BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru...

20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai. Konteks tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak-anak didik ataukah tidak. Yang jelas, sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan yang luar biasa yang dapat disumbangkan di negeri kita. Sehingga, sangat wajar jika pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan perubahan anak-anak didik. Apa yang salah dalam persoalan tersebut? Jawabannya berujung pada ketidak seriusan pembelajaran yang digelar dalam kelas, aktifitas belajar mengajar yang masih mengandalkan pendekatan tekstual merupakan persoalan yang mendesak praktisi pendidikan untuk melakukan penanganan serius (Muh. Yamin, 2009: 5). Kegiatan belajar mengajar yang masih kaku dan belum mampu bangun membangun kondisi belajar yang kondusif merupakan masalah yang menghambat keberhasilan pendidikan kita. Proses belajar mengajar yang berpusat pada guru membawa kondisi pendidikan yang stagnan. Dengan kondisi demikian, mengharapkan proses pembelajaran yang mendidik dan mampu membuka nalar berfikir anak-anak didik hanya menjadi isapan jempol belaka.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang telah

dicapai. Konteks tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang digelar

di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak-anak didik

ataukah tidak. Yang jelas, sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada

kemajuan yang luar biasa yang dapat disumbangkan di negeri kita. Sehingga,

sangat wajar jika pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi

perubahan perubahan anak-anak didik. Apa yang salah dalam persoalan

tersebut? Jawabannya berujung pada ketidak seriusan pembelajaran yang

digelar dalam kelas, aktifitas belajar mengajar yang masih mengandalkan

pendekatan tekstual merupakan persoalan yang mendesak praktisi pendidikan

untuk melakukan penanganan serius (Muh. Yamin, 2009: 5).

Kegiatan belajar mengajar yang masih kaku dan belum mampu bangun

membangun kondisi belajar yang kondusif merupakan masalah yang

menghambat keberhasilan pendidikan kita. Proses belajar mengajar yang

berpusat pada guru membawa kondisi pendidikan yang stagnan. Dengan

kondisi demikian, mengharapkan proses pembelajaran yang mendidik dan

mampu membuka nalar berfikir anak-anak didik hanya menjadi isapan jempol

belaka.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

2

Fenomena ketidak seriusan dalam proses pembelajaran, aktifitas belajar

mengajar yang mengandalkan tekstual, kegiatan belajar mengajar yang masih

kaku, proses belajar mengajar yang berpusat pada guru dan belum mampu

membangun kondisi belajar yang lebih efektif sehingga yang terjadi hanyalah

transfer ilmu “transfer of knowlegde”. Akan tetapi esensi dari tujuan

pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diabaikan, dan tidak adanya

internalisasi atau upaya penanaman ilmu pengetahuan. Jika pengintenalisasian

dilakukan maka siswa tamatan sekolah menengah atas (SMA) sederajat siap

terjun dalam masyarakat, ini terbukti dikalangan pesantren tamatan madrasah

aliyah (MA) atau Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) siap terjun

kemasyarakat.

Akibat ketidak adaan internalisasi atau penanaman ilmu pengetahuan

siswa jadi gampang dipengaruhi, jangankan siswa yang kondisinya masih labil,

mahasiswa yang biasa dibilang secara keilmuan dan psikis matang saja sangat

mudah direkrut oleh kelompok estrim (terorisme, NII dan organisasi sesat

lainnya). Siapakah yang patut disalahkan, banyak kasus pelaku kejahatan

terorganisir dilakukan oleh mahasiswa bahkan pelajar, dan bidikan atau target

mereka juga mahasiswa dan pelajar, baca kasus terorisme klaten dan NII.

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia,

pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya yang berorientasi

memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam)

selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

3

perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik

dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup

setelah mati (eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.

Secara sederhana, istilah “pendidikan Islam” dapat dipahami dalam

beberapa pengertian, yaitu:

a. Pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni pendidikan yang

dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang

terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an dan al-hadits.

b. Pendidikan keIslaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya

mendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi

way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.

c. Pendidikan dalam Islam, dalam arti proses dan praktik penyelenggaraan

pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.

Walaupun istilah pendidikan Islam tersebut dapat dipahami secara

berbeda. Namun pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan mewujudkan

secara operasional dalam satu sistem yang utuh (Muhaimin, 2001: 29-30).

Allah Swt mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa misi yang

sama yaitu mengEsakan Allah Swt (mentauhidkan Allah Swt), untuk beribadah

kepadaNya. Karena itulah tujuan diciptakanya manusia dari Nabi Adam As

sampai Nabi yang terakhir adalah membawa agama tauhid yaitu Islam, dan

disempurnakan oleh Rasul yang terakhir selain membawa misi ketauhidan

sebagaimana firman Allah Q.S Az-Zariyat, 51: 56,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

4

“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah untuk

beribadah kepadaku“ (Departemen Agama RI, 1980: 862).

Tapi juga membawa misi moralitas (Akhlakul Karimah), sebagaimana

sabda Rasulullah yang artinya “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk

menyempurnakan akhlak”. Beliau mendidik bangsa Arab Jahiliyah yang tidak

punya adab menjadi manusia-manusia luhur yang berbudi pekerti yang baik

serta mendidik umat manusia dengan pendidikan moral dengan mencontoh

beliau. Begitu pula yang dicita-citakan oleh pendiri Muhammadiyah K.H

Ahmad Dahlan telah meletakkan landasan dasar pendidikan yang harus

dikembangkan, yaitu pendidikan akhlak, individu, dan sosial, sebagai berikut:

1. Pendidikan akhlak adalah menanamkan sejak dini nilai-nilai keagamaan

yang terpuji kedalam peserta didik yang terefleksikan dalam perilaku, sikap

dan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendidikan individual adalah pendidikan akal, yakni memberikan ransangan

untuk berkembangnya potensi daya berpikirnya anak didk secara maksimal.

3. Adapun pendidikan sosial adalah menanamkan kepekaan sosial kepada

peserta peserta didik terhadap persoalan-persoalan sosial yang menimpa

sesama manusia tanpa membedakan suku, ras dan agama (LPID, 2008: 1).

Jika hal ini dihubungkan dengan kecerdasan yang harus dikembangkan

dalam diri peserta didik, maka tiga kecerdasan itulah yang harus diperhatikan,

adapun tiga kecerdasan itu yaitu Intellectual Quotent (QI), Spiritual Quotient

(SQ), dan Emational Quotient (EQ). Ketiganya bukan wilayah yang terpisah,

melainkan satu kesatuan integral. Oleh karena itu untuk mencapai hasil

pendidikan secara maksimal, terutama dalam menginternalisasikan nilai-nilai

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

5

PAI (pendidikan agama Islam) kedalam jiwa peserta didik demi tercapainya

tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia (LPID, 2008: 2).

pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia atau peserta

didik melalui kegiatan pembinaan dan pelayanan serta pengajaran atau

pembelajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Sidi

Gazalba, 1975: 33). Untuk bisa memanusiakan manusia atau untuk bisa

menghargai dan menghormati orang lain diperlukan penanaman atau

internalisasi nilai-nilai, terutama nilai akhlakul karimah (etika) karena

menginternlisasikan nilai-nilai akhlak sangat berpengaruh dalam peningkatan

Intellectual Quotent (QI), Spiritual Quotient (SQ), dan Emational Quotient

(EQ) siswa.

Untuk menginternalisasikan nilai-nilai PAI memerlukan media, dan

media yang penulis gunakan dalam menginternalisasikan nilai-nilai PAI adalah

melalui metode pembiasaan pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 8

Surakarta. Hal ini disebabkan, masyarakat modern telah berhasil

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi

berbagai masalah kehidupannya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan

teknologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (akhlak)

yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh gejala

kemerosotan akhlak yang benar-benar berada para taraf yang

mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih

sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling

menjegal dan saling merugikan. Di sana-sini banyak terjadi adu domba dan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

6

fitnah, menjilat, mengambil hak orang lain sesuka hati dan perbuatan-

perbuatan biadab lainnya. Gejala kemerosotan akhlak tersebut, dewasa ini

bukan saja menimpa kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa

kalangan pelajar tunas-tunas muda, orang tua, ahli didik dan mereka yang

berkecimpung dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap

perilaku sebagian pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala, mabuk-

mabukan, tawuran, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup seperti hipies di

Eropa dan Amerika dan sebagainya.

Internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan telah

dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 8 surakarta yang menggunakan sistem

full day school. Berdasarkan pengamatan peneliti, peran guru Agama Islam

dalam membina peserta didik sangat intens dan baik dalam pembinaan akhlak

siswa SMP Muhammadiyah 8 menjadi SMP unggulan di Surakarta, khususnya

dalam membina mental para siswa. Hal ini bisa dilihat dari perilaku dan sopan

santun siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari serta minimnya pelanggaran

yang dilakukan siswa sekolah mereka, bisa dihitung dengan jari paling banyak

8-10 siswa yang melanggar, pelangarannya seperti telat masuk dan telat

melaksanakan shalat dhuha.

Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang menunjang terinternalisasinya

nilai-nilai PAI di SMP Muhammadiyah 8 surakarta menerapkan metode

pembiasaan, seperti diwajibkannya siswa membaca Al-Qur'an sebelum

pelajaran dimulai, melaksanakan shalat dhuha. Inilah kegiatan-kegiatan yang

diterapkan oleh SMP Muhammadiyah 8 surakarta untuk menumbuhkan mental

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

7

dan akhlak siswa agar mereka tidak terjerumus dengan perilaku-perilaku yang

menyimpang dari Al-Qur’an dan sunnah serta mereka berakhlak baik sesuai

yang diharapkan oleh wali murid.

Pelaksanaan metode pembiasaan seperti yang tujuannya digambarkan di

atas dari sisi keberhasilan maupun kegagalan diterapkannya metode ini, sangat

didukung oleh faktor-faktor yang mendukung dan menghambat. Adapun

faktor-faktor pendukungnya adalah ketersediaannya sarana dan prasarana,

misalnya seperti Informasi dan Teknologi (IT). Adapun yang dapat menjadi

penghambat terdiri dari faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor

internal misalnya, menyangkut personal peserta didik dan faktor eksternal

misalnya lingkungan peserta didik.

Maka SMP Muhammadiyah 8 Surakarta menerapkan internalisasi nilai-

nilai PAI untuk menunjang keberhasilan pembelajaran sesuai dengan landasan

yang diletakkan oleh K.H Ahmad Dahlan untuk menjadi insan yang berakhlak

mulia dan mempunyai kepekaan terhadap kehidupan sosial dan mampu

bersaing dengan kemajuan zaman. Sehingga siswa mampu menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah.

Maka penulis tertarik untuk meneliti INTERNALISASI NILAI-NILAI

PAI MELALUI METODE PEMBIASAAN PADA SISWA SMP

MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Nilai-nilai PAI apa yang diinternalisasikan melalui metode pembiasaan

pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode

pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta?

3. Apa faktor pendudukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai PAI

melalui metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8

Surakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan nilai–nilai PAI yang diinternalisasikan melalui metode

pembiasaan di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.

2. Mendiskripsikan pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode

pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.

3. Mendiskripsikan faktor apa yang menjadi pendudukung dan penghambat

internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP

Muhammadiyah 8 Surakarta.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

9

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Sebagai upaya untuk memperkaya khazanah keilmuan di bidang

pendidikan Islam pada umumnya dan bagi civitas akademika pasca

sarjana magister pendidikan Islam pada khususnya, dapat memberi

sumbangsih bagi dunia pendidikan nasional dan meningkatkan SDM

seutuhnya, selain itu dapat menjadi stimulus bagi penelitian selanjutnya,

sehingga proses pengkajian secara mendalam akan terus berlangsung dan

memperoleh hasil yang maksimal.

2. Secara Praktis

a. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan masukan kepada lembaga pendidikan agar dapat

dijadikan catatan referensi adanya internalisasi nilai-nilai PAI melalui

metode pembiasaan pada siswa di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.

Sehingga lembaga pendidikan akan dapat mengkaji ulang adanya

internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan agar dapat

menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b. Bagi Sekolah

Dapat memberi masukkan bagi SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

dan guru PAI tentang cara menginternalisasikan nilai-nilai PAI

melalui metode pembiasaan pada siswa.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

10

c. Bagi Guru

Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan

disiplin kerja yang lebih baik serta terjadinya kerjasama dan

kekompakkan diantara semua komponen pendidikan yang ada.

d. Bagi Wali Murid

Sebagai bahan masukkan kepada bapak/ibu orang tua wali murid agar

selalu dapat memberikan perhatian, pengawasan, pengarahan dan

bimbingan kepada putra putrinya dan dapat memberi contoh suri

tealadan yang baik serta menciptakan hubungan yang harmonis

sebagai keluarga yang bahagia.

e. Bagi Peneliti

Sebagai rintisan awal untuk mendorong penelitian-penelitian lanjutan

tentang internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan.

Dengan demikian dapat dijadikan referensi kajian tentang

internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah kajian hasil penelitian yang relevan dengan

permasalahan. Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan secara sistematis

tentang hasil penelitian yang diperoleh terdahulu dan ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan.

Terkait dengan judul penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hasil

penelitian yang relevan antara lain sebagai berikut:

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

11

1. Dalam hal ini peneliti juga pernah melakukan penelitian dalam skripsi

mengenai internalisasi nilai-nilai akhlaq terhadap mahasiswa UMS yang

mengikuti Baitul Arqam tahun ajaran 2009-2010. Menjelaskan tentang

pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlaq yang diikuti mahasiswa UMS

melalui program baitul arqam selama 4 hari. Kegiatan Baitul Arqam ini

bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi mahasiswa

sebagai muslim paripurna, dengan memiliki pemahaman dan wawasan

integratif ajaran Islam berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah.

2. Iwan, 2009, dalam skripsinya yang berjudul internalisasi nilai-nilai

pendidikan agama Islam pada pelajaran biologi di sma negeri 2 slawi-tegal

menjelaskan Pengintegrasian IPTEK dan IMTAQ di Universitas Islam

Negeri Yogyakarta. Hasil skripsinya adalah menyisipkan nilai keagamaan

ke dalam mata pelajaran umum di Indonesia telah dikembangkan sejak

tahun 1994. Demikian pula yang terjadi pada mata pelajaran IPA yang

berhubungan dengan kelangsungan hidup manusia dan alam sekitarnya. IPA

merupakan bidang kajian ilmu yang potensial untuk dimasuki oleh nilai-

nilai Pendidikan Islam. Dan mempunyai dampak positif guna meningkatkan

motivasi belajar siswa.

3. Muammar khadafi, 2010, dalam skiripsinya yang berjudul Internalisasi

nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran Al-qur’an Al-hadits di SMP

Muhammadiyah 8 surakarta, program Tarbiyah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitiannya adalah,

Menjelaskan tentang pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlak melalui

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

12

pembelajaran Al-qur’an Al-hadits terlihat bagaimana guru dalam

menyampaikan materi pada siswa. Dimana pengajar memasukan nilai-nilai

akhlak dalam mata pelajaran Al-Qur’an Al-Hadits,

4. Ema Nur’Aini, 2007, dalam skiripsinya yang berjudul, Upaya Internalisasi

nilai-nilai Islam dalam mata pelajaran Sains kelas 11 di MI Al-Islam

Kartasura tahun ajaran 2007-2008. Program Tarbiyah Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil skripsinya,

Menjelaskan tentang Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai Islam khusus mata

pelajaran sains di MI Al-Islam Kartasura terlihat dalam penyampaian materi

kepada siswa, dimana pengajar hanya memasukkan atau mengkaitkan nilai-

nilai religi yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an dengan mata pelajaran

sains.

Dari judul-judul diatas peneliti menyimpulkan sudah ada yang meneliti

tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam atau yang sejenis, tetapi

secara tekstual belum ada yang meneliti dan yang membedakan penelitian

ini dengan yang terdahulu adalah tempat dan waktu. Bagaimanapun juga

tempat dan waktu sangat menentukan hasil penelitian, serta mata pelajaran

yang dijadikan obyek. Penelitian ini membahas tentang internalisasi nilai-

nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa di SMP Muhammadiyah 8

Surakarta.

E. Kerangka Teori

Penyelengaraan sekolah, terutama sekolah yang dinaungi oleh

lembaga/yayasan Muhammadiyah yang berdiri sendiri tanpa adanya hubungan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

13

dengan lembaga lain pada umumnya. Meskipun demikian, SMP

Muhammadiyah 8 Surakarta juga dalam menciptakan sistem pendidikan dalam

pembelajaran menggunakan sistem full day school yang mensinergikan antara

dunia dan agama (Allah, Alam, Manusia dan Akhirat).

Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang bersandar pada nilai-nilai

keagamaan, maka tentunya teori yang melandasi konsepsi ini adalah al-Qur’an.

Dalam pengertian, bawa Al-Qur’an dijadikan sebagai kerangka paradigmatic,

atau paradigma Al-Qur’an sebagai kerangka teoritik. Dalam kaitan ini, Al-

Qur’an sebagai konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami

realitas menurut pemahaman Al-Qur’an (Kuntowijoyo, 2006: 11).

Menggunakan paradigma Al-Qur’an sebagai kerangka teori bertujuan

untuk menjadikan normatifitas Al-Qur’an mengalami proses internalisasi

dalam diri. Ketika nilai-nilai dalam Al-Quran telah menginternal dalam diri

seseorang, maka nilai itu dapat diobjektivasikan agar dapat diterima sebagai

konsep ilmu. Salah satu metode untuk melakukan proses internalisasi nilai-nilai

dalam Al-Qur’an adalah melalui metode pendidikan pembiasaan.

Pelaksanaan operasional melalui metode pembiasaan adalah dengan

melibatkan semua pihak yang menjadi subjek dari civitas pendidikan,

diantaranya adalah, staf karyawan, guru, dan siswa. Dalam konteks ini, tujuan

penggunaan metode pembiasaan adalah untuk menjadikan sumber daya

manusia yang berakhlak mulia sebagai bukti keberhasilan metode pendidikan

yang diterapkan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

14

Pimpinan sekolah bekerja dengan mempengaruhi dan memotivasi

bawahannya agar meningkatkan mutu pembelajaran siswa dengan cara

keterampilan/keahlian yang dimilikinya. Guru merupakan komponen penting

sumber daya manusia sekolah hendaknya mengantisipasi sistem pembelajaran

yang dilihat menghambat peningkatan mutu belajar, baik itu dari luar maupun

dalam, karena guru merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran.

Peningkatan manajemen pembelajaran guru secara efektif akan

mempengaruhi kualitas pembelajaran, disebabkan berlangsungnya proses

pembelajaran dalam peningkatan mutu belajar tidak lepas dari kecermatan guru

dalam mengambil strategi dalam mengajar. Adapun komponen pembelajaran

yang digunakan guru dalam mendukung proses pembelajaran bahan pelajaran,

metode, alat dan sumber belajar.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam tesis ini apabila dilihat dari segi tempat

penelitiannya adalah termasuk penelitian lapangan, yaitu penelitian yang

bertujuan menggambarkan keadaan atau status sebuah Fenomena. Oleh

karena itu informasi-informasi objek penelitian akan lebih banyak

ditemukan di lapangan tempat objek penelitian berada (Koentjaraningrat,

1989: 29). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pelaksanaan Internalisasi

nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP

Muhammadiyah 8 Surakarta.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

15

Adapun pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian

ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, metode pendekatan deskriptif

kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam kehidupan sehari-

hari dalam situasi wajar, berinteraksi bersama mereka, melakukan

wawancara serta berusaha memaknai bahasa, kebisaan dan perilaku yang

berhubugan dengan fokus penelitian (Moleong, 1995: 31).

Kondisi diatas mengakibatkan peneliti dalam kehidupan subjek

peneliti menjadi suatu tuntutan yang tidak dapat dihindari. Ditegaskan oleh

Noeng Muhadjir (1992: 127) bahwa dalam melibatkan diri dalam kehidupan

subjek penelitian (informen), peneliti akan dapat menjalin hubungan akrab

dengan informan, melakukan wawancara mendalam dengan baik serta

memahami subjek dengan latar yang alami.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data terdiri dari

a. Metode Observasi (pengamatan)

Observasi yaitu cara-cara menghimpun dengan mengamati dan

mencatat gejala-gejala yang sedang diteliti baik secara lansung maupun

tidak lansung (Hadi, 1989 :136).

Metode observasi yang peneliti gunakan adalah metode observasi

parsitipan yaitu peneliti memposisikan diri dalam lingkungan objek

penelitiannya.seperti yang dikatakan oleh Winarno Surakhmad (1992:

132). Teknik observasi partisipasi yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dengan terlibat lansung terhadap objek

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

16

yang diteliti dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang

akan diselidiki. Oleh karena itu pada pelaksanaannya penulis mengikuti

secara lansung kegiatan pelaksanaan Internalisasi nilai-nilai PAI melalui

metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.

Adapun objek yang diamati adalah metode pembiasaan, penerapan

metode pembiasaan, yang terlibat dalam pelaksanaan metode pembiasaan

di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Observasi ini untuk melihat tingkat

keberhasilan dari penerapan metode pembiasaan.

b. Metode Intervew (wawancara)

Intervew adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan data tentang

permasalahan yang sedang diteliti secara langsung dengan dialog yang

dilakukan oleh pewancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (Arikunto, 1989: 126). Metode interview adalah “teknik

pengumpulan data yang menggunakan pedoman beberapa pertanyaan

yang diajukan langsung kepada obyek untuk mendapat respon secara

langsung”. Dimana interaksi yang terjadi antara pewawancara dan obyek

penelitian ini menggunakan interview bentuk terbuka sehingga dapat

diperoleh data yang lebih luas dan mendalam.

Metode ini digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari

penerapan metode pembiasaan di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.

Wawancara ini digunakan untuk menggali data tentang bagaimana

pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada

siswa. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah Kepala sekolah,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

17

guru-guru PAI, siswa dan wali murid di SMP Muhammadiyah 8

Surakarta.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat (Arikunto, 1989: 159). Metode ini penulis gunakan

untuk memperoleh data tentang letak geografis, sejarah berdirinya SMP

Muhammadiyah 8 Surakarta, visi dan misi, struktur organisasi, sarana

prasaran, dan keadaan siswa dan guru.

3. Metode Analisis Data

Menurut Patton dalam (Moleong, 2005: 280), metode analisis data

adalah proses urutan mengatur data, mengorganisasikannya ke dalam suatu

pola, kategori dan satu uraian dasar. Untuk dapat mengatur sambil

mengahasilkan uraian dasar dipergunakan metode analisis sesuai dengan ciri

pendekatan kualitatif. Metode analisa data dilakukan sejak awal, dan

dikembangkan selama proses pengumpulan data sampai proses penyusunan

laporan.

Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode induktif

yang bersifat prospektif. Dengan menggunakan tahapan-tahapan

mengklasifikasikan data menurut temanya, kemudian dipiah-pilah. Data

yang diperlukan dikategorikan menjadi beberapa tema utama untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dianalisis secara

deskriptif. Sedangkan data yang kurang relevan dengan pertanyaan-

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

18

pertanyaan tersebut disimpan. Setelah itu dicoba dengan

menginterpretasikan melalui metode alur seperti yang disarankan oleh Miles

dan Michael Huberman (1992: 16). Metode ini terdiri dari tiga alur kegiatan

yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan

verifikasi.

a. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pemgabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Pada langkah reduksi, penulis memilih dan menyederhanakan data

dari catatan lapangan. Catatan lapangan yang banyak disederhanakan,

disingkat, dirangkum dan dipilih sesuai dengan permasalahan yang telah

ditetapkan. Proses reduksi data ini, penulis melakukan pengulangan

untuk meghindari terjadinya kekeliruan, hanya data yang berkaitan

dengan pokok permasalahan saja yang dipilih, sedangkan yang lain

dikeluarkan dari proses analisis.

b. Penyajian data adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Pada proses penyajian data, data yang telah penulis pilih melalui

reduksi, penulis sajikan dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang

sistematis, sehingga mudah untuk disimpulkan.

c. Verifikasi (kesimpulan) yaitu merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

19

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2007: 253).

G. Sistematika Penulisan

BAB 1 Merupakan pendahuluan yang di dalamnya mencakup beberapa sub

bahasan, yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori,

metodelogi penelitian dan sistematika penulisan tesis.

BAB 2 Adalah kajian teori yang berisi tentang penjelasan mengenai:

1. Pengertian internalisasi nilai-nilai PAI, 2. Landasan pembelajaran

PAI, 3. Tujuan pendidikan agama Islam (PAI), 4. Nilai-nilai PAI yang

diinternalisasikan, 5. Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui

metode pembiasaan yang terdiri dari: a) nilai PAI dalam metode

pembiasaan, b) teori metode pembiasaan dan c) praktek metode

pembiasaan meliputi: materi, metode pembelajaran, evaluasi, dan 6.

Faktor-faktor internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan.

BAB 3 Gambaran umum sekolah dan internalisasi nilai-nilai PAI melalui

metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta,

yang meliputi: A. Gambaran umum sekolah berisi: latar belakang dan

sejarah berdirinya, letak geografis, visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa serta

sarana prasarana. B. Internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode

pembiasaan meliputi: nilai-nilai PAI yang diinternalisasikan,

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/21991/2/BAB_I.pdf · c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih

20

pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI dan faktor pendukung dan

faktor penghambat.

BAB 4 Analisis internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan

siswa di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta meliputi: nilai-nilai PAI

yang diinternalisasikan, pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI dan

faktor pendukung dan faktor penghambat.

BAB 5. Penutup berisi kesimpulan dan saran.