BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/8147/2/t_bp_0809434_chapter1.pdf ·...

download BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/8147/2/t_bp_0809434_chapter1.pdf · Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan ... Dalam usahanya untuk mencapai karir

If you can't read please download the document

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/8147/2/t_bp_0809434_chapter1.pdf ·...

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan

    individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui,

    untuk menjadi seorang remaja yang matang secara usia dan mental, seperti fisik,

    moral, kognitif, sosial serta mempersiapkan karir.

    Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (Uman

    Suherman, 2009:113) Kategori remaja pada tataran siswa kelas XI berada pada

    tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi

    kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan

    pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, untuk

    mencapai tujuan akhir, memasuki dunia kerja yang sesuai dengan pilihannya.

    Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

    berhasil melalui tahapan-tahapannya dengan baik, tetapi tidak sedikit pula remaja

    yang mengalami kecemasan dan tekanan karena harus tergantung pada orang tua,

    otoritas sekolah, masyarakat serta aturan sosial. Sementara di sisi lain, merujuk

    pendapat Mamat Supriatna (2004:239) para ahli psikologi perkembangan

    berpendapat bahwa para remaja harus mencapai tahap kemandirian emosional dari

    orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

    Dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan remaja, khususnya

    siswa SMA, sering mengalami hambatan, seperti kurangnya pengetahuan dan

    pemahaman diri, kurangnya motivasi, tidak memiliki cita-cita serta masih kuatnya

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    2

    pengaruh orang-orang dekat di sekitarnya dalam hal pengambilan keputusan

    pendidikan serta karir untuk kelangsungan masa depannya. Kondisi ini sesuai

    dengan hasil penelitian Ilfiandra (1997:6) yang menunjukkan gambaran bahwa

    akurasi penilaian diri dan penguasaan informasi masih rendah sehingga

    kemampuan siswa untuk memadukan faktor-faktor pribadi dengan realitas karir

    masih rendah. Bahkan remaja masih mengalami kebingungan dan perasaan

    bimbang dengan keputusan yang diambil, terlihat dari sikap dan kompetensi

    pribadi yang minim terhadap pilihan-pilihan karir yang ada. Oleh karena itu pada

    fase ini hendaknya remaja di sekolah dibantu oleh pihak sekolah dan guru

    pembimbing, khususnya dalam upaya mencapai suatu keputusan awal yang tepat

    untuk menghadapi hidup yang lebih realistis.

    Sekolah, melalui program bimbingan dan konseling, sejatinya bertujuan

    untuk membantu atau memfasilitasi peserta didik (siswa) agar dapat mencapai

    perkembangan diri secara optimal baik dalam hubungannya dengan mata

    pelajaran maupun pengembangan diri, sosial dan karir. Agar siswa dapat

    mencapai perkembangan yang optimal diperlukan fasilitas dan bimbingan yang

    optimal pula, bukan hanya dari unsur pembinaan kesiswaan saja -- dalam hal ini

    konselor bimbingan dan konseling -- melainkan juga dari pemimpin serta guru

    mata pelajaran sebagai satu kesatuan unsur pendidikan di sekolah. Bahkan orang

    tua dan masyarakat juga bertanggung jawab atas keberhasilan layanan bimbingan

    dan konseling sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing.

    Program pengembangan diri yang menyeluruh dari semua unsur pendidikan,

    akan membawa siswa menjadi manusia yang berguna dan berkarakter, sesuai

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    3

    dengan amanat Undang-Undang Dasar tahun 1945, yang diatur lebih lanjut dalam

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu:

    Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

    agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

    Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

    menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Kenyataannya bidang pengembangan diri, khususnya perencanaan karir

    pada siswa di tingkat SMA pada umumnya belum menjadi perhatian utama bagi

    pihak sekolah, termasuk konselor bimbingan dan konseling. Pihak sekolah secara

    sadar lebih mengutamakan pengembangan diri siswa di bidang akademik atau

    keberhasilan dalam mengikuti mata pelajaran.

    Umumnya siswa dianggap bermasalah jika prestasi belajarnya tidak sesuai

    harapan. Sehingga dengan segala upaya, pihak sekolah mendorong siswanya

    untuk berprestasi, terutama dalam bidang pelajaran. Mengapa demikian? Oleh

    karena tingkat keberhasilan peserta didik di bidang akademik akan berdampak

    kepada citra dan peringkat sekolah. Sementara upaya bimbingan ke arah

    perencanaan dan kematangan karir peserta didik menjadi program urutan ke

    sekian, karena program bimbingan karir merupakan salah satu program dari

    keseluruhan kegiatan yang ada, umumnya pihak sekolah tidak memiliki program

    yang terencana, terstruktur dan menyeluruh.

    Padahal program bimbingan dan konseling yang komprehensif di sekolah,

    merupakan salah satu strategi penting untuk membantu remaja menghadapi

    transisi ke dunia kerja. Intervensi pengembangan karir yang efektif harus dimulai

    sejak dini dan secara kontinyu terus dikembangkan sampai masa dewasa. Upaya-

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    4

    upaya untuk mengintervensi proses karir sepanjang rentang kehidupan dapat

    mempercepat atau memperkuat penemuan pengetahuan, sikap-sikap, dan

    ketrampilan-ketrampilan tentang diri (self) dan dunia kerja (world of work).

    Melalui program bimbingan karir, remaja harus dipersiapkan untuk mengatasi

    perubahan employment trends dengan dibekali kemampuan kreativitas,

    fleksibilitas, dan adaptabilitas di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan

    kompleksitas dan ambiguitas (Uman Suherman, 2009:280). Dalam konteks ini,

    para remaja harus dibekali kemampuan membuat keputusan karir secara cepat,

    tepat dan efektif. Apalagi jika mengingat, masa remaja, khususnya masa SMA,

    adalah masa krisis identitas.

    Bimbingan karir sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak siswa tidak salah

    memilih dan memutuskan jenis karir atau pekerjaan apa yang akan ditekuni di

    masa depan.

    Di Inggris, program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir

    sudah diberikan sejak SD. Semua murid mulai usia 11- 18 tahun serta 16 tahun ke

    atas sudah memiliki akses ke Connexions atau konsultasi karir yang dibiayai oleh

    Departemen Pendidikan (Kidd, 2006:4). Tujuan lembaga ini adalah untuk

    memberikan dukungan atau bimbingan bagi persoalan pribadi termasuk persoalan

    karir bagi semua anak usia 13 sampai 19 tahun, termasuk akses ke penasehat

    pribadi (personal adviser), walaupun pada akhirnya lembaga ini ditutup karena

    adanya perubahan ketentuan/peraturan. Namun di tingkat SMA dan pada siswa

    yang baru menyelesaikan pendidikannya, tetap diberikan akses untuk

    menggunakan layanan konsultasi di sekolahnya masing-masing. Layanan

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    5

    bimbingan yang diberikan termasuk wawancara individual mengenai apa yang

    mereka minati, memperkenalkan program komputer prospect planner yang

    dapat membantu siswa melihat minat, nilai dan kemampuan, serta belajar

    keterampilan membuat keputusan.

    Konselor bimbingan karir di negara lain juga memiliki keahlian dan

    kemampuan yang mendalam mengenai karir karena mereka memahami betul arti

    serta peranan bimbingan karir bagi klien mereka.

    Seorang konselor karir, menurut Sharf (1992:3), sebaiknya tidak hanya

    yakin dengan teori perkembangan karir saja tetapi juga memilih dan

    memutuskan teori apa yang cocok diterapkan bagi klien mereka. Lebih jauh,

    konselor perlu mempertimbangkan pandangan serta tipe konseling yang cocok.

    Selain itu seorang konselor karir harus mengetahui karakter dan tingkat

    pendidikan kliennya. Sebagai contoh: peran konselor di SD dan SMP hanya

    akan memberikan penjelasan awal mengenai informasi karir dan proses

    seleksi. Sedangkan konselor bimbingan di tingkat SMA berperan sebagai

    pembimbing dalam memilih pekerjaan, alternatif pengembangan dan

    penempatan kerja.

    Konsep bimbingan karir secara teoritis sejatinya mengandung makna positif

    bagi kematangan karir-dalam konteks sekolah-para siswa sebagai persiapan dalam

    menentukan pilihan yang tepat dan sesuai minat, termasuk pilihan melanjutkan

    pendidikan lanjutan atau memasuki dunia kerja. Diharapkan dengan persiapan

    yang matang, siswa dapat mengambil keputusan sendiri dengan tepat sesuai

    dengan minat, bakat dan kemampuan tanpa banyak dipengaruhi unsur dari luar.

    Sekolah atau lembaga pendidikan diakui oleh para ahli dan pemerhati pendidikan

    merupakan pilar pendukung utama dalam tercapainya sasaran pembangunan

    manusia yang bermutu, melalui proses pendidikan yang berkualitas.

    Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas/bermutu dapat diraih melalui proses

    transformasi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga harus didukung dengan

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    6

    pengembangan kecakapan dan ketrampilan hidup peserta didik untuk menolong

    dirinya dalam menghadapi problematika kehidupan yang akan dihadapinya

    setelah keluar dari lingkungan sekolah.

    Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal, adalah yang

    mengintegrasikan tiga bidang utama, yaitu bidang adminstratif dan

    kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler serta bidang bimbingan

    dan konseling. Khusus di bidang bimbingan dan konseling, terkait dengan

    program pemberian layanan bantuan kepada siswa untuk mencapai

    perkembangan yang optimal , baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial,

    akademik maupun karir. (Syamsu Yusuf, 2009:4).

    Pendapat senada juga dinyatakan oleh Mamat Supriatna (2010:31) Bahwa

    bimbingan dan konseling di sekolah diperlukan oleh seluruh siswa, termasuk di

    dalamnya siswa yang mengalami kesulitan. Seluruh siswa ingin memperloleh

    pemahaman diri, meningkatkan tanggung jawab terhadap kontrol diri, memiliki

    kematangan dalam memahami lingkungan dan belajar membuat keputusan. Setiap

    siswa memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah dan

    memiliki kematangan dalam memahami nilai- nilai, di samping memerlukan rasa

    dicintai dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya

    serta memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan pada dirinya.

    Idealnya, dengan adanya program bimbingan karir di sekolah, peserta didik

    sudah memiliki kematangan karir untuk menentukan masa depannya kelak karena

    para guru pembimbing selalu memberikan arahan dan bimbingan baik melalui jam

    pelajaran di kelas maupun secara individual. Kenyataannya masih banyak siswa

    yang menghadapi masalah seperti: (1) kurang memahami cara memilih jurusan

    yang sesuai dengan bakat kemampuan dan minat; (2) kurang memiliki informasi

    tentang jurusan yang ada di perguruan tingggi dan dunia kerja dan (3) peserta

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    7

    didik serta orang tua tidak menemukan kecocokan dalam pilihan jurusan yang

    akan diambil. Contoh, orang tua berharap peserta didik memasuki jurusan

    kedokteran, sementara peserta didik menginginkan jurusan teknik elektro.

    Masih kurangnya tingkat kematangan karir siswa SMA, didukung oleh hasil

    penelitian Ida Nurlaelasari (2009) yang menunjukkan bahwa pencapaian tugas-

    tugas perkembangan karir siswa SMA Plus Assalaam Bandung tahun ajaran

    2008/2009 dengan kategori matang hanya 12%, cukup matang 74,76% serta

    kategori kurang matang 13,33%. Secara umum hanya sedikit siswa SMA Plus

    Assalaam Bandung yang telah mencapai kategori matang pada tugas-tugas

    perkembangan karirnya dan sebagian besar siswa memerlukan pengembangan ke

    arah pencapaian karir yang matang.

    Begitu pula halnya dengan hasil penelitian Sucipto (2007) yang

    menunjukkan bahwa secara umum tingkat kematangan karir siswa SMKN 1

    Padang berada pada skor di atas rata-rata ideal. Namun masih ada 29% responden

    yang kematangan karirnya sedang dan 20% rendah. Sedangkan sisanya, 10%

    responden memiliki kematangan pilihan karir yang sangat rendah. Temuan ini

    menunjukkan masih adanya siswa di kelas XII yang belum mampu menunjukkan

    kematangan arah pilihan karir yang tinggi atau optimal.

    Sementara penelitian Hayadin (2006) di sejumlah Sekolah Menengah Atas

    (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di

    Jakarta, memberikan gambaran bahwa 35,75% siswa kelas XII sudah mempunyai

    pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% belum memiliki pilihan

    pekerjaan dan profesi. Pada dasarnya siswa yang belum memiliki pilihan

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    8

    pekerjaan dan profesi tersebut merupakan siswa yang memiliki prestasi akademik

    sedang hingga tinggi. Berdasarkan sejumlah fakta tersebut, dapat disimpulkan

    bahwa sebagian besar siswa kelas XII belum mampu merencanakan karirnya

    dengan baik.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wanti Fitriani (2004) terhadap 155

    santri tingkat Muallimin Persatuan Islam I Bandung tahun ajaran 2003/2004

    menunjukkan pencapaian tugas-tugas perkembangan karir remaja 49,7% termasuk

    kategori rata-rata baik; 49,7% berkategori kurang dan 0.6% masuk kategori baik.

    Menurut penelitian Patton dan Creed (2003:113) pada 367 siswa kelas VIII

    sampai XII mengenai kematangan vokasional, menunjukkan hasil bahwa

    prestasi akademik yang dicapai siswa tidak memiliki hubungan dengan

    kematangan vokasional. Siswa yang berprestasi tinggi belum tentu memiliki

    kematangan vokasional yang tinggi pula. Salah satu faktor yang

    mempengaruhi prestasi akademik adalah keyakinan diri.

    Namun hasil penelitian Suarni dan Sulastri (2002) memperlihatkan hasil

    yang berbeda. Melalui hasil penelitiannya, mereka mengemukakan bahwa

    kematangan arah pilihan karir yang rendah dapat menjadi penyebab rendahnya

    motivasi berprestasi siswa dan dapat berdampak kepada pencapaian prestasi

    akademis yang rendah.

    Gejala umum mengenai krisis jati diri yang ditunjukkan peserta didik di usia

    remaja sebenarnya merupakan hal yang wajar. Secara psikologis siswa sekolah

    menengah sedang memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa

    peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat

    dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini remaja

    mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi remaja menunjukkan

    ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa; pada sisi lain remaja

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    9

    menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. (Mamat

    Supriatna 2009:17).

    Tidaklah berlebihan jika sebagian besar dari teori perkembangan karir yang

    ada, lebih memfokuskan perhatian pada masa remaja atau yang biasa disebut masa

    adolescence karena pada masa ini komitmen pendidikan untuk memilih karir,

    dibuat oleh mereka (Sharf 1992:173). Selain itu masa remaja, menurut Seligman

    (1980:249):

    Adalah masa yang sulit untuk anak muda, suatu masa cepat berubah,

    cemas dan tidak menentu. Namun walau bagaimana pun banyaknya tantangan

    pada masa ini dapat membawa mereka ke perasaan bahagia dan puas karena

    mereka mulai mengembangkan sifat-sifat penghargaan, perencanaan yang

    matang serta menjalin relasi dengan orang lain.

    Persoalan utama kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah

    pencarian identitas atau jati diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual,

    sosial emosional, vokasional, maupun spiritual. Merujuk pendapat Mamat

    Supriatna (2009): Seorang remaja harus mampu menjawab Siapa saya?

    Bagaimanakah saya? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karir

    masa depan saya?

    Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat

    oleh remaja. Jika tidak, maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk

    pengambilan keputusan karir. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang

    optimal dan tepat dalam mengambil keputusan karirnya, sehingga masa depannya

    penuh dengan harapan. Oleh karena itu, pada masa remaja diperlukan lingkungan

    sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa

    yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group)

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    10

    yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan

    fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga

    membuahkan produktifitas.

    Pada akhirnya permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam perencanaan

    karirnya tentu menjadi persoalan sekolah juga dan unsur sekolah memiliki

    tanggung jawab untuk mengatasinya. Pasalnya, menurut Santrock (2003:486)

    sekolah memberikan pengaruh yang kuat dalam pemilihan karir individu. Di

    sekolah pula siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari guru yang

    kemudian mempengaruhi bagaimana siswa merencanakan pendidikan lanjutannya

    di akhir masa SMA (Rice, 1993:520).

    Sejalan dengan pandangan Santrock (2003) bahwa sekolah memiliki

    pengaruh kuat dalam membina dan membimbing siswanya, manajemen sekolah

    SMAN 81 memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai bagi para siswanya,

    antara lain: (1) menghasilkan tingkat kelulusan 100%; (2) menghasilkan lulusan

    yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebanyak 98% dan Perguruan

    Tinggi Swasta (PTS) ternama sebanyak 2% dan (3) pengembangan diri seluruh

    siswa dapat tersalur melalui kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan konseling.

    Kenyataan di lapangan, untuk kategori pengembangan diri siswa sampai

    saat ini belum mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan pengamatan yang

    dilakukan oleh guru pembimbing pada bimbingan karir, siswa kelas XII, apalagi

    kelas XI, umumnya belum memiliki gambaran akan menjadi apa nantinya kelak

    serta belum memiliki keseriusan mengungkapkan masalah baik masalah pribadi

    maupun perencanaan karir --dalam artian akan melanjutkan pendidikan atau

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    11

    langsung masuk ke dunia kerja-- karena mereka menganggap perencanaan karir

    merupakan topik yang masih jauh untuk dibahas serta motivasi diri masih kurang

    di samping kurang disiplin dalam hal waktu, belajar maupun bersosialiasi dengan

    teman.

    Kondisi yang dialami oleh siswa SMAN 81 ini bukan semata bersumber

    dari pribadi siswa saja. Guru pembimbing dan program bimbingan karir yang

    diterapkan di sekolah juga turut memberikan kontribusi dalam membentuk sikap

    siswa dengan pilihan karirnya di masa depan. Program bimbingan karir sampai

    saat ini memang belum dilakukan secara optimal. Metode penyampaiannya juga

    lebih banyak di dalam kelas. Dengan waktu penyampaian satu jam per minggu,

    tentu tidaklah cukup untuk memberikan bimbingan dan panduan bagi siswa untuk

    mendapatkan pengayaan ilmu pengetahuan mengenai perencanaan karir.

    Sementara melalui metode bimbingan individual yang dilakukan di luar jam

    pelajaran pun masih belum berjalan dengan baik. Hal ini karena (1) waktu yang

    terbatas dari konselor bimbingan dan konseling, (2) konselor kurang memiliki

    pemahaman mendalam mengenai informasi mengenai dunia perguruan tinggi dan

    dunia kerja, (3) siswa/peserta didik kurang aktif dan kurang memiliki motivasi

    untuk melakukan konsultasi mengenai pilihan karirnya kelak, termasuk siswa

    kelas XII yang seharusnya sudah siap dengan pilihannya.

    Hasil penelitian awal melalui penyebaran Instrumen Tugas Perkembangan

    (ITP) kepada peserta didik kelas XI yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 28

    Juli 2011 diperoleh informasi profil pencapaian tugas-tugas perkembangan peserta

    didik SMA Negeri 81 Jakarta, secara umum baru mencapai rerata 4,64 dari rerata

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    12

    ideal 6,00 (77,33%), dengan simpangan baku 0,07, rerata konsistensi 5,79 dari

    seharusnya 11,00 (52.64%), dan koefisien variansi sebesar 2,74%.

    Secara berurutan, rerata dan persentase taraf pencapaian tugas-tugas

    perkembangan peserta didik SMA Negeri 81 Jakarta memperlihatkan tiga

    pencapaian tugas-tugas perkembangan tertinggi, secara berurutan terjadi pada

    aspek-aspek: (1) peran sosial sebagai pria atau wanita, rerata 4,75 (79,17%); (2)

    penerimaan diri dan pengembangannya, rerata 4,73 (78,83%); dan (3) kesadaran

    tanggung jawab, rerata 4,72 (78,67%), sedangkan pencapaian tugas-tugas

    perkembangan untuk tiga terendah, urutannya terdiri atas: (1) kematangan

    emosional, rerata 4,53 (75,50%); (2) landasan hidup religius, rerata 4,57

    (76,17%); dan (3) wawasan dan persiapan karir, rerata 4,59 (76,50%).

    Berdasarkan hasil penelitian awal tersebut, maka peneliti berusaha untuk

    mengungkap secara ilmiah mengenai profil kematangan karir siswa yang

    sebenarnya untuk digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan program

    bimbingan dan koseling yang tepat untuk membantu meningkatkan kematangan

    karir siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 81 Jakarta tahun ajaran

    2011/2012.

    B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

    Merujuk pada hasil penelitian pendahuluan tampak, bahwa masih banyak

    peserta didik kelas XI di SMA Negeri 81 Jakarta (76,50%) yang taraf pencapaian

    tugas perkembangan wawasan dan persiapan karirnya masih rendah. Pandangan

    mereka masih terbelenggu, bahwa urusan karir adalah persoalan nanti dan masih

    banyak waktu untuk memikirkannya, ditambah belum optimalnya program

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    13

    bimbingan dan konseling, terutama yang berkenaan dengan pelayanan bimbingan

    karir di sekolah.

    Munculnya fenomena empiris ini mendorong peneliti untuk melakukan

    penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan memahami profil kematangan karir

    siswa kelas XI di SMA Negeri 81 Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan data-data

    kematangan karir empiris agar pelayanan bimbingan karir yang diberikan dapat

    dirumuskan lebih efektif dan efisien. Untuk itu, dikembangkan pertanyaan

    penelitian yang menarik untuk diteliti, yaitu: Seperti apa program bimbingan

    karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa sehingga mereka menyadari

    tentang pentingnya merencanakan karir sejak dini.

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada bagian sebelumnya,

    maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk menemukan rumusan bimbingan

    karir yang dapat meningkatkan kematangan karir siswa SMA. Secara umum,

    penelitian ini diharapkan siswa mampu memiliki Kematangan Karir pada aspek

    perencanaan karir, eksplorasi karir, pengetahuan tentang membuat keputusan

    karir, pengetahuan/informasi dunia kerja dan pengetahuan tentang kelompok

    jabatan/pekerjaan yang disukai. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:

    1. Memperoleh gambaran tingkat kematangan karir siswa SMA Negeri 81

    Jakarta.

    2. Mengembangkan program bimbingan karir hipotetik yang diduga tepat untuk

    membantu meningkatkan kematangan karir siswa SMA Negeri 81 Jakarta.

  • Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa

    Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

    14

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

    praktis, sebagai berikut.

    1. Manfaat Teoritis

    a. Memperkaya keilmuan bimbingan karir, terutama yang berkaitan dengan

    teori kematangan karir dalam rangka meningkatkan kematangan karir

    siswa.

    b. Memberikan masukan berupa informasi kematangan karir siswa SMA

    sebagai dasar pengembangan program bimbingan karir.

    c. Menambah referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan

    meneliti masalah yang sama.

    2. Manfaat Praktis

    a. Memperbaiki pelaksanaan program bimbingan dan konseling, terutama

    layanan bimbingan karir sebagai upaya meningkatkan layanan bimbingan

    karir di Sekolah Menengah Atas Negeri 81 Jakarta.

    b. Memberi sumbangan pikiran kepada para pendidik, khususnya konselor

    dalam melaksanakan bimbingan karir yang sesuai dengan kebutuhan

    peserta didik.