BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara didirikan dengan tujuan utama untuk memberikan kesejahteraan (termasuk dalam pengertian ini antara lain kemakmuran, kesehatan, pendidikan dan rasa aman) kepada rakyat serta meningkatkan harkat dan martabat rakyat sebagai manusia. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan pembangunan nasional yang hendak dicapai untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia dengan mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai-nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, maju, kokoh dengan kekuatan moral dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut Negara membentuk suatu organisasi yang bernama pemerintah sebagai pemegang mandat kekuasaan Negara untuk merencanakan, menetapkan tujuan dan sasaran, mengatur, menggerakkan, mengarahkan, dan mensinergikan segenap upaya bersama dalam mencapai tujuan bernegara tersebut. Dengan kewenangan pokok yang dilakukan pemerintah sebagai sebuah organisasi Negara 1 . pemerintah merupakan sebuah gejala yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaan Negara 2 . Dengan kekuasaan yang diberikan Negara 1 Muhadam Labolo, 2006, Memahami Ilmu Pemerintahan Suatu Kajian, Teori, Konsep, dan Pengembanganya, Jakarta: Raja GrafindoPersada, hal.17. 2 Inu Kencana Syafi’i, 1998, Ekologi Pemerintahan, Jakarta: PT.Pertja, hal.4 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara didirikan dengan tujuan utama untuk

memberikan kesejahteraan (termasuk dalam pengertian ini

antara lain kemakmuran, kesehatan, pendidikan dan rasa

aman) kepada rakyat serta meningkatkan harkat dan

martabat rakyat sebagai manusia. Kesejahteraan

masyarakat merupakan tujuan pembangunan nasional yang

hendak dicapai untuk meningkatkan kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia dengan mengacu pada kepribadian

bangsa dan nilai-nilai luhur yang universal untuk

mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri,

berkeadilan, maju, kokoh dengan kekuatan moral dan

sejahtera.

Untuk mencapai tujuan tersebut Negara membentuk

suatu organisasi yang bernama pemerintah sebagai

pemegang mandat kekuasaan Negara untuk merencanakan,

menetapkan tujuan dan sasaran, mengatur, menggerakkan,

mengarahkan, dan mensinergikan segenap upaya bersama

dalam mencapai tujuan bernegara tersebut. Dengan

kewenangan pokok yang dilakukan pemerintah sebagai

sebuah organisasi Negara1. pemerintah merupakan sebuah

gejala yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaan

Negara2. Dengan kekuasaan yang diberikan Negara

1 Muhadam Labolo, 2006, Memahami Ilmu Pemerintahan Suatu Kajian, Teori, Konsep,

dan Pengembanganya, Jakarta: Raja GrafindoPersada, hal.17. 2 Inu Kencana Syafi’i, 1998, Ekologi Pemerintahan, Jakarta: PT.Pertja, hal.4

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

2

kepadanya itu, pemerintah bisa melakukan segala upaya

untuk mensejahterakan rakyatnya.

Pemikiran tentang kesejahteraan masyarakat

sebenarnya sudah ada sejak terbentuknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam alenia ke-IV

Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik

lndonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa salah satu

tujuan dari pembentukan Negara Republik Indonesia adalah

untuk memajukan kesejahteraan umum3.

Pemerintah mengandung arti suatu kelembagaan atau

organisasi yang menjalankan kekuasaan pemerintahan,

sedangkan pemerintahan adalah proses berlangsungnya

kegiatan atau perbuatan pemerintah dalam mengatur

kekuasaan suatu Negara. Penguasa dalam hal ini

pemerintah yang menyelanggarakan pemerintahan,

melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum, yang

dijalankan oleh penguasa administrasi Negara yang harus

mempunyai wewenang. Seiring dengan perkembangan,

fungsi pemerintahan ikut berkembang, dulu fungsi

pemerintahan hanya membuat dan mempertahankan

hukum, akan tetapi pemerintahan tidak hanya

melaksanakan undang-undang tetapi berfungsi juga untuk

merealisasikan kehendak Negara dan menyelenggarakan

kepentingan kepentingan umum (public service). Perubahan

paradigma pemerintahan dari penguasa menjadi pelayanan,

pada dasarnya pemerintah berkeinginan untuk

3 Pustaka Yustitia, 2007, Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Perubahan Pertama,

Kedua, Ketiga Dan Keempat (Dalam Satu Naskah) Data Wilayah Administrasi 33 Propinsi,

349 Kabupaten Dan 91 Kota Di Seluruh Indonesia, Jakarta : PT. Buku Kita, hal. 2.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

3

meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada

masyarakat.

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah

terlebih setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana

Pemerintah Daerah diberikan kewenangan yang demikian

luas oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur rumah tangga

daerahnya sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian

pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun

Berbagai isu yang muncul di kalangan masyarakat, ternyata

hak pelayanan yang diterima oleh masyarakat atau

perorangan terasa belum memenuhi harapan semua pihak

baik dari kalangan masyarakat umum maupun dari

kalangan pemerintah sendiri. Pelayanan masyarakat yang

diberikan oleh aparatur pemerintah seringkali cenderung

rumit seperti : a) Tata cara Pelayanan, untuk mendapatkan

pelayanan harus melalui proses yang panjang dari bawah

sampai dengan tingkat atas, dapat dibilang jika tidak ada

yang kenal dengan pegawai yang mengurus urusan akan

menjadi lama b) Rendahnya Pendidikan aparat, hal ini

berakibat pada lambannya pelayanan yang diberikan c)

Kurangnya sarana dan prasarana, terutama sistem

komputerisasi yang kadang online kadang tidak, serta

kemampuan petugas dalam penguasaan teknologi dan d)

Disiplin kerja, yaitu jam pelayanan yang tidak sesuai dengan

ketentuan, baik jam pelayanan buka maupun jam pelayanan

tutup. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas

pelayanan umum di daerah.

Pelayanan masyarakat dapat dikategorikan efektif

apabila masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

4

dengan prosedur yang singkat, biaya murah, cepat, tepat

dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektivitas

pelayanan Umum ditentukan oleh faktor kemampuan

pemerintah dalam meningkatkan disiplin kerja aparat

pelayanan. Masalah nyata proses pelayanan Umum,

terutama pengurusan surat pengantar pembuatan KTP,

Surat Keterangan Pindah, pelayanan IMB, dan pengantar

pembuatan akte kelahiran, dirasakan masih berbelit dan tak

terkendali secara efektif, sehingga wilayah aspirasi dan

kepentingan Umum masih kurang tersentuh.

Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik adalah untuk membangun

kepercayaan atas pelayanan publik yang dilakukan oleh

para penyelenggara negara agar supaya seiring dengan

harapan dan tuntutan seluruh warga negara, selain itu juga

sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap

warga negara serta terwujudnya tanggung jawab

penyelenggara negara dalam menyelenggarakan pelayanan

publik.

Pelayanan adalah proses menyangkut segala usaha

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam rangka mencapai tujuan4. Pelayanan hakekatnya

adalah serangkaian kegiatan, karena itu merupakan suatu

proses. Sebagai proses, pelayanaan berlangsung secara rutin

dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang

dalam masyarakat. Pelaksanaan pelayanaan dapat diukur,

oleh karena itu dapat ditetapkan standar baik dalam waktu

yang diperlukan maupun hasilnya. Dengan adanya standar

4 Moenir, 2001, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, hal 27

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

5

dalam pelayanan maka pada akhirnya dapat memberikan

kepuasan pada pihak-pihak yang mendapat layanan.

Pelayanan Umum adalah proses pelayanan kepada

masyarakat. Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas

dari masalah kepentingan umum, sehingga ada korelasi

antara pelayanan umum dan kepentingan umum. Dalam

perkembangannya pelayanan umum dapat timbul karena

adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan

kegiatan organisasi (pemerintahan).

Penyelenggaraan pelayanan umum didasarkan pada

asas umum pemerintahan yang baik dan bertujuan untuk

memenuhi kewajiban negara melayani publik atau

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Persoalan yang timbul saat ini adalah realitas pelaksanaan

fungsi pelayanan pemerintah yang telah dilaksanakan di

daerah, khususnya pelaksanaan fungsi pelayanan di bidang

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kabupaten Semarang

tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

Masyarakat.

Hal tersebut nampak pada jadwal penyampaian

instruksi dari pemerintah atasan, kepada kecamatan,

kelurahan sering terlambat dari waktu yang ditentukan,

kurang tepatnya penilaian tentang tafsiran biaya bangunan

karena kesulitan yang ditemui petugas di lapangan, sebab

petugas belum banyak pengalaman dan masyarakat kurang

cepat memberikan informasi tentang bangunan, sehingga

tafsiran biaya untuk bengunan hanya berdasarkan pikiran

yang menyebabkan retribusi kurang cocok dengan kondisi

bangunan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

6

Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan

bangunan yang menjamin keandalan teknis bangunan dari

segala keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan

kemudahan dan mewujudkan kepastian hukum dalam

penyelenggaraan bangunan, Pemerintah Kabupaten

Semarang menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 16 tahun

2006 tentang Ijin Mendirikan Bangunan. Untuk menjamin

daya guna dan hasil guna pelaksanaan Perda tersebut

dikeluarkan Peraturan Bupati Semarang nomor 11 tahun

2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Ijin

Bangunan. Dalam pelaksanaan pemberian izin mendirikan

bangunan di Kabupaten Semarang meliputi : Persyaratan,

Prosedur dan Waktu penyelesaian.

Syarat-syarat yang harus dilampirkan dalam

pengurusan IMB di Kabupaten Semarang antara lain adalah

: foto kopi kartu tanda penduduk, foto kopi hak atas tanah,

foto kopi tanda pelunasan PBB, surat keterangan tanah dari

kepala desa/lurah, surat pernyataan penggunaan tanah

apabila bukan milik sendiri, foto kopi ijin lokasi, surat

pernyataan teknis, gambar situasi lokasi bangunan, site

plant (tata letak bangunan terhadap lahan/kapling),

rekaman gambar bangunan, izin pendirian tempat ibadah

untuk bangunan keagamaan, surat pernyataan penggunaan

bangunan dan kesanggupan UPL atau UKL atau AMDAL.

Sedangkan prosedur dalam pengurusan IMB antara lain

adalah:

1. Mengisi formulir permohonan sesuai dengan syarat-syarat

yang telah ditetapkan, mulai dari RT, Kelurahan,

Kecamatan dan selanjutnya ke KPPT;

2. Kemudian petugas KPPT :

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

7

a. meneliti formulir dan kelengkapan syarat-syarat

administrasi dan teknis; b.menghitung dan

menetapkan besaran retribusi; c.memberitahukan

besaran retribusi yang wajib dibayar oleh pemohon

atau memberi tahu penolakan atas izin yang diajukan

oleh pemohon dalam jangka waktu paling lama 5

(lima) hari kerja terhitung sejak tanggal berkas

permohonan diterima.

3. Pembayaran retribusi disampaikan pada bendahara

penerima KPPT dan disetor ke kas daerah;

4. Setelah melunasi retribusi, pemohon mendapat surat IMB

resmi yang langsung dikeluarkan oleh kepala KPPT paling

lama 12 (dua belas) hari kerja. Waktu penyelesaian adalah

5 (lima) hari kerja + ‘X’ hari kerja (tergantung kecepatan

pemohon membayar retribusi) + 12 (dua belas) hari kerja,

dihitung sejak diterimanya permohonan yang telah

diagendakan.

Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2009

tentang pelimpahan kewenangan bidang pelayanan

umum/perijinan dalam pemberian Izin Mendirikan

Bangunan, Camat diberi kewenangan untuk mengeluarkan

Izin dengan ketentuan luas bangunan sampai dengan 250

m2 (bangunan 1 lantai). Berikut ini adalah diagram Alir

Proses Pelayanan Perizinan Izin Mendirikan Bangunan:

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

8

PEMOHON PETUGAS

INFORMASI

PETUGAS

PENDAFTARAN

PETUGAS

PEMROSESAN

KEPALA

KPPT/

CAMAT

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Catatan:

-berkas sdh

dilampiri

rekomendasi:

dinas pariwisata

bila usaha

akomodasi Dinas

Perhubungan bila

pendirian tower

Dinas Kesehatan

bila usaha bid

kesehatan

-berkas

diperbanyak

rangkap 2 dg asli

-warna map,

merah

Ya

Sumber : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Semarang.

Mencari

Informasi

Memberikan info&formul

ir

permohona

n

Mengisi

formulir&

melengkapi

persyaratan

Menerima&

memeriksa

berkas

permohonan

lengkap

Membuat tanda

terima berkas

permohonan

Agenda

pemeriksaan

lapangan

Pembuatan

undangan tim

Pemeriksa

lapangan

(berita acara)

diizinkan

Cek draft izin Penanda

tanganan

izin

Agenda izin

Resi

penyerahan

Surat

penolakan

Surat izin

Pemberitah

uan

undangan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

9

Warga masyarakat yang akan mencari Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB) harus memperoleh keterangan mulai dari

RT, Kelurahan, Kecamatan, DPU dan KPPT (Kantor

Pelayanan Perijinan Terpadu). Prosedur yang panjang ini

tentu menyita banyak energi yang harus dikeluarkan oleh

pemohon IMB. Ketika terjadi kesalahan gambar, prosesnya

jadi semakin panjang dan lama, akibatnya pemohom enggan

untuk mengurus sendiri, sehingga diurus lewat biro jasa

atau notaris, dengan cara seperti ini maka biaya yang

dikeluarkan juga semakin banyak. Aparat sangat lamban

memproses masalah ini belum lagi adanya pungutan liar.

Disamping itu adalah minimnya sosialisasi kepada

masyarakat oleh Pemerintah Daerah tentang pentingnya

IMB,dan tidak adanya sanksi yang tegas terhadap bangunan

yang tidak memiliki IMB, sehingga yang mengajukan IMB

adalah sebagian masyarakat yang mempunyai usaha saja.

Dibawah ini adalah data pemohon dan realisasi IMB di

Kecamatan Getasan mulai tahun 2007 sampai dengan 2011:

Tabel 1.1 Permohonan dan Realisasi IMB yang dikeluarkan oleh Camat

Getasan

No JENIS Th.2011

Pemohon Realisasi

1 Hotel - -

2 Peternakan - -

3 Rumah tinggal 5 4

4 Toko/Tpt usaha - -

5 Kafe/karaoke - -

6 Lain-lain 3 1

Jumlah 8 5

Sumber: Kantor Camat Getasan, 2011

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

10

Tabel 1.2 Permohonan dan Realisasi IMB Kecamatan Getasan yang

dikeluarkan oleh KPPT Kabupaten Semarang

No

Jenis

Th.2011

Pemohon Realisasi

1 Hotel 15 14

2 Peternakan 3 -

3 Rumah tinggal 8 5

4 Toko/Tpt usaha - -

5 Kafe/karoke 2 1

6 Lain-lain 8 8

Jumlah 36 23

Sumber: KPPT Kab. Semarang, 2011

Dari tabel 1.1. dan 1.2 maka dapat dilihat antara

pemohon yang terealisasi dan pemohon yang ditolak,

permohonan yang ditolak disebabkan antara lain :

1. Tidak memenuhi garis sempadan jalan (garis batas

bangunan yang diijinkan dari as jalan);

2. Belum adanya tukar guling tanah;

3. Belum ada kajian dari Disperindag (untuk

minimarket).

Berbagai fenomena diatas, maka sangat perlu untuk

menilai kinerja birokrasi publik di Kabupaten Semarang ,

baik kualitas, kuantitas, efisiensi pelayanan sehingga dapat

memotivasi aparat pelaksana, mendorong pemerintah agar

lebih responsif kepada masyarakat yang dilayani. Di dalam

Perda juga mengatur garis sempadan jalan untuk jalan

provinsi (arteri) : 35 m, jalan provinsi sekunder 25 m, jalan

kabupaten Primer : 21m, jalan Kabupaten sekunder : 14 m,

jalan lingkungan : 6 m, sehingga fakta di lapangan banyak

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

11

bangunan di wilayah Kecamatan Getasan yang tidak

memenuhi sempadan jalan tidak mengurus ijin Mendirikan

Bangunan alias bangunan tanpa IMB banyak berdiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB) di Kabupaten Semarang ?

2. Kendala-kendala apakah yang dihadapi oleh pemohon

dalam penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan

pemberian Ijin Mendirikan Bangunan di Kabupaten

Semarang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa kendala-kendala

apakah yang dihadapi oleh pemohon dalam penerbitan

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain adalah :

1. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan secara

teoritis dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan

ilmu hukum, khususnya dalam bidang Hukum

Administrasi Negara

2. Bagi pembangunan, hasil penelitian ini diharapkan

memberikan umpan balik kepada Pemerintah Kabupaten

Semarang beserta elemen-elemen yang terkait sehingga

Pemerintah Kabupaten Semarang lebih membuka diri dan

mau bermitra dengan berbagai pihak baik peneliti dari

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

12

kalangan perguruan tinggi, DPRD, tokoh masyarakat,

LSM, dan Pengusaha dalam rangka mencari format

kebijakan yang diperlukan untuk model kegiatan

pemerintahan dalam pelayanan yang lebih efisien,

responsif dan akuntabel.

E. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Untuk membahas permasalahan yang penulis ajukan

dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah

pendekatan Yuridis Empiris, yaitu penelitian yang

menggunakan data primer dan data sekunder dengan

melakukan penggalian data secara langsung dari

sumbernya. Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan

normatif dengan cara meneliti bahan pustaka dengan

mempelajari dan menelaah teori-teori, konsep-konsep serta

peraturan yang berkaitan dengan permasalahan5.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian pada tesis ini adalah deskriptif

analitis yaitu penelitian yang bertujuan memberikan

gambaran atas sebuah permasalahan dengan melalui

kegiatan analisis data penelitian. Pada tesis ini hal yang

digambarkan adalah Problematika Peraturan Daerah

tentang penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di

Kabupaten Semarang.

5 Soejono Soekamto dan Sri Mamuji, 1998, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat,Cetakan Ke II. Jakarta: Rajawali, hal 14-15

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

13

3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau

hal yang menjadi sumber pengambilan sampel,

sekumpulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu

yang berkaitan dengan masalah penelitian (Sugiyono,

2009). Dalam penelitian ini populasinya adalah

seluruh pemohon IMB Kecamatan Getasan Tahun

2011 sebanyak 36 orang pemohon.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang

dapat dijadikan wakil dari populasi dalam suatu

penelitian (Hadi, 2003). Adapun sampel adalah 10

orang pemohon yang direalisasi dan 10 orang pemohon

yang tidak direaliasi.

4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang

berasal dari sumber yang berbeda yaitu :

a. Data Primer

Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh

data primer yang berupa kejadian-kejadian di lapangan

atau pendapat subyek penelitian atau segala sesuatu yang

berhubungan dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

b. Data Sekunder

Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka

merupakan data dasar yang dalam ilmu penelitian

dikatagorikan sebagai data sekunder, baik data sekunder

yang bersifat pribadi maupun data sekunder yang bersifat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

14

publik. Dilihat dari sisi kekuatan mengikatnya, data

sekunder di bidang hukum dapat dibedakan menjadi :

a. Bahan-bahan hukum primer, meliputi :

- Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

- Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang

Jalan;

- Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun

2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan

Bangunan

- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 03

Tahun 2003 tentang Izin Gangguan

- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16

Tahun 2006 tentang Izin Bangunan.

- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13

Tahun 2007 tentang Garis Sempadan

- Peraturan Bupati Semarang Nomor 11 Tahun 2009

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin

Bangunan di Kabupaten Semarang

b. Bahan-bahan hukum sekunder, meliputi : bahan

hukum yang diperoleh dari teks, jurnal, kasus-kasus,

serta simposium atau yang sejenis yang berhubungan

dengan persoalan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

c. Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang

memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

kamus hukum eksiklopedi dan sebagainya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

15

4. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai penelitian ini bertitik tolak pada data

sekunder, maka langkah pertama dalam pengumpulan data

yaitu dilakukan dengan cara mengadakan telaah bahan

pustaka dan studi dokumen. Bahan pustaka dan dokumen

ini yang diteliti berkaitan dengan permasalahan, baik yang

berkaitan dengan masalah fungsi pelayanan pemerintah

khususnya di bidang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

maupun berkaitan dengan kinerja pelayanan publik.

Disamping itu, juga dilakukan studi lapangan melalui

serangkaian wawancara pada instansi terkait, wawancara

dilakukan setelah melakukan inventarisasi permasalahan

secara lebih konkrit, yang berkaitan dengan pendapat para

sarjana mengenai hukum Admnistrasi, literatur-literatur

yang berkaitan dengan fungsi pelayanan pemerintah

khususnya di bidang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

maupun berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja pelayanan publik untuk selanjutnya memperoleh

data sebanyak-banyaknya mengenai sumber maupun

informasi, yang relevan dengan pokok permasalahan dan

penelitian.

5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa data, data yang telah diperoleh

dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif dengan

menggunakan pola pikir induksi. Teknik ini dilakukan

dengan metode interaktif yang terdiri dari tiga jenis kegiatan,

yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan yang dapat dilakukan pada saat sebelum dan

selama pengumpulan data.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

16

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,

dan juga transformasi data yang muncul dari catatan tertulis

di lapangan. Sementara penyajian data merupakan

penyajian sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan6.

G. Sistematika Penulisan Tesis

Hasil penelitian yang sudah diperoleh dan telah

dianalisa akan dibuat suatu tesis yang sistematikanya

sebagai berikut :

Bab I sebagai bab pendahuluan yang akan memuat

latar belakang dilakukanya penelitian, bab ini terbagi dalam

perumusan masalah, tujuan penelitian dan metode

penelitian yang terbagi atas spesifikasi penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data dan metode analisis

data .

Bab II akan mengkaji tentang tinjauan teoritis

terhadap pelayanan publik oleh birokrasi kepada

masyarakat, pemerintah daerah sebagai birokrasi pelaksana

pemerintahan di daerah, tinjauan tentang ijin mendirikan

bangunan dan tinjauan tentang kesejahteraan rakyat dan

penerapan hukum.

Bab III merupakan hasil penelitian dan analisa, yang

sebelumnya dibahas Kondisi Umum dan Pemerintahan

Kabupaten Semarang khususnya di Kecamatan Getasan,

yang merupakan instansi yang bertugas memberikan

6 Matthew B.Miles dan A.Michel Huberman, Edisi Indonesia, 1992, Analisa Data Kualitatif

Tentang Sumber Metode-Metode Baru, Jakarta: UI Press, hal. 16-18.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/2/T2_322009003_BAB I.pdf · pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang

17

pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada

masyarakat, pembahasan selanjutnya adalah mengungkap

sebab-sebab fungsi pelayanan pemerintah dalam pemberian

Ijin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Semarang

terkendala dalam pelaksanaanya, standar pelayanan

pemberian ljin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai bentuk

tanggung jawab pemerintah di Kabupaten Semarang dan

upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Semarang

dalam rangka mengatasi kendala pelaksanaan pelayanan

pemberian Ijin Mendirikan Bangunan. Tesis ini akan ditutup

dalam Bab IV, yang akan menguraikan kesimpulan dan

sejumlah rekomendasi strategi bagi perbaikan (peningkatan)

kualitas pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang

diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang.