BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial, masa perang antara tahun 1945-1950, masa liberal (1950-1959), masa ekonomi terpimpin (1960-1966), dan masa orde baru (1957-1997). Tiap-tiap masa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri misalnya dalam orientasi ideologi, pola kebijaksanaan dan strategi pembangunan, demikian pula dalam pola perekonomiannya. 1 Periodesasi sejarah yang terpusat pada periode singkat tersebut, ditandai dengan terjadinya peristiwa penting misalnya, terjadinya crash di AS, seperti pernah ditulis oleh J. K. Galbrait atau pada masa krisis moneter tahun 1997 di Indonesia sampai sekarang, atau kawasan Asia Tenggara dan Korea Selatan. Sejarah semacam ini bisa pula tertuju pada masa-masa yang baru saja terjadi yang disebut recent history (Sejarah Mutakhir). Sebagaimana yang terjadi sejak abad ke-17 sampai dengan abad ke-20. Abad ke-17 disebut karena abad itu telah memberikan pertanda periode sejarah yang bersifat mondial dan dalam wilayah yang ketika itu disebut Nusantara masyarakatnya berinteraksi dengan masyarakat dari bagian lain, dari kerajaan Belanda di Eropa. Ia bahkan telah menciptakan batu kekuasaanya dengan membentuk 1 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Pustaka Pelajar, Cet. Ke-2, 2002, hlm. xi. 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

masa perang antara tahun 1945-1950, masa liberal (1950-1959), masa

ekonomi terpimpin (1960-1966), dan masa orde baru (1957-1997). Tiap-tiap

masa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri misalnya dalam orientasi ideologi,

pola kebijaksanaan dan strategi pembangunan, demikian pula dalam pola

perekonomiannya.1

Periodesasi sejarah yang terpusat pada periode singkat tersebut,

ditandai dengan terjadinya peristiwa penting misalnya, terjadinya crash di AS,

seperti pernah ditulis oleh J. K. Galbrait atau pada masa krisis moneter tahun

1997 di Indonesia sampai sekarang, atau kawasan Asia Tenggara dan Korea

Selatan. Sejarah semacam ini bisa pula tertuju pada masa-masa yang baru saja

terjadi yang disebut recent history (Sejarah Mutakhir). Sebagaimana yang

terjadi sejak abad ke-17 sampai dengan abad ke-20. Abad ke-17 disebut

karena abad itu telah memberikan pertanda periode sejarah yang bersifat

mondial dan dalam wilayah yang ketika itu disebut Nusantara masyarakatnya

berinteraksi dengan masyarakat dari bagian lain, dari kerajaan Belanda di

Eropa. Ia bahkan telah menciptakan batu kekuasaanya dengan membentuk

1 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Pustaka

Pelajar, Cet. Ke-2, 2002, hlm. xi.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

2

VOC di wilayah Indonesia.2

Maka dalam sejarah pemikiran ekonomi, paling tidak dikenal dua

macam periode sejarah, Pertama, sejarah yang membeberkan evolusi

pemikiran, yakni suatu pemikiran dapat bersumber dari beberapa pemikiran.

Kedua, menceriterakan riwayat hidup dan pemikiran tokoh-tokoh pemikir

besar, sebagaimana yang dikenal di Indonesia salah satu diantaranya adalah

Bung Hatta.

Perjalanan sejarah itu mengakibatkan terjadi interaksi yang bersifat

imprialistik dan kolonialistik bangsa-bangsa asing Eropa Barat, termasuk Cina

dibagian wilayah Asia Tenggara yang turut ambil peranan secara bileteral

melalui jalur membangun hubungan inter-personel dengan para pemimpin

kerajaan yang berkuasa pada saat itu.

Dari kenyataan empiris sejarah tersebut, sejak kehadiran migran Cina

di Nusantara, sampai kini orang Cina telah mampu membangun kekuasaan

dibidang ekonomi yang diperoleh bukan hanya karena kegigihan dan hidup

hemat, tetapi juga sejarah memperlihatkan fakta kesediaan orang Cina untuk

melakukan hal-hal yang acapkali menimbulkan kesengsaraan terhadap kaum

pribumi (inlanders). Posisi ekonomi yang kuat itu juga tidak dapat dilepaskan

dari kenyataan bahwa mereka berhasil memanfaatkan jaringan etnik Cina di

Asia Tenggara dalam rangka mengembangkan jaringan ekonomi perdagangan

2 Anhar Gonggong, Beralternatif di Tengah Krisis ; Mengikuti Cara Baik Bung Hatta,

Yogyakarta : Komunitas ombak (Front Generasi Muda Kaltim), Cet. Ke-1, 2002, hlm. 1.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

3

mereka.3

Apapun kenyataannya didalam berinteraksi yang bersifat imprialistik

dan kolonialistik itu, berbagai pihak dari raja, tokoh ulama, tokoh masyarakat,

sampai kepada pemimpin kelompok petani, telah melakukan reaksi,4 dalam

arti memberikan sikap penentangan terhadap kedatangan kaum penjajah, tidak

terkecuali Cina, sebab Cina dalam perjalanan imprialis-kolonialismenya lebih

mengambil langkah pendekatan persuasif kepada para raja yang berkuasa saat

itu.

Situasi dan kondisi pada saat itu yang mana keadaan struktur sosial

ekonomi pada zaman penjajahan di Indonesia menunjukan golongan rakyat

pribumi menempati stratum terbawah, fakta ini jelas menunjukan apa yang

disebut interlinked transaction dalam proses pertukaran yang bersifat

eksploitatif. Pertentangan ini juga menunjukan pada apa yang disebut forced

commerce atau had sales yang merupakan manifestasi kekuasaan pasar yang

dimiliki oleh para aktor ekonomi.

Observasi Bung Hatta dalam pemikirannya secara jelas menghendaki

suatu reformasi sosial 5 agar pelaku-pelaku ekonomi rakyat dapat berperanan

atau punya posisi tawar yang kokoh yang secara langsung melakukan proses

3 Z. A Maulani, “ABRI, NONPRI, dan Integritas Sosial“, jurnal tiga bulanan CIDES,

dalam AFKAR, Vol. IV, tanpa bulan, No. 3, 1997, hlm. 159. 4 Reaksi penentangan dari kaum pribumi yang terjadi sangat cukup lama itu, yakni dari

awal abad ke-17 sampai akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yaitu 1905. Perlawanan yang berlangsung sejak itu, yang berakhir awal abad ke-20 sering disebut dengan strategi otot.

5 Reformasi sosial ini mengandung pengertian koreksi terhadap dialetik hubungan ekonomi secara fundamental, sehingga diperoleh hubungan ekonomi yang adil antara pelaku ekonomi didalam masyarakat.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

4

eksploitasi, dengan perkataan lain reformasi ini harus dilaksanakan secara

radikal.

Dalam perjalanan sejarah, para pemimpin dahulu adalah para

intelektual Islam, yang tahu persis posisi tentang keadilan, sehingga suatu

proses pembangunan ekonomi yang mengandung penindasan dan ketidak-

adilan sosial dan kemanusiaan adalah merupakan produk kekafiran. Sehingga

agar tidak timbul kecaman, bahwa pembangunan yang berkeadilan adalah

merupakan suatu yang filosofis dan agamis, maka perlu diketahui dan dihayati

bersama bahwa proses pembangunan yang berkeadilan mengandung justifikasi

teoritis, seperti yang telah dikemukakan dalam firman Allah ; 6

اأيها الذين أمنوا كونوا قوامني لله شهداء بالقسط وال يجرمنكم شنآن يالله إن الله خبري بما قوم على أال تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى واتقوا

)٨: ملائدة ا(. تعملون Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang

yang selalu menegakan ( kebenaran ) karena Allah, menjadi saksi secara adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “. (Al-Maidah : 8).

Sedemikian rupa diterapkannya sebuah konsep ekonomi kerakyatan,

yaitu yang demokratis dan benar-benar sesuai dengan nilai-nilai ruh dan jiwa

bangsa Indonesia yakni dalam upaya meyakini dan mewujudkan keadilan

sosial yang berprikemanusiaan bagi rakyat Indonesia. Sebab memberdayakan

6 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : Surya Cipta Aksara,

1993, hlm. 159.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

5

masyarakat berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu dapat melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangannya.

Seiring dengan kemerdekaan dan perkembangan bangsa Indonesia,

selanjutnya Bung Hatta dalam membagi usaha dibidang ekonomi dia

menyebutkan tiga macam sektor usaha besar yaitu ; Koperasi, Pemerintah dan

Swasta. Baginya ketiga sektor usaha besar tersebut jelas, karenanya dia

bersama koleganya yang menyusun pasal 33 UUD 1945, mengharapkan

bahkan menuntut agar satu hal tersebut benar-benar dilaksanakan sebagai

landasan dasar ekonomi rakyat dan negara.7

Konsep ekonomi kerakyatan sebenarnya bukan suatu hal yang baru

lagi. Bahkan istilah yang mengacu pada pemberdayaan ekonomi umat kelas

bawah ini sudah menjadi trend dan komoditas politik, maka tidak heran bila

setiap elemen masyarakat sangat pasih melontarkan jargon ini. Namun

demikian, terminologi konsep ekonomi kerakyatan adalah khas politik

Indonesia, sebab istilah ini muncul sejak kolonialisme belanda di Indonesia

yaitu sebuah terminologi yang merujuk pada kegiatan ekonomi, yang digeluti

oleh rakyat banyak; seperti pertanian, perkebunan, nelayan, industri kecil,

pertambangan, peternakan, industri, perhutanan, transportasi dan lain

sebagainya. Istilah tersebut biasanya digunakan untuk merujuk pada suatu

kegiatan ekonomi skala kecil yang dicirikan oleh sifat-sifat tradisional dan

kurang profesional dalam pengelolaannya serta rendahnya produktivitas dalam

7 Deliar Noer, Biografi Politik Bung Hatta, Jakarta : LP3ES, 1990, hlm. 652.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

6

kinerjanya. Istilah ini biasanya juga dikontradiksikan dengan sektor ekonomi

modern ciptaan Belanda, seperti pabrik gula di Jawa, perkebunan tembakau

Sumatera Utara dan alat modern seperti transportasi darat, laut dan udara.

Istilah ekonomi rakyat dan modern dipahami para pengamat, pakar, aktivis

dan lembaga sosial masyarakat, terkecuali oknum negara, oleh mereka

tersebut untuk merujuk pada kondisi ekonomi yang ditandai dengan dualisme,

dimana keduanya tidak terkait atau kurang ada keterkaitan (harmonisasi).

Sebab sektor ekonomi modern biasanya berskala usaha besar, berorientasi

pasar domestik dan ekspor-impor, sementara sektor ekonomi rakyat atau

ekonomi tradisional biasanya mempunyai skala usaha kecil, bersifat subsistem

atau berorientasi pada pasar lokal.8

Melihat kenyataan di atas maka untuk memperjelas kembali konsep

ekonomi kerakyatan dari pemikiran Bung Hatta, yang oleh generasi transisi,

Orde Baru misalnya, sungguh sangat berseberangan dengan nilai-nilai sosial

kemanusiaan yang ada pada pasal 33 UUD 1945, sebab dengan adanya

perbedaan konsep yang tidak seimbang dibidang ekonomi, maka yang akan

terjadi adalah eksploitasi.

Konsep ekonomi kerakyatan sebagaimana diketahui dalam koperasi

misalnya, sebenarnya sudah lama muncul, namun sering kali eksistensi

kebenarannya kurang diterima secara tepat, jujur dan komprehensif. Kalau pun

muncul selalu saja jadi alat bagi yang kuat. Konsep ekonomi rakyat dan

8 Mahmud Thoha, Menapak Abad 21, Jakarta : Millenium Publisher, Cet. Ke-1, 2002,

hlm. 148.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

7

ekonomi kerakyatan ini, menurut beberapa pendapat dari para pakar dan

pengamat ekonomi ; Pertama, menurut Bung Hatta sendiri, ekonomi rakyat

dan kerakyatan pada saat itu (masa kolonialisme) adalah ekonomi masyarakat

pribumi (penduduk asli Indonesia) atau kaum inlanders, yang merupakan

bagian terbawah dan terbesar dalam masyarakat kolonial.9 Kedua, Adi Sasono

mendefinisikan ekonomi kerakyatan sebagai ekonomi partisipatif yang

memberikan akses yang fair dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat didalam

proses produksi, distribusi, dan konsumsi nasional tanpa harus mengorbankan

fungsi sumber daya manusia dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan

masyarakat, sebab falsafah ekonomi rakyat itu sendiri menurutnya adalah

kegiatan yang dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan sebesar-besarnya bagi

kemakmuran rakyat. Sedangkan persyaratan pokok dalam upaya

memperjuangkan ekonomi rakyat adalah ; (a) tujuannya untuk kemakmuran

rakyat, (b) adanya keterlibatan atau partisipasi dalam menikmati hasil-

hasilnya.10

Ketiga, Sri Edi Swasono membedakan dengan tegas antara ekonomi

rakyat dan perekonomian rakyat. Ekonomi rakyat adalah sektor ekonomi yang

berisi kegiatan-kegiatan usaha ekonomi rakyat. Sedangkan perekonomian

rakyat adalah sistem ekonomi dimana rakyat dan usaha-usaha ekonomi rakyat

berperan integral dalam perekonomian nasional, dimana produksi dikerjakan

9 Sritua Arief, “Mengenang Bung Hatta, Bapak Ekonomi Kerakyatan”, dalam Melanie

Sritua Arief (ed), Ekonomi Kerakyatan, Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2001, hlm 24.

10 Mahmud Thoha., Op. Cit., hlm. 149.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

8

oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota

masyarakat, berdasar pada pakem, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat.11 Terlepas

sementara dari istilah ekonomi, yang dimaksud rakyat dari sudut pandang

hukum internasional adalah semua penduduk yang bukan pemerintah.12

Keempat, pakar ekonomi industri Umar Juono13 memisahkan ekonomi

kerakyatan dari ekonomi rakyat dan perekonomian rakyat.14

Menurut pandangan Marx, rakyat adalah kaum proletar atau kaum

pekerja, sehingga pemilik modal atau konglomerat tidak termasuk dalam

ketegori rakyat. Dalam konteks ke-Indonesiaan yang dimaksud rakyat adalah

orang kecil.15

Relevansinya dengan pembangunan ekonomi rakyat pedesaan,

Gunawan Sumodiningrat, mendefinisikan ekonomi rakyat sebagai sistem

ekonomi yang mengutamakan partisipasi aktif masyarakat (pedesaan)

sehingga masyarakat desa sebagai pelaku pembangunan dapat menikmati

hasil-hasil pembangunan sesuai dengan kerja dan sumbangan yang

11 Ibid. 12 C. S. T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai

Pustaka, Cet. Ke-8, 1989, hlm. 460. 13 Ia mendefinisikan ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi yang mencakup konsep,

kebijaksanaan dan strategi pengembangannya. Sedangkan ekonomi rakyat (People economy) merupakan pelaku ekonomi yaitu rakyat itu sendiri, baik dalam bentuk koperasi, usaha menengah, usaha kecil maupun usaha gurem. Sementara itu perekonomian rakyat (State of people economy) merupakan kondisi atau keadaan ekonomi.

14 Mahmud Thoha, Op. Cit., hlm. 149. 15 Erich From, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. Ke-2,

2002, hlm. 199

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

9

diberikannya pada proses pembangunan yang sedang berlangsung.16

Mubyarto mendefinisikan ekonomi kerakyatan sebagai sistem

ekonomi (demokrasi) yang dioperasionalkan melalui pemihakan dan

perlindungan penuh pada sektor ekonomi rakyat (kecil). Sejalan dengan ini

pula Mubyarto mendefinisikan ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi

yang didasarkan pada sila ke-4 Pancasila.17 Sedangkan yang dimaksud dengan

sistem ekonomi kerakyatan adalah bagian dari sistem pancasila yang

menekankan pada sifat demokratis dari sistem ekonomi yang memihak pada

mayoritas rakyat yang masih menderita (amanah penderitaan rakyat). Adapun

yang dimaksud dengan ekonomi rakyat adalah cara-cara rakyat bekerja atau

mencari nafkah untuk menjaga kelangsungan hidupnya.18

Secara formal, yuridis dan politis, konsep ekonomi kerakyatan mulai

diperbincangkan kembali dalam sidang umum MPR tahun 1992 dan berhasil

dimasukan kedalam GBHN pada tahun 1993. Konsep ekonomi yang menonjol

dalam perbincangan tersebut adalah seputar peran koperasi dan usaha kecil

yang dijabarkan dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan serta penyediaan

skim perkreditan khusus bantuan permodalan dari BUMN dan konglomerat

besar serta himbauan untuk pengembangan program kemitraan. Namun

didalam GBHN pada tahun 1998 konsep ekonomi kerakyatan tersebut malah

semakin kabur, karena tokoh-tokoh ekonomi kerakyatan generasi muda seperti

16 Mahmud Thoha. Loc. Cit. 17 Mubyarto, Reformasi Sistem Ekonomi : dari Kapitalisme menuju Ekonomi

Kerakyatan, Yogyakarta : Aditya Media, 1999, hlm. 150. 18 Ibid.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

10

Mubyarto, Adi Sasono dan koleganya kurang dapat diberi ruang gerak oleh

orde yang berkuasa saat itu.19

Dengan demikian dalam konteks Indonesia sekarang ini, konsep lain

yang lebih sesuai dan cocok untuk ekonomi Indonesia adalah konsep ekonomi

orang kecil. Konsep istilah ini lebih dianggap sesuai dan cukup tepat karena

sekaligus dapat menggambarkan segala atribut yang melekat padanya seperti

ketidakberdayaan, keterpinggiran, kesederhanaan, dan sederetan permasalahan

yang dihadapi kelompok ini dalam percaturan ekonomi dan bisnis

sebagaimana konsep yang diperjuangkan dan diharapkan Bung Hatta.

Berdasarkan beberapa rujukan tersebut, menurut hemat penulis

ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan adalah suatu konsep atau

terminologi yang langsung merujuk pada skala usaha dari sektor ekonomi

yang banyak digeluti oleh orang kecil, yaitu usaha-usaha berskala makro atau

gurem dan kecil, baik formal atau mempunyai status hukum (semisal ; PT,

CV, dan Koperasi) maupun informal (semisal; Pedagang Kaki Lima,

Pertambangan Rakyat, Kerajinan Rakyat dan lain-lain).

Konsep pemikiran ekonomi kerakyatan berakar dari pemikiran

strukturlis/neostrukturalis dalam pembangunan, dari segi sasaran

pemberdayaan dan rumitnya permasalahan pemberdayaan ekonomi rakyat,

salah satu bentuk laku adil yang semestinya diperhatikan semua elemen dan

lapisan masyarakat khususnya pemerintah. Tidak adil bila hanya pemilik

19 Zulkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat : Persepsi tentang Pemberdayaan

Ekonomi Rakyat, Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, Cet. Ke-1, 2003, hlm. 11

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

11

modal besar yang terus diperhatikan, sebagaimana yang terjadi pada masa-

masa kekuasaan kolonial dan orde-orde transisi. Sehingga lingkup ekonomi

yang perlu mendapatkan prioritas penanganan di Indonesia dewasa ini adalah

ekonomi skala mikro (kecil) tidak termasuk usaha menengah. Jika dalam

kondisi seperti sekarang ini dengan pembinaan semestinya atau bahkan nyaris

tanpa perhatian saja, ekonomi rakyat mampu menjadi penopang perekonomian

nasional, bisa dibanggakan, kalau sektor ini berhasil dibina dengan baik

disertai fondasi yang kokoh, tidak mustahil ekonomi rakyat akan menjadi

pelaku ekonomi terpenting dinegeri ini.

Dari latar belakang masalah di atas, tampaknya ada kecendrungan

Bung Hatta untuk menampilkan idealismenya dengan konsep pemikiran

sosialisme ekonomi yang universal sebagai sebuah ilmu pengetahuan ekonomi

dengan tanpa melihat dan membeda-bedakan strata sosial yang ada, yakni

yang sesuai pada keberagaman (majemuk) masyarakat Indonesia,

sebagaimana yang termaktub dalam falsafah pancasila.

Jadi menanggapi ekonomi kerakyatan Bung Hatta sebagai konsep

ilmu ekonomi sosial sebagaimana yang ada dalam pasal 33 UUD 1945, di

tinjau dari sisi agama manapun, sebuah nilai-nilai sosial yang berkeadilan

harus dijadikan pedoman dasar kehidupan berekonomi. Maka sebagai sebuah

pilihan alternatif, penulis tertarik untuk mengkaji pemikiran Bung Hatta

tentang ekonomi kerakyatan relevansinya terhadap pemberdayaan ekonomi

umat, yang secara tersirat dalam tinjauan agama mempunyai nilai-nilai sosial

yang tinggi dan langka dibandingkan dengan ekonomi yang ada seperti

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

12

sekarang ini. Untuk itu disini ditegaskan kembali agar ekonomi kerakyatan

tidak hanya sebuah konsep pemikiran monumental yang cendrung disisihkan

dan bahkan dongengan saja oleh kekuasaan rezim transisi, maka sepertinya

perlu ditegaskan kembali dan diteliti, kenapa hal demikian mesti terjadi ?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka kajian pokok permasalahan

yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pemikiran Bung

Hatta tentang ekonomi kerakyatan dan implementasinya dalam pemberdayaan

ekonomi umat ?

C. Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan pokok masalah yang ada, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pemikiran Bung Hatta tentang ekonomi

kerakyatan dan implementasinya dalam pemberdayaan ekonomi umat.

Disamping tujuan tersebut, hasil penelitian ini juga nantinya

diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya khasanah

pemikiran hukum Islam pada khususnya dan pemikiran Bung Hatta pada

umumnya. Harapan lebih jauh semoga penelitian ini dapat dijadikan acuan

atau setidaknya sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengkajian dan

pembaharuan pemikiran hukum Islam, khususnya pada kajian fiqh

mu’amalah.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

13

D. Telaah Pustaka

Telah menjadi sebuah aksioma di dunia akademisi, bahwa tidak ada

satupun bentuk karya tulis yang terputus dari usaha intelektual generasi

sebelumnya. Maksudnya, tidak ada sebuah pemikiran yang benar-benar baru

dan orsinil yang tanpa terikat dengan pemikiran generasi sebelumnya, yang

ada adalah contuinity and change (kesinambungan pemikiran dan kemudian

dilakukan perubahan). Penelitian ini pada nantinya juga merupakan mata

rantai intelektualisme Islam dari pemikiran dan penelitian sebelumnya,

khususnya dalam kajian pemikiran tentang fiqh mu’amalah.

Sejauh pengetahuan penulis, belum banyak karya-karya yang

mengkaji tentang pemikiran Bung Hatta secara komprehensif, yang ada hanya

bagian-bagian dari pemikiran konsepsional Bung Hatta secara global,

kebanyakan yang ada adalah karya-karya lepas yang kemudian dibukukan jadi

satu dalam suatu editor (penerbitan buku), diantara sekian banyak karya-karya

lepas yang ada, kemudian disadur kembali oleh tokoh-tokoh ekonomi generasi

baru, satu diantaranya adalah tentang Ekonomi Kerakyatan. Dari

idealismenya ini, Sritua Arief kemudian mengangkat kembali karya tersebut

kedalam sebuah buku yang dikemas dengan judul “Ekonomi Kerakyatan ;

Mengenang Bung Hatta Bapak Perekonomian Indonesia “. Oleh karena itu,

untuk meyakinkan bahwa pembahasan dalam penelitian ini belum pernah

dikaji, baik dalam bentuk buku atau skripsi maupun tulisan ilmiah lainnya,

maka penulis akan mengadakan telaah pustaka terhadap skripsi dan tulisan

ilmiah lain yang ada relevansinya dengan pembahasan penelitian ini, apalagi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

14

kajian dari pemikiran Bung Hatta, orang lebih banyak mengenal dan

membahas tentang Konsep Koperasi, kalau dalam kajian ilmu fiqh dikenal

dengan Konsep Syirkah Ta’awuniyah.

Mohammad Hatta (Bung Hatta) dalam bukunya “Membangun

Ekonomi Indonesia“ yang merupakan kumpulan tulisannya yang disunting

oleh Meutia Farida Swasono dan I Wangsa Widjaja menyebutkan tentang

bagaimana konsep ekonomi yang sesuai untuk bangsa Indonesia. Dalam buku

ini dijelaskan bahwa konsep ekonomi Indonesia adalah sosialisme Indonesia

artinya adalah acuan yang digunakan sesuai dengan pasal 33 dalam UUD 1945

yang merupakan penafsiran dari dua teori ekonomi yang dipaparkan oleh

Adam Smith dan Karl Marx, yang dimaksud disini menurut Bung Hatta adalah

Koperasi.20 Tetapi dalam buku ini belum dijelaskan secara lebih komprehensif

mengenai bagaimana awal mula konsep koperasi secara kronologis

sejarahnya. Sebab Koperasi itu sendiri adalah bagian dari sejarah ekonomi

kerakyatan.

Wahidin Said dalam Skripsinya “Studi Perbandingan tentang

Koperasi Menurut Mohammad Hatta dengan Koperasi menurut Mahmud

Syaltout“ menegaskan bahwa subtansi dari koperasi ini adalah modal dan

pemilik, artinya adalah para pemilik modal tersebut sepakat untuk berkumpul

dengan modalnya untuk melakukan suatu usaha, kemudian keuntungan dari

usaha tersebut dibagi sesuai dengan perjanjian. Karena usaha itu memerlukan

20 Mohammad Hatta, Membangun Ekonomi Indonesia, Jakarta : Inti Idayu Press, 1998,

hlm. 61.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

15

pengurus, maka kategorisasi tersebut akan mendapatkan finansial berbeda

antara yang satu dengan yang lainnya. Sebab itu, substansi dari koperasi

menurut Mohammad Hatta dan Mahmud Syaltout ini adalah sama, yaitu

mengumpulkan modal dan melaksanakannya menjadi sebuah usaha dan

keuntungan serta kerugian dapat dibagi dan ditanggung bersama sesuai dengan

perjanjian dan kesepakatan bersama pula, demikian dalam analisis si penulis.21

Maka sebagai acuan penelitian ini, perbedaan dan kesamaan dalam

permasalahan pokok yang ada dalam skripsi sebelumnya (Sdr. Wahidin Said)

adalah pada kajian koperasi secara normatif. Tetapi lain kenyataan pada sisi

implementasi, hanya saja alur pemikiran dari satu tokoh yang sama, yakni

pemikiran Bung Hatta. Sehingga kalau dipahami secara komprehensif

sentimental koperasi adalah sebuah wadah organisasi ekonomi, dimana dalam

aktivitas kegiatannya bisa saja mereka yang memiliki modal besar kemudian

bernaung dalam satu wadah yang berkedok koperasi. Sedangkan ekonomi

kerakyatan adalah sebuah proses perjalanan menuju ekonomi yang

berkeadilan dan dapat dinikmati secara bersama-sama tanpa

mengesampingkan kehidupan sumber daya alam lain (ekosistem).

Menurut Revrisond Baswir, dalam bukunya “Agenda Ekonomi

Kerakyatan“ memberi kata lain dari koperasi dengan ekonomi kerakyatan,

sesungguhnya adalah ekonomi yang demokratis atau demokrasi ekonomi.

Ungkapan tersebut dapat diperjelas bahwa koperasi adalah suatu bentuk

21 Wahidin Said, Studi Perbandingan tentang Koperasi Menurut Mohammad Hatta

dengan Koperasi Menurut Mahmud Syaltout, dalam Skripsi, Semarang : Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2002, hlm. 142.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

16

perekonomian yang mengandung nilai-nilai demokrasi ekonomi, sehingga

konotasi dari ekonomi kerakyatan adalah ekonomi koperasi yang sesuai

dengan penjabaran UUD 1945 pasal 33.22

Dalam bukunya Julius Bobo yang berjudul “Transformasi Ekonomi

Rakyat“ dijelaskan bahwa inti ekonomi rakyat adalah ekonomi partisipatif

yang memberikan akses yang wajar dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat

dengan tanpa mengubah fungsi dan kelestarian sumber daya alam dan

ekosistem lain yang merupakan pendukung bagi sistem kehidupan masyarakat

secara menyeluruh.23 Buku ini menjelaskan pula bahwa semua upaya yang

menyangkut pengembangan ekonomi rakyat pasti bersentuhan dengan

kelompok masyarakat miskin dan lemah.

Dari pemikiran itu secara sosiologis dapat dipahami, bahwa ekonomi

kerakyatan adalah suatu paham ekonomi yang lebih menghendaki

pertumbuhan ekonomi seiring dengan falsafahnya. Artinya konsep tentang

ekonomi kerakyatan dari pemikiran Bung Hatta menghendaki idealisme

pembagian penguasaan sumber daya ekonomi yang lebih luas dan merata serta

tepat sasaran agar kemakmuran dan keadilan menjadi milik setiap umat, bukan

milik segelintir orang (individualisme) ataupun kolompok tertentu.

Oleh karena itu, telaah yang penulis uraikan dari beberapa pemikiran

yang ada, ekonomi kerakyatan merupakan sebuah pemikiran baru dalam

22 Revrisond Baswir, Agenda Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997,

hlm. 4. 23 Julius Bobo, Transformasi Ekonomi Rakyat, Jakarta : Pustaka Cidesindo, Cet. Ke-1,

2003, hlm. 48.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

17

perekonomian sejarah Indonesia, walaupun sebenarnya pemikiran tersebut

sudah muncul sejak sekian abad kemerdekaan Indonesia. Diskripsi tersebut,

menurut hemat penulis belum pernah dikaji oleh penulis sebelumnya,

sehingga patut untuk dikaji lebih komprehensif sebagai konsep dalam

merangka pengembangan ekonomi yang bernilai dan berjiwa Islam.

E. Metode Penelitian

Studi ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research)

yaitu24 penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah atau mengkaji

sumber-sumber kepustakaan khususnya mengenai ekonomi kerakyatan

menurut Bung Hatta, oleh karena itu penelitian ini akan lebih menekankan

pada pendekatan kualitatif.

Jenis dari studi ini adalah studi teks, yaitu mengkaji dan

mendiskripsikan dari berbagai teks yang bersifat ilmiah, baik berupa buku-

buku ilmiah maupun dari sumber tulisan lain yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Adapun untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan data buku

primer dan sekunder. Kaitannya dengan studi ini buku primer yang

dipergunakan adalah buku yang berjudul “Ekonomi Kerakyatan“ Karya

Melanie Sritua Arief (ed). Sedangkan buku sekunder yang penulis gunakan

adalah buku-buku dan naskah pidato dari karangan Bung Hatta sendiri yang

telah disadur originil oleh tokoh-tokoh sekarang, serta karya buku lain yang

24 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research I, Yogyakarta, : Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM, 1987, hlm. 9.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

18

relevan dengan pembahasan penelitian ini.

Untuk mengumpulkan data dalam studi ini, penulis menggunakan

metode dokumenter,25 yakni mencari dokumen sejarah tentang Bung Hatta

yang berupa tulisan ataupun sejenisnya.

Di samping itu penulis juga mencari buku-buku karya tokoh-tokoh

ekonomi yang kompeten terhadap pemikiran ekonomi Bung Hatta secara

umum, seperti Mubyarto, Dawam Rahardjo, Adi Sasono dan Sarbini

Sumawinata serta tokoh-tokoh ekonomi lainnya, baik yang pro maupun

kontra.26 Dengan melalui analisa tulisan mereka sebagai jawaban ataupun

disiplin ilmu lain yang dianggap perlu. Yakni guna analisis banding terhadap

pemikiran Bung Hatta tentang ekonomi kerakyatan dan koperasi, sampai

dimana implementasi real dari sebuah ilmu pengetahuan tersebut.

Dalam upaya mendiskripsikan dan menganalisis permasalahan,

penulis menggunakan metode content analysis ; metode ini dimaksudkan

untuk menganalisis makna yang terkandung dalam pemikiran Bung Hatta, isi

yang terkandung dalam pemikiran ini kemudian dikelompokan melalui tahap

identifikasi, klasifikasi, dan kategorisasi kemudian dilanjutkan dengan

interpretasi.27

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :

Renika Cipta, 1998, hlm. 263 26 Mereka adalah Pakar, Pengamat sekaligus Peneliti dan Dosen pada Perguruan Tinggi

Negeri di Indonesia. 27 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, Edisi ke-3,

1996, hlm. 9

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

19

F. Sistematika Penelitian

Dalam penulisan sistematika penelitian ini, penulis mengacu pada

buku pedoman yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ ah Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Adapun gambaran dari sistematika

penelitian ini, diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi tentang : A. Latar Belakang Masalah., B.

Perumusan Masalah., C. Tujuan Penelitian., D. Telaah Pustaka., E.

Metode Penelitian., dan F. Sistematika Penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BUNG HATTA

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum tentang obyek yang

diteliti seperti : A. Biografi Singkat Bung Hatta yang memuat ; 1.

Masa Kecil dan Remaja., 2. Masa Pendidikan.dan Pergerakan., B.

Dasar-Dasar Jejak Langkah Pemikiran Bung Hatta yang memuat ;

1. Konsep Bung Hatta tentang Negara., 2. Konsep Bung Hatta

tentang Keadilan Sosial., C. Karya-Karya Bung Hatta.

BAB III PEMIKIRAN BUNG HATTA TENTANG EKONOMI

KERAKYATAN

Bab ini menguraikan tentang : A. Sejarah Konsep Ekonomi

Kerakyatan., B. Pemikiran Bung Hatta tentang Ekonomi

Kerakyatan dan Rakyat., C. Koperasi sebagai Wadah Organisasi

Ekonomi Kerakyatan dan Rakyat.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

20

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN BUNG HATTA TENTANG

EKONOMI KERAKYATAN DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT

Pada bab ini menguraikan analisis tentang : A. Implementasi

Pemikiran Ekonomi Kerakyatan Bung Hatta dalam Pemberdayaan

Ekonomi Umat, B. Ekonomi Kerakyatan Implikasi dari Penerapan

Nilai-Nilai Ajaran Kultur Islam.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir ini memuat tentang kesimpulan dari bab yang ada

sebelumnya. Bab ini pula merupakan intisari dari pemikiran yang

diuraikan. Berupa pokok-pokok dari jawaban atas permasalahan

yang penulis ajukan. Lalu bab ini pula diberikan saran-saran ilmiah

dari berbagai kekurangan yang ada, sehingga dengan demikian

akan memudahkan penelitian lebih lanjut. Kemudian disajikan

lampiran-lampiran yang dianggap perlu.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

21

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

22

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BUNG HATTA

A. BIOGRAFI SINGKAT BUNG HATTA

Bung Hatta tokoh yang dikenal dengan sikap hidup santun, hemat,

sederhana dan jujur, ini lahir di Kampung Aur, Tanjungkarang, Bukittinggi,

Sumatera Barat, tanggal 12 Agustus 1902 dari pasangan Angku Bule Syekh

Batu Hampar yang juga dikenal dengan sebutan Haji Muhammad Djamil dan

Ibunya Siti Saleha.1

Ayah Bung Hatta adalah keturunan ulama besar di Tanah

Minangkabau dan berasal dari Batu Hampar, dekat Paya Kumbuh. Sedangkan

Ibunya berasal dari keluarga kaya Bukittinggi, anak seorang pedagang, Ilyas

Bagindo Marah. Ia adalah mamak Bung Hatta yang kaya raya di Bukittinggi

dan mempunyai pengaruh besar bagi keluarga, kalangan masyarakat

Sumatera Barat dan kaum para pendatang bagi timur asing dan barat.2

1 E. Fujiachirusanto, “ Peran dan Sosok Bung Hatta “, dalam Dialetika Perkembangan

Sejarah Bangsa Indonesia, dalam Wawasan, 12 Agustus 2002, hlm. 1

2 Tugiyono KS (eds), Dwi Tunggal Soekarno-Hatta Pahlawan Proklamator Kemerdekaan

Indonesia, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, Cet. Ke-1, 1998, hlm. 67.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

23

Nama Bung Hatta sesungguhnya ialah Muhammad Athar. Athar itu

sebuah kata Arab; artinya harum ( Minyak Wangi ). Dalam keluarga dan

masyarakat Minangkabau, panggilan kebiasaan sehari-hari, kata Athar

diucapkan Atta, sehingga lama kelamaan dengan tanpa dirasakan berubah

dengan sendirinya menjadi Hatta.3

Seiring dengan perkembangan psikologis Bung Hatta dalam berpikir,

para penulis mengabadikan dalam masa-masa tertentu, sebagaimana dalam

uraian sebagai berikut :

1. Masa Kecil dan Remaja.

Bung Hatta pada masa kecil hidup dalam keluarga yang berada, serba

mewah dan dimanjakan oleh keluarganya. Apalagi Bung Hatta adalah anak

laki-laki tunggal. Pada umur delapan bulan Hatta sudah menjadi anak

yatim, ayahnya wafat dalam usia 30 tahun. Kemudian Siti Saleha menikah

kembali dengan Mas Agus Haji Ning. Haji Ning adalah seorang pedagang

dari Palembang, ia sudah sering berhubungan dagang dengan Ilyas

Bagindo Marah. Dari perkawinan itu mereka dikaruniai oleh Tuhan empat

orang anak perempuan. Bung Hatta adalah anak laki-laki tunggal dalam

keluarga itu, semula oleh Bung Hatta, Haji Ning adalah dianggap sebagai

ayah kandungnya.4

Meskipun Bung Hatta dimanjakan, tetapi ia sendiri tidak menjadi anak

3 Ibid.

4 Deliar Noer, Biografi Politik Bung Hatta, Jakarta: LP3ES, 1990, hlm. 15.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

24

yang manja. Artinya Bung Hatta sama sekali tidak bandel, malas atau

cengeng. Pada masa kecilnya pula Bung Hatta bersikap tenang, bahkan

pendiam dan tidak banyak bicara kalau tidak perlu. Watak semasa kecil ini

tetap dibawanya sampai menjadi remaja, dewasa dan orang tua. Bung

Hatta dikenal disiplin, selalu bekerja menurut waktu yang tepat, saleh

dalam beragama dan teguh dalam pendiriannya watak demikian sudah

nampak benih-benihnya pada masa kecilnya dan terus berkembang

sepanjang hidupnya.5

Sedangkan ketika remaja Bung Hatta tidak merasa terikat dengan

sistem adat Minang kabau yang bersifat matrilineal. Dari keluarga kedua

belah pihak membebaskan dan mendorong dirinya untuk meluaskan

pandangannya melampui tempat asalnya. Hal ini diketahui dan diperkuat

oleh pengalamannya sebagai pemuda dimulai di Padang ketika bersekolah

di Europese Logere School (ELS) tahun 1913 dan lulus tahun 1916, dan

kemudian dilanjutkan di Meer Uitgebried Luger Onderwijs (MULO) pada

tahun 1917. Semasa remaja, di Padang Bung Hatta sudah banyak

pengalaman yang didapat bagi masa depannya, dimulai bergerak dari

masyarakat dalam sekolahnya sebagai ketua perkumpulan olah raga,

menjadi anggota kaum muda Sumatera yang dinamakan Jong Sumatranen

Bond. Bung Hatta tertarik pada perkumpulan ini, karena salah satu misinya

dalam deklarasi itu mengungkapkan isinya yang berbunyi memajukan

5 Tugiyono KS (eds), Op. Cit., hlm. 68.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

25

bangsa dan tanah air, bagi ia ungkapan tersebut bukan dianggap sebagai

slogan atau formalitas saja. Artinya, apa yang dibacanya. Dalam hati

nuraninya Bung Hatta begitu tersentuh pada kata-kata tersebut dan ia

berjanji akan melaksanakannya. Hal ini sudah terbukti pada saat

perjuangan melawan penjajah hingga sampai mendampingi Bung Karno

membacakan naskah proklamasi kemerdekaan atas nama bangsa

Indonesia.6

2. Masa Pendidikan dan pergerakan.

Pendidikan formalnya dimulai pada awal umur lima tahun, Bung

Hatta sudah masuk pada sekolah taman kanak-kanak atau sekolah Frobel.

Setahun kemudian ia bersekolah di Sekolah Rakyat atau ELS ( Europese

Lagere School ) di Bukittinggi selama dua tahun. Pagi ia belajar di

Sekolah tersebut, sore hari ia belajar bahasa Belanda, karena cita-cita

orang tuanya kelak Bung Hatta akan dimasukan di Sekolah Belanda.7

Semasa kecil oleh neneknya bernama Siti Aminah ia diarahkan,

sesudah maghrib untuk belajar mengaji kepada Syekh Muhammad Djamil

Djambek asal Bantam( 1860-1947 ) dan Haji Abdullah Ahmad ( 1878-

1933 ). Sejak itulah ia diasuh dan dibimbing serta dididik belajar membaca

al- Qur’an hingga sampai menamatkannya. Setelah menyelesaikan belajar

al- Qur’an, di tempat yang sama Bung Hatta mendapat pelajaran Nahwu,

6 Deliar Noer, Loc. Cit.

7 Tugiyono KS (eds), Loc. Cit.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

26

Fiqh dan Tafsir. Selain belajar kepada kedua guru tersebut, Bung Hatta

juga belajar agama Islam dari Syekh Arsyad.8

Setelah sekolah di Europese Lagere School ( ELS atau Sekolah

Rakyat ) selama dua tahun, selanjutnya Bung Hatta masuk MULO ( Meer

Uitgrabeid Luger Onderwijs atau Sekolah Menengah Pertama ) di Padang

dan dapat menamatkannya pada tahun 1919. Kemudian setelah

menamatkan dari MULO Bung Hatta melanjutkan kembali studinya di

Handels Midlebare School ( HMS atau Sekolah ) di Betawi ( Jakarta ),

dengan mengambil jurusan dagang, dan lulus dengan baik pada tahun

1921. Pada tahun yang sama ia melanjutkan juga studinya di Handels

Hogere School ( Sekolah Tinggi Ekonomi ) di Rotterdam Belanda, dari

sini Bung Hatta memperoleh gelar sarjana muda. Disamping itu, karena

tuntutan aktif kegiatan di organisasi Perhimpunan Indonesia yang

merupakan wadah organisasi gerakan nasional yang progresif sebagai

tempat bernaung para mahasiswa Indonesia di Belanda, Bung Hatta pindah

kejurusan ekonomi kenegaraan, walaupun pada akhirnya Bung Hatta

mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan studinya hingga baru

tahun 1932 Bung Hatta dapat memperoleh gelar sarjana ekonomi. Di

Belanda juga, pada tahun 1925 Bung Hatta masih sempat mengikuti kuliah

pada Ilmu Hukum Konstitusi di Rotterdam Belanda. Didalam keaktifannya

sebagai anggota di Perhimpunan Indonesia ( PI ) yang pada awalnya PI

8 Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Jakarta: Nada Utama, 1993,

hlm. 771.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

27

bernama Indische Veriniging kemudian berubah kembali menjadi

Indonesiche Veriniging, selama empat tahun berturut-turut ( 1926 – 1930 )

Bung Hatta menjabat sebagai ketua, namun sampai akhirnya

mengundurkan diri karena PI yang di bawah Rustam Efendi berorientasi

kealiran Komunisme.9

Selain di PI Bung Hatta juga aktif dalam majalah Hindia Putra (

kemudian berubah menjadi Indonesia Merdeka ) yang dimulai dari

menjadi anggota sampai menjabat bendahara merangkap anggota.

Aktivitas politik Bung Hatta mulai muncul pada tahun 1926-1930 saat

menjadi Mahasiswa di Rotterdam Belanda dengan aktif di Perhimpunan

Indonesia dan juga aktif di dalam perjuangan mencapai kemerdekaan

Indonesia.10

Pada akhir tahun 1927, dia bersama Ali Sastroamidjojo, Mohammad

Natsir Pamuntjak dan Abdul Madjid Djojodiningrat di tahan oleh

pemerintah Belanda selama lima setengah bulan di Den Haag karena

aktivitas politiknya dengan tuduhan sengaja menghasut pemerintah Hindia

Belanda, kemudian dengan pidato pembelaan Bung Hatta yang berjudul

Indonesia Vrij ( Indonesia Merdeka ) pada bulan maret 1928 Bung Hatta

beserta kawan-kawannya dibebaskan.11

9 Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid VI, Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989, hlm.

362. 10 Ibid.

11 Ibid., hlm. 365.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

28

Tahun 1932 Bung Hatta kembali ke Indonesia dengan membawa gelar

sarjana ekonomi. Bersama Sutan Sjahrir membentuk dan mendirikan partai

PNI ( Pendidikan Nasional Indonesia ) dengan tujuan perjuangannya

adalah pengkaderan watak dari kepemimpinan. Tahun 1934, dia di tahan

oleh pemerintah Hindia Belanda di Penjara Glodok Jakarta, kemudian

pada Bulan Desember di pindahkan ke Boven Digul selama satu tahun dan

selanjutnya di pindahkan lagi ke Banda Naira selama enam tahun. Pada

bulan Pebruari tahun 1942 dipindahkan ke Sukabumi sewaktu pasukan

Jepang mendarat di Ambon. Pada tahun yang sama Bung Hatta

dibebaskan, bersamaan dengan pendudukan pasukan Jepang di Indonesia

ia menjadi penasehat tentara.12

Pada tahun 1945, bersama dengan Ir. Soekarno memproklamasikan

kemerdekaan Negara Republik Indonesia, kemudian Ir. Soekarno diangkat

menjadi Presiden dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden, sampai tahun

1948, pada tahun 1949 selain sebagai Wakil Presiden Bung Hatta

merangkap jabatan sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan.

Bulan Agustus sampai Nopember 1949, dia memimpin delegasi Republik

Indonesia ke Den Haag Belanda untuk mengikuti Konferensi Meja Bundar

( KMB), hingga pada tanggal 27 Desember tahun yang sama menerima

12 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional ( dari Budi Utomo sampai Proklamasi

1908-1945), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, hlm. 150.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

29

penyerahan kedaulatan Republik Indonesia dari Ratu Juliana.13

Setelah pemilihan DPR dan Konstituante oleh rakyat pada tahun 1956,

Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden dengan

kehendak dan kesadaran sendiri. Sejak itu bukan berarti perjuangannya

mempertahankan kemerdekaan Indonesia berhenti. Akan tetapi

dilakukannya melalui pendidikan, dengan mengajar diberbagai Universitas

dan Perguruan Tinggi seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas

Hasanudin,Universitas Padjajaran dan juga di SESKOAD. Dengan

kegiatan ilmiah yang dilakukan inilah Bung Hatta memperoleh gelar

Dokter kehormatan (H.C) yang pertama kali dari Universitas Gadjah Mada

( 27 Nopember 1956 ).14

Kesibukannya mengajar diberbagai Universitas dilakukannya secara

kontinue sejak tidak menjabat sebagai pejabat negara. Tahun 1969 oleh

Presiden Soeharto dia diangkat sebagai penasehat komisi IV tentang

masalah korupsi, dan tahun 1972 Bung Hatta menerima tanda jasa Bintang

Republik. Pada tahun 1975 ditunjuk menjadi ketua Panitia Lima atau

Panitia Pancasila yang dibentuk atas anjuran Presiden dan bertugas

melakukan penafsiran tunggal mengenai Pancasila. Kesibukannya

mengajar diberbagai Universitas, hingga gelar Doktor Kehormatan

13 Ibid.

14 Wahidin Said, Studi Perbandingan tentang Koperasi Menurut Muhammad Hatta

dengan Koperasi menurut Mahmud Syaltout, dalam Skripsi, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2002, hlm. 66.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

30

kembali diperoleh dari Universitas Hasanudin tanggal 9 September 1973

dan Universitas Indonesia dalam Ilmu Hukum tanggal 30 Agustus 1975.15

Bung Hatta wafat pada hari jum’at tanggal 14 Maret 1980 di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo dalam usia 78 tahun, sesuai dengan

keinginannya apa bila dia meninggal agar dimakamkan ditengah-tengah

rakyat, maka dia pun dimakamkan dipemakaman umum Tanah Kusir

Jakarta Selatan. Bung Hatta wafat dengan meninggalkan seorang istri

Rahmi Hatta dan tiga orang putri ( Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah

Hatta dan Halidah Nuriah Hatta ).16

Bung Hatta adalah seorang yang mempunyai integritas pribadi tinggi,

meskipun dididik sebagai seorang ekonom di negeri Belanda, namun

perhatiannya terhadap masalah, hukum, politik dan filsafat begitu besar

hingga sumbangannya terhadap pembentukan Undang-undang Dasar 1945

juga sangat besar.

Sebagai seorang pemimpin Bung Hatta memegang prinsip, bahwa

tugas seorang pemimpin demokrat ialah, mencarikan pengganti

secepatnya. Makin cepat makin lebih baik seorang pemimpin digantikan,

itu merupakan suatu tanda bahwa demokrasi hidup. Hidup seorang

terbatas, tetapi hidup pergerakan atau negara harus terus-menerus berjalan,

jangan sampai nasib negara tergantung pada seorang pemimpin.

15 Ibid.

16 Suhartono, Loc. Cit.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

31

D. JEJAK LANGKAH PEMIKIRAN BUNG HATTA

1. Dasar-Dasar Pemikirannya.

Pemikiran-pemikirannya lebih banyak dikemukakan melalui tulisan

dan pidato, terutama sejak ia menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia ( PI ) di

Rotterdam Belanda, ia menulis dalam Indonesia Vrij ( Indonesia Merdeka ),

Majalah PI, dan berkala lain, terutama yang diterbitkan oleh kalangan sosial

Belanda, seperti ; De Socialist, De Vlam, Recht en Vrijheid di negeri Belanda;

dan berkala yang terbit di Indonesia, termasuk Persatuan Indonesia, ( Berkala

Partai Nasional Indonesia ), dan Daulat Rakyat ( Berkala Pendidikan Nasional

Indonesia ). Dalam berkala Indonesia ini, tulisan Bung Hatta bukan saja

mengikuti perkembangan di tanah air, melainkan memberi pendapat dan

saran tentang perkembangan tersebut.17

Indonesia beruntung memiliki seorang Bung Hatta, dibalik segala

kesederhanaannya, Bung Hatta memiliki pemikiran yang melampui anak-

anak muda pada zamannya, ia memang bukan anak muda terasing.

Lompatan-lompatan pemikirannya berjalan sesuai dengan perkembangan

hidupnya, dari bujang muda di Minangkabau, Bung Hatta pindah ke Jakarta

dan mendapat lingkungan Internasional pada usia 22 tahun, lingkungan inilah

yang kemudian membentuk ia sebagai sosok yang rasional dan

17 Deliar Noer, Op. Cit., hlm. 53.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

32

kosmopolitan.18

Jarak waktu perjuangan Bung Hatta dan generasinya adalah selama

37 tahun, 1908 – 1945, bandingkan dengan jarak waktu perlawanan yang

dilakukan oleh strategi pendahulunya dengan menggunakan strategi otot yang

memerlukan waktu kurang lebih 300 tahun, abad 17 sampai dengan abad ke-

19, dengan ujung akhir kekalahan yang memedihkan, dari sinilah yang

kemudian disebut sebagai sejarah tonggak pergerakan nasional.

Lebih jauh perkembangan dari periode itu, sejarah pergerakan

nasional ini terbagi pada dua bagian periode, yaitu pertama, 1908 – 1927,

yaitu yang melahirkan Budi Utomo, Indische Partij, Sarekat Islam, PKI, dan

lain-lain; periode pertama ini berakhir dengan pembrontakan Silungkang pada

Januari 1927. Selanjutnya periode kedua dimulai dengan pembentukan PNI

oleh Ir. Soekarno dan para kawan-kawannya.19

Bung Hatta yang pada kurun waktu 1925 – 1930 menjadi ketua

Perhimpunan Indonesia ( PI ), sebuah organisasi pelajar dan mahasiswa yang

belajar dinegeri Belanda menjadi isi pledoinya sebagai visi dan misi

organisasi yang ia pimpin. Beberapa program Perhimpunan Indonesia ( PI )

yang kelak menjadi dasar Bung Hatta dewasa ketika menelorkan konsep

perekonomian Indonesia lewat pasal 33 UUD 1945 itu diantaranya ; Pertama,

memajukan perekonomian lewat koperasi, pertanian dan bank-bank rakyat.

18 Adnan Buyung Nasition, “ Jejak Pemikiran Bung Hatta dalam UUD 1945 “, dalam

Jacob Oetama (eds), Bung Hatta, Jakarta: Buku Kompas, 2003, hlm. 237.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

33

Kedua, memajukan kerajinan nasional atas dasar koperasi. Ketiga,

penghapusan sistem pajak bumi. Keempat, penghapusan tanah partekelir

dalam waktu dekat. Kelima, pengaturan kewajiban membayar pajak yang adil

dengan membebaskan petani, petani yang memiliki tanah kurang dari

setengah bahu dari pembayaran pajak.20

Dari lima pasal tersebut yang menjadi landasan gerak organisasi

perhimpunan Indonesia ini jelas sekali jauh-jauh hari Bung Hatta

berkeinginan negerinya kelak jika sudah merdeka menumbuhkan

perekonomian negerinya pada ekonomi kerakyatan yang digerakan melalui

koperasi. Pada pasal-pasal tersebut jelas sekali warna sosialisme Bung Hatta

lewat klausul membebaskan pajak bagi petani yang memiliki tanah kurang

dari setengah bahu serta penghapusan tanah partekelir yang bisa jadi

penterjemahan ia atas landreform. Kelak ditahun 1960, muncul UU No. 5 /

1960 tentang UUPA ( Undang-Undang Pokok Agraria ) yang merupakan

salah satu undang-undang yang berpihak pada rakyat. Begitu juga UU No. 25

tahun 1992 tentang koperasi, jelas perundang-undangan tersebut bertolak dari

lompatan-lompatan berpikir Bung Hatta yang jauh mendahului generasinya.

Karena semangat dan perundang-undangan tersebut telah dipikirkan pemuda

Bung Hatta pada tahun 1928.21

19 Anhar Gonggong, Beralternatif diTengah Krisis ( Mengikuti Cara Baik Bung Hatta ),

Yogyakarta: Komunikasi Ombak, 2002, hlm. 9. 20 E. Fudjiachirusanto., Loc. Cit.

21 Ibid.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

34

Idiologi, keyakinan yang menjadi pegangan perjuangan itulah,

menjadi landasan perjuangan para pendahulu, yang memberikan visi yang

akan dicapai wujudkan dihari depan, merupakan mata rantai paling bersejarah

dilihat dari segi perjuangan saat itu. Sehingga dalam periode Sejarah

Pergerakan Nasional( PNI ) itulah, para pemimpin tercerahkan untuk

mengembangkan ideologi perjuangan masing-masing dan disebarkan

ketengah-tengah rakyat pengikutnya.

Ideologi yang berkembang dalam periode Sejarah Pergerakan

Nasional saat itu dapat dikatakan menginduk pada tiga kekuatan khusus, yaitu

; Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Tetapi dengan catatan bahwa jenis

ideologi tersebut masing-maing berkembang pula cabang-cabangnya. Sebagai

misal, Marxisme paling tidak memiliki tiga cabang, yaitu Sosial Demokrat,

Komunisme, Murbais. Sedang dalam perkembangannya kemudian dari

ideologi nasionalisme yang menjadi ideologi PNI, Partindo, telah dirumuskan

apa yang kini dikenal dengan Marhaenisme oleh Ir. Soekarno.

Dari keterangan tersebut, maka didalam periode Sejarah Pergerakan

Nasional tahun 1900, 1908 dan 1945, para pemikir dan pemimpin pergerakan

telah menempuh cara baru didalam perjuangan untuk menjadi bangsa dan

menjadi merdeka, yaitu apa yang sebelumnya disebut didepan dengan strategi

rasional atau strategi otak. Pada periode inilah para tokoh Pergerakan

Nasional memperjuangkan kemerdekaan, diantara salah satunya adalah Bung

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

35

Hatta.22

Bung Hatta yang merupakan salah satunya diantara tokoh-tokoh

Pergerakan Nasional, ia tampil dengan segala keunikannya, baik dilihat dari

segi pemikirannya maupun dari segi tingkah laku kemanusiaannya, dalam arti

sebagai manusia politik dan sebagai warga biasa ditengah-tengah bangsa-

negaranya yang dalam penegakannya, Bung Hatta telah memberikan

pertanda-tanda yang tidak dapat dihapuskan didalam sejarah, oleh siapapun !

Hal itu terbukti dengan pledoi yang berjudul Indonesie Vrij (

Indonesia Merdeka ), disini Bung Hatta memposisikan diri sebagai seorang

pemuda negeri jajahan yang bersekolah di negeri penjajahnya dalam melihat

pertarungan dua ideologi besar kapitalisme disatu sisi dan sosialisme/

komunisme disisi yang lain berkecamuk dahsyat diawal abad 20.

Pandangannya mengenai kolonialisme bagi Bung Hatta adalah

perluasan ( extended ) dari rakusnya kapital. Kapitalisme yang memuncak

menuju kematangannya, akan dengan sendirinya mencari wilayah lain untuk

perluasan eksistensi perluasan kapital. Kolonialisme dengan demikian harus

dilihat sebagai anak kandung kapitalisme.23

2. Bung Hatta Tentang Negara.

Bagaimana daya jangkau pemikiran Bung Hatta yang jauh ke depan

dapat terlihat pada pergulatan pemikiran Bung Hatta dengan Soepomo dalam

22 Anhar Gonggong., Op. Cit., hlm. 10.

23 E. Fudjiachirusanto., Loc. Cit.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

36

merumuskan pasal-pasal UUD 1945 sebagaimana yang dikenal sekarang ini,

paling tidak jejak pemikiran Bung Hatta yang kini tertuang dalam UUD 1945

mencakup beberapa hal ;

Pertama, didalam naskah mukadimah UUD 1945 kedua mengenai pasal yang

menyangkut hak-hak warga negara yang meliputi pasal 26, 27, dan 28.

Ketiga, yang berkaitan dengan jaminan negara untuk masalah kesejahtraan

rakyat ( demokrasi ekonomi ), yang meliputi pasal 33 dan 34, tapi bukan

dalam pengertian etatisme.24 Keempat, kepiawaian Bung Hatta dalam

mempengaruhi tokoh-tokoh Islam agar mencabut tujuh anak kalimat

bersyarat dalam naskah pembukaan UUD 1945 yang semula berbunyi ; “

Dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya “

menjadi kata “ Ketuhanan Yang Maha Esa “.25

Khusus persoalan butir keempat tersebut, Bung Hatta memiliki

pertimbangan obyektif dan subyektif, yang mungkin dapat menjadi bahan

pemikiran anggota MPR sekarang, pertimbangan obyektifnya karena

berdasarkan aspirasi yang berkembang antara lain didukung oleh laporan

intelijen Jepang, bahwa diwilayah-wilayah yang bukan basis Islam seperti

Sulawesi Utara, sebagian Maluku, dan NTT ( Nusa Tanggara Timur ), tidak

akan menggabungkan diri ke wilayah Indonesia apabila tujuh kata itu tidak

24 Etatisme adalah suatu sistem dalam mana negara beserta aparatur ekonomi negara

bersifat dominan dan mendesak serta mematikan dari potensi daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor negara.

25 Adnan Buyung Nasution, Op. Cit., 239.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

37

dihapus dari pembukaan UUD 1945 dan pasal 29 UUD 1945.

Sedangkan pertimbangan subyektifnya adalah penghayatan Bung

Hatta yang mendalam mengenai hakekat demokrasi selama tinggal di Eropa,

dimana masalah agama merupakan urusan pribadi yang terpisah dari campur

tangan negara. Sejak menjadi tokoh pemimpin pergerakan di Eropa, antara

lain pernah mengetuai Perhimpunan Indonesia ( PI ), Bung Hatta dengan

tepat merumuskan nilai-nilai demokrasi yang tidak dapat diganggu gugat,

antara lain membuka kran partisipasi yang luas bagi rakyat tanpa

membedakan latar belakang sosial suku dan agama. Selain itu, pencantuman

kata Syari’at Islam juga menunjukan sikap diskriminatif terhadap golongan

minoritas yang bukan Islam.26

Pada tanggal 11 Juli 1945 perdebatan mengenai UUD 1945

khususnya klausul pasal 29 memang sudah dipersoalkan sebelumnya oleh

Latuharhary dan didukung oleh Wongsonegoro serta Djajadiningrat, maka

Bung Hatta hanya mengakomodir usulan agar tujuh kata dalam piagam

Jakarta dihapuskan dari mukadimah dan pasal 29 UUD 1945 tersebut.

Pada rapat BPUPK, 31 Mei 1945, Soepomo berpidato tentang teori-

teori negara. Pertama disebutnya Teori Negara Individualistis yang

dikembangkan oleh Thomas Hobbes, Jhon Locke, J.J. Rousseau, Herbert

Spencer, dan H.J. Laski yang berlaku di Eropa Barat dan Amerika. Kedua,

Teori Pertentangan Kelas sebagaimana yang diajarkan oleh Karl Marx. Dan

26 Ibid.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

38

ketiga, Teori Integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Hegel dan Adam

Muller. Teori ini mengungkapkan bahwa, “ Negara ialah susunan masyarakat

yang integral, segala golongan, segala bagian, segala anggotanya berhubugan

erat satu sama lain dan merupakan persatuan masyarakat yang organis “.27

Soepomo menegaskan, yang terpenting dalam negara integralistik ini

adalah penghidupan bangsa secara keseluruhan. Negara tidak memihak

sesuatu golongan yang paling kuat, atau paling besar, tidak menganggap

kepentingan seorang sebagai pusat, akan tetapi negara menjamin keselamatan

hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisah-

pisahkan.

Berdasarkan perbandingan teori-teori negara itu, Soepomo

berpendapat bahwa teori negara integralistik sesuai dengan dengan lembaga-

lembaga sosial yang asli dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Struktur

kebhatinan (kerohanian) bangsa Indonesia, menurutnya bercorak persatuan

hidup, persatuan kawulo gusti, persatuan antara dunia luar dan dunia bhatin,

persatuan antara makrokosmos dan mikrokosmos, antara rakyat dan

pemimpinnya. Dengan demikian Soepomo yang ditunjuk sebagai salah satu

tim penyusun naskah UUD 1945, menghendaki suatu negara yang totaliter.

Bagi Bung Hatta tidak secara diametral menolak ide negara

kekeluargaan sebagaimana yang diusulkan oleh Soepomo, kendati itu

bertentangan dengan konsepsi negara pengurus yang digagasnya. Bung Hatta

hanya mengingatkan, bahwa dalam satu kelaurga pun ayah mesti mendengar

27 Ibid., hlm. 243.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

39

perasaan dan pikiran anaknya yang berkembang dalam diri sang anak.

Dengan kata lain, Bung Hatta menerima UUD 1945 bukan karena

isinya sudah sesuai dengan cita-citanya dalam perjuangan kemerdekaan.

Sebagai sarjana didikan Belanda tentu Bung Hatta melihat keganjilan-

keganjilan yang ada pada naskah UUD 1945, terutama dalam pasal-paalnya

yang terlalu sederhana dan mudah ditafsirkan untuk kepentingan apa saja

yang diinginkan oleh penguasa.

Namun bila melihat konteks pemikiran yang berkembang saat UUD

1945 dirumuskan, pandangan dan gagasan Bung Hatta ini paling tidak sudah

merupakan perjuangan maksimal, mengingat semangat yang berkembang

pada saat itu menganggap bahwa hak asazi manusia dan demokrasi yang

berlaku didasari oleh semangat individualisme yang melahirkan kapitalisme

dengan spirit free figh liberalism 28 dan berujung pada imperialisme.

3. Bung Hatta Tentang Keadilan Sosial.

Pandangannya mengenai kolonialisme bagi Bung Hatta adalah

perluasan ( extended ) dari rakusnya kapital. Kapitalisme yang memuncak

menuju kematangannya, akan dengan sendirinya mencari wilayah lain untuk

perluasan eksistensi perluasan kapital. Kolonialisme dengan demikian harus

dilihat sebagai anak kandung kapitalisme.29

28 Spirit Free Figh Liberalism adalah suatu sistem yang menumbuhkan eksploitasi

terhadap manusia, dan bangsa lain dan yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural posisi Indonesia dalam ekonomi dunia.

29 E. Fudjiachirusanto, Loc. Cit.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

40

Dalam kaitannya dengan kapitalisme, sebagai intelektual yang lahir

ditengah-tengah penindasan kapitalisme dan kolonialisme, Bung Hatta

sebagaimana pemimpin pejuang kemerdekaan segenerasinya, bersikap kritis.

Sebaliknya, Bung Hatta juga tidak setuju dengan sistem ekonomi dan politik

sosialis yang berlaku di Uni Soviet dan Cina yang Cenderung etatis. Untuk

itu, pada tahun 1921-1922 Bung Hatta telah melakukan studi mengenai

masalah ekonomi di Inggris, Jerman, dan Swedia. Dalam studinya Bung Hatta

tertarik terhadap bentuk usaha yang dilakukan oleh masyarakat menengah

kebawah di tiga negera tersebut. Bentuk usaha ini disebut koperasi yang

selanjutnya dirumuskan secara umum dalam pasal 33 UUD 1945.30

Bila dikaitkan dengan pidatonya dalam BPUPK mengenai negara

pengurus, Bung Hatta tidak setuju 100 persen bila warga negara hanya

dijamin hak-hak politiknya. Negara juga harus mampu menjamin

kesejahtraan warganya. Hal ini tentu saja bertentangan dengan ide negara

liberal yang hanya menjamin kemerdekaan politik warganya, tanpa

mempersoalkan kesenjangan taraf hidup warga negaranya. Gagasan Bung

Hatta ini sejalan dengan konsep Negara Kesejahtraan. Belakangan, meskipun

kelembagaan Koperasi surut dibalik program privatisasi, namun hal ini

dibarengi adanya pajak progresif, dan berbagai bentuk jaminan sosial lainnya.

Ide semacam ini telah dilaksanakan di hampir semua negara yang sebelumnya

disebut penjajah.

30 Adnan Buyung Nasution, Op. Cit., hlm. 244.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

41

E. BUNG HATTA BAPAK KOPERASI INDONESIA.

Bung Hatta sebagai seorang demokrat berpendapat bahwa

kemerdekaan dapat dicapai melalui mobilisasi ekonomi rakyat, khususnya

melalui koperasi. Atas dasar sejalan dengan meningkatnya kesejahtraan

rakyat maka kemerdekaan politik akan dapat dicapai. Demokrasi dan keadilan

sosial adalah asas perjuangan yang dijunjung tinggi yang digalinya dari kultur

bangsa Indonesia, dari agama yang dipeluknya, dan dari ilmu yang

dikajinya.31

Kalau berbicara lebih lanjut tentang konsep koperasi Indonesia,

rasanya pasal 33 sudah memberikan beberapa patokan, yang pasti ; tinggal

bagaimana garis dalam perundang-undangan yang lebih rendah tingkatnya,

atau mematri peraturan dan kebijaksanaan yang bisa ditempuh.

Menurut Bung Hatta, cita-cita kemerdekaan adalah mencapai

kemakmuran bagi semua rakyat. Sistem ekonomi yang dicita-citakan oleh

bangsa Indonesia dalam perjuangan dulu adalah ekonomi koperasi, dimana

seluruh rakyat dapat diikutsertakan. Sebagaimana diketahui dalam pasal UUD

1945 antara lain ditafsirkan; di negara Indonesia tetap terjamin pemilikan

faktor-faktor ekonomi atau harta benda secara pribadi atau perorangan, juga

ada lapangan gerak bagi perusahaan atau usaha swasta, sejauh hal itu tidak

menguasai hajat hidup orang banyak.32

31 Soehartono, Loc. Cit.

32 Thoby Mutis, Cakrawala Demokrasi Ekonomi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002, hlm.

56.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

42

Unit usaha berbentuk koperasi diusulkan oleh Bung Hatta sebagai

bentuk unit ekonomi rakyat berdasarkan pengamatannya mengenai struktur

sosial dan struktur ekonomi yang ada dizaman kolonial Belanda di Indonesia.

Kembali menurut Bung Hatta, koperasi dan demokrasi bersifat saling

menunjang. Koperasi mempertebal rasa tanggungjawab dalam kehidupan

demokrasi dan demokrasi yang berakar baik menyuburkan kehidupan

koperasi. Dalam hal ini, ada terdapat tiga alur pendapat di Indonesia

mengenai eksistensi koperasi sebagai bangun usaha dalam sistem ekonomi

Indonesia, yaitu alur pendapat yang menginginkan hapusnya koperasi, alur

pendapat yang mempertahankan koperasi seadanya saja, alur pendapat yang

dilandasi kesetiaan terhadap cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan

demokrasi ekonomi yang sebenarnya. Alur pendapat yang terakhir ini

didasarkan atas dasar pemahaman dan pengahayatan yang mendalam

mengenai latar belakang pencetus gagasan koperasi sebagai salah satu bentuk

organisasi ekonomi untuk Indonesia yang timbul dari pengamatan Bung Hatta

mengenai realitas sosial-ekonomi di zaman kolonial Belanda di Indonesia dan

analisis Bung Hatta mengenai syarat pokok bagi langgengnya suatu

kehidupan demokrasi politik yang sejati.33

Melihat dari alur pendapat tersebut, konsep Bung Hatta tentang

koperasi dan demokrasi, menegaskan bahwa koperasi yang dengan kekuatan

menyatu diharap bisa menumbuhkan potensi ekonomi para anggota serta

33 Sritua Arief, Ekonomi Kerakyatan Mengenang Bung Hatta Bapak Ekonomi Kerakyatan

Indonesia, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002, hlm. 105.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

43

masyarakat umumnya. Juga dalam bidang koperasi ini lanjut Bung Hatta

melihatnya sebagai suatu sarana pendidikan yang bermata dua ; kesadaran

kemampuan diri serta kesadaran perlunya usaha bersama sebagai cermin dari

apa yang ia sebut Self help (membantu diri sendiri).34

Gagasan tentang koperasi itu sendiri telah dikenal di Indonesia sejak

akhir abad 19, dengan terbentuknya organisasi swadaya (Self-help

Organization) untuk menanggulangi kemiskinan dikalangan pegawai dan

petani, oleh Patih Purwokerto, Tirto Adi Suryo, yang kemudian dibantu

pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi

pemerintah.35

Salah seorang dari pejabat pemerintah Belanda ini adalah Boeke,

yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, selanjutnya menaruh perhatian

pada koperasi, yakni atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial budaya

masyarakat Indonesia, antara sektor modern dan sektor tradisional, ia

berkesimpulan bahwa sistem usaha koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi

dan pada bentuk-bentuk badan usaha kapitalis, pandangan ini selanjutnya

disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda, sehingga pemerintah kolonial itu

mengadopsi kebijaksanaan pembinaan koperasi.36

34 Deliar Noer, Op. Cit., hlm. 66.

35 Dawam Rahardjo, “ Apa Kabar Koperasi Indonesia “, dalam Jacob Oetama (eds), Op.

Cit., hlm. 326

36 Ibid.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

44

Namun demikian, koperasi yang muncul pada saat mencapai puncak

perkembangannya tahun 1933-an, bukanlah hasil dari pembinaan pemerintah

Belanda , tetapi sebaliknya karena dibangun sendiri oleh gerakan kebangsaan

yang dipimpin oleh kaum cendekiawan, dalam hal ini salah satu tokohnya

adalah termasuk Bung Hatta.

Oleh sebab itu, Bung Hatta dalam mencapai kembali kemerdekaan

nasional bangsanya, perjuangan ekonomi tidak boleh ketinggalan dari

perjuangan politik. Keduanya merupakan faktor-faktor yang tidak boleh tidak

mesti harus ada, yakni untuk mencapai cita-cita akhir bangsa Indonesia.

Kalau dilihat pada aspek politik saat perjuangan dan pergerakan

didalam dan luar negeri, Bung Hatta sebenarnya hanya meneruskan tradisi

pemikiran ekonomi generasi sebelumnya. Keterkaitan kepada sistem koperasi

agaknya karena pengaruh kondisi dan situasi Indonesia pada saat terjajah,

kemudian karena hasil pengalaman atas kunjungannya ke negara-negara

Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an.

Meskipun sampai saat ini belum ada dokumen yang menjelaskan

kapan koperasi pertama ada, tetapi yang jelas ia telah lama dikenal. Didaratan

Eropa, koperasi dikenal sebagai Historie Cooperative Institusional,

sedangkan di negara berkembang dalam hal ini termasuk Indonesia ia disebut

sebagai koperasi asli.

Walaupun Bung Hatta sering mengaitkan koperasi dengan nilai dan

lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang koperasi

adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

45

Ia pernah juga membedakan antara “ Koperasi Sosial “ yang berdasarkan asas

gotong-royong dengan “ Koperasi Ekonomi “ yang berdasarkan asas-asas

ekonomi pasar yang tradisional dan kompotitip.

Dalam pasal 33 UUD 1945 sudah tampak, bahwa masalah yang

perlu diurus ialah politik perekonomian, sebagaimana isinya adalah sebagai

berikut :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produki yang penting bagi negara dan menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi, Air dan Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.37

Analisis butir pertama 1 diatas mengenai masalah koperasi.

Perkataan koperasi memang tidak disebut dalam pasal 33 UUD 1945, tetapi

asas kekeluargaan itu ialah koperasi. Istilah asas kekeluargaan itu adalah dari

Taman Siswa, untuk menentukan bagaimana guru dan murid yang tinggal

padanya hidup sebagai suatu keluarga. Demikian hendaknya corak koperasi

Indoensia.38

Jadi jelas sekali, bahwa segala eksplorasi dan eksploitasi segala

kekayaan alam baik diatas, didalam pantai maupun lepas pantai (daratan) dan

semacamnya, boleh saja dikerjakan oleh swasta, kalau negara belum berdaya

37 Mohammad Hatta, “ Pelaksana Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 “, dalam

Soerowo Abdoel Manaf (ed), Republik Indonesia Menggugat, Jakarta: Yayasan Pustaka Grafiksi, 1997, hlm. 322.

38 Ibid.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

46

sepenuhnya; namun kesemuanya itu harus “ dimanfaatkan untuk sebesar-

besar kemakmuran rakyat “. dan sekali-kali tidak untuk kemakmuran dan

kemewahan minoritas elit atasan yang berkuasa.

Maka secara esensial, Bagi Bung Hatta, koperasi bukanlah sebuah

lembaga yang anti pasar atau non pasar dalam masyarakat tradisional.

Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help bagi lapisan masyarakat

ekonomi lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu

koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan

prinsip efesiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi

terbuka, dengan melayani non anggota, walaupun dengan maksud untuk

menarik mereka menjadi anggota koperasi, setelah merasakan manfaat

berhubungan dengan koperasi.

Tampaklah kutipan diatas menunjukan sudah, mengenai sekilas

gambaran konsep umum yang dimaksud. Maka dengan demikian, cara itulah

sistem koperasi akan mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang

tidak ramah terhadap pelaku ekonomi lemah dan kecil dalam melalui

persaingan bebas (Kompotisi). Sehingga bagaimana menjadi sistem yang

lebih bersandar kepada kerjasama atau koperasi, tanpa menghancurkan pasar

kompotetitif itu sendiri.

Untuk itu, konsep tentang koperasi Indonesia dari salah satu hasil

pemikirannya ini, dikembangkan Bung Hatta kemudian dalam

pembuangannya di Banda Neira, dan inilah yang tampaknya menjadi dasar

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

47

pegangan ekonomi kerakyatan sebagai dasar pemikirannya dalam

merumuskan pasal 33 UUD 1945 dari dulu hingga sekarang.

F. KARYA - KARYA BUNG HATTA

Bung Hatta merupakan seorang yang produktif, aktif dan

mempunyai kecerdasan spiritual serta intelektual yang tinggi, dia telah

mengarang lebih dari 40 buah buku. Buku pertama yang di tulis dan

diterbitkan tahun 1926 semasa di Den Haag Belanda berjudul “ Economische

Werelbouw En Macthtstegen Stellingen “ dan tulisannya yang terkenal adalah

“ Portrait of a Patriot “ 39 sedangkan buku-buku yang lain diantaranya

adalah ;

1. Indonesia dan Masalah Kemedekaannya ( L’Indonesie et Son Probleme de’t Independence ) 1928.

2. Indonesia Merdeka ( Indonese Vrij ) 1928.

3. Tujuan dan Politik PNI, tahun 1931. Bersamaan inipula selama memimpin

PNI-Baru, di Jakarta Bung Hatta sempat menulis buku dengan judul Krisis Ekonomi dan Kapitalisme pada tahun 1934.40

Disamping beberapa karya tersebut ada banyak karya lain yang

berupa artikel makalah dan naskah pidato yang telah disadur,dicetak dan

diterbitkan oleh beberapa tokoh-tokoh nasional sekarang dan penerbit,

diantaranya sebagai berikut ;

1. Rasionalisasi, Surabaya; 1939.

2. Mencari Volkend Bond dari Abad ke Abad, Bukittinggi; Penyiaran Ilmu,

39 Wahidin Said, Op. Cit., hlm. 67

40 Ibid.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

48

1939.

3. Bank dalam Masyarakat Indonesia, Bukittinggi; Bank Nasional, 1942.

4. Beberapa Pasal Ekonomi, 2 Jilid, Jakarta; Balai Pustaka, Jilid I cet- 4, 1950 dan Jilid 2 cet- 2, 1951.

5. Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta; Kementerian Penerangan, 1950.

6. Kooperasi Jembatan ke Demokrasi Ekonomi, Jakarta; Kementerian Penerangan, 1953.

7. Dasar Politik Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta; Tintamas, 1953.

8. Meninjau Masalah Kooperasi, Jakarta; Pembangunan 1954.

9. Verspreide Geschriften, Jakarta; Van der Peet, 1952

10. Pengantar ke Jalan Ekonomi Perusahaan, Jakarta; Pembangunan, 1955.

11. Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta; Pembangunan, 1954.

12. Indonesia’s Foreign Policy, Foreign Affairs, No. 3 April, 1953.

13. Kooperasi dan Pembangunan, Jakarta; Kementerian Penerangan, 1956.

14. The Cooperativ Movement In Indonesie, Ithaca, N. Y ; Cornel University Press, 1956.

15. Lampau dan Datang, Jakarta; Djambatan, 1956.

16. Meninjau Sumatera Tengah, Pikiran Rakyat; 3 Juni 1957 dan 24 Juni 1957.

17. Meninjau Tugas Kita, 8 Juli 1957.

18. Pembentukan Kabinet dan Konstitusi, Pikiran Rakyat; 17 April 1957.

19. Rakyat Terpaksa Menderita Akibat Tindakan Gila-gilaan, Indonesia Raya; 27 Desember 1957.

20. Mari Memperbaiki Nasib Sendiri, 9 Maret 1957.

21. The Cooperativ Movement In Indoensia, Ithaca New York; The Modern Indonesian Project, Sontheast Asia Program; Cornel University Press, 1957.

22. Diatas Jalan Yang Salah, Pikiran Rakyat; 13 Agustus 1957.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

49

23. Islam Masyarakat Demokrasi dan Perdamaian, terjemah. L. E. Hakim, Jakarta; Tintamas, 1957.

24. Kumpulan Pidato-Pidato Selama Berkunjung di RRC, Peking; Kedutaan Besar Republik Indonesia, 1957.

25. 25 Tahun Koperasi, 1958.

26. Indonesia Between The Power Bloes, Foreign Affairs; No 3, April 1958

27. Pendidikan Menengah Koperasi, Yogyakarta; Yayasan Pendidikan Koperasi, 1958.

28. Demokrasi Kita, Jakarta; Panji Masyarakat, 1960.

29. Ekonomi Terpimpin, Jakarta; Fasco, 1960.

30. Colonialism and War Danger, Asian Survey; November 1961.

31. Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, Jakarta; Djambatan, 1963.

32. Nuzulul Qur’an, Bandung; Angkasa 1966.

33. Pancasila Jalan Lurus, Bandung; Angkasa, 1966

34. Peranan Pemuda Menuju Indonesia Merdeka, Bandung; Angkasa, 1966

35. Teori Ekonomi, Politik Ekonomi dan Orde Ekonomi, Jakarta; Tintamas, 1967.

36. Pendidikan Nasional Indonesia, Bogor; Melati, 1968.

37. Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, Jakarta; Tintamas, 1969.

38. Perkembangan Koperasi di Indonesia, 1970-an.

39. Abadi Indonesia Raya, Kompas; Pedoman, 14 November 1970.

40. Sesudah 25 Tahun, Jakarta; Djambatan, 1970.

41. The Putera Reports : Problem In Indonesia Japanese Wartime Cooperation, terj. William H. Federick, Ithaca New York; Cornel Modern Indoensia Project, 1971.

42. Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun; Kumpulan Karangan, Jakarta; Pusat Koperasi Pegawai Negeri, 1971.

43. Ekonomi Berencana, Jakarta; Gunung Agung, 1971.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

50

44. Mimpi dan Kenyataan, 10 Agustus 1972..

45. Merata, Jakarta; Yayasan Idayu, 1972.

46. Apa Benar ?” April 1972.

47. Soal Hak Recall, Kompas; 8 Maret 1973.

48. Masihkah Negara Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila, Kompas; 1 Maret 1973.

49. Participation In The Struggle For Indonesia; Independence, Yogyakarta; 1974.

50. Prinsip Ekonomi dan Pembangunan Ujung Pandang; Hasanudin University Press, 1974.

51. Menuju Negara Hukum, Jakarta; Yayasan Idayu, 1975.

52. Indonesia Merdeka, Jakarta; Bulan Bintang, 1976.

53. Bagaimana Caranya Membangun Koperasi Kembali: Pidato pada Musyawarah Kerja Dewan Koperasi Indonesia di Istana Negara, Jakarta; 8 Januari 1976.

54. Uraian Pancasila, Jakarta; Idayu Press, 1977.

55. Pengertian Pancasila, Jakarta; Idayu Press, 1977.

56. Permulaan Pergerakan Nasional, Jakarta; Idayu Press,1977.

57. Bung Hatta Menjawab, peny. Zainul Yasni, Jakarta; Gunung Agung, 1978.

58. Memoir, Jakarta; Tintamas, 1979.

59. Ekonomi Indonesia, ( ISLD ), 15 Juni 1979.

60. Ilmu dan Agama, Jakarta; Yayasan Idayu, 1980.

61. Nama Indonesia ( Penemuan Komunis ), terj. Bagus Siagian, Jakarta; Yayasan Idayu, 1980.

62. Alam Pikiran Yunani, 3 Jilid, Jakarta; Tintamas, 1941-1950: Terbitan dalam Jilid oleh Tintamas, 1982.41

41 Deliar Noer, Op. Cit., hlm. 759-761

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

51

Dari sekian karya tulis terpenting yang dihasilkan Bung Hatta

adalah, pledoinya dihadapan pengadilan Den Haag negeri Belanda pada

tanggal 9 Maret 1928, diantaranya salah satu sekian karya merupakan

cerminan sikap Bung Hatta dalam memahami, melihat pertarungan idielogi

kapitalisme dan Sosialisme/komunisme, yaitu pada pledoi yang diberi judul “

Indonesie Vrij ” ( Indonesia Merdeka ) dalam hal ini ia memposisikan diri

sebagai seorang pemuda negeri jajahan yang bersekolah di negeri

penjajahnya.42

Sebagai seorang pejuang, kelihatannya Bung Hatta lebih banyak

membuat karya tulisnya dengan isi-isi perjuangan dan cita-cita Indonesia

Merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Tetapi demikian pada

dasarnya, kumpulan karangan Bung Hatta yang diterbitkan dalam tahun 1952

terbagi atas dua bagian yang terpisah. Bagian yang pertama terbit pada saat

hari ulang tahunnya yang ke- 50, berisikan karya-karya yang ditulis dalam

bahasa Belanda, serta beberapa buah karya yang ditulis dalam atau pdato

yang diucapkan dalam bahasa Prancis dan Inggris. Hampir seluruh karya-

karya itu ditulis sewaktu Bung Hatta masih dinegeri Belanda. Kecuali dua,

yang ditulisnya sewaktu ia berada ditempat pembuangan Banda Neira. Yakni

pertama, berjudul “ Enige Grondtreken Van De Economische Wereldbouw ”,

yang pada awal mulanya dimuat dalam Manndblad Sin Titpo, 1938, no. 6, 7,

8 dan 9. Kemudian tulisan yang kedua, berjudul “ Marxisme Of

Epigonenwijsheid ? “ yang isinya sebagai tangkisan atau jawaban atas

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

52

serangan seorang komunis terhadap karangannya di Sin Tit Po yang dimuat

dalam majalah mingguan Nationale Commentaren, no. 10, 11, 12, 13, dan 14

tahun 1940. Dan ada dua lagi karya yang terbit terlibih dulu dalam majalah

Indonesia dan kemudian disadur ke dalam bahasa Belanda. Tulisan-tulisan

yang berbahasa Belanda ini diterbitkan kembali dengan nama “ Verspreide

Geschriften “ yang tebalnya lebih dari 580 halaman.

Kemudian kumpulan tulisan yang kedua terbagi atas IV jilid, yang

berisi karya-karya Bung Hatta yang kebanyakan ditulis pada saat Bung Haatta

sudah kembali ke Indonesia. Jilid IV ini memuat karya-karya ilmiah, pada

waktu dia sudah menjadi Wakil Presiden. Jadi, kumpulan tulisan karya yang

kedua bukan salinan kedalam bahasa Indonesia, dan dalam jilid IV ini

tebalnya hampir 1000 halaman.

Untuk itu, hingga saat sekarang banyak karya-karya pemikiran Bung

Hatta yang diterbitkan kembali setelah beliau wafat. Baik tulisan-tulisan yang

berisi berupa naskah pidato maupun yang berupa karya ilmiah. Karena

sepertinya bagi mereka ( penulis ) baik jurnalis, maupun tokoh-tokoh nasional

sekarang, karya Bung Hatta masih memiliki nilai filosofis yang mendalam

dan masih sangat relevan untuk dijadikan rujukan sebagai ide-ide dasar dari

tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari aspek sosial,

ekonomi maupun politik.

Mengenai penulisan buku memori pribadinya, Bung Hatta sejak

dahulu tidak mau menulisnya, sebab itu dipandangnya terlalu subyektif. Dia

42 E. Fudjiachirusanto, Loc. Cit.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

53

ingin menyerahkan penulisan sejarah bangsa dan negara Indonesia kepada

ahli sejarah. Tetapi berhubung dengan usaha memalsukan sejarah dimasa

orde lama, maka atas desakan pemuda pada permulaan masa 60-an dimulailah

penulisan kenang-kenangan dimasa lampau, yang menceritakan

pengalamannya diwaktu kanak-kanak, perjuangan, dalam masa pemuda dan

masa pergerakan, buku sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai jilid

pertama dari penulisan memori itu.44

44 Ibid.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005... · Di Indonesia dikenal beberapa periode sejarah, yaitu masa kolonial,

54

BAB III

PEMIKIRAN BUNG HATTA TENTANG EKONOMI KERAKYATAN