BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum disinyalir menjadi salah satu alasan munculnya berbagai permasalahan dalam bidang pendidikan. Kurikulum yang dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 18 didefinisikan sebagai “…..seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” akan membingungkan jika landasan pengembangan dan perubahannya tidak dipahami secara filsafat. Kurikulum menjadi amat penting dalam sebuah proses pendidikan sebagai acuan utama untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum. Sejak awal kemerdekaan Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah berubah beberapa kali. Tahun 1947 istilah yang digunakan adalah kurikulum Leer Plan (rencana pembelajaran). Kurikulum ini mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan jasmani. Tahun 1952 muncul kurikulum rencana pelajaran terurai yang mulai merinci setiap mata pelajaran. Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap dekade seperti kurikulum 1968, 1975, 1984 dan terakhir kurikulum 1994. Pascareformasi (Mei 1998) muncul kurikulum baru bernama KBK tahun 2004 yang kemudian berkembang menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan kurikulum disinyalir menjadi salah satu alasan munculnya

berbagai permasalahan dalam bidang pendidikan. Kurikulum yang dalam

Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir

18 didefinisikan sebagai “…..seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu” akan membingungkan jika landasan pengembangan dan perubahannya

tidak dipahami secara filsafat. Kurikulum menjadi amat penting dalam sebuah

proses pendidikan sebagai acuan utama untuk mencapai tujuan pendidikan secara

umum.

Sejak awal kemerdekaan Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah

berubah beberapa kali. Tahun 1947 istilah yang digunakan adalah kurikulum Leer

Plan (rencana pembelajaran). Kurikulum ini mengutamakan pendidikan watak,

kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan

kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan jasmani. Tahun 1952

muncul kurikulum rencana pelajaran terurai yang mulai merinci setiap mata

pelajaran. Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap

dekade seperti kurikulum 1968, 1975, 1984 dan terakhir kurikulum 1994.

Pascareformasi (Mei 1998) muncul kurikulum baru bernama KBK tahun 2004

yang kemudian berkembang menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

2

Pendidikan) tahun 2006 serta yang terakhir adalah kurikulum 2013 yang

merupakan pengembangan lebih lanjut dari KBK dan disiapkan untuk generasi

emas tahun 2045.

Kurikulum 2013 melandaskan argumen pada Menteri Pendidikan

Muhammad Nuh (Kedaulatan Rakyat, 27 Desember 2013) dirancang untuk

mendorong peserta didik agar mampu lebih baik dalam melakukan

observasi/mengamati, bertanya, menalar, dan mengomunikasikan. Melalui

pendekatan itu diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, ketrampilan

dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Peserta didik dengan menggunakan

kurikulum 2013 diharapkan akan lebih kreatif, inovatif dan produktif sehingga

bisa sukses menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya dan

mampu memasuki masa depan yang lebih baik.

Perubahan dalam pendidikan khususnya kurikulum adalah hal yang wajar.

Perubahan harus disertai dengan beberapa aspek seperti aspek kebutuhan bangsa,

kebutuhan subyek didik, kebutuhan lembaga yang mendidik atau pemerintah,

kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan teknologi dan

pengajaran. Semua aspek harus merasa siap dan mampu mengetahui titik tolak

perubahan kurikulum khususnya kurikulum 2013 karena kurikulum memiliki nilai

filsafat yang tinggi dan merupakan basis dasar atau bekal dalam pendidikan.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bagus namun persoalan yang

melingkupi kurikulum 2013 jumlahnya tidak sedikit. Sulistyo, Ketua Pengurus

Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) mengatakan bahwa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

3

kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis observasi

integratif itu dinilai mengabaikan kesiapan guru. Guru masih belum banyak yang

mengetahui konsep kurikulum 2013. Pemerintah dianggap kurang

mempertimbangkan kondisi heterogen guru terutama guru di pedalaman yang

tidak mudah beradaptasi pada hal-hal yang baru pada waktu singkat (Kedaulatan

Rakyat, 25 januari 2013).

Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta memiliki

pendapat yang sama dengan menjelaskan bahwa sebagus apa pun kurikulum tanpa

diimbangi kesiapan aspek guru, implementasinya menjadi sia-sia. Kurikulum

2013 seakan-akan seperti ‘dipaksakan’ (Kedaulatan Rakyat, 27 Desember 2013).

Faktor kesiapan semua aspek dalam perubahan kurikulum harus dilihat secara

menyeluruh agar revisi atau penyempurnaan kurikulum berdampak positif.

Permasalahan kurikulum 2013 bukanlah masalah yang sepele karena

kurikulum 2013 disiapkan untuk generasi emas tahun 2045. Orientasi

keindonesiaan harusnya lebih kuat tetapi dokumen-dokumen dan naskah

kurikulum dirasa kurang bersemangat sebab tidak disebutkan kata Pancasila di

dalamnya. Penyiapan kurikulum bukan pemikiran seluruh bangsa tetapi segelintir

manusia saja jadi terkesan sentralistik. Guru tidak dilibatkan dalam pembuatan

kurikulum sehingga banyak guru yang merasa kebingungan dalam aplikasi dan

implementasi kurikulum 2013, guru seharusnya sebagai pengolah bukan hanya

penerima. Paradigma berpikir pun seakan-akan bergeser bukan Pancasila dan

keindonesiaan namun lebih pada ke tenaga kerja.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

4

Revisi kurikulum memang harus dilakukan antara lain karena banyaknya

mata pelajaran dan terlalu padatnya materi yang ingin dijejalkan kepada peserta

didik. Kecermatan dan ketepatan dalam mengidentifikasi permasalahan-

permasalahan di dunia pendidikan amat diharapkan agar menghasilkan kurikulum

yang sesuai dengan perkembangan zaman (Kompas, 14 Desember 2012).

Pembaruan metode pembelajaran dibutuhkan dan seharusnya dilakukan

sejak lama dalam pendidikan. Pertama, karena adanya “revolusi copernican”

dalam definisi pendidikan dari pembelajaran berpusat pada guru (teacher

centered) seperti dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), ke berpusat pada murid (student centered)

menurut UU No 20 Tahun 2003 sebagai revisi UU Sisdiknas. Kedua, sekolah di

Indonesia sedikit sekali membantu menumbuhkan potensi seorang murid.

Pengaruh sekolah yang menjemukan serta tidak imajinatif itu tetap terasa ketika

seseorang menjadi dewasa dan memimpin masyarakat. Ketiga, Peningkatan

profesionalisme guru seyogyanya ditandai dengan berbagai aktivitas dan kinerja

guru. Keempat, pola kurikulum KTSP tidak mendorong siswa kreatif dan inovatif

sehingga sulit memunculkan jiwa kewirausahaan anak didik (Kompas, 21

Februari 2013).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang memiliki banyak landasan filsafat

sehingga dapat dikatakan eklektif inkorporatif. Kurikulum 2013 menyatakan

bahwa tidak ada satu pun filsafat pendidikan yang dapat digunakan secara

spesifik.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

5

Landasan filsafat dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filsafat yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filsafat pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas (Kerangka dasar Kurikulum 2013, Permendikbud Nomor 68 2013).

Kurikulum ini menjadi seperti ‘gado-gado’ yang harus diolah sedemikian rupa

sehingga semua aspek, baik itu pemerintah, guru, peserta didik mau dan mampu

mengimplementasikannya.

Filsafat Pendidikan kurikulum 2013 secara tersurat menyatakan menganut

tiga hal yaitu essensialisme, eksperimentalisme, dan rekonstruksionisme. Tiga

filsafat pendidikan itu digunakan sebagai landasan dasar pembuatan kurikulum

2013. Tiga landasan filsafat itu dianggap mampu menjadi dasar bagi

pengembangan kurikulum 2013. Tiga landasan filsafat itu membuat kurikulum

2013 menggunakan dasar eklektik inkorporatif. Ekelektik inkorporatif memiliki

arti pengembangan dan pemerkayaan filosofi pendidikan nasional dari berbagai

unsur filosofi pendidikan asing.

Peneliti sebagai pembelajar dalam dunia filsafat tertantang untuk

memberikan sumbangsih pikir mengenai hal tersebut. Kajian yang akan peneliti

pakai adalah filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan berfungsi mengembangkan

manusia dengan segala potensi kemanusiaannya. Kneller seperti yang dikutip oleh

Barnadib (2002 : 10) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan dalam filsafat

pendidikan yaitu pendekatan spekulatif, preskriptif, dan analitis. Spekulatif berarti

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

6

pemikiran sistematis terhadap apa yang ada, baik abstrak maupun konkret.

Preskriptif adalah pendekatan untuk mempelajari peranan nilai dalam pendidikan.

Analitis berusaha mengenali makna sesuatu dengan mengadakan analisis kata-

kata pada khususnya dan bahasa pada umumnya.

Pondasi filsafat pendidikan berisi kajian pemikiran reflektif tentang upaya

manusia memikirkan kehidupan secara menyeluruh, upaya mencapai pendidikan

yang baik, serta mencari akar fundamental dari penyelenggaraan pendidikan yang

dianggap baik (Rohman, 2013 : 69).

Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat sehingga

sudah sewajarnya pemikir-pemikir filsafat memberikan kritik dan saran terhadap

berbagai permasalahan mengenai pendidikan tidak terkecuali mengenai kurikulum

2013. Kritik terhadap kurikulum 2013 tidak selalu harus negatif tetapi lebih

menguatkan respon dan respect terhadap naskah kurikulum 2013. Kritik harus

dapat dipertanggungjawabkan, mengkritisi kurikulum melalui filsafat pendidikan

merupakan hal yang bagus dalam bidang keilmuan.

Filsafat pendidikan memiliki banyak aliran. Aliran filsafat pendidikan

yang peneliti pakai dalam membedah dan mengupas kurikulum 2013 adalah

progressivisme. Peneliti berkeyakinan kurikulum 2013 memiliki warna

progressivisme yang sangat dominan dan harus diungkap. Progressivisme

mengatakan bahwa kurikulum dapat berubah karena zaman dan ilmu pengetahuan

berubah, jadi perubahan adalah hal yang wajar.

Filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat

pragmatisme yang telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

7

manusia dalam hidupnya untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus

pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya. Aliran progressivisme lahir

sebagai reaksi atas pelaksanaan bentuk pendidikan tradisional. Dewey, dalam hal

ini mengatakan bahwa:

“…many progressives were merely reacting against traditional school practices and had failed to formulate an educational philosophy which was capable of serving as a plan of pragmatic operation “(Gutek, 1985: 141).

Progesivisme memandang bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh manusia

dewasa ini karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu. Ini

meliputi ilmu-ilmu sosial, budaya, maupun ilmu pengetahuan alam.

Dewey menekankan bahwa pendidikan merupakan petunjuk yang tiada

akhir, sesuatu yang berlangsung terus-menerus, akumulasi rekonstruksi

pengalaman. Dewey tidak menerima pandangan bahwa manusia itu diberkahi

kebenaran-kebenaran absolut. Pendidikan pada akhirnya dapat dikenal melalui

prosesnya seperti sebuah horison yang tidak pernah dapat dijangkau.

“According to Dewey, education is leads to no final ends, it is something continuous, a reconstruction of accumulated experience. Unlike those who assert that man is blessed with there are fixed and ultimate ends, Dewey hold no such view. The aim, such it is, is identified with the process, like the horizon” (Meyer, 1952 : 44-45).

Aspek yang dapat dilihat dalam segi filsafat di dunia pendidikan yang

berkembang secara terus menerus adalah kurikulum.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

8

Peneliti menyadari bahwa filsafat pendidikan merupakan hal yang menarik

untuk dikupas. Filsafat harus memandang pendidikan sebagai suatu keinginan

manusia yang tertinggi yang mampu mengatasi berbagai masalah.

Philosophy should focus about education as the supreme human interest in

which, moreover, other problem, cosmological, moral, logical, come to

head (Child, 1951 : 419-420).

Pola berpikir penelitian ini harus filsafat dengan menjurus pada konsep

pendidikan yang ideal bukan pada tataran praktis sehingga tidak terjerumus pada

peneliti pendidikan tingkat praksis. Ini merupakan hal yang baru karena belum

ada tesis yang meneliti mengenai kurikulum pendidikan secara khusus terutama

mengenai kurikulum 2013. Peneliti sendiri mengkhususkan pada persoalan

kurikulum 2013 untuk dicoba dicari landasan filsafat dan warna progressivisme di

dalamnya agar mampu memahami makna terdalam dari suatu kurikulum

pendidikan.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengemukakan tiga

rumusan masalah yaitu :

a. Apa hakikat kurikulum 2013 ?

b. Apa saja landasan filsafat kurikulum 2013 ?

c. Bagaimana pandangan filsafat pendidikan progressivisme terhadap

kurikulum 2013 ?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

9

2. Keaslian Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian

yang ada, belum ada satu pun tesis yang membahas kurikulum sebagai objek

material namun terdapat beberapapenelitian yang mengkaji tentang filsafat

pendidikan progressivisme yakni sebagai berikut :

Tesis Konsep Demokrasi dalam Pendidikan Menurut Progressivisme oleh

Ahmad Samawi tahun 1995. Penelitian tesis pada tahun 1995 ini menjelaskan

bahwa konsep demokrasi dalam pendidikan yang dimaksudkan oleh John Dewey

adalah suatu pandangan, sikap, aktivitas yang memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam menentukan

pendidikannya agar ia tumbuh dan berkembang secara optimal dan wajar sesuai

dengan potensinya. Demokrasi dalam pendidikan mempunyai implikasi yang luas

di berbagai bidang pendidikan seperti : kurikulum work and play, metode

pendidikan yang membiasakan anak menjadi problem solver, aspek-aspek

kejuruan yang menumbuhkan intelektual dan moral, dan subject matter

pendidikan dari problem kehidupan. Pandangan dewey mengenai progressivisme

pendidikan khususnya tentang demokrasi pendidikan memiliki kekuatan dalam

hal mengembangkan peserta didik sebagai makhluk individu yang bebas tetapi

lemah karena anak didik cenderung anrkhis. Pandangan Dewey mengenai

demokrasi dalam pendidikan memberikan kontribusi bagi pengembangan

pendidikan nasional dalam hal mengembangkan kualitas manusia secara

individual.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

10

Tesis Filsafat Pendidikan Alfred North Whitehead dalam The Aims of

Education and other Essays ditulis oleh Andri Prianto tahun 2004. Tesis oleh

mahasiswa filsafat UGM ini mencoba menyelidiki gagasan filsafat Alfred North

Whitehead mengenai pendidikan yang terdapat dalam karyanya berjudul the Aims

of education and other essay. Whitehead berpandangan bahwa peserta didik dan

guru merupakan sosok yang dinamis. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan

adalah tercapainya pengetahuan dan kebijaksanaan. Kurikulum yang disampaikan

adalah kurikulum yang mampu mencakup nilai dan realitas.

Tesis Konsep Filsafat Pendidikan Hamka dalam Sistem Pendidikan

Nasional oleh Eknathon, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM tahun 1999.

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsepsi filsafat pendidikan menurut Hamka

dan relevansinya bagi pengembangan sistem pendidikan di Indonesia. Kesimpulan

dari tesis ini bahwa konsepdasar filsafat pendidikan Hamka bercorak

esensialisme.

Skripsi Konsep Pendidikan Multikultural menurut Perspektif Filsafat

Pendidikan Progressivisme John Dewey ditulis oleh R. Adhi Putro H tahun 1997.

Penelitian ini menjelaskan bahwa pendidikan progressivisme John Dewey

menekankan pada pengalaman yang diperoleh dalam interaksi sosial. Interaksi

pengalaman penting dalam membentuk pengalaman yang edukatif. Pendidikan

multikultural merupakan aplikasi dari multikulturalisme dalam pendidikan yang

menjawab segala persoalan dalam masyarakat multikultural. Pendidikan

multikultural menurut filsafat pendidikan progressivisme John Dewey merupakan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

11

suatu pendidikan yang berdasar pada pengalaman, selalu dalam proses

perkembangan sesuai dengan realita yang senantiasa berubah.

Skripsi Titik Temu Pandangan Hsun Tzu dan Progressivisme tentang

Pendidikan ; Sebuah Kajian Filsafat Pendidikan, oleh Ibrahim tahun 1995.

Ibrahim mengemukakan bahwa antara Progressivisme dengan pandangan Hsun

Tzu memiliki keterkaitan dalam beberapa aspek, pertama kesesuaian pendapat

tentang metode pendidikan yang baik tidaklah bersifat “menjejali” atau otoriter.

Kedua Hsun Tzu sangat menghargai perubahan-perubahan dalam diri manusia

sama halnya dengan progressivisme yang mengusung kata perubahan yang

senantiasa berkembang dalam proses pendidikan manusia. Terakhir, pendidikan

tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan atau warisan apalagi faktor kekayaan.

Faktor yang lebih berpengaruh adalah untuk mencapai derajat yang lebih tinggi

sehingga hak-hak istimewa dalam pendidikan adalah hak yang harus ditolak.

Konsep pendidikan Hsun Tzu yang memiliki kesesuaian dengan Progressivisme

tercermin dalam sistem pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah otonomi

sekolah.

Skripsi Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Menurut John Dewey ditulis

oleh Nofi Nachriatun Nurchijah tahun 2003. Nofi dalam skripsinya

mendeskripsikan bahwa menurut John Dewey kurikulum memiliki sifat yang luas

dengan jangka waktu yang tidak terbatas pada ruang. Tugas guru terhadap

kurikulum ialah menjembatani perbedaan yang terdapat pada gagasan bahan

ajaran dan gagasan asing yang ada dalam diri peserta didik. Teori yang diterima

oleh anak didik hendaknya sebanding dengan apa yang dimuat oleh kurikulum

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

12

dan semua bidang studi harus tunduk pada pertumbuhan anak. Isi kurikulum

hendaklah sesuai dengan kemampuan anak, tidak ada kesenjangan yang jauh

antara teori dan praktek dalam kurikulum. Kurikulum John Dewey dapat

disimpulkan adalah kurikulum eksperimental karena ilmu pengetahuan yang

terdapat pada kurikulum ialah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari

pengalaman. Ilmu pengetahuan senantiasa berubah, karena bersifat dinamis tidak

statis jadi menjadi hal yang wajar kalau kurikulum pendidikan juga senantiasa

berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Skripsi Konsep Pendidikan Dalam model Kurikulum 1994, Kurikulum

Berbasis Kompetensi, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menurut

Perspektif Filsafat Pendidikan Konstruksivisme oleh Marfuah Puji Astuti tahun

2012. Marfuah mencoba menjelaskan bahwa ketiga kurikulum yang ada di

Indonesia yaitu Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan sama-sama berorientasi pada keaktifan siswa.

Perbedaannya terletak pada pergeseran fungsi guru. Kurikulum 1994 lebih

memusatkan pada guru sebagai pusat sedangkan pada KBK dan KTSP guru

sebagai fasilitator sedangkan siswa sebagai pusat. Perbedaan lainnya bahwa

materi pendidikan Kurikulum 1994 lebih difokuskan pada aspek kognitif,

sedangkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jurnal Education and Culture dengan judul “John Dewey’s View of the

Curriculum in The Child and the Curriculum” oleh Douglas J. Simpson dan

Michael J. B. Jackson Vol 20 No 2 tahun 2003. Douglas dan Michael memberikan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

13

pemahaman mengenai kurikulum yang dijelaskan oleh John Dewey dalam

bukunya The Child and the Curriculum bahwa kurikulum yang baik harus

berpusat pada kebutuhan dan keinginan siswa sebagai subyek pendidikan.

Pembelajaran dalam dunia pendidikan harus bersifat dinamis tidak statis.

Jurnal Kurikulum dan Pengajaran Asia Pasifik dengan judul “Kurikulum

ke arah Penghasilan Kemahiran Berpikir Kritis, kreatif, dan Inovatif” oleh Abu

Bakar Nordin Vol 1 No 1 tahun 2013. Penelitian ini menjelaskan bahwa sistem

pendidikan dalam dunia global mengalami peningkatan dan perkembangan.

Budaya belajar yang berpikir kritis, kreatif, dan inovatif harus digerakkan oleh

bangsa mana pun agar tidak tergerus perkembangan zaman. Generasi yang

dihasilkan pun akan menjadi generasi yang unggul bukan generasi yang usang.

Jurnal UNIERA dengan judul “Progressivisme Pendidikan dan

Relevansinya di Indonesia” oleh Ricardo F. Nanuru Vol 2 No 2 ISSN 2086-0404

tahun 2013. Progressivisme yang menekankan pada kebebasan anak dalam

berkreasi merupakan hal yang menarik bagi perkembangan pendidikan di

Indonesia. Ricardo menjelaskan bahwa dengan memberikan ruang lebih banyak

dan terbuka bagi pengembangan SMK diharapkan progressivitas pendidikan

Indonesia dapat ditingkatkan. Alasannya adalah SMK menekankan hubungan

yang linear antara pendidikan dengan dunia kerja yang sesuai keterampilan atau

pengalaman.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

14

3. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1) Bagi masyarakat

Memberikan pemahaman dan pandangan baru mengenai kurikulum

pendidikan yang ada di Indonesia khususnya mengenai kurikulum

2013.

2) Bagi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

Menambah khasanah filsafat dan dapat memberikan sumbangsih

pemikiran filsafat mengenai filsafat pendidikan progressivisme dalam

memandang kurikulum tahun 2013.

3) Bagi Peneliti

Menambah pengalaman serta memberi pengetahuan yang lebih

mengenai filsafat pendidikan pada umumnya dan kurikulum

pendidikan pada khususnya.

B. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan isi kurikulum 2013 secara jelas dan komprehensif.

b. Menjelaskan landasan-landasan filsafat yang ada dalam kurikulum

2013.

c. Merefleksikan pandangan progressivisme dalam pengembangan

kurikulum 2013 di Indonesia.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

15

C. Tinjauan Pustaka

Setiap penyusun kurikulum hendaknya senantiasa mempelajari keadaan,

perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat. Kurikulum yang seragam

diyakini mematikan inisiatif guru, mengekang kebebasan dan menutup

kemungkinan untuk menyesuaikan kurikulum dengan keadaan masyarakat dan

kebutuhan murid-murid setempat. Kurikulum yang seragam juga bertentangan

dengan prinsip untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individual.

Padahal pada masa modern tugas pendidikan untuk mempersiapkan anak agar

dapat berdiri sendiri dibebankan kepada sekolah (Nasution, 1982 : 110-132).

Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu Curir yang

artinya pelari dan Curare yang artinya tempat berpacu. Istilah kurikulum

mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis

awal menuju garis akhir. Kurikulum dalam bidang pendidikan memiliki makna

seperangkat perencanaan yang dijadikan acuan pendidikan untuk menjalankan

proses pendidikan mulai dari awal hingga akhir (Hasan, 1986 : 176).

Schubert (1986, 31) menekankan bahwa pemahaman kurikulum memuat

dari kurikulum sebagai mata pelajaran yang berhubungan dengan daftar mata

pelajaran yang diajarkan ke kurikulum sebagai kecakapan hidup. Kurikulum

sebagai program kegiatan memiliki arti perencanaan ruang lingkup, urutan,

keseimbangan mata pelajaran, teknik mengajar, cara-cara memotivasi siswa, dan

hal-hal lain yang dapat direncanakan sebelumnya dalam pelajaran. Kurikulum

sebagai hasil belajar yang bertujuan untuk memberikan fokus hasil belajar yang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

16

dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Kurikulum sebagai reproduksi

kebudayaan yang bertujuan mencapai tujuan nasional dan membangun generasi

yang mempunyai peradaban dan martabat yang tinggi. Kurikulum sebagai tugas

dan konsep yang merupakan interpretasi kecakapan hidup manusia.

Kurikulum bukan hanya mementingkan tujuan pendidikan saja tetapi juga

pembelajaran dan pengembangan kepribadian. Kurikulum penting untuk

menunjukkan pemilihan dan pengorganisasian substansi yang akan mencerminkan

investasi dalam pola kegiatan pembelajaran (Taba, 1962 : 6).

John Dewey berpendapat bahwa kurikulum yang baik harus

mencerminkan miniatur masyarakatnya. Kurikulum harus dapat mengembangkan

minat maupun kemampuan individu sehingga individu mampu berperan secara

aktif baik di lingkungan sekolahnya maupun di masyarakat. Murid harus diberi

kebebasan yang bertanggung jawab agar timbul sikap kreatif dalam menjalani

kehidupan dan menyelesaikan masalah (Dewey, 1962 : 23).

Kurikulum pendidikan hendaknya bersifat fleksibel dan harus lebih

banyak bersangkutan dengan proses belajar daripada sekedar untuk memperoleh

seperangkat informasi (Subiyanto, 1991 : 11), serta disusun berdasarkan tujuan

pendidikan yang berorientasi pada anak (Brubacher, 1978 : 238). Dewey

menempatkan anak secara khusus di dalam kurikulum, dan selanjutnya

menyatakan :

“it is his present power which are to assert themselves ; his present capacities which are to be exercised ; his present attitudes which are to be realized. But save as the teacher knows, knows wisely and

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

17

thoroughly, the race expression whichis embodied in that thing we call the Curriculum, the teacher knows neither what the present power, capacity, or attitude is, nor yet how it is to be asserted, exercised, and realized” (Dewey, 1962 : 31).

Tugas sekolah ialah memilih dan menyederhanakan unsur-unsur

kebudayaan yang dibutuhkan individu untuk berpartisipasi di dalam masyarakat.

Sekolah di satu pihak dapat memajukan kehidupan masyarakat, dan di pihak lain

sekolah yang maju hanya dapat ditemukan di dalam masyarakat yang telah maju

pula (Dewey, 1962 : 6-7).

Kurikulum yang baik secara lebih khusus menyatakan bahwa agar anak

sebagai subyek didik mampu berpikir lebih kompleks dan kontinuitas. Aktivitas

anak akan berkembang menjadi lebih rumit. Pola bermain dan bekerja harus

diterapkan dalam dunia kurikulum pendidikan agar proses penambahan

pengetahuan yang terserap dalam diri peserta didik terasa menyenangkan tidak

bersifat otoriter. Seperti yang dikatakan oleh Dewey (1964 : 205) :

It is the fact that the aim is thought of as more activity in the same line, without defining contunuity of action in reference to results produced. Activities as they grow more complicated gain added meaning by greater attention to specific results achieved.

Kurikulum yang baik menurut progressivisme juga dapat bersifat dinamis serta

sesuai dengan perkembangan zaman.

Kurikulum progressivisme menekankan pada anak didik. Semua bidang

studi harus tunduk pada pertumbuhan anak. Isi kurikulum hendaklah sesuai

dengan kemampuan anak, tidak ada kesenjangan yang jauh antara teori dan

praktek dalam kurikulum. Kurikulum progressivisme John Dewey dapat

disimpulkan adalah kurikulum eksperimental karena ilmu pengetahuan yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

18

terdapat pada kurikulum ialah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari

pengalaman. Ilmu pengetahuan senantiasa berubah, karena bersifat dinamis tidak

statis jadi menjadi hal yang wajar kalau kurikulum pendidikan juga senantiasa

berubah sesuai dengan perkembangan zaman (Nofi, Skripsi, 2003 : 23).

Kurikulum pendidikan nasional dalam perjalanan sejarah sejak tahun

1945, telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,

1975, 1984, 1994, 1999, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan

konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,

ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Kurikulum

sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis

sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat

(Darmaningtyas, 2012 : 216).

Herliyati (2008 : 25) menjelaskan bahwa setelah Indonesia merdeka dalam

pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum

sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (1968 dan 1975), kurikulum

berbasis keterampilan proses (1984 dan 1994), serta kurikulum berbasis

kompetensi (2004 dan 2006).

Perubahan kurikulum merupakan hal yang wajar karena zaman juga

berubah. Perkembangan kurikulum di Indonesia lebih bersifat pada

penyempurnaan kurikulum. Kurikulum 1994, 2004, dan 2006 merupakan contoh

nyata penyempurnaan tersebut. Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis

Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sama-sama berorientasi

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

19

pada keaktifan siswa. Perbedaannya terletak pada pergeseran fungsi guru.

Kurikulum 1994 lebih memusatkan pada guru sebagai pusat sedangkan pada

KBK dan KTSP guru sebagai fasilitator sedangkan siswa sebagai pusat.

Perbedaan lainnya bahwa materi pendidikan Kurikulum 1994 lebih difokuskan

pada aspek kognitif, sedangkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan pada aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik (Marfuah, Skripsi, 2012 : 102).

D. Landasan Teori

Filsafat pendidikan merupakan salah satu dari cabang filsafat yang

memiliki konsentrasi pada pendidikan sebagai dasar pemikiran. Filsafat

pendidikan memiliki banyak aliran dasar yang berbeda-beda antara lain yaitu

idealisme, realisme, pragmatisme, eksistensialisme, perennialisme, essensialisme,

progressivisme, dan rekonstruksivisme. Aliran pendidikan yang cukup banyak itu

menunjukkan bahwa pendekatan manusia mengenai pendidikan berbeda-beda.

Idealisme dan realisme merupakan dua aliran filsafat pendidikan yang

paling tua. Idealisme adalah aliran filsafat pendidikan yang mengatakan bahwa

realitas sifatnya tidak dapat berubah, pengetahuan dapat diperoleh dengan

memikirkan ide-ide bawaan yang terdapat dalam diri manusia dan nilai dari

pengetahuan manusia adalah abadi dan absolut. Realisme berlawanan dengan

idealisme, realitas menurut realisme adalah berasak dari hukum alam bersifat

objektif dan tersusun dari materi, pengetahuan bukan diperoleh dengan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

20

memikirkan ide-ide tetapi melalui sensasi dan abstraksi, nilai yang diperoleh

adalah sama dengan hukum-hukum alam (Ornstein & Allan, 1985 : 188).

Pragmatisme atau eksperimentalisme memiliki teori yang berbeda.

Menurut pragmatisme, realitas adalah interaksi antara individu dengan lingkungan

maka pengetahuan pendidikan dapat diperoleh melalui pengalaman dan metode

alam, nilai yang dihasilkan bersifat relatif dan situasional. Sementara itu, ada lagi

filsafat pendidikan eksistensialisme yang mengatakan bahwa realitas bersifat

subyektif, pengetahuan didapat melalui pilihan personal dan nilai dari filsafat

pendidikan eksistensialisme adalah bebas dalam memilih.

Perennialisme merupakan teori filsafat pendidikan yang mempunyai

tujuan untuk mendidik manusia secara rasional. Akar dari perennialisme adalah

realisme. Perennialisme lebih bersifat regressif karena mementingkan pandangan-

pandangan pendidikan pada zaman dahulu. Pengetahuan pendidikan bersifat abadi

dan tidak berubah. Materi kurikulum dalam perennialisme bersifat hierarki yang

berfungsi untuk mengolah dan memperkuat subyek didik menjadi orang-orang

yang pandai.

Essensialisme adalah teori filsafat pendidikan yang didasarkan pada

idealisme dan realisme. Essensialisme bertujuan agar peserta didik mampu

menjadi orang yang berguna dan kompeten di bidang masing-masing. Kurikulum

yang digunakan dalam essensialisme adalah pelajaran dasar seperti membaca,

menulis, aritmatika, sejarah, ilmu pengetahuan alam dan bahasa (Ornstein &

Allan, 1985 : 189). Ciri khas dari pendidikan yang bercorak essensialisme adalah

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

21

menggunakan pembagian mata pelajaran dalam mendidik peserta didik seperti

pelajaran alam, pelajaran sosial, pelajaran bahasa dan sebagainya.

Progressivisme pendidikan merupakan teori pendidikan yang basisnya

adalah pragamatisme. Pendidikan progressif mempunyai tujuan untuk mendidik

individu atau siswa didik agar sesuai dengan keinginan, hasrat dan kebutuhan.

Kurikulumnya lebih mendasarkan pada aktivitas dan proyek-proyek.

Progressivisme merupakan teori pendidikan yang lebih menekankan pada

pengembangan peserta didik sebagai sumber utama. Pembelajarannya adalah

student center learning.

Penelitian tesis ini menggunakan aliran filsafat pendidikan progressivisme

sebagai landasan teori. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori

pendidikan progressivisme sebagai pisau analisis karena aliran ini sangat cocok

untuk menjelaskan dinamika kurikulum yang berkembang.

Kata kunci untuk memahami filsafat pendidikan progressivisme adalah

dengan melihat kata sifat yang terkandung dalam terminologi tersebut, yakni kata

“progresif”. Kemajuan (progress) bersifat alamiah (naturalistic) yang

mengimplikasikan perubahan. Perubahan mengimplikasikan kebaruan. Kebaruan

tersebut terdapat di dalam realitas. Pendidikan yang progressif selalu menekankan

bagaimana cara memecahkan masalah terhadap realitas yang selalu mengalami

perubahan atau dengan kata lain pendidikan yang progresif selalu mencoba

mengembangkan inisiatif dan kepercayaan diri seseorang. Brubhacer (1978 : 330)

mengatakan :

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

22

“Progress is naturalistic, it implies change. Change implies novelty and novelty lays claim to being genuine rather than the revalation of an antecedently complete reality”.

Pemikiran progressivisme memunculkan definisi kurikulum yang tak

terbantahkan. Kurikulum sebagai kegiatan belajar di mana terdapat pertemuan

ruang kelas yang di sana disajikan beberapa bagian dari materi pelajaran dalam

jangka waktu tidak terbatas dan pembawaannya tidak dapat didefinisikan dalam

ruang. Dewey juga menerima asumsi tentang penyusunan materi pokok yang

harus diberikan kepada murid (Jackson, 1992 : 6).

Progressivisme memiliki pandangan bahwa kurikulum yang baik berasal

dari siswa sebagai subyek didik.

“Progressives generally were not interested in using the curriculum to transmit subjects to student. Rather, the curriculum was to come from the child. Learning could take a variety of forms such as problem such as problem solving, field trips, creative artistic expression, and projects. Above all, progressives saw the teaching-learning as active, exciting and everchanging” (Oinstein dan Levine, 1985: 205).

Subyek didik selalu berkembang, maka kurikulum pun dapat berkembang dan

berubah sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Pembelajaran aktif sangat

diperlukan bagi siswa atau subyek didik di sekolah.

Progressivisme memiliki 6 prinsip dasar menurut Gutek salah seorang

filsuf pendidikan. Keenam hal itu antara lain kebebasan bagi siswa, minat, guru

lebih sebagai fasilitator, prestasi siswa ditekankan pada penggabungan berbagai

aspek seperti sikap mental, moral dan sosial, pertumbuhan siswa bukan hanya di

dapat dengan belajar di sekolah tetapi juga bisa di rumah, serta sekolah

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

23

merupakan laboratorium bagi siswa agar mampu berinovasi mengembangkan ide

dan praktek.

“(1) progressive aducation should provide the freedom that would encourage the child’s natural development and growth through activities which cultivate his initiative, creativity, and self-axpression; (2) all instruction should be guided by the child’s own interest, stimulated by contact with the real world; (3) the progressive teacher is to guide the child’s learning as a director of reaserch activities, rather than a drill or task master; (4) student achievement is to be measured in terms of mental, physical, moral and social development; (5) there should be greater coopration between the teacher and school and the home and the family in meeting the child’s needs for growth and development; (6) the truly progressive school should be a laboratory in innovative education ideas and practices” (Gutek, 1985: 140).

Keenam prinsip dasar progressivisme itu menjadi sesuatu yang mampu merombak

pola pendidikan agar selalu berjalan maju.

Metode yang digunakan dalam kurikulum progressivisme adalah tematik

dan dapat berintegrasi.

The curriculum must be an integrated one so as to produce an integrated personaliny. The method, as far as possible, should be that of self discovery, and engaging in group learning (Akinpelu, 1981 : 64).

Progressivisme menekankan pada harapan agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara alamiah baik jasmani maupun rohani. Pendidikan merupakan

suatu proses aktif dan konstruktif. Pendidikan menurut Dewey berarti suatu proses

yang benar-benar sangat utama. Pendidikan juga dapat disebut sebagai aktivitas

pengembangan dan pembentukan khususnya pengembangan manusia dalam aspek

sosial.

Education means just a process of leading or bringing up. When we have the otcame of the process in mind, we speak of education as shaping,

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

24

forming, molding activity, that is, a shaping into the standard form of social activity (Dewey, 1964 : 10).

Progressivisme merupakan suatu aliran filsafat yang sifatnya maju dan

terbuka. Siswa menjadi subyek didik, guru sebagai fasilitator, serta

pengembangan minat dan bakat pada siswa menjadi acuan. Progressivisme akan

peneliti gunakan menjadi pisau analisis bagi pengembangan proses kurikulum di

Indonesia khususnya kurikulum 2013. Kurikulum yang memiliki banyak landasan

filsafat ini sejatinya memiliki warna landasan filsafat progressivisme yang harus

diungkap.

E. Metode Penelitian

1. Bahan penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan berupa penelitian kepustakaan. Penelitian

ini merupakan tipe penelitian kualitatif tentang masalah aktual. Penelitian filsafat

jenis ini menggunakan objek material masalah aktual yang sedang dihadapi

manusia dewasa ini dan objek formal cabang filsafat yaitu filsafat pendidikan

(Kaelan, 2005 : 292).

Peneliti dalam melakukan kajian menelusur berbagai literatur yang

tersedia, baik itu berupa buku, dokumen, naskah kurikulum, jurnal, makalah,

artikel, dan laporan penelitian. Peneliti untuk penelitian ini mencoba

mensistemasikan data dari berbagai literatur-literatur tersebut dalam dua bagian :

a. Data primer, yaitu data yang dijadikan rujukan utama dalam

penelitian ini. Sumber yang dijadikan sebagai data primer adalah:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

25

1. Dokumen kurikulum 2013 Permendikbud Nomor 67, 68,

dan 69 tahun 2013

2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 81A tahun 2013

3. Salinan Permendikbud No 54 tahun 2013 tentang SKL

4. Salinan Permendikbud No 54 tahun 2013 tentang standar

proses

5. Salinan Permendikbud No 54 tahun 2013 tentang standar

nilai

b. Data sekunder, yaitu berupa buku, artikel atau jurnal yang

menunjang penelitian ini diantaranya adalah :

1. Akinpelu, J. A. 1981. Philosophy of Education. London :

Macmillan Publisher.

2. Barnadib, Imam. 1976. Sistim-sistim Filsafat Pendidikan.

Yogyakarta : Yayasan Penerbitan FIP-IKIP.

3. Brubacher, John S. 1962. Eclectic Philosophy of

Education. New Jersey : Prentice Hall.

4. Ornstein, Allan C. & Levine, Daniel U. 1985. An

Introduction to the Foundations of Education. Boston :

Houghton Mifflin Company.

5. Dewey, John. 1962. The Child And the Curriculum

Cetakan keenam. Chichago : The University of Chichago.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

26

6. Dewey, John. 1964. Democracy and Education. Cetakan

keempat. New York : The Macmillan, Company.

7. Dewey, John. 1963. Experience & Education. New York:

Macmillan Company.

8. Gutek, Gerald Lee. 1985. Philosopical Alternatives in

Education.Chichago : The University of Chichago.

2. Jalan penelitian

1. Inventarisasi data : mengumpulkan dan menginventarisir semua data

yang berhubungan dengan penelitian. Peneliti mengumpulkan berbagai

data baik yang berupa sumber buku, naskah penelitian, dokumen, surat

kabar, essai atau jurnal untuk dikaji lebih mendalam.

2. Klasifikasi data : memilah data yang telah diperoleh menjadi data

primer, data sekunder dan data pendukung. Peneliti melakukan

pemisahan dan klasifikasi data agar memudahkan dalam mengkaji

penelitian.

3. Analisis : menganalisis semua data yang ada baik itu data

primer maupun data sekunder dengan metode penelitian yang peneliti

gunakan dalam rangka memperoleh kesimpulan akhir.

4. Penyusunan hasil : hasil yang diperoleh dari analisis kemudian

diuraikan kembali dalam bentuk tulisan yang sistematis.

3. Analisis hasil

Penelitian ini menggunakan unsur-unsur metodis sebagai berikut:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

27

Deskripsi : metode ini digunakan untuk memberikan uraian dan

gambaran yang jelas serta utuh dengan memaparkan segenap pemikiran

yang berkaitan dengan pemikiran progressivisme dengan kurikulum 2013.

Verstehen : metode ini digunakan untuk lebih memahami secara

komprehensif mengenai pemikiran tentang progressivisme khususnya

yang mengenai kurikulum.

Interpretasi : setelah data terkumpul dan mencukupi untuk diteliti,

peneliti menyelami dan mendalaminya sehingga didapatkan arti dan

makna progressivisme yang dapat digunakan untuk memandang

permasalahan kurikulum 2013.

Holistik : analisis ini digunakan oleh peneliti untuk memahami

data secara menyeluruh sehingga benar-benar didapatkan pemahaman

yang tepat. Pokok pikiran sentral dari Progressivisme dijadikan acuan

untuk melakukan interpretasi dalam rangka menemukan pemahaman yang

holistik berkaitan dengan adanya kurikulum pendidikan tahun 2013 yang

lebih menekankan pada perkembangan peserta didik.

Refleksi : metode ini digunakan untuk mengembangkan inspirasi

baru yang didapat selama penelitian setelah diperoleh pemahaman yang

komprehensif dari hasil penelitian.

Heuristik : metode ini digunakan oleh peneliti setelah melalui

refleksi untuk menemukan hal yang baru mengenai kurikulum pendidikan

di Indonesia dengan sudut pandang filsafat pendidikan progressivisme.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

28

F. Hasil yang Telah Dicapai

Hasil yang telah peneliti capai dalam penelitian ini adalah mampu

memperoleh jawaban dari tiga persoalan yang peneliti sampaikan yaitu :

1) Menemukan hakikat kurikulum secara komprehensif khususnya

mengenai kurikulum 2013

2) Mendapatkan pemahaman landasan filsafat yang dipakai dalam

kurikulum 2013

3) Menemukan sumbangsih pemikiran pandangan progressivisme

pendidikan dalam pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini ditulis rencananya dalam 5 bab :

Bab I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah

(tercakup di dalamnya rumusan masalah, keaslian penelitian, dan manfaat

penelitian), tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian

(mencakup bahan penelitian, jalan penelitian, dan analisis hasil), hasil yang

dicapai, dan sistematika penelitian.

Bab II bercerita mengenai objek formal dalam penelitian ini yaitu

progressivisme pendidikan sebagai salah satu aliran filsafat pendidikan. Peneliti

mencoba menguraikan pemahaman progressivisme mulai dari lahirnya

progressivisme yang pemikiran dasarnya berbeda dengan perennialisme,

kemudian penjelasan mengenai pokok-pokok pikiran progressivisme, sampai pada

tujuan dari filsafat pendidikan progressivisme.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74194/potongan/S2-2015... · Masa orde baru, kurikulum selalu mengalami perubahan hampir tiap ...

29

Bab III berisi pembahasan objek material yaitu kurikulum pendidikan

khususnya kurikulum 2013. Peneliti menjelaskan mulai dari definisi kurikulum

secara umum dari banyak tokoh, kurikulum pendidikan Indonesia dari masa ke

masa, lahirnya kurikulum 2013, komponen kurikulum 2013 hingga akhirnya

tujuan dari dibentuknya kurikulum 2013.

Bab IV menguraikan analisis dari dua objek formal dan objek material.

Analisis kurikulum 2013 dalam sudut pandang progressivisme. Peneliti memulai

dengan penjelasan yang komprehensif mengenai hakikat kurikulum 2013,

landasan filsafat kurikulum 2013, kemudian menjelaskan warna progressivisme

yang ada dalam kurikulum 2013, kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013

menurut progressivisme yang dianalisis secara seksama, hingga terakhir

sumbangsih pemikiran progressivisme bagi pengembangan kurikulum 2013 di

Indonesia.

Bab V berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran dari penelitian

ini.