BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh... · dalam diri siswa) dan faktor sosial...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh... · dalam diri siswa) dan faktor sosial...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar,
dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku manusia kearah yang baik dan sesuai
dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar
sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat, teknologi serta
kehidupan yang semakin kompleks.
Seperti digariskan dalam GBHN bahwa pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dengan demikian pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Salah satu upaya pemerintah di bidang
pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu adanya wajib belajar
sembilan tahun yang dilaksanakan semenjak tahun 1994.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa
komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi,
bergantung dan berguna untuk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan
pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan dan alat pendidikan.
Kelima komponen tersebut akan terimplementasikan dalam proses pembelajaran,
yaitu aktivitas belajar mengajar. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam
dirinya telah terjadi perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pendidikan khususnya
pendidikan formal yang lebih dikenal dengan pendidikan sekolah dilaksanakan
secara teratur bertingkat atau berjenjang mengikuti syarat-syarat yang jelas dan
ketat. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi dan juga sebagai persiapan memasuki dunia
kerja.
Hal yang wajar apabila seorang siswa pada masa belajar di bangku
sekolah dituntut untuk mencapai prestasi yang baik. Namun pada kenyataannya
1
2
usaha untuk menjadi pelajar yang berprestasi bukanlah proses yang sederhana,
sebab upaya untuk itu haruslah diwujudkan dalam bentuk aktivitas belajar yang
kompleks.
Berdasarkan perolehan data awal pada prestasi belajar ekonomi semester
satu pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran
2007/2008 menunjukkan bahwa prestasi yang diperoleh cukup baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1
RATA-RATA NILAI SEMESTER SATU
Kelas XI Jumlah siswa Rata-rata kelas
IPS 1 40 65
IPS 2 40 63
IPS 3 41 64
IPS 4 40 65
IPS 5 40 66
Jumlah 201 64.5
Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa
semester ganjil kelas XI IPS adalah 64.5 dapat dikatakan cukup baik dan siswa
sudah tuntas belajar meskipun belum optimal.
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar ditentukan oleh beberapa faktor
yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto (2002: 2) bahwa: Ada dua
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor individual (yang ada
dalam diri siswa) dan faktor sosial (yang ada di luar diri siswa). Faktor internal
meliputi: bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemandirian dan sebagainya,
sedangkan faktor eksternal meliputi: faktor keluarga atau keadaan rumah tangga,
guru dan cara mengajarnya, fasilitas belajar, lingkungan masyarakat, kesempatan
dan sebagainya. Berdasarkan faktor-faktor tersebut pada penelitian ini mengambil
faktor yang berasal dari siswa yaitu motivasi berprestasi dan kemandirian belajar.
Motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut
3
untuk melakukan sesuatu. Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi percapaian prestasi belajar. Faktor lain yang mempengaruhi
percapaian prestasi belajar yang baik adalah cara belajar yang efektif dan efisien.
Cara belajar yang baik mengandung pedoman tertentu yang harus dipahami agar
mendapatkan hasil belajar yang baik, yaitu dengan berorientasi pada prinsip
belajar mandiri. Prinsip belajar mandiri adalah prinsip belajar yang bertumpu pada
kegiatan dan tanggung jawab siswa demi keberhasilan belajar yang menjadi
kewajibannya. Konsep belajar mandiri harus dimiliki setiap siswa yang ingin
memperoleh prestasi belajar yang baik. Belajar mandiri berorientasi pada
kemungkinan yang realistis dalam kegiatan sekolah sehari-hari. Kurangnya
kemandirian belajar menghambar mutu belajar siswa. Hal tersebut muncul karena
rendahnya minat belajar pada siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
Siswa yang giat belajar karena didorong untuk mendapatkan nilai yang
tinggi, maka siswa tersebut akan terdorong untuk rajin belajar. Keinginan untuk
mendapatkan nilai yang tinggi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi siswa.
Disamping itu dalam masa pembangunan dewasa ini perlu dikembangkan
sikap yang lebih menekankan pada inisiatif dan tidak sekedar menunggu
kesempatan dan pasif. Sikap-sikap tersebut tercakup dalam kemandirian individu.
Berpijak pada latar belakang tersebut timbul pemikiran untuk mengkaji
lebih dalam dengan melakukan penelitian mengenai Pengaruh Motivasi
Berprestasi dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi
Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar uraian pada latar belakang masalah di atas terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar yang baik merupakan dambaan
dari setiap siswa tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa mempunyai
prestasi belajar yang baik.
4
2. Dalam kegiatan belajar mengajar tingkat motivasi belajar para siswa dalam
mengikuti pelajaran berbeda-beda, ada yang tinggi, sedang, maupun rendah.
Sehingga dalam hal ini perbedaan motivasi siswa dimungkinkan akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Kemandirian sangat berkaitan dengan kemampuan dalam melaksanakan
tanggung jawab yang dimiliki.
4. Kemandirian belajar merupakan faktor internal yang harus dimiliki siswa agar
dapat belajar dengan baik.
5. Kemandirian siswa dalam belajar dimungkinkan dapat meningkatkan pada
pencapaian prestasi belajar yang diraihnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji
dapat terarah dan lebih mendalam, maka masalah tersebut dibatasi sebagai
berikut:
1. Ruang Lingkup Permasalahan
a) Prestasi belajar adalah hasil proses pembelajaran dalam proses belajar
mengajar, yang ditunjukan oleh nilai.
b) Motivasi berprestasi merupakan suatu usaha yang mendorong individu untuk
berpacu dengan ukuran keunggulan. Motivasi berprestasi disini yaitu motivasi
berprestasi SMA negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.
c) Kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan
mengendalikan diri dalam setiap kegiatan belajarnya sehingga mampu
melakukan tugas atau pelajaran sendiri dengan sedikit bimbingan tanpa
menggantukan pertolongan atau bantuan orang lain.
2. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti dalam permasalahan ini ada 3 variabel yaitu, 2
variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari motivasi
berprestasi dan kemandirian belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi
belajar.
5
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian berkaitan dengan karakteristik subjek yang digunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini Subjek penelitianya adalah seluruh siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama motivasi berprestasi dan
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar ekonomi kelas XI IPS SMA
Negeri 5 Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui adanya pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakata.
2. Mengetahui adanya pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta.
3. Mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama motivasi berprestasi dan
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar ekonomi kelas XI IPS SMA
Negeri 5 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian sudah pasti diharapkan mempunyai suatu manfaat.
Demikian juga dengan penelitian ini diharapkan juga mempunyai manfaat sebagai
berukut:
6
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti dalam perkembangan proses belajar mengajar siswa
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep atas teori-
teori tentang pengaruh motivasi berprestasi dan kemandirian belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi sumbangan pemikiran bagi para guru dan lembaga pendidikan pada
umumnya tentang pentingnya motivasi berprestasi dan kemandirian belajar
siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Motivasi Berprestasi
a. Pengertian Motivasi Berprestasi
Perkembangan hidup manusia tidak pernah terlepas dari segala aktivitas,
dan aktivitas itu timbul karena adanya motivasi dalam individu, sedangkan
seseorang termotivasi karena adanya tujuan yang diharapkan. Tingkat motivasi
pada diri seseoranglah yang membedakan besarnya usaha dalam mencapai suatu
tujuan.
Pengertian motivasi berkaitan dengan pengertian motif yang sering
diartikan dorongan. Antara istilah motivasi dan motif suatu istilah yang dipakai
secara bergantian dalam arti bahwa pengertian motif dan motivasi sukar
dibedakan secara tegas, seperti yang dinyatakan oleh Moh. Uzer Usman (2001:
28) keterkaitan antara motif dengan motivasi dinyatakan sebagai berikut:
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Hal senada diungkapkan oleh Sardiman A.M (2001: 71) sebagai berikut:
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Pengertian di atas diperkuat dengan pendapat dari W.S Winkel (1996:
151) yang menyatakan bahwa :
7
8
Dibedakan antara motif dan motivasi. ”Motif” adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif itu merupakan suatu kondisi internal (kesiapsiagaan). ”Motivasi” adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu.
Atas dasar pengertian-pengertian tersebut bahwa motif diartikan sebagai
suatu keadaan dalam individu yang tidak bisa diamati secara langsung, dalam
bahasa sehari-hari menunjukkan seperti keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan
atau ambisi, sedangkan motivasi merupakan dorongan yang ada dalam individu
yang menyebabkan individu tersebut melakukan kegiatan atau tingkah laku untuk
mencapai suatu tujuan.
Muhibbin Syah (2005: 151) berpendapat bahwa ”Motivasi adalah keadaan
internal oprganisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu”. Motivasi dalam pengertian ini berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah. Hal senada diungkapkan oleh Ngalim
Purwanto (2002: 71) bahwa ”Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”,
sedangkan Fudyartanto (2002: 258) berpendapat bahwa ”Motivasi adalah usaha
untuk meningkatkan kegiatan termasuk kegiatan belajar. Jadi, jika dikatakan
motivasi belajar, maksudnya adalah mendorong atau memberikan semangat
kepada individu yang melakukan kegiatan belajar, agar lebih giat belajar supaya
prestasinya meningkat menjadi lebih baik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat dikatakan pula sebagai serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan
ingin melakukan sesuatu, dan apabila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
menghilangkan perasaan tidak suka tersebut dan motivasi pada dasarnya dapat
dirangsang dari luar, tetapi motivasi sendiri tumbuh dari dalam diri seseorang, dan
sebagai faktor inner (batin) tersebut maka motivasi berfungsi untuk menimbulkan,
mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar.
9
Motivasi dapat dipandang sebagai sesuatu yang terkait dengan kebutuhan.
Maksudnya bahwa individu termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas kalau
hasil aktivitas itu memenuhi kebutuhannya. Pada umumnya seseorang mempunyai
motivasi untuk melakukan segala aktivitas yang terbaik sebagai tujuannya, maka
muncullah pengertian bermotivasi.
David Mc.Clelland seperti dikutip oleh Djamaah Sopah (2000: 123)
mempopulerkan konsep motivasi berprestasi dengan istilah n-Ach atau need for
achievement yang merupakan ”Suatu usaha untuk mencapai sukses yang bertujuan
untuk berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan (standard of
excelence)”. Standar keunggulan yang dimaksud dapat berupa prestasi orang lain,
tetapi dapat juga berupa prestasi sendiri sebelumnya.
Hal senada diungkapkan oleh Heckhausen seperti dikutip Djamaah Sopah
(2000: 124) bahwa ”Motivasi berprestasi merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan atau mempertahankan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam
segala aktivitas, dan suatu ukuran keunggulan digunakan sebagai pembanding”.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Heckhausen menggunakan tiga
standar keunggulan yang dapat digunakan sebagai pembanding, yaitu: 1). Tugas,
yaitu yang berhubungan dengan penyelesaian tugas dengan sebaik-baiknya. 2).
Diri sendiri, yaitu berhubungan dengan pencapaian prestasi lebih tinggi dari
sebelumnya. 3). Orang lain, yaitu berhubungan dengan prestasi lebih tinggi dari
pada prestasi orang lain.
Menurut W.S. Winkel (1996: 175)”Achievement motivation merupakan
daya penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan
melibatkan diri dalam kegiatan dan keberhasilannya tergantung pada usaha
pribadi dan kemampuan yang dimiliki”. Dalam rangka belajar di sekolah
achievement motivation terwujud dalam daya penggerak pada siswa untuk
mengusahakan kemajuan dalam belajar dan mengejar taraf prestasi maksimal,
demi pengayaan diri sendiri dan penghargaan terhadap diri sendiri. Orientasi
siswa yang utama terfokuskan pada memperoleh prestasi bagus, meskipun ia
menyadari bahwa kemungkinan untuk gagal tetap ada, sedangkan menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2003: 70) mengatakan bahwa ”Motivasi berprestasi adalah
10
motivasi yang berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam
mencapai prestasi yang tertinggi”. Jadi dengan keinginan untuk berprestasi
mendorong siswa untuk melakukan kompetisi dan memiliki kebutuhan
memperoleh hasil tertinggi atau sempurna dan cemerlang. Motivasi berprestasi
yang dimiliki individu akan mendasari semua perilaku belajar siswa, salah satu
bentuknya siswa akan berusaha mencapai nilai lebih tinggi dari temannya.
Bertolak dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk memperoleh
keberhasilan, untuk mengusahakan kemajuan dalam belajar dan mengejar taraf
prestasi maksimal, demi pengayaan diri sendiri dan penghargaan terhadap diri
sendiri. Standar keunggulan yang dapat digunakan sebagai pembanding, yaitu: 1).
Tugas, yaitu yang berhubungan dengan penyelesaian tugas dengan sebaik-
baiknya. 2). Diri sendiri, yaitu berhubungan dengan pencapaian prestasi lebih
tinggi dari sebelumnya. 3). Orang lain, yaitu berhubungan dengan prestasi lebih
tinggi dari pada prestasi orang lain
b. Komponen Motivasi Berprestasi
Motivasi menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Wasty Soemanto (!998:
203-204) ”Sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang
yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai
tujuan”. Definisi ini berisi 3 hal, yaitu: 1). Motivasi dimulai dengan suatu
perubahan tenaga dalam diri seseorang. 2). Motivasi ini ditandai oleh munculnya
rasa/feling, afeksi seseorang. 3). Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai
tujuan.
Dimyati dan Mudjiono (1999: 80) berpendapat bahwa ”Motivasi juga
dapat dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar”. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, dan mengarahkan sikap perilaku
individu belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) pengertian motivasi berprestasi
mengandung beberapa komponen, yaitu:
11
1) Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa
yang ia miliki dan yang ia harapkan. Maslow membagi kebutuhan menjadi lima
tingkat, yaitu:
a) Kebutuhan fisiolofis, berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti
pangan, sandang, dan perumahan.
b) Kebutuhan akan perasaan aman, berkenaan dengan keamanan yang bersifat
fisik dan psikologis.
c) Kebutuhan sosial, berkenaan dengan perwujudan berupa diterima orang lain,
jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan, dan pemilikan
harga diri.
d) Kebutuhan akan penghargaan diri
e) Kebutuhan untuk aktualisasi diri, berkenaan dengan kebutuhan individu untuk
menjadi sesuatu dengan kemampuannya.
Ahli lain, Mc. Clelland berpendapat bahwa setiap individu memiliki tiga
jenis kebutuhan dasar, yaitu:
a) Kebutuhan akan kekuasaan, terwujud dalam keinginan mempengaruhi orang
lain. Kebutuhan ini, menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang
memperhatikan perasaan orang lain.
b) Kebutuhan untuk berafiliasi, tercermin dalam terwujudnya situasi
persahabatan dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku
untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
c) Kebutuhan berprestasi, terwujud dalam keberhasilan melakukan tugas-tugas
yang dibebankan. Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur
berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini
mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu.
2) Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan
penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku
mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme
12
terjadi disebabkan oleh respon dari organisme, kekuatan dorongan organisme, dan
penguatan kedua hal tersebut.
3) Tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan
tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Secara psikologis,
tujuan merupakan titik akhir sementara pencapaian kebutuhan. Jika tujuan
tercapai maka kebutuhan terpenuhi untuk sementara. Jika kebutuhan terpenuhi
maka orang menjadi puas, dan dorongan mental untuk berbuat terhenti sementara.
c. Fungsi dan Peranan Motivasi
Motivasi berprestasi dianggap penting dalam belajar dilihat dari segi
fungsinya. Motivasi berprestasi mendorong timbulnya tingkah laku dan
mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Menurut Sardiman A.M (2001: 81)
fungsi motivasi adalah :
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 75) fungsi motivasi berprestasi adalah :
1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar. Motivasi berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil; dalam rangka belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana yang diabaikan dalam rangka mencapai tujuan.
13
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu
merupakan suatu kekuatan yang tidak terbendung, yang kemudian terjelma dalam
bentuk gerakan fisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan
segenap jiwa dan raga. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan.
Kegiatan belajar mengandung dua aspek motivasi berprestasi yang
dimiliki oleh peserta didik, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Adanya
motivasi internal berarti bahwa peserta didik menyadari bahwa kegiatan belajar
yang sedang diikutinya bermanfaat baginya karena sejalan dengan kebutuhannya,
sedangkan untuk motivasi eksternal berarti bagaimana upaya guru selaku pihak
pendidik membangkitkan, mengembangkan, dan memelihara motivasi yang ada
pada anak, agar kegiatan belajar anak dapat terus berlangsung, sehingga mencapai
hasil yang optimal. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi sangat
penting dalam proses belajar mengajar.
Seperti diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999: 81) pentingnya
motivasi berprestasi dalam belajar adalah sebagai berikut:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.
2) Mengarahkan kegiatan belajar. 3) Membesarkan semangat belajar. 4) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja.
d. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 83) memiliki
unsur-unsur yang dapat mempengaruhinya yaitu:
1) Cita-cita dan aspirasi siswa
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat
memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran,
penguatan dengan hadiah atau hukuman akan dapat mengubah keinginan
menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Kemauan inilah
14
yang dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Cita-cita yang tumbuh dari
kemauan dapat berlangsung dalam waktu lama bahkan sepanjang hayat.
2) Kemampuan siswa
Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan unsur penting dalam
memperkuat motivasi berprestasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran dan perkembangan.
3) Kondisi siswa
Kondisi siswa itu meliputi kondisi jasmani dan rohani yang dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar
atau marah-marah akan terganggu perhatiannya dalam belajar, sebaliknya
siswa sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian pada
penjelasan guru, tetapi setelah siswa tersebut sehat siswa akan mengejar
ketinggalan pelajaran. Siswa akan dengan senang hati membaca buku-buku
pelajaran agar memperoleh nilai raport yang baik. Dengan demikian kondisi
jasmani dan rohani siswa berpengaruh terhadap motivasi berprestasi.
4) Kondisi lingkungan
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Tempat tinggal yang
kumuh, ancaman teman yang nakal akan menggangu kesungguhan belajar.
Sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi
berprestasi. Oleh karena itu, kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup,
ketertiaban pergaulan perlu ditingkatkan mutunya. Dengan lingkungan yang
aman, tentram, tertib, dan indah maka semangat dan motivasi berprestasi
mudah untuk dikembangkan dan dijaga.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa yang memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran
dapat mengalami perubahan karena pengalaman hidup yang akan
berpengaruh pada motivasi berprestasi dan perilaku belajar. Lingkungan
budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film
semakin menjangkau dan mempengaruhi siswa. Kesemua lingkungan tersebut
mendinamiskan motivasi berprestasi siswa.
15
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Kegiatan mengajar yang dilakukan guru harus mengandung unsur-unsur
untuk memotivasi siswa. Guru yang profesional diharapkan mampu
memanfaatkan fasilitas belajar yang ada di sekolah untuk menumbuhkan
motivasi berprestasi.
e. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi
Sardiman A.M. (2001: 81) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang
memiliki motivasi berprestasi yaitu:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah ”untuk orang dewasa”.
4) Lebih senang bekerja sendiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7) Tidak mudah melepaskan hal ang yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Menurut Murray seperti dikutip Djamaah Sopah (2000: 124)
mengemukakan beberapa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi, yaitu:
1) Memiliki sikap percaya diri. 2) Bertanggungjawab. 3) Aktif dalam kegiatan masyarakat dan sekolah atau kampus. 4) Lebih memilih orang yang ahli sebagai mitra dari pada orang yang
simpatik. 5) Lebih tahan terhadap tekanan sosial.
Murray seperti yang dikutip oleh J. Winardi (2001: 81) juga merumuskan
kebutuhan akan prestasi sebagai keinginan untuk:
...Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi objek-objek fisikal, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin, dan seindependen
16
mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
Heckausen seperti yang dikutip Djamaah Sopah (2000: 124) memberikan
enam ciri-ciri orang yang motivasi berprestasinya tinggi:
1) Memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri 2) Lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya sedang-sedang saja
dari pada tugas yang sukar atau sangat mudah. 3) Berorientasi kemasa depan. 4) Tabah, tekun, dan fifih dalam mengerjakan tugas. 5) Sangat menghargai waktu. 6) Lebih memilih seorang yang ahli sebagai mitra dari pada orang yang
simpatik.
Konsep motivasi berprestasi memiliki dua kecenderungan yaitu
kecenderungan motivasi berprestasi tinggi dan kecenderungan motivasi
berprestasi rendah. Kenneth seperti yang dikutip Djamaah Sopah (2000: 125)
mengemukakan ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi beprestasi rendah yaitu
”1). Merasa tidak disenangi, tidak penting dan tidak dihargai. 2). Terbuai dengan
masa lampau dan kurang menatap masa depan. 3). Kurang percaya diri dan
merasa terancam oleh pengalaman-pengalaman tertentu”.
Mc.Clelland seperti yang dikutip Abdullah Alhazda (2003: 24)
mengemukakan tiga karakteristik umum dari orang yang memiliki motivasi
berprestasi yaitu:
1) Kepiawaian menetapkan tujuan personal yang tinggi tetapi secara rasional dapat dicapai
2) Lebih komit terhadap kepuasan berprestasi secara personal dari dalam dari pada iming-iming hadiah dari luar.
3) Keinginan akan umpan balik dari pekerjaannya. Atas dasar beberapa pendapat ahli di atas dapat dinyatakan bahwa pada
dasarnya individu yang memliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu bekerja
keras, tangguh, tidak mudah putus asa, berorientasi ke depan, menyenangi tugas
yang memiliki tingkat kesulitan yang sedang, menyukai balikan yang cepat dan
efisien mengenai prestasinya serta mandiri. Juga bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah, mempunyai kepercayaan diri, tidak membuang waktu,
17
memilih pasangan yang mempunyai kemampuan, serta berusaha lebih baik dari
orang lain.
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat
mtovitas belajar siswa adalah : bertanggung jawab, mengharapkan umpan balik,
berusaha lebih baik dan memilih rekan belajar yang mempunyai kemampuan lebih
2. Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian pada dasarnya upaya untuk melakukan sesuatu dengan
segala jerih payah diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Sementara itu
Herman Holstein (1986: 6) mengartikan, ”Mandiri sebagai bekerja sendiri
(berswakarsa)”, sedangkan Suharsimi Arikunto (1990: 108) mengemukakan,
”Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka bebas dari bantuan
orang lain”. Jadi dalam melakukan suatu aktivitas belajar menekankan bahwa
individulah yang mengalami secara langsung bebas dari ketergantungan. Menurut
Kartono (1997: 70) menyatakan bahwa ”Kemandirian yang diartikan sebagai self
standing yaitu kemampuan berdiri di atas kaki sendiri dengan keberanian dan
tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dalam melaksanakan
kewajiban guna memenuhi kebutuhan sendiri.
Haris Mujiman (2006:1) mencoba memberikan pengertian belajar mandiri
dengan lebih lengkap. Manurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif,
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau
kompetensi yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara
pencapaiannya – baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar,
tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar – dilakukan oleh siswa
sendiri. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk
melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu
kompetensi tertentu.
Pengertian belajar mandiri yang lebih terinci lagi disampaikan oleh
18
Hiemstra (1994:1) yang mendeskripsikan belajar mandiri sebagai berikut:
1). Setiap individu siswa berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya.
2). Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran;
3). Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain; 4). Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransfer hasil belajarnya yang
berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain. 5). Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti
dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-gagasan kreatif.
6). Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti: membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan, dialog elektronik, kegiatan korespondensi menyiapkan materi pelajaran.
Perkembangan dalam bidang teknologi pembelajaran menekankan
pentingnya kemandirian dalam belajar. Penerapan sistem belajar tuntas,
pengajaran perorangan, sistem modul, cara belajar siswa aktif dan pendekatan
ketrampilan proses semua menekankan pada aktivitas belajar yang tinggi, murid
ditingkatkan peranannya sehingga menjadi benar-benar menjadi subyek dalam
proses belajar mengajar. Mereka benar-benar dipandang sebagai individu yang
sedang berusaha meningkatkan kemampuannya melalui penguasaan berbagai
pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan sikap. Kemandirian belajar merupakan
perilaku yang ada pada diri seseorang yang belajar karena dorongan dari dalam
diri sendiri, bukan karena pengaruh luar. Dengan kemandirian seseorang mampu
menunjukkan adanya kontrol dari dalam terhadap pengendalian dirinya.
Kemandirian merupakan perilaku yang diarahkan oleh diri sendiri dan ingin
mencoba memecahkan masalahnya sendiri.
Dalam sistem belajar mandiri siswa diharapkan lebih banyak belajar
sendiri atau berkelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain.
Karena itu diperlukan kemauan yang kuat dan disiplin yang tinggi dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Kemauan yang kuat akan mendorong untuk tidak
lekas putus asa dalam menghadapi kesulitan, sedangkan disiplin yang tinggi
diperlukan, supaya kegiatan belajarnya sesuai dengan jadwal yang diaturnya
sendiri.
b. Komponen-komponen Kemandirian Belajar
19
Siswa yang mandiri menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar
prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, secara relatif jarang mencari
perlindungan kepada orang lain dan mempunyai rasa ingin tahu yang menonjol.
Sedangkan Potter dkk dalam Masrun (1986) mengatakan bahwa teori kemandirian
yang dikenal sebagai teori Locus of Control menyimpulkan adanya 5 komponen
kemandirian yaitu :
1) Kemampuan untuk mengambil inisiatif seperti dalam perilaku yang
eksploratif, kreatif, mampu menyatakan buah pikiran, mampu
mengekspresikan diri dan bertindak secara spontan.
2) Berusaha mengatasi masalah yang dihadapi dalam lingkungan dengan rasa
percaya diri tanpa mengharapkan bantuan orang lain, serta bebas dalam
mengambil keputusan.
3) Melakukan aktifitas tambahan sesuai dengan kehendak sendiri, mengerjakan
sesuatu tanpa mempedulikan apa yang dipikirkan orang.
4) Puas terhadap hasil kerja yang telah dilakukan yaitu perilakunya diarahkan
kepada diri sendiri.
5) Mampu melakukan tugas rutin sendiri dalam semua aspek kehidupan.
c. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Belajar mandiri adalah khas belajarnya orang dewasa, meskipun hasil
yang optimal akan tercapai kalau sikap belajarnya meniru sikap belajar yang cara
belajar dilakukan dengan suasana gembira dan tanpa beban. Lird dalam Haris
Mudjiman (2006: 14) mengemukakan ciri-ciri belajarnya orang dewasa sebagai
berikut:
1) Kegiatan belajar bersifat selfdirecting – mengarahkan diri sendiri, tidak dependen
2) Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman, bukan mengharapkan jawabannya dari guru atau orang lain.
3) Tidak mau didekte guru, karena mereka tidak mengharapkan secara terus menerus diberitahu what to do.
4) Melaksanakan perencanaan dalam setiap pembelajaran dengan aktif misalnya menyiapkan materi dan referensi lain secara sendiri
20
5) Orang dewasa mengarapkan immediate application dari apa yang dipelajari dan tidak dapat menerima delayed application.
6) Lebih senang problem-centered learning dari pada content-centered learning.
7) Lebih senang dengan partisipasi aktif dari pada partisipasi mendengarkan ceramah guru
8) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki (konstruktivistik), karena sebagai orang dewasa mereka tidak datang ‘kepala kosong’.
9) Lebih menyukai collaborative learning, karena belajar dan tukar pengalaman dengan sama-sama orang dewasa menyenangkan dan bisa sharing responsinility.
10) Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan dalam batas tertentu bersama antara siswa dan gurunya.
11) Activities are experiental, not transmitted and absored – belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya mendengarkan dan menyerap.
Menurut Nurjanah (1995), ciri-ciri kemandirian belajar adalah
a) Tanggung jawab dalam belajar, hal ini terlihat dari adanya rasa percaya diri
atas kemampuannya, tidak tergantung secara terus menerus pada orang lain
dan menentukan sendiri arah belajarnya.
b) Tegas dalam mengambil keputusan dalam hal ini terlihat adanya kebebasan
dan keberanian dalam mengambil keputusan, selalu mengandalkan diri sendiri
dan mampu mengatasi atau memecahkan malasah.
c) Memburu minat baru dalam hal ini bertindak kreatif, keberanian mencoba hal
baru dan mampu menyatakan buah pikiran.
d. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Perilaku mandiri tidak terbentuk secara mendadak tetapi melalui proses
sejak masa kanak-kanak. Dalam perilaku mandiri antara individu satu dengan
yang lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap mandiri individu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
dari dalam invidu dan faktor dari luar individu.
Menurut Bimo Walgito (1997: 46) faktor-faktor yang mempengaruhi
kemandirian adalah:
21
a) Faktor eksogen
Adalah faktor yang berasal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor yang berasal dari keluarga misalnya keadaan orang tua, banyak anak
dalam keluarga, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor yang berasal
dari sekolah misalnya, pendidikan serta bimbingan yang diperoleh dari
sekolah, sedangkan faktor dari masyarakat yaitu kondisi dan sikap
masyarakat yang kurang memperhatikan masalah pendidikan.
b) Faktor endogen
Adalah faktor yang berasal dari siswa sendiri, yaitu faktor fisiologi
dan faktor psikologis. Faktor fisiologis mencakup kondisi fisik siswa, sehat
atau kurang sehat, sedangkan faktor psikologis yaitu bakat, minat, sikap
mandiri, motivasi, kecerdasan dan lain-lain.
Dalam proses pendidikan, maka cara belajar secara aktif perlu ditempuh
untuk mendidik anak berfikir secara mandiri. Kualitas kemandirian adalah ciri
yang paling diperlukan manusia dimasa depan. Seperti dijelaskan Herman
Holstein (1986: 9) sebagai berikut:
Pada situasi belajar mandiri, pengajar berusaha untuk mengembangkan belajar mandiri melalui bekerja sendiri dan menemukan sendiri. Sikap pengajar dalam pembelajaran yang membuka kesempatan bagi pelajar untuk mendapatkan gerak atau ruang kerja seluas-luasnya dalam cara serta waktu kerjanya, ditandai dengan tidak menonjolkan peranan mengajar dalam kelas. Pengajar sedapat-dapatnya menarik diri guna memberikan kerja kepada para pelajarnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan beberapa pertimbangan di
atas, maka belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk
melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain
berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai dan menyiapkan suatu materi
dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan
masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
Sehingga dalam kemandirian belajar siswalah yang aktif dan tidak
tergantung pada pengajar. Bila dilihat dari aspek kognitif maka dengan belajar
mandiri akan diperoleh pemahaman konsep pengetahuan yang tahan lama dan
22
diperoleh prestasi akademik yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan siswa terbiasa
menghadapi tugas mencari sendiri pemecahannya dengan menggali sumber-
sumber belajar yang ada. Dengan belajar mandiri siswa dituntut untuk aktif baik
pra PBM maupun pasca PBM. Siswa yang belajar mandiri akan mempersiapkan
materi, baik dengan membaca materi yang lalu maupun membaca materi yang
akan diajarkan. Setelah PBM berakhir siswa akan mendalami materi, baik dengan
diskusi dengan teman atau membaca ulang materi yang telah diajarkan. Sehingga
siswa yang belajar mandiri akan mendapatkan prestasi yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang tidak menerapkan belajar mandiri.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Evaluasi yang dilakukan oleh guru akan dapat mengetahui prestasi belajar
atau hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Zainal Arifin (1990:3) berpendapat
bahwa “... prestasi yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan, keterampilan,
dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (2001:22) “Hasil belajar adalah
kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”. Sementara itu menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102)
mengemukakan bahwa “Hasil belajar merupakan realisasi atau penakaran dari
keterampilan-keterampilan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan tersebut bisa dilihat dari perilakunya baik penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar yang terealisasi
dalam bentuk penguasaan pengetahuan maupun keterampilan.
Nana Sudjana (2001:23) menyatakan “Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris”.
23
Hasil belajar dalam mata pelajaran di sekolah biasanya dilambangkan
dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 untuk penguasaan ranah
kognitif siswa dan dengan huruf A, B, C, dan D untuk penggambaran hasil
belajar afektif dan psikomotoris.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar
individu. Menurut Muhibbin Syah (2005 :132) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang terdiri dari beberapa aspek yaitu yang meliputi:
a) Aspek Fisiologis Aspek fisiologis mencakup kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Intelegensi Siswa
Intelegensi adalah kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan
siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna semakin tinggi tingkat kemampuan intelegensi seorang siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
2) Sikap Siswa
Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif terhadap
obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap
siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar mengajar yang akan
berpengaruh pada prestasi yang dicapai siswa.
3) Bakat Siswa
24
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap siswa sebenarnya
pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas kemampuannya.
4) Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.
5) Motivasi Siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dengan adanya motivasi siswa
mempunyai dorongan untuk mencapai prestasi.
2) Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri
dari dua macam yaitu:
a) Lingkungan Sosial
Lingkungan sekolah seperti guru, teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan sosial selain disekolah yaitu
termasuk masyarakat dan tetangga. Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua keluarga itu sendiri.
b) Faktor Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk non sosial ialah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan. Faktor-faktor tersebut turut menentukan
tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa.
c) Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang evektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu. Faktor ini berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran
siswa tersebut.
25
c. Evaluasi Belajar
Untuk mengetahui bukti keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar, maka sebaiknya diadakan evaluasi belajar. Menurut Muhhibin Syah
(2005:141) bahwa, ”Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh program.”
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001:159) mengemukakan:
Evaluasi belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedang prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi
belajar merupakan suatu proses penilaian untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar siswa setelah siswa melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Tujuan dari penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau
belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Selain itu untuk mengetahui
tingkat pencapaian kompetensi siswa, mengukur pertumbuhan dan perkembangan
siswa, mengetahui kesulitan belajar siswa, mengetahui hasil pembelajaran,
mengetahui pencapaian kurikulum, mendorong siswa belajar dan mendorong guru
agar mengajar dengan lebih baik.
Mengenai sistem penilaian dalam evaluasi belajar pada umumnya ada dua
macam, sebagaimana diungkapkan oleh Nana Sudjana (2001: 7) ”Sistem penilaian
hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau dua sistem, yaitu
Penilaian Acuan Normal (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).”
Penilaian Acuan Normal merupakan penilaian yang mengacu pada rata-
rata kelompoknya. Norma yang digunakan dalam sistem ini untuk menentukan
derajat prestasi siswa dengan cara membandingkan dengan nilai rata-rata
kelasnya. Dengan demikian akan diperoleh tiga kategori yaitu di atas rata-rata
kelas, di sekitar rata-rata kelas dan di bawah rata-rata kelas. Sedangkan Penilaian
Acuan Patokan merrupakan penilaian yang mengacu pada tujuan instruksional
26
yang harus dikuasai siswa. Derajat keberhasilan siswa didasarkan pada tujuaan
yang seharusnya dicapai.
d. Prestasi Belajar Ekonomi
Prestasi belajar itu dapat berhubungan dengan berbagai macam pelajaran
termasuk ekonomi sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan dijenjang
pendidikan SMA, pengertian ekonomi menurut M. Manulang (1990: 6) adalah
”suatu ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai
kemakmuran”. Menurut A Rahmat Soemitro (1991: 5) ”ekonomi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari kebutuhan manusia dan pemecahannya”.
Prestasi belajar biasanya berbentuk nilai atau angka yang menunjukkan
kualitas hasil belajar, semakin tinggi nilai atau angka yang menunjukkan kualitas
hasil belajar, maka semakin baik pula hasil belajarnya. Berkaitan dengan prestasi
belajar ekonomi di sekolah, guru ekonomi sering mengadakan evaluasi untuk
mengetahui prestasi belajar anak didiknya.
Evaluasi yang dilakukan oleh guru berupa ulangan harian, ujian tengah
semester, ujian akhir semester sampai dengan ujian akhir sekolah. Bila dikaitkan
antara prestasi belajar dengan mata pelajaran ekonomi, maka yang dimaksud
dengan prestasi belajar ekonomi adalah hasil pengukuran dan penilaian usaha
belajar yang dicapai siswa dalam bentuk huruf, angka, maupun kalimat-kalimat
yang mencerminkan hasil-hasil yang sudah dicapai oleh anak didik pada periode
tertentu dalam mata pelajaran ekonomi.
27
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk dapat
sampai jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, dalam penelitian ini
menggunakan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
Keberhasilan belajar salah satunya dipengaruhi oleh motivasi berprestasi
siswa. Motivasi merupakan daya dorong siswa untuk belajar dan untuk
berprestasi, baik yang berasal dari diri siswa maupun yang berasal dari lingkungan
luar, teman, orang tua dan lain sebagainya, sehingga memberi arah pada kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi berprestasi memiliki
empat indikator :
1) Bertanggung jawab. Adalah suatu sikap siswa dalam mengerjakan seluruh
kewajiban dan tugas-tugasnya sesuai dengan aturan, bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan dengan segala resiko yang akan ditanggung
2) Mengharapkan umpan balik. yaitu sikap siswa yang mengharapkan adanya
suatu respon dari apa yang telah dilakukanya, yang bersifat evaluatif dan
konstruktif.
3) Berusaha lebih baik, adalah suatu bentuk ketekunan, keuletan, pantang
menyerah dan berusaha siswa untuk memperbaiki kekurangan yang ada
sehingga dapat mencapai sesuatu yang di ingingkan.
4) Memilih rekan belajar yang mempunyai kemampuan lebih. Maksudnya adalah
apabila ada penjelasan materi yang disampaikan oleh guru kurang jelas
bertanya kepada teman yang lebih mengerti.
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi cenderung
memiliki hasrat yang kuat untuk mencapai prestasi. Adanya hasrat yang kuat
untuk mencapai prestasi akan membuat mereka berdisiplin tinggi juga lebih giat
dalam belajarnya. Hal ini disebabkan dalam dirinya selalu ada keraguan untuk
meraih prestasi yang lebih baik dan untuk itu mau bekerja keras. Aktivitas yang
tinggi dapat membuat siswa lebih baik dalam mencapai prestasi belajar. Motivasi
28
belajar senantiasa menentukan intensitas usaha belajar dan kesungguhan belajar
seseorang. Dengan demikian motivasi berprestasi akan mendorong seseorang
untuk aktif melakukan kegiatan belajar secara intens dan terus menerus untuk
mencapai hasil belajar yang optimal seperti yang diharapkan.
2. Pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
Kemandirian yang diartikan sebagai self standing yaitu kemampuan
berdiri di atas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala
tingkah laku sebagai manusia dalam melaksanakan kewajiban guna memenuhi
kebutuhan sendiri. Perkembangan dalam bidang teknologi pembelajaran
menekankan pentingnya kemandirian dalam belajar. Penerapan sistem belajar
tuntas, pengajaran perorangan, sistem modul, cara belajar siswa aktif dan
pendekatan ketrampilan proses semua menekankan pada aktivitas belajar yang
tinggi, murid ditingkatkan peranannya sehingga menjadi benar-benar menjadi
subyek dalam proses belajar mengajar.
Salah satu cara untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan adalah
diperlukannya cara belajar yang efektif dan efisien, cara belajar yang baik
mengandung pedoman-pedoman tertentu yang harus dipahami agar mendapatkan
hasil belajar yang baik. Salah satu caranya dengan menggunakan metode belajar
mandiri, dalam metode ini proses belajar yang dilakukan siswa berkesinambungan
artinya pra PBM sampai pasca PBM keaktifan siswa senastiasa ada. Indikator
yang digunakan dalam mengukur variabel kemandirian belajar adalah :
1) Self directing (mengarahkan sendiri kegiatan belajarnya)
Siswa mampu mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri tanpa dependen atau
bergantung kepada guru.
2) Bertanggungjawab dalam kegiatan belajar
Sikap siswa dalam kegiatan belajarnya yang ditunjukkan dengan
kesungguhan, keuletan dan kemauan keras dalam mengikuti kegiatan belajar
serta mengerjakan seluruh tugas-tugasnya dengan baik
29
3) Memiliki inisiatif dalam belajar
Kemampuan untuk mengambil inisiatif seperti dalam perilaku yang
eksploratif, kreatif, mampu menyatakan buah pikiran, mampu
mengekspresikan diri dan bertindak secara spontan dalam kegiatan belajarnya
serta dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
4) Mempersiapkan materi
Kemauan siswa yang dicerminkan dalam tindakan/kegiatan untuk
mempersiapkan materi pembelajaran baik sebagai referensi tambahan atau
pengayaan dari berbagai sumber untuk mendukung prestasi belajarnya.
3. Pengaruh motivasi berprestasi dan kemandirian belajar secara besama-
sama terhadap prestasi belajar
Adanya motivasi berprestasi, akan berakibat pada timbulnya kebutuhan-
kebutuhan siswa untuk belajar. Kebutuhan untuk belajar mendorong seorang
siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dan mengarahkkan semua
kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang optimal.
Selain dengan mempunyai motivasi untuk berprestasi, hal yang dapat dilakukan
untuk mencapai prestasi yang optimal adalah dengan menggunakan cara belajar
mandiri. Dengan belajar mandiri siswa dituntut untuk aktif baik pra PBM maupun
pasca PBM. Siswa yang belajar mandiri akan mempersiapkan materi, baik dengan
membaca materi yang lalu maupun membaca materi yang akan diajarkan. Setelah
PBM berakhir siswa akan mendalami materi, baik dengan diskusi dengan teman
atau membaca ulang materi yang telah diajarkan. Sehingga siswa yang belajar
mandiri akan mendapatkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang tidak menerapkan belajar mandiri.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam
paradigma sebagai berikut:
30
Gambar 1. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran serta perumusan
masalah dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta.
2. Terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta.
3. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi dan kemandirian belajar secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 5 Surakarta.
Prestasi Belajar Siswa (Y)
Kemandirian Belajar Siswa (X2) - Self directing (mengarahkan
sendiri kegiatan belajarnya) - Bertanggungjawab dalam
kegiatan belajar - Memiliki inisiatif dalam
belajar - Mempersiapkan materi
Motivasi Berprestasi Siswa (X1) - Bertanggung jawab - Mengharapkan umpan balik - Berusaha lebih baik - Memilih rekan belajar yang
mempunyai kemampuan lebih
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang dijadikan obyek
untuk memperoleh data, informasi dan keterangan yang diperlukan sehubungan
dengan kepentingan penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 5
Surakarta yang beralamat di Jalan Letjen Sutoyo no 18 Surakarta.
Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data penelitian mengenai
pengaruh motivasi berprestasi dan kemandirian belajar terhadap presatasi belajar
ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009, di
mulai bulan Agustus 2008.
B. Metode Penelitian
Guna mencapai tujuan dalam suatu penelitian selalu melalui cara-cara
yang disebut dengan istilah metode. Menurut Winarno Surakhmad (1998: 131)
“metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik
serta alat-alat tertentu, cara ini digunakan setelah penyelidik memperhitungkan
kewajaranya ditinjau dari penyelidikan serta dari situasi penyelidikan”.
Sedangkan penelitian atau research menurut Sutrisno Hadi (1994 : 4)
adalah “usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan metode ilmiah”. Mardalis (2002 : 24)
mengemukakan bahwa “Penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan
prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan
kebenaran”.
Penelitian deskriptif menurut Winarno Surakhmad (1990 : 139)
“Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang”.
31
32
Mardalis (2002 : 26) mengatakan bahwa, “Penelitian deskriptif bertujuan
untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
yang sekarang terjadi atau ada”.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Dengan
alasan sebagai berikut.
a) Masalah yang akan diteliti adalah masalah yang aktual, terjadi pada masa
sekarang.
b) Langkah penelitian yang ditempuh untuk dapat memecahkan masalah dimulai
dari pengumpulan data, menganalisis dan menginterprestasikan data tersebut.
c) Data yang diperoleh untuk menguji hipotesis sebagian besar diperoleh dari
angket.
d) Dalam penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan yang berdasarkan atas
hasil analisis data.
e) Hasil penelitian ini bisa digunakan pada masa sekarang dan masa yang akan
datang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 130) bahwa “populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Mardalis (2002 : 53) menyatakan bahwa
“Populasi adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu
yang berkaitan dengan masalah penelitian”. Berdasarkan batasan tersebut maka
populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa jurusan IPS SMA
Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 200 orang.
2. Sampel
Dalam penelitian tidak semua populasi diselidiki tetapi cukup dengan
menggunakan wakil dari populasi tersebut yang akan dijadikan subyek penelitian.
Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006 : 131) bahwa “Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
33
Menurut Winarno Surakhmad (1990 : 93) menjelaskan bahwa “Sampel
adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”.
Menentukan besar sampel adalah salah satu masalah penyelidikan yang pelik,
karena sulit untuk merumuskan kriteria bagi sifat representatif dan kewajaran
yang ditentukan sebagai syarat sampel. Sifat representatif penting sebagai syarat
sampel sebab data atau kesimpulan yang diperoleh dari sampel yang terbatas itu
dipakai sebagai dasar untuk meramalkan sesuatu di dalam populasi dan
merupakan kesimpulan penelitian.
Dalam penelitian ini populasinya adalah sebanyak 200 orang. Untuk
mengambil sampelnya dengan acuan sebagai berikut. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006 : 134) :
Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data. c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Dalam penelitian ini diambil sampel sebesar 25% sebanyak 50 orang.
3. Teknik Sampling
Sampling adalah cara yang dipergunakan untuk mengambil sampel.
Pengambilan sampel penelitian harus dilakukan dengan baik sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya atau sampel harus
representatif.
Berdasarkan data yang diperlukan, menurut Mardalis (2002 : 56-59) ada
beberapa macam sampel, antara lain :
a) Sampel acak (Random Sampling)
Penelitian sampel dalam teknik random ini, peneliti memperkirakan
bahwa setiap sampel dalam populasi berkedudukan sama dari segi-segi yang akan
diteliti.
34
b) Sampel berstrata (Stratified sampling)
Jika penelitian memerlukan data bertingkat, berstrata atau bergelombang
dan berlapis-lapis.
c) Cluster Sampling
Teknik sampel ini digunakan tidak untuk sampel individu, tetapi sampel
untuk populasi yang berkelompok-kelompok.
d) Purposive Sampling Penggunaan teknik sempel ini mempunyai suatu tujuan atau dilakukan
dengan sengaja, cara penggunaan sempel ini diantara populasi sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
e) Quota Sampling
Penggunaan teknis quota sampel ini perlu menetapkan strata populasi
berdasarkan tanda-tanda yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap variabel
yang akan diselidiki.
f) Incidental Sampling
Insidental sampel ini dilakukan dengan cara memperoleh sampel dari
sekumpulan populasi
Teknik pengambilan sampel, yang juga disebut teknik sampling menurut
Suharsimi Arikunto (2006 : 146) meliputi :
a) Random sampling b) Stratified sampling c) Area probability sampling d) Proportional sampling e) Purposive sampling f) Quota sampling g) Cluster sampling h) Double sampling
Dalam hal ini pengambilan sampelnya dilakukan dengan menggunakan
Proportional Random sampling. Peneliti memilih menggunakan Proportional
Random sampling karena populasi yang akan diteliti terdiri dari populasi XI Sos 1
sampai XI Sos 5 dan setiap populasi tersebut akan diambil 25% secara acak
sebagai sampel yang mewakili populasi.
35
Tabel 2
jumlah siswa jurusan IPS di SMA Negeri 5 Surakarta
Jurusan IPS Kelas XI Jumlah siswa Sampel
IPS 1 40 40 X 25% = 10 IPS 2 40 40 X 25% = 10 IPS 3 40 40 X 25% = 10 IPS 4 40 40 X 25% = 10 IPS 5 40 40 X 25 % = 10
Jumlah 200 50
Dalam setiap kelas harus diwakili sebagai sampel. Oleh karena itu untuk
memperoleh sampel yang representatif pengambilan sampel dari setiap kelas
ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dari masing-
masing kelas dan teknik random sampling yang digunakan adalah dengan undian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, data merupakan faktor yang penting.
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data atau keterangan yang
benar dan dapat dipercaya dalam penelitian. Untuk dapat mencapai syarat
validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperoleh cara dan teknik
pengumpulan data yang tepat.
1. Jenis dan Sumber Data
Menurut Winarno Surakhmad (1990: 134), “Sumber data dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu : sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung
dari tangan pertama atau dari sumber asli baik berbentuk dokumen maupun
sebagai peninggalan lain, dan data sekunder adalah sumber yang mengutip dari
sumber yang lain”.
Dalam penelitian ini digunakan data primer yaitu data yang diperoleh
secara langsung dari responden, data sekunder berupa dokumen tentang prestasi
belajar siswa berupa nilai ulangan akhir semester.
36
2. Metode Pengumpulan Data
a. Teknik Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula bahwa
sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita
memperoleh tiga macam sumber yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas
atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan
inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158) “Dokumentasi, dari asal kata
dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.”
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
data mengenai jumlah siswa jurusan IPS sekaligus nama siswa tersebut dan untuk
mendapatkan data mengenai prestasi belajar siswa yang diperoleh dengan melihat
nilai raport akhir semester.
b. Angket atau Kuesioner
Suharsimi Arikunto (2006: 151) berpendapat bahwa “Angket/kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hak-hak yang
ia ketahui.”
Menurut Mardalis (2002: 67) “Angket atau kuesioner adalah teknik
pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk
mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh
peneliti”.
Angket memiliki keuntungan dan kelemahan, antara lain :
1) Keuntungan angket
a) Angket dapat dilaksanakan terhadap subyek atau responden dalam jumlah
yang besar meskipun tempat mereka berlainan.
37
b) Dengan angket tidak memberatkan bagi responden, karena bisa dikerjakan
pada waktu senggang dan responden akan lebih leluasa dalam mengisi.
c) Apa yang dinyatakan responden dapat dipercaya karena diperoleh
langsung dari sumbernya.
d) Data yang terkumpul dapat dianalisis, karena semua pertanyaan terhadap
masing – masing responden sama.
2) Kelemahan angket
a) Unsur – unsur yang tidak didasari tidak akan diungkap
b) Besar kemungkinannya dipengaruhi oleh keinginan – keinginan pribadi
c) Ada hal – hal di atas tidak perlu dinyatakan misalnya hal – hal yang
memerlukan atau yang kadang tidak penting untuk dikemukakan.
d) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri dalam bahasa.
e) Ada kecenderungan untuk merekonstruksi ekologi unsur – unsur yang
dirasa kurang berhubungan secara logika.
Dalam penyusunan kuesioner agar lebih tepat sasarannya dan lebih
mudah dalam menganalisanya perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut :
1) Kuesioner disusun sejelas mungkin, untuk menghindari salah tafsir dari
responden yang bervariasi.
2) Kuesioner diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbelit-
belit.
3) Setelah selesai disusun, sebelum diedarkan untuk kegiatan yang sebenarnya.
Sebaiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap sebagian responden
kemudian dianalisa dan jika ditemukan kelemahan dan kekurangnya maka
perlu dilakukan revisi.
4) Kalimat dalam pertanyaan disusun sehingga dapat dimengerti dan dipahami
setiap responden (peneliti harus tahu lebih dulu, bagaimana perkiraan jawaban
responden).
5) Alternatif jawaban yang dikehendaki dibuat selengkap mungkin.
6) Hindarilah pertanyaan yang merendahkan atau menyinggung perasaan
responden.
38
7) Setelah kuesioner dibuat, peneliti mestinya sudah mengetahui bagaimana cara
menghitung atau bagaimana cara analisanya nanti, jangan sampai kuesioner
telah disebar dan dikumpulkan kembali tapi cara menganalisanya belum
diketahui. Untuk itu setiap kuesioner yang dibuat diperkirakan cara-cara
untuk analisanya.
Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut
pandang :
1) Dipandang dari cara menjawab, maka ada :
a) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden
tinggal memilih.
2) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada :
a) Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.
b) Kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang
lain.
3) Dipandang dari bentuknya maka ada :
a) Kuesioner pilihan ganda, adalah sebuah pertanyaan yang disusun dengan
beberapa kemungkinan jawaban responden diminta memilih salah satu
dari sekian banyak jawaban.
b) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
c) Check list sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check ( √ ) pada kolom yang sesuai.
d) Rating-scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari
sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Berikut disampaikan prosedur pembuatan angket dalam bentuk penelitian:
1) Spesifikasi data
Spesifikasi data ditekankan pada konsep yang menjadi perhatian dalam
lingkup masalah dan tujuan penelitian. Konsep yang telah disusun kemudian
dijabarkan ke dalam aspek yang dapat ditentukan dan diukur indikator serta
sumber dayanya.
39
2) Pembuatan kisi-kisi angket
Sebelum angket dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya. Konsep dasar
dalam penyusunan angket dalam penelitian ini adalah tentang motivasi berprestasi
dan kemandirian belajar. Dari variabel dan indikator yang telah dirumuskan
kemudian dapat dibuat kisi-kisi angket yang masing-masing diwakili oleh item-
item sebagai alat ukur.
3) Penyusunan angket
Penyusunan angket meliputi pembuatan item-item pertanyaan atau
pernyataan, alternatif jawaban, surat pengantar angket dan petunjuk pengisian
angket. Pemberian skornya dengan kriteria sebagai berikut:
a) Item pertanyaan positif
Skor 4 untuk alternatif jawaban a
Skor 3 untuk alternatif jawaban b
Skor 2 untuk alternatif jawaban c
Skor 1 untuk alternatif jawaban d
b) Item pertanyaan negatif
Skor 4 untuk alternatif jawaban d
Skor 3 untuk alternatif jawaban c
Skor 2 untuk alternatif jawaban b
Skor 1 untuk alternatif jawaban a
4) Uji coba instrumen
Data yang dikumpulkan peneliti terdiri dari dua jenis data yaitu motivasi
berprestasi dan Prestasi belajar ekonomi. Data motivasi berprestasi diperoleh
melalui daftar pertanyaan (angket) yang disusun oleh peneliti, sedangkan prestasi
belajar diperoleh melalui dokumentasi raport guru wali kelas. Sebelum digunakan
sebagai alat uji angket tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas agar diperoleh
angket yang valid dan reliabel. Pengujian instrumen penelitian menggunakan
sampel sebanyak 25 siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta. Pengujian
validitas dan reliabilitas angket menggunakan bantuan program SPSS 11.00 for
Windows.
40
(1) Uji Validitas
Instrumen dikatakan valid apabila suatu instrumen benar – benar sesuai
dengan dat dalam arti benar – benar obyektif dan dapat dibuktikan. Adapun
rumus validitas yaitu :
( )( )( ){ } ( ){ }å åå åå åå
--
-=
2222 YYNXXN
YXXYNr yx
Keterangan :
=xyr koefisien korelasi yang dicari
N = jumlah responden
X = skor total tiap – tiap item
Y = skor total
Dari perhitungan, kemudian dibandingkan dengan angka kritik dari tabel
korelasi nilai r dengan taraf signifikansi 0,05 serta dengan kriteria pengujian valid
apabila rhitung > rtabel atau tidak valid apabila rhitung < rtabel.
Skoring atas angket kemudian dianalisis menggunakan korelasi product
moment untuk mengetahui validitas masing-masing item. Dari hasil uji validitas
try out angket diperoleh harga rxy nilai tiap-tiap item yang kemudian
dikonsultasikan dengan rtab pada taraf signifikansi 5% dan N = 25 yaitu 0,396.
Angket variabel motivasi berprestasi terdiri dari 14 item pertanyaan,
setelah dilakukan pengujian validitas diperoleh nilai-nilai rxy masing-masing item
pertanyaan sebagai berikut.
41
Tabel 3
Ringkasan hasil perhitungan uji Validitas
Angket Motivasi berprestasi
No rxy rtab Ket
P1 0,8331 0,396 valid
P2 0,6054 0,396 valid
P3 0,6998 0,396 valid
P4 0,6856 0,396 valid
P5 0,6494 0,396 valid
P6 0,8305 0,396 valid
P7 0,6171 0,396 valid
P8 0,5328 0,396 valid
P9 0,6068 0,396 valid
P10 0,5105 0,396 valid
P11 0,6412 0,396 valid
P12 0,5261 0,396 valid
P13 0,6712 0,396 valid
P14 0,5349 0,396 valid
Sumber: data diolah (lampiran 3)
Dari uji validitas diperoleh hasil bahwa seluruh item motivasi berprestasi
dinyatakan valid karena rxy > rtabel, dengan demikian seluruh item pertanyaan
dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk pengumpulan data.
Angket variabel kemandirian belajar terdiri dari 16 item pertanyaan, setelah
dilakukan pengujian validitas diperoleh nilai-nilai rxy masing-masing item
pertanyaan sebagai berikut.
42
Tabel 4
Ringkasan hasil perhitungan uji Validitas
Angket Kemandirian Belajar
No rxy rtab Ket
P15 0,6853 0,396 Valid
P16 0,5649 0,396 Valid
P17 0,5540 0,396 Valid
P18 0,6669 0,396 Valid
P19 0,5703 0,396 Valid
P20 0,7171 0,396 Valid
P21 0,5735 0,396 Valid
P22 0,5897 0,396 Valid
P23 0,5765 0,396 Valid
P24 0,5737 0,396 Valid
P25 0,5582 0,396 Valid
P26 0,5717 0,396 Valid
P27 0,6144 0,396 Valid
P28 0,5679 0,396 Valid
P29 0,6145 0,396 Valid
P30 0,5372 0,396 Valid
Dari uji validitas diperoleh hasil bahwa seluruh item kemandirian belajar
dinyatakan valid karena rxy > rtabel, dengan demikian seluruh item pertanyaan
dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk pengumpulan data.
(2) Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel apabila suatu instrumen cukup dapat
digunakan sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini untuk mencari
reliabilitas digunakan rumus :
43
Keterangan :
úúû
ù
êêë
é å-úû
ùêëé
-=
2
2
11 11 at
ab
kk
r
Keterangan:
=11r Reabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
=å 2ab Jumlah varian butir
=2at Varian total
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas kemudian dibandingkan
dengan angka kritik dari tabel korelasi nilai r dengan taraf signifikan 0,05
dengan kriteria pengujian reliabel jika rhitung > rtabel atau tidak reliabel jika rhitung
< rtabel.
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsistensi
jawaban angket. Untuk mengetahui reliabilitas angket dipergunakan teknik
Alpha Cronsbach. Suatu angket dinyatakan reliabel jika koefisien alphanya
lebih besar dari 0,6. Penghitungan uji reliabilitas angket menggunakan bantuan
program SPSS 11.00 for Windows.
Hasil pengujian reliabilitas angket motivasi berprestasi diperoleh nilai
r11 sebesar 0,9106 dan kemandirian belajar sebesar 0,9096. Nilai koefisien
alpha (r11) tersebut lebih besar dari 0,6 dengan demikian disimpulkan bahwa
angket motivasi berprestasi dan kemandirian belajar adalah reliabel dan
digunakan sebagai instrumen dalam pengumpulan data penelitian.
5) Perbaikan angket
Perbaikan angket diperlukan untuk memilih butir-butir item dari angket
tersebut merupakan butir yang valid dan reliabel.
E. Teknik Analisis Data
Tahapan dalam suatu penelitian yang tidak dapat ditinggalkan adalah
tahapan analisis data, data yang telah terkumpul kemudian dianalisis.
Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu perlu diuji persyaratan
analisis data agar kesimpulan yang didapatkan memenuhi syarat uji persyaratan.
44
Uji persyaratan yang digunakan adalah uji normalitas, uji linearitas, uji
independensi.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak. Untuk menghitung normalitas
setiap data digunakan rumus Chi kuadrat, yaitu:
( )å -=C
2
22
fhfhfo
Keterangan:
X2 =Chikuadrat
fo = frekuensi yang diperoleh (diobservasi dari sampel)
fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari frekuensi
yang diharapkan dalam populasi.
Kemudian basil X2 tersebut dikonsultasikan dengan tabel harga kritik Chi
kuadrat menurut derajat kebebasannya (db). Menurut Suharsimi Arikumto (2006:
408) adalah sebagai berikut:
db=K-1
Dimana :
db = derajat kebebasan
K = banyaknya interval
Apabila hasil X2(X2 dengan db=K-1) maka dikatakan sampel atau data dalam
sebaran normal, tetapi apabila X2 > X2tabel maka dikatakan sebaran data tidak
normal.
b. Uji Liniearitas
Untuk menghitung uji linearitas dengan memakai rumus :
F=eScS
2
2
45
1) Mencari harga Jk(E)=( )
å å åúúû
ù
êêë
é-
ni
YiYi
22
2) Mencari harga Jk{TC}= JKres - Jk(E}
3) Mencari harga = 2
2
-KcS
4) Mencari harga = ( )knEJK
-
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Dengan kata lain masalah ini seringkali ditemukan
apabila kita menggunakan data runtut waktu. Hal ini disebabkan karena
“gangguan” pada seorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi
“gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya;
pada data kerat silang (cross sectioni), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau
kelompok yang berbeda.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi.
1) Uji Durbin-Watson (DW)
Uji DW ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan
mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada. variabel
lagi diantara variabel penjelas. Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : p = 0 (tidak ada autokorelasi)
Ha : p > 0 (ada autokorelasi positif)
Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
- Bila nilai DW lebib besar daripada batas atas (upper bound, U), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol. Artinya, tidak ada autokorelasi
positif.
46
- Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (lower bound, L),
koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol. Artinya ada autokorelasi
positif.
- Bila nilai DW terletak di antara batas atas dan batas bawah, maka tidak
dapat disimpulkan.
2) Uji LM (Lagrange Mutliplier)
Uji autokorelasi dengan LM Test, terutama digunakan untuk sampel besar di
atas 100 observasi. Uji ini memang lebih tepat digunakan dibanding uji DW
terutama bila sampel yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi
lebib dari satu.
3) Statistik Q: Box-Pierce dan Ljung Box
Cara ketiga untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah dengan
menggunakan uji statistik Box-Pierce Q dan Ljung Box Q. dengan piranti
lunak MicroTSP, uji ini dilakukan dengan menggunakan perintah :
d. Uji Multikolinearitas
Yang dimaksud dengan multikolinearitas pada dasarnya adalah adanya
suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau
semua variabel bebas. Ini suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi
karena in economics, everything depends on everything else.
Pendeteksian multikolinearitas:
- Apabila korelasi antara dua varibel bebas lebih tinggi dibanding korelasi salah
satu atau kedua variabel bebas tersebut dengan variabel terikat.
- Bila korelasi antara dua variabel bebas melebihi 0,8 maka multikolinearitas
menjadi masalah yang serius.
2. Uji Hipotesis
Setelah dicari uji normalitas, uji linearitas, dan uji independensi, maka
langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian ini diperlukan untuk
mengetahui yang diajukan diterima atau ditolak.
47
Adapun langkah-langkah hipotesis sebagai berikut.
a. Menghitung persamaan garis regresi linier ganda dengan rumus:
2211 XbXbaY ++=
Dimana : =Y Prestasi
1X = Motivasi Berprestasi
2X = Kemandirian Belajar
Untuk menghitung koefisien a, b1, b2, dicari dengan rumus sebagai berikut:
2211 XbXbYa --=
( )( ) ( )( )( )( ) ( )ååå
åååå-
-=
2122
21
221122
1XXXX
YXXXYXXb
( )( ) ( )( )( )( ) ( )221
22
21
12122
12
ååååååå
-
-=
XXXX
YXXXYXXb
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
(independent) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata atau tidak
terhadap variabel tidak bebas (dependen). Adapun langkah-langkah pengujianya
sebagai berikut:
1) Menentukan rumusan hipotesis antara 0H dan aH
0H : artinya tidak terdapat pengaruh antara 1X dan 2X terhadap Y
aH : artinya terdapat pengaruh antara 1X dan 2X terhadap Y
2) Menentukan level significance (a ) = 0,05
3) Keputusan.
0H diterima jika hitungF > tabelF
0H ditolak jika hitungF < tabelF
48
4) Perhitungan
( )( )11/
2
2
---=
knRkR
F
Keterangan:
F = harga garis regresi
n = Ukuran sampel
k = Banyaknya variabel bebas
R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktornya
c. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.
Adapun langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut.
1) Pengujian 1X terhadap Y
(a) Menentukan Hipotesis
0H : Artinya tidak terdapat pengaruh 1X terhadap Y
aH : Artinya terdapat pengaruh 1X terhadap Y
(b) Menentukan level significance (a ) = 0,05
(c) Keputusan
0H diterima jika hitungt > tabelt
0H ditolak jika hitungt < tabelt
2) Pengujian 2X terhadap Y
(a) Menentukan Hipotesis
0H : Artinya tidak terdapat pengaruh 2X terhadap Y
aH : Artinya terdapat pengaruh 2X terhadap Y
(b) Menentukan level significance (a ) = 0,05
(c) Keputusan
0H diterima jika hitungt > tabelt
0H ditolak jika hitungt < tabelt
49
d. Menghitung sumbangan relative dan sumbangan efektif masing-masing
prediktor terhadap kriterium ( Y )
Sumbangan relative dan sumbangan efektif digunakan untuk
mengetahui seberapa sumbangan murni masing-masing prediktor terhadap
kriterium Y.
1) Menghitung sumbangan relative 1X dan 2X terhadap Y dengan rumus:
1X = %100)(
11 xREGJK
yxa å
%100)(
222 x
REGJK
yxaX
å=
2) Menghitung sumbangan efektif 1X dan 2X terhadap Y dengan rumus:
Untuk 1X SE % 1X = SR % 1X x 2R
Untuk 2X SE % 2X = SR % 2X x 2R
Keterangan 2R = SE adalah sumbangan efektif garis regresi.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh motivasi berprestasi dan
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar ekonomi. Data penelitian meliputi
data motivasi berprestasi dan kemandirian belajar diperoleh dari alat instrumen
berupa kuesioner, sedangkan data prestasi belajar diperoleh dari dokumentasi nilai
raport semester I. Selanjutnya berdasarkan skor motivasi berprestasi, kemandirian
belajar dan prestasi belajar ekonomi ditampilkan sebagai berikut.
Tabel 4 Data Statistik Hasil Penelitian
Variabel M
in
Max
Mean
Median
SD
Motivasi berprestasi Kemandirian belajar Prestasi belajar
363445
535976
45,0647,9464,92
45,048,064,9
4,45,46,6
Sumber: data diolah
1. Deskripsi Motivasi Berprestasi
Berdasarkan data statistik, pada variabel motivasi berprestasi diperoleh
skor terendah 36, skor tertinggi 53, rata-rata 45,06, median 45,0, dan standar 50
51
deviasi 4,4. Perbandingan nilai rata-rata dan nilai median nampak bahwa rata-rata
responden memiliki motivasi berprestasi yang cukup. Berdasarkan nilai tertinggi,
terendah, dan range, maka tingkat motivasi berprestasi siswa dibagi dalam tiga
kategori tinggi, sedang, dan rendah. Selengkapnya distribusi frekuensi motivasi
berprestasi adalah sebagai berikut.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Motivasi Berprestasi
No Motivasi Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 8 16% 2 Sedang 27 54% 3 Tinggi 15 30% Jumlah 50 100%
52
16%
54%
30%
0%10%20%30%40%50%60%
Rendah Sedang Tinggi
Motivasi Berprestasi
Fre
ku
en
si
Grafik. 1 Distribusi motivasi berprestasi
Berdasarkan distribusi frekuensi tingkat motivasi berprestasi menunjukkan
sebagian besar responden memiliki tingkat motivasi sedang yaitu sebanyak 27
responden (54%), selanjutnya tinggi sebanyak 15 responden (30%), dan rendah
sebanyak 8 responden (16%).
2. Deskripsi Kemandirian Belajar
Berdasarkan data statistik, pada variabel kemandirian belajar diperoleh
skor terendah 34, skor tertinggi 59, rata-rata 47,94, median 48,0, dan standar
deviasi 5,36. Perbandingan nilai rata-rata dan nilai median nampak bahwa rata-
rata responden memiliki kemandirian belajar yang cukup. Distribusi frekuensi
kemandirian belajar adalah sebagai berikut.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar
No Kemandirian belajar
Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 8 16% 2 Sedang 26 52% 3 Tinggi 16 32% Jumlah 50 100%
16%
52%
32%
0%10%20%30%40%50%60%
Rendah Sedang Tinggi
Kemandirian Belajar
Fre
kuen
si
53
Grafik 2. Distribusi Kemandiran Belajar
Berdasarkan distribusi frekuensi tingkat kemandiran belajar menunjukkan
sebagian besar responden memiliki tingkat kemandirian sedang yaitu sebanyak
26 responden (52%), selanjutnya tinggi sebanyak 16 responden (32%), dan rendah
sebanyak 8 responden (16%).
3. Prestasi Belajar
Berdasarkan data statistik, pada variabel prestasi belajar diperoleh skor
terendah 45, skor tertinggi 76, rata-rata 64,92, median 64,50, dan standar deviasi
6,63. Perbandingan nilai rata-rata dan nilai median nampak bahwa rata-rata
responden memiliki prestasi belajar yang cukup. Distribusi frekuensi prestasi
belajar adalah sebagai berikut.
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tingkat Prestasi Belajar
No Prestasi belajar
Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 4 8% 2 Sedang 23 46% 3 Tinggi 23 46% Jumlah 50 100%
8%
46% 46%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Rendah Sedang Tinggi
Prestasi Belajar
Fre
kuen
si
Grafik 3. Distribusi Prestasi Belajar
Berdasarkan distribusi frekuensi tingkat kemandiran belajar menunjukkan
sebagian besar responden memiliki prestasi belajar sedang dan tinggi yaitu
masing-masing sebanyak 23 responden (46%) dan rendah sebanyak 4 responden
(8%).
54
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Penelitian
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data menggunakan uji Chi Square dengan bantuan
program SPSS 11.00 for Windows. Hasil pengujian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data
Variabel c2 df Kesimpulan Motivasi berprestasi Kemandirian belajar Prestasi belajar ekonomi
19,120 17,200 25,60
15 19 20
Normal Normal Normal
Sumber: data diolah (lampiran 6)
Berdasarkan hasil uji Chi square, maka hasil uji kenormalan data adalah
sebagai berikut:
- Nilai c2 variabel motivasi berprestasi sebesar 19,120 dan nilai c2
tabel dengan df
= 15 adalah 24,996, karena nilai c2 variabel motivasi berprestasi lebih kecil
dari nilai c2tabel atau 19,120 < 24,996 maka disimpulkan data variabel motivasi
berprestasi berdistribusi normal.
- Nilai c2 variabel kemandirian belajar sebesar 17,200 dan nilai c2
tabel dengan df
= 19 adalah 30,144, karena nilai c2 variabel kemandirian belajar lebih kecil
dari nilai c2tabel atau 17,200 < 30,144 maka disimpulkan data variabel
kemandirian berprestasi berdistribusi normal.
- Nilai c2 variabel prestasi belajar ekonomi sebesar 25,600 dan nilai c2
tabel
dengan df = 20 adalah 31,410, karena nilai c2 variabel prestasi belajar lebih
kecil dari nilai c2tabel atau 25,600 < 31,410 maka disimpulkan data variabel
prestasi belajar berdistribusi normal.
55
b. Uji Linieritas
1) Motivasi Berprestasi (X1) dengan Prestasi belajar ekonomi (Y)
Pengujian linieritas variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan
bantuan program SPSS 11.00 for Windows. Rangkuman uji linearitas dari X1
dengan Y adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y
Variabel Fhitung Ftabel Kesimpulan Motivasi berprestasi dan Prestasi Belajar
1,111 2,010 Linier
Hasil uji linieritas diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,111. Nilai F(a;14;34)
adalah 2,010. Karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel atau 1,111 < 2,010, maka
disimpulkan bahwa model regresi antara motivasi berprestasi (X1) dengan Prestasi
belajar ekonomi siswa (Y) adalah linear.
2) Kemandirian Belajar (X2) dengan Prestasi belajar ekonomi (Y)
Rangkuman uji linearitas dari X2 dengan Y adalah sebagai berikut:
Tabel 7 Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y
Variabel Fhitung Ftabel Kesimpulan Kemandirian belajar dan Prestasi Belajar
1,297 1,930 Linier
Hasil uji linieritas diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,297. Nilai F(a;18;30)
adalah 1,930. Karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel atau 1,297 < 1,930, maka
disimpulkan bahwa model regresi antara motivasi berprestasi (X1) dengan Prestasi
belajar ekonomi siswa (Y) adalah linear.
c. Uji Multikolinearitas
Rangkuman uji multikolineritas antara variable bebas adalah sebagai
56
berikut:
Tabel 8
Rangkuman Uji Multikolineritas Sumber Variansi rhit Ket
X1X2 X1Y X2Y
0,418 0,472 0,455
Tidak terjadi multikolinearitas
Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat gejala multikolineritas,
karena:
1) Korelasi antara variabel bebas lebih kecil dibandingkan dengan korelasi
antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.
2) Korelasi antara variabel bebas tidak melebihi 0,8.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi berarti adanya variabel pengganggu dari masing-masing
variabel bebas yang saling mempengaruhi. Untuk mengetahui apakah pada model
regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin
Watson). Kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:
- Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif
- Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi
- Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif
Berdasarkan uji autokorelasi di atas diperoleh hasil angka D-W sebesar
1,334. Nilai D-W terletak diantara -2 sampai 2 (-2 < 1,334 < 2), dengan demikian
model regresi tidak terjadi autokorelasi.
2. Uji Hipotesis
Dalam pembahasan ini digunakan analisis korelasi parsial, korelasi
berganda, regresi linear berganda, uji F, sumbangan relatif, dan sumbangan efektif
untuk mengetahui motivasi berprestasi yang terdari motivasi berprestasi (X1),
kemandirian belajar (X2) terhadap Prestasi belajar ekonomi siswa (Y).
Selengkapnya analisis data ditampilkan sebagai berikut:
57
a. Analisis Regresi Berganda
Setelah dilakukan komputasi dengan menggunakan Program SPSS 11.00
for Windows diperoleh harga koefisien regresi sebagai berikut :
Tabel 9 Ringkasan Perhitungan Uji Regresi Berganda
Variabel Koefisien regresi
thitung t(1/2a;50)
Motivasi berprestasi
Kemandirian belajar
Kontanta
0,467
0,442
23,646
2,329
2,550
1,960
1,960
Fobs = 10,227
R2 = 0,303
F(a;2;47) =3,23
Berdasarkan hasil rangkuman perhitungan uji regresi berganda tersebut,
maka persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = 23,646 + 0,467X1 + 0,442X2
Dari persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1) Koefisien regresi untuk variabel motivasi berprestasi sebesar 0,467
menunjukkan motivasi berprestasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap
variabel Prestasi belajar ekonomi siswa. Sedangkan koefisien 0,467 berarti
bahwa peningkatan satu satuan tingkat motivasi berprestasi dengan asumsi
variabel bebas yang lain konstan (= 0) akan menyebabkan kenaikan Prestasi
belajar ekonomi sebesar 0,467 satuan.
2) Koefisien regresi untuk variabel kemandirian belajar sebesar 0,442
menunjukkan kemandirian belajar mempunyai pengaruh yang positif terhadap
variabel Prestasi belajar ekonomi siswa. Sedangkan koefisien 0,442 berarti
bahwa peningkatan satu satuan tingkat kemandirian belajar dengan asumsi
variabel bebas yang lain konstan (= 0) akan menyebabkan kenaikan Prestasi
belajar ekonomi sebesar 0,442 satuan.
58
Daerah terima
H0
Daerah tolak H0 Daerah tolak H0
b. Uji t
1) Komposisi Hipotesis
H0 : b = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terikat.
H1 : b ¹ 0, ada pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
2) Harga ttab
t(0,025;50) = 1,960
-t(0,025;50) = -1,960 t(0,025;50) = 1,960
3) Harga thitung
Tabel 10 Harga thitung Variabel Bebas
Variabel thitung t(a,31)
Pengawasan
Koordinasi
2,329
2,550 1,960
Sumber: Data diolah
4) Keputusan Uji
Terima H0 jika -ttabel < thitung < ttabel
Tolak H0 jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel
5) Kesimpulan
- Nilai thitung X1 = 2,329; ttabel = 1,960; karena 2,329 > 1,960 maka H0 ditolak,
sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel
motivasi berprestasi (X1) terhadap variabel prestasi belajar ekonomi (Y).
59
- Nilai thitung X2 = 2,550; ttabel = 1,960; karena 2,550 > 1,960 maka H0 ditolak,
sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel
kemandirian belajar (X2) terhadap variabel prestasi belajar ekonomi (Y).
c. Uji F
Hasil pengujian F diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 11 Ringkasan Perhitungan Uji F
F Hitung Tabel
Kesimpulan
10,227 3,23 Signifikan
Sumber: data diolah
1) Komposisi Hipotesis
H0 : b1, b2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
motivasi berprestasi (X1) dan kemandirian belajar (X2)
terhadap Prestasi belajar ekonomi siswa (Y).
H1 : b1, b2 ¹ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan motivasi
berprestasi (X1) dan kemandirian belajar (X2) terhadap
Prestasi belajar ekonomi siswa (Y).
2) Harga tabel
Dengan dk pembilang = k = 2 dan dk penyebut = N – k – 1 = 50 – 2 –1 = 47
dan signifikansi 5% diperoleh harga F(0,05)(2,47) = 3,23.
0 F(0,05)(2,47) = 3,23
3) Keputusan uji
Terima H0 jika Fhit < Ftab
Terima H1 jika Fhit > Ftab
D
aerah
terima
Daerah tolak
60
4) Kesimpulan
Fhitung = 10,227
Ftabel = 3,23
Jadi Fhit > Ftab ; 10,227 > 3,23è Ho ditolak dan Ha diterima
Jadi hipotesis (H1) terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan motivasi
berprestasi (X1) dan kemandirian belajar (X2) terhadap prestasi belajar
ekonomi (Y) adalah terbukti secara signifikan.
d. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
Besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif masing-masing
variabel bebas dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 12 Rangkuman Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
No Variabel SR% SE% 1 2
Motivasi berprestasi Kemandirian belajar
46,82% 53,18%
14,20% 16,13%
Besarnya sumbangan efektif variabel bebas menunjukkan besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel bebas. Nilai sumbangan efektif (SE%) terbesar
adalah variabel kemandirian belajar yaitu sebesar 16,13%, dengan demikian
diantara kedua variabel bebas, variabel kemandirian belajar memiliki pengaruh
lebih besar terhadap prestasi belajar ekonomi.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisis regresi linear berganda diperoleh persamaan garis
regresi Y = 23,646 + 0,467X1 + 0,442X2. Persamaan garis tersebut berfungsi
sebagai pedoman untuk melakukan prediksi terhadap perubahan variabel
dependen yaitu prestasi belajar ekonomi siswa dengan motivasi berprestasi dan
kemandirian belajar sebagai peubah. Harga koefisien regresi positif diartikan
bahwa seluruh variabel independen berpengaruh positif variabel dependen,
peningkatan variabel independen akan meningkatkan variabel dependen dan
begitu sebaliknya. Untuk menguji persamaan garis tersebut berarti atau tidak
61
untuk digunakan sebagai alat prediksi digunakan uji F. Berdasarkan perhitungan
diperoleh Fhit = 10,227 sedangkan Ftab pada taraf signifikansi 5% diketahui sebesar
3,23. Hasil perbandingan Fhit > Ftab ; 10,227 > 3,23 persamaan garis tersebut
dapat digunakan sebagai alat prediksi bagi prestasi belajar ekonomi siswa. Dengan
demikian bahwa H1 yang menyatakan ada pengaruh bersama-sama motivasi
berprestasi dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar ekonomi pada kantor
siswa kelas XI IPS SMA N 5 Surakarta diterima atau teruji kebenarannya.
Kemandirian belajar memberikan sumbangan relatif (SR%) sebesar
53,18% dan sumbangan efektif (SE%) sebesar 16,13% lebih besar dari
sumbangan relatif dan sumbangan efektif variabel motivasi berprestasi. Hal ini
menunjukan bahwa kemandirian belajar memiliki pengaruh yang lebih dominan
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa dibandingkan variabel motivasi
berprestasi. Kontribusi variabel independen pada perubahan variabel dependen
diketahui dari koefisien determinasi yaitu R2 x 100% = 0,303 x 100% = 30,3%.
Harga koefisien determinasi tersebut berarti bahwa 30,3% perubahan prestasi
belajar ekonomi ditentukan oleh motivasi berprestasi, dan kemandirian belajar
sedangkan sisanya sebesar 69,7% dikarenakan variabel lain.
Penelitian ini telah berhasil membuktikan adanya pengaruh motivasi
berprestasi siswa dan kemandirian belajar terhadap Prestasi belajar ekonomi siswa
SMA N 5 Surakarta tahun ajaran 2008/2009. Hasil ini sesuai dengan pendapat
Hamalik (2001: 32) yang menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
proses belajar, diantaranya faktor latihan, kesiapan belajar, minat (motivasi) dan
usaha, kemandirian dan inteligensi. Pendapat Hamalik tersebut menyiratkan
bahwa faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah motivasi berprestasi
dan kemandirian belajar. Selanjutnya dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah
hasil maksimal yang dicapai siswa setelah melalui kegiatan belajar, sehingga
semakin baik kegiatan belajar maka semakin baik prestasi belajar siswa. Motivasi
berprestasi siswa sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar bermakna semakin baik motivasi berprestasi siswa, maka semakin baik
proses kegiatan belajarnya, sehingga semakin baik prestasi belajarnya.
62
Motivasi berprestasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Sutikno (2008) menjelaskan bahwa
dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,
bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi,
yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Upaya yang dapat dilakukan
sebagai upaya mengatasi gangguan tersebut, antara lain ditempuh dengan cara-
cara: (1) menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik, (2) memberikan hadiah
kepada yang berprestasi, (3) membentuk adanya suatu kompetisi, (4) memberikan
pujian, (5) memberikan hukuman, (6) membangkitkan dorongan untuk belajar
kepada peserta didik, (7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik, (8) membantu
kesulitan belajar anak didik secara parsial maupun kelompok (9) menggunakan
metode yang bervariasi, dan (10) menggunakan media yang baik dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Kartono (1997: 70) menyatakan bahwa ”Kemandirian yang diartikan
sebagai self standing yaitu kemampuan berdiri di atas kaki sendiri dengan
keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dalam
melaksanakan kewajiban guna memenuhi kebutuhan sendiri. Sedangkan Haris
Mujiman (2005:1) mencoba memberikan pengertian belajar mandiri dengan lebih
lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong
oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu
masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki.
Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya – baik
penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar,
63
maupun evaluasi belajar – dilakukan oleh siswa sendiri. Di sini belajar mandiri
lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang
didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melalui tahap pengumpulan data, analisis, dan
pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hasil uji diperoleh nilai thitung X1 = 2,329 sedangkan ttabel = 1,960; karena nilai
thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel motivasi berprestasi
(X1) terhadap variabel prestasi belajar ekonomi (Y). Koefisien regresi untuk
variabel motivasi berprestasi sebesar 0,467, berarti bahwa peningkatan satu
satuan tingkat motivasi berprestasi dengan asumsi variabel bebas yang lain
konstan (= 0) akan menyebabkan kenaikan Prestasi belajar ekonomi sebesar
0,467 satuan.
2. Hasil uji diperoleh nilai thitung X2 = 2,550 sedangkan ttabel = 1,960; karena nilai
thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial antara variable kemandirian belajar
(X2) terhadap variabel prestasi belajar ekonomi (Y). Koefisien regresi untuk
variabel kemandirian belajar sebesar 0,442, berarti bahwa peningkatan satu
satuan tingkat kemandirian belajar dengan asumsi variabel bebas yang lain
konstan (= 0) akan menyebabkan kenaikan Prestasi belajar ekonomi sebesar
0,442 satuan.
3. Hasil uji regresi berganda diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,227 sedangkan
Ftabel sebesar 3,230. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka disimpulkan
bahwa variabel motivasi berprestasi dan kemandirian belajar secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar ekonomi pada siswa
kelas XI IPS SMA N 5 Surakarta. Dengan kata lain variabel motivasi
berprestasi dan kemandirian belajar secara bersama-sama berpengaruh
terhadap prestasi belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA N 5
Surakarta, jika kedua variabel tersebut dapat ditingkatkan maka prestasi
belajar siswa juga akan naik.
60
65
B. Implikasi
1. Dari hasil penelitian terbukti motivasi berprestasi berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar siswa Motivasi berprestasi ditunjukkan
oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan siswa untuk belajar. Kebutuhan untuk
belajar mendorong seorang siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dan
mengarahkkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi
mencapai prestasi yang optimal.
2. Selain dengan mempunyai motivasi untuk berprestasi, hal yang dapat
dilakukan untuk mencapai prestasi yang optimal adalah dengan menggunakan
cara belajar mandiri. Dengan belajar mandiri siswa dituntut untuk aktif baik
pra PBM maupun pasca PBM. Siswa yang belajar mandiri akan
mempersiapkan materi, baik dengan membaca materi yang lalu maupun
membaca materi yang akan diajarkan. Setelah PBM berakhir siswa akan
mendalami materi, baik dengan diskusi dengan teman atau membaca ulang
materi yang telah diajarkan. Sehingga siswa yang belajar mandiri akan
mendapatkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak
menerapkan belajar mandiri.
3. Penelitian menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi dan kemandirian belajar
secara simultan berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi pada siswa
kelas XI IPS SMA N 5 Surakarta. Dengan demikian peningkatan motivasi
berpretasi dan kemandirian belajar siswa, maka akan berdampak pada
peningkatan prestasi belajar ekonomi siswa. Kedua hal tersebut perlu menjadi
perhatian bagi guru dan seluruh pihak agar dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sehingga tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai.
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas disampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Hendaknya siswa menggunakan kesempatan sebaik-baiknya dalam
melaksanakan kegiatan belajar dengan kegiatan yang dapat memacu diri
untuk mencapai prestasi tertinggi misalnya dengan memanfaatkan luang
66
waktu sebaik-baiknya untuk membaca buku atau referensi pelajaran lain.
b. Siswa hendaknya meningkatkan kepercayaan dirinya dalam belajar
mandiri, mengerjakan tugas-tugasnya dengan sungguh-sungguh, selalu
meningkatkan jiwa kreatifitas sehingga dengan hal tersebut prestasi
belajarnya dapat meningkat
2. Bagi Guru
a. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi faktor intern siswa tetapi juga
ekstern oleh karena itulah hendaknya guru senantiasa meningkatkan proses
pembelajaran dengan berupaya mengembangkan berbagai materi yang
aplikatif, dan dengan berbagai metode pembelajaran siswa sehingga
siswapun akan bertambah motivasinya dalam proses belajar mengajar
b. Hendaknya guru senantiasa membantu siswa dalam menumbuhkan
kemandirian belajar yaitu pemberian pengarahan akan pentingnya
memiliki sikap mandiri dalam mencapai prestasi sehingga tidak tergantung
pada orang lain.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Alhazda. 2003. “Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antara Pribadi terhadap Kepemimpinan Kepala sekolah”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 004,9. (19-41)
Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Djamaah Sopah. 2000. “Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi terhadap hasil belajar”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 022,5 (121-135)
Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fudyartanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Utama
Haris Mudjiman. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta : UNS Press
Holstein, Herman. 1986. Murid Belajar Mandiri: Dalam Situasi Belajar Mandiri dalam Pelajaran Sekolah. Bandung: Remadja Karya
Hiemstra. 1994. Konsep Belajar mandiri. Diakses di http://www.nwrel.org/planing/reports/self-direct/index.php tanggal 19-5-2009 22:30
Kartono. 1997. Psikologi Anak. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Manulang, M. 1990. Pengantar Ekonomi dan Ekonomi Pancasila. Bandung: Eresco
Mardalis. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara.
Masrun. 1986. Sikap Mandiri bagi Anak Kost. Bandung: BPPE
Moh. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya
Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Nurjanah. 1995. Murid Belajar Mandiri. Jakarta : Gaung Persada Pers.
Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Rahmat Soemitro A. 1991. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia
67
68
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.
Sobry Sutikno. 2008. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa. Jakarta : Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto. 1990. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
.2006. Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. 1994. Statistika jilid I. Yogyakarta : Andi Offset
Wasty Soemanto. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Winarno Surakhmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, Teknik. Jakarta : Bumi Aksara.
Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
Zaenal Arifin. 1990. Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta