BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab dalam berbagai macam situasi sehingga
timbul interaksi dan peserta didik yang mampu berkembang sesuai dengan yang
dicita-citakan. 1 Usaha yang sadar dan disengaja murid dapat secara aktif
mengembangkan potensi yang dimiliki. Beradaptasi dari hal tersebut,
pendidikan sebagai motivasi diri untuk menjadi lebih baik dalam segala aspek
kehidupan.
Pendidikan akan menghasilkan bibit-bibit anak bangsa yang dapat
membangun dan mensejaterahkan bangsa. Pendidikan yang bermutu akan
menghasilkan peserta didik yang bermutu pula. Guna mendapatkan mutu
pendidikan yang berkualitas, maka diperlukan proses yang baik pula. Salah
satunya yaitu adanya proses pembelajaran dalam suatu pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
atau murid.2
1 Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), cet ke II,
hal. 70. 2 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: untuk membantu memecahkan
problematika belajar dan mengajar (Bandung: Alfabeta, 2008), cet ke VI, hal. 61
2
Guru dan murid adalah dua unsur yang utama, yang melakukan proses
interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Proses interaksi dalam kegiatan
mengajar dapat dilakukan oleh pengajar sesuai perannya yaitu menjadi
pembimbing, motivator, fasilitator dan lain sebagainya. Dua unsur tersebut
sangat penting dalam mencapai keberhasilan suatu pembelajaran.
Pembelajaran menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas Pasal 1 ayat 20, pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi
antara murid dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.3
Artinya bahwa terbentuknya suatu pembelajaran karena adanya proses belajar
dan mengajar. Proses belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah
norma ke dalam jiwa murid. Maka kegiatan semacam ini disebut dengan
interaksi edukatif. Interaksi edukatif merupakan hubungan dua arah antara guru
dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai perantara untuk mencapai
tujuan. Maka, interaksi edukatif terjadi karena memiliki tujuan dalam
mencapainya dan diperlukan penggerak.Penggerak yang paling berperan dalam
menjalankan interaksi edukatif adalah guru dan murid.Murid sebagai
pembelajar dan guru sebagai pendidik atau pengajar. Suatu pembelajaran akan
terasa nyaman manakala guru dengan murid saling menjaga interaksi maupun
komunikasi yang baik antara kedua belah pihak atau lebih.
Kenyamanan suatu pembelajaran akan tercipta manakala guru sebagai
figure teladan bagi murid dalam bersikap dan berbuat dengan baik kepada
315 Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli, diakses pada tanggal 26 Desember 2016
darihttp://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/15-pengertian-pembelajaran-menurut-para-
ahli.html
3
siapa pun dan dimana pun. Kebaikan seorang guru akan tercermin dari
kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat, baik itu ketika di sekolah maupun
di luar sekolah.Guru memang harus menyadari bahwasanya guru adalah teladan
bagi semua pihak terutama bagi muridnya. Keteladanan seorang guru akan
melahirkan murid yang memiliki sikap dan watak yang baik, yang cakap dan
terampil, bersusiladan berakhlak mulia.
Menjadi guru tidaklah semudah yang dibayangkan, pengabdian guru dalam
mendidik muridnya adalah bentuk dari kemuliaan seorang guru. Guru tidak
lepas dari peserta didiknya, tanpa peserta didik tidaklah ada seorang guru.
Mendidik, membimbing, membina, dan lain sebagainya itulah sebutan bagi
seorang guru. Maka guru adalah makhluk individu yang membutuhkan orang
lain dalam pengabdiannya.
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa
manusia bagaimanapun juga tidak terlepas dari individu yang lain. Maka, dapat
diambil contoh dari seorang murid. Murid tidak akan mengerti dan
memahami suatu ilmu jika tidak dibantu oleh seorang guru. Guru merupakan
orang yang mencerdaskan akal dan mencerahkan akhlak. Berkaca dari
hal tersebut, wajib bagi kita terutama anak didik untuk memuliakan
sang guru dan menghargainya. Dari sinilah dapat dipahami bahwa
setiap manusia membutuhkan interaksi dalam suatu kehidupan. Karena
interaksi terjadi adanya suatu kebutuhan. Setiap kebutuhan dalam berbagai hal
4
pasti memiliki tujuan. Maka dalam pengajaran sekali pun interaksi yang terjadi
pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Pencapaian interaksi dalam suatu pendidikan yang sifatnya mendidik
dinamakan dengan interaksi mendidik atau edukatif. Interaksi akan tercapai
dengan baik manakala guru melakukan komunikasi sesuai dengan landasan
dasar interaksi. Jika guru menerapkan dasar interaksi tersebut secara optimal
maka hubungan antara guru dengan muridakan berjalan secara harmonis. Tak
kurang dari itu sedikitnya masih terdapat masalah-masalah interaksi dalam
suatu pembelajaran. Mulai dari masalah yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar hingga masalah yang dapat mempengaruhi pencemaran nama baik
lembaga.
Akhir-akhir ini banyak dijumpai hubungan yang kurang harmonis antara
guru dengan murid. Pada realitanya sering kita lihat kondisi dalam pendidikan
yang kurang patut dicontoh dalam berbuat yaitu memukul, menjewer, mencubit,
dan lain sebagainya. Selain guru, murid pun juga sering berbuat tidak baik
terhadap gurunya. Misalkan, murid yang tidak menghiraukan gurunya
berbicara, siswa yang menganiaya gurunya, dan masih banyak lagi siswa yang
tidak patut dicontoh dari segi perbuatan negatifnya. Di bawah ini beberapa
kasus yang terjadi dalam dunia pendidikan sebagai berikut:
“Kasus pertama yang terjadi di Sidoarjo Balongbendo seorang guru
Matematika yang mencubit siswanya hingga mengalami luka memar
ditangannya. Akhirnya orang tua murid tersebut tidak terima anaknya
diperlakukan hal demikian maka, orang tuanya pun melaporkan guru
tersebut ke polisi. Dan polisi pun menindaklanjuti kasus tersebut hingga
ke pengadilan. Terdakwa divonis hukuman 3 bulan penjara dengan 6
5
bulan masa percobaan serta denda sebesar 250.000. Kasus tersebut
dimuat di Sindonews.com pada bulan Februari 2016.” 4
“Kasus yang kedua yaitu kasus 4 siswi di Janeponto yang dipukuli oleh
guru Bahasa Inggris pada saat pembelajaran akan berlangsung. Empat
siswi tersebut mengaku dianiaya dianiaya gurunya itu. Guru Bahasa
Inggris tersebut kesal terhadap siswanya yang bermain dan membuat
gaduh dalam kelas. Sang guru langsung memukul hampir seluruh siswa
dan siswi di dalam ruang kelas menggunakan tangan dan batang sapu”.5
“ kasus ketiga yaitu kasus yang terjadi di Makassar sekitar bulan Agustus
2016 seorang guru SMK Makassar yang dikeroyok oleh muridnya sendiri.
Saat itu seorang siswa membuat gaduh di dalam kelas. Oleh karena itu
guru tersebut mengeluarkan muridya dalam kelas. Dan murid tersebut
tidak terima kemudian menelepon orang tua. Akhirnya kasus ini
ditindaklanjuti di hukum.”6
Dari kasus-kasus diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyaknya
terjadi ketidakharmonisan interaksi antara guru dan murid.Guru mengganggap
punishment adalah jalan terbaik dalam mendidik muridnya agar lebih disiplin
dalam belajar. Akan tetapi, hal tersebut justru membuat murid lebih memiliki
rasa benci dan kesal terhadap gurunya. Punishmenta dalah sebuah pilihan untuk
meluruskan yang salah. Namun di sisi lain, masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadis-hadis yang mengutamakan keteladanan atau penguat perilaku, yang
menjadi gambaran keseimbangan dalam mendidik, antara tegas dan keras,
menghukum atau memberikan hadiah, keduanya sebaiknya diberikan secara
seimbang sesuai dengan porsi yang dibutuhkan anak-anak.
4 Pramono Putra, Terdakwa Guru Cubit Siswa hanya Dihukum Percobaan, diakses pada
tanggal 27 Desember 2016 dari http://daerah.sindonews .com/read/1128718/23/terdakwa-guru-
cubit-siswa-hanya-dihukum-percobaan-1470297057.html. 5 Mallombasang, empat siswi SMP di Janeponto mengaku dipukul guru, diakses pada
tanggal 28 Desember 2016 dari http://daerah.sindonews .com/read/1138316/192/empat-siswi-smp-
di-Janeponto-mengaku-dipukul-guru-1473494636.html. 6 Rakyatku.com, Ini Kebohongan Alif Siswa Pengeroyokan Guru SMK 2 Versi Teman
Kelas,diakses pada tanggal 28 Desember 2016 dari http://news. rakyatku .com /read/16685
/2016/08/11/ini-kebohongan-alif-siswa-pengeroyokan-guru-smk-2-versi-teman-kelas
6
Tidak hanya kasus-kasus yang terjadi di berbagai daerah adapula
permasalahan-permasalahan khususnya permasalahan interaksi yang kurang
optimal antara guru dan murid yang terjadi di SMP Muhammadiyah 01 Malang.
Jika punishment yang dijadikan sebagai bentuk interaksi yang mendidik kurang
maksimal lain halnya dengan sekolah di SMP Muhammadiyah 01 Malang.
Sekolah tersebut sedikit menunjukkan punishment sebagai tindakan terbaik
dalam mendidik murid-muridnya. Seperti fenomena guru menerangkan murid
berbicara sendiri, guru menerangkan murid tidur, guru menerangkan dengan
duduk di atas meja, dan lain sebagainya. Fenomena-fenomena seperti ini masih
banyak dijumpai di sekolah SMP Muhammadiyah 01 Malang. Walaupun tidak
seperti kasus-kasus yang terjadi di daerah lain namun hal ini dapat
menimbulkan dampak tidak baik bagi pengembangan sikap dan tingkah laku
murid.
Berkaca dari fenomena-fenomena yang terjadi maka interaksi edukatif yang
tercipta di kelas dan dijalankan dengan efektif dalam suatu pembelajaran dapat
menciptakan situasi dan kondisi kelas yang aman dan tenteram.Guru
seharusnya tidak mudah menjadi orang yang pemarah. Karena, guru merupakan
sosok figur yang diidolakan oleh anak didiknya. Menurut Mahmud Junus dalam
bukunya Ahmad Tafsir Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa seorang guru
seharusnya memiliki sifat yang dapat dicontoh oleh muridnya.
“menyayangi muridnya dan memperlakukan mereka seperti anaknya
sendiri; hendaklah guru melarang muridnya berkelakuan tidak baik dengan
cara lemah lembut, bukan dengan cara mencaci maki; dan hendaklah guru
7
memberlakukan semua muridnya dengan cara adil, jangan membedakan
murid atas dasar kekayaan atau kedudukan”.7
Sedangkan menurut Al-Abrasyi menyebutkan bahwa guru harus memiliki sifat-
sifat sebagai berikut ini:
“zuhud; bersih tubuhnya; bersih jiwanya; tidak ria; tidak memendam rasa
dengki dan iri hati; tidak menyenangi permusuhan; ikhlas dalam
melaksanakan tugas; sesuai dengan perbuatan dan perkataan; tidak malu
mengakui ketidaktahuan; bijaksana; tegas dalam perkataan dan perbuatan,
tetapi tidak kasar; rendah hati; lemah lembut; pemaaf; sabar;
berkepribadian; bersikap kebapakan; dan mengetahui karakter murid”. 8
Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat mengenai sifat guru yang harus
dimiliki. Jika guru mempunyai sifat-sifat yang dijelaskan oleh para ahli seperti
yang disebutkan di atas maka, hubungan antara guru dengan muridakan terjalin
dengan baik tanpa ada rasa kebencian.
Fenomena-fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan sangat
disayangkan. Karena lembaga sekolah merupakan tempat yang dirasa aman dari
segala macam bentuk kekerasan. Akan tetapi, terjadinya berbagai macam kasus
seperti yang dijelaskan diatas, maka hal ini merupakan adanya kesenjangan
antara guru dan siswa pada saat pembelajaran dilakukan.
Berdasarkan dari paparan fenomena yang terjadi diatas, peneliti akan
mengungkap problematika interaksi di antara guru dan murid. Serta
mengungkap penyebab interaksi yang bermasalah tersebut dalam proses
pembelajaran. Maka penelitian ini diberi judul “Interaksi edukatif guru dan
murid dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), cet ke II,
hal.132 8Ibid., hal. 131
8
Muhammadiyah 01 Malang”. Harapan penulis semoga penelitian sederhana
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi peneliti
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar lebih jelas dan tidak terjadi
kesalahpahaman dalam penelitian skripsi ini, maka permasalahan pokok yang
akan dibahas dalam penelitian ini ialah interaksi edukatif guru dan murid dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan dikontekskan dengan
pendidikan. Dengan demikian dalam penelitian ini penulis merancangkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana interaksi edukatif guru dan murid dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Malang?
2. Apakah pola interaksi edukatif tertentu antara guru dan murid dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat membentuk sikap tertentu di
SMP Muhammadiyah 01 Malang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di rancang di atas tersebut, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan interaksi edukatif guru dan murid dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Malang.
9
2. Mendeskripsikan pola interaksi edukatif tertentu antara guru dan murid
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dapat membentuk sikap
tertentu murid di SMP Muhammadiyah 01 Malang.
D. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi siapapun pada umumnya, terutama yang bergelut di dunia pendidikan
seperti praktisi pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis
Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan
khususnya tentang interaksi edukatif guru dan muriddalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang bagaimana
guru dapat melaksanakan tugas edukatifnya dengan kondusif dan
efektif. Serta guru harus mengerti dan memahami masalah-masalah
interaksi yang timbul bersifat edukatif.
b. Guna menambah wawasan dan cakrawala pengetahuan tambahan bagi
guru bahwa interaksi edukatif sangat penting dilaksanakan secara efektif
dalam pendidikan untuk menjaga keharmonisan antara guru dan
murid.
10
E. Batasan Istilah
Agar tidak terdapat kerancuan dalam pemahaman kajian penelitian ini dan dapat
tercapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti akan memberikan batasan istilah
dari permasalahan yang diambil. Peneliti memfokuskan permasalahan pada
interaksiedukatifguru dan murid dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMP Muhammadiyah 01 Malang. Sehingga, peneliti memberi batasan istilah
sebagai berikut:
1. Interaksi edukatif guru dan murid
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Interaksi
merupakan saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar
hubungan. Interaksi merupakan suatu hal yang berlangsung bila ada
hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.9
Interaksi edukatif adalah interaksi yang dengan sadar untuk
mengubah tingkah laku seseorang demi mencapai tujuan yang
diharapkan.10Interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan
murid dengan sejumlah norma sebagai perantara untuk mencapai tujuan
pendidikan. 11 Interaksi merupakan proses hubungan timbal balik yang
komunikatif antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang bersifat
mendidik dan dilakukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu.
9 Nuni Yusvavera Syatra, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid (Jogjakarta: Buku Biru,
2013), cet ke I, hal. 120 10Ibid., hal. 121 11 Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2014), cet ke I. Edisi revisi, hal, 11
11
Kesimpulan dari pengertian interaksi yaitu adanya hubungan timbal
balik yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mengubah tingkah laku
seseorang demi mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu interaksi
edukatif sangat penting untuk dilaksanakan guna menjalankan tugas
edukatifnya secara efektif dan kondusif. Adapun dalam penelitian ini
interaksi edukatif merupakan kunci dari pembahasan penelitian ini. Sebab,
interaksi dalam penelitian ini peneliti akan mengamati secara mendalam
bagaimana interaksi edukatif yang dijalankan di sekolah SMP
Muhammadiyah 01 Malang khususnya dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Guru merupakan anggota masyarakat yang berkompeten (cakap,
mampu, dan mempunyai wewenang) dan memperoleh kepercayaan dari
masyarakat atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan peran,
serta tanggung jawabnya, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah
maupun lembaga luar sekolah. 12 Sedangkan pendidik dalam pandangan
Islam adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam
perkembangan anak didik. 13 Guru memegang peranan penting yang
memungkinkan para siswa akan dapat belajar dengan optimal.14
Murid perspektif Islam dilihat dari pengertian bahasa adalah dari
fi’il madhi yaitu dari kata مرد ا-اردة -يرد-دار yang artinya orang yang
12 Nuni Yusvavera Syatra, Op.Cit., hal. 56 13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), cet ke II,
hal. 119 14 Agus Prianto, “Pola interaksi guru-siswa dan pengaruhnya terhadap kepuasan siswa
dalam belajar”, Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia, Vol 40 No.1(Februari 2011), hal. 83
12
menginginkan. Sehingga murid diartikan orang yang menghendaki untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan
kepribadian yang baik untuk hidup di dunia akhirat dengan jalan belajar
sungguh-sungguh.15
Menurut Al-Ghazali murid merupakan anak yang sedang mengalami
perkembangan jasmani dan rohani sejak mulai dari awal dan merupakan
objek yang luas dalam pendidikan. 16 “Murid menurut undang-undang
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu”.17
Kesimpulan dari pengertian di atas, bahwasanya guru merupakan
seseorang yang memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran untuk
mengetahui perkembangan murid dari waktu ke waktu. Sedangkan murid
merupakan anak yang mencari ilmu untuk mengembangkan potensi yang
ada dalam diri seseorang dengan cara belajar dengan tidak patah semangat.
Pada penelitian ini guru dan murid merupakan dua unsur utama dalam
penelitian guna mengetahui interaksi yang diterapkan dalam suasana belajar
mengajar di dalam kelas.
Interaksi edukatif guru dan murid adalah interaksi yang dilakukan
oleh kedua belah pihak. Guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai
15 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hal. 49-50 16 Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Gazali (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet
ke I, hal. 64 17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS;
Sistem Pendidikan Nasional
13
penerima aksi. Guru juga dapat sebagai pemberi dan penerima aksi, siswa
pun juga demikian dapat sebagai pemberi dan penerima aksi. Dengan
demikian interaksi edukatif guru dan murid merupakan hubungan dua arah
antara keduanya baik sebagai pemberi aksi maupun penerima aksi dengan
sejumlah nilai atau norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan
pendidikan guna menjalin hubungan yang optimal antara keduanya.
2. PembelajaranPendidikan Agama Islam
Pembelajaran dalam kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata ajar
artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).18
Dan mendapatkan imbuhan pe-an sehingga artinya menjadi cara atau proses
menjadikan orang belajar.19
Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain intruksional untuk membantu siswa belajar
secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.20
Kesimpulan dari pendapat di atas bahwasanya pembelajaran kegiatan
proses belajar mengajar yang terprogram dalam memahamkan murid saat
belajar. Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suasana
pembelajaran yang ada di dalam kelas SMP Muhammadiyah 01 Malang.
Apakah suasana pembelajaran tersebut berjalan kondusif dan efektif
ataukah kurang kondusif.
18 Dikbud, Kamus Umum, hal 15 19 Ibid, 15-16 20 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal 297
14
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia dari aspek rohani dan jasmani yang berlangsung bertahap. Selain
itu, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang diarahkan kepada
pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu
upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan, dan berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam. 21 Adapula pendapat dari hasil rumusan seminar
Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian
Pendidikan Islam yaitu sebagai bimbingan atau arahan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam serta menjadikan
manusia berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.22
Dapat disimpulkan dari uraian di atas berkenaan dengan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar dan terencana untuk
membimbing rohani dan jasmani manusia untuk membentuk pribadi yang
luhur sesuai dengan ajaran Islam. Maka jika dikaitkan dengan penelitian ini,
peneliti dapat melihat keefektifan proses pembelajaran berlangsung
khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni:
1. BAB I, Pendahuluan. Pada bab ini dibahas seputar uraian atau gambaran
masalah umum terkait penelitian. Dalam bab ini terdapat sub-bab latar
21 Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) hlm 152 22 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet ke V, hal. 15
15
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
dan sistematika penulisan.
2. BAB II, Kajian Pustaka. Pada bab ini peneliti membahas kerangka teoretis
sesuai dengan bahasan judul skripsi. Diantaranya kajian penelitian terdahulu,
definisi-definisi terkait pembahasan, dan konsep teori serta
pengembangannya.
3. BAB III, Metode Penelitian. Pada bab ini peneliti membahas metode
penelitian yang digunakan pada skripsi ini. Diantaranya jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
4. BAB IV, Pembahasan Hasil Penelitian. Pada bab ini peneliti membahas dan
menyajikan data-data hasil penelitian.
5. BAB V, Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini peneliti menyajikan kesimpulan
dari penelitian yang dilakukan, serta muatan saran dari peneliti.