BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memandang penting persoalan ekonomi, dikarenakan ekonomi
merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak terpisahkan. Namun tujuan
akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi.
Untuk lebih memahami persoalan dalam Islam, di perlukan pemahaman
mengenai pengertian ekonomi Islam, menurut Muhammad Abdullah al-Arasi
yang dikutip oleh Ibrahim Lubis mendefinisikan ekonomi Islam sebagai
“Sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari al-Qur’an dan
as-Sunnah dan merupakan bangunan ekonomi”.1
Sesuai dengan skema Zarqa, syariah terdiri atas bidang muamalat (sosial)
dan bidang (ritual). Ibadah merupakan sarana manusia untuk berhubungan dengan
sang penciptanya (hablum minallah) sedangkan muamalat di gunakan sebagai
aturan main manusia dalam berhubungan dengan sesamanya (hablum minannas).
Muamalat inilah yang menjadi objek paling luas yang harus digali manusia dari
masa ke masa, seiring dengan perkembangan kebutuhan hidup manusia akan
senantiasa berubah.
Muamalat tidak membedakan seorang muslim dengan non muslim. Inilah
salah satu hal yang menunjukkan sifat Universalitas ajaran Islam. Hal ini
1Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. Ke-1,
h. 245.
2
dimungkinkan karena Islam mengenal hal yang diistilahkan sebagai tsabit wa
mutakhayyirat (principle and variable). Jadi, variabel atau suatu proses kegiatan
yang dilakukan oleh seorang muslim harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran
Islam.2
Pertumbuhan ekonomi akhir-akhir ini diramaikan dengan hadirnya
lembaga keuangan syariah yang menjadi jalan alternatif dalam melakukan
kegiatan perekonomian yang berlandaskan syariah. Hal ini terjadi karena pada
saat ini sudah banyak umat Islam yang telah merasakan akan pentingnya
kehidupan yang sesuai dengan syariah yaitu kehidupan yang terhindar dari unsur
magrib (maisir, gharar, dan riba).
Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan
perbankan di Cisarua (Bogor) pada tanggal 19-22 Agustus 1990 yang kemudian
diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992 tentang perbankan, maka
berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank umum Islam pertama
yang beroperasi di Indonesia. Pendirian BMI ini menjadi cikal bakal terhadap
pendirian lembaga keuangan syariah lainnya di Indonesia.
Di tengah berkembangnya lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut,
maka hendaknya kita tidak mengabaikan salah satu lembaga keuangan lainnya
yaitu pegadaian. Perum pegadaian salah satu lembaga keuangan non bank yang
menangani usaha jasa gadai yang merupakan sarana alternatif pertama dan sudah
ada sejak lama serta sudah banyak dikenal dan diminati oleh masyarakat terutama
di kota-kota kecil di seluruh Indonesia, karena masyarakat menginginkan suatu
2Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet.Ke-I, h. 1-2.
3
lembaga keuangan yang sesuai dengan syariat Islam yang di dalamnya tidak
mengandung unsur riba.
Pegadaian sebagai suatu lembaga keuangan yang menangani usaha jasa
gadai yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan.
Disamping proses pencairan dana yang terbilang mudah dan cepat, pegadaian
juga tidak meminta yang menyulitkan dalam memberikan dana. Cukup dengan
membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa
mendapatkan dana untuk kebutuhannya, baik produktif maupun konsumtif.3
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa salah satu lembaga keuangan
lainnya adalah pegadaian syariah. Kehadiran pegadaian syariah sangat dibutuhkan
oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim, yang menghendaki
diterapkannya prinsip-prinsip syariah Islam dalam berbagai transaksi atau
muamalat sebagai untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
masyarakat muslim untuk bertransaksi dan bermuamalat berdasarkan prinsip
syariah Islam.
Masih banyak masyarakat yang belum mengenal pegadaian syariah.
Apalagi masyarakat yang berada di daerah terpencil di pedesaan. Walaupun
demikian sistem informasi tentang pegadaian syariah masih terus dilakukan dalam
memperkenalkan pegadaian syariah, dengan tujuan agar masyarakat dapat
mengenal dan mengadopsi pegadaian syariah. Masyarakat dalam memilih
pegadaian syariah pasti ada unsur yang memotivasi mereka terhadap pegadaian
syariah, apakah itu dari sistem operasional, pelayanan, atau biaya yang ringan.
3 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Salemba Emban Patria 2002), cet. Ke-1, h.114.
4
Bagi sebagian kecil masyarakat yang sudah mengenal dan mengadopsi tentulah
sudah tahu bagaimana cara kinerja pegadaian syariah baik dari segi pelayanan,
sistem operasional maupun biaya yang ringan. Sampai saat ini perkembangan
pegadaian syariah sangat pesat baik jumlah nasabah maupun kantor cabang.
Namun jangkauannya masih di kota-kota besar, sehingga potensi dan peluangnya
masih cukup besar. Pegadaian konvensional yang menerapkan sistem bunga harus
bersaing dengan pegadaian syariah yang menerapkan tarif ijaroh dan biaya
administrasi yang tidak berlipat ganda bila tidak membayar utangnya.4
Berlandaskan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa seiringnya waktu
pegadaian syariah semakin berkembang, sehingga semakin besar
dorongan/motivasi nasabah untuk mendapatkan tujuan yang khusus yaitu
mendapatkan dana dengan transaksi gadai yang praktis, cepat, dan
menentramkan.
1. Hanya dalam waktu 15 menit dana Anda akan terpenuhi.
2. Praktis, tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang
memberatkan. Anda cukup membawa barang-barang berharga milik Anda,
saat itu juga Anda akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka
waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu.
3. Menentramkan, sumber dana yang berasal dari sumber yang sesuai dengan
syariah, proses gadai berlandaskan prinsip syariah, serta didukung oleh
4M.Ali.Hasan, Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke -4, h.
123.
5
petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami sehingga lebih syar’i dan
terjaga.5
Struktur pengetahuan masyarakat tentang pegadaian syariah telah
menumbuhkan motivasi mereka untuk mendapatkan dana di lembaga yang
mereka ketahui dapat mempemudah penggunaan dana yang terdesak. Maka dari
itu Penulis merasa hal ini patut untuk diteliti. Untuk mengugkapkan apa motovasi
mereka dan bagaimana mereka bisa termotivasi dengan penggunaan dana dijasa
pegadaian.
Di sinilah terletak arti penting dari penulisan skripsi yang berjudul
“Motivasi Nasabah dalam Menggunakan Jasa Pegadaian Syariah (Studi Kasus
Pegadaian Syariah Cabang Cinere)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Melihat pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, masih banyak
permasalahan yang harus dikaji kembali secara luas. Untuk memudahkan
penyusunan dan pembahasan, penulis membatasinya hanya pada nasabah
pegadaian syariah cabang Cinere. Dibatasi dengan menguraikan definisi
operasional yaitu:
1. Pengertian dari “Motivasi” disini adalah dorongan serta maksud apa yang
dimiliki oleh nasabah lebih memilih menggunakan jasa pegadaian.6
2. Maksud dari “Nasabah” yaitu orang yang menggunakan jasa pegadaian
syariah.
5WWW.Pegadaian Syari’ah.Com, (26 Maret), 2008 6 Frista Amanda W, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”. Penerbit Lintas Media Jombang.
6
3. Lembaga “Pegadaian Syariah” adalah sebuah Institusi keuangan yang berada
di Jln. Karang Tengah Raya Cabang Cinere, yang melaksanakan kegiatan
berupa pembiayaan dalam penyaluran dana kemasyarakatan yang berlandaskan
sistem syariah.
Adapun rumusan masalah utama adalah hal apa yang memotivasi nasabah
terhadap pegadaian syariah. Dan dirumuskan beberapa ke dalam pertanyaan yaitu:
1. Bagaimana konsep dan mekanisme gadai syariah ?
2. Apa yang memotivasi nasabah lebih cenderung memilih jasa pegadaian
syariah ?
3. Bagaimana tanggapan nasabah tentang pelayanan serta operasional pegadaian
syariah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1. Mengetahui bagaimana konsep dan mekanisme gadai syariah
2. Mengetahui apa motivasi nasabah terhadap pegadaian syariah
3. Mengetahui tanggapan nasabah tentang pegadaian syariah.
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis
mengenai semua yang berkaitan dengan pegadaian syariah.
2. Khusus bagi instansi pegadaian syariah sebagai bahan evaluasi untuk dapat
meningkatkan segala kekurangan dalam kinerja gadai selama ini.
3. Mengetahui kondisi objektif masyarakat terhadap pegadaian syariah.
7
D. Kajian Pustaka
Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan ini adalah :
1. Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Estie Nurlina (102046125249)
dengan judul “Konsep Rahn dan Aplikasinya dalam Lembaga Pegadaian
Syariah”. Dalam skripsi ini hanya membahas konsep gadai serta aplikasinya
dalam Pegadaian Syariah.
2. Telah dibahas skripsi tentang pelaksanaan gadai dan gadai menurut Islam
Pada tahun 2006 yang ditulis oleh Agus Sholehuddin (101046122287) dengan
judul “Analisa Pelaksanaan Gadai Syariah dalam Kajian Hukum Islam.”
3. Pada tahun 2005 ada juga yang menulis skripsi mengenai “Perilaku Nasabah
dalam Pegadaian Syariah” penulisnya adalah Tuti Alawiyah (101046122323)
yang hanya mengangkat sebatas perilaku nasabah terhadap pegadaian syariah.
Namun dalam skripsi ini berbeda dengan skripsi yang ada di atas,
penulis hanya akan membahas “Motivasi Nasabah Terhadap Pegadaian
Syariah” dimana penulis akan mencari data melalui beberapa tahapan salah
satunya penyebaran angket untuk lebih mengetahui apa yang memotivasi
masyarakat lebih memilih menggunakan jasa pegadaian syariah.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Kerangka teori yang akan digunakan untuk menganalisa penelitian ini
adalah meliputi pengertian motivasi serta apa yang memotivasi nasabah dalam
menggunakan jasa pegadaian syariah.
8
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dari
pengertian tersebut dapat kita simpulkan sedikit bahwa setiap apa yang dilakukan
seseorang pasti punya motif serta tujuan yang dicapai, begitupun dengan yang
dilakukan masyarakat menggunakan jasa pegadaian pastinya memiliki motif-
motif tetentu diantaranya adalah: pelayanan yang baik, prosedur yang mudah dan
cepat, biaya jasa simpan yang lebih ringan/tidak adanya bunga serta jarak tempuh
pegadaian yang lebih dekat dan strategis.7
Sedangkan pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.8 Tindakan tersebut dapat
dilakukan melalui cara langsung melayani nasabah.hal yang berkaitan dengan
pelayanan yaitu: ramah tamah, sopan santun baik perkataan maupun cara
berpakian dan tindakan, keamanan dan kenyamanan tempat, fasilitas yang
memadai bagi para nasabah. Jadi hubungan antara pelayanan dengan motivasi
adalah semakin baik tingkat pelayanan maka semakin tinggi tingkat motivasi
nasabah lebih memilih jasa pegadaian syariah.
Hal yang mempengaruhi masyarakat datang ke lembaga keuangan
misalnya bank adalah :
a. Karna pihak perbankan yang memberikan rangsangan berupa balas jasa yang
akan diberikan kepada si penyimpan berupa bunga, untuk bank syari’ah adalah
berupa pembiyayaan.
b. Pelayanan yang baik. 7 Amanda Frista W, ”Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”. 8 Ibid , h.646
9
c. Perbankan yang dapat memberikan pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit.9
Tetapi jika seseorang yang datang ke lembaga keuangan mendapati
kendala prosedur yang rumit, solusinya yaitu mendatangi lembaga pegadaian
karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat lebih memilih
lembaga pegadaiandibanding lembaga keuangan bank yaitu :
1. Waktu yang relatif singkat, hal ini disebabkan karena prosedurnya yang tidak
berbelit – belit.
2. Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen untuk
memenuhinya.
3. Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan uang digunakan untuk apa, sesuai
dengan kehendak nasabahnya.10
Agar penulis dapat membuktikannya dengan menggunakan suatu
penelitian.
F. Hipotesa
Hipotesa tidak lain adalah jawaban sementara yang digunakan penulis
dalam penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kebenarannya. Hipotesa bisa
saja benar dan juga salah. Ini perlu diuji kebenarannyaakan sehingga akan didapat
suatu kesimpulan. Apakah hipotesa dapat diterima atau ditolak. Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X (Pelayanan, sistem
9 Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainya”. ( Jakarta PT.Raja GrafindoPersada, 2002 ), Cet. Ke-6, hal 24 10 Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainya”. 249.
10
operasional), dan variabel Y (Motivasi nasabah) penulis menggunakan rumus
product moment. Dalam pembahasan ini hipotesa adalah:
1. Ho : Tidak ada hubungan yang positif antara variabel X (Pelayanan, sistem
operasional), dan variabel Y (Motivasi nasabah).
2. Ha : Ada hubungan yang positif antara variabel X (Pelayanan, sistem
operasional) dengan variabel Y (Motivasi nasabah).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan
variabel Y, penulis mengujinya dengan menggunakan rumus product moment
yaitu:
r = ( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−
2222 YYNXXXN
YXXYN
Perhitungannya sebagai berikut:
Langkah 1 : Perumusan hipotesa
Ho : Tidak ada hubungan positif antara variabel X (motivasi
nasabah) dan variabel Y (pelayanan,sistem operasional)
Ha : Ada hubungan positif antara variabel X dan variabel Y
Langkah 2 : Menentukan tingkat signifikan dan nilai kritis (df). Dimana
tingkat signifikansinya a= 5% dan nilai kritis (df) = n-2 yaitu
untuk menentukan nilai r tabel.
Langkah 3 : Menghitung nilai r tabel = n-2 pada tarif signifikan 5%
Langkah 4 : Kesimpulan pengujian, apakah terdapat hubungan atau tidak
antara kedua variabel tersebut.
11
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Untuk
menunjang data tersebut penulis juga melakukan pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang informasinya atau datanya diolah dengan data statistik. Di
dalam metode yang digunakan adalah metode deskriftif analisis yaitu penulis
menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian
dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan.11 Dengan tipe
pendekatan studi kasus. Penulis mengadakan penelitian dengan melihat,
menggambarkan tentang motivasi nasabah terhadap jasa pegadaian syariah.
2. Sumber dan Teknik Pengambilan data
Yang menjadi bahan acuan (sumber) dalam penelitian ini, penulis
membaginya dalam dua kategori yaitu:
a. Data primer, yang menjadi data primer adalah nasabah pegadaian syariah
cabang Cinere.
b. Data sekunder, yang digunakan untuk mendukung data primer. Dalam hal
ini penulis menggunakan data sekunder berupa dokumentasi, yaitu hal-hal
yang berkaitan dengan dokumen tentang pegadaian syariah seperti: buku-
buku, brosur, majalah, internet. Untuk memperoleh data yang akurat
penulis mengumpulkannya melalui:
1) Riset kepustakaan, yaitu penulis membaca, mengutip, dan merangkum
hal-hal yang perlu pada buku-buku, dokumentasi, dan sebagainya.
11Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press 1934), Cet .ke 3 h. 262.
12
2) Penelitian lapangan, yaitu melakukan penelitian langsung ke lembaga
yang dijadikan objek penelitian di pegadaian syariah dan untuk
memperoleh data yang lengkap dilakukan cara-cara:
a. Wawancara (interview), yaitu melakukan tanya jawab lisan antara
dua orang tau lebih secara langsung.
b. Pengamatan langsung di lapangan (observasi) adalah pengamatan
dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
c. Survei angket, adalah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada 30
responden untuk diisi dari 300 nasabah pada bulan April 2008.
Adapun pertanyaan adalah pertanyaan tertutup yang telah
disediakan jawabannya.
3) Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan adalah pegadaian syariah cabang
Cinere Jl. Karang Tengah Raya No. 25 D Jakarta Selatan.
4) Populasi sampel dan cara penarikannya
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mencakup masyarakat
yang menjadi nasabah pegadaian syariah cabang Cinere yaitu
nasabah yang aktif dimulai tahun 2008.
b. Sampel dan Penarikannya
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposif sampel. Artinya sampel dilakukan dengan
cara mengambil subjek didasarkan atas tujuan tertentu yaitu
13
menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari
subjek penelitian.
5) Penentuan variabel
Variabel yang digunakan adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X
adalah motivasi nasabah varibel Y adalah pelayanan dan sistem
operasional pegadaian syariah cabang Cinere.
6) Teknik pengolahan dan analisis data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah di
klasifikasikan berdasarkan kategori tertentu sesuai dengan sub bab
permasalahan yang telah dibuat berdasarkan analisis variabel serta
dianalisa untuk mengungkapkan pokok permasalahan yang telah
diteliti sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan. Dari hasil
penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan
langsung dibuat persentase, sehingga akan langsung diketahui
jumlahnya (sesuai proporsi jawaban dan jumlah sampelnya) dengan
rumus.12
p = %100xNF
Dimana P = Persentase
F = Frekuensi yang sedang di cari persentasenya
N = Number of case (banyaknya sample)
12 Soekanto Soerjono, “ Pengatar Penelitian Hukum”, h.264
14
Besarnya persentase dari rumus di atas dapat disimpulkan dan dengan
beberapa kriteria sebagai berikut:
100 % = Seluruhnya
82 % - 99% = Hampir seluruh
67 % - 81 % = Sebagian besar
51 % - 66 % = Lebih dari setengah
50 % = Setengah
34 % - 49 % = Hampir setengah
18 % - 33 % = Sebagian kecil
1 % - 17 % = Sedikit sekali
Untuk menganalisis data penulis menggunakan rumus product moment
yaitu:
r = ( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−
2222 YYNXXXN
YXXYN
Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2006.
H. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini penulis membuat
sistematika sesuai dengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi lima
bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan
dari bab tersebut. Adapun sistematika penyusunan yaitu:
15
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat : Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Kajian Pustaka, Kerangka Teori dan
Kerangka Konsep, Hipotesa, Metode Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Memuat : Pengertian Motivasi dan dorongan Nasabah, Faktor-
Faktor yang menyebabkan nasabah termotivasi, Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam kepuasan nasabah, Pengertian Gadai, Landasan
Hukum Gadai, Rukun Gadai, Syarat Gadai, serta barang yang bisa
dijaminkan.
BAB III : PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
Memuat : Sejarah berdirinya Pegadaian Syariah, visi dan misi
Pegadaian syariah, Struktur Organisasi, Perkembangan Pegadaian
Syariah, Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan, Prospek
Pegadaian Syariah.
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN
Memuat : Deskripsi data, Pengujian hipotesa, Analisa data
BAB V : PENUTUP
Memuat : Kesimpulan serta saran-saran
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi dan Perilaku Konsumen (Nasabah)
1. Pengertian Motivasi dan Perilaku Konsumen (Nasabah)
Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan adalah
merupakan salah satu tugas penting bagi para produsen, untuk itu pihak
produsen atau perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk yang
ditujukan pada konsumen harus memiliki strategi yang jitu. Perusahaan harus
memahami konsep perilaku konsumen agar konsumen dapat terpenuhi
kebutuhan dan keinginannya dengan melakukan transaksi pembelian dan
merasakan kepuasan terhadap produk yang ditawarkan sehingga konsumen
menjadi pelanggan tunggal (loyal). Dalam hal ini produsen harus memahami
konsep motivasi konsumen dalam melakukan pembelian. Produsen umumnya
kurang memahami motivasi yang lebih mendalam mengenai konsumennya,
mereka mungkin menanggapi pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada
menit-menit terakhir. Bagaimanapun juga pemasar atau produsen harus
mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, serta perilaku belanja dan
pembelian pelanggan pasar sasarannya.
Motivasi berasal dari bahasa latin yang berbunyi movere yang berarti
dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
17
yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia. Motivasi
semakin penting agar konsumen mendapatkan tujuan yang diinginkannya
secara optimum. Pengertian motivasi menurut para ahli:
American Encyclopedia
Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok
pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan
tindakan. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang
hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.13
Edwin B. Flippo
Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja sesuai secara berhasil, sehingga keinginan para
pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.14
Jadi secara keseluruhan motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya
penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau
bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk
mencapai kepuasan.
Motivasi dapat didefinisikan pula sebagai kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya memenuhi suatu
kebutuhan individual. sementara motivasi umum bersangkutan dengan upaya
ke arah setiap tujuan, kami menyempitkan fokus ke tujuan individual agar
mencerminkan minat tunggal dalam perilaku yang berkaitan dengan hal 13 American Encyclopedi, “Perilaku konsumen”Prenada Media Jakarta:2003 hal.14 14 Edwin B. Flippo,Ibid hal. 17
18
tersebut. Berdasarkan definisi tersebut maka terdapat unsur-unsur kunci, yaitu
upaya, tujuan dan kebutuhan.
Unsur upaya merupakan unsur intensitas. Bila seseorang termotivasi,
maka ia akan mencoba kuat-kuat. Tetapi kemungkinan kecil tingkat upaya
yang tinggi akan menghantar kepada hasil yang menguntungkan kecuali bila
upaya tersebut disalurkan dalam suatu arah yang bermanfaat bagi individu
tersebut. Oleh karena itu kita harus mempertimbangkan kuantitas dari upaya
tersebut maupun dari intensitasnya. Upaya yang diarahkan pada suatu tujuan
tertentu yang diharapkan dan konsisten dengan tujuan tersebut adalah macam
upaya yang seharusnya dilakukan. Akhirnya kita perlukan motivasi sebagai
proses pemenuhan kebutuhan.
Suatu kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu keadaan internal yang
menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tak
terpuaskan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan yang
ada dalam diri individu yang bersangkutan. Dorongan ini menimbulkan suatu
perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu yang apabila
dicapai akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong kearah pengurangan
tegangan.
Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau
pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada
ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang
diinginkan atau yang disukai. Karena ketidak cocokan ini meningkat, hasilnya
adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang diacu sebagai dorongan
19
(drive). Semakin kuat dorongan tersebut, maka semakin besar pula urgensi
respon yang di rasakan.
Konsumen selalu dihadapkan pada persoalan biaya atau pengorbanan
yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan dan
diinginkan. Oleh karena itu konsumen akan dihadapkan pada persoalan
motivasi atau pendorong. Motivasi konsumen adalah keadaan didalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi pada
diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu
tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk
mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
Apabila kita menerima motivasi sebagai suatu pengaruh terhadap
tingkah laku dan apabila menerima paham bahwa bagian yang terbesar pada
pengaruh ini terhadap tingkah laku manusia adalah pemenuhan dari
kebutuhan-kebutuhan dasar, maka kita akan berusaha mengetahui apakah
yang menjadi kebutuhan mendasar.
Agar pemberian motivasi berjalan dengan lancar maka harus ada
proses motivasi yang jelas. Proses motivasi tersebut terdiri atas:
Tujuan
Perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin
dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu.
Mengetahui Kepentingan
20
Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya
dilihat dari kepentingan perusahaan semata.
Komunikasi Efektif
Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar
konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang
biasa mereka dapatkan.
Integrasi Tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan
kepentingan konsumen. Tujuan konsumen adalah untuk mencari laba serta
perluasan pasar, sedangkan tujuan individu konsumen adalah pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan. Kedua kepentingan di atas harus disatukan dan
untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
Fasilitas
Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Konsep motif dan motivasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4-3. Konsep Motif dan Motivasi
Perangsangan materiil Dan non-materiil oleh Internal dan eksternal
Ransangan keinginan dan perilaku konsumen
Daya penggerak dan kemauan
Pemenuhan Kebutuahan
21
Keterangan:
a. Perangsang materiil dan non-materiil yang tercipta oleh internal dan eksternal
yang dilakukan oleh perusahaan.
b. Rangsangan yang menciptakan keinginan (want) dan mempengaruhi perilaku
seseorang.
c. Keinginan menjadi daya pengerak dan kemauan konsumen.
d. Kemauan konsumen menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan kepuasan
seseorang.
e. Kebutuhan dan kepuasan mendorong menciptakan perangsang selanjutnya
dan seterusnya, jadi merupakan siklus.
2. Tujuan Motivasi Konsumen
Motivasi konsumen bertujuan:
a) Meningkatkan kepuasan
b) Mempertahankan loyalitas
c) Efisiensi
d) Efektivitas
e) Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual
dengan pembeli atau konsumen.15
3. Landasan Motivasi
15 Nugroho j. Setiadi, ”PERILAKU KONSUMEN”(Konsep dan Implikasai Strategi dan
Penelitian Pemasaran) cet:1 hal.93-100 Prenada Media Jakarta:Kencana ,2003
22
Apabila kita berbicara tentang motivasi atau lebih tepat tentang
perilaku yang dimotivasi (Motivated Behavior) maka kita mempersoalkan
perilaku sebagai sesuatu hal yang memiliki tiga macam ciri khusus.
Pertama: perilaku yang dimotivasi berkelanjutan, maksudnya ia tetap
ada untuk jangka waktu yang relative lama.
Kedua: perilaku yang dimotivasi diarahkan ke arah pencapaian
sesuatu tujuan,dan
Ketiga: ia merupakan perilaku yang muncul karena adanya sesuatu
kebutuhan yang dirasakan.16
Konsep motivasi penting bagi teori pembelajaran. Ingatlah, motivasi
didasarkan pada kebutuhan dan sasaran. Motivasi berlaku sebagai pemacu
pembelajaran. Sebagai contoh, seseorang yang mengenal suatu lembaga
keuangan seperti pegadaian dimana memiliki prosedur serta pelayanan yang
mudah dan memuaskan, tentunya orang tersebut akan mencari informasi
mengenai pegadaian syariah tersebut karena ada dorongan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan dan adanya tingkat keterkaitan, atau keterlibatan,
menentukan tingkat motivasi konsumen untuk mencari pengetahuan atau
informasi mengenai suatu produk atau jasa. Menemukan motif konsumen
merupakan salah satu tugas utama para pemasar, yang kemudian berusaha
mengejar segmen konsumen yang termotivasi mengapa dan bagaimana
produk mereka dapat memenuhi kebutuhan para konsumen.
ISYARAT
16 J. Winardi, “MANAJEMEN PERILAKU ORGANISASI”Edisi Revisi,Prenada Media Jakarta.2004 hal. 346
23
Isyarat membantu mengarahkan dorongan konsumen jika konsisten
dengan harapan-harapan konsumen. Para pemasar harus berhati-hati
memberikan isyarat yang tidak merusak harapan-harapan tersebut.
RESPON
Cara bereaksi para individu terhadap dorongan atau isyarat bagaimana
mereka berperilaku akan membentuk respon mereka sesuai dengan kebutuhan.
PENGUATAN
Penguatan (reinforcement) meningkatkan kemungkinan bahwa respon
khusus akan terjadi dimasa yang mendatang karena adanya berbagai isyarat
atau stimuli khusus.jika seseorang pernah menjadi nasabah disuatu lembaga
keuangan namun tidak ada kepuasan dari segi operasionalnya maka
kemungkinan akan mencari lembaga keuangan lainnya yang bisa memenuhi
kebutuhannya sesuai porsinya.17
Istilah perilaku nasabah (konsumen) banyak digunakan dalam ilmu-
ilmu sosial. Karena ia berkaitan erat dengan manusia sebagai objek studi.
Menurut Engel dan kawan-kawan perilaku konsumen (nasabah) adalah suatu
tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta
menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului
dan menyesali tindakan tersebut.18 Untuk memenuhi nasabah (konsumen) dan
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat harus memahami apa yang
mereka pikirkan (kognisi), dan mereka rasakan (pengaruh) apa yang mereka
17 Leon G. Schiffman & Leslie Lazar Kanyk, ”Perilaku Konsumen” Edisi Ketujuh,PT. Indeks
Group Gramedia:2004,hal. 179-180 18 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2000) h. 49
24
lakukan (perilaku) dan apa, serta dimana (kejadian sekitar) yang
mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan konsumen (nasabah).19
Di dalam Undang-undang Marketing, perilaku nasabah sering diberi
batasan sebagai kegiatan perseorangan maupun kelompok, yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau
jasa,termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
penentuan kegiatan tersebut, sehingga ruang lingkup nasabah tidak hanya
terbatas pada bagaimana nasabah mendapatkan jasa, tetapi juga berkenaan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah berperilaku.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nasabah
Seorang nasabah (konsumen) di dalam memperoleh jasa atau barang,
tidak hanya ingin memiliki barang atau jasa, tetapi ada faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seorang nasabah (konsumen) yaitu:20
a. Pengaruh kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling mendasar
dari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor ini dipengaruhi oleh
kelompok, keagaman, nasionalisme, ras, letak geografis.
b. Kelas Sosial
Ada empat hal yang mendasar timbulnya kelas sosial dimasyarakat yaitu:
1) Kekayaan
2) Kekuasaan
19 Setiadi. J. Nugroho, “Perilaku Konsumen”. hal. 95 20 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisa Perencanaan Implementasi dan
Pengendalian, (Jakarta, Salemba empat, 2000), h. 224
25
3) Kehormatan
4) Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan
c. Kelompok Referensi21
Kelompok referensi bagi seseorang akan memberikan pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang,
kelompok yang memberikan pengaruh langsung terdiri dari dua yaitu
primer dan sekunder. Kelompok primer adalah kelompok yang di
dalamnya terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung
bersifat informal. Contohnya keluarga, kawan, tetangga dan rekan kerja.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang di dalamnya kurang terjalin
interaksi yang berkesinambungan dan cenderung formal seperti:
organisasi keagamaan, himpunan profesi.
d. Faktor Pribadi
Yang mempengaruhi faktor ini adalah:
1) Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.
Orang dewasa biasanya mengalami perubahan tertentu ketika mereka
menjalani hidupnya.
2) Pekerjaan
3) Ekonomi, yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah
terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan
hartanya.
21 Philip Kotler, Manajeme Pemasaran: Analisa Perencanaan dan Pengendalian, (Jakarta,Erlangga,1996),ed.5 h. 181
26
4) Gaya hidup, gaya hidup seseorang secara keseluruhan yang
berinteraksi dengan lingkungan, juga mencerminkan sesuatu dibalik
kelas sosial seseorang.
5) Kepribadian, merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari
setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang
relatif konsisten.
Ada sejumlah sumber informasi yang digunakan seseorang dalam
mengakses informasi, sehingga kenal terhadap produk. Menurut Kotler dan
Amstrong ada empat sumber informasi yang menentukan untuk mengadopsi
produk pertama. Yaitu sumber pribadi yang meliputi keluarga, teman,
tetangga dan kenalan. Kedua sumber komersial yaitu iklan. Ketiga sumber
publik media massa, organisasi, penilaian konsumen, keempat sumber
eksperimental diantaranya penanganan, pengunaan produk.
Masing-masing informasi tersebut memberikan pengaruh yang
berbeda-beda kepada seseorang dalam mengadopsi produk. Setelah mengenal
seseorang mulai menimbang baik buruk, untung rugi melakukan sesuatu atau
memanfaatkan produk. Dalam tahap ini biasanya seseorang akan melakukan
informasi dan membandingkan sesuatu atau produk tersebut lain. Keyakinan
terhadap sesuatu mendorong seseorang untuk mencoba produk tersebut.
Proses ini sangat penting karena menentukan seseorang menerima atau
menolak produk itu. Dalam proses mencoba, biasanya seseorang merasakan
langsung dampak dari apa yang ia coba. Dari situlah seseorang akan
menetapkan keputusan untuk menerima atau menolak. Apabila ia merasakan
27
keuntungan tentu ia akan menerima. Sebaliknya apabila ia merasa kecewa
terhadap sesuatu maka ia akan menolak.
Banyak orang yang menerima suatu produk dengan berbagai alasan.
Mereka merasa puas karena telah mendapatkan yang sesuai dengan yang
diharapkan. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja
atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Harapan nasabah merupakan
perkiraan atau keyakinan pelanggan terhadap yang akan diterimanya setelah
memakai suatu produk barang atau jasa. Sedangkan kinerja yang disampaikan
adalah persepsi nasabah yang berasal dari motivasi seorang nasabah setelah
merasakan kepuasan terhadap apa yang dirasakannya.
Ada beberapa faktor dalam pemuasan pelanggan (nasabah)22
1. Produk
Pelanggan/nasabah akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukan produk berkualitas.
2. Pelayanan
Pelanggan/nasabah akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan yang
baik dan sesuai yang diharapkan.
3. Emosional
Pelanggan akan merasa bangga dan mendapat keyakinan bahwa orang lain
kagum terhadap produknya yang cenderung mempunyai kepuasan yang
lebih tinggi.
22 Rambat Lupyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta, Salemba Empat, 2001) h. 160
28
4. Harga
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga
yang relatif murah dan memberikan nilai yang lebih tinggi bagi pelanggan.
5. Biaya
Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk
mendapatkan suatu produk akan merasa puas terhadap produk itu.
B. Pengertian Gadai Syariah
a. Pengertian Gadai
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai
adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas
suatu barang yang bergerak. Barang yang bergerak tersebut diserahkan
kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau
oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seseorang yang
mempunyai utang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang untuk
menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang
apabila hak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo.23
Secara umum usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-
barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan
23 Heri Sudarsono, Lembaga dan Keuangan Lainnya, (Yogyakarta, Ekonosia,2003), ed 2 cet
ke 1, h. 153,
29
barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara
nasabah dengan lembaga pegadaian.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha gadai-memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a) Terdapat barang berharga yang digadaikan.
b) Nilai jumlah pinjaman tergantung dari nilai jumlah jaminan.
c) Barang yang dapat digadaikan dapat ditebus kembali.
b. Gadai Menurut Hukum Islam
Istilah gadai dalam Islam disebut dengan rahn. Secara bahasa rahn
berarti tetap atau lestari, seperti juga Al Habsu, artinya: penahanan, seperti
dikatakan Ni’matun Rahinah, artinya: karunia yang tetap dan lestari. Rahn
berarti nama barang yang biasa dijadikan sebagai jaminan kepercayaan.
Dan untuk yang kedua (Al Habsu) firman Allah dalam Al-qur’an.24
☺ ⌧
“Tiap-tiap pribadi terikat (tertahan) dengan atas apa yang diperbuatnya”(Q. S. Al Mudatsir: 74/38)
Rahn menurut istilah adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai
harta. Menurut pandangan syara’ sebagai jaminan hutang atau ia bisa
mengambil (manfaat) barang itu. Rahn adalah menahan sesuatu dengan hak
yang memungkinkan pengambilan manfaat darinya atau menjadikan sesuatu
yang bernilai ekonomis pada pandangan syara’ sebagai kepercayaan atas
24 Sayyd Sabiq, Fiqh Sunnah,, (Bandung, PT Al-Ma’arif, 1987), cet ke 1 h. 150
30
hutang yang memungkinkan pengambilan hutang secara keseluruhan atau
sebagian dari barang itu.
Menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan rahn adalah.25
1. Akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin
diperoleh bayaran dengan sempurna darinya.
2. Menjadikan suatu benda berharga dalam pandangan syara’ sebagai
jaminan atas hutang selama ada dua kemungkinan, untuk dapat
mengembalikan uang itu atau mengambil sebagian benda itu.
3. Menjadikan harta sebagai jaminan hutang.
4. Menjadikan zat suatu benda sebagai jaminan utang.
5. Gadai adalah akad perjanjian pinjam meminjam dengan menyerahkan
barang sebagai tanggungan hutang.
6. Rahn adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan atas hutang.
7. Rahn adalah suatu barang yang dijadikan peneguhan atau penguat
kepercayaaan dalam utang piutang.
8. Rahn menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai
tangguhan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu atau
seluruh atau sebagian utang dapat diterima.
Banyak golongan dari para ulama yang mendefinisikan arti rahn.
Menurut Madzhab Syafi’I dan Hanbali mendefinisikan bahwa rahn
adalah “menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang yang dapat
dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar
25 Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalat, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002). H. 105
31
utangnya”26. Menurut Madzhab Hanafi penerima rahn boleh memanfaatkan
barang yang menjadi jaminan utang atas izin pemiliknya, karena pemilik
barang itu boleh mengizinkan kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk
menggunakan hak miliknya, termasuk untuk mengambil manfaat barangnya.
Hal itu menurut mereka bukan riba, karena pemanfaatan barang itu diperoleh
melalui izin.27
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, rahn adalah menjadikan barang
yang mempunyai nilai harta menurut syara’ sebagai jaminan hutang, sehingga
orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil
sebagian dari manfaat barang itu.28
Dari begitu banyaknya definisi-definisi tentang rahn penulis dapat
menyimpulkan bahwa rahn adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai
nilai ekonomis untuk diberikan kepada seseorang atau badan usaha sebagai
jaminan utang. Dan jika sudah jatoh tempo orang yang berutang tidak
melakukan kewajibannya maka barang tersebut dilelang sesuai dengan
syariah.
C. Landasan Hukum
Dasar hukum gadai syariah dapat diketahui dari sumber-sumber hukum
Islam seperti: Al-qur’an, Hadits atau Sunnah, dan Ijma’. Menurut ketiga sumber
26 Imam Syeikh Bakr Ahmad, Kitab Assyafi’I, (Bairut, Darul Kitab Alamiyah, 1991), jilid 4 27 Muhammad Sholikul Hadi “Pegadaian Syari’ah” Jakarta: penerbit Salemba Diniyah,
cet:2003.h.42-43 28 Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S. H., M. H. “Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam di
Indonesia” Yogyakarta : Citra Media, 2006. cet.1, h.75
32
hukum Islam tersebut hukum gadai adalah jaiz (boleh). Dalil gadai menurut
sumber hukum Islam adalah sebagai berikut:
1. Al-qur’an
Surat Al-baqarah ayat 283
⌧ ⌧ ⌦
⌧ ☺
☺
☺ ⌦
☺ ☺
Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dalam bermuamalat tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh orang yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanahnya (utang) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah. (QS Al- Baqarah/283)
2. Hadits
Dasar hukum gadai yang bersumber dari hadis terdapat pada beberapa
hadis yang dijadikan dasar yaitu:
من طعاما إشترى : وسلم عليه اهللا صلى الني أن عنها اهللا رضي عائشة عن ) ومسلم البخارى رواه (حديد در هنه ور أجل إلى يهود
Dari Aisyah ra. Bahwa Rasulallah saw membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkannya baju besi (H.R. Bukhari dan Muslim).
در وسلم عليه اهللا صلى الني أن رهن ولقد : قال عنه اهللا رضى انس عن واحمد البخارى روه (هله أل شعيرا منه وأخد يهود عند عنه ينة دلم با له عا
) ماجه وابن والنسائى
33
Dari Anas. ra. Berkata: Rasulullah saw menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau.(H.R. Bukhari, Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah)
عليه صلى اهللا ررسول قال ,قال عنه اهللا رضى ة ير هر البى عن يشرب الدارر ولبن هونا مر آان اذا بنفقته آب ير هن الر : وسلم روها (النفقة ويشربب ك يير الدى وعلى نا هو مر اذاآان بنفقه ) البخارى والنساء إالسلم الجماعة
Dari Abu Khurairah ra. Rasulullah berkata: Apabila ada anak ternak digadaikan. Maka punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaganya). Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminumnya (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaganya). Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatannya). (H.R. Jamaah kecuali Muslim Nasa’I dan Bukhari)
3. Ijma’ Ulama
Berdasarkan Al-qur’an dan Hadis di atas menunjukkan bahwa
transaksi tau perjanjian gadai dibenarkan dalam Islam, bahkan Nabi pun
pernah melakukannya. Dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para
fuqoha dengan jalan ijtihad dengan kesepakatan para ulama bahwa rahn
diperbolehkan dan para ulama tidak mempertentangkan kebolehan dan
demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun demikian perlu dilakukan
pengkajian ulang yang lebih mendalam bagaimana seharusnya mekanisme
gadai dalam hukum Islam, apakah perjanjian dalam gadai sudah sesuai dengan
hukum Islam.
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional
34
1) Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-
MUI/III/2002, tanggal 26 Juni 2002 menyatakan, bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang dalam bentuk
rahn dibolehkan dengan ketentuan sbb:
a) Ketentuan Umum
(1) Murtahin penerima barang mempunyai hak untuk menahan
Marhun (barang jaminan) sampai semua hutang rahin yang
menyerahkan barang dilunasi.
(2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada
prinsipsinya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin
kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun
dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan
perawatannya.
(3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya
menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh
murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan
tetap menjadi kewajiban rahin.
(4) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
(5) Penjual marhun
(a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingati rahin
untuk segera melunasi hutangnya.
35
(b) Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka
marhun dijual paksa/dieksekusi.
(c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi hutang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan.
(d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
b) Ketentuan Penutup
1). Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka
penyelesainnya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2). Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Dalam fatwa 25/2002 ini tidak ada larangan PERUM
Pegadaian untuk mengoperasikan rahn. Apalagi prinsip
pengoperasian rahn sebagaimana yang disebutkan dalam fatwa
ini sama dengan cara pelayanan dalam operasional gadai, yaitu
memberi pinjaman dengan menahan agunan, maka merupakan
hal yang wajar apabila Perum pegadaian-pun menjadi salah
satu pelaku dari pelayanan gadai secara syariah (Ar-Rahn) ini.
36
2) Berdasarkan pasal 23 ayat (1) huruf h PP 103/2000 disebutkan bahwa,
direksi diberi tugas dan mempunyai wewenang untuk menyiapkan
struktur organisasi dan tata kerja perusahaan lengkap dengan perincian
tugasnya.
Tampak jelas bahwa baik atas dasar fatwa majelis ulama maupun PP
103/2000, tidak ada larangan Perum Pegadaian untuk mengoperasikan
skim pemberian pinjaman berbasis sistem syariah. Bahkan dalam PP
103/2000 secara tegas disebutkan bahwa mencapai tujuan yang
diamanatkan dalam PP 103/2000 tersebut, direksi Perum Pegadaian
diberi kewenanagn untuk menyusun struktur organisasi. Oleh karena
itu, pembentukan cabang Pegadaian yang secara khusus diberi tugas
melayani operasional pemberian pinjaman secara syariah adalah sah
menurut hukum.
D. Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai
Mohammad Anwar dalam buku Fiqh Islam menyebutkan rukun dan syarat
sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut :
1 Ijab qabul (Sighat)
Sighat dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan, asalkan saja
didalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di antara para pihak.
2 Orang yang bertransaksi (Aqid)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi orang-orang yang bertransaksi gadai
yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin (penerima gadai) adalah bahwa
kedua-duanya harus :
37
a. Telah dewasa
b. Berakal sehat
c. Atas keinginan sendiri, secara bebas.
3 Adanya barang yang digadaikan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan digadaikan oleh
rahin (pemberi gadai) adalah:
a. Dapat diserahterimakan
b. Bermanfaat
c. Milik rahin (orang yang menggadaikannya)
d. Jelas
e. Tidak bersatu dengan harta lain
f. Dikuasai oleh rahin
g. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan.
Di samping itu barang-barang yang digadaikan haruslah barang yang
boleh diperjual-belikan. Buah-buahan yang belum masak tidak boleh
diperjual-belikan. Akan tetapi padanya boleh untuk digadaikan, karena di
dalamnya tidak memuat unsur-unsur gharar (uncertainty) bagi murtahin.
Dinyatakan tidak mengandung unsur gharar karena piutang murtahin tetapi
ada kendati tanaman dan buah-buahan yang digadaikan kepadanya mengalami
kerusakan.
4 Marhun bih (Utang)
Menurut ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah syarat utang yang dapat dijadikan
alasan gadai adalah:
38
a) Berupa utang yang tetap dapat dimanfaatkan
b) Utang harus lazim pada waktu akad
c) Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin.29
E. Barang-Barang Yang Bisa Dijadikan Sebagai Jaminan Yaitu :
1 Perhiasan (logam dan perhiasan), seperti emas dan berlian.
2 Kendaraan seperti mobil, sepeda motor, sepeda.
3 Barang elektronik seperti televisi, VCD, radio tape, mesin cuci, kulkas, hand
phone.
Dalam Islam barang yang biasa dijadikan sebagai jaminan adalah barang
yang bergerak dan tidak bergerak. Berbeda dengan konvensional yang hanya
menerima barang yang bergerak saja, tetapi dalam prakteknya Pegadaian Syariah
hanya baru menerima barang yang bergerak saja, dan itupun di Pegadaian Syariah
cabang Cinere hanya baru perhiasan.
29 Op.cit,h.77-78
39
BAB III
PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
A. Sejarah Berdirinya Pegadaian Syariah
Berawal dari Bank Van Leening yang didirikan VOC pada tanggal 20
Agustus 1746 di Batavia yang bertugas memberikan pinjaman uang tunai kepada
masyarakat dengan jaminan harta bergerak, dalam perkembangannya, sebagai
bentuk usaha, pegadaian telah mengalami perubahan seiring dengan perubahan
peraturan yang berlaku:
1. Berdirinya pegadaian milik pemerintah yang pertama di sukabumi,
berdasarkan Staatblad 1901 No. 131 tanggal 12 maret 1901.
2. Perubahan status menjadi jawatan pegadaian, berdasarkan Staatblad 1930 No.
266.
3. Perubahan menjadi Perusahaan Negara Pegadaian berdasarkan peraturan
pemerintah RI tahun 1961 No. 178.
4. Perubahan menjadi perusahaan jawatan (PERJAN), berdasarkan peraturan
pemerintah RI No. 7 tanggal 11 Maret 1969.
Sejak saat itu, kegiatan perusahaan terus berjalan dan aset atau
kekayaannya bertambah. Namun seiring dengan perubahan Zaman, pegadaian
dihadapkan pada tuntutan kebutuhan untuk berubah pula, dalam arti untuk lebih
meningkatkan kinerjanya, tumbuh lebih besar lagi dan lebih profesional dalam
memberikan layanan.oleh karena itu untuk memberikan keleluasaan pengelolaan
bagi manajemen dalam mengembangkan usahanya, pemerintah meningkatkan
40
status pegadaian dari perusahaan jawatan (PERJAN) menjadi perusahaan umum
(PERUM) yang dituangkan dalam peraturan pemerintah NO. 10/1990 tanggal 10
April 1990. perubahan dari PERJAN ke PERUM ini merupakan tonggak penting
dalam pengelolaan pegadaian yang memungkinkan terciptanya pertumbuhan
pegadaian yang bukan saja makin banyak cabangnya, tetapi juga makin
meningkatnya kredit yang disalurkan, nasabah yang dilayani, pendapatan dan laba
perusahaan.
Tujuan PERUM pegadaian kembali dipertegas dalam peraturan
pemerintah RI No. 103 tahun 2000. yakni, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah, melalui penyediaan dana
atas dasar hukum gadai. Juga menjadi penyedia jasa dibidang keuangan lainnya,
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta menghindarkan
masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.30
Terbentuknya gadai syariah pada perum pegadaian merupakan proses
panjang selama kurang lebih lima (5) tahun, dari tahun 1998 sampai akhirnya
baru dapat terbentuk pada awal tahun 2003.
Awalnya pada tahun 1998 seiring dengan perkembangan bank syariah
yang cukup baik, dan kemunculan lembaga perekonomian lainnya yang
berdasarkan syariah. Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian
mengadakan penelitian tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukanya
pegadaian syariah dengan melakukan studi banding ke Malaysia dengan
menjajaki sistem pegadaian yang sudah berkembang di Malaysia.
30 “Buku Kerja Pegadaian Syariah”, thn 2008.
41
Bank Muamalat Indonesia (BMI), dalam mengembangkan usahanya
mencoba untuk membuat produk gadai syariah, namun tidak memiliki sumber
daya manusia (SDM) dan peralatan yang cukup memadai, kemudian Bank
Muamalat Indonesia mengajak perum pegadaian untuk melakukan kerjasama
dalam mendirikan pegadaian syariah. Tawaran kerjasama dari Bank Muamalat
Indonesia (BMI) mendapat sambutan positif dari pihak perum pegadaian yang
juga sedang mempelajari pembentukan pegadaian syariah.31
Tidak lama dari adanya tawaran kerjasama tersebut, maka pada tahun
2002 melakukan kesepakatan kerjasama yang dibuat antara perum pegadaian
dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 20 Desember 2002
penandatanganan kerjasama dilakukan. Perjanjian kerjasama antara pegadaian
dan BMI tentang gadai syariah tersebut adalah No. 446/SP 300.223/2002 dan
015/BMI/PKS/XII/2002. kemudian pada tanggal 14 Januari 2003 secara resmi
dibentuk pegadaian syariah dengan nama unit layanan gadai syariah, dan untuk
operasionalnya Dewan Direksi Perum Pegadaian nomor : 06.A /
UL.3.00.223/2003 tentang pemberlakuan Manual Operasional Unit Layanan
Gadai Syariah.32
Pembentukan pegadaian ini berdasarkan Fatwa DSN No.25 dan 26 tentang
gadai (Rahn) dan Rahn emas. DSN. MUI /III /2002, ketentuannya seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Juga berdasarkan pada peraturan pemerintah No.
103./2000 tentang perum pegadaian, bagian keempat kegiatan dan pengembangan
usaha, pasal 8 yang menyatakan bahwa: Perum Pegadaian menyelenggarakan
31 Company Profile “Pegadaian Syariah”.h. 3 32 Ibid.h.12
42
usaha penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta usaha-usaha
lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan, dalam
hal usaha pengembangan tersebut adalah Perbankan Syariah.
Hingga saat ini, perum pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor
wilayah diseluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah.
Di Jakarta khususnya. pegadaian syariah yang ada di Jakarta telah memiliki
empat kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah Jabotabek, seperti Cab.
Dewi Sartika, Cab. Margonda Depok, Cab. Cinere, Cab. Pondok Aren.33 Selain
itu guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan gadai syariah, maka
pada tahun 2004, kantor wilayah perum pegadaian telah membuka kantor cabang
baru yang berlokasi diwilayah Jakarta Selatan, yaitu kantor cabang cinere yang
berlokasi di Jl. Karang tengah N0. 25D Lebak Bulus.kantor cabang ini didirikan
tepatnya pada tanggal 10 November 2004.
Dalam mendirikan kantor cabang pegadaian syariah Cinere Jakarta
Selatan ini, maka pegadaian syariah bekerjasama dengan Bank Mu’amalat
Indonesia (BMI) pada awalnya. Yang dananya berasal dari BMI tersebut, maka
berdirilah Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang berlokasi di Jl. Karang tengah
No.25D Lebak Bulus. Jakarta Selatan. Namun pada tahun 2007 kerjasama
tersebut beralih kepada Bank Syariah Mandiri (BSM).34
33 “Brosur Pegadaian Syariah”.tahun 2008. 34 Nawiri,S.E. “Manajer Pegadaian Cabang Cinere, Wawancara Pribadi”, Jakarta, 7 Mei
2008.
43
B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah
Visi dan misi pegadaian syariah adalah “Pegadaian pada tahun 2010
menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan inovatif dengan usaha utama
gadai.” Sedangkan misi dari pegadaian adalah “Ikut membangun program
pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan
menengah ke bawah melalui kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan
melakukan usaha lain yang menguntungkan.”
8 PENDEKATAN ETOS DAN BUDAYA KERJA SI INTAN
1 Pelanggan.
Inovatif: mampu memberi usul dan saran, mampu mengatasi masalah
dengan keterbatasan sumber daya, berusaha selalu menarik pelanggan,
menyukai perubahan, berani mengambil resiko.
Nilai Moral Tinggi: taat beribadah, memelihara kejujuran, adil dan
jujur dalam pelayanan, mengutamakan kebaikan, bertanggung jawab terhadap
pekerjaan, melayani tanpa pamrih, mengutamakan tugas dan kewajiban.
Terampil: ahli dibidangnya, menguasai pelayanan dan produk,peka
terhadap pelanggan, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menaksir secara
benar dan wajar, teliti dan cermat dalam pelayanan.
Adi Layanan: berpenampilan baik dan rapih, tutur kata yang baik,
selalu senyum dalam pelayanan, penuh perhatian dalam pelayanan, penuh
pengertian dalam pelayanan.
Nuansa Citra: berjiwa wirausahawan, bertindak secara efektif dan
efisien, keseimbangan nilai tambah antara nasabah dan perusahaan,
44
memelihara kepercayaan pelanggan, mengutamakan kepuasan pelanggan,
menguasai informasi, selalu mencapai kompetensi yang tinggi.
2 Rekan Kerja.
Inovatif: saling mengingatkan, memberikan saran perbaikan pada
rekan kerja, memberikan saran positif pada rekan kerja, memberikan pujian
atas prestasi rekan kerja, saling memacu semangat kerja, menghargai
kemampuan rekan kerja, memberikan dukungan penuh kepada rekan kerja.
Nilai Moral Tinggi: saling mempercayai, memelihara kejujuran,
mengutamakan keterbukaan, berperilaku jujur terhadap rekan kerja,
menghindari rasa curiga, saling memotivasi, membantu kesulitan rekan kerja.
Terampil: tolong-menolong dalam menyelesaikan pekerjaan,
mendukung kegiatan bagian lain, menjalin kerjasama, memelihara
kekompakan kerja.
Adi Layanan: menghormati dan menghargai, saling tegur sapa,
menghargai pendapat rekan kerja, penuh perhatian, akrab dan simpatik
terhadap rekan kerja, menjunjung tinggi kesepakatan kerja.
Nuansa Citra: menularkan pengetahuan dan pengalaman kepada
rekan kerja, menciptakan sinergi kerja.
3 Atasan –Bawahan.
Inovatif: memotivasi, mendidik dan mengarahkan, berani
menanggung resiko, mampu memberikan solusi, konsisten terhadap keputusan
yang diambil, bersemangat tinggi, memberikan reward, penuh perhatian,
memacu bawahan agar lebih inovatif, mampu memberikan ide-ide yang baik,
45
mampu memberikan iklim kerja yang kondusif, bersikap proaktif dan
antisipatif, mampu bertindak sebagai pelopor perubahan, memiliki visi
strategis ke depan, mampu bertindak sebagai pembaharu/pelopor.
Nilai Moral Tinggi: bertanggung jawab, jujur, taqwa dan
berintegrasi,menghindari tindakan yang menggunakan standar ganda (Double
Standard), taat beribadah, menjunjung tinggi nilai kejujuran, taqwa kepada
tuhan yang Maha Esa, mengutamakan persatuan dan kesatuan, menjadi
pendengar yang baik.
Terampil: kompeten, korektif dan inspiratif, bekerja tepat waktu,
berperilaku konsisten, ahli dibidangnya, dapat melakukan koreksi dengan baik
untuk perbaikan, percaya diri, komunikatif, matang dalam berfikir dan
bertindak, mendorong partisifasi kelompok, mampu memperkecil perbedaan
pendapat, mampu mengatasi konflik.
Adi Layanan: teladan, empati, tegas dan berwibawa, menciptakan
harmonisasi, rasa sosial tinggi, bersikap sederhana, menghindari sikap
meremehkan, mampu mengendalikan emosi.
Nuansa Citra: berusaha mengembangkan diri, berusaha mendorong
bawahan agar lebih baik dan maju, memberikan kesempatan bawahan untuk
berkembang, berwawasan luas, tanggap terhadap perubahan intern dan
ekstern, taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mengutamakan persatuan dan
kesatuan.
46
4 Bawahan-Atasan.
Inovatif: berinisiatif, mampu mengingatkan terhadap resiko yang akan
timbul, mampu memberikan solusi, berani mengemukakan pendapat, mampu
memberikan gagasan baru, mampu memberikan alternatif dalam penyelesaian
masalah, antisifatif terhadap keinginan atasan.
Nilai Moral Tinggi: loyalitas, jujur dan berintegrasi, disiplin, patuh
dan taat terhadap peraturan, tanpa pamrih dalam melakukan tugas,
mendukung kebijaksanaan atasan.
Terampil: tanggap terhadap intruksi, cepat menanggapi tugas, tepat
menyelesaikan masalah, bekerja dengan memperhatikan waktu dan target
kerja.
Adi Layanan: menghormati atasan, menyelesaikan tugas dengan
senang hati, sopan dan ramah terhadap atasan.
Nuansa Citra: datang dengan solusi bukan membawa masalah,
bersedia menambah wawasan dan pengalaman.
5 Aset Perusahaan.
Inovatif: bertanggung jawab terhadap penggunaan aset, menambah
nilai guna aset.
Nilai Moral Tinggi: rasa memiliki, mampu mengamankan aset
perusahaan, memperlakukan aset perusahaan, memperlakukan aset dengan
baik.
Terampil: hemat dalam menggunakan sumber daya, mampu
menginventarisir dan mengawasi aset perusahaan.
47
Adi Layanan: antisifatif terhadap pemeliharaan dan perawatan.
Nuansa Citra: menggunakan teknologi tepat guna.
6 Pesaing.
Inovatif: kompetitif dan unggul, mengetahui kelebihan dan kelemahan
pesaing, peka terhadap perubahan pesaing dan strateginya, mampu
memanfaatkan peluang, mampu mengantisipasi ancaman, mampu
memanfaatkan pesaing untuk lebih unggul, dapat menciptakan keungulan
dalam kompetisi, selalu tampil beda dalam kompetisi, sebagai Leader dalam
penguasaan pasar.
Nilai Moral Tinggi: saling menguntungkan dalam bekerja keras,
menghormati dan menghargai pesaing.
Terampil: tanggap terhadap peluang dan ancaman, mampu
mendeteksi teknik/strategi bisnis pesaing.
Adi Layanan: menjunjung etika dalam persaingan.
Nuansa Citra: pesaing adalah mitra usaha, tumbuh dan berkembang
dalam persainagn.
7 Mitra Kerja (Rekanan).
Inovatif: kompetitif dan unggul, mengetahui kelebihan dan kelemahan
pesaing, peka terhadap perubahan pesaing dan strateginya, mampu
memanfaatkan peluang, mampu mengantisipasi ancaman, mampu
memanfaatkan persaingan untuk lebih unggul, dapat menciptakan keunggulan
dalam kompetisi, selalu tampil beda dalam kompetisi, sebagai Leader dalam
penguasaan pasar.
48
Nilai Moral Tinggi: keseimbangan dalam transaksi, keterbukaan,
saling menguntungkan dan obyektif dalam melakukan transaksi, menghindari
sikap menang sendiri, menghindari sikap mencurigai.
Terampil: efektif dan efisien, terbuka dalam segala informasi,
profesional dalam memilih pemasok.
Adi Layanan: pengiriman tepat waktu, pembayaran tepat waktu.
Nuansa Citra: mengutamakan kualitas, harga dan penyerahan tepat
waktu, menetapkan pemasok dengan penyerahan tepat waktu,
mengembangkan kemitraan terhadap pemasok.
8 Pemilik.
Inovatif: memberikan manfaat kepada masyarakat, meningkatkan
manfaat kepada pemilik, menciptakan produk-produk baru sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, memberikan sarana dan masukan dalam perbaikan
pembangunan sektor ekonomi.
Nilai Moral Tinggi: memberikan banyak alternatif untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Terampil: meningkatkan manfaat dan nilai-nilai perusahaan.
Adi Layanan: professional, efisiens dan efektif, laporan kerja tepat
waktu dan accountable, memberikan keuntungan yang wajar.
Nuansa Citra: meningkatkan fungsi dan peranan perusahaan dalam
masyarakat, mensejahterakan kehidupan masyarakat, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat, pelayanan yang meningkat sesuai dengan
49
kebutuhan, kesejahteraan pegawai meningkat, aset perusahaan tumbuh dan
berkembang, membentuk citra baik
C. Struktur Organisasi.
Sistem gadai syariah pada perum pegadaian diselenggarakan oleh Unit
Layanan Gadai Syariah (ULGS) ULGS ini adalah suatu unit organisasi dari
perum pegadaian yang berada di bawah pembinaan divisi usaha lain. usaha ini
merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya
dari usaha gadai konvensional. Sebagai konsekuensinya, maka perlu dibentuk
kantor layanan gadai syariah yang mandiri. Namun, untuk sementara waktu
masih dibina oleh pimpinan wilayah pegadaian sesuai dengan tempat
kedudukan kantor cabang tersebut. Untuk memberikan gambaran lebih jelas
berikut gambaran bagan struktur organisasi layanan gadai syariah:
Bagan Struktur Organisasi Usaha Syariah
50
Unit Layana Gadai Syariah dibentuk sebagai unit bisnis yang mandiri dengan
maksud untuk menjawab tantangan kebutuhan masyarakat yang mengharapkan
adanya pelayanan pinjam-meminjam yang bebas dari unsur riba yang dilarang
oleh syariat Islam. Unit Layanan Gadai Syariah mengemban tugas pokok yaitu:
melayani kegiatan pemberian kredit kepada masyarakat luas atas dasar
penerapan prinsip-prinsip gadai yang dibenarkan secara Islami.
Untuk dapat menjalankan tugas, maka Unit Layana Gadai Syariah
mempuinyai fungsi sebagai unit organisasi perum pegadaian yang bertanggung
jawab mengelola usaha-uasaha kredit secara syariah agar mampu berkembang
menjadi institusi syariah yang mandiri dan menjadi pilihan utama masyarakat
yang membutuhkan pelayanan gadai secara syariah. Untuk dapat mewujudkan
tercapainya tugas pokok dan fungsi tersebut, maka dibentuk struktur
kepemimpinan dari pusat hingga ke cabang layanan syariah. Para pimpinan
setiap jenjang organisasi menjadikan fungsinya sebagai berikut.
1 Fungsi Manajer Kantor Cabang Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS)
a) Kantor Cabang Unit Layanan Gadai Syariah adalah ujung tombak
operasional yang secara langsung memberikan layanan kepada
masyarakat dalam bertransaksi gadai secara syariah. Oleh karena
manajer cabang ULGS menjalankan fungsi sebagai pimpinan pelaksana
teknis dari perusahaan yang berhadapan langsung dengan masyarakat.
Sejalan dengan organisasi. Manajer kantor cabang ULGS ini
bertanggung jawab langsung pada pimpinan wilayah kemudian akan
dilaporkan kepada direksi. Direksi akan membuat kebijakan pengelolaan
51
ULGS dan memberikan respon/tindak lanjut atas laporan pimpinan
wilayah dengan dibantu oleh general manajer uasaha lain dan manajer
ULGS pusat.
b) Dalam menjalankan fungsi di atas manajer kantor cabang mengkoordinir
kegiatan pelayanan pinjaman uang.
c) Guna membuat kelancaran pelaksanaan tugas di kantor cabang ULGS,
manajer kantor cabang dibantu sejumlah pegawai yang informasinya
akan ditentukan kemudian sesuai dengan perkembangan kebutuhan
setiap kantor cabang ULGS.
2 Fungsi Pimpinan Wilayah Dalam ULGS
Sebelum terbentuknya instansi pegadaian syariah yang benar-benar
terpisah dari perum pegadaian, pimpinan wilayah masih menjalankan fungsi
sebagai pembina atas pengoperasian gadai syariah di lapangan. Dalam
menjalankan fungsi ini para pimpinan wilayah bertanggung jawab dari
mulai merintis pembukaan kantor cabang ULGS. Pembinaan operasional
sehari-hari maupun penanganan administrasi keuangan seluruh kantor
cabang gadai syariah di wilayahnya.
3 Fungsi Manajer ULGS Pusat
Manajer ULGS pusat menjalankan fungsinya sebagai koordinator
teknis, pengoperasian ULGS konsolidasi se Indonesia. Manajer ini
bertanggung jawab terhadap seluruh operasional ULGS agar tumbuh dan
berkembang sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) maupun rencana jangka panjang
52
(RJP). Dalam hal-hal yang bersifat tekhnis operasional rutin, manajer ULGS
pusat dapat membantu kebijakan serta petunjuk operasional yang wajib
ditaati oleh manajer cabang ULGS.
4 Fungsi General Manajer Usaha Lain dalam Pembinaan ULGS
Dalam hal pengelolaan ULGS general manajer usaha lain
menjalankan fungsinya sebagai pengatur kebijakan umum operasional gadai
syariah dan mengintegrasikan kegiatan ULGS dengan unit bisnis lain
sehingga membentuk sinergi yang menguntungkan perusahaan.
5 Fungsi Direksi dalam Pembinaan ULGS
Direksi sebagai penanggung jawab keberhasilan seluruh unit bisnis
perusahaan, baik inti maupun non inti, menjalankan fungsi sebagai penentu
kebijakan strategis sekaligus mengendalikan kegiatan bisnis agar tercapai
sasaran yang telah ditetapkan.
6 Peranan DPS dalam Pegadaian Syariah Perum Pegadaian
DPS adalah badan Independen yang ditempatkan oleh DSN pada
lembaga keuangan syariah yang terdiri dari pakar dibidang mu’amlat dan
memiliki pengetahuan umum dibidang perbankan. Tugasnya adalah untuk
mengawasi operasional layanan syariah yang berhubungan dengan prinsip-
prinsip syariah agar tidak menyimpang dari ketentuan yang telah difatwakan
oleh DSN. Adapun peranannya adalah:
a) Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, dan pimpinan
pegadaian syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan syariah.
53
b) Sebagai mediator antara perum pegadaian dan DSN dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan rahn yang diawasi
oleh DSN sekurang-kurangnya setahun sekali.
D. Mekanisme dan Operasional
Operasi Pegadaian Syariah menggambarkan hubungan diantara nasabah
dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah:35
1 Nasabah datang langsung ke loket pegadaian dengan membawa barang
jaminan untuk ditaksir oleh penaksir pegadaian syariah.
2 Barang jaminan diteliti kualitasnya untuk ditaksir dan ditetapkan harganya,
berdasarkan taksiran yang dibuat, ditetapkan berapa uang pinjaman yang
dapat diterima penggadai.
3 Apabila akad telah disepakati oleh kedua belah pihak mengenai berbagai hal
seperti kesepakatan besarnya pinjaman, dan lainnya maka akad rahn dan akad
sewa tempat (ijarah) dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
4 Nasabah menyerahkan atau membayar pinjaman uang berikut lainnya yang
telah disepakati bersama kepada murtahin.
5 Marhun dikembalikan lagi kepada nasabah oleh murtahin.
35 “Brosur Pegadaian Syariah”,thn 2008.
54
Skema Pegadaian Syariah
Jika pada saat jatuh tempo telah tiba dan rahin tidak datang ke
pegadaian untuk melunasi pinjaman, maka sesuai kesepkatan akad yang telah
diperjanjikan sebelumnya barang gadai akan dilelang oleh murtahin. Namun
sebelumnya murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin
penyebab ia belum melunasi hutangnya melalui telepon.
Jika murtahin telah memberitahukan rahin dan rahin tersebut minta
tenggang waktu untuk memperpanjang masa pinjaman maka murtahin harus
memberikan waktu tersebut dengan membuat perjanjian baru yang disepakati
oleh kedua belah pihak. Namun jika rahin tetap tidak memperpanjang waktu
pembayaran dan tidak melunasi pinjaman hinggga jatuh tempo maka murtahin
akan melelang marhun.
Pelelangan diumumkan seminggu sebelum pelaksanaan. Harga lelang
ditetapkan di atas harga pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga dari kerugian
bagi pegadaian. Bila harga lelang laku di bawah hutang nasabah, maka pihak
pegadaian akan meminta kembali kekurangan kepada nasabah. Namun bila
55
harga lelang di atas hutang maka kelebihan uang itu akan dikembalikan
kepada nasabah.
E. Penaksiran Barang Gadai
Besarnya pinjaman dari Pegadaian Syariah yang diberikan kepada nasabah
tergantung dari besarnya nilai barang yang akan digadaikan. Barang gadai ditaksir
atas beberapa pertimbangan, seperti jenis barang, nilai barang, dan lain-lain.
Besarnya nilai taksiran dan besarnya biaya administrasi yang dibebankan
kepada setiap golongan adalah sebagai berikut:
Golongan:
Gol Plafon Marhun-bih (Rp) Biaya Adm
A 20.000 - 150.000 500 B 151.000 - 500.000 3000 C 501.000 - 1.000.000 5000 D 1.005.000 - 5.000.000 10.000 E 5.010.000 - 10.000.000 15.000 F 10.050.000 - 20.000.000 25.000 G 20.100.000 - 50.000.000 30.000 H 50.100.000 - 200.000.000 30.000
Besarnya tarif jasa simpan (Tarif ijarah) pegadaian syariah didasarkan pada :
1. Tarif ijarah dihitung dari nilai taksiran barang jaminan.
2. Jangka waktu pinjaman ditetapkan 120 hari, tarif jasa simpan dengan
kelipatan 10 hari. 1 hari dihitung 10 hari.
3. Tarif ditetapkan sebesar Rp. 90 untuk setiap kelipatan nilai taksiran barang
emas Rp. 10.000.
4. Pinjaman yang diberikan 90 % dari nilai taksiran.
56
Rumus perhitungan jasa simpanan (tarif ijarah)
Taksiran X Rp. 90 X Jumlah hari pinjaman
10.000 10 hari
Contoh: Pada tanggal 20 April 2008 pak Ade menggadaikan
sebuah kalung emas kepada Pegadaian Syariah. Oleh petugas penaksir
ditetapkan nilai taksiran kalung tersebut sebesar Rp.1.000.000. untuk itu pak
Ade berhak menerima pinjaman sebesar 90 % dari Rp. 1.000.000 yaitu
sebesar Rp. 900.000. besarnya jas simpanan yang harus dibayar pada tanggal
oleh pak Ade jika pinjaman tersebut dibayar pada tanggal 30 April 2008 yaitu:
Jasa simpanan = Rp. 1.000.000 X 90 X 10 hari Rp. 10.000 10
= Rp. 9000
Jadi besarnya jasa simpanan yang harus dibayar oleh pak Ade adalah
Rp. 9.000, jadi jumlah uang yang harus dibayar oleh pak Ade yaitu Rp.
900.000 + Rp. 9.000 = Rp. 909.000. tapi jika pinjaman tersebut dibayar pada
tanggal 1 Mei 2008, maka:
Jasa simpanan = Rp. 1.000.000 X 180 X 20 hari Rp. 10.000 20 = Rp. 18.000
Jadi besarnya jasa simpanan yang harus dibayar oleh Bapak Ade yaitu
sebesar Rp. 18.000. jumlah uang yang harus dibayar atas pinjaman tersebut
yaitu sebesar Rp. 900.000 + Rp. 18.000 = Rp. 918.000.
57
F. Perkembangan Pegadaian Syariah
Masyarakat Indonesia menyambut dengan baik diadakannya Pegadaian
Syariah, terutama bagi mereka yang mengharamkan bunga bank dan tidak mau
menggunakan sistem bunga tersebut. Perkembangan Pegadaian Syariah dari awal
tahun pertama telah berkembang dengan sanagat baik, bahkan dapat melampaui
target yang diharapkan. Begitu pula ditahun kedua omzet yang ditargetkan dapat
melebihi target. Pegadaian Syariah sekarang terus melakukan ekspansi dengan
dibentuknya cabang-cabang Pegadaian Syariah diseluruh Indonesia hingga
mencapai 55 cabang.36
1. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun Pertama.
Perkembangan pegadaian syariah pada perum pegadaian merupakan
hasil kerjasama antara perum pegadaian dan Bank Mu’amalat
Indonesia.bentuk kerjasama yang dijalin adalah dengan sistem Musyarakah,
musyarkah berasal dari kata syirkah yaitu persekutuan yang berarti akad atau
perjanjian orang-orang yang berserikat dalam hal modal serta pembagian
untung dan rugi. Perjanjian kerjasama antara keduanya adalah mereka
bersama-sama dalam membangun pegadaian syariah, dimana BMI
menyediakan dana perum Pegadaian menyediakan sarana dan prasarana sepeti
SDM, dan infrastruktur pendukung lainnya. Yang dibutuhkan dalam
pembentukan pegadaian syariah.
Penandatanganan kerjasama tentang gadai antara perum pegadaian
dengan BMI berlangsung di Jakarta bulan Desember 2002, dan pada bulan
36 Nawiri,SE. kepala cabang Pegadaian Syariah, Wawancara Pribadi, Mei,2008.
58
November 2004, pegadaian syariah mulai beroperasi di Jakarta tepatnya
dijalan Karang Tengah Raya Cinere.perkembangan omzet mulai tahun 2004,
dengan jumlah nasabah 166 nasabah dengan omzet yang diperoleh sebesar
500.624.000 hingga tahun 2007 dengan melihat perkembangan omzet
semakin besar ini, ada keyakinan yang besar para pengelola pegadaian
syariah, bahwa gadai syariah ini akan berkembang pesat untuk tahun-tahun
berikutnya.
2. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun Kedua.
Pada tahun kedua, perkembangan nasabah serta omzet mencapai 3382
nasabah dengan omzet 10.417.762.000.ini artinya semakin banyak masyarakat
tertarik dengan lembaga keuangan seperti pegadaian syariah.
3. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Triwulam Tahun Ketiga.
Pada tahun ketiga tak pernah disangka meningkatnya nilai angka
nasabah menjadi 6181 nasabah dengan omzet 23.630.806.000.perkembangan
serta peningkatan yang sangat fantastis untuk pegadaian syariah.
4. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun Keempat.
Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun keempat ini semakin
berkembang pesat, hingga mencapai 7.451 nasabah dengan omzet
32.434.529.000, mungkin pada akhir tahun 2008 pegadaian syariah ini akan
memiliki kurang lebih 10.000 nasabah.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pegadaian Syariah.
a. Faktor Pendukung Perkembangan Pegadaian Syariah.
59
Setelah berjalan kurang lebih 3 tahun dan mulai berdirinya sampai
sekarang, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa pegadaian syariah
ini mengalami perkembangan yang sangat drastis. Hal ini didukung oleh
beberapa faktor diantaranya:
1). Faktor Internal.
a) Pegadaian Syariah dalam operasionalnya menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi syariah yang tidak menggunkaan sistem bunga atas
pinjaman yang diberikan kepada nasabah, tetapi mengenakan biaya
administrasi dan tarif ijarah (jasa simpan) untuk merawat dan
menjaga marhun. Hal ini lebih mudah dari pada menggunakan bunga
pada pegadaian konvensional, dan inilah yang menjadi nasabah
muslim maupun non muslim untuk menggunkan jasa pegadaian
syariah.
b) Praktis dengan persyaratan yang relatif mudah, nasabah cukup
membawa marhun, disertai foto copy KTP tidak lama kemudian
dalam waktu yang hanya beberapa menit saja akan mendapatkan
pinjaman karena proses cepat.
c) Pegadaian syariah menggunkan teknologi yang modern mempunyai
sistem pemasaran yang optimal, nilai barang yang dimiliki nasabah
benar-benar mempunyai nilai ekonomis secara wajar, jadi tidak
terlalu mahal ataupun murah. Dengan sistem keamanan yang baik
yaitu dengan bangunan yang didesain khusus yang cukup bagus
60
dengan pintu depan dibuat tiga lapis dari besi dan dijaga 24 jam oleh
petugas (satpam).
2). Faktor Eksternal
a) Pegadaian syariah secara umum merupakan lembaga keuangan
yang banyak diminati oleh masyarakat yang rata-rata
pertumbuhannya dari tahun-ketahun mencapai 50% dari tahun
sebelumnya.
b) Jumlah penduduk yang beragama Islam cukup banyak di
Indonesia. Perkembangan pengetahuan penduduk masyarakat yang
semakin baik tentang perekonomian yang berbasis syariah yang
ternyata dengan sistem ekonomi syariah ini lebih menentramkan
hati dan juga memberikan keuntungan yang besar jika dikelola
dengan baik oleh orang yang profesional dibidang syariah.
c) Fatwa MUI yang menegaskan tentang bunga bank, dimana dalam
fatwanya menyatakan bahwa bunga bank haram. Hal ini sedikit
mempengaruhi pihak-pihak yang sudah ragu terhadap haramnya
bunga bank. Dengan adanya fatwa tersebut banyak nasabah yang
memindahkan dana dari bank/pegadaian konvensional ke
bank/pegadaian syariah. Namun hal ini belum terlalu banyak
berpengaruh, karena selain ada yang kontra terhadap bunga
bank/pegadaian konvensional ada sebagian masayarakat yang
masih setuju (halal terhadap bunga bank)
61
b. Faktor Penghambat Perkembangan Pegadaian Syariah.
1). Faktor Internal.
a) Sumber daya manusia di pegadaian syariah belum memahami
secara baik tentang operasional pegadaian syariah. Mereka direkrut
oleh perum pegadaian yang kemudian diberikan pendidikan dan
pelatihan, sehingga kualitas dari mereka masih kurang cepat, serta
kurangnya pemahaman terhadap pegadaian syariah. Dari para
Instansi pegadaian syariah ini mereka kurang cepat dalam mencari
inovasi baru.
b) Cabang pegadaian syariah sudah banyak di Indonesia dikarenakan
makin banyaknya permintaan nasabah yang disebabkan
operasional yang ada dapat memberikan kepuasan terhadap
pelanggan.
2). Faktor Eksternal.
a) Sosialisasi yang kurang kepada masayarakat luas, sehingga banyak
masyarakat yang tidak tahu tentang pegadaian syariah.
b) Citra pegadaian yang sudah ada sejak dahulu, bahwa pegadaian
hanya untuk golongan ekonomi kecil menengah, sehingga banyak
orang yang merasa malu dan gengsi untuk datang ke pegadaian.
Citra tersebut masih melekat pada sebagian masyarakat sampai
sekarang walaupun telah dilakukan perbaikan.
c) Adanya lembaga keuangan lainnya seperti bank yang juga
mempunyai fasilitas rahn atau lainnya.37
37 Ibid
62
G. Prospek Pegadaian Syariah
Prospek pegadaian syariah secara relatif dapat dilihat dari analisa yang
disebut SWOT, yakni strenght (kekuatan), weaknes (kelemahan), opportunity
(peluang), threat ( ancaman).
Untuk prospek pegadaian syariah secara umum jika dilihat dari SWOT
tersebut, maka akan dilihat sebagai berikut:
1 Kekuatan (strenght)
a. Dukungan mayoritas umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk
Indonesia.
b. Dukungan lembaga keuangan Indonesia.
c. Pemberian pinjaman pada pegadaian syariah sesuai dengan kebutuhan.
2 Kelemahan (weaknes)
a. Sikap berprasangka baik kepada nasabah yang menjadi bumerang sendiri
bagi pegadaian syariah yang tidak disertai dengan sikap kehati-hatian.
b. Memerlukan metode perhitungan yang rumit karena tidak menggunakan
sistem bunga seperti pada pegadaian konvensional.
c. Memerlukan tenaga yang profesional yang handal, mengetahui prinsip
gadai syariah dengan baik.
d. Memerlukan peraturan pelaksanaan yang lebih lengkap dan jelas untuk
pengelolaan, pembinaan dan pengawasan.
3 Peluang (opportunity)
a. Peluang pangsa pasar luas.
b. Adanya peluang ekonomi bagi berkembangnya pegadaian syariah.
63
4 Ancaman (threat)
a. Dianggap fanatisme agama.
b. Dianggap kurang menguntungkan bagi bisnis.
c. Sulitnya menghilangkan mekanisme bunga yang sudah mengalir.
Prospek pegadaian syariah pada perum pegadaian di Indonesia untuk
tahun-tahun yang akan datang sangat baik, dengan melihat pada perkembangan
pendapatan pertahun yang melebihi target, dengan melihat meningkatnya jumlah
nasabah dari awal tahun serta semakin banyak jumlah kantor cabang pegadaian
syariah.
Hal lain yang dapat mendukung prospek pegadaian syariah akan tumbuh
dan berkembang dimasa depan adalah pelanggan (nasabah mungkin mulai jenuh
dengan sistem bunga bagi pegadaian konvensional). Nasabah ingin bertransaksi
secara halal dan mendapat ridho Allah.
Prospek pegadaian syariah menurut kepala cabang Cinere mengatakan
“saya optimis dengan lembaga keuangan pegadaian syariah untuk kedepannya
akan semakin pesat melebihi lembaga keuangan lainnya dengan bukti semakin
banyaknya cabang pegadaian yang tersebar di Indonesia”.
64
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Profil nasabah pegadaian syariah cabang Cinere.
Dalam sub bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan.
Isinya ditekankan pada karakteristik responden yang menjadi nasabah pegadaian
syariah cabang Cinere. Pembahasan diarahkan pada sisi demografi, ekonomi dan
sosial. Sisi demografi meliputi agama, pendidian, umur, jenis kelamin, status
perkawinan. Sisi ekonomi meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan perbulan, dan
sisi sosial yaitu aksesibilitas. Berikut ini karakteristik responden yang ditemukan
penulis dalam penelitian ini.
a). Data responden berdasarkan pendidikan.
Tabel 4.1
Data nasabah
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
N = 30
NO Pendidikan terakhir Frekuensi %
1 SMP 1 2 2 SMA 9 18 3 Diploma 10 20 4 S1 7 14 5 S2-S3 2 4 6 SD 1 2 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
65
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan formal responden
cukup bervariasi antara sekolah tingkat pertama sampai perguruan tinggi.
Setengahnya dari responden berpendidikan terakhirnya sampai SMA yaitu
sebanyak 9 responden (18%). Sebagian kecil responden yang pendidkan
terakhirnya sampai Diploma sebanyak 10 responden (20%). Nasabah yang
pendidikan terakhirnya sampai SI sebanyak 7 responden (14%). Nasabah yang
pendidikan terakhitnya sampai S2 hanya 2 responden (4%), sedangkan sedikit
sekali responden yang pendidikan terakhirnya sampai SD dan hanya sampai SMP
yaitu masing-masing 1 responden (2%). Dari sini dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan tidak mempengaruhi seseorang menjadi nasabah Pegadaian
Syariah.
b).Data responden berdasarkan umur. Tabel 4.2
Data nasabah
Berdasarkan umur
N = 30 NO Umur Frekuensi % 1 21-30 tahun 7 14 2 31-40 tahun 12 24 3 41-50 tahun 7 14 4 51-60 tahun 3 6 5 61-70 tahun 1 2 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya dari
responden berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 12 responden (24%). Sebagian
kecil dari responden berusia 21-30 tahun yaitu sebanyak 7 responden (14%), dan
66
berumur 41-50 tahun yaitu sebanyak 7 responden (14%). Sedangkan sedikit sekali
dari responden yang berusia 51-60 tahun yaitu sebanyak 3 responden (6%), dan
terakhirnya yang berumur 61-70 tahun sebanyak 1 responden (2%).
c). Data responden berdasarakan agama. Tabel 4.3
Data nasabah
Berdasarkan karakteristik agama
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh (29 responden/ 58%)
adalah pemeluk agama Islam., karakteristik responden khususnya nasabah muslim
dari segi agama dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan agama yang kurang. Hal ini dapat terbukti dengan hasil jawaban
mereka mengenai pengetahuan tentang ketidaktahuan arti ekonomi syariah,
halalnya sistem bunga bank. Sedangkan sedikit sekali (1 responden/ 2%)
memeluk agama Kristen. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pegadaian syariah
tidak hanya untuk orang Islam saja, tetapi untuk semua golongan umat beragama.
Karakteristik agama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara nasabah
yang satu dengan lainnya. Walaupun lebih kecil jumlah nasabah pemeluk agama
non muslim, tetapi itu menunjukkan bahwa pegadaian syariah mampu diterima
Islam
Kristen
67
oleh kalangan semua masyarakat dan terdapat potensi untuk mengembangkan
pegadaian syariah tersebut.
d). Data responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.4
Data nasabah
Berdasarkan jenis kelamin
N = 30 NO Jenis kelamin Frekuensi % 1 Laki – laki 8 16 2 Perempuan 22 44 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa, sebagian besar yang menjadi
nasabah pegadaian syariah adalah perempuan yaitu sebanyak 22 responden
(44%), sedangkan sebagian kecil adalah laki-laki yaitu sebanyak 8 responden
(16%). Dari sini dapat disimpulkan bahwa pihak perempuan lebih merespon
adanya pegadaian syariah dari pada laki-laki. Kondisi ini dapat menjadi strategi
pengembangan dan promosi pegadaian syariah dimana kelompok laki-laki
menjadi pasar potensi dengan startegi melalui seminar-seminar ditempat kerja dan
kantor.
e). Data responden berdasarkan status perkawinan. Tabel 4.6
Data nasabah
Berdasarkan status perkawinan
68
N = 30
NO Status perkawinan Frekuensi %
1 Kawin 26 52 2 Tidak kawin 4 8 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh nasabah yang
berstatus kawin yaitu sebanyak 26 responden (52%), sedangkan sebagian kecil
dari nasabah yang berstatus tidak kawin yaitu sebanyak 4 responden (8%). Dari
sini dapat disimpulkan bahwa nasabah yang telah kawin lebih banyak
kebutuhannya dari pada mereka yang belum kawin.
f). Data responden berdasarkan profesi.
Tabel 4.6
Data nasabah
Berdasarkan profesi
N = 30 NO Profesi Frekuensi % 1 Ibu rumah tangga 10 20 2 Karyawan 1 2 3 Pegawai negeri 3 6 4 Wiraswasta 10 20 5 Lainnya 6 12 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa sama banyaknya nasabah yang
berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta yaitu masing-masing
sebanyak 10 responden (20%) dan 10 responden (20%). Sedikit sekali nasabah
yang berprofesi sebagai karyawan dan pegawai negeri, serta yang lainnya (Sopir,
69
TNI) yaitu masing-masing sebanyak 3 responden (6%), 1 responden (2%), 2
responden (4%). Dari sini dapat disimpulakn bahwa yang menjadi nasabah
pegadaian syariah ini memiliki profesi yang beraneka ragam mulai dari yang
penghasilannya besar sampai yang kecil.
g). Data nasabah berdasarkan penghasilan perbulan.
Tabel 4.7
Data nasabah
Berdasarkan penghasilan perbulan
N = 30 NO Penghasilan/bulan Frekuensi % 1 Rp 750.000 4 8 2 Rp 750.000 - 2.000.000 8 16 3 Rp 2.000.000 18 36 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hampir setengahnya 18 responden
(36%) responden yang berpenghasilan tinggi dan sedang yaitu rata-rata perbulan
yaittu mulai dari Rp. 2.000.000/ bulan dan Rp. 750.000-Rp. 2.000.000 mencapai 8
responden (16%). Sisanya hanya sedikit sekali sekitar 4 responden (8%)
berpenghasilan rendah mulai (Rp. 750.000). dari sini dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi nasabah di ULGS cabang Cinere adalah masyarakat menengah
kebawah dan ini sesuai dengan misi dari pegadaian syariah.
h). Data responden berdasarkan jarak/tempat tinggal.
Tabel 4.8
Data nasabah
70
Berdasarkan tempat tinggal
N = 30 NO Tempat tinggal Frekuensi % 1 Jakarta Timur 2 4 2 Jakarta Selatan 28 56 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar yang
menjadi nasabah pegadaian syariah ini bertempat tinggal di Jakarta Selatan yaitu
sebanyak 28 responden (56). Sedangkan sedikit sekali nasabah yang bertempat
tinggal di Jakarta Timur, hanya 2 responden (4%). Dari sini dapat disimpulkan
bahwa jarak (aksesibilitas) mempengaruhi seseorang untuk mengadopsi
pegadaian syariah. Semakin dekat jarak seseorang dengan pegadaian syariah
semakin berpeluang untuk mengadopsi pegadaian syariah.
2. Motivasi, dan perilaku nasabah terhadap pegadaian syariah.
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai motivasi dan perilaku nasabah
terhadap pegadaian syariah. Mengingat keberadaan pegadaian syariah relatif
masih baru, maka pembahasan dilakukan secara bertahap mulai dari tahu, tidak
tahu arti dari kata syariah, pernah tidak pernah mendengar pegadaian syariah,
kesan-kesan yang diperoleh tentang pegadaian syariah, Pengetahuan, alasan
memanfaatkan, kekurangan dan kelebihan dari pegadaian syariah.
Tabel 4.9
Pengetahuan nasabah tentang arti ekonomi syariah
N = 30 NO Uraian Frekuensi %
71
1 Sangat tahu 1 2 2 Tahu 11 22 3 Kurang tahu 16 32 4 Tidak tahu 2 4 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hampir setengahnya dari nasabah
(16 responden / 32%) kurang tahu tentang arti ekonomi syariah, sebagian kecil
menyatakan tahu dan bahkan tidak tahu yaitu masing-masing 11 responden
(22%), 2 responden (4%), sedangkan sedikit sekali yang menyatakan sangat tahu
yaitu hanya 1 responden (2%). Dari sini dapat disimpulkan bahwa system syariah
dalam ekonomi belum diketahui dan dipahami oleh masyarakat (nasabah).
Nasabah yang menyatakan tidak tahu tentang arti ekonomi syariah mungkin
mereka yang beragama non Islam. Hal ini sesuai dengan jumlah data nasabah
berdasarkan agama.
Tabel 4. 10
Kesan terhadap pegadaian syariah menurut nasabah
N = 30 Uraian Frekuensi % 1 Khusus orang Islam 5 10 2 Berlandaskan sistem syariah 6 12 3 Prosedur mudah 17 34 4 Lembaga yang aman & tentram 2 4 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hampir setengahnya dari nasabah
(17 responden / 34%) menyatakan bahwa pegadaian syariah itu adalah lembaga di
mana prosedur mudah, sebagian kecil dari nasabah menyatakan bahwa pegadaian
72
syariah itu lembaga yang berlandaskan sistem syariah (6 responden / 12%) dan
yang menyatakan lembaga khusus untuk orang Islam yaitu 5 responden (10%),
sedangkan sedikit sekali yang menyatakan lembaga yang aman dan tentram
sebanyak 2 responden (4%). Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesan nasabah
terhadap pegadaian syariah adalah lembaga yang prosedurnya mudah, tidak
melihat dari sisi agama mereka.
Tabel 4. 11
Pengetahuan nasabah terhadap pegadaian syariah sebelum mengadopsi
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Sangat pernah 3 6 2 Pernah 19 38 3 Tidak pernah 7 14 4 Tidak tahu sama sekali 1 2 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hampir setengah dari nasabah (19
responden / 38%) menyatakan pernah mendengar tentang pegadaian syariah
sebelum menjadi nasabah pegadaian syariah disini. Sebagian kecil mengatakan
tidak pernah mendengar tentang pegadaian syariah yaitu sebanyak 7 responden
(14%). Sedangkan hanya sedikit sekali yang mengatakan sangat pernah dan lupa
yaitu masing-masing 3 responden (16%) dari 1 responden (2%). Dari sini dapat
disimpulkan bahwa pegadaian syariah lumayan sudah dikenal meski belum
Familiar dengan masyarakat. Dari sini dapat menjadi potensi untuk
mengembangkan lagi pegadaian syariah ke masyarkat.
73
Tabel 4. 12
Sumber informasi tentang pegadaian syariah menurut nasabah
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Teman & kerabat 17 34 2 Buku & Koran 9 18 3 Iklan 1 2 4 Lainnya 3 6 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Keputusan masyarakat menjadi nasabah pegadaian syariah memerlukan
Informasi. Dengan diketahuinya sumber informasi yang diakses masyarakat
menjadi aspek yang penting dalam sosialisasi pegadaian syariah. Table di atas
menunjukkan sumber informasi nasabah tentang pegadaian syariah, dimana
akhirnya memilih menjadi nasabah di pegadaian tersebut. Ternyata melalui teman
dan kerabat merupakan media informasi yang hampir setengahnya diketahui
orang tentang pegadaian syariah yaitu sebanyak 17 responden (34%), sebagian
kecil nasabah mengetahuinya melalui buku dan koran sebanyak 9 responden
(18%), informasi lewat yang lainnya (kebetulan lewat dari dosen) sebanyak 3
responden (6%). Sedangkan sedikit sekali yang mengetahui melalui iklan yaitu
sebanyak 1 responden (2%). Dari sini dapat disimpulkan bahwa pengalaman dan
kesan masyarakat lebih mempengaruhi dalam pengembangan dan pengenalan
pegadaian syariah kepada masyarakat.
Tabel 4. 13
Alasan nasabah termotivasi pegadaian syariah
N = 30 NO Uraian Frekuensi %
74
1 Prosedur yang mudah 21 42 2 Bebas bunga 1 2 3 Mudah dijangkau 1 2 4 Terdesak waktu 7 14 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui alasan yang mendasari nasabah
mengadopsi pegadaian syariah. Hampir setengahnya yaitu 21 responden (42%)
menyatakan karena prosedur yan mudah, aman dan cepat, 7 responden (14%),
karena terdesak waktu. Sebagian kecil nasabah hanya 1 responden (2%) yaitu
karena mudah dijangkau dan sedikit juga sebanyak 1 responden (2%) karena
bebas bunga. Dari sini dapat disimpulkan bahwa faktor kemudahan yang
ditetapkan pegadaian syariah jauh di bawah pegadaian konvensional.
Tabel 4. 14
Jenis barang yang dijadikan jaminan
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Perhiasan 30 60 2 Kendaraan 0 0 3 Ekektronik 0 0 4 Lainnya 0 0 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa seluruh nasabah menggunakan
perhiasan sebagai barang jaminan yaitu 30 responden (60%). Dari sini dapat
disimpulkan bahwa pegadaian syariah cabang Cinere ini hanya memberlakukan
barang perhiasan sebagai barang jaminan.
Tabel 4. 15
75
Persepsi responden tentang prosedur pegadaian syariah
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Sangat mudah 7 14 2 Mudah 23 46 3 Sulit 0 0 4 Sangat sulit 0 0 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa persepsi nasabah mengenai prosedur
pegadaian syariah itu mudah. Hal ini terlihat lebih dari setengahnya dari 23
responden (46%). Sebagian kecil menyatakan sangat mudah itu sebanyak 7
responden (14%), sedangkan tidak ada nasabah yang menyatakan sulit dan sangat
sulit prosedur yang ada di pegadaian syariah.dari sini dapat disimpulkan bahwa
Prosedur pegadaian syariah itu tidak rumit. Hal inilah yang dipertimbangkan oleh
nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah, dan ini menjadi motivasi
bagi pegadaian syariah agar dipertahankan tentang kemudahan dalam prosedur.
Tabel 4. 16
Tujuan nasabah memanfaatkan jasa pegadaian syariah
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Biaya pendidikan 11 22 2 Konsumtif 2 4 3 Produktif 12 24 4 Kesehatan 5 10 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa tujuan nasabah dalam meminjam
uang ke pegadaian syariah adalah untuk pemenuhan kebutuhan biaya pendidkan
76
dan biaya produktif merupakan faktor utama, yang dijadikan alasan nasabah yaitu
hampir setengahnya yaitu masing-masing sebnyak 11 responden (22%), 12
responden (24%), sedangkan sedikit sekali dari nasabah yang meminjam uang
untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif sebanyak 2 responden (4%) dan
kesehatan mempunyai jumlah sebanyak 5 responden (10%). Dari sini dapat
diambil kesimpulan bahwa sebagian besar dalam memanfaatkan jasa pegadaian
syariah adalah dalam rangka mengembangkan masa depan hidupnya, bukan untuk
berpoya-poya.
Tabel 4. 17
Besar pinjaman yang diperoleh nasabah
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Rp 10.000.000 - Rp 20.000.000 2 4 2 Rp 5.000.000 3 6 3 Rp 5.000.000 - Rp 10.000.000 6 12 4 Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000 19 38 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui berapa rata-rata pinjaman yang diperoleh
nasabah dari pegadaian ini. Setengahnya (19 responden / 38%) memperoleh
pinjaman yaitu antara Rp. 1.000.000 sampai 5.000.000. sebagian kecil (6
responden / 12%) dan 3 responden (6&) masing-masing memperoleh pinjaman
sebesar Rp. 5.000.000 sampai 10.000.000, dan Rp. 5.000.000. sedikit sekali (2
77
responden / 4%) memperoleh pinjaman diatas Rp. 10.000.000 sampai 20.000.000.
dari sini dapat disimpulkan bahwa mereka memperoleh pinjaman sesuai dengan
penghasilan nasabah. Dapat diketahui pula bahwa nasabah pegadaian syariah
disini merupakan golongan menengah ke bawah.
Tabel 4. 18
Waktu yang digunakan dalam pelunasan utang
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 1 bulan 4 8 2 3 bulan 8 16 3 4 bulan 14 28 4 6 bulan 4 8 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa dalam pelunasan utang, bahwa
lebih dari setengah nasabah., (14 responden / 28%), mencapai waktu yang telah
ditentukan yaitu 4 bulan. Sebagian kecil dari nasabah (8 responden / 16%)
mencapai waktu 3 bulan, sedangkan sedikit sekali yang mencapai waktu 1-2
bulan dan 6 bulan masing-masing (4 respnden / 8%). Dari sini dapat diketahui
bahwa jarang sekali mereka yang terlambat dalam pelunasan utangnya meskipun
ada hanya sedikit jumlahnya.
Tabel 4. 19
Persepsi nasabah tentang sarana dan prasarana
78
CukupbagusBagus
Sangatbagus
Dari data di atas dapat diketahui bahwa persepsi nasabah tentang sarana
dan prasarana pegadaian syariah. Hampir setengah 17 responden (34%) dari
nasabah berpendapat bahwa sarana dan prasarana di pegadaian syariah itu cukup
bagus, 8 responden (16%), yang menyatakan bagus. Sedikit sekali nasabah yang
menyatakan sangat bagus, 5 responden (10%). Dari sini dapat disimpulkan
bahwa sarana dan prasarana di pegadaian syariah ini sudah cukup bagus, tetapi ini
menjadi potensi bagi pegadaian syariah sendiri untuk lebih meningkatkan lagi
sarana dan prasarana.
Tabel 4. 20
Preferensi nasabah terhadap pelayanan
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Sangat bagus 3 6 2 Bagus 15 30 3 Kurang bagus 0 0 4 Cukup bagus 12 24 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
79
Dari data di atas dapat diketahui preferensi nasabah terhadap pelayanan.
Setengah dari responden pelayanan yang diberikan oleh pegadaian syariah itu
merasa sudah puas sebanyak 15 responden (30%), tidak ada sama sekali nasabah
yang merasa kurang puas atas pelayanan yang diberikan pegadaian syariah
Cinere. Sedikit sekali nasabah yang mengatakan cukup puas sebanyak 2
responden (4%),dan yang menyatakan sanagat puas sebanyak 3 responden (6%).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pegadaian syariah telah memberikan
pelayanan yang memuaskan, walaupun masih hampir setengah dari nasabah yang
merasa kurang puas atas pelayanan. Hal ini menjadi potensi bagi pegadaian
syariah lebih meningkatkan pelayanan, agar semua nasabah merasa puas bahkan
sangat atas pelayanan pegadaian syariah.
Tabel 4.21
Persepsi nasabah mengenai sikap karyawan
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Sangat sudah 4 8 2 Sudah 23 46 3 Belum 0 0 4 Tidak tahu 3 6 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
80
Dari data di atas dapat diketahui persepsi nasabah terhadap karyawan
pegadaian syariah yang bekerja sesuai syariah. Sedikit sekali nasabah menjawab
tidak tahu yaitu sebanyak 3 responden (6%), hampir setengahnya menjawab
sudah, yaitu sebanyak 23 responden (46%).juga persentase yang sedikit nasabah
yang menyatakan sangat sudah hanya 4 responden (8%).dari hasil tersebut
terdapat peningkatan bahwa sudah lumayan banyak nasabaah yang mengerti
tentang kerja karyawan yang sesuai syariah.
Tabel 4.22
Persepsi nasabah tentang sistem bunga
Haram
Halal
Makruh
Mubah
Dari data di atas dapat diketahui persepsi nasabah pegadaian syariah.
Sebagian besar nasabah berpendapat bahwa bunga bank/pegadaian konvensional
itu haram, terbukti dengan data nasabah sebanyak 17 responden (34%), yang
menyatakan makruh sebanyak 9 responden (18%), dan yang menyatakan halal 3
responden (6%), dan paling sedikit yang menyatakan mubah hanyaa 1 responden
(2%), dari sini dapat ditarik kesimpulan masih banyak pula nasabah yang tidak
mengerti apa perbedaan haram,halal, makruh dan mubah. Tapi tidak sedikit pula
81
yang menyatakan bunga bank haram suatu potensi juga yang terdapat pada
pengetahuan nasabah yang ada.
Tabel 4.23
Persepsi nasabah tentang kedudukan pegadaian syariah dengan bank
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Sangat sama 0 0 2 Sama 4 8 3 Hampir sama 15 30 4 Tidak sama 11 22 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui persepsi nasabah mengenai kedudukan
pegadaian syariah dibandingkan dengan yang lainnya. Lebih dari setengah dari
nasabah yang menyatakan hampir sama antara pegadaian dengan lembaga yang
lainnya (bank) yaitu sebanyak 15 responden (30%), hampir setengahnya juga
yang menyatakan tidak sama sebanyak 11 responden (22%), sedangkan sedikit
sekali yang menyatakan sama sebanyak 4 (8%) dan tidak ada nasabah yang
menyatakan sangat sama.
Tabel 4.24
Jumlah nasabah
Persepsi nasabah tentang prospek pegadaian syariah dimasa akan datang
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Sangat maju 5 10 2 Cukup maju 25 50 3 Sama 0 0 4 Tidak maju 0 0
82
Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dengan didirikannya pegadaian syariah di Indonesia ini memperoleh
respon yang cukup optimis untuk kemajuan pegadaian syariah tersebut. Dari tabel
di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar nasabah menyatakan cukup maju
sebanyak 25 responden (50%). sedangkan yang menyatakan sangat maju hanya 5
responden (10%), disini terlihat sekali nasabah cukup optimis dengan kinerja
pegadaian sehingga pegadaian dapat diterima oleh masyarakat luas.
Tabel 4.25
Persepsi nasabah tentang kelebihan pegadaian syariah
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Biaya ringan 3 6 2 Proses sebentar 5 10 3 Prosedur mudah 12 24 4 Ketiganya benar 10 20 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari tabel di atas dapat diketahui persepsi nasabah tentang kelebihan
pegadaian syariah. Ternyata setelah mereka menggunakan jasa pegadaian ini,
mereka dapat merasakan kelebihan pegadaian syariah bila dibandingkan dengan
yang konvensional. Beberapa faktor yang menjadi unggulan dari pegadaian
syariah adalah biaya ringan, dala proses sebentar, dan prosedurnya mudah. Lebih
dari setengah nasabah mengatakan kelebihan pegadaian syariah itu menyangkut
biayanya ringan, proses sebentar, prosedur mudah, sebanyk 10 responden (20%),
yang menjawab hanya biayanya ringan, sedikit sekali nasabah yang mengatakan
83
biaya ringan, sebanyak 3 responden (6%), yang menjawab prosedurnya mudah
sebanyak 12 responden (24%), dan menyatakan bahwa kelebihan pegadaian
syariah itu adalah prosesnya sebentar sebanyak 5 responden (10%).
Tabel 4.26
Persepsi nasabah tentang kelemahan pegadaian syariah
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Kantor cabang sedikit 13 26 2 Barang jaminan hanya perhiasaan 9 18 3 Media informasi pegadaian masih kurang 7 14 4 Sarana dan prasarana masih kurang 1 2 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui persepsi nasabah tentang kelemahan
pegadaian syariah cabang Cinere. Sebagaimana ada kelebihan dari pegadaian
tentu juga ada kelemahannya. Hampir dari setengahnya 9 responden (18%)
mengatakan bahwa kekurangan dari pegadaian ini adalah bahwa barang jaminan
hanya perhiasan saja dan kantor cabang masih sedikit 13 responden (26%), hal ini
ditanggapi oleh instansi pegadaian sendiri karena tempat pegadaiannya masih
kecil, masih berbentuk ruko sewaan, sehingga tempat penyimpanan barang
jaminan seperti kendaraan, elektronik tidak memungkinkan. Dari pada tanggung
lebih baik tidak diberlakukan saja. Sebagian kecil dari nasabah yang mengatakan
media informasi tentang pegadaian syariah sebanyak 7 respondn (14%), dan
sedikit sekali nasabah yang menyatakan sarana dan prasarana masih kurang hanya
1 responden (2%).
Tabel 4.27
84
Peluang nasabah untuk tetap memanfatkan pegadaian syariah
N = 30 NO Uraian Frekuensi % 1 Ya 28 56 2 Tidak 0 0 3 Ragu – ragu 2 4 4 Sangat ragu – ragu 0 0 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui peluang nasabah untuk terus
memanfaatkan jasa pegadaian syariah. Setelah mereka memiliki pengalaman
selama menjadi nasabah pegadaian ini, hampir seluruh, (28 responden / 56%)
menyatakan akan terus memanfaatkan jasa pegadaian ini. Hal ini dikarenakan
mereka telah mendapatkan kepuasan/pelayanan yang bagus dari pegadaian.
Sedangkan hanya sedikit sekali 2 responden (4%) yang menyatakan ragu-ragu
apakah mereka akan memanfaatkan jasa ini atau akan pindah ke lembaga lain
seperti bank, salah satu penyebab keraguan itu dikarenakan letak/jarak pegadaian
dengan kantor atau rumah mereka jauh.
Tabel 4.28
Manfaat pegadaian bagi nasabah
N = 30 NO Uraian Frekuensi %
85
1 Hanya mendapatkan uang 16 32
2 Terhindar dari bunga 3 6 3 Ketenangan bathin 9 18 4 Lainnya 2 4 Jumlah 30 60 Data : Diolah dari data lapangan
Dari data di atas dapat diketahui manfaat yang diperoleh nasabah.
Beberapa manfaat yang dapat diambil yaitu mendapatkan pinjman uang sebanyak
16 responden (32%), yang menyatakan terhindar dari bunga sebanyak 3
responden (6%), dan yang menyatakan mendapatkan ketenangan batin sebanyak 9
(18%), sedangkan yang menyatakan lainnya seperti menghemat waktu dan
lainnya hanya 2 responden (4%).
B. Pengujian Hipotesa
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara motivasi dan
perilaku nasabah dengan pelayanan dan sistem operasional pegadaian syariah,
maka diperlukan adanya uji hipotesa. Hipotesa di uji melalui rumus Product
Moment.
Hipotesa tersebut adalah:
Ho : Tidak ada hubungan antara pelayanan dan sistem operasional pegadaian
syariah dengan motivasi dan perilaku nasabah.
Ha : Ada hubungan antara pelayanan dan sistem operasional pegadaian
syariah dengan motivasi dan perilaku nasabah.
Kedua hipotesa tersebut mempunyai asumsi sebagai berikut:
Bila r hitung > r tabel berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
86
Bila r hitung < r tabel berarti Ha ditolak dan Ho diterima.
Selanjutnya penulis mengolah data dengan rumus Product Moment. Lihat
tabel pada lampiran.
Dimana:
rxy =Indeks korelasi antara dua variabel
x = Nasabah
y = Pelayanan sistem operasional pegadaian syariah
rxy = ( ) ( )041.674400.689.201.808770.814
82899625.2430
−−
− xx
= 359.156569
671x
= 9,12305,81
671x
= 07,0
671
= 10042,1
Dari perhitungan diperoleh nilai r = 0’07 karena hasil yang diperoleh
bertanda positif (+) maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sempurna dan baik antara preferensi dan perilaku nasabah dengan pelayanan dan
sistem operasional pegadaian syariah cabang Dewi Sartika. Maksudnya semakin
bagus pelayanan serta sistem operasional yang diberikan pengadaian syariah
( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222 YYNXXXN
YXXYNrxy
87
semakin tinggi pula tingkat preferensi dan perilaku nasabah terhadap pegadaian
syariah.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi hubungan kedua variabel tersebut
dilakukan perhitungan t-tes, dimana pada taraf signifikansi 5% dengan df = 28
diperoleh tabel besar 0,361. adapun rumus t hitung sebagai berikut :
t = r 212
rn−−
t = 964,0
)30,5(07,0
t = 98,20
371,0
t = 0,37157
t = 0,378
Penulis kemudian membandingkan antara t-tes 0,378 dengan t-tabel sebesar 0,361
pada taraf signifikansi 5% dengan df = 28. Ternyata dari perhitungan di atas dapat
dilihat bahwa 0,378 itu lebih besar dari pada 0,361. itu artinya t tes > t tabel. Berarti
dapat disumpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Maksudnya disini ada
hubungan yang signifikan antara preferensi dan perilaku nasabah dengan pelayanan
dan sistem operasional pegadaian syariah. Artinya semakin bagus pelayanan, serta
sistem operasional yang diberikan oleh pegadaian syariah semakin tinggi pula tingkat
preferensi dan perilaku nasabah terhadap pegadaian syariah.
88
C. Analisa Data
Setelah tahap uji hipotesis selesai, taraf selanjutnya adalah analisis data.
Dalam analisis data ini penulis berpendapat sistem pelayanan dan sistem operasional
yang diberikan pegadaian syariah cabang Cinere memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat preferensi dan perilaku nasabah terhadap pegadaian syariah. Dimana
dalam hasil uji hipotesanya nilai yang diperoleh bertanda positif (+) yang berarti
terdapat hubungan yang sempurna dan positif.
Pemberian informasi yang dilakukan oleh pegadaian syariah melalui media
cetak dan media elektronik bertujuan untuk menarik masyarakat menjadi nasabah
pengadaian syariah, yang selama ini hanya mengenal pegadaian konvensional yang
lebih dulu dikenal oleh masyarakat luas.
Untuk mempertahankan masyarakat yang sudah menjadi nasabah, maka pihak
pegadaian syariah sebisa mungkin dapat memberikan kepuasan bagi nasabah. Hal
yang dapat dilakukan oleh pegadaian adalah dengan cara memberikan pelayanan
yang sebagus mungkin. Selain dalam memberikan pelayanan, juga dalam sistem
operasionalpun harus ditingkatkan. Dimana dalam hal ini pegadaian syariah harus
bisa memberikan sistem operasional yang mudah, tidak mempersulit nasabah, cepat,
dan menetapkan biaya yang ringan, sehingga dengan cara yang dilakukan oleh
pegadaian syariah di atas dapat menarik dan meningkatkan preferensi dan perilaku
nasabah terhadap pegadaian syariah.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan beberapa permasalahan maka penulis dapal mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Adapun mekanisme di pegadaian syariah adalah:
a. Nasabah datang langsung ke loket pegadaian dengan membawa barang
jaminan untuk ditaksir oleh penaksir pegadaian syariah.
b. Barang jaminan diteliti kualitasnya untuk ditaksir dan ditetapkan
harganya, berdasarkan taksiran yang dibuat, ditetapkan berapa uang
pinjaman yang dapat diterima pegadaian.
c. Apabila akad telah disepakati oleh kedua belah pihak mengenai
berbagai hal seperti kesepakatan besarnya pinjaman, dan lainnya maka
akad rahn dan akad sewa tempat (ijarah) dan ditanda tangani oleh
kedua belah pihak.
d. Nasabah menyerahkan atau membayar pinjaman uang berikut lainnya
yang telah disepakati bersama kepada murtahin
e. Marhun dikembalikan lagi kepada nasabah oleh murtahin.
2. Yang memotivasi nasabah memilih jasa pegadaian syariah, karena pelayanan
yang baik, prosedur yang mudah dan cepat serta jarak tempuh yang lebih
dekat dan strategis. Sehingga menimbulkan motivasi besar untuk lebih
memilih pegadaian syariah dibanding lembaga keuangan lainnya.
90
3. Persepsi nasabah terhadap pegadaian syariah sangat beragam. Dari data
sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar nasabah mengetahui, memilih
dan mengadopsi pegadaian syariah itu berasal dari teman dan kerabat. hal ini
didasarkan pada pengetahuan mereka juga pelayanan dari pegadaian syariah.
Ternyata ada beberapa nasabah mengatakan bahwa suku bunga bank halal, ini
bukan faktor yang menarik mereka untuk mengadopsi pegadaian syariah. Hal
ini yang paling mempengaruhi perkembangan sekaligus memperkenalkan
pegadaian syariah kepala masyarakat. Biaya yang ringan, Pelayanan yang
bagus, prosedur yang mudah merupakan faktor yang menjadi pilihan nasabah
terhadap pegadaian syariah). Ternyata ada beberapa nasabah mengatakan
bahwa suku bunga bank halal, ini bukan faktor yang menarik mereka untuk
mengadopsi pegadaian syariah.
4. Pegadaian syariah dalam operasionalnya menetapkan biaya administrasi dan
jasa simpanan yang berbeda dengan pegadaian konvensional yang dalam
operasionalnya menetapkan sistem bunga. Pegadaian syariah masih belum
dikenal oleh masyarakat luas. Ini terbukti ketika responden rnenjawab hampir
setengah dari mereka belum pernah mendengar pegadaian syariah sebelum
menjadi nasabah di pegadaian syariah ini.
5. Karakteristik nasabah ditinjau dari segi demografi, ekonomi, dan sosial itu
sangat beragam. Sisi demografi (agama) membuktikan bahwa pegadaian
syariah tidak hanya diterima oleh masyarakat muslim saja tetapi juga oleh
masyarakat non muslim. Latar belakang pendidikan juga berbeda-deda mulai
dari tingkat menengah sampai perguruan tinggi begitu pula dengan
91
penghasilan mereka juga berbeda. Keberagaman karakteristik tersebut sangat
baik sekali terhadap perkembangan pegadaian syariah.
6. Setelah masyarakat mengadopsi pegadaian syariah dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa sebagian besar masyarakat akan terus mengadopsi pegadaian
syariah dalam waktu yang akan datang. Keputusan ini didasarkan karena
mereka merasa puas akan pelayanan yang diberikan dan mendapatkan apa
yang mereka butuhkan, hal ini juga didasarkan pada kelebihan pegadaian
syariah yaitu diantaranya menetapkan biaya yang ringan, proses sebentar, dan
prosedur yang mudah.
7. Berdasarkan pada uji hipotesa yang dilakukan oleh penulis, dengan rumus
Product moment, dimana r hitung > r tabel dan setelah mencari uji
signifikansi. dengan t-tes dan t-tabel maka penulis memperoleh angka dimana
t-tes lebih besar dengan t-tabel (0,378 > 0,361), dari penelitian ini dapat
diketahui bahwa hasil r hitung < r tabel, yaitu 0,07 < 0,361 dan t tes > t-tabel
(0,378 > 0,361), maka Hipotesa Ha diterima dan Ho Ditolak. artinya ada
hubungan yang positif antara pelayanan dan sistem operasional pegadaian.
syariah dengan motivasi dan perilaku nasabah. Semakin tinggi tingkat
pelayanan dan sistem operasional pegadaian syariah yang diberikan maka
semakin meningkat pula preferensi dan perilaku nasabah terhadap pegadaian
syariah.
92
B. Saran-Saran
1. Agar masyarakat dapat mengadopsi pegadaian syariah untuk selamanya
diharapkan kepada pegadaian syariah dapat meningkatkan kualitas pelayanan
secara maksimal, sarana dan prasarana pun harus lebih lengkap dan lebih baik
dari pegadaian konvensional.
2. Agar kantor cabang supaya lebih diperluas dari yang sudah ada diseluruh
Indonesia khususnya untuk daerah JABODETABEK, karena daerah ini
merupakan daerah yang sangat menunjang terhadap perkembangan pegadaian
syariah.
3. Pegadaian syariah khususnya yang berada didaerah Jakarta dapat segera
menetapkan barang jaminan selain emas, karena kemungkinan dari beberapa
nasabah hanya mernpunyai barang jaminan seperti barang elektronik dan
kendaraan.
4. Diharapkan kepada isnstansi pegadaian syariah bisa lebih mengenalkan
pegadaian syariah yang berlandaskan kepada prinsip syariah kepada
masyarakat banyak
93
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Bakr Syeikh, Kitab Assyafi’I, Bairut, Darul Kitab Alawiyah, 1991, jilid 4
Anshori, Ghofur Abdul, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia
Yogyakarta: Citra Media, 2006
Artmanda W, Frista, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Lintas Media
Jombang.
Brosur Pegadaian, 2008
Buku Kerja, Pegadaian Syariah, 2008
Chapra, Umar, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta, Gema Insani Press dan
Tazkia Institut, cet.1
Company Profille, Pegadaian Syariah
Hadi, Sholikul Muhammad, Pegadaian Syariah, Jakarta : Penerbit Salemba Diniyah,
2003
Hasan, M.Ali, Masail Fiqhiyyah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet. 4
Kanyk Lazar, Leslie & Schiffman.G.Leon, Perilaku Konsumen, PT. Indeks Group
Gramedia, 2004, edisi ke-7
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisa Perencanaan
Implementasi dan Pengendalian, Jakarta : Salemba Empat, 2000
.........., Philip, Manajemen Pemasaran : Analisa Perencanaan dan Pengendalian,
Jakarta : Erlangga, 1996, edisi ke-5
94
Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, Jakarta, Kalam Mulia, 1994,
Cet.1
Lupyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat, 2007
Muhammad, Drs. M.Ag, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam,
Jakarta, PT Salemba Patria, cet.1
Nawiri, S.E. Wawancara Pribadi
Sabiq, Sayyid , Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987
Setiadi J. Nugroho, SE., MM. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Strategi
dan Penelitian Pemasaran, Jakarta: Prenada Media, 2003, cet.1
Soekarno, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1984, cet.3
Sudarsono, Heri, Lembaga dan Keuangan Lainnya, Yogyakarta : Ekonomi, 2003,
Edisi ke-2
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalat, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002
Suprayitno, Eko, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005, cet.1
Winardi J. Prof. Dr.SE, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta : Prenada Media,
2004, edisi revisi
www.Pegadaian Syariah,26 Maret 2008
95