BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...A. Latar Belakang Masalah ... laboratorium klinik yang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...A. Latar Belakang Masalah ... laboratorium klinik yang...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman banyak hal yang berubah,
termasuk aktivitas masyarakat sehari-hari. Pola aktivitas yang padat dan
terus menerus seringkali membuat masyarakat melupakan salah satu aspek
penting dalam kehidupan yakni kesehatan. Hal ini memberi dampak besar
bagi mereka antara lain tanpa disadari muncul berbagai macam penyakit
yang mengancam kesehatan.
Pentingnya kesehatan secara perlahan mulai disadari oleh sebagian
masyarakat kita. Kemajuan pesat di berbagai bidang telah banyak
mengubah pola pikir masyarakat. Dalam era ini, mereka dapat dengan
mudah memperoleh informasi yang mereka butuhkan seperti informasi
tentang aktivitas yang aman dan nyaman namun tidak mengganggu
pekerjaan serta informasi lain di bidang kesehatan. Banyak pilihan jenis
aktivitas sehat antara lain dengan mengubah pola makan menjadi lebih
teratur, olahraga teratur, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Fenomena ini memunculkan peluang baru yakni jasa laboratorium
klinik. Oleh karena itu para pelaku bisnis di dunia kesehatan dituntut
tanggap dan mempertimbangkan pentingnya keberadaan sebuah
laboratorium klinik yang lengkap untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Munculnya sebuah peluang seringkali tidak lepas dengan kemunculan
tantangan baru. Terdapat beberapa aspek penting agar dapat memenangkan
persaingan antara lain kecanggihan dan kelengkapan teknologi kedokteran,
kenyamanan, pelayanan yang memuaskan serta harga yang ditawarkan
kepada masyarakat.
Perusahaan harus memilih strategi yang tepat agar dapat
memaksimalkan keuntungan dan mengurangi resiko. Pemilihan strategi
bukanlah hal yang mudah, perusahaan perlu mempelajari dengan cermat
kondisi internal dan eksternal perusahaan. Faktor- faktor eksternal yang
mempengaruhi keputusan yang diambil perusahaan antara lain faktor
makroekonomi (inflasi), kebijakan dan peraturan pemerintah, reaksi
kompetitor, serta permintaan konsumen (Simon, 2000). Sedangkan dari segi
internal, perusahaan perlu memikirkan pentingnya keberadaan manajemen
profesional yang memiliki wawasan luas, ide dan terobosan yang baru untuk
membantu pertumbuhan perusahaan. Setiap manajemen perusahaan
memerlukan suatu alat untuk mengukur kinerja perusahaannya untuk
mengetahui seberapa baik performa perusahaan (Sofian, 2004). Pemikiran
jeli tentang pentingnya semua aspek perusahaan akan membantu manajemen
dalam menentukan strategi bisnis masa depan. Pengukuran kinerja yang
dilakukan banyak perusahaan saat ini hanya menitikberatkan pada aspek
keuangan. Pengukuran kinerja ini hanya akan menghasilkan laba maksimal
dalam jangka pendek saja. Perusahaan membutuhkan tolok ukur yang baru
dan lebih baik yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba bukan hanya jangka pendek namun
juga laba jangka panjang. Aspek keuangan dan non keuangan harus dikelola
dengan baik sehingga menghasilkan penilaian yang seimbang dan tepat.
Balanced scorecard merupakan suatu sistem yang mencakup semua aspek
dalam perusahaan di semua tingkatan manajemen yang sangat bermanfaat
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan menggunakan metode
balanced scorecard pihak manajemen dapat mengetahui dan
memperhatikan aspek-aspek yang memicu pencapaian nilai keuangan jangka
panjang perusahaan.
Terdapat beberapa faktor yang memicu perusahaan dalam
mengimplementasikan balanced scorecard dalam perusahaan. Faktor yang
pertama adalah kondisi lingkungan bisnis yang dimasuki perusahaan sangat
kompetitif dan turbulen, sedangkan faktor pemicu yang kedua adalah sistem
manajemen yang digunakan oleh perusahaan tidak mampu menjawab
kebutuhan manajemen secara keseluruhan (Sofian, 2004).
Penulis tertarik untuk mengulas masalah implementasi balanced
scorecard dalam perusahaan karena masih banyak perusahaan yang belum
tertarik untuk menggunakan sistem ini dan mengukur kinerja perusahaan
hanya dari aspek keuangan saja. Balanced scorecard juga dapat
diimplementasikan oleh semua perusahaan bukan hanya perusahaan skala
besar atau perusahaan yang sudah bersertifikasi namun juga dapat
diimplemetasikan oleh perusahaan skala kecil dan menengah. Sertifikasi
perusahaan belum menjadi jaminan bagi manajemen untuk melaksanakan
pengukuran dan perbaikan manajemen secara nyata untuk menjadi
perusahaan yang lebih baik dan memuaskan semua pihak baik pemilik
(owner), pemegang saham, karyawan serta konsumen.
Pusat Diagnostik Budi Sehat merupakan salah satu laboratorium
klinik utama yang berada di Surakarta. Pusat Diagnostik Budi Sehat
merupakan perusahaan jasa kesehatan di Surakarta yang menawarkan jasa
pemeriksaan laboratorium klinik (pemeriksaan hematologi, serologi
imunologi, kimia, hormon, urine, faeces, dll), pemeriksaaan rontgent
(rontgent thorax, lumbal, kepala, dll), pemeriksaan panoramic, pemeriksaan
mammografi, pemeriksaan ultrasonografi (USG), pemeriksaaan treadmill,
pemeriksaan elektro encephalografi (EEG), serta fisiotherapi (diathermi,
interferensial, terapi manual) lengkap dengan peralatan kedokteran yang
modern dan canggih mengikuti perkembangan teknologi sehingga mampu
memberikan hasil yang tepat waktu dan akurat.
Perusahaan jasa kesehatan dituntut untuk lebih memfokuskan pada
kebutuhan pelanggan, sejalan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat
akan pelayanan yang lebih baik, dan perkembangan tehnologi (Kunjoro,
2007). Suatu laboratorium klinik yang baik, selain mampu memberikan
pelayanan yang baik dan bermutu, juga harus dapat hidup dan berkembang.
Laboratorium harus dapat menghidupi staf dan karyawannya dengan baik,
melaksanakan program kontrol kualitas dengan baik, mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi dalam hal pengenalan metode dan
peralatan-peralatan baru, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
stafnya serta memberikan informasi diagnostik tentang perkembangan tes-
tes baru pada pelanggannya (Ariningrum, 2005). Laboratorium klinik
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
masyarakat yang menekankan nilai sosial dan ekonomi yang memerlukan
ukuran kinerja yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatannya.
(Asmaryani, 2006).
Penulis memilih lokasi penelitian di Pusat Diagnostik Budi Sehat
karena beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang pertama adalah
perusahaan perlu membuat suatu sistem pengukuran kinerja yang jelas,
karena Pusat Diagnostik Budi Sehat merupakan perusahaan keluarga
dimana manajemen perusahaan kurang memperhatikan pentingnya sebuah
penilaian kinerja yang menyeluruh. Perusahaan perlu mengubah fokus
perhatian tidak hanya pada aspek keuangan namun juga aspek- aspek non
keuangan perusahaan.
Perusahaan perlu mengimplementasi konsep balanced scorecard
karena dalam Pusat Diagnostik Budi Sehat terdapat faktor pemicu antara
lain kondisi lingkungan bisnis yang dimasuki perusahaan sangat kompetitif
dan turbulen dengan kemunculan laboratorium klinik baru di Surakarta.
Dari hasil pengamatan dari penulis, sistem manajemen yang digunakan oleh
perusahaan juga belum mampu menjawab kebutuhan manajemen secara
keseluruhan.
Tingkat keluar dan masuk karyawan relatif lebih tinggi menjadi
pertimbangan lain penulis untuk dapat mengetahui lebih lanjut permasalahan
manajemen yang sedang dihadapi perusahaan. Permasalahan pengelolaan
sumber daya manusia sangat penting sebab pada saat ini karyawan
merupakan aset yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Proses keluar masuk karyawan yang terlalu sering akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan terkait dengan biaya pelatihan bagi
karyawan baru. Kegiatan pelatihan dengan diadakannya proses orientasi
bagi karyawan baru yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan berubah menjadi kegiatan rutin yang menyita waktu karyawan
lain. Perusahaan juga belum memiliki bagian atau tim khusus yang bertugas
untuk menampung keluhan yang disampaikan pelanggan,
mengkoordinasikan dengan bagian terkait untuk mendapatkan solusi yang
tepat. Dari pengamatan penulis, masih terdapat beberapa permasalahan
pelayanan yang terjadi secara berulang. Dengan pengukuran tingkat
kesalahan pelayanan ataupun keluhan pasien yang tepat, perusahaan dapat
menentukan strategi dan kebijakan yang tepat agar pelayanan dimasa
mendatang dapat lebih maksimal.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian terhadap
sistem penilaian kinerja perusahaan di Pusat Diagnostik Budi Sehat dengan
konsep balanced scorecard dan menuliskan dalam bentuk laporan dengan
judul “KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BALANCED
SCORECARD DALAM PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDY
KASUS PADA PUSAT DIAGNOSTIK BUDI SEHAT).”
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
kemungkinan penerapan sistem balanced scorecard dalam penilaian kinerja
perusahaan di Pusat Diagnostik Budi Sehat ?
C. Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penerapan
sistem balanced scorecard dalam penilaian kinerja perusahaan di Pusat
Diagnostik Budi Sehat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan yang
berguna bagi perusahaan dalam menerapkan kebijakan perusahaan dan
membuka cakrawala baru bagi manajemen untuk menentukan sistem
pengukuran kinerja yang tepat sehingga pada masa mendatang
perusahaan mampu bersaing dengan ide, metode dan terobosan baru.
2. Bagi Dunia Akademis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin
ilmu ekonomi khususnya akuntansi dan memberikan informasi bagi
mahasiswa atau peneliti lain yang ingin mengamati masalah sejenis.
E. Organisasi Bab-bab Selanjutnya
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang beberapa landasan teori yang mendasari
penelitian yaitu sistem manajemen kinerja, definisi balanced
scorecard.
Bab III : Metodologi Penelitian
Berisi tentang desain penelitian serta metode pengumpulan data
dan analisis data.
Bab IV: Analis dan Pembahasan
Bab ini akan diawali dengan menguraikan gambaran umum
perusahaan dan dilanjutkan dengan pembahasan tentang
pengukuran kinerja perusahaan dengan balanced scorecard.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan
penulis serta saran yang bermanfaat bagi perusahaan, penulis dan
pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
F. Sistem Manajemen Kinerja
1. Definisi Manajemen Kinerja
Sistem manajemen kinerja adalah sistem manajemen yang
mengandalkan pengendalian organisasi pada pengukuran (angka)
kinerja. Setiap unit, fungsi, bahkan individu dalam organisasi diberikan
target-target terukur sebagai pedoman kemana organisasi akan diarahkan
(Alamsyah, 2005).
Soetjipto (2004) berpendapat bahwa manajemen kinerja pada
dasarnya merupakan proses komunikasi yang berkelanjutan antara atasan
dan bawahan dengan tujuan untuk memperjelas dan menyepakati hal-
hal berikut.
· Fungsi pokok pekerjaan bawahan.
· Bagaimanakah pekerjaan bawahan berkontribusi pada pencapaian
tujuan organisasi.
· Pengertian efektif dan berhasil dalam pelaksanaan pekerjaan
bawahan.
· Bagaimanakah bawahan dapat bekerjasama dengan atasan dalam
rangka efektivitas pelaksanaan pekerjaan bawahan.
· Bagaimanakah mengukur efektivitas (kinerja) pelaksanaan pekerjaan
bawahan
31
· Berbagai hambatan efektivitas dan apakah alternatif cara untuk
menyingkirkan hambatan-hambatan tersebut.
2. Manfaat Manajemen Kinerja
Soetjipto (2004) menyatakan bahwa penerapan manajemen kinerja
yang efektif akan bermanfaat untuk :
a. mengkoordinasikan unit-unit kerja yang ada di dalam organisasi.
b. mengidentifikasi dan mendokumentasikan berbagai hambatan dan
permasalahan kinerja
c. menjadi landasan pengambilan keputusan di bidang SDM.
d. menjadi alat untuk mengefektifkan pengelolaan SDM.
e. menumbuhkan kerjasama antara atasan dengan bawahannya.
f. meminimalkan kesalahan dan meniadakan kesalahan berulang.
3. Penilaian Kinerja
Penilaian Kinerja adalah suatu proses dimana organisasi melakukan
evaluasi terhadap kerja individu dalam organisasi yang memberikan
mekanisme penting untuk manajemen yang digunakan untuk
menterjemahkan tujuan organisasi dan standar kinerja (Boice dan
Kleiner dalam Rafiq, 2004). Menurut Mulyadi (2007) penilaian kinerja
dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan
untuk merangsang serta menegakkkan perilaku yang semestinya
diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam
32
mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil
yang diinginkan organisasi.
Mulyadi (2007) memaparkan beberapa tujuan penilaian kinerja
antara lain :
· untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik.
· untuk mengukur kinerja financial dan non financial secara
berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian
strategi.
· untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence.
· sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif rasional.
Perusahaan terkadang enggan untuk menerapkan penilaian kinerja
manajemen. Soetjipto (2004) dalam tulisannya menyebutkan beberapa
alasan perusahaan tidak menerapkan penilaian kinerja yakni :
· dari segi atasan
- formulir dan tatacara penilaian sulit dimengerti ( menimbulkan
interpretasi yang berbeda-beda ).
- penerapan manajemen kinerja membutuhkan waktu yang cukup
banyak.
- tidak ingin ada konfrontasi dengan bawahan.
33
- kurangnya pengetahuan atasan tentang rincian pekerjaan
bawahannya menyebabkan atasan sulit menetapkan kriteria
penilaian.
· dari segi bawahan
- trauma masa lalu dimana atasan memperlakukan bawahan dengan
buruk.
- bawahan tidak suka dikritik.
- ada rasa takut karena ketidakjelasan kriteria dan standar penilaian
sehingga baik buruknya kinerja bawahan sangat subyektif.
- bawahan tidak mengerti manfaat penilaian kinerja.
Penilaian kinerja yang digunakan sebagian besar perusahaan
mengacu pada tujuan pencapaian laba perusahaan maka hampir semua
perusahaan mengukur kinerjanya dari segi keuangan saja sedangkan
aspek perusahaan yang lain terabaikan.
Kaplan dan Norton (2006) memberikan beberapa kritikan terhadap
penggunaan sistem pengukuran keuangan sebagai pengukuran kinerja,
yaitu:
a. Adanya ketidakcukupan dalam pendokumentasian dari sistem
pengukuran tersebut.
b. Memfokuskan pada ukuran masa lalu.
c. Ketidakmampuannya merefleksikan nilai-nilai yang diciptakan dari
tindakan kontemporer.
34
Kaplan dan Norton mulai memperkenalkan metode penilaian kinerja
yang baru yakni sebuah konsep penilaian kinerja keuangan dan non
keuangan. Ukuran keuangan digunakan untuk mengetahui hasil dari
tindakan di masa lalu sedangkan ukuran penilaian non keuangan tentang
kepuasan pelanggan, proses internal bisnis dan komitmen personel
perusahaan sangat menentukan hasil yang akan dicapai perusahaan di
masa yang akan datang. Konsep yang diperkenalkan Kaplan dan Norton
berkembang dan dikenal dengan metode Balanced Scorecard.
G. Balanced Scorecard
1. Definisi Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen pengukuran
dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat
memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis
(Yuwono dalam Asmaryani, 2006).
Menurut Mulyadi (2001) Balanced Scorecard terdiri dari dua kata :
(1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor
digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau untuk
merencanakan skor yang hendak dicapai di masa yang akan datang.
Berimbang (balanced) dimaksudkan untuk menunjukkkan bahwa
penilaian diukur dari aspek keuangan dan non keuangan, jangka panjang
dan jangka pendek, serta intern dan ekstern.
35
Pendekatan balanced scorecard dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan yaitu (Kaplan dan Norton, 1996):
· Bagaimana penampilan perusahaan dimata para pemegang saham?
· Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan ?
· Apa yang menjadi keunggulan perusahaan?
· Apa perusahaan harus terus-menerus melakukan perbaikan dan
menciptakan nilai secara berkesinambungan?
Sejarah balanced scorecard dimulai dan diperkenalkan pada awal
1990 di USA oleh David P Norton dan Robert Kaplan melalui riset
tentang pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan. Studi yang
dilakukan oleh bagian riset kantor akuntan publik KPMG ini didorong
oleh suatu kesadaran bahwa pada saat itu pengukuran kinerja yang
didasarkan pada aspek keuangan yang dipergunakan oleh semua
perusahaan tidak lagi memadai.
Hasil dari studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur
kinerja eksekutif dimasa depan diperlukan ukuran yang komprehensif
yang mencakup empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses
bisnis/ internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Keberhasilan dari penerapan konsep balanced scorecard sudah
dibuktikan oleh perusahaan yang ikut serta dalam eksperimen tersebut
dimana perusahaan-perusahaan tersebut mengalami pelipatgandaan
kinerja keuangan mereka. Keberhasilan ini membuka cakrawala baru
36
bagi eksekutif akan pentingnya perspektif non keuangan yang berperan
sebagai pemicu kinerja keuangan (measures that drive performance).
Pengertian tentang Balance Scorecard yang dipaparkan Atkinson,
Banker, Kaplan and Young (1997) dalam buku Management Accounting
adalah sebagai berikut :
Balanced Scorecard adalah suatu set dari target dan hasil kinerja yang digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur kinerja yang diarahkan kepada gabungan faktor kritis dari tujuan organisasi.
Adapun definisi Balance Scorecard menurut Anthony dan
Govindarajan (1997) yaitu :
Suatu alat sistem untuk memfokuskan perusahaan, meningkatkan komunikasi antar tingkatan manajemen, menentukan tujuan organisasi dan memberikan umpan balik yang terus-menerus guna keputusan yang strategis.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Balanced
Scorecard merupakan alat pengukuran kinerja perusahaan yang
memperhatikan semua aspek dalam perusahaan dalam suatu
pengambilan keputusan strategis. Sistem ini mengasumsikan semua
jenjang manajemen mempunyai arti dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Penilaian kinerja yang lengkap dengan konsep Balanced
Scorecard diharapkan mampu mendongkrak kemampuan organisasi
dalam mencapai tujuan.
37
2. Karakteristik Balanced Scorecard
Sudibyo dalam Asmaryani (2006) mengkaji beberapa karakteristik
Balanced Scorecard antara lain.
· Instrumen pengukuran kinerja yang multidimensional.
Balanced Scorecard merupakan alat yang mengukur kinerja
manajemen dari semua elemen perusahaan (keuangan dan non
keuangan, internal dan eksternal ) di semua tingkatan manajemen
serta pengukuran jangka panjang dan jangka pendek.
· Akomodatif terhadap berbagai kepentingan Stakeholder.
Penilaian kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja
berdasarkan keuangan cenderung hanya berorientasi pada
kepentingan shareholder, sedangkan balanced scorecard secara
teoritis juga memperhatikan ukuran kinerja yang lebih luas dan
mengakomodasi kepentingan stakeholder karena stakeholder juga
bagian penting perusahaan.
· Berorientasi pada implementasi misi dan strategi.
Balanced Scorecard merupakan hasil terjemahan dari strategi
perusahaan sehingga penentuan ukuran kinerja yang digunakan
diturunkan dengan cermat dari visi dan misi perusahaan.
· Management By Objective.
Setiap elemen perusahaan menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran
pelaksanaan kerja pada waktu yang akan datang secara bersama-
sama.
38
· Operasional konkrit.
Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi kedalam
berbagai tindakan nyata dan ukuran yang spesifik untuk semua
bagian perusahaan.
· Seimbang.
Metode pengukuran kinerja balanced scorecard merupakan
penggabungan pengukuran strategis, financial dan non financial
serta internal dan eksternal sehingga tidak menitikberatkan pada
salah satu aspek saja.
· Hubungan sebab akibat.
Perspektif keuangan, proses bisnis internal, kepuasan pelanggan serta
pembelajaran dan pertumbuhan dalam Balanced Scorecard
mempunyai hubungan sebab akibat yang jelas dan logis.
· Memberi lagging & leading Indicator.
Lagging indicator merupakan tingkat keberhasilan dalam
pencapaian sasaran perusahaan yang berorientasi pada pengalaman
di masa lalu. Sedangkan leading indicator merupakan tingkat
keberhasilan yang menjadi kunci penentu kinerja pada masa yang
akan datang.
· Sistem manajemen era reformasi.
Balanced Scorecard merupakan jawaban dari permasalahan
manajemen dalam menghadapi persaingan bisnis global dimana
39
manajemen perlu meninggalkan model ataupun pandangan
tradisional dan mulai berpikir kearah paradigma baru.
· Top Down & Bottom Up.
Sistem pengukuran kinerja balanced scorecard mengakomodasi
semua kepentingan di semua tingkatan manajemen. Manajemen
tingkat atas harus memahami keinginan dan penghargaan atas
pekerjaan yang yang telah dilakukan karyawan. Sebaliknya
karyawan juga harus bertanggungjawab terhadap semua pekerjaan
yang berikan atasan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan.
· Strategic Business Unit (SBU).
Balanced Scorecard sangat tepat untuk diimplementasikan dalam
perusahaan di semua unit strategis perusahaan karena disinilah
berbagai kegiatan operasional dilaksanakan.
3. Perspektif Balanced Scorecard
a. Perspektif Keuangan (Financial)
Pengukuran dari segi keuangan merupakan hal yang penting bagi
perusahaan. Penilaian keuangan merupakan sebuah konsekuensi dari
pengambilan keputusan ekonomi. Ukuran keuangan menunjukkan
adanya sebuah perencanaan, implementasi serta evaluasi dari
pelaksanaan strategi yang ditetapkan. Pengukuran dapat diukur dari
tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Penilaian keuangan
menjadi dasar bagian manajemen untuk menentukan keputusan
terkait inovasi dan perubahan perusahaan. Penilaian kinerja dari
40
perspektif keuangan dapat diukur dari ROA, peningkatan laba bersih
perusahaan, profit margin dan pertumbuhan pendapatan. Sasaran
aspek keuangan dibedakan pada setiap tahap siklus bisnis
perusahaan. Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan tiga tahapan
siklus bisnis yang harus dilalui perusahaan :
· Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan adalah tahap paling awal yang harus dilalui
perusahaan. Pada tahap ini perusahaan memiliki produk yang
berpotensi memiliki pertumbuhan yang baik, namun pasar
yang dimiliki masih terbatas sehingga perusahaan akan
mengalami tingkat pengembalian yang rendah. Pada awal
operasional perusahaan membutuhkan investasi relatif besar
dan biaya yang dikeluarkan juga lebih tinggi. Sasaran keuangan
pada tahap siklus bisnis ini seharusnya menekankan
pengukuran pada tingkat pertumbuhan pendapatan atau
penjualan dalam pasar yang telah ditargetkan.
· Bertahan (sustain)
Pada tahap kedua ini perusahaan masih tetap berinvestasi untuk
mengembangkan pasar yang telah dicapai pada fase yang
pertama dan untuk memperbesar kapasitas produksi serta
mengoptimalkan operasi perusahaan. Sasaran keuangan pada
tahap ini adalah besarnya tingkat pengembalian atas investasi
yang dilakukan.
41
· Panen (harvest)
Pada tahap ini perusahaan tidak melakukan investasi tetapi
hanya melakukan perbaikan dan pemeliharaan aset yang
dimiliki. Pada tahap ini perusahaan menerima hasil dari
investasi yang ditanamkan di fase pertama. Sasaran keuangan
pada tahap ini adalah memaksimalkan arus kas yang masuk ke
perusahaan.
b. Perspektif Internal bisnis (Internal Business Process)
Perspektif internal bisnis merupakan faktor penting perusahaan
karena perbaikan secara terus menerus hanya dapat dicapai apabila
perusahaan melibatkan mereka yang langsung terkait dalam proses
bisnis internal bisnis. Perspektif internal bisnis memungkinkan
manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis yang mereka
jalankan serta mengetahui tingkat kesesuaian barang atau jasa yang
dimiliki perusahaan dengan barang atau jasa yang diinginkan oleh
konsumen. Secara umum proses internal bisnis dibagi menjadi tiga
tahapan yakni :
· Inovasi
Pada tahap ini perusahaan berusaha menggali pemahaman
tentang kebutuhan pelanggan atau calon pelanggan pada saat
ini dan masa mendatang. Keberhasilan proses identifikasi
sangat tergantung pada proses penelitian dan pengembangan
yang dilakukan perusahaan. Pada tahap inovasi, ukuran kinerja
42
bisnis internal yang dapat digunakan adalah mengenalkan
produk baru, besarnya biaya untuk mengembangkan suatu
produk baru secara relatif terhadap pesaing dan target
perusahaan, serta frekuensi modifikasi terhadap produk baru
yang secara relatif terhadap pesaing dan target perusahaan.
· Operasi
Proses operasi merupakan proses untuk membuat dan
menyampaikan produk atau jasa. Pengukuran produk baru
dalam proses operasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu
pengukuran kualitas, pengukuran biaya dan pengukuran waktu.
Setelah pembuatan produk berhasil dengan baik maka proses
selanjutnya adalah penyampaian pruduk atau jasa baru kepada
pelanggan.
· Layanan purna jual
Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah
penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Layanan purna
jual mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan,
penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan serta
proses pembayaran pelanggan.
Terdapat beberapa faktor yang akan dimasukkan dalam proses bisnis
internal balance scorecard antara lain waktu siklus produksi yang
relatif singkat dan kualitas pelayanan dan proses internal yang
tinggi.
43
c. Perspektif Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction )
Kepuasan pelanggan merupakan prioritas utama bagi perusahaan
terutama perusahaan yang bergerak di bidang jasa, karena maju atau
mundurnya perusahaan sangat ditentukan oleh pelanggan.
Perkembangan dunia bisnis yang semakin cepat dan persaingan
bisnis yang semakin ketat mendorong perusahaan untuk bersaing
dengan mencari pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan
yang lama. Pelayanan pelanggan perlu dinilai karena organisasi
harus selalu beradaptasi dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Dalam perspektif pelanggan tolok ukur dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok inti dan penunjang.
Kelompok inti (core measurement group) terdiri dari :
a) Market share
Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang mencakup
jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit
penjualan.
b) customer acquisition
Mengukur tingkat dimana perusahaan mampu menarik
pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.
c) customer retention
Mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan
hubungannya dengan konsumen.
44
d) customer satisfaction
Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kinerja
spesifik dalam value preposition.
e) customer profitability.
Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen
setelah dikurangi biaya yang khusus diperlakukan untuk
mendukung pelanggan tersebut.
Kelompok penunjang (customer value preposition) terdiri dari:
a) Atribut-atribut produk atau jasa
Atribut produk atau jasa meliputi fungsi dari suatu produk,
harga, dan kualitas. Dalam hal ini pelanggan memiliki
preferensi yang berbeda-beda atas produk atau jasa yang
ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, atau
harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasi apa yang
diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
b) Hubungan dengan pelanggan
Hubungan dengan pelanggan lebih mencakup perasaan
pelanggan pada saat proses pembelian produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan. Beberapa kondisi yang mempengaruhi
perasaan pelanggan antara lain responsivitas dan komitmen
perusahaan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian.
Dalam perusahaan jasa, pelayanan yang tepat waktu menjadi
pertimbangan penting pelanggan dalam memilih dan
45
menggunakan jasa perusahaan yang akhirnya berdampak pada
kepuasan pelanggan.
c) Citra dan reputasi
Menggambarkan faktor-faktor yang tidak berwujud namun
dapat menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan
perusahaan dan mempercayakan pemenuhan kebutuhannya
kepada perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat
dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang
dijanjikan.
Kinerja pelanggan ini akan saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya.
d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (Learning & Growth )
Sasongko (2006) menuliskan bahwa balance scorecard
mengembangkan tujuan dan ukuran untuk mendorong pembelajaran
dan pertumbuhan organisasi. Tujuan yang ditetapkan dalam
perspektif keuangan, pelanggan dan proses bisnis intern
mengidentifikasikan dimana organisasi harus unggul untuk mencapai
kinerja yang handal. Tujuan di dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan menyediakan infrastruktur untuk mencapai tujuan dari
ketiga perspektif balance scorecard lainnya, dan merupakan
pendorong untuk mencapai hasil yang baik sekaligus mendorong
perusahaan menjadi learning organization dan memicu
46
pertumbuhannya. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
(Learning & Growth ) bersumber pada tiga prinsip utama yaitu :
a. Kemampuan pekerja
Kini hampir semua pekerjaan rutin dilakukan secara otomatis.
Operasional perusahaan industri yang dikendalikan komputer
telah menggantikan para pekerja untuk pekerjaan mesin yang
rutin, pemrosesan, dan operasi perakitan, dan perusahaan jasa
semakin memberi kepada pelanggan mereka akses langsung
kepada pemrosesan transaksi melalui sistem informasi dan
komunikasi lanjutan. Perubahan tenaga manusia menjadi
tenaga mesin mengakibatkan pekerja produksi relatif lebih
rendah jumlahnya dibandingkan tenaga spesialis. Dalam
pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan
secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah
perusahaan telah mencanangkan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia yang dimiliki ( Sasongko, 2006). Dengan
jumlah karyawan yang lebih rendah, perusahaan dapat
memberikan informasi lebih banyak kepada karyawan untuk
meningkatkan efisiensi dan mencapai tujuan perusahaan.
b. Kemampuan sistem informasi
Dalam kondisi yang kompetitif ketersediaan sistem informasi
yang handal sangat dibutuhkan perusahaan untuk pengambilan
keputusan. Motivasi dan ketrampilan pegawai saja tidak cukup
47
untuk menunjang pencapaian tujuan proses bisnis internal,
apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai.
Pegawai di bidang operasional memerlukan informasi yang
cepat, tepat waktu dan akurat sebagai umpan balik. Pegawai
lini depan membutuhkan informasi yang akurat dan tepat waktu
mengenai masing-masing hubungan total pelanggan dengan
organisasi, yang meliputi suatu estimasi yang berasal dari
analisis biaya yang didasarkan kegiatan tentang profitabilitas
masing-masing pelanggan. Para pegawai pada bagian operasi
bisnis membutuhkan umpan balik yang cepat, tepat waktu dan
akurat mengenai produk yang baru diproduksi atau jasa yang
baru diberikan (Sasongko, 2006). Kemampuan sistem
informasi ditentukan oleh tingkat ketersediaan informasi,
keakuratan serta waktu yang diperlukan untuk mendapatkan
informasi.
c. Motivasi, pemberdayaan dan penyetaraan.
Pegawai yang sempurna dengan informasi yang berlimpah
tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha
apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak selaras dengan
tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan
kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak.
Sehingga diperlukan faktor ketiga yang memfokuskan pada
iklim organisasi untuk mendukung motivasi pegawai dan
48
inisiatif pegawai ( Sasongko, 2006). Perusahaan harus mampu
menciptakan iklim yang mendorong munculnya motivasi dan
inisiatif karyawan. Jika inisiatif karyawan berkembang dengan
baik berarti karyawan sudah mampu memahami visi dan misi
perusahaan dengan baik sehingga perusahaan dapat
berkembang dengan cepat.
Terdapat tiga pengukuran atas pekerja yang disebut pengukuran
pekerja inti (Core Employee Measurement) yaitu :
a) Kepuasan pegawai (employee satisfaction)
Para pegawai yang merasa puas merupakan suatu prasyarat
untuk meningkatkan produktifitas, tanggung jawab, kualitas,
dan pelayanan pelanggan ( Sasongko, 2006 ).
Kaplan dan Norton (1996) terdapat beberapa elemen dari
kepuasan pegawai yaitu :
· Keterlibatan dalam pengambilan keputusan (Involvement
with decision).
· Pengakuan atas pekerjaan yang baik (Recognition for doing
a good job).
· Akses kepada informasi yang cukup untuk bekerja dengan
baik (Access to sulficient information to do the job well).
· Dorongan aktif agar kreatif dan menggunakan inisiatif
(Active and Couragement to be creative and use inisiative).
· Dukungan atasan (Support level from staff function).
49
· Kepuasan menyeluruh terhadap perusahaan (Overall
satisfaction with company).
Jika kepuasan pegawai terpenuhi maka secara otomatis tingkat
kesetiaan dan produktivitas dari karyawan juga akan
meningkat.
b) Kesetiaan / penahanan pegawai (employee retention)
Mengukur kesetiaan pegawai adalah mengukur kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan pekerja atau pegawai
terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya. Perusahaan
yang telah melakukan investasi dalam sumber daya
manusianya akan sia-sia apabila tidak dapat mempertahankan
pekerjanya untuk seterusnya berada dalam organisasi. Pegawai
setia jangka panjang membawa nilai organisasi, pengetahuan
proses organisasi, dan kepekaan terhadap kebutuhan pelanggan.
Kesetiaan pegawai umumnya diukur dengan menggunakan
Rasio Perputaran Pegawai (Labor Turnover). Untuk
mempertahankan kesetiaan pegawai, perusahaan harus mampu
mengerti keinginan pegawai, dalam hal ini kebutuhan manusia
( Sasongko, 2006 ).
c) Produktivitas pegawai (employee productivity).
Produktifitas pegawai merupakan suatu ukuran hasil dari
pengaruh menyeluruh dari meningkatkan keahlian dan moral
50
pegawai, inovasi, meningkatkan proses intern, dan memuaskan
pelanggan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan output
yang dihasilkan pegawai dengan jumlah pegawai yang
digunakan untuk memproduksi output tersebut.
4. Keunggulan Balanced Scorecard
Jonathan Sofian (2004) dalam tulisannya memaparkan empat
keunggulan dari metode balanced scorecard.
a. Komprehensif
Penekanan pengukuran kinerja tidak hanya aspek kuantitatif tetapi
juga kualitatif. Keberhasilan balanced scorecard dalam
menggabungkan perspektif keuangan, proses internal bisnis,
kepuasan pelanggan serta pertumbuhan dan pembelajaran akan
berdampak pada adanya pelipatgandaan keuangan jangka panjang
dan kemampuan perusahaan dalam memasuki persaingan bisnis
kompleks.
b. Koheren
Balanced scorecard mewajibkan personal untuk membangun
hubungan sebab akibat (causal relationship). Hubungan sebab akibat
antar bagian perusahaan menjadi perhatian manajemen dalam suatu
proses pencapaian tujuan perusahaan. Hubungan koheren dalam
konsep balanced scorecard dapat menjadi suatu penjelasan dan
alasan sasaran strategi perusahaan.
51
c. Seimbang
Balanced Scorecard sebagai sistem manajemen strategis mempunyai
tugas utama dimana manajemen harus membangun suatu
keseimbangan antara aspek-aspek perusahaan yang mendorong
pencapaian tujuan perusahaan.
d. Terukur
Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya
keyakinan bahwa ‘if we can measure it, we can manage it, if we can
manage it, we can achieve it’. Sasaran strategik yang sulit diukur
seperti pada perspektif customer, proses bisnis/intern serta
pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan balanced
scorecard dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
H. Gambaran Umum Obyek Penelitian
a. Sejarah Perkembangan Pusat Diagnostik Budi Sehat
Pusat Diagnostik Budi Sehat didirikan pada tanggal 1 Juni 1982
dengan nama Laboratorium Klinik “BUDI SEHAT” di Jl. Urip
Sumoharjo No.103 Surakarta. Perusahaan ini didirikan oleh dr. P.S.
Budiyanto, Sp.F dan dr. Hilda Widhyani. Pada awalnya laboratorium
ini hanya memiliki fasilitas terbatas serta alat pengambilan darah
yang sederhana. Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran serta
meningkatnya permintaan konsumen mendorong perusahaan untuk
meningkatkan pelayanan dan menjawab kebutuhan konsumen dengan
melengkapi fasilitas yang dimiliki laboratorium ini. Dengan usaha
keras maka pada tahun 1984 laboratorium ini sudah dilengkapi dengan
alat Rontgen dan di tahun 1989 laboratorium Klinik “BUDI SEHAT”
sudah memiliki alat Ultrasonografi, dan berganti nama menjadi Pusat
Diagnostik Budi Sehat.
Peralatan Pusat Diagnostik Budi Sehat yang semakin lengkap
mengakibatkan lokasi usaha laboratorium ini menjadi tidak memadai.
Kondisi ini mendorong pihak manajemen Pusat Diagnostik Budi Sehat
memindahkan laboratorium ini ke lokasi yang lebih luas dan
memenuhi standar Departemen Kesehatan di Jl. Pasar Legi No.137
51
atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Jl. S.Parman 131
Surakarta tepatnya pada tanggal 24 November 1991. Lokasi yang baru
ini terdiri dari dua lantai dimana lantai satu digunakan sebagai
laboratorium klinik serta pelayanan jasa kesehatan lain seperti praktek
berkelompok dokter spesialis, fisiotherapi dan apotik, sedangkan lantai
dua digunakan sebagai ruang pertemuan dan simposium.
Pada tanggal 26 Desember 2003 Pusat Diagnostik Budi Sehat
memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dari Lloyd’s Register Quality
Assurance. Prestasi ini membuktikan bahwa Pusat Diagnostik Budi
Sehat memiliki keinginan dan usaha keras untuk meningkatkan
pelayanan kepada konsumen.
Manajemen Pusat Diagnostik Budi Sehat tidak hanya puas dengan
prestasi yang telah dicapai. Dengan kerja keras dan kerjasama yang
sangat baik, perusahaan kembali melebarkan sayap dengan mendirikan
cabang di Sragen tepatnya di Jl. Raya Sukowati 508 dan Sample
Station di Sukoharjo dan beberapa lokasi di Surakarta.
Pusat Diagnostik Budi Sehat juga berhasil mendapatkan ijin dari
berbagai Departemen terkait antara lain :
1. Ijin Laboratorium klinik utama dari Departemen Kesehatan
2. Ijin untuk melaksanakan pemeriksaan bagi calon tenaga kerja
Indonesia yang akan bekerja di Luar Negeri dari Departemen
Kesehatan dan Departemen Tenaga Kerja Indonesia.
52
3. Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal (PNPME) dari
Dirjen Pelayanan Medik Depkes.
4. Ijin dari Badan Pengawasan Tenaga Nuklir (Bapeten)
b. Visi dan Misi Perusahaan
Pusat Diagnostik Budi Sehat merumuskan visi untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan menjadi pusat
diagnostik dengan layanan diagnosa terlengkap dan terbesar di Jawa
Tengah tahun 2014. Adapun misi yang ingin dilaksanakan Pusat
Diagnostik Budi Sehat adalah :
· Mengikuti dan menerapkan perkembangan teknologi di bidang
diagnosa kesehatan.
· Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan
didukung SDM yang handal dan kompeten dibidangnya.
· Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan
efektifitas kerja, efisiensi biaya serta memperluas jaringan layanan.
· Mengedukasi dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Pusat Diagnostik Budi Sehat memiliki kebijakan mutu untuk
melaksanakan perbaikan system manajemen mutu secara
berkesinambungan dengan :
§ Memperhatikan pemenuhan persyaratan pelayanan.
§ Memperhatikan pemenuhan persyaratan yang diminta pelanggan.
53
§ Memperhatikan pemenuhan persyaratan perundang-undangan yang
berlaku.
§ Memperhatikan penempatan sumber daya manusia yang handal.
§ Memperhatikan pengembangan tehnologi kedokteran yang
modern.
§ Memperhatikan kepuasan pelanggan.
c. Struktur Organisasi dan Diskripsi Jabatan
Perusahaan akan berjalan dengan lancar, apabila terdapat
kerjasama yang baik disemua bagian perusahaan. Manajemen
Organisasi berwenang untuk membagi tugas, memecah organisasi
menjadi divisi dan menetapkan seorang manajer divisi yang
bertanggungjawab sebagai langkah awal untuk mewujudkan tujuan
perusahaan (Krismiaji, 2002).
Diskripsi jabatan dalam Pusat Diagnostik Budi Sehat adalah
sebagai berikut :
1. Direktur
Direktur merupakan koordinator pelaksanaan kegiatan perusahaan
dan penanggungjawab terhadap semua permasalahan yang terjadi
dalam perusahaan. Direktur berfungsi sebagai pengendali atas
semua kegiatan perusahaan dan membina kesejahteraan,efisiensi
serta efektivitas kerja sesuai dengan tujuan perusahaan.
54
2. Manager Layanan
Manager layanan merupakan koordinator dari semua kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan sehingga terwujud pelayanan
pelanggan yang efektif dan efisien serta akurat.
Manager Layanan mempunyai ruang lingkup tanggung jawab
antara lain :
a) Bertanggungjawab atas rencana umum kegiatan layanan.
a) Bertanggungjawab atas kualitas pelayanan medis kepada
pelanggan.
b) Bertanggungjawab atas pelayanan rawat jalan.
c) Bertanggungjawab atas pelayanan FO dan CS
d) Bertanggungjawab atas pelayanan radiografer.
e) Bertanggungjawab atas pelayanan pemeriksaan penunjang.
f) Bertanggungjawab atas pengendalian kegiatan layanan.
g) Bertanggungjawab atas pengembangan staf/ karyawan.
h) Bertanggungjawab atas terlaksananya petunjuk lisan/tertulis
dari pimpinan.
3. Manager Pendukung Layanan
Manager pendukung layanan merupakan koordinator dari semua
kegiatan penunjang medis. Tujuan bidang pendukung layanan
adalah terciptanya kelancaran operasional yang meliputi peralatan
laboratorium, peralatan non medis, peralatan medis non lab, dan
peralatan teknologi informasi (IT).
55
Manager pendukung layanan mempunyai ruang lingkup tanggung
jawab antara lain :
a) Bertanggungjawab atas rencana umum kegiatan pendukung
layanan.
a) Bertanggungjawab atas fungsi pelayanan dan perawatan
peralatan.
b) Bertanggungjawab atas fungsi pengendalian dan pengawasan
peralatan.
c) Bertanggungjawab atas fungsi internet dan website.
d) Bertanggungjawab atas pengembangan staf / karyawan.
e) Bertanggungjawab atas terlaksananya petunjuk lisan/tertulis
dari pimpinan.
4. Manager Laborat
Manager Laborat bertanggung jawab atas semua aktivitas yang
dilakukan di bagian laboratorium patologi klinik.
Manager Laborat mempunyai ruang lingkup tanggung jawab
antara lain :
a) Bertanggungjawab terhadap pelayanan laboratorium patologi
klinik.
b) Bertanggungjawab terhadap quality control laboratorium
patologi klinik.
c) Bertanggungjawab terhadap pencatatan dan pelaporan hasil.
d) Bertanggungjawab terhadap rujukan laboratorium.
56
e) Bertanggungjawab terhadap koordinasi pelayanan laboratorium
patologi klinik.
f) Bertanggungjawab peningkatan mutu pelayanan laboratorium
sesuai dengan standard akreditasi laboratorium dan ISO 9001 :
2000.
g) Bertanggungjawab atas terlaksananya petunjuk lisan/tertulis
dari pimpinan.
5. Manager Marketing
Bagian marketing bertujuan untuk mengembangkan pangsa pasar,
bertanggungjawab atas keberhasilan penjualan produk perusahaan
dan mengkomunikasikan semua strategi yang berorientasi pada
pelayanan dan produk dengan membuat kegiatan promosi yang
tepat guna.
Manager Marketing mempunyai ruang lingkup tanggung jawab
antara lain :
a) Bertanggungjawab atas rencana marketing.
b) Bertanggungjawab atas strategi market development.
c) Bertanggungjawab atas pelayanan pelanggan.
d) Bertanggungjawab atas pelayanan claim dan complain
pelanggan.
e) Bertanggungjawab atas pengendalian kegiatan marketing.
f) Bertanggungjawab atas pengembangan staf/karyawan.
57
g) Bertanggungjawab atas terlaksananya petunjuk lisan/tertulis
dari pimpinan.
6. Manager Pembelian
Bagian pembelian bertugas untuk mengendalikan biaya pengadaan
barang dengan melaksanakan praktek manajemen pembelian yang
sehat dengan sistem dan prosedur yang tepat sehingga terbentuk
suatu sistem pengadaan barang yang efektif dan efisien.
Manager pembelian mempunyai ruang lingkup tanggung jawab
antara lain :
a) Bertanggungjawab atas rencana umum kegiatan pengadaan dan
pembelian.
b) Bertanggungjawab atas fungsi koordinasi pembelian.
c) Bertanggungjawab atas pelaksanaan sistem dan prosedur
pengadaan dan pembelian.
d) Bertanggungjawab atas fungsi pelaporan pembelian.
e) Bertanggungjawab atas pelayanan klaim dan complain dari
pemasok.
f) Bertanggungjawab atas pelaksanaan strategi pembelian.
g) Bertanggungjawab atas pengendalian kegiatan pembelian.
h) Bertanggungjawab atas pengembangan staf dan karyawan.
i) Bertanggungjawab atas terlaksananya petunjuk lisan atau
tertulis dari pimpinan.
58
7. Manager Controller
Bagian Controller mempunyai tugas dalam hal pengembangan
fungsi pengawasan keuangan yang meliputi pemantapan
organisasi administrasi keuangan, akuntansi dan perpajakan,
menciptakan praktek manajemen keuangan yang sehat,
pengembangan sistem akuntansi dan perpajakan yang tepat dan
pelaporan yang tepat waktu, serta pengembangan internal controle
dan internal audit.
Manager Controller mempunyai tanggung jawab :
a) Bertanggungjawab atas rencana umum kegiatan controller
b) Bertanggungjawab monitoring dan controle kegiatan
controller.
c) Bertanggungjawab atas fungsi koordinasi dengan bagian
terkait.
d) Bertanggungjawab atas pelaksanaan sistem dan prosedur
akuntansi dan keuangan
e) Bertanggungjawab atas fungsi pelaporan bagian controller
f) Bertanggungjawab atas fungsi pemeriksaan atas transaksi
keuangan.
g) Bertanggungjawab atas pengendalian perpajakan perusahaan.
h) Bertanggungjawab atas pengembangan staf dan karyawan
59
i) Bertanggungjawab atas terlaksananya petunjuk lisan atau
tertulis dari pimpinan.
8. Manager HRD dan Umum
Bidang HRD dan Umum bertujuan untuk menciptakan struktur
organisasi yang berorientasi pada pengembangan karier, penciptaan
sistem penggajian, rekruitmen yang tepat dan terarah,
pengembangan program pelatihan karyawan serta membangun
standar penilaian kinerja karyawan.
Manager HRD dan Umum mempunyai ruang lingkup tanggung
jawab antara lain :
a) Bertanggungjawab atas rencana umum kegiatan general affair
& HRD.
b) Bertanggungjawab atas fungsi recruitment, penempatan, dan
training ketenagakerjaan.
c) Bertanggungjawab atas fungsi penggajian perusahaan.
d) Bertanggungjawab atas fungsi legal dan fungsi humas
perusahaan .
e) Bertanggungjawab atas fungsi maintenance property
perusahaan.
f) Bertanggungjawab atas fungsi transportasi dan fungsi
keamanan perusahaan.
g) Bertanggungjawab atas prosedur catat dan pelaporan general
affair dan HRD perusahaan.
60
h) Bertanggungjawab atas pengembangan staf dan karyawan
i) Bertanggungjawab atas terlaksananya petunjuk lisan atau
tertulis dari pimpinan.
d. Fasilitas Pusat Diagnostik Budi Sehat Surakarta
Pusat Diagnostik Budi Sehat menyediakan jasa pemeriksaan
kesehatan antara lain :
1. Pelayanan Laboratorium Klinik
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan pemeriksaan
kesehatan dengan menganalisa bahan ( darah, urin, kultur, dll)
untuk mengetahui kelainan atau ada tidaknya suatu penyakit. Pusat
Diagnostik Budi Sehat melayani berbagai jenis pemeriksaan
laboratorium dengan fasilitas laboratorium klinik utama seperti
hematologi, kimia, imunoserologi, urinalisa, penanda tumor,
mikrobiologi dan lain-lain.
2. Pelayanan Radiologi
Radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk
melihat bagian dalam tubuh manusia dengan menggunakan
pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang mekanik
maupun elektromagnetik. Pemeriksaan radiologi antara lain :
· Rontgen
Pemeriksaan Rontgen diperlukan untuk mendiagnosa kelainan
pada organ tubuh seperti paru serta retak atau patah tulang.
61
· Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus dengan
menggunakan sinar X dosis rendah untuk mendeteksi kanker
payudara sedini mungkin bahkan sebelum terjadi perubahan
atau benjolan yang terlihat.
· Panoramic
Panoramic merupakan pemeriksaan radiologi yang digunakan
untuk mendiagnosa kelainan pada gigi dan rongga mulut.
· Cephalometri
Pemeriksaan cephalometri dibutuhkan untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada rahang.
· Mobile Rontgen
Kemajuan teknologi menghasilkan sebuah alat rontgen yang
berukuran kecil dan mudah dibawa. Dengan adanya Mobile
rontgen, pemeriksaan dapat dilaksanakan ditempat pasien dan
dioperasikan dalam sebuah bus yang sudah dilindungi dengan
timbal sehingga pasien tidak perlu khawatir terhadap bahaya
radiasi yang ditimbulkan.
3. Pelayanan Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah sebuah teknik diagnostik
penggambaran suara ultra yang dipergunakan untuk
menggambarkan organ internal dan otot, ukuran, struktur dan
“lesion” patologi. USG berguna untuk mengecek organ.
62
USG 3 Dimensi berguna untuk mendiagnosa ada atau tidaknya
batu, radang, tumor pada organ abdomen, sedangkan USG 4
Dimensi digunakan untuk mendiagnosa jenis kelamin, letak
placenta serta ada atau tidaknya kelainan janin.
4. Pelayanan Electroencephalography (EEG)
Electroencephalography (EEG) adalah pengukuran aktivitas
elektrik yang dihasilkan oleh otak yang terekam dari elektroda
yang dilekatkan pada kepala seseorang. Fungsi
Electroencephalography (EEG) adalah untuk mendukung diagnosa
klinik penyakit epilepsi dan untuk memngklasifikasikan sindrom
epilepsi.
5. Pelayanan Fisioterapi
Fisioterapi merupakan pelayanan kesehatan yang berguna untuk
mempercepat penyembuhan kelainan atau gangguan otot, sendi dan
jaringan lunak. Tindakan fisioterapi yang dilayani antara lain
diathermy, infrared, traksi, massage, manual, interferensial,
ultrasound dan exercise.
6. Pelayanan Treadmill
Treadmill merupakan pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit
jantung koroner. Alat treadmill berupa ban berjalan seperti alat
olahraga yang dihubungkan dengan monitor dan alat perekam
jantung (EKG). Pada saat seseorang melakukan aktivitas diatas alat
tersebut secara otomatis akan terekam aktivitas jantung.
63
e. Prosedur Pelayanan Pusat Diagnostik Budi Sehat Surakarta
Alur pelayanan pasien di Pusat Diagnostik Budi Sehat adalah :
1. Pasien datang disambut oleh customer service yang menanyakan
pemeriksaan yang diinginkan pasien. Setelah selesai pasien
dipersilahkan menuju front office untuk identifikasi pemeriksaan
secara lengkap.
2. Front office menanyakan jenis pemeriksaan yang diinginkan
pasien. Front office memberikan informasi tentang syarat
pemeriksaan, biaya pemeriksaan, informasi waktu hasil jadi dan
prosedur pengambilan hasil.
3. Front office melakukan pendaftaran pasien dengan memasukkan
data-data meliputi nama pasien, alamat, umur, jenis kelamin,
nomor telpon yang bisa dihubungi, nama dokter pengirim serta
jenis pemeriksaan. Setelah semua proses pendaftaran selesai,
pasien melakukan pembayaran. Sebagai bukti pelunasan atau
pembayaran, pasien diberikan tanda terima pembayaran. Setelah
proses administrasi selesai pasien diberikan nomor antrian
pemeriksaan dan panduan pemeriksaan.
4. Pasien dipersilahkan melakukan pemeriksaan ( laboratorium,
rontgen, USG, EEG, Treadmill, fisioterapi, pemeriksaan dokter
umum,dan pemeriksaan dokter spesialis ).
5. Pengambilan hasil oleh pasien dilakukan sesuai waktu yang
dijanjikan dengan membawa tanda terima pembayaran.
64
f. Peralatan Medis Pusat Diagnostik Budi Sehat Surakarta
Pusat Diagnostik Budi Sehat memiliki medis berteknologi tinggi.
Dengan peralatan yang canggih pemeriksaan dapat dilakukan
dengan cepat dan dapat menekan tingkat kesalahan pemeriksaan
(human error). Peralatan medis di Pusat diagnostik Budi Sehat
antara lain :
· Automated Hematology Analyzer (ABX Pentra 60&Celltac E)
· Autonalyzer for Clinical Chemistries (ABX Pentra 400 &
Hitachi 902)
· Axsym
· Immunologi Vidas
· Immunologi IMX
· Pletelet Agregation Chromogenic kinetic System (Helena)
· Spectrofotometer Microlab 200
· Microscope Optiphoot Binoculair
· X Ray 500 mA Hitachi dilengkapi dengan Automatic Standing
Moving Bucky dan Fuji Computed Radiography.
· Cranex
· Mamex DC Ami
· Treadmill GE Series 2000
· GE Voluson 730 Pro V (3D-4D)
· Ceegraph.se (Biologic)
65
I. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang dilakukan pada
Pusat Diagnostik Budi Sehat Surakarta. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari dokumen perusahaan, wawancara langsung dengan
pimpinan dan staf perusahaan. Sedangkan data sekunder yaitu data
laporan keuangan, data jumlah pasien serta data yang terkait dengan
karyawan.
Dalam penelitian ini analisis data mengacu pada alat ukur yang
dijabarkan oleh Setiono (2004) antara lain :
1. Mengukur kinerja dari perspektif keuangan (financial).
Alat ukur yang digunakan :
· Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan
dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Return On
Asset (ROA) dihitung dengan rumus :
ROA = Net Income Average Total Asset
Semakin tinggi Return On Asset (ROA) maka kinerja
perusahaan semakin baik.
· Laba diukur dengan membandingkan peningkatan laba 3 tahun
terakhir.
· Net Profit Margin (NPM) merupakan ratio yang digunakan
untuk mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu
66
rupiah penjualan. Net Profit Margin (NPM) dihitung dengan
rumus:
NPM = Net Income Total Operational Revenue
· Pertumbuhan pendapatan diukur dengan peningkatan
pendapatan bersih 3 tahun terakhir.
2. Mengukur kinerja dari perspektif proses internal bisnis (internal
business process).
Alat ukur yang digunakan adalah :
· Ketepatan waktu pemeriksaan
Berbeda dengan perusahaan manufaktur, alat pengukuran
dalam proses internal bisnis perusahaan jasa menggunakan
tingkat ketepatan waktu pemeriksaan. Turn Around Time
adalah waktu yang diperlukan sejak pasien datang mendaftar di
bagian Front Office sampai hasil siap diambil pasien
(Ariningrum, 2008). Pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan
menentukan turn around time kurang dari 10 jam kecuali
pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan yang dirujuk,
kultur dan resistensi. Namun pada tahun 2008 perusahaan
menentukan turn around time kurang dari 8 jam kecuali
pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan yang dirujuk,
kultur dan resistensi. Perubahan waktu ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan kepada pasien.
67
· Service Error Rate (SER)
Service Error Rate (SER) menunjukkan baik atau buruknya
proses pemberian jasa dan kemampuan perusahaan dalam
menguasai produk dan jasa yang diberikan untuk
menghasilkan produk dan jasa yang terbaik bagi konsumen.
Semakin kecil tingkat kesalahan karyawan maka kinerja
perusahaan akan semakin baik. Kondisi ideal perusahaan dalam
suatu proses bisnis adalah jika tingkat Service Error rate (SER)
nol (Zero Error).
SER = Jumlah kesalahan x 100 % S pelayanan
· Complaint Frequency (CF)
Complaint Frequency menunjukkan banyak atau sedikitnya
keluhan yang disampaikan oleh pelanggan terhadap pelayanan
yang dilakukan perusahaan. Keluhan pelanggan mencerminkan
tingkat ketidakpuasan pelanggan terhadap pelayanan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin kecil tingkat keluhan,
maka kinerja perusahaan semakin baik.
CF = Jumlah keluhan pelanggan x 100 % S pelayanan
3. Mengukur kinerja dari perspektif pelanggan (customer
satisfaction).
Alat ukur yang digunakan :
68
· Penambahan pelanggan (Costumer Acquisition)
Penilaian dilakukan dengan menghitung jumlah pelanggan baru
yang datang selama 3 tahun terakhir. Peningkatan jumlah
pelanggan menunjukkan tingginya kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan. Semakin besar jumlah penambahan
pelanggan maka kinerja perusahaan semakin baik.
· Retensi pelanggan (Costumer Retention)
Merupakan tingkat kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan
yang ditunjukkan dengan kesediaan pelanggan untuk datang
kembali dan mempercayakan pemenuhan kebutuhan pelanggan
kepada perusahaan. Penilaian dilakukan dengan menghitung
jumlah pelanggan yang datang kembali selama 3 tahun terakhir.
Semakin besar jumlah retensi pelanggan, maka kinerja
perusahaan semakin baik.
4. Mengukur kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
(Learning &Growth).
Alat pengukuran yang digunakan :
· Replacement ( Net labor turn over)
Replacement ( Net labor turn over) menunjukkan tingkat
perputaran tenaga kerja. Semakin kecil nilai Replacement ( Net
labor turn over) maka kinerja perusahaan semakin baik.
Untuk menentukan nilai Replacement ( Net labor turn over)
dipilih angka terkecil antara accesion rate dan separation rate.
69
Accesion rate merupakan perbandingan jumlah karyawan yang
masuk periode tertentu dengan rata rata jumlah tenaga kerja
pada periode tertentu.
Separation rate merupakan perbandingan jumlah karyawan
yang keluar periode tertentu dengan rata rata jumlah tenaga
kerja pada periode tertentu.
· Absensi Karyawan ( Absenteeism)
Mengukur banyaknya absensi karyawan atau karyawan yang
tidak hadir.
Semakin rendah tingkat absensi karyawan maka kinerja
semakin baik.
Tingkat absensi karyawan dihitung dengan rumus :
Absenteeism = S Ketidakhadiran karyawan S rata- rata naker x S hari kerja normal
70
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Merumuskan Balanced Scorecard
Sistem balanced scorecard merupakan pengukuran yang didasarkan
pada strategi perusahaan. Sebelum melakukan pengukuran dengan balanced
scorecard terlebih dahulu menetapkan sasaran strategik organisasi.
Pengembangan ukuran-ukuran kinerja untuk setiap sasaran strategik dalam
balanced scorecard pada perusahaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.1. Pengembangan Ukuran Kinerja Untuk Setiap Sasaran Strategik
Perusahaan.
Perspektif Sasaran Strategi Ukuran Keuangan
Memelihara stabilitas keuangan
Return on Asset (ROA) Peningkatan laba Net Profit Margin (NPM) Peningkatan Pendapatan
Proses bisnis internal
Pelayanan Laboratorium yang akurat, efektif dan efisien Meningkatkan proses pelayanan jasa
Ketepatan Waktu Pemeriksaan Service Error Rate Complaint Frequency
Pelanggan Peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan.
Penambahan Pelanggan Retensi Pelanggan
Pertumbuhan dan pembelajaran
Penempatan sumber daya manusia yang handal dan kompeten
Replacement Absensi Karyawan
B. Mengukur kinerja dengan konsep Balanced Scorecard
5. Mengukur kinerja dari perspektif keuangan (financial).
Laporan keuangan merupakan aspek penting dalam pengukuran
kinerja perusahaan. Bagi pemakai laporan keuangan, perubahan posisi
serta kinerja keuangan sangat berpengaruh pada keputusan ekonomi di
masa yang akan datang. Alat pengukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja dari segi keuangan adalah :
a. Return On Asset (ROA)
Bagi pemakai laporan keuangan Return On Asset (ROA)
digunakan untuk menentukan tingkat profitabilitas. Profitabilitas
suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai
oleh suatu operasional perusahaan. Return On Asset (ROA)
digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang
telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki. Return On Asset (ROA) dihitung dengan
rumus Net Income : Average Total Asset
Tabel IV.2. Return on Asset (ROA)
Tahun Net
Inc
Average
Total
Persentase
2006 87.368.302 994.605.294 8,78%
2007 88.746.843 1.007.266.819 8,81% 2008 118.085.812 1.178.460.156 10,02%
Sumber : data yang diolah.
Tabel IV.2. menunjukkan tingkat ROA pada tahun 2006
mencapai 8,78% , tahun 2007 return on asset meningkat menjadi
8,81% dan di tahun 2008 return on asset menjadi 10,02%.
Kenaikan return on asset yang terjadi menunjukkan efisiensi
perusahaan dalam menggunakan aktivanya dalam memperoleh
keuntungan.
b. Peningkatan laba
Penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan metode komparatif
yaitu membandingkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
Tabel IV.3. Laba Perusahaan.
Tahun Laba Kenaikan Persentase
2006 87.368.302 - - 2007 88.746.843 1.378.541 1,58 %
2008 118.085.812 29.338.969 33,06 %
Sumber : data yang diolah.
Tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan laba perusahaan.
Pada tahun 2007 perusahaan mengalami peningkatan laba
sebesar Rp. 1.378.541,00 atau 1,58 % dan pada tahun 2008
terjadi kenaikan yang cukup tinggi sebesar Rp. 29.338.969,00
atau 33,06 %.
c. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin merupakan ratio yang digunakan untuk
mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
penjualan.
Net Profit Margin (NPM) dihitung dengan rumus net income
dibagi total operational revenue.
Tabel IV.4. Net Profit Margin.
Tahun Net Income Operating
Revenue
Persentase
2006 87.368.302 2.880.136.900 3,03 % 2007 88.746.843 3.080.133.400 2,88 %
2008 118.085.812 3.580.236.700 3,30 %
Sumber : data yang diolah.
Hasil perhitungan menunjukkan net profit margin sebesar 3,03 %
pada tahun 2006. Angka ini menunjukkan bahwa pada tahun
tersebut perusahaan hanya menghasilkan laba 3,03% dari total
penjualan jasa. Sedangkan pada tahun 2007 net profit margin
mengalami penurunan sebesar 0,15 % menjadi 2,88 %. Pada
tahun 2008 net profit margin perusahaan sebesar 3,30 %
mengalami kenaikan sebesar 0,42 % dari tahun sebelumnya.
d. Pertumbuhan pendapatan
Pertumbuhan pendapatan dapat diukur dengan membandingkan
jumlah pendapatan operasional perusahaan selama tahun 2006
sampai dengan 2008.
Tabel IV.5. Pertumbuhan Pendapatan Perusahaan.
Tahun Pendapatan Kenaikan Persentase
2006 2.880.136.900 - - 2007 3.080.133.400 199.996.500 6,94 %
2008 3.580.236.700 500.103.300 16,24 %
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan data pada tabel IV.5. pendapatan operasional
perusahaan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 selalu
mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 perusahaan mengalami
kenaikan pendapatan sebesar Rp. 199.996.500,00 atau sebesar
6,94 %. Pendapatan pada tahun 2008 mengalami peningkatan
16,24 % atau sebesar Rp. 500.103.300,00. Peningkatan
pendapatan di tahun 2008 disebabkan karena adanya peningkatan
jumlah pelanggan baru Pusat Diagnostik Budi Sehat
6. Mengukur kinerja dari perspektif proses internal bisnis (internal
business process).
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Pusat
Diagnostik Budi sehat harus memperhatikan faktor- faktor yang
mempengaruhi terciptanya suatu pelayanan yang baik.
Proses internal perusahaan dapat diukur dengan ketepatan waktu
pemeriksaan, tingkat kesalahan yang dilakukan serta tingkat keluhan
konsumen atau pasien.
a. Ketepatan waktu pemeriksaan (turn around time)
Waktu merupakan komponen penting bagi perusahaan yang
bergerak di bidang jasa. Kecepatan dan ketepatan waktu
penyelesaian order merupakan faktor penting dalam kepusaan
konsumen. Pada tahun 2006 sampai tahun 2007, perusahaan
menentukan turn around time kurang dari 10 jam kecuali
pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan yang dirujuk, kultur
dan resistensi. Namun pada tahun 2008 perusahaan menentukan
turn around time kurang dari 8 jam kecuali pemeriksaan tertentu
misalnya pemeriksaan yang dirujuk, kultur dan resistensi.
Perubahan waktu ini dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan kepada pasien.
Tabel IV.6. Ketepatan Waktu Pemeriksaan.
Tahun Persentase
2006 50.047 50.047 0 100 % 2007 46.726 46.726 0 100 %
2008 55.872 55.872 0 100 %
Sumber : data yang diolah.
Untuk perspektif proses bisnis internal pada indikator ketepatan
waktu pemeriksaan dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari
tabel IV.6 yang menunjukkan selama tahun 2006 sampai tahun
2008 perusahaan mencapai target secara sempurna dalam hal
ketepatan waktu pemeriksaan.
b. Service Error Rate
Service Error Rate merupakan tingkat kesalahan yang dilakukan
dalam selama operasional perusahaan. Service error rate dihitung
dengan membandingkan jumlah kesalahan dengan total
pelayanan selama tahun tertentu.
Tabel IV.7. Service Error Rate.
Tahun S Kesalahan S Pelayanan Persentase
2006 8 50.047 0,016 % 2007 14 46.726 0,030 %
2008 9 55.872 0,016 %
Sumber : data yang diolah.
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2006 dari 50.047
pelayanan hanya 8 kesalahan yang dilakukan karyawan atau
0,016 %. Kesalahan yang dilakukan antara lain kurangnya
koordinasi dari bagian pengiriman hasil dan pelayanan dokter
yang mundur dari waktu yang dijanjikan. Pada tahun 2007 terjadi
perubahan sistem di Pusat Diagnostik Budi Sehat dari sistem
manual ke sistem komputerisasi yang mengakibatkan adanya
perubahan pola kerja dari semua karyawan. Meskipun sistem
sudah dipersiapkan dengan baik, namun pada kenyataannya
sistem komputerisasi belum terintegrasi dengan sempurna.
Kecepatan akses data yang belum maksimal dan pengetahuan
serta kemampuan karyawan di bidang komputer yang belum
optimal menyebabkan operasional perusahaan terganggu.
Tingkat kesalahan yang dilakukan di Pusat Diagnostik Budi
Sehat pada tahun 2007 sebesar 0,030% atau 14 dari 46.726. Pada
tahun 2008 sistem komputerisasi di Pusat Diagnostik Budi Sehat
sudah terintegrasi dengan baik sehingga pelayanan terhadap
pasien menjadi lebih lancar dari tahun sebelumnya. Pada tahun
2008 tingkat kesalahan menjadi 0,016% dari total pelayanan
yang dilakukan atau 9 dari 55.872 pemeriksaan.
c. Complaint Frequency
Complaint Frequency merupakan alat ukur yang tepat untuk
menilai tingkat kepuasan konsumen. Semakin kecil tingkat
keluhan, maka kinerja perusahaan semakin baik.
CF = Jumlah keluhan pelanggan x 100 % S pelayanan
Tabel IV.8. Complaint Frequency.
2006 2007 2008
Pasien 4 7 1 Dokter pengirim
4 5 7
Instansi 3 2 4 Internal 0 1 0
S Keluhan 11 15 12
S Pelayanan 50.047 46.726 55.872 Persentase 0,022 % 0,032 % 0,022
% Sumber : data yang diolah.
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat keluhan yang
disampaikan oleh konsumen kepada perusahaan berfluktuasi.
Pada tahun 2006 terdapat 11 keluhan atau 0,022 % dari 50.047
pelayanan yang dilakukan. Keluhan ini bersumber dari pasien
pribadi sebanyak 4 keluhan atau 36% dari total keluhan, dari
dokter pengirim sebanyak 4 keluhan atau 36 % dari total keluhan
dan dari instansi terdapat 27 % atau 3 keluhan. Tahun 2007
terdapat 15 keluhan dari 46.726 pelayanan atau 0,032 %.
Keluhan terbanyak disampaikan oleh pasien yaitu sebanyak 7
keluhan, dari dokter pengirim terdapat 5 keluhan, dari instansi
hanya terdapat 2 keluhan dan 1 keluhan muncul dari manajemen
internal perusahaan. Pada tahun 2008 perusahaan berusaha
menekan keluhan pasien dan meningkatkan pelayanan dengan
memberikan pelatihan kepada karyawan. Pelatihan yang
diberikan antara lain adalah pelatihan Customer Satisfaction, Top
Technique dan training Product Knowledge. Sarana dan
prasarana yang tersedia di Pusat Diagnostik Budi Sehat juga
lebih lengkap dari tahun sebelumnya, sehingga pelayanan
kesehatan menjadi lebih maksimal. Usaha ini berhasil dengan
baik dengan adanya penurunan tingkat keluhan pasien menjadi
0,022 %. Keluhan terbanyak datang dari dokter pengirim yakni
sebanyak 7 keluhan atau 58 % dari total keluhan sedangkan
keluhan dari pasien sebanyak 1 keluhan atau 8 % dan dari
instansi sebanyak 4 keluhan atau 33 % dari jumlah total keluhan.
7. Mengukur kinerja dari perspektif pelanggan (customer
satisfaction).
Segmen pasar merupakan bagian penting dalam operasional
perusahaan dimana pelanggan merupakan komponen penting dalam
pencapaian tujuan keuangan perusahaan. Perspektif pelanggan penting
untuk melakukan identifikasi dan pengukuran nilai yang seharusnya
diberikan perusahaan kepada pelanggan.
a. Penambahan pelanggan (Costumer Acquisition)
Prestasi perusahaan yang meningkat dapat mendorong
peningkatan jumlah pelanggan. Semakin besar jumlah
penambahan pelanggan maka kinerja perusahaan semakin baik.
Tabel IV.9. Penambahan Pelanggan (customer acquisition).
Tahun S pelanggan S pelanggan baru Persentase
2006 50.047 22.290 44,54 % 2007 46.726 10.808 23,13 %
2008 56.272 22.360 39,74 %
Sumber : data yang diolah.
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2006 terdapat
22.290 pelanggan baru atau 44,54 % dari jumlah total pelanggan.
Pencapaian pelanggan baru pada tahun 2007 tidak setinggi
tahun sebelumnya yakni 23,13 % dari total pelanggan tahun 2007
atau sebanyak10.808 pelanggan. Tahun 2008, pelanggan baru
perusahaan sebanyak 22.360 atau 39,74% dari jumlah pelanggan
yang ada.
Perusahaan menetapkan target penambahan pelanggan baru
sebesar 20% dari jumlah pelanggan awal tahun.
Tabel IV.10. Target penambahan pelanggan baru.
Tahun Tingkat pencapaian
2006 42.264 8.453 22.290 264 % 2007 50.047 10.000 10.808 108 %
2008 46.726 9.345 22.360 239 %
Sumber : data yang diolah.
Tabel IV.10 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan pelanggan baru telah memenuhi target penambahan
pelanggan baru yang ditetapkan perusahaan. Tahun 2006
perusahaan mampu mendapatkan pelanggan baru sebanyak
22.290 atau 264 % dari target yang ditetapkan perusahaan
sebanyak 8.453. Pada tahun 2007, meskipun tidak setinggi
pencapaian di tahun sebelumnya, namun perusahaan
mendapatkan 10.808 pelanggan. Jumlah ini melampaui target
yang ditetapkan perusahaan sebanyak 10.000 pelanggan. Tahun
2008 tingkat pencapaian target penambahan pelanggan baru
sebanyak 239 % atau 22.360 pasien melebihi target yang
ditentukan yakni 9.345 pelanggan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh pelanggan baru:
- Pelaksanaan program diskon.
Program diskon merupakan salah satu strategi pemasaran di
Pusat Diagnostik Budi Sehat yang dinilai efektif dalam
memperoleh pelanggan baru. Program diskon membantu
masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan laboratorium
dengan harga ekonomis.
- Fasilitas Laboratorium
Pelayanan pemeriksaan laboratorium atau penunjang medis
yang lengkap dan tidak dimiliki laboratorium lain menjadi
alasan konsumen memilih Pusat Diagnostik Budi Sehat untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Pemeriksaan kesehatan dengan
peralatan dengan teknologi canggih seperti USG 4 dimensi
dan computed radiography menjadi daya tarik bagi pasien
yang mengharapkan hasil pemeriksaan yang akurat.
- Penawaran Paket general check up instansi.
Penawaran Paket general check up instansi merupakan upaya
perusahaan untuk mensosialisasikan pentingnya mengetahui
kondisi kesehatan sejak dini. Jika penawaran general check
up direspon positif oleh instansi maka perusahaan akan
memperoleh pelanggan baru secara masal.
- Kondisi kesehatan masyarakat.
Kondisi kesehatan masyarakat sangat mempengaruhi
perusahaan. Jika kesehatan masyarakat meningkat, maka
penambahan pelanggan akan relatif lebih kecil, apalagi bagi
sebagian masyarakat, pemeriksaan laboratorium hanya
merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan hanya
jika dirujuk oleh dokter.
b. Retensi pelanggan (Costumer Retention)
Perusahaan dapat memenangkan pasar jika perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan baik. Adanya hubungan
baik dengan pelanggan akan mendorong pelanggan untuk tetap
bertahan dan mempercayakan kebutuhan mereka kepada
perusahaan. Penilaian dilakukan dengan menghitung jumlah
pelanggan yang datang kembali selama 3 tahun terakhir. Semakin
besar jumlah retensi pelanggan, maka kinerja perusahaan
semakin baik.
Tabel IV.11. Retensi Pelanggan (customer retention)
Tahun Pelanggan akhir tahun
2006 42.264 14.507 27.757 22.290 50.047 2007 50.047 14.129 35.918 10.808 46.726
2008 46.726 12.814 33.912 22.360 56.272
Sumber : data yang diolah.
Tabel diatas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan pelanggan semakin baik dari tahun ke tahun.
Dari 42.264 pelanggan yang ada di awal tahun 2006, sebanyak
27.757 pelanggan atau 65,68 % memilih untuk tetap
mempercayakan kebutuhannya pada perusahaan. Tahun 2007,
keberhasilan mempertahankan pelanggan semakin baik dengan
tingkat retensi sebesar 71,77 % yakni 35.918 pelanggan dari
50.047 tetap bertahan. Tahun 2008, perusahaan membuktikan
kinerja terbaik dengan kemampuan mempertahankan 33.912
pelanggan atau 72,58 % dari 46.726 pelanggan di awal tahun
2008. Pihak manajemen menyebutkan beberapa penyebab
terjadinya pelanggan menjadi non pelanggan adalah karena
beberapa pelanggan telah meninggal dunia. Tidak dapat
dipungkiri bahwa ada beberapa pelanggan yang telah memiliki
riwayat penyakit parah. Penyebab yang lain adalah beberapa
pasien merupakan pasien rujukan dari laborat atau rumah sakit
lain.
8. Mengukur kinerja dari perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan (Learning &Growth).
Pengukuran kinerja dari perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan penting dilakukan, karena perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan menyediakan infrastruktur untuk mencapai tujuan dari
ketiga perspektif Balance Scorecard lainnya.
a. Replacement ( net labor turn over)
Replacement (net labor turn over) menunjukkan tingkat
perputaran tenaga kerja. Semakin kecil nilai replacement (net
labor turn over) maka kinerja perusahaan semakin baik.
Untuk menentukan nilai replacement (net labor turn over) dipilih
angka terkecil antara accesion rate dan separation rate.
Accesion rate merupakan perbandingan jumlah karyawan yang
masuk periode tertentu dengan rata rata jumlah tenaga kerja pada
periode tertentu.
Separation rate merupakan perbandingan jumlah karyawan yang
keluar periode tertentu dengan rata rata jumlah tenaga kerja pada
periode tertentu.
Tabel IV.12. Replacement rate .
2006 2007 2008
Karyawan Masuk 15 12 40 Karyawan keluar 8 9 18 S Karyawan 66 69 91 Accesion rate 22,73 % 17,39 % 43,96 % Separation rate Replacement rate
12,12 % 12,12%
13,04 % 13,04%
19,78 % 19,78%
Sumber : data yang diolah.
Tabel diatas menunjukkan kinerja dari perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan dengan melihat tingkat perputaran tenaga kerja
bernilai kurang baik. Kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan karyawan sangat lemah sehingga tingkat
perputaran tenaga kerja dari tahun 2006 sampai tahun 2008
semakin tinggi. Pada tahun 2006 tingkat perputaran tenaga kerja
sebesar 12,12 %, pada tahun 2007 meningkat menjadi 13,04 %
dan pada tahun 2008 mencapai angka 19,78 %. Replacement
dengan nilai yang semakin besar setiap tahun mengindikasikan
bahwa kinerja perusahaan terganggu dengan adanya keluar
masuk karyawan. Dengan demikian perusahaan gagal melakukan
investasi sumber daya manusia karena tidak dapat
mempertahankan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi.
Tingkat perputaran karyawan yang tinggi mengakibatkan :
- Perusahaan harus mengeluarkan biaya rekruitment karyawan
cukup besar. Pada tahun 2006 biaya training dan rekruitmen
karyawan yang dikeluarkan perusahaan sebesar
Rp.11.487.624. Pada tahun 2007 naik menjadi
Rp.13.250.000. Biaya training dan rekruitmen karyawan pada
tahun 2008 sebesar Rp.15.880.000. Jika perusahaan dapat
menekan tingkat keluar masuk karyawan, maka perusahaan
dapat menghemat biaya.
- Terbuangnya waktu dari karyawan lain yang harus
memberikan pelatihan kepada karyawan baru. Jika ada
karyawan baru pada bagian tertentu di perusahaan, maka
karyawan lama berkewajiban untuk memberikan pengetahuan
tentang ruang lingkup pekerjaan yang harus dilakukan,
pengarahan serta bimbingan selama beberapa waktu sebelum
karyawan baru memahami dengan baik pekerjaan yang harus
dilakukan.
- Karyawan tidak dapat melakukan pekerjaan dengan efisien.
Karyawan yang bertahan pada satu posisi akan mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan mengenai pekerjaan yang
dilakukan selama ini sehingga dapat melakukan pekerjaan
dengan efisien. Sebaliknya, dengan terjadinya pergantian
karyawan pada satu posisi mengakibatkan kurangnya
pemahaman karyawan terhadap lingkungan perusahaan dan
kurangnya keahlian kerja yang mempengaruhi proses internal
bisnis perusahaan. Sebagai contoh, karyawan expedisi
bertugas untuk mengantarkan hasil ke rumah, instansi , atau
praktek dokter. Jika karyawan dibagian expedisi adalah
karyawan lama maka waktu yang diperlukan untuk
menemukan lokasi akan lebih cepat daripada karyawan
ekspedisi baru yang harus belajar memahami lokasi.
- Pengawasan lebih banyak terhadap karyawan.
Jika dalam suatu posisi selalu terjadi pergantian karyawan
maka pimpinan membutuhkan waktu dan tenaga untuk
mengawasi kinerja karyawan baru tersebut. Karyawan front
office lama yang sudah memahami proses input pasien
dengan baik tidak memerlukan pengawasan setiap saat dari
supervisor bagian. Namun jika bagian input adalah karyawan
baru maka supervisor front office harus meluangkan waktu
untuk meneliti ulang setiap hasil input pasien yang dilakukan
karyawan baru karena potensi kesalahan input lebih tinggi
dari karyawan lama. Jika tejadi kesalahan input, maka sampai
pada tahap penyampaian hasil juga akan bermasalah.
- Karyawan tidak berkembang
Karyawan yang bertahan lama akan mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman lebih. Jika ketrampilan,
keahlian dan pengalaman karyawan dinilai baik maka
perusahaan akan lebih mudah mengembangkan kapasitas
kerja karyawan. Sebaliknya jika komitmen kerja karyawan
sangat rendah, maka sulit bagi perusahaan untuk
mengembangkan kapasitas kerja karyawan. Sebagai contoh,
perusahaan cenderung mengirimkan karyawan dengan masa
kerja lama dalam perusahaan untuk mengikuti seminar dan
pelatihan dengan tujuan agar karyawan tersebut memiliki
kemampuan dan pengetahuan lebih sehingga dapat memacu
perkembangan perusahaan.
Tingkat perputaran tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi tingkat perputaran karyawan
adalah :
- Pemenuhan kebutuhan fisiologis karyawan
Karyawan memiliki kebutuhan dasar yakni kebutuhan akan
sandang, pangan dan papan. Semua kebutuhan dasar manusia
ini dapat terpenuhi jika mereka memiliki uang. Karyawan
dengan penghasilan tinggi memiliki keinginan untuk bertahan
pada perusahaan dibandingkan karyawan dengan penghasilan
rendah. Dengan demikian, semakin besar kemampuan
perusahaan memenuhi kebutuhan fisiologis karyawan, maka
semakin besar pula komitmen karyawan terhadap perusahaan.
- Kondisi kerja yang aman dan nyaman
Kondisi kerja yang aman secara ekonomis adalah jika
perusahaan dapat memberikan penghasilan yang
berkesinambungan. Kondisi aman lain yang diharapkan
karyawan adalah kebutuhan akan keamanan jiwa terutama
dalam jam-jam kerja. Kebutuhan akan keamanan kantor
ditempat kerja, termasuk jaminan hari tua. Kondisi kerja yang
nyaman tercipta jika dalam perusahaan terdapat rekan kerja
yang kompak. Selain gaji yang dibayarkan secara teratur,
karyawan yang bekerja pada perusahaan yang menyediakan
tabungan hari tua , jaminan kesehatan dengan lokasi kerja
yang strategis dan aman akan bertahan lebih lama daripada
karyawan yang bekerja di perusahaan yang tidak memberikan
jaminan apapun.
- Pelatihan dan pendidikan
Karyawan akan bertahan jika merasa didalam suatu
perusahaan tidak hanya kebutuhan fisiologis yang terpenuhi
tetapi juga kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas kerja/
aktualisasi diri dengan adanya pelatihan, pendidikan dan
pengetahuan tentang hal yang baru. Beberapa pelatihan yang
diberikan perusahaan adalah pelatihan Customer Satisfaction,
Top Technique dan training product Knowledge.
Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat perputaran
karyawan adalah :
- Kondisi sosial dan budaya masyarakat
Pada umumnya setiap manusia memiliki keinginan untuk
dihargai. Keinginan seorang karyawan untuk dihormati di
masyarakat mendorong karyawan tersebut berusaha
mendapatkan pekerjaan pada organisasi atau tempat kerja
yang dihargai masyarakat. Dengan demikian seorang
karyawan merasa status sosial lebih tinggi.
b. Absensi Karyawan ( Absenteeism)
Semakin rendah tingkat absensi karyawan maka kinerja semakin
baik.
Tingkat absensi karyawan dihitung dengan rumus :
Absenteeism = S Ketidakhadiran karyawan S rata- rata naker x S hari kerja normal
Tabel IV.13. Absenteeism
2006 2007 2008
S ketidakhadiran (a)
204 454 371
S Karyawan (b)
66 69 91
S Hari kerja (c)
299 300 298
(b) x (c) 19.734 20.700 27.118
Absensi 1,034 % 2,193 % 1,368 %
Sumber : data yang diolah.
Tabel diatas menunjukkan tingkat ketidakhadiran karyawan yang
berfluktuatif. Persentase ketidakhadiran karyawan tahun 2006
sebesar 1,034 % . Persentase ketidakhadiran karyawan terbesar
terjadi di tahun 2007 yakni 2,193 % dan di tahun 2008
perusahaan berhasil meningkatkan kinerja dengan menekan
tingkat ketidakhadiran karyawan menjadi 1,368 %.
C. Penerapan Balanced Scorecard pada Pusat Diagnostik Budi Sehat.
Penggunaan balanced scorecard dalam perusahaan ditujukan untuk
menghasilkan proses yang produktif yang berdampak pada financial return
yang berlipat ganda dan berjangka panjang, pengembangan sumber daya
manusia yang handal dalam mewujudkan produk dan jasa yang mampu
menghasilkan value terbaik bagi pelanggan. Semua perspektif dalam
balanced scorecard memiliki hubungan sebab akibat
Gambar IV.1. Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard
KEUANGAN
PELANGGAN
VISI DAN STRATEGI
PROSES BISNIS
INTERNAL
PEMBELAJARAN DAN
PERTUMBUHAN
Penerapan balanced scorecard pada suatu perusahaan disebabkan oleh
beberapa faktor pemicu yakni kondisi lingkungan bisnis yang dimasuki
perusahaan sangat kompetitif dan turbulen serta sistem manajemen belum
mampu menjawab kebutuhan manajemen secara keseluruhan. Meskipun
demikian penyusunan balanced scorecard bukanlah pekerjaan yang mudah,
diperlukan pemahaman yang baik tentang konsep balanced scorecard.
Proses penyusunan balanced scorecard membutuhkan waktu yang relatif
lama serta komunikasi yang baik dalam pembahasan strategi. Perusahaan
harus menyediakan waktu, tenaga serta biaya yang cukup besar untuk
menyusun balanced scorecard.
Penerapan balanced scorecard Pusat Diagnostik Budi Sehat sulit
diterapkan karena meskipun data yang dibutuhkan untuk analisa kinerja
berdasarkan ke empat perspektif tersedia dengan lengkap, namun terdapat
beberapa masalah dalam penyusunan balanced scorecard yakni :
· Pemahaman yang kurang terhadap konsep balanced scorecard.
Konsep balanced scorecard merupakan hal yang baru bagi perusahaan
skala kecil dan menengah di Indonesia, sehingga pemahaman
manajemen tentang konsep ini sangat kurang.
· Desakan kepentingan yang bersifat jangka pendek
Manajemen tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyusun
balanced scorecard. Pihak manajemen cenderung memberikan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Pusat Diagnostik Budi
Sehat maka diambil kesimpulan :
1) Pengukuran kinerja menggunakan balanced scorecard sulit diterapkan
pada Pusat Diagnostik Budi Sehat, karena meskipun data yang
diperlukan untuk menganalisa keempat perspektif tersedia dengan
lengkap, namun terdapat beberapa faktor penghambat dalam
perusahaan yakni kurangnya pemahaman terhadap konsep balanced
scorecard dan desakan kepentingan yang bersifat jangka pendek.
2) Hasil pengukuran kinerja jika diukur dengan konsep balanced
scorecard menunjukkan kinerja Pusat Diagnostik Budi Sehat secara
keseluruhan cukup baik. Pada perspektif keuangan kinerja perusahaan
baik, hal ini terlihat dari tingkat return on asset, laba perusahaan dan
pendapatan usaha yang meningkat. Meskipun net profit margin pada
tahun 2007 sempat mengalami penurunan, namun di tahun 2008
perusahaan dapat meningkatkan net profit margin. Pengukuran kinerja
dari perspektif proses internal bisnis menunjukkan kinerja yang cukup
baik. Meskipun tingkat kesalahan dan keluhan yang berfluktuatif tiap
tahun namun perusahaan telah menunjukkan keseriusan untuk
memperbaiki kinerja dengan memperbaiki dan melengkapi sarana serta
prasarana yang dimiliki sehingga pada tahun 2008 perusahaan dapat
menekan tingkat kesalahan dan keluhan pasien. Pada perspektif
pelanggan hasil penilaian kinerja perusahaan sangat baik. Penambahan
pelanggan yang selalu melampaui target yang di tetapkan perusahaan
menunjukan perusahaan mempunyai kemampuan untuk memperoleh
pelanggan baru. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
dan keberhasilan perusahaan menjalin hubungan baik dengan
pelanggan pasca pelayanan membuat perusahaan bernilai lebih di mata
masyarakat. Faktor inilah yang menyebabkan tingkat retensi pelanggan
semakin meningkat tiap tahunnya. Pada perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, kinerja perusahaan kurang baik. Meskipun perusahaan
dapat menekan angka ketidakhadiran karyawan pada tahun 2008,
namun tingkat perputaran (replacement) karyawan menunjukkan
angka yang semakin tinggi tiap tahunnya. Kondisi ini menjadi masalah
yang harus diselesaikan perusahaan.
II. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji kemungkinan penerapan sistem
balanced scorecard pada perusahaan tanpa membandingkan dengan metode
pengukuran kinerja lainnya.
Implikasi
Pusat Diagnostik Budi Sehat belum dapat menerapkan metode
balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja perusahaan karena terdapat
beberapa faktor penghambat. Perusahaan dapat menerapkan metode penilaian
kinerja yang lebih sederhana.
Meskipun tidak menerapkan metode balanced scorecard, namun
perusahaan tetap harus menyelesaikan permasalahan perputaran karyawan
yang menunjukkan angka semakin tinggi sampai dengan tahun 2008.
Perusahaan harus mampu meningkatkan motivasi karyawan terhadap
perusahaan sehingga terjadi keselarasan dalam organisasi. Perusahaan perlu
menyelenggarakan pelatihan karyawan sehingga kualitas kerja karyawan dapat
meningkat
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan membandingkan
kondisi perusahaan sebelum dan setelah penggunaan metode balanced
scorecard sebagai alat penilaian kinerja pada suatu perusahaan.