BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN...

44
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930 di Yogyakarta yang ketika itu diketuai oleh Soeratin Sosrosoegondo (http://www.pssi football.com/id/view.php?page=pssi diakses Selasa, 5 juli 2011). Saat ini PSSI di ketuai oleh Nurdin Halid, selama kepemimpinanya banyak menimbulkan pro dan kontra. Ada berbagai hal yang menyebabkan jebloknya prestasi nasional. Pertama, pelaksanaan kompetisi yang carut marut. Hal ini ditandai dengan jadwal kompetisi yang sering kali berubah- ubah. Hal ini tentu saja menunjukan ketidakprofesionalismenya institusi PSSI sebagai otoritas sepak bola tertinggi. Bagi klub, perubahan jadwal kompetisi acapkali membuat klub harus merogoh dana lebih dalam untuk membiayai kesebelasannya bertanding di Liga Indonesia. Kedua, regulasi yang acapkali berubah-ubah. Ini menunjukan ketidakmampuan PSSI dalam menegakan aturan secara konsisten. Salah satu petanda yang jelas dari hal ini adalah pelaksanaan promosi dan degradasi yang sering kali tidak konsisten. PSSI melalui Badan Liga Indonesia (BLI) maupun Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI) sering kali mengubah aturan promosi dan degradasi, sebagaimana yang terjadi pada kompetisi divisi 1 tahun 2010. PSSI secara sepihak menyatakan bahwa klub-klub yang berlaga

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930 di

Yogyakarta yang ketika itu diketuai oleh Soeratin Sosrosoegondo

(http://www.pssi football.com/id/view.php?page=pssi diakses Selasa, 5 juli

2011). Saat ini PSSI di ketuai oleh Nurdin Halid, selama kepemimpinanya

banyak menimbulkan pro dan kontra. Ada berbagai hal yang menyebabkan

jebloknya prestasi nasional. Pertama, pelaksanaan kompetisi yang carut

marut. Hal ini ditandai dengan jadwal kompetisi yang sering kali berubah-

ubah. Hal ini tentu saja menunjukan ketidakprofesionalismenya institusi PSSI

sebagai otoritas sepak bola tertinggi. Bagi klub, perubahan jadwal kompetisi

acapkali membuat klub harus merogoh dana lebih dalam untuk membiayai

kesebelasannya bertanding di Liga Indonesia.

Kedua, regulasi yang acapkali berubah-ubah. Ini menunjukan

ketidakmampuan PSSI dalam menegakan aturan secara konsisten. Salah satu

petanda yang jelas dari hal ini adalah pelaksanaan promosi dan degradasi

yang sering kali tidak konsisten. PSSI melalui Badan Liga Indonesia (BLI)

maupun Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI) sering kali mengubah aturan

promosi dan degradasi, sebagaimana yang terjadi pada kompetisi divisi 1

tahun 2010. PSSI secara sepihak menyatakan bahwa klub-klub yang berlaga

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

2

dalam putaran final Divisi 1 otomatis lolos ke Divisi Utama. Padahal aturan

sebelumnya menyebutkan bahwa hanya tim empat besar yang lolos ke Divisi

Utama.

Ketiga, maraknya praktek suap dan pengaturan skor dalam kompetisi

di Indonesia di berbagai level kompetisi. Bahkan yang lebih ironis lagi, santer

terdengar bahwa praktek suap ini menggunakan uang rakyat yang dikorupsi

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Memang,

penggunaan APBD dalam sepak bola profesional di Indonesia merupakan

ironi yang menyedihkan. Uang rakyat digunakan untuk membiayai tim

berlaga di kompetisi yang konon oleh PSSI disebut sebagai kompetisi

profesional. Padahal hakikat kompetisi profesional adalah kompetisi sepak

bola yang dikelola dengan prinsip manajemen modern, dengan kata lain

sepak bola diposisikan sebagai sebuah industri. Pada kenyataanya, kompetisi

paling tinggi di tubuh PSSI, Liga Super Indonesia (ISL) masih dikelola secara

amatir. Dana APBD tersedot oleh klub-klub yang berlaga di liga ini.

Keempat, pembinaan pemain yang tidak dikelola dengan baik.

Kompetisi di bawah umur di lingkungan PSSI tidak berjalan dengan baik.

Bandingkan dengan Italia yang berhasil mendidik pemain mudanya melalui

primavera, yang di tahun 1990-an pernah juga diikuti oleh pemain-pemain

muda Indonesia. Bima Sakti, Kurniawan, Bejo Sugiantoro dan Anang Ma‟ruf

adalah beberapa pemain yang dihasilkan oleh program pengiriman pemain

muda Indonesia untuk berlatih di Italia pada dekade tersebut.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

3

Dari berbagai hal tersebut di atas, PSSI dibawah kepemimpinan

Nurdin Halid menjadi kambing hitam yang dianggap menjadi faktor utama

jebloknya prestasi timnas Indonesia. Gelombang demonstrasi menuntut

pengunduran diri Nurdin Halid dari pencalonannya sebagai ketua umum PSSI

bergema di berbagai daerah. Bahkan, suporter dari berbagai kota menyerbu

kantor PSSI di kawasan Senayan (Koran Merapi, 10/01/11)

Bentuk protes suporter bisa kita simak dalam foto berikut:

Gambar I.1 Aksi Protes

Para soporter Persebaya 1927 (salah satu peserta LPI)

membentangkan rangkaian huruf yang bertuliskan kecaman“Go to Hell

Nurdin”.

Gambar I.2 Ronaldikin Protes

Sumber: Jawa Pos (25/02/11)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

4

Dalam gambar diatas, digambarkan sosok ronaldikin yang sedang

melakukan protes dengan menenteng kaos yang bertuliskan “Kami tidak takut

NH”. NH adalah inisial dari Nurdin Halid. Ronaldikin dikenal sebagai orang

yang mirip dengan pemain sepak bola dunia yaitu Ronaldinho. Ronaldikin

meminta dengan tegas Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) agar

serius dalam menangani persepakbolaan di Indonesia

(http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-dunia/10/12/17/152859-

ronaldikin tuntut-pssi diakses Sabtu 29 Oktober 2011diakses Sabtu 29

Oktober 2011). Hal ini menjadi sebuah sindiran bagi PSSI, bahwa seorang

yang mirip Ronaldinho, bintang sepak bola dunia pun juga ikut dalam aksi

protes menentang keberadaan Nurdin Halid di PSSI.

Kementerian olahragapun ikut dalam permasalahan PSSI. Hal ini bisa

di simak dalam kutipan berita berikut :

”Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)

mendapat serangan beruntun dari berbagai pihak.

Setelah”dilawan” Menpora dan Mabes Polri terkait

Liga Primer Indonesia (LPI), kemarin (7/1) Organisasi

pimpinan Nurdin Halid itu di bidik Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), Lembaga antikorupsi

itu akan mengusut pengelolaan dana PSSI yang

bersumber dari APBN dan APBD. KPK juga telah

memebentuk tim khusus yang menelusuri dan

mengkaji danan tersebut.” (Jawa Pos. 08/01/11)

Ketidak beresan PSSI membuat banyak pemerhati sepak bola prihatin.

Oleh sebab itu muncullah Liga Primer Indonesia (LPI). LPI adalah kompetisi

sepak bola antar klub profesional di Indonesia yang diselenggarakan sejak

2011. LPI diselenggarakan oleh PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh

pengusaha Arifin Panigoro. LPI tidak berafiliasi dengan PSSI, sehingga

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

5

menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia yang diselenggarakan

oleh PSSI.

Oleh PSSI, LPI dianggap sebagai organisasi dengan kompetisi yang

ilegal karena tidak berada di bawah naungan AFC (Asian Football

Confederation) dan FIFA (International Federation of Association Football).

Karena tidak direstui PSSI, LPI menghadapi berbagai kontroversi terkait

rencana penyelenggaraannya, diantaranya dasar hukum, ancaman PSSI

terhadap klub, pemain, pelatih, dan perangkat pertandingan, serta perizinan

Polri. Hal ini bisa di simak dalam kutipan berita berikut :

” Sementara itu, soal kasus tiga klub yang menyebrang

ke LPI, PSSI sudah menyiapkan sanksi tegas. Sebab,

langkah mereka dianggap sebagai pelanggaran

terhadap regulasi olahraga yang tertuang pada pasal 51

Bab IX UU no. 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional. Tenang sanksi, PSSI belum

bisa memberikan keputusan tegas. Penyebabnya, tiga

klub yang menyatakan mundur dari ISL (Persibo,

Persema, dan PSM) belum terbukti bermain diluar

kompetisi yang diakui PSSI,” Tunggu saja tanggal

mainya. Kalau mereka memang tampil, baru kami

umumkan sanksi. Dalam surat pengunduran diri, kan

tidak di jelaskan akan kemana,” papar Sekjen PSSI

Nugraha Besoes. ”(Jawa Pos. 04/01/11)

LPI tidak takut dengan ancaman dari PSSI, bahkan masyarakat dan

pemerintah mendukung. LPI memberikan kompetisi yang profesional, dengan

sistem pertandingan yang rapi dan tidak memberatkan pemerintah daerah

karena dananya digunakan untuk membiayai klub. Bentuk dukungan

pemerintah kepada LPI ini bisa simak dalam kutipan berita berikut :

”Kali ini Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia

(PSSI) benar-benar harus berhadapan dengan dua

institusi besar soal polemik Liga Primer Indonesia

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

6

(LPI). Setelah menteri Pemuda dan Olahraga

(Menpora) Andi Mallarangeng berani ”pasang badan”

mendukung kompetisi yang disebut ilegal oleh otoritas

sepak bola nasional itu, kemarin (6/1) giliran Mabes

Polri memberikan izin resmi untuk laga perdana liga

anyar tersebut. Bentuk izin yang dikeluarkan adalah

untuk keramaian umum pertandingan LPI ” (Jawa Pos.

07/01/11)

Media massa, baik cetak (surat kabar, majalah, tabloid dan lain-lain)

maupun media elektronik (televisi, radio, internet dan lain-lain) saling

bersinergi sekaligus bersaing dalam memberikan informasi. Hal ini membuat

pengusaha media massa dituntut untuk dapat mengemas produk informasinya

menjadi lebih canggih lagi. Ini dapat kita lihat pada penyajian berita dalam

surat kabar, majalah, dan siaran-siaran televisi, isinya tidak sekedar berita

langsung (straight news) saja tetapi sudah merambah ke debt news,

investigative news, dan sebagainya.

Pemberitaan media massa yang melaporkan dan mengulas berbagai

berita tentang LPI dan PSSI berdampak sangat signifikan terhadap

terbentuknya opini publik. Menurut Manajer Pemasaran Arsenal Chris Bevan,

jumlah penggemar sepak bola di Indonesia jumlahnya mencapai 52 juta orang

(http://nasional.kompas.com/read/2009/04/16/0303219/ “Indonesia Pasar

Paling Potensial” diakses Sabtu 29 Oktober 2011) . Dengan penggemar bola

yang begitu banyak tentu media massa tidak sekedar memberi informasi,

tetapi juga seringkali menjadi faktor pendorong terbentuknya opini publik.

Media massa menyediakan wacana dan kerangka referensi yang oleh

pembaca kemudian dijadikan sebagai bahan untuk meneguhkan

pandangannya tentang suatu hal.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

7

Penulis meneliti salah satu media surat kabar yang populer di

Indonesia. Media yang penulis maksud adalah surat kabar Jawa Pos. Jawa

Pos adalah surat kabar harian yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa

Pos merupakan harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu

harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Jawa Pos merupakan satu-satunya

media cetak yang mendapat anugerah Superbrands Award dari Superbrands

Organization sebagai koran paling populer dan tepercaya periode 2010-2011

(Jawa Pos. 10/12/10). Jawa Pos juga menjadi surat kabar dengan pembaca

nomor satu di Indonesia versi AC Nielsen, Jawa Pos mendapat anugerah

sebagai koran paling favorit anak muda (Jawa Pos.6/5/11).

Jawa Pos sangat mendukung kegiatan-kegiatan olahraga di Indonesia.

Jawa Pos mempelopori DBL (DetEksi Basketball League) yang kemudian

menjadi Development Basketball League. Yakni kompetisi basket pelajar

SMA dan SMP terbesar di Indonesia yang mencakup 23 kota se-Indonesia.

Jawa Pos melalui DBL nya juga mengelola kompetisi basket tertinggi di

Indonesia yaitu, National Basketball League (NBL)(

http://www.jawapos.com/ diakses 13 Maret 2011).

Pada 2003, Jawa Pos menjadi koran pertama yang memiliki seksi

khusus olahraga yang bernama Sportainment terbit 8 halaman setiap hari dan

memuat olahraga lokal di setiap radarnya. Tidak ada koran lain di Indonesia

yang memiliki halaman olahraga sebesar Jawa Pos (Sumber : Koran Jawa

Pos). Pada Piala Dunia 2010, koran Jawa Pos menerbitkan majalah panduan

Piala Dunia berjudul Jawa Pos Group World Cup Guide 2010.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

8

Dalam sejarahnya, Jawa Pos merupakan media yang memberikan

perhatian besar terhadap Piala Dunia. Sejak 1986, Jawa Pos menyajikan

halaman maupun liputan khusus sehingga pembaca memperoleh informasi

lengkap seputar even olahraga terbesar dunia itu. Jawa Pos juga senantiasa

mengirimkan para peliput untuk memberikan kisi-kisi lain yang mungkin

tidak terdapat di media lain (Jawa Pos, 24 januari 2010).

Dalam rentang waktu Januari 2011 hingga Maret 2011, Surat Kabar

Jawa Pos sangat intens memberitakan LPI dan PSSI karena dalam rentang

waktu itu terdapat dua peristiwa penting yaitu : 1) Bergulirnya kompetisi

perdana Liga Primer Indonesia.

”Pembukaan Liga Primer Indonesia (LPI) 2011

kemarin(8/1) berlangsung meriah. Stadion Manahan

Solo menjadi saksi gegap gempitanya para penonton

yang diperkirakan berjumlah 22 ribu orang . Hal itu

membuat stadion terisi penuh.” (Jawa Pos.09/01/11)

Kompetisi LPI bergulir ketika permasalahan pro dan kontra LPI masih

diperdebatkan. 2) Pada bulan Maret PSSI mengadakan kongres untuk

menentukan ketua umum dan wakilnya, yang kemudian mengundang

berbagai reaksi baik pemerintah maupun masyarakat terhadap pelaksanaan

kongres itu.

”Nurdin Halid dkk terus mencari celah untuk berkelit

lagi. Pernyataan Presiden FIFA Sepp Blatter bahwa eks

narapidana tidak boleh maju dalam pemilihan ketua

umum (Ketum) PSSI 2011-2015 tidak digubris.”(Jawa

Pos.09/02/11)

Jawa Pos sebagai bagian dari media massa tentunya sangat berperan

dalam penyampaian informasi tentang olahraga di Indonesia khususnya

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

9

sepakbola. Dengan memberikan porsi halaman olahraga sebanyak delapan

halaman, tentunya penyampaian pesan dalam hal ini berita tentang

persepakbolaan Indonesia memberikan pengaruh yang besar. Pers di dalam

pembangunan mempunyai fungsi pokok sebagai penyebat luasan informasi,

penyebar luasan hasil pembangunan sebagai barometer dan menggairahkan

partisipasi masyarakat (Hamzah, 1987:5). Hal ini menunjukkan kekuatan pers

dalam melakukan advokasi dan menciptakan isu-isu politik. Karena itu tidak

mengherankan bila pers sering ditakuti, atau malah "dibeli" oleh pihak yang

berkuasa.

Penulis melihat bahwa terdapat hubungan antara media massa, dalam

hal ini Surat Kabar Jawa Pos dalam menyajikan pemberitaannya terkait

dengan PSSI dan LPI, sehingga dapat di jadikan sebuah penelitian. Penelitian

ini berfokus kepada pemberitaan LPI dan PSSI. Penulis hendak mencari tahu

tentang frame dari pemberitaan dari LPI dan PSSI, berita itu nantinya

dianalisis dengan mentode analisis framing dengan menggunakan pendekatan

William A. Gamson dan Modigliani

Penelitian yang relevan diperlukan untuk mempertajam penelitian

yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun penelitian terdahulu yang menjadi

acuan dalam penelitian ini adalah: LPI dan PSSI dalam teks berita Kompas

dan Jawa Pos (Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Dukungan Surat Kabar

Kompas dan Jawa Pos terhadap LPI dan PSSI periode 1 Desember 2010-31

Januari 2011) yang pernah dilakukan oleh Putri Arini Fachriati mahasiswi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS tahun 2011.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

10

Dalam penelitian tersebut subjek yang diteliti sama dengan yang

dikerjakan penulis akan tetapi berbeda dalam penggunaan alat analisinya,

yaitu menggunakan analisis isi kuantitatif dan periode Surat Kabar yang

dilakukan. Dalam penelitian lain Desi Yoanita melakukan penelitian dengan

judul Analisis Framing Pemberitaan Tsunami di Harian Kompas dan Jawa

Pos tahun 2004 Universitas Kristen Petra Surabaya. Penelitian menggunakan

analisis framing dengan model Zhodang pan dan Konsicki dengan subjek

yang hampir sama yaitu harian Jawa Pos namun berbeda dalam hal objek

penelitiannya yaitu, bagaimana Harian Jawa Pos dan Kompas dalam

memberitakan Stunami.

Penelitian yang lain oleh Hary Purnomo Hidayat dalam Wacana

Kemenangan Obama dalam Pilpres AS 2008 (Analisis Wacana Opini

Kemenangan Obama dalam Pilpres Amerika 2008 di Rubrik Opini Harian Jawa

Pos periode 5 November 2008 – 5 Janauari 2009). Penelitian tersebut

membahas tentang bagaimana wacana kemenangan Obama pada Pemilu

Presiden Amerika disajikan dalam artikel opini Harian Jawa Pos. Setelah

melewati proses panjang, Barrack Husein Obama Jr, capres dari Partai Demokrat

berhasil terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44. Objek yang digunakan

sama dengan yang diteliti penulis yaitu, Harian Jawa Pos namun berbeda

penggunaan metode analisismya..

Dengan melihat penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, penulis

melihat frame tentang LPI dan PSSI di Surat Kabar Jawa Pos menarik untuk

diteliti karena belum ada penelitian sejenis yang mengangkat LPI dan PSSI

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

11

sebagai subjek penelitian dan di teliti menggunakan analisis framing dengan

pendekatan William A. Gamson dan Modigliani.

B. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah diperlukan agar tidak meluasnya permasalahan

yang ada. Pembatasan masalah yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Media massa yang akan diteliti adalah surat kabar harian Jawa Pos

2. Aspek yang akan diteliti hanya tentang pemberitaan Liga Primer

Indonesia dan PSSI periode Januari 2011-Maret 2011.

C. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah frame surat kabar Jawa Pos dalam memberitakan Liga

Primer Indonesia dan PSSI periode Januari 2011-Maret 2011?

D. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui bagaimana frame pemberitaan Liga Primer

Indonesia dan PSSI dalam surat kabar Jawa Pos periode Januari 2011– Maret

2011.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

12

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk

penelitian mengenai media secara lebih mendalam dan dapat digunakan

sebagai bahan acuan teori-teori komunikasi dan menjadi referensi penelitian

lain yang sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Jawa Pos

Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan evaluasi dan

pengambilan kebijakan atas materi yang disajikan.

b. Umum

Menambah pengetahuan masyarakat khususnya pembaca

melihat surat kabar dalam membingkai sebuah berita.

F. TINJAUAN PUSTAKA

1. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa adalah kumunikasi dari seseorang atau

kelompok orang melalui alat pengirim (medium) kepada khalayak atau

pasar (Biagi, 2010:9). Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara,

yakni, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk

massa (Rivers, 2003:18). Komunikasi massa tidak berarti komunikasi

untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan

demikian pula sebaliknya khalayak pun meilih-milih media.

Dalam bukunya yang berjudul Mass Communication An Introduction

sebagaimana dikutip oleh Sasa Djuarsa Sendjaja, Bitter mengatakan,

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

13

"Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah besar orang" (Sendjaja , 2004:73).

Karakteristik Komunikasi Massa menurut Rivers di dalam bukunya

adalah:

a) Sifatnya satu arah

b) Selalu ada proses seleksi

c) Dapat menjangkau khalayak secara luas

d) Meraih khalayak sebanyak mungkin

e) Komunikasi di lakukan oleh institusi sosial yang harus peka

terhadap kondisi lingkunganya

Sumber: Rivers (2003:19)

Sekarang ini kita tidak bisa lagi menyamakan”komunikasi massa”

atau ”media massa” dengan “jurnalisme” (Rivers, 2003:18). Setiap

komunikasi membutuhkan medium atau sarana pengirim pesan. Saat ini

komunikasi massa merujuk ke keseluruhan institusi yang merupakan

pembawa pesan, yaitu koran, majalah, stasiun pemancar, yang mampu

menyampaikan pesan-pesan ke jutaan orang secara serentak (Rivers,

2003:18)

Menurut Biagi, terdapat enam istilah kunci yang digunkan para

cendekiawan untuk menggambarkan proses komunikasi massa, yaitu

pengirim (sender), pesan (message), penerima (reciever), saluran

(channel), umpan balik (feedback), dan suara (noise). Untuk lebih jelasnya

dapat digambarkan dalam ilustrasi berikut :

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

14

Bagan I.1

Ilustrasi Unsur-Unsur Komunikas Massa

Sumber: Modifikasi penulis dari Biagi (2010:10)

Keterangan:

Sumber (pengirim) menaruh pesan dalam sebuah saluran(medium)

yang mengirim pesan tersebut ke penerima. Umpan balik muncul ketika si

penerima membalas, dan balasan tersebut mengubah pesan berikutnya dari

sumber. Suara (seperti statis atau sambungan yang turun) dapat

mengganggu atau mengubah pesan selama pengiriman (Biagi, 2010:10).

Macam-macam dari media massa menurut Biagi dibagi menjadi

delapan, yaitu :

a) Buku

b) Surat Kabar

c) Majalah

d) Rekaman

e) Radio

f) Film

g) Televisi

h) Internet

Sumber : Biagi ( 2010:11)

Pesan

Suara

Penerima Umpan

Balik

Sumber

Suara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

15

Dalam komunikasi massa terdapat model dasar dalam menyajikan

komunikasi . Komunikasi disajikan sebagai sebuah proses sederhana.

Salah satunya Model Shannon dan Weaver (1949). Di dalam model

Shannon dan Weaver dapat dilihat melalui gambar di bawah ini :

Bagan I.2

Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Sumber: Fiske (2004:14)

Shannon dan Weaver mengidentifikasi tiga level masalah dalam studi

komunikasi. Hal itu adalah:

Level A= Bagaimana simbol-simbol komunikasi dapat ditransmisikan

secara akurat

Level B= Bagaimana simbol-simbol yang ditransmisikan secara persis

menyampaikan makna yang diharapkan

Level C= Bagaimana makna yang diterima secara efektif

mempengaruhi tingkah laku dengan cara yang diharapkan

Sumber (source) dipandang sebagai pembuat keputusan (decision

maker); yakni, sumber memutuskan pesan mana yang akan dikirim, atau

cukup menyeleksi salah satu di luar dari serangkaian pesan yang mungkin.

Sinyal yang

diterima

sinyal Sumber

infomasi tujuan

reciever

Sumber

gangguan

transmitter

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

16

Pesan yang sudah diseleksi ini kemudian diubah oleh transmiter menjadi

sebuah sinyal yang dikirim melalui saluran kepada penerima (Fiske

2004:15).

Orang cenderung menggunakan surat kabar, radio, dan telivisi untuk

menghubungkan diri sendiri dengan masyarakat, namun menggunakan

buku dan film sejenak untuk melarikan diri dari realitas. Orang

berpendidikan lebih baik cenderung menggunakan media cetak, mereka

yang kurang berpendidikan cenderung ke media elektronik dan visual

(Fiske, 2004:31).

2. Pengertian Jurnalistik

Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa

Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana

jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pelaporan

atau pencatatan setiap hari (Sumadiria, 2008:02).

Dalam leksikon komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan

mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan

karangan untuk surat kabar, majalah dan media massa lainya seperti radio

dan televisi (Kridalaksana, 1977:44). Menurut Ensiklopedia Indonesia,

jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi

tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam

bentuk penerangan, penafsiran, dan pengkajian) secara berkala, dengan

menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada (Suhandang, 2004:22).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

17

Onong Uchjana Effendy mengemukakan, secara sederhana jurnalistik

dapat diartikan sebgai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan

bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyarakat (Sumadiria,

2008:02). Haris Sumadiria mendefinisikan jurnalistik sebagai berikut,

Secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari,

mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui

media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya

(Sumadiria, 2008:03).

Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaanya, jurnalistik dibagi dalam

tiga bagian besar: jurnalistik media cetak (newspaper and magazine

journalism), jurnalistik media elektronik auditif (radio broadcast

journalism), jurnalistik media audiovisual (television journalism). Setiap

bentuk jurnalistik memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing. Ciri dan

kekhasannya itu antara lain terletak pada aspek filosofi penerbitan,

dinamika teknis persiapan dan pengelolaan, serta asumsi dampak yang

ditimbulkan terhadap khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.

Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor

verbal dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita

memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang

efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam

menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut

segi perwajahan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

18

Dalam prespektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada

khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan juga harus

menarik, membangkitkan minat dan selera baca (surat kabar, majalah),

selera dengar (radio siaran), dan selera menonton (televisi).

3. Berita Sebagai Bagian dari Jurnalistik

Berita, pada dasarnya adalah laporan dari peristiwa, bukan peristiwa

itu sendiri. Menurut Wonohito (1997:12) “News is the timely, concise,

accurate report of an event, not the event itself”. Dalam hal ini peristiwa

adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan yang pada gilirannya

akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa berita di media massa pada dasarnya tidak lebih

dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk cerita.

Berita merupakan realitas yang telah direkonstruksi (Bonaventura,

2001:169 ). Terdapat dua pandangan yang berbeda dalam melihat konsep

berita. Pertama, berita dipandang sebagai hasil konstruksi realitas dari

suatu proses manajemen produksi institusi media. Pandangan ini meyakini

bahwa berita merupakan cermin dari realitas (mirror of reality).

Karenanya, berita harus sama dan sebangun dengan fakta. Sedangkan

pandangan yang kedua menyatakan bahwa berita adalah hasil rekonstruksi

realitas yang akan melibatkan produksi dan pertukaran makna. Berita yang

notabene adalah hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen

redaksional ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama sepeti

yang diharapkan oleh wartawan dalam diri pembacanya. Berita bisa saja

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

19

berbeda dengan realitas sosialnya. Berita merupakan hasil rekonstruksi

realitas yang subjektif dari proses kerja wartawan.

Tuchman mengilustrasikan berita sebagai jendela dunia. Dalam

pandangan Tuchman, apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui dan apa

yang kita rasakan mengenai dunia tergantung pada jendela yang kita pakai.

Dalam sebuah berita, jendela itulah yang disebut frame. Jadi, berita di

media massa adalah realitas yang diciptakan oleh wartawan lewat

konstruksi dan sudut pandang tertentu. Berita merupakan hasil konstruksi

sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari

wartawan (Tuchman dalam Eriyanto, 2002:04).

Berita merupakan proses aktif dari pembuat berita. Bagaimana

peristiwa dibingkai tidak semata-mata disebabkan oleh struktur skema

wartawan, melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media yang secara

tidak langsung mempengaruhi pemaknaan atas sebuah peristiwa.

Wartawan hidup dan bekerja dalam suatu institusi media yang mempunyai

pola kerja, kebiasaan, aturan, norma, etika dan rutinitas masing-masing.

Selain itu, organisasi media juga mempunyai ideologi profesi. Ideologi

itulah yang kemudian menjadi acuan dalam proses produksi berita.

Tahap awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan

mempersepsi peristiwa atau fakta yang akan diliput. Proses seleksi dan

sortir yang terjadi dalam sebuah rutinitas kerja keredaksionalan merupakan

sebuah bentuk rutinitas organisasi. Setiap hari institusi media secara teratur

memproduksi berita, dan proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

20

keteraturan kerja yang dijalankan setiap hari oleh para awak media. Dalam

menentukan sebuah berita, masing-masing media mempunyai standar dan

kriteria tertentu. Akibatnya, peristiwa yang ditampilkan di media akan

berbeda satu dan lainnya. Ada ukuran-ukuran tertentu yang membatasi

sebuah fakta layak ditulis sebagai berita. Hal ini dinamakan nilai berita

(news value).

Nilai berita menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan sebagai

kriteria dalam praktik kerja jurnalistik. Masing-masing surat kabar, editor

maupun wartawan mempunyai kriteria masing-masing. Jadi, nilai berita

tidak lebih daripada asumsi-asumsi intuitif wartawan tentang apa yang

menarik bagi khalayak atau apa yang mendapat perhatian mereka

(Sumadiria, 2008:80). Namun secara umum, kejadian yang dianggap

mempunyai nilai berita dapat ditentukan dari unsur-unsur berikut:

1) Aktualitas (Timeliness)

Timeliness mengacu pada informasi kekinian. Semakin aktual berita,

berarti semakin baru peristiwanya terjadi. Berarti pula semakin tinggi nilai

beritanya. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti

serta baru merupakan berita. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa

yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau

adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini

sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti.

Aktualitas terbagi dalam tiga kategori, yaitu :

a) Aktualitas kalender

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

21

Aktualitas berita yang mengacu pada hari-hari

penting dalam kalender. Semua orang tahu, 21 April Hari

Kartini, 2 Mei Hari Pendidikan Nasional, atau 20 Mei Hari

Kebangkitan Nasional. Pada hari itu atau beberapa hari

menjelang hari-hari itu, pers dan media massa nasional

selalu menganggap penting menurunkan tulisan.

b) Aktualitas waktu

Berita adalah laporan tercepat yang disiarkan surat

kabar dan media massa lain seperti radio dan televisi

mengenai opini atau fakta, atau keduanya, yang menarik

perhatian dan dianggap penting oleh sebagian besar

khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.

c) Aktualitas masalah

Aktualitas masalah adalah berita kekinian yang

berdasar suatu masalah yang semua khalayak penting untuk

di beritakan, misal korupsi, manipulasi, pencurian,

perampokan, pemerkosaan, merupakan masalah yang

dikategorikan tetap dan senantiasa aktual.

2) Keluarbiasaan (Unusualness)

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik,

berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa yang

luar biasa. Di dunia ini, begitu banyak peristiwa yang masuk kategori luar

biasa, seperti pesawat terbang meledak di udara, kebakaran yang melahap

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

22

ratusan rumah di suatu pemukiman, gunung meletus yang menyebabkan

puluhan ribu jiwa harus mengungsi, atau kapal tenggelam yang menelan

korban ratusan penumpang tewas. Kalangan praktisi jurnalistik menyakini,

semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang

ditimbulkanya (Sumadiria, 2008:81).

3) Kedekatan (Proximity)

Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan

menarik perhatian. Oleh Steiler dan Lippman, hal ini disebut dengan

kedekatan secara geografis. Namun dalam prakteknya, kedekatan ini tidak

hanya sebatas pada kedekatan geografis saja, tetapi juga kedekatan

emosional. Misalnya saat harian Jyllands Posten, Denmark

memublikasikan dua belas karikatur Nabi Muhammad. Sudah diduga,

protes umat Islam tidak perlu ditunggu lama, mengingat adanya larangan

menggambarkan Rasulullah dalam Islam (Hikmat dan Purnama, 2005:62).

4) Orang Penting ( Public Figure, News Maker)

News is abaout people. Berita adalah tentang orang-orang penting,

orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting,

ternama, orang-orang terkemuka, dimanapun selalu menimbulkan berita.

Peristiwa video mesum Ariel Peterpan dengan Luna Maya membuat

masyarakat penasaran, ingin tahu lebih dalam atau ucapan, gaya hidup

bintang film, bintang sinetron, artis penyanyi, penari, pejabat, dan bahkan

para koruptor sekalipun selalu dikutip oleh pers (Sumadiria, 2008:88).

5) Konflik / kontroversi

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

23

Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita

dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja, Peristiwa antara

PSSI dengan LPI dan juga Pemerintah lebih layak disebut berita

dibandingkan peristiwa PSSI dalam mengelola sepak bola.

6) Ketertarikan Manusiawi (Human interest)

Kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca. Peristiwa

yang mengandung lebih banyak unsur haru, sedih, empati, simpati dan

menggugah emosi khalayak. Apa saja yang mengundang minat insani,

menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri

ingin tahu (Sumadiria, 2008:90).

Menurut Haris Sumadiria (2008) dalam Jurnalistik Indonesia, paling

tidak terdapat delapan konsep berita, yaitu :

a) Berita sebagai laporan Tercepat

Kecepatan dalam mencari, menemukan, mengunpulkan,

dan mengolah berita, menjadi karakter dasar ewporter dan editor.

Lebih cepat berita disiarkan, lebih baik.

b) Berita sebagai Rekaman

Rekaman tidak hanya berlaku untuk radio. Untuk surat

kabar, tabloid dan majalah., berita juga mengandung arti rekaman

peristiwa. Dinyatakan dalam berbagai bentuk tulisan dan laporan.

c) Berita sebagai Fakta Objektif

Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das

sein), dan bukan laporan tentang fakta yang seharusnya (das

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

24

sollen). Sebagai fakta, berita adalah rekonstruksi peristiwa melalui

prosedur jurnalisti yang sangat ketat dan terukur.

d) Berita sebagai Interpretasi

Berita yang disajikan media massa jumlahnya mencapai

ribuan setiap hari. Melalui teknologi komunikasi massa yang

canggih, dewasa ini bahkan berita dibuat dan terus mengalir

selama dua puluh empat jam. Teori jurnalistik mengingatkan,

tidak semua berita dapat berbicara sendiri. Sering terjadi, berita

yang diliput dan dilaporkan media, hanya serpihan-serpihan fakta

yang belum berbicara. Tugas media adalah membuat fakta seolah

membisu itu menjadi berbicara sendiri kepada khalayak pembaca,

pendengar, atau pemirsa dalam bahasa yang enak dibaca dan

mudah didengar.

e) Berita sebagai Sensasi

Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah

sensasi. Menurut Rakhmat dalam Sumadiria, Sensasi berasal dari

kata sense, artinya alat pengindraan, yang menghubungkan

organisme dengan lingkunganya (Sumadiria, 2008:75). Menurut

Desiderato dalam Sumadiria, sensasi itu merupakan bagian dari

presepsi (Sumadiria, 2009:76). Presepsi ialah memberikan makna

pada stimulus indrawi. Hubungan sensasi dengan presepsi adalah

sensasi bagian dari presepsi.

f) Berita sebagai Minat Insani

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

25

Berbagai peristiwa yang terjadi di dunia, dari dulu hingga

kini sering membuat hati dan perasaan sedih. Pemboman,

pembunuhan, penyiksaan, kekejaman dapat memberikan atensi

serta motivasi kepada khalayak untuk bersatu. Media massa

mampu memberikan efek kepada masyarakat untuk

menumbuhkan kepekaan individual dan kepekaan sosial

masyarakat. Misalnya tragedi bencana gempa dan stunami 26

desember 2004, hanya dalam sepekan media massa mampu

menghimpun dana masyarakat hingga ratusan milyar rupiah.

g) Berita sebagai Ramalan

Semua informasi yang disajikan media idealnya

terdiri atas rangkaian fakta yang benar, akurat, lengkap, dan

aktual melalui berbagai uji dan pendekatan akademik. Sebagai

contoh, sejak era reformasi, media massa Indonesia semakin

terbiasa dengan penyelenggaraan jajak pendapat. Pendapat dan

keinginan masyarakat dibaca, diteliti, diukur melalui pendekatan

statistik yang rumit. Hasilnya disajikan secara populer dan

komunikatif sehingga semua lapisan masyarakat dapat mencerna

dan memahaminya dengan baik.

h) Berita sebagai Gambar

Menurut Enery dalam Sumadiria, seni menyampaikan suatu

cerita lewat foto dan gambar, jauh lebih tua dibandingkan dengan

penyampaian lewat rangkaian kata-kata (Sumadiria, 2008:79).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

26

Dalam persuratkabaran, gambar karikatur merupakan salah satu

alat yang digunakan untuk mempengaruhi khalayak setelah kolom

editorial dan artikel (Muhtadi, 1999:102). Gambar, foto, dan

karikatur merupakan pesan-pesan hidup sekaligus menghidupkan

deskripsi verbal lainya.

Dalam Morrison dkk (2010:48-59) isi berita dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain :

1. Isi merupakan refleksi dari kenyataan sosial (masyarakat umum)

Masyarakat umum memberikan pengaruh besar kepada

organisasi media. Ini disebut juga sebagai pendekatan „cermin‟ (the

mirror approach) yang mengasumsikan bahwa apa yang dihasilkan

oleh media ( isi media) adalah cerminan kenyataan atau realitas

sosial yang ada di tengah masyarakatnya. Ini bisa diartikan bahwa

untuk melihat apa yang tengah terjadi dan sedang menjadi topik di

tengah masyarakat, lihat saja apa yang disiarkan di televisi, apa

yang tengah diramaikan dalam debat-debat di radio atau tercetak

dalam iklan serta berita surat kabar.

2. Isi berita dipengaruhi oleh kelompok penekan.

Hubungan antara media dan masyarakat sering kali

diperantarai melalui berbagai kelompok informal, namun sering

kali terorganisir, yang disebut dengan kelompok penekan (pressure

groups) yang berupaya mempengaruhi apa yang dilakukan media,

dengan cara membatasi isi atau pesan media kepada masyarakat.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

27

Kelompok penekan dapat berupa organisasi atau kelompok, bauk

formal maupun informal dengan berbagai kepentingan dan latar

belakang, seperti krlompok atau organisasi agama, profesi,

pekerjaan, politik, kelompok advokasi, dan sebagainya.

3. Isi media sangat dipengaruhi oleh kebiasaan wartawan dalam

menulis berita atau cara kerja (style book) organisasi media. Istilah

yang umum dalam kajian komunikasi adalah media routines.

Pendekatan organizational routines berargumen bahwa isi media

dipengaruhi oleh cara-cara bagaimana pekerja media dan

perusahaan media mengorganisasikan pekerjaan mereka. Sebagai

contoh, gaya penulisan Kompas tentu saja berbeda dengan gaya

penulisan Jawa Pos.

4. Isi media dipengaruhi oleh Audien.

Audien adalah faktor yang paling penting bagi media karena

audien adalah konsumen media. Keberhasilan suatu media sangat

ditentukan oleh seberapa besar media tersebut bisa memperoleh

pembacanya, pendengar, dan pemirsa. Walupun disadari bahwa

audien merupakan faktor paling penting bagi media, namun

sejumlah penelitian menunjukan bahwa pengelola media massa

seringkali menjadikan audien bukan faktor yang terpenting yang

mempengaruhi berita, namun pengelola media tetap mengikuti

laporan peringkat acara(rating) dan angka penjualan iklan sebagai

indikator untuk mengetahui jumlah audien.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

28

5. Isi berita sangat dipengaruhi oleh media dan pemilik.

Menurut Altschull dalam Morisson dkk, “the content of news

the news media always reflects the interest of those who finance the

press” (isi media berita selalu mencerminkan kepentingan mereka

yang membiayai media tersebut). Pemilik organisasi media

komersil memiliki kekuasaan besar terhadap isi berita dan dapat

meminta para professional media untuk menyiarkan atau tidak

menyiarkan suatu isi berita (Morisson dkk, 2010: 53)

6. Isi berita sangat dipengaruhi oleh pemasang iklan.

Menurut Bogart dalam Morisson dkk, setidaknya ada lima

pengaruh iklan terhadap isi berita, yaitu :

(a) Pemasang iklan jarang mencoba merayu jurnalis dengan

maksud untuk mengarahkan berita demi kepentingan mereka,

namun lebih sering mereka menekan berita yang tidak mereka

sukai.

(b) Mereka sensitif dengan lingkungan yang akan menerima

pesan mereka dan tidak menyukai kontroversi.

(c) Ketika pemasang iklan menyerah kepada tekanan maka

media akan melakukan sensor sendiri.

(d) Pemasang iklan menentukan isi media ketika mereka

menjadi program siaran.

(e) Persaingan di antara media pers menunjukan bagaimana

iklan menentukan hidup dan matinya media

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

29

Sumber: Morisson dkk (2010: 56)

4. Jurnalistik Olahraga

Jurnalistik olahraga tidak pernah terlepas dari kegiatan menulis berita

olahraga dalam surat kabar atau laporan seputar olahraga yang dibuat oleh

media televisi. Olahraga merupakan sebuah bahan yang memiliki celah

untuk dibuat tulisan dan liputan jurnalistiknya

(www.anneahira.com/jurnalistik-olahraga.htm diakses Rabu 26 Oktober

2011).

Hampir setiap surat kabar mempunyai halaman olahraga. Sekarang

bahkan pertandingan-pertandingan olahraga sepak bola dapat dipastikan

mendapatkan tempat khusus di semua media massa (Kusumaningrat,

2005:207).

Wartawan sering dalam pemberitaannya memberikan tekanan konten

berita olahraga di berbagai platform media, dari koran, televisi dan

internet. Institusi media di mana para wartawan berita olahraga bekerja

sangat penting karena semakin besar institusi media itu beroperasi maka

institusi tersebut memainkan peran kunci dalam membentuk skala dan

ruang lingkup jurnalisme yang muncul di cetak, di televisi atau di web

(Boyle, 2010:1)

Wartawan olahraga mengolah sebagian besar informasinya dari hasil

pengamatan langsung serta menggunakan sumber-sumber berita lain,

misalnya peserta pertandingan, ofisial olahraga, pejabat-pejabat humas,

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

30

catatan-catatan resmi, sumber-sumber latar belakang, dan bahkan

penonton (Kusumaningrat, 2005:209)

Wartawan olahraga memiliki ruang gerak yang luas dibandingkan

dengan kebanyakan wartawan lain untuk menerapkan teknik-teknik

reportase interpretatif dan kritis, semacam argumentasi. Ia harus

mengetahui bagaimana caranya mengisi boks hasil-hasil pertandingan

(skor) atau data statistik yang biasanya disajikan oleh surat kabar dalam

meliput pertandingan (Kusumaningrat, 2005:211)

5. Framing Memaknai Berita

Konsep framing yang berasal dari ranah psikologi, berangkat dari cara

pandang bahwa konstruksi realitas pasti bergantung pada bagaimana cara

sang pemilik cerita menyampaikannya kepada khalayak. William A.

Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan

(package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan

diberitakan. Dalam pandangan mereka, proses framing berkaitan dengan

persoalan bagaimana sebuah realitas dikemas dan disajikan dalam

presentasi media. Oleh karena itu, frame sering diidentifikasi sebagai cara

bercerita (story line) yang menghadirkan konstruksi makna spesifik

tentang objek wacana (Eriyanto, 2002:225)

Konsep ini menawarkan sebuah cara untuk mengungkap kekuatan teks

komunikasi. Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu

pemahaman atas realitas dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu

teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

31

sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi

moral dan atau merekomendasikan penanganannya (Eriyanto, 2002:165).

Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang akan dipilih,

ditonjolkan dan dibuang.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis

untuk bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja)

dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut melalui proses konstruksi.

Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu.

Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan

media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu.

Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi

menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto,

2002:30).

Menurut Eriyanto di dalam bukunya Analisis Framing: Konstruksi,

Ideologi, dan Politik Media, terdapat empat model analisis framing, yaitu :

a. Murray Edelman, dalam bukunya “ Contestable Categories and

Public Opinion” ia mensejajarkan framing sebagai kategorisasi,

artinya pemakaian perpektif tertentu dengan pemakaian kata-kata

yang terttentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau

realitas dipaham, kategorisasi juga dapat diartikan sebgai

penyederhanaan, realitas yang kompleks dan berdimensi banyak

diphami dan ditekankan supaya dipahami dan hadir dalam benak

khalayak

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

32

b. Robert Entman dalam metodenya framing dalam berita dilakukan

dengan empat cara, yaitu: Problem Identification (Identifikasi

masalah), causal Interpretation (identifikasi penyebab masalah),

Moral Identification (evaluasi moral) dan Treatment

Recommendation (saran penanggulangan masalah).

c. Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) dalam tulisan

meraka yang berjudul “ Framing Analysis: An Approach to New

Discourse” mengoperasionalkan empat dimensi structural teks

berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik,

dan retoris.

d. William A. Gamson mendefinisikan framing dalam dua

pendekatan yaitu pendekatan menghasilkan framing dalam level

kultural, dan pendekatan psikologis yang menghasilkan framing

dalam level individual. Framing dalam level kultural dimaknai

sebagai batasan-batasan wacana serta elemen-elemen konstitutif

yang tersebar dalam konstruksi wacana. Dalam hal ini, frame

memberikan petunjuk elemen-elemen isu mana yang relevan

untuk diwacanakan, problem-problem apa yang memerlukan

tindakan-tindakan politis, solusi yang pantas diambil, serta pihak

mana yang legitimate dalam wacana yang terbentuk.

Model William A. Gamson digunakan oleh penulis dalam

menganalisa berita karena frame dipandang sebagai cara bercerita atau

gagasan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

33

konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana

(Eriyanto, 2002:223)

Menurut William A. Gamson, framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan oleh

wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau

prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian

mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita

tersebut, hal ini disebut sebagai kemasan (package). (Eriyanto,

2002:2240).

Kemasan (package) dibayangkan sebagai wadah atau struktur data

yang mengorganisir sejumlah informasi yang menunjukan posisi atau

kecenderungan politik, dan yang membantu komunikator untuk

menjelaskan muatan-muatan di balik suatu osu atu peristiwa (Eriyanto,

2002:224).

Package ini dalam pandangan William A. Gamson dimaknai sebagai

perangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami

dan memaknai suatu isu. Ide sentral ini, akan didukung oleh perangkat

wacana lain sehingga antara satu bagian wacana dengan lainya saling

mendukung (Eriyanto, 2002:226).

Ada dua perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan dalam

teks berita. Pertama, framing device (perangkat framing). Perangkat ini

berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang

ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing ini ditandai dengan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

34

pemakaian kata, kalimat, grafik atau gambar, dan metafora (Eriyanto,

2002:226). Penjelasan perangkat framing, sebagai berikut:

Methapors atau metafora, adalah perumpamaan atau pengandaian.

Dengan merujuk pengertian sederhana, metafora dipahami sebagai cara

memindah makna dengan merealisasikan dua fakta melalui analogi, atau

memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti , ibarat, bak,

umpama, laksana. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis

sebagai basis berfikir, alsan pembenaran atas pendapat atau gagasan

tertentu kepada khalayak akan menjadi lebih tertarik dengan isi berita

(Junaedi,2008:21). Metafora termasuk ke dalam kelompok gaya bahasa

kiasan. Kiasan menunjuk pada perbandingan atau pengandaian dua hal

secara langsung dalam bentuk frasa atau klausa singkat dan sederhana.

(Sumadiria, 2006:43).

Catchphrases adalah frase dalam berita yang memiliki daya tarik bagi

pembaca, kontras, menonjol, dalam suatu wacana. Ini biasanya berupa

jargon atau slogan. Jargon atau slogan yang disampaikan didalam frase ini

adalah jargon atau slogan yang benar-benar menonjol dan menarik

perhatian khalayak (Junaedi, 2008:21).

Exemplar yang berarti isi berita yang berusaha mengaitkan bingkai

dengan contoh, uraian (bisa teori, perbandingan) yang memperjelas

bingkai. Dengan kata lain unsur atau bagian yang memberikan conoh atau

uraian yang berkaitan dan mendukung bingkai berita yang disampaikan.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

35

Dimana tujuan dari penerapan contoh atau uraian ini adalah memperjelas

bingkai dari berita yang disampaikan (Junaedi, 2008:21).

Depiction yang berarti penggambaran atau pelukisan suatu isu

pemberitaan yang bersifat konotatif. Konotatif adalah pemaknaan kata

yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu

di samping makna dasar yang umum. (Sumadiria, 2006:28).

Depiction ini pada umumnya berupa kosakata, leksikon untuk

melabeli sesuatu. Leksikon merupakan elemen yang menandakan

bagaimana sesorang memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang

tersedia. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap atau ideologi

tertentu. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilihan kata-kata

yang berbeda-beda (Junaedi, 2008:22).

Visual image berarti gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai

secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik yang

menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan

(Eriyanto,2002,225).

Visual image merupakan elemen yang digunakan untuk menekankan

atau menonjolkan sebuah isu melalui pemakaian foto, gambar, kartun,

diagram, grafis, tabel, dan sejenisnya. Misalnya perhatian atau penolakan,

dibesarkan atau dikecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian

warna. Visual images biasanya menjadi daya tarik bagi pembaca untuk

membaca berita tersebut (Junaedi,2008:22).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

36

Kedua, reasoning devices (perangkat penalaran). Sebuah gagasan

tidak hanya berisi kata atau kalimat, gagasan itu juga selalu ditandai oleh

dasar pembenar tertentu, alasan tertentu, dan sebagainya. Dasar pembenar

dan penalaran tersebut bukan hanya meneguhkan suatu gagasan atau

pandangan, melainkan lebih jauh membuat pendapat atau gagasan tampak

benar, absah, dan demikian adanya (Eriyanto, 2002:227). Lebih lanjut

perangkat penalaran dijelaskan sebagai berikut:

Roots adalah analisis kausal atau sebab akibat. Unsur ini berfungsi

agar pesan yang disampaikan terlihat wajar, normal, beralasan. Suatu

peristiwa tidak mungkin ada tanpa sebab atau latar belakang yang

mendasarinya, antara satu kalimat dengan kalimat yang lain saling

mendukung, satu bagian menjelaskan bagian yang lain dan satu bagian

menjadi sebab akibat dari bagian yang lain dan sebagainya (Junaedi,

2008:22). Appeals to Principle adalah premis dasar dan klaim-klaim

moral. Hal ini terkait dengan klaim-klaim moral yang ditunjukan denhgan

mengangkat fakta-fakta yang ada sebelumnya. Hal ini berfungsi untuk

menguatkan pesan yang disampaikan agar terlihat beralasan dan memilki

dasar yang kuat. Selain itu appeals to principle juga digunakan untuk

memperkuat sebuah gagasan agar tampak benar dan dapat diterima oleh

khalayak (Junaedi, 2008:22).

Consequences adalah etika atau konsekuensi yang di dapat dari

bingkai. Dengan kata lain Consequences disini adalah konsekuensi atau

pengaruh akhir yang muncul yang disebabkan oleh unsur-unsur yang ada

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

37

dalam bingkai media. Jadi dapat dikatakan bahwa Consequences adalah

akibat atau konsekuensi akhir yang muncul sebagai hasil dari semua unsur

di dalam bingkai (Juneadi, 2008:22).

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Peneletian ini termasuk di dalam penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln adalah penelitian

yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode

yang ada. (Denzin dan Lincoln dalam Moloeng, 2007:5)

Penelitian kualitatif ini menggunakan studi dokumentasi yang

diperoleh dari beberapa kumpulan naskah berita yang terkait dengan

LPI dan PSSI. Metode kualitatif ini digunakan karena berbagai

pertimbangan. 1) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan jamak. 2) metode ini menyajikan secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. 3)

metode ini lebih peka dan dapat lebih menyesuaikan diri dengan

banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang di

hadapi. (Moloeng.2007:9)

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis framing. Framing di dalam

penelitian komunikasi terutama komunikasi massa dipahami sebagai

sesuatu yang berkenaan dengan dua sisi sekaligus sehingga lebih

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

38

bersifat komprehensif, yakni berkenaan dengan penyajian pesan oleh

(atau melalui) media massa di satu sisi (media frame) dan penerimaan

pesan oleh individu-individu khalayak di sisi lain (audience frame).

(Pawito, 2008:186)

Penulis menggunakan analisis model William A. Gamson

karena frame dipandang sebagai cara bercerita atau gagasan ide-ide

yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna

dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana (Eriyanto,

2002:223)

Model William A. Gamson penulis anggap mampu mengupas

bagaimana framing berita LPI dan PSSI karena menurut pandangan

William A. Gamson framing adalah pendekatan untuk mengetahui

bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan oleh

wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau

prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil,

bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa

kemana berita tersebut (Eriyanto, 2002:2240).

3. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian komunikasi kualitatif pada umumnya berupa

informasi kategori substansif yang sulit dinumerisasikan. Secara garis

besar data dalam penelitian komunikasi kualitatif dapat dikelompokan

menjadi tiga jenis: 1) Data yang diperoleh dari interview. 2) Data yang

diperoleh dari observasi. 3) Data yang diperoleh dari dokumen, teks,

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

39

atau karya seni yang kemudian dinarasikan (Dikonversikan ke dalam

bentuk narasi). (Pawito, 2008:96)

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, adalah

pengumpulan data pada level teks pemberitaan, satuan analisisnya

adalah teks berita tentang isu LPI dan PSSI yang dimuat di media

cetak nasional yaitu surat kabar Jawa Pos, edisi Januari-Maret 2011.

Pemilihan edisi Januari-Maret 2011 karena pada bulan tersebut, 1)

Bergulirnya kompetisi perdana Liga Primer Indonesia. 2) Pada bulan

Maret PSSI mengadakan kongres untuk menentukan ketua umum dan

wakilnya

4. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moloeng, sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain

(Moloeng, 2007:112). Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam

penelitian ini meliputi:

a) Teks berita yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat

penulis, yaitu teks berita tentang Liga Primer Indonesia (LPI) dan

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode Januari-

Maret 2011.

b) Sumber-sumber tertulis lain dari buku, majalah, karya ilmiah,

catatan- catatan, dokumen-dokumen resmi, makalah, laporan atau

jurnal yang relevan dengan obyek kajian.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

40

5. Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data dalam

penelitian ini, teknik pengembangan validitas data yang digunakan

yaitu teknik trianggulasi data (trianggulasi sumber). Pelbagai data yang

didapat dari sumber yang satu selalu dikomparasikan dengan data

sejenis yang lain, baik dari segi koherensi sumber yang sama maupun

yang berbeda. Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan

dengan informasi dari narasumber lainnya (Bungin, 2003:45)

6. Teknik Analisis Data

Dalam membedah teks berita Surat kabar Jawa Pos, digunakan

pendekatan analisis framing William A. Gamson dan Modigliani. Ada

beberapa komponen yang menjadi alat analisis dalam analisis framing

yang dikembangkan oleh Gamson, yaitu :

a) Elemen inti berita (idea element), yaitu :

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita

yang kemudian didukung dengan simbol tertentu untuk

menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam berita.

Simbol itu dapat diamati dari pemakaian kata, kalimat, grafis,

atau pemakaian foto atau aksentuasi gambar tertentu. Semua

elemen dalam perangkat pembingkai tersebut digunakan untuk

memberi citra tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

41

Citra itu juga dilakukan dengan memberi label (depiction)

terhadapa suatu peristiwa. Citra juga dapat ditekankan dengan

melakukan ilustrasi (eksemplar).

b) Perangkat pembingkai (framing devices), yaitu :

Perangkat yang dipakai untuk memberi citra negatif

maupun positif terhadap suatu berita atau obek yang

diberitakan.

c) Perangkat penalaran (reasoning devices), yaitu:

Perangkat penalaran berhubungan dengan kohesi dan

koherensi teks yang merujuk pada gagasan tertentu. Sebuah

gagasan tidak hanya berisi kata atau kalimat, gagasan itu juga

selalu ditandai oleh dasar pembenar tertentu, alasan tertentu,

dan sebagainya. Dapat berupa roots ataupun dengan memberi

klaim moral tertentu (appeal to principle). Keduanya

berpotensi membawa konsekuensi mengenai isu berita

(Junaedi, 2008:20)

Inti dari model Gamson dan Modigliani adalah gagasan utama

yang didukung oleh elemen dan perangkat wacana yang saling

berkaitan satu sama lain, yang mendukung, atau mengarah pada

gagasan utama. Secara lebih jelas, analisis framing model William A.

Gamson dan Modigliani ini akan digambarkan melalui tabel dan

penjelasan di bawah ini.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

42

Tabel I.3

Perangkat Analisis Framing William A. Gamson

Sumber: Eriyanto (2002)

Perangkat Framing (framing

devices)

Perangkat Penalaran (reasoning

devices)

Methapors

Perumpamaan atau pengandaian

Roots

Analisis kausal atau sebab akibat

Catchphrases

Frase yang menarik, kontras,

menonjol dalam suatu wacana. Ini

umumnya berupa jargon atau slogan

Appeal to principle

Premis dasar, klaim-klaim moral.

Exemplar

Mengaitkan bingkai dengan contoh,

uraian (bisa teori, perbandingan) yang

memperjelas bingkai

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat

dari bingkai.

Depiction

Penggambaran atau pelukisan suatu

isu yang bersifat konotatif. Depiction

ini umumnya berupa kosakata,

leksikon untuk melabeli sesuatu

Visual Images

Gambar, grafik, citra yang mendukung

bingakai secara kesulurahan. Bisa

berupa foto, kartun, ataupun grafik

untuk menekankan dan mendukung

pesan yang ingin disampaiakan.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

43

7. KERANGKA BERPIKIR

Untuk memudahkan bagaimana penulis melakukan penelitian,

dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel I.4 Kerangka Berpikir

Keterangan :

Berita tentang LPI dan PSSI dalam surat kabar Jawa Pos periode Januari 2011-

Maret 2011 akan di frame terlebih dahulu, kemudian dianalisis menggunakan

analisis framing William A. Gamson dan Modigliani dengan menggunakan

JAWA POS

PERANGKAT FRAMING

ANALISIS FRAMING WILLIAM A.

GAMSON DAN MODIGLIANI

METHAPORS

BERITA LPI DAN PSSI

PERANGKAT PENALARAN

APPEALS TO PRINCIPLES

ROOTS

VISUAL IMAGES

DEPICTION

EXEMPLAR

CATCHPRASES

CONSEQUENCES

FRAME BERITA

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/16146/4/03._BAB_I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persepakbolaan di Indonesia mulai terlihat, ditandai dengan berdirinya

44

perangkat penalaran dan perangkat framing yang kemudian dijabarkan melalui

perangkat analisis tersebut.