pidana dalam masyarakat

maka notaris tersebut akan di jerat dengan undang-undang hukum pidana

beserta sanksi pidananya.

Suatu Perkara pidana yang melibatkan profesi jabatan notaris, sehingga

notaris harus dapat mempertanggung jawabkan terhadap pembuatan akta

otentik yang mengandung unsur perbuatan pidana, mengharuskan notaris

hadir dalam pemeriksaan awal yaitu penyidikan di tingkat Kepolisian,

penuntutan di Kejaksaan sampai dengan proses persidangan di Pengadilan.

Perlunya pemanggilan dan kehadiran notaris dalam pemeriksaan

perkara pidana dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Sebagai ahli, dalam hal ini notaris dipanggil dan perlu kehadirannya dalam

pemeriksaan perkara pidana sebagai ahli hukum yang berwenang membuat

akta otentik sehingga diperlukan pertimbangan hukum yang khusus sesuai

keahliannya berkaitan dengan kewenangan dan tanggung jawab notaris

serta hal-hal yang dapat memberikan penjelasan kepada penyidik di

Kepolisian, Jaksa/penuntut umum, hakim, pengacara atau penasehat

hukum maupun pihak pencari keadilan.

2. Sebagai Saksi, dalam hal ini notaris dipanggil dan perlu kehadirannya

dalam pemeriksaan perkara pidana, dalam kapasitas sebagai pejabat umum

yang membuat akta otentik, diperlukan kesaksiannya terhadap apa yang

dilihat, didengar dan bukti-bukti pendukung dalam pembuatan akta otentik

tersebut, yang ternyata terindikasi perkara pidana. Dalam kedudukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

18

sebagai saksi ini apabila kuat dugaan notaris terlibat, maka dapat

ditingkatkan statusnya menjadi tersangka.

3. Sebagai tersangka, dalam hal ini notaris dipanggil dan perlu kehadirannya

dalam pemeriksaan perkara pidana sebagai tersangka berdasarkan bukti

awal sehingga patut diduga adanya tindak pidana yang dilakukan notaris

sebagai pembuat akta otentik, baik dilakukan sendiri maupun bersama-

sama, yang ditemukan oleh penyidik, sehingga notaris harus

mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut dalam persidangan.

Beberapa kasus yang dapat melibatkan Notaris, antara lain :

1. Kasus dimana Notaris tersangkut pidana karena akta yang dibuatnya

terdapat keterangan palsu dari para pihak (Pasal 242 KUHP).

2. Kasus dimana Notaris melakukan penggelapan uang Pajak (Pasal 372 dan

374 KUHP).

3. Kasus membuat surat palsu atau memlsukan surat (Pasal 263 KUHP).

4. Kasus melakukan pemalsuan (Pasal 264 KUHP).

5. Kasus mencantumkan keterangan palsu dalam akta otentik (Pasal 266

KUHP).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menggali lebih

jauh mengenai permasalahan tersebut dan menuangkannya dalam bentuk

tesis dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA

NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATAN PIDANA”

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka pokok

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Faktor apakah yang menyebabkan Notaris diperlukan kehadirannya dalam

perkara pidana di wilayah Bantul Yogyakarta atas akta yang dibuatnya?

2. Bagaimana akibat hukum terhadap Notaris atas akta yang dibuatnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui serta menganalisis faktor yang menyebabkan Notaris

diperlukan kehadirannya dalam perkara pidana di wilayah Bantul

Yogyakarta atas akta yang dibuatnya.

2. Untuk mengetahui serta menganalisis akibat hukum terhadap Notaris atas

akta yang dibuatnya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan hukum di Indonesia baik secara

ilmiah maupun secara praktis. Antara lain manfaat tersebut antara lain :

1. Secara Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

hukum khususnya pengetahuan mengenai akibat hukum terhadap Notaris

atas akta yang dibuatnya tersebut mengandung unsur perbuatan pidana.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

20

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat umum, bagi

para praktisi hukum khususnya notaris agar akta otentik yang dibuat dapat

lebih dipertanggung jawabkan secara hukum dan mempunyai nilai

pembuktian yang sempurna, sehingga tercapai tujuan terhadap akta yang

dibuatnya dimana akta otentik tersebut memberikan keadilan dan kepastian

hukum serta perlindungan hukum bagi para pihak, para profesional lainnya

serta mahasiswa Magister Kenotariatan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka yang penulis lakukan selama ini,

sebenarnya penelitian tentang perbuatan pidana oleh notaris telah relatif

banyak diajukan oleh mahasiswa Fakultas Hukum khususnya yang

mengambil jurusan Hukum Perdata dan Kenotariatan, tetapi tidak demikian

mengenai faktor-faktor yang menyebabkan dan tanggung jawab notaris dan

terhadap akta otentik yang dibuat dan berindikasi perbuatan pidana, serta

penyelesaiannya di pengadilan. namun apabila dikemudian hari terdapat

penelitian yang sama atau yang hampir sama baik subjek maupun objeknya,

maka diharapkan penelitian dan tulisan ini dapat menambah dan

mendukung penelitian yang telah ada.

1. Pada Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, terdapat

tesis dengan Judul Tanggung Jawab PPAT Terhadap Titipan pajak

BPHTB Dari Klien (Studi Kasus Putusan Perkara Pidana Reg. No.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

21

181/Pid.B/2009/PN.Btl), yang diteliti oleh Dwi Apriliyani Wiyana,

dengan rumusan masalah yaitu:11

a. Bagaimana Tanggung Jawab PPAT terhadap titipan pajak BPHTB

dari klien Klien (Studi Kasus Putusan Perkara Pidana Reg. No.

181/Pid.B/2009/PN.Btl) ?

b. Bagaimana pembinaan yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional

terhadap PPATyang melakukan penggelapan Pajak BPHTB?

2. Pada Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, terdapat

tesis dengan Judul Pelaksanaan Pemeriksaan Notaris Yang Di Duga

Melakukan Perbuatan Pidana Terkait Dengan Akta Yang Dibuatnya Di

Kota Bukittinggi, yang diteliti oleh Lindawaty, dengan rumusan masalah

yaitu:12

a. Bagimanakah pelaksanaan pemeriksaan notaris yang diduga

melakukan perbuatan pidana terkait dengan akta yang diterbitkan?

b.Bagaimanakah Pertanggungjawaban hukum notaris yang terbukti

secara sah dan meyakinkan terlibat dalam perkara pidana?

Berdasarkan perumusan judul dan permasalahan yang diuraikan di

atas, maka terlihat persamaan dan perbedaan dengan penelitian Penulis.

Persamaannya penelitian pertama dengan penelitian Penulis adalah

meneliti tentang Pertanggungjawaban PPAT terhadap akta otentik yang

11

Dwi Apriliyani Wiyana, Tanggung Jawab PPAT Terhadap Titipan Pajak BPHTB Dari Klien, 2009, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 12

Lindarwaty, Pelaksanaan Pemerikasaan Notaris Yang Diduga Melakukan Perbuatan Pidana Terkait Dengan Akta Yang Dibuatnya Di Kota Bukittinggi, 2008, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75125/potongan/S2-2014-309497-chapter1.pdf8 Supriadi, 2008, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum

22

dibuatnya terkait masalah pidana, Perbedaan antara penelitian pertama

dengan penelitian Penulis adalah pada penelitian yang pertama yang

diteliti adalah Tanggung jawab PPAT terhadap titipan pajak BPHTB dari

klien, sedangkan dalam penelitian penulis lebih menekankan pada Akta-

akta apa saja yang mengandung unsur pidana yang menyebabkan Notaris

diperlukan kehadirannya dalam perkara pidana yang mana dibuat bukan

hanya oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), tetapi Notaris.

Persamaan penelitian kedua dengan penelitian penulis adalah

meneliti pertanggung jawaban notaris dalam indikasi atau dugaan

perbuatan pidana. Perbedaan penelitian kedua dengan penelitian Penulis

adalah pada penelitian kedua yang diteliti adalah lebih menekankan

kepada pelaksanaan pemeriksaan notaris yang diduga melakukan

perbuatan pidana sedangkan penulis lebih menekankan kepada akibat

hukum terhadap Notaris atas akta-akta yang dibuatnya, dan juga dalam

penelitian kedua lokasi penelitian yaitu kota Bukittinggi, sedangkan pada

penelitian Penulis lokasi penelitiannya di Bantul.

Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan. Berdasarkan

kesimpulan tersebut, maka penelitian ini dapat untuk dipertanggung

jawabkan keasliannya.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTA NOTARIS YANG MENGANDUNG UNSUR PERBUATANPIDANAKurniawan PrayitnoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/