BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... ·...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya derajat kemanusiaan, oleh karena itu pentingnya kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak hak yang lain telah diakui secara internasional. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional, seseorang juga tidak akan mampu memperoleh hak hak nya yang lain. Sesuai dengan konsideran huruf a Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan dijelaskan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Terkait konsep-konsep perlindungan Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia adalah hak hak yang dimiliki manusia semata mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan kerena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia. 1 Didalam pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menjelaskan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai 1 Philip alston & frans magnis-suseno, Hukum Hak Asasi Manusia, PUSHAM UII, Yogyakarta,2008,hlm.11. Juga Jack Donnely, Universal Human Rights in theory and practice, Cornell University press, Ithaca and London, 2003, hlm 7-21. Juga Maurice Cranston, What are Human Right? Taplinger. New York, 1973, hlm. 70.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan dasar diakuinya derajat kemanusiaan, oleh karena itu

pentingnya kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia dan sebagai kondisi yang

diperlukan untuk terpenuhinya hak hak yang lain telah diakui secara internasional.

Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional, seseorang

juga tidak akan mampu memperoleh hak hak nya yang lain. Sesuai dengan

konsideran huruf a Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

dijelaskan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Terkait konsep-konsep perlindungan Hak Asasi Manusia, Hak Asasi

Manusia adalah hak hak yang dimiliki manusia semata mata karena ia manusia.

Umat manusia memilikinya bukan kerena diberikan kepadanya oleh masyarakat

atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata mata berdasarkan martabatnya

sebagai manusia.1 Didalam pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia menjelaskan bahwa Hak Asasi Manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai

1 Philip alston & frans magnis-suseno, Hukum Hak Asasi Manusia, PUSHAM UII,

Yogyakarta,2008,hlm.11. Juga Jack Donnely, Universal Human Rights in theory and practice,

Cornell University press, Ithaca and London, 2003, hlm 7-21. Juga Maurice Cranston, What are

Human Right? Taplinger. New York, 1973, hlm. 70.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

2

makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan

setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hendarmin ranadirekasa memberikan definisi tentang HAM pada hakekatnya

adalah seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warga Negara dari

kemungkinan penindasan, pemasungan dan atau pembatasan ruang gerak warga

Negara oleh Negara, artinya ada pembatasan pembatasan tertentu yang

diberlakukan pada Negara agar hak warga Negara yang paling hakiki terlindungi

dari kesewenang-wenangan kekuasaan. Sedangkan Mahmud MD mengartikan

HAM sebagai hak yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk cipataan

Tuhan, dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir kemuka bumi sehingga hak

tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan pemberian manusia atau Negara.2 Sehingga

dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa HAM adalah hak dasar yang

melekat pada setiap individu sejak dilahirkan kemuka bumi dan bukan merupakan

pemberian manusia ataupun Negara yang wajib dilindungi oleh Negara.

Hak tersebut merupakan anugrah yang wajib dihargai dan dilindungi harkat

dan martabat setiap manusia. Dalam arti ini, maka meskipun setiap orang terlahir

dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya, dan kewarganegaraan yang

berbeda beda, ia tetap mempunyai hak hak tersebut. Inilah sifat universal dari hak

hak tersebut. Selain bersifat universal, Hak Asasi Manusia juga tidak dapat dicabut

(inalienable), artinya seburuk apapun perlakuan yang dialami yang telah di alami

2 Muladi. 2005. Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep dan Implikasinya Dalam

Perspektif hukum dan masyarakat. bandung. Refika aditama.hal.39

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

3

oleh seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan

berhenti menjadi manusia dan kerena itu tetap memiliki hak hak tersebut. Dengan

kata lain, hak hak itu melekat pada dirinya sebagai makhluk insani. Terkait akan

hal ini, sering terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti kasus

penelantaran pasien yang hendak melakukan persalinan di sebuah klinik bersalin di

Desa Martopuro Kec. Purwosari Kab. Pasuruan yang pada saat akan melakukan

persalinan, namun oleh bidan yang bersangkutan di tinggal untuk memenuhi

panggilan dinas oleh BKD Kabupaten Pasuruan yang pada akhirnya pasien

mengalami pendarahan dan akibat dari itu nyawa pasien tidak tertolong.3

Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari

kemungkinan upaya kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran.

Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan, kenyamanan terhadap pelayanan

jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak tersebut maka konsumen akan

terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan dan kesehatan4. Agar

tidak terjadi tindakan medis yang menimbulkan kesalahan atau kelalaian dari

dokter/tenaga kesehatan dan rumah sakit, yang akan menimbulkan kerugian bagi

pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. Ketika pasien dirugikan, pasien

sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dari rumah sakit pemberi jasa pelayanan

kesehatan dalam bidang kesehatan, dibutuhkan suatu perlindungan hukum bagi

pasien sebagai konsumen pelayanan kesehatan. Rumah sakit berkewajiban untuk

memberikan jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan ukuran atau standard

3 Lihat. http://m.detik.com/news/jawatimur/02265768/diduga-telantarkan-pasien-hj-

zubaidah-saya-niat-menolong. Diakses Tanggal 17 januari 2017 4 Jusuf Hanafiah Dan Amri Amir, Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan, (Medan :

Penerbit Buku Kedokteran Egc, 1998), Hal 160

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

4

perawatan kesehatan. Hak pasien adalah mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan

yang diterima tidak semestinya. Masyarakat sebagai konsumen dapat

menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan

intern rumah sakit dalam pelayanan atau kepada lembaga yang memberi perhatian

kepada konsumen kesehatan.

Klinik merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar

dan/atau spesialistik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9

tahun 2014 tentang Klinik. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang

dijamin dalam undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya5. Pelanggaran pelanggaran HAM yang bertentangan dengan

aturan di dalam Peraturan Perundangan yang mengatur tentang hal ini. Jika

mengacu pada UUD 1945 pasal 28H ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang

berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak untuk memperoleh pelayanan

kesehatan.

Kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat

Negara tersebut disamping ekonomi dan sosial. Salah satu upaya pemerintah dalam

peningkatan masyarakat adalah dengan mendirikan rumah sakit disetiap daerah.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

5 Konsiderans Huruf a Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

5

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Bertitik tolak dari ungkapan bahwa rumah sakit atau juga tenaga kesehatan

lainnya, selain bertanggung jawab terhadap kesehatan pasiennya (medical

Responsibilituy) juga bertanggung jawab di bidang hukum (legal Responsibility)

atas pelayanan kesehatan yang diberikan, maka rumah sakit maupun tenaga medis

lainnya harus mengetahui dan memahami pengetahuan hukum dengan baik. Hal ini

menunjukan bahwa antara bidang kesehatan dan bidang hukum saling berkait,

dimana pasal yang menjerat fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun

swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa

pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Fasilitas pelayanan kesehatan,

baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang

muka. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan. Ini artinya, rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan dilarang menolak pasien yang dalam keadaan darurat serta wajib

memberikan pelayanan untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Hal yang sama juga dipertegas dalam Pasal 25 Universal Declaration of

Human Rights (UDHR) yang menyatakan :

1. Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk

kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk

hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan

sosial yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur,

sakit, cacat, ditinggal oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan

keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang

terjadi diluar kekuasaannya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

6

2. Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua

anak, baik yang dilahirkan didalam maupun diluar perkawinan, harus

menikmati perlindungan sosial yang sama.

Maka berdasarkan uraian berikut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ANALISIS PENELANTARAN PASIEN OLEH KLINIK

BERSALIN DITINJAU DARI HUKUM HAK ASASI MANUSIA.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana analisa kasus penelantaran pasien oleh klinik bersalin ditinjau

dari hukum Hak Asasi Manusia ?

2. Bagaimana tanggung jawab serta pemenuhan hak atas kompensasi bagi

korban penelantaran pasien oleh klinik bersalin ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum korban penelantaran pasien oleh

klinik bersalin ditinjau dari hukum Hak Asasi Manusia.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab serta pemenuhan hak atas kompensasi

bagi korban penelantaran pasien oleh klinik bersalin.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian hukum ini adalah:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

7

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pemikiran yang bermanfaat dibidang

ilmu Hukum dan Hukum Hak Asasi Manusia. Khususnya terhadap korban

penelantaran pasien oleh klinik bersalin ditinjau dari hukum Hak Asasi

Manusia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi badan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan

pelayanan dan tanggung jawab hukum terhadap proses pelayanan

kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan bahwa

Ada perlindungan hukum serta tanggung jawab hukum dan juga

pemenuhan hak atas kompensasi bagi korban penelantaran pasien oleh

klinik bersalin.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai

tanggung jawab dan juga pemenuhan hak atas kompensasi bagi korban

penelantaran pasien oleh klinik bersalin ditinjau dari hukum Hak Asasi

Manusia.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

8

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan

Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi

penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan prosedur

pelayanan kesehatan serta kode etik profesi dan juga sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yaitu Undang Undang Nomor 39 tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia dan juga Undang Undang lain yang

relevan.

2. Bagi pemerintah

Untuk dapat lebih berperan aktif dalam memberikan pembinaan dan

pengawasan terhadap penyelenggara fasilitas pelayan kesehatan.

Pemerintah mempunyai kewajiban dalam mengendalikan dan

menyempurnakan layanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat

dalam bentuk regulasi. Sebagai regulator, pemerintah melakukan

pengawasan untuk menjamin agar penyelenggara fasilitas pelayan

kesehatan memberikan pelayanan yang bermutu. Kewajiban pemerintah

untuk memenuhi hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia memiliki

landasan yuridis yang diatur dalam pasal 7 UU kesehatan yang menyatakan

bahwa pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang

merata dan terjangkau oleh masyarakat.

3. Bagi masyarakat

Untuk mengetahui bahwa dalam memperoleh pelayanan kesehatan dijamin

oleh undang undang dan juga agar masyarakat mengetahui bahwa

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

9

memperoleh pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang. Selain itu

agar masyarakat mengetahui bahwa pemerintah maupun penyelenggara

fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab penuh atas pelayanan

kesehatan dan kewajiban memberikan hak atas kompensasi bagi korban

penelantaran pasien oleh klinik bersalin.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

pendekatan yuridis sosiologis, yaitu tanggung jawab lembaga

penyelenggara kesehatan terhadap korban penelantaran pasien oleh

lembaga penyelenggara kesehatan ditinjau dari hukum Hak Asasi Manusia.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data adalah di

klinik bersalin kecamatan purwosari. Adapun alasan kenapa melakukan

penelitian di klinik bersalin kecamatan purwosari karena untuk mengetahui

proses perlindungan hukum korban penelantaran pasien di klinik bersalin

kecamatan purwosari.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari beberapa instansi

di Kabupaten Pasuruan seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan,

dan juga Keluarga Korban melalui wawancara atau interview maupun

pendapat yang diperoleh dari sumber informasi utama/pertama dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

10

dokumen-dokumen resmi yang mana semuanya diperoleh langsung dari

lokasi penelitian.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, hasil penelitian

dalam bentuk skripsi, tesis dan peraturan perundang-undangan terkait

seperti UUD RI 1945, Undang Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia, Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan, Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2014 Tentang Tenaga Kesehatan, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan

Kesehatan, Universal Declaration of Human Right (UDHR), dan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2014 tentang Klinik.

c. Data Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari

ensiklopedia, jurnal hukum, kamus hukum, dan kamus besar bahasa

Indonesia. Penulis menggunakan bahan hukum tersier sebagai bahan

hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap

bahan hukum primer dan sekunder.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

11

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data

penelitian sebagai berikut :

a. Wawancara atau interview yaitu suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pihak pihak

terkait seperti kepala dinas kesehatan Kab. Pesuruan, dan keluarga

korban.

b. Dokumentasi yaitu berupa pengumpulan data yang didapat dari lokasi

penelitian. Penulis memperoleh pengumpulan data dari pihak pihak

terkait yang berkenaan dengan proses penelitian dan penelusuran

perundang-undangan.

c. Observasi yaitu salah satu sarana pengumpulan data sebagai dasar

penulis untuk melakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran yang

lebih lengkap mengenai penelitian yang akan diteliti. Penulis terlebih

dahulu mengamati lokasi penelitian untuk mendapatkan keyakinan

bahwa kasus tersebut benar benar terjadi di klinik bersalin kecamatan

purwosari.

d. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data ini diambil dari

buku buku atau literatur serta peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan teori sebagai tambahan dalam penulisan yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

12

5. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan teknik pengumpulan data penelitian baik wawancara

atau interview, dokumentasi, kepustakaan maupun penelusuran internet

atau studi website telah dirasa cukup, maka penulis menggunakan metode

Deskriptif Analitif yaitu mendiskripsikan dengan cara menggambarkan

kejadian kemudian dianalisa menggunakan Deskriptif Kualitatif.6 Metode

penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak

dapat diukur dengan angka angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak.

Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif

dan cenderung menguunakan analisis dengan pendekatan induktif.

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survey

kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan

informasi, terutama individu dalam menggunakan wawancara secara

mendalam.7 Kemudian mendasarkan pada teori yang ada dalam peraturan

perundang-undangan lalu penulis dapat menarik kesimpulan dan dapat

menghasilkan jawaban dari permasalahan.

G. Sistematika penulisan

Dalam penulisan ini penulis mengemukakan sistematika Penulisan sebagai

berikut:

6 Pedoman penulisan hukum, fakultas hukum, UMM. Hal. 19 7 http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id/2012/02/29/deskriptif-kualitatif/, diakses pada tanggal

15 januari 2017

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

13

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, metode penulisan, rencana jadwal penelitian dan

rencana sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi deskripsi dan

uraian mengenai bahan-bahan teori, doktrin atau pendapat sarjana, dan kajian

yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, terkait dengan permasalahan

yang akan dijadikan penulisan hukum.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta pemaparan hasil

penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan berdasarkan

pada teori dan kajian pustaka.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan,

serta saran-saran dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak

yang terkait.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37805/2/jiptummpp-gdl-ekofirmans-48947... · 2018-10-09 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan dasar diakuinya

14