Bab i Pendahuluan

4
PENDAHULUAN Infeksi primer pada virus varisela zoster (VZV) menyebabkan erjadinya cacar (chickenpox), yang memiliki karakter viremia dengan ruam dan bintik yang tersebar luas di ganglia sensorik, dimana virus ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu yang lama. Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi VZV laten pada saraf kranialis atau ganglia radix dorsal dengan penyebaran virus sesuai dermatom saraf sensorik. Primary infection with varicella–zoster virus (VZV) results in chickenpox, characterized by viremia with a diffuse rash and seeding of multiple sensory ganglia, where the virus establishes lifelong latency. Herpes zoster is caused by reactivation of latent VZV in cranial-nerve or dorsal-root ganglia, with spread of the virus along the sensory nerve to the dermatome. (1: New England Journal) Insiden herpes zoster (HZ) antara 1,5 sampai 3 per 1000 orang per tahun pada semua umur dan 7 sampai 11 per 1000 orang berusia 60 tahun pada studi di Eropa dan Amerika Utara. Diperkirakan lebih dari 1 juta kasus baru herpes zoster di Amerika Serikat tiap tahunnya, lebih dari satu setengahnya terjadi pada usia 60 tahun atau lebih, dan jumlah ini terus meningkat seiring pertambahan populasi.(2 : Ficrkpatrick) Faktor risiko utama pada herpes zoster pertambahan usia. Dengan meningkatnya waktu setelah infeksi varicella 1

description

kulit

Transcript of Bab i Pendahuluan

Page 1: Bab i Pendahuluan

PENDAHULUAN

Infeksi primer pada virus varisela zoster (VZV) menyebabkan erjadinya

cacar (chickenpox), yang memiliki karakter viremia dengan ruam dan bintik yang

tersebar luas di ganglia sensorik, dimana virus ini dapat bertahan hidup dalam

kurun waktu yang lama. Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi VZV laten pada

saraf kranialis atau ganglia radix dorsal dengan penyebaran virus sesuai dermatom

saraf sensorik.

Primary infection with varicella–zoster virus (VZV) results in chickenpox,

characterized by viremia with a diffuse rash and seeding of multiple

sensory ganglia, where the virus establishes lifelong latency. Herpes zoster is

caused by reactivation of latent VZV in cranial-nerve or dorsal-root ganglia, with

spread of the virus along the sensory nerve to the dermatome. (1: New England

Journal)

Insiden herpes zoster (HZ) antara 1,5 sampai 3 per 1000 orang per tahun

pada semua umur dan 7 sampai 11 per 1000 orang berusia 60 tahun pada studi di

Eropa dan Amerika Utara. Diperkirakan lebih dari 1 juta kasus baru herpes zoster

di Amerika Serikat tiap tahunnya, lebih dari satu setengahnya terjadi pada usia 60

tahun atau lebih, dan jumlah ini terus meningkat seiring pertambahan populasi.(2 :

Ficrkpatrick)

Faktor risiko utama pada herpes zoster pertambahan usia. Dengan meningkatnya

waktu setelah infeksi varicella dan adanya pengurangan dalam tingkat kekebalan sel T

terhadap VZV berhubungan dengan sistem kekebalan terhadap herpes zoster. Risiko ini

lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, untuk kulit putih daripada kulit hitam,

dan untuk orang dengan riwayat keluarga herpes zoster. (1: New England Journal)

Heart failure (HF) has high prevalence rate among elderly patients and increases

with aging. Disseminated zoster in elderly patients with hypertension and HF was

previously reported. Furthermore, higher herpes zoster risk among patients with

cardiovascular disease was also found (3: BMC Infectious Diseases)

Gagal jantung memiliki prevalensi kejadian yang tinggi pada pasien usia lanjut.

Penyebaran HZ pada pasien usia lanjut dengan hipertensi dan gagal jantung baru-baru ini

dilaporkan. Peningkatan resiko herpes zoster juga dijumpai pada pasien dengan penyakit

kardiovaskular.

1

Page 2: Bab i Pendahuluan

The therapeutic goals for herpes zoster in immunocompetent adults are to

accelerate the events of cutaneous healing, to reduce the severity of acute neuritis, and,

most importantly, to reduce the incidence, severity, and duration of chronic pain.

Ganglionic and neuronal inflammation and necrosis begin well before the appearance of

skin lesions; thus, the observation of suboptimal response to antiviral therapy initiated

after onset of rash is not surprising. Even without antiviral therapy, the cutaneous lesions

of herpes zoster almost always resolve within a month. However, chronic pain can

persist for months or even years and is the most significant clinical manifestation of

herpes zoster in the normal host (4:Richard)

Tujuan pengobatan pada HZ adalah untuk mempercepat penyembuhan jaringan

kulit, untuk mengurangi keparahan neuritis akut, dan untuk mengurangi insiden,

keparahan, dan durasi nyeri kronik. Nyeri kronik dapat menetap selama beberapa bulan

bahkan tahun dan merupakan manifesasi klinis yang paling signifikan .

Herpes zoster and its sequela post-herpetic neuralgia (PHN) are conditions

with significant morbidity. PHN is a chronic, debilitating neuropathic pain that

can persist long beyond resolution of visible cutaneous manifestations. The

incidence of PHN in herpes zoster patients is estimated to be 9–34 %. The major

risk factors for PHN are older age, greater acute pain, greater rash severity, and

ophthalmic location of the acute herpes zoster rash (5: Springer International

Publishing Switzerland)

Herpes zoster (HZ) dan sekuel post-herpetic neuralgia (PHN) merupakan

kondisi dengan morbiditas yang signifikan. PHN merupakan suatu keadaan

kronik, nyeri neuropatik yang menetap lama menjadi manifestasi kulit yang

terlihat. Insiden PHN pada pasien HZ diperkirakan 9-34%. Factor resiko terbesar

pada PHN adalah usia lanjut, nyeri akut yang, ruam yang luas, dan lokasi oftalmik

pada ruam HZ akut .

2