BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar...

7
1 Universitas Internasional Batam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan akal, pikiran dan perasaan. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling berinteraksi satu sama lain, manusia memiliki hak dan kewajiban guna menjaga keseimbangan dalam interaksi sosial. Hak paling dasar yang dimiliki oleh seorang manusia adalah hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM). HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia sehingga tidak boleh dirampas oleh siapapun. HAM juga telah diakui secara internasional. Salah satu wujud pengakuan tersebut adalah Universal Declaration of Human Right atau Deklarasi Universal tentang HAM (selanjutnya disingkat UDHR). UDHR telah diadopsi oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (selanjutnya disingkat PBB) pada tanggal 10 Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris. Berdasarkan UDHR tersebut, komisi HAM PBB merancang beberapa kovenan dengan fokus bidang tertentu. Salah satu kovenan tersebut adalah International Covenant on Civil and Political Rights (selanjutnya disingkat ICCPR). ICCPR diumumkan PBB melalui resolusi PBB pada tanggal 16 Desember 1966 dengan konsentrasi atas hak sipil dan politik. Salah satu hak yang tercantum dalam ICCPR adalah hak untuk mengeluarkan pendapat, mencari, menerima, memberikan informasi melalui berbagai media. Informasi Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan

1 Universitas Internasional Batam

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena

manusia dianugrahkan akal, pikiran dan perasaan. Manusia juga merupakan

makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling

berinteraksi satu sama lain, manusia memiliki hak dan kewajiban guna

menjaga keseimbangan dalam interaksi sosial. Hak paling dasar yang dimiliki

oleh seorang manusia adalah hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM).

HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri

manusia sehingga tidak boleh dirampas oleh siapapun. HAM juga telah diakui

secara internasional. Salah satu wujud pengakuan tersebut adalah Universal

Declaration of Human Right atau Deklarasi Universal tentang HAM

(selanjutnya disingkat UDHR). UDHR telah diadopsi oleh Majelis Umum

Perserikatan Bangsa Bangsa (selanjutnya disingkat PBB) pada tanggal 10

Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris. Berdasarkan UDHR tersebut,

komisi HAM PBB merancang beberapa kovenan dengan fokus bidang

tertentu. Salah satu kovenan tersebut adalah International Covenant on Civil

and Political Rights (selanjutnya disingkat ICCPR).

ICCPR diumumkan PBB melalui resolusi PBB pada tanggal 16

Desember 1966 dengan konsentrasi atas hak sipil dan politik. Salah satu hak

yang tercantum dalam ICCPR adalah hak untuk mengeluarkan pendapat,

mencari, menerima, memberikan informasi melalui berbagai media. Informasi

Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan

2

Universitas Internasional Batam

berkaitan erat dengan pers. Pers merupakan salah satu penyedia informasi bagi

semua orang.

Pers bukanlah suatu kata yang terdengar asing bagi telinga kita.

Apabila mendengar kata pers, maka yang terbayang dibenak adalah jurnalis,

koran, majalah, wartawan, televisi, radio, dan sebagainya. Pers juga berkaitan

erat dengan demokrasi karena salah satu nilai yang terkandung dalam

demokrasi adalah kebebasan bagi setiap orang untuk berpendapat. Oleh karena

itu, sudah sewajarnya apabila kebebasan pers itu sendiri dijamin dan

dilindungi oleh hukum.

Meskipun pelaksanaan kebebasan pers telah dijamin dan dilindungi

secara hukum, masih banyak kasus-kasus pelanggaran terhadap hak atas

kebebasan pers. Di Indonesia, salah satu kasus pelanggaran tersebut dialami

oleh Erabaru FM (selanjutnya disebut Erabaru). Erabaru adalah stasiun radio

yang berlokasi di kota Batam yang mengudara di frekuensi 106,5 Mhz dengan

area siaran menjangkau Batam, Bintan, Karimun, dan sekitarnya.

Kasus Erabaru berawal dari Surat Kedutaan Besar (selanjutnya

disingkat Kedubes) China kepada Departemen Luar Negeri Indonesia,

Departemen Dalam Negeri, Badan Intelijen Negara, Departemen Komunikasi,

dan Komisi Penyiaran Indonesia (selanjutnya disingkat KPI). Surat tersebut

meminta Erabaru ditutup karena Kedubes China keberatan atas program berita

Erabaru. Erabaru menyiarkan tentang pelanggaran HAM yang terjadi di China

yaitu kasus pembunuhan dan perampasan organ tubuh Praktisi Falun Gong,

kerusuhan di Tibet, penganiayaan kaum muslim Uighur, wartawan, dan lain-

Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan

3

Universitas Internasional Batam

lain.1

1

Kedubes China menilai Erabaru menyiarkan propaganda politik yang

mendeskreditkan pemerintah China dan menuduh Erabaru dibiayai oleh Falun

Gong.

Atas hal tersebut, Erabaru bersama Lembaga Bantuan Hukum

(selanjutnya disingkat LBH) Pers dan Aliansi Jurnalis Indonesia (selanjutnya

disingkat AJI) Jakarta berkunjung ke KPI. Mereka membantah tuduhan

Kedubes China dan menilai upaya Kedubes China adalah suatu tindakan

arogan dari sistem negara komunis yang berusaha mengintervensi kebebasan

pers di Indonesia. Selain itu, Dewan Pers yang berada dipihak Erabaru juga

menolak tegas intervensi asing terhadap pers Indonesia.

Seiring bergulirnya masalah tersebut, KPI dan Departemen

Komunikasi pun mengumumkan hasil Forum Rapat Bersama (selanjutnya

disingkat FRB). Hasil tersebut menyatakan bahwa Erabaru tidak lolos untuk

mendapatkan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (selanjutnya disingkat IPP).

Upaya Erabaru ke berbagai instansi terkait untuk mendapatkan alasan jelas

dan resmi atas penolakan IPP Erabaru yang dinilai diskriminatif tidak

membuahkan hasil. Dilain sisi, Erabaru mendapatkan beberapa Surat

Peringatan untuk menghentikan Siaran (off air). Berbagai cara dan upaya

hukum dilakukan Erabaru untuk mendapatkan keadilan, hingga upaya kasasi

ke Mahkamah Agung (disingkat MA). Belum adanya putusan dari MA berarti

bahwa kasus ini masih dalam proses hukum.

http://www.erabarufm.com/search/label/Kasus%20Hukum/ diakses pada tanggal 30 Juli 2014.

Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan

4

Universitas Internasional Batam

Pada tanggal 24 Maret 2010, Balai Monitoring Spektrum Frekuensi

Batam (disingkat Balmon) beserta aparat Poltabes Barelang dan Polda Kepri

melakukan pembredelan/penyitaan paksa terhadap Erabaru. Mereka dengan

paksa menyegel transmitter (alat pemancar) dan mengambil Exciter milik

Erabaru. Pada tanggal 30 Maret 2010, Erabaru mengudara kembali sebagai

protes dan penolakan terhadap intervensi asing dan mempertahankan martabat

dan kedaulatan bangsa. Erabaru terus melakukan berbagai upaya hukum demi

terwujudnya keadilan dan kebebasan pers di Indonesia. Namun pada tanggal

13 September 2011, pembredelan terhadap Erabaru terjadi untuk kedua

kalinya. Sejak saat itu, siaran Erabaru terhenti dan frekuensi 106,5 Mhz

langsung diisi oleh Radio Sing FM. Kasus tersebut menuai protes dan aksi

demo dari berbagai kalangan, terutama dari para aktivis pers.

Selain di Indonesia, kasus pelanggaran terhadap kebebasan pers juga

terjadi di negara tetangga yaitu Malaysia. Pada tanggal 19 Desember 2013,

pemerintah Malaysia (Departemen Dalam Negeri) membredel koran

mingguan “The Heat”. The Heat ditangguhkan dalam batas waktu yang tidak

ditentukan. Pembredelan tersebut diduga kuat karena artikel yang diterbitkan

oleh The Heat pada edisi 22 November 2013. Artikel dimuat pada halaman

depan dengan judul “All eyes on big spending PM Najib”. Artikel tersebut

menceritakan tentang borosnya pengeluaran PM Datuk Seri Najib Razak dan

Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan

5

Universitas Internasional Batam

istrinya Datin Seri Rosmah Mansor dalam menggunakan uang negara ketika

berpergian ke luar negeri.2

Pers di Malaysia berada dalam kontrol dan pengawasan pemerintah,

sehingga segala sesuatu yang akan dipublikasikan mesti atas persetujuan

pemerintah. Pemerintah Malaysia berhak memblokir pers atau publikasi yang

dianggap merugikan bagi negara. Berbeda dengan pers Indonesia yang lebih

bebas dan mandiri, dimana pers bebas (dalam arti tetap mengindahkan asas

Isu tersebut disangkal oleh Kementerian Dalam Negeri Malaysia yang

menyatakan bahwa pembredelan terhadap The Heat adalah terkait masalah

pelanggaran izin. Bahwa izin terbit The Heat disetujui pada 08 Juli 2013

sebagai mingguan berita dengan kategori ekonomi dan sosial, kemudian izin

tersebut diubah menjadi kategori berita terkini pada 18 September 2013.

Pembredelan tersebut menuai kecaman dari puluhan jurnalis Malaysia yang

tergabung dalam Gerakan Media Marah (disingkat Geramm). Mereka

didampingi oleh politikus oposisi Malaysia. Mereka turun ke jalan dalam

balutan kaus merah dan berkumpul di tengah guyuran hujan dekat lapangan

Merdeka di Pusat Kuala Lumpur. Mereka menggelar aksi protes dan secara

tegas menuntut kebebasan pers yang lebih besar.

Pers merupakan suatu bidang publikasi dan informasi yang sangat

penting. Regulasi tentang pers sudah sewajarnya ada dalam kehidupan pers itu

sendiri. Hal ini tentunya bertujuan untuk menjaga penggunaan dan

keseimbangan pers sehingga pers tersebut menjadi suatu sarana yang baik.

2 http://www.themalaysianinsider.com/malaysia/article/weekly-the-heat-suspended-indefinitely-by-home-ministry diakses pada tanggal 30 Juli 2014.

Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan

6

Universitas Internasional Batam

dan norma yang berlaku) mempublikasikan atau menerbitkan informasi-

informasi yang telah didapatkan. Indonesia juga memiliki Dewan Pers, yaitu

suatu badan independen yang memiliki fungsi khusus sebagaimana telah

diatur oleh undang-undang.

Berdasarkan uraian diatas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian

berbasis perbandingan hukum di negara Indonesia dan Malaysia dengan

skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pers dalam

Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa persamaan dan perbedaan ketentuan hukum tentang kebebasan pers di

Negara Indonesia dan Malaysia?

2. Sistem hukum negara manakah yang lebih memberikan perlindungan

hukum bagi pers?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

a. Untuk memaparkan dan menganalisa persamaan dan perbedaan

mengenai perlindungan hukum bagi pers dalam melaksanakan

kebebasan pers di Negara Indonesia dan Malaysia.

b. Untuk menjelaskan hukum manakah yang lebih memberikan

perlindungan hukum bagi pers.

Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uib.ac.id/150/4/S-0951004-chapter1.pdfA. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan

7

Universitas Internasional Batam

2. Manfaat

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat

bagi semua kalangan pembaca, khususnya:

a. Bagi Pemerintah

Terutama bagi lembaga legislatif, penulis berharap skripsi ini dapat

dijadikan bahan kajian atas regulasi tentang perlindungan hukum bagi

pers.

b. Bagi Pers

Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan informasi

mengenai perlindungan bagi pers dalam melaksanakan kebebasan pers.

Miming Utami, Perlindungan Hukum Bagi Pers Dalam Melaksanakan Kebebasan Pers di Negara Indonesia dan Malaysia, 2015 UIB Repository©2012