BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22304/4/Chapter... ·...

26
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara internasional, kontrak merupakan inti dari sebuah transaksi atau perjanjian, oleh karena itu hukum kontrak merupakan hal yang penting untuk individu ataupun perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kontrak biasanya dimulai dengan adanya suatu janji, akan tetapi tidak semua janji itu menjadi suatu kontrak. Atas dasar inilah Subekti mendefinisikan kontrak sebagai peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain di mana orang lain saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. 1 Janji itu mengikat dan janji itu menimbulkan utang yang harus dipenuhi. 2 Untuk menentukan bagaimana kontrak atau janji disusun dan kontrak manakah yang bisa digunakan sebagai peraturan yang bisa memaksa para pihak untuk menggunakannya, menjadi lebih sulit jika suatu perjanjian itu sifatnya internasional yang mana masing-masing negara mempunyai hukum yang berbeda- beda. Perdagangan internasional berkaitan dengan berbagai aspek, termasuk hukum terutama Hukum Perdagangan Internasional. Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional sebagai: 1 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, hlm. 36 2 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Lahir Dari Perjanjian, Buku II, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 146 1 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22304/4/Chapter... ·...

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara internasional, kontrak merupakan inti dari sebuah transaksi atau

perjanjian, oleh karena itu hukum kontrak merupakan hal yang penting untuk

individu ataupun perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kontrak biasanya dimulai

dengan adanya suatu janji, akan tetapi tidak semua janji itu menjadi suatu kontrak.

Atas dasar inilah Subekti mendefinisikan kontrak sebagai peristiwa di mana

seseorang berjanji kepada orang lain di mana orang lain saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu.1 Janji itu mengikat dan janji itu menimbulkan utang yang

harus dipenuhi.2 Untuk menentukan bagaimana kontrak atau janji disusun dan

kontrak manakah yang bisa digunakan sebagai peraturan yang bisa memaksa para

pihak untuk menggunakannya, menjadi lebih sulit jika suatu perjanjian itu sifatnya

internasional yang mana masing-masing negara mempunyai hukum yang berbeda-

beda.

Perdagangan internasional berkaitan dengan berbagai aspek, termasuk hukum

terutama Hukum Perdagangan Internasional. Schmitthoff mendefinisikan hukum

perdagangan internasional sebagai:

1 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, hlm. 36

2 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Lahir Dari Perjanjian, Buku II, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1995, hlm. 146

1

Universitas Sumatera Utara

13

“…the body of rules governing commercial relationship of a private law nature involving different nations“

3 (peraturan-peraturan yang mengatur hubungan komersial

dari hukum privat yang menyangkut negara-negara yang berbeda). Dari definisi ini

didapatkan unsur-unsur sebagai berikut:

1) Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturan yang mengatur

hubungan-hubungan komersial yang sifatnya hukum perdata.

2) Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksi yang berbeda

negara.4

Cakupan dari hukum ini menurut Schmitthoff meliputi:

1) Jual beli dagang internasional:

(i) pembentukan kontrak;

(ii) perwakilan-perwakilan dagang (agency);

(iii) pengaturan penjualan eksklusif;

2) Surat-surat berharga;

3) Hukum mengenai kegiatan-kegiatan tentang tingkah laku mengenai

perdagangan internasional;

4) Asuransi;

5) Pengangkutan melalui darat dan kereta api, laut, udara, perairan

pedalaman;

6) Hak milik industri;

7) Arbitrase komersial.

Adapun prinsip-prinsip dasar (fundamental principles) dari bidang hukum ini

menurut Aleksander Goldstajn ada tiga, yaitu:

(1) Prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak (the principle of the freedom of

contract);

(2) Prinsip pacta sunt servanda; dan

(3) Prinsip penggunaan arbitrase.5

Sumber hukum perdagangan internasional meliputi perjanjian internasional,

hukum kebiasaan internasional, prinsip-prinsip hukum umum, putusan-putusan badan

3 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 4

4 Ibid

5 Freddy Leonardo, Hukum Dagang Internasional:

http://freddyleonardo77.blogspot.com/2010/03/hukum-dagang-internasional-bab-i-ruang.html, diakses

tanggal 31 Augustus 2010

Universitas Sumatera Utara

14

pengadilan dan doktrin, kontrak-kontrak, dan hukum nasional. Di antara berbagai

sumber hukum tersebut yang terpenting adalah perjanjian atau kontrak yang dibuat

sendiri oleh para pedagang sendiri. Demikian, kontrak tersebut harus memenuhi

beberapa standar internasional, seperti:

a. Kewajiban memenuhi standar kualitas (quality standard),

b. Kejujuran dan keadilan (good faith and fair dealing),

c. Permainan bersih (fair play),

d. Perlindungan pihak lemah (protection for the weak),

e. Pembinaan usaha yang baik (good corporate governance),

f. Persaingan sehat (fair competition), dan

g. Perlindungan konsumen (consumer protection).6

Hukum kontrak pada kenyataannnya sangat beragam karena adanya perbedaan

sistim hukum di masing-masing negara tersebut. Kalaupun ada persamaan, hanya

terkait dengan prinsip-prinsip umum yang diaplikasikan secara nyata sebagai

pedoman dalam pembentukan kontrak internasional yang lingkup obyeknya begitu

luas, sedangkan aturan-aturan yang sifatnya substansif berbeda di masing-masing

negara. Kondisi seperti ini tentunya tidak kondusif bagi aktifitas dunia bisnis

internasional. Adanya perbedaan aturan di masing-masing negara kadang-kadang

menghambat terlaksananya transaksi bisnis internasional yang menghendaki

6 Taryana Soenandar, Prinsip-prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan

Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 7

Universitas Sumatera Utara

15

kecepatan dan kepastian.7 Kepastian ini akan terdapat hubungan dengan perlindungan

para pihak yaitu adanya penentu proses hubungan hukum selanjutnya.

Aktifitas bisnis pada dasarnya senantiasa dilandasi aspek hukum terkait. Tidak

akan berlebihan jika keberhasilan suatu proses bisnis yang menjadi tujuan akhir para

pihak hendaknya senantiasa memperhatikan aspek kontraktual yang mencakup

aktifitas bisnis tersebut. Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila

pertama-tama dan terutama kontrak tersebut dibuat secara sah karena hal ini akan

menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya.8

Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian, kontrak adalah salah satu dari dua

dasar hukum yang ada selain undang-undang (KUH Perdata Pasal 1233) yang dapat

menimbulkan perikatan. Perikatan adalah suatu keadaan hukum yang mengikat satu

atau lebih subjek hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain.9

Hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Hukum perjanjian memberikan

kebebasan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja,

asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Sistem ini melahirkan

prinsip kebebasan berkontrak (freedom of contract) yang membuka kesempatan

kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk menentukan hal-hal berikut ini.

a. Pilihan hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiri

dalam kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap interpretasi kontrak

tersebut.

b. Pilihan forum (choice of forum), yakni para pihak menentukan sendiri dalam

kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi sengketa

di antara para pihak dalam kontrak tersebut.

7 Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Rafika Aditama, Bandung, 2008,

hlm. 29 8 Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang

Mediatama, Yogyakarta, 2008, hlm. 136 9 Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak, Gramedia Widiarsana,

Jakarta, 2001, hlm. 7

Universitas Sumatera Utara

16

c. Pilihan domisili (choice of domicile), dalam hal ini masing-masing pihak

melakukan penunjukan di manakah domisili hukum dari para pihak tersebut.10

Pembentukan kontrak komersial yang dilandasi pertukaran hak dan kewajiban

para pihak secara proporsional akan menghasilkan kontrak yang adil (fair). Untuk

itu proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban dapat dicermati dari substansi

klausula-klausula kontrak yang disepakati para pihak.11

Pada tahun 2007 diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2007 tentang

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, letak Batam di sisi jalur

perdagangan internasional paling ramai di dunia dan perannya yang demikian penting

sebagai salah satu gerbang dan ujung tombak ekonomi Indonesia merupakan

pertimbangan utama bagi penetapan kawasan Batam sebagai Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas, selanjutnya Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran mendorong peran pihak swasta dalam mengembangkan potensi maritim

Indonesia, dalam bentuk-bentuk layanan bernilai tambah sehingga dapat memasukkan

devisa bagi negara dan membuka lapangan pekerjaan.

Lokasi yang sangat unik tersebut membuat para investor dari berbagai negara

mulai melirik potensi yang ada di Batam. Sejalan dengan hal itu dalam kurun waktu

kurang dari 10 tahun telah berdiri banyak perusahaan-perusahaan asing yang

menanamkan modalnya di Batam.12

Salah satunya adalah perusahaan galangan kapal

10

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2003, hlm. 137 11

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 177 12

Makmun: Ajun Penelitian Madya Pada Badan Analisa Fiskal Departemen Keuangan,

Pengaruh Ketersediaan Tenaga Kerja Dan Pembentukan Nilai Tambah Terhadap Investasi Di Sektor

Universitas Sumatera Utara

17

yang dikonsentrasikan berada di Tanjung Uncang, Batu Ampar, Kabil, Sekupang dan

beberapa tempat lainnya.

Persaingan antar industri galangan kapal tidak hanya dalam menggali potensi

pasar akan tetapi juga bagaimana suatu industri itu mempertahankan loyalitas

konsumen agar tidak direbut oleh perusahaan lainnya. Untuk mendukung strategi

tersebut perlu didukung dengan adanya proses internal dan eksternal yang baik. Salah

satu upaya eksternal yang dapat dilakukan agar konsumen tetap loyal dan sekaligus

memberikan daya tarik bagi calon konsumen yang lain adalah dengan menjaga

reputasi perusahaan di mata konsumen. Namun reputasi yang baik ini tidak dapat

dibangun tanpa dukungan proses internal dari dalam perusahaan. Proses internal yang

sangat berpengaruh dalam hal ini adalah bagaimana menyusun suatu perjanjian atau

kontrak yang dapat memfasilitasi keinginan konsumen dengan baik. Hal ini perlu

menggunakan perhitungan dan pertimbangan yang baik.

PT. Sinbat Precast Teknindo13

merupakan salah satu perusahaan galangan kapal

yang berlokasi di Batam, perlu meningkatkan daya saingnya di pasar internasional

agar dapat menjadi galangan kapal dunia yang dapat diperhitungkan bukan hanya

dalam pasar dalam negeri akan tetapi juga di pasar internasional. Perbaikan dari hal

paling kecil harus tetap diusahakan. Salah satu usaha perbaikan tersebut adalah

melakukan perencanaan penyusunan kontrak perjanjian dengan mengoptimalkan

sumber daya yang ada sehingga mampu menampung seluruh keinginan konsumen

Industri (Studi Kasus Kota Batam), http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5Cmakmuns-

1.pdf, diakses 23 Agustus 2010 13

PT Sinbat Precast Teknindo: www.ptsinbat.com

Universitas Sumatera Utara

18

dengan hasil yang dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan melakukan

perancangan pembuatan kontrak perjanjian yang baik dan benar dengan

memperhitungkan perencanaan yang matang tentang pengetahuan hukum dan

peraturan dari pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Demikian PT. Sinbat Precast

Teknindo Indonesia ini, semenjak didirikan juga menggunakan kontrak untuk

menunjang beroperasinya manajemen perusahaan.

Aktifitas bisnis pada dasarnya senantiasa dilandasi aspek hukum terkait. Maka

tidak akan berlebihan apabila keberhasilan suatu proses bisnis yang menjadi tujuan

akhir para pihak hendaknya senantiasa memperhatikan aspek kontraktual mereka.14

Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama

kontrak tersebut dibuat secara sah karena hal ini menjadi penentu proses hubungan

hukum selanjutnya.15

Kontrak-kontrak yang dibuat dan dipergunakan di perusahaan tersebut pada

umumnya adalah kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal dan pembuatan kapal.

Kapal dalam hal ini adalah obyek dari perjanjian tersebut jenisnya bervariasi

tergantung dari perjanjian masing-masing. Pada kontrak-kontrak tertentu dibuat

dengan pihak-pihak yang bertaraf internasional dengan arti berkewarganegaraan lain

atau badan hukum yang berasal dari luar Indonesia. Demikian pula jangka waktu

masing-masing kontrak adalah berbeda-beda tergantung atas ruang lingkup pekerjaan.

Selanjutnya bentuk kontrak-kontrak tersebut selalu tertulis, menggunakan Bahasa

14

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 134 15

Ibid, hlm. 136

Universitas Sumatera Utara

19

Inggris, tidak didaftarkan dan dibuat di bawah tangan. Penggunaan bahasa di sini

selalu digunakan bahasa Inggris yang dianggap sebagai Bahasa Internasional. Para

pihak dianggap telah mengerti dengan benar arti masing-masing klausula dalam

kontrak, apabila tidak maka dalam tahap negosiasi dan penandatangan tetap

dibacakan perpasal dengan jelas sehingga alasan ketidaktahuan mengenai bahasa bisa

dieliminasi dengan jelas. Terjemahan dilakukan apabila dari pihak-pihak tertentu

membutuhkan kontrak tersebut dilakukan dalam bahasa lainnya. Contoh disini adalah

Pihak Berwenang Pelabuhan Batam untuk mengurus Ijin Pelayaran. Walaupun klien

PT Sinbat adalah subyek hukum lokal (berbadan hukum Indonesia) maka bahasa

yang digunakan adalah Bahasa Inggris, akan tetapi dibuat juga dalam Bahasa

Indonesia (apabila dibutuhkan). Pilihan hukum dan pilihan forum yang digunakan

dalam beberapa kontrak tidak selalu menggunakan Pilihan hukum Indonesia

walaupun kontrak tersebut dibuat dan dilaksanakan di wilayah Indonesia. PT. Sinbat

Precast Teknindo ini adalah sebuah perusahaan asing (PMA) akan tetapi didirikan di

bawah hukum Indonesia sehingga secara otomatis tunduk pada hukum Indonesia.

Terjadi berbagai pertanyaan yang timbul terutama atas keabsahan pengaplikasian

kontrak tersebut berdasarkan hukum kontrak di Indonesia.

Melihat pentingnya kajian hukum berdasarkan uraian di atas maka akan

menarik untuk menelaah lebih jauh khususnya mengenai kontrak-kontrak tersebut

dengan cara membahas dan menuangkannya dalam penulisan hukum yang berjudul

”Tinjauan Yuridis Atas Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal Di PT.

Sinbat Precast Teknindo, Indonesia Di Pulau Batam”.

Universitas Sumatera Utara

20

B. Perumusan Masalah.

Dengan latar belakang dan alasan-alasan tersebut di atas, penulis tertarik untuk

meninjau secara yuridis permasalahan yang ada yaitu:

1. Bagaimana kedudukan hukum kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal di

PT. Sinbat Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak di PT. Sinbat Precast

Teknindo dilihat dari hak dan kewajiban masing-masing?

3. Bagaimana cara penyelesian sengketa dalam kontrak di PT. Sinbat Precast

Teknindo ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan rumusan permasalahan, maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kedudukan hukum kontrak perbaikan kapal di PT. Sinbat

Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak perbaikan

kapal di PT. Sinbat Precast Teknindo dengan melihat hak dan kewajiban para

pihak.

3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam menjalankan

kontrak-kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo.

Universitas Sumatera Utara

21

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil tinjauan yuridis ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik

secara teoritis maupun secara praktis yaitu:

1. Secara teoritis.

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan perbandingan dan bisa

memberikan bahan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum

pada umumnya dan bidang hukum kontrak atau perjanjian, serta hukum bisnis

pada khususnya.

2. Secara praktis.

Penelitian ini dimaksudkan dapat memberikan kegunaan bagi para pihak yang

terkait yaitu antara lain:

a. Bagi kalangan akademisi yang tertarik untuk mengetahui bahkan untuk

meneliti lebih lanjut mengenai materi permasalahan ini dan dapat

menggunakannya sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian yang

berikutnya.

b. Bagi masyarakat umum atau pelaku bisnis lainnya agar lebih mengetahui

dan memahami mengenai perjanjian atau kontrak antara pelaku bisnis

khususnya pada bidang yang sama yaitu bidang perbaikan kapal atau

pembuatan kapal dan bisa memberikan masukan, acuan, perbandingan

atau referensi bagi semua pihak lainnya yang berkepentingan, serta bisa

memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sama.

Universitas Sumatera Utara

22

c. Bagi perusahaan galangan kapal selaku pelaku bisnis agar lebih

memahami mengenai kontrak tersebut khususnya perjanjian-perjanjian

perbaikan kapal dan pembuatan kapal, sekaligus bisa digunakan sebagai

bahan penyempurnaan tentang hukum kontrak dalam ruang lingkup yang

sama.

E. Keaslian Penelitian

Sudah banyak buku-buku hukum, jurnal, penelitian, seminar dan lain

sebagainya yang dilakukan berbagai pihak untuk menyempurnakan bagaimana

kontrak-kontrak yang baik dan benar agar bisa melindungi dan memfasilitasi

keinginan dari masing-masing subyek hukum yang masuk dalam kontrak tersebut,

akan tetapi selama ini (berdasarkan penelitian di perpustakaan di Universitas

Sumatera Utara) tentang tinjauan yuridis atas kontrak perbaikan kapal (terutama di

lingkungan PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia) belum pernah dilakukan, oleh

sebab itu tinjauan yuridis ini bersifat eksploratif dan diharapkan dapat menjadi kajian

yang kritis dan orisinil dari kontrak-kontrak yang telah dibuat tersebut dan juga

memberikan manfaat bagi para pengguna kontrak dan pihak lain yang berhubungan

dengan kontrak. Dari penelusuran kepustakaan tersebut, dengan demikian penelitian

pokok masalah dalam penilitian ini adalah asli serta dapat dipertanggungajawabkan

keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara

23

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukum yang sifatnya dinamis

mengalami perubahan dan perkembangan. Dalam hubungannya dengan

perkembangan tersebut maka timbul teori-teori yang baru. Suatu teori juga

mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan, dan

memberikan taraf pemahaman tertentu.16

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif maka kerangka teoritis

diarahkan secara khas ke dalam ilmu hukum. Kerangka teoritis adalah konsep-konsep

yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan

yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-

dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.

Kerangka teori dalam penelitian ini dimulai dari pembahasan tentang kontrak.

Kontrak sebagai wadah mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain

menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil. Dalam melakukan hubungan

sosial antara subyek hukum satu dengan subyek hukum yang lain yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan maka kontrak atau perjanjian adalah salah satu sarana

yang digunakan sebagai wadah pemenuhan tersebut.

Pengertian tentang kontrak pada umumnya sama akan tetapi berbeda-beda

menurut definisi penekanannya. Beberapa definisi yang diberikan terhadap istilah

kontrak antara lain:

Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih (dalam hal ini subyek

hukum) saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan

tertentu, biasanya secara tertulis.17

Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984, hlm. 6 17

Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit., hlm. 1

Universitas Sumatera Utara

24

diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan melaksanakannya sehingga perjanjian

tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbintenis).18

Dengan demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak

yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah sumber

hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.19

Dalam Pasal 1313

KUH Perdata menyebutkan:

”Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

Definisi selanjutnya kontrak adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan

akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau

menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya.20

Sedangkan Black’s Law Dictionary mengartikan:

Kontrak sebagai suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang

menciptakan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

tindakan tertentu (“An agreement between two or more persons which creates an obligation to do or not to do a particular thing”)21

Pada prinsipnya kontrak terdiri dari satu atau serangkaian janji yang dibuat para

pihak dalam kontrak. Esensi dari kontrak itu sendiri adalah perjanjian. Atas dasar ini

18

Djunaidi Abdullah, Hukum Perjanjian (Kontrak) Dalam Bisnis, Jurnal Hukum, hlm. 2 19

Kontrak Bisnis Perjanjian (http://yea.co.id/kontrak-bisnis-perjanjian.html), diakses tanggal

2 Agustus 2010 20

Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Hukum Dagang Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 29

21 Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, St. Paul Minn.: West Publisher., 5

th

edition, USA, 1949, hlm. 291-292.

Universitas Sumatera Utara

25

Subekti mendifinisikan kontrak sebagai peristiwa di mana seseorang berjanji kepada

orang lain di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.22

Kedudukan perjanjian atau persetujuan perseorangan dalam kerangka hukum di

Indonesia ada di hukum perdata, tepatnya diatur dalam hukum pribadi dan hukum

harta kekayaan. Dalam sistim dalam KUH Perdata Pasal 1338 ayat (1) menegaskan

bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang yang

membuatnya. Dalam hubungannya dengan kebebasan berkontrak atau yang sering

disebut sebagai sistim terbuka adalah adanya kebebasan seluas-luasnya yang oleh

undang-undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang

apa saja asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan

dan ketertiban umum.23

Menurut Mariam Darus Badrulzaman ”semua” mengandung arti meliputi

seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun yang tidak dikenal oleh

undang-undang. Kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu

kebebasan menentukan ”apa” dan ”siapa” perjanjian itu diadakan.24

Terdapat 3 prinsip dasar dalam Hukum Perdagangan Internasional yaitu prinsip

kebebasan berkontrak, prinsip asas pacta sun servanda (daya mengikat kontrak) dan

prinsip arbitrase.25

Kebebasan berkontrak dalam konteks Hukum Perdata

Internasional diwujudkan dalam berbagai bentuk. Kebebasan untuk memilih isi,

22

Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit., hlm. 36 23

Hasanuddin Rahman, Seri Ketrampilan Merancang Kontrak Bisnis, Contract Drafting,

Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 14 24

Hasanuddin Rahman, op.cit., hlm. 15 25

Dirdjosisworo, Soedjono, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 11

Universitas Sumatera Utara

26

pilihan hukum, pilihan forum dan lain sebagainya. Akan tetapi kebebasan tersebut

mempunyai batas-batas. Batas ini dilihat dengan adanya bermacam-macam ketentuan

mengenai kontrak iternasional khususnya dalam kontrak komersial.26

Paradigma baru hukum kontrak timbul dari dua dalil di bawah ini:27

a. Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan adalah sah (geoorloofd);

b. Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan secara bebas adalah adil dan

memerlukan sanksi undang-undang.

Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak di

mana masing-masing pihak yang ada didalamnya dituntut untuk melakukan satu atau

lebih prestasi. Dalam pengertian demikian kontrak merupakan perjanjian. Namun

demikian kontrak merupakan perjanjian yang berbentuk tertulis.28

Kontrak dalam Hukum Perdata Indonesia yaitu Burgerlijk Wetboek (BW)

disebut overeenkomst yang bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti

perjanjian. Menurut Peter Mahmud Marzuki mengatakan:

”Bahwa suatu perjanjian mempunyai arti yang lebih luas daripada kontrak.

Kontrak merujuk kepada suatu pemikiran akan adanya keuntungan komersil

yang diperoleh kedua belah pihak, sedangkan perjanjian dapat saja berarti social agreement (kesepakatan umum) yang belum tentu menguntungkan kedua belah

pihak secara komersil”29

26

Ak., Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 7 27

Ridwan Khairandi, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Terbitan Pascasarjana FH-UI,

Jakarta, 2003, hlm. 81 28

Hikmahanto Juwana, Modul Perlatihan Teknik Pembuatan dan Penelaahan Kontrak Bisnis, Modul/Makalah Terbitan Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2003, hlm. 1

29 Peter Mahmud Marzuki, Batas-batas Kebebasan Berkontrak, Yuridika, Volume 8 No. 3,

Surabaya, Mei 2003, hlm. 5

Universitas Sumatera Utara

27

Fungsi kontrak dalam hukum bisnis adalah untuk mengamankan transaksi.

Tidak disangkal bahwa hubungan bisnis dimulai dari kontrak. Menurut Pollock

sebagaimana dikutip oleh P.S Atiyah, a contract is a promise or a set of promises,

which the law will enforce.30

(kontrak adalah suatu janji atau janji-janji dimana janji

tersebut akan dipaksakan oleh hukum).

Pollock menjelaskan bahwa kontrak seperti lazimnya perjanjian akan tetapi

merupakan janji yang diwajibkan atau diatur oleh hukum atau peraturan. Untuk

selanjutnya maka kontrak mengandung 2 elemen yaitu:

a. Perjanjian

b. Perjanjian yang diwajibkan pemenuhannya oleh hukum

Selain pengertian yang diberikan oleh Pasal 1313 KUH Perdata, terdapat

definisi lain tentang perjanjian yaitu sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji

kepada orang lain atau di mana dua orang atau lebih itu berjanji untuk melaksanakan

suatu hal.31

Dengan adanya pengertian ini maka timbul suatu hubungan antara dua

pihak atau lebih yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian berupa suatu

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji yang diucapkan atau ditulis. Jadi

perikatan yang dilakukan dengan suatu kontrak tidak lagi hanya berupa suatu

rangkaian perkataan yang mengandung janji tetapi sudah merupakan perjanjian yang

sengaja dibuat secara tertulis sebagai alat bukti bagi para pihak.

30

P.S Atiyah, An Introduction To The Law of Contract, Oxford: Oxford University Press, USA,

1981, hlm. 28 31

Subekti, op.cit., hlm. 1

Universitas Sumatera Utara

28

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih

berdasarkan pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lainnya

berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Dengan kata lain hubungan hukum yang

terjadi karena adanya kontrak (perjanjian tertulis) dikatakan perikatan karena kontrak

tersebut mengikat para pihak yang terlibat didalamnya yaitu hak dan kewajiban yang

timbul didalamnya. Kewajiban-kewajiban yang timbul dari kontrak dapat dipaksakan

secara hukum. Jadi suatu perjanjian yang tidak mengikat atau tidak dapat dipaksakan

adalah bukan perikatan. Bagaimana perjanjian yang dapat dipaksakan? Yaitu

perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian atau kontrak.

Untuk syarat sahnya suatu kontrak diterapkan pasal 1320 KUH Perdata, yang

menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 unsur yaitu:32

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyeknya atau pihak-pihak dalam

melakukan perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subyektif, sedangkan syarat

ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena mengenai obyeknya.

Harus dibedakan antara syarat obyektif dan syarat subyektif. Dalam hal syarat

obyektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya dari

semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu

perikatan. Tujuan para pihak untuk melahirkan perikatan adalah gagal. Dengan

32

Hasanudin Rahman, Seri Ketrampilan Merancang Kontrak Bisnis, Citra Adiyta Bakti,

Bandung, 2003, hlm. 7

Universitas Sumatera Utara

29

demikian maka tidak ada dasar untuk saling menuntut. Perjanjian yang

demikian ini disebut perjanjian yang null atau void.33

Dalam hal syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjiannya bukan batal

demi hukum, melainkan salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta

supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang meminta pembatalan adalah pihak

yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas.

Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu emngikat juga, selama tidak dibatalkan

(oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.34

Selanjutnya dalam syarat kecakapan dalam membuat suatu perikatan harus

dituangkan dengan jelas mengenai jati diri para pihak. Pasal 1330 KUH Perdata

menyebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk membut suatu perjanjian adalah:35

a. Orang-orang yang belum dewasa;

b. Mereka yang di taruh di bawah pengampuan;

c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan

semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat

perjanjian-perjanjian tertentu.

Untuk syarat suatu hal tertentu berkenaan dengan pokok perikatan yang justru

menjadi isi daripada kontrak. Suatu perjanjian harus mempunyai pokok atau objek

tertentu.

Untuk syarat adanya sebab yang halal dapat dikemukakan beberapa pasal,

khususnya Pasal 1336 KUH Perdata yang menyatakan bahwa jika tidak dinyatakan

33

Ibid, hlm. 8 34

Ibid 35

Ibid, hlm. 10

Universitas Sumatera Utara

30

suatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal ataupun jika ada suatu sebab lain

daripada yang dinyatakan, perjanjian demikian adalah sah.36

Dengan demikian maka dalam kontrak mengandung unsur-unsur: pihak-pihak

yang berkompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, persetujuan timbal

balik, dan kewajiban timbal balik. Ciri kontrak yang utama adalah kontrak tersebut

merupakan satu tulisan yang memuat persetujuan dari para pihak, lengkap dengan

syarat-syarat, serta yang berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya hak dan

kewajiban. Unsur-unsur kontrak seperti dirinci di atas, secara tegas memberikan

gambaran yang membedakan antara kontrak dengan pernyataan sepihak. Akhirnya

secara singkat dapat dikatakan bahwa kontrak adalah persetujuan yang dibuat secara

tertulis yang melahirkan hak dan kewajiban para pihak yang membuat kontrak.

Dalam melakukan kontrak tentunya tidak lepas dari apa yang disebut sebagai

asas-asas kontrak. Asas-asas ini merupakan hal yang penting yang menjadi dasar

kehendak para pihak dalam mencapai tujuan. Asas-asas sebagaimana diatur dalam

KUH Perdata adalah sebagai berikut:

a. Asas kebebasan berkontrak. Dalam Buku III KUH Perdata menganut

sistim terbuka37

, artinya hukum memberi kelueluasan kepada para pihak

untuk mengatur diri sendiri pola hubungan hukumnya. Sistim ini

tercermin dari pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan “semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

36 Ibid, hlm. 11 37

Subekti, op.cit., hlm. 13

Universitas Sumatera Utara

31

mereka yang membuatnya”38

Subekti berpendapat cara menyimpulkan

asas kebebasan berkontrak ini adalah dengan jalan menekankan pada

perkataan “semua” yang ada dimuka perkataan “perjanjian”. Sehingga

dikatakan semua itu dengan maksud kita diperbolehkan membuat

perjanjian apa saja dan hal itu mengikat kita sebagaimana mengikatnya

undang-undang.39

b. Asas konsesualisme. Asas ini mempunyai hubungan erat dengan asas

kebebasan berkontrak. Asas konsesualisme sebagaimana terdapat dalam

pasal 1320 KUH Perdata (ayat 1) di mana menurut asas ini perjanjian

telah lahir cukup dengan adanya kata sepakat.40

c. Asas daya mengikat kontrak (pacta sun servanda). Para pihak yang

berkontrak dapat secara mandiri mengatur pola hubungan hukum di antara

mereka. Kekuatan perjanjian yang dibuat secara sah (Pasal 1320 KUH

Perdata) mempunyai daya berlaku seperti halnya undang-undang yang

dibuat legislator dan karena harus ditaati oleh para pihak, bahkan jika

dipandang perlu dapat dipaksakan dengan bantuan sarana penegakan

hukum. 41

38

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 94 39

Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1995, hlm. 4-5 40

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 106 41

Ibid, hlm. 111

Universitas Sumatera Utara

32

Salah satu tujuan dari kontrak adalah mencapai keseimbangan antara

kepentingan diri sendiri dengan kepentingan terkait dari pihak lawan.42

Perjanjian

yang dari sudut substansi ternyata bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban

umum adalah batal demi hukum (nietig) dan pada prinsipnya hal serupa berkenaan

dengan perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang. Dalam tercipta atau

terbentuknya perjanjian, ketidakseimbangan bisa muncul sebagai akibat perilaku para

pihak sendiri ataupun sebagai konsekuensi dari muatan isi perjanjian atau

pelaksanaan perjanjian.43

Proporsionalitas yang berhubungan dengan hak dan kewajiban para pihak akan

menentukan adanya keseimbangan dalam kontrak. Proporsionalitas ini didasari

adanya kepentingan sosial yang lebih luas yang merupakan keinginan manusia untuk

memenuhinya yang menimbulkan bermacam-macam hubungan untuk kemudian

dituangkan dalam kontrak. Proporsionalitas adalah harus adanya keseimbangan

tertentu antara timbulnya kerugian dan pemberian ganti rugi (pembelaan). Substansi

ganti rugi (pembelaan) ini dapat dijumpai dalam pengaturan Pasal 1132 KUH

Perdata.

Secara umum keseimbangan ini diberi makna sebagai keseimbangan posisi

antara para pihak yang berkontrak.44

Keseimbangan dalam hal ini diartikan adanya

keseimbangan antara hak dan kewajiban yang dituangkan dalam kontrak tersebut.

42

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 310 43 Ibid, hlm. 317 44

Hasanudin Rahman, op.cit., hlm. 66

Universitas Sumatera Utara

33

Oleh karena itu dalam hal tidak terjadi keseimbangan posisi yang menimbulkan

gangguan isi kontrak diperlukan intervensi otoritas tertentu (pemerintah).

Sebelum menjalin kontrak dengan seseorang atau subyek hukum yang tunduk

pada hukum yang berbeda, terlebih dahulu harus memahami sistem hukum yang

mempengaruhi kontrak di negara tersebut. Juga harus memahami perbedaan sistem

hukum di negara masing-masing. Secara umum sangatlah tidak bijaksana

mendasarkan persyaratan kontrak pada hukum, bahkan hukum internasional

sekalipun.45

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam

penelitian ini untuk menggabungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan

kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang

digeneralisasi dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional.46

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus

didefinisikan beberapa konsep dasar agar secara operasional diperoleh hasil dalam

penelitian ini. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang yang perlu diamati,

konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya

hubungan empiris.47

45

Karla C. Shippey, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional, PPM, Jakarta, 2001, hlm. 3 46

Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 3 47

Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 1997, hlm. 21

Universitas Sumatera Utara

34

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan

konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu variabel-variabel penting

yang berhubungan dengan permasalahan yaitu:

a. Kontrak; kontrak adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat

pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau

menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk

pelaksanaannya.48

b. Kapal; kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai, dan

sebagainya).49

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pengertian

Kapal dalam arti luas yaitu termasuk perlengkapannya yang meliputi segala

benda yang bukan bagian dari suatu kapal itu sendiri namun diperuntukan

untuk selamanya dipakai secara tetap pada kapal tersebut (Pasal 309 Kitab

Undang-undang Hukum Dagang)

c. Galangan Kapal yaitu sebuah tempat baik di darat atau di perairan yang

nantinya akan digunakan untuk melakukan proses pembangunan kapal

ataupun proses perbaikan (repair) dan perawatan (maintainance). Proses

pembangunanya meliputi desain, pemasangan gading awal, pemasangan plat

lambung, instalasi peralatan, pengecekan, test kelayakan, hingga klasifikasai

oleh Class yang telah ditunjuk. Sedangkan untuk proses perbaikan /

48

Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 29

49 Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,

Jakarta, 2008, hlm. 635

Universitas Sumatera Utara

35

perawatan bisanya meliputi perbaikan konstruksi lambung, perbaikan

propeller sterntube, perawatan main engine (mesin utama) dan peralatan

lainnya.50

d. Pekerjaan; yaitu kegiatan melakukan sesuatu; yang sedang dilakukan.51

e. Perbaikan; yaitu adanya usaha pembetulan; hal (hasil, perbuatan, usaha, dan

sebagainya)52

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistimatika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisanya.53

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif dimaksudkan di sini untuk

memberikan gambaran tentang pelaksanaan kontrak pekerjaan perbaikan kapal

dengan konsumen yang dalam hal ini adalah end user sendiri, secara khusus dalam

pelaksanaannya di PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia, Jalan R.E. Martadinata

Km.2, Sekupang, Pulau Batam. Pendekatan yang digunakan bersifat yuridis normatif

dengan dukungan data primer dan data sekunder. Pendekatan yuridis normatif adalah

pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer

50

Pengertian Menurut Ilmu Perkapalan Dan Teknologi Kelautan 51

Ibid. 52

Ibid. 53

Soerjono Seokanto, op.cit., hlm. 43.

Universitas Sumatera Utara

36

maupun sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari arti

atas peraturan-peraturan tersebut. Hal ini berarti melihat apa yang diinginkan (das

sein) dari peraturan-peraturan tersebut untuk kemudian dibandingkan dengan melihat

kenyataan secara langsung bagaimana yang terjadi dilapangan (das sollen) dari segi

peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian maka lokasi penelitian dilakukan di Batam, yaitu

tepatnya di lokasi Perusahaan PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia, Jalan R.E.

Martadinata Km 2, Sekupang, Batam. Perusahaan ini merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan dan atau perbaikan kapal (Perusahaan

galangan kapal) di Batam.

3. Sumber Data Penelitian

a. Sumber data primer yaitu sumber data penelitian ini diperoleh secara

langsung dari para informan di lapangan dengan melakukan wawancara.

Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan PT. Sinbat

Precast Teknindo dan pihak manajemen perusahaan galangan kapal Mc

Conell Dowell di Pulau Batam.

b. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber lain

yang didapat melalui penelitian kepustakaan berupa peraturan perundang-

undangan, buku-buku, laporan hasil penelitian sebelumnya, dokumen resmi

dan bahasan kepustakaan lainnya yang berbentuk tertulis yang ada

kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Sumber ini

Universitas Sumatera Utara

37

diperoleh dengan mengunjungi perpustakaan Universitas Sumatera Utara,

buku-buku koleksi sendiri dan dokumen-dokumen lain yang berasal dari PT.

Sinbat Precast Teknindo Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara

kepada pihak manajemen perusahaan terutama pada Legal Departemen, Akunting dan

Operasional yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Jadi tekniknya

adalah penelitan lapangan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam

penelitian ini.

5. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah dengan metode induktif yaitu

didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis)

yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti. Proses pembentukan

hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan

dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi (induction process) dan

metodenya disebut metode induktif (inductive method) dan penelitiannya disebut

penellitian induktif (inductive research). Dengan demikian pendekatan induksi

mengumpulkan data terlebih dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan atau

konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan.

Universitas Sumatera Utara