BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/8147/2/t_bp_0809434_chapter1.pdf ·...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/8147/2/t_bp_0809434_chapter1.pdf ·...
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan
individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui,
untuk menjadi seorang remaja yang matang secara usia dan mental, seperti fisik,
moral, kognitif, sosial serta mempersiapkan karir.
Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (Uman
Suherman, 2009:113) Kategori remaja pada tataran siswa kelas XI berada pada
tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi
kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan
pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, untuk
mencapai tujuan akhir, memasuki dunia kerja yang sesuai dengan pilihannya.
Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang
berhasil melalui tahapan-tahapannya dengan baik, tetapi tidak sedikit pula remaja
yang mengalami kecemasan dan tekanan karena harus tergantung pada orang tua,
otoritas sekolah, masyarakat serta aturan sosial. Sementara di sisi lain, merujuk
pendapat Mamat Supriatna (2004:239) para ahli psikologi perkembangan
berpendapat bahwa para remaja harus mencapai tahap kemandirian emosional dari
orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
Dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan remaja, khususnya
siswa SMA, sering mengalami hambatan, seperti kurangnya pengetahuan dan
pemahaman diri, kurangnya motivasi, tidak memiliki cita-cita serta masih kuatnya
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
pengaruh orang-orang dekat di sekitarnya dalam hal pengambilan keputusan
pendidikan serta karir untuk kelangsungan masa depannya. Kondisi ini sesuai
dengan hasil penelitian Ilfiandra (1997:6) yang menunjukkan gambaran bahwa
akurasi penilaian diri dan penguasaan informasi masih rendah sehingga
kemampuan siswa untuk memadukan faktor-faktor pribadi dengan realitas karir
masih rendah. Bahkan remaja masih mengalami kebingungan dan perasaan
bimbang dengan keputusan yang diambil, terlihat dari sikap dan kompetensi
pribadi yang minim terhadap pilihan-pilihan karir yang ada. Oleh karena itu pada
fase ini hendaknya remaja di sekolah dibantu oleh pihak sekolah dan guru
pembimbing, khususnya dalam upaya mencapai suatu keputusan awal yang tepat
untuk menghadapi hidup yang lebih realistis.
Sekolah, melalui program bimbingan dan konseling, sejatinya bertujuan
untuk membantu atau memfasilitasi peserta didik (siswa) agar dapat mencapai
perkembangan diri secara optimal baik dalam hubungannya dengan mata
pelajaran maupun pengembangan diri, sosial dan karir. Agar siswa dapat
mencapai perkembangan yang optimal diperlukan fasilitas dan bimbingan yang
optimal pula, bukan hanya dari unsur pembinaan kesiswaan saja -- dalam hal ini
konselor bimbingan dan konseling -- melainkan juga dari pemimpin serta guru
mata pelajaran sebagai satu kesatuan unsur pendidikan di sekolah. Bahkan orang
tua dan masyarakat juga bertanggung jawab atas keberhasilan layanan bimbingan
dan konseling sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing.
Program pengembangan diri yang menyeluruh dari semua unsur pendidikan,
akan membawa siswa menjadi manusia yang berguna dan berkarakter, sesuai
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
dengan amanat Undang-Undang Dasar tahun 1945, yang diatur lebih lanjut dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kenyataannya bidang pengembangan diri, khususnya perencanaan karir
pada siswa di tingkat SMA pada umumnya belum menjadi perhatian utama bagi
pihak sekolah, termasuk konselor bimbingan dan konseling. Pihak sekolah secara
sadar lebih mengutamakan pengembangan diri siswa di bidang akademik atau
keberhasilan dalam mengikuti mata pelajaran.
Umumnya siswa dianggap bermasalah jika prestasi belajarnya tidak sesuai
harapan. Sehingga dengan segala upaya, pihak sekolah mendorong siswanya
untuk berprestasi, terutama dalam bidang pelajaran. Mengapa demikian? Oleh
karena tingkat keberhasilan peserta didik di bidang akademik akan berdampak
kepada citra dan peringkat sekolah. Sementara upaya bimbingan ke arah
perencanaan dan kematangan karir peserta didik menjadi program urutan ke
sekian, karena program bimbingan karir merupakan salah satu program dari
keseluruhan kegiatan yang ada, umumnya pihak sekolah tidak memiliki program
yang terencana, terstruktur dan menyeluruh.
Padahal program bimbingan dan konseling yang komprehensif di sekolah,
merupakan salah satu strategi penting untuk membantu remaja menghadapi
transisi ke dunia kerja. Intervensi pengembangan karir yang efektif harus dimulai
sejak dini dan secara kontinyu terus dikembangkan sampai masa dewasa. Upaya-
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
upaya untuk mengintervensi proses karir sepanjang rentang kehidupan dapat
mempercepat atau memperkuat penemuan pengetahuan, sikap-sikap, dan
ketrampilan-ketrampilan tentang diri (self) dan dunia kerja (world of work).
Melalui program bimbingan karir, remaja harus dipersiapkan untuk mengatasi
perubahan employment trends dengan dibekali kemampuan kreativitas,
fleksibilitas, dan adaptabilitas di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan
kompleksitas dan ambiguitas (Uman Suherman, 2009:280). Dalam konteks ini,
para remaja harus dibekali kemampuan membuat keputusan karir secara cepat,
tepat dan efektif. Apalagi jika mengingat, masa remaja, khususnya masa SMA,
adalah masa krisis identitas.
Bimbingan karir sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak siswa tidak salah
memilih dan memutuskan jenis karir atau pekerjaan apa yang akan ditekuni di
masa depan.
Di Inggris, program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir
sudah diberikan sejak SD. Semua murid mulai usia 11- 18 tahun serta 16 tahun ke
atas sudah memiliki akses ke Connexions atau konsultasi karir yang dibiayai oleh
Departemen Pendidikan (Kidd, 2006:4). Tujuan lembaga ini adalah untuk
memberikan dukungan atau bimbingan bagi persoalan pribadi termasuk persoalan
karir bagi semua anak usia 13 sampai 19 tahun, termasuk akses ke penasehat
pribadi (personal adviser), walaupun pada akhirnya lembaga ini ditutup karena
adanya perubahan ketentuan/peraturan. Namun di tingkat SMA dan pada siswa
yang baru menyelesaikan pendidikannya, tetap diberikan akses untuk
menggunakan layanan konsultasi di sekolahnya masing-masing. Layanan
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
bimbingan yang diberikan termasuk wawancara individual mengenai apa yang
mereka minati, memperkenalkan program komputer prospect planner yang
dapat membantu siswa melihat minat, nilai dan kemampuan, serta belajar
keterampilan membuat keputusan.
Konselor bimbingan karir di negara lain juga memiliki keahlian dan
kemampuan yang mendalam mengenai karir karena mereka memahami betul arti
serta peranan bimbingan karir bagi klien mereka.
Seorang konselor karir, menurut Sharf (1992:3), sebaiknya tidak hanya
yakin dengan teori perkembangan karir saja tetapi juga memilih dan
memutuskan teori apa yang cocok diterapkan bagi klien mereka. Lebih jauh,
konselor perlu mempertimbangkan pandangan serta tipe konseling yang cocok.
Selain itu seorang konselor karir harus mengetahui karakter dan tingkat
pendidikan kliennya. Sebagai contoh: peran konselor di SD dan SMP hanya
akan memberikan penjelasan awal mengenai informasi karir dan proses
seleksi. Sedangkan konselor bimbingan di tingkat SMA berperan sebagai
pembimbing dalam memilih pekerjaan, alternatif pengembangan dan
penempatan kerja.
Konsep bimbingan karir secara teoritis sejatinya mengandung makna positif
bagi kematangan karir-dalam konteks sekolah-para siswa sebagai persiapan dalam
menentukan pilihan yang tepat dan sesuai minat, termasuk pilihan melanjutkan
pendidikan lanjutan atau memasuki dunia kerja. Diharapkan dengan persiapan
yang matang, siswa dapat mengambil keputusan sendiri dengan tepat sesuai
dengan minat, bakat dan kemampuan tanpa banyak dipengaruhi unsur dari luar.
Sekolah atau lembaga pendidikan diakui oleh para ahli dan pemerhati pendidikan
merupakan pilar pendukung utama dalam tercapainya sasaran pembangunan
manusia yang bermutu, melalui proses pendidikan yang berkualitas.
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas/bermutu dapat diraih melalui proses
transformasi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga harus didukung dengan
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
pengembangan kecakapan dan ketrampilan hidup peserta didik untuk menolong
dirinya dalam menghadapi problematika kehidupan yang akan dihadapinya
setelah keluar dari lingkungan sekolah.
Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal, adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang utama, yaitu bidang adminstratif dan
kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler serta bidang bimbingan
dan konseling. Khusus di bidang bimbingan dan konseling, terkait dengan
program pemberian layanan bantuan kepada siswa untuk mencapai
perkembangan yang optimal , baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial,
akademik maupun karir. (Syamsu Yusuf, 2009:4).
Pendapat senada juga dinyatakan oleh Mamat Supriatna (2010:31) Bahwa
bimbingan dan konseling di sekolah diperlukan oleh seluruh siswa, termasuk di
dalamnya siswa yang mengalami kesulitan. Seluruh siswa ingin memperloleh
pemahaman diri, meningkatkan tanggung jawab terhadap kontrol diri, memiliki
kematangan dalam memahami lingkungan dan belajar membuat keputusan. Setiap
siswa memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah dan
memiliki kematangan dalam memahami nilai- nilai, di samping memerlukan rasa
dicintai dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya
serta memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan pada dirinya.
Idealnya, dengan adanya program bimbingan karir di sekolah, peserta didik
sudah memiliki kematangan karir untuk menentukan masa depannya kelak karena
para guru pembimbing selalu memberikan arahan dan bimbingan baik melalui jam
pelajaran di kelas maupun secara individual. Kenyataannya masih banyak siswa
yang menghadapi masalah seperti: (1) kurang memahami cara memilih jurusan
yang sesuai dengan bakat kemampuan dan minat; (2) kurang memiliki informasi
tentang jurusan yang ada di perguruan tingggi dan dunia kerja dan (3) peserta
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
didik serta orang tua tidak menemukan kecocokan dalam pilihan jurusan yang
akan diambil. Contoh, orang tua berharap peserta didik memasuki jurusan
kedokteran, sementara peserta didik menginginkan jurusan teknik elektro.
Masih kurangnya tingkat kematangan karir siswa SMA, didukung oleh hasil
penelitian Ida Nurlaelasari (2009) yang menunjukkan bahwa pencapaian tugas-
tugas perkembangan karir siswa SMA Plus Assalaam Bandung tahun ajaran
2008/2009 dengan kategori matang hanya 12%, cukup matang 74,76% serta
kategori kurang matang 13,33%. Secara umum hanya sedikit siswa SMA Plus
Assalaam Bandung yang telah mencapai kategori matang pada tugas-tugas
perkembangan karirnya dan sebagian besar siswa memerlukan pengembangan ke
arah pencapaian karir yang matang.
Begitu pula halnya dengan hasil penelitian Sucipto (2007) yang
menunjukkan bahwa secara umum tingkat kematangan karir siswa SMKN 1
Padang berada pada skor di atas rata-rata ideal. Namun masih ada 29% responden
yang kematangan karirnya sedang dan 20% rendah. Sedangkan sisanya, 10%
responden memiliki kematangan pilihan karir yang sangat rendah. Temuan ini
menunjukkan masih adanya siswa di kelas XII yang belum mampu menunjukkan
kematangan arah pilihan karir yang tinggi atau optimal.
Sementara penelitian Hayadin (2006) di sejumlah Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
Jakarta, memberikan gambaran bahwa 35,75% siswa kelas XII sudah mempunyai
pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% belum memiliki pilihan
pekerjaan dan profesi. Pada dasarnya siswa yang belum memiliki pilihan
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
pekerjaan dan profesi tersebut merupakan siswa yang memiliki prestasi akademik
sedang hingga tinggi. Berdasarkan sejumlah fakta tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa kelas XII belum mampu merencanakan karirnya
dengan baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wanti Fitriani (2004) terhadap 155
santri tingkat Muallimin Persatuan Islam I Bandung tahun ajaran 2003/2004
menunjukkan pencapaian tugas-tugas perkembangan karir remaja 49,7% termasuk
kategori rata-rata baik; 49,7% berkategori kurang dan 0.6% masuk kategori baik.
Menurut penelitian Patton dan Creed (2003:113) pada 367 siswa kelas VIII
sampai XII mengenai kematangan vokasional, menunjukkan hasil bahwa
prestasi akademik yang dicapai siswa tidak memiliki hubungan dengan
kematangan vokasional. Siswa yang berprestasi tinggi belum tentu memiliki
kematangan vokasional yang tinggi pula. Salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi akademik adalah keyakinan diri.
Namun hasil penelitian Suarni dan Sulastri (2002) memperlihatkan hasil
yang berbeda. Melalui hasil penelitiannya, mereka mengemukakan bahwa
kematangan arah pilihan karir yang rendah dapat menjadi penyebab rendahnya
motivasi berprestasi siswa dan dapat berdampak kepada pencapaian prestasi
akademis yang rendah.
Gejala umum mengenai krisis jati diri yang ditunjukkan peserta didik di usia
remaja sebenarnya merupakan hal yang wajar. Secara psikologis siswa sekolah
menengah sedang memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat
dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini remaja
mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi remaja menunjukkan
ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa; pada sisi lain remaja
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. (Mamat
Supriatna 2009:17).
Tidaklah berlebihan jika sebagian besar dari teori perkembangan karir yang
ada, lebih memfokuskan perhatian pada masa remaja atau yang biasa disebut masa
adolescence karena pada masa ini komitmen pendidikan untuk memilih karir,
dibuat oleh mereka (Sharf 1992:173). Selain itu masa remaja, menurut Seligman
(1980:249):
Adalah masa yang sulit untuk anak muda, suatu masa cepat berubah,
cemas dan tidak menentu. Namun walau bagaimana pun banyaknya tantangan
pada masa ini dapat membawa mereka ke perasaan bahagia dan puas karena
mereka mulai mengembangkan sifat-sifat penghargaan, perencanaan yang
matang serta menjalin relasi dengan orang lain.
Persoalan utama kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah
pencarian identitas atau jati diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual,
sosial emosional, vokasional, maupun spiritual. Merujuk pendapat Mamat
Supriatna (2009): Seorang remaja harus mampu menjawab Siapa saya?
Bagaimanakah saya? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karir
masa depan saya?
Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat
oleh remaja. Jika tidak, maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk
pengambilan keputusan karir. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang
optimal dan tepat dalam mengambil keputusan karirnya, sehingga masa depannya
penuh dengan harapan. Oleh karena itu, pada masa remaja diperlukan lingkungan
sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa
yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group)
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan
fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga
membuahkan produktifitas.
Pada akhirnya permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam perencanaan
karirnya tentu menjadi persoalan sekolah juga dan unsur sekolah memiliki
tanggung jawab untuk mengatasinya. Pasalnya, menurut Santrock (2003:486)
sekolah memberikan pengaruh yang kuat dalam pemilihan karir individu. Di
sekolah pula siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari guru yang
kemudian mempengaruhi bagaimana siswa merencanakan pendidikan lanjutannya
di akhir masa SMA (Rice, 1993:520).
Sejalan dengan pandangan Santrock (2003) bahwa sekolah memiliki
pengaruh kuat dalam membina dan membimbing siswanya, manajemen sekolah
SMAN 81 memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai bagi para siswanya,
antara lain: (1) menghasilkan tingkat kelulusan 100%; (2) menghasilkan lulusan
yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebanyak 98% dan Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) ternama sebanyak 2% dan (3) pengembangan diri seluruh
siswa dapat tersalur melalui kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan konseling.
Kenyataan di lapangan, untuk kategori pengembangan diri siswa sampai
saat ini belum mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan oleh guru pembimbing pada bimbingan karir, siswa kelas XII, apalagi
kelas XI, umumnya belum memiliki gambaran akan menjadi apa nantinya kelak
serta belum memiliki keseriusan mengungkapkan masalah baik masalah pribadi
maupun perencanaan karir --dalam artian akan melanjutkan pendidikan atau
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
langsung masuk ke dunia kerja-- karena mereka menganggap perencanaan karir
merupakan topik yang masih jauh untuk dibahas serta motivasi diri masih kurang
di samping kurang disiplin dalam hal waktu, belajar maupun bersosialiasi dengan
teman.
Kondisi yang dialami oleh siswa SMAN 81 ini bukan semata bersumber
dari pribadi siswa saja. Guru pembimbing dan program bimbingan karir yang
diterapkan di sekolah juga turut memberikan kontribusi dalam membentuk sikap
siswa dengan pilihan karirnya di masa depan. Program bimbingan karir sampai
saat ini memang belum dilakukan secara optimal. Metode penyampaiannya juga
lebih banyak di dalam kelas. Dengan waktu penyampaian satu jam per minggu,
tentu tidaklah cukup untuk memberikan bimbingan dan panduan bagi siswa untuk
mendapatkan pengayaan ilmu pengetahuan mengenai perencanaan karir.
Sementara melalui metode bimbingan individual yang dilakukan di luar jam
pelajaran pun masih belum berjalan dengan baik. Hal ini karena (1) waktu yang
terbatas dari konselor bimbingan dan konseling, (2) konselor kurang memiliki
pemahaman mendalam mengenai informasi mengenai dunia perguruan tinggi dan
dunia kerja, (3) siswa/peserta didik kurang aktif dan kurang memiliki motivasi
untuk melakukan konsultasi mengenai pilihan karirnya kelak, termasuk siswa
kelas XII yang seharusnya sudah siap dengan pilihannya.
Hasil penelitian awal melalui penyebaran Instrumen Tugas Perkembangan
(ITP) kepada peserta didik kelas XI yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 28
Juli 2011 diperoleh informasi profil pencapaian tugas-tugas perkembangan peserta
didik SMA Negeri 81 Jakarta, secara umum baru mencapai rerata 4,64 dari rerata
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
ideal 6,00 (77,33%), dengan simpangan baku 0,07, rerata konsistensi 5,79 dari
seharusnya 11,00 (52.64%), dan koefisien variansi sebesar 2,74%.
Secara berurutan, rerata dan persentase taraf pencapaian tugas-tugas
perkembangan peserta didik SMA Negeri 81 Jakarta memperlihatkan tiga
pencapaian tugas-tugas perkembangan tertinggi, secara berurutan terjadi pada
aspek-aspek: (1) peran sosial sebagai pria atau wanita, rerata 4,75 (79,17%); (2)
penerimaan diri dan pengembangannya, rerata 4,73 (78,83%); dan (3) kesadaran
tanggung jawab, rerata 4,72 (78,67%), sedangkan pencapaian tugas-tugas
perkembangan untuk tiga terendah, urutannya terdiri atas: (1) kematangan
emosional, rerata 4,53 (75,50%); (2) landasan hidup religius, rerata 4,57
(76,17%); dan (3) wawasan dan persiapan karir, rerata 4,59 (76,50%).
Berdasarkan hasil penelitian awal tersebut, maka peneliti berusaha untuk
mengungkap secara ilmiah mengenai profil kematangan karir siswa yang
sebenarnya untuk digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan program
bimbingan dan koseling yang tepat untuk membantu meningkatkan kematangan
karir siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 81 Jakarta tahun ajaran
2011/2012.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Merujuk pada hasil penelitian pendahuluan tampak, bahwa masih banyak
peserta didik kelas XI di SMA Negeri 81 Jakarta (76,50%) yang taraf pencapaian
tugas perkembangan wawasan dan persiapan karirnya masih rendah. Pandangan
mereka masih terbelenggu, bahwa urusan karir adalah persoalan nanti dan masih
banyak waktu untuk memikirkannya, ditambah belum optimalnya program
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
bimbingan dan konseling, terutama yang berkenaan dengan pelayanan bimbingan
karir di sekolah.
Munculnya fenomena empiris ini mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan memahami profil kematangan karir
siswa kelas XI di SMA Negeri 81 Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan data-data
kematangan karir empiris agar pelayanan bimbingan karir yang diberikan dapat
dirumuskan lebih efektif dan efisien. Untuk itu, dikembangkan pertanyaan
penelitian yang menarik untuk diteliti, yaitu: Seperti apa program bimbingan
karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa sehingga mereka menyadari
tentang pentingnya merencanakan karir sejak dini.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada bagian sebelumnya,
maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk menemukan rumusan bimbingan
karir yang dapat meningkatkan kematangan karir siswa SMA. Secara umum,
penelitian ini diharapkan siswa mampu memiliki Kematangan Karir pada aspek
perencanaan karir, eksplorasi karir, pengetahuan tentang membuat keputusan
karir, pengetahuan/informasi dunia kerja dan pengetahuan tentang kelompok
jabatan/pekerjaan yang disukai. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:
1. Memperoleh gambaran tingkat kematangan karir siswa SMA Negeri 81
Jakarta.
2. Mengembangkan program bimbingan karir hipotetik yang diduga tepat untuk
membantu meningkatkan kematangan karir siswa SMA Negeri 81 Jakarta.
-
Erina Yovanka, 2012 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatakan Kematangan Karir Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis, sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya keilmuan bimbingan karir, terutama yang berkaitan dengan
teori kematangan karir dalam rangka meningkatkan kematangan karir
siswa.
b. Memberikan masukan berupa informasi kematangan karir siswa SMA
sebagai dasar pengembangan program bimbingan karir.
c. Menambah referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan
meneliti masalah yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Memperbaiki pelaksanaan program bimbingan dan konseling, terutama
layanan bimbingan karir sebagai upaya meningkatkan layanan bimbingan
karir di Sekolah Menengah Atas Negeri 81 Jakarta.
b. Memberi sumbangan pikiran kepada para pendidik, khususnya konselor
dalam melaksanakan bimbingan karir yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.