BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I...

135
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad global. Akibat perkembangan teknologi informasi dan transportasi, dunia Internasional pada abad ini mengalami sebuah perubahan besar, yang dikenal dengan era global. Dalam era demikian, situasi dunia menjadi amat transparan, jendela internasional, terdapat hampir disetiap rumah. Apa yang terjadi dsalah satu sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari berbagai belahan dunia, pintu gerbang antar Negara semakin terbuka, sekat sekat budaya semakin hilang dan ujung ujungnya akan terbentuk apa yang disebut Jhon Neisbitt sebagai Gaya Hidup Global. 1 Dunia dihadapkan dengan tantangan teknologi, informasi dan globalisasi yang semakin meningkat. Selanjutnya era kompetetif mensegerahkan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitasnya agar dapat mensinergiskan daya saing dan perannya dalam pembangunan sumber daya manusia dengan kebutuhan pasar lokal, regional, nasional bahkan internasional. Terutama dalam menghadapi pasar bebas tentu kita hadapi dengan berbagai cara supaya bisa mengharmoniskan antara peluang dan tantangan dengan solusi yang reil, dengan penekanan pembangunan sumber daya insani yang ideal, agar manusia dapat memainkan perannya dalam semua sektor kehidupan. Terkait dengan hal di atas Indonesia dihadapkan dengan komitmen dunia Global terutama pada sisi peningkatan Sumber Daya Manusia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, mau atau tidak mau mesti harus mengikuti kemauan global tersebut agar masyarakat bangsa Indonesia bisa terlibat dalam pasar Internasional, atau kalau tidak, Sumber Daya Insani masyarakat Indonesia akan tersisihkan. Terkait dengan komitmen di atas, dalam laporan UNDP tentang Global Compeititveness Report tahun 2019. Menurut laporannya bahwa rengking Indonesia tidak mengalami peningkatan di banding dengan tahun 2017 dan tahun-tahun sesudahnya sampai tahun 2018 yang berada di urutan 111 dari 189 Negara (UNDP, The Global 1 John Naisbit, Patricia Aburden, Megatrent 2000,Megatrends 2000, terj. FXBudijanto, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1990,hal. 240

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad global. Akibat

perkembangan teknologi informasi dan transportasi, dunia Internasional

pada abad ini mengalami sebuah perubahan besar, yang dikenal dengan

era global. Dalam era demikian, situasi dunia menjadi amat transparan,

jendela internasional, terdapat hampir disetiap rumah. Apa yang terjadi

dsalah satu sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari

berbagai belahan dunia, pintu gerbang antar Negara semakin terbuka,

sekat sekat budaya semakin hilang dan ujung ujungnya akan terbentuk

apa yang disebut Jhon Neisbitt sebagai Gaya Hidup Global.1

Dunia dihadapkan dengan tantangan teknologi, informasi dan

globalisasi yang semakin meningkat. Selanjutnya era kompetetif

mensegerahkan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitasnya

agar dapat mensinergiskan daya saing dan perannya dalam

pembangunan sumber daya manusia dengan kebutuhan pasar lokal,

regional, nasional bahkan internasional. Terutama dalam menghadapi

pasar bebas tentu kita hadapi dengan berbagai cara supaya bisa

mengharmoniskan antara peluang dan tantangan dengan solusi yang

reil, dengan penekanan pembangunan sumber daya insani yang ideal,

agar manusia dapat memainkan perannya dalam semua sektor

kehidupan.

Terkait dengan hal di atas Indonesia dihadapkan dengan

komitmen dunia Global terutama pada sisi peningkatan Sumber Daya

Manusia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, mau

atau tidak mau mesti harus mengikuti kemauan global tersebut agar

masyarakat bangsa Indonesia bisa terlibat dalam pasar Internasional,

atau kalau tidak, Sumber Daya Insani masyarakat Indonesia akan

tersisihkan. Terkait dengan komitmen di atas, dalam laporan UNDP

tentang Global Compeititveness Report tahun 2019. Menurut

laporannya bahwa rengking Indonesia tidak mengalami peningkatan di

banding dengan tahun 2017 dan tahun-tahun sesudahnya sampai tahun

2018 yang berada di urutan 111 dari 189 Negara (UNDP, The Global

1John Naisbit, Patricia Aburden, Megatrent 2000,Megatrends 2000, terj.

FXBudijanto, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1990,hal. 240

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

2

Competitiveness Report tahun 2018-2019). Dalam segi harapan hidup

mengalami peningkatan atau setara dengan Negara Samoa antara 71.5

tahun. Dari segi pembangunan menurut mereka kita masih berada

bertahan dibawah peringkat Negara tetangga.2Mengapa kita perlu kerja

maksimal dalam menghadapi globalisasi, karena dalam era ini kita

menghadapi Perdagangan Bebas (WTO), Asean Community, APEC,

CAFTA. Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Meliputi lingkungan hidup,

kemajuan teknologi informasi, Konvergensi ilmu pengetahuan,

kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi

dunia, pengaruh dan imbas teknologi dan sains, mutu, investasi dan

transformasi pada sektor pendidikan, Hasil TIMS dan PISA.

Berdasarkan tantangan tersebut kita mesti mengiringi dengan

kompetensi Masa Depan bermuatan global; Kemampuan berpikir jernih

dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu

permasalahan, kemampuan menjadi warganegara yang bertanggung

jawab, kemampuan untuk mencoba mengerti dan toleran terhadap

pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang

menglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan

untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat /minatnya.

Memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Sedangkan

tantangan global yang mesti disikapi oleh dunia pendidikan termasuk

madrasah saat ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Globalisasi yang menembus batas-batas Negara, menjadikan orang

lebih rasional dan mendorong masyarakat untuk berubah sesuai

dengan derap kemajuan teknologi.

2. Globalisasi faktor produksi yang menyebar ke negara yang

kompetetif, stabil dan terbuka. Pola produksi yang tersebar ini

ditopang oleh pola investasi yang mengalir bebas menembus batas

Negara pencari imbalan jasa investasi yang menarik berbagai

keuntungan.

3. Produksi, investasi dan teknologi yang global ini diikat oleh

mekanisme pasar yang bergerak kearah satu jaringan pasar global.

4. Globalisasi ekonomi yang didukung oleh jaringan media pers

mendorong pola hidup yang serba serupa dan bertumpu pada

semangat konsumerisme yang tinggi.

2World Economic Forum, The Global Competitiveness Report tahun 2018-

2019.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

3

5. Berakhirnya perang dingin dan munculnya kapitalisme telah

memacu pola politik liberal, dengan tekanan pada tekanan individu;

6. Proses globalisasi ini juga disertai dengan masuknya bentuk

kejahatan dan penyakit baru, seperti penyelundupan, kriminalitas,

perbankan, narkoba, dan yang serupa.

Sedangkan tantangan dalam negeri, yaitu;

1. Meningkatnya aspirasi penduduk yang di dorong oleh keberhasilan

pembangunan.

2. Tingkat pendidikan yang meningkat, sehingga menaikkan pula

gengsi dan harapan orang terhadap pekerjaan yang layak. Akan

tetapi lapangan pekerjaan sangat terbatas sehingga tetap masih

banyak angka pengangguran.

3. Dinamika kehidupan saat sekarang terjebaknya manusia masih layak

atau tidaknya manusia untuk mempertahankan moralitas dan

kejujuran serta keyakinan terhadap pandangan hidup tertentu.

4. Menguatnya pola sturuktur ekonomi telah melahirkan hegemoni di

bidang ekonomi dan strata sosial ekonomi baru yang kadang masih

tetap menekan kelompok yang lemah.3

Kalau melihat kondisi bangsa Indonesia sebagai Negara

berkembang, sebenarnya kita sudah mencapai kesuksesan yang luar

biasa karena kita sudah berada pada peringkat 111 besar di seluruh

dunia, artinya sudah lebih 189 negara dibawah peringkat kita. Akan

tetapi mungkin ada alasan lain mengapa kita masih gelisa dengan hasil

yang dicapai tersebut, mungkin kita ingin mencapai target lebih, sesuai

dengan kemauan tokoh-tokoh nasional bahwa dalam kisaran tahun

2020an kita ingin berada di pringkat 5 dunia. Artinya jika ingin

mencapai hasil demikian kita harus memerlukan energi besar. Karena

kita ingin menjadi salah satu Negara super power di dunia. Target

besarnya adalah kita harus meningkatkan kemampuan ekonomi dan

mutu pendidikan. Sedangkan berbicara kemampuan pendididikan

berarti kita konsen terhadap sumber daya insani yang kita miliki.

Kemampuan pendidikaan dalam hal ini ini kita berkaca dengan Negara

3Forum Ilmiah Festival Istiqlal II’ 95., Ruh Islam dalam Budaya Bangsa.,

Wacana Antar Agama dan Bangsa, Jakarta: Yayasan Festival, Bina Rena Pariwara,

1996. hal. 3-4.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

4

Jepang, bahwa sejak era lepas pengeboman Nagasaki dan Hirosima,4

Sehubungan dengan ini tokoh nasional berbicara bahwa sektor utama

yang dibangun adalah meningkatkan tarap pembangunan pendidikan,

karena dengan pendidikanlah seluruh pembangunan dapat ditingkatkan

targetnya. Sekarang terbukti Negara jepang menjadi salah satu Negara

terkuat di Asia baik di sektor ekonomi, maupun pada bidang Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.

Akan tetapi menyikapi hal diatas untuk mewujudkan Indonesia

bisa berada pada level atas tentu mustahil kalau sektor pendidikan tidak

dibenahi dengan segerah, karena faktor yang terjadi dalam dunia

pendidikan sendiri masih sangat kompleks, jadi barang tidak mungkin

kita bisa mengikuti trend masyarakat global. Harus diakui bahwa

rendahnya kualitas pendidikan adalah suatu gambaran rendahnya

kualitas sumber daya manusia yang ada. Sedangkan kondisi lembaga

pendidikan di Indonesia, terlebih lagi lembaga pendidikan Islam

sebagaimana madrasah masing sangat tertinggal, belum lagi sistem

penyelenggaraannya masih sanga banyak untuk dibenahi.

Kalau kita memahami tentang agenda globalisasi memang yang

dibicarakan secara serius adalah persaingan Sumber Daya Insani (SDI),

karena terletak kepada sumber daya insanilah semua akumulasi

pembangunan dapat diatasi. Tetapi bisakah kita melakukan kompetesi

dengan sumber insani dari luar, sedangkan persoalan di dalam dunia

pendidikan kita sendiri masih lemah, padahal penentu kekuatan di

dalam merupakan bagian vital sebuah persaingan. Bisakah alumni-

alumni madrasah dapat bersaing dengan alumni-alumni dari lembaga

pendidikan setingkatnya yang berada di luar bangsa, kalau saja bersaing

dengan sesama alumni yang ada di dalam negeri sendiri sudah kalah.

Jika mencermati banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan di dalam

pendidikan Islam di Indonesia, tentu akan sangat berat lagi jika

dikaitkan dengan banyaknya permasalahan yang muncul akibat

perubahan sosial yang terjadi akhir-akhir ini, seperti banyaknya isu-isu

pengangguran,mogok kerja akibat sistem upah buruh yang belum

menentu, anak-nak putus sekolah masih kerap terjadi, anak-anak yang

bekerja dibawah umur masih banyak terlihat di depan mata, teriakan

guru-guru honor yang minta disejahterahkan masih sering terlihat di

4Laporan Metro TV dan TV One, ANTV dan MNCTV, Tokoh Nasional

Berbicara Program Pembangunan Nasional tahun 2020an,. Acara tahun 2014.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

5

layar televisi. Belum lagi pada tingkat kenekalan anak-anak bangsa,

pemuda, pelajar,seperti tawuran, keributan, kriminalitas, pergaulan

yang belum layak dilakukan oleh remaja dan anak-anak juga masih

kerap terjadi dimana-mana, perkelahian antara guru dan siswa masing

sering terjadi, angka bunuh diri orang tua semakin tinggi,kasus

pembunuhan semakin besar angkanya.

Sementara hasil penelitian menggambarkan kehidupan dunia

remaja saat ini yang ada kaitannya dengan peran pendidikan masih

terkendala dengan realitas sebagai berikut; Pertama, meningkatnya

kekerasan dikalangan remaja, Kedua, membudayanya ketidak jujuran,

Ketiga, sikap panatik terhadap kelompok, Keempat, rendahnya rasa

hormat kepada orang tua dan guru. Kelima, Semakin kaburnya moral

baik dan buruk, Keenam, penggunaan bahasa yang memburuk, Ketujuh,

meningkatnya prilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba,

alkohol, dan akses bebas. Kedelapan, rendahnya rasa tanggung jawab

sebagai individu dan warganegara. Kesembilan, menurunnnya etos

kerja dan adanya rasa saling curiga. Kesepuluh, adanya ketidak

pedulian terhadap sesama.5

Mungkin kalau dicermati mengapa itu semua bisa terjadi, bisa

saja indikator penyebabnya bukan saja terletak pada tingkat kurangnya

kesejahteraan, dan pola hidup yang terlalu tinggi. Tetapi bisa

diakibatkan oleh tatanan nilai agama sebagai filosofi kehidupan yang

belum tertanam dan belum menjadi bagian kehidupan sehingga

keterdesakan akibat perubahan sosial dan akibat persaingan global

susah di atasi. Apalagi kalau nilai-nilai agama semakin terabaikan maka

akan terjadi kegelisahan spiritual, hilangnya harapan hidup, rasa putus

asa semakin dalam, sehingga berakibat terjadinya goncangan sosial,

ketimpangan kebudayaan, tekanan psikologis.

Dari hal-hal diatas secara khusus mampukah madrasah dapat

mengakumulasi dari permasalahan-permasalahan yang muncul di atas?

Kalau bukan madrasah sebagai lembaga pendidikan alternatif di

Indonesia harus berbenah diri memperbaiki sistem di dalamnya dan

memperbaiki kualitas sumber daya insaninya dan memperhitungkan

kualitas dan mutu alumni-alamuninya. Karena banyak pihak, bahkan

5Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013, Suatu Pendekatan Preaktis dissetai dengan Contoh,

Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada, 2013, hal. 17-18.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

6

mungkin orang di dalamnya sendiri yang masih menilai miring tentang

keberadaan kulitas madrasah saat ini yang diakibatkan mungkin banyak

faktor-faktor yang terkait di dalamnnya.

Melihat tantangan yang dihadapi pendidikan Indonesia saat ini,

ada tiga masalah yang sedang di depan kita yaitu; Pertama, akibat krisis

ekonomi, dimana pendidikan nasional dituntut untuk mempertahankan

hasil-hal pembangunan yang telah dicapai. Kedua,meningkatkan

sumber daya manusia untuk mengantisipasi globalisasi, Ketiga,

menyesuaikan sistem pendidikan nasional dalam berbagai skala

kebutuhan; keadaan daerah, demokrasi pendidikan yang tersendat,

peserta didik, serta mendorong partisipasi masyarakat.6 Sementara

Yoyon Bahtiar, Irianto, melihat bahwa pendidikan daerah sekarang

masih mendapati banyak masalah serius, seperti peningkatan mutu

pendidikan, pemerataan pendidikan, efesiensi manajemen, peranserta

masyarakat, akuntabilitas. Efesiensi manajemen disini berhubungan

dengan aspek pengelolaan pendanaan dan pengelolaan pelaksanaan

sekolah/pendidikan.7Masalah yang dihadapi pendidikan di Indonesia

tentu juga sama dengan yang dihadapi oleh madrasah seperti yang telah

diulas sebelumnya. Pemerataan kemampuan manajemen, kebijakan

penataan keuangan belum sepenuhnya berjalan di daerah, padahal yang

kita hadapi sekarang yaitu globalisasi yangberlaku secara umum baik di

kota-kota besar atau wilayah pusat, maupun di daerah-daerah.

Karenanya perlu kerja maksimal untuk melaksanakan pemerataan

pendidikan dalam segala dimensinya.

Keberadaan madrasah saat ini sebagai lembaga pendidikan

Islam di Indonesia selain sudah mencapai kemajuan, pada segi market.

minat dan selera madrasah sudah sangat tinggi, terlihat dari animo

masyarakat yang sudah banyak menitipkan anak-anaknya ke lembaga

ini. Kepercayaan masyarakat terhadap madrasah ini memang sudah

tidak dapat dipungkiri, mungkin madrasah pada sisi tertentu memiliki

nilai lebih. Nilai lebih tersebut karena madrasah memiliki kurikulum

yang kalkusi mata pelajarannya berimbang antara mata pelajaran agama

dengan mata pelajaran umum, sehingga dianggap memuaskan orang tua

6Sandiyawan Sumardi, Menuju Stigma Melalui Pendidikan Al ternatif,

Jakarta: Grasindo, 20015, hal. 51 7Yoyon Bahtiar, Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan

Pendidikan; Bandung, Lab Administrasi Pendidikan UPI. (2006), hal. 69.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

7

untuk menyiapkan masa depan anak-anaknya dalam kehidupan

mendatang yang lebih baik.

Walaupun demikian madrasah dihadapkan dengan tantangan

berat lainnya terkait dengan dunia kerja dan kompetesi kreatif

(competitive creative), yang semakin hari semakin meningkat yang

menuntut meningkatan kualitas dunia kerja dan skill dalam kehidupan

generasi muda serta alumni pendidikan. Selain itu, lembaga Perguruan

Tinggi saat ini memerlukan kualitas tinggi untuk dapat masuk atau

mengikuti tes seleksi agar dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya

sesuai dengan disiplin yang ada. Oleh karenanya alumni madrasah

dituntut untuk memiliki standar nilai yang baik agar dapat bersaing

dengan alumni-alumni sekolah-sekolah lainnya.

Alumni madrasah harus siap menghadapi segala tantangan dunia

kerja, dan masa depan kehidupan yang lebih jauh. Oleh karena itu

madrasah dituntut untuk menyiapkan generasi dengan komponen ilmu

pengetahuan, teknologi, seni budaya, humaniora, dengan wawasan

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait dengan fenomena

kehidupan.8Menurut Soegarda, pendidikan sekarang sebaiknya tetap

berpegang pada nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan

mengakar dalam sikap dan prilaku sehari-hari. Yaitu nilai-nilai karakter

mulia, kesantunan, disiplin, kejujuran, toleransi, dan kebersamaan. 9

Melihat kondisi madrasah saat ini walaupun sudah melangkah

maju tetapi masih banyak yang mesti diperbaiki mulai dari aspek sistem

pendidikannya yang masih belum jelas, gap antara ideal kurikulum dan

penerpannya masih tinggi, manajemen, kualitas guru, sarana dan

prasarana, lingkungan sekolah, metode dan pendekatan dan evaluasi.

Memang harus diakui, bahwa di lain pihak kemajuan yang dicapai

madrasah sampai saat ini cukup menggembiarakan, terutama madrasah

yang dikelolah oleh Kementerian Agama, dan madrasah yang dikelolah

oleh pihak swasta yang bonafit, maupun madrasah yang tumbuh di

pesantren-pesantren terutama di kota-kota besar yang tersebar di

Indonesia. Madrasah-madrasah tersebut dalam catatannya banyak yang

8Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013, Suatu Pendekatan Preaktis dissetai dengan Contoh Op.

Cit., 2013, hal. 48 9Soegarda Poerwabakawatja, dalam Abudin Nata, Kapita Selekta

Pendidikan,Isu-isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam, Jakarta Rajawali Press,

2013.hal. 199.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

8

sudah unggul, dan berprestasi. Walaupun memang dalam sisi lain,

madrasah-madrasah swasta yang dikelolah masyarakat masih banyak

yang lemah terutama karena terkendala biaya, guru-gurunya yang masih

tumpang tindih, kualitas gurunya masih banyak yang bersetrata sekolah

menengah atas, prasarananya yang kurang memadai, lingkungan

sekolah yang belum sehat, kesejahteraan guru yang kurang. Faktor

penyebab ini memang faktor klasik minimnya biaya, sedangkan aliran

bantuan dari pihak pemerintah masih sangat terbatas. sehingga untuk

membangun dan merenovasi serta,mengembangkan sistem pendidikan

madrasah masih dirasakan terhambat.

Dengan melihat sisi kelebihan madrasah dan kekurangan

madrasah saat ini sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia jika

dihubungan dengan posisinya dalam meningkatakan kualitas sumber

daya insani masih perlu dipertanyakan, sehingga lebih menarik untuk

dikaji lebih jauh. Dengan beberapa kenyataan dan alasan tersebutlah

sehingga peneliti tertarik untuk memperdalam kajian dengan

memfokuskan pada tema: “DinamikaMadrasah dalam Era Global:

Respon Madrasah Menciptakan Sumber Daya Insani Berwawasan

Global”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian sistem, yaitu sistem

bangunan yang madrasah di Indonesia (Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah

Stanawiyah, Madrasah Aliyah) saat ini. Sistem yang dimaksud meliputi

visi, misi, tujuan, kurikulum, metode, guru, siswa pembiyaan fasilitas,

kelembagaan, serta kebijakan-kebijakan yang terkait dengannya.

Kemudian dari sistem yang ada akan dianalisis bagaimana kekuatannya

dalam menciptakan sumber daya insani produktif yang kualitasnya

memiliki syarat kompetensi dengan dunia global. Penelitian ini bukan

untuk menelusuri satu persatu komponen tersebut, karenatentu sangat

banyak wilayah cakupannya. Sehingga untuk membahas wilayah

pembahasan yang terlalu luas sehingga memerlukan waktu, energi,

pembiayaan yang sangat banyak. Lagi pula mengkaji keseluruhan

kemponen tersebut tidaklah dapat tuntas dan mendalam dalam satu kali

penelitian, oleh karena itu wilayah penelitian ini dibatasi hanya pada

dimensi madrasah dalam era global saja. Dibatasi pada masalahi ini,

dengan maksud agar penelitian ini dapat melahirkan hasil penelitian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

9

yang mendalam dan mengakar, sehingga dapat menjawab permasalahan

yang ada. Demikian juga dalam judul penelitian ini membahas juga

tentang masalah inti globalisasi, ciri-ciri dan permasalahaannya

termasuk yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan pendidikannya.

Yang terakhir ini ditempatkan karena tema tersebut merupakan

permasalahan dan tantangan masyarakat Asia dan sekaligus masalah

nasional bangsa Indonesia dengan sendirinya berkaitan langsung

dengan posisi madrasah sekarang. Kajian Madrasah harus difokuskan

untuk menyiapkan sumber daya insani bangsa yang berkualitas agar

siap bersaing dengan dunia global. Masyarakat pendidikan harus

diberdayakan dengan standar kompetetif, oleh karena itu baik secara

kualitas, mutu madrasah akan menjadi pertimbangan yang sangat

diutamakan dalam suatu usahapengembangan pendidikan yang

diutuhkan masyarakat yaitu pembentukan sumber daya insani yang

berwawasan global”.

C. Rumusan Masalah

1. Apa saja problem yang dihadapi madrasah sekarang ?

2. Bagaimana kesiapan madrasah menghadapi globalisasi ditinjau dari

sudut sosiologis?

3. Bagaimana upaya madrasah dalam menciptakan sumber daya Insani

yang berwawasan global ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang problem yang dihadapi

madrasah sekarang !

2. Untuk mengetahui lebih jauh kesiapan madrasah menghadapi

globalisasi ditinjau dari sudut sosiologis!

3. Untuk mengetahui lebih jauh upaya madrasah menciptakan sumber

daya insani yang berwawasan global !

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dapat berbentuk teoritis,

metodologis, dan praktis sebagaimana dibawah ini:

1. Kegunaan secara teoritis

Kegunaan secara teoritis, bahwa hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ide, gagasan, teori-

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

10

teori yang bekaitan dengan perubahan sosial, tentang madrasah dan

globalisasi dalam upaya mewujudkan sumber daya insani produktif.

2. Kegunaan Secara Metodologis

Secara metodologis hasil penelitian diharapkan dapat

dijadikan bahan kajian terhadap metodologi, atau metode ilmiah

dalam mengkaji dan melaksanakan studi perubahan sosial, tentang

madrasah dan globalisasi. Terutama untuk mengembangkan posisi

madrasah dalam upaya mewujdukan pembentukan sumber daya

insani produktif.

3. Kegunaan secara praktis

Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan

sebagai sumbangan secara langsung bagi lembaga pendidikan,

madrasah, akademisi, perpustakaan, peminat kajian perubahan sosial

dan pendidikan serta globalisasi. Terutama untuk menambah

khazanah,wawasan dan ilmu pengetahuan

F. Kajian Pustaka

Sehubungan dengan penelitian ini, saya telah melakukan

penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan

yang ada kaitannya dengan kedudukan madrasah. Diantara penelitian

yang ditulis oleh Ismail Sukardi, yang telah melakukan penelitian

terhadap madrasah di Indonesia Dalam Disertasinya pada Program

Pascra Sarjana di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

titik fokus penelitiannya diarahkan untuk menggali data-data tentang

madrasah dan dan sekolah Islam mulai dari aspek sejarah, pertumbuhan

dan perkembangannya. Penelitian ini telah dipublikasikan dan

diterbitkan dalam bentuk buku pada bulan Oktober 2014. Kelihatannya

penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yang menitik beratkan

penelitiannya pada segi institusi dan perannya dalam kehidupan

kebudayaan. Walaupun penelitian ini bersifat sigmentasi yang memulai

dari aspek tentang duduk persoalan madrasah dan sekolah Islam,tentang

posisi dan perannya dalam aspek-aspek terkecil kehidupanya, dan

bagaimana peran madrasah dan sekolah Islam dalam pembudayaan

ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat, tetapi maknanya sangat

bersifat universal, Karena penelitan ini kelihatannya terfokus pada

madarasah dalam kontek ini tidak hanya berperan sebagai institusi

formal sebatas di lingkungan sekolah saja, tetapi madrasah lebih jauh

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

11

telah berfungsi melembagakan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan

kebudayaan yang ada pada masa itu.

Pada sisi lain penelitian inikaya akan makna pada sisi

sigmentasi klasik, yang mengutamakan penanaman nilai-nilai Islam

dalam cultural, dimana keterlibatan madrasah sebagai institusi

pendidikan telah mencairkan dan mengaktualisasikan dalam kehidupan

nyata, disini kelihatan bahwa ajaran Islam tidak lagi bersifat

diskrminatif atau terbatas pada kelompok klas-klas tertentu (ekseklusif)

tetapi sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat (inklusif). Penelitian

ini waualupun difahami sampai pada akhir penelitiannyatidak

menyentuh aspek globaliasi terutama kaitannya dengan kondisi

perkembangannya akhir-akhir ini menyangkut isu otonomi daerah,

muatan lokal, kearifan lokal, pengkayaan terhadap penguasaan

teknologi kemunikasi dan informasi, jaringan intensifikasi dan

eksistensifikasi dunia kerja, tetapi makna yang terkandung di dalamnya

cukup tinggi terutama terhadap peran madrasah dalam kehidupan. Peran

madrasah dalam konteks sejarah baik pada era klasik Islam dan zaman

modern yang paling utama adalah berbicara bagaimana posisinya dalam

mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.

Karena hal ini berkaitan dengan misinya sebagai lembaga pendidikan

yang berfungsi membina anak didik dan masyarakat agar kehidupannya

sesuai dengan ajaran Islam.

Penelitian ini walaupun tidak ada hubungan secara langsung

dengan penelitian, tetapi ada hal-hal tentu yang dapat dijadikan rujukan

sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan penelitian, diantaranya

pertama, adalah tentang peran madrasah dan fungsinya dalam dinamika

kehidupan sosial dan kebudayaan. Kedua, bahwa madrasah dalam

konteks sejarah tidak pernah mengalami kemerosotan. Ketiga, bahwa

posisi madrasah senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Arief Furchan,

Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan

Madrasah dan PTAI). Yang diterbitkan pada tahun 2004. Dan

penelitiannya tentangPemberdayaan Madrasah dan Tantangan

Globalisasi, Penelitian ini secara spesifik diakui memang mengulas

tentang posisi madrasah dalam menghadapi tantangan globalisasi, yaitu

bagaimana kiat-kiat madrasah dalam membangun diri untuk

menyiapkan peserta didik agar siap berkompetesi di era global. Tetapi,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

12

setelah ditelusuri tulisan Arief ini sendiri tidak disertakan dengan

pendekatan sosiologis, sebab dalam konteks nasional yang

dikemukakannnya justru tidak menyertakan kekuatan sosial budaya

bangsa. Padahal dalam menghadapi global bukan berarti kita

menghilangkan potensi-potensi lokal serta kekuatan-kekuatan sosial

bangsa sebagai pembentuk jati diri bangsa. Kekuatan sosiologis adalah

unsur-unsur yang penting untuk membangun sebuah pendidikan agar

pendidikan tetap menjadi kekuatan dalam membangun kebangsaan. Jika

pendidikan melepaskan diri dari unsur sosiologis maka ia akan rapuh,

dan selanjutnya pendidikan akan kehilangan akar-akar

nasioanalismenya.

Selanjutnya saya melakukan penelusuran hasil Penelitian

SaudaraMuhammad Faruk, tahun 2004. “Problematika Pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Unggulan di

Surabaya”, Penelitian ini secara khusus mengkaji tentang sisi-sisi

tertentu yang dimiliki oleh madrasah yang berlebel unggulan.

Menariknya penelitian ini, karena saya kira yang memiliki kelemahan

dan kekurangan itu adalah madrasah-madrasah yang tidak mendapat

predikat unggul atau exellen, tetapi justru sebaliknya penelitian ini

justru menemukan problem-prolematika tertentu yang dimiliki oleh

madrasah unggulan.

Pada kenyataannya madrasah-madrasah unggulan yang diteliti

oleh Saudara Muhammad Faruk tersebut menemukan masalah-masalah

penting yang ada kaitan langsung dengan proses belajar dan mengajar,

padahal bagian ini merupakan bagian penentu dalam kegiatan

pendidikan. Sebenarnya saya merasa khawatir kalau-kalau hasil

penelitian ini justru banyak di alami oleh madrasah-madrasah di

Indonesia. Tetapi dilain hal saya merasa yakin bahwa hasil penelitian

ini merupakan kendala-kendala yang di alami madrasah yang tidak

merupakan masalah yang dianggap fatal. Karena pada kenyataannya

banyak juga madrasah baik unggul maupun yang tidak unggul tetapi

tetap eksis dalam menjalankan tugas proses belajar mengajarnya dan

mendapatkan hasil yang memuaskan. Walaupun bukan berarti

madrasah-madrasah tersebut tidak memiliki problematika-problematika

tertentu yang senantiasa perlu disikapi di benahi untuk masa-masa yang

akan datang. Oleh karena itu cukup beralasan jika penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Faruk ini perlu diapresiasi dan ditindak

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

13

lanjuti agar nanti dapat ditemukan apa saja yang menjadi kendala-

kendala yang di alami madrasah dalam proses pelaksanaan system

pembelajarannya. Pentingnya kendala-kendala yang berhasil ditemukan

tersebut agar dapat dijadikan bahan-bahan dan pertimbangan oleh

pihak-pihak tertentu yang terlibat maupun peminat kajian madrasah

untuk dapat menemukan solusi demi perbaikan-perbaikan dan

penyempurnaannya. Diantara yang ditemukan dalam penelitian ini

adalahbahwa Problematika pelaksanaan pendidikan agama Islam di

Madrasah Tsanawiyah Ibnu Husain meliputi: a). Pada peserta didik

yang meliputi, rendahnya tingkat perekonomian sebagian wali siswa,

tingkat kecerdasan serta asal lulusan yang berbeda. b). Pada pendidik

yakni rendahnya gaji, pendidik sering mengeluh terhadap akhlaq siswa,

ada pendidik yang masih belum sarjana, serta kurangnya kerjasama

antara wali siswa dengan pendidik. c). Pada kurikulum meliputi

minimnya pendidik memahami kurikulum berbasis kompetensi, adanya

pendidik yang tidak membuat satpel. d). Pada manajemen meliputi

kurang terjalinnya kerja sama wali siswa dengan pendidik, sedikitnya

siswa yang berminat terhadap kegiatan keagamaan. e). Pada sarana dan

prasarana meliputi lokasi pendidikan yang berada di daerah padat

penduduk, kurangnya lahan madrasah.

Sedangkan upaya mengatasi problematika pelaksanaan

pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Ibnu Husain

meliputi: a). Pada peserta didik yakni pihak sekolah terus berupaya

mencari beasiswa, setiap pendidik akan berupaya memberikan sanksi-

sanksi yang bersifat mendidik, pendidik sudah membentuk kerja

kelompok siswa. b). Pada pendidik meliputi biaya lembaga setiap

pendidik akan diusahakan untuk diikut sertakan dalam acara seminar

dan workshop, setiap pendidik sudah berupaya memahami karakter

peserta didik dan menyesuaikan dengan kondisi kelas. c). Pada

kurikulum yakni pihak sekolah akan terus mengupayakan untuk

mensosialisasikan tentang penerapan kurikulum berbasis kompetensi

kepada pendidik, pihak sekolah akan mengupayakan kepada pendidik

membuat satuan pelajaran. d). Pada manajemen yakni pihak sekolah

akan terus mengupayakan menerapkan manajemen kompetensi berbasis

sekolah yang meliputi manajemen berbasis kompetensi, kompetensi

profesionalitas pendidik dan keterlibatan wali siswa dan juga

masyarakat. e). Pada sarana dan prasarana meliputi pihak sekolah akan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

14

mengupayakan untuk mewujudkan sarana dan prasarana yang belum

ada seperti perpustakaan.

Hasil penelitian ini walaupun tidak mengulas tentang aspek-

aspek globalisasi atau tantangan pendidikan terhadap era globalisasi.

Karena isi penelitian secara khusus mengkaji tentang prolematika

internal yang dihadapi madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam.

Tetapi dapat difahami bahwa problematika internal merupakan

tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan, ketika pendidikan

tersebut dihadapkan dengan tantangan dunia luar, karena bisa jadi

problematika tersebut menjadi hambatan untuk dapat memenuhi

tuntutan yang dihadapi. Sekiranya lembaga pendidikan dihadapkan

dengan kompetisi era global yang menuntut adanya sejumlah syarat

atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki, tetapi secara substantif

lembaga pendidikan tersebut masih memiliki sejumlah hambatan untuk

mewujudkannya, maka barang tentu lembaga pendidikan dimaksud

akan mengalami hambatan untuk ikut andil dalam kompetesi era global.

Oleh karena itu lembaga tersebut mesti mengeluarkan energi

besar,butuh waktu dan biaya untuk mengatasinya. Karena itu tantangan

problematika yang dihadapi oleh dunia pendidikan termasuk madrasah

perlu segera diatasi agar bisa mewujudkan cita-citanya dan supaya bisa

berkompetisi dengan era global yang menuntut kompetensi-kompetensi

tertentu yang diperlukan. Walaupun hasil penelitian ini tidak

berkaitan langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan tetapi hasil

penelitian ini memuat sejumlah fakta-fakta dan data-data emperis yang

dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan dalam mengola dan

menganalisis data, guna untuk memperkaya penelitian ini.

G. Teori yang digunakan

Penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial yang

dijadikan tolak ukur dalam memahami tentang keberadaan madrasah

saat ini, apa dan bagaimana posisi madrasah, apakah relevan atau belum

dengan perkembangan dan kebutuhan dunia saat ini ditengah arus

modernisasi, peningkatan system informasi, persaingan keahlian,

keungggulan, koneksi, jasa dan lain sebagainya. Sedangkan globalisasi

sebagai suatu hasil produk kebudayaan dijadikan sebagai salah satu

objek studi kajian penelitian. Globalisasi di sini diartikan sebagai suatu

system kehidupan yang memiliki cirri-ciri kompetisi, keunggulan dan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

15

teknologi informasi. Disini dapat dilihat bahwa globaliasi adalah cara

memanfaatkan system informasi untuk memenuhi kebutuhan kehidupan

dalam lingkar kebudayaan diantaranya meliputi sistem politik,

ekononomi, pendidikan, lingkungan. Para ahli diantaranya Alpin Tofler,

bahwa cirikhas globalisasi adanya system informasi yang dijadikan

sebagai kekuatan dalam system kehidupan, cirikhasnya masyarakat

pada saat ini mengalami ketergantungan dengan jasa

informasi.10Dengan kata lain ketertinggalan dalam informasi sama

halnya dengan keterasingan atau kemiskinan. Demikian halnya jika

pendidikan mengalami ketertinggalan dalam penguasaan pada bidang

teknologi informasi, maka akan mengalami stagnan dan tidak bisa

bersaing dalam realitas kehidupan.

Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiologi telah

mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum

mengenai perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat

bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial

merupakan gejala-gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup

manusia. Apalagi jika perubahan sosial tersebut dikaitkan dengan dunia

global, maka akan menjadi sangat serius, karena masyarakat dunia

dimanapun saja tempatnya akan berhadapan dengan globalisasi dengan

berbagai sistem yang ada, Desakan kebutuhan manusia semakin hari

semakin meningkat, persaingan antar kelompok masyarakat bahkan

kebutuhan antar bangsa bertambah besar. Pasar bebas merupakan salah

satu diantara kenyataan sebagai produk domestik dari dunia global yang

cenderung semakin menjadi komoditas persaingan dunia saat ini

termasuk dunia pendidikan ikut di dalamnya. Selanjutnya dunia

pendidikan tidak saja ditantang untuk memiliki kekuatan dalam bidang

idealisme intelektual, tetapi lebih dari itu harus memenuhi kehendak

dunia global yang menuntut kesadaran diri, kepekaan terhadap

perkembangan, penguasaan terhadap pasar dunia. Oleh karenanya

pendidikan Islam khususnya selain membutuhkan kesalehan (iman,

ilmu pengetahuan, amal saleh dan akhlak ) juga membutuhkan

pengusaan terhadap disiplin ilmu dan dapat melibatkannya dalam

kehidupan nyata sehingga dapat memberi manfaat secara langsung

10Alfin, Tofler, Sosiologi Pembangunan,makalah yang disampaikan dalam

acara Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam modernisasi, di Palembang, 1999,

1-10.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

16

terhadap masyarakat banyak atau umat. Dengan demikian maka

pendidikan dapat dikatakan berhasil dalam menghadapai tantangan

perubahan sosial. Melihat bahwa penelitian ini merupakan penelitian

sosial yang secara khusus kajiannya tentang isu-isu globalisasi maka

dengan sendirinya teori-teori yang dipakai oleh peneliti akan mengarah

kepada teori-teori sosial, lebih-lebih lagi penelitian akan memakai teori

perubahan sosial.

Sehubungan dengan hal tersebut teori tentang perubahan sosial,

yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah teori Fungsionalis

(Functionalist Theory). Teori dikemukakan oleh William Ogburn, teori

ini memandang bahwa setiap elemen masyarakat memberikan fungsi

terhadap elemen masyarakat yang lainnya, demikian juga perubahan di

suatu bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian

yang lain pula. Salah satu unsur kebudayaan yang mengalami

perubahan secara cepat adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang

jauh meninggalkan kebudayaan-kebudayaan lama seperti pertanian,

ekonomi dan lain sebagainya. Akan tetapi unsur-unsur tersebut cepat

memasuki dan melibatkan diri dalam rana-rana kehidupan atau

kebudayaan yang lainnya. Seperti pertanian, informasi,

medis/kesehatan, transportasi justru banyak mengalami peningkatan

karena dibantu atau di dorong oleh peningkatan kualitas ilmu

pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya cara hidup tradisional yang

manual digantikan dengan cara lebih cepat (Instan),teknologi canggih

(modern). Kondisi ini juga menyebabkan manusia berpandangan

pragmatis, terkadang untuk memenuhi kebutuhan melalui jalan

pintas.Berkaitan dengan teori fungsionalis tersebut titik fokus

hubungannya dengan posisi pendidikan. perubahan sosial peran dan

fungsi institusi (lembaga, oragniasi) sangat dihandalkan. Dalam kontek

perubahan sosial, bisa saja terjadi gejala-gejala negatif yang akan

menyebar atu masuk dalam lingkar kehidupan masyarakat, kondisi ini

tidak bisa dihindari adanya. Dari penyebaran budaya baru tersebut

menyebabkan ketimpangan budaya yang harus diminimalisasi

pengaruhnya kedalam tatanan masyarakat.11Pendidikan sebagai institusi

memiliki fungsi untuk mewarikan nilai budaya. Dari segi lain kita

fahami bahwa perubahan teknologi jelas akan membawa dampak luas

11Ary Gunawan, H., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, 2000,

hal.46

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

17

ke seluruh institusi-institusi masyarakatyang menyebabkan kemiskinan,

kejahatan, kriminalitas, dan lain sebagainya yang merupakan dampak

negatif yang sulit dicegah. Dengan kenyataan tersebut pendidikan harus

mampu membawa perubahan.12, diantaranya pada tatanan

kebudayaan.13, ilmu pengetahuan, pandangan dan nilai tertentu.

Dalam hubungan dengan perubahan sosial budaya itu sendiri

peranan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari fungsi-fungsi sebagai

berikut:

1. Difusi budaya

2. Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-

kelembagaan tradisional.

3. Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi

sosial tradisional.

4. Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap

institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan.14

Dalam konsep perubahan sosial, selain menimbulkan hal di atas

juga dapat melahirkan moralitas dalam masyarakat, kriminalitas dan

lain sebagainya yang bernilai negatif.

Berkaitan dengan teori perubahan sosial dalam analisa John El

Esposito, dan H.R. GIB yang dikutif oleh Muzayyin Arifin,15yang

dihubungkannya dengan fungsi pendidikan Islam dalam menghadapi

perubahan sosial itu, sehingga dalam masyarakat Islam terjadi beberapa

sikap, yaitu;

a. Sikap atau pandangan yang menolak semua jenis perubahan sosial

budaya termasuk yang berhubungan dengan perubahan sosial budaya

di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena hal itu dipandang

tidak sesuai dengan prinsip Islam, atau perubahan itu dianggap

merusak tatanan sosial yang telah ada. Kelompok ini disebut juga

dengan kelompok ortodok yang suka mempertahankan budaya lama,

termasuk sikap dan pandangan kehidupan. Kelompok ini berusaha

semaksimal mungkin membentengi dan menolak kelompok mereka,

12Sairin Safri, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia Dalam Perspektif

Sosiologis, Yogyakarta, (t.p.),2002, hal. 58. 13Munandar Soelaiman, MS, Teori dan KonsepIlmu Sosial, Bandung: Eresco,

1993, hal.113. 14Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bina Aksara, 1988, hal. 23 15Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,Edisi Revisi, Jakarta : Bumi

Aksara,Cet, Keempat, 2009 ,hal. 46-50

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

18

dan khawatir kalangan ideologi-ideologi lain dapat merasuki dan

mempengaruhi kebiasaan mereka.

b. Kelompok kedua, yaitu sikap yang tidak menghiraukan adanya

kemajuan atau adanya perubahan sosial. Dalam hal ini mereka hanya

membiarkan saja, dan bersikap masa bodoh, sehingga tidak ada

usaha sama sekali untuk mengatasi perubahan sosial yang ada.

Kelompok ini memiliki pendirian, bahwa suatu perubahan sosial

yang mengakibatkan berbagai macam tantangan itu merupakan

sunnah Allah SWT, yang senantiasa berjalan di tengah masyarakat,

jadi memang sudah menjadi hukum alam yang sudah dikehendaki

atau sudah takdir Allah SWT.

c. Sikap yang mengakui adanya perubahan sosial, tetapi menyerahkan

pemecahannya terhadap orang lain. Menurut mereka bahwa segala

perubahan yang ada bukan untuk dijawab oleh lembaga pendidikan,

dan juga tidak perlu membuat argumentasi tentang realitas

perubahan itu. Sehubungan dengan itu sekolah atau lembaga

pendidikan tidak perlu menganalisis, mengapa dan bagaimana serta

ke mana perubahan sosial itu terjadi dan akan terjadi lagi. Menurut

pendapat ini bahwa fungsi pendidikan secara historis adalah sebagai

tempat akumulasi ilmu pengetahuan dan sebagai tempat untuk

melaksanakan tugas transformasi tradisi sosial dari generasi ke

generasi berikutnya. Mereka hanya menjalankan melestarikan

budaya yang ada atau bersifat konservatif.

d. Kelompok yang ke empat sikap yang mengidentifikasi perubahan

dan berpartisipasi dalam perubahan itu. Dengan pendirian itu

menurutnya lembaga pendidikan adalah commited dengan

kehidupan masyarakat yang berlangsung Transisi kebudayaan

(culture transition), sebenarnya sedang berlangsung di tengah

masyarakat. Oleh karena itu lembaga pendidikan berfungsi untuk

mengenalkan kepada anak didiknya agar mengenal realitas yang

ada, dan membuatnya mampu menghayati perubahan-

perubahannya, bagaimana watak dan cirri-cirinya, serta mengenal

metode apa untuk menanganinya. Berkaitan dengan itu juga anak

didik akan menyadari bahwa segala perubahan itu ada kaitan

dengan ilmu pengetahuan yang di peroleh di sekolah, karena

kebenaran suatu ilmu adalah bila sesuai dengan kebenaran yang

ada dalam masyarakat.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

19

e. Sikap aktif kreatif, menjadikan diri aktif dalam perubahan dan

sekaligus sebagai pusat perubahan sosial. Menurut mereka,

perubahan sosial adalah realitas yang terjadi dalam masyarakat,

karenanya harus terlibat aktif di dalamnya. Lembaga pendidikan

perlu menyesuaikan dengan dinamika dan mekanisme sosial dengan

tuntutan masyarakat teknologis dan organisasinya. Sehingga dalam

perubahan sosial, moderniasi yang lebih instan, untuk kepentingan

kehidupan masyarakat ke depan. Lembaga pendidikan bukan hanya

menyesuaikan diri dengan kondisi sosial yang berubah, tetapi lebih

dari itu harus menjadi agen perubahan sosial, sehingga dapat

mewujudkan masyarakat ke depan yang lebih baik. Oleh karenanya

lembaga pendidikan tidak hanya mengajar anak didik untuk

melakukan bagaimana perubahan yang ada, tetapi mengajar mereka

bagaimana memajukan dan mengarahkan perubahan itu kepada

tujuan sosial yang lebih spesifikdan lebih baik.

Dari ke lima sikap tersebut, sikap yang dijadikan sebagai

landasan dalam penelitian ini adalah sikap yang ke empat dan ke lima,

sebab pendapat ini merupakan sikap positif yang sesuai dengan yang

diinginkan oleh ajaran Islam. Umat Islam harus menggunakan akal

pikirannya, sehingga dalam realitasnya mesti mendapatkan ilmu

pengetahuan yang banyak, bersifat kritis dan analisis, bersikap kreatif

dan produktif. Dan mau memahami, menghargai kemajuan yang dicapai

oleh masyarakat lain, dan bersedia untuk membangun kemajuan dan

meningkatkan kemajuan demi kebangkitan masyarakat Islam, supaya

tidak tertinggal atau tergilas oleh kebudayaan sebagai dampak dari

perubahan sosial yang ada.

Dalam teori modern menyatakan sistem kehidupan manusia

yang berhasil dalam menghadapi tantangan perubahan adalah manusia

yang survive dalam menghadapi perubahan dan sekaligus dapat ikut

andil memberikan nilai-nilai terhadap perubahan tersebut. Nilai-nilai

yang dimaksud adalah nilai positif untuk membangun tatanan yang

lebih baik. Dalam konsep teori Emil Durkem, bahwa, manusia yang

kuat adalah manusia yang dapat bertahan dalam seleksi alam, atau

dengan kata lain manusia yang sukses dalam menjalani persaingan

kehidupan. Dalam kehidupan nyata manusia dihadapkan dengan

tantangan-tantangan khusus, dan tantangan tersebut belaku juga bagi

individu atau kelompok-kelompok sosial. Dunia pendidikan adalah

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

20

salah satu media yang dijadikan masyarakat untuk dapat mengubah

pandangan dan dijadikan sebagai alat untuk menjawab perubahan

sosial. Madrasah dalam hal ini sebagai salah satu lembaga pendidikan

di Indonesia juga memiliki peranan penting dalam mentranformasikan

nilai-nilai, meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan membangun

pandangan kehidupan yang sesuai dengan dinamika perkembangan

zaman termasuk dalam kehidupan globalisasi sekaligus menghadapi era

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang tengah dihadapi saat ini.

H. Konsep Standar Pendidikan Era Global

1. Definsi Globalisasi

Globalisasi berasal dari istilah kata “globe”,bola (bumi) dunia,

dunia sejagat16 artinya menyatu dalam satu lingkaran sistem atau

jaringan dunia, yang ditandai oleh adanya kebangkitan aflikasi

teknologi informasi yang meretas antar bangsa atau menghilangkan

batas-batas negara. Sehingga seluruh Negara atau bangsa seolah

bergabung menjadi satu tanpa batas, karena terikat oleh jaringan

informasi yang menyatukan berbagai kepentingan bangsa-bangsa di

dunia. Kompetensi-kualitas adalah alat untuk mencapai tujuan.

Sedangkan hasil pencapaian diidentikkan dengan seberapa banyak

investasi di bidang jasa, ekonomi, pengetahuan, kebudayaan dan nilai.

Sedangkan menurut ahli seperti yang dikemukakan oleh

Nyeman, globalisasi diartikan dengan pertumbuhan yang berlangsung

cepat, yang disebabkan oleh ketergantungan sebuah negera baik pada

sektor perdagangan, dan keuangan.Sementara Scholte, mengartikan

globalisasi merupakan ketergantungan sebuah negera terhadap

kebutuhannya dari dunia luar yang melahirkan identitas masing-masing.

Di lain pihak Tom G Palmer, menyebutkan globalisasi merupakan

penyusutan, penghapuasan batasan Negara. Sedangkan ciri-cirinya,

perubabahan konsep pasar dan produksi, peningkatan interaksi.17

Kalau melihat definisi tersebut diatas pendidikan sebagai bagian

dari hasil kebudayaan, maka pendidikan menjadi bagian dari sistem

kehidupan global. Oleh karena itu memiliki andil dan peran penting

16John M. Echols, Dan Hasan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia,

Jakarta: Gramedia, 1997. hal. 271. 17Definisi Globalisasi menurut Ahli, dalam Google, diambil Sabtu, tanggal

21.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

21

dalam mengikuti kompetisi globalisasi untuk meningkatakan system

nilai dalam kehidupan secara luas.

2. Konsep Pendidikan Global

Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan sebagai institusi yang di

harapkan dapat mengikuti trend perkembangan zaman, maka kelembagaan

pendidikan perlu memasuki era kebutuhan dunia. Hal tersebut seperti yang

dikatakan oleh John Naisbit dan Patricia Aburdene (1990), mereka

memperinci ada beberapa konsekuensi logis hadirnya globalisasi di dalam

pendidikan; Pertama, dalama globalisasi sistem nilai filsafat merupakan

kunci dalam garapan pendidikan nasional. Di Amerika Serikat misalnya,

saat ini sangat banyak sekolah sudah mengajarkan filsafat untuk peserta

didik seperti yang dikembangkan Mathew Lipman dengan melalui

“Institute for theadvance of Philosophy for Children”. Kedua, Globalisasi

menuntut adanya angkatan kerja yang berkualifikasi dan berpendidikan

(Skill and Educated Employees)”. Sekarang ini, lapangan kerja di

alamatkan kepada individu yang memiliki ilmu pengetahuan dan

ketrampilan dalam bidangnya. Sebaliknya orang-orang yang tidak

memiliki pengetahuan dan keterampilan harus siap berada dalam posisi

pengangguran. Ketiga, selanjutnya perlu adanya join pendidikan dengan

Negara-negara Internasional sebagai kunsekuensi menjawab kebutuhan

globalisasi. Seperti melihat gambaran Negara Jepang saat ini, minat

masyarakat pendidikan terhadap Iptek sangat tinggi sehingga proporsi

sains sampai menempati angka 68% dari total lulusan yang ada. Demikian

juga Cina setiap tahun mengirim sekitar 7000 lulusan SMU untuk di

sekolahkan ke berbagai universitas di Eropa dan USA.Badan dunia

persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak dua dasawarsa yang lalu telah

merintis trilogi pendidikan global “ melalui pengembangan United Nations

Depevelopement Program (UNDP) dengan merencanakan kebutuhan

mendesak (urgen) bagi pendidikan Global terutama bagi Negara

berkembang, yaitu;

1. Demokratisasi Pendidikan

2. Modernisasi pendidikan dengan menghormati identitas budaya.

3. Adaptasi pendidikan dengan tuntutan dunia produktif searah

dengan kebutuhan dunia kerja.18

18John Nisbi dan Patricia Aburdene, Megatrend 2000, Op. Cit., 1990, hal. 1

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

22

Sedangkan konsep pendidikan Indonesia yang ditawarkan

adalah sebagai upaya meningkatkan sumber daya insani adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan

baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan

sistem pendidikan yang efektif dan efesien dalam menghadapi

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

2. Meningkatkan penguasaan, pengembangandan pemanfaatan ilmu

pengetahuan, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha

kecil, menengah, koperasi guna meningkatkan daya saing produk

yang berbasis sumber daya lokal.

3. 3.Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan keterampilan

guna menghadapi dunia kerja.

4. Memahami aspek perkembangan kemampuan produk nasional dan

dunia internasional khususnya untuk mendukung pengembangan

sumberdaya yang ada agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

bangsa.19

Sedangkan kompetensi sekolah atau madrasah terpantau

dalam prilaku profesional pelaksanaan tindakan, perbaikan target

dalam perencanaan yang terukur, melaksanakan strategi dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari, memerlukan pengawasan dan

evaluasi terhadap keterlaksanaan proses dan pencapaian hasil

kegiatan sehari-hari di sekolah. Arah pengembangan pada tiap

satuan pendidikan adalah meningkatkan mutu pelayanan belajar

siswa agar memiliki lulusan yang berkompeten dan siap beradaptasi

pada perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Amanat di

atas menjadi dasar untuk mengembangkan rancangan pendidikan

yang meliputi dimensi lokal, nasional, dan global yang

digambarkan sistem dan acuan manajemen pendidikan dalam

diagram,seperti dibawah ini.

19 Depdiknas, Pedoman Penjaminan Mutu, 2003, hal. 12.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

23

DIAGRAM: KONSEP STANDAR PENDIDIKAN GLOBAL

Gambar Frofile standar pendidikan Untuk era Global (Harman (1984:

13): Thomas L. Wheelen dan David Hungger (1995:24)20

Gambar ini menegaskan pentingnya sekolah memiliki wawasan

yang luas terutama dalam mengenali kompetensi yang siswa perlukan

dalam dimensi lokal, nasional, dan global. Pemahaman itu menjadi

dasar untuk memecahkan tiga masalah yang paling esensial yaitu;

Siswa atau lulusan sekolah yang sesunguhnya dapat harapkan; Standar

kopetensi lulusan dapat menjawab permasalahan ini sehingga sekolah

memiliki keterampilan dalam merumuskan visi dan menentukan tujuan

pendidikan. Visi yang bagaimana sebenarnya yang sekolah perlu

berikan kepada siswa agar sekolah dapat mewujukan mutu lulusan yang

diharapkannya. Jangkauan visi jauh ke depan yang berorientasi

20Rancangan Manajemen Pendidikan Indonesia, dalam, Disain Perencanaan

Kebijakan Pendidikan Terjebak Kacamata Kuda, Submitted by admin on March 17,

2012 – 3:14 pm4 Comments | 518

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

24

melahirkan siswa, mahasiswa yang memiliki keunggulan. Sekolah

harus mengikuti visi yang harus dituangkan dalam proses pembelajaran

kepada siswa agar mereka memiliki daya adaptasi dalam konteks lokal

maupun global. Sedangkan tujuan pendidikan memainkan peranan

penting dalam dunia pendidikan, Dengan itu kita akan dapat melihat

sejauh mana arah dan tujuan serta target yang dicapai dalam kurun

waktu tertentu yang dijalankan pendidikan.

Dalam dinamika kehidupan pendidikan dijadikan sebagai

lembaga penanman nilai-nilai, wadah mewariskan budaya yang bernilai

luhur mengandung kebaikan kepada generasi berikutnya. Pendidikan

juga sebagai rana individu yang tidak bisa dipisahkan dari rana sosial.

Perkembangan sosial setiap waktu mengamlami perkembangan dan

tantangan terutama era globalisasi yang sangat sarat dengan muatan

tantangan sosial. Berbagai arus sosial yang masuk tentu memiliki

berbagai macam warna yang harus difahami dari semua sebab dan

akibatnya. Membiarkan generasi mudah tanpa bimbingan agama atau

sosial agama tentulah sebuah bentuk kezaliman kita sebagai

penanggung jawab pendidikan Islam. Karenanya analisis sosial sangat

diperlukan dalam memahami setiap perubahan sosial dengan nilai-nilai

yang dimilikinya. Dengan kata lain pendidikan selain produktif juga

harus selektif dan juga memberikan solusi yang tepat yang sesuai

dengani nilai agama untuk kepentingan umat banyak atau untuk

generasi bangsa.

Teori Filsafat atau perspektif filsafat tentang kehidupan manusia

termasuk pendidikan sebenarnya bisa dilihat dari sistem nilainya dan

juga bisa dilihat pada segi cara pandang melihat gejala kehidupan

manusia berdasarkan cabang atau aliran filafat yang ada seperti yang

berhubungan dengan aliran filsafat pendidikan, ada aliran

idealisme,21Positivisme, eksistensilaisme, rekontruksionisme,

proggresivisme, aliran ferenialisme, essensialisme.22

Dalam filsafat Islam sendiri dikenal dengan istilah ontologis,

epistemologis,dan aksiologis sebagai upaya memahami ajaran Islam

yang dapat dikembangkan dalam rana kehidupan termasuk pendidikan.

21Imam Bernadib, Filsafat Pendidikan Islam, Sistem dan Metode,

Yogyakarta,Andi Offset,1988, hal. 40. 22Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Mnusia Filsafat dan

Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, hal. 91-97.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

25

Dalam filsafat Barat ketiga bentuk pemahaman tersebut kiranya dapat

dipadankan dengan aliran idealisme, positivisme, proggerevisme.

Berhubungan dengan permasalahan pokok dalam penelitian ini

menyangkut tentang realitas globalisasi yang tengah dihadapi umat

manusia sejagat dan dunia pendidikan khususnya, sekaligus madrasah,

maka teori filsafat yang dipilih yang diambil tentu yang berhubungan

langsung dengan bahasa dunia pendidikan secara umum. Sehingga teori

filsafat yang digunakan berhubungan dengan aliran filsafat yaitu

idealisme, positivisme, dan proggeresivisme, Ketiga aliran ini selain

berhubungan dengan berbagai fenome dan gejala, realitas dunia saat ini,

dan tidak kalah utama adalah berkaitan dengan kebutuhaan dunia

pendidikan, termasuk kebutuhan dunia pendidikan Islam seperti

madrasah saat ini yang tengah meningkatkan mutu dan kualitas dalam

rangkah mengimbangi kebutuhan dunia global. Idealisme, aliran filsafat

yang berbicara tentang tatanan ideal yang perlu dimiliki oleh

masyarakat dunia pendidikan, nilai-nilai, pandangan, termasuk nilai

sosial, nilai religious, kepribadian, dan lain-lain. Aliran positivisme,

berkaiatan dengan ilmu pengetahuan, teori, sistem, metode, pinsip,

pembelajaran, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan yang

digunakan untuk mengatasi problem manusia, atau untuk membantu

mempermudah jalan kehidupan manusia dalam menghadapi kehidupan

sosial dan global saat ini. Proggrevisme, upaya-upaya untuk

membangun sumber daya manusia, motivasi, semangat, kemaun,

kualitas, keunggulan, kemandirian dalam rangkah menuju pembagunan

masyarakat pendidikan Islam yang berkualitas yang dapat bersaing di

dunia global yang cirikhasnya selalu menuntut peningkatan kualitas dan

partisifasi masyarakat dalam rangkah ikut serta dalam dinimika tuntutan

zaman yang ada saat ini.

Dalam kehidupan, pandangan terhadap pentingnya konsep nilai-

nilai ketuhanan sangat penting diimpelemtasikan dalam dunia nyata.

Dunia tanpa realitas keyakinan memang tidak bisa dibenarkan,

penanaman jiwa.23harus didasarkan pada bagaimana manusia

memahami arti penting hidup dalam kesatuan realitas yang dibangun

dari nilai-nilai luhur yang bersifat abadi, sehingga bisa melebur dan

memainkan peranan dalam pembangunan moral, etika, sikap,

23Imam Bernadib, Filsafat Pendidikan Islam, Sistem dan Metode,Op. Cit.,

1998: 22.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

26

pandangan yang lebih luas dan dalam jangka panjang. Dalam hal yang

sama, menurut aliran peoggresivisme, ilmu pengetahuan dipandang

sebagai pembawa kemajuan bagi kehidupan nyata.24 Semangat ini juga

tidak bisa dipisahkan membangun manusia yang peka terhadap

kehidupan riil yang tetap dibangun berdasarkan prinsip-prinsip

kemanusiaan yang bersumber dari nilai-nilai agama.25 Dunia Ilmu

pengetahuan dan dunia ilmiah serta perkembangan sains yang

membawa kearah perubahan industrial, era informasi telah mengajak

kearah dunai global saat ini menuju kepada perubahan sosial yang dapat

merubah pandangan masyarakat terutama masyarakat pendidikan Islam,

sehingga banyak hal yang dapat ditangkap dari sisi positif, tetapi tidak

luput juga membawa saham negatif jika tidak difahami secara lebih

jelas bahwa hal itu adalah buah atau produk akal pikiran, logika, dan

dunia ilmiah yang sewaktu-waktu bebas kendali. Oleh karena itu,

kontrol dan pengawan sekaligus ysng mshs penting dan spirit rohaniah

keagamaan sangat pondamental adanya, agar generasi muda pendidikan

yang ada di madrasah tetap berada dalam jalur kehidupan yang

didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.

.

I. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian diskritif kualitatif, yang

jenisnya termasuk kajian pustaka (library research) yaitu berusaha

menggali dan menelaah sumber data yang tertulis guna menunjang

penelitian ini secara teliti dan tekun,26 valid.

2. Sumber Data

Adapun sumber data penelitian ini sesuai dengan jenisnyayaitu

penelitian kepustakaan, maka sumber datanya diambil dari berbagai

sumber tertulis seperti buku, dokumen, jurnal, majalah, makalah

seminar,laporan penelitian, hasil penelitian para ahli yang sesuai dengan

kajian dalam penelitian ini.

24Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan

Pendidikan, Op. Cit., hal. 69-70 25Juhaya S.Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana,Cet 2,

2005, hal. 41 26Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensidan Prakteknya,

Jakarta: Bumi Aksara, 2003 hal. 14-16

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

27

3. Jenis Data

a. Jenis Data Primer

Jenis data primer adalah jenis data-data pokok, data-data utama,

sumber data yang diambil dari tangan pertama atau data-data yang

berkaitan langsung dengan penelitian ini.

b. Jenis Data Sekunder

Adapun data sekunder adalah data-data yang sifatnya

pendukung penelitian ini.

Adapun jenis penelitian adalah diskritif kualitatif' adalah

penelitian tentang riset yang cenderung menggunakan analisis.

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian

sesuai dengan fakta, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan

berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang

digunakan; berakhir dengan suatu kesimpulan (teori). Aspek temuan

dari suatu penelitian dalam bidang (Iptek), atau Sains, pendidikan (

Pen.) secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,

yaitu sebagai hasil ‘menemukan’ dan ‘mengembangkan’.27 Hasil

penelitian dikelompokkan ke dalam kategori menemukan apabila dari

masalah, metode dan hasil penelitian tersebut memenuhi indikator

aspek kebaruan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya.

Sedangkan hasil penelitian dikatakan mengembangkan apabila temuan

tersebut berupa penyempurnaan atau modifikasi dari berbagai hasil

penelitian sebelumnya yang berorientasi menghasilkan produk.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada.28Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja,

tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan

perkembangannya, penelitian demikian disebut penelitan perkembangan

(Developmental Studies). Dalam penelitian perkembangan ini ada yang

bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross

sectional atauBrelson, merupakan suatu teknik penelitian untuk

menghasilkan deskripsi yang objektif. Budd, Thrope, dan Donahw

(1967). Menurut mereka, sedangkan analisis konten (analisis isi, pen.)

27Ahmad Mukhadis, Metode Penelitian Kuantitatif, Malang, Universitas

Muhammadiyah Malang, 2011, hal. 70. 28Nana Saodih Sukmadinata,Metode Penelitian Pendidikan, Bandung,

Remaja Rosda Karya 2003, hal. 5.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

28

adalah suatu teknik yang sistematis untuk menganalisis makna pesan

dan cara mengungkapkan pesan dari berbagai sumber data tertulis.

Stone (1966).29 sehingga dalam penelitian tersebut dapat menghasilkan

kesimpulan yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang peneliti gunakan adalah metode analisis data

deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan

sejumlah data dalam penelitian Menurut Arikunto30atau menerangkan

gejala yang sedang terjadi. Bogdan dalam Sugiyono 31berpendapat

bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengancara mengorganisasikan data

kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan.Adapun prosedur dalam

menganalisis data kualitatif, menurut Miles dan Huberman.32 adalah

sebagai berikut Reduksi Data, mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema danpolanya. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Diantara langkah-

langkahan pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses memilah, memusatkan,

dan menyederhanakan data yang baru diperoleh, supaya data-data lebih

mudah untuk diolah.

b. Display Data

Proses kedua setelah reduksi data adalah penyajian data.

Sekumpulan data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif yang

29Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan

Teoristis dan Praksis Jogyakarta, ,Ar-Ruzz Media 2011, hal. 78-79 30Suharsi mi Arikunto, Prosedur Penelitian,Jakarta: Renika Cipta,2005, hal.

250, 31Bogdan, B.C. & Biklen, SK., Qualitatif Research For Education,: An

Introduction to Theory and Method,Metdologi Penelitian, Boston: Allyn and Bacon

Ine, 1982. 32Ibid.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

29

berguna untuk mempermudah dalam proses analisa data dan penarikan

kesimpulan.

c. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan ketiga adalah penarikan kesimpulan. Dari permulaan

pengumpulan data- data adalah serangkaian pekerjaan untuk memila,

memilih, menyederhanakan, mengola, menempatkan, dianlisis dan

dirumuskan selanjutnya diakhiri dengan kesimpulan.

J. Analisis Sosiologis

Analisis penelitian ini mengunakan analisis sosiologis dan

filosofis. Yang pertama, analisis sosiologis didasarkan kepada kondisi

masyarakat yang setiap waktu menuntut adanya perubahan dan

perkembangan, termasuk dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dari

dari adanya tuntutan perkembangan kehidupan. Sedangkan yang kedua,

analisis filosofis, dimana setiap perkembangan masyarakat tidak bisa

dipisahkan dari nilai-nilai yang mengikutinya, bahkan nilai-nilai suatu

masyarakat bisa saja mengalami perubahan karena desakan atas

tuntutan perkembangan zaman, baik itu nilai-nilai yang positif maupun

nilai-nilai yang negatif. Perkembangan suatu masyarakat menurut teori

sosiologis bisa mengarah kepada perkembangan pada tatanan material

atau perkembangan kebudayaan –peradadaban yang bersifat

pembangunan fisik. Tetapi bisa juga yang lebih dominan mengalami

perkembangan adalah kebudayaan yang bersifat non material. Ataupun

bisa juga kedua-duanya mengalami perkembangan yang seimbang.

Perkembangan kehidupan seringkali dapat melibatkan dunia

pendidikan, atau dunia pendidikan juga bisa menyebabkan

berkembangannya kehidupan. Ketimpangan perkembangan tas dua hal

yakni kebudayaan material dan non materialbisa menyebabkan

ketimpangan kebudayaan (Culture lag).

Dalam dunia yang idealisme, perkembangan nilai-nilai suatu

kehidupan sebaiknya harus dijaga supaya bisa memberikan kebaikan

bagi tatanan kehidupan. Pada prinsipnya dalam tatanan filosofis, bahwa

idealnya nilai-nilai masyarakat semestinya didasarkan kepada yang

bersifat hakiki yaitu sitem nilainya bersumber kepada Allah SWT,hal

tersebut juga sebaiknya dijaga melalui dunia pendidikan. Karena dunia

pendidikan berfungsi untuk mewariskan nilai-nilia yang ideal. Karena

dunia pendidikan harus tetap menjaga nilai-nilai idealisme yang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

30

sempurna dan bisa menyelamatkan kehidupan masyarakat atau umat.

Positivisme, lembaga pendidikan Islam harus mempercayai bahwa

perkembangan kehidupan harus diimbangi dengan perkembangan ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan mesti didasarkan dengan sistem

dunianya sendiri, karena setiap ilmu pengetahaun ada sistem kerja dan

paradigmanya masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan berkembang

seiring dengan kebutuhan kehidupan dan tuntuan zamannya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam setiap waktu menjadi komoditi

masyarakat sebagai pengunanya, dengan kata lain bahwa ilmu

pengetahuan akan memberikan pengaruh dan bahkan ikut andil besar

bagi perkembangan keidupan. Oleh karena itu ilmu pengetahuan

sebagai kebutuhan hidup layaknya memiliki prinsip –prinsip

positivismennya dalam konsep Islam seharusnya tetap didasarkan

dengan prinsip aturan Islam (Allah SWT), sehingga muara akhirnya

masyarakat sadar akan manfaat ilmu dan kegunaannya bagi kehidupan.

Demikian juga sebab-dan akibat dari ilmu pengetahuan harus

dipertangungjawabkan demi kemaslahtan umat, karena pendidikan

Islam memegang prinsip rahmatan lil amiin sebagai visinya, maka

muara ilmu pengetahuan sebaiknya menjadi prioritas pertama yang

harus dikedapankan. Proggresivisme, semangat untuk membangun dan

merubah kehidupan adalah sebagai citra kekayaan manusia yang sudah

diatur oleh Tuhan, bahkan semangat itu sangat dianjurkan oleh Tuhan

kepada manusia sebagai makhluk yang berakal, oleh karenanya dalam

kenyataan kebudayaan dan peradaban manusia semakin hari semakin

meningkat sampai pada saat ini kita sudah sampai kepada kebudayaan

teknologi dan kebudayaan globalisasi yang masing-masing istilah

tersebut memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat,

sehingga dunia pendidikan harus ikut andil mempersiapkan syarat-

syarat tersebut sehingga masyarakat bisa hidup dan mampu mengikuti

perkembangan kebudayaan tersebut.

Tuntutan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia

tersebut, tentunya tidak selalu membawa kearah yang positif semata

akan tetapi bisa saja membahayakan manusia, karenanya dunia

pendidikan harus tetap menjadi control dan sekaligus dapat memberikan

nilai yang baik dalam setiap produk kebudayaan yang berkembang

sehingga kualitas perkembangan kehidupan masyarakat bisa diharapkan

lebih baik dan dapat mewariskan nilai-nilai yang baik pula. Karena

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

31

hakekat fungsi pendidikan, terlebih dunia pendidikan Islam harus

mampu melahirkan generasi yang lebih baik kualitasnya, baik itu

kualitas kebudayaan maupun kualitas peradabannya.Pendidikan Islam

termasuk madrasah harus mengoptimalkan perannya untuk

meningkatkan tarap hidup sesuai dengan tujuan Islam. Tujuan Islam

untuk manusia adalah memberikan pondasi keimanan atau keyakinan,

meingkatkan ibadah sebagai perwujudan pengabdian kepada Allah

SWT, meningkatkan amal-amal sosial lainnya. Meningkatkan ilmu

pengetahuan, keahlian dan ketaerampilan di bidang teknologi sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Penguasaan terhadap

teknologi komunikasi dan informasi sebagai kebutuhan dunia global.

Meningkatkan solidaritas dan kebersamaan dan menjunjung tinggi nilai

persaudaraan antar sesama manusia untuk kemaslahatan yang

kesemuanya sebagai realisasi konsep Tuhan yakni rahmatan lil alamiin,

untuk keselamatan dan rahmat alam semesta.

K. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terdiri dari pembahasan- pembahasan yang

kesemuanya dapat disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Bab ini terdiri sub bab-sub bab yang susunnya dapat

digeneralisasikan sebagai berikut; Latar belakang masalah, bagian ini

berisikan data-data, statemen statemen alasan, argumentasi yang

menjadi dasar mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Batasan masalah,

untuk membatasi wilayah objek penelitian agar fokus penelitian lebih

terukur.Rumusan masalah, pertanyaan-pertanyaan yang mewakili

sejumlah wilayah penelitian dalam latar belakang masalah atau

sejumlah variable yang dimiliki yang akan dirumuskan dan diurai

dalam bab-bab penelitian. Tujuan penelitian, dimaksudkan untuk

mengetahui apa alasan sehingga penelitian ini dilakukan apa hasil yang

dikehendaki dalam akhir penelitian. Kegunaan penelitian,untuk melihat

hubungan dan manfaat penelitian dengan hasil penelitian yang

dilakukan terhadap teori, konsep atau lembaga-lembaga tertentu yang

terkait hasil dengan penelitian. Kajian pustaka, sengaja ditulis untuk

mengetahui data-data empiris dari hasil-hasil penelitian yang

mendukung ataupun tidak sehingga kemudian penelitain ini layak untuk

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

32

dilakukan. Landasan teoritis, merupakan sejumlah teori yang dipakai

sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Metodologi penelitian,

yang dimaksudkan di sini adalah cara-cara yang dipakai dalam

melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode yang telah baku

sebagai landasan penelitian, sehingga hasil penelitian dapat

menghasilkan data-data yang valid, akurat dan kredibel Analisis

sosiologis, merupakan pendekatan keilmuan yang sengaja dipakai untuk

menganilisis data-data empiris sebagai bentuk penelitian sosial.

Sistematika pembahasan,semua rangkaian penelitian yang

digeneralisasikan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

BAB II. Problematika Madrasah dan TantanganGlobalisasi

Bab ini berisikan sejumlah data-data,fakta-fakta emperis yang

digali atau didapatkan dari sejumlah sumber penelitian yang ada kaitan

langsung dengan fokus penelitian. Bab ini mewakili sejumlah

pertanyaan,latar belakang dan problematika, sejumlah kelebihan dan

kekurangan dari data-data yang dimiliki penelitian. Bab ini juga

merupakan landasan yang menghubungkan dengan bab selanjutnya.

Bab ini terdiri dari; Difenisi madrasah, sejarah berdirinya madrasah di

Indonesia, motivasi berdirinya madrasah, teori madrasah, eksistensi

madrasah,sistem kelembagaan madrasah, kurikulum, guru, manajemen,

materi, media pendidikan, evaluasi, problematika, model

pengembangan madrasah.

BAB III. Madrasah dan Upaya Pembentukan Sumber Daya Insani

Yang Berwawasan Global

Bab ini terdiri dari sub bab-sub bab. Bab ini mewakili sejumlah

pertanyaan dan variable yang ada hubungannya dengan bab sebelumnya

dan sekaligus alat untuk mengukur dan menentukkan analisis data- data

bab sesudahnya. Bab ini berbicara tentang data-data empiris tentang

komponen-konponen dan syarat yang dimiliki dalam era globalisasi

seperti halnya ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Sekaligus

syarat kompetensi yang harus dipenuhi oleh madrasah dalam rangka

mengikuti era globalisasi. Bab ini berisikan tentang realitas globalisasi

dan tantangan pendidikan, pengaruh Iptek dalam perubahan sosial,

peran Iptek dalam bidang sosial, peran Iptek untuk meningkatkan

kesejahteraan, peran Iptek dalam era globalisasi, sumber daya insani,

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

33

tantangan dan peluang madrasah dalam perspektif, sosiologis,

pembentukan sumber daya insani, madrasah dan upaya pembentukan

sumber daya insani yang berwawsan global.

BAB IV. Temuan Penelitian Upaya Madrasah dalam Menciptakan

Sumber Daya Insani Yang Berwawasan Global

Bab ini terdiri dari sub-sub bab yang merupakan

sejumlah,komponen hasil temuan penelitian. Bab ini memiliki

hubungan dengan bab-abb sebelum dan sesudahnya. Hubungan dengan

bab-bab sebelumnya adalah hasil analilis dari bab kedua dan bab tiga

sekaligus menjawab rumusan masalah tentang fungsi madrasah dalam

menciptakan sumber daya insani yang berwawasan global. Hubungan

dengan bab sesudahnya sebagai hasil analisis dari bab-bab yang ada

yang akan ditutup dengan bab kesimpulan. Adapun isi bab ini

adalahdiskripsi madrasah dalam era globalisasi, solusi terhadap

prolematika madrasah, madrasah dalam menciptakan sumber daya

Insani, kesiapan mengahadapi globalisasi dalam pandangan sosiologis.

BAB V. Penutup

Bab ini terdiri dari sub bab-sub bab yang susunannya sebagai

berikut; Kesimpulanmerupakan hasil analisis dari sejumlah kegiatan

penelitian dari bab-bab sebelumnya yang sekaligus merupakan bentuk

hasil penelitian. Saran-saran, bagian ini merupakan saran-saran yang

ditujukan kepada lembaga-lembaga yang terkait, maupun perorangan

yang bersifat memberikan masukan agar supaya penelitian ini dapat

lebih baik dan dikembangkan.Rekomendasi, bagian ini merupakan

bentuk harapan dari peneliti terhadap lembaga terkait, agar kiranya

dapat menindaklanjuti penelitian ini, baik yang bersifat memelihara,

menjaga ataupun mengembangkan.

Selanjutnya penelitian disertakan data- data pendukung untuk

melengkapi penelitian yang terdiri dari, Daftar Pustaka, lampiran-

lampiran, biodata peneliti, daftar konsultasi dan lain sebagainya.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

34

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

35

BAB II

PROBLEMATIKA MADRASAH DAN TANTANGAN

GLOBALISASI

A. Definisi Madrasah

Dalam bagian ini dibahas secara sepintas tentang pengertian

madrasah agar dapat menghubungkan tentang permasalahan pokok

nantinya yang terkait dengan madrasah dalam dinamika perubahan

sosial di antara peluang dan tantangan masa depan. Di lihat dari katanya

madrasah artinya tempat belajar, merupakan bentuk isim makan

(keterangan tempat). Secara etimologis madrasah berasal dari suku kata

bahasa Arab “darasah”, yang artinya membaca sedangkan madrasah

adalah bentuk kata isim makan “madrasatun”.Yaitu kata yang

menunjukkan keterangan tempat membaca. Madrasah adalah tempat

pendidikan, sekolah atau perguruan yang berbentuk bangunan sebagai

tenpat proses belajar mengajar secara formal dan klasikal.33

Sedangkan secara terminologis, madrasah mengandung arti tempat

atau wahana dimana anak didik mengemyam proses

pembelajaran.34Sedangkan menurut Isma’il Raji Al Faruqi, madrasah

merupakan sistem pendidikan yang menggabungkan sistem pendidikan

tradisional dengan sistem pendidikan modern35Jadi kalau diperhatikan dari

pengertian diatas dapat difahami, madrasah adalah istilah yang bersumber

dari bahasa Arab, yang artinya tempat membaca, atau belajar.Atau bisa

juga dikatakan sebagai wadah atau lembaga pendidikan dimana anak-anak

atau pelajar, murid dapat menimbah ilmu pengetahuan.

B. Sejarah Berdirinya Madrasah di Indonesia

Lahirnya madrasah di Indonesia sebagai respon masyarakat

Islam dalam menghadapi tantangan zaman, terutama modernisasi di

berbagai negara Islam Timur tengah.Sehingga dengan demikian

mendorong tokoh-tokoh Islam untuk memperbaharui sistem pendidikan

Islam yang selama ini dinilai kurang memenuhi kebutuhan zaman.

33Nina Armando (et .al), Enseklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 2005, hal. 205. 34A.Malik Fajar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta LP3NI, 1998,

hal.111. 35Ismail Raji Al Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ( Islamization

Knowladge) Terj. Anas Mahyudin ,Bandung, Pustaka, 1984, hal. 22-24.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

36

Lahirnya modernisasi di dunia Eropa, berdampak juga terhadap dunia

pendidikan. Negara-negara Timur tengah dan Asia pada abad 20 masih

banyak di dalam penjajahan Eropa mau tidak mau turut merubah

tatanan pendidiakan saat itu, karena kalau tidak maka umat Islam akan

semakin mengalami ketertinggalan dengan kemajuan. Apalagi Barat

pada abad tersebut sudah mencapai pada tarap kemajuan teknologi

tinggi dengan sendirinya pilihan pertama yang harus dimajukan Islam

adalah meningkatkan kualitas pendidikan yang salah satunya

membangun madrasah. Patut diakui sebelum berdirinya madrasah

sejarah pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia dilakukan dengan

sistem pendidikan yang tertua yaitu pondok pesantren, lembaga

pendidikan Surau di Sumatera Barat, Rangkang di Cerebon dan

sebagainya, Dayah, maunasah di Aceh. Pendidikan ini dalam perspektif

modern dianggap agak unik, karena lembaga ini dalam pelaksanaannya

tidak menggunakan kurikulum, sistem jenjang, metodenya pun tidak

biasa dilakukan di sekolah-sekolah seperti metode pengajian, seperti

sorogan, weton, dengan menggunakan mengajar secara verbalistik.36

Sedangkan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya

madrasah di Indonesia dilihat dari perspektifajaran Islam sendiri adalah

sebagai berikut,

a. Adanya kecendrungan umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an

dan Hadits. Kecendrungan ini dijadikan titik tolak dalam menilai

kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Ide pokok dari

keinginan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dalam rangka

menolak munculnya taklid dan tahayul.

b. Timbulnya dorongan perlawanan nasional terhadap penguasa

colonial Belanda.

c. Usaha yang kuat dari orang-orang Islam untuk memperkuat

organisasinya dibidang sosial ekonomi, baik untuk kepentingan

mereka sendiri maupun untuk masyarakat.

d. Pembaharuan pendidikan. Karena cukup banyak orang dan

organisasi Islam tidak puas dengan metode tradisional dalam

mempelajari Al-Qur’an dan studi-studi agama Islam.37

36Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi, Jakarta : Bumi

Aksara,Cet, Keempat, 2009, hal. 35. 37Karel A Stennbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah,Jakarta: LPES, hal, 27-

28.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

37

Sedangkan dalam perspektif pendidikan di Indonesia menurut

Muhaimin Abdul Majid, sebagaimana dikutip oleh Hasbullah dalam

bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam, setidaknya kehadiran

madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai

beberapa latarbelakang yaitu :

a. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan pendidikan Islam.

b. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah sistem

pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh

kesempatan yang sama dengan sekolah umum..

c. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam

khususnya santri yang terpukau pada Barat sebagai sistem

pendidikan mereka.

d. Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan

tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dan sistem pendidikan

modern serta hasil akulturasi terhadap keduanya.38

Sementara kalau dilihat dari hal-hal yang mendorong

munculnya madrasah dapat dilihat dibawah ini:

a. Pada penghujung abad ke 19 dan awal abad ke 20 telah banyak

kembali ke Indonesia alumnus Timur Tengah. Mereka kembali itu

sesampainya di tanah air memiliki posisi penting dalam bidang

pendidikan agama. Atas dasar upaya mereka timbulah perubahan-

perubahan dalam sistem dan isi pendidikan Islam.

b. Ingin mencontoh sistem pendidikan Belanda yang telah memiliki

sistem modern. Diantara para ulama yang berjasa dalam

pengembangan madrasah diniyah di Indonesia adalah Syaikh

Abdullah Ahmad. Beliaulah yang mendirikan Madrasah Adabiyah di

Padang tahun 1909.39 K. Haji Ahmad Dahlan di Kauman

Yogyakarta, yang berhasil membangun pendidikan Muhammadiyah

pada sekitar tahun 1905.

Sebelum abad ke 20, system pendidikan di Indonesia belum

mengenal istilah madrasah, kecuali pengajian Al-Qur’an, masjid,

pesantren, surau dan langgar.Dalam sistem pendidikan yang disebut di

38Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam¸Jakarta,Raja Grafindo Persada,

1996, hal. 66. 39Mulyanto Sumardi, Sejarah SIngkat Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta,

Dhamra Bakti, 1978, hal. 49

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

38

atas memang dilakukan pengkelasan dalam pengertian modern, tetapi

prakteknya tetap ada perjenjangan yang biasanya diatur berdasarkan

tingkatan kitab yang diajarkan.

Berikut ini gambaran keberadaan madrasah di Minangkabau dan

pulau Jawa yang merupakan dua daerah yang dipengaruhi pembaharuan

Timur Tengah dan Kolonialisme dan merupakan daerah yang paling

berpengaruh dalam pembaharuan madrasah di Indonesia.

a. Keberadaan Madrasah di Sumatera

Madrasah Adabiyah merupakan madrasah yang tumbuh pada

masa awal pembaharuan.Tokoh pendirinya adalah Abdulah Ahmad,

adalah salah seorang pelopor pembaharuan di wilayah

Minangkabau.Madrasah Adabiyah didiirikan pada tahun 1907 sekitar

delapan tahun setelah Ahmad kembali dari Mekkah guna menimba ilmu

pengetahuan.

Pada awalnya madrasah Adabiyah didirikan di Padang Panjang.

Sistem pendidikan madrasah ini sangat berbeda dengan cara pendidikan

di surau. Madrasah ini mengajarkan ilmu-ilmu agama ditambah dengan

pelajaran membaca dan menulis latin serta ilmu hitung. Madrasah

inipun sudah menerapkan sistem kelas. Sayangnya, madrasah ini hanya

berjalan satu tahun karena kurang diminati masyarakat yang masing

menyukai pola pendidikan surau.

Pada tahun 1910 Syaekh Muhammad Thalib Umar mendirikan

Madrasah School di Batu Sangkar di Padang Panjang, madrasah ini

mendapat perhatian besar dari masyarakat di Minangkabau dan

kemudian pada tahun 1923 Rahmah El Yunusiah mendirikan Diniyah

Putri di Padang Panjang.Tujuannya adalah untuk memberikan

kesempatan yang lebih luas kepada kalangan pelajar putrid.Madrasah

ini terdiri dari enam kelas dan mengikuti pola pengajaran dan komposisi

kurikulum yang sama dengan madrasah diniyah pada umumnya.

b. Keberadaan Madrasah di Pulau Jawa

Kasusnya agak berbeda dengan di Minangkabau, perkembangan

madrasah di pulau Jawa didukung oleh organisasi-organisasi Ialam

seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Umat Islam dan

sebagainya.Meskipun demikian, tetap saja perkembangan madrasah itu

dipelopori oleh tokoh-tokoh pembaharu termasuk KH. Ahmad Dahlan,

KH. Hasyim Asy'ari dan lain-lain.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

39

Setelah Indonesia merdeka, maka salah satu Departemen yang

dibentuk pemerintah adalah Departemen Agama sebagai perwujudan

dari falsafah hidup bangsa Indonesia yang relegius.Departemen Agama

didirikan pada tanggal 3 Januari 1946 dimana salah satu bidang

garapannya masalah pendidikan agama seperti madrasah, pesantren dan

mengurusi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.40Departemen

Agama telah menaungi lembaga-lembaga pendidikan diantaranya

madrasah yang sampai sekarang tetap bertahan.

C. Motivasi Berdirinya Madrasah

Dalam sejarah Pendidikan Islam, sebelum ada madrasah ada

lembaga pendidikan seperti; Shuffah, Kuttab, Halaqah, Majlis, Khan,

Ribath.41 Namun berikutnya karena tuntutan zaman, lantaran di masjid

kegiatan pendidikan tidak bisa di tampung lagi karena banyaknya

jumlah siswa yang belajar, maka berdirilah madrasah, yang dianggap

oleh sebagian ahli sejarah sebagai salah satu lembaga pendidikan untuk

mengembangkan pengetahuan yang bukan saja terfokus pada ilmu-ilmu

ke-Islaman, seperti Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Ulumul

Qur’an dan sebagainya. Tetapi di madrasah juga dikembangkan

pengajaran ilmu-ilmu umum, seperti ilmu matematika, filsafat,

psikologi, ilmu falaq dan sebagainya. Belakangan boleh dikatakan

bahwa berkembangnya madrasah karena tuntutan zaman, seperti kasus

di Indonesia berdirilah madrasah oleh organisasi-organisasi Islam

sebagai konsekuensi terhadap berdirinya lembaga pendidikan yaitu

sekolah modern dari kolonialisme Belanda satu sisi. Dalam sisi lain

sebagai usaha untuk menjembatani lembaga-lembaga pendidikan klasik

sebagaimana salah satunya pesantren yang mau merubah pandangan

terhadap sistem belajar.42 Pendidikan di pondok pesntren diakui sudah

memberikan investasi yang sangat besar dan tidak terhingga bagi

pembentukan generasi bangsa dan perjuangan bangsa yang secara

kolektif muatan materi dan pemahaman agama yang diambil dari

lembaga ini sangat produktif, namun bukan mustahil lembaga ini

40Hanun Asroha, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

Cet, 1. 1999, hal. 155-173. 41Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Pereiode Klasik dan

Pertengahan, Jakarta; Rajawali Press, 2012, hal. 32-39. 42Karel Stenbrik, dalam Pesantren,Madrasah, Sekolah, 1986, Op. Cit., hal. 1-

3.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

40

setelahnya akan mengambil inisiatif untuk membangun sistem

pembalajarannya dengan sistem pembelajaran yang modern.

Sebagian peneliti mengatakan, Madrasah Nizamiyah didirikan

oleh penguasa bani Saljuk, Nizam, Al Mulk, seorang Perdana Menteri

dari Alp Aeselan dan Malik Syah pada tahun 457 H,43 sekitar setengah

abad setelah berdirinya Universitras Kairo. Bani Saljuk sangat terkenal

fanatik terhadap Mazhab Sunni, sehingga salah satu tujuan dari

berdirinya madrasah ini adalah untuk mengikis faham syi’ah yang

sudah berkembang pada saat itu, sekaligus mengembangkan faham

sunni.44

Motivasi berdirinya Madrasah sendiri, selain motivasi agama,

motivasi ketenegakerjaan dan motivasi politik. Di sini madrasah

menjadi institusi politik yang berfungsi bagi negara dan madrasah-

madrasah dilembagakan untuk tujuan pendidikan sekretarian dan

indotrinasi politik. Dalam sejarah sejak tahun 400 an H. ada sekitar 39

madrasah di Wilayah Persia/Nisyapur, Al-Baihaqiyah, Madrasah

Sai’diyah, madrasah Khurasan, seterusnya berkembang Nizamiyah di

Baghdad.

Apa yang terpenting dari eksistensi madrasah ini, selain dari

motif indoktrinasi, doktrin keagamaan, memperkuat aliran keagamaan,

dan yang terpenting di sini adalah bagaimana madrasah ini menjadi

persenyawaan antar berbagai motivasi dan kegiatan keilmuan. Selain

itu, bahwa madrasah telah menjadi pusat-pusat kegiatan pengajaran

yang mengkhususkan pada pengkajian studi keislaman, studi terhadap

filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya.45

Madrasah di Indonesia dalam kontek sekarang telah mengalami

berbagai macam perkembangan.Hal tersebut karena madrasah tidak bisa

dipisahkan dari arus dinamika perubahan sosial yang ada.Tetapi kalau

dilihat dari motivasi berdirinya madrasah di Indonesia, sebagaimana

yang didirikan oleh organisasi-oraganisasi Islam sebelum kemerdekaan

Jami’atul Khairat, Al Irsyad, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, lebih

dikarenakan karena Pendidikan Islam di pandang perlu untuk membina

43K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Sejarah Islam dari Awal

Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani., Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 hal. 408. 44Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Bandung: Mizan, 1996,

hal. 51. 45Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan

Pertengahan, 2012, Op. Cit., hal. 49.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

41

kesadaran generasi bangsa sebagai proses untuk menbela tanah air guna

merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonialisme Belanda. Dalam

era ini madrasah didirikan untuk mentransimisi ilmu pengetahuan agar

dapat berjalan sesuai dengan tujuan Islam yaitu untuk mencapai

kehidupan yang selamat dunia dan kehidupan akherat yang sebelumnya

diwujudkan alam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saat ini dalam era modern berdirinya madrasah dimaksudkan

untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin hari semakin

maju.Tantangan teknonologi, informasi dan globalisasi yang kian

meningkat.Selanjutnya era kompetetif yang dihadapkan dalam dunia

kerja mengharuskan kita untuk meningkatkan kualitas lembaga

pendidikan madrasah agar dapat mensinergiskan daya saing dan

perannya dalam pembangunan sumber daya manusia dengan kebutuhan

pasar lokal, regional, nasional dan internasional. Terutama dalam

menghadapi pasar bebas. Madrasah saat ini tentu harus kita hadapi

dengan berbagai segi terutama bagaimana madrasah dapat

mengharmoniskan antara peluang dan tantangan dengan solusi yang riil,

dimana madrasah tidak saja dihadapkan dengan peningkatan kuantitas

tetapi juga dengan kualitas yang ideal guna membangun peradaban

Indonesia yang lebih baik.

D. Teori Madrasah

1. Tumbuhnya madrasah sebagai desakan kebutuhan kaum

muslimin untuk mengembangkan sistem pendidikan yang telah

berlangsung di masjid46

Dalam hal ini madrasah dipandang sebagai model sistem

pendidikan yang memperbaharui sistem pembelajaran yang sudah

berlangsung sebelumnya. Hal semacam ini dapat ditemukan ketika

berdirinya madrasah pada era daulah ummayah, yang dipandang

sebagai upaya untuk mengembangkan sistem pembelajaran ilmu-ilmu

agama seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, ulumul hadits, tafsir dan

ilmu tafsir, qiraat,ilmu kalam, fih, ushul fih dan lain sebagainya.47 Pada

Era Abbasiyah, madrasah mengalami peningkatan terutama dalam

bidang pengembangangan disiplin ilmu. Sebelumnya madrasah lebih

46Ahmad Syalabi dalam Hanun Asroha, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta,

Logos,Wacana Ilmu, Cet. , 1999.. hal. 99. 47 K.Ali,,Loc. Cit., hal. 408.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

42

fokus dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, era ini ilmu-ilmu yang

lainnya mengalami perkembangan yang sangat pesat diantaranya ilmu

alam, fisika, kimia, matematika, astronomi, sosiologi, filsafat dan lain

sebagainya.48 Kalau difahami pada era ini, posisi madrasah lebih

bertumpu pada fungsinya untuk mengembangan tradisi

mengembangkan tradisi ilmu pengetahuan, artinya madrasah

berkembang seiring dengan tuntutan zaman, tuntutan sosial atau

tantangan perubahan sosial.

2. Teologi

Belum terlalu jauh dari ketidaan Nabi Muhammad SAW, telah

tumbuh berkembang aliran,aliran, sikte, faham dalam Islam, yang isinya

bisa disamakan dengan aqidah atau bentuk pemahaman keyakinan

seperti aliran Syi’ah, aliran Muktazilah, Sunni, Khawarij, Murji’ah dan

Jabariah, aliran ini selanjutnya memiliki tokoh-tokoh dan pengikut yang

tumbuh dan berkembang serta menyebar di seluruh dunia muslim.

Realitasnya faham-faham ini juga ikut serta mempengaruhi tentang

kegiatan kehidupan bahkan mengubah pandangan (idealogi) yang

menggerakkan pemikiran dan pola-pola dalam mensiasati berdirinya

halaqoh-halaqoh Islam.49 Faham ini juga telah ambil bagian untuk

menyokong berdirinya lembaga pendidikan, karena difahami bahwa

pendidikan tidak mungkin bisa dilepaskan dari suatu keinginan atau

pandangan (ideologi) yang berkembang saat itu. Seperti madrasah-

madrasah yang ada pada masa Dinasti Ummayah kebanyakan

mengikuti faham Sunni seperti yang ada di damaskus, Syeria. Kasus

lain madrasah-madrasah yang didirikan pada era Spanyol Islam, sejak

daulah Fatimiyah menganut faham Syi.i lembaga-lembaga pendidikan

semisal madrasah juga tidak bisa dipisahkan dari faham yang dianut

oleh tokoh, negarawan atau masyarakat pada era itu. Dalam lain hal

pengaruh pandangan rasionalis Muktazila Harun Al-Rasyid, dan Al

makmun, era Dinasti Abbasiyah, juga tidak kalah sengitnya mendorong

berdiri lembaga-lembaga pendidikan, penelitian, pusat,pusat

penerjemahan, untuk diarahkan kepada gerakan rasionalis. Hal tersebut

mungkin juga berlaku di luar dunia Arab, karena setelah faham-faham

tersebut banyak diikuti oleh masyarakt muslim di India, Indonesia dan

48Ibid. 49Abudin Nata, Op. Cit., hal. 54.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

43

lainnya yang juga banyak tumbuh faham semisal Sunni, syi’ah,

Wahhabi, dan lain sebagainya. Tentu kenyataan yang biasa terjadi

bahwa lembaga-lembaga pendidikan tidak pisah dipisahkan dari

gerakan faham-faham yang berkembang saat itu.

3. Ideologi

Penanaman ideologi-ideologi negara, sesuai denga pandangan

keagamaan pemimpin atau sulatan/kepala negara. Contoh, Sunni Era

Ummayah, di Kupa dan Basra50, Muk,tazila era Abbasiyah, Syiah Era

Fatimiyah di Marokoh/Afrika dan di Mesir,51 dan lain-lain.

Madrasah sebagai wadah untuk menanamkan nilai-nilai

keagamaan sesuai dengan pungsinya sebagai lembaga pendidikan yang

berbasiskan agama, maka kedudukannya tidak boleh lepas dari peran

dan fungsinya untuk mengembangan nilai-nilai kegamaan, seperti nilai-

nilai pendidikan yang ditujukan kepada siswa, atau anak didik. Bahkan

mungkin yang satu ini lebih utama karena pewarisan nilai-nilai kepada

generasi akan menentukan masa depan kehidupan. Artinya madrasah

tidak saja sebagai pusat studi pengembangan ilmu agama atau ilmu

pengetanuan atau ideologi semata yang bersifat kognitif, tetapi pada

tataran lainnya tidak meninggalkan eksistensi dan substansi sebagai

lembaga pendidikan yang berbasis Islam yang bertanggung jawab untuk

membina dan mengembangkan nilai-nilai agama dalam realitas sosial.

Gerakan politik di dunia khususnya yang bersifat evolusi jarang

tidak memanfaatkan lembaga pendidikan untuk menyokong atau

memperkuat gerakannya. Bahkan pendidikan seringkali dijadikan ”pusat

indoktrinasi politik”52, walaupun seringkali bahwa lembaga pendidikan

harus dinyatakan setriil dari kepentingan politik, tetapi jarang dipisahkan

bahwa lembaga pendidikan sering kali menjadi perpanjangan kepentingan

politik dari penguasa yang memiliki afiliasi dengan ideologi atau

pandangan tertentu dengan faham-faham keagamaan.

4. Tantangan Sosial

Untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat, madrasah selain

diposisikan untuk mempersiapkan anak didik memiliki ilmu

50 K. Ali, Op. Cit., hal. 337. 51Abudin Nata, Op,Cit, hal 49. Dan 91. 52Abudin Nata,Op. Cit., hal. 57.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

44

pengetahuan baik agama maupun umum, lebih dari pada itu madrasah

juga dituntut untuk memberikan nilai-nilai kebutuhan praktis yang

sangat diperlukan dalam menghadapi seluruh sektor kehidupan, yaitu

wawasan, sikap pandangan, kecakapan, keterampilan, kemadirian, skiil,

agar anak-anak atau peserta didik ataupun masyarakat pendidikan yang

di keluarkan dari institusi madrasah dapat membangun tatanan

kehidupan yang ideal yang mandiri dan yang sesuai dengan tujuan dan

nafas Islam untuk kesejahteraan dan kemaslahatan hidup manusia

banyak. Hal tersebut sehingga madrasah dapat dilihat eksistensi

instusinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang ideal dan Islami dan

berdikari dan secara substansi madrasah dapat merealisasikan tujuan

ajaran Isam untuk mengejewantakan nilai-nilai yang dikandungnya

untuk membangun nilai-nilai sosial sehingga tercipta masyarakat yang

saling memahami berbagai kebutuhan sosial dan dapat memahami

berbagai perpedaan pandangan dan aliran pemikiran, bahkan perbedaan

keyakinan.

E. Eksistensi Madrasah

Pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia dilakukan dengan

sistem pendidikan yang tertua yaitu pondok pesantren, lembaga

pendidikan Surau di Sumatera Barat, Rangkang di Cerebon dan

sebagainya.Pendidikan ini dalam perspektif modern dianggap agak

unik, karena lembaga ini dalam pelaksanaannya tidak menggunakan

kurikulum, sistem jenjang, metodenya pun tidak biasa dilakukan di

sekolah-sekolah seperti metode pengajian, seperti sorogan, weton,

dengan menggunakan mengajar secara verbalistik.53

Akan tetapi bagaimanapun juga bahwa lembaga ini telah

berfungsi menjalankan misi Islam dan pendidikan sekaligus sebagai alat

tranmisi dan tranfsormasi ilmu pengetahuan, pandangan, nilai-nilai,

nilai sosial, dan nilai budaya dalam waktu yang relatif lama dari

generasi ke generasi berikutnya yang diakui telah menghasilkan para

ulama, dan tokoh pendidikan yang senantiasa aktif melakukan tugasnya

dalam pendidikan dan kehidupan umat.54Secara efektif lembaga

53Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2005,

hal.121. 54Samsyul Nizar, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah

Sampai Indonesia, Kencana: Jakarta, 2008, hal. 60.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

45

pendidikan ini telah berhasil menjaga kesinambungan transformasi

kultural masyarakat bangsa Indonesia yang sangat pluralis kaya akan

suku bangsa dan pandangan hidup dan tradisi lokalnya.

Dalam waktu yang relatif panjang lembaga pendidikan ini cukup

berkesan di hati masyarakat Indonesia, sehingga pendidikan ini terasa

dimiliki oleh masyarakat yang kemudian pendidikan ini menjadi alat

untuk menjaga nilai-nilai Islam dan budaya yang efektif sekaligus

madrasah sebagai agen perubahan sosial yang selektif.

Dengan perubahan sosial dan tuntutan perkembangan zaman,

madrasah diharapkan dapat merespon realitas era mendatang yang

meliputi dua aspek yaitu yang pertama, kebutuhan global sekaligus

kebutuhan individual serta yang kedua, kebutuhan nasional. Kebutuhan

masyarakat dunia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi informasi,

sedangkan dalam skala nasional yaitu bagaimana kedudukan lembaga

ini dalam memenuhi kebutuhan pembangunan Indonesia.55Kebutuhan

yang dimaksudkan di atas adalah kebutuhan kemanusiaan dan bangsa

sesuai dengan tuntutan zaman, hingga kemudian lembaga pendidikan

tersebut dapat mengikuti perkembangan dan penyesuain terhadap

dinamika zaman. Kebutuhan nasional maupun lokal tersebut mesti di isi

oleh landasan ajaran agama atau keyakinan agar semua misi

pembangunan dapat berjalan secara seimbang

Memang diakui bahwa dalam sejarah ke emasan Islam madrasah

sebagai salah bentuk lembaga pendidikan yang pernah suskes

menjalankan misi akademisi. Seperti madrasah Nizamiyah di Baghdad,

yang telah berhasil memberikan kontribusi bagi kegiatan intelektual dan

sekaligus membina peradaban Islam. Sebagaimana kata ahli, sesuai

dengan istilah madrasah itu sendiri mengandung arti “tempat atau

wahana untuk mengenyam proses pembelajaran”. Kemudian secara

teknis, madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal

dan memiliki konotasi spesifik, sekaligus bahwa madrasah adalah

sebagai institusi penting dalam peradaban Islam”.

Selain eksistensi madrasah itu, bahwa lahirnya madrasah

sebagai lembaga formal merupakan perubahan dari sistem pengajaran

dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di masjid-masjid.

Kemudian ada ahli lain mengatakan bahwa periode awal berdirinya

55Arief Furchan, Pemberdayaan Madrasah dan Tantangan Globalisasi,

dalam Makalah, 2014.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

46

madrasah di insipirasikan oleh pengkajian-pengkajian yang ada di

bait’al hikmah”, yaitu suatu pengkajian ilmu pengetahuan yang ada di

perpustakaan besar waktu itu, yang sebelumnya lebih mengarah kepada

aktivitas penterjemahan karya-karya latin, Romawi, Yunani, Fersia ke

bahasa Arab. Sehingga waktu berikunya pengkajian tersebut

berkembang menjadi institusi pendidikan formal yang kemudian di

sebut madrasah.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia relatif

lebih muda dibanding pesantren. Ia lahir pada abad 20 dengan

munculnya Madrasah Manba'ul Ulum Kerajaan Surakarta tahun 1905

dan Sekolah Adabiyah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di

Sumatera Barat tahun 1909.56 Madrasah berdiri atas inisiatif dan

realisasi dari pembaharuan sistem pendidikan Islam yang telah ada.

Pembaharuan tersebut, menurut Karl Steenbrink (1986), 57meliputi tiga

hal, yaitu:

1. Usaha menyempurnakan sistem pendidikan pesantren,

2. Penyesuaian dengan sistem pendidikan Barat, dan

3. Upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren

dan sistem pendidikan Barat.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini

ditempatkan sebagai pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan

nasional. Munculnya SKB tiga menteri (Menteri Agama, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri dalam Negeri)

menandakan bahwa eksistensi madrasah sudah cukup kuat beriringan

dengan sekolah umum. Di samping itu, munculnya SKB tiga menteri

tersebut juga dinilai sebagai langkah positif bagi peningkatan mutu

madrasah baik dari status, nilai ijazah maupun kurikulumnya.58 Di

dalam salah satu diktum pertimbangkan SKB tersebut disebutkan

perlunya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu

pendidikan pada madrasah agar lulusan dari madrasah dapat

melanjutkan atau pindah ke sekolah-sekolah umum dari sekolah

dasar sampai perguruan tinggi.

56Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung Mizan,

1998, hal. 23. 57Karl Sternbrink, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta, LPES, 1996,

hal. 4. Dalam raharjo, 2008.

58Malik Fadjar, 1998, Op. Cit., hal. 28.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

47

F. Sistem Kelembagaan Madrasah

Kalau dilihat sejarah pelaksanaan pendidikan Islam di

Indonesia, jauh sebelumnya, memang sudah berdiri lembaga-lembaga

pendidikan Islam misalnya pondok pesantren, lembaga pendidikan

Surau di Sumatera Barat, Rangkang di Cerebon, Menasak di Aceh, dan

sebagainya. Lembaga pendidikan ini, khususnya pondok pesantren telah

mengakar di Pulau jawa dan di beberapa daerah lainnya. Selain itu

lembaga pendidikan ini dalam perspektif modern dianggap agak unik,

karena lembaga ini dalam pelaksanaannya tidak sama dengan sistem

pendidikan modern saat ini. Lembaga-lembaga pendidikan Islam di atas

telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam upaya

mencerdaskan kehidupan masyarakat dan telah ambil bagian dalam

memberikan pondasi bagi terbentuknya sistem pendidikan berikutnya.

Sebelum kemerdekaan lembaga-lembaga pendidikan Islam

hampir seluruhnya diselenggarakan oleh pihak masyarakat atau swasta,

karena pemerintah Belanda memiliki pendidikan khusus yang sistem dan

muatannya juga berbeda dengan sistem pendidikan pribumi. Kemudian

seiring dengan perkembangan zaman,khususnya setelah Indonesia

berdaulat penuh atau telah merdeka, nampaknya pelaksanaan pendidikan

Islam tidak saja di emban oleh masyarakat atau pihak swasta. Namun

pasca kemerdekaan lembaga pendidikan umum yang di dirikan oleh

pemerintah juga ikut menyelenggarakan pendidikan agama Islam di

sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai ke jenjang

Akademi dan Perguruan Tinggi.59 Selain itu setelah

kemerdekaan pemerintah juga secara luas ikut menyelenggarakan

pendidikan Islam mulai dari sekolah tingkat dasar atau madrasah

Ibtidaiyah, kemudian ada sekolah setingkat sekolah menengah pertama

atau yang disebut madrasah stanawiyah, ada sekolah tingkat menengah

atas atau madrasah Aliyah, bahkan ada yang setingkat sekolah tinggi,

institute dan universitas, seperti sekolah tinggi Islam, Institut Agama

Islam Negeri,dan sekarang telah berkembang menjadi Universitas Islam

negeri atau UIN yang penyelenggaraannya di bawah pembinaan

kementerian Agama Republik Indonesia. Bahkan sekarang

59Muhaimin.Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Pemberdayaan,

Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan). Bandung;

Nuansa Cendekia., 2003, hal. 13.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

48

penyelenggaraan pendidikan agama Islam telah terkoneksi terakumulasi

antara pihak kementerian agama dengan kementerian pendidikan dan

kebudayaan terutama dalam hal penyelenggaraan kurikulum serta

kebijakan-kebijakan lainnya.

Menurut Muchtar Bukhari, kalau diklasifikasikan paling tidak

ada beberapa praktik pendidikan Islam di Indonesia yang pada umumya

dibagi menjadi empat bagian:

1. Pendidikan pondok pesantren, yaitu pendidikan yang

diselenggarakan secara tradisional.

2. Pendidikan madrasah ialah pendidikan yang diselenggarakan di

lembaga-lembaga pendidikan model Barat yang menggunakan

metode-metode pengajaran klasik dan berusaha menanamkan nilai-

nilai Islami sebagai landasan hidup dalam diri setiap peserta didik.

3. Pendidikan umum yang bernafaskan Islam, yaitu pendidikan Islam

yang dilakukan melalui pengembangan sarana pendidikan yang

bernafaskan Islam di lembaga-lembaga yang menyelenggarakan

program yang sifatnya umum.

4. Pendidikan Islam yang diselengarakan di lembaga pendidikan umum

sebagai bagian dari mata pelajaran / mata kuliah.60

Selanjutnya sampai sekarang ini pemerintah telah melibatkan

diri dalam penyelenggaraan ponpes dan madrasah atau melebur dan

memberikan keleluasaan bagi penyelenggara pendidikan untuk

mengelola pendidikan sesuai dengan kebutuhan agama dan kebutuhan

zaman, termasuk untuk memenuhi tuntutan globalisasi dengan

mendorong agar madrasah dapat menyiapkan lembaganya agar dapat

menggunakan perangkat pembelajaran dengan sistem teknologi modern

yakni sistem teknologi, informasi dan komunikasi (ICT) yang

berkembang saat ini dan sudah masuk di dalam sekolah dan system

pembelajarannya.Sejak dari awal dan sampai mengalami perkembangan

pada saat ini, madrasah di Indonesia mengalami peningkatan yang

sangat pesat. Sekarang jumlah madrasah di setiap jenjang mulai dari

tingkat Raudhatul Alhfal (RA), madrasah Ibtidiyah (MI), Madrasah

Stanawiyah (MTS), dan madrasah Aliyah baik negeri maupun swasta

atau sebaliknya sangat menggembirakan.

60Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan & Praktek Pendidikan (Dalam

Renungan). Yogyakarta; Tiara Wacana, 1994, hal. 100

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

49

Tabel 1

Jumlah Madrasah RA, MI, MTS, MA Di IndonesiaSaat Ini:

No Nama Madrasah Perjenajng Kuantitas Angka

1 Raudhatul Alfhal Jumlah 27.999

2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Jumlah 24.560

3 Madrasah Stanawiyah (MTS) Jumlah 16.934

4 Madrasah Alihay (MA) Jumlah 7.843

Keseluruhan Jumlah 77.336

Sedangkan kalau dilihat dari angkah perbandingan antara

madrasah swasta dan negeri saat ini cukup tinggi, dari total 49.334

madarasah dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Stanawiyah, sampai

dengan Madrasah aliyah yang ada di Indonesia tanpa mengikutkan

jenjang Raudhatul Alhfal. Sekitar 92 % adalah madrasah berstatus

swasta, dan hanya 7.9 % madrasah yang berstatus negeri. Atau kalau

diklasifikasikan dalam angkah dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambaran Angkah Perbandingan Madrasah Swasta dan

Madrasah Negeri di Indonesia Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah,

Madrasah Stanawiyah dan Madrasah Aliyah:61

Tabel 2

Gambaran Guru Madrasah Negeri dan Swasta di Indonesia

NO Madrasah

Perjenjang

Kuantitas Angkah

1 MI Negeri Jumlah 1.686

- MI Swasta - 15.497

2 MTS Negeri Jumlah 1.437

- MTS Swasta - 15.497

3 MA Negeri Jumlah 763

- Swasta - 7.080

Keseluruhan Jumlah 49.334

61Google, Emispendis Kemenag../Madrasah, 1516./Jumlah Keseluruhan

Madrasah di Indonesia, MI, MTS, MA., antara tahun 2011-2018

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

50

Tabel 3

Prosentase Madrasah Negeri dan Swasta di Indonesia

NO Status Madrasah Kuantitas Angkah

Prosentase

1 Madrasah Negeri 7.9 %

2 Madrasah Swasta 92.1 %

- Jumlah 49.334 100 %

Sedangkan jumlah Pondok Pesantren di Indonesia sebanyak

84.966 Mulai madrasah Diniyah sampai Takmiliyah.Jadi hampir bisa

diprediksi bahwa seluruh Pondok pesantren memilikilembaga

pendidikan Madrasah, minimal madrasah diniyah.

Kalau dilihat dari gambaran kuantitas madrasah tersebut diatas,

dapat dilihat betapa tinggi partisipasi atau keterlibatan masyarakat

dalam membangun dan mendirikan madrasah.Perabandingan yang

siginifikan antara keberadaan madrasah yang berstatus swasta dan

negeri menunjukkan bahwa tanggung jawab masyarakat Indonesia

terhadap pendidikan sangat tinggi.Hal tersebut diatas dapat dilihat

bahwa kontribusi masyarakat dalam upaya peningkatakan kualitas

sumber daya manusia dari hari ke hari semakin mengembirakan.Dengan

demikian masyarakat pada prinsipnya sudah lama memiliki kesadaran

yang sangat tinggi untuk ambil bagian dalam dunia pendidikan. Karena

kalau dilihat keberadaannya memang pendidikan termasuk kebutuhan

yang sangat urgen (penting) dalam kehidupan, bahkan termasuk salah

satu bagian hak azazi manusia. Selain itu masyarakat telah sangat

memahami dari awal bahwa tugas dan tanggung jawab

menyelenggarakan pendidikan bukan hanya terletak kepada pihak

pemerintah saja sebagai penyelenggara negara.Tetapi lebih dari itu

sudah menjadi kebutuhan dan sekaligus kemandirian yang tidak bisa

dielakkan. Kalau dilihat dari angkah 92.1 % madrasah ada di pihak

swasta, dan berbanding 7.9 % madrasah negeri, maka mungkin akan

sangat sulit dan terlalu besar kalau beban tersebut dilimpahkan

semuanya kepada pihak pemerintah. Oleh karena itu tanggung jawab

dan keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan pendidikandi

Indonesia tidak bisa dianggap enteng. Oleh karena itu tantangan ke

depannya sudah berbicara bagaimana menyiapkan lembaga pendidikan

(madrasah) yang siap menghadapi persaingan global yang tetap

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

51

mengedepankan nilai-nilai solidaritas, kebersamaan menuju keunngulan

bersama untuk melahirkan kebaikan (khasana) yang mulia. Dengan kata

lain tidak melahirkan invidu-individu yang individualis yang

mengutamakan diri sendiri atau bersifat ekseklusif.

Akan tetapi kalau meruntut hal diatas memang begitulah

realitasnya, namun yang tidak kalah pentingnya selain kita tetap harus

meningkatkan kebutuhan terhadap madrasah dari segi penambahan

jumlah, pada sisi lain kita tetap harus meningkatkan pada sisi

kualitasnya. Kualitas madrasah pada dasarnya sama halnya dengan ruh

madrasah itu sendiri. Karena bagaimanapun juga madrasah merupakan

wadah untuk pemberdayaan sumber daya manusia baik rohania, akhlak

dan pengetahuannya, atau fisik dan teknologi, keterampilan, dan

kemahariannya yang kesemuanya sudah tentu merupakan kebutuhan

yang juga sangat penting.

Dari ulasan diatas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan

tolak ukur dalam menciptakan manusia yang berkualitas yang diawali

oleh pendidikan yang berkualitas. Menurut Rachman, titik lemah

pendidikan di Indonesia, adalah keberhasilan pendidikan yang hanya

diukur dari keunggulan ranah kognitif dan mengabaikan terhadap ranah

afektif dan psikimotor. Dalam konteks pendidikan Islam, kelemahan

tersebut rupanya bersifat menyeluruh, bukan hanya dialami pada sistem,

guru, murid, kurikulum saja bahkan juga pada metode, pendekatan, dan

materinya. Oleh sebab itu, proses pendidikan tidak hanya diorientasikan

pada pengembangan kognitif saja (transfer of knowledge) akan tetapi

juga pada aspek afektif dan psikomotorik, sehingga peserta didik dapat

berkembang dengan utuh antara mengetahui, merasakan dan bertindak.

Pendidikan Islam diharapkan mampu memberikan perubahan baru bagi

generasi ke depan termasuk dalam era globaliasi. Sekaligus ke depan

Pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi dalam menjabarkan

makna hakiki pengembangan kualitas manusia, yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.62

Keseluruhan lembaga Islam pada prinsipnya mengemban misi

untuk mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini karena tujuan

pendidikan Islam adalah untuk mengejewantakan ajaran Islam yang

terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah agar dapat direalisasikan

62Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 50.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

52

dalam kehidupan umat. Wujudnya adalah untuk mewujudkan insan

yang berilmu pengetahuan, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, yang muaranya adalah terbentuknya manusia yang berbudi

luhur, memiliki keterampilan, sehat jasmani dan rohani. Atau yang di

istilahkan oleh Media Pidarta, melahirkan kepribadian yang mantap dan

mandiri, memiliki tanggung jawab terhadapmasyarakat dan

bangsa.63Tujuan tersebut direalisasikan dan di implementasikan secara

kontinyu atau berkesinambungan secara efektif.Peran Kelembagaan

Pendidikan Islam khususnya terhadap perkembangan zaman

dihadapkan dengan perubahan sosial dan tuntutan perkembangan zaman

yang banyak menawarkan konsepsi delematis. Dikatakan delematis,

karena salah satu sisi perkembangan zaman di era global ini

menawarkan kontribusi poisitif yang mengedepankan kemajuan.Namun

pada sisi lain, perubahan sosial dan perkembangan zaman menawarkan

nilai-nilai negatif yang bisa-bisa berdampak buruk bagi kehidupan

masyarakat banyak khususnya generasi penerus bangsa.

Masuknya gelombang baru melenium III, dan globalisasi terjadi

apa yang di sebut dengan aksi kebudayaan global (global culture

action) bagi masyarakat dunia. Pada era ini gelombang peradaban

masuk ke berbagai Negara di dunia melalui transformasi media yang

menyajikan berbagai informasi dari berbagai unsur kebudayaan di

dunia, baik kebudayaan itu bersifat positif maupun negetif. Berbagai

menu kebudayaan tersebut mudah di dapatkan dari media teknologi

tinggi informasi, seperti internet, wibsitten, blog, face book dan jenis

jaringan lainnya. Sehingga sajian menu tersebut tidak saja dapat

dinikmati oleh kalangan orang tua , kelompok dewasa, akan tetapi

remaja dan bahkan anak-anak. Oleh karenanya, jika menu tersebut

positif maka membawah arah positif bagi perkembangan moral remaja

atau anak-anak sekolah/siswa. Tetapi jika bersifat negatif maka ini akan

menjadi ancaman serius bagi generasi jika siswa/anak-anak, remaja

tidak dibarengi oleh nilai-nilai ajaran agama yang cukup bagi mereka.

dimiliki oleh anak-anak atau remaja. Karena mereka membutuhkan

filterisasi yang dapat menyaring dan membedakan mana yang benar dan

mana yang negatif.Dengan adanya alat penyaring, maka mereka

diaharapkan dapat mengambil yang positif dan meninggalkan yang

63Made Pidarta, Manajemen Pendidikan di Indonesia ,Jakarta: Renika Cipta,

1988, hal. 189-196.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

53

negatif.Dan peran itu tentunya merupakan bagian dari peran

kelembagaan pendidikan Islam.

Demikian Menurut Kunandar, peserta didik harus siap

menghadapi segala tantangan dunia kerja, dan masa depan kehidupan

yang lebih jauh. Oleh karena itu siswa dituntut untuk memiliki

komponen; ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, humaniora,

dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait

dengan fenomena kehidupan.64 Menurut Soegarda, Pendidikan sekarang

sebaiknya tetap berpegang pada nilai-nilai luhur yang sudah lama

dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan prilaku sehari-hari.

Yaitu nilai-nilai karakter mulia, kesantunan, disiplin, kejujuran,

toleransi, dan kebersamaan.65Dalam Kelembagaan Pendidikan Islam

hendaknya dibangun dengan perencanaan dan manajemen dan mampu

mengimplementasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan

baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan

sistem pendidikan yang efektif dan efesien dalam menghadapi

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

2. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha

kecil, menengah, koperasi guna meningkatkan daya saing produk

yang berbasis sumber daya lokal.

3. Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan keterampilan

guna menghadapi dunia kerja.

4. Memahami aspek perkembangan kemampuan produk nasional dan

dunia internasional khususnya untuk mendukung pengembangan

sumberdaya yang ada agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

bangsa.66

Kelembagaan Pendidikan Islam harus siap menghadapi segala

tantangan dunia kerja, dan masa depan kehidupan yang lebih jauh. Oleh

karena itu madrasah dituntut untuk menyiapkan generasi dengan

64Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum Suatu Pendekatan Preaktis dissetai Dengan Coontoh,

2013,Op. Cit., hal. 48. 65Soegarda Poerwabakawatja, dalam Abudin Nata, Op.Cit, 2012, hal. 199 66Depdiknas, Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) , 2003, hal. 1-

100

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

54

komponen; ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, humaniora,

dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait

dengan fenomena kehidupan.67 Solusi kongkrit bagi Pendidikan Islam

dalam menghadapi arus dinamika perubahan sosial yaitu antara peluang

dan tantangan masa depan, yaitu harus menserasikan antara berbagai

kebutuhan dunia dalam proses penyelenggaran pendidikan yang

mestinya di ramu melalui lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah.

Diantaranya, pendidikan madrasah harus terus menguatkan sistem

kurikulum agar standarnya dapat mengikuti perkembangan zaman dan

mengikuti perkembangan dunia pendidikan di Negara-negara maju.

Karena kurikulum,68dianggap salah satu sisi penting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan.Apalagi pengembangan kurikulum

harus dispadankan dengan kebutuhan dinamika perubahan sosial.Hal

tersebut didasarkan karena era globalisasi senantiasa menciptakan

berbagai peluang positif dan negatif, maka peningkatan kualitas

pendidikan agar dapat membaca situasi zaman salah satunya harus

dimulai dari pengembangan kurikulum.Selain itu, madrasah mesti

meningkatkan kualitas guru atau pendidik yang memiliki standar tinggi.

Proses dan pelaksanaan pendidikan, media, metode serta pendekatan

pembelajaran yang senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan zaman.

Agar Madrasah dapat senantiasa diminati maka madrasah dari waktu ke

waktu mesti dapat menyesesuaikan dengan dinamika perubahan

sosial.Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, pada

prinsipnya madrasah telah menampilkan dirinya sebagai pendidikan

yang fleksibel, responsif, sesuai dengan perkembangan zaman,

berorientasi ke masa depan, seimbang, berorientasi pada mutu yang

unggul, egaliter, adil, demokratis, dinamis, terbuka, sepanjang hayat

dan seterusnya. Sesuai dengan sifat dan karakternya yang demikian itu

madrasah sebagai pendidikan Islam senantiasa mengalami inovasi dari

waktu ke waktu, yaitu mulai dari sistem dan lembaganya yang paling

sederhana seperti pendidikan di rumah, surau, langgar, mesjid, majelis

ta’lim, pesantren dan madrasah, sampai kepada perguruan tinggi yang

modern. Inovasi pendidikan Islam juga terjadi hampir pada seluruh

67Kunandar, Loc.Cit.

68Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,Teori dan Praktek, Yogyakarta,

Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 88-13.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

55

aspeknya, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, tenaga pengajar,

sarana prasarana, manajemen dan lain sebagainya.69 Melalui inovasi

tersebut, kini pendidikan Islam yang ada di seluruh dunia (termasuk di

Indonesia) amat beragam, baik dari segi jenis, tingkatan, mutu,

kelembagaan dan lain sebagainya.Kemajuan ini terjadi karena usaha

keras dari ummat Islam melalui para tokoh pendiri dan pengelolanya,

serta pemerintah pada setiap negara.

Madrasah tidak bisa menghindari globalisasi sebagai proses

alami ataupun menghilangkan sama sekali dampak negatif globalisasi

itu barangkali tidak mungkin. Mau tidak mau, suka tidak suka, siap

tidak siap, kita harus menghadapi globalisasi, dengan memahami segala

dampaknya, negatif maupun positif. Oleh karena itu, tantangan yang

kita hadapi sebagai kelompok elit ummat adalah: Bagaimana kita dapat

memanfaatkan semaksimal mungkin dampak positif (peluang)

globalisasi itu dan meminimalkan dampak negatif (ancaman) nya.

Kalau pertanyaan itu diarahkan kepada kita para pengelola lembaga

pendidikan Islam ini, maka pertanyaan itu akan menjadi: Bagaimana

lembaga pendidikan kita dapat menyiapkan lulusan yang akan bisa

survive dalam era globalisasi ini, dan tetap dapat memainkan peranan

penting dalam kehidupan global tanpa kehilangan jati dirinya sebagai

sebagai muslim dan usaha ini seharusnya dijawab oleh pendidikan.

Madrasah dalam hal ini sebagai lembaga Pendidikan Islam hendaknya

dapat merealiasasikan cita-citanya untuk setiap saat bisa membenahi

dan menciptakan masyarakat muslim yang ideal yaitu masyarakat

muslim yang diridahi Allah SWT. Sistem madrasah adalah hubungan

yang saling kait mengkait dan saling mendukung antara dengan

berbagai unsur komponen pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan

yang direncanakan.

Pendidikan Islam sebagaimana alat dalam merealisasikan misi

Islam, memiliki masalah yang sangat komplek yang mengatur seluruh

komponen kehidupan manusia, mulai pada pandangan hidup,

keyakinan, tata khidupan, sosial, budaya, serta cita-cita manusia itu

sendiri baik secara individu maupun cita-cita bersama atau cita-cita

umat. Islam sebagai ajaran yang mengandung nilai-nilai universal, yang

memiliki kebenaran hakiki dan otentik, selain pokok utamanya adalah

69 Abudin Nata, Madrasah dan Globalisasi, Makalah yang dipublikasikan

tahun 2012.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

56

membina hubungan yang harmonis antara seorang hamba dengan al-

khaliqnya, juga membina hubungan manusia dengan sesamanya serta

lingkungannya. Dan ini adalah sebagai ekpresi dari rasa ketundukan dan

kepatuhan terhadap Allah SWT, yang selanjutnya terbentuklah akhlak

yang baik terhadap ciptaan Tuhan yang lain. Selain itu Islam sebagai

ajaran yang mulia berlaku sepanjang zaman dan untuk seluruh

peradaban manusia dengan segala situasi apapun. Dan ajaran Islam

yang sifatnya universal itu sangat menjaga martabat manusia baik

secara individu maupun umat atau bangsa, karenanya Islam memiliki

ikatan spiritual, emosional, pandangan hidup, serta cita-cita umat

manusia yang selalu peka terhadap kehidupan dan sekaligus seluruh

problem yang dihadapinya, termasuk era globaliasi di mellenium tiga

ini dengan masalah yang ditimbulkannya merupakan tanggung jawab

Islam yang juga merupakan tanggung jawab madrasah sebagai lembaga

pendidikan Islam dalam menengahi, mengantisipasi dan menjawab

tantangan yang hadir bersamanya.

Islam sebagai sebagai ajaran yang mengandung nilai-nilai

universal adalah untuk seluruh umat manusia, bahkan seluruh makhluk,

yang dalam arti lain menisbahkan bahwa Islam adalah untuk kebaikan

umat manusia dalam membina dan membentuk peradaban. Madrasah

dalam hal ini sebagai alat yang dominan diyakini memiliki keunggulan

dalam merealisasikan ajaran Islam kepada generasi umat untuk

mendapatkan jalan kehidupan yang lebih baik, yaitu manusia yang

sadar akan dirinya di hadapan Tuhan sebagai Pencipta, dan memahami

dirinya sebagai individu dan makhluk sosial dan bisa menjaga realisasi

dengan alam sekitarnya. Islam adalah sebagai ajaran tentang kebaikan

dan kesucian dan keselamatan, yang utamanya adalah perbuatan

ketundukan dan keikhlasan. Oleh karenanya persoalan yang menjadi

substansi dalam Islam adalah bagaimana menjaga sifat kesucian

manusia agar tetap utuh yakni dengan jalan melakukan pengabdian

kepada Tuhan sebagai Rab-alamin dengan rasa tunduk dan ikhlas yang

kemudian bisa mengimplementasikan rasa tunduk kepada Tuhan

dengan berbuat kebaikan (hasanah) kepada sesama manusia, sesama

makhluk lainnya dan terhadap lingkungannya. Bersamaan dengan

kajian ini, Muhaimin membagai manusia menjadi tiga aspek; yaitu; (1),

aspek jismiyah, yakni keseluruhan organ fisik-biologis, isten kelenjar

dan sistem saraf; kualitas insani yang khas milik manusia, yang

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

57

mengandung dimensi al-nafs, al-al-aql dan al-qalb; dan (3) aspek

ruhaniyah, yakni keseluruhan potensi luhur psikhis manusia yang

memancar dari dimensi al-ruh dan al-fitrah. Secara proporsional,

nafsiyah menempati posisi antara jismiyah dan ruhaniyah. Karena

jismiyah berasal dari benda (materi), maka ia cenderung mengarahkan

nafsiyah manusia untuk menikmati segala sesuatu yang bersifat

material. Sedangkan dimensi ruhaniyah berasal dari Tuhan, sehingga ia

selalu mengajak nafsiyah manusia menuju Tuhan.70atau mengarahkan

manusia untuk melakukan perbuatan yang baik yang diinginkan oleh

Tuhan.

Sedangkan Syed Naquib al-attas, menegaskan bahwa manusia

sejak lahir telah membawa substansi immaterial yang dinamakan akal

atau jiwa yang memberikan keunikan mental atau spiritual. Jiwa atau

akal tersebut dilengkapi dengan fakultas-fakultas pikir yang berbeda-

berbeda dan menyatu dengan kehendak, ingatan, dan obeservasi yang

fungsinya membentuk aktivitas mental, yang kemudian potensi ini bisa

dikembangkan dengan melalui latihan yang dalam hal ini diperlukan

proses pendidikan.71

Dengan beberapa pendapat tersebut nyata bahwa Islam selain

ajaran yang mempercayai tentang adanya kesucian bagi manusia sejak

dilahirkan, selain itu Islam juga menghargai hakekat kesucian yang

dianugerahkan oleh Tuhan terhadap manusia. Kemudian Islam

berupaya bagaimana mengisi potensi kesucian tersebut dengan potensi

yang baik, berupa ilmu dan hikmah, dengan petunjuk wahyu Tuhan

yang merupakan pedoman hidup manusia yang paling mendasar,

karenanya keberadaannya sangat mutlak diperlukan. Ajaran Islam

sebagai agama fitrah juga merupakan pedoman untuk membina potensi

manusia yang lainnya berupa nafsu (nafs), kehendak (iradat), akal

(intelektual), agar berjalan secara harmonis sehingga tercipta

keseimbangan dalam tugas dan fungsinya, yang kemudian melahirkan

sumber insani yang sempurna.

70Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Pemberdayaan,

Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan). Bandung;

Nuansa Cendekia, 2003,hal. 11. 71Moh Nor Wan Daud, .Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, Syeed M.

Naquib Al-Attas, Hamid Fahmy, M. Arifin Ismail, Iskandar Amel (Penterj.), Bandung,

Mizan. 2003, hal. 298

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

58

G. Guru

Guru memiliki peranan penting dalam proses pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran, tanpa guru maka proses pembelajaran tidak

mungkin terjadi. Saat ini di Indonesia usaha peningkatan kualitas guru

semakin ditingkatkan.Sebagai Negara yang memiliki populasi

penduduk no 5 di dunia yang mayoritas agamanya adalah Islam,

memiliki jumlah guru yang cukup banyak.

Keadaan guru tersebut dapat dikalkulasikan dalam table

dibawah ini.Jumlah seluruh guru di Indonesia saat ini 2.755.020 Orang,

baik guru madrasah maupun non madrasah.

Tabel 4

Jumlah Guru di Indonesia

No Jumlah Prosestase

1 Jumlah Guru Laki-laki 981966 Guru 33.65 %

2 Jumlah Guru Perempuan 1.773.054 Guru 64.35 %

Jumlah Keseluruhan 2.755.020 Guru 100 %

Tabel 5

Jumlah Guru Madrasah Tahun ajaran 2015-2016

No Madrasah Perjenjang Tahun Jumlah

1 Madrasah Bustanul Alfhal 2015-2016 -

2 Madrasah Ibtidaiyah 2015-2016 269.460 Guru

3 Madrasah Stanawiyah 2015-2016 265.784 Guru

4 Madrasah Aliyah 2015-2016 129.467 Guru

- Semua Jenjang Jumlah 658.707 Guru

Tabel 6

Prosentase Guru yang Aktif dan Tidak Aktif

Tahun 2018-2019

No Status Guru Jumlah Prosentase

1 Guru Aktif 542.948 72.21 %

2 Guru Tidak Aktif 208.915 27.79 %

- Jumlah Keseluruhan 751.863 100 %

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

59

Tabel 7

Guru yang Sudah dan Belum di Sertifikasi

No Status Guru Jumlah Prosentase

1 Yang Sudah

Sertifikasi

383450 Guru 51 %

2 Yang Belum

Sertifikasi

368413 Guru 49 %

Saat ini boleh dikatakan bahwa seluruh madrasah telah

memenuhi standar kualifikasi guru. Guru-guru saat ini umumnya telah

memiliki ijazah jenjang pendidikan sarjana minimal SI, bahkan ada

yang sudah tingkat master dan doktoral atau S.2 dan S.3. Kondisi

tenaga pendidikan yang seperti itu banyak yang dimiliki oleh madrasah

yang berkelas dan bonafit. Terutama yang penyelenggaranya dibawah

Departemen Agama, dan madrasah swasta yang berkelas, madrasah

yang dibawah ponpes yang maju dan kaya. Sedangkan madrasah-

madrasah swasta yang belum mapan cenderung masih tertinggal baik

dari segi jenjang tingkat pendidikan, skill, keahlian, kesejahteraan pun

masih minim karena gaji atau honor mereka masih pas-pasan atau jauh

dibawah standar upa minimum regional dan nasional.72 Jadi wajar-

wajar saja kalau madrasah yang mines itu yang kondisinya disebut

“mati enggan hidup tak mau”, maksudnya ada kemauan besar untuk

meningkatkan kondisinya akan tetapi tidak berdaya kerena tidak

memiliki untuk biaya merenovasi atau meningkatkan keberadaannya.73

Memang terkadang susah diperdebatkan di negeri yang kayah

ini, siapa dan apa yang perlu disalahkan, karena realitasnya memang

masih banyak guru-guru yang terbengkalai nasipnya, hidup yang tidak

layak, berada ditempat tinggal yang kumuh. Dari kenyataan tersebut

mungkin mereka susah juga untuk mendidik ana-anak atau siswa, atau

santrinya kalau mereka sendiri masih hidup memperihatinkan. Tetapi

walaupun demikian tetapsaja kita objektif menilainya, bahwa

sesungguhnya madrasah saat initetap berangkat menuju kemajuan,

demikian juga para guru-gurunya tetap memiliki opitmismedan

72Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung Remaja, Rosda Karya, 2002, hal. 90. 73Hasil Ulasan Terhadap Nasib Guru-guru Honor di Indonesia di Tayangan

Program TV Trans7 (Pagi, Hari Senin, tanggal 18 Nopember 2019, pukul 09.00-10.00

WIB )

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

60

semangat yang tinggi menjalankan kewajibannya.Karena walaupun

bagaimanapun juga guru memiliki peranan penting sebagai pelita yang

senantiasa menerangi jalan-jalankegelapan menuju pencerahan.

Berdasarkan Kompetensi Guru PAI, yaitu UU Nomor 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, juga Permendiknas Nomor 16 tahun

2007, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 yang isinya

bahwa “Standar kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan,

keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan

diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.74 Profesi seorang guru harus ditunjang dengan

kepribadian mulia, ia harus memiliki sikap-sikap agar ia menjadi

seorang yang teladan dan dapat dicontoh oleh siswa dan muridnya.

Idealnya seorang guru harus memiliki unsur-unsur yaitu beriman,

bertaqwa, berakhlak mulia, berwibawa, stabil, dewasa, sportif dan

menjadi pigur yang ditokohkan bagi peserta didik dan

masyarakatnya.Pada sisi lain seorang guru harus memiliki kompetensi

professional, yaitu kemampuan guru dalam menguasai bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi.75

Kompetensi diatas dijadikan dasar pijakan dan teori dalam

mengembangkan profesi guru Pendidikan Agama Islam.Memang pada

kenyataannya tidak bisa difungkiri bahwa baik buruknya peserta didik

di sekolah ditentukan oleh peran dan fungsi guru yang salah satunya

dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Berangkat dari teori

lama bahwa bagaimanapun juga bahwa peran guru tidak bisa digantikan

oleh teknologi canggihpun, karena dalam proses pembelajaran tidak

hanya transformasi ilmu pengetahuan tidak bisa hanya melalui

perangkat teknologi semata, tetapi memerlukan sentuhan psikologis,

memerlukan pembinaan jiwa, mental bahkan pembinaan ibadah, dan

spiritual. Dalam hal ini pendidikan memerlukan arahan, bimbingan,

pembinaan, nasehat yang secara langsung harus dilakukan antara siswa

dengan guru. Oleh karena itulah diperlukan guru yang memiliki sikaf

teladan, karena denga sikap teladan akan bisa mempengaruhi peserta

didik, agar mereka menjadi lebih baik dan memiliki tatanan moral yang

mulia.

74Imron Abdul Hakim, Loman Bolam, Proyek kegiatan Program Hibah

Kompetesi (PHK) S1 PGSD,Universitas Sriwijaya Tahun Anggaran 2009, hal. 27. 75Materi Pendidikan dan Pelatihan Guru (PLPG), 2013, hal. 27-28.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

61

Pendidikan merupakan proses pengubah tingkah laku anak didik

agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai

anggota masyarakat dalam lingkungan alam

H. Manajemen Madrasah

1. Pengertian Manajemen

Perkembangan dinamis aplikasi manajemen berangkat dari

keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang

berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage,

diartikan secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan

menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and

controlling a business” (Oxford, 2005).76Selanjutnya definisi

manajemen berkembang lebih lengkap. Stoner (1986) mengartikan

manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin

dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-

sumber organisasi lainnya untuk mencapai organisasi yang telah

ditetapkan. G.R. Terry (1986) –sebagaimana dikutip Malayu S.P

Hasibuan (1996)- memandang manajemen sebagai suatu proses, sebagai

berikut: “Management is a distinct process consisting of planning,

organizing, actuating and controlling performed to sdetermine and

accomplish stated objectives by the use of human being and other

resources”. Sementara, Malayu S.P. Hasibuan (1995)77 dalam bukunya

“Manajemen Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa

manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan

syariah difungsikan sebagai asas atau landasan pola pikir dalam

beraktivitas untuk menggapai keridloan Allah SWT.78

Kalau dirahkan terhadap manajemen pendidikan dapat diartikan

sebagai suatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,

76Oxford, Learner’s Pocket Dictionary.. Act of Running and Controlling a

Business, Newyork, Oxford University Press, 2005, hal. 110. 77Hasibuan, S.P. Malayu., Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan II.

Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1995, hal.1-10. 78Ismail, M. Yusanto, Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,

Khairu Bayan, 2003, hal.1-10.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

62

menengah, maupun jangka panjang.79 Manajemen atau pengelolaan

merupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses

pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen tidak

mungkin tujuan pendidikan dapat direalisasikan secara optimal, efektif

dan efesien.

Manajemen madrasah mengandung arti sebagai suatu proses

kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan. Dari kerangka inilah tumbuh kesadaran

untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas menajemen

pendidikan, baik yang dilakukan pemerintah maupun lembaga

pendidikan dalam hal ini juga madrasah. Manajemen madrasah

merupakan tanggung jawab penyelenggara pendidikan baik dari

pemerintah maupun swasta, sehingga hal ini mempuyai dampak pada

pendanaan pendidikan. Artinya anggaran belanja negara bidang

pendidikan hanya dialokasikan kepada lembaga-lembaga pendidikan

umum yang berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional,

sedangkan pendidikan Islam tidak diambil dari anggaran negara bidang

pendidikan, tetapi dari anggaran salah satu sub bidang dalam wilayah

Kementeraian Agama, sehingga anggaran pembiayaan pemerintah

untuk pendidikan Islam jauh lebih kecil dibandingkan untuk pendidikan

umum. Sedangkan manajemen pendidikan madrasah biayanya

ditanggung oleh pihak swasta atau masyarakat. Namun sekarang ini

sepertinya pihak pemerintah juga turut membantu meringankan beban

sekolah-sekolah swasta termasuk madrasah sesuai dengan kemampuan

masing-masing daerah.80

Ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus menerus

dalam manajemen pendidikan sebagai implementasi perencanaan,

diantaranya:

1. Merinci tujuan dan menerangkan kepada setiap pegawai/personil

lembaga pendidikan.

2. Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi atau

lembaga pendidikan tersebut diadakan.

79Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2007,hal. 25. 80 Wawasncara dengan Kepala MTS Fajar Siddiq Kota Palembang, Terhadap

Kebijakan Pemerintah dalam Kurikulum Nasional Madrasah, Implementasinya tahun

2013.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

63

3. Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan

pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.

4. Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk

pelaksanaan lainnya.

5. Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan rencana/sekala

pengkajian

6. Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan

pengawasan.

7. Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja),

pola pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.

8. Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (dana) material dan

tempat.81

Manajemen merupakan suatu sistem pengelolaan dan penataan

sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik,

masyarakat, kurikulum, dana (keuangan), sarana dan prasarana

pendidikan, evaluasi, tata laksana dan lingkungan pendidikan.82Dalam

konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga

madrasah, diperlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan

pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal yang

direncanakan.

Rencana, meliputi1: Visi Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi,

Kebijakan, Prosedur dan Kebijakan, Program,

Anggaran.83Pengorganisasian, Fungsi manajemen dapat dilihat terdiri

dari tiga aktivitas berurutan: membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan

yang lebih sempit (spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan

untuk membentuk departemen (departementalisasi), dan

mendelegasikan wewenang.84

Dalam konteks madrasah, pengorganisasian merupakan salah

satu aktivitas manajerial yang juga menentukan berlangsungnya

kegiatan kependidikan sebagaimana yang diharapkan. madrasah sebagai

suatu organisasi memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam suatu

81Rusyan, A. Tabrani. Manajemen Kependidikan. Bandung: Media Pustaka,

1992, hal. 49 82Mulyasa, 2007, Op.Cit., hal. 11 83Kadarman, A.M. et.al, Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta,

Gramedia,1996: 56 84David, R. Fred., Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan).

Jakarta, Indeks. 2004: 75

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

64

sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan,

personil, manajemen, teknologi, siswa, kurikulum, uang, metode,

fasilitas, evaluasi, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan

sosial budaya.Organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan

menggunakan tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya

bekerja dalam keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari

keseluruhan yang tak terpisahkan. Semua itu baru dapat dicapai oleh

organisasi pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1) Menyusun

struktur kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang berlaku, 3)

Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima, 4)

Membagi sumber daya infrastruktur dan karyawan yang ada dalam

pekerjaan.85Serta mengoorganisasikan seluruh struktur dan komponen

dalam madrasah. Namun dalam penerapannya tidaklah mudah seperti

apa yang kita bayangkan.

2. Actuating (pelaksanaan)

Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai suatu

kemampuan, proses atau fungsi yang digunakan untuk

mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk berbuat sesuatu

dalam rangka mencapai tujuan tertentu.86Di dalam kepemimpinan

pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi

konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang,

profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama

yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan

pemimpinnya.87Ada tiga keterampilan pokok yang berlaku umum

bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga pendidikan,

yaitu:

1. Teknis keterampilan menggunakan pengetahuan,metode, teknik dan

peralatan yang diperlukan.

2. Teknis keterampilan melakukan penilaian pekerjaaan orang dan tata

letak benda.

85Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa , 1985, hal. 1-

100-199. 86Kadarman, 1996, Op. Cit., 90. 87Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. Pengantar Operasional

Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982, hal.1-99-199.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

65

3. Keterampilan kemampuan konseptual untuk memahami

kompleksitas organisasi secarakeseluruhan dan dimana operasi

sendiri sesuai dalamorganisasi.88

3. Controling (pengawasan/pengendalian)

Pengawasan sebagai suatu upaya sistematis untuk menetapkan

standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain

sistem umpan balik informasi; agar efekif dan efisien guna tercapainya

tujuan madrasah.89Dalam konteks pendidikan pengawasan program

pengajaran dan pembelajaran atau supervisi yang harus diterapkan

sebagai berikut:

1. Pengawasan terhadap seluruh kinerja.

2. Bantuan dan bimbingan diberikan secara sistematik,

3. Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif.

4. Pengawasan yang dilakukan secara periodik.90

4. Efektifitas Manajemen Madrasah

Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap

pengelolaan pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas

(ketepatgunaan) terhadap segala aspek pendidikan baik dalam

pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif

syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang

manajemen pendidikan:

a) Manajemen Kurikulum

1. Mengupayakan efektifitas perencanaan

2. Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi

3. Mengupayakan efektifitas pelaksanaan

4. Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan

b) Manajemen Personalia

Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher

development), meliputi (Pengembangan Staff dan Guru):

1. Training (Pelatihan)

2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

88Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cetakan I. Jakarta:

Ciputat Press, 2005, hal.1-198-198. 89Ismail, M. Yusanto,Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,

2003, hal 1-99-197. 90Depdiknas, 1999, Op. Cit., hal. 1-199.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

66

3. Pelayanan pendidikan baik di dalam maupun maupun ke luar

sekolah.

c) Manajemen Siswa

1. Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)

2. Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan

Program, Ekskul)

3. Pemberdayaan OSIS

d) Manajemen Keuangan

Meminjam isilah Mulyasa dibutuhkan manajemen hubungan

sekolah atau madrasah dan masyarakat adalah: 1). Untuk

mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari

madrasah, 2). Untuk menilai program madrasah, 3). Untuk

mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anak didik, 4). Untuk mengembangkan

kesadaran tentang pentingnya pendidikan madrasah 5). Untuk

membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat, 6). Untuk

memberitahu masyarakat tentang pekerjaan madrasah, 7). Untuk

mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan

peningkatan program madrasah.91

5. Upaya Mengatasi Problem Manajemen Dalam Madrasah

Dalam peningkatan mutu pendidikan, seharusya ada terjalin

hubungan antara madrasah dengan orang tua peserta didik

dimaksudkan agar orang tua mengetahui berbagai kegiatan yang

direncanakan dan dilaksanakan di madrasah untuk kepentingan

peserta didik dan juga orang tua peserta didik mau memberi

perhatian yang besar dalam menunjang program program

madrasah.Terjalinya madrasah dengan masyarakat bertujuan

memelihara kelangsungan hidup pendidikan dan memproleh bantuan

dan dukungan dari masyarakat dalam rangka mengembangkan

pelaksanan program program madrasah.92

Upaya Mengatasi Problem Sarana dan Prasarana Dalam

Pendidikan Agama Islam. Sarana pendidikan sangat menunjang dalam

91Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung; Remaja Rosdakarya,

2004, hal. 199. 92Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan. Yogyakarta;

Pustaka Pelajar. 2003, hal. 197

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

67

proses belajar mengajar, hal ini akan menunjang tercapainya tujuan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah.diantaranya adalah:

a. Gedung sekolah/madrasah yang memadai sehingga membuat peserta

didik senang dan bergairah belajar di dalam madrasah.

b. Madrasah harus memiliki perpustakaan dan dimanfaatkan secara

optimal baik oleh pendidik atau peserta didik.

c. Adanya alat alat peraga yang lengkap akan sangat membantu

pencapaian tujuan pendidikan.

d. Adanya alat sarana untuk ibadah.

e. Upaya Mengatasi Problem Lingkungan dalam Pendidikan Agama

Islam

f. Suasana keluarga yang aman dan bahagia, itulah yang diharapkan

akan menjadi wadah yang baik dan subur bagi pertumbuhan jiwa

anak didik yang dibesarkan dalam keluarga.

g. Lingkungan masyarakat agamis akan dapat menunjang keberhasilan

pendidikan dan sebaliknya lingkungan yang tidak sehat akan dapat

menghambat menyebabkan terhambatnya dalam proses belajar

mengajar.

h. Orang tua yang belum memahami arti nilai nilai agama Islam akan

mempengaruhi terhadap pendidikan anak.93Manajemen dalm

pendidikan Islam memerlukan kerjsama yang baik antar berbagai

komponen, mulai dari kepala madrasah, penyelenggara pendidikan,

masyarakat, keluarga sebagai wali murid, pemanfaatan sarana dan

prasarana semuanya memerlukan organisasi dan pengaturan agar

dapat berjalan dengan lancar dan dapat membuahkan hasil yang

produktif dan semunya dijalankan atas dasar untuk kemaslahatan

umat dan dan perbaikan generasi yang akan datang. Terutama

berhubungan dengan era global sangat memerlukan sistem

manajemen yang unggul, karena era global kehidupan semakin

canggih sehingga tantangan tersebut perlu diiringi dengan

manajemen yang baik.

6. Hubungan Manajemen Madrasah Untuk Menghadapi Era Global

Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang

masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan

93Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan (Masa Remaja),Jakarta,

Perhalindo Janna, 1998, hal. 185.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

68

paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi

pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. Pada titik inilah

diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika melihat

peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi

pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen

yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino

(positif) dalam pengelolaan organisasi, strategi, Sumber Daya Manusia,

pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing pendidikan.Untuk

menuju point education change (perubahan pendidikan) secara

menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus

diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan

out-put yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi pendidikan

yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan

pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional,

sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan

tertinggal dari modernitas.Manajamen pendidikan perlu melibatkan

berbagai pihak yang terkait agar semuanya berjalan lancar, diantaranya;

adanya kerjasama antara para guru, kepala sekolah, tata usaha, staf

sekolah, penjaga sekolah, masyarakat, orang tua, pemerintah atau

instansi yang terkait dengan pendidikan.Selain itu manajemen

memerlukan organisasi dan aturan yang jelas agar semuanya dapat

memenuhi kepentingan berbagai pihak.Oleh karena itu manajemen

pendidikan diupayakan agar dapat difungsikan sebagaimana mestinya

untuk mencapai hasil maksimal. Sehingga pendidikan Islam dapat

mengikuti perkembangan zaman terutama era global yang banyak

dipikirkan sebagai era kompetetif dan era persaingan diantara sumber

daya manusia agar bisa survive. Jika manajemen pendidikan sudah

tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar

tentang pelayanan madrasah yang buruk, minimnya profesionalisme

tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga

kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada

dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan

pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar:

planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan

sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi

hakikatnya adalah juga amal perbuatan organisasi yang bersangkutan.94

94Ibid.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

69

Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah

menggariskan bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi bagi

pencapaian ridha Allah SWT.Bila perbuatan manusia memenuhi dua

syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong ahsan (ahsanul amal),

yakni amal terbaik di sisi Allah SWT.Dengan demikian, keberadaan

manajemen organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana untuk

memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi

tersebut.Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya

Islam sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan

organisasi.Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama organisasi

yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh aktivitas

organisasi.

Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan sebagai

asas atau landasan pola pikir dalam beraktivitas.Sedangkan sebagai

kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok ukur kegiatan.Tolok

ukur syariah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal atau

haram. Hanya kegiatan yang halal saja yang dilakukan oleh seorang

muslim, sementara yang haram akan ditinggalkan semata-mata untuk

menggapai keridloan Allah SWT.

Manajemen madrasah dibuat untuk di implementasikan sebaik-

baiknya pada suatu lembaga pendidikan guna meningkatnya level

kesejahteraan kehidupan bangsa dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi, agar pendidikan yang ada dapat bersaing pada tantangan

pendidikan global dengan Negara-negara lain, serta mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan, dengan membentuk manusia

berakhlaq mulia yang harus mendapatkan pembinaan mental, moral,

fisik, dan pembinaan artistik yang dibutuhkan untuk pengembangan

Negara Indonesia, dan itu adalah sumber daya manusia yang pintar,

cerdas dan berilmu pengetahuan luas hingga menjadi bangsa yang

berintelektualitas tinggi. Dan kita sebagai umat Islam berharap Nilai-

nilai Islamlah yang sesungguhnya pantas menjadi payung strategis

hingga taktis seluruh aktivitas kehidupan untuk pencapaian ridho Allah

SWT.

I. Kurikulum Madrasah

Pada dasarnya kurikulum nasional tahun 2013 telah

diberlakukan di berbagai madrasah di seluruh Indonesia mulai dari

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

70

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Stanawiyah (MTS), Madrasah

Aliyah (MA) baik itu yang berstatus negeri maupun yang dikelolah oleh

pihak swasta yang ada dibawah pembinaan Kementerian Pendidikan

Nasional, maupun di bawah pembinaan Kementerian Agama. Dan

kurikulum ini telah di impelementasikan pada sekolah-sekolah sesuai

dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah-dearah,

menyangkut tentang potensi-potensi daerah yang dapat dijadikan

sebagai bahan pengembangan muatan lokal (Mulok), yang kemudian

dijadikan sebagai kurikulum sekolah atau esktra kurikuler.Hal ini

dimungkinkan untuk mengembangkan potensi-potensi masyarakat

(skiil/keahlian) dan potensi sumber daya alam sebagai modal kekayaan

dalam rangka mengembangkan diri dan mengembangkan alam

sekitarnya sehingga dapat dimanfaatkan atau diberdayakan untuk

kepentingan kehidupan sosial dan budaya bangsa.Nilai-nilai budaya dan

kekayaan alam, dianggap penting untuk dikelolah dikembangkan dan

diwariskan kepada generasi selanjutnya yang kontinyu atau

berkelanjutan tanpa meninggalkan aspek sakral yaitu nilai-nilai agam

dan nilai pendidikan-Nya yang dapat dijadikan ciri sebagai masyarakat

yang beragama dan berbudaya. Selain itu pada tahapan pertama,

kurikulum madrasah memiliki struktur atau tingkatan (herarkis) mulai

dari pendidikan agama, pendidikan umum/pengetahuan umum, serta

aspek kesenian, budaya, dan pendidikan kesehatan jasmani dan rohani.

Sedangkan tahapan kedua, adalah bagaimana impelementasinya di

sekolah sesuai kemampuan dan kebutuhannya.Ketiga, rana pendidikan

dan pengetahuan tersebut merupakan tiga aspek penting yang telah

dipersiapkan dalam rangkah menghadapi persoalan penting baik yang

sangat sakral (maha penting), maupun yang dianggap penting dan

pendukung lainnya dalam menhadap era kemajuan, era kompetesi

dalam percaturan perang global yang saat ini mulai berlangsung pada

hampir di semua kawasan dunia.Madrasah dengan kurikulum yang

tersebut kiranya siap-dan tidak siap sesungguhnya siap dalam

menghadapi perang kompetesi dunia global yang menuntut keahlian

dan potensi pengelolaan jasa kemanusiaan dan jasa sumber daya budaya

dan sumber alam yang diramu memalui kekuatan dunia pendidikan.

Pelaksanaan kurikulum 2013penentuan sturuktur kurikulum

2013 di madrasah Ibtidiyah berdasarkan pada peraturan menteri dan

kebudayaan nomor 67tahun 2013, tentang kerangkah dasar dan

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

71

sturuktur kurikulum sekolah dasar/madrasah yang kemudian

ditegaskan melalui keputusan menteri Agama RI, nomor 117 tahun

2014 tentang impelemtansi kurikulum 2013 di madrasah dan

keputusan menteri agama no 165 tahun 2014 tentang pedoman

kurikulum madrasah tahun 2013 mata pelajaran pendidikan agama

dan bahasaArab.95Menurut SKB tiga menteri isi kurikulum dengan

proporsi pendidikan agama dari 60% agama dan 40% umum. Dalam

kurikulum nasional tahun 2013 sekarang berubah menjadi 30%

agama dan 70% umur.96

1. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah,

Kurikulum Miftahul Ulum97

a. Visi Madrasah Ibtidaiyah

Terbentuknya generasi muslim yang berilmu, beramal saleh,

berakhlakul karimah, terampil, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab

dalam beragama, berbangsa dan bernegara.

b. Misi Madrasah Ibtidaiyah

1) Menjadijakan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup,

sikap hidup, keterampilan hidup dalam kehidupan sehari-hari.

2) Memiliki kepedulianyang tinggi terhadap lingkungan

3) Memiliki lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman untuk

belajar.

4) Menyelenggarakan pendidikan umum dan agama yang

mengedepankan peningkatan kualitas guru dan siswa dalam bidang

iptaq dan iptek.

5) Mengembangkan dan mengamalkan nilai-nilai akhlakul karimah

sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

95Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013

TentangKerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas /

Madarasah Aliyah Kejuruan. Dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013;Peraturan Menteri

Agama Nomor : 912 Tahun 2013 Tentang Kurikulum Madrasah 2013, hal. 1-20. 96Darmuin, Prospek Pendidikan Islam di Indonesia, Suatu Telaah Terhadap

Pesantren dan Sekolah. Dalam Chabib Thoha dan Abdul Muth'i. PBM-PAI di

Sekolah,: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,,

Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Bekerjasama dengan Walikota Semarang 1998, hal. 1-

100. 97Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum,

Plororejo,Kademangen, Blitar, Jawa Timur, dan Implementasinya Menurut Kurikulum

Nasional Tahun 2013.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

72

6) Membina dan mengembangkan potensi siswa sehingga mampu,

terampil dan kreatif dalam menghadapi tuntutan zaman. Inovatif, dan

mandiri dalam bidang social keagamaan, budaya, berbangsa dan

bernegara.

7) Meningkatkan kebiasaan,berprilaku disiplin, dan bertanggung jawab

dalam kehidupan bermasyarakat,baik dalam lingkunga keluarga,

madrasah,maupun masyarakat.

8) Menerapkan manajemen berbasis madrasah.

c. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah98

1) Meningkatkan kuantitias dan kualitas sikap,praktis, kegiatan serta

amaliyah keagamaan Islam warga madrasah.

2) Menciptakan lulusan madrasah yang berilmu pengetahuan, umum

dan agama.

3) Menumbuhkan kepulian warga madrasah, terhadap keamanan,

kesadaran, kebersihan dan keindahan lingkungan madrasah.

4) Mengoptimalkan kualitas dan kuantitas fasilitas, sarana dan

prasarana, yang mendukung peningkatan prestasiakademik dan non

akademik.

5) Menerapkan managemen pengendalian mutu madrasah sehingga

meningkatkan minat siswa, dan akreditasi madrasah menjadapatlan

nilai baik.

Tabel. 8

Daftar Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah dalam Kurikulum Nasional

Tahun 2013 dan implementasi di sekolah:99

No Nama Mata Pelajaran Status Mata

Pelajaran

Kelompok A Pendidikan Agama Islam

A Al Qur’an Hadits Agama

B Aqidah Akhlak Agama

C Fiqh Agama

D Sejarah Kebudayaan Islam Agama

2 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

Umum

98Ibid, 99Ibid.,

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

73

3 Bahasa Indonesia Umum

4 Bahasa Arab Umum

5 Matematika Umum

6 Ilmu Pengetahuan Alam Umum

7 Ilmu Pengetahuan Sosial Umum

Bagian B

H Seni Budaya dan Prakarya Umum

I Pendidikan Jasmani Umum

2. Visi, Misi Dan Tujuan Madrasah Stanawiyah100

a. Visi

Unggul dalam Prestasi, Teladan dalam Imtaq

b. Misi

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan agar siswa berkembang

optimal sesuai potensinya.

2) Mendrong lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlak mulia,

bertaqwa kepada Allah SWT, serta berprilaku akhlakul karimah.

3) Menciptakan suasana lingkungan madrasah yang kondusif untuk

KBM termasuk melaksanakan kurikulum 2013 di tingkat satuan

pendidikan.

4) Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran intera dan ekstra kurekuler,

dengan menumbuhkan semangat keunggulan secara intensip kepada

seluruh madrasah.

5) Meningkatkan pembinaan dan pengembangan diri, minat dan bakat

peserta didik sesuai potensinya dengan membangun dan

mengembangkan sarana dan prasarana pendukung KBM.

6) Pengembangan melalui bidang akademik dan non akademik, dsn

imtaq serta iptek untuk mempersiapkan peserta didik dalam

meningkatkanke jenjang yang lebih tinggi.

7) Meningkatkan mutu organisasi dan manajemen kelembagaan dan

tenaga pendidik dan kependidikan.

c. Tujuan Madrasah Stanawiyah

1) Menciptakan out put peserta didik yang berkualitas dengan

meningkatkan pengetahuandan keterampilan yang sesuai dengan

minat dan bakat serta berakhlakul Karimah.

100Visi dan Misi Madrasah Stanawiyah Arjasa’s, Jember, Jawa Timur, dan

Inplementasinya menurut Kurikulum Nasional tahun 2013, hal. 1-15.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

74

2) Mengembangkan kegiatan dalam proses belajar di kelas berbasis

pendidikan budaya dan berkarakter bangsa.

3) Mengembangkan budaya madrasah yang kondusif untuk mencapai

tujuan pendidikan dasar.

4) Meningkatkan pencapaian standar isi, mengembangkan kurikulum

2013, di tingkat satuan pendidikan sesuai dengan kurikulum terbaru.

5) Meningkatkandan mengembangkan kegiatan intra dan ekstra

kurekuler melalui pengembangan minat dan bakat.

6) Menciptakan suasana kondusif dengan pembelajaran aktif dan

inovatif, kreatif dan menyenangkan dan Islami (PAIKEM).101

7) Mempersipakan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan ke

jenjang lebih tinggi dan mengembangkan kepribadian yang utuh bagi

peserta didik sebagai bagian dari masayarakat yang mandiri dan

berguna.

8) Meningkatkan pembangunan fisik dan bangunan sekolah, dan sarana

dan prasarana pembelajaran.

Tabel 9

Daftar Mata Pelajaran Madrasah Stanawiyah dalam Kurikulum 13102

No Nama Mata Pelajaran Status Mata Pelajaran

1 Al-Qur;an Hadits Agama

2 Aqidah Akhlak Agama

3 Fiqh Agama

4 Sejarah Kebudayaan Islam Agama

5 Bahasa Arab Keahlian

6 PPKN Umum

7 Ekonomi Umum

8 Fisika Umum

9 Geografi Umum

10 Bahasa Indonesia Umum

11 Sejarah Umum Umum

12 Bahasa Jepang Keahlian

13 Matematika Umum

101Ibid,Visi dan Misi Madrasah Stanawiyah Arjasa’s, Jember, Jawa Timur,

dan Inplementasinya menurut Kurikulum Nasional tahun 2013, hal. 20-30. 102Ibid.,Visi dan Misi Madrasah Stanawiyah Arjasa’s, Jember, Jawa Timur,

dan Inplementasinya menurut Kurikulum Nasional tahun 2013, hal. 30-40.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

75

14 Biologi Umum

15 Kimia Umum

16 Antropologi Umum

17 TIK Umum

18 Pendidikan Seni Umum

19 Tata Negara Umum

20 Bimbingan dan Penyuluhan Umum

21 Bahasa Inggeris Keahlian

22 Sosiologi Umum

Gambaran Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri Di Bawah

Departemen Agama/Kementerian Agama dan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. “Menurut

ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa

kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan

akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat

peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e)

tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia

kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h)

agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan

nasional dan nilai-nilai kebangsaan.”103

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan

pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan

potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu

kurikulum disusun olah satuan pendidikan untuk memungkinkan

penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang

ada.104

103Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1. 104Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A dan Tentang

Implementasi Kurikulum 2013

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

76

Kurikulum 2013 mengembangkan dua model pembelajaran

proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses

pembelajaran tidak langsung. Proses Pembelajaran langsung adalah

adalah proses dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan,

kemampuan berfikir dan kemampuan psikomotorik melalui interaksi

langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP

berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung

tersebut peserta didik melakukan kegiatan kegiatan belajar mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis,

dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannnya dalam

kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan

pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan

instrucional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses

pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi

tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung

berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan

pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses

pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu pengembangan

sikap sebagai proses pengembangan moral perilaku dilakukan oleh

seluruh mata pelajaran dan dalam kegiatan yang terjadi di kelas,

sekolah dan masyarakat.105

Proses pembelajaran terdiri dari lima pengalaman belajar pokok

yaitu :a. Mengamati;b. Menanya;c.Mengumpulkan informasi;d.

Mengasosiasi; dan e. Mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran

pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar

sebagaimana tercantum dalam tabel. 1 di bawah ini:

Tabel.10

Tentang Kegiatan Belajar

LANGKAH

PEMBELAJARA

N

KEGIATAN BELAJAR

Mengamati

Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (Tanpa

atau dengan alat)

105Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013

tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

77

Menanya

Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang

diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan

informasi tambahan tentang

apa yang diamati

Mengumpulkan

informasi/

eksperimen

- Melakukan eksperimen

- Membaca sumber lain

selain buku teks

- Mengamati objek/

kejadian/ aktivitas

- Wawancara dengan nara

sumber

Mengasosiasikan

/mengolah

informasi

- Mengolah informasi

yang sudah

dikumpulkan baik

terbatas dari hasil

kegiatan

mengumpulkan /

eksperimen maupun

hasil dari kegiatan

mengumlkan infomrasi

- Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah

keluasan dan kedalaman

sampai kepada

pengolahan informasi

yang bersifat mencari

solusi dari dari berbagai

sumber yang memiliki

pendapat yang berbeda

sampai kepada yang

bertentangan

LANGKAH

PEMBELAJARA

KEGIATAN BELAJAR

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

78

N

Mengamati

Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (Tanpa

atau dengan alat)

Menanya

Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang

tidak dipahami dari apa

yang diamati atau

pertanyaan untuk

mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang

diamati

Mengumpulkan

informasi/

eksperimen

- Melakukan eksperimen

- Membaca sumber lain

selain buku teks

- Mengamati objek/

kejadian/ aktivitas

- Wawancara dengan nara

sumber

Mengasosiasikan

/mengolah

informasi

- Mengolah informasi

yang sudah

dikumpulkan baik

terbatas dari hasil

kegiatan

mengumpulkan /

eksperimen maupun

hasil dari kegiatan

mengumlkan infomrasi

- Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah

keluasan dan kedalaman

sampai kepada

pengolahan informasi

yang bersifat mencari

solusi dari dari berbagai

sumber yang memiliki

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

79

pendapat yang berbeda

sampai kepada yang

bertentangan

Mengasosiasikan

/mengolah

informasi

- Mengolah informasi

yang sudah

dikumpulkan baik

terbatas dari hasil

kegiatan

mengumpulkan /

eksperimen maupun

hasil dari kegiatan

mengumlkan infomrasi

- Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah

keluasan dan kedalaman

sampai kepada

pengolahan informasi

yang bersifat mencari

solusi dari dari berbagai

sumber yang memiliki

pendapat yang berbeda

sampai kepada yang

bertentangan

Mengembangkan

sikap jujur, teliti,

disiplin, taat aturan,

kerja keras,

kemampuan

menerapakan

prosedur dan

kemampuan berfikir

induktif serta

deduktif dalam

menyimpulkan

Mengkomunikasi-

kan

Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau

media lainya.

Mengembangkan

sikap jujur, teliti,

toleransi,

kemampuan berpikir

sistematis,

mengungkapkan

pendapat dengan

singkat dan jelas dan

mengambangkan

kemampuan

berbahasa yang baik

dan benar

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

80

Kurikulum Tahun 2013 mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar

nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan

pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di MAN 2 Kota

Palembang apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah

laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat

dievaluasi melalui pengkuran dengan menggunakan tes dan non tes.

Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan

yang cukup dan terencana dengan baik supaya dapat diterima untuk

memenuhi :

1. Kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global.

2. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan

dunia global.

3. Sebagai proses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.106

3. Visi, Misi MAN 2 Palembang107

a. Visi

Visi sekolah adalah cita-cita bersama pada masa mendatang dari

warga Madrasah, yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh

warga Madrasah. Visi man 2 :Terwujudnya lulusan yang berprestasi

akademik dan berakhlaqul karimah dan berwawasan lingkungan.

b. Misi

Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau harus

dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun

waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi penyusunan program pokok

madrasah, baik jangka pendek dan menengah maupun jangka panjang,

dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan

pendidikan.Madrasah Aliyah Negeri 2 Mempunyai Misi :

106Implementasi dan Pengembangan Kurikulum dari Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi

Kurikulum 2013, di MAN 2 Kota Palembang. 107Implemtasi Kurikulum Madrasah Aliyah tahun 2013 di MAN 2 Kota

Palembang.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

81

1) Meningkatkan Kualitas Pemahaman dan Pengamalan Ajaran

Agamanya.

2) Meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang IPTEK dan

IMTAQ.

3) Meningkatkan prestasi akademik siswa dalam mencapai target nilai

Ujian Nasional.

4) Menata Lingkungan fisik dan lingkungan hidup

5) Meningkatkan Prestasi Siswa dalam Olimpiade Sains dan Ilmu

Pengetahuan Sosial

6) Meningkatkan Kemampuan dalam Berbahasa Asing; Bahasa Inggris

dan Bahasa Arab

c. Tujuan Pendidikan Menengah

1) Tujuan Pendidikan Menengah Umum adalah untuk mempersiapkan

peserta didik menuju pendidikan tinggi.

2) Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah adalah mempersiapkan peserta

didik untuk dapat melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi serta

mengatarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertakwa,

berakhlak mulia, berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 108

1) Berprilaku sesuai dengan ajaran Islam dalam beribadah maupun

berhubungan sosial.

2) Menunjukkan keterampilan membaca, memahami, menafsirkan

dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an.

3) Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta

kebersihan lingkungan

4) Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif dalam

pengambilan keputusan.

5) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

kompleks.

6) Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.

7) Mengembangkan diri secara optimal dengan pemanfaatan

kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.

108Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang,dan Implemtasinya menurut

Kurikulum Nasional Tahun 2013.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

82

8) Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas

prilaku, perbuatan dan pekerjaannya.

9) Menunjukkan kemandirian emosional dan kematangan pribadi.

10) Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara

logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

11) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk

pemberdayaan diri.

12) Menunjukkan sikaf kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil

yang terbaik.

13) Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.

14) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.

15) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan

di masyarakat.

16) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap

orang lain.

17) Menghargai keragaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup global.

18) Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung

jawab.

19) Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

20) Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan

berbicara dalam bahasa Indonesia, Inggris dan bahasa Arab

21) Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya yang

Islami.

22) Mengapresiasi karya seni dan budaya yang Islami.

23) Menghasilkan karya Kreatif, baik individual maupun kelompok.

24) Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara

sistematis dan estetis.

25) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti

pendidikan tinggi.

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

83

Tabel.11

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah109

1. Struktur Kurikulum Peminatan Matematika Dan Ilmu-Ilmu

Alam

NO KOMPONEN

KELAS / ALOKASI WAKTU

KELAS

X

KELAS

XI

KELAS

XII

Kelompok A (Wajib)

1 Pendidikan Agama

A. Al-Qur’an Hadits 2 2 2

B.Fiqih 2 2 2

C. Aqidah Akhlak 2 2 2

D. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2

2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4

4 Bahasa Arab 3 2 2

5 Matematika 4 4 4

6 Sejarah Indonesia 2 2 2

7 Bahasa Inggris 4 3 3

Kelompok B (Wajib)

1 Seni Budaya 2 2 2

2 Pendidikan Jasmani, Orlaraga dan

Kesehatan 2 2 2

3 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Kelompok A dan B Perminggu 33 31 31

Kelompok C (Peminatan)

Kelompok C (Peminatan)

Peminatan Matematika dan Ilmu Alam

1 Matematika 3 4 4

2 Fisika 3 4 4

3 Biologi 3 4 4

4 Kimia 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat

dan Pendalaman Minat - - -

1 Ekonomi 3 2 2

109Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang, berdasarkan

Inplementasinya dengan merujuk kepada Kurikulum Nasional Madrasah Tahun 2013.

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

84

2 Geografi 3 2 2

3 - -

Pilihan Lintas Minat dan Pendalaman

Minat 6 4 4

Jumlah Alokasi Waktu

Per-Minggu 51 51 51

2. Struktur Kurikulum Peminatan Ilmu-Ilmusosial

NO KOMPONEN

KELAS / ALOKASI WAKTU

KELAS

X

KELAS

XI

KELAS

XII

Kelompok A (Wajib)

1 Pendidikan Agama

A. Al-Qur’an Hadits 2 2 2

B.Fiqih 2 2 2

C. Aqidah Akhlak 2 2 2

D. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2

2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa Indonesia

4 Bahasa Arab

5 Matematika

6 Sejarah Indonesia

7 Bahasa Inggris

Kelompok B (Wajib)

1 Seni Budaya

2 Pendidikan Jasmani, Orlaraga dan

Kesehatan

3 Prakarya dan Kewirausahaan

Jumlah Kelompok A dan B Perminggu

Kelompok C (Peminatan)

Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

1 Geografi

2 Sejarah

3 Sosiologi

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

85

4 Ekonomi

Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman

Pilihan Lintas Minat dan Pendalaman Minat

1 Biologi

2 Kimia

3

Pilihan Lintas Minat dan Pendalaman Minat

Jumlah Alokasi Waktu

Per-Minggu

Uraian diatas dan empat poin tersebut merupakan landasan

kurikulum pendidikan Islam.Sebagaimana kita ketahui bahwa

kurikulum pendidikan Islam merupakan penjelmaan daripada ajaran

Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari Al-Qur’an

dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam kemudian diurai dan

diklasifikasi serta disusun dan dikembangkan agar manusia dapat

mendapatkan infomasi dan pengetahuan sesuai dengan tingkat usia dan

sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada di sekolah atau madrasah,

Perguruan tinggi dimana mereka mengikuti belajar. Kurikulum

pendidikan Islam tentu diajarkan Tuhan bukan saja bersumber dari

ayat-ayat Allah yang tersurat saja atau dalam ayat Qauliyah; Al-Qur’an

dan As-Sunnah tetapi juga ada dalam surat yang tersirat yaitu ayat-ayat

kauniyah yaitu Alam semesta yang kesemuanya merupakan kajian ilmu

pengetahuan dan pemikiran manusia. Jika itu dikembangkan terus

menerus maka akan melahirkan ilmu pengetahuan dan hasilnya dapat

bermanfaat bagi manusia. Sebagaimana ditulis oleh Mehdi Nakosten,

bahwa perpaduan antara Al-Qur’an dan As-Sunnah serta studi ilmu

alam yang di susun oleh filsosuf dan ilmuan terdahulu telah

mengantarkan kemajuan umat Islam sehingga sampai pada puncak ke

emasan yang kemudian memberikan kontribusi besar bagi kebangkitan

Eropa sehingga mereka mencapai renaissance dan selanjutnya sampai

menuju zaman modern.110 Patut diakui bahwa semangat pengkajian

para ilmuan muslim terhadap ilmu pengetahuan telah berhasil

110Mehdi Nakosten, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, Deskripsi

Analisis Abad Keemasan Islam, Joko S. Kahar, Supriyanto Abdullah (Penerjemah),

Surabaya, Risalah Gusti, 1996, hal. 49.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

86

menyusun kurikulum dan klasifikasi; di bidang Ilmu Kalam ada

Aqidah, Filsafat Agama. Dari Al-Qur’an ada Ulumul Qur’an, Ilmu

Tafsir, Qiraat, Sharaf, Nahwu, Mantiq, Ilmu Hadits; Ilmu Riwayat dan

Dirayat Hadits. Selanjutnya ada Ilmu Ushul Fiqh, fiqh. Di bidang

Sosial; ada Filsafat, Sejarah, Sosiologi, Matematika, Astronomi, Ilmu

Bumi, Teknologi, lmu Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Helenistik dan

lain-lain.111

Kalau difahami tentang landasan kurikulum pendidikan Islam

yang telah digambarkan baik pada aspek landasan dari Alqur’an dan

As-Sunnah maupun dilihat dari segi landasan sejarah patut diakui

bahwa kurikulum pendidikan Islam telah diawali dengan formulasi

yang kokoh, sehingga wajar kalau kirikulum tempo dulu telah

memberikan perubahan besar bagi gelanggang intelektual manusia

dalam menggerakan peradaban. Dan kalau kita lihat dalam perspektif

sekarang pada saat umat Islam mengalami ketertinggalan yang jauh

dengan Barat, kalau umat Islam menyakini dengan sesungguhnya atas

kekuatan yang ada dalam ajaran Islam dan ilmu pengetahuan yang telah

dikembangkan tersebut diatas tentulah umat Islam akan mendapati era

kemajuan yang sangat pesat dan akan dapat mengikuti perkembangan

dunia modern termasuk menghadapi era golobalisasi yang penuh

dengan berbagai problema kemanusiaan.

4. Kurikulum Pendidikan Islam

Definisi tentang kurikulum juga telah dirumuskan oleh para

pakar pendidikan, diantaranya definisi yang dikemukakan oleh

M.Arifin yang memandang kurikulum sebagai seluruh mata pelajaran

yang disajikan dalam proses pendidikan dalam suatu institusional

pendidikan. Nampaknya definisi ini masih terlalu sederhana dan lebih

terpaku pada materi pelajaran semata.Sementara, Zakiah Daradjat

menganggap kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan

dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah

tujuan pendidikan tertentu.Definisi kurikulum ini nampaknya lebih luas

dari definisi yang pertama, karena kurikulum tidak hanya mencakup

pada materi pelajaran semata namun juga mencakup seluruh program di

111Ali, K., Sejarah Islam ;Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya

Dinasti Usmani,(Tarikh M odern), (Gufron K. Mas’adi ;Penerjemah), Jakarta;

Rajawali Grafindo Persada, cet ke 4,C2003, hal. 444-449.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

87

dalam kegiatan pelajaran.112Kurikulum merupakan salah satu

komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan,

karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan

dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada

semua jenis dan tingkat pendidikan.Dalam Bahasa Arab kurikulum

diistilahkan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia

pada berbagai kehidupan.Sedangkan arti manhaj/kurikulum dalam

pendidikam Islam sebagaimana yang terdapat dalam kamus At-

Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan

acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan

pendidikan.

Dalam pandangan dunia pendidikan, keberhasilan program

pendidikan sangat tergantung pada perencanaan program kurikulum

pendidikan tersebut, karena “kurikulum, pada dasarnya berfungsi untuk

menyediakan program pendidikan (bluefrint) yang relevan bagi

pencapaian sasaran akhir program pendidikan. Dengan kata lain, Fungsi

kurikulum adalah menyiapkan dan membentuk peserta didik agar dapat

menjadi manusia yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan

orientasi kurikulum dan sasaran akhir program pendidikan. Program

kurikulum diorientasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan masa kini

dan masa yang akan datang, apabila kurikulum tidak sesuai dengan

kebutuhan masa kini dan masa akan datang tentu kurang memiliki

kontribusi yang signifikan terhadap calon-calon penganggur pada masa

yang akan datang.113Menurut istilah Paulo Freire, model pengajaran

sebagai implementasi kurikulum adalah analog dengan banking

concept.pendidik selalu melakukan deposito berbagai macam informasi

ke bank peserta didik tanpa harus tahu untuk apa informasi itu bagi

kehidupan mereka. Akibat dari model pengajaran seperti ini, peserta

didik memiliki pengetahuan, tetapi peserta didik kering dan tidak

memiliki sikap, minat dan motivasi dan kreatifitas untuk

mengembangkan diri atas dasar pengetahuan yang dimiliki, serta

peserta didik sendiri tidak memahami dan tidak tahu untuk apa

pengetahuan tersebut.114Dalam hal ini kurikulum pendidikan agama

112Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hal. 129 113Hujair, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani

Indonesia, Yogyakarta; Safiria Insania Press, 2003, hal. 163. 114Ibid, hal. 164.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

88

Islam lebih menitik beratkan pada aspek korespondensi-tekstual, yang

lebih menekankan hafalan-hafalan teks keagamaan yang sudah

ada.115menyatakan bahwa, proses pendidikan agama Islam, seringkali

dapat disaksikan praktek pendidikan yang kurang menarik dari sisi

materi dan metode penyampaian yang diaplikasikan. Desain kurikulum

pendidikan agama Islam sangat didominasi oleh masalah yang sangat

normatif, apalagi materi pendidikan Islam yang kemudian disampaikan

dengan semangat ortodoksi keagamaan atau menekankan ortodoksi

dalam pelajaran mata agama yang diidentikkan dengan keimanan, dan

bukan ortopraksis yaitu bagaimana mewujudkan iman dalam tindakan

nyata operasional. Amin Abdullah misalnya, salah seorang pakar

keislaman non tarbiyah, juga telah menyoroti kurikulum dan kegiatan

pendidikan Islam yang selama ini berlangsung di sekolah, antara lain

sebagai berikut:

a. Kurikulum lebih banyak terkosentrasi pada persoalan-persoalan

teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.

b. Kurikulum kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah

pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan nilai yang

perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat berbagai cara

dan media.

c. Kurikulum agama Islam lebih menitik beratkan pada aspek

korespondensi tekstual, yang lebih menitikberatkan pada hafalan

teks keagamaan yang sudah ada.

d. Sistem evaluasi kurikulum, bentuk-bentuk soal ujian agama Islam

menunjukkan prioritas utama pada aspek kognitif, dan jarang

pertanyaan tersebut mempunyai bobot muatan “nilai” dan “makna“

spiritual keagamaan yang fungsional dalam kehidupann sehari

hari,116

Semua konsep tersebut juga sangat tergantung dengan

kurikulum, walaupun di sisi lain aspek guru, metode, media,

pendekatan, keaktipan siswa sangat dituntut juga untuk diadakan

pembenahan. Akan tetapi kurikulum sebagai konsep dan sebagai

organisasi belajar sekaligus menjadi patokan yang sangat

menentukan.Apalagi terkait untuk menghadapi era global yang sarat

115Ibid, hal.165 116Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 264.

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

89

dengan tantangan kehidupan yang berkelas tinggi semuanya

memerlukan adanya inovasi untuk meningkatkan standar mutu

pendidikan Islam yang dimulai dari perbaikan kurikulum.

5. Hubungan Kurikulum dengan Era Global

Upaya mengatasi terhadap problem kurikulum maka

penyusunan kurikulum haruslah memperhatikan kesesuaian kurikulum

dengan perkembangan zaman pada masa kini serta masa-masa yang

akan datang, sehingga peserta didik memiliki bekal dalam menghadapi

kompetisi dalam kehidupan nyata yang cenderung hedonis dan

materialis. Pembuatan kurikulum juga harus menyeimbangkan antara

teoritis dan praktis dalam keagamaan. Peserta didik harus dilatih

bagaimana ia mempraktikan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari

sehingga peserta didik mengerti bagaimana ia nantinya harus

mempraktekkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana kita

ketahui bahwa salah satu komponen pendidikan yang ikut menentukan

baik-buruknya sistem pendidikan adalah kurikulum. Sehubungan

dengan tantangan globalisasi maka kurikum sebaiknya di susun dengan

memiliki kompetensi sebagai berikut:

a. Kurikulum memenuhi sejumlah kompetensi untuk menjawab

tuntutan dan tantangan arus globalisasi.

b. Kurikulum yang dibuat bersifat lentur dan adaptif dalam menghadapi

perubahan yang kompetitif.117

c. Kurikulum sehubungan dengan perubahan zaman harus mengikuti

irama kehidupan sesuai dengan tuntutan kehidupan masa kini dan

kehidupan mendatang.

Dimana kurikulum sebagai salah satu aspek penting dalam

pendidikan harus tampil sebagaimana hakekat pencapaian tujuan

pendidikan Islam yang harus didasarkan pada spirit Islam.118 Ketiga

komponen tersebut sesuai dengan pendapat Yusuf Qordowi, bahwa saat

ini pendidikan Islam sedang mengalami kelemahan yang sangat luar

biasa dan pendidikan Islam sangat jauh tertinggal dengan dunia Barat,

117Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Pemberdayaan,

Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan).Bandung;

Nuansa Cendekia., 2003, hal. 179. 118Ismail Raji Al Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Bandung, Cet, 1995,

hal. 37.

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

90

baik dari segi intelektual maupun dari segi research dan ilmu

pengetahuan. Hal tersebut menurutnya karena pendidikan Islam lebih

banyak mengosongkan diri dari semangat keimanan, moralitas dan

semangat keagamaan. Dengan kenyataan tersebut umat Islam

kehilangan integritas dan tidak bisa membangun peradaban. Dalam

menghadapi era global mau tidak mau pendidikan Islam harus menjadi

proritas unggulan yang diperhitungkan untuk ditingkatkan agar

masyarakat Islam siap berkompetesi dengan masyarakat lainnya,119Dari

ulasan diatas menunjukkan bahwa kurikulum menjadi salah satu tolok

ukur dalam membangun masyarakat yang berperadaban tinggi. Suatu

bangsa akan maju, dinamis, harmonis dan berkualitas bilamana

kurikulum pendidikannya juga berkualitas.Menurut Rachman (dalam

Muhaimin, 2003: 70)120 Dalam konteks pendidikan Islam kelemahan

yang masih terjadi karena masih amburadurnya kirikulum. Padahal

kirikulum sangat menentukan hasil pendidikan, karena kurikulum

mencakup semua unsur dan kegiatan pendidikan mulai dari materi,

metode, pendekatan, dan jenjang waktu yang dibutuhkan oleh anak-

anak dalam menempuh pendidikan. Oleh sebab itu, proses pendidikan

tidak hanya diorientasikan pada pengembangan kognitif saja (transfer

of knowledge) akan tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik,

sehingga peserta didik dapat berkembang dengan utuh antara

mengetahui, merasakan dan bertindak. Pendidikan Islam diharapkan

mampu memberikan perubahan baru bagi generasi ke depan termasuk

dalam era globaliasi. Sekaligus ke depan kurikulum disusun agar

Pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi dalam menjabarkan

makna pengembangan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT.121Kurikulum pada prinsipnya disusun

agar pendidikan Islam dapat mengemban misi untuk

mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini karena tujuan

pendidikan Islam adalah untuk mengejewantakan ajaran Islam yang

terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat direalisasikan dalam

kehidupan umat. Wujudnya adalah untuk mewujudkan insan yang

berilmu pengetahuan, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha

119Yusuf Al -Qaradhawi, Islam Abad 21 Refleksi Abad 20 dan Agenda Masa

Depan, Pustaka Al-Kautsar, Cet Pertma, 2001, hal.21 120Muhaimin, 2003, Op. Cit., hal. : 70. 121Muhaimin, 2002, Op. Cit., hal. 50.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

91

Esa, yang dijabarkan membentuk manusia yang berbudi luhur, memiliki

keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri, memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dan

bangsa.122Tujuan tersebut direalisasikan dan di implementasikan secara

kontinyu atau berkesinambungan secara efektif kalau kurikulum

disusun memiliki karakteristik di atas. Posisi penting kurikulum juga

akan dapat mengefektipkan kelembagaan pendidikan Islam khususnya

terhadap perkembangan zaman dihadapkan dengan perubahan sosial

dan tuntutan perkembangan zaman yang banyak menawarkan konsepsi

delamatis. Dikatakan delamatis, karena salah satu sisi perkembangan

zaman di era global ini menawarkan kontribusi positif yang

mengedepankan kemajuan. Namun pada sisi lain, perubahan sosial dan

perkembangan zaman menawarkan nilai-nilai negatif yang bisa-bisa

berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat banyak khususnya

generasi penerus bangsa.

6. Kurikulum Pendidikan Islam dalam Menghadapi Globalisasi

Solusi kongkrit bagi Pendidikan Islam dalam menghadapi arus

dinamika perubahan sosial yaitu antara peluang dan tantangan masa

depan, yaitu harus menserasikan antara berbagai kebutuhan dunia

dalam proses penyelenggaran pendidikan yang mestinya di ramu

melalui lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah. Diantaranya,

pendidikan madrasah harus terus memperbaharui kurikulum agar

standarnya dapat mengikuti perkembangan zaman dan mengikuti

perkembangan dunia pendidikan di Negara-negara maju.Karena

pengembangan kurikulum,123 dianggap salah satu sisi penting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan.Apalagi pengembangan kurikulum

harus disepadankan dengan kebutuhan dinamika perubahan sosial,

karena globalisasi senantiasa menciptakan berbagai peluang positif dan

negatif.Maka peningkatan kualitas pendidikan agar dapat membaca

situasi zaman salah satunya harus dimulai dari pengembangan

kurikulum.Selain itu, madrasah mesti meningkatkan kualitas guru atau

pendidik yang memiliki standar tinggi. Proses dan pelaksanaan

pendidikan, media, metode serta pendekatan pembelajaran yang

122 Media Fidarta, 1988,Op. Cit., hal. 189-196. 123Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik, Yogyakarta,

Ar-Ruzz-Media, Cet. 1, 2011, hal. 88-112.

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

92

senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Agar pendidikan

dapat senantiasa diminati maka pendidikan harus menguatkan dan

menformulasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan globalisasi dan

kurikulum yang isinya menyiapakan generasi yang siap menghadapi

dan mengisi era globalisisasi dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai

mulia dari ajaran Islam.Dengan demikian pendidikan Islam dapat

menjawab berbagai arus dinamika perubahan sosial.

Globalisasi merupakan era dimana masayarakat muslim

dihadapkan dengan berbagai macam tantangan akibat kemajuan yang

dicapai oleh peradaban manusia yaitu hasil rekayasa teknologi

informasi kelas tinggi yang telah menyebar kemana-mana. Teknologi

ini sendiri membawah arus perubahan sosial, karena setiap waktu dan

setiap menit segala sesuatunya dapat dinikmati oleh umat manusia.

Muatan-muatan era modernisasi sendiri dapat beragam bentuk seperti

isu sara, isu gender, budaya, femenisme, kebudayaan lokal mencuat,

peperangan, kekejian, kekejaman terhadap kaum perempuan dapat

dinikmati setiap saat. Kondisi ini dapat berbahaya dan dapat

menimbulkan goncangan sosial jika tidak diantisipasi oleh nilai-nilai

ajaran Islam yang difilter melalui proses pendidikan dengan institusi

pendidikan Islam. Hubungan kurikulum pendidikan Islam dan

globalisasi tidak bisa dipisahkan, satu sisi globalisasi merupakan

tuntutan zaman yang tidak bisa dihindari di setiap waktu, dan selalu ada

di hadapan kehidupan manusia. Sedangkan kurikulum pendidikan Islam

muatannya berisikan tentang penjelmaan kebutuhan manusia yang

bersumber dari ajaran Islam merupakan kebutuhan yang mutlak ada

pada diri seorang muslim khususnya masyarakat pendidikan.

Kurikulum Pendidikan Islam seharusnya dirancang dan disusun dengan

kebutuhan dunia modern dan kebutuhan globalisasi agar dapat selaras

dengan kebutuhan masyarakat dunia dan tanpa mengabaikan ke-

imanan, aqidah, muamalah dan nilai-nilai luhur yang bersumber dari

ajaraan Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kurikulum Pendidikan Islam disusun untuk memenuhi kebutuhan dunia

atau kebutuhan material semata tetapi juga menyangkut kebutuhan

spiritual dan akhlak.Kurikulum di diramu untuk mewujudkan insan

yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan, dan

berakhlakul karimah. Kurikulum pendidikan Islam berisikan kebutuhan

manusia secara individu dan kebutuhan masyarakat secara luas

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

93

sehingga hasil pendidikan diharapkan dapat membangun sebuah

peradaban yang diridhai Allah SWT.

J. Materi Pendidikan

Materi belajar yang miliki oleh semua jenjang dan tingkatan

madrasah saat ini telah memenuhi standar dan kualifikasi kebutuhan

pendidikan,baik dari segi pemenenuhan aspek dasar-dasar ajaran Islam

yang meliputi aspek aqidah, ibadah, syariat, muamalah, sosial, budaya,

silaturrahmi, wawasan lingkungan dan lain sebagainya. Pada sisi lain

juga telah memenuhi beberapa komponen kognitif, yaitu rana ilmu

pengetahuan, afektif, rana keterampilan ranah psikomotorik yaitu rana

sikap dan prilaku. Secara psikologis materi pelajaran yang ada pada

sejumlah mata pelajaran yang ada di madrasah baik pada madrasah

Ibtidaiyah, atau madrasah tingkat dasar, madrasah stanawiyah madrasah

tingkat menengah, madrasah atas juga telah memenuhi unsur kebutuhan

psikologis baik pada psikologi pertumbuhan, psikologi perkembangan

dan psikologi pendidikan, atau psikologi pendidikan. Yang mana

dengan materi pelajaran yang ada pada mata pelajaran-mata pelajaran

tersebut, peserta didik tidak akan terhambat dalam mengikuti sisi

kebutuhan dan perkembangan baik perkembangan emosional,

intelektual. Secara ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan atau secara

ilmiah bahan pelajaran atau materi ajar telah memenuhi kualifikasi yang

meliputi objektivitas, sistematis, metodologis, validitas, dan universal,

dan juga dirasakan memiliki manfaat bagi diri siswa pribadi yang

berdampak juga bagi sikap dan prilakunya dan kebutuhan masa

depannya. Selanjutnya materi ajar yang ada pada mata pelajaran di

madrasah secara umum di tinjau dalam pengetahuan ajaran Islam telah

memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani, atau kebutuhan dunia dan

akherat.Baik itu di lihat dari pengetahuan agama maupun ilmu

pengetahuan umum atau ilmu-ilmu qauniyah.Materi bahan ajar

madrasah sesuai dengan ajaran Islam yakni keduanya berasal dari

sumber Alqur’an dan Hadist Al-Qur’an. Bahan ajar ini merupakan

komponen pokok yang dikembangkan dalam setiap mata pelajaran yang

ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan agama. Sekaligus menjiwai

materi-materi ilmu pengetahuan umum lainnya. Dengan materi-materi

ilmu pengetahuan umum yang dijarakan akan menambah pengetahuan

dan wawasan dan semakin menambah keimanan dan keyakinan

Page 94: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

94

terhadap Allah SWT. Al Qur’an dan As-Sunnah, merupkan sumber

kebenaran dalam Islam, yang mana kebenarannya tidak dapat diragukan

lagi.Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya, baik dalam

pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan

pendidikan.

K. Metode dan Pendekatan

Metode pembelajaran di madrasah pada semua jenjang dan

tingkatan telah memenuhi kebutuhan dunia modern. Dengan kata lain

telah mengikuti penyesuaian-penyesuaian terhadap peningkatan dan

perkembangan terhadap setiap langkah ilmu pengetahuan yang terkait

dengan kebutuhan metode dan model dan pendekatan belajar yang saat

ini beragam dan bervariasi.

Dasar pendidikan yang berlandaskan pada Al-qur’an

sebagaimana yang diterangkan dalam surat An Nahl Ayat 78 dan surat

Al Alaq Ayat 3 serta surat Mujadalah ayat 11 serta sebagaimana

berikut: Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu

dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur Artinya:

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar

(manusia) dengan perantaraan kalam.124 Artinya: Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.125

Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui

belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui sesuatu yang ia butuhkan

bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akherat. Pengetahuan

manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar

mengajar yang diawali dengan baca tulis. Jadi dengan melalui proses

membaca dan menulis manusia baru dapat melangkah ke tingkat proses

mengetahui hal-hal yang belum ia ketahui atau yang lebih mendalam.

Dengan pengetahuan tersebut manusia dapat meningkatkan keimanan

kepada Allah serta dengan ilmu pengetahuan pula derajat manusia dapat

terangkat ke tingkatan yang lebih tinggi sebagaimana firman Allah

SWT diatas.Sumber pendidikan agama Islam yang kedua setelah Al-

124Al Alaq: 3-4. 125Al Mujadallah :11.

Page 95: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

95

qur’an adalah Al-Hadits. Secara harfiah Hadits berarti baru, berita atau

kabar, sedangkan dalam pengertian yang lazim yang digunakan, hadist

sama dengan Sunnah yaitu segala sesuatu yang terdapat dari Nabi

Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun

ketetapan.126 Adapun dasar pendidikan yang tercakup dalam Hadist

sebagaimana yang akan diterangkan sebagaimana berikut: Artinya: Tiap

tiap anak dilahirkan dilahirkan diatas fitroh maka ibu bapaknyalah yang

mendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani dan majusi

(HR. Bukhori Muslim). Fitroh tersebut diartikan sebagai faktor

pembawaan manusia sejak lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan,

bahkan anak susah berkembang bila tanpa adanya pengaruh lingkungan.

Sedangkan lingkungan itu sendiri dapat diubah bila tidak favourable

(tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan cita cita manusia).

Dengan kata lain bahwa dalam proses perkembangan, terjadi interaksi

(saling mempengaruhi ) antara fitroh dan lingkungan sekitar, sampai

akhir hayat manusia.

Hadist tersebut dapat dijadiakan sumber pandangan bahwa

usaha mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat berperan

positif untuk mengarahkan perkembangan seseorang kepada jalan

kebenaran yaitu Islam. Tanpa melalui usaha pendidikan, manusia bisa

saja terjerumus ke jalan yang salah. Tujuan pendidikan Islam

merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan,

karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak

dituju oleh pendidikan.Demikian halnya dengan pendidikan agama

Islam, maka tujuan pendidikan agama Islam itu adalah tujuan yang

ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam meniciptakan insan-insan

yang baik dan untuk menyelamatkan manusia dari hal-hal yang buruk.

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik

tentang ajaran Islam, sehingga menjadi insan yang muslim, beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.127 Dalam firman

Allah surat Ad-Dzurriyyat ayat 56 dan juga hadist yang akan

disebutkan; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

126Abudin Nata, (Editor), Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung:

Angkasa, 2003, hal. 292. 127Muhaimin, 2003, Op. Cit., hal. 78

Page 96: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

96

supaya mereka menyembah-Ku”.128Selanjutnya dalam hadists

disebutkan “Bahwasanya saya diutus untuk menyempurnakan budi

pekerti” (HR.Bukhori). Ayat dan hadits di atas memberikan makna

bahwa di dalam kehidupan kita mutlak harus mengakui Allah sebagai

satu-satunya yang mesti di sembah, dan itu juga menunjukkan bahwa

tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah semata-mata untuk

mengabdi. Dalam pengabdian kita juga dituntut untuk memiliki prilaku

yang baik (hasanah) atau memiliki akhlak. Karena tujuan agama

diturunkan adalah untuk menyerukan untuk bertauhid kepada Allah

semata dan menyerukan agar berakhlak yang mulia.Akhlak yang mulia

ini merupakan ciri insan yang yang sempurna.Akhlak ini sendiri harus

tercermin dalam pola laku kehidupan sehari-hari ketika kita

berhubungan dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, dengan sesama

dan dengan masyarakat.Dan inti dari akhlak adalah bagaimana kita

tetap menjaga diri dari perbuatan yang tercela.Ibnu Miskawaih

menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya sikap

batin yang mampu mendorong atau memotivasi secara spontan untuk

melahirkan perbuatan yang bernilai baik.Sementara Al-Qabisi

menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menumbuh

kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang

benar.Demikian Ibnu Sina menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama

Islam adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki seseorang

ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik,

intelektual dan budi pekerti. Munir Mursi menjabarkan tujuan

pendidikan Islam menjadi sebagai berikut:

1. Bahagia di dunia dan juga di akherat

2. Menghambakan diri kepada Allah SWT.

3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat

Islam.

4. Akhlak mulia.129

Untuk mencapai keempat tujuan pendidikan tersebu diperlukan

cara-cara tertentu atau yang disebut dengan pendekatan sebagai cara

memudahkan pencapainnya dengan usaha pembinaan, bimbingan,

arahan, nasehat, tamsil, membaca, menulis, memahamkan,

128QS. Ad-Dzarriyat Ayat 56) 129Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.Bandung; Remaja

Rosdakarya, 1994, hal. 46.

Page 97: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

97

menganalisa, membandingkan, mencoba, menguji, berlatih, dan

mengulang-ulang, berdebat dan berdiskusi, merangkum, meresume,

menyimpulkan.

L. Sarana dan Prasarana

Sarana belajar,berolahraga, bermain, relaksasi dan penyegaran

secara psikologis dan rohaniah. Meliputi ruang kelas sebagai ruang

belajar yang memadai dan kondosif, tenang, nyaman, damai dan

aman,dengan perangkat pendukung lainnya. Komputer, serta perangkat-

perangkat teknologi belajar lainnya.Selanjutnya terdapat ruang sarana

prasarana pendukung tempat latihan, seni budaya dan keterampilan,

untuk menyalurkan bakat dan minat siswa sesuai dengan

kebutuhannya.Sarana untuk meningkatkan kebugaran fisik/jasmani,

lapangan olahraga.Laboratorium sebagai tempat untuk memperaktekan

bahan pelajaran-bahan pelajaran. Halaman tempat bermain bagi siswa

untuk merelaksasikan pikiran dan jiwa dan mengurangi kejenuhan

setelah mengikuti proses belajar- pelajaran.

M. Media Pendidikan

Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini semakin mendorong

upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam

proses belajar mengajar. Demikian juga para guru dituntut untuk

trampil dalam mengaplikasikan alat-alat teknologi yang telah

disediakan sebagai alat bantu dalam proses belajar dan mengajar.

Menurut Briggs sendiri, media belajar adalah sarana fisik untuk

menyampaikan isi materi pembelajaran. Sedangkan menurut Oemar

Hamalik, media belajar adalah segala alat pengajaran yang digunakan

untuk menyampaikan materi pelajaran dalam proses belajar mengajar,

sehingga memudahkan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan.130

Dalam hal ini termasuk teknologi pembelajaran131 saat ini sangat

mendukung system pembelajaran. Apalagi dengan tuntutan globalisasi

130Oemar Hamalik, 1994, hal. 2. 131Barbara B. Seels Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Definisi dan

Kawasannya, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.12., Penerjemah, Dewi S.

Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, (alm)., dan Miarso, M. Sc., Penyunting, Yusufhadi

Miarso, Cet. Iii, 1994., hal..3-5.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

98

yang menyurut memiliki informasi dengan durasi yang cepat sehingga

membutuhkan perangkat belajar dengan bantuan teknologi tinggi.

Media pendidikan saat ini cukup beragam dan bervariasi mulai

dari yang sederhana sampai ke media yang paling tinggi.Madrasah

sebagai lembaga pendidikan yang sudah dapat mengimbangi

perkembanagn sistem pendidikan modern tidak terlepas dari

penggunaan media pembelajaran sebagai kebutuhan yang tidak dapat

dielakkan. Perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini telah

melengakapi atas penggunaan media-media pendidikan sebelumnya

bahkan telah mempermudah penggunaan media dalam proses

pembelajaran.Media pembelajaran sangat berguna untuk meningkatkan

daya rangsang dan atkvitas rasa, akal pikiran, gerak pusat-pusat anatomi

belajar sehingga mudah menerima dan memahami bahan atau materi

yang disampaikan. Dengan kata lain semakin bervariasi media

pembelajaran yang ada dimungkinkan akan semakin aktif kegiatan

pembelajaran, dan hasil belajar juga semakin meningkat dan maksimal.

Sebagaimana kebutuhan media pembelajaran yang ada di dunia

pendidikan, maka akan sama juga dengan yang dibutuhkan madrasah.

Bahkan madrasah elit yang ada di kota-kota besar ada yang sudah

melampaui terhadap lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Hal tersebut

karena di dasarkan kebutuhan yang dianggap sangat penting untuk

memenuhi kebutuhan dunia global yang berlaku di dunia pendidikan,

seperti tersedianya ruang belajar yang lengkap dengan fasilitasnya,

computer, hide phone, black board, with board, power point, slait,

televise, radio, tipe recoder, serta jaringan akses komunikasi yang

berguna untuk mengambil data yang diperlukan untuk menambah dan

membantu belajar siswa atau santri. Selain itu guru-guru madrasah saat

ini umumnya telah dipersiapkan dengan sumber daya yang siap untuk

mengikuti perkembangan pengunaan teknologi belajar yang diperlukan

saat ini.

N. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk menilai, mengukur perkembangan

hasil belajar siswa atau santri setelah melilhat hasil serangkaian

kegiatan belajar mengajar di sekolah.Eavluasi secara untuk melihat

apakah individu dapat mengikuti belajar secara baik atau kurang, hal ini

dapat dilihat dari, kualifikasi tingkatannya rendah, sedang atau tinggi,

Page 99: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

99

ataupun belum berhasil. Evaluasi juga dimaksdukan untuk melihat

apakah tujuan belajar dan tujuan pendidikan sudah tercapai atau

terwujud. Evaluasijuga untuk menguur atau menilai apaah tujuan satuan

pendidikan, tujuan individudan tujuan kelompok (kolektif) sudah

tercapai. Pada sisi lain yang lebih besar dari tujuan individu dan tujuan

kelompok akan terlihat ketercapaian tujuan institusi pendidikan.

Ketuntasan dan ketercapaian belajar, yang dilihat dari pengukuran dan

penilaian hasil belajar. dilihat dari tingkat proses kegiatan belajar

mengajar maupun dilihat dari hasil akhir belajar siswa yang

menunjukkan adanya keterkaitan dengan tingkat ketercapaian tujuan

institusi pendidikan atau tujuan lembaga sekolah. Nampaknya kalau

dilihat sekarang madrasah sekarang ini boleh dikatakan sudah berhasil

dimana alumni-alumni madrasah sudah mampu bersaing dengan

alumni-alumni sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.Sekarang

banyak alumni yang bisa masuk sekolah-sekolah lanjutan yang unggul,

perguruan tinggi yang berkelas bahkan banyak yang sudah melanjutkan

ke jenjang perguruan tinggi baik swasta maupun negeri yang

berkualitas baik di dalam maupun di luar negeri. Hal tersebut

menunjukkan bahwa evaluasi tentang kegiatan proses belajar mengajar

di madrasah sudah berhasil.

Hal tersebut di atas menunjukkan gambaran hasil evaluasi

tahapakhir siswa setelah mengikuti segenap satuan institusi

pendidikan.Sedangkan kalau dilihat dari evaluasi proses belajar dalam

satuan pendidikan catur wulan, tri wulan, satuan semester atau hasil

belajar tahunan lembaga pendidikan madrasah sebenarnya sudah

berhasil, hal ini dapat dilihat dari keterlibatan siswa-siswa

utusanmadrasah yang terlibat dalam setiap agenda atau even kompetesi

lokal, nasional maupun international, kontingen olahraga, seni

budaya,bela diri, olimfiade ilmu pengetahuan, fisika, matematika, dan

lain lain,pertunjukkan hasil karya cipta siswa sebagai hasil temuan

teknologi dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan bahwa

madrasah telah berhasil dalam melaksanakan kegiatan proses belajar

dan mengajar. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengukur, dan

menilaisejauah mana setiap komponensekolah saling dukung

mendukung, kerjasama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.Juga

untuk menilai sejuah mana fasilitas dan sarana-prasarana fisik dapat

Page 100: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

100

difungsikan atau dimanfaatkan dalam berlangsungnya kegiatan belajar

dan mengajar guna mencapai tujuan pendidikan.

O. Problema Madrasah

Sebagai upaya inovasi dalam Sistem Pendidikan Islam,

madrasah tidak lepas dari berbagai problema yang dihadapi. Problema-

problema tersebut, menurut Darmu'in (1998)132, antara lain:

1. Madrasah telah kehilangan akar sejarahnya, artinya keberadaan

madrasah bukan merupakan kelanjutan pesantren, meskipun diakui

bahwa pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam

pertama di Indonesia.

2. Terdapat dualisme pemaknaan terhadap madrasah. Di satu sisi,

madrasah diidentikkan dengan sekolah karena memiliki muatan

secara kurikulum yang relatif sama dengan sekolah umum. Di sisi

lain, madrasah dianggap sebagai pesantren dengan sistem klasikal

yang kemudian dikenal dengan madrasah diniyah.

Dengan demikian, sebagai sub sistem pendidikan nasional,

madrasah belum memiliki jati diri yang dapat dibedakan dari lembaga

pendidikan lainnya.

Efek pensejajaran madrasah dengan sekolah umum yang

berakibat berkurangnya proporsi pendidikan agama dari 60% agama

dan 40% umum menjadi 30% agama dan 70% umum dirasa sebagai

tantangan yang melemahkan eksistensi pendidikan Islam. Beberapa

permasalahan yang muncul kemudian, antara lain:

1. Berkurangnya muatan materi pendidikan agama. Hal ini dilihat

sebagai upaya pendangkalan pemahaman agama, karena muatan

kurikulum agama sebelum SKB dirasa belum mampu mencetak

muslim sejati, apalagi kemudian dikurangi.

2. Tamatan Madrasah serba tanggung. Pengetahuan agamanya tidak

mendalam sedangkan pengetahuan umumnya juga rendah.

Diakui bahwa model pendidikan madrasah di dalam perundang-

undangan negara, memunculkan dualisme sistem Pendidikan di

132Darmuin ,Prospek Pendidikan Islam di Indonesia, Suatu Telaah Terhadap

Pesantren dan Sekolah. Dalam Chabib Thoha dan Abdul Muth'i. PBM-PAI di

Sekolah,: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,, 2008,

Loc. Cit.

Page 101: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

101

Indonesia. Dualisme pendidikan di Indonesia telah menjadi dilema yang

belum dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif lama. Dualisme ini

tidak hanya berkenaan dengan sistem pengajarannya tetapi juga

menjurus pada keilmuannya. Pola pikir yang sempit cenderung

membuka gap antara ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum.

Seakan-akan muncul ilmu Islam dan ilmu bukan Islam (kafir). Padahal

dikhotomi keilmuan ini justru menjadi garapan bagi para pakar

pendidikan Islam untuk berusaha menyatukan keduanya. Kesadaran

para tokoh pendidikan telah menyatukan perbedaan dikhotomi yang ada

di madrasah tersebut. Untuk menghadapi berbagai macam tantangan

zaman mengharuskan para penyelenggara madrasah untuk mendasari

ilmu pengetahuan umum dengan ilmu-ilmu ke-Islaman agar dapat

mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai cita-cita luhur yaitu

kebutuhan dunia dan akherat.

Dualisme pengelolaan pendidikan juga terjadi pada pembinaan

yang dilakukan oleh departemen yaitu Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas) dan Departemen Agama (Depag). Pembinaan

Madrasah di bawah naungan Depag berhadapan dengan Sekolah umum

di bawah pembinaan Depdiknas sering menimbulkan kecemburuan

sejak di tingkat (SD dan MI) hingga perguruan tinggi. Dari alokasi

dana, perhatian, pembinaan manajerial, bantuan buku dan media

pembelajaran, serta penempatan guru, hingga pemberian beasiswa

pendidikan lanjut sering tidak sama antara yang diterima oleh sekolah

umum (Depdiknas) dengan madrasah (Depag).

Kesenjangan antara madrasah swasta dan madrasah negeri pun

tampaknya juga menjadi masalah yang belum tuntas diselesaikan. Gap

tersebut meliputi beberapa hal seperti pandangan guru, sarana dan

prasarana, kualitas input siswa dan sebagainya yang kesemuanya itu

berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada mutu

pendidikan. Yang demikian ini karena munculnya SKB tiga menteri

tersebut belum diimbangi penyediaan guru, buku-buku dan peralatan

lain dari departemen terkait.133Nampaknya sekarang tidak demikian,

model madrasah yang berkembang sekarang suda adanya peningkatan

kesadaran pihak sekolah antara pihak yayasan, pimpinan sekolah dan

para guru dan wali murid/wali siswa serta para donatur dan para

simpatisan pendidikan.

133Malik Fadjar, Loc. Cit.,

Page 102: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

102

P. Gambaran Madrasah dalam Arus Perubahan Sosial di Era

Modern

Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern

belakangan semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan

yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat,

di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan.134

Pada saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya,

keberadaan madrasah tampak makin dibutuhkan orang. Masyarakat

menyadari betapa pentingnya peran vital nilai moral, sikap dan

pandangan hidup dalam kehidupan pendidikan sebagai penyeimbang

ilmu pengetahuan yang di dapat siswa atau alumni sekolah selama ini

yang tidak seimbang.

Terlepas dari berbagai problema yang dihadapi, baik yang

berasal dari dalam sistem seperti masalah manajemen, kualitas input

dan kondisi sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti

persyaratan akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang

menimbulkan kesan madrasah sebagai 'sapi perah', madrasah yang

memiliki karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh model pendidikan

lainnya itu menjadi salah satu tumpuan harapan bagi manusia modern

untuk mengatasi keringnya hati dari nuansa keagamaan dan

menghindarkan diri dari fenomena demoralisasi dan dehumanisasi yang

semakin merajalela seiring dengan kemajuan peradaban teknologi dan

materi. Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren dan model

pendidikan sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan

dalam berbagai lingkungan dan kebutuhan. Di lingkungan pesantren,

madrasah bukanlah barang yang asing, karena memang lahirnya

madrasah merupakan inovasi model pendidikan pesantren.

Selanjutnya dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih

mudah mengetahui sampai di mana tingkat penguasaan materi yang

dipelajari. Dengan metode pengajaran modern yang disertai audio visual

aids, kesan kumuh, jorok, ortodok, dan exclusive yang selama itu melekat

pada pesantren sedikit demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolit makin

tidak malu mendatangi dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke

pesantren dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang sekedar

berniat menempatkan putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis)

134Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Yokyakarta,

Pustaka Pelajar, 1999, hal. 1-100.

Page 103: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

103

hingga yang benar-benar menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren

tersebut, orang makin berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana. Pondok

Pesantren Modern Gontor Ponorogo, misalnya, penuh dengan putra putri

konglomerat, sekali daftar tanpa mikir bayar, lengkap sudah fasilitas

didapat. Ma'had Al-Zaitun yang berlokasi di daerah Haurgelis (sekitar 30

KM dari pusat kota Indramayu), yang baru berdiri pada tahun 1994, juga

telah menjadi incaran masyarakat modern kelas menengah ke atas, bahkan

sebagian muridnya berasal dari negara-negara sahabat, seperti Malaysia,

Singapura dan Brunai Darussalam. Dengan demikian, model pendidikan

madrasah di lingkungan pesantren telah memiliki daya tawar yang cukup

tinggi.

Model-model pondok pesantren modern seperti itu, kini telah

bermunculan di berbagai daerah. Di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Kendal misalnya, juga ada pondok pesantren "Darul Amanah" yang

mengutamakan penguasaan bahasa asing yakni Bahasa Arab dan

Inggris. Pondok Pesantren yang didirikan oleh para alumni Pondok

Pesantren Modem Gontor Ponorogo pada tahun 1990 itu telah

menampung sekitar 1300 santri (siswa).

Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan pengembangan madrasah

akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi. Pengembangan madrasah di

pesantren yang pada umumnya berlokasi di luar kota dirasa tidak cukup

memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu banyak model

pendidikan madrasah bermunculan di tengah kota, baik di kota kecil

maupun di kota-kota metropolitan. Meskipun banyak madrasah yang

berkembang di luar lingkungan pesantren, budaya agamanya, moral dan

etika agamanya tetap menjadi ciri khas sebuah lembaga pendidikan

Islam. Etika pergaulan, perilaku dan performance pakaian para

santrinya menjadi daya tarik tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan

hidup dunia akhirat sebagaimana tujuan pendidikan Islam.135

Q. Sinergisitas Peluang dan Tantangan Madrasah

Sebagai lembaga pendidikan keagamaan Madrasah dulu

dianggap tidak memiliki peran yang signifikan dalam menaruh

135Al Abrasyi, dalam Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam;

Konsep dan Pebandingan Pemikirannya, , Jakarta, Grafindo, 1996., Dapat dilihat Juga

dalam Athiyah Al- Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang,

1970, hal.1- 150.

Page 104: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

104

harapan bagi masyarakat. Madrasah cenderung dianggap sebelah

mata atau di nomor tigakan dari lembaga pendidikan atau sekolah

yang sederajat seperti Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). Kondisi tersebut sama saja baik

madrsaah negeri yang ada dibawah lingkungan Departemen Agama

maupun madrasah swasta. Jauh sebelum itu alumni madrasah tidak

dapat diterima di dunia kerja profesi seperti alumni madrasah aliyah

setingkat SMA tidak bisa masuk perguruan tinggi umum, seperti UI,

Gajah Mada, dan lain sebagainya. Kemudian tidak bisa masuk

kepolisian, TNI, Perbankan, Institusi Pemerintah/Pemda. Hal

tersebut karena madrasah masih asing di duninya sendiri yang

negerinya mayoritas berpenduduk Islam. Hal tersebut mungkin harus

diakui, karena masyarakat memang belum begitu mengenal apa itu

madrasah, baik pada segi kedudukannya sebagai salah satu lembaga

pendidikan, maupun madrasah dilihat dari salah satu system

pendidikan, dilihat pada kontek muatan kurikulum, tujuan dan

orientasinya. Kalau hal tersebut terus menerus maka dengan

sendirinya sangat merugikan bagi keberlangsungan lembaga

pendidikan ini. Akan tetapi sejalan dengan tuntutan dinamika

perubahan sosial, madrasah dalam waktu-ke waktu mengalami

perubahan, akibat adanya pembinaan-pembinaan dan usaha-usaha

penyesuaian terhadap tuntutan masyarakat akan kebutuhan dunia

pendidikan. Secara berangsur-angsur lembaga madrasah menbenahi

diri baik dari segi visi, dan misi, tujuan, orientasi, maupun dalam

sistem yang lainnya.Madrasah dari waktu ke waktu dapat

mengimbangi berbagai kebutuhan dunia pendidikan, seperti dapat

mengubah kurikulum, penyesuaian materi pelajaran, perbaikan

sarana prasarana.Madrasah juga mampu menyiapkan perangkat keras

dan perangkat lunak (Software-hardware).Madrasah dalam arus

globalisasi juga telah mengadakan pembenahan dan mengikuti era

teknologi maju.Yaitu menyiapkan belajar dengan menggunakan

teknologi kompeter, selanjutnya menggunakan websittte,

menggunakan basis pengembangan informasi global dan ilmu

pengetahuan dengan menggunakan teknologi tinggi (High

technology).

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.Informasi dan komunikasi tersebut. Pada tatanan

Page 105: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

105

perkembangan dunia ekonomi mengalami Kemajuanyang sangat

pesat.136Sehingga hal tersebut menuntut adanya tenaga kerja yang

professional dan ahli dalam bidangnya.Seiring dengan itu madrasah

semakin hari semakin dapat mengikuti arus perkembangan kehidupan

masyarakat.Sehingga status lembaga pendidikan ini juga mengalami

peningkat. Pada tingkat label saja madrasah mengikuti geliat kehidupan

modern, seperti ada madrasah unggul, madrasah model, madrasah

terpadu, madrasah satu atap, madrasah teladan, madrasah plus dan lain

sebagainya. Kedudukan madrasah di mata masyarakat seterusnya tidak

lagi di pandang sebelah mata, atau di nomor duakan, atau di nomor

tigakan.Madrasah sudah diterima oleh masyarakat dari golongan

manapun dari masyarakat lower class, midle class, high class.Bahkan

ada sebagian masyarakat yang sudah maju tingkat pemikiranya

cenderung lebih suka memasukkan anak-anaknya di Madrasah. Hal

tersebut disebabkan karena madrasah dipersiapkan perangkat ilmu

pengetahuan baik untuk kebetuhan jangka pendek dan jangka panjang

dalam istilah lain kebutuhan dunia dan akherat. Kebutuhan akan ilmu-

ilmu agama ilmu-ilmu umum, wawasan, ketrampilan. Bahkan di

madrasah justru dipersiapan pembinaan mental lebih besar di

bandingkan lembaga pendidikan umum dan juga persiapan dunia kerja

dengan keterampilan dengan pengusaan teknologi. Di madrasah juga

sekarang ini ada yang di asramakan, seperti pondok pesantren yang

dikenal dengan madrasah satu atap yaitu mengikuti alur

pendidikan/sekolah umum dan pola pondok pesntren, yang di dalamnya

disediakan kursus, pembinaan bahasa, keterampilan dengan berbagai

kebutuhan dunia kerja termasuk bagi siswa yang memiliki minat

terhadap seni seperti musik dan lain sebagainya. Dari model madrasah

tersebut di sanalah letak mengapa madrasah terus menarik minat dari

masyarakat saat ini terus meningkat. Kepercayaan masyarakat terhadap

madrasah semakin meningkat, justru karena alumni madrasah sudah

sepadan dengan alumni sekolah umum, bahkan dianggap oleh sebagian

masyarakat memiliki nilai plus atau nilai tambah. Alumni madrasah

sudah diterima di lembaga manapun tanpa ada diskriminatif baik di

instansi negeri, pemerintahan/Pemda, TNI, POLRI, Perbankan,

136 Iptek, Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi dan Teknologi, Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dan Tabrani Rusyan, Membangun Guru

Berkualitas, Jakarta, Pustaka Dinamika, 2012, hal. 11.

Page 106: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

106

kehakiman, kejaksaaan dan lain sebagainya demikian juga di instansi

swasta semuanya sepadan dengan sekolah umum. Kondisi yang sama

bagi alumni madrasah bebas masuk untuk melanjutkan di Perguruan

Tinggi Umum (PTU) dan PTS bahkan untuk sekolah di luar negeri.

R. Kasus Pengembangan Madrasah Model Alternatif di Indonesia

1. Kasus Sejarah

Kasus pengembangan madrasah-madrasah di Baghdad,

ksusunya masa Harun Al rasyid dan Al-Makmun. Selain menitik

beratkan kajian studi-studi keilslaman yang kuat juga sangat

mendukung perkembangan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan,

sosiologi, geografi, astrronomi, selain itu juga pengakjian disiplin

filsafat yang dijadikan sebagai alat telaah ilmu pengetahuan. Madrasah

era Keemasan Islam pada pada Abbasiyah seperti Madrasah Nizamiyah

yang didirikan oleh perdana menteri Nizamul Mulk, yang pada era itu

Imam Al Ghozali pernah menjadi salah seorang guru besarnya.

Madrasah ini telah mengantarkan Islam berada dalam puncak keemasan

terutama pada bidang ilmu pengetahuan yang dikenal baik dunia Barat

dan di dunia Timur.

Kasus di Indonesia, pada umumnnya kurikulum madrasah di

Indonesia membagi jumlah mata pelajaran agama dengan pelajaran

umum sama-sama kuat. Pada prinsipnya kurikulum madrasah di

Indonesia awal berdirinya sudah memiliki karakteristik dan pondasi

yang kuat dengan sejumlah artikulasi mata pelajaran yang beragam

sesuai dengan disiplin pengembangan disiplin ilmu modern.137 Seperti

halnya madrasah yang dibangun oleh K. H. Ahmad Dahlan di

Yogyakarta, pada tahun 1913, Madrasah muallimin dan muallimat,

kurikulumnya selain telah memadukan ilmu pengetahuan agama dan

umum, pada sisi tertentu juga menguatkan penggunaan bahasa asing.

Masa pra awal pertumbuhaan madrasah di Indonesia pada dasarnya

menjempatani model pendidikan klasik di Indonesia seperti di surau,

rangkang manasik dan di Ponpes dengan sistem atau model pendidikan

modern yang di bawah dari dunia Barat yang dikenal dengan sekolah.

Madrasah kalau kita lihat perjalanannya terutama pada esksistensi

profile

137Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Hidakarya Agung,

1989, hal. 1-99-100-199-.

Page 107: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

107

Formalitas maupun pada sisi substansinya telah berhasil

menjawab tuntutan dunia pendidikan yang dibutuhkan masayarakat.

Karena madrasah dipandang sebagai wadah yang sangat tepat mewakili

kebutuhan masyarakat baik dibidang sumber daya manusia,

pengentasan butah hurup, wawasan keislaman, ilmu pengetahuan,

nasionalisme dan kebangsaan.

2. Model Madrasah Aliyah Program Khusus (MA PK)

Menurut Faried Wijdan salah seorang peneliti sekolah

keagamaan, melihat kebijakan Menteri Agama Republik Indonesia,

melaui Direktorat Pendidikan Madrasah belum lama ini meluncurkan

agenda pembagian madrasah menjadi empat kelompok. Yaitu madrasah

dengan spesialisasi kegamaan (MA-PK), madrasah spesialisasi

keilmuan sains dipegang oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan

Cendekia, madrasah spesialisasi vokasi (mirip SMK), dan madrasah

reguler yaitu madrasah negeri dan swasta pada umumnya. Khususnya

kajianterhadap Madrasah Aliyah Program Khusus atau madrasah

dengan spesialisasi keagamaan. Madrasah model ini merupakan

metamorfosa dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), yang

pernah dikembangkan oleh Munawir Sadzali (1988-1983) sebagai

menteri Agama pada saat itu. Madrasah Aliyah Program Khusus

digagas pada tahun 1987, sebagai sebuah proyek prestisius. Departeman

Agama untuk mengantisipasi akutnya persoalan madrasah, terutama

menyangkut pengkaderan ulama (program tafaqquh fiddin). MAPK

dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 1987

adalah sebuah pilot project membentuk generasi baru untuk

dipersiapkan menjadi pegawai kementerian agama yang lebih

profesional dan berwawasan luas serta moderat agar mampu memahami

perbedaan pemikiran keagamaan di tengah-tengah masyarakat sehingga

bisa mewarnai berbagai wacana perkembangan bangsa dan Negara

Melihat model madrasah ini dapat disamakan dengan istilah

Karel Steenbrik bahwa sekolah ini diterapkan kurikulum yang padat

agama yang mengunggulkan penekanan bahasa Arab dan Inggris serta

pembelajaran yang intensif dengan sistem asrama seperti pesantren.

Pada awalnya proyek ini madrasah ini dibuka di lima tempat: Padang

Panjang, Ciamis, Yogyakarta, Jember dan Ujung Pandang. Pada tahun

1990 dibuka lagi di Lampung, Surakarta, Mataram dan Martapura.

Page 108: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

108

Dengan seleksi ketat dan pendanaan memadai (didukung proyek). Pada

kenyataannya madrasah ini dinilai telah berhasil menyiapkan lulusan

kader ulama dengan wawasan keislaman, keindonesiaan dan

kemodernan yang menawan.

Pada sisi lain cirikhas yang melekat pada program yang diusung

Madrasah Aliyah Program Khusus,(MA-PK) adalah program

pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin). Madrasah Aliyah

Program Khusus adalah lembaga pendidikan formal bukan pesantren

tetapi bentuknya berperan sebagai penyambung dari ‘tradisi pesantren’

yang berlangsung lama yang tujuannya adalah untuk mendalami ilmu-

ilmu keagamaan, dengan trade marketnya atau unsur utamanya adalah

mengkaji kitab kuning. Kembali lagi melihat keotentikan madrasah

model ini, secara substantifhubungan madrasah aliyah program khusus

sebagai tafaqquh fiddin bagaikan wadah dan isinya adalah bagian dari

madrasah Madrasah Aliyah yang ada pada saat ini dengan struktur

program kurikulum yang porsi pelajaran agamanya 70 %. Sedangkan

mata pelajaran umum 30 % .Setiap siswa MAPK juga dituntut untuk

menguasai Tujuh Kecakapan untuk Bertahan Hidup (The Seven

Survival Skills) ala Tony Wagner (2008) dalam buku The Global

Achievement Gap, meliputi:

a. Berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah.

b. b Bekerja sama dalam jaringan dan memimpin dengan pengaruh,

c. Ketangkasan dan mampu beradaptasi

d. Berinisiatif dan kewirausahaan

e. Komunikasi efektif baik lisan maupun tulisan

f. Mengakses dan menganalisa informasi

g. Rasa ingin tahu dan daya imajinasi.

Perlu difahami sejak didirikan sampai saat ini, Madrasah Aliyah

Program Khusus telah meluluskan ribuan alumni. Alumninya umumnya

memiliki kualitas lebih baik dibandingkan yang lain terutama dalam

penguasaan materi agama dan bahasa Arab dan Inggris. Madrasah

Aliyah Program Khusus berhasil menelurkan intelektual yang

agamawan handal dan dan saat ini alumninya menempuh studi ke

seantero perguruan-perguruan tinggi elit di Eropa, Amerika Serikat,

Australia dan Timur Tengah. Banyaknya alumni yang melanjutkan

pendidikan di luar negeri itu memberikan gambaran bahwa madrasah

jenis ini benar-benar telah mampu melahirkan lulusan yang memiliki

Page 109: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

109

kualitas yang memadai. Madrasah ini sudah melahirkan pribadi dan

nama-nama besar, sebut saja: Dr. Asrorun Niam Saleh, Ketua Komite

Syariah WAFC ((World Halal Food Council), Habiburrahman El

Shirazy, sastrawan Asia Tenggara, Burhanuddin Muhtadi, pengamat

politik sohor di republik ini, Teuku Kemal Pasha (antropolog) dan

masih banyak nama lainnya yang berkiprah bagi negeri ini. Alumni

MAPK telah terbukti mampu berkiprah di semua lini kehidupan baik

sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, kemudian pada

bidang-bidang lainnya seperti politik, ekonomi, sosial budaya, media

dan militer. Proyek yang mersusuar ini sayangnya lama-kelamaan

menjadi melemah baru beberapa tahun berjalan pasca menteri Munawir

Sadzali dan Tarmizi Taher, MAPK bak anak yatim yang kurang terawat

dan diperhatikan, eksistensinya nyaris tak terdengar, tidak lagi

spektakuler. Pada kelanjutannyamadrasah ini hanya semacam ‘program

sisipan’ dan bayangan saja. Berbeda misal dengan SMA Taruna

Nusantara, sekolah yang digagas oleh Menteri Pertahanan dan

Keamanan saat itu, Jenderal LB Moerdani, yang kemudian diresmikan

oleh Pangab saat itu, Jenderal Try Sutrisno pada tahun 1990. Padahal

usia MAPK 2 tahun lebih tua daripada SMA Taruna Nusantara.

Nampaknya proyek ini setelah ganti menteri, kebijakan pun berubah.

MAPK kurang diperhatikan oleh menteri-menteri agama yang menjabat

selanjutnya. Program Madrasah Aliyah Program Khusus mengalami

restrukturisasi. Puncaknya adalah dengan keluarnya Keputusan Menteri

Agama (KMA) No. 371 Tahun 1993, restrukturisasi madrasah

dilakukan dengan perubahan MAPK menjadi Madrasah Aliyah

Keagamaan (MAK). Memang secara substansial, antara MAPK dengan

MAK tidak ada perbedaan yang berarti, kecuali beban kurikuler MAPK

agak lebih berat ketimbang MAK. Dari segi operasional, MAPK

didukung proyek, sedangkan MAK tidak. Ditambah dengan KMA 371

Tahun 1993 ini Kanwil Depag diberi wewenang membuka MAK sesuai

kebutuhan dan bagi Madrasah Aliyah yang mau melaksanakan saja

tanpa ada penekanan khusus, hal ini bukan saja berlaku bagi MAN

tetapi juga di Madrasah Aliyah Swasta (MAS), sehingga jumlah MAK

menjadi semakin banyak tetapi mungkin kurang perhatian. Sayangnya

pertambahan jumlah yang sangat besar ini tidak dibarengi dengan

dukungan dana, sarana, prasarana dan tenaga yang memadai. Meskipun

penyelenggaraan program MAPK memperoleh anggaran tersendiri dari

Page 110: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

110

pemerintah, namun anggaran yang digulirkan tidak memadai bahkan

jauh dari mencukupi. Bahkan di beberapa tahun terakhir, anggaran yang

digulirkan oleh pemerinah semakin mengecil dan jauh dari mencukupi

kebutuhan. Pemerintah mulai melepaskan tanggung jawab dari

penyelenggaraan program MAPK walaupun program ini telah

menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kondisi MAPK saat ini

benar-benar hidup segan mati pun tak mau. Padahal biaya operasional

penyelenggaraan program ini cukup besar, mengingat padatnya mata

pelajaran yang diajarkan dan menuntut hasil yang lebih baik dari

Madrasah regular. Terlebih guru-guru yang mengajar di Madrasah

Aliyah Program Khusus sebagian besar merupakan guru honorer yang

tentu saja harus diberikan honor yang pantas setiap bulan. Karena

memang pemerintah belum pernah mengangkat guru PNS bagi program

MAPK. Lain halnya dengan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK)yang

mengalami degradasi yang semakin lama semakin buruk. Pada

gilirannya, animo masyarakat untuk mendaftar ke sekolah ini menurun

drastis. Bahkan sejumlah MA akhirnya harus rela undur diri dari

penyelenggaraan program ‘tafaqquh fiddin negeri ini, karena tidak lagi

mendapat murid. Kalau melihat program revolusi mental yang

dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sepertinya udah saatnya

pemerintah memberikan porsi perhatian lebih terhadap MAPK/MAK

dalam dunia pendidikan, sehingga revolusi mental dapat berjalan dan

membuahkan hasil yang baik. MAPK/MAK mengajarkan budi pekerti,

akhlakul karimah, sikap dan nilai-nilai luhur manusia. Tidak cukup di

sini, MAPK/MAK selain menyemaikan ajaran tentang agama dan budi

pekerti, MAPK/MAK juga menjadi basis penyemaian ajaran semangat

kebangsaan, kebehinekaan, moderatisme, dan nilai-nilai Islam

Nusantara. Siswa MAPK berasal dari berbagai provinsi, lintas mazhab

dan ragam pemikiran. MAPK adalah miniatur Islam Indonesia.

Meminjam istilah Burhanudin Muhtadi: MAPK adalah pasar raya ide

yang dipenuhi oleh kios-kios yang menjajakan tafsir Islam yang warna-

warni. Lulusan MAPK/MAK bisa dikaryakan di berbagai lembaga

seperti KPK, Densus 88, BNPT, BNN, dan MUI untuk menjadi garda

terdepan memerangi korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan

Napza, radikalisme dan ekstremisme. Semoga Kementerian Agama

benar-benar serius “memodernisasi” MAPK/MAK. Persoalan yang

dihadapi MAPK/MAK, seperti gonjang-ganjing tentang kualitas, animo

Page 111: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

111

masyarakat, administrasi dan manajemen, status hukum mendesak

untuk diperhatikan. MAPK idealnya dibentuk sebagai program mandiri,

dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) sendiri, dikelola dengan

sarana dan prasarana pendukung yang memadai, memiliki standarisasi

yang baku serta dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan yang jelas.

Penyelenggaraan MAPK melalui SK Menteri Agama jangan lagi hanya

bersifat susulan dan pelaksanaannya dititipkan dan menginduk ke

Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Sudah saatnya struktur dan tata kelola

organisasi MAPK berdiri sendiri, terpisah dari lembaga lainnya

termasuk dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Selanjutnya, perihal

ketidakjelasan status program MAPK menyebabkan administrasi dan

manajemen penyelenggaraan program juga tidak jelas, tidak terarah dan

tidak mandiri. Hal ini menimpa hampir seluruh MAPK di Indonesia,

terutama yang berstatus negeri. Intinya: di samping faktor finansial, tata

organisasi dan penyelenggaraan yang tidak mapan, MAPK juga

dihadapkan dengan problematika legalitas dan undang-undang.138

3. Kasus Model Boarding School139

Modernisasi tidak menghalangi kita untuk dapat hidup

berakhlak mulia. Akan tetapi, memang benar seiring perkembangan

zaman, semakin banyak nafsu duniawi yang dapat menjerumuskan

manusia ke jalan yang salah. Oleh sebab itu, pendidikan Islami perlu

ditanamkan sejak dini.Pada umumnya, orangtua perkotaan memberikan

pendidikan religi dengan memasukkan anak-anaknya ke pengajian.

Karena pengajian dianggap tidak cukup, mengingat waktu yang

terbilang singkat dan terpaan lingkungan luar yang lebih besar maka

dengan pengajian saja belum tentu dapat membentengi anak secara

optimal. Maka apa yang sebaiknya orangtua lakukan? Memilih

Pesantren Boarding School sebagai pendidikan sejak dini adalah pilihan

yang tepat di era modern ini.

Pesantren Boarding School atau yang biasa disebut dengan

Islamic Boarding School merupakan bentuk dari sekolah yang mana

138Oleh Faried Widjan, Alumnus MAPK Surakarta, Pemerhati Sekolah-

sekolah Keagamaan.Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/61976/madrasah-aliyah-

program-khusus-mapk-makhluk-apakah-itu, 2012, hal. 1-40. 139Arsy Karima Zahra, Bording Scholl, Karya Ilmiah yang dipublikasikan,

tahun 2008 hal. 145. (wwwteori.com 201/03/boarding Scholl, pengertian bording

scholl.25 Pebruari 2017.

Page 112: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

112

siswa-siswinya bertempat tinggal di asrama. Yang membedakan dengan

sekolah umum lainnya adalah Islamic Boarding School menanamkan

nilai-nilai Islami sesuai dengan tatanan idealnya. Di Indonesia sendiri,

Islamic Boarding School biasanya bentuk modernisasi dari pondok

pesantren. Jadi, di zaman yang serba modern ini, Islamic Boarding

School menjadi alternatif pendidikan yang menarik, terutama bagi

insan-insan muda zaman sekarang.Mempelajari ilmu-ilmu agama secara

mendalam. Sebagai pesantren tahifdz, Zamzam Syifa Boarding School

berfokus kepada hafalan Al-Qur’an. Kurikulum International

Cambridge:Asramanya ada di apartemen Grand Zamzam

TowersFasilitas asrama meliputi: satu kamar full ac dengan furnitur

modern minimalis yang diisi oleh beberapa santri. kamar mandi ada di

setiap kamar dengan toilet duduk dan shower, makan tiga kali sehari

dengan menu catering 4 sehat 5 sempurna yang lezat, lokasi ada di

apartemen pusat kota Depok dengan lingkungan yang sehat, bersih, dan

sangat luas.

Jadwal kegiatan sehari-hari yang padat dan menyenangkan santri;

Diperbolehkan pulang setiap dua minggu sekali hingga tetap

dapat berkumpul dengan keluarga. Satu kelas diisi dengan jumlah murid

yang dibatasi agar proses belajar mengajar lebih efektif dan mudah

perkembangan anak mudah dipantau. Ekstrakulikuler umum hingga

kekinian seperti: broadcasting (termasuk fotografi dan sinematografi),

desain grafis, fashion, internet marketing, programming

danmemanah.Tanpa handphone. Diperbolehkan membawa

laptop/netbook sebagai sarana belajar dengan kontrol yang baik.

Diperbolehkan juga membawa kamera DSLR jika dibutuhkan dalam

ekstrakulikuler yang diminati. Satu wali asrama dibatasi memegang

beberapa santri agar pengawasan lebih fokus dan terciptanya hubungan

yang lebih intim seperti saudara.

4. Sekolah-Sekolah Unggulan (SMU Plus)

Sekarang ini banyak sekali berdiri sekolah-sekolah unggulan

atau sekolah plus, seperti sekolah-sekolah menengah umum yang

mengubah wajah atau profilnya menjadi sekolah yang memiliki

keunikan atau kekhususan. Sekolah jenis ini adalah model

pengembangan sekolah umum atau SMU biasa, akan tetapi karena

Page 113: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

113

didorong oleh tuntutan zaman, adanya kebutuhan untuk meningkatkan

pemahaman kegamaan yang lebih banyak, pengkajian terhadap sumber-

sumber ajaran Islam, maka mereka mengubah sIstem pembelajaran.

Maka selain mata-mata pelajaran yang telah ada, mereka juga

mengalokasikan jam-jam khusus yang diistilahkan dengan muatan

lokal, atau ektrakurekuler, untuk mempelajari Al-Qur;an dan As-

Sunnah, menghafal Al-Quran dan Hadits, serta mempelajari cabang-

cabang keilmuan Islaman yang lainnya. Program tahfidzh Al-Qur’an

dan Tahfidzh hadits biasanya menjadi salah satu program unggulan,

selain itu ada pendalaman bahasa Arab dan bahasa inggeris.Kalau

melihat beberapa uraian diatas bahwa posisi dan kedudukan madrasah

dalam dinamika kehidupan sosial sangat vital. Madrasah berdiri sebagai

tuntutan kebutuhan sosial,atau justru madrasah dijadikan alat untuk

menghadapi perkembangan prubahan sosial, karena masyarakat

dianggap tidak bisa berbuat banyak dan tidak mampu menghadapi

kenyataan yang berkembang dengan sedniri tanpa alat, atau media,

maka madrasah menjadi penghubung dan penggerak perubahan sosial

atau yang akan menjawab kebtuhan sosial yang ada. Kalau melihat

kasus sejarah ke emasan Islam madrasah berdiri justru sebagai sebuah

tuntutan mulia dari amanat ajaran Islam agar masyarakat muslim giat

menuntut ilmu, mentransmisikan dan mengembangkannya. Oleh karena

itu kegiatan atau aktivitas pendidikan sangat aktif dan produktif. Insan-

insan yang kreatif dan memiliki semangat tinggi yang didukung oleh

kebijakan yang searah sangat urgen untuk mementukan keberhasilan

pendidikan. Sehingga madrasah padasaat ini berfungsi sebagai

penggerak perubahan sosial, merubah pandangan hidup, mencerdaskan

masyarakat, mendekatkan manusia terhadap alam, menyadarkan

manusia akan posisinya sebagai pengelola dan pengendali alam dan

lingkungan, menggerakan rasa solidaritas sesama muslim, bahwa

manusia adalah intensitas hidup yang bermasyarakat, dimana ilmu

pengetahuan adalah alat untuk memasyarakatkan dan mambangun

masyarakat yang mulia yang didasari oleh nilai-nilai ajaran Islam yang

penuh semangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Kalau melihat madrasah di Indonesia, berdirinya sebagai

kebutuhan yang tidak bisa dielekkaan, untuk memperbaiki tatanan

hidup masyarakat, kemiskinan pandangan,kebodohan, kemelaratan,

khurafat, tahayul dan singkritisme yang sudah lama melekat. Selain itu

Page 114: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

114

sebagai dorongan memupuk rasa nasionalisme, kebangsaan dan

memupuk rasa percaya diri dan kesatuan agar nasip masyarakat bisa

diperbaiki. Madrasah dipandang sebagai jalan menyadarkan diri

kehidupan agar nasip bangsa Indonesia dapat dibenahi dengan jalan

pembenahan dari dalam diri dari jiwa raganya dibaangun kepekaan

terhadap realitas sosialnya. Lain halnya ketika melihat tuntutan dunia

pada saat ini, arus modern, dan era globalisasi. Realitas saat ini semua

anak-anak di belahan dunia, di permukaan bumi planet ini dikondisikan

oleh sistem teknologi informasi yang setiap waktu menuntut semakin

meningkat dan berkembang pesat. Ribuan bahkan jutaan data mereka

dapatkan setiap waktu dan setiap hari. Tangan anak-anak zaman ini

hampir tidak pernah melepas dari genggaman ponsel dan handfhone

dengan teknologi tinggi, mereka hampir lupa makan, minum, lupan

saudara, lupa lingkungannya. Cita-citanya ada pada desaign teknologi.

Tangan-tangan mereka seolah diramu oleh kepentingan dunia, bahkan

seakan-akan hampir tidak bisa dielakkan bahwa pikiran, pandangan dan

cita –cita meraka berada dalam ancaman kausalitas sains dan kemajuan-

kemajuan yang dicapainya. Mampukah anak-anak sekarang melepaskan

tangan-tangan mereka dari perangkat sains yang tela memasungnya?

Mungkin tidak sekedar itu pertanyaannya, apa yang mereka butuhkan

terhadap sains dan teknologi informasi saat ini? Benarkah sains dan

teknologi merupakan jawabannya/? Apa yang harus dilakukan oleh

pendidikan? Dan pendidikan yang bagaimana yang diperlukan?

Benarkah madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mampu

menjawab pertanyaan tersebut?.Kebutuhan ilmu pengetahuan, teknologi

dan informasi sebenranya dua hal yang sudah menjadi realitas pada

zaman ini. Dua hal yang mendesak berbagai kepentingan dunia, dimana

anak-anak memiliki ketergantungan terhadapnya. Terpaksa dan tidak

terpaksa anak-anak harus mengikuti trend ini, kencanduan ataupun

mungkin kepentingan seolah tidak bisa dipishkan sisi perbedaannya.

Bisakah madrasah memenuhi kebutuhan anak-anak terhadap kebutuhan

ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini. Ketergantungan

akan kebutuhan terhadap aspek ilmu pengetahuan dan teknologi

informasi sebagai alat dan aksesoris kehidupan pada satu sisi membuat

ketinmpangan-ketimpangan tertentu, belum lagi dengan muatan-muatan

yang ada di dalamnya, keganderungan, kecanduan, dan keinginan untuk

memiliki benda-benda tertentu seringkali menimbulkan rawan komplik

Page 115: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

115

dan kejahatan. Antara nafsu, dan keinginan semata dengan kebutuhan

sebagaimana dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Apalagi dalam

teknologi dan informasi banyaknya menu dan ramuan investasi jasa dan

ekonomi yang menjanjikan harga finansial seringkali mengaburkan dan

mengubur tatanan nilai-nilai tertentu yang berakhir terpasung dengan

kebutuhan-kebutuhan instan yang membahayakan harga diri dan masa

depan. Kira-kira itulah segelintir salah satu gambran ilmu pengetahuan

dan teknologi tanpa nilai-nilai agama.tanpa nilai pendidikan atau nilai

edukasi. Menurut Zakiah darajat, peranan orang tua, peranan keluarga,

lingkungan yang sekaligus merupakan kesatuan amanat pendidikan

agama Islam tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Anak-anak dalam Islam mulai dilahirkan, dibesarkan dan

didewasakan dengan cita-cita serta perinsip ajaran Tuhan agar mereka

berjalan dalam tuntutan kebaikan dan rahmat Tuhan, supaya mereka

menjalani kehidupan dengan baik dan benar, memiliki nilai-nilai yang

hasanah, dapat berbuat baik dengan sesama,dengan teman, orang tua,

keluarga dan lingkungan serta bertanggung jawab dengan masa

depan.140

Jika melihat haldi atas kami melihat bahwa posisi madrasah saat

ini memliki tanggung jawab yang sangat besar yaitu memenuhi

kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kebutuhan dan alat

kompetesi kehidupan. Pada sisi lain madrasah sebagai lembaga

pendidikan Islam memiliki tanggung jawab terhadap penanaman nilai-

nilai agama, nilai sosial, nilai edukatif atau tanggung jawab moral

terhadap generasi bangsa ke depan. Jika tidak dapat memenuhi salah

satu kebutuhan tersebut maka bisa jadi terjadi kesenjangan atau

ketimpangan yang diistilahkan dengan teori perubahan sosial Ogburn

yang disebut Cultural lag ketimpangan kebudayaan. Jika lembaga

madrasah dapat memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi

saja, maka peran dan fungsi madrasah sebagai lembaga pendidikan

Islam boleh dikatakan gagal, dimana anak-anak tidak bisa

dipertanggung jawabkan masa depannya dan kabur cita-citanya dan bisa

berada dalam ancaman yang menakutkan, dan bisa sewaktu-waktu

menzolimi diri sendiri. Sebaliknya jika madrasah dapat memenuhi

140Zuhairini., Filsafat Pendidikan Islam., Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hal. 1-

99-100-199.

Page 116: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

116

kebutuhan nilai-nilai religious, nilai edukatif, nilai moral semata tidak

dapat atau belum dapat memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka anak-anak dan generasi ke depan tidak bisa

berkompetesi dengan dunia luar dan kehidupan, anak-anak akan

merana, menyesal, terbengkalai, dan mungklin cenderung menzolimi

diri. Jadi dengan sendirinya madrasah memiliki tanggung jawab

keduanya dan diharapkan dapat memenuhi beberapa aspek yang

dibutuhkan yaitu aspek agama, keyakinan,ibadah, mumalah yang baik,

fsikologis agama (keamaman dan kenyamanan), jasmani kesehatan.

Memenuhi kebutuhan ilmu pengetahhuan dan teknologi termasuk

teknologi informasi sebagai alat kehidupan, bergaul, bersaudara dan

berkompetesi dalam kebaikan ( khoi’ru umat ataufastaqul Khoirot).

Page 117: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam senantiasa

menghadapi tantangan internal maupun eksternal. Tantangan internal

berkaitan dengan isi pendidikan Islam sendiri seperti sistem,

kelembagaan, visi, misi, orientasi, tujuan, kurikulum, materi, guru dan

peserta didik. Sedangkan tantangan eksternal yaitu menyangkut apa dan

bagaimana kondisi yang dihadapi oleh dunia Islam ke depan termasuk

era globalisasi. Apakah pendidikan Islam mampu menjawab berbagai

tantanngan tersebut sehingga umat Islam dapat maju dan berada dalam

pembinaan nilai-nilai mulia sebagaimana yang dicita-citakan oleh

agama Islam.

Era globalisasi merupakan era dimana masyarakat muslim

dihadapkan dengan beragam tantangan akibat kemajuan yang dicapai

oleh peradaban manusia sebagai hasil rekayasa teknologi informasi

kelas tinggi yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Teknologi

ini sendiri membawah arus perubahan sosial, karena setiap waktu dan

hampir di setiap tempat segala sesuatunya dapat dinikmati oleh umat

manusia. Muatan-muatan modernisasi sendiri dapat beragam bentuk

seperti isu sara, isu gender, budaya, femenisme, kebudayaan yang

lokalpun mencuat, peperangan, kekejian, kekejaman terhadap kaum

Page 118: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

118

perempuan dapat dinikmati setiap saat. Kondisi ini dapat berbahaya dan

dapat menimbulkan goncangan sosial bagi peserta didik, maka jika

tidak diantisipasi oleh nilai-nilai ajaran Islam yang difilter melalui

proses pendidikan yang berlangsung di madrasah sebagai salah satu

institusi pendidikan Islam.

Hubungan madrasah sebagai institusi pendidikan dengan

globalisasi tidak bisa dipisahkan, satu sisi globalisasi merupakan

tuntutan zaman yang tidak bisa dihindari setiap waktu dan berada

dihadapankehidupan manusia. Sedangkan pendidikan Islam sebagai

penjelmaan dari tujuan Islam merupakan kebutuhan yang mutlak ada

pada diri muslim. Pendidikan Islam bukan saja untuk kebutuhan

manusia secara individu, tetapi untuk kebutuhan masyarakat secara

luas. Pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi yang mulia, yaitu

insan yang berakhlakul karimah, keluarga yang harmonis, masyarakat

madani yang dicita-citkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan tujuan

ideal tersebut bisa dicapai apabila pendidikan Islam dimaksudkan bukan

hanya untuk tujuan rutinitas semata, tetapi bertujuan membangun

sebuah peradaban yang mulia.

Madrasah dalam upaya menjawab tantangan globalisasi telah

lama membenahi segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

pendidikan Islam, yaitu membenahi sistem pendidikan, sarana-

prasarana, kurikulum, metode dan pendekatan, materi pendidikan serta

orientasi pendidikan. Kelembagaan pendidikan sebaiknya

mengoptimalkan bagian-bagian demi bagian tersebut agar siap

mengahadapi globalisasi. Madrasah dalam sejarah pertumbuhan dan

perkembangan pendidikan di era ke emasan Islam memegang peranan

penting sebagai alternatif dari perkembangan pendidikan yang telah

berkembang sebelumnya seperti Shuffah, Masjid, Majelis, Halaqah dan

lain-lainnya. Kasus di Indonesia pertumbuhan madrasah relatif baru

dibandingkan dengan pondok pesantren. Madrasah menurut ahli adalah

perpaduan antara pondok pesantren dengan sekolah Eropa. Di bumi

pertiwi, madrasah pada awal peryumbuhannya memang belum banyak

diminati oleh masyarakat. Karena masyarakat kita belum terbiasa

dengan sistem pendidikan baru, bahkan sebelumnya masih ada

masyarakat tradisional yang alergi dengan madrasah karena

beranggapan bukan berasal dari pendidikan pribumi atau pendidikan

Islam asli Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman Madrasah

Page 119: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

119

sebagai model pengembangan pesantren terus diminati masyarakat

Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Bahkan madrasah

telah menjadi kebutuhan masyarakat metropolis atau menajdi

kebutuhan masyarakat klas menengah dan kelas atas.Perkembangan

zaman madrasah mengalami banyak peluang dan tantangan. Tantangan

internal dimana perlunya madrasah mendesain manajemen agar sesuai

dengan kebutuhan dunia pendidikan dan dunia kerja. Sisi lain madrasah

dituntut untuk mengikuti perkembangan dunia modern terhadap

kemajuan teknologi, informasi dan kebutuhan dunia global termasuk

pasar bebas dan kebutuhan afta pendidikan.

Seiring dengan waktu, madrasah sebagai salah satu model

pendidikan telah menjadi salah satu produk andalan bangsa Indonesia.

Alumni madrasah menyebar dimana-mana dan sekarang alumni

madrasah tidak saja di terima di perguruan tinggi Islam seperti STAIN,

IAIN, UIN dan sejenisnya, tetapi telah bebas bisa diterima dan masuk

perguruan tinggi umum seperti Gajah Mada UI,ITB Universitas dan

perguruan tinggi luar negeri sekalipun. Dan alumni madrasah juga telah

dapat diterima di Instansi pemerintah, TNI, POLRI, Perbankan, Pilot,

Pramugari, pelayaran dan lainnya. Madrasah saat ini juga tidak saja

merupakan sekolah andalan Islam di Indonesia, tetapi madrasah telah

berhasil membangun tradisi keilmuan yang telah mengakar. Madrasah

juga telah mengalami perkembangan mulai dari madrasah MAPK,

MAK, madrasah plus, madrasah model, madrasah satu atap, madrasah

terpadu, madrasah unggulan dan lain sebagainya. Perkembangan

madrasah tidak bisa dihindari karena merupakan tuntutan dinamika

perubahan sosial terutama menyonsong peradaban modern yang

semakin hari semakin berkembang yang didesak oleh pekembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi serta

perkembangan dunia kerja satu sisi. Sisi lain yang lebih utama karena

tuntutan terhadap pemahaman ajaran Islam sendiri.

Dalam mengikuti perkembangan zaman madrasah senantiasa

melakukan pembinaan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas

kurikulum, kinerja guru/pendidik, media, metode dan pendekatan

belajar. Selain itu madrasah harus senantiasa pintar membaca tanda

zaman agar madrasah senantiasa mendapat minat dan dapat menjadi

lembaga alternatif yang bernilai tambah, yaitu antara Islam, ilmu, skill,

Page 120: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

120

moral dan pemenuhan dunia kerja, terutama untuk menghadapi

kompetesi globalisasi.

B. Saran-Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka kami dapat

memberikan saran-saran sebagai berikut;

1. Kepada pihak penyelenggara madrasah di Indonesia hendaknya tetap

menjaga dan meningkatkan mutu dan kualitas madrasah sebagai

institusi pendidikan Islam, agar supaya institusi pendidikan ini tetap

menjadi sebuah kekuatan dalam memberikan nilai-nilai religious,

nilai-nilai edukatif, nilai-nilai sosial, nilai filosofis terhadap

perubahan sosial yang sedang terjadi.

2. Kepada setiap unsur yang terkait, hendaknya tetap di dorong dan

meningkatkan peran madrasah untuk menjadi salah satu lembaga

pendidikan alternatif dalam mengantisipasi perkembanagn zaman

terutama agar masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sistem komunikasi dan

informasi sebagai cirikhas tuntutan globalisasi.

3. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam ada baiknya senantiasa

peka melihat peta perubahan sosial globalisasi yang rana muatannya

tidak saja memberikan bentuk investasi-investasi yang membangun,

tetapi terkadang juga sering memberikan arah yang dapat menjebak

generasi penerus bangsa ke dalam lingkungan yang bersifat negatif.

Oleh karenanya madrasah hendaknya memberikan penegasan dalam

mengarahkan oreintasi pendidikan agar senantiasa mengembalikan

kepada hakekat ajaran Islam agar nilai-nilai sosial, dan nilai

kemanusiaan tetap terjaga kemurniannya.

4. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang telah banyak diminati

hampir semua lapisan masyarakat, hendaknya tidak saja

mengembangkan rana ilmu pengetahuan, wawasan saja, tetapi juga

harus tetap mengutamakan nilai-nilai praktis yaitu menyiapkan

pengetahuan dan keahlian, keterampilan, dan kemaharian agar

alumni madrasah siap mengikuti perkembangan dunia kerja, dan siap

mengikuti persaingan pasar global yang membutuhkan kecanggihan

dalam berbagai multi potensi.

5. Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam hendaknya dapat

melahirkan putra-putri bangsa yang memiliki integritas kepribadian,

Page 121: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

121

jati diri, kemandiran, kejujuran dan istiqomah dalam menjaga nilai-

nilai ajaran Islam dan senantiasa dapat mencerminkan diris ebagai

pribadi seorang muslim yang utuh yang dapat menunjukkan diri

sebagai manusia yang terbaik (khairu ummah), dan mengalirkan

perbuatan dan nilai-nilai hasanah kepada kehidupan sosial, dan tetap

bisa menjaganya sebagai pewaris yang mewarisi ajaran Islam yang

bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

6. Pihak penyelenggara madrasah hendaknya tidak lengah bahwa misi

madrasah sama dengan misi Islam yaitu menjaga Iman dan Aqidah

yang kuat dalam setiap sistem dan kegiatan belajar, dan senantiasa

mengukuhkannya dalam setiap aktivitas baik di sekolah, di rumah

maupun dalam kehidupan sosial.

7. Kepada pihak penyelenggara madrasah baik negeri maupun swasta

kiranya tetap menjaga visi, misi, tujuan dan oreintasi madarsah

sebagai institusi pendidikan Islam yang dapat mewujudkan insan-

insan atau alumni madrasah yang memiliki kebaikan rohani dan

jasmani, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kemahiran serta

akhlak yang mulia serta memiliki pandangan jauh ke depan untuk

keselamatan diri di dunia dan di akherat sebagai wujud hakekat

ajaran Islam yang sempurna.

C. Rekomendasi

Berdasarkan uraian dari bab-bab pembahasan dan melihat

kesimpulan dan saran-saran yang ada, sehingga penulis dapat

menawarkan rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada semua pihak yang terkait; penyelenggarah lembaga

madrasah, pemerintah, instansi swasta, kepala sekolah, yayasan,

guru-guru dan stak holder agar kiranya tetap mempertahankan

eksistensi keberlangsungan madrasah, menjaga nilai-nilai sejarah,

menjaga keotentikan, visi,misi, tujuan dan oreintasi madrasah

sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjaga dan

mengembangkan nilai-nilai Islam, meningkatkan kualitas umat serta

generasi masa depan yang lebih baik untuk mewujudkan sumber

daya insani yang produktif.

2. Kepada semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan madrasah

instansi pemerintah dan swasta,kiranya dapat mempersiapkan

kekuatan kompetensi globalisasi dengan menyelenggarakan sistem

Page 122: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

122

pembelajaran yang terfokus bagi peningkatakan kualitas nilai-nilai

religious, akhlakul karimah, kekuatan keimanan,ketaatan ibadah,

muamalah dan sosial, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan

teknologi, baik teknologi komunikasi dan informasi, akses jaringan

dan jalinan dunia kerja yang berguna bagi masa depan alumni

madrasah sebagai perwujudan upaya pembentukan sumber daya

insani yang produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Surabaya :

Mahkota, 1989.

Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta, 2003.

Ahmadi, Abu, Strategi Belajar Mengajar. Bandung; Pustaka Setia,

1997.

Ahmadi, Abu, , Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Bina Aksara,1988.

Al Qordhowi, Yusuf. Membumikan Syariat Islam, Muhammad Zakhi,

Yasir Tajid, Surabaya, Dunia Ilmu,, 1990:

Alisjahbana, S. Takdir, Pemikiran Islam Dalam Menghadapi

Glohalisasi dan Masa Depan Umat Manusia, Jakarta, Dian

Rakyat. 1992.

Ali, K., ,Sejarah Islam ;Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya

Dinasti Usmani, (Tarikh M odern), Gufron K. Mas’adi

(Penerjemah), Jakarta; cet ke 4, 2003

Ansary, Tamim, dari puncak Baghdad, Sejarah Dunia Versi Islam,

Yuliani Liputo: (Penerjemah), Jakarta: Public Affair, 2009.

Asy Syarkowi, Abdurrahman, Muhammad Sang Pembebas,

Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.

Asrahah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta, Logos. 1999.

Alisjahbana, S. Takdir, Pemikiran Islam Dalam Menghadapi

Glohalisasi dan Masa Depan Umat Manusia, Jakarta, Dian

Rakyat. 1992.

Page 123: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

123

Arifin, Muzayyin, , Tentang Filsafat Pendidikan Islam, , 2009,

Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta; Bumi Aksara,

2003.

Al Faruqi, Ismail Raji, Ismalisasi Ilmu Pengetahuan, ( Islamization

Knowladge) Terj. Anas Mahyudin ,Bandung, Pustaka, 1984

Arikunto, Suharsini, Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).

Jakarta; Rieneka Cipta.

Ali Ashrof, Horison Baru Pendidikan Islam, Bnadung: Pustaka, 1996.

Ali, Arief Furchan, Pemberdayaan Madrasah dan Tantangan

Globalisasi, makalah, 2014.

Arnikum, Hartono, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Bachtiar, Amsal, Filsafat Agama, Wisata Pemikiran dan Kepercayaan

Manusia, Jakarta: Grafindo, Persada, 2007

Buchari, Mochtar, Ilmu Pendidikan & Praktek Pendidikan (Dalam

Renungan). Yogyakarta; Tiara Wacana, 1994.

Badan Litbang Diklat Kementerian Agama RI. Tafsir al-Qur’an

Tematik: Pendidikan, Pembangunan Karakter dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Aku Bisa,

2012.

Bachtiar, Yoyon, Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan

Pendidikan, Bandung, UPI, 2006.

Bakar Osman, Herarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu

Menurut Al Farabi, Al Ghazali, Quthb Al-Din Al-Syirazi,

Seyyed Hosein Nasyr (Pengantar), Purwanto

(Penterjemah),Santi Indra Astuti (Penyunting), Bandung: Mizan,

1997.

Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta, Andi Offset,

1988.

Bloom, B.5, Toxomony of Educational Objectives, the Classification of

Educational Goals, Hand Book I: Cogniti Domain. New York:

Long mans, Green and Co.

Bogdan, B.C. & Biklen, SK., Qualitatif Research For Education,: An

Introduction to Theory and Method, Boston: Allyn and Bacon

Ine, 1982.

Buchori,Muchtar, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia.

Yogya; Tiara Wacana, 1994.

,Ilmu Pendidikan & Praktek Pendidikan (Dalam Renungan).

Yogya; Tiara Wacana., 1994.

Barbara B,Seeli Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Definisi dan

Kawasannya, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No 22. Dewi

S. Prawidilaga, Rafhael Rahardjo, dan Miarso, Yusuf Hadi

Miarso, Cet.iii, 1944.

Page 124: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

124

Al Attas, Syeed Muhammad Naquib, Al Qur’an dan Filsafat Sains,

Syaiful Muzani (Penerjemah), Bandung Mizan, 1995,.

Choiri, Miftahul, Guru Masa Klasik (Kajian Historis Tentang Status

Sosial dan Peran Guru), dalam Abudin Nata, Sejarah

Pendidikan Islam Pada Periode Klasikdan Pertengahan,

Jakarta, PT Raja Grafinfo Persada, 2012

Dradjat, Z.Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan

Bintang, 1971.

Darmuin , Prospek Pendidikan Islam di Indonesia, Suatu Telaah

Terhadap Pesantren dan Sekolah. Dalam Chabib Thoha dan

Abdul Muth'i. PBM-PAI di Sekolah,: Eksistensi dan Proses

Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,, Yokyakarta:

Pustaka Pelajar. Bekerjasama dengan Walikota Semarang 1998.

Dalam Raharjo, 2008.

Dhofier, Z.,Tradisi Pesantren.Jakarta: LP3ES,1982.

Durkhiem, Emil,, (The Elementary Forms of The Religiou Life),

(Penterjemah, Enyiak Ridwan Muzir, 1992.

Depdiknas, Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance), 2003.

Definisi Globalisasi menurut Ahli, dalam Google, diambil Sabtu,

tanggal 21.

Dradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta Bulan

Bintang, 1971.

David, R. Fred.Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan).

Jakarta, Indeks, 2004.

Danim, Sudarwan, Komunitas Pembelajar (kepemimpnan Tansformasi

dalam Komunitas Organissasi pembelajaran), Jakarta; Bumi

Aksara, 2003.

Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan,

Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

E. Mulyasa., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2004.

Susanto Ari, Mahfud dan Dayat, Urgensi Manajamen Pendidikan Isam

dalam Era Gobal, Makalah Yang Sudah diterbitkan, Jakarta:

2014

Fadjar, M.A. (Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan.

1998.

Fadjar, A Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung

Mizan, 1998.

Facharurozi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta Press,

2000.

Feisal, Yusuf Amir, Reorentasi Pendidikan Islam, Jakarta : Gema

Insani Press.; 1995.

Page 125: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

125

Forum Ilmiah Festival Istiqlal II’ 95., Ruh Islam dalam Budaya

Bangsa., Wacana Antar Agama dan Bangsa, Yayasan Festival,

Bina Rena Pariwara, 1996.

Furchan Ali., Arief, Pemberdayaan Madrasah dan Tantangan

Globalisasi,dalam Makalah, 2014.

Furchan, Arief, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi

Keberadaan Madrasah dan PTAI). Yogyakarta; Gama Media,

2004.

Geertz,, Clifford, Religin, as a Culture System, dalam Mechael Banto

(Ed), Antrological Approaches to the Study of Religion, New

York” Praeger. 1966.

“The Javanes Kyai The Changing Role of a Culture Broker, University

of California Press, 1963. Dalam Hanun Asroha, Sejarah

Pendidikan Islam, tahun 1999.

Gunawan Ary. H., Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta., 2000.

Gunawan, Ary H. Kebijakan Kebijakan Pendidikan. Jakarta : Rineka

Cipta, 1995.

Hasyimi, A. Kebudayaan Aceh daam Sejarah, Jakarta, Beuna, 1983,

hal. 1-99-150

Hujair. Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Madani

Indonesia). Yogyakarta; Safiria Insania Press, 2003.

Hasibuan, S.P. Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan II.

Jakarta, Toko Gunung Agung, 1995.

__________________. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah,

Cetakan I. Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1996.

Iptek, Pusat Pengkajian, Inovasi dan Teknologi, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi, dalam Tabrani Rusyan, Jakarta: Pustaka,

Dinamika,2012.

Ismail, M. Yusanto,Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,

Khairul Bayan,200

Idi, Abdullah, Sejarah Sosiologi Pendidikan, Materi Program S.2/IPI

IAIN Raden Fatah Palembang, tanpa tahun, 2009.

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik,

Yokyakarta: AR-Ruzz Media, 2011.

Idi, Abdullah, Sosiologi Pendidikan, Individu, Masyarakat dan

Pendidikan, Cet. 3,Jakarta; Rajawali Press, 2013.

Ismail, M. Yusanto,Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,

Khairul Bayan,2003.

Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan

Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: Grafindo Persada, 1996.

Page 126: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

126

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat

dan Pendidikan,Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Konsep Sejarah,

Kemanusiaan dan Kebudayaan), Jakarta: Gramedia,1997.

Johnson, R.A. The Theory and Management of System. Tokyo:

McGraw Hill Kogakusha, 1973.

Karima Zahra, Arsy, Bording Scholl, Karya Ilmiah yang dipublikasikan,

tahun 2008 hal. 145. (wwwteori.com 201/03/boarding Scholl,

pengertian bording scholl.25 Pebruari 2017.

Keputusan Muktamar Muhammadiyah, Beserta Makalah Prasarannya,

Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, PPM, 1995.

Kutojo, Sutrisno, Perspektif Sejarah Sosial, Bandung Pustaka, 1995

Kadarman, A.M. et.al.,Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta, Gramedia,

1996.

Kattasoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Sebuah Buku Pegangan Untuk

Mengenal Filsafat, terj, Oleh Soejono Somargono, Yogyakarta,

Tiara Wacana Yogya, 1992.

Kompetensi Akademik Siswa Ibtidaiyah, MTS, Aliyah Menurut

Kementerian Agama RI., Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36.

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013, Suatu Pendekatan Preaktis

dissetai dengan Contoh, Jakarta: Raja Grfindo Persada, 2013.

Kontowijoyo, Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah, Dalam

Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial, Sarasehan

Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah , M.Amien Rais

(Editor,), Yogyakarta: PLP2M, 1985.

K.Hitti, Philip, Dunia Arab,(Judul Asli, The Arabs A. History),

Usuluddin Hutagalung, dan O.D.P. Sihombing (penerejmah),

Penerbit Sumur Bandung, (t.t.)

M. Echols, John, Dan Hasan Hassan Shadily, Kamus Inggeris

Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1997

Mulyasa.E,Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2004.

Muhaimin.,Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2002.

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam

(Pemberdayaan, Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi

Islamiah Pengetahuan). Bandung; Nuansa Cendekia, 2003.

Muhaimin. Reorientasi Pengembangan Guru. Malang, 2002.

Page 127: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

127

Muhaimin., Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2002.

Machdorro, Mohvi, Metodologi Penelitian (Untuk Ilmu Ilmu Ekonomi

dan Sosial). Yogyakarta; Aditya Media, 1993.

Madjid, Nurcholis,Tradisi Islam Peran Dalam Pembangunan di

Indonesia, Kasnanto (Ed), Jakarta, Paramadina, 1997.

Muzayyin, Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam,2009 .

Mondy, R.W.and Premeaux, S.H.Management: Concepts, Practices

and Skills. New Jersey, Prentice Hall Inc Englewood

Cliffs.1995.

Mukhadis, Ahmad, Metode Penelitian Kuantitatif, Malang, Universitas

Muhammadiyah Malang, 2011, hal. 70.

Nakosten, Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat,

Diskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, Joko S. Kabar,

Supriyanto, Abdullah (Penerjemah), Surabaya, Risalah Gusti,

1996.

Nata, Abudin, Sejarah Pendidikan Islam pada Pereiode Klasik dan

Pertengahan, Jakarta; Rajawali Press, 2012.

Nata, Abudin, Kapita Selekta Pendidikan,Isu-isu Kontemporer Tentang

Pendidikan Islam, Jakarta Rajawali Press, 2013.

Nata, Abudin, Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta; Gramedia, 2001.

Nata, Abudin, Sejarah Intelektual Islam, dan Institusi Pendidikannya,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Nisbitt, John, dan Aburdene, Patricia, Megatrends 2000, terj. FX

Budijanto, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1990.

Oxford, Learner’s Pocket Dictionary, Newyork, Oxford University

Press, 2005.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Lembaran Negara RI tahun 2005 Nomor 41,

Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4496) Sebagaimana

telah di ubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran

Negara RI Tahun 2013 Nomr 71, Tambahan Lembaran Negara

RI Nomor 5410);

Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2007, tentang Standar Isi;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013

tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan

Menengah;

Page 128: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

128

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013

tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

Peorsen, C.A. Van, Orientasi di Alam Filsafatat, Dikhartoko (terj.),

Jakart: Gramedia, 1985.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013

tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013

Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas / Madarasah Aliyah Kejuruan;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun

2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013;

Peraturan Menteri Agama Nomor : 912 Tahun 2013 Tentang

Kurikulum Madrasah 2013;

Putra Daulay, Haidara, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara

,Jakarta: Asdi Mahasatya, 2009

Prastowo, Andi, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan

Teoristis dan PraksisJogyakarta, ,Ar-Ruzz Media 2011, hal. 78-

79

Rancangan Manajemen Pendidikan Indonesia, dalam Desain

Pendidikan Terjebak Kacamata Kuda, Submitted by admin or

march 17, 2012-3-4 pmd Comments 518.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Kalam Mulia, 2004.

Robinson, Philif,Sosiologi Pendidikan yang direjemahkan oleh Hasan

Basri, 1986.

Ritzer George., Sosiologi Ilmu Pengetahuan Perparadigma Ganda.

Jakarta. Rajawali Pers., 2009.

Seels, Barbara B, Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Definisi dan

Kawasannya, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.12.,

Penerjemah, Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, (alm).,

dan Miarso, M. Sc., Penyunting, Yusufhadi Miarso, Cet. Iii,

1994., hal..3-5.

S Praja, Johaya, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana,

2005.

Salam, Burhanuddin Salam, Logika Materil, Filsafat, Ilmu

Pengetahuan, Jakarta, Renika, Anggota Ikapi, 1997.

Saodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung,

Remaja Rosda Karya 2003.

Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan (Masa Remaja), Jakarta:

Pabalibndo Janna, 1998.

Page 129: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

129

Solichin Salam, Muhammadiyah dan Kebangunan Islam diIndonesia,

Jakarta: NV.Mega Jakarta, 1965.

Sarijo, M. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma

Bakti,1980.

Sukardi, Metodologi Penelitian, Pendidikan Kompetensi dan

Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sumaji, Dkk, Pendidikan Sains Yang Humanistis,Yogyakarta, Kanisius

Anggota IKAPI, 1998.

Sumardi, Sandiawan, Menuju Stigma Melalui Pendidikan Al Ternatif,

Jakarta, Bandung,UPI, 2006.

Schoun, F, Memahami Islam, Bandung, Pustka, 1993.

Sternbrink. K.A. Pesantren, Madrasah dan Sekolah. Jakarta:

LP3ES,1986.

Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia

Global), Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006.

Sumaji, Dkk, Pendidikan Sains Yang Humanistis,Yogyakarta, Kanisius

Anggota IKAPI, 1998.

Sulaiman, Moenandar, Ilmu Sosial, Teori dan Konsep Ilmu Sosial,

Eresco Bandung, 1993.

Sairin Syafri, Pendidikan dan Perubahan Sosial, Loc. Cit., 2002

Sairin, Syafri, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia, Perspektif

Antropologi, Yokyakarta., 2002.

Soetriono, SDRm. Rita Hanafei, Filsafat Ilmu dan Metodologi

Penelitian, 2007.

Sulastomo, Muhammadiyah dan Politik, Dalam Intelektualisme

Muhammadiyah Menyonsong Era Baru, Kelompok Studi

Lingkaran (Peny.)., Bandung: Mizan, 1995.

Sternbrink, Karel, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta, LPES,

1996.

Susanto Ari, Mahfud dan Dayat, Urgensi Manajamen Pendidikan Isam

dalam Era Gobal, Makalah Yang Sudah diterbitkan, Jakarta:

2014

Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. Pengantar Operasional

AdministrasiPendidikan. Surabaya: Usaha Nasional., 1982.

Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1985.

Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cetakan I.

Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia

Global), Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006.

Sumaji, Dkk, Pendidikan Sains Yang Humanistis,Yogyakarta, Kanisius

Anggota IKAPI, 1998.

Page 130: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

130

Sairin, Syafri, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia, Perspektif

Antropologi, Yokyakarta., 2002.

Soetriono, SDRm. Rita Hanafei, Filsafat Ilmu dan Metodologi

Penelitian, 2007.

Schoun, F., Memahami Islam, Bandung Pustaka, Hidayah, 1979.

Rusyan, A. Tabrani., Manajemen Kependidikan. Bandung: Media

Pustaka, 1992..

Tayangan TVRI, Bulan Suci Ramadhan, Kilas Balik Perkembangan

Islam di Asia Barat, Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan

Kebudayaan, tahun 2014.

Tayangan Bulan suci Ramadhan, Kilas Balik Penjelasan, Membedah

Kebudayaan dan Tradisi Islam, Program ANTV, TV Tran 7

tahun 2019.

Tambak, Syahrini, Prinsip-Prinsip Umum Pendiikan Islam dalam

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,Pada Periode Klasik

dan Pertengahan,Raja Grafindo Persada, 2012.

Tilaar, H.A.R. dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar

untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan

Pendidikan sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008.

., Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta Renika

Cipta,2004.

,Membenahi Pendidikan Nasional ,Jakarta; Renika Cipta, 2009

Tofler, Alfin, Sosiologi Pembangunan,makalah yang disampaikan

dalam acara Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam

modernisasi, di Palembang, 1999.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung;

Remaja Rosdakarya, 1994.

Tuhuleley, Said, Permasalahan Abad XXI, Sebuah Agenda (Kumpulan

Karangan), Yogyakarta : SIPRESS.,1993.

Tilaar, H.A.R.Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta Renika

Cipta,2004.

Tilaar, H.A.R., Membenahi Pendidikan Nasional,Jakarta; Renika Cipta,

2009

Tofler, Alfin, Sosiologi Pembangunan,makalah yang disampaikan

dalam acara Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam

modernisasi, di Palembang, 1999.

Thoha, Chabib, dan Muth'i, A,PBM-PAI di Sekolah: Eksistensi dan

ProsesBelajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar bekerja sama dengan Fak. Tarbiyah lAIN

Walisongo Sernarang, 1998.

UNDP, The Global Conpetitivenes, Report tahun 2011-2012.

Page 131: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

131

UUD 1945, P-4, GBHN (Tap. No: II MPR 1988) TAP-TAP MPR 1988,

Pidato Pertanggungjawaban Mandataris, Bahan Penataran dan

Bahan Referensi Penataran, Jakarta: Direktur Jendral Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI. No. 2, 1989),

dan Peraturan Pelaksanannya, dilengkapi Peratutran

Perundangan Yang dikeluarkan sampai dengan 1994 (Jakarta:

Sinar Grafika, 1995

Undang Undang RI (Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Citra

Umbara, 2003.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasinal (UU RI, No.2 Tahun 1989)

dan Peraturan Pelaksanaannya, (1994). Jakarta: Sinar Grafika.

Undang Undang RI (Sistem Pendidikan Nasional),Jakarta: Fokus

Media, 2003.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1;

Usa, Muslih, Aden Widjan, Pendidikan Islam dalam Peradaban

Industrial, Yogyakarta: Aditya Media, 1997.

Widjan, Faried, Alumnus MAPK, Surakarta, Sekolah-sekolah

Keagamaan, Sumber: https/www.nu.or.idread.62976. Madrasah

Aliyah Program Khusus, mapk makhluk-apakah itu 2012.

Wiljen, Mqdad, Globalisasi Persoalan Manusia Modern, Solusi

Tarbiyah Islamiyah, terj. Oleh Rofi Munawar, Lc, Jakarta:

Risalah Gusti, 1995.

Yatim, Badri, Sejarah Peradab Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta,

Raja Grafindo Persada, Cet. Keenambelas, 2004,

Yulianto, Teori Fungsionalis Ogburn, Jakarta, BumiAksara,2016, hal.

1-99. Lihat juga dalam Maslihah, tentang ,Teori Fungsionalis

Ogburn, Lauer,1993

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Hidakarya Agung,

1989.

Muhammad Faruk, Problematika Pendidikan Agama Islam,Makalah

dipublikasikan, Jakarta, 2004.

Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi: Tantangan Menuju Civil

Society, Jakarta; Bigrafi Publishing, 2003.

Zakaria, Zakaria Hasyim, Pendapat Cendikiawan dan Filosof Barat

tentang Islam, terj. Oleh Salim Basyarahil, Jakarta: Gema Insani

Press, 1990.

Page 132: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

132

BIODATA SINGKAT

AssalamulaikumWr.Wb

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Jamalludin

Tempat Tanggal Lahir : Pematang Bango, 14 Maret 1973

Alamat : Jl. Syakyakiriti, LrgRajawali, Kel. Karangjaya,

RW 01 RT.04 N0 68 Musi 2 Kota Palembang

No Kontaks : 0813-7312-7112

Nama : Orang Tua

Bapak : H. Umar, LR (Alm. Lhr.1901-Wft.1986).

(Pernah Belajar di Mekkah Al Mokarromah +

- tahun 1920-1922.

Ibu : Ngadiah (Pendidikan SR).

Isteri : 1 orang

Anak : 3 orang AnakLaki-laki

Page 133: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

133

B. RIWAYATPENDIDIKAN:

SD : SD Negeri 33 Kota Pagaralam

SLTP : SMP Negeri 2 Kota Pagaralam

SLTA : MAN 2 Pagaralam

S 1. : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah

IAIN Raden Fatah Palembang, selesai tahun 1998.

S.2 : Program Studi Pemikiran Pendidikan Islam, PAI, PPs IAIN

Raden Fatah Selesai tahun 2011

S.3 : Program Studi Pemikiran Pendidikan Islam. PAI PPs UIN

Raden Fatah Palembang angkatan tahun 2013 (sekarang

sedang dijalani).

C. PELUANG PENDIDIKAN FORMAL YANG TIDAK JADI

DILANJUTKAN:

1. Panggilan SMU Taruna Negeri tahun 1990 (Tanda Tangan Jendral

TNI Tri Soetrisno) (Utusan dari SMP Negeri 2 Pagaralam).

2. Panggilan STM Penerbangan Negeri di Bandung tahun 1990.

(Utusan SMPN 2 Pagaralam).

3. Jalur PMDK di Universitas Sumatera Utara (USU-Medan), tahun

1990, dari MAN Kota Pagaralam.

4. Utusan Dari Rumah Sakit Charitas Palembang untuk melenjutkan

studi di Fakultas Kodokteran di Amerika,tahun 1994.

5. Program Pascra Sarjana (S.2) Perbankan Islam di Universitas Islam

Indonesia (UII) Yogyakarta, tahun 1999.

6. Universitas Moskow, di Rusia, Setelah wawancara tidak jadi

diberangkatkan, Juni, tahun 2002

D. RIWAYAT MENGAJAR:

DOSEN LUAR BIASAIAIN/ UIN RADEN FATAH PALEMBANG

,1998-2016

Mata Kuliah : Dirosah Islamiyah 1-II (Fakultas Ushuluddin IAIN-

UIN Raden Fatah )

Kewiraan dan Pancasila Fakultas Adab IAIN-UIN Raden Fatah Plg.

Pemikiran Pendidikan Islam (Jurusan KI)

Filsafat Umum

Filsafat Pendidikan Islam

Page 134: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

134

Sejarah Pendidikan Umum (SPU-PAI)

Adminitrasi Pendidikan (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang )

ManagemenPendidikan (Tarbiyah UIN Tarbiyah UIN Raden Fatah

Palembang)

Sosiologi Pendidikan(Tarbiyah UIN Tarbiyah UIN Raden Fatah Plg)

Sosiologi Perdesaan dan Perkotaan (Tarbiyah UIN)

IlmuTasawuf (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang)

Pengmat-met PAI (Tarbiyah UIN Tarbiyah UIN Raden Fatah

Palembang)

Sejarah Madrasah Ibtidaiyah (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang)

Pengembangan Kurikulum (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang)

Dosen Luar Biasa IKIP Muhammadiyah Pagaralam

Dosen tetap di Universitas Muhammadiyah Palembang

Mata Kuliah yang di Asuh: FilsafatUmum

Filsafat pendidikan

Filsafat Pendidikan Islam

Al Islam dan Kemuhammadiyahan (Fakultas Ekonomi)

(Fakultas Kodekteran Universitas Muhammadiyah Palembang)

DOSENLUARBIASA UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG,

TAHUN2013-2014

Mata Kuliah : ManajemenPendidikanSenidanBudaya

MENGABDI DI SMK, MA DAN SMUKOTA PALEMBANG:

MULAI TAHUN 1997-2006

Mata PelajaranPendidikan Agama Islam : SMK Yanitas Palembang

MA Alfatah Palembang

SMU PGRI 1 Palembang

SMU Muhammadiyah 4

Palembang.

SMK Tri Dharma Palembang

E. PENGALAMAN ORGANISASI:

Ketua Uni Kegiatan Mahasiwa (UKM) Studi Ilmiah, Senat Mahasiswa

Insitut (SMI), IAIN Raden Fatah Palembang, periode 1996-1997.

Ketua Ikatan Mahasiswa Kabupaten lahat (IKAMALA) di Sumsel

Periode tahun 1996-1998.

Page 135: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/Isi ok.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad

135

Pengurus Harian Pimpinan Pusat IMM (Jakarta) tahun 2001-2003

Wakil Ketua Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan

Wilayah Muhammadiyah Sumsel Tahun 2001-2003

Ketua (NGO); HUMANIKA, wilayah kota Pagaralam,tahun 2001-2005

Ketua Gema KKN Sumsel, tahun 2003-2008

Ketua Divisi Pengembangan dan penelitian (Litbang) (NGO):

Pemberdyaan Masyarakat Sumatera Selatan tahun 2001-2003

Sebagai Koordinatur Reformasi tanggal 20 Mei tahun 1998 antar seluruh

Aktivis Reformasi Pada Seluruh Perguruan Tinggi di Sumatera Selatan.

Demikianlah biodata singkat ini dibuat dengan sesungguhnya ,atas

perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Wassalamu,alaikumWr. Wb.

Palembang, Pebruari 2020

Yang Bersangkutan,

Jamalludin

NIM: 1392011