BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/24236/2/jiptummpp-gdl-noviannesu-36147... ·...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/24236/2/jiptummpp-gdl-noviannesu-36147... ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam komunikasi penyampaian pesan saat ini tidak hanya terpaku
saling bertemu langsung, melainkan juga dapat dilakukan melalui media-
media dan teknologi-teknologi yang sudah tersedia. Saat ini cara seseorang
menyampaikan pesan mulai berubah seiring berjalannya waktu dan adanya
perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dapat merubah cara
penyampaian pesan dalam berkomunikasi, berperilaku dan bersosialisasi
seseorang.
Perkembangan pesat teknologi komunikasi dalam era informasi saat
ini telah melahirkan media-media komunikasi baru untuk menyampaikan
pesan, tentunya hal ini dapat mempermudah dan menyebabkan perubahan
pola penyampaian pesan dalam berkomunikasi yang terjadi dalam
masyarakat. Terlebih lagi dengan hadirnya media internet yang dapat
memberikan kepuasan kepada penggunanya dalam memperoleh informasi
pesan dengan cepat dan praktis (Severin & Tankard, 2009 : 443).
Sama halnya dengan cara penyampaian pesan dakwah yang dahulu
digunakan oleh seorang Da`i untuk menyampaikan pesan kepada para
jamaahnya yaitu dengan bertatap muka secara langsung. Dengan memberikan
ceramah dari masjid satu ke masjid yang lain, dari pengajian yang satu ke-
perkumpulan pengajian yang lainnya (Amin, 2009:112).
Namun kini dengan perkembangn teknologi informasi ini telah
mempengaruhi hampir semua sisi kehidupan manusia. Termasuk dalam
2
aktifitas Dakwah, dimana saat ini Dakwah dalam penyebarannya dapat
menggunakan bantuan internet, inilah yang kita sebut dengan e-dakwah
(Wahid, 2004: 33).
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sampaikanlah dari diriku
walau hanya satu ayat.” Ujaran yang sangat terkenal tersebut berintikan
ajakan untuk senantiasa melakukan aktivitas dakwah dan berbagi
pengetahuan bagi sesama, kapanpun dan dimanapun. Tidak hanya dengan
bertatap muka secara langsung saja, tetapi dengan perkembangan pesat
teknologi penyampaian pesan dakwah juga dapat dilakukan melalui media
internet khususnya dimedia social facebook dan juga twitter.
Media sosial sangat efektif untuk berdakwah, namun menggunakan
media tersebut harus dengan cara yang bijak. Perlu keindahan seni dalam
merangkai kata di facebook dan twitter. Jangan sampai media ini dijadikan
media kemaksiatan. Maka dari itu kita sebagai pengguna media sosial harus
berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media yang ada. Hal itu
disampaikan pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustadz
Adian Husaini dalam ceramah tarawih bertema “Efektifitas Dakwah dengan
Media Jejaring Sosial”di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (9/8/2012) (Dompet
Dhuafa Hong Kong, 2010).
Saat ini banyak sekali masyarakat yang menggunakan media internet
untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Salah satu media yang digunakan
adalah twitter. Twitter sangat digandrungi banyak orang dari berbagai
kalangan mulai dari artis, perusahaan, organisasi, media tv dan radio, dosen,
pelajar, karyawan, wartawan, pengusaha, ustadz, bahkan presiden pun tak
3
ketinggalan menggunakan Twitter. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan
jumlah pengguna Twitter di Indonesia yang mencapai 29.000.000 user seperti
berita yang dirilis oleh Komunitas Gadget Indonesia Gadget.com pada 14
Maret 2013 yang lalu.
Twitter sendiri merupakan alat komunikasi berupa jejaring sosial yang
biasa disebut sebagai sms dalam internet (karena memiliki keterbatasan hanya
140 karakter). Twitter muncul tahun 2006 oleh Jack Dorsey, saat ini twitter
telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia dan saat ini memiliki lebih
dari 100 juta pengguna. Salah satu masyarakat pengguna twitter terbesar
adalah Indonesia. Karena menurut aworldoftweets.com dalam Top 20
countries chart, Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia setelah
Amerika Serikat dan Brazil, serta menduduki posisi 1 di benua Asia dengan
presentase 49,21% .
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dari beberapa akun
da`i yang cukup dikenal dan menggunakan twitter sebagai salah satu media
penyampaian pesan dakwah mereka, antara lain: alm. Ustadz Jefri
(@jefri_buchori) dengan 308,154 followers , Aa Gym (@aagym) 776,998
followers, Ustadz Arifin Ilham (@marifinilham) 246,864 followers, Ustadz
Yusuf Mansur (@Yusuf_Mansur) 1,025,498 followers dan lain-lain. Dari
follower bisa dilihat, meraka adalah Ustadz yang dikenal dan digemari oleh
banyak orang. Tetapi dari beberapa ustadz yang ada, ustadz yang sering
menggunakan twitter secara update adalah Ustadz Yusuf Mansur bisa dilihat
dari jumlah tweet-nya yang sudah mencapai 28,800, dengan tweet 6-15
perhari. Ustadz muda yang dikenal sebagai ustadz ahli sedekah dan ustadz
4
kontroversial ini resmi terdaftar menggunakan twitter pada 27 Mei 2011. Dan
sudah men-tweets sebanyak 28,800 kali tweet per-tanggal 25 Juli 2013, pukul
09. 40 WIB. dan pengikkutnya mencapai 1,025,498 followers.
Ustadz Yusuf Mansyur sendiri sangat antusias terhadap teknologi
informasi sebagai sarana dakwah. Beliau memanfaatkan teknologi informasi
yang sudah ada dengan membuka jaringan sosial, diantaranya twitter, yang
dianggapnya efektif sebagai media dakwah. Banyak pesan-pesan dakwah
yang beliau tulis dalam akunnya. Salah satu pesan dakwah yang beliau
sampaikan adalah mengenai ajakan berselawat 100 kali setiap harinya. Tweet
tersebut mendapat respon yang baik karena banyak yang bertanya mengenai
ajakan pesan tersebut dari para followernya.( Mukhijab, 2012)
Di dalam twitter ustadz Yusuf Mansur tidak hanya menyampaikan
dakwah dengan cara satu arah tetapi beliau juga menggunakan komunikasi
dua arah dengan berinteraksi terhadap followers-nya. Terbukti dimana dalam
pengamatan, peneliti melihat adanya hubungan timbal balik antara Ustadz
Yusuf Mansur dengan menjawab pertanyaan dari Followers-nya, begitu pula
sebaliknya dakwah yang diposting oleh Ustadz Yusuf Mansur dalam twitter
dapat dimengerti dan tersampaikan kepada followers-nya dengan banyaknya
followers yang me-Rettwet dan mem-Favoritkan posting dakwah Ustadz
Yusuf Mansur.
5
Gambar. 1
Gambar. 2
Dari penjelasan singkat diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
“Kecenderungan Pesan Dakwah Dimedia Sosial Twitter (Analisis Isi Pada
Twitter Ustadz Yusuf Mansyur Pada Tanggal 09 Juli- 08 Agustus 2013)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah kecenderungan isi pesan apa yang paling sering muncul
tanggal 09 Juli – 08 Agustus 2013 dalam pesan dakwah Ustadz Yusuf
Mansyur pada media Twitter dan seberapa besar frekuensi kemunculannya?
6
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan:
kecenderungan isi pesan apa yang paling sering muncul tanggal 09
Juli – 08 Agustus 2013 dalam pesan dakwah Ustadz Yusuf Mansyur pada
media Twitter
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis :
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi dan refrensi bagi para mahasiswa dalam kajian penyampaian
pesan dakwah pada media internet kususnya media sosial twitter.
2. Secara Praktis :
Dapat memberikan informasi baru bagi masyarakat pada umumnya,
mengenai apa saja kecenderungan pesan dakwah dalam media sosial
twitter ustadz Yusuf Mansur, dan diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat secara praktis dalam lingkungan sosial, serta dapat menjadi
wawasan barutentang perkembangan media dakwah saat ini.
E. Tinjauan Pustaka
E.1.1 Komunikasi Dakwah
Ahmad Mubarok dalam buku Psikologi Dakwah mengungkapkan
bahwa kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dimana dai
mengomunikasikan pesan dakwah kepada mad`u, baik secara perseorangan
7
maupun kelompok. Secara teknis, dakwah adalah komunikasi dai
(komunikator) dan mad`u (komunikan). Semua hukum yang berlaku dalam
ilmu komunikasi berlaku juga dalam dakwah, hambatan komunikasi adalah
hambatan dakwah, dan bagai mana mengungkapkan apa yang tersembunyi
dibalik prilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan
pada manusia komunikan (Ilaihi, 2010: 24).
Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan
dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok
orang lainnya yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis dengan menggunakan
lambang-lambang baik secara verbal maupun nonverbal dengan tujuan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai
ajaran agama islam, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
melalui media (Ilaihi, 2010 : 26).
Komunikasi dakwah dapat juga diartikan sebagai cara seorang
komunikator (orang yang menyampaikan pesan dakwah, seperti: Ustadz,
Ulama, Kiai, Buya, atau Mubaligh) dalam mengkomunikasikan atau
menyampaikan pesan-pesan Al-Quran dan Hadis kepada umat (khalayak)
agar umat dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan apa yang sudah
disampaikan dalam kehidupan sehari-hari serta menjadikan Al-Quran dan
Hadis pedoman dan pandangan dalam kehidupan.
E.1.2 Unsur-Unsur Dakwah
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen-
komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur
8
tersebut adalah da`i (pelaku dakwah), mad`u (mitra dakwah), maddah (materi
dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek
dakwah). (Aziz, 2004 : 75).
Sednagkan didalam buku Komunikasi Dakwah bahwa unsur-unsur
dakwah dibagi menjadi 6 yaitu Da`i sebagai komunikator, mad`u sebagai
komunikan, pesan dakwah, media dakwah, efek dakwah, dan metode dakwah
(Ilaihi, 2010: 19).
E.1.2.1 Da`i (Pelaku Dakwah)
Yang dimaksud da`i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok atau
berbentuk organisasi atau lembaga. Seorang Da`i juga harus memiliki
pengerahuan dari kandungan dakwah yang disajikan mengenai dakwah dari
sisi akidah, syari`ah, akhlak, maupun tentang Allah, alam semestas, dan
kehidupan serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi,
terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang
dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak
salah dan tidak melenceng. (Aziz, 2004: 75;78).
Di dalam buku komunikasi dakwah selain dai merupakan orang yang
melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan
dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga. Da`i
sendiri dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf
(dewasa) dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu
9
yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut
Islam, sesuai dengan perintah: “sampaikanlah walau satu ayat”.
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus
(mutakhasis) dalam bidang agama islam, yang dikenal dengan
panggilan ulama (Ilaihi, 2010: 19).
E.1.2.2 Mad`u (Mitra Dakwah atau Penerima Dakwah)
unsur dakwah yang kedua adalah mad`u, yaitu manusia yang menjadi
sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak;
atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Mereka yang menerima
dakwah ini lebih tepat disebut mitra dakwah daripada sebutan objek dakwah.
Mad`u sendiri dapat di golongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan
respon:
1. Golongan simpati aktif, yaitu mad`u yang menaruh simpati dan
secara aktif memberi dukungan moril dan materil terhadap
kesuksesan dakwah.
2. Golongan pasif, yaitu mad`u yang masa bodoh terhadap dakwah,
tidak merintangi dakwah.
3. Golongan antipati, yaitu mad`u yang tidak rela atau tidak suka akan
terlaksananya dakwah. (Aziz, 2004: 90; 92)
Sedangkan didalam komunikasi dakwah menurut Muhammad Abduh
membagi mad`u menjadi tiga golongan yaitu:
1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat
berpikir secara kritis , cepat menangkap persoalan.
10
2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-
pengertian tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah mereka
yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu,
tidak sanggup mendalami benar (Ilaihi, 2010: 20).
E.1.2.3 Materi/ Isi Pesan Dakwah
Pada dasarnya pesan dakwah islam tergantung pada tujuan dakwah
yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi
dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
1. Masalah Keimanan ( aqidah)
Aqidah dalam Islam adalah bersifat I’tiqad bathiniyah yang
mencakup masalah masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.
Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah.
Sabda Rasulullah:
“Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat`nya,
kitab-kitab`nya, rasul-rasul`nya, hari akhir dan percaya adanya
ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk. (HR. Muslim)
Dalam bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada
masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi
juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik
(menyekutukan Allah), ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.
11
2. Masalah Keislaman (syariat)
Syariat dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi:
“Islam adalah bahwasanya engkau menyembah kepada Allah, dan
janganlah engkau mempersekutukan-nya dengan sesuatu pun,
mengerjakan shalat, membayar zakat-zakat yang wajib, berpuasa pada
bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji di Mekah
(Baitullah).(HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah.
Pengertian syariah mempunyai dua aspek hubungan yaitu:
a. Hubungan antara manusia dengan Tuhan (vertikal) yang disebut ibadah,
contohnya: thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Hubungan antara manusia dengan sesama manusia (horizontal) yang
disebut muamalat, contohnya:
Hukum Perdata meliputi: Hukum Niaga, Hukum Nikah, dan
Hukum Waris.
Hukum Publik meliputi: Hukum Pidana, Hukum Negara, Hukum
Perang dan Damai (Amin, 2009: 90-91).
3. Masalah Budi Pekerti (Akhlaqul Karimah)
Masalah akhlaq dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah)
merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan
keislaman seseorang. Meskipun akhlaq ini berfungsi sebagai pelengkap,
12
bukan berarti masalah akhlaq kurang penting dibandingkan dengan
masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlaq adalah sebagai
penyempurna keimanan dan keislaman.
Dalam surat Al-Ahzab ayat 21 disebutkan:
“Sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu, bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan hari kemudian dan banyak
mengingat Allah”
Ajaran akhlak atau budi pekerti dalam islam termasuk kedalam
materi dakwah yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat
penerima dakwah. Contohnya: akhlak terhadap Allah Swt dan Akhlak
terhadap makhluk yang meliputi akhlak terhadap manusia dan juga
akhlak terhadap bukan manusia. (Amin, 2009: 90-92).
E.1.2.4 Metode dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang da`i
(komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih
sayang. Dengan kata lain, pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu
pandangan (human oriented) bahwa Islam sebagai agama yang menebarkan rasa
damai menempatkan manusia dalam prioritas yang utama, artinya manusia itu
tidaklah dibeda-bedakan dalam berbagai hal (Amin, 2009: 149).
Metode dakwah berdiri diatas landasan yang sangat demokratis dan
persuasif. Demokratis yang dimaksudkan, bahwa seorang komunikator pada
akhirnya menghargai keputusan final yang akan dipilih oleh pihak
komunikannya. Dai`i sebagai komunikator dalam proses dakwah tidak boleh
13
ada niat sedikitpun untuk memaksakan kehendaknya, kendati hal itu mungkin
saja dapat dilakukannya.
Dalam kedudukannya sebagai juru dakwah, maka seorang da`i itu
benar-benar hanya menyampaikan fakta (statement of fact) terhadap
audiensinya. Cobalah perhatikan beberapa ayat Al-Quran , yang
mengokohkankedudukan da`i yang hanya concern atas penyampaian fakta
semata-mata dan tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk memaksa.
Firman Allah :
“Jika mereka tetap berpaling maka sesungguhnya kewajibanmu hanyalah
menyampaikan yang terang dan nyata. (QA. An-Nahl (16):82)”
Juga firman Allah :
“maka sesungguhnya kewajibanmu hanyalah menyampaikan dan
kewajibanku adalah membuat perhitungan” (QS. Ar-Ra`d (13): 40).
Dari ayat diatas, dapat disimpulkan beberapa prinsip metode dakwah,
sebagai berikut:
Hikmah dan kasih sayang merupakan pemegang peran yang paling
dominan dalam proses penyampaian ide-ide dalam komunikasi dakwah
tersebut. Metode dakwah yang bertumpu pada human oriented menghargai
keputusan final yang diambil oleh pihak-pihak komunikan, dan karena
metode tersebut dakwah menjadi proses penyampaian dan penerimaan ide-ide
secara demokratis. Metode dakwah yang didasarkan atas hikmah dan kasih
sayang itu, dapat memakai segala alat yang dibenarkan menurut hukum,
sepanjang hal tersebut tetap menghargai hak-hak manusia itu sendiri (Amin,
2009: 150-151).
14
E.1.2.5 Media Dakwah
Dalam (Amin, 2009: 112-113) Aktifitas dakwah islam saat ini tidak
cukup dengan menggunakan media-media tradisional, seperti melalui
ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian yang masih menggunakan media
komunikasi tatap muka saja. Penggunaan media-media komunikasi modern
sesuai dengan perkembangan Zaman dan daya pikir manusia harus
dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah islam lebih mengena sasran dan
tidak out of date.
Media dakwah pada zaman Rasulullah dan sahabat sangat terbats,
yakni berkisar pada dakwah qauliyyah bi al-lisan dan dakwah fi`liyyah bi al-
uswah, ditambah dengan media penggunaan surat (rasil) yang sangat terbatas.
Satu abad kemudian, dakwah menggunakan media, yaitu: qashash (tukang
cerita) dan muallafat (karangan tertulis) diperkenalkan. Media yang disebut
terakhir ini berkembang cukup pesat dan dapat bertahan sampai saat ini.
Pada abad ke-14 Hijriah, kita menyaksikan perkembangan dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Disamping pengaruh-
pengaruhnya yang negatif terhadap dakwah, tidak dapat dikesampingkan
adanya pengaruh positif yang dapat mendorong lajunya dakwah. Dalam
rangka inilah, dakwah dengan menggunakan media-media baru seperti surat
kabar, majalah, cerpen, cergam, piringan hitam, kaset, film, radio, televisi,
iklan, puisi, nyanyian, internet dan lainya, dapat mendorong dan membantu
para pelaku dakwah dalam menjalankan tugasnya.
15
Diera informasi canggih seperti sekarang ini, tidak mungkin dakwah
masih hanya menggunakan pengajian di mushalla yang hanya diikuti oleh
mereka yang hadir disana. Penggunaan media-media komunikasi modern
adalah sebuah keniscayaan yang harus dimanfaatkan keberadaannya untuk
kepentingan menyampaikan ajaran-ajaran Islam atau dakwah Islam. Seorang
da`i sudah tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar mencapai tujuan
yang efektif dan efisien, da`i harus mengorganisir komponen-komponen
(unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen adalah media
dakwah.
Dengan banyaknya media yang ada maka da`i harus dapat memilih
media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Tentunya dengan
pemilihan yang tepat atau dengan menetapkan prinsip-prinsip pemilihan
media.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media
adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan
masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki
karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.
2. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak
dicapai
3. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwah
4. Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwah
5. Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya
pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da`i
16
6. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian
7. Efektivitas dan efisiensi harus diperhatikan
Masalah teknologi komunikasi menjadi penting untuk diupayakan
agar para dai menguasainya, karena pada hakekatnya dakwah adalah proses
komunikasi baik media visual, audio, media audio visual, maupun media
internet (Amin, 2009: 114-115).
Media visual mencakup : film slide, OHP, gambar dan foto
Media audio mencakup: radio dan tape recorder,
Media audio visual mencakup: televisi, film atau sinetron, dan video,
Media internet mencakup: websaite, blog, facebook, twitter, dll .
Sedangkan didalam buku Komunikasi Dakwah Media Dakwah yang dipakai
untuk menyampaikan ajaran islam. Menurut Hamzah Ya`qub membagi media
dakwah menjadi lima:
1. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang
menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
2. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, email,
smas), spanduk, dll
3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
4. Audio visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk
televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya.
17
5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan
ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad`u
(Ilaihi, 2010:20-21).
E.1.2.6 Efek Dakwah (Atsr)
Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika dakwah
telah dilakukan oleh seorang da`i dengan materi dakwah, wasilah, thariqah
tertentu maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad`u (mitra/
penerima pesan). Atsar itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang
berarti bekasan, sisa, atau tanda.
Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses
dakwah ini sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para
da`i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan
maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan
langkah-langkah dakwah selanjutnya (Aziz, 2004:138).
Untuk mengetahui sejauh mana efek keberhasilan dakwah dapat dilihat
dari tiga aspek yaitu:
A. Efek Kognitif, dimana setelah menerima pesan dakwah, mitra
dakwah akan menyerap isi dakwah tersebut melalui proses
berfikir, dan aspek kognitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan
pada apa yang diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh mad`u
tentang isi pesan yang diterimanya. Jadi dengan menerima pesan
melalui kegiatan dakwah, diharapkan akan dapat mengubah cara
18
berfikir seseorang tentang ajaran agama sesuai dengan
pemahaman yang sebenarnya.
B. Efek Efektif, merupakan pengaruh dakwah berupa perubahan
sikap komunikan (mitra dakwah) setelah menerima pesan. Sikap
adalah sama dengan proses blajar dengan tiga variabel sebagai
penunjangnya, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.
C. Efek Bihavioral, merupakan suatu bentuk efek dakwah yang
berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam
merealisasikan materi dakwah yang telah diterima sehari-hari.
Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan efektif.
Tingkah laku dan prilaku yang diharapkan dari efek ini adalah
perilaku yang sesuai dengan pesan dakwah, yakni perilaku positif
sesuai dengan ajaran islam baik bagi individu maupun
masyarakat.
Jika dakwah telah dapat menyentuh aspek behavioral yaitu
telah dapat mendorong manusia melakukan secara nyata ajaran-
ajaran islam yang telah dipesankan dalam dakwah maka dakwah
dapat dikatakan berhasil dengan baik dan inilah tujuan final dakwah
(Aziz, 2004: 140-142).
E.1.2.7 Tujuan Dakwah
Tujuan dalam dakwah, harus diketahui oleh setiap juru dakwah atau
Da`i. Karena seseorang yang melakukan aktivitas dakwah pada dasarnya
harus mengetahui tujuan apa yang dilakukannya itu. Tanpa mengetahui
19
tujuan dari aktivitas dakwah tersebut, maka dakwah tidak akan mempunyai
makna apa-apa bagi juru dakwah maupun bagi umatnya (Amin, 2009: 58).
Setiap melakukan suatu dakwah harus mempunyai tujuan yang pasti
dan jelas. Tanpa adanya tujuan tertentu yang harus diwujudkan, maka
penyelenggaraan dakwah tidak mempunyai arti apa-apa. Bahkan hanya
merupakan pekerjaan sia-sia yang akan menghamburkan pikiran, tenaga, dan
biaya saja.
Secara umum tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup manusia didunia dan diakhirat yang diridhai oleh Allah.
Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua macam
tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objective)
Tujuan umum dakwah (mayor objective) merupakan sesuatu yang
hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah
yang masih bersifat umum atau utama, dimana seluruh gerak langkahnya
proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya.
2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dan penjabaran
dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana
arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa
berdakwah, dengan cara apa, bagaimana, dan sebagainya secara terperinci.
Tujuan khusus dakwah sebagai terjemahan dari tujuan umum dakwah
dapat disebut antara lain sebagai berikut:
20
a. Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama islam untuk
selalu meningkatkan taqwa kepada allah. Tujuan khusus dakwah
(minor objective) ini secara operasional dapat dibagi menjadi beberapa
tujuan lebih khusus, yakni:
1. Menganjurkan dan menunjukan perintah-perintah Allah. Perintah
Allah secara garis besar ada dua, yakni islam dan iman.
2. Menunjukan larangan-larangan Allah. Larangan ini meliputi
larangan-larangan yang bersifat perbutan (amaliyyah) dan
perkataan (qauliyyah)
3. Menunjukan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau
bertaqwa kepada Allah.
4. Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada-nya.
b. Membina mental agama (islam) bagi kaum yang masih muallaf.
Penanganan terhadap masyarakat yang masih muallaf jauh berbeda
dengan kaum yang sudah beriman kepada Allah (berilmu agama),
sehingga rumusan tujuannya tak sama. Artinya disesuaikan dengan
kemampuan dan keadaan.
c. Mengajak manusia agar beriman kepada allah (memeluk agama
islam). Tujuan ini berdasarkan atas firman Allah:
“hai sekalian manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa” (QS. Ali Imran (3):19).
21
d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya. Anak-anak adalah penerus generasi masa depan. Mendidik
dan mengajar anak-anak adalah suatu amal nyata bagi masa depan
umat. Dalam al-Quran dan Hadis telah disebutkan bahwa manusia
sejak lahir membawa fitrahnya yakni beragama islam (agama tauhid)
sebagai manifestasi dari ajaran faith in the unity of god.
Kemudian tujuan ini bisa dijabarkan lagi menjadi beberapa tujuan
khusus atau lebih khusus lagi yaitu:
1. Menanamkan rasa keagamaan kepada anak
2. Memperkenalkan ajaran-ajaran islam
3. Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran islam
4. Membiasakan berakhlak mulia
5. Mengajarkan dan mengamalkan Al-Quran
6. Berbakti kepada orang tua
7. Aspek-aspek lain yang intinya mengajarkan ajaran islam kepada anak
(Amin, 2009: 60-65).
E.1.3 Macam-Macam Dakwah
Dalam (Amin, 2009: 11) Secara umum dakwah islam itu dapat
dikategorikan kedalam tiga macam, yaitu:
1. Dakwah bi Al-Lisan
Dakwah bi al-lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui
lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah,
diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah
22
sering dilakukan oleh para juru dakwah, dakwah melalui lisan ini
sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah ditengah-
tengah masyarakat.
2. Dakwah bi Al-Hal
Dakwah bil al-hal adalah dakwah yang dilakukan dengan
perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan
tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya
dapat dirasakan secara nyata dan baik oleh masyarakat sebagai objek
dakwah.
3. Dakwah bi Al-Qalam
Dakwah bil al-qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang
dilakukan dengan keahlian menulis surat kabar, majalah, buku,
maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al
qalam ini lebih luas dari pada melalui media lisan, demikian pula
metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus
untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad`u atau objek
dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-qalam ini.
E.1.4 Strategi Dakwah
Strategi dakwah artinya siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan
dalam aktivitas (kegiatan) dakwah oleh para da`i untuk myampaikan pesan
dakwah. Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah haruslah
memperhatikan beberapa asas dakwah, diantaranya adalah:
23
a. Asas filosofis: asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya
dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas
dakwah.
b. Asas kemampuan dan keahlian da`i (Achievement and professionalis):
asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan
profesionalisme da`i sebagai subjek dakwah.
c. Asas sosiologis: asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah
setempat, mayoritas agama disutau daerah, filosofis sasaran dakwah,
sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya.
d. Asas psikologis: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya
dengan kejiwaan manusia. Seorang da`i adalah manusia, begitu pula
sasaran dakwah yang memiliki karakter unik dan berbeda satu sama lain.
Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan
dalam proses pelaksanaan dakwah.
e. Asas efektifitas dan efisiensi: maksud asas ini adalah didalam aktivitas
dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun
tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Sehingga hasilnya
dapat maksimal.
Dengan mempertimbangkan asas-asas diatas, seorang da`i hanya
butuh menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi mad`u sebagai
objek dakwah (Amin, 2009: 107-108).
Strategi pendekatan dakwah, secara global disebut dalam Al-Quran,
seperti firman Allah dibawah ini:
24
“ Ajaklah kepada jalan tuhanmu dengan jalan hikmah (bijaksana) dan
ajran-ajaran (nasihat-nasihat) yang baik, dan bertukar pikiranlah
dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu lebih mengetahui orang-
orang yang sesat dari jalan-Nya, dan lebih mengetahui siapa orang-
orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl (16): 125).
Sebagai mana telah disebutka dalam ayat diatas, jelas ada tiga strategi
yang dilakukan untuk melaksanakan dakwah, yaitu:
a. Hikmah (dengan kebijaksanaan)
b. Mau`izhah Hasanah (nasihat-nasihat yang baik)
c. Mujadalah bil latii hiya ahsan (diskusi dengan cara yang baik)
Menurut Ali Musthafa Yakub, strategi pendekatan dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad setidaknya ada enam, yaitu:
1. Pendekatan personal (manhaj As-Sirri)
2. Pendekatan pendidikan (Manhaj At-Ta`lim)
3. Pendekatan penawaran (Manhaj Al-ardh)
4. Pendekatan missi (Mnhaj Al-Bi`tsaah)
5. Pendekatan korespondensi (Manhaj Al-Mukatabah)
6. Pendekatan diskusi (Manhaj Al-Mujadalah)
E.1.5 Kode Etik Dakwah
Dalam melakukan aktivitas dakwah perlu ada aturan yang
mengikat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aturan tersebut
merupakan kode etik yang seharusnya diperhatikan dalam aktivitas
dakwah. Kode etik dalam pelaksanaan aktivitas dakwah sebenarnya
25
untuk kepentingan dakwah itu sendiri agar tidak terjadi benturan atau hal
yang tidak diinginkan dalam proses penyebaran agama.
Beberapa etika dakwah yang hendak dilakukan oleh para juru
dakwah dalam melakukan dakwahnya antara lain sebagai berikut:
a. Sopan
b. Jujur
c. Tidak menghasut
Adapun dakwah yang disampaikan seorang da`i harus dilakukan
dengan bijaksana dalam menyampaikan pesan dakwah, yang dimaksud
bijaksana meliputi:
a. Tidak menggunakan kekerasan
b. Tidak dengan cara membuka aib seseorang didepan umum
c. Tidak bersifat memaksa
d. Tidak mengandung perpecahan
e. Tidak menimbulkan kekerasan
f. Tidak bersifat konfrontatif
g. Menjaga kerukunan hidup antarumat beraga
h. Tidak bersifat menghina
i. Tidak menggunakan kata-kata kotor (Amin, 2009:237-238).
E.1.6 Dakwah Melalui Internet (e - Dakwah)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia
Islam, terutama sesudah pembukaan abad kesembilan belas, yang dalam
sejarah Islam dipandang sebagai permulaan periode modern.
26
Kontak dengan dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke
dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya.
Semua ini menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin
Islam pun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan baru itu
Menurut Harun Nasution di dunia Islam juga timbul pikiran dan
gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern itu. Dengan jalan demikian, pemimpin-pemimpin Islam modern
mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran
untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan. (Nasution, 1975: 11).
Dakwah melalui Internet (e-Dakwah) adalah salah satu pemanfaatan
teknologi informasi sebagai respon aktif-kreatif terhadap perkembangan yang
ada. Respon kreatif ini muncul dari kesadaran akan sisi positif teknologi
informasi. Alasan mengapa e-Dakwah menjadi perlu adalah bahwa
penyebaran dakwah konvensional di batasi ruang dan waktu, sedangkan
dakwah digital atau e-Dakwah dapat dilakukan melintasi batas ruang dan
waktu. Semua pengguna Internet dapat tersentuh oleh dakwah jenis ini.
Terdapat tiga alasan mengapa e-Dakwah menjadi penting:
1. Muslim telah menyebar keseluruh dunia.
2. Citra Islam yang baru akibat pemberitaan satu sisi oleh banyak media
barat perlu diperbaiki.
3. Pemanfaatan internet untuk dakwah, dengan sendirinya, juga
menunjukkan bahwa muslim bisa menyesuaikan diri dengan
27
perkembangan peradaban yang ada selama itu tidak bertentangan
dengan akidah.(wahid, 2004: 27-30).
Indikasi yang bisa diperhitumgkan sebagai tolak ukur keberhasilan e-
dakwah jika dikunjungi oleh banyak pengguna internet. Semakin banyak
pengunjung, semakin berhasil sebuah usaha e-dakwah, karena inilah ukuran
tingkat penyebaran nilai-nilai islam (Wahid, 2004: 85).
E.1.6.1 Twitter Sebagai Media Dakwah
Dakwah di zaman modern seperti sekarang ini tak lepas dari ikut
campurnya kecanggihan teknologi. Dakwah menjadi tak cukup ‘hanya’
melalui majelis taklim di dunia nyata. Sekarang ini adalah zaman internet.
Dakwah bisa dilakukan melalui fasilitas internet; melalui makalah yang
disajikan di web, blog, secara live streaming, dan lain sebagainya. Begitu
pula di berbagai media jejaring sosial yang semakin akrab dalam kehidupan
masyarakat saat ini, dakwah bisa dilakukan di dalamnya.
Menurut menteri Kominfo, Tifatul Sembiring bahwa dakwah bisa
dilak sanakan melalui situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Ketika
para dai memahami dan menguasai penggunaan teknologi informasi, maka
bisa digunakan sebagai salah satu sarana dakwah kepada masyarakat. Pada
masa sekarang dengan penguasaan teknologi informasi yang baik, seorang
da`i bisa memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai salah satu sarana dakwah
(Harianhaluan, 2012).
Jejaring sosial seperti twitter bukanlah hanya sebagai sarana cuap-
cuap, cacimaki, curhat, upload foto, dan lain-lain. Tetapi dengan adanya
28
evolusi pemikiran dari cendikia-cendikia muslim, jejaring sosial tersebut bisa
dimanfaatkan sebagai media dakwah. Jejaring sosial seperti twitter bisa
menjadi salah satu media penyampai pesan dakwah yang efektif mengingat
pengguna twitter di indonesia sangat banyak, sehingga penyampaian pesan
dakwah melalui media twitter sangat mungkin dilakukan.
Fenomena modernisasi dalam berdakwah ini sah-sah saja. Karena
pada dasarnya dakwah adalah menyeru kepada kebaikan, di manapun berada.
Dalam QS. An-Nahl ayat 125 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, yang
artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Karenanya dalam konteks dakwah melalui media internet, khususnya
dalam media sosial twitter, sejalan dengan kecepatan penyebaran (diffusion)
Internet di semua sudut bumi, termasuk Indonesia, e-dakwah memang sudah
seharusnya di kelola secara serius. (Wahid, 2004: 88).
E.1.6.2 Teori Model Logika Desain Pesan
Logika Desain Pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang
dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui
pesan yang dipilihnya. B.J. O’Keefe dan Delia menyatakan bahwa pesan
berbasis diri lebih kompleks dalam tindakannya karena mereka menentukan
tujuan yang beragam. O’Keefe menggunakan term kompleksitas tindakan
29
untuk merujuk pada bagaimana kebutuhan yang kompleks ini diatur dalam
suatu interaksi.
Logika Desain Pesan juga menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai alur pikiran berbeda yang digunakan dalam mengurus tujuan-
tujuan yang saling bertentangan. O’Keefe menyimpulkan, variasi strategi
manajemen tujuan yang diamati merupakan hasil dari variasi dalam sebuah
sistem prinsip yang digunakan untuk mendasari makna komunikatif, yang
berbeda dalam definisi komunikasi yang dibentuk dan diusahakan seseorang.
Barbara O’Keefe menunjukkan tiga logika dasar desain pesan, yaitu
ekspresif, konvensional, dan retoris. Tiga desain logis pesan :
1. The expressive logic, melihat komunikasi sebagai cara seseorang
mengekspresikan perasaan dan pemikirannya
2. The conventional logic, melihat komunikasi sebagai hal yang hrus
“dimainkan” dengan mengikuti aturan-aturan tertentu
3. The rhetorical logic, memandang komunikasi sebagai cara yang fleksibel,
memiliki perspektif terhadap pihak yang diajak berkomunikasi (person
centered) (Ardianto & Bambang Q-Anees, 2007:164).
E.1.7 Analisis Isi
Riffe, Lacy, dan Fico dalam buku Eriyanto Analisis Isi, pengertian
Analisis Isi adalah pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari
simbol-simbol komunikasi, dimana simbol ini diberikan nilai numerik
berdasarkan pengukuran yang valid, dan analisis menggunakan metode
30
statistik untuk menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan dan
memberikan konteks, baik produksi ataupun konsumsi.
Ada empat desain analisis isi yang umumnya dipakai untuk
menggambarkan karakteristik pesan yaitu:
1. Analisis yang dipakai untuk menggambarkan pesan dari sumber yang
sama tetapi dalam waktu yang berbeda.
2. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada situasi yang berbeda.
Situasi disini dapat berupa konteks yang berbeda budaya, sosial, dan
politik.
3. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada khalayak yang berbeda.
Khalayak disini merujuk pada pembaca, pendengar, atau pemirsa
media yang mempunyai karakteristik berbeda.
4. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan dari komunikator yang
berbeda (Eriyanto, 2011: 34-39).
Pokok-pokok dalam analisis isi pesan (Message System Analysis) :
1. Meneliti isi keseluruhan dari kecenderungan pendapat dalam
penyajian
2. Meneliti teknik-teknik spesifik yang dipergunakan oleh komunikator
untuk menonjolkan aspek-aspek yang dianggap penting.
Meneliti sifat khas struktur penyusunnan bahan yang disajikan
terutama dalam hubungan sosial yang ingin dicapai atau melandasi
penyajian.
Analisis isi merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengetahui kesimpulan dari sebuah teks. Atau dengan kata lain, analisis
31
isi merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan penulis
yang termanifestasi maupun yang laten. Oleh karenanya, secara praksis
metode ini dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti;
menjembatani isi dari komunikasi internasional, membandingkan media
atau ‘level’ dalam komunikasi, mendeteksi propaganda, menjelaskan
kecendrungan dalam konten komunkasi, dan lain-lain menurut Weber
(dalam Krippendorff, 2004). Dengan demikian, analisis isi lebih akrab
digunakan di bidang komunikasi.
Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi
komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif, valid,
reliabel, dan dapat direplikasi (Eriyanto, 2011: 15).
ada beberapa langkah dalam analisis isi untuk mengumpulkan data
diantaranya:
a. Menetapkan unit yang terekam, hal ini sangat penting dalam proses
pengategorian data. Dalam metode ini dapat dilakukan dengan
beberapa level.
b. Kata, yaitu mengklasifikasi masing-masing kata
c. Paragraf, kalau sumberdaya manusia atau komputer yang tersedia
terbatas, peneliti dapat mereduksinya dengan melakukan pengkodeaan
berdasarakan paragraf. Namun hal ini sulit mendapatkan hasil yang
reliable karena cakupannya terlalu luas.
d. Keseluruhan teks, hal ini dilakukan dalam pengecualian ketika teks
tersebut tidak terlalu banyak, seperti cerpen, headline berita, dan berita
koran.
32
Menyusun kategori harus dilakukan secara baik dan berhati-hati.
Paling tidak terdapat tiga prinsip penting dalam penyusunan kategori yaitu:
1. Kategori haruslah mutually Exclusive (terpisah satu sama lain).
2. Harus Exhaustive (Lengkap)
3. Kategori tidak tumpang tindih.
4. Reliabel
Tujuan dari analisis isi adalah mengukur dan menghitung aspek-
aspek tertentu dalam suatu isi media. Lembar coding (coding sheet) adalah
alat yang dipakai untuk menghitung atau mengukur aspek tertentu dari isi
media. Selain lembar coding, analisis juga membutuhkan sebuah protokol. Ini
yang membedakan antara kuesioner (dalam penelitian survei) dan lembar
coding (dalam analisis isi).
Dalam analisis isi, selain lembar coding, peneliti harus membuat
sebuah panduan dalam mengisi lembar coding. Protokol ini menyediakan
panduan apa saja yang ingin diteliti, bagai mana mengategorikan isi kedalam
kategori tertentu yang dipakai dalam penelitian. Ada dua tujuan utama dari
pembuatan protokol. (Riffe, et al., 1998: 109), dalam (Eriyanto, 2011: 222)
pertama, protokol menyediakan panduan dalam melakukan analisis isi.
Kedua, protokol juga berguna sebagai arsip penelitian. Protokol penelitian
adalah, dokumen yang tidak terpisah dari hasil analisis isi.
Melakukan tes coding di teks sampel. Hal ini diupayakan agar tidak
ada ambiguitas dalam kategori. Tahapan ini juga digunakan untuk merevisi
hal-hal yang tidak tepat dalam skema klasifikasi
33
1. Menilai akurasi atau reabilitas
2. Merevisi aturan pengkodingan
Validitas dalam analisis isi agak berbeda dengan penelitian yang lain,
validitas di sini bukan bermakna hubungan antara dua variabel atau teori.
Menurut Eriyanto (dalam Krippendorf, 2004: 313), arti penting validitas ini
dikatakan sebagai “kualitas hasil penelitian yang membawa seseorang untuk
meyakini fakta-fakta yang ada tidak dapat ditentang.
Ada beberapa jenis validitas yang dikenal dalam analisis isi.
Sejumlah buku menyajikan uraian mengenai beragam validitas dalam analisis
isi. Dari berbagai validitas yang ada, paling tidak ada lima validitas utama
yang biasanya dipakai dalam analisis isi, masing-masing: validitas muka (face
validity), validitas kecocokan (concurrent validity), validitas konstruk
(construct validity) validitas prediktif, dan validitas isi.
Dari kelima validitas yang disebutkan, dapat dipilih kedalam tiga
bagian besar. Pertama, validitas yang berorientasi pada data (data oriented).
Kedua, validitas yang berorientasi pada hasil (product oriented). Ada dua
jenis validitas yang ter masuk dalam validitas yang berorientasi pada hasil ini,
yakni validitas keccocokan dan validitas prediktif. Ketiga, validitas yang
berorientasi pada proses (process oriented) (Krippendorf, 1980: 249-252)
dalam (Eriyanto, 2011: 260).
Walaupun kita dapat melihat bahwa analisis isi dapat terdiri dari dua
pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif, namun Krippendorff menyarankan
untuk tidak mendikotomikan diantara keduanya. Menurutnya, memisahkan
keduanya adalah sebuah kesalahan. Secara eksplisit dan objektif penelitian ini
34
memproses data dengan pengkodingan dan menghitungnya, cara ini popular
di dalam pendekatan kuantitatif. Namun jangan lupa, kita juga menganalisis
konteks yang ini merupakan tradisi kualitiatif. Dengan begitu, analisis isi
adalah jenis penelitian yang dapat menggunakan pendekatan mix-method.
F. Metode Penelitian
F.1. Tipe dan Dasar Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif. Yang
menggambarkan isi pesan yang terkandung dalam twitter Ustadz Yusuf
Mansur. Dengan tipe ini, penelitian ingin mencoba melukiskan secara
sistematis karakteristik bidang tertentu secara faktual.
Metode yang dipakai adalah analisis isi sematik dengan mengamati,
megklasifikasi tanda menurut maknanya dan mengukur frekuensi isi pesan
dakwah yang terkandung dalam twitter Ustadz Yusuf Mansur. Dengan
metode ini peneliti diharapkan akan mengetahui kategori pesan dakwah apa
saja yang dimuat dalam twitter Ustadz Yusuf Mansur dan seberapa sering
kemunculannya. Pada awal masuk bulan ramadhan di akun ustad yusuf
mansur, 09 Juli 2013 sampai dengan 08 Agustus 2013. Selain itu diharapkan
dapat mengetahui kecenderungan tema pesan dakwah apa yang disampaikan
Ustad yusuf mansur melalui akun twitternya.
Analisis isi merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengetahui simpulan dari sebuah teks. Atau dengan kata lain, analisis isi
merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan penulis yang
termanifestasi maupun yang laten. Oleh karenanya, secara praksis metode ini
35
dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti; menjembatani isi dari
komunikasi internasional, membandingkan media atau ‘level’ dalam
komunikasi, mendeteksi propaganda, menjelaskan kecendrungan dalam
konten komunkasi, dan lain-lain menurut Weber (dalam Krippendorff, 2004).
F.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Tweet ustadz Yusuf Mansyur
pada bulan ramadhan mulai 9 Juli 2013 sampai dengan 8 Agustus 2013, yang
berjumlah 944 tweet. Data tersebut diambil dari akun twitter resmi Ustadz
Yusuf Mansyur.
F.3 Unit Analisis & Satuan Ukur
Unit analisis secara sederhana dapat digambarkan sebagai bagian apa dari
isi yang kita teliti dan kita pakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks.
Bagian dari isi ini dapat berupa kata, kalimat, foto, secene (potongan adegan),
paragraf (Eriyanto, 2011:59).
Dan yang dimaksud unit analisis dari penelitian ini adalah kalimat dari
Tweet Ustadz Yusuf Mansyur itu sendiri. Analisis ini dilakukan dengan
mengamati setiap isi postingan twitter Ustadz Yusuf Mansyur. Selain itu,
peneliti juga akan mengaitkannya dengan tema dakwah apa yang paling
sering disampaikan Ustadz Yusuf Mansyur dalam twitternya. Sedangkan
satuan ukur kemunculan pada setiap tweet yaitu item kalimat pada unit
analisis dan disesuaikan dengan struktur kategori.
36
F.4 Struktur Kategori
Materi/Isi Pesan Dakwah
Pada dasarnya pesan dakwah islam tergantung pada tujuan dakwah yang
hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi
dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
1. Masalah Keimanan (aqidah)
Mengacu pada pendapat dari Amin bahwa jika mana terdapat
kalimat yang mengandung permasalahan rukun iman maka kalimat
tersebut dapat termasuk dalam kategorisasi keimanan (Aqidah). Seperti
Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitan Allah,
Iman kepada Rasul, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada Qada
dan Qadarr.
2. Masalah Keislaman (syariat)
Kalimat yang termasuk dalam kategorisasi Keislaman (syariat)
adalah kalimat yang didalamnya mengandung dua aspek hubungan
antara manusia dengan Tuhan (Habluminaullah) seperti shalat, zakat,
puasa, haji, dll dan juga hubungannya dengan sesama manusia
(Habluminannas) seperti hukum niaga dan hukum perdata.
3. Masalah Budi Pekerti (Akhlaqul Karimah)
Jika kalimat mengandung ajaran mengenai akhlak terhadap Allah
dan juga Akhlak terhadap sesama makhluk ciptaan Allah maka kalimat
tersebut dapat termasuk kedalam kategori sasi Budi pekerti (akhlaqul
karimah).
37
F.5 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari akun twitter resmi Ustadz Yusuf Mansur pada 9
Juli 2013 samapi 8 Agustus 2013. Sejumlah 944 tweet. Data tersebut
dikumpulkan dengan cara mengcapture seluruh tweet Ustadz Yusuf
Mansur, lalu kalimat-kalimat dalam tweet dimasukkan kedalam tabel yang
dibuat berdasarkan katagori yang ditetapkan pada tahap pembuatan alat
ukur.
Setelah kategori dan pengukuran dibuat, langkah selanjutnya dalam
analisis isi adalah mengisi lembar coding. Proses mengisi lembar coding
disebut sebagai coding, sementara orang yang mengisi lembar coding disebut
sebagai coder. Coder membaca teks dan mengisi ke dalam lembar coding
yang telah disediakan (Eriyanto, 2011:239).
Sebagai coder, peneliti menentukan tiga orang yaitu saya sebagai
peneliti, lalu Bambang sebagai Coder I, dan juga Risky Yuliana Sebagai
Coder II. Peneliti mensyaratkan coder merupakan person atau orang yang
pernah melakukan penelitian analisis isi sebelumnya.
38
Tabel 1 Lembar Coding
Kecenderungan Pesan Dakwah di Media Sosial Twitter (Analisis Isi Twitter Ustadz Yusuf Mansyur Tanggal 09 Juli- 08 Agustus 2013)
No Tanggal Isi Tweet
Kategorisasi
Aqidah Syariat Akhlaqul
Karimah
A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 C1 C2
a b
Total
Keterangan :
Aqidah:
A1 : Iman Kepada Allah
A2 : Iman Kepada Malaikat
A3 : Iman Kepada Kitab Allah
A4 : Iman Kepada Rasul
A5 : Iman Keapada Hari Akhir
A6 : Iman Kepada Qada dan Qadar
39
Syariat:
B1 : Hubungan Manusia dengan Tuhan
B2 : Hubungan Manusia dengan Sesama
a : Hukum Perdata
b : Hukum Pidana
Akhlaqul Karimah:
C1 : Akhlak Kepada Allah
C2 : Akhlak Kepada Sesama
Kemudian data dimasukkan kedalam tabel frekuensi untuk
memudahkan perhitungan guna mengetahui banyaknya frekuensi
kemunculan dari masing-masing kategori.
F.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis isi (AI), dimana menurut Eriyanto (2011) analisa isi adalah, sebuah
teknik penelitian yang ditujukkan untuk mengtahui gambaran karakteristik isi
dan menarik inferensi dari isi. Analisis ditujukkan untuk mengidentifikasi
secara sistematis isi komunikasi yang tampak (manifes), dilakukan secara
objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi.
Hasil analisis isi dapat dideskripsikan dalam betuk tabel frekuensi.
Tabel ini memuat frekuensi dari masing-masing kategori dan persentase
(Eriyanto, 2011c:305). Tabel frekuensi yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut :
40
Tabel 2 Kecenderungan Pesan Dakwah di Media Sosial Twitter
(Analisis Isi Twitter Ustadz Yusuf Mansyur Tanggal 09 Juli- 08 Agustus 2013) Kategori Pesan Dakwah Frekuensi Persentase
Aqidah
Syariat
Akhlaqul Karimah
Total
F.7 Uji Reliabilitas
Dalam penelitian untuk keakuratan data yang dihasilkan penelti
menggunakan tehnik reliabilitas observasi (pengamatan) yang dibantu oleh
dua orang pengamat untuk mencari tingkat persetujuannya. Adapun langkah-
langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
Mula-mula Koder I dan Koder II bersama-sama melakukan koder
dengan menggunakan sebuah format pengamatan dan diisi bersama-sama.
Format isian yang dimaksud hanya terdiri dari dua kolom yang memuat
alternative jawaban “ “ dan “-”. Untuk mencapai tingkat reabilitas yang
diisyaratkan, maka perlu dilakukan pendefisian batasan kategori sedetail
mungkin, memberiakn pengertian dan pelatihan terhadap koder. Reliabilitas
antar koder dapat dihitung dengan formula yang dibuat Holsty, yang
digunakan untuk menentukan reabilitas data nominal. Menurut Dominick
(2000: 155-152) untuk menghitung kesepakatan dari hasil penilaian para
koder peneliti menggunakan rumus Holsty sebagai berikut:
41
C.R = 21
2NN
M
Keterangan :
C.R : Coofisien Reliability
M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua
pengkode
N1, N2 : Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh
pengkode dan peneliti dari hasil yang
diperoleh, akan ditemukan observed agreement
yang diperoleh dari penelitian.
Hasil selanjutnya kemudian menurut Scott dikembangkan dalam ‘Index of
Reliability” yang bukan hanya mengoreksi dalam suatu kelompok kategori,
tetapi juga kemungkinan frekuensi yang timbul. Rumus Scott adalah sebagai
berikut:
Pi =reementExpectedAg
reementExpectedAgreementObservedAg%1
%%
Pi : Nilai keterhandalan.
Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reliabilitas kategorisasi
adalah 0,75. Jika persetujuan antara pengkoding (periset dan hakim) tidak
mencapai 0, 75, maka kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan lebih
spesifik lagi.Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat
keterandalan atau keterpercayaan (Kriyantono, 2010d:238-240).