BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang...

95
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebutan Kyai sangat beragam, antara lain: Ajengan, eyang di Jawa Barat; tuan guru, tuan syaikh di Sumatra. Kyai adalah tokoh kharismatik yang diyakini memiliki pengetahuan luas sebagai pemimpin dan pemilik pesantren. Pengaruh Kyai bukan hanya dikalangan santri dan masyarakat pesantren, tetapi di seluruh pelosok Nusantara. Mereka juga mempunyai stratifikasi sebagai bagian elit Nasional. Dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren, Kyai merupakan figur sentral yang memiliki otoritas untuk merencanakan, menyelenggarakan dan mengandalkan seluruh pelaksanaan pendidikan. Ziemek menggambarkan bahwa profil Kyai adalah sosok yang kuat kecepatan dan pancaran kepribadiannya yang menentukan kedudukan dan kaliber suatu pesantren. otoritas Kyai tidak didasarkan atas asas legalitas melainkan bersumber pada kharisma yang dimiliki. Kharisma tersebut muncul dari konsistensi Kyai dalam melaksanakan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, keikhlasan, dan dedikasi dalam mengembangkan pendidikan Islam. Secara etimologi, pesantren berasal dari kata “Santri” yang mendapat awalan „pe‟ dan „an‟ yang berarti tempat tinggal Santri 1 . Ensiklopedi Islam memeberikan pengertian yang berbeda, yakni bahwa Pesantren itu berasal dari bahasa Tamil yang artinya guru mengaji atau dari bahasa India “Shastri” dan kata 1 Zamakhsyari Dhofier,” Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai ”, LP3ES, Jakarta, 1982, hln.18

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebutan Kyai sangat beragam, antara lain: Ajengan, eyang di Jawa Barat;

tuan guru, tuan syaikh di Sumatra. Kyai adalah tokoh kharismatik yang diyakini

memiliki pengetahuan luas sebagai pemimpin dan pemilik pesantren. Pengaruh

Kyai bukan hanya dikalangan santri dan masyarakat pesantren, tetapi di seluruh

pelosok Nusantara. Mereka juga mempunyai stratifikasi sebagai bagian elit

Nasional. Dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren, Kyai merupakan figur

sentral yang memiliki otoritas untuk merencanakan, menyelenggarakan dan

mengandalkan seluruh pelaksanaan pendidikan. Ziemek menggambarkan bahwa

profil Kyai adalah sosok yang kuat kecepatan dan pancaran kepribadiannya yang

menentukan kedudukan dan kaliber suatu pesantren. otoritas Kyai tidak

didasarkan atas asas legalitas melainkan bersumber pada kharisma yang dimiliki.

Kharisma tersebut muncul dari konsistensi Kyai dalam melaksanakan ilmu yang

dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, keikhlasan, dan dedikasi dalam

mengembangkan pendidikan Islam.

Secara etimologi, pesantren berasal dari kata “Santri” yang mendapat

awalan „pe‟ dan „an‟ yang berarti tempat tinggal Santri1. Ensiklopedi Islam

memeberikan pengertian yang berbeda, yakni bahwa Pesantren itu berasal dari

bahasa Tamil yang artinya guru mengaji atau dari bahasa India “Shastri” dan kata

1Zamakhsyari Dhofier,” Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai”, LP3ES, Jakarta,

1982, hln.18

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

2

“Shastra” yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau ilmu tentang

pengetahuan2.

Secara terminologis banyak batasan yang diberikan oleh para ahli. M.

Arifin , misalnya mendefinisikan pesantren sebagai sebuah pendidikan agama

Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar3. Amin Abdullah

mendeskripsikan bahwa dalam berbagai pengalaman dan sekaligus penyebaran

ilmu-ilmu keIslaman4. Sementara itu, Mastuhu mendefinisikan Pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami,

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari5. Tradisional tidak identik

dengan sifat terbelakang, kolot dan tidak terbuka terhadap perkembangan zaman

seperti kesan yang selama ini ada, tetapi sebuah lembaga yang secara konsisten

mempertahankan dan mengembangkan tradisi khazanah keilmuan Islam dan telah

menyejarah dalam kehidupan umat Islam Indonesia. Disamping itu, eksistensinya

sudah cukup lama dan mapan sebagai model pendidikan Islam6.

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang sistemik. Di dalamnya memuat

tujuan, nilai dan berbagai unsur yang bekerja secara terpadu satu sama lain dan

tak terpisahkan. Dengan demikian, sistem pendidikan yang bekerjasama secara

terpadu dan saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuan

2 Hasan Shadily, “Ensiklopedi Islam”, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993, hln.99

3 M. Arifin, “Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum”, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hln.240

4 Amin Abdullah, “Falsafah Kalam di Era Postmodernisme”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995,

hln.3 5 Mastuhu, “Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren”, INIS, Jakarta, 1994, hln.32

6 Ahmad Muthohar,”Ideologi Pendidikan Pesantren”, Pustaka Rizki PUTRA, Semarang, 2007,

hln.13

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

3

pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang

mempunyai tujuan yang jelas terutama dalam bidang keilmuan.8

Adapun pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip dari

bukunya Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara Beliau mengatakan

bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang

ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Sedangkan menurut

Soegarda Poerbakawaca pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari

generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, kecakapannya serta

keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam

pergaulan bersama sebaik-baiknya.9

Lembaga pendidikan Islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya

proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.10

Adapun

fungsi pesantren adalah sebagai lembaga keagamaan (Tafaquh Fii Addin), sebagai

lembaga pendidikan, pusat perubahan masyarakat, sebagai pusat mencerdaskan

Bangsa, Sebagai pusat pemecahan masalah di masyarakat, sebagai lembaga

pembenaran penyimpangan di masyarakat, sebagai lembaga pendidikan dan

dakwah dan sebagai agen pengembangan masyarakat.

Begitu pun peran kyai Muchtar Adam dalam mengembangkan Pondok

Pesantren Al-Qur‟an Babussalam yang terletak di Desa Ciburial Kecamatan

Cimenyan Kabupaten Bandung, yang didirikan pada tanggal 12 Rabiul Awal 1401

7 Mastuhu, Op. cit., hlm.6

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Prima Pena:Gita Media Press hal:490

9 Suwito,”Perkembangan Pendidikan Islam Di Nusantara”, Cet.i. Jakarta:Angkasa,2004 hal.4

10 Hasbullah,”Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan”, Cet.3, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1999 hal.144

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

4

H atau pada tanggal 18 Januari 1981.11

Adapun kondisi Ciburial pada waktu itu

akses jalan masih merupakan jalan setapak dan listrik belum ada. Dan tingkat

kesejahteraan penduduk yang sebagian kecil menganut Agama Karuhun yakni

Agama Permai, dan Desa Ciburial pada waktu itu menjadi pusat kegiatan

keagamaan Karuhun bagi penganut-penganutnya di Desa sekitarnya.12

Pada awal didirikannya Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam dengan

ukuran 5x7 meter13

, Dan tujuan didirikan Pesantren yaitu untuk mewujudkan

tempat pendidikan yang berintelektual, berspiritual dan berakhlaqul karimah.

Adapun tujuan yang lain yaitu untuk membina kesadaran dan rasa tanggungjawab

umat terhadap ajaran Islam melalui kesejahteraan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan manusia seutuhnya.

Pada akhirnya pondok pesantren Al-Qur‟an Babussalam dapat

mewujudkan generasi Qur‟ani yang unggul serta mengukuhkan Syi‟ar Islam.

Sekaligus mewaspadai gerakan kristenisasi yang pada saat itu sudah memasuki

wilayah sekitar Desa Ciburial.

Dibawah kepemimpinan Muchtar Adam, Babussalam berkembang dari

tahun ke tahun. Dari satu kelas berkembang terus menjadi Awaliyah, Kuliatul

Muballigh dan Korps Mubaligh. Setelah itu Madrasah Tsanawiyah lalu

11

Koswara, “Akte Notaris No.9”, Tanggal 6 Juli 1981. 12

Wawancara dengan H. Acep Rahmat, 9 November 2008 di Kp. Lebaksiuh No.124 Rt 05/01 Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan 13

Koswara, tanggal 16 Januari 1984.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

5

Ibtidaiyah, Aliyah dan taman kanak-kanak. Luas tanah pun berkembang dari 500

meter persegi menjadi sekitar 4,5 ha14

.

Pesantren Diniyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah ini kemudian

berganti nama menjadi SD Plus, SMP Plus dan SMA Plus dan berada di bawah

Departemen Pendidikan Nasional, padahal sebelumnya berada di bawah

Departemen Agama. Ini disebabkan adanya kebijakan Pemerintah yang melarang

adanya 2 Madrasah Aliyah dalam satu Kabupaten. Tapi ini sesuai dengan

keinginan Muchtar Adam untuk mendirikan tempat pendidikan yang memberikan

tempat pendidikan 100% ilmu umum dan 100% ilmu agama15

.

Pada saat ini Babussalam telah memiliki cabang yang berdiri di beberapa

daerah diantaranya:

1. Cabang Selayar Sulawesi Selatan didirikan pada tahun 1993

2. Cabang Wakatobi Sulawesi Tenggara didirikan pada tahun 2005

3. Cabang Alor didirikan pada tahun 2005

4. Cabang Aceh Besar (Montasik) didirikan pada tahun 2005

5. Cabang Aceh Barat (Meulaboh) didirikan pada tahun 2006

6. Cabang Nias Selatan didirikan pada tahun 200716

Dalam konteks perkembangan inilah, penulis akan memfokuskan untuk

meneliti Peran KH. Drs Muchtar Adam dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Al-Qur‟an Babussalam sebagai objek penelitian. Yang pertama, letak Pondok

14

Muchtar Adam,”Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah”, Makrifat, Bandung, 2007, hlm.58 15

Ibid. 59 16

Ibid.60-61

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

6

Pesantren al-Quran Babussalam tidak jauh dari tempat tinggal penulis. Kedua,

perkembangan Pondok Pesantren tidak hanya di desa Ciburial Kecamatan

Cimenyan Kabupaten Bandung tetapi perkembangannya pun sampai ke pulau-

pulau terpencil di Indonesia, dengan dibukanya cabang-cabang.

Agar permasalahan tidak terlalu luas dan fokusnya terarah, maka

penguraian pembatasan masalah hanya menyangkut Peranan KH. Drs. Muchtar

Adam Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam baik

dari segi lembaga pendidikan, keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Adapun

angka tahun (1981-2007), tahun 1981 merupakan awal berdirinya Pondok

pesantren al-Quran Babussalam oleh KH. Drs. Muchtar Adam, sampai tahun 2007

merupakan batas waktu untuk mengetahui peranan KH.Drs.Muchtar Adam dalam

mengembangkan pondok pesantren al-Quran Babussaalam di Desa Ciburial

Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

pondok pesantren al-Quran Babussalam dijadikan sebagai objek penelitian

karena secara fakta pesantren yang telah dipimpin oleh KH. Drs Muchtar Adam

telah berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan keagamaan di masyarakat,

khususnya warga masyarakat desa Ciburial. Dengan adanya sosialisasi pesantren

dengan masyarakat yang peduli dengan keberadaan pondok pesantren di

lingkungannya dan terdapatnya nilai-nilai positif yang perlu dipertahankan dan

dikembangkan keberadaannya.

Eksistensi KH. Muchtar Adam dalam mengembangkan Pondok Pesantren

al-Quran Babussalam banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, sehingga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

7

banyak santri yang masuk ke Babussalam mulai dari daerah sekitar hingga dari

berbagai pelosok daerah. Pondok pesantren pun, dapat membantu masyarakat

untuk lebih memeperdalam Tahsin al-Quran, Kitabah (khat kaligrafi), Tahfidz,

Tarjim, Tafsir, Tafhim dan pengamalannya, serta ajaran Agama Islam.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

mengangkat persoalan tersebut ke dalam sebuah penelitian lapangan yang diberi

judul: PERAN KH. Drs. MUCHTAR ADAM DALAM MENGEMBANGKAN

PONDOK PESANTREN ALQUR‟AN BABUSSALAM DI DESA CIBURIAL

KECAMATAN CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN (1981-2007)

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan-pembahasan selanjutnya, maka akan

diangkat beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur‟an

Babussalam?

2. Bagaimana peran KH. Drs. Muchtar Adam dalam mengembangkan

Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam tahun 1981-2007?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur‟an

Babussalam.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

8

2. Untuk mengetahui peran KH. Drs Muchtar Adam dalam mengembangkan

Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam (1981-2007).

D. Langkah- penelitian

Dalam mendeskripsikan Peran KH. Drs. Muchtar Adam dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam di desa Ciburial

Kecamatan Cimenyan Bandung (1981-2007), maka akan ditempuh langkah-

langkah penelitian dengan menggunakan metode sejarah17

yang terbagi kedalam

empat tahapan, yaitu:

1. Tahap Heuristik18

Pada tahap ini peneliti melakukan pencarian data di perpustakaan dan

lokasi penelitian dari bulan Maret sampai Januari 2009. Pada awal penelitian,

peneliti mencari buku-buku yang berkenaan dengan tema penelitian.

Alhamdulillah berhasil diperoleh beberapa buku tentang:

a. Muchtar Adam, 2007, “Meretas Jalan Menuju Ma‟rifatullah”, Makrifat

b. Profil Babussalam, 2007.

Adapun sumber lisan yang ada kaitannya dengan penelitian ini diantaranya

dengan melakukan wawancara terhadap:

a. Bpk. H. Acep Rahmat (70 tahun) adalah teman seperjuangan Kyai H. Drs.

Muchtar Adam dan termasuk sumber primer yang sekarang mempunyai

17

Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk:1975:32) 18

Tahapan Heuristik yaitu tahapan atau kegiatan menemukan dan menghimpun sumber, informasi, jejak masa lampau (E. Kosim:1984:36)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

9

aktivitas sebagai tokoh masyarkat di Kp. Lebaksiuh Desa Ciburial

Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung

b. Bpk. H. Fajruddin Muchtar, Lc (33 Tahun) adalah anak ke-4 Kyai H. Drs.

Muchtar Adam, dan aktivitas sekarang sebagai Ketua 1 Yayasan

Babussalam

c. Hj. Siti Sukaesih (68 Tahun) adalah Istri Kyai H. Drs Muchtar Adam dan

termasuk sumber primer.

d. Bpk. Muhammad Eko Slamet Riyadi (50 Tahun) adalah Menantu Kyai H.

Drs Muchtar Adam dan aktivitasnya sekarang sebagai Ketua Bidang

Cabang-cabang Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam

Adapun sumber arsip diantaranya sebagai berikut:

a. Koswara,”Akte Notaris”, No. 9, 16 Juli 1981

b. Dinas Pendidikan, “Surat Izin Operasional Cabang Montasik Aceh Besar”,

No. 421/2007

c. Dinas Pendidikan, “Surat Izin Operasional Cabang Solok Selatan”, No.

425/2006

d. R. Suydiman, “Akte Notaris”, No. 25, 20 November 1995

e. Direktorat Jendral Pajak, 1 April 1996

f. Departemen Agama Kabupaten Bandung, “Piagam Pondok Pesantren”, 1

Juni 2006.

g. Daftar Nama-nama Asatidz/dan Asatidzah, tahun 1981-2004

h. SK, “Badan Pengurus Yayasan Babussalam”, No. 158/1997

i. Struktur Yayasan Babussalam Bandung, 2005

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

10

j. AD. ART Yayasan Babussalam, 2005

Adapun sumber visual , diantaranya:

a. Foto KH. Drs Muchtar Adam

b. Foto-foto aktifitas di Pesantren Al-Qur‟an Babussalam

Adapun sumber media yaitu:

a. Pikiran Rakyat, 5 Maret 2006, Bandung

b. Metro, 2004, “Nur Insani dari Bukit Uhud Dago”,Jum‟at, 4 Juni 2004,

hlm.4.

c. Republika, 2004, “Pesantren Al-Qur’an Babussalam Punya Banyak

Usaha” jum‟at 4 Juni 2004, hlm.5.

2. Tahap Kritik

Pada tahap kritik ini penulis melakukan kritik terhadap fakta yang

diperoleh dari hasil wawancara. Dalam melakukan kritik ini penulis membagi ke

dalam dua bagian, yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern digunakan

untuk mengetahui dan menyeleksi tentang keotentikan sumber data, sedangkan

kritik ekstern digunakan untuk menyeleksi tentang kredibelitas data.19

Dalam kritik intern harus dilakukan suatu kritik untuk menguji otentisitas

atau keaslian sumber yang telah terkumpul kemudian diajukan beberapa

pertanyaan untuk menguji otentisitas sumber tersbut. Dalam penelitian, kritik

19

Dudung Abdurrahman,”Metode Penelitian Sejarah”, Jakarta:PT.Logos Wacana Ilmu, 1995, hlm.58-59

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

11

yang digunakan adalah kritik intern dan kritik ekstern. Kritik ekstern digunakan

untuk mengkritik sumber-sumber yang tertulis atau berupa bahan cetakan.

Pada kritik intern, sumber-sumber yang telah terkumpul harus diuji

kebenarannya tentang kredibelitas isi sumber atau sumber yang bisa

dipertanggungjawabkan untuk mengkritik sumber-sumber yang telah terkumpul

dari hasil wawancara dan tulisan, penulis harus mengkritik hasil wawancara

dengan cara menelaah informasi dari segi arti dan nilai isinya apakah benar-benar

mengandung nilai sejarah atau tidak, membuktikan adanya kesaksian yang

diberikan oleh sumber data dan membandingkan hasil wawancara dari kesaksian-

kesaksian beberapa sumber dengan hasil wawancara yang lainnya. Sehingga dapat

diketahui mana saksi-saksi yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

Tujuan mengkritik sumber-sumber tersebut, yaitu untuk memperoleh sumber-

sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

dan keasliannya.

3. Tahap Interpretasi

Pada tahap ini yang pertama-tama dilakukan oleh penulis adalah

menentukan jenis pendekatan yang digunakan. Adapun pendekatan yang dipilih

adalah pendekatan sejarah sosial dengan model sistematis yang menghasilkan

sebuah sejarah institusional model yang dikembangkan oleh Thomas C. Cochran,

yang menekankan lebih banyak pada perubahan dalam perilaku yang terkondisi

secara signifikan daripada uraian sejarah yang melukiskan kejadian politik, orang-

orang besar, dan kejadian-kejadian yang menarik. Adapun hasil yang lain yaitu

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

12

untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial. Oleh

karena itu maksud dari model ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan

sejarawan dalam menentukan strategi penulisan yang paling tepat sesuai dengan

kondisi objektif.20

Periode awal dimulai tahun 1981-1998, karena pada tahun tersebut

merupakan awal perintisan didirikannya Pondok Pesantren Al-Qur‟an

Babussalam. Pada saat itu lembaga pendidikan yang baru dibangun oleh Pesantren

masih berupa Madrasah Diniyah yang terbagi menjadi tiga kelas yaitu Madrasah

Awaliyah, Madrasah Wustho, dan Madrasah Uula. Dengan ukuran gedung 5x7

meter. Meski demikian tidak pernah mengurungkan niat para santri untuk

menuntut ilmu agama di Pesantren Al-Quran Babussalam. Adapun santri-santri

yang datang untuk menuntut ilmu agama berasal dari Kampung-kampung yang

ada di wilayah desa Ciburial.21

Adapun lembaga pendidikan yang pertama kali didirikan yaitu Madrasah

Tsanawiyah, yang didirikan sekitar tahun 1982. Kenapa tidak dimulai dari

Madrasah Ibtidaiyah dulu? Semua itu karena melihat kebutuhan masyarakat desa

Ciburial yang menghendaki didirikannya sekolah formal untuk melanjutkan ke

Sekolah Dasar (SD), yang jaraknya tidak jauh dari tempat penduduk. Melihat

sarana dan prasarana transfortasi masih minim, yaitu jalan yang menghubungkan

dari desa Ciburial ke kota masih berupa jalan setapak dan belum ada kendaraan

umum. Oleh karena itu semakin banyak lulusan SD yang tidak bisa melanjutkan

20

Kuntowijoyo,”Metode Sejarah”, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1993, hlm.48-49. 21

Wawancara dengan Bp. H. Muhammad Eko Slamet Riyadi, 31 Januari 2009

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

13

ke SMP (Sekolah Menengah Pertama). Dan tidak lama setelah didirikannya

Madrasah Tsanawiyah, maka didirikan juga Madrasah Ibtidaiyah.22

Pada tahun 1991, Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam sudah mulai

mengalami perkembangan yakni dengan didirikannya Madrasah Aliyah pada

tahun 1991. Dengan angkatan pertamanya 5 orang santri, meski demikian tidak

pernah melemahkan semangat belajar mereka, itu ditandai dengan nilai yang

memuaskan ketika Ujian Akhir Nasional pada tahun 1993 yang dilakukan di SMA

Mekar Arum Cileunyi Bandung. Pada tahun ini pun Madrasah Ibtidaiyah,

Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah berganti nama menjadi SD, SMP,

dan SMA Plus Babussalam berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional.

Padahal sebelumnya berada di bawah Departemen Agama. Ini disebabkan adanya

kebijakan pemerintah yang melarang adanya 2 Madrasah Aliyah dalam satu

Kabupaten. Tapi ini sesuai dengan keinginan Kyai H. Drs Muchtar Adam untuk

mendirikan tempat pendidikan yang memberikan 100% ilmu umum dan 100%

ilmu agama23

. Penambahan kata plus menurut M. Eko Slamet Riyadi

“dikarenakan ada penambahan pelajaran selain yang diberikan sekolah biasa’’.

Alih fungsi ini membuat pesantren tersebut berubah menjadi SD Plus, SMP Plus,

dan SMA Plus24

.

Pada tahun 1993 pun, didirikan Pondok Pesantren Al-Quran cabang

Selayar (Sulawesi Selatan) oleh KH. Abdul Kadir Kasim peletakan batu pertama

pembangunan pesantren. Dan dihadiri oleh kurang lebih dua puluh orang

22

Ibid 23

Muchtar Adam, “Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah”, Makrifat, Bandung, 2007, hlm. 58-59. 24

Republika, Jum’at 4 Juni 2004, hlm. 5

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

14

diantaranya H. Alawiah, H. Ali, H. Anwar, Daeng Sara, H. Mahmuddin Kebo,

beserta beberapa Pembina lainnya25

. Dari awal sampai saat ini sekolah yang di

bangun di Cabang Selayar yaitu SD, SMP, dan SMA Plus Babussalam.

Tahap kedua tahun 1998-2007 merupakan masa keemasan Pondok

Pesantren al-Quran Babussalam. Pada tahun 1998 KH. Drs Muchtar Adam

membuka diri untuk berpartai dengan PAN (Partai Amanat Nasional) di bawah

pimpinan Amien Rais. Pada tahun 1999 KH. Drs. Muchtar Adam menjadi anggota

DPR/MPR RI komisi VI yang semula membidangi Pendidikan Agama,

Ketatanegaraan, Wisata, Arsip Nasional, dan Perpustakaan Nasional.26

Dengan

aktifnya KH. Drs Muchtar Adam di parlemen membuat Pondok Pesantren Al-

Quran Babussalam mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Di tandai

dengan bertambahnya program-program diantaranya, program Al-Qur‟an yaitu

Tahsin, Khitabah (Khat Kaligrafi) Tahfidz, Tarjim, Tafhim,Tafsir dan

pengamalannya. Kemudian kajian sains dan religius, kajian lintas Mazhab,

Bahasa arab dan Inggris, Multimedia, life Skill yang meliputi hafalan al-Quran,

dakwah, seni lukis Kaligrafi, komputer, Seni baca Al-Quran Shalawat, Nasyid,

Olahraga dan sistem kehidupan Asrama27

.

Kemudian ditandai dengan bertambahnya jumlah santri tahun 2000 jumlah

santri 240. Kemudian tahun 2002-2003 ada penurunan jumlah santri yaitu sekitar

238. Tahun 2003-2004 jumlah santri mencapai 250. Dari tahun 2003-2007

mengalami perkembangan hingga jumlah santri mencapai 300 orang. Dan jumlah

25

Muchtar Adam, “Meretas Jalan Menuju Makrifatullah”, Makrifat, 2007, hlm. 66 26

Ibid. 74-75 27

Metro, 2004,” Nur Islam dari Bukit Uhud Dago”, Jum’at, 4 Juni 2004, hlm.4

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

15

tenaga kerja pun bertambah . Babussalam pun mendirikan Cabang- cabang di

pelosok nusantara diantaranya Babussalam Cabang selayar tahun 1993,

babussalam Cabang wakatobi Sulawesi tenggara tahun 2004, Babussalam cabang

aceh Besar (Montasik) dan tahun 2005 Babussalam Cabang Aceh Barat

(Meulaboh), Babussalam cabang Nias Selatan Sumatera Utara tahun 2007.

2. Tahapan Historiografi28

Dalam langkah terakhir dari penelitian ini adalah membuat tulisan atau

historiografi. Adapun sistematika penulisannya dapat diurut sebagai berikut:

BAB I Merupakan Bab Pendahuluan yang di dalamnya mencakup: Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian

Langkah-langkah Penelitian meliputi Heuristik, Kritik, Interpretasi,

dan Historiografi.

BAB II Merupakan Bab yang membahas tentang Gambaran Umum Desa

Ciburial dan Pesantren Al-Qur‟an Babussalam di dalamnya

mencakup: Sejarah Singkat Desa Ciburial, Letak Geografis Desa

Ciburial, dan Keadaan Ekonomi, Sosial Budaya dan Agama Desa.

Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam, Latar

Balakang Pendirian, Maksud dan Tujuan, Visi dan Misi, Tokoh-

tokoh Yang Terlibat, Struktur Pengurus Yayasan Babussalam, dan

Program Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam

28

Tahapan Historiografi yaitu tahapan kegiatan menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi, imajinatif daripada masa lampau itu sesuai dengan jejak-jejaknya, dengan perkataan lain, tahapan historiografi itu ialah tahapan kegiatan penulisan. Hasil penafsiran atas fakta-fakta itu kita tuliskan menjadi suatu kisah sejarah yang selaras (E. Kosim, 1984:36)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

16

BAB III Merupakan Bab yang membahas tentang Peran KH. Drs. Muchtar

Adam dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Al-Quran

Babussalam yang di dalamnya mencakup: Unsur-unsur Pesantren,

Muchtar Adam Sebagai Tokoh Sentral Babussalam meliputi:

Riwayat Hidup KH. Drs. Muchtar Adam, Riwayat Pendidikan dan

Karya-karya KH. Drs. Muchtar Adam, Peran-peran Keagamaan,

Peran-peran di Pesantren. Selanjutnya mencakup Tahap-tahap

Perkembangan Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam (1981-

2007), Faktor-faktor Perkembangan, Karakteristik, dan Cabang-

cabang Babussalam.

BAB IV Merupakan Bab yang berisi tentang Kesimpulan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

17

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA CIBURIAL DAN

PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN BABUSSALAM

A. Sejarah Singkat Desa Ciburial

Desa Ciburial terletak di Kecamatan Cimenyan berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 198729

, karena sebelumnya Desa Ciburial

termasuk pada wilayah Kecamatan Cicadas. Adapun mengenai asal-usul nama

Ciburial tidak ada yang megetahui dengan jelas, dan tidak ada sejarah yang

mengikat tentang sejarah berdirinya Ciburial.

Akan tetapi masyarakat sendiri mengartikan Ciburial berasal dari dua kata

yaitu Ci artinya air dan Burial artinya sumber mata air. Jadi Ciburial adalah

sebuah desa yang terletak di wilayah yang banyak sumber mata air yang terdapat

ditiap-tiap RW dan RT, sehingga masyarakat yang menetap disitu tidak akan

kekurangan air. Akan tetapi saat ini kondisinya berbeda, seiring dengan

meningkatnya mobilitas sosial di Desa Ciburial masyarakat kekurangan air.

Faktor penyebabnya yaitu banyak tumbuhnya pohon-pohon beton. Dengan

didirikannya Vila-vila dan Kafe-kafe yang menghiasi kesunyian Desa Ciburial

1. Letak Geografis desa Ciburial

29

Wawancara dengan Bp. Oom Soma,20 Januari 2009

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

18

Desa Ciburial mempunyai Luas tanah 599,216 hektar, tanah seluas itu di

gunakan untuk pemukiman, perladangan, perkantoran, dll. Untuk lebih

lengkapnya lihatlah tabel di bawah ini:

Tabel I

Luas Desa Ciburial

NO JENIS LAHAN LUAS (Ha)

1. Luas Sawah dan Ladang 263,5 Ha

2. Luas Pemukiman 69,720 Ha

3. Luas Jalur Hijau 2 Ha

4. Luas Pekuburan 0,4 Ha

5. Luas Perkantoran 0,07 Ha

6. Luas Tempat Rekreasi 2,5 Ha

7. Luas Perladangan 221,3 Ha

8. Luas lain-lain 39,726 Ha

Total Luas 599,126 Ha

Sumber: Profil Desa Ciburial Tahun 2005

Adapun batas desa Ciburial di sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan

Lembang, sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Cigadung kecamatan

Coblong, sebelah Barat berbatasan dengan desa Mekarsaluyu.suhu udara rata-rata

0,25 C, dan pada topografi berada pada wilayah berbukit-bukit. Desa Ciburial

berada di kecamatan Cimenyan dengan Jarak 12 KM, jarak dari Ibu kota

kabupaten Bandung 35 Km, jarak dari ibu kota profinsi 8 km dan jarak dari Ibu

Kota Negara 180 Km.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

19

Meski letak geografis desa Ciburial cukup jauh dari kecamatan, akan tetapi

tidak menghambat mobilitas kehidupan masyarakat Ciburial. Hal ini di dukung

dengan memadainya akses jalan dan jarak ke kota Bandung yang cukup dekat.

Kemudian didukung juga dengan sarana pendidikan yang cukup memadai

sehingga pola berfikir masyarakat semakin maju dan sebagian besar telah

mengenyam pendidikan, bahkan banyak diantara mereka melanjutkan ke

Perguruan Tinggi.

2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Desa Ciburial

Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Ciburial pada tahun 1980-an masih

relatif rendah tidak seperti sekarang yang mengalami kemajuan30

. Adapun faktor

penghambat pada waktu itu yaitu minimya sarana mobilitas yakni akses jalan

yang menghubungkan desa Ciburial dengan Kota Bandung Utara, masih berupa

jalan setapak dan listrik belum tersedia.31

Adapun sebagian besar mata pencaharian penduduk desa Ciburial pada

umumnya yaitu bercocok tanam, karena kondisi alam sangat memungkinkan

untuk bercocok tanam. Khususnya sayur-sayuran, buah-buahan, dan umbi-

umbian, contohnya kol, tomat, bawang merah, kentang, ubi jalar, ketela pohon,

pisang, kacang tanah, cengkeh, dll.

Pada saat ini mata pencaharian masyarakat desa Ciburial mulai mengalami

perkembangan. Semua itu didukung dengan adanya akses jalan yang cukup

30

Wawancara dengan Bp. H. Acep Rahmat, 9 November 2008 31

Muchtar Adam, “Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah”, Makrifat, Bandung, 2007, hal. 56.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

20

memadai. Mata pencaharian masyarakat desa Ciburial pada umumnya adalah

pedagang, petani, Pegawai Negeri Sipil, ABRI, Swasta, dll. Untuk lebih lengkap

dapat dilihat tabel di bawah ini:

Tabel II

Jumlah Penduduk Menurut Mata pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 726

2. Swasta 579

3. Pedagang/ Wiraswasta 573

4. Pegawai Negeri 390

5. Buruh Tani 339

6. Pertukangan 228

7. Jasa 198

8. Pensiunan 90

9. ABRI 3

Sumber: Profil Desa Ciburiall Tahun 2005

Untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat di desa Ciburial

telah berdiri sarana-sarana ekonomi yang dapat menunjang perekonomian wilayah

tersebut. Sarana-sarana tersebut berupa toko, warung dan mini market. Tabel

dibawah ini menggambarkan sarana-sarana perekonomian tersebut:

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

21

Tabel III

Sarana Perekonomian Masyarakat Ciburial

No Sarana Perekonomian Jumlah

1. Toko 12

2. Warung 212

3. Mini Market 2

Sumber: Profil Desa Ciburial 2005

Dari tabel di atas terlihat jelas adanya hubungan yang kuat antara Pondok

Pesantren al-Quran Babussalam dengan masyarakat desa Ciburial, khususnya

dalam bidang ekonomi yang semakin maju. Sehingga terciptalah tingkat

kesejahteraan yang cukup baik.

3. Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat

Masyarakat desa Ciburial merupakan Masyarakat yang selalu menjaga

jiwa kekeluargaan seperti gotong royong dan tolong menolong. Kedua hal tersebut

sudah menjadi karakter sosial di pedesaan yang sudah mengakar pada kehidupan

sehari-hari sesuai dengan pendapat Soerjono Soekanto 32

, bahwa warga sebuah

masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam

dibanding hubungan mereka dengan masyarakat lainnya.

Adapun kehidupan sosial yang berdasarkan atas kekeluargaan itu bisa

terlihat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya melakukan kerja bakti,

gotong royong, dan membantu mensukseskan resepsi pernikahan tetangga dengan

32

Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, ED. Baru. Cet.38. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal.176

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

22

berkumpulnya saudara dan tetangga. Sehingga terciptalah kehidupan yang rukun,

selaras dan seimbang di desa Ciburial. Semua itu tidak lepas dari peranan Podok

Pesantren al-Quran Babussalam dalam bidang sosial yaitu dengan membagi-

bagikan sembako (Sembilan bahan pokok), khitanan masal, pengobatan Cuma-

Cuma, pembangunan rumah sehat, mengadakan pasar murah, pemberian bantuan

pada orang jompo, beasiswa untuk siswa TK,SD,SMP,SMA, dan Perguruan

Tinggi, pengiriman beasiswa ke luar negri, distribusi zakat dan daging hewan

qurban, dan perbaikan fasilitas umum.

4. Kehidupan keagamaaan Masyarakat Ciburial

Masyarakat desa Ciburial mayoritas beragama Islam . hal ini terlihat

didalam Potensi masyarakat yang mengaku beragama Islam sebanyak 10.190 dari

10.237 jiwa penduduk desa Ciburial. Dan 47 rang agama Kristen. Untuk lebih

jelas lihat tabel dibawah ini:

Tabel IV

Agama dan Jumlah Penganutnya

No Agama Jumlah Penganutnya

1 Islam 10.190

2. Kristen 47

3. Katholik -

4. Hindu -

5 Budha -

Sumber: Profil Desa Ciburial Tahun 2005

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

23

Agama dan kepercayaan dalam pandangan masyarakat desa Ciburial

menempati ruang sentral, magis dan terhormat yang terhubung dengan

kepercayaan yang datang turun-temurun dari leluhur. Perpaduan Agama dengan

sistem kepercayaan lokal dan budaya mereka. Sehingga keberadaan seorang Kyai

atau Ustad ditengah masyarakat tergolong dihormati karena dianggap memiliki

kharisma tertentu.

Sepanjang sejarah kehidupan manusia selalu dibayang-bayangi agama,

bahkan dalam kehidupan sekarang pun dengan kemajuan teknologi yang modern

manusia tidak luput dari agama. Agama memeberikan makna bagi kehidupan

individu dan kelompok, agama juga memberikan kehidupan tentang kelanggengan

hidup sesudah mati, agama bisa menjadi sarana manusia untuk mengangkat diri

dari kehidupan yang fana sehingga agama memeperkuat norma-norma

kelompok.33

Adapun kehidupan keagamaan masyarakat desa Ciburial cukup baik,

maksudnya belum pernah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena di desa

Ciburial ini terdapat suatu pengawasan-pengawasan dalam bentuk pengajian-

pengajian. Pengajian tersebut terdiri dari pengajian ibu-ibu dan umum (ibu-ibu,

Bapak-bapak, dan Remaja) yang diselenggarakan disetiap RW, dengan jadwal

disesuaikan dengan kesepakatan peserta pengajian setempat. Pengajian Ibu-ibu

biasanya dilaksanakan pada sore hari yaitu dari mulai pukul 16.00-17.00 WIB,

ada juga yang dimulai pada pukul 09.00-12.00 WIB, dan ada juga pengajian yang

dilaksanakan ba‟da maghrib sampai menjelang waktu isya. Adapun tempat yang

33

Dadang Kahmad, “Sosiologi Agama”, Bandung: Rineka Cipta, 2000, hal.19

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

24

biasa digunakan untuk pengajian adalah mesjid yang ada dilingkungan sekitar

desa Ciburial. Diantara mesjid tersebut adalah:

Tabel

Mesjid-mesjid Binaan Babussalam

No Mesjid Kampung

1. Al-Hikmah Kordon Atas

2. Uswatun Hasanah Pakar Barat

3. Subulussalam Sekejolang

4 Darussalam Cikahuripan

5. Al-Bayan Pakar Utara

6. Husnul Khotimah Cikurutug

7. Al-Akbar Ciharalang Desa

8. Nurul Huda Pasanggrahan

9. Al-Barokah Barutunggul

10. Al-Hidayah Pasirpogor

11. Al-Hidayah Sekereundeu

12. Hikmatul Hidayah Ciharalang Bawah 1

13. At-taufiq Ciharalang Bawah 2

14. Nururrahman Ligar Melati

15. At-taubah Pakar Timur

Profil Dakwah Babussalam Tahun 2005

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

25

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana ibadah umat Islam semakin

banyak dan berkembang. Berbeda ketika sebelum berdirinya Podok Pesantren al-

Quran Babussalam sedikit sekali mesjid-mesjid yang ada di desa Ciburial.

Sehingga kesadaran beragama masih sedikit dan berkembangnya agama Karuhun

yakni agama Permai. Oleh karena itu KH. Muchtar Adam bersama Babussalam

hadir untuk memberantas buta huruf al-Quran khususnya di wilayah desa Ciburial

umumnya wilayah Jawa Barat. Adapun firman Allah SWT:

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara

mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka

dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya

mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”

Dan juga yang mendasari didirikannya pesanttren al-Quran Babussalam

yaitu firman allah dalam Surat An-Nisa ayat 9:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”.

Kesadaran beragama masyarakat Ciburial erat kaitannya dengan psiko-

sosial yang terkandung didalam ritus-ritus keagamaan memiliki signifikasi makna

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

26

dengan sIstem sosial keutuhan masyarakat. Tradisi sawer dalam upacara

pernikahan disamping mengandung muatan keagamaan secara simbolik juga

sebagai makna perekatan sosial. Begitupun halnya dalam upacara-upacara hajat

seperti khitanan. Peringatan Hari-hari besar Islam (Muludan, Isra Mi’raj) dan satu

Syura atau Muharam sering dilakukan oleh masyarakat desa Ciburial di tiap RW

atau mesjid-mesjid.

Tabel VI

Sarana Keagamaan dan Jumlahnya

No Jenis Sarana Ibadah Jumlah

1. Mesjid 15

2. Mushola 28

Sumber Profil Desa Ciburial 2005

Adapun mayoritas masyarakat desa Ciburial dalam memahami

keyakinannya masih secara tradisional, seperti pengertian Ahlussunah Wal

Jamaah yang diorientasikan ke Nahdlatul Ulama (NU) dan ada pula yang

bercorak modernis dengan orientasi Muhammadiyah.

B. Sejarah Pondok Pesantren Al-Qur’an Babussalam

1. Latar Belakang Pendirian

Pada tahun 1971-1973 M KH. Drs Muctar Adam meninggalkan kota

Bandung dan rela berpisah jauh dari keluarganya. Sekembalinya dari Pulau Buru

beliau dinilai berhasil dalam menjalankan tugasnya, sehingga diangkat menjadi

Kepala Penerangan Agama Islam pada Kantor Departemen Agama Kodya

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

27

Bandung. Karirnya meningkat dari karyawan biasa kemudian menjadi Kepala

Penerangan Seksie Agama Islam yang membawahi Ulama dan guru Agama,

tugasnya pun semakin meluas.34

Menjelang pemilu, KH. Drs Muctar Adam ditugaskan memimpin MDI

(Majelis Dakwah Islam) yaitu sayap Islam dari partai Golkar. Otomatis beliau

diharuskan aktif di partai berlambang pohon beringin ini. Tapi cukup sekali

mengikuti rapat di Golkar. Banyak hal yang bertentangan dengan nurani sebagai

seorang Muslim sehingga beliau berani untuk menyatakan diri tidak ingin aktif di

partai Golkar yang notabene pada saat itu semua pegawai negeri diharuskan

menjadi anggota Golkar (mono loyalitas).35

Konsekwensi dari pilihannya itu menyebabkannya harus dicopot dari

jabatan dan dipindahkan ke Kanwil Departemen Agama Jawa Barat tanpa ada

kursi jabatan. Pangkat PNS-nya pun mandeg digolongan 2A selama 11 Tahun.

Menurutnya hal tersebut masih dibilang beruntung karena kakaknya di Sulawesi

yang melakukan pilihan yang sama untuk tidak aktif di Golkar bahkan harus

dipecat dari pekerjaannya sebagai guru.

Bagi KH. Drs Muctar Adam hal ini tidak menjadi masalah, yang dia kejar

bukanlah kedudukan ataupun pangkat. Tapi dia ingin terus berdakwah kepada

umat. Ia pun aktif menjadi dosen agama di berbagai tempat diantaranya Fakultas

Publisistik (sekarang FIKOM) UNPAD, Fakultas Psikologi UNPAD, dan Fakultas

MIPA UNPAD. Kemudian Ia membawahi LPTQ (Lembaga Pendidikan Tilawatil

34

Muchtar Adam, op. cit. hlm.54 3535

Ibid.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

28

Qur‟an), sebuah organisasi dibawah Departemen Agama yang membina Qori dan

Qori’ah untuk MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an). Kyai H. Drs Muchtar Adam

pun kemudian menerbitkan buletin Tafsir al-Quran36

.

Tak seperti pesantren pada umumnya, pesantren al-Quran Babussalam

terkesan sempit, saling berhimpit, dan padat. Mungkin, karena berada ditanah

yang berbukit dan curam, dikawasan Bandung Utara tepatnya di desa Ciburial,

kecamatan Cimenyan.

Dakwah ke daerah-daerah masih sering dilakukan. Bahkan kawan

lamanya, H. Acep sering diajak untuk menemaninya dalam berdakwah ke daerah

Tasikmalaya, Subang, ataupun Karawang. Menurutnya dakwah adalah aqidah.

Baginya berdakwah di hadapan ribuan jamaah atau satu jama‟ah adalah sama-

sama investasi. Karena satu jama‟ah pun bisa menjadi saluran pemikiran-

pemikirannya mengenai dunia Islam.37

Perhatiannya terhadap pengembangan al-Quran dan pemberantasan buta

huruf al-Quran. Tapi ide luhurnya itu tidak diakomodir seluruhnya oleh tempatnya

bekerja. Oleh karena itu Kyai H.Drs Muchtar Adam lebih memilih untuk menjadi

guru. Padahal menjadi guru Diniyah adalah pangkat yang paling rendah di

lingkungan Departemen Agama. Demi mewujudkan keinginannya itu, beliau tidak

pernah gengsi walau sebagian orang menafsirkan kepindahannya ini sebagai

bentuk hukuman karena dia tidak aktif di Golkar. Semua hal itu menjadi mata

rantai mengantarkannya untuk membuat sebuah pesantren al-Quran.

36

Muchtar Adam.,op. cit, hlm.55 37

Ibid

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

29

Kepindahannya menjadi guru diniyah membuatnya harus berpindah pada

tahun 1981 dari Cisitu ke Ciburial, kawasan dimana pesantren Babussalam akan

didirikan. Ciburial pada saat itu masih sama dengan kondisi pada saat pertama kali

beliau datang pada tahun 1964 38

, dimana akses jalan masih merupakan jalan

setapak dan listrik belum tersedia. Tingkat kesejahteraan penduduk yang sebagian

kecil menganut agama Karuhun yakni agama Permai masih relatif rendah, dan

desa Ciburial menjadi pusat kegitan kegamaan Karuhun bagi penganut-

penganutnya yang ada di desa sekitarnya.

Untuk membina aqidah masyarakat setempat, maka KH. Drs Muchtar

Adam bersama beberapa rekannya mempunyai pandangan yang sama untuk

membangun sebuah Yayasan Islam bernama Babussalam.

Dengan dibantu oleh penduduk sekitar, termasuk H. Acep pemuda

setempat, KH. Drs Muchtar Adam membangun gedung berukuran 5x7 meter

sebagai cikal bakal membangun pesantren al-Quran Babussalam. Bahan bangunan

yang dipergunakan seperti batako bahkan dibuat secara bersama-sama. Dari

kebersamaan itu pada tanggal 12 Rabiul Awal 1401 atau pada tanggal 18 januari

1981 Pondok Pesantren al-Quran Babussalam resmi berdiri39

.

2. Maksud dan Tujuan

Tujuan didirikannya Babussalam adalah untuk mewujudkan tempat

pendidikan yang berintelektual, berspiritual, dan berakhlakul karimah.

38

Wawancara dengan Bp. H. Acep Rahmat, 9 November 2008. 39

Koswara, Akta Notaris, Tahun 1981

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

30

Babussalam dibangun untuk membina kesadaran dan rasa tanggung jawab umat

terhadap ajaran Islam melalui kesejahteraan dan lingkungan hidup, dalam rangka

pembangunan manusia seutuhnya. Pada akhirnya Babussalam dapat mewujudkan

generasi Quran yang unggul serta mengukuhkan syiar Islam, sekaligus

mewaspadai gerakan Kristenisasi yang pada saat itu sudah memasuki wilayah

sekitar40

. Bersama para pengurus Babussalam generasi pertama dan penggerak

lahirnya Yayasan yang disahkan oleh Akte Notaris Koswara pada tanggal 16 Juli

1981.

3. Visi dan Misi

Adapun visi Pondok Pesantren al-Quran Babussalam adalah unggul dalam

pendidikan yang terintegrasi al-Quran dengan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi) melalui Lintas Mazhab.

Sedangkan misi Pondok Pesantren al-Quran Babussalam yaitu:

a. Mewujudkan Pendidikan Akademik yang terintegrasi al-Quran dan IPTEK

b. Mewujudkan pemahaman keagamaan yang berbasis Lintas Madzhab

c. Mewujudkan Sumber daya manusia professional yang memiliki skill yang

handal dan berakhlakul karimah

d. Mewujudkan lingkungan pesantren yang bersih sehat dan nyaman

40

Wawancara dengan H. Fajruddin Muchtar, 13 November 2008.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

31

e. Mewujudkan lulusan yang menguasai al-Quran41

4. Tokoh-tokoh Yang Terlibat

Adapun tokoh-tokoh yang terlibat pada awal didirikannya yayasan

Babussalam yaitu:

a. H. Ishak Buchari

b. KH. Drs. Muchtar Adam

c. H. Rahmat Moedjo Soewarso

d. Sofwandi

e. Endang Suryadi

f. Achmad Umar

g. Dede Suharna

h. Muhammad Saleh

i. Sofyan Muhammad Gaos

j. Muhammad Noor Danubrata

k. H. Mustafa Kamil42

Tokoh-tokoh tersebut merupakan jama‟ah KH. Drs. Muchtar Adam, yang aktif

mengikuti pengajian pak kyai.

5. Struktur Pengurus Yayasan Babussalam

Dalam suatu organisasi tidak akan lepas dari yang namanya struktur

kepengurusan. Hal tersebut dimaksudkan untuk tercapainya atau terarahnya suatu

41

Profil Babussalam Tahun 2006 42

Koswara, Akta Notaris, 16 Januari 1984

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

32

visi yang akan diemban. Sebagaimana yang disebutkan Schein (1982) bahwa

organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk

mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui

hierarki otoritas dan tanggungjawab. Kohler (1976) mengatakan bahwa Organisasi

adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu

kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dan Wright (1977) bahwa

Organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi

oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.43

Yayasan Pondok Pesantren al-Quran Babussalam mempunyai struktur

kepengurusan yang terdiri dari Dewan Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

Adapun tugas dan wewenang Pembina, Pengurus, dan Pengawas adalah

sebagai berikut:

1. Pembina

a. Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina.

b. Kewenangan Pembina meliputi:

1. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar.

2. Pengangkatan dan pemberhatian anggota pengurus dan anggota

pengawas.

3. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar

yayasan.

4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan dan,

43

Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm. 23-24

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

33

5. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.

6. Pengesahan laporan tahunan.

7. Penunjukan likuidator dalam hal yayasan dibubarkan.

c. Dalam hal hanya ada seorang anggota Pembina, maka segala tugas dan

wewenang yang diberikan kepada ketua Pembina atau anggota Pembina

berlaku pula baginya.

2. Pengurus

a. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk

kepentingan yayasan.

b. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan

yayasan untuk disahkan Pembina.

c. Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan

oleh pengawas.

d. Setiap anggota pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung

jawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

e. Pengurus berhak mewakili yayasan di dalam dan diluar pengadilan tentang

segala hal dan dalam segala hal dan dalam segala kejadian, dengan

pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama yayasan (tidak termasuk

mengambil uang yayasan di Bank.

2. Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai

bentuk usaha baik di dalam maupun di luar negeri.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

34

3. Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap.

4. Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas

nama yayasan.

5. Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan yayasan serta

menggunakan/membebani yayasan.

6. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafilisasi dengan

yayasan, Pembina, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapai

maksud dan tujuan yayasan.

3. Pengawas

a. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tangggung jawab

menjalankan tugas pengawas untuk kepentingan yayasan.

b. Ketua anggota pengawas dan satu anggota pengawas berwenang untuk dan

atas nama pengawas.

c. Pengawas berwenang:

1. Memasuki bangunan, halaman atau tempat lain yang di gunakan

yayasan.

2. Memeriksa dokumen.

3. Memeriksa pembukuan dan mencocokannya dengan uang kas; atau

4. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus.

5. Member peringatan kepada pengurus.

d. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau

lebih pengurus, apabila pengurus tersebut bertentangan dengan anggaran

dasar atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

35

e. Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada

yang bersangkutan disertai alasannya.

f. Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian

sementara itu pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis

kepada Pembina,

g. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima

oleh Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka Pembina wajib

memanggil anggota pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan

membela diri.

h. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri

sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), Pembina dengan keputusan rapat

Pembina wajib:

1. Mencabut keputusan pemberhentian sementara; atau

2. Memberhentikan anggota pengurus yang bersangkutan.

i. Dalam hal Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (7) dan ayat (8) maka pemberhentian sementara batal demi

hokum, dan yang bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula.

j. Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara maka untuk

sementara pengawas diwajibkan mengurus yayasan.44

Adapun susunan pengurus Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam yaitu:

Susunan Pengurus Yayasan Babussalam Pusat Tahun 1981

44

AD ART,Babussalam,2007

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

36

Ketua Umum : H. Iskak Buchori

Ketua I : K.H. Drs Muchtar Adam

Ketua II : H. Rachmat Mudjo Soewarsono

Ketua III : H. S. Rukmaya

Sekretaris : Sofwandi

Bendahara : Endang Suryadi

Pembantu Umum : H. Achmad Umar

H. Muhammad Dede Suhana

Muhammad Saleh

Sofyan Muhammad Gaos

Muhammad Noor Danubrata

Susunan Pengurus Yayasan Babussalam Pusat Tahun 1989-1994

Ketua : K.H. Drs. Muchtar Adam

Wakil Ketua : Ir. Muhammad Haitami

Sekretaris : Agus Karna

Wakil Sekretaris : Eko Slamet Riyadi

Bendahara : Ir. Jeje Slamet Raharjo

Wakil Bendhara : Ir. Dani Septiadi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

37

Badan Pengawas Yayasan Babussalam:

Ketua : H. Ishak Buchori

Anggota : H. Rachmat Moejo Soewarso

H. Endang Suryadi

Susunan Pengurus Yayasan Babussalam Pusat Tahun 1994-1999

Badan Pengawas

Ketua : Prof. Dr. H. Sri Soemantri M, SH

Anggota : Prof. Dr.H. Ahmad Amiruddin

Dr. H. Achmad Sulaeman

Badan Pertimbangan:

Ketua : Prof. Dr. Ir. H. Soegandar S.

Anggota : Drs. H. Zulfikar Saibun

Ir. H. Deddy Tjahyadi A, Dipl. HE

Badan Pemeriksa Keungan:

Ketua : Dr. H. Sjamsuri Sulaeman A.

Anggota : Drs. Dasli Noerdin, M.Sc

Ir. H. Amir Abdullah

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

38

Badan Pengurus Harian:

Ketua : Drs. KH. Muchtar Adam

Wakil Ketua I : Dr. H. Soemanto Imam khasani

Wakil Ketua II : Drs. H. Hamid Balfas

Sekretaris : H. A. Razak Latang

Wakil Sekretaris : Ir. Iwan Mulyawan

Bendahara : H. Syahir Karim

Wakil Bendahara : Ir. H. Ahmad Badawi R.

Pembantu Umum : Ir. H. Sajiboen Soedarja

H. Deddy Hamzah Daradjat

Drs. Munawir Rifaldi

H. Encep Soerjadi

H. Ishak Buchori

Susunan Pengurus Yayasan Babussalam Pusat Tahun 2003-2007

Susunan Pembina

Ketua : KH.Drs. Muchtar Adam

Anggota : 1. Prof. Dr. H. Sri Soemantri, SH

2. Drs. H. Zulfikar Saibun, Telecomm Engineer

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

39

3. Ir. H. Deddy Tjahyadi A., Dipl.HE

4. Dr. H. Sumantho Imam Khasani

5. Dr. H.Wawang Suratno. MS.

6. Prof. Drs. H.Taher Djide

7. H.R Bagus Kusmana Thahir

8. H.A. Razak Latang

9. Ir. H.Achmad Badawi Rifai

Susunan Pengawas

Ketua : H.Iwan Abdurahim, MBA

Anggota : 1. Drs. H.Ishak Sukma raharja

2. H. Fauji Bajri

SUSUNAN PENGURUS HARIAN

Ketua : Prof. Dr. H. Iim Wasliman, M,Pd, M.Si

I. H.Fajruddin Muchtar

II. Ir.H.Rahmat basuki

III. Drs.A. munawir Rifadhi

Sekretaris : H. Endang Atmadirja,M.sc

I. Dra. Hj. Intan Rosmadewi

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

40

II. Ir. H. Hadi Nursarya,M.Sc

III. H. Sofwan Azhar S, SE, M.Sc

Bendahara : H. Eep Subakti

I. Hj.Alit Sajariah

II. Dra. Hj.Sumarni Mien R, M.Sn

III. Lien Nuriani

Pembantu Umum

1. Ir. H Keulman Mas eman

2. Dr. H. Slameto Wiryo Lukito

3. Ir. Sajiboen Soedirdja

4. H. Surahman

6. Program Pondok Pesantren al-Quran Babussalam

a. Bidang Pendidikan

Pendidikan adalah proses semua kemampuan manusia (bakat dan

kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan,

disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara

artistic dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya

sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.45

Program

Babussalam dalam bidang pendidikan meliputi:

45

M. Arifin,”Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: Bina Aksara, 1994, hlm.12

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

41

1. Pengkajian dan penerapan kurikulum pesantren terpadu untuk semua

jenjang pendidikan pada TK, SD Plus, SLTP Plus dan SMA Plus.

2. Peningkatan kualitas SDM di semua jenjang pendidikan.

3. Rekrutmen guru professional yang dipandang perlu dalam mendukung

operasional sekolah di semua jenjang pendidikan.

4. Membangun laboratorium bahasa, Laboratorium Komputer dan

laboratorium IPA.

5. Membangun gedung Taman kanak-kanak (TK) Babussalam.

6. Mengoftimalkan Asrama Santri dan guru yang telah ada dan merenovasi

asrama agar tercipta suasana kondusif dalam belajar

7. Studi perbandingan kesekolah-sekolah unggulan.

Adapun waktu belajar Santri di Pondok Pesantren al-Quran Babussalam

diatur menurut jadwal yang telah ditentukan. Waktu belajar para santri terdiri dari

tiga sesi, yaitu:

1. Pukul 07.00-15.00

2. Pukul 18.00-20.00

3. Pukul 04.30-05.4546

a. Bidang Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa dakwah artinya panggilan, seruan atau ajakan.

Sedangkan dari segi istilah Syaikh Ali Makhfuz memberikan definisi dakwah

sebagai berikut: “Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut

46

Wawancara dengan H. Fajrudin Muchtar Lc

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

42

petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan

munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.47

Pada dasarnya dakwah merupakan kewajiban setiap manusia muslim

dimanapun ia berada sebatas kemampuannya. Sebagaimana Firman Allah dalam

surat Ali Imran Ayat 104:

“Dan hendaklah di antaramu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah

orang-orang yang beruntung”.

Adapun program bidang dakwah diantaranya sebagai berikut:

1. Pengorganisasian KMB (Korp Muballigh Babussalam) agar misi dakwah

Babussalam lebih terarah dan tercapai sasarannya

2. Pembinaan kader dakwah secara intensif dan berkelanjutan guna

menciptakan regenerai ganda dai dari tiap level.

3. Penyusunan strategi dakwah dan taktik operasi dakwah dengan berbagai

kelompok sas ran.

4. Menyusun paket kurikulum untuk wisata rohani dan melaksanakannya

secara terkoordinasi sehingga tercapai “Customer Statisfaction”

47

Abd. Rosyad Shaleh, “Manajemen Dakwah Islam”, Cet 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1993,hlm. 7-10

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

43

5. Melakukan survey guna menyusun peta dakwah untuk Bandung dan di

luar Bandung

6. Pengembangan perpustakaan dengan sistematika modern sehingga pada

masa yang akan datang menjadi pusat informasi dan kajian al-Quran.

7. Melanjutkan program riyadloh (Seni Bela Diri Dua Dimensi) agar tercipta

suatu keseimbangan mental para santri yang pada gilirannya akan

menghasilkan santri bermental baja.

b. Bidang Sosial

Dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT, manusia yang takwa

meninggalkan pengaruh atau jasa yang dimanfaatkan oleh masyarakat, karena

manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya.

Sebagai makhluk sosial, secara naluriah manusia cenderung untuk hidup

bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat setiap individu memikul beban

kewajiban terhadap individu-individu lain, artinya mempunyai relasi fungsional

yang didasarkan atas kemanusiaan dan kekeluargaan. al-Quran menegaskan agar

manusia saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam kebaikan. Firman Allah

SWT surat Al-Maidah Ayat 2:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah

kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-

Maidah:2)”

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

44

Saling tolong-menolong dalam berbuat kebajikan dan takwa merupakan

unsur dasar relasi fungsional manusia dalam hidup bermasyrakat.48

Sebagaimana Pondok Pesantren al-Quran Babussalam, dalam hal ini

Pondok Pesantren al-Quran Babussalam mempunyai fungsi member contoh,

tuntunan, bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat bagaimana mereka harus

berlaku, berbuat dan bersikap terhadap lingkungan khususnya di Desa Ciburial

umumnya kota Bandung. Adapun program-program bidang sosial yaitu:

1. Santunan selama setahun kepada orang jompo penduduk sekitar Pesantren

al-Quran Babussalam

2. Pengobatan murah dan gratis

3. Melaksanakan Khitanan Masal

4. Hibah rumah sehat bagi penduduk sekitar yang memiliki rumah tidak

layak huni

5. Beasiswa dan anak asuh bagi santri yang berprestasi dan tidak mampu

6. Mendistribusikan titipan hewan qurban dan zakat fitrah

d. Bidang Usaha

1. Peningkatan kemampuan kapasitas percetakan

2. Mengoptimalkan pemasaran wisata rohani

3. Melakukan rekrutmen dan peningkatan kualitas SDM

48

Muh. Syamsuddin, “Manusia Dalam Pandangan K.H. Ahmad Azhar Basyir”, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997, hlm. 88-89

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

45

4. Mengoptimalkan pengelolaan pengobatan suntik lebah

e. Bidang Baitul Maal

1. Melakukan pemetaan kekuatan kekuatan dan menggali potensi umat dalam

melaksanakan kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan shodaqah yang

disalurkan melalui yayasan Babussalam

2. Mengembangkan sistem penarikan dana dari umat sehingga lebih berhasil

guna dan terkoordinasi dengan baik.

f. Bidang Administrasi dan Personalia

1. Penyempurnaan sistem administrasi di lingkungan Babussalam

2. Peningkatan SDM melalui kursus manajemen perkantoran

3. Meningkatkan pembinaan organisasi dan pengelolaan Yayasan

Babussalam Cabang –cabang dalam aspek manajemen perkantoran dan

keuangan

4. Penyempurnaan Pola Karir dan Sistem Penggajian

g. Bidang Umrah dan Haji

Bidang umrah dan haji meliputi:

1. Menyelesaikan akreditasi Lembaga Penyelenggaraan Haji atas nama

Yayasan Babussalam

2. Melaksanakan manasik haji lintas mazhab

3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan bimbingan haji dan umrah

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

46

4. Menjalin kerja sama dengan travel yang professional

h. Bidang Humas

Adapun bidang humas meliputi:

1. Penyebaran Profil Babussalam dengan Misi Visinya

2. Publikasi informasi segala kegiatannya ke berbagai Media massa dan

elektronik lainnya.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

47

BAB III

PERANAN KH. MUCHTAR ADAM PADA PENGEMBANGAN

PONDOK PESANTREN AL-QURAN BABUSSALAM

(1981-2007)

A. Unsur- unsur Pesantren

Adapun untuk mengetahui perkembangan pesantren sebaiknya kita kenali

dulu unsur- unsur pesantren yaitu:

a. Kyai dan Ustad

Kyai adalah tokoh kharismatik yang diyakini memiliki pengetahuan agama

yang luas sebagai pemimpin dan pemilik pesantren.49

Otoritas didasarkan atas

asas legalitas melainkan bersumber pada kharisma yang dimiliki. Kharisma

tersebut muncul dari konsisten kyai dalam melaksanakan ilmu yang dimiliki

dalam kehidupan sehari-hari, keikhlasan, dan dedikasi dalam mengembangkan

pendidikan Islam.50

Oleh karenanya, kyai dan keluarganya menjadi tauladan bagi

santri dan masyarakat sekitarnya. Kyai yang berwawasan luas dan shaleh adalah

hampir menjadi cita-cita santri dan masyarakat sekitarnya. Namun demikian,

seiring dengan perkembangan zaman, kyai menghadapi beberapa krisis antara lain

dalam, kedudukan sebagai sumber tunggal mencari ilmu, moral, ekonomi,

kelembagaan, dan kepemimpinan.51

49

Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.LP3ES, Jakarta, 1982, hlm. 55-57 50

Ahmad Muthohar, op. cit., hlm. 32 51

Mastuhu, op. cit., hlm. 133-134

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

48

Sedangkan pengertian ustadz yaitu santri kyai yang dipercayai untuk

mengajar agama kepada para santri dan dibimbing atau disupervisi oleh

kyai.52

Begitu halnya dengan kyai, guru menempati peran strategis dalam

pendidikan pesantren. Guru selain sebagai penjaga moral setelah kyai, guru juga

dituntut secara intelektual dan terampil dalam mendidik siswa.53

b. Santri

Santri merupakan elemen penting dalam pesantren. Jika didasarkan pada

konsep manusia menurut Islam yaitu fitrah, maka pendidikan pesantren dalam

memandang santri tetap dipandang mempunyai daya kelebihan dan Kelemahan

yang perlu diperbaiki

dalam pendidikan, yang dalam hal ini adalah pendidikan pesantren. Kalaupun ada

perbedaan kecenderungan pandangan antar ideolog, hal ini lebih disebabkan cara

pandang yang berbeda.54

Namun, jika santri dilihat dari kesamaan dan perbedaannya antar individu,

maka santri masuk dalam kategori konservatif. Hal ini dikarenakan dalam

pendidikan pesantren berprinsip kolektif, bukan perbedaan antar individu, masuk

dalam kategori liberal karena di dalam pesantren, santri bebas menentukan

nasibnya dan mengembangkan kemandirian yang merupakan tuntutan liberalisme.

52

Ibid. 126 53

Ahmad Muthohar, op. cit. hlm. 106 54

Ibid.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

49

c. Sumber Belajar

Sumber belajar atau kitab-kitab merupakan unsur anorganik55

pesantren

atau sarana perangkat lunak di pesantren.56

Sumber materi pelajaran yang cukup

memebedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pada

pesantren diajarkan kitab- kitab klasik atau sering disebut “kitab kuning”57

yang

dikarang para ulama terdahulu mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan

agama Islam dan bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab- kitab yang

sederhana kemudian dilanjutkan dengan kitab berbagai ilmu yang mendalam.

Kitab kuning memang merupakan referensi yang utama bagi penyelenggaraan

pendidikan pesantren. Bahkan kitab kuning dijadikan sebagai dasar untuk

menentukan jenjang pendidikan di pesantren, dan sebagai tolak ukur dalam

mengevaluasi keberhasilan belajar santri dalam memahami ajaran Islam.

Kitab kuning sebagai referensi ilmiah bagi pesantren, harusnya lebih

merupakan garis mendasar yang memberikan konsep-konsep pendekatan terhadap

masalah- masalah ritual maupun sosial. Dalam hal ini peningkatan kajian kitab

kuning sebagai sumber pendekatan masalah dapat diupayakan dengan metode

munaazharah yang tidak hanya sekedar mencari jawaban atas suatu masalah

global yang sering tidak dipertimbangkan implikasinya dengan aspek- aspek lain

55

Ibid. 24 56

Mastuhu, op. cit. hlm. 25 57

Dhofier, op. cit. hlm. 50

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

50

yang berkaitan, seperti yang sering terjadi pada bahtsul masaail di beberapa

pesantren.58

d. Pola Pembelajaran

Pola pembelajaran atau metode belajar mengajar santri di pesantren.

Secara metodik, pendidikan dan pengajaran dalam pesantren diberikan dalam

bentuk: sorogan, bandongan, halaqah,59

dan hafalan. Sorogan artinya belajar

secara individual di mana seorang santri berhadapan dengan seorang guru untuk

mempelajari suatu materi pelajaran, sehingga terjadi interaksi langsung dan saling

mengenal diantara keduanya.

Metode sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari seluruh sistem

pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan,

ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Namun, menurut Zamakhsyari Dhofier,

sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai tahap pertama bagi seorang

murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang

guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang

murid dalam menguasai bahasa Arab.60

Istilah metode bandongan adalah model pengajian yang dilakukan seperti

kuliah terbuka yang diikuti oleh kelompok santri sejumlah 100-500 orang lebih.

Sang kyai membaca, menterjemahkan, menerangkan, dan mengulas kitab-kitab

58

ChalibThoha,”Resposisi Materi Pendidikan Pondok Pesantren sebagai Proses Internasionalisasi”, dalam Majalah Edukasi No. 17/TH.XIV, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Senarang, 1998, hlm. 43. 59

Mastuhu, op. cit. hlm. 61. 60

Dhofier, op. cit. hlm. 29.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

51

salaf berbahasa Arab yang menjadi acuannya. Sedangkan para santri

mendengarkan dan memperhatikan kitabnya sambil menulis arti dan keterangan

tentang kata-kata atau pemikiran yang sukar.61

Lain halnya dengan Zamakhsyari

Dhofier yang mengatakan dalam kelompok itu bias juga antara 5-500 murid.62

Kemudian halaqah adalah model pengajian yang umumnya dilakukan dengan

cara mengitari gurunya. Para santri duduk melingkar untuk memepelajari atau

mendiskusikan suatu masalah tertentu di bawah bimbingan seorang guru.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yaitu mesjid, rumah kyai, rumah dan asrama ustaz,

pondok asrama santri, gedung sekolah atau madrasah, tanah untuk: olah raga,

pertanian atau peternakan, empang, makam, dan sebagainya.63

B. Muchtar Adam Sebagai Tokoh Sentral Babussalam

1. Riwayat Hidup K.H. Drs. Muchtar Adam

Muchtar Adam lahir pada tanggal 10 September 1939 di Selayar Sulawesi

Selatan. Ia menjadi satu-satunya laki-laki, putera ketiga dari tiga bersaudara

keluarga Adam dan Ibu Syamintan. Nama Muchtar Adam muncul dari sahabat

karib juga teman seperjuangan Tuan Adam yaitu Dr. Muchtar Lutf, seorang

intelektual, dan juga pejuang Sumatera Barat. Dr. Muchtar Lutf memberikan nama

61

Wahjoetmo, Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alterntif Masa Depan, Jakarta, Gema Insani Press, 1987, hlm. 83 62

Dhofier, op. cit. hlm. 28 63

Mstuhu, op. cit. hlm. 25

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

52

depannya (Muchtar) kepada putra sahabat karibnya ini, sedang Adam diambil dari

nama ayahnya. Jadilah Muchtar Adam.64

Pada tahun 1959, Muchtar Adam menikah dengan Siti Sukaesih asal

Bandung. Setelah lulus Muchtar Adam dan Istri mengajar di SMI

Muhammadiyah. Istrinya mengajar Bahasa Inggris dan Ilmu Bumi, sedang

Muchtar Adam mengajar Bahasa Arab, Tafsir, Sejarah Nasional dan Sejarah

Dunia. Ia mengajar selama 2 tahun yaitu dari tahun 1961-1963. Muctar Adam

selalu teringat pesan ayahnya bahwa “Jika kamu datang berdakwah ke suatu

tempat dan selama dua tahun belum ada fitnah, maka tinggalkan tempat itu,

tetapi sebaliknya jika fitnah sebelum dua tahun banyak fitnah mendera maka

bertahanlah dan teruskan dakwahmu”.

Pada tanggal 12 Agustus 1963 beliau bersama istri dan anaknya hijrah ke

Bandung dengan menggunakan perahu Penisi (Perahu layar khas Sulawesi

Selatan) menuju Gresik, selama 6 hari 6 malam. Meski perjalanan sangat jauh,

tapi dilaluinya dengan penuh kesabaran. 65

Kota Bandung betul-betul menjadi saksi bagaimana Muchtar Adam

berjuang dari nol. Pada awal-awal usaha untuk mewujudkan cita-citanya tersebut,

ia tinggal di rumah mertuanya di daerah Cisitu, karena saat itu untuk menyewa

rumah bagi keluarganya, ia belum sanggup. Saat-saat sulit dirasakan, termasuk

sulitnya usaha untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Muchtar Adam

tidak segan untuk berjualan terasi, batik, kain atau jadi laden tukang tembok.

64

. Muchtar Adam, “Meretas jalan menuju Makrifatullah”. Bandung :Makrifat. 2007.hlm. 8-10 65

. Ibid hlm.26

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

53

Semua ia lakukan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keluarga kecilnya.

Pengalaman masa kecilnya dalam menghadapi kesulitan betul-betul membuatnya

tangguh menghadapi situasi ini, sehingga ia menjadi orang yang tidak gampang

berkeluh kesah. Sebelum datang ke Ciburial ia terlebih dulu memulai dakwah di

kawasan rumah mertuanya di Cisitu. Ia datang ke rumah-rumah untuk

bersilaturahim dan mengadakan pengajian-pengajian. Kemudian ia ke daerah

Coblong, membuat pengajian di tiap Kampung karena saat itu sedang kuat-

kuatnya PKI maka ia berpikir harus ada lembaga yang bisa menandinginya.66

Pada tahun 1964 Muctar Adam mulai berdakwah ke Ciburial. Seperti

dikatakan oleh kawan semasa mudanya, H. Acep, pada tahun 1964 tepat setahun

dari kedatanggannya di kota Bandung, Muchtar Adam mulai menyambangi

kawasan Ciburial, Dago atas. Tujuannya adalah untuk berdakwah pada

masyarakat di kawasan Ciburial. Di sana ia menemui H. Rukmaya (alm), yang

kemudian menjadi salah satu pengurus Yayasan Babussalam. Saat itu beliau

merupakan salah satu tokoh di daerah Ciburial dan sudah memiliki santri.

Ciburial pada waktu itu tidak mudah untuk dijangkau seperti saat ini.

Jalanan kearah sana masih jalan setapak yang belum tersentuh aspal dan listrik

belum ada. Meski demikian tidak pernah menyurutkan semangat Muchtar Adam

dalam berdakwah.

Kegiatan mencari nafkah diintegrasikan dengan tujuannya berdakwah.

Muchtar Adam muda tak malu berjualan batik dan kain kepada masyarakat

66

Ibid. 27

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

54

Ciburial dengan cara kredit, sehingga ia mempunyai kesempatan untuk sering

bertemu dengan penduduk Ciburial dan menyampaikan dakwah. Beliau sering

mondar-mandir di wilayah Ciburial dan sekitarnya. Tak heran, karena aktivitasnya

tersebut, Muchtar Adam menjadi sangat dikenal oleh penduduk setempat.

Muchtar Adam tidak hanya bergaul dengan Muhammadiyah saja, tapi ia

pun bergaul dengan dunia Internasional yang lebih terbuka diantaranya:

a. Kujungan Internasional: catatan perjalanan Muktamar Islam se-Dunia VII

untuk kesatuan Dunia Islam di Iran. Pada tanggal 12 Agustus

1994.membahas tentang Al-taqrib baina al-madza-hib al Islamiyah

(Pendekatan Mazhab-mazhab Islam se-Dunia)

b. Menyaksikan pameran Tamaddun Islam di Kualalumpur dan pameran antar

bangsa.

c. Muktamar Internasional Kurdistan di Sanandaj, pada tanggal 23 Agustus

1994. Membahas tentang pendekatan antara Mazhab-mazhab Islam.

2. Riwayat Pendidikan dan Karya-karya K.H. Drs. Muhtar Adam

Pada tahun 1947, Muchtar Adam memasuki SRN (Sekolah Rakyat Negeri

atau Sekolah Dasar) di kota Benteng Selayar Sulawesi Selatan. Masa SRN ini

dilalui dengan stabil, dalam arti dia tidak pernah diperingkat pertama tetapi tidak

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

55

juga pandokki (Selayar) atau butitina (Sunda) yang berarti urutan paling akhir.

Rata-rata nilai antara 60%-80%, yakni antara 6, 7 dan 8.67

Penghormatan dan penghargaannya yang begitu besar terhadap guru patut

dicontoh. Hingga kini beliau masih mengingat Bapak dan Ibu guru di masa SRN

seperti Bapak Sanusi, Ibu Mari Onggang, Bapak Onggang, Bapak Soleng, Bapak

A. Baki dan beberapa guru lainnya.

Muchtar Adam juga mengikuti kegiatan kepanduan Hizbul Wathan tingkat

Athfal (kanak-kanak) yang memberinya bekal keterampilan sosial kemasyarakatan

yang berlanjut sampai tingkat SMI Muhammadiyah (Sekolah Menengah

Islam/Sekolah Menengah Pertama saat ini). Keterampilan-keterampilan yang

diajarkan diantaranya tentang PPPK, sandi smapoore, sandi morse, membangun

menara, membangun jembatan, tali temali, mencari jejak dan kegiatan kepanduan

lainnya.

Lulus Sekolah Rakyat, Muchtar Adam melanjutkan ke SMI

Muhammadiyah, setingkat SLTP saat ini. SMI Muhammadiyah dipimpin oleh

KH. Abdul Kadir Kasim. Berbeda dengan SLTP pada umumnya, di SMI

Muhammadiyah kurikulum terdiri dari 100% pelajaran umum dan 100% muatan

agama Islam. Jenjang yang harus ditempuh pada tingkat ini pun lebih lama

dibandingkan dengan Sekolah Menengah biasa yakni selama 4 (empat) tahun,

skarena muatan kurikulumnya menjadi begitu padat. 68

67

. Ibid. hlm. 13 68

. Ibid. hlm.15

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

56

Guru-guru sangat berdisiplin dalam memberikan pelajaran, di samping

keikhlasan yang memancar dari jiwa mereka. Inilah faktor utama yang

menjadikan kunci suksesnya SMI Muhammadiyah mencetak alumni-alumninya

menjadi pemimpin baik ditingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun

tingkat Nasional.

Di samping mengikuti pendidikan SMI Muhammadiyah, Muchtar Adam

mengikuti organisasi IPPIIS (Ikatan Pemuda Pelajar Islam Indonesia Selayar) dan

Muchtar Adam duduk sebagai Ketua Bidang Tabligh yang bertugas melatih

siswa-siswa untuk berpidato dan juga praktek memberikan tabligh di Kampung-

kampung. Selain itu ada bidang yang diberi nama “Debatings Club” yang melatih

siswa-siswa untuk mampu berdebat, berdiskusi dan menguasai materi-materi

keislaman yang mendalam. Organisasi ini pun melatih para siswa mengenai

kepemimpinan, kedisiplinan, manajemen dan bagaimana mewujudkan satu cita-

cita dalam kehidupan nyata.

Selain IPPIIS Muchtar Adam juga aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII).

PII cabang Selayar didirikan oleh Pabo Hamma yang juga mengajar di SMI

Muhammadiyah pada tahun 1955. Ketika pemilihan pengurus, Muchtar Adam

dipercaya untuk menduduki posisi sebagai: Ketua Seksi Penerangan di Cabang

Selayar. Berbeda dengan IPIIS kenggotaan PII lebih luas karena organisasi ini

juga memiliki anggota dari sekolah-sekolah lain selain SMI Muhammadiyah.69

69

. Ibid. hlm. 16

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

57

Pada tahun 1957 Muchtar Adam mendapat beasiswa Baitul Maal untuk

melanjutkan sekolahnya di Jogjakarta, yaitu melanjutkan sekolah di MMT

(Madrasah Menengah Tinggi) yang bertempat di Kauman Jogjakarta yang

dipimpin oleh KH. Basyir. Disini ia mendapat pelajaran Ilmu Tafsir, Ilmu Tauhid,

Ilmu Hadits, Ilmu Falaq, dan Ilmu Fiqh. Selain itu ia pun mendapat pelajaran

bahasa Arab, bahasa Jerman, bahasa Perancis, Kawi (Jawa), dan bahasa Inggris.

Muchtar Adam menyelesaikan MMT pada tahun 1961, kemudian

mengikuti kuliah Akademi Tabligh Muhammadiyah. Di Akademi Tabligh ini Ia

memperoleh kuliah Sosiologi, Ekonomi Islam, Tarikh Al-Hadharah Al-Islamiyah

(Sejarah Perkembangan Islam) langsung oleh Prof. Dr. Ahmad Salaf juga kuliah

keMuhammadiyahan, kuliah Filsafat Akhlak oleh Prof. Farid Ma‟ruf dan paling

beruntung mendapatkan bimbingan Tafsir dari Prof. Kahar Mudzakar yaitu Tafsir

Al-Kassyaf, The Preaching of Islam by Thomas Arnold, dan pelajaran Hadits.70

Pada tahun 1967, Muchtar adam melanjutkan pendidikannya di IKIP

Bandung mengambil program Sastra Arab, dan Beliau mendapatkan sarjana Muda

pada tahun 1970.

Pada Tahun 1981 beliau melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata satu

mengambil program yang sama, dan menyelesaikannya pada tahun 1983.

Adapun karya tulis Muchtar Adam sebagai berikut:71

1. Muchtar Adam. “Cara Mudah Belajar Al-Qur’an Metode 9 Jam”. Bandung.

70

Muchtar Adam, op. cit. hlm. 21 71

. Profil Mukhtar Adam, 2007

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

58

2. Muchtar Adam. “Klasifikasi Ayat-ayat Al-Qur’an Telah Berdasarkan Sistem

Nilai Islam”. Bandung: Babussalam, 1986.

3. Muchtar Adam. “Ijtihad: Antara Teks dan Konteks”. Bandung: Mizan, 1988

4. Muchtar Adam.”Tafsir Istiadzah”. Banda Aceh: Guha Hira, 1991.

5. Muchtar Adam. “Al-Adzkar Do’a Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah”.

Bandung: Babussalam, 1992.

6. Muchtar Adam dan Abdul Kadir Kasim. “Ayatul Hirz (Ayat-ayat Penangkal)”.

Bandung: Babussalam, 1992

7. Muchtar Adam. “Tafsir Ayat-ayat Haji Telaah Intensif dari Pelbagai

Madzhab”. Bandung; Mizan, 1993.

8. Muchtar Adam. “Al-Hushun Al-Mani’ah (Benteng Diri)”. Bandung:

Babussalam, 1993.

9. Muchtar Adam. “Do’a Ibadah Haji dan Umrah”. Bandung: Babussalam, 1994.

10. Muchtar Adam. “Asma-u Al- Husna 99 Nama- nama Allah”. Bandung:

Babussalam, 1995.

11. Muchtar Adam. “Cara Mudah Naik Haji: Buku Panduan Untuk Naik Calon

Haji dan Umrah”. Cet. V. Bandung: Mizan, 1995.

12. Muchtar Adam. “Shalat Shafar (Terjemahan)”. Bandung: Babussalam, 1995.

13. Muchtar Adam. “Tafsir Ayat-ayat Jenazah”. Bandung: Babussalam, 1996.

14. Muchtar Adam. “Tafsir Ayat Al-Tajhiz: Persiapan Menghadapi Musibah”.

Bandung: Babussalam, 1996.

15. Muchtar Adam. “Do’a Stroke”. Bandung: Babussalam, 1997.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

59

16. Muchtar Adam. “Al-Ahraj Ahlul Bayt Do’a Penangkal Sihir”. Bandung:

Babussalam, 1997.

17. Muchtar Adam. “Khuruj (Mengunjungi Tempat Bersejarah Umat Islam di

Mesir, Sudan, Suriah dan Iran)”. Bandung: Babussalam, 1997.

18. Muchtar Adam. “Rahasia Adab Makan: Wujud Nyata Ma’rifatullah dalam

buku Hidup Penuh Berkah Melalui Ibadah Yang Paling Mudah”. Jakarta:

IIMan, 2001.

19. Muchtar Adam. “Meraih Shalat Khusyu: Persfektif Sufi”. Bandung: Rosda

Karya, 2001

20. Muchtar Adam. “Sekali Lagi Al-Qur’an: Belajar Mudah Ulum Al-Qur’an”.

Jakarta; Lentera, 2002

21. Muchtar Adam. “Al-Masih Al-Dajjal dan Kebangkitan Dunia Islam”.

Bandung: Babussalam, 2002.

22. Muchtar Adam. “Perbandingan Madzhab Dalam Islam”. Bandung:

Babussalam, 2003.

23. LP3I. “Profil Tokoh dan Pengusaha Indonesia”. Bandung: Novinda Printing,

2003.

24. Muchtar Adam. “Ijtihad Antara Tekstual dan Kontekstual” . Bandung:

Penerbit Babussalam, 2004

25. Muchtar Adam. “At-Ta’qibat Doa-doa Harian dan Ba’da Shalat”. Bandung:

Penerbit Babussalam, 2005

26. Muchtar Adam. “ Tafsir Ayat-ayat Qunut Menggapai Hakikat Penghambaan”

Bandung: CV. Makrifat,2006

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

60

27. Muchtar Adam, Ujang Tatang wahyudin dan Fajrudin . “Marhaban Ya

Ramadhan (Persiapan Bathiniah Menjemput Bulan Ramadhan)” Bandung:

CV. Makrifat.2006

28. Muchtar Adam.”Membuka Tujuh Pintu Syurga dan Menutup Tujuh Pintu

Neraka”. Bandung: Makrifat 2006

29. Muchtar Adam dan Fadhlullah Muh. Said.”Makrifatullah” Bandung:

Penerbit Oase Mata Air makna. Cet. III,2007

30. Muchtar Adam. “Istighasah Menyingkap Ruang-ruang Spiritual”. Bandung:

Makrifat,2007

31. Muchrtar Adam. “Makrifaturrasul”. Bandung: CV. Makrifat ,2007

32. Muchtar Adam.” Makrifatul Malaikat Bersahabat dengan Malaikat”.

Bandung: Penerbit Makrifat,2008

33. Muchtar Adam. “Kehancuran Suatu Bangsa”. Bandung: Makrifat,2008

34. Muchtar Adam dan Fitri ER. “Mengais Hikmah”. Bandung :Makrifat,2008

35. Muchtar Adam. “Samudera Cahaya Mengungkap Hizb Al-Bahr Imam Abu al-

hasan al-Syadily”. Bandung: Penerbit makrifat.2008

36. Neni Rosliani (editor). “Meretas Jalan Menuju Makrifatullah (Biografi KH.

Drs. Muchtar Adam). Bandung: Penerbit Makrifat,2007

37. Muchtar Adam. “Ulum Al-Qur’an Studi Perkembangan Ilmu-ilmu Al-

Qur’an”. Bandung : Makrifat,2008

3. Peran-peran Keagamaan

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

61

Adapun peranan kegamaan yaitu Muchtar Adam bersama kawan-

kawannya membuat forum mubaligh di tiap-tiap Kampung. Dakwah di Kampung-

kampung ini dilakukan setiap malam Ahad. Karena waktu itu belum ada masjid,

maka dakwah dilakukan di rumah-rumah Rukun Tetangga setempat.72

Hingga

kemudian membangun masjid di daerah Cikahuripan, sebelumnya bernama

kampung Elos. Bukan berarti perjalanan dakwahnya mulus, banyak hal pernah dia

alami, mulai dilempari oleh penduduk, juga isyu-isyu yang dilontarkan padanya.

Namun ia tetap tak bergeming. Karena selalu mengingat pesan ayahnya. Ia sendiri

mengatakan bahwa saat ini ia sudah merasakan kenikmatan difitnah, bahkan

merasa ada yang kurang jika tidak ada suara sumbang dari luar.

Selain terus membuka jalur dakwah, Muchtar Adam aktif mengajar di SD

Muslimin Cisitu, kemudian menjadi guru Agama di SMP Muslimin di jalan

Ambon. Walaupun honornya kecil akan tetapi hal itu memberikan kegiatan

sekaligus memperluas pergaulan dan memperbanyak sahabat dan teman yang satu

visi dengannya. Kemudian Muchtar Adam bergabung dengan Departemen Agama

di Seksie Pendidikan Agama, bahkan beliau sempat mengajar sebagai guru

Agama di SD Merdeka Bandung.Pada tahun 1966, Muchtar Adam mengambil

kuliah di IKIP Bandung dengan mengambil gelar Sarjana Muda pada tahun 1970.

Pada tahun yang sama, Muchtar Adam mendirikan organisasi

Muhammadiyah cabang Cisitu. Setelah itu membangun Muhammadiyah Cabang

Coblong, Ranting Cihaur Bangbayang, Ranting Bengkok, Ranting Ciburial dan

Ranting Pancuh. Setelah semuanya itu terbentuk, baru dibentuk Muhammadiyah

72

Muchtar Adam, op. cit. hlm. 30

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

62

Cabang Bandung Utara. Pada saat itu di Bandung yang ada hanya

Muhammadiyah Cabang Kota yang berpusat di Jalan Banteng, dan Cabang

Bandung Timur yang berpusat di Lantai Mas Cicadas atau Jalan Ahmad Yani.73

Disamping membangun organisasi Muhammadiyah, ia juga aktif

membentuk dan membangun Pemuda Muhammadiyah. Terlebih karena

mahasiswa ITB dari luar Kota Bandung cukup banyak yang bertempat tinggal di

daerah Bandung Utara. Secara teknis tentu lebih mudah untuk menggerakkan dan

menumbuhkan jihadnya, terutama untuk menghadapi gerakan PKI dengan

underbow-nya. Bagi Muchtar Adam, pendirian organisasi Muhammadiyah ini

adalah untuk memperluas dakwah Islamiyah sekaligus benteng terhadap arus

gerakan PKI.74

Di tengah kesibukan berdakwah dan berorganisasi, Muchtar Adam

mengikuti PTDI (Pendidikan Tinggi Dakwah Islam). Tujuannya adalah untuk

memperluas wawasan, silaturahim serta pergaulannya dengan tokoh-tokoh Islam

dan aktivis-aktivis dakwah, seperti H.A. Sobandi, Rusyad Nurdin, Mayjen

Sudirman.

Namun seiring dengan makin meningkatnya aktivitas dakwah, tantangan

pun semakin besar. Di Kota Bandung, ia termasuk pelopor yang giat mengajarkan

ajaran kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

73

Ibid. 31 74

Ibid.32

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

63

Sejak meledaknya peristiwa G 30 S PKI, rakyat dan pemerintah seperti

disadarkan bahwa PKI betul-betul partai yang harus dilarang untuk berdiri. Oleh

karena itu Pemerintah dan rakyat bergerak melakukan pembubaran PKI. Di daerah

Ciburial terdapat 70 orang yang terlibat dengan PKI, dan ke 70 orang itu pun

mendapatkan pembinaan oleh Muchtar Adam. Untuk menghindari tindakan yang

semena-mena, maka pemerintah mengklasifikasikan tahanan PKI sebagai berikut:

1. Golongan A, adalah orang-orang yang terlibat langsung dengan mengangkat

senjata.

2. Golongan B, adalah aktor-aktor intelektual baik tokoh PKI, HIS (Himpunan

Sarjana Indonesia), LEKRA (Lembaga Kesenian Rakyat Indonesia), PR

(Pemuda Rakyat), Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), BTI (Barisan Tani

Indonesia).

3. Golongan C, adalah anggota biasa, mereka tidak ditahan tetapi diawasi,

menjalani wajib lapor dan pada kartu penduduknya diberi tanda eks PKI.75

Oleh karena itu Muchtar Adam berdakwah di Rumah Tahanan Kebon

Waru tahun 1968-1971 M. Untuk para tahanan aktifis laki-laki PKI, tepatnya di

Jalan Jakarta Bandung. Jumlah tahanan kurang lebih 200 orang tahun 1967.

Pelaksanaan pembinaan ini atas kerjasama Departemen Agama dengan KODAM

VI Siliwangi. Adapun materi pembinaan yang diberikan yaitu pelajaran Dirasah

Islamiyah yang isinya: Aqidah Islamiyah, Ibadah, Sosialisme Islam dan Akhlak

Islam.

75

Ibid. 40

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

64

Selain itu Muchtar Adam direkomendasikan lagi untuk masuk dalam tim

dakwah ke Pulau Buru bulan Desember 1971, tepatnya di Tefaat Buru Namlea.

Dan terdapat 15.000 tahanan dan 95% adalah suku Jawa dan Sunda. Di Pulau

Buru Muchtar Adam bertemu dengan Pramodeya Ananta Toer, yang saat itu

menjadi tahanan politik. Pramodeya menempati unit 3 dari 17 unit yang ada. Unit

3 merupakan tempat para tahanan politik PKI Sarjana.76

4. Peran- peran di Pesantren

Di tengah-tengah meningkatnya pembangunan ekonomi, para kyai telah

dianggap sebagai salah satu kelompok pimpinan yang menonjol dalam memenuhi

kebutuhan akan kepemimpinan moral bagi bangsa Indonesia.

Walaupun para pemimpin Indonesia moderen dewasa ini tidak

menyatakan Indonesia sebagai suatu negara Islam, namun mereka juga tidak mau

mengikuti pola ideologi negara-negara Barat yang bersifat liberalistis, humanistis

dan sekuler.77

Sesungguhnya, mereka telah berhasil memperbaharui penafsiran

mereka terhadap islam tradisional untuk disesuaikan dengan dimensi kehidupan

yang baru. Demikian pula dalam lapangan sosial dan politik; para kyai dan anak

cucu mereka telah menjadi bagian dari kehidupan politik nasional, tidak kalah

moderen dibandingkan dengan kelompok-kelompok sosial politik yang lain.

Dalam periode kemerdekaan, para kyai sebagai suatu kelompok telah terwakili

secara baik dalam badan-badan legislatif, baik pusat maupun daerah. Dengan

demikian, sebagai suatu kelompok besar dalam kehidupan politik Indonesia

76

Ibid. 41-49. 77

Zamakhsyari Dhofier,” Tradisi Pesantren”, LP3ES, Jakarta, 1994, hlm.171

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

65

mereka telah memberikan sumbangan yang sangat berarti kepada usaha-usaha

pemerintah untuk memelihara stabilitas sosial dan politik.

Kebanyakan penulis tentang Islam tradisional telah keliru dalam

menyimpulkan bahwa modernisasi telah menyebabkan peranan kyai tidak

diperlukan lagi. Bahkan ada yang menyimpulkan bahwa para kyai telah menjadi

penghambat bagi lajunya proses modernisasi tersebut. Kekeliruan ini disebabkan

oleh dua hal, yaitu: (1) mereka mengira bahwa nilai-nilai spiritual yang dipegang

dan dianjurkan oleh para kyai tidak relevan dengan kehidupan moderen: dan (2)

mereka mengira bahwa para kyai tidak mampu menerjemahkan nilai-nilai spiritual

tradisional tersebut bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan kehidupan moderen.

Padahal kenyataan di sekeliling kita menunjukan, bahwa di tengah-tengah

gejolaknya pembangunan ekonomi di Indonesia dewasa ini, para kyai tetap

merupakan sekelompok orang-orang yang bersedia membangun kesejahteraan

spiritual bangsanya.

Memang betul bahwa lembaga-lembaga pesantren terikat kuat dengan

formulasi eksplisit dari pada Islam tradisional. Tetapi para kyai yang menjadi

penghubung antara Islam tradisional dengan dunia nyata ini juga merupakan

bagian dari pada kehidupan dunia. Kedudukan ganda kyai ini memang unik, dan

menjadi inti dari kualitetnya yang menonjol. Memang benar, kedudukan ganda ini

pula yang seringkali menjadi sumber tragedi yang sering dialami oleh para kyai;

tetapi justru pada kedudukan ganda ini pula terletak keagungan mereka. Kita

boleh saja menyimpulkan bahwa kedudukan ganda ini menyulitkan kyai sebagai

pimpinan pesantren; tetapi kita bisa juga menyimpulkan bahwa para kyai tersebut

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

66

adalah pemimpin-pemimpin yang kreatif yang selalu berhasil mengembangkan

pesantren dalam dimensi-dimensi yang baru; dan panorama yang berwajah sangat

majemuk dari kehidupan pesantren sekarang ini, adalah merupakan petunjuk

adanya kreasi yang jenius dari para kyai.

Adapun peranan K.H. Drs. Muchtar Adam di pesantren yaitu pertama,

mengajar para santri mempelajari Ilmu Tafsir yang dilakukan sepekan sekali.

Metode yang digunakan yaitu metode bandongan. Maksudnya santri menyimak

pembahasan materi yang diberikan oleh kyai maupun ustad pada setiap

pembelajaran.78

Kedua, K.H. Drs. Muchtar Adam melakukan pembinaan dibidang

pendidikan dan keagamaan kepada para guru/ustad. Pertemuannya dilakukan

perpekan dan periodik setahun dua kali. Yang perpekan diisi pengajian rutin, dan

ini menjadi media silaturahim dan juga pembinaan guru yang mengacu dengan

hal-hal yang dihadapi oleh sekolah maupun asrama. Yang periodik berisi

pelatihan-pelatihan atau training terhadap guru Babussalam, baik training Al-

Qur‟an dan training tentang belajar mengajar.79

Ketiga, mengadakan pengajian rutin setiap hari Ahad dan Jum‟at di

Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam yang dihadiri oleh jama‟ah khususnya

penduduk desa Ciburial, umumnya jama‟ah yang ada di Kota Bandung. Keempat

mengadakan pelatihan da‟i yang dihadiri oleh ustad dan asatid dari berbagai

78

Mahmud,”Model-model Pembelajaran di Pesantren”, Media Nusantara, Tangerang, 2006, hlm. 60 79

Wawancara dengan H. Fajriudin Muchtar Lc, Tanggal 13 November 2008.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

67

pelosok, khususnya nias, selayar, wakatobi, dan lain-lain. Pelatihan ini

diselenggarakan dengan tujuan mencetak generasi da‟i yang berintelektual,

spiritual, dan akhlaqul karimah.

Kelima mengadakan tebar qurban yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali

pada bulan zulhijah. Tebar hewan qurban diberikan kepada masyarakat desa

Ciburial khususnya dan umumnya kepada masyarakat kecamatan Cimenyan.

Keenam, mengadakan acara buka puasa 1000 dhu‟afa dan pembagian paket

lebaran buat panti jompo. Kegiatan ini dilakukan satu tahun sekali pada bulan

ramadhan.

C. Tahap-Tahap Perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Babussalam

Berbicara tentang pesantren, tidak lepas dari unsur- unsur pesantren yaitu

kyai/ustad, santri, kitab/sumber belajar, sarana dan prasarana, dan pola

pembelajaran.

Perkembangan pondok pesantren yang melalui renggang waktu yang

sangat panjang, memperlihatkan jumlah yang sangat besar dan mengalami corak

aneka ragam, sehingga terjadi generalisasi tentang lembaga-lembaga tersebut.

Namun demikian terdapat karakteristik masing-masing. Pesantren sekurang-

kurangnya ditandai dengan lima elemen pendukung yaitu, pondok, mesjid, Santri,

pengajian-pengajian kitab-kitab kuning klasik dan kyai sebagai elemen yang

penting esensial dari pesantren 80

.

80

Zamakshari Dhofier,.op.cit,hlm.55

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

68

Lembaga-lembaga itulah yang paling menentukan watak keislaman dari

kerajaan-kerajaan Islam dan yang memegang peranan yang paling penting bagi

penyebaran Islam sampai ke pelosok. Dari lembaga-lembaga pesantren itulah

asal-usul sejumlah manuskrif tentang ajaran Islam di Asia Tenggara, yang tersedia

secara terbatas yang dikumpulkan oleh pengembara-pengembara pertama dari

perusahaan-perusahaan dagang Belanda dan Inggris sejak akhir abad ke-16. Untuk

dapat betul-betul memahami sejarah Islamisasi di wilayah ini kita harus mulai

mempelajari lembaga-lembaga pesantren tersebut. Karena lembaga-lembaga

inilah yang menyamai anak panah pelaku penyebaran islam di wilayah ini 81

.

Begitu halnya dengan pesantren sabagai suatu lembaga pendidikan Islam

Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam (tafaqquh fi al-din)

dengan menekankan pentingnya moral dan pengalaman ajaran Islam dalam hidup

bermasyarakat, 82

maka harus ada sinkronisasi antara beberapa unsur pesantren.

Ini dilakukan dalam rangka mewujudkan nilai-nilai luhur yang mendasari,

menjiwai, menggerakkan dan mengarahkan kerja sama antar unsur yang ada di

dalam pesantren.

Sinkronisasi unsur-unsur dan nilai-nilai dalam sistem pendidikan

pesantren merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dari

yang lain. Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakkan, dan diarahkan sesuai

dengan nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada dasar Islam yang membentuk

pandangan hidup. Pandangan hidup yang secara kontekstual berkembang sesuai

81

Ibid. 19 82

Haidar Putra Daulay,”Historitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah”, Tiara Wacana, Yogyakarta,2000,hlm.9

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

69

dengan relitas sosial inilah yang dijadikan acuan dalam menetapkan tujuan

pendidikan. Dengan demikian, sistem pendidikan pesantren didasarkan atas

dialektika antara kepercayaan terhadap ajaran agama yang diyakini memiliki nilai

kebenaran mutlak dan realitas sosial yang memiliki kebenaran relatif.83

Adapun tahap-tahap perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur‟an

Babussalam terbagi menjadi dua. Pertama diawali dari tahun 1981-1998. Tahun

1981 merupakan awal berdirinya pondok pesantren Al-Qur‟an Babussalam di

Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Pada awal berdirinya

pondok pesantren, lembaga pendidikan yang pertama didirikan yaitu Madrasah

Diniyah, yang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat Awaliyah, tingkat

Wustho dan tingkat Uula. Dengan ukuran gedung 5x7 meter84

. Adapun santriwan

dan santriwati yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam

berasal dari Kampung-kampung yang ada disekitar Desa Ciburial. Khususnya

tingkat Awaliyah santrinya seusia TK, karena melihat usianya masih kecil-kecil,

maka ada pemikiran dari Pak Kyai untuk membuka atau mendirikan mesjid-

mesjid di sekitar Kampung yang ada di wilayah Desa Ciburial, salah satunya yaitu

dengan didirikannya mesjid Husnul Khotimah di Kampung Cikurutug, Al-Jihad di

Kampung Ciburial, Al-furqon di Kampung Lebaksiuh, dll. Jadi ditiap-tiap mesjid

itulah Madrasah Awaliyah itu dipindahkan tujuannya untuk memudahkan anak-

83

Mastuhu.op.cit.,hlm.26 84

Koswara, “Akta Notaris”, 1981

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

70

anak belajar ilmu Agama di mesjid-mesjid yang ada di lingkungannya, dan tidak

perlu jauh-jauh ke Pesantren. Terkecuali tingkat Wustho dan Uula.85

Pesantren yang mempunyai luas 4 Ha ini, dalam perkembangannya mulai

mendapat perhatian dari masyarakat sekitar. Bila sebelumnya di daerah ini tidak

memiliki masjid, maka warga mulai terketuk untuk membangunnya. Sekarang di

daerah Ciburial sudah berdiri 20 masjid kecil hasil sumbangan dari pesantren,

masyarakat sekitar dan para donatur.

Pada tahun 1982 dibukalah Madrasah Tsanawiyah, kenapa tidak diawali

dari Madrasah Ibtidaiyah, karena berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa

Ciburial pada waktu itu sangat membutuhkan Madrasah Tsanawiyah yang

jaraknya tidak jauh dari Kampungnya, dan tingkat kelulusan SD sudah sangat

banyak. Sementara pada waktu itu untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama harus ditempuhnya ke kota. Jadi faktor jarak yang jauh itulah, akhirnya

Pesantren membuka sekolah formal. Kemudian pihak pesantren pun membuka

Madrasah Ibtidaiyah. Meskipun pada waktu itu SD sudah ada di wilayah Desa

Ciburial yaitu SDN Ciburial. Tapi ada beberapa jemaah yang mendorong untuk

didirikannya Madrasah Ibtidaiyah. Kemudian menyusul didirikannya Madrasah

Aliyah yaitu pada tahun 199186

. Pada tahun 1993 Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah

Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah berganti nama menjadi SD, SMP, dan SMA

Plus Babussalam berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Padahal

sebelumnya berada di bawah Departemen Agama. Ini disebabkan adanya

85

Wawancara dengan Bp.H. M Eko Slamet Riyadi, 31 Januari 2009 86

SK. Depatemen Agama Propinsi Jawa Barat, 22 Agustus 1991

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

71

kebijakan pemerintah yang melarang adanya 2 Madrasah Aliyah dalam satu

Kabupaten. Tapi ini sesuai dengan keinginan Kyai H. Drs Muchtar Adam untuk

mendirikan tempat pendidikan yang memberikan 100% ilmu umum dan 100%

ilmu agama87

.

Adapun jumlah santri di Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam yaitu

ada santri mukim dan non mukim (santri kalong). Santri mukim adalah murid-

murid yang berasal dari daerah yang jauh yang menetap dalam kelompok

pesantren. Sedangkan santri kalong adalah murid-murid yang berasal dari desa-

desa sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Mereka

hanya belajar di pesantren dan setelah selsai waktunya mereka pulang ke rumah

masing-masing.88

Dan untuk mengetahui jumlah santri dari tahun 1981-1998

lihatlah tabel di bawah ini:

Tabel VII

Jumlah Santri Tahun 1981-1998

No. Tahun Jumlah

1. 1997 145 orang

2. 1998 132 orang

Sumber: Buku Induk SD, SMP, SMA Plus Babussalam tahun 1998

Adapun jumlah guru atau Asatidz di Babussalam ada pegawai tetap dan

tidak tetap. Jumlah ustad pada tahun 1981-1998 yaitu:

Tabel VIII

87

Muchtar Adam, “Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah”, Makrifat, Bandung, 2007, hlm. 58-59. 88

Dhofier, op. cit. hlm. 51-52

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

72

Jumlah Ustad Tahun 1981-1998

No. Tahun Jumlah

1. 1982 8 orang

2. 1984 6 orang

3. 1985 11 orang

4. 1986 10 orang

5. 1993 12 orang

6. 1994 15 orang

7. 1998 20 orang

Sumber: Data Ustad dan Ustadzah Babussalam tahun 1998

Adapun kitab yang digunakan yaitu Tafsir Ibnu Abbas, Fiqih

Perbandingan Lintas Mazhab, Tajwid Fathul Aqfal dan Nahwu sorof dan

Jurumiah, Muyassar, Sorof Kailani, dan Aqidah Ma’rifatullah. Kemudian pola

pembelajaran yang digunakan yaitu metode sorogan dan bandungan. Sarana dan

prasarana pada tahun 1981-1998 masih minim yaitu mesjid masih ikut dengan

masyarakat desa ciburial RW 01/01, asrama putri jumlahnya 7 ruangan, asrama

putra jumlahnya 5 ruangan, lab bahasa, perpustakaan, ruangan kelas jumlahnya 13

ruangan, dan WC atau kamar mandi jumlahnya 14 ruangan.

Tahap kedua yaitu dimulai tahun 1998-2007, pada tahun 1998 pimpinan

Pondok Pesantren al-Quran Babussalam yaitu K.H. Drs Muchtar Adam mulai

aktif di salah satu partai yakni Partai Amanat Nasional (PAN). Pada saat itu pula

Babussalam mulai mengalami perkembangan yang cukup signifikan mulai dari

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

73

bertambahnya jumlah santri, guru, sarana dan prasarana. Untuk mengetahui

jumlah santri dari tahun 1998-2007 lihatlah tabel berikut ini:

Tabel IX

Jumlah Santri Tahun 1999-2007

No Tahun Jumlah

1. 1999 139

2. 2000 134

3. 2001 116

4. 2002 110

6. 2003 141

7. 2004 162

Sumber: Buku Induk SD, SMP, SMA Plus Babussalam tahun 2007

Adapun jumlah guru di Pondok Pesantren Al-Qur‟an Babussalam tahun

1998-2007. Lihatlah tabel di bawah ini:

Tabel X

Jumlah Guru Tahun 1999-2007

No Tahun Jumlah

1. 1999 24 Orang

2. 2000 17 Orang

3. 2001 22 Orang

4. 2002 24 Orang

5. 2003 28 Orang

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

74

6. 2004 32 Orang

7. 2005 35 Orang

8. 2006 37 Orang

9. 2007 40 Orang

Sumber: Data Guru Tahun 2007

Sarana dan prasarana bertambah diantaranya ruangan kelas jumlahnya

menjadi 15 ruangan, Lab Komputer, Lab Ipa, Majlis Ta,lim, Kamar Mandi

jumlahnya menjadi 19 ruangan,Kantor Asrama, Klinik Thibunnabawi dan Asrama

putra jumlahnya 7 ruangan dan jumlah asrama putri yaitu 8 ruangan. Dan juga

bertambahnya program-program diantaranya, program Al-Qur‟an yaitu Tahsin,

Kitabah (Khat Kaligrafi) Tahfidz, Tarjim, Tafhim,Tafsir dan pengamalannya.

Kemudian kajian sains dan religious, kajian lintas Mazhab, Bahasa arab dan

Inggris, Multimedia, life Skill yang meliputi hafalan al-Qur‟an, dakwah, seni lukis

Kaligrafi, computer, Seni baca al-Quran dan Sholawat, Nasyid, Olahraga dan

sistem kehidupan Asrama89

.

89

Metro, 2004,” Nur Islam dari Bukit Uhud Dago”, Jum’at, 4 Juni 2004, hlm.4

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

75

D.Faktor-faktor Perkembangan

Adapun faktor pendukung berkembangnya lembaga pendidikan di Pondok

Pesantren al-Quran Babussalam yaitu:

1. Kyai merupakan pengasuh pesantren yang menjaga nilai agama sebagaimana

dibahas dalam unsure-unsur sebelumnya 90

. Adapun pengertian Kyai menurut

Ahmad Muthohar, Kyai yaitu tokoh kharismatik yang diyakini memiliki

pengetahuan agama yang luas sebagai pemimpin sekaligus pemilik91

. Kyai

yang mumpuni atau berintelektual tinggi di dalam keilmuan, maksudnya istilah

intelektual dalam bahasa ideology pendidikan adalah pengetahuan agama

dalam pesantren. Sehingga terciptalah perkembangan yang cukup signifikan.

2. Ustadz atau Sumber Daya Manusia baik dari dalam maupun Luar Negeri

(Mesir, Sudan, Iran, dan Syria). Staf pengajar dari sudut ilmu penunjang yang

90

Mastuhu.op.cit.,hlm 126 91

Ahmad Muthohar.op.cit.,hlm.105

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

76

lain yaitu lingkungan yang bagus dan kondusif untuk pembelajaran. Begitu

halnya dengan Kyai, guru menempati peran strategis dalam pendidikan

pesantren. Guru selain sebagai penjaga moral setelah Kyai, guru juga dituntut

secara intelektual dan terampil dalam mendidik siswa92

.

3. Jema‟ah, maksudnya jema‟ah sangat membantu dari aspek dana. Karena dari

tahun 1981 sampai sekarang, sekolah baik pusat maupun cabang masih defisit.

Sehingga setiap bulan yayasan selalu melakukan subsidi ke cabang-cabang,

dan dana tersebut dari jema‟ah Babussalam melalui BMT (Baitul Mal). Dana

tersebut dialokasikan untuk pembangunan pesantren, membeli peralatan

contohnya bangku, computer, dan peralatan kantor, kemudian menutup

kekurangan biaya pendidikan dalam penggajian guru.

Adapun faktor penghambat yaitu:

1. Sumber Daya Manusia yang masih kurang memadai, hal itu karena

Babussalam menggunakan kurikulum integral yaitu memadukan kurikulum

kepesantrenan dengan kurikulum Diknas. Oleh karena itu Babussalam

kesulitan dalam melakukan perekkrutan tenaga kerja, karena seorang guru

dituntut bias mengajarkan Tafsir al-Quran yang ada relevansinya dengan

pelajaran tiap-tiap guru. Dan disini guru belum mampu memadukan hal itu.93

2. Santri, karena pada awalnya pesantren diselenggarakan untuk mendidik santri-

santri agar menjadi orang yang taat dalam menjalankan agamanya dan

berakhlak mulia; dan orangtua mengirimkan anaknya dengan keinginan agar

92

Ibid.106 93

Wawancara dengan Bp. H. M. Eko Slamet Riyadi, Tanggal 31 Januari 2009

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

77

anaknya menjadi orang baik, yaitu mengerti dan taat menjalankan perintah

agama dalam hidup keseharian. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya,

santri dituntut memiliki kejelasan profesi. Sedang selama belajar di pesantren

mereka baru mempelajari ilmu-ilmu agama yang sifatnya dasar dan umum,

yang akan membekali mereka landasan moral dalam kehidupan bersama94

.

Pesantren tidak pernah mengkhususkan tujuan pendidikannya,

sebagaimana sekolah-sekolah kejuruan, atau merencanakan pendidikannya

seperti sekolah-sekolah umum yang memeberikan ilmu-ilmu dasar yang dapat

dikembangkan lebih lanjut menjadi berbagai profesi atau spesialisasi bidang

studi melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya pesantren hanya

menyiapkan landasan moral agama, sedang mengenai bentuk kehidupan atau

nasib selanjutnya terserah pada perjuangan hidup di masyarakat nanti95

. Karena

santri-santri yang masuk ke Babussalam tidak melalui tes. Jadi santri terdapat

keaneka ragaman baik dari segi ilmu pengetahuan, akhlak, dan latar belakang

maksudnya kebanyakan santri yang masuk itu terpaksa karena dipaksa oleh

orangtuanya. Sehingga lahirlah sikap belajar yang asal-asalan. Sehingga

perkembangan dalam bidang pendidikan berlangsung secara lamban.

3. Fasilitas yang kurang menunjang dalam melangsungkan proses belajar

mengajar

94

Mastuhu.op.cit.,hlm.136 95

Ibid

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

78

4. Tata organisasi yang belum mapan, maksudnya organisasi masih mencari

bentuk penyesuaian sambil berjalan dan ini masih dicari solusi terbaik untuk

memecahkan hal tersebut.

E. Karakteristik

Adapun yang menjadi karakteristik Pondok Pesantren Al-Qur‟an

Babussalam diantaranya:

1. Pesantren al-Quran Babussalam menggunakan kurikulum integritid yakni

memadukan ilmu umum dan ilmu Agama, salah satu contoh seorang guru

fisika harus bisa menjelaskan ayat-ayat tentang fisika didalam al-Quran.

2. Pesantren al-Quran Babussalam mempunyai program unggulan terutama

program al-Quran yang meliputi: Tahsin yaitu tingkatan bagi pemula yang

ingin menghafal al-Quran, Kitabah (khat kaligrafi) yaitu qo‟idah menulis

yang benar, Tahfidz yaitu program menghafal al-Quran mulai dari tingkatan

santri TK sampai santri SMA, Tarjim yaitu program penerjemahan baik

secara tekstual maupun kontekstual, Tafsir yaitu pemahaman Al-quran

secara Integral berdasarkan lintas Madzhab dan Tafhim yaitu pemahaman

yang lebih kepada pengamalannya.

3. Adanya kajian sains dan religius, Fiqih yang berdasarkan lintas madzhab

maksudnya para guru harus mampu mengajarkan Fiqih ditinjau dari

berbagai Madzhab, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris kedua bahasa tersebut

di pelajari baik di sekolah maupun di Asrama, multimedia, life skill

(kecakapan hidup) adalah tempat pengembangan bakat bagi para santri yang

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

79

meliputi: Seni baca al-Quran,Tahfidz Quran, dakwah, seni lukis dan

kaligrafi, komputer, nasyid, olahraga, dan sistem kehidupan Asrama96

.

Seorang Santri sedang berpidato Bahasa Arab dan Inggris pada kegiatan Muhadhoroh pada tahun

2007 di Babussalam pusat.

Salah satu santri sedang mengikuti tes Tahfidz pada program Munaqasyah Syafahi

di Babussalam pada tahun 2007

96

Metro. Jum’at, 4 Juni 2004, hlm.4

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

80

Santri sedang mengikuti pengarahan system kehidupan di Asrama oleh Ustadz

pada tahun 2007 di Pesantren al-Quran Babussalam pusat.

F. Cabang-cabang Babussalam

Babussalam pun mendirikan Cabang- cabang di pelosok nusantara

diantaranya:

a. Babussalam Cabang selayar tahun 2004.

1. Awal perintisan sampai dengan Tahun 1997

“Hijraturrasul” dari Mekkah ke Madinah adalah inspirasi awal berdirinya

lembaga pendidikan Islam Babussalam di kabupaten Selayar . Hijrah Rasulullah

SAW. Ke Madinah ditengarai oleh sebagian ahli sejarah adalah sebuah strategi

untuk membangun kekuatan di Mekkah Al-mukaramah. Hal tersebut terbukti

dengan terjadinya “Fathu Makkah” pada tahun 13 Hijriah .Hal inilah yang

mengilhami Muchtar Adam sehingga beliau berkenan kembali ke Kabupaten

Selayar yang kemudian merintis sebuah lembaga pendidikan Islam yang bernama

pesantren al-Quran Babussalam.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

81

Masjid Nurul Hidayah Muhamadiyah yang terletak di Bua-Bua kecamatan

Benteng adalah saksi bisu tentang ide-ide itu. Setelah tiga kali memberikan

pengajian di Masjid Nurul Hidayah Muhammadiyah, beliau pun mengungkapkan

ide untuk mendirikan lembaga Pendidikan Islam di Kabupaten Selayar sebagai

bentuk kepedulian terhadap pendidikan di tanah kelahirannya. Gayung pun

bersambut. H.Mahmudin Kebo sebagai salah seorang tokoh masyarakat dan tokoh

pendidikan di Kabupaten Selayar menyambut dengan sangat antusias ide itu.

Maka setelah kuliah Subuh di Masjid Nurul Hidayah Muhammadiyah,

H.Mahmuddin Kebo mengajak Muchtar Adam untuk membicarakan ide itu serius.

Setelah berbincnag-bincang beberapa saat, kendala yang muncul adalah masalah

tanah. H.Gossang yang berganti nama menjadi H. Ali setelah masuk Islam yang

ketika itu dikenal sebagai sosok dermawan dan memiliki banyak tanah disepakati

untuk membantu menuntaskan masalah ini. Dipagi menjelang siang, Muchtar

Adam Gossang yang berganti nama menjadi H. Mahmuddin Kebo datang

bersilaturahim kerumah H. Ali dan mengungkapkan rencana pendirian pesantren

itu. Pada pertemuan itu di ungkapkan oleh Muchtar adam bahwa kendala yang

dihadapi saat itu adalah masalah tanah H. Ali ketika mengetahui bahwa yang jadi

masalah tanah, beliaupun menyanggupi untuk menghibahkan sebagian tanah

yang dimilikinya. Pada hari itu juga, H. Ali, H. Mahmuddin Kebo, dan Muchtar

adam bersama dengan seorang supir ber angkat ke mata lalang untuk meninjau

lokasi tanah persiapan pendirian pesantren.Ada tiga tempat yang ditawarkan oleh

H.Ali pada saat itu .lokasi pertama adalah pasanderang seluas 4 ha, pesantren

Babussalam saat ini, kedua adalah tanah yang berlokasi di sebelah selatan jalan

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

82

masuk ke palemba seluas 30 ha, dan lokasi ketiga adalah tanah sebelah barat jalan

masuk ke palemba seluas sangat besar sebab di tanah ini terdapat sumber air yang

sangat melimpah97

.

Di tahun 1993, diadakanlah rapat di SMI Muhammadiyah untuk

membicarakan langkah-langkah selanjutnya untuk mewujudkan cita-cita itu.

Rapat di hadiri oleh kurang lebih 10 orang tokoh Masyarakat kab. Selayar yang

diantaranya adalah Bapak H.Rahim patta ,Bapak ridwan, H. Baso Rumma,

H.Mahmuddin kebo, dan tokoh-tokoh lainnya. Diskusi begitu alot antara Pro dan

kontra. Di sebagian kalangan muncul rumor bahwa Muchtar adam bukan lagi

kader Muhammadiyah. Bahkan oleh pihak tertentu dituduh berfaham syi‟ah ,

salah satu faham yang oleh MUI telah di fatwakan haram berkembang di

Indonesia. Akhirnya walaupun alot namun rapat tidak menghasilkan kesimpulan

yang jelas98

.

Untuk mencari tahu, apakah isu negatif yang terlontarkan di forum rafat itu

benar atau tidak, H. Mahmuddin kebo berangkat kebandung untuk

mengklarifikasikan berita miring itu. Di luar dugaan dan hal itu memang telah

menjadi rekayasa Allah , ketika H.Mahmuddin Kebo tiba di bandung, pada malam

harinya muchtar Adam memberikan Tausyiah yang pada saat itu di hadiri tokoh-

tokoh Muhammadiyah bahkan oleh pimpinan Wilayah Muhammadiyah jawa

97

Muchtar Adam.op.cit.,hlm.65 98

Ibid

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

83

Barat. Pupuslah sudah dan terkisahlah habis perasaan negative yang selama ini

sempat terbetik di benak H.Mahmuddin kebo99

.

Pada Tahun yang sama di bentuklah formasi pengurus yayasan Babussalam

Cabang Selayar dengan formasi ketua (H.Ali), Sekretaris (H.Mahmuddin Kebo),

dan Bendahara (H.Anwar). Dalam upaya mempercepat proses kaderisasi yang

nantinya menjadi tulang punggung pesantren al-Quran Babussalam , pada tahun

1991 diutus 10 orng kader untuk menimba ilmu di pesantren al-Quran

Babussalam pusat. Mereka diantaranya H.Kamarudin, Drs.Mappa Bangka, Drs

Daeng malewa, Drs. Ibrahim, Drs.Nur Alim, Drs.Topan Adil, dan beberapa

Pembina lainnya. Setelah setahun menimba ilmu di Babussalam pusat para kader

kembali di tahun 1992. Setelah kemabli di tahun 1992, ibu Marwiah (Salah

seorang kader) mendirikan Tk Babussalam di kecamatan Benteng.

Di tahun 1993, dengan mengucapkan lafadz Basmalah, peletakan batu

pertama pembangunan pesantren pun dimulai sambil membenahi jalan masuk ke

lokasi pembangunan yang ketika itu tidak dapat di lalui oleh kendaraan roda

empat, walau tidak dihadiri oleh bayak orang. Namun peletakan batu per tama

yang dilakukan oleh KH. Abdul Kadir Kasim ketika itu sungguh membawa

berkah.100

Di tahun 1995, diadakanlah rapat kedua dalam rangka pembentukan

pengurus baru yayasan Babussalam cabang selayar di Hotel Berlian pada rapat itu

terpilih Bapak kamarudin (Almarhum) dan KH. Abdul Kadir Kasim sebagai

99

Ibid.66 100

Ibid

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

84

direktur Pesantren al-Quran Babussalam. Dan pada tahun yang sama tepatnya

tanggal 17 juli 1995 di bukalah pendaftaran untuk jenjang pendidikan SMP dan

SMA. Pada saat itu hanya ada satu gedung dengan jumlah local 4 ruangan:

1.ruangan untuk kantor, 1 ruangan asrama, satu ruangan kelas SMA bergabung

dengan koperasi, dan 1 ruangan kelas SMP bergabung dengan Mushola. Adapun

SD baru di buka pada tahun 1997.101

Salah satu ide awal dan pemotivasi perintis pesantren al-Quran Babussalam

cabang selayar adalah menjadikan pesantren ini wadah pengkaderan Ulama.

Mengelola pesantren sangat berbeda dengan lembaga pendidikan

umum.karena itu, manajemennya pun harus lain. Memegang amanah selaku ketua

yayasan yang bergerak di bidang pendidikan ala pondok membutuhkan semangat

“pantang menyerah“, karena model pendidikan ini tidak hanya memikirkan

bagaimana memperlancar proses Belajar-Mengajar, melainkan juga, fasilitas

ibadah, pemondokan,dapur ,tenaga Pembina (bukan sekedar mengajar), MCK,

keamanan, kemandirian, dan juga kesejahteraanpembina maupun santri

.Menyadari beratnya tantangan yang bakal dihadapinya, maka pengurus yayasan

dan pengelola pesantren menerapkan 3 prinsip102

yaitu:

1. Prinsip kerja

Kerja keras yang mengandalkan tenaga, jasmani dan fisik

Kerja cerdas dengan mengandalkan akal, otak dan fikiran

Kerja Ikhlas dengan mengandalkan hati yang tulus

101

Ibid.67 102

Ibid.67-68

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

85

2. Prinsip interaksi

Segala kelebihan agar disebar keluar sehingga menjadi contoh dan juga

publikasi atau promosi, agar menjadi daya tarik bagi pihak lain.

Segala kekurangan dan Kelemahan, dikomunikasikan kedalam agar dapat

segera di benahi dan diperbaiki sehingga tidak merusak citra.

Membangun citra yang baik sangat susah, tetapi lebih susah lagi

mempertahankannya.

3. Prinsip Transparansi, adanya laporan keuangan kepada publik setiap tiga

bulan.

Pesantren al-Quran Babussalam Cabang Selayar terletak di Passanderang

Km 5 Matalang. Bonto Bangun Kecamatan Bontoharu PO BOX 102 Telp/Fax

(0414) 22199 Kabupaten Selayar 92812 Sulawesi Selatan. Selain cabang selayar

ada cabang-cabang yang terletak di daerah terpencil diantaranya:

a. Babussalam cabang Wakatobi Sulawesi tenggara. Tepatnya di Jl. Merdeka

No. 85 Wangiwangi Utara. Cabang Wakatobi didirikan pada tahun 2005,

dan sekolah yang baru dibuka yaitu SMA. Dan semua itu dilihat akan

kebutuhan masyakat setempat.

b. Pada tahun 2006 didirikanlah Babussalam Cabang Solok Selatan di Jl.

Kiambang Raya No. 103 Jorong Kp. Non Limo Kota Baru Sumatrera

Barat. Dan didirikan pula Babussalam Cabang Aceh Besar di Jl. Taman

Makam Pahlawan No. 84 Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh

Nangroe Aceh Darussalam. Dan sekolah yang didirikan disini yaitu SMA

dan SMK.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

86

c. Pada tahun 2007 didirikanlah Babussalam cabang Nias, disini belum

didikan sekolah baru mesjid Agung Babussalam yang di dalamnya terdapat

pengajian-pengajian anak-anak (madrasah) dan pengajian Bapak-bapak/Ibu-

ibu. Belum didirikannya sekolah formal karena sulit mendapat ijin dari

pihak setempat yang Islamnya hanya 5 persen 103

Gambar di atas adalah gedung sekolah, asrama dan lahan Cabang Babussalam Selayar

Sulawesi Selatan. Yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, dapat

terlihat dari bangunan yang sudah permanen. Meskipun berada di pulau terpencil.

asrama

Asrama Santri di Babussalam Cabang Selayar Sulawesi Selatan masih minim.

103

Wawancara dengan H. M. Eko Slamet Riyadi, 31 Januari 2009

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

87

Gedung Sekolah

Gambar di atas merupakan gedung Sekolah,kegiatan belajar mengajar siswa/siswi SMA

dan sedang menggali mata air di Babussalam Cabang Wakatobi Sulawesi Tenggara.

Peresmian dan peletakan

batu pertama

Peresmian dan peletakan Batu Pertama di Babussalam cabang Wakatobi Sulawesi

Tenggara yang dilakukan oleh KH. Drs Muchtar Adam dengan pejabat setempat.

Peletakan batu pertama

Peletakan batu pertama oleh PJ. Gubernur NAD, Drs. Azwar Abu Bakar,

didampingi H. Syafik Umar, Pemimpin Umum Harian PIkiran Rakyat Bandung, dan KH. Drs. Muchtar Adam, Ketua Yayasan Babussalam Pusat,

Bandung

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

88

Pembangunan Tahap III

Bangunan Sekolah yang cukup megah, terdiri dari tiga tingkat dan beberapa ruangan di

Aceh Besar

oLahan 25 Ha

oSMA Pertanian

Lahan yang di persiapkan untuk Bangunan Babussalam Cabang Meulaboh (Aceh)

Perencanaan pembangunan di Meulaboh yang dihadiri oleh KH. Drs Muchtar Adam,

Ketua Harian Pikiran Rakyat H. Syafik Umar dan beberapa tokoh masyarakat di

Meulaboh Aceh.

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

89

Nampak jelas bangunan mesjid Nias Selatan yang sangat megah yang dibangun atas kerja

sama Babussalam dengan Harian Umum Pikiran Rakyat untuk daerah pasca gempa

Tsunami tahun 2005 di Sumatra Utara.

Iedul Adha Pertama

Suasana di dalam mesjid setelah melaksanakan Shalat Iedul Adlha pertama setelah selesai

pembangunan mesjid tahun 2007.

Ada beberapa alasan mengapa Kyai Muchtar Adam bergerak untuk

membangun sekolah terpadu di daerah pulau terpencil, salah satu alasannya yaitu:

Pertama, ia melihat bahwa di pulau-pulau terpencil itu untuk pendidikan jauh

tertinggal dengan yang ada di Jabar atau Jawa secara umum. Diceritakan ketika

dirinya duduk di Komisi VI DPR-RI (periode 1999-2004). Saat melakukan

kunjungan kerja ke daerah-daerah luar Jawa, terutama pulau terpencil sangat

terasa sekali ketimpangan pendidikan tersebut. Masih banyak anak usia sekolah

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

90

tidak bias sekolah karena sulit dan kurangnya sarana pendidikan didaerah

terpencil. “itu sangat menyedihkan sekali. Sehingga, saya ingin sekali berjuang

untuk membangun sekolah di daerah terpencil. Saya menjalin kerja sama dengan

berbagai pihak untuk membantu pendanaannya.

Tak jarang di daerah-daerah terpencil itu, diantara mereka kalau ingin

melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP ke SMA, harus pindah pulau atau dating

ke kota lainnya, yang jaraknya sangat jauh. Jelas secara financial akan memakan

biaya besar, sementara sisi perekonomian keluarga di daerah terpencil itu, sangat

kurang.

“Saya banyak terenyuh kalau sudah demikian, karena kesempatan anak-

anak di pulau-pulau kecil itu, tidak biasa seperti kita yang ada di Pulau

Jawa. Makanya, saya bertekad untuk mengembangkan sekolah di daerah itu.

Kita menjalin kerja sama dengan Departemen Pendidikan Kelautan dan

Perikanan, untuk membantu pengenbangan sekolah yang dirintis ini”,

paparnya.

Kedua, agar kemajuan warga di pulau itu berkembang. Serta masalah lain, agar

pulau itu tidak dicaplok oleh Negara lain. Beberapa pulau kecil yang berbatasan

dengan Filipina atau Malaysia, jangan sampai ditinggal oleh warga hanya karena

alas an anak mudanya tidak bias sekolah. Jika nanti generasi mudanya pergi,

pulau itu kosong, jelas khawatir pulau itu akan diisi oleh orang luar. Salah satu

cara untuk mencegah hal itu terjadi, harus dibangun sekolah di daerah itu.

Ketiga, untuk berdakwah. Karena untuk dating ke pulau-pulau terpencil itu

jelasnya, membutuhkan waktu serta dana besar. Pergi ke Pulau Wakatobi,

misalnya, mesti berjam-jam di kapal kecil di tengah lautan yang mesti dilalui.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

91

“Bahkan, ada yang 19 jam mesti kita tempuh dengan perahu untuk sampai ke

sekolah itu”, ungkap ayah tujuh anak ini.104

Tetapi, karena semua itu ikhlas untuk berjuang dalam dakwah Islam, maka

dilakukannya dengan penuh semangat. Ia tak mengenal lelah atau putus asa, untuk

terus berjuang dating ke satu pulau kecil hingga pulau lainnya, untuk mendirikan

sekolah berikut pesantrennya. Termasuk kerja sama dengan Harian Umum (HU)

Pikiran Rakyat untuk membangun sekolah terpadu di Aceh Besar dan

Meulaboh.105

104

Pikiran Rakyat, Minggu 5 Maret 2006 105

Ibid.

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

92

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian mengenai Peranan K.H. Muchtar Adam Pada

Pengembangan Pondok Pesantren Al-qur‟an Babussalam tahun 1981-2007, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pondok pesantren al-Quran Babussalam didirikan pada tanggal 12 Rabiul Awal

1401 H atau pada tanggal 18 Januari 1981, oleh KH. Drs Muchtar Adam. Dan

tujuannya didirikannya Pesantren yaitu untuk mewujudkan tempat pendidikan

yang berintelektual, berspiritual, dan berakhlaqul karimah. Adapun tujuan yang

lain yaitu untuk membina kesadaran dan rasa tanggungjawab umat terhadap

ajaran Islam melalui kesejahteraan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan manusia seutuhnya. Adapun Visi Babussalam yaitu sebagai

pelopor dan pusat pendidikaan al-Quran secara terpadu melalui Lintas

Madzhab. Dan adapun Misi Babussalam yaitu menjadi salah satu wadah untuk

mewujudkan Ukhuwah Islamiah dan Wahdatul Ummah dengan menggalang

kerjasama berlandaskan kejujuran watak untuk berbakti kepada Agama, Nusa

dan Negara Republik Indonesia.

2. Peranan KH. Drs Muchtar Adam dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Al-qur‟an Babussalam sangat besar sekali. Salah satu diantaranya yaitu Kyai

memiliki peran sentral dalam mengembangkan pesantren membina IMTAQ

khususnya santri dan jema‟ah pada umumnya. Selain itu, kyai pun mempunyai

peranan yang penting dalam pencarian dana sehingga tercipta sarana dan

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

93

prasarana yang cukup memadai seperti saat ini. Perkembangan Pesantren Al-

Qur‟an Babussalam terbagi kedalam dua tahap yaitu: Tahap pertama, dimulai

pada tahun 1981-1998 merupakan awal perintisan, jadi belum ada sarana

prasarana yang cukup memadai seperti sekarang ini. Pada saat ini Lembaga

pendidikan berupa Madrasah Tsanawiyah dan selanjutnya Madrasah

Ibtidaiyyah. Tahap kedua , pada tahun 1998-2007 merupakan perkembangan

Babussalam, diawali dengan diangkatnya KH. Drs Muchtar Adam menjadi

anggota DPR MPR komisi VI bidang pendidikan Agama. Perkembangan dapat

dilihat dengan adanya pergantian Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah

dan Madrasah Aliyah menjadi SD Plus, SMP Plus dan SMA Plus Babussalam

kemudian ditambah program-program pendidikan Al-Qur‟an jadi

bertambahnya jumlah Santri, jumlah tenaga pengajar serta sarana dan prasarana

pun mulai mengalami peningkatan. Disamping itu, Pesantren al-qur‟an

Babussalam pun memiliki peranan penting bagi Masyarakat Desa Ciburial

yaitu dalam aspek pendidikan kepesantrenan , dakwah, pengobatan dan sosial

kemasyarakatan. Dan yang terakhir didirikan Cabang-cabang Babussalam di

pulau-pulau terpencil, diantaranya: Babusalam cabang Selayar (Sulawesi

Selatan), Babussalam Cabang Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Babusalam

cabang Aceh Besar (Montasik), Babusalam cabang Meulaboh (Aceh Barat) dan

Cabang Nias Selatan (Sumatera Utara).

Page 94: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

94

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 95: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/178/3/3_bab1sd4.pdf3 pendidikan yang dicita-citakan7. Dan lembaga adalah badan atau organisasi yang mempunyai tujuan

95