BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul...

34
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1. Aktualitas Gemah ripah loh jinawi kalimat yang menggambarkan kehebatan dan kesuburan nusantara 1 sebagai negara agraris tempo dulu. Negara yang digadang karena kekayaan potensi alamnya seharusnya tidak memiliki persoalan mengenai pangan, namun pada kenyataannya justru persoalan pangan menjadi akar masalah dan mendominasi sebagian besar permasalahan yang menyelimuti negara. Daya tahan suatu negara sangat ditentukan oleh sistem pangannya, sehingga pangan sarat akan muatan politik yang dapat mengancam stabilitas negara, terlebih ketika pangan berada dalam dimensi global.Pembahasan tentangsistem pangan tidak terlepas dari persoalan pembangunan sektor pertanian. Menurut data BPS, pada triwulan I tahun 2013 PDB sektor pertanian berada diperingkat kedua setelah sektor industri pengolahan non migas dengan kontribusi sebesar 15,04% (Kementrian Pertanian-Sekretariat Jendral 2013). Kedudukan sektor pertanian pada peringkat kedua menunjukan pentingnya peran sektor pertanian dalam menyumbang pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu persoalan pertanian merupakan persoalan yang harus segera ditemukan solusinya. 1 Nusantara berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu nusayang artinya pulau dan antarayang artinya luar. Dalam kitab Pararaton, istilah nusantara didapat dari sumpah Palapa Patih Gajah Mada dalam upacara penobatannya menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit (1258 Saka/ 1336 Masehi) untuk menyebut kepulauan di sekitar Majapahit (Jawa). Sebutan Nusantara pernah dihidupkan oleh Ki Hajar Dewantara untuk menggantikan nama Hindia Belanda, namun setelah Kongres Pemuda tahun 1928 sebutan Nusantara digunakan sebagai sinonim untuk menyebut kepulauan Indonesia. DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul) RIZKA KHOIRULIKA Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

1. Aktualitas

Gemah ripah loh jinawi kalimat yang menggambarkan kehebatan dan

kesuburan nusantara1 sebagai negara agraris tempo dulu. Negara yang digadang

karena kekayaan potensi alamnya seharusnya tidak memiliki persoalan mengenai

pangan, namun pada kenyataannya justru persoalan pangan menjadi akar masalah

dan mendominasi sebagian besar permasalahan yang menyelimuti negara. Daya

tahan suatu negara sangat ditentukan oleh sistem pangannya, sehingga pangan

sarat akan muatan politik yang dapat mengancam stabilitas negara, terlebih ketika

pangan berada dalam dimensi global.Pembahasan tentangsistem pangan tidak

terlepas dari persoalan pembangunan sektor pertanian. Menurut data BPS, pada

triwulan I tahun 2013 PDB sektor pertanian berada diperingkat kedua setelah

sektor industri pengolahan non migas dengan kontribusi sebesar 15,04%

(Kementrian Pertanian-Sekretariat Jendral 2013). Kedudukan sektor pertanian

pada peringkat kedua menunjukan pentingnya peran sektor pertanian dalam

menyumbang pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu persoalan

pertanian merupakan persoalan yang harus segera ditemukan solusinya.

1 Nusantara berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu nusayang artinya pulau dan antarayang artinya luar.

Dalam kitab Pararaton, istilah nusantara didapat dari sumpah Palapa Patih Gajah Mada dalam upacara penobatannya menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit (1258 Saka/ 1336 Masehi) untuk menyebut kepulauan di sekitar Majapahit (Jawa). Sebutan Nusantara pernah dihidupkan oleh Ki Hajar Dewantara untuk menggantikan nama Hindia Belanda, namun setelah Kongres Pemuda tahun 1928 sebutan Nusantara digunakan sebagai sinonim untuk menyebut kepulauan Indonesia.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

2

Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia tidak serta merta

mengurangi permasalahan pertanian dalam negeri, justru hal ini menimbulkan

masalah baru. Menurut sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk di

Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa sedangkan pada tahun 2012 mengalami

peningkatan menjadi 257.516.167 jiwa dan diproyeksikan angka tersebut akan

terus mengalami peningkatan. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk

tentunya juga akan menambah persoalan baru utamanya mengenai alih fungsi

lahan pertanian. Seperti pendapat Thomas Robert Malthus bahwa manusia untuk

hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan

lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk sehingga manusia

akan kekurangan bahan makanan (Mantra 2000). Hal ini dikarenakan semakin

padat jumlah penduduk secara otomatis akan dibarengi dengan kebutuhan dan

keinginan manusia yang tak terbatas, misalnya saja permintaan akan lahan

permukiman, perkantoran, bangunan mall, tempat hiburan dan bangunan lainnya

yang akan mengurangi luas lahan pertanian.Tidak hanya persoalan lahan, berbagai

kebijakan pemerintah sangat berperan besar dalam menciptakan kondisi sistem

pertanian di Indonesia.

Pada pertengahan 2013, pemberitaan mengenai impor dalam negeri tidak

ada habisnya mewarnai layar tv, mulai dari melonjaknya harga cabai, bawang

putih, bawang merah, hingga kasus impor sapi dan impor kedelai. Banyak sumber

mengatakan bahwa negara harus melakukan impor karena persediaan dalam

negeri tidak mampu memenuhi permintaan pasar, akibat adanya penurunan

produktivitas pertanian yang disebabkan perubahan iklim yang tidak menentu.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

3

Untuk beberapa daerah yang secara geografis sangat terpengaruh iklim dan masih

menggunakan sistem pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia

pernyataan tersebut menjadi benar. Namun peneliti menemukan jawaban yang

berbeda ketika menanyakan langsung kepada petani di Bantul selaku orang yang

berperan langsung. Masalah impor tidak selalu dikarenakan produksi yang

menurun akibat iklim yang tidak menentu, namun karena adanya sistem ekonomi

yang menjadikan harga melambung. Beberapa petani menyimpulkan bahwa

masalah impor adalah bagian dari proyek para birokrat pembuat kebijakan. Justru

dengan adanya kebijakan impor yang tidak terkontrol semakin memarginalkan

petani lokal.

Tidak hanya tentang impor, nampaknya pertanian dalam negeri seolah

sengaja digiring dalam persimpangan jalan, dimana petani mengalami

ketergantungan terhadap subsidi, kurang berfungsinya organisasi lokal,

infrastruktur pertanian yang terabaikan. Tentunya hal ini tidak bisa lepas dari

sejarah panjang pemerintahan di Indonesia dengan berbagai kebijakan yang telah

dibuat dan dilaksanakan. Globalisasi dan perdagangan bebas internasional

memiliki andil besar dalam menciptakan kondisi pertanian dalam negeri saat ini,

utamanya pasca diterapkannya kebijakan program green revolution atau revolusi

hijau2.

2 Istilah Revolusi Hijau konon sebuah jargon politik yang diusulkan pada tahun 1968 oleh William S.

Gaud, seorang administrator USAID, untuk menandai derap Revolusi Merah dari Komunisme. Secara ekonomi Revolusi Hijau adalah modernisasi pertanian khususnya pertanian pangan yang mengandalkan asupan kimiawi dan biologi. Modernisasi juga meliputi penggunaan bibit unggul dan teknologi mekanik untuk menghemat waktu. Baca Francis Wahono, “Revolusi Hijau: Dari Perangkap Involusi ke Perangkap Globalisasi”; Wacana No. IV 1999 hal. 9

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

4

Menyadari kondisi tersebut kini banyak petani di Bantul yang berusaha

untuk keluar dari ketergantungan yang telah lama diciptakan semenjak

dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan diri agar tidak

terjebak dalam permainan pasar bebas internasional. Adapun cara yang digunakan

salah satunya dengan mengembangkan sistem pertanian organik. Maraknya

pembicaraan mengenai pertanian organik mendorong peneliti untuk mengkaji

lebih dalam seperti apa pertanian organik yang dipahami dan ditekuni. Oleh

karena alasan tersebut, dalam penelitian ini diberi judul ―Dialektika Petani dalam

Memilih Melakukan Pertanian Organik, Fenomena Romantisme Pertanian di

Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul‖.

2. Orisinalitas

Pertanian selalu menjadi topik menarik untuk dikaji karena menyangkut

hidup orang banyak dan mencerminkan ketahanan suatu negara. Banyak orang

mengkaji atau melakukan penelitian tentang pertanian dengan sudut pandang yang

berbeda, mulai dari aspek ekonomi, sosial, politik, hingga budaya. Misalnya saja

dalam buku:

a. Involusi Pertanian karya Clifford Geertz merupakan kerja proyek

interdisipliner (Economic and Political Development Program)dengan

Massachusetts Institute of Technology, Center for International

Studies(1952-1959) yang dilakukan di Indonesia. Buku ini menjelaskan

sejarah sosial ekonomi di Pulau Jawa pada masa kesulitan-kesulitan

pemerintah Indonesia yang saat itu memasuki fase mulai lepas landas ke

arah pertumbuhan ekonomi berlanjut (sustained economic growth). Fokus

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

5

pengamatan Clifford Geertz dalam Involusi Pertanian adalah perubahan

ekonomi yang disebabkan ledakan penduduk dan masuknya sistem ekonomi

kapitalis sehingga memunculkan kemiskinan masal atau lebih dikenal dalam

istilah asing sebagai shared poverty(Geertz 1983).

b. Revolusi Jerami, karya Masanobu Fukuoka. Buku ini ditulis dari

keprihatinan terhadap terjadinya degenerasi tanah dan kondisi masyarakat

Jepang, dimana pada saat itu orang-orang Jepang meniru secara langsung

model pembangunan ekonomi dan Industri di Amerika sehingga Fukuoka

bertekad untuk tidak meninggalkan bertani secara alami. Dalam buku ini

Fukuoka tidak hanya berbicara mengenai pertanian alamiahnya, namun juga

berbicara mengenai falsafah hidupnya yang mendasarkan pada

keseimbangan alam di tempatnya berada(Fukuoka 2012).

c. Musim Bunga yang Bisu, karya Rachel Carson. Buku ini

menggambarkan romantisme alam masa lalu, dimana buku ini

mengungkapkan kepekaan dan keprihatinan terhadap lingkungan tempat ia

tinggal. Musim bunga yang seharusnya menggambarkan awal kelahiran

kembali putik bunga yang tumbuh menjadi bunga yang cantik, tumbuhnya

tunas-tunas tanaman dan kicauan burung yang menambah kecerian pada

musim bunga tinggal kenangan akibat penggunaan bahan kimia yang

melampaui batas-batas yang dapat ditoleransi sehingga mencemari

lingkungan yang berpengaruh pada ekosistem. Inti pada buku ini ingin

mengajak orang diseluruh dunia untuk membuka hati dan pikiran dengan

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

6

mengulas dampak bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan

kimia(Carson 1990).

Selain buku yang telah disebutkan di atas juga terdapat beberapa penelitian

ilmiah ilmu sosial yang membahas mengenai pertanian, diantaranya adalah:

a. Pertanian Organik: Pemberdayaan Masyarakat Petani di Kecamatan

Sawangan Kabupaten Magelang. Judul tersebut merupakan penelitian

skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa Sosiatri yang bernama M.M

Kriscahyaningsih yang dilakukan pada tahun 2005. Penelitian ini

memfokuskan pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui media

pertanian organik di Kecamatan Sawangan dengan melihat siapa saja yang

menjadi pelaku pemberdayaan, institusi lokal yang mewadahi serta

bagaimana jaringan kemitraan yang dibangun untuk mendukung

pelaksanaan proses pemberdayaan tersebut(Kriscahyaningsih 2005).

b. Analisis Keberlanjutan Praktik Pertanian Organik di Kalangan Petani

(Kasus: Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang,

Provinsi Jawa Tengah) oleh Aero Widiarta mahasiswa Institut Pertanian

Bogor tahun 2011. Penelitiannya memfokuskan pada keberlanjutan praktik

pertanian organik di kalangan petani dengan menguji pengaruh praktik

pertanian organik terhadap keberlanjutan ekonomi petani; membandingkan

tingkat kompleksitas praktik pertanian organik dan konvensional menurut

persepsi petani,serta mengidentifikasi kendala atau faktor penyebab kurang

berkembangnyapraktik pertanian organik di kalangan petani yang dilakukan

dengan metode kuantitatif(Widiarta 2011).

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

7

c. Pemberdayaan Masyarakat dalam mendukung Ketahanan Pangan (Studi

mengenai Pemberdayaan dan Motivasi Pemanfaatan Umbi – Umbian oleh

Anggota Kelompok Swadaya Masyarakat Tri Manunggal, Kecamatan

Semanu Kabupaten Gunung Kidul). Penelitian ini merupakan penelitian

skripsi yang ditulis oleh mahasiswa Sosiatri yang bernama Marisatul Ula

yang dilakukan pada tahun 2010 yang lebih memfokuskan pada

pemanfaatan umbi-umbian sebagai panganan lokal kaitanya untuk

mendukung Ketahanan Pangan di wilayah Gunung Kidul(Ula 2010).

Seperti yang telah dijelaskan di atas banyak penelitian tentang pertanian

dengan berbagai perspektif. Bedanya penelitian ini dengan penelitian lainnya

adalah dalam penelitian ini, fokus pada proses dialektika petani dalam memilih

kegiatan pertanian organik di wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul. Penelitian ini

dapat dikatakan orisinal karena secara gagasan belum pernah dilakukan penelitian

serupa di wilayah tersebut.

3. Relevansi

Kehidupan bersifat dinamis, bergerak dari suatu kondisi ke kondisi yang

lain. Pergerakan akan memunculkan perubahan, dan perubahan yang terjadi

tentunya mempengaruhi pola pembangunan yang ada di masyarakat. Tidak

selamanya pembangunan membawa ke arah yang lebih baik meskipun tujuan

awalnya memang diarahkan untuk perbaikan.

Sebagai ilmu pengetahuan, Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

mempelajari tentang pembangunan masyarakat utamanya mengenai aspek sosial.

Untuk memudahkan dalam memahaminya, Ilmu Pembangunan Sosial dan

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

8

Kesejahteraan dibagi dalam tiga konsentrasi, yakni mengenai: Social Policy,

Community Development serta Coorporate Social Responcibility. Meskipun

dibagi dalam tiga konsentrasi, tidak menghilangkan core keilmuan yang tetap

mengarah pada permasalahan kesejahteraan sosial.

Apabila dikaitkan dengan ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan,

penelitian yang berjudul ―Dialektika Petani dalam Memilih Pertanian Organik,

Fenomena Romantisme Pertanian di Wilayah Ganjuran Kabupaten Bantul‖,

memiliki relevansi karena penelitian ini bertolak dari pembahasan perubahan

sosial masyarakat petani yang merupakan agenda pembangunan sosial yang

menyangkut kesejahteraan petani. Pembangumnan adalah upaya untuk

menciptakan hubungan yang seimbang antara kebutuhan hidup manusia (needs)

dengan sumber pemenuhan kebutuhan (resources) yang terdapat disuatu daerah

sehingga tercapainya kesejahteraan bagi setiap warga masyarakat. Penjelasan

tersebut telah menggambarkan bahwa penelitian ini memiliki relevansi dengan

ilmu yang dikaji pada Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan.

B. Latar Belakang

Dialektika manusia terhadap realitas di tempatnya berada telah

mengantarkan manusia pada proses panjang kehidupan, dari berburu hingga

meramu, dari nomadenmenjadi menetap. Pertanian yang dimulai sejak zaman

Neolithikum3 telah banyak membawa perubahan dalam sistem tatanan hidup

manusia. Sebagaimana yang dituliskan Susan George dan Nigel Paige bahwa

3 Istilah Neolithikumadalah istilah yang digunakan untuk menyebut zaman batu, dimana manusia

purba menggunakan batu sebagai alat dalam melakukan aktivitasnya.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

9

sistem pertanian telah menjadikan manusia hidup dalam masyarakat yang lebih

besar dan stabil, dapat melakukan berbagai jenis pekerjaan, dapat berpikir tentang

hal lain di luar makanan sehari-hari, mengenal pembagian kekayaan (tanah dan

bahan makanan) yang tidak merata, dan mulai mengenal pembagian masyarakat

menjadi kelas penguasa dan yang dikuasai(George dan Paige 2007, 8-12).

Kesadaran manusia terhadap realitas ditempatnya berada mendorong

manusia pada suatu kehendak. Sama halnya dengan penjajahan yang awalnya

hanya didasari rasa ingin tahu untuk menemukan sesuatu yang baru, kemudian

kesadaran objektifnya telah menggiring untuk melakukan hal produktif yang

tanpa disadarinya membawa pada rasa ingin berkuasa. Lewat realitas pertanian

kemudian menjadi awal mula penjajahan di Nusantara, dimulai dari kedatangan

bangsa Portugis dengan tujuan mencari rempah-rempah untuk memenuhi

kebutuhan musim dingin di Eropa (Ricklefs 2007, 32). Sejarah nusantara

menunjukan, bahwa petani di Indonesia tidak pernah menjadi penguasa atas diri

mereka sendiri, yang lebih ironis justru petani penghasil pangan manusia menjadi

kelompok pertama penderita kelaparan. Pasca era tanam paksa, perekonomian

Hindia Belanda yang dijarah VOC mengalami keruntuhan yang ditandai oleh

zaman malaise4 yang membawa penderitaan bagi rakyat. Ketika itu Soekarno

sangat yakin kaum marhendi desa dimiskinkan oleh sistem kolonial, bukan sistem

pertuantanahan secara feodal (Kuntowijoyo 1993).

Pasca kemerdekaan Indonesia tatanan lama warisan kolonial dirombak

menjadi tatanan baru dalam pembangunan. Presiden Soekarno (1952) menegaskan

4 Periode kelesuan ekonomi dan pengangguran secara besar-besaran ditahun 1929-1935. Baca

Kuntowijoyo. Radikalisasi Petani. Yogyakarta: Bentang Budaya 1993.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

10

komitmen politiknya dalam kesempatan peletakan batu pertama Gedung Fakultas

Pertanian di Bogor dengan menyatakan bahwa urusan pangan dan pertanian

adalah soal hidup atau mati(Maksum 2006). Setelah itu Soekarno mencanangkan

program swasembada beras selama periode 1952-19565

. Program tersebut

diwujudkan melalui program Kesejahteraan Kasimo dengan didirikannya Yayasan

Bahan Makanan (BAMA). Di tahun 1960, pemerintah menyadari jika

pembangunan dilakukan tanpa melakukan reformasi sosial hanya akan

meproduksi ketimpangan dan kepincangan struktural dalam bentuk baru, maka

pembangunan dimulai dengan reformasi sosial melalui UU No. 2 Tahun 1960

tentang Perjanjian Bagi Hasil, UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok Agraria dan UU Landreform Tahun 1960 yang dalam praktiknya UU

tersebut tidak terimplementasi dengan baik karena gejolak politik yang akhirnya

dicap sebagai produk ideologi kiri (Khudori 2008, 31). Tidak hanya reformasi

sosial, era Soekarno diversifikasi tanaman pangan sudah dipikirkan. Untuk keluar

dari ketergantungan tanaman padi, pada tahun 1963, jagung dimasukkan sebagai

bahan pangan pengganti beras. Pada masa ini pola kebijakan menitik beratkan

pada jenis tanaman lokal sebagai komoditi utama. Tahun 1964 diterapkan Panca

Usaha Tani yang disesuaikan dengan kultur bercocok tanam petani. Selanjutnya

pada tanggal 14 Mei 1967 dibentuk badan penyangga pangan yang disebut Badan

Urusan Logistik atau Bulog. Bulog memiliki tugas sebagai agen pembeli beras

tunggal. Sejak awal tujuan berdirinya Bulog diproyeksikan menjadi lumbung

nasional untuk menjaga supply komoditi pangan dan menjaga stabilitas harga

5Kondisi saat itu masyarakat telah ketergantungan mengkonsumsi beras sebagai sumber karbohidrat

dan terdapat kecenderungan orang Jawa yang enggan untuk meningkatkan produksi di atas kebutuhan subsistennya

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

11

tanaman pangan utama. Pada era Soekarno dapat dilihat bahwa orientasi

pemerintah bertujuan untuk memfokuskan pada kepentingan rakyat dengan

memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan hasil produksi sendiri. Melalui prinsip

berdikarinya, Soekarno dengan tegas menolak keberadaan campur tangan asing

dalam pembangunan ekonomi negara. Namun realitasnya, tidak seindah yang

telah direncanakan. Ego orientasi politik yang berlebihan telah menjadikan sektor

ekonomi tidak terurus dengan baik dan ekonomi desa jatuh, terlebih pada masa

Demokrasi Terpimpin, perekonomian Indonesia carut marut, pendapatan per

kapita sepanjang 1958-1965 merosot tajam, inflansi di atas 100% (Khudori 2008,

31-32) sehingga menjadikan kemiskinan meningkat, harga kebutuhan pokok

melambung, dan akibatnya terjadi krisis pangan.

Akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an dengan tujuan untuk

mengatasi krisis pangan, pemerintah berusaha meningkatkan produktivitas sektor

pertanian. Ditangan pemerintahan Soeharto program pembangunan pertanian

dirombak dengan menghadirkan program Revolusi Hijau atau pada masyarakat

petani lebih akrab disebut dengan nama program Bimbingan Masal (BIMAS)

yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui paket

pertanian modern. Inti program BIMAS adalah penerapan inovasi pertanian yang

dikenal dengan ―panca usaha tani yang mencakup pembangunan fasilitas dan

sistem irigrasi; penyediaan bibit varietas unggul; penggunaan pupuk kimia;

penggunaan pestisida; penanaman dengan cara tanam larikan dan sejajar

(Soemarjan 1993). Program BIMAS telah berhasil mengubah sikap petani dari

―anti teknologi‖ menjadi sikap yang mau memanfaatkan teknologi modern yang

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

12

lebih efektif dan efisien, mengubah mindset pertanian subsisten menjadi pertanian

yang berorientasi ekonomi. Perubahan sikap ini mengantarkan Indonesia pada

pencapaian swasembada beras di tahun1984. Keberhasilan pencapaian

produktivitas pertanian, secara akademis telah menggugat kemapanan teori

Malthus, teori dualisme J. Boeke dan teori involusi Geertz. Namun pencapain ini

tidak bertahan lama.

Setelah mengalami swasembada, produktivitas terus mengalami penurunan

hingga pada tahun 1994-1998 terjadi minus 1,408 %, dikarenakan pada periode

pelita pertama lahan masih mampu menerima teknologi pertanian dengan

menggunakan bibit varietas, pupuk dan pestisida kimia, namun pada akhir Pelita

(1994-1988) lahan mengalami kejenuhan terhadap penggunaan bahan

kimia(Amrullah 2003). Selain itu program revolusi hijau menyebabkan sistem

subsektor tanaman pangan rentan terhadap hama dan penyakit akibat uniformitas

bibit padi.

Pada tahun 1999, peneliti independen meneliti bahwa tanaman transgenik

(produk pertanian modern) telah gagal membuktikan janjinya untuk memberikan

keuntungan peningkatan produksi dan pengurangan pestisida serta herbisida

secara signifikan, malahan tanaman transgenik memiliki dampak yang sangat

besar bagi kesehatan dan ekologi. Dijelaskan pula bahwa tanaman transgenik

mengandung bahaya:

1. Adanya kandungan racun Bt (Bacillus thuringiensis) yang menyebabkan

nekrosis (kematian jaringan) berat pada manusia dan dapat membunuh

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

13

tikus dalam waktu delapan jam. Tanaman transgenik mengeluarkan racun

melalui akar ke dalam tanah yang berpotensi merusak kesuburan tanah;

2. Gen bunuh diri, yang membuat tanaman bersifat mandul jantan,

berpotensi menimbulkan kerusakan pada keanekaragaman hayati alami

dan pertanian;

3. Adanya kandungan glufosinat ammonium yang dikaitkan dengan

keracunan neurologis, pernapasasn, kelahiran cacat pada manusia dan

hewan;

4. Transfer gen horizontal yang dapat menimbulkan kanker dan penciptaan

virus baru (Ho dan Ching 2006, 11-49).

Adanya dampak berbahaya yang ditimbulkan tanaman trangenik,

menunjukan bahwa pertanian modern tidak menganut prinsip sustainable yang

merupakan prinsip utama dalam melakukan pertanian. Pembangunan pertanian ke

arah kebijakan moderninasasi pertanian, mengindikasikan adanya hegemoni yang

mengarah pada gejala erosi ideologi, dimana Pancasila tidak dijadikan dasar

pertimbangan yang matang dalam menentukan kebijakan. Pembangunan yang

berorientasi peningkatan ekonomi menempatkan fungsi alam sebagai objek yang

dieksploitasi. Terjadinya erosi ideologi telah menjadikan kemunduran dalam

pembangunan masyarakat. Belum lagi kondisi ini diperparah oleh kondisi politik

global yang dimenangkan aliran liberalis, yang menjadikan Indonesia tergabung

dalam persaingan pasar bebas dengan berorientasi pada ekonomi pasar. Proses

liberalisasi sektor pertanian di Indonesia dilakukan baik secara Multiteral,

Regional dan Unilateral. Liberalisasi yang berpengaruh besar bagi pembangunan

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

14

pertanian Indonesia adalah keikutsertaan dalam World Trade Organization

(WTO)dan International Monetary Fund (IMF). Liberalisasi pertanian dengan

keikutsertaan dalam WTO termasuk dalam kerangka Agreement on Agriculture

(AoA)6(Hadi, Daeng, et al., 141-142). Secara singkat AoA menyepakati 5 hal,

yakni,

1. Tarifikasi hambatan non tarif untuk mengurangi distorsi yang

menghambat perdagangan produk pertanian;

2. Penurunan tarif 36% dari tingkat sebelumnya dalam jangka 6 tahun

untuk negara maju dan 24% dalam jangka 10 tahun untuk nrgara

berkembang;

3. Pengurangan subsidi domestik sebesar 20% dalam jangka 6 tahun untuk

negara maju dan 13% dalam jangka 10 tahun untuk negara berkembang;

4. Pengurangan subsidi ekspor, baik penurunan nilai subsidi maupun

volume subsidi;

5. Sanitari and Phitosanitary (SPS) Regulations yang bertujuan

melindungi kehidupan dan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan

(Jhamtani dan Hanim 1999, 62-63).

Kebijakan ini tidak menguntungkan bagi negara berkembang karena harga

impor pangan yang harus ditanggung negara berkembang semakin meningkat.

Sedangkan adanya SPS menjadikan penahanan terhadap sejumlah produk ekspor

dari Indonesia yang disinyalir mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi

kesehatan.

6merupakan perangkat aturan liberalisasi pertanian yang bersifat multiteral yang

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

15

Selain WTO, liberalisasi sektor pertanian tidak lepas dari peran IMF7. Pada

akhir 1997 ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi akibat tekanan politik dari

dalam dan luar negri, IMF berhasil memperdaya pemerintah untuk melakukan

kesepakatan mengenai kebijakan pertanian melalui Washington Consensus, yang

menyepakati penghapusan monopoli Bulog sebagai lembaga pengatur distribusi

pangan dan impor, deregulasi pertanian termasuk penurunan tarif dan pencabutan

subsidi domestik, liberalisasi perdagangan dan investasi asing (Hadi, Daeng, et al.

2012, 146-147).

Liberalisasi tidak berhenti pada era Orde Baru, era reformasi kembali

melanjutkan sejumlah poin kesepakatan Indonesia dengan IMF. Tahun 1999

melalui UU No. 23 Tahun 1999 dilakukan penghapusan fasilitas pemberian Kredit

Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) kepada Bulog untuk membeli kelebihan

produksi beras yang dihasilkan petani. Era kepemimpinan Megawati, peran Bulog

dihidupkan kembali melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003. Bulog

diarahkan menjadi pemasok program raskin. Selain itu, kebijakan harga dasar

diganti kebijakan harga pembelian pemerintah (procurement price) melalui Inpres

No. 9 Tahun 2002. Kebijakan ini tidak mampu menahan kerentanan terhadap

gejolak harga yang bersumber dari luar (impor beras). Pada masa kepemimpinan

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) liberalisasi semakin diperluas di sejumlah

komoditi.

Pada akhirnya perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa manusia

pada perubahan besar dalam kehidupan berbangsa hingga pada tatanan pangan.

7yang merupakan proses liberalisasi unilateral.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

16

Melalui berbagai kebijakan terlihat jelas bahwa dalam kehidupan berbangsa kita

telah terjadi ketegangan antara ideologi-ideologi yang dibawa penguasa besar

dunia yang seolah ingin berkompetisi merebutkan kemudi globalisasi untuk

menguasai dunia. Sebagaimana yang dikatakan Anthony Giddens, bahwa proyek

besar globalisasi yang membawa semangat modernisasi telah mampu merambah

hampir seluruh jantung kehidupan, membawa pada tatanan baru yang menjadikan

manusia sebagai roda-roda kecil dalam mesin sosial ekonomi yang besar (Giddens

2001). Menurut Michael R. Dove, modernisasi dibidang pertanian tidak luput dari

tiga hal, yakni:

1. Pembangunan dan modernisasi menimbulkan dampak negatif, misalnya

saja kegiatan perusakan

2. Upaya memperkenalkan suatu aktivitas baru akan menggeser aktivitas

tradisional

3. Potensi adaptasi dari suatu populasi amat terbatas (Dove 1985, 320)

Sesuai yang dikatakan Michael R. Dove modernisasi dibidang pertanian

melalui berbagai kebijakannya bukan malah membawa pertanian ke arah yang

lebih baik malahan menciptakan kebijakan yang tidak pro petani. Akibatnya,

penderitaan menyelimuti petani kecil dengan tergerusnya ideologi lokal,

degenerasi tanah yang menjadikan kualitas produksi menurun, nilai beli hasil

produksi rendah yang diikuti rendahnya daya beli untuk kebutuhan konsumsi,

sulitnya akses permodalan untuk kebutuhan produksi, harga pupuk yang

dipermainkan belum lagi resiko kegagalan panen. Hal tersebut seolah merupakan

bentuk-bentuk ketergantungan yang sengaja diciptakan dalam pembangunan

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

17

negara berkembang. Hal ini juga menunjukan betapa lemahnya bargaining

position negara di dalam pergaulan politik global.

Kegagalan pemerintah dalam mewujudkan cita-cita kesejahteraan rakyat

menunjukan adanya erosi ideologi, disebabkan ego ―akal‖ yang terlalu besar yang

mementingkan kepentingan kapitalis sehingga rakyat kecil hanya menjadi kedok

dalam pembentukan regulasi. Merosotnya moral homo economicus yang

membawa pada kemunduran peradaban telah membangkitkan semangat perasaan

tertindas untuk melakukan perlawanan.

Di wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul, perlawanan terhadap kebijakan

revolusi hijau telah terjadi semenjak diterapkannya program tersebut. Hal ini tidak

terlepas dari keberadaan beberapa tokoh dari Gereja Ganjuran, khususnya setelah

dilakukan Deklarasi Ganjuran yang sedikit banyak telah membawa pengaruh bagi

petani dalam membuka kesadaran petani agar tetap mempertahankan pertanian

tradisional. Namun pada waktu itu adanya paksaan dari pemerintah melalui

ABRI8

telah menjadikansebagian besar petani tidak terkecuali di wilayah

Ganjuran terpaksa mengikuti sistem penanaman menggunakan paket revolusi

hijau. Seiring berjalannya waktu, tidak sedikit petani yang terjerat dalam

romatisme pertanian organik dengan berbagai makna yang dipahami. Keadaan

demikianlah yang kemudian melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini.

8 ABRI adalah istilah penyatuan angkatan militer dan kepolisian kedalam satu wadah melalui sebuah

Surat Keputusan Presiden No. 225/Plt Tahun 1962 pada masa orde baru. Baca Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI: Zaman Jepang dan Republik Indonesia, Balai Pustaka.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

18

C. Rumusan Masalah

Berbagai kebijakan pertanian yang belum pro petani kecil, mahalnya sarana

produksi pertanian dan desakan kebutuhan keluarga petani telah menjadikan

dilema bagi petani kecil sehingga banyak petani yang mengalami romantisme

pertanian masa lalu sehingga tak sedikit dari mereka yang melakukan

pemberontakan pada sistem pemerintah dan memilih melakukan kegiatan

pertanian organik secara mandiri. Perkembangan pertanian organik di wilayah

Bantul mendapat momentum ketika gempa bumi meluluh lantahkan hampir

sebagian besar wilayah Bantul, tak terelakkan sendi perekonomianpun ikut luluh

lantah. Satu satunya sektor perekonomian yang dapat bertahan adalah pertanian

organik. Sehingga pasca terjadinya gempa bumi tahun 2006 banyak petani yang

mulai menekuni pertanian organik. Namun dalam prosesnya, pertanian organik

yang ditekuni antara petani yang satu dengan yang lainnya berbeda. Fenomena

tersebut menjadikan landasan pertanyaan dalam penelitian ini yang

mempertanyakan “Bagaimana proses dialektika yang dilakukan petani dalam

memilih melakukan pertanian organik (dilihat dari makna dan tindakan

petani) ?"

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan penelitian ini secara substansial untuk mengetahui proses

dialektika petani sehingga petanidi wilayah Ganjuran, memilih

melakukan pertanian organik dilihat dari makna dan tindakan petani.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

19

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan gambaran mengenai proses dialektika beberapa petani di

wilayah Ganjuran

b. Memberikan pemahaman tentang pertanian organik yang bukan hanya

sekedar kontruksi kesehatan sehingga dapat membuka kesadaran

bersama mengenai makna organik yang memuat prinsip kedaulatan

c. Menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Konseptual

Interaksi individu menjadi fokus yang menarik dalam penelitian sosial,

karena dari interaksi yang dilakukan membawa dampak pada perubahan, baik

perubahan alam maupun perubahan masyarakat. Dalam Ilmu Pengetahuan, hukum

yang paling umum yang mengatur perkembangan alam, masyarakat dan

pemikiran dikenal dengan istilah dialektika.

1. Dialektika

Istilah kata dialektika diadopsi dari bahasa Yunani yang memiliki makna

pertentangan dan telah digunakan dalam filsafat Herakleitos (tahun 500 SM) yang

mendasarkan pada pertentangan-pertentangan(Ramly 2000). Di tangan Socrates

istilah dialektika mendapat bentuksederhana dengan pemahaman manusia akan

hakikat kenyataan secara bertahap dalam tinjauan kritis (Bagus 2000, 163).

Setelah Socrates filsafat dialektika berkembang melalui beberapa pemikir seperti

Plato, Aristoteles, Descartes, Immanuel Kant hingga pada pemikir zaman modern

Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Hegel menempatkan dialektika pada posisi

ontologis, bahwa proses gerak pemikiran adalah sama dengan proses gerak

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

20

kenyataan. Pemikiran Hegel menjadikan dialektika sebagai perjalanan ide menuju

pada kesempurnaan melalui proses dialektis. Bagi Hegel, dunia tidak diciptakan

oleh struktur statis melainkan secara dinamis oleh proses dialektika yang

menekankan pentingnya proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi

(Ritzer dan Goodman 2009, 21). Dalam pemikiran dialektis setiap unsur empiris

saling berkontradiksi mempunyai potensi kebenaran tertentu. Sebagaimana yang

dituliskan Romo Sindhunata, bahwa berpikir secara dialektis salah satu aspeknya

adalah totalitas, dalam artian bahwa kehidupan memiliki unsur-unsur yang saling

bernegasi (mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi (melawan dan

dilawan) dan saling bermediasi (memperantarai dan diperantarai) (Sindhunata

1983, 33).

Pada perkembangannya, dialektika Hegel memberikan sumbangan besar

pada pemikiran modern. Namun Idealisme Hegel meletakkan segala tekanan pada

subyektivitas dengan menghadirkan Roh Absolut sebagai kenyataan dan menjadi

self-sufficientsehingga menganggap yang nyata adalah sama dengan yang

dipikirkan (Bakker 1984, 100). Pemikiran Hegel tersebut seolah menjadikannya

berjalan menggunakan kepalanya. Selanjutnya, ditangan Karl Marx struktur

pemikiran dialektika ditancapkan pada materialisme sebagai pondasi dasar yang

kemudian pemikiran tersebut lebih dikenal dengan istilah Materialisme Dialektik.

Dialektika menjelaskan alam suatu materi (benda) dengan mempelajari

fenomena akan 'pergerakan' dan 'interrelasi' sebagai prinsip yang saling berkaitan.

Sebagaimana tulisan Tan Malaka, bahwa pemikaran dialektika Marx merupakan

pengetahuan berdasarkan hukum pergerakan materi (Malaka 1951) dengan

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

21

mengambil konsepsi materialis dari Epicurus, bahwa kita memahami alam lewat

indera kita. Jadi ―gerakan bebas materi‖ adalah bagian dari kognisi kita, seperti

kita adalah bagian dari alam dan memahaminya secara inderawi yang kemudian

diabstraksikan melalui persepsi indera. Maka logika dialektis dapat dilihat sebagai

elemen yang dibutuhkan dalam kognisi kita bangkit dari karakter kemunculan

(emergent), transisi atas realitas yang kita pahami (Foster 2013, 244). Poin yang

hakiki dari pemikiran dialektik melihat gerak dan perubahan sebagai satu gejala

yang didasarkan pada kontradiksi. Lebih lanjut, Marx menandaskan bahwa hukum

dialektika terjadi dalam dunia kebendaan (dunia materi) dan setiap benda atau

keadaan (phenomenon) memiliki segi yang berlawanan dan saling bertentangan

atau sering disebut dengan istilah kontradiksi (Budiardjo 2008, 142). Dalam Anti-

Duhring juga dijelaskan bahwa gerak adalah suatu kontradiksi, keasal muasalan

dan pemecahan kontradiksi justru pada gerak itu sendiri (Engels 2007).

Konsep 'interelasi' adalah prinsip umum untuk menerangkan tentang

perkembangan dan fungsi suatu materi. Semua yang nampak di dunia ini

merupakan rangkaian dari satu materi. Misalnya, perbedaan fenomena alam atau

sosial, saling bergantung dengan perbedaan alam atau masyarakatnya.Dari

Feuerbach, Marx sepakat bahwa manusia harus dipandang sebagai Gattung,

sebagai makhluk alamiah yang berbeda dengan binatang sebab manusia adalah

makhluk yang bermasyarakat, yang terlibat dalam proses produksi, hubungan

kerja dan hubungan milik sehingga hubungan manusia dengan alam luarnya

melalui kerja sosial menentukan cara hidup manusia (Hardiman 2009, 110).

Manusia mentransformasi hubungan terhadap dunia dan melampaui keterasingan

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

22

dari dunia-menciptakan relasi manusia-alam secara jelas-dengan aksi, lewat

praksis material kita (John Bellamy Foster halaman 5).

Manusia hidup dari alam, artinya alam adalah tubuhnya dan dia

harus mempertahankan dialog dengan alam jika tidak ingin mati.

Dengan menyebut bahwa fisik manusia dan keehidupan mental

terhubung dengan alam, arti sederhananya adalah alam itu sendiri

berhubungan dengan dirinya sendiri, karena manusia adalah bagian

dari alam (Marx, Early Writings, 328 dalam John Bellamy Foster hal

76)

Materi pada mulanya dipandang secara umum bahwa materi (indrawi)

adalah hakikat dari realitas. Bagi Marx pandangan umum mengenai materi benar

untuk materialisme klasik hingga abad ke-18. Dalam tesis pertamanya mengenai

Feuerbach, Marx mengemukakan pengertian baru materialisme:

“Kekeliruan mendasar dari materialisme yang ada sampai saat ini-

termasuk juga Feuerbach-adalah bahwa benda (Gegenstand),

realitas, keindrawian, dimengerti hanya dalam bentuk obyek atau

kontemplasi tetapi tidak sebagai aktivitas indrawi manusia, praktik,

tidak secara subyektif” (Karl Marx, theses on Feuerbach dalam Karl

Marx dan Frederick engels, selected works: vol II (Moscow: Foreign

Languages Publishing House), 1958 halaman 403 dalam Martin

Suryajaya)

Konsep materialisme membawa kesadaran individu tidak lahir dari pikiran

melainkan dari melihat, mengamati, dan juga dalam proses aktivitasnya.

Sebagaimana pemikiran Tan Malaka yang menganggap materialisme dialektika

merupakan cara mendapatkan pengetahuan yang tidak menghilangkan kenyataan

yang hadir pada indra. Berger menjelaskan bahwa pemikiran manusia didasarkan

atas kegiatan manusia dan atas hubungan-hubungan sosial yang ditimbulkan dari

kegiatan yang dilakukan (Berger dan Luckmann 1990, 8). Dari kegiatan manusia

dan hubungan sosialnya tersebut kemudian kesadaran manusia terbentuk.

Kesadaran selalu intensional, kesadaran berbicara tentang sesuatu yang terarah

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

23

kepada obyek(Berger dan Luckmann 1990, 30). Kesadaran intensional juga

merupakan analisis fenomenologi dalam melihat fenomena-fenomena yang hadir

di tengah masyarakat. Fenomenologi melihat hubungan manusia dengan dunia

kehidupannya selalu dalam proses dialektis, antara individu dan dunia sosio-

kultural sehingga membentuk tatanan sosial (Bertens 2002, 109-110). Prinsip

dialektika pada dasarnya melihat corak kehidupan manusia selalu dinamis dan

berkembang. Van Peursen menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan

hubungan dengan sesamanya selalu bersifat imanen (serba terkurung) dan

trensenden (yang mengatasi sesuatu berdiri di luar sesuatu). Terjadinya

ketegangan antara imanensi dan trensendensi dari penilaian kritis manusia

terhadap realitas menjadikan kehidupan dan kebudayaan manusia selalu

berkembang. Hidup manusia berlangsung di tengah-tengah arus proses-proses

kehidupan (imanensi) tetapi selalu juga muncul dari arus alam raya untuk menilai

alamnya sendiri dan mengubahnya (transendensi) (Peursen 1988, 15).

Dalam konteks penelitian ini. Dialektika yang dilakukan petani

mengantarkan pada kesadaran akan perubahan dimana dialektika tidak sekedar

memahami fenomena pertanian yang sedang berkembang. Lebih dari sekedar

memahami realitas, dialektika digunakan petani sebagai senjata untuk melawan

segala penindasan kapitalis menuju suatu perubahan dalam mencapai

kesejahteraan keluarga petani.

2. Pertanian dan Pertanian Organik

Secara etimologi pertanian berasal dari kata Agriculture, ager berarti lahan

atau tanah dan cultura memiliki arti memelihara atau menggarap. Pertanian dan

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

24

pertanian organik merupakan suatu hal yang sama, hanya saja pertanian organik

merupakan istilah yang berkembang setelah revolusi hijau menuai kementokan.

Bagi setiap orang atau institusi, pertanian organik memiliki definisi yang berbeda-

beda. Agus Andoko, menjelaskan pertanian organik menurut pengertiannya

merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan, yang

berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar dan ciri utamanya

adalah penggunaan pupuk organik dan pestisida organik (Andoko 2008, 8).

Menurut Dede Sulaeman, pertanian organik adalah sistem produksi pertanian

yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas

agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat

yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan (Sulaeman 2008). Lebih lanjut

dijelaskan bahwa dalam praktek pertanian organik dilakukan dengan cara

menghindari penggunaan:

1. Benih/bibit hasil rekayasa genetika (Genetically Modified Organisms)

2. Pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit

dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman.

3. Zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis.

4. Hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam rangka makanan ternak.

Dari penjelasan tersebut, telah menjelaskan arti pertanian organik menurut

cara pengolahan yang dipahaminya. Namun ada beberapa orang yang memberikan

arti pada pertanian organik tidak sekedar dari cara, tapi juga melibatkan aspek

lain. Pertanian organik merupakan sistem produksi penanaman yang berazaskan

pada daur ulang hara secara hayati dengan memuat ―hukum pengembalian (law of

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

25

retun)‖ yang berarti suatu sistem pengembalian semua jenis bahan organik ke

dalam tanah, baik dalam bentuk residu, limbah pertanaman maupun ternak dengan

memuat filosofi memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah

menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeds the

plants)(Rachman 2002).Pertanian organik dalam versi lain, yaitu merupakan

sistem pertanian yang mempromosikan aspek lingkungan, sosial, ekonomi,

dengan memproduksi pangan dan serat (Rosenow, Soltysiak dan Verschuur

1996). Dalam Panel Ilmu Independen (Ho dan Ching 2006)dijelaskan bahwa

banyak istilah yang digunakan dalam pertanian yang memiliki prinsip

berkelanjutan, misalnya saja ada yang menyebut sebagai agroekologi, pertanian

berkelanjutan, pertanian organik, pertanian ekologis, dan pertanian biologis.

Meskipun memiliki istilah yang berbeda pada dasarnya memiliki prinsip yang

sama, yakni ramah lingkungan, layak secara ekonomi, adil secara sosial, tepat

secara budaya, manusiawi dan berdasarkan pendekatan holistik.

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya mengajak manusia kembali ke

alam, dengan tetap meningkatkan produktivitas hasil tani melalui perbaikan

kualitas tanah. Pertanian organik menghargai kedaulatan dan otonomi petani

berdasarkan nilai-nilai lokalartinya terdapat kebebasan petani lokal untuk

menentukan tanaman apa yang akan mereka tanam serta bagaimana cara untuk

meningkatkan hasil panen. Sistem ini memperhatikan kesuburan tanah sebagai

dasar kapasitas produksi dan sifat alami tanaman, hewan, biofisik, landskap,

sehingga mampu mengoptimalkan kualitas semua faktor-faktor yang saling

terintegrasi atau tergantung tersebut. Pertanian organik menekankan praktik rotasi

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

26

tanaman, daur ulang limbah-limbah organik secara alami tanpa input kimia.

Tingkat persediaan optimal bahan-bahan organik tersebut dibutuhkan untuk

mencapai siklus nutrisi unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu, pertanian organik

bisa dikatakan sebagai dasar produksi hasil pertanian, dasar untuk peternakan

hewan, dasar untuk keseimbangan ekologi secara alami. Pertanian organik tidak

berarti hanya meninggalkan praktek pemberian bahan non organik, tetapi juga

harus memperhatikan cara-cara budidaya lain, misalnya pengendalian erosi,

penyiapan pemupukan, pengendalian hama dengan bahan-bahan organik atau non

organik yang diizinkan. Dari segi sosial ekonomi, keuntungan yang diperoleh dan

produksi pertanian organik hendaknya dirasakan secara adil oleh produsen,

pedagang dan konsumen.

Menurut IFOAM dalam melakukan pertanian organik harus memuat

(1)Prinsip Kesehatan manusia dan lingkungan; (2)Prinsip Ekologi, artinya dalam

melakukan pertanian organik perlu memelihara dan memperhatikan siklus ekologi

agar dapat menjadikan keberlanjutan; (3)Prinsip Keadilan, harus mampu

menciptakan hubungan yang memperhatikan keadilan lingkungan dan kesempatan

hidup bersama; (4)Prinsip Kepedulian, harus dilakukan secara hati-hati dan

bertanggungjawab dengan melihat aspek aspek yang telah disebutkan sebelumnya

agar mampu mendatangkan kesejahteraan bagi generasi mendatang.

Di Indonesia, istilah pertanian organik baru dikenal awal tahun 1990-an,

padahal sebenarnya pertanian organik bukanlah hal baru. Sudah sejak lama para

leluhur bercocok tanam secara alami memanfaatkan alam disekitarnya, tanpa

menggunakan pupuk buatan pabrik maupun pestisida pembunuh hama. Pertanian

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

27

organik semakin menemukan momentumnya seiring munculnya krisis ekonomi di

tahun 1997 yang melambungkan harga saprotan (sarana produksi pertanian)

seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Hal tersebut memicu petani untuk

kembali menggunakan pupuk kandang atau kompos.

Di Bantul, khususnya di Gereja Ganjuran, pada tanggal 16 Oktober 1990

telah diadakan Deklarasi Ganjuran yang isinya mengajak masyarakat untuk

membangun pertanian dan pedesaan yang lestari, berwawasan lingkungan, murah

secara ekonomis, sesuai dengan dan berakar dalam kebudayaan setempat dan

berkeadilan sosial. Meskipun sistem pertanian organik dengan segala aspeknya

jelas memberikan keuntungan banyak kepada pembangunan pertanian rakyat dan

penjagaan lingkungan hidup, termasuk konservasi sumber daya lahan, namun

penerapannya tidak mudah dan menghadapi banyak kendala. Faktor-faktor

kebijakan umum dan sosio-politik sangat menentukan arah pengembangan sistem

pertanian sebagai unsur pengembangan ekonomi.

Perkembangan pertanian organik awalnya merupakan perlawanan terhadap

paket pertanian modern yang tidak menyertakan keharmonisan alam. Namun

semenjak selogan ―hidup sehat‖ yang memuat isu kesehatan dan ekologi telah

melembaga secara internasional, produk-produk pertanian disyaratkan memiliki

atribut jaminan mutu aman konsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan

nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labeling

attributes). Menurut IFOAM, suatu produk dapat diakui sebagai produk organik

apabila telah melalui proses sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi resmi yang telah

terdaftar pada IFOAM. Lembaga-lembaga standarisasi yang telah diakui adalah

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

28

IFOAM dan Codex Alimentarius.Di Indonesia masalah pangan organik diatur

dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan

Organik. SNI diadopsi dari seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL 32-

1999, Guidelines for the production, processing, labeling and marketing of

organically produced foods dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia.

Tujuan pengaturan SNI 01-6729-2002, untuk:

a. Melindungi konsumen dari manipulasi bahan tanaman/benih/bibit ternak

dan produk pangan yang diakui sebagai produk organik di pasar;

b. Melindungi produsen pangan organik dari penipuan bahan tanaman

benih/bibit ternak dan produk pertanian lainnya yang diakui sebagai produk

organik;

c. Memberikan pedoman dan acuan kepada pedagang/pengecer bahan

tanaman benih/bibit ternak dan produk pangan organik dari produsen

kepada konsumen;

d. Memberikan jaminan bahwa seluruh tahapan produksi, penyiapan,

penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran dapat diperiksa dan sesuai

dengan standar ini;

e. Harmonisasi dalam pengaturan sistem produksi, sertifikasi, identifikasi

dan pelabelan produk pangan organik;

f. Menyediakan standar pangan organik yang diakui secara nasional dan

juga berlaku untuk tujuan ekspor;

g. Memelihara serta mengembangkan sistem pertanian orgnaik di Indonesia

sehingga menyumbang terhadap pelestarian ekologi lokal dan global.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

29

3. Romantisme

Arti kata romantisisme menurut kamus ilmiah serapan yakni merupakan: (1)

aliran dalam seni dan karya seni (drama) yang menekankan pada imajinasi, emosi,

dan sentiment idealism; (2) ajaran yang lebih mengutamakan perasaan daripada

bentuk dalam estetika dan etika, sehingga sifatnya individualistis, pluralistis, dan

kadang-kadang anarkistis; (3) kecenderungan sikap dan perasaan yang

menganggap masa lalu jauh lebih indah dan baik daripada masa sekarang, yang

disertai dengan singkap menyesal terhadap situasi atau kondisi perkembangan

masyarakat modern sekarang ini; (4) haluan kesusastraan di Eropa pada akhir

abad ke-18 yang terutama menekankan pada perasaan, pikiran, dan tindakan

spontanitas (Kamarulzaman dan Barry 2005).

Bila ditelisik dari sejarah barat, melalui tulisan Franz Magnis Suseno (2005,

59), dijelaskan bahwa romantisme adalah suasana perlawanan bagi rasionalisme

dan pencerahan yang terjadi dari akhir abad ke-18 hingga menjelang pertengahan

abad ke-19 dimana pencerahan berusaha meninggalkan tradisi dan otoritas yang

menduduki peran sentral dalam masyarakat Eropa saat itu. Romantik identik

dengan Rousseau yang menghayati jiwa alam, menjunjung tinggi perasaan serta

melihat keindahan dan misteri alam yang dicarinya dalam sumber-sumber

kejiwaan masa lampau. Hal ini sebagaimana yang dituliskan Joestin Gaarder

dalam Novel Filsafatnya yang berjudul ―Dunia Sophie‖. Gaarder menceritakan

bahwa Romantisme adalah pendekatan umum terakhir di Eropa yang merupakan

reaksi terhadap tekanan Pencerahan yang sangat kuat pada akal. ―Perasaan,

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

30

imajinasi, pengalaman, kerinduan‖ menjadi slogan kaum Romantik sebagai

perlawanan(Gaarder 2013).

Sains dan teknologi modernisasi memang terbukti mampu membebaskan

manusia dari problem kelangkaan ekonomi, namun di sisi lain modernisasi

membawa masyarakat ke dalam tragedi besar dimana manusia terbelenggu oleh

rasionalitasnya(Sindhunata 1983, 69). Sebagaimana definisi Jacques Ellul,

rasionalitas instrumental menjadikan modernitas sebagai sarana yang terus-

menerus diperbaiki bagi tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas (Hardiman

2000, 73-74). Terjadinya pergeseran dari akal budi objektif ke akal budi

instrumental menurut Horkheimer menyebabkan polarisasi atau keretakan

kesadaran sehingga manusia bukan lagi memahami realitas sebagai suatu

keutuhan yang bernilai pada dirinya, melainkan dengan cara distansi yang

menjadikan realitas serpihan-serpihan yang berjarak satu sama lain(Sindhunata

1983, 98).

Tekanan pada rasionalitas yang berlebihan telah membangkitkan semangat

romantisme. Pada saat itu dengan optimis akan kemajuan ilmiah, filusuf

pencerahan telah membawa gerakan modernisasi Eropa dengan rasionalitasnya

yang mensivilisasikan berbagai bidang kehidupan, sehingga masyarakat modern

lama kelamaan menjadi masyarakat industrial teknologis yang serba artifisial

(Hardiman 2007). Karena terlalu mendewakan rasionalitas yang semula dianggap

memberi otonomi dan kebebasan, manusia modern justru terperangkap dalam

jaring teknologi dan birokrasi yang menyebabkan ia kehilangan makna sebagai

makhluk yang bermartabat (Berger dan Kellner 1985, 166). Lebih lanjut, Budi

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

31

Hardiman menjelaskan bahwa Romantisme justru ingin menggali kembali nilai-

nilai tradisional dan otoritas yang dikritik oleh Pencerahan, baginya Gerakan

romantik justru mengkritik tendensi sivilisasi dan disiplinisasi ala modernisasi

sebagai pembusukan. Seperti yang dikemukakan Spengler yang pada waktu itu

cukup populer karena sesuai dengan kesadaran diri orang Eropa setelah Perang

Dunia 1, bahwa kebudayaan Barat sudah berada pada akhir masanya karena sudah

masuk ke dalam masa ―sivilisasi‖ dimana kecanggihan hidup yang energinya

terarah ke luar, tidak lagi ke dalam, oleh karena itu dinilai sudah dalam tahap

menurun (Suseno 2005, 137).

Kebudayaan modern telah membawa pada peralihan paradigma, dari

theosentris menjadi anthroposentris. Pandangan yang melihat segala-galanya dari

pandangan mengenai Allah ke pandangan yang melihat segala-galanya dari sudut

manusia. Perubahan paradigma sekaligus membawa pada pergeseran dari budaya

ekspresif dimana nilai-nilai religius, estetik dan komunal digantikan oleh budaya

progresif dengan dominasi nilai-nilai rasionalitas dan ekonomi. Dijelaskan pula

dari pandangan Sutan Takdir Alisjahbana bahwa modernitas melahirkan gaya

pemikiran yang berbeda. Pertama pikiran modern ditandai oleh rasionalitas,

materialisme dan individualisme yang menolak segala wewenang tradisional,

mendasar pada realitas indrawi yang tak terbantah daripada sekedar spekulasi

spiritual yang merupakan pelarian dari realitas serta bersifat individualistik atas

dorongan kemauan untuk berubah dan maju mendahului kelompok. Kedua

peluasan gaya berpikir disebabkan pertukaran komunikasi internasional yang

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

32

semakin padat sehingga orang dapat berinteraksi dengan dunia luar dengan

budaya dan gagasan yang saling mempengaruhi(Suseno 2005, 140).

Belajar dari sejarah Eropa, Romantisme dengan semangat harmonisasi alam

merupakan kerinduan akan masa lalu dimana kebudayaan manusia masih selaras

dengan harmonisasi alam. Romantisme identik dengan fenomena kota yang telah

banyak mengalami perubahan dan perkembangan menjadi kebudayaan

metropolitan. Sehingga romantisme muncul sebagai usaha perlawanan dan protes

terhadap perkembangan modernisasi yang telah membawa perubahan besar

terhadap kondisi sosial, budaya, politik, dan ekonomi masyarakat yang saat ini

dikendalikan oleh industrialisasi kapitalis.

Romantisme dalam konteks penelitian ini, muncul karena terjadinya

perubahan akibat modernisasi yang menggeser masyarakat agraris menjadi

masyarakat industri. Terjadinya pergeseran ini telah menjadikan kebanyakan

manusia berorientasi ekonomi. Romantisme tidak hanya terjadi di kota tapi juga

telah menyerang pedesaan yang mana telah mendapat pengaruh besar dari

pembangunan ekonomi yang berusaha mengadopsi model Rostow, namun gagal

dalam menapaki fasenya. Pembangunan telah membawa perubahan dalam corak

masyarakat desa khususnya bagi petani. Perubahan tersebut diantaranya

menyangkut perubahan pola kerja yang mengarah pada sifat individualis sehingga

perlahan mengikis modal sosial masyarakat, struktur kelas yang mencolok

mengakibatkan kesenjangan sosial, standar hidup, kekuatan yang tak berimbang

yang mengakibatkan petani kecil semakin termarginal, iklim global yang tak

menentu menjadikan petani harus menanggung resiko selama masa tanam.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

33

Penelitian ini menggunakan kerangka materialisme dialektik sebagaimana

yang telah dijelaskan di atas. Kondisi masa lalu yang pernah dialami petani dan

kondisi saat ini telah membuka dialog dalam diri petani atas realitas yang ada.

Pemikiran petani yang pernah merasakan kehidupan masa lalu lebih baik

dibandingkan kondisi sekarang memunculkan pertentangan dalam dirinya yang

membawa petani pada kondisi romantisme hingga akhirnya mengantarkan pada

refleksi pemikiran, salah satunya kembali pada pertanian organik. Romantisme

adalah hasil dari proses dialektika petani yang merindukan masa lalunya dimana

modernisasi belum menjajah dan mendistraksi petani dalam segala aspek yang

membawa pada ketergantungan sehingga ada keinginan petani untuk

menghadirkan kembali kenangan masa lalu yang dialaminya. Sedangkan

pertanian organik adalah refleksi dari proses dialektika yang dilakukan petani.

Sebenarnya pertanian organik bukanlah hal yang baru, penggunaan istilah

pertanian organik baru muncul setelah diberlakukannya sistem pertanian modern.

Istilah pertanian organik yang berkembang saat ini dikatakan refleksi dari proses

dialektika petani dikarenakan penerapan sistem pertanian organik yang dilakukan

saat ini telah mengalami proses adaptasi dengan situasi yang ada sehingga

pertanian organik yang dilakukan tidak sama persis dengan yang dilakukan petani

jaman dulu, meskipun konsepnya memang berprinsip pada keseimbangan alam

dengan menggunakan pupuk dan pestisida alami serta bibit lokal. Pembahasan

lebih mendalam mengenai dialektika petani terhadap pertanian organik dibahas

pada bab selanjutnya.

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73125/potongan/S1-2014-282282... · dilaksanakannya program revolusi hijau, dan berusaha melepaskan

34

Gambar1.1 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertanian Tradisional

Pertanian Modern

Membawa perubahan:

Pola kerja

Struktur kelas

Standar hidup

Iklim Global

PERTANIAN ORGANIK

ROMANTISME

DIALEKTIKA

Kesejahteraan Petani (Kebijakan yg tidak pro petani

lokal, dilema pemenuhan

kebutuhan ―saprotan‖ yang

meningkat dan desakan

kebutuhan ekonomi keluarga)

PROSES DIALEKTIKA ?

Kapitalis

Labelling

DIALEKTIKA PETANI DALAM MEMILIH MELAKUKAN PERTANIAN ORGANIK (Fenomena Romantisme Pertanian Di Wilayah Ganjuran, Kabupaten Bantul)RIZKA KHOIRULIKAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/