BAB I PENDAHULUAN - digilib.unimed.ac.iddigilib.unimed.ac.id/4524/9/9. 8126132065 Bab I.pdf ·...

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat dalam proses edukasi yang khas. Proses interaksi guru dan peserta didik merupakan inti dari proses pembelajaran dengan isi kurikulum sebagai fokus tranformasi selama proses pembelajaran itu berlangsung. Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru dipandang dapat memainkan peranan penting terutama membantu peserta didik untuk membangun sikap positip dan kreatif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian untuk berusaha mengembangkan logika intelektual dalam pemecahan masalah yang dihadapi (problem solving), serta membuat kondisi-kondisi yang sukses dalam belajar. Kinerja guru yang tinggi dengan penguasaan aspek kompetensi dan memiliki kualifikasi akademik sangat diperlukan dalam rangka proses transformasi orientasi proses pembelajaran peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, dengan metode ataupun pendekatan pembelajaran yang digunakan lebih inovatif dan kreatif sehingga bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif atau serba menerima, melainkan mempersiapkan peserta didik yang berpengetahuan tinggi, dan senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berpikir kritis, menggali, mencipta dan mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - digilib.unimed.ac.iddigilib.unimed.ac.id/4524/9/9. 8126132065 Bab I.pdf ·...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

dalam proses edukasi yang khas. Proses interaksi guru dan peserta didik

merupakan inti dari proses pembelajaran dengan isi kurikulum sebagai fokus

tranformasi selama proses pembelajaran itu berlangsung. Dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas, guru dipandang dapat memainkan peranan penting

terutama membantu peserta didik untuk membangun sikap positip dan kreatif

dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian untuk

berusaha mengembangkan logika intelektual dalam pemecahan masalah yang

dihadapi (problem solving), serta membuat kondisi-kondisi yang sukses dalam

belajar.

Kinerja guru yang tinggi dengan penguasaan aspek kompetensi dan

memiliki kualifikasi akademik sangat diperlukan dalam rangka proses

transformasi orientasi proses pembelajaran peserta didik dari ketidaktahuan

menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi

terampil, dengan metode ataupun pendekatan pembelajaran yang digunakan lebih

inovatif dan kreatif sehingga bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif

atau serba menerima, melainkan mempersiapkan peserta didik yang

berpengetahuan tinggi, dan senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri

dengan informasi baru dengan berpikir kritis, menggali, mencipta dan

mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan

2

dengan kehidupannya. Dengan demikian kinerja guru merupakan faktor penentu

untuk mencapai tujuan proses pembelajaran yang diharapkan dan penentu mutu

(kualitas) pendidikan.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai pendidik profesional guru harus

mengabdikan seluruh kepribadiannya, kemampuannya dan keterampilannya untuk

kepentingan peserta didik serta dari pihak peserta didik secara lambat laun sesuai

dengan tingkat perkembangan yang dialaminya akan mengambil alih tanggung

jawab itu untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri.

Guru profesional merupakan pendidik yang memiliki kompetensi dan

berkinerja tinggi. Guru yang terdidik secara profesional mampu menentukan

tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan diajarkan pada peserta

didiknya. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang

memadai dalam transformasi proses pembelajaran di dalam kelas. Kompetensi

merupakan seperangkat pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan

perilaku (attitude) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam

menjalankan tugas keprofesionalannya.

Sagala (2010:167) mengatakan rumusan kompetensi di atas mengandung tiga

aspek: (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman,

apresiasi dan harapan dan menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam

menjalankan tugas; (2) merujuk pada kompetensi sebagai gambaran unjuk

kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan

seseorang dalam menjalankan pekerjaannya; (3) merujuk pada kompetensi

sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja.

3

Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, dapat dimaknai jika

penguasaan kompetensi sangat memengaruhi kinerja guru profesional dalam

penampilan aktual (perilaku) tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola

proses pembelajaran yang berkualitas yaitu merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan proses belajar-mengajar, serta

penguasaan bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas sehingga

pencapaian hasil belajar peserta didik juga membanggakan.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,

atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi. Bila dikaitkan dengan kinerja guru profesional,

seorang guru dalam melaksanakan tugas pokoknya untuk mengelola proses

pembelajaran, harus menuntut keahlian dan kemahiran ataupun keterampilan

sehingga dapat menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal bagi terjadinya

interaksi belajar-mengajar yang lebih baik.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam

mengelola proses pembelajaran yang berkualitas, maka seorang guru harus

memiliki kualifikasi akademik dan penguasaan aspek kompetensi yang telah

dipersyaratkan. Hal inilah yang disebut sebagai guru profesional, dan guru

profesional akan menghasilkan kinerja yang tinggi.

Hasibuan (2008:94) mengatakan kinerja guru atau prestasi kerja guru

adalah suatu hasil pencapaian kerja guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

4

kesungguhan serta waktu. Kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya atau

pekerjaannya selama periode tertentu harus memenuhi standar kompetensi dan

kriteria tertentu yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut untuk mencapai

tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar belajar peserta didik yang lebih baik.

Tugas utama guru sebagai pendidik adalah: (1) merencanakan proses

pembelajaran; (2) melaksanakan proses pembelajaran; (3) melakukan penilaian

hasil pembelajaran. Ketiga hal di atas merupakan implementasi dari kinerja guru,

dan pendapat di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sipayung (2012:111)

yang mengatakan guru yang berkinerja tinggi akan berusaha untuk meningkatkan

kompetensinya dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, maupun

melakukan penilaian pembelajaran sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal.

Kompetensi pedagogik guru pada dasarnya adalah kemampuan yang

harus dimiliki guru dalam mengajarkan materi tertentu kepada siswanya yang

mencakup: memahami karakteristik peserta didik, menguasai strategi, metoda dan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi, mampu mengembangkan kurikulum,

merancang pembelajaran yang mendidik, melaksanakan pembelajaran yang

mendidik, dan mampu mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

Kompetensi profesional guru menyangkut kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing

peserta didik memenuhi standar kompetensi, menguasai substansi bidang studi,

metodologi keilmuannya, materi kurikulum ,dan mengorganisasikannya dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaransehingga

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui evaluasi dan penelitian.

5

Dari uraian di atas dapat disimpulkan penguasaan kompetensi pedagogik

dan kompetensi profesional oleh guru akan mampu meningkatkan kinerja guru

dalam merencanakan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

dan melakukan penilaian hasil proses pembelajaran serta penguasaan materi

pelajaran yang diampunya sehingga akan menghasilkan hasil belajar yang

berkualitas pada peserta didik dan akhirnya akan meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah.

Merencanakan pembelajaran yang baik dan terukur akan memberikan arah

pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Salah satu bagian

dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dan harus dibuat oleh guru

sebagai pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Silabus memberikan arah tentang apa saja yang harus

dicapai guna menggapai tujuan pembelajaran dan cara seperti apa pembelajaran

yang akan digunakan. Selain itu silabus juga memuat teknik penilaian seperti apa

untuk menguji sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang sudah

dilaksanakan oleh guru.

Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan

pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran/

pemelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan

sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pembelajaran sebagai

operasionalisasi dari sebuah kurikulum yang dibuat oleh guru. Sedangkan

penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur

pencapaian hasil belajar peserta didik.

6

Sagala (2010:138) mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran yang merupakan

tugas dan tanggung jawab guru dalam prosesnya harus disupervisi oleh pengawas

sekolah yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh

pejabat yang berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan dalam

bidang akademik (teknis pendidikan) maupun bidang manajerial (pengelolaan

sekolah).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah pasal 1 ayat 1

mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Selanjutnya

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 3 menjelaskan setiap satuan pendidikan

melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk

terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru

(teacher performance) dalam pembelajaran merupakan perwujudkan atau

penampakan guru dalam bentuk perilakunya dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab profesi keguruannya yaitu merencanakan, melaksanakan, dan

menilai (mengevaluasi) hasil proses pembelajaran.

7

Guru profesional merupakan pendidik dan sekaligus pribadi yang selalu

ingin berkembang sesuai dengan tuntutan jaman. Bila keinginan perkembangan ini

dilayani dan difasilitasi secara baik, sistematis dan berkesinambungan oleh

supervisor maka akan lebih terarah dan mempercepat perkembangan itu sendiri

dan akhirnya memberikan kepuasan kepada guru-guru untuk bekerja di sekolah,

meningkatkan unjuk kerjanya, penguasaan materi pelajaran, penguasaan

profesional keguruannya, dan penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan

kepribadian untuk melaksanakan tugasnya.

Proses pertumbuhan dan pengembangan profesionalisme guru sudah

seharusnya dilakukan agar guru tetap memiliki pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan yang berkembang sesuai dengan tuntutan kurikulum (mampu

mengatasi perubahan kurikulum) serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan profesionalisme (profesionalisasi) guru secara terus-menerus akan

menghasilkan guru berkinerja tinggi yang dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya lebih bersifat otonom (mandiri), menguasai kompetensi secara

komprehensif, dan memiliki daya intelektual tinggi.

Guru berkinerja tinggi dalam pembelajaran diyakini mampu memotivasi

dan mengarahkan peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya dalam

kerangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan. Berdasarkan hal

tersebut di atas dapat dikatakan bahwa guru berkinerja tinggi pada intinya adalah

guru profesional yang memiliki kompetensi yang komprehensif, dan memiliki

daya intelektualitas yang tinggi. Oleh karena itu jika membicarakan kinerja guru

profesional berarti mengkaji aspek kompetensi dan daya intelektualitas yang harus

8

dimiliki dan dikuasai seorang guru. Guru berkinerja tinggi inilah yang mampu

menjalankan tugas dan tanggung jawab utamanya secara efektif dan efesien untuk

mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Sagala (2008:193) mengatakan penyelenggaraan pendidikan berkaitan

dengan bagaimana meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan perbaikan kurikulum, peningkatan

mutu guru, penyediaan sarana dan prasarana, perbaikan organisasi sekolah,

perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan manajemen, pengawasan (supervisi) dan

perundang-undangan.

Sebagai tenaga pendidik profesional dan memiliki keahlian khusus untuk

meningkatkan kinerjanya, seharusnya guru sebagai salah satu komponen sumber

daya pendidikan memerlukan bantuan supervisi yang diarahkan untuk

mengembangkan keprofesionalannya dalam mengelola proses pembelajaran yang

berkualitas. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif pengembangan profesionalisme

guru salah satunya adalah melalui program supervisi pendidikan yang dilakukan

oleh supervisor.

Pendapat di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadist

(Supardi, 2013:10) yang menunjukkan ”terdapat kontribusi antara supervisi

9

kepala sekolah, profesionalisme dan kinerja guru terhadap mutu proses dan hasil

belajar peserta didik di SMAN Kota Bandung”. Layanan supervisi oleh supervisor

dapat meningkatkan kinerja guru, serta mutu proses pembelajaran di sekolah.

Supervisi merupakan serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru

dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala

sekolah, pengawas sekolah) guna meningkatkan mutu proses dan hasil

belajar-mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih

menekankan pada layanan profesional, maka supervisi disebut pula

“Pembinaan Profesional Guru” yakni suatu kegiatan pembinaan yang lebih

diarahkan pada upaya memperbaiki dan/atau meningkatkan kemampuan

profesional guru (Muslim, 2010:41).

Pendapat di atas dapat dipahami bahwa esensi dari supervisi adalah bagaimana

supervisor dapat mengembangkan potensi sumber daya guru dan meningkatkan

kemampuan profesionalnya sehingga terjadi peningkatan mutu proses

pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui layanan supervisi yang

dilakukannya.

Kinerja guru yang menjadi sasaran pengawasan untuk dibantu oleh

pengawas sekolah meliputi: (1) sebagai tenaga pengajar, yaitu pengawas sekolah

membantu guru menyusun persiapan mengajar, melaksanakan kegiatan belajar-

mengajar di kelas, dan mengadakan evaluasi hasil belajar-mengajar dengan cara

memeriksa dengan prosedur yang benar kemampuan dan keterampilan guru

melaksanakan kegiatan pembelajaran; (2) sebagai manajer kelas, yaitu membantu

guru menciptakan situasi kondisi yang optimal bagi terlaksananya proses

pembelajaran di kelas dengan menerapakan pendekatan-pendekatan dan teknik-

teknik manajemen kelas yang efektif dengan cara memeriksa kemampuan dan

keterampilan guru dalam mengelola kelas; dan (3) sebagai pembimbing,

pengawas sekolah memeriksa dan membantu meningkatkan kemampuan dan

10

keterampilan guru memberi bimbingan belajar kepada peserta didik agar mampu

memperoleh perkembangan yang optimal.

Supervisi akademik merupakan bantuan dan layanan profesional yang

diberikan oleh supervisor (pengawas sekolah) kepada guru-guru agar guru

tersebut mau terus belajar meningkatkan kemampuan profesionalnya,

pengetahuannya, keterampilannya, dan menumbuhkan kreativitasnya

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola dan melaksanakan

kegiatan belajar-mengajar sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan

kualitas pendidikan. Dalam pelaksanaan supervisi akademik terjadi suatu usaha

untuk menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing pertumbuhan guru-guru di

sekolah baik secara individual maupun secara kelompok (kolektif) agar terjadi

peningkatan aspek kompetensi, sehingga akan lebih efektif guru untuk

mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Melalui supervisi akademik yang

dlakukan secara komprehensip, sistematis, dan berkesinambungan oleh supervisor

terhadap guru-guru, akan dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengelola proses

pembelajaran.

Salah satu tujuan supervisi akademik adalah memperbaiki dan

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru

sehingga hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik juga berkualitas. Untuk

mencapai tujuan supervisi akademik yang diharapkan maka pengawas sekolah

(supervisor) yang melakukan supervisi manajerial dan supervisi akademik harus

memiliki kompetensi. Penguasaan kompetensi itulah yang akan menggambarkan

kondisi ideal seorang pengawas sekolah untuk melakukan tugas pokoknya.

11

Prinsip-prinsip demokratis, sistematis, koperatif, konstruktif dan kreatif

pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor pada guru di

sekolah harus dilaksanakan secara terencana, teratur, terprogram, dan dapat

bekerja sama, memunculkan pemikiran dan usaha-usaha yang kreatif secara

berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran,

mengelola proses pembelajaran dan profesionalisme guru pada akhirnya

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas atau di sekolah.

Berdasarkan hasil kunjungan kelas dan observasi kelas pada kegiatan pra

siklus oleh peneliti terhadap dua orang guru mata pelajaran biologi di SMA

Negeri 1 Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah pada tanggal 28 sampai 30

September 2013 dan dua orang guru mata pelajaran biologi di SMA Negeri 1

Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah pada tanggal 16 sampai18 Oktober 2013

dengan menggunakan Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG 1) untuk mengamati

perangkat pembelajaran yang digunakan, dalam melaksanaan proses pembelajaran

di kelas menggunakan APKG 2, dan untuk menilai hasil proses pembelajaran

menggunakan lembar observasi penilaian (evaluasi). Hasil penilaian kinerja guru

mata pelajaran biologi dalam pembelajaran dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.1: Nilai Kinerja Guru Biologi Dalam Pembelajaran Pra Siklus

No

Inisial Guru

Kinerja Guru Biologi Dalam Pembelajaran

Merencanakan Melaksanakan Mengevaluasi

1 T. I 70 65,6 68,7

2 E. S 70 65,6 68,7

3 Y. S 67,5 65,6 68,7

4 L. N 67,5 65,6 68,7

Berdasarkan tabel di atas, nilai kinerja guru biologi dalam pembelajaran

adalah dalam kategori cukup. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang

12

berkualitas, maka kinerja guru biologi harus dalam kategori baik ataupun sangat

baik. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Supardi (2013:19), kinerja guru

merupakan kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas

pembelajaran. Kemampuan guru merupakan faktor penting untuk menunjang

keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Dari beberapa deskriptor yang terdapat pada perangkat pembelajaran,

penampilan guru mengajar di kelas dan kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh

guru, maka peneliti melakukan analisis. Hasil analisis, selanjutnya peneliti

mengelompokkan kekurangan tersebut ke dalam tiga bagian yaitu: (1) dalam

merencanakan proses pembelajaran ternyata: (a) guru belum menyusun bahan

belajar/materi pelajaran secara runtun dan sistematis, (b) bahan belajar belum

disesuaikan dengan karakter siswa, (c) penetapan metode pembelajaran belum

berdasarkan karakteristik siswa, (d) memilih media pembelajaran sesuai dengan

standar dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses; (2) dalam

melaksanakan proses pembelajaran : (a) guru belum menyampaikan acuan, tujuan,

dan kompetensi pembelajaran yang akan diberikan dan rencana kegiatannya, (b)

guru belum menyajikan bahan belajar/materi pelajaran (teks book) dengan tahap

yang direncanakan, (c) guru belum menggunakan metode/strategi pembelajaran di

kelas sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat itu hanya menggunakan

metode ceramah, (d) guru belum menggunakan media pembelajaran dan hanya

menggunakan media papan tulis, (e) guru belum memberikan kesimpulan

kegiatan pembelajaran dan menginformasikan materi pelajaran yang akan

dipelajari berikutnya, (f) dan belum memberikan tugas dan tindak lanjut berupa

13

pengayaan; (3) dalam menilai hasil proses pembelajaran guru belum melakukan

pengolahan dan menganalisa hasil penilaian karena kekurangfahaman mereka

akan fungsi dari penilaian hasil proses pembelajaran tersebut.

Supervisor belum melaksanakan tugasnya secara rutin dan sistematis

melaksanakan supervisi akademik maupun klinis dalam rangka meningkatkan

kinerja (performance) guru biologi dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka

sebab kehadiran supervisor mulai awal bulan Juli sampai akhir September 2013

hanya satu kali (peneliti melihat daftar kunjungan supervisor di SMA Negeri 1

Tukka).

Berangkat dari data awal hasil kunjungan kelas dan observasi kelas di atas,

di mana guru mata pelajaran biologi menunjukkan kekurangfahaman akan

kinerjanya dalam mengelola proses pembelajaran walaupun guru tersebut sudah

merasa sebisa mungkin meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya

sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran yaitu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil proses pembelajaran

sehingga menghasilkan layanan belajar yang berkualitas pada peserta didik, maka

untuk mencapai tujuan tersebut sangat perlu dilaksanakan suatu layanan

bimbingan profesional dari supervisor dengan melalui supervisi akademik melalui

pendekatan supervisi klinis. Salah satu fungsi supervisi akademik adalah

meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses

belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara-cara mengajar yang lebih baik

pula.

Supervisi klinis merupakan suatu proses layanan dan bimbingan yang

14

bertujuan untuk membantu mengembangkan profesional guru dalam penampilan

mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai

pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut. Supervisi klinis dilaksanakan

untuk membantu guru mengatasi kesulitannya dalam mengajar sehingga ada

upaya perbaikan pengajaran di kelas dan meningkatkan kinerja (performance)

guru. Sagala (2009:246) mengatakan, dengan demikan melalui supervisi klinis

diharapkan jurang yang tajam antara “perilaku nyata” dengan “perilaku ideal”

para guru dapat diperkecil terutama dalam peningkatan kualitas dan kemampuan

guru.

Supervisi klinis adalah bantuan profesional yang diberikan oleh supervisor

untuk mendiagnostik kelemahan atau kekurangan guru dalam mengelola proses

pembelajaran, meningkatkan kinerja (performance) guru dalam mengelola proses

pembelajaran sehingga guru mampu mengatasi setiap kekurangan ataupun

kesulitan yang dialaminya dalam pengeloaan proses pembelajaran tersebut, pada

akhirnya terjadi peningkatan layanan belajar pada peserta didik.

Dengan demikian supervisi klinis yang juga disebut supervisi kelas

merupakan suatu bentuk bimbingan atau bantuan profesional yang diberikan oleh

supervisor kepada guru berdasarkan kebutuhan guru melalui siklus yang

sistematis melalui pertemuan awal, observasi mengajar guru di kelas secara

cermat, dan refleksi yang bertujuan meningkatkan proses pembelajaran.

Pemikiran untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan

pendekatan supervisi klinis terhadap kinerja pembelajaran guru biologi SMA

Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah

15

dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai

hasil proses pembelajaran, didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh:

(1) Dwi Iriani dengan judul “Pengembangan Supervisi Klinis untuk

Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar guru”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada studi awal pemahaman kepala sekolah terhadap

supervisi klinis kurang baik, setelah penelitian berkembang menjadi sangat baik

dan mampu melaksanakan supervisi klinis secara tepat, sehingga kesulitan dalam

menggunakan keterampilan dasar mengajar dapat diperbaiki. (2) Musriadi dan

Agus Juamidi dengan judul “Pelaksanaan Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan

profesional Guru Pada SMA Negeri 1 Ingin Jaya Kab. Aceh Besar”. Hasil

penelitian memberi kesimpulan bahwa program supervisi klinis yang

dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah mampu meningkatkan

profesional dan kemampuan akademik guru (penyusunan program pengajaran,

pelaksanaan program pengajaran serta evaluasi hasil proses belajar) dan dapat

dilakukan dengan kegiatan kelompok, kegiatan belajar individual guru. (3) Luh

Amani, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan dengan judul “Implementasi

Supervisi Klinis Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Guru Mengelola

Proses Pembelajaran Pada Guru SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan” e-Jurnal

Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan

Dasar (Volume 3 Tahun 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

implementasi supervisi klinis mampu meningkatkan kemampuan guru dalam

mengelola proses pembelajaran. (3) Penelitian yang dilakukan oleh yang

dilakukan oleh Dalawi, dkk dengan judul “Pelaksanaan Supervisi Akademik

16

Pengawas Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru SMP

Negeri 1 Bengkayang”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan

supervisi akademik di SMP Negeri 1 Bengkayang dinilai dapat meningkatkan

kinerja atau profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran. (4)

Penelitian yang dilakukan oleh Alimin Aslan dengan judul “Pengaruh Supervisi

Akademik Terhadap Kinerja Guru dan Pencapaian Kompetensi Siswa Di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Kabupaten Ogan Komeing Ilir (OKI)”. Hasil penelitian

menyimpulkan supervisi akademik berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kinerja guru, serta berdampak pada pencapaian kompetensi siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Banyak variabel yang berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran

biologi dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan

menilai (mengevaluasi) hasil proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang

yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang

berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran

antara lain: (1) apakah kompetensi pedagogik berhubungan dengan kinerja guru

biologi dalam pembelajaran yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil

proses pembelajaran? (2) apakah kompetensi sosial berhubungan dengan kinerja

guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran yaitu merencanakan,

melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran? (3) apakah kompetensi

profesional berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam

pembelajaran yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses

pembelajaran? (4) apakah kualifikasi akademik berhubungan dengan kinerja guru

17

mata pelajaran biologi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil

proses pembelajaran? (5) apakah guru profesional akan menjadi guru yang

berkinerja tinggi? (6) apakah supervisi klinis yang dilaksanakan oleh supervisor

berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran

yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran?

1.3 Pembatasan Masalah

Peneliti sangat menyadari bahwa banyak faktor yang memengaruhi kinerja

guru dalam pembelajaran, sehingga perlu pembatasan masalah. Dalam penelitian

tindakan ini mengingat keterbatasan dana, waktu, kemampuan peneliti sendiri,

maka masalah dibatasi pada faktor kinerja guru mata pelajaran biologi dalam

pembelajaran yang dimaksudkan adalah: merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, dan menilai (mengevaluasi) hasil proses

pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten

Tapanuli Tengah melalui supervisi klinis.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan

di atas, maka masalah pokok dalam penelitian tindakan ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

“ Apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kinerja guru biologi dalam

pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten

Tapanuli Tengah? “

18

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas sebagaimana telah dijelaskan

dalam bagian pendahuluan maka tujuan penelitian tindakan ini adalah:

1. untuk mengetahui kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran di

SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinangsori Kabupaten Tapanuli

Tengah setelah memperoleh pembinaan melalui supervisi klinis.

2. untuk mengetahui peningkatan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam

pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinangsori

Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis:

a. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya supervisi

akademik dengan pendekatan supervisi klinis oleh pengawas sekolah

meningkatkan kinerja pembelajaran guru biologi dalam merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan penilaian

terhadap hasil proses pembelajaran.

b. Hasil penelitian tindakan sekolah ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti

lain yang berminat untuk mendalami permasalahan yang sama sebagai

penelitian lanjutan.

2. Secara Praktis:

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi guru untuk dapat

meningkatkan kompetensinya dan kinerjanya khususnya dalam

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan

19

melakukan penilaian terhadap hasil proses pembelajaran.

b. Sebagai bahan masukan kepada pengawas sekolah untuk meningkatkan

kinerjanya dalam melakukan supervisi dan bimbingan kepada guru

khususnya dalam bentuk penelitian – penelitian tindakan.